DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4"

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4 II. ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA TAHUN A Zona Inti... 7 B Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional 7 C Zona Pemanfaatan Pariwisata... 7 D Zona Budidaya... 8 E Zona Rehabilitasi... 8 F Zona Pemukiman... 8 III. PERMASALAHAN IV. PROSES REVISI ZONASI a. Persiapan b. Pengumpulan & analisis data c. Penyusunan draft d. Konsultasi publik e. Pengiriman dokumen

3 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Karimunjawa yang secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah mempunyai ekosistem yang asli dengan keanekaragaman hayati yang tinggi mulai dari daratan hingga perairannya yang perlu dipertahankan dan dimanfaatkan secara lestari dan bijaksana sebagai asset nasional dan daerah khususnya masyarakat setempat yang hidupnya sangat tergantung dari sumber daya alam kepulauan tersebut. Zonasi merupakan dasar pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa. Pada awalnya Taman Nasional Karimunjawa mempunyai 4 zona yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan dan zona penyangga pada awal penetapannya (SK Dirjen PHKA No127/Kpts/DJ-VI/1989). Pada tahun 2004, zonasi yang ada dinilai sudah tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan sehingga dilakukan perubahan zonasi pada tahun 2005 dengan suatu pendekatan yang menyeluruh, konsultatif dengan visi bersama dan satu proses koordinasi yang terencana. Perubahan zonasi tersebut dinyatakan melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor:79/IV/Set-3/2005 tanggal 30 Juni 2005 yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan pariwisata, zona budidaya, zona rehabilitasi, zona pemukiman dan zona pemanfaatan perikanan tradisional. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada tahun 2009, zonasi yang telah direvisi tahun 2005 diketahui belum mengakomodir pulau-pulau kecil yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Guna mengakomodir berbagai kepentingan baik ekonomi, ekologi dan konservasi, perikanan, pariwisata serta kepentingan lainnya maka dipandang perlu untuk kembali melakukan revisi zonasi di kawasan Taman Nasional Karimunjawa. B. Tujuan Revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa bertujuan untuk mengubah zonasi Taman Nasional Karimunjawa sehingga mampu mengakomodir berbagai kepentingan seperti ekologi, sosial ekonomi, pariwisata, perikanan, konservasi sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan serta mendapat dukungan dari masyarakat dan seluruh stakeholder yang ada. Secara ringkas perjalanan peyusunan naskah revisi zonasi dan kajian ilmiah yang melatarbelakangi proses tersebut tersaji dalam ringkasan eksekutif ini. 3

4 C. Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari Revisi Zonasi adalah terwujudnya perubahan zonasi Taman Nasional Karimunjawa yang mampu mengakomodir berbagai kepentingan seperti ekologi, sosial ekonomi, pariwisata, perikanan, konservasi sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan serta mendapat dukungan dari masyarakat dan seluruh stakeholder yang ada. 4

5 5

6 II. ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA TAHUN 2005 Taman Nasional Karimunjawa dikelola berdasarkan sistem zonasi yang tertuang dalam Keputusan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No.SK.79/IV/Set- 3/2005 mengenai zonasi atau mintakat di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Di dalam kawasan ini terdapat 7 zona yaitu zona inti, perlindungan, pemanfaatan pariwisata, pemukiman, rehabilitasi, budidaya dan zona pemanfaatan perikanan tradisional. Tabel 1. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa saat ini No. Zona Luas (Hektar) Lokasi 1 Zona Inti 444,629 2 Zona Perlindungan 2,587,711 Sebagian perairan P. Kumbang, Taka Menyawakan, Taka Malang, dan Tanjung Bomang Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah di Pulau Karimunjawa dah Hutan Mangrove di Pulau Kemujan Perairan P. Geleang, P. Burung, Tanjung Gelam, P. Sintok, P. Cemara Kecil, P. Katang, Gosong Selikur, Gosong Tengah 3 Zona Pemanfaatan Pariwisata 1,226,525 Perairan P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Menyawakan, P. Kembar, P. Tengah, sebelah Timur P. Kumbang, P. Bengkoang, Indonor dan Karang Kapal 4 Zona Pemukiman 2,571,546 P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang dan P. Nyamuk 5 Zona Rehabilitasi 122,514 6 Zona Budidaya 788,213 Perairan sebelah Timur P. Parang, sebelah Timur P. Nyamuk, sebelah Barat P. Kemujan dan sebelah Barat P. Karimunjawa Perairan P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Menjangan Besar, P. Parang dan P. Nyamuk 7 Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional 103,883,862 Seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa Jumlah 111,625,000

7 A. Zona Inti Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota dan fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia dan mutlak dilindungi yang berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Fungsi dan Peruntukan zona inti adalah sebagai pengawetan perwakilan tipe ekositem perairan laut yang khas/alami/unik dan biota laut lainnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan dan merupakan bank plasma nutfah dari bota laut, untuk kepentingan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan penunjang budidaya. (Peraturan Menteri Kehutanan P.56/Menhut-II/2006 pasal 6). B. Zona Perlindungan Zona Perlindungan adalah bagian taman nasional yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung kepentingan pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan. Sedangkan peruntukannya adalah sebagai wilayah untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti. C. Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional adalah kawasan perairan yang diperuntukan sebagai daerah pemanfaatan perikanan tradisional. Aktifitas yang boleh dilakukan adalah kegiatan pemanfaatan perikanan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam. Aktifitas yang tidak diperbolehkan adalah semua kegiatan di zona inti dan introduksi jenis biota serta penangkapan ikan yang menggunakan alat tidak ramah lingkungan (Muroami, Jaring Pocong, Jaring cantrang, Sianida). D. Zona Pemanfaatan Pariwisata Zona Pemanfaatan Pariwisata adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan jasa lingkungan. Peruntukannya zona ini adalah untuk pengembangan aktivitas pariwisata alam dan rekreasi yang berwawasan lingkungan, penelitian, dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, pendidikan, dan atau kegiatan penunjang budidaya. 7

8 E. Zona Budidaya Zona Budidaya adalah kawasan perairan yang diperuntukan guna kepentingan budidaya perikanan, misalnya budidaya rumput laut, keramba jaring apung dan budidaya kerapu bibit alami. Aktifitas yang diperbolehkan adalah kegiatan yang berhubungan dengan budidaya rumput laut, keramba jaring apung, budidaya kerapu bibit alami. Aktifitas yang tidak diperbolehkan adalah secara sengaja atau tidak sengaja mengambil, mengganggu atau memindahkan biota baik yang masih hidup atau mati beserta bagianbagiannya. F. Zona Rehabilitasi Zona Rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan. Peruntukannya adalah untuk pemulihan kawasan yang rusak agar dapat dikembalikan kepada fungsi semula, yang selanjutnya dalam perkembangannya dapat diubah menjadi zona lain seperti zona wisata bahari atau zona lainnya. G. Zona Pemukiman Zona pemukiman adalah bagian taman nasional untuk memudahkan penataan penggunaan bagian kawasan yang telah dijadikan areal pemukiman masyarakat sebelum taman nasional ditunjuk. Peruntukannya adalah untuk mengakomodir masyarakat asli/setempat yang telah bermukim sejak sebelum taman nasional tersebut ditunjuk. Adapun kriteria dari zona ini adalah: 1. Bagian kawasan yang terdapat masyarakat asli setempat yang telah bermukim sejak sebelum taman nasional ditunjuk. 2. Kawasan yang ditetapkan mampu mendukung pemukiman masyarakat setempat, agar tidak menekan keutuhan ekosistem oada zona yang lain yang ada dalam taman nasional. 8

9 9

10 III. PERMASALAHAN Pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa secara umum dilakukan berdasarkan prinsip perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Selama lima tahun terakhir pada periode tahun 2005 hingga 2009, terjadi dinamika perubahan ekologi di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa, dinamika sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Karimunjawa serta dinamika pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Berbagai dinamika tersebut berkontribusi terhadap permasalahan pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Berbagai dinamika perubahan tersebut tersaji dalam Gambar 1. Gambar 1. Dinamika ekologi dan sosial ekonomi masyarakat di TN Karimunjawa a. Degradasi sumber daya alam Hasil survey menunjukkan bahwa tutupan karang keras dari tahun 2004 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan. Terjadi kenaikan rata-rata penutupan karang keras dari 43,5% pada tahun 2005 menjadi 54,5% pada tahun Kenaikan persentase penutupan karang keras dimungkinkan disebabkan oleh berkurangnya penangkapan ikan menggunakan potasium sianida maupun rendahnya aktivitas antropogenik. 10

11 Akan tetapi peningkatan penutupan tersebut tidak diikuti dengan biomassa ikan karang dan kelimpahan ikan karang. Biomassa ikan karang dan kelimpahan ikan karang berdasarkan hasil monitoring dari tahun 2004 hingga tahun 2009 secara umum mengalami penurunan di semua zona yang ada di Taman Nasional Karimunjawa. Selama periode tahun terjadi penurunan signifikan (25,5% yaitu dari 480,25 kg/ha pada tahun 2005 menjadi 200,30 kg/ha pada tahun 2009) biomassa ikan karang di kawasan ini. Pada periode yang sama kelimpahan ikan karang mengalami penurunan sebesar 13,4% yaitu dari 6000 individu per/ha pada tahun 2005 menjadi 4000 individu/ha pada tahun Ini berarti ikan yang ada di kawasan semakin banyak jumlahnya akan tetapi ukurannya semakin kecil. Biomassa ikan ekonomis penting seperti jenis Serranidae (kerapu), Siganidae (baronang), Caesionidae (ekor kuning), dan Lutjanidae (kakap) juga mengalami penurunan. Penurunan biomassa dan kelimpahan ikan karang diduga disebabkan oleh tingginya tekanan perikanan di dalam dan sekitar kawasan berupa penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan berupa cantrang, kompresor dan panah. Di sisi lain, zona inti yang sudah ditetapkan pada zonasi tahun 2005 diketahui mempunyai kondisi yang baik karena mempunyai tingkat kelentingan ekosistem terumbu karang yang tinggi. Kelentingan yang tinggi didukung oleh keanekaragaman ikan yang tinggi, peningkatan persentase penutupan karang keras, peningkatan kelimpahan ikan herbivora dan perlindungan daerah pemijahan ikan kerapu. keberadaan zona-zona ini mutlak dipertahankan keberadaannya. b. Dinamika sosial ekonomi masyarakat Berdasarkan monitoring yang dilakukan Balai Taman Nasional Karimunjawa bekerjasama dengan Wildlife Conservation Society (WCS) yang dilakukan terhadap 150 responden menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat terhadap zonasi pada tahun 2005 dan tahun 2009, mengalami peningkatan di ketiga desa yang ada di Taman Nasional Karimunjawa. Pada tahun 2005 sebagian besar di Desa Karimunjawa, Kemujan dan Parang tidak mengetahui adanya zonasi (59%) dan yang 11

12 mengetahui hanya 41% saja. Pada tahun 2009 pengetahuan masyarakat terhadap zonasi meningkat pesat bahkan masyarakat yang mengetahui adanya zonasi Taman Nasional Karimunjawa mencapai 80,14 %. Hal ini mungkin disebabkan berhasilnya kegiatan sosialisasi dan perlindungan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa baik secara preemtif, preventif dan represif terhadap pelanggaran-pelanggaran yang ada. Persepsi masyarakat tentang dampak zonasi tahun 2005 terhadap Sumber Daya Alam atau terhadap mata pencaharian masyarakat juga berbeda-beda pada masingmasing desa. Persepsi masyarakat tentang dampak zonasi terhadap sumber daya alam mereka rasakan sangat tinggi bahkan hal tersebut dirasakan sangat tinggi di setiap desanya. Secara keseluruhan 70,80% masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Karimunjawa merasakan pentingnya zonasi terhadap kelestarian sumber daya alam di Taman Nasional Karimunjawa. Namun demikian, persepsi tersebut sangat bertolak belakang dengan persepsi dampak zonasi terhadap mata pencaharian mereka. Masyarakat berfikir zonasi yang ada merugikan mereka dalam mencari ikan. Banyak tempat-tempat yang merupakan sumber ikan telah dijadikan zona inti atau zona perlindungan. Walupun begitu, sebagian besar masyarakat lebih mendukung keberadaan zonasi dari pada yang tidak mendukung. Hasil tangkapanpun dirasakan cukup. Lebih lanjut diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat terhadap zonasi tidak dibarengi dengan tingkat kepatuhan yang meningkat. atau dengan kata lain tingkat pengetahun yang tinggi tidak diikuti tindakan nyata untuk tidak melakukan aktivitas perikanan di zona inti maupun zona perlindungan. Secara umum tingkat kepatuhan di zona inti lebih baik dari pada tingkat kepatuhan di zona perlindungan. Tingkat kepatuhan di zona inti maupun zona perlindungan mengalami penurunan dari tahun c. Budidaya Rumput Laut Zona budidaya Taman Nasional Karimunjawa yang berupa wilayah perairan seluas 788,213 ha, saat ini menjadi kawasan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat terutama untuk budidaya rumput laut. Secara keseluruhan hingga tahun 2009 terdapat 1.258,969 ha wilayah perairan Taman Nasional Karimunjawa yang digunakan sebagai lokasi budidaya rumput laut. Ini berarti luasan yang digunakan telah melebihi luas zona budidaya yang ada dan telah memanfaatkan kawasan zona lain seperti zona pemanfaatan perikanan tradisional yang dikhawatirkan meluas ke zona perlindungan bahkan hingga mengganggu alur pelayaran kapal dan aktivitas wisata. 12

13 d. Pengembangan Investasi Wisata Kawasan Taman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu primadona wisata di Kabupaten Jepara dan Propinsi Jawa Tengah pada umumnya. Bahkan secara nasional, kawasan ini diharapkan menjadi salah satu kawasan prioritas pengembangan wisata. Hal ini sesuai dengan fungsi taman nasional yaitu untuk menunjang aktivitas pendidikan, penelitian, menunjang budidaya, rekreasi dan pariwisata. Untuk pengembangan kegiatan wisata alam, maka sebagian kecil kawasan di hutan mangrove dan hutan hujan tropis perlu diubah zonasinya sehingga memungkinkan pengembangannya di masa yang akan datang. Pulau-pulau kecil yang ada di kawasan Taman Nasional Karimunjawa sebagian besar merupakan lahan milik masyarakat yang harus diperhatikan aksesibilitasnya. Setiap pulau memerlukan lokasi atau tempat untuk menambatkan kapal atau untuk membangun jetty. Sementara saat ini pulau-pulau tersebut sebagian wilayah perairannya merupakan zona perlindungan dan zona inti sehingga wilayah perairan tersebut tersebut tidak dapat dibangun fasilitas pariwisata yang permanen. Zona perlindungan perairan yang terletak disekitar pulau Katang, Pulau Burung, Pulau Geleang, Pulau Cemara Kecil dan Pulau Sintok telah menutup akses ke pulaupulau tersebut yang merupakan lahan milik masyarakat yang belum terakomodir di zonasi saat ini. Guna memberikan aksesibilitas ke pulau tersebut zona perlindungan perairan yang mengelilingi pulau tersebut hendaknya dibuka dan dijadikan zona pemanfaatan pariwisata perairan dan diluarnya dikelilingi oleh zona perlindungan. Pemberian akses tersebut guna kepentingan pembangunan sarana dan prasarana wisata seperti darmaga jetty, sehingga pemilihan lokasi akses masuk tersebut didasarkan pada pertimbangan: - Alur masuk kapal (pelawangan) - Penutupan terumbu karang - Kedalaman air - Keberadaan darmaga jetty yang sudah ada Dalam pemantapan kawasan zona perlindungan perairan ini, maka batas-batas pulau milik masyarakat perlu dipertegas bahwa lahan tersebut berada di luar kawasan Taman Nasional Karimunjawa. 13

14 I V. PROSES REVISI ZONASI Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.5 tahun 1990 mengenai Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, taman nasional dikelola berdasarkan sistem zonasi. Zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona yang mencakup tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan zonasi,konsultasi publik, perancangan, tata batas dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Dalam proses pelaksanaannya, penataan zonasi taman nasional Karimunjawa mutlak membutuhkan dukungan para pihak baik masyarakat yang hidup di sekitar kawasan Taman Nasional Karimunjawa, pemuka masyarakat, aparat pemerintahan di tingkat desa, kecamatan hingga pemerintah Daerah Kabupaten Jepara serta akademisi dan lembaga swadaya masyarakat. Keterpaduan langkah para pihak terkait diharapkan mampu mempertajam aspek penataan zonasi kawasan taman nasional. Lebih lanjut lagi keterpaduan langkah ini diharapkan akan diwujudnyatakan dalam sinergitas pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Evaluasi zonasi taman nasional dilakukan sebagai bahan peninjauan ulang untuk usulan perubahan zonasi yang diperlukan sesuai dengan kepentingan pengelolaan. Evaluasi dilakukan secara periodik paling lama 3 tahun atau dapat dilakukan sesuai dengan kepentingan pengelolaan. Secara umum tata cara penataan zonasi di kawasan taman nasional diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-II/2006. Adapun tahapan revisi zonasi atau penataan zonasi adalah diawali dengan persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan zonasi, konsultasi publik, pengiriman dokumen, tata batas dan penetapan. Adapun proses revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa dapat dilihat dalam diagram alur sebagai berikut: 14

15 PERSIAPAN Pengusulan Evaluasi Zonasi TN Karimunjawa pada tahun anggaran berikutnya (2008) PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA Evaluasi zonasi TN Karimunjawa (2009) Pengumpulan data kajian ekologi, sosial ekonomi masyarakat dan sumber daya air (2010) PENYUSUNAN DRAFT RANCANGAN REVISI ZONASI TN KARIMUNJAWA (2010) KONSULTASI PUBLIK 1. Konsultasi publik Kecamatan Karimunjawa 1 (6 November 2010) 2. Konsultasi Publik DesaKemujan (10 November 2010) 3. Konsultasi Publik Desa Karimunjawa (12 November 2010) 4. Konsultasi Publik Desa Parang (12 November 2010) 5. Konsultasi Publik Kecamatan Karimunjawa 2 (12 November 2010) 6. Konsultasi Publik Kabupaten Jepara (14 Desember 2010) PENGIRIMAN DOKUMEN (5 Mei 2011) REVISI ZONASI TN KARIMUNJAWA Gambar 2. Diagram Alur Proses 15

16 a. Persiapan Pada tahapan ini dilakukan penyusunan rencana kerja penyusunan revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa. Penyusunan rencana kerja meliputi penyusunan kerangka pemikiran yang berisi jenis dan tahapan kegiatan, metoda pelaksanaan pekerjaan hingga perencanaan anggaran yang dibutuhkan. Perencanaan penyusunan revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa dilakukan pada tahun 2008 yang merupakan tahapan tiga tahun setelah penetapan zonasi pada tahun b. Pengumpulan dan analisis data Untuk mendukung penyusunan revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa diperlukan kajian komprehensif mengenai pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa paska penetapan zonasi tahun Beberapa tahapan pengumpulan data yang dilakukan Balai Taman Nasional Karimunjawa selaku pengelola kawasan adalah: Kajian evaluasi zonasi Taman Nasional Karimunjawa pada tahun 2009 Kajian ekologis Taman Nasional Karimunjawa tahun Kajian sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Karimunjawa tahun Kajian Ekonomi Sumber Daya Air di Karimunjawa tahun 2010 c. Penyusunan draft rancangan zonasi Penyusunan draft rancangan penyusunan zonasi dilaksanakan pada tahun Tahapan ini meliputi perumusan rancangan zonasi yang dituangkan dalam peta rancangan revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa, uraian potensi global, batas geografis zona, serta deskripsi kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di masing masing zona. Buku ini memuat draft rancangan revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa beserta proses yang menyertainya. d. Konsultasi publik Draft rancangan revisi zonasi selanjutnya dibawa ke tahapan konsultasi publik untuk dibahas bersama-sama dengan para pihak terkait untuk mendapatkan tanggapan penyempurnaannya. Kesepakatan kosultasi publik dituangkan dalam Berita Acara dan peta hasil kesepakatan. Hasil kesepakatan tersebut merupakan bahan bagi pemerintah daerah untuk memberikan rekomendasi revisi zonasi atau penataan zona kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa telah melalui tahapan konsultasi publik di tingkat desa, tingkat kecamatan dan tingkat Kabupaten. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut: 1. Konsultasi Publik Kecamatan I Konsultasi publik tingkat kecamatan yang pertama diselenggarakan pada tanggal 6 November 2010 bertempat di Ruang Pertemuan SPTN II 16

17 Karimunjawa. Acara ini bertujuan untuk memaparkan draft rancangan revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa kepeda masyarakat Karimunjawa secara umum. Konsultasi publik ini menyepakati bahwa draft revisi zonasi akan kembali dibawa ke tingkat desa untuk disosialisasikan dan mendapatkan masukan dari masing-masing desa. 2. Konsultasi Publik Desa Kemujan Konsultasi publik Desa Kemujan dilaksanakan pada tanggal 10 November 2010 dan dihadiri 41 warga Desa Kemujan. Acara ini bertujuan untuk menggali masukan dari warga Desa Kemujan terhadap draft revisi zonasi. 3. Konsultasi Publik Desa Karimunjawa Konsultasi publik Desa Karimunjawa dilaksanakan pada tanggal 12 November 2010 dan dihadiri 30 warga Desa Karimunjawa. Acara ini bertujuan untuk menggali masukan dari warga Desa Kemujan terhadap draft revisi zonasi. 4. Konsultasi Publik Desa Parang Konsultasi publik Desa Parang dilaksanakan pada tanggal 12 November 2010 dan dihadiri 41 peserta. Acara ini bertujuan untuk menggali masukan dari warga Desa Parang terhadap draft revisi zonasi. 5. Konsultasi Publik Kecamatan II Selanjutnya hasil konsultasi publik yang dilakukan di Desa Kemujan, Desa Karimunjawa, Desa Parang dipaparkan dalam konsultasi publik Kecamatan II yang diselenggarakan pada tanggal 13 November Acara ini dihadiri Muspika Kecamatan Karimunjawa, perwakilan utusan desa dan tim fasilitator. Hasil kesepakatan yang dihasilkan pada tingkatan desa tersebut diketahui oleh pihak Kecamatan Karimunjawa. Secara umum hasil konsultasi publik di tingkat desa dan kecamatan tersaji sebagai berikut : 17

18 Tabel 2. Hasil Konsultasi Publik tingkat desa dan tingkat kecamatan No. Konsultasi Publik Hasil 1 Desa Kemujan (10 Nopember 2010) P. Bengkoang luasan zona perlindungannya diperkecil, sebaiknya di sebelah utara saja. Gosong Tengah luasan zona perlindungannya diperkecil, sebaiknya di daerah karangnya saja, karena lokasi tersebut merupakan tempat nelayan menangkap cumi-cumi. 2 Desa Karimunjawa 3 4 (12 Nopember 2010) Desa Parang (12 Nopember 2010) Kecamatan Karimunjawa (6&13 Nopember 2010) Lokasi zonasi secara umum sama seperti zonasi tahun Selatan Pulau Menjangan Kecil tidak setuju jika di jadikan zona inti ataupun perlindungan karena merupakan daerah tangkap nelayan karimunjawa yang menggunakan alat tradisional sehingga tidak merusak. P. Burung sebelah barat dan selatan tetap sebagai zona perlindungan, tidak perlu ditingkatkan menjadi zona inti. P. Cemara besar tidak setuju dijadikan zona perlindungan karena selain lokasi penangkapan ikan nelayan juga menjadi tujuan wisata. Pulau Menyawakan tidak perlu dijadikan sebagai zona perlindungan. Gosong Kumbang direkomendasikan untuk tidak dijadikan zona inti, karena merupakan aset pariwisata ke depan untuk Desa Parang, selain itu jarak antara Gosong Kumbang dengan Perairan Pulau Kumbang sebagai zona inti cukup dekat. Karang Besi direkomendasikan untuk tidak dijadikan zona inti, karena merupakan area budidaya rumput laut. P. Krakal Besar sebelah timur laut direkomendasikan untuk dijadikan zona inti. Pertemuan pertama menyepakati bahwa rancangan revisi zonasi akan dibawa ke forum desa untuk dicermati bersamasama Pertemuan kedua mensosialisasikan hasil pencermatan dan usulan di masing-masing desa. 6. Konsultasi Publik Kabupaten Jepara Konsultasi publik tingkat Kabupaten Jepara dilaksanakan pada tanggal 14 Desember Acara ini dihadiri undangan dari SKPD terkait baik Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara maupun Pemerintah daerah Propinsi Jawa Tengah. Berikut ini adalah rumusan terkait dengan revisi zonasi Taman Nasional karimunjawa sebagai berikut: 18

19 1. Bahwa Taman Nasional Karimunjawa merupakan aset masyarakat, Kabupaten Jepara, dan nasional. Proses dan tahapan revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa diperlukan untuk mendukung pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa yang lebih baik. 2. Revisi zonasi diperlukan karena zonasi yang ada saat ini dinilai kurang optimal untuk menjamin keberlangsungan pemanfaatan dan pengelolaan kawasan TN Karimunjawa. Beberapa permasalahan yang terjadi adalah penurunan potensi sumber daya ikan, pengembangan wisata di kawasan TN Karimunjawa, peningkatan areal zona budidaya rumput laut. 3. Zonasi yang baru hendaknya mengakomodir semua aspek kepentingan para pihak yang berada di Kepulauan Karimunjawa baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, investor, akademisi/peneliti tanpa meninggalkan kepentingan masyarakat Karimunjawa. 4. Pengembangan Karimunjawa sebagai destinasi wisata unggulan pada tahun 2014 yang mengandalkan potensi sumberdaya alam sebagai obyek dan daya tarik wisata sangat membutuhkan dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat Karimunjawa. 5. Diperlukan komunikasi dan sosialisasi lebih lanjut tentang revisi zonasi dan status pengelolaan kawasan TN Karimunjawa. 6. Perlunya penataan batas-batas kawasan TN Karimunjawa baik tanda batas darat maupun perairan. Memperhatikan proses konsultasi publik yang sudah dilakukan di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten maka pada tanggal 12 April 2011 Bupati Jepara telah menetapkan Rekomendasi Revisi Zona Taman Nasional Karimunjawa melalui surat No /2252. e. Pengiriman Dokumen Melalui surat Balai TN Karimunjawa No. S.230/BTNKJ-1.6/2011 tanggal 5 Mei 2011 perihal pengiriman dokumen Revisi Zonasi TN Karimunjawa dilakukan. Surat tersebut disusuli dengan surat Balai TN Karimunjawa No. 528/BTNKJ-1.6/2011 tanggal 25 Agustus Pada tanggal 31Oktober 2011 pembahasan revisi zonasi TN Karimunjawa telah terlaksana di Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung. Adapun Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2012 adalah sebagai berikut: 19

20 No. Zona Tabel 3. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa 2012 Luas (ha) Persentase (%) 1 Zona Inti 444,629 0,398 Lokasi Sebagian perairan P. Kumbang, Taka Menyawakan, Taka Malang, dan Perairan Tanjung Bomang Zona Rimba 1.451,767 1,301 Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah di Pulau Karimunjawa dan Hutan Mangrove di Pulau Kemujan (tanpa areal Legon Lele, areal treking mangrove dan areal makam Sunan Nyamplungan) 2 Zona Perlindungan Bahari (untuk wilayah perairan) 2.599,770 2,329 Perairan P. Sintok, Gosong Tengah, P.Bengkoang bagian utara P. Cemara Besar bagian selatan, P. Cemara Kecil bagian utara, P. Geleang, P.Burung, perairan selatan P.Menjangan kecil, timur P. Nyamuk, Perairan Karang Kapal, Karang Besi bagian selatan, Krakal Besar bagian utara, Gosong Kumbang, P.Kembar dan Gosong Selikur 3 Zona Pemanfaatan Darat 55,933 0,050 Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Besar, areal Legon Lele, areal trekking mangrove, areal Nyamplung Ragas 4 Zona Pemanfaatan Wisata Bahari 2.733,735 2,449 Perairan P. Menjangan Besar, perairan P. Menjangan Kecil, perairan P. Menyawakan, perairan P. Kembar, perairan P. Tengah, perairan sebelah Timur P. Kumbang, perairan P. Bengkoang bagian selatan, Indonor, dan perairan P. Cemara Besar bagian utara, perairan Tanjung Gelam, perairan Pulau Cemara Kecil bagian utara, perairan P. Katang, perairan Krakal Besar bagian selatan, perairan Krakal Kecil, perairan P.Cilik 5 Zona Budidaya Bahari 1.370,729 1,228 Perairan P. Karimunjawa, perairan P. Kemujan, perairan P. Menjangan Besar, perairan P. Parang dan perairan P. Nyamuk, perairan P. Karang Besi bagian utara 6 Zona Religi, Budaya dan Sejarah 0,859 0,001 Areal Makam Sunan Nyamplungan di Pulau Karimunjawa 7 Zona Rehabilitasi 68,329 0,061 Perairan sebelah Timur P. Parang, perairan sebelah Timur P. Nyamuk, perairan sebelah Barat P. Kemujan dan perairan sebelah Barat P. 20

21 No. Zona Luas (ha) Persentase (%) Karimunjawa Lokasi 8 Zona Tradisional Perikanan ,249 92,183 Seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TN Karimunjawa Secara umum setiap usulan zona yang ada dalam rancangan Revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa mengikuti ketentuan peruntukan yang tertuang dalam Permenhut P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Namun demikian seiring dengan dinamika masyarakat, terdapat ketentuan masyarakat berupa Kesepakatan Desa Kemujan dan Desa Karimunjawa yang diadopsi dalam ketentuan zona inti. Kesepakatan Desa Kemujan dan Desa Karimunjawa yang ditandatangani bersama oleh masyarakat pada tanggal 28 Oktober 2011 menyepakati untuk menjaga/mematuhi/dan tidak menangkap ikan di zona inti. Berikut ini adalah peruntukan di masing-masing zona: Tabel 4. Peruntukan Zonasi TN Karimunjawa 2012 No. Zona Peruntukan 1 Zona Inti Zona yang mutlak harus dilindungi berfungsi untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan, inventarisasi dan monitoring sumberdaya, pendidikan, penelitian dan atau penunjang budidaya. Masyarakat akan menjaga dan mematuhi zona inti dan tidak memasuki kawasan zona inti dan memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam zona inti. 2 Zona Rimba Zona Perlindungan Bahari (untuk wilayah perairan) Zona yang diperuntukkan bagi kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan; inventarisasi dan monitoring sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; pengembangan penelitian, pendidikan, wisata alam terbatas, pemanfaatan jasa lingkungan dan kegiatan penunjang budidaya; pembinaan habitat dan populasi dalam rangka peningkatan keberadaan populasi hidupan liar;pembangunan sarana dan prasarana sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan wisata alam terbatas. 21

22 No. Zona Peruntukan Zona Pemanfaatan Zona yang dikembangkan untuk kepentingan kegiatan wisata alam baik bahari maupun 3 Darat wisata alam lainnya, rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya Zona Pemanfaatan Wisata Bahari Zona Budidaya Bahari Zona Religi, Budaya dan Sejarah Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan; inventarisasi dan monitoring sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; penelitian dan pengembangan pendidikan dan penunjang budidaya; pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam; pembinaan habitat dan populasi; pengusahaan pariwisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan; pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata alamdan pemanfaatan jasa lingkungan Zona yang diperuntukan mendukung kepentingan budidaya perikanan seperti budidaya rumput laut, karamba jaring apung dan sebagainya oleh masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan aspek konservasi. Kegiatan yang diperbolehkan adalah budidaya rumput laut, karamba jaring apung dan sebagainya. Zona yang diperuntukan untuk melindungi nilai-nilai hasil karya budaya, sejarah, arkeologi, maupun keagamaan, sebagai wahana penelitian, pendidikan dan wisata alam sejarah, arkeologi dan religius. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan perlindungan dan pengamanan; pemanfaatan wisata alam, penelitian, pendidikan dan religi, penyelenggaraan upacara adat atau upacara keagamaan; pemeliharaan situs budaya dan sejarah serta keberlangsungan upacara-upacara ritual keagamaan/adat yang ada. Zona yang diperuntukkan untuk kepentingan pemulihan kondisi ekosistem terumbu karang yang telah mengalami kerusakan 75%. 7 Zona Rehabilitasi Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan rehabilitasi guna pemulihan ekosistem di zona ini dan kegiatan monitoring hasil pelaksanaan rehabilitasi; kegiatan pendidikan, penelitian, pengembangan pendidikan dan penunjang budidaya; pembinaan habitat dan populasi. 8 Zona Tradisional Perikanan Zona yang diperuntukan untuk kepentingan pemanfaatan perikanan yang sudah berlangsung turun temurun oleh masyarakat setempat secara lestari dengan menggunakan sarana prasarana penangkapan yang ramah lingkungan. Kegiatan yang diperbolehkan adalah perlindungan dan pengamanan; inventarisasi dan monitoring potensi jenis yang dimanfaatkan masyarakat; pembinaan habitat dan populasi; penelitian dan pengembangan; aktivitas pemanfaatan perikanan menggunakan sarana prasarana penangkapan yang ramah lingkungan. 22

23 23

BAB V PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KARIMUNJAWA DAN JEPARA

BAB V PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KARIMUNJAWA DAN JEPARA 42 BAB V PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KARIMUNJAWA DAN JEPARA 5.1. Pengelolaan Perikanan di Karimunjawa Sumber daya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat diakses secara terbuka. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA

BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA 44 BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA 5.1 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa memiliki ekosistem yang masih asli dan keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga harus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Dunia, yang terdiri dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 km (terpanjang ke empat di Dunia setelah Canada,

Lebih terperinci

KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA NO DOKUMEN TENTANG ISI RINGKASAN LAMPIRAN KET 1. Surata Gubernur Jawa Tengah Nomor : 556/21378 Tanggal 26 Oktober 1982 2. SK Menteri Kehutanan Nomor

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI Oleh Pengampu : Ja Posman Napitu : Prof. Dr.Djoko Marsono,M.Sc Program Studi : Konservasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Jogjakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-September 2007. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB (FPIK IPB),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Taman Nasional Karimunjawa 5.1.1 Sejarah Taman Nasional Karimunjawa Taman Nasional Karimunjawa (TN Karimunjawa) terletak di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Nilai Ekonomi Taman Nasional Alam seisinya memiliki nilai ekonomi yang dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nilai ekonomi ini dapat diperoleh jika alam dilestarikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan keanekaragaman sumberdaya hayatinya yang tinggi dijuluki megadiversity country merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH DAN PENATAAN FUNGSI PULAU BIAWAK, GOSONG DAN PULAU CANDIKIAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar taman nasional yang memiliki perencanaan zonasi

Lampiran 1. Daftar taman nasional yang memiliki perencanaan zonasi LAMPIRAN 168 Lampiran 1. Daftar taman nasional yang memiliki perencanaan zonasi No Nama dan SK Kawasan 1 Bukit Barisan Selatan SK Mentan No. 736/Mentan/X/ 1982, 14 Oktober 1982 2 Bali Barat* SK Menhut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu:

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: 1). Untuk saat ini manfaat ekonomi sumberdaya perikanan kawasan konservasi laut TNKj belum dirasakan secara

Lebih terperinci

2016, No Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

2016, No Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 No. 164, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Taman Nasional. Zona. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/Menlhk-Setjen/2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI KESESUAIAN FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG KRITERIA ZONA PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL DAN BLOK PENGELOLAAN CAGAR ALAM, SUAKA MARGASATWA, TAMAN

Lebih terperinci

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar? Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? Ekologi Hidupan Liar http://staff.unila.ac.id/janter/ 1 2 Hidupan liar? Mencakup satwa dan tumbuhan Pengelolaan hidupan liar PENGERTIAN perlindungan populasi satwa untuk

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada 82,6 443.8 157.9 13.2 2664.8 1294.5 977.6 2948.8 348.7 1777.9 1831.6 65.8 2274.9 5243.4 469.2 4998.4 Hektar 9946.9 11841.8 13981.2 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Citra Data tentang luas tutupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DAN PENATAAN FUNGSI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 56 /Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN ZONASI TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 56 /Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN ZONASI TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 56 /Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN ZONASI TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Umum Kepulauan Karimunjawa secara geografis berada 45 mil laut atau sekitar 83 kilometer di barat laut kota Jepara, dengan ketinggian 0-605 m dpl, terletak antara

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN LAUT TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN

Lebih terperinci

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 55 VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI 6.1 Analisis DPSIR Analisis DPSIR dilakukan dalam rangka memberikan informasi yang jelas dan spesifik mengenai faktor pemicu (Driving force), tekanan

Lebih terperinci

OLEH : DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA, SEPTEMBER

OLEH : DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA, SEPTEMBER OLEH : DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA, SEPTEMBER 2010 Mandat Pengelolaan dan Konservasi SDI Dasar Hukum

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan kawasan Pesisir dan Laut Kabupaten Maluku Tenggara sebagai satu kesatuan wilayah akan memberikan peluang dalam keterpaduan perencanaan serta pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi alam Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah tropis merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan sehingga Indonesia dikenal sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang 4 TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang Ruang (space) dalam ilmu geografi didefinisikan sebagai seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfer, tempat hidup tumbuhan, hewan dan manusia (Jayadinata

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah dasar ini selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut -II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyatakan bahwa kawasan konservasi di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/2008 TENTANG KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/2008 TENTANG KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.17/MEN/2008 TENTANG KAWASAN KONSERVASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Biogeofisik 4.1.1. Letak Administratif dan Geografis Secara geografis Karimunjawa terletak pada posisi antara 5 o 40 5 o 57 LS dan 110 o 04 110 o 40 BT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan pusat dari segitiga terumbu karang (coral triangle), memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (megabiodiversity). Terumbu karang memiliki

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 T E N T A N G KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA B U P A T I B A N G K A, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km (Rompas 2009, dalam Mukhtar 2009). Dengan angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 613/Kpts-II/1997 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERAIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 613/Kpts-II/1997 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERAIRAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 613/Kpts-II/1997 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERAIRAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN 102 BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN Terdapat empat variabel perubahan ekonomi responden nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata dianalisis hubungannya

Lebih terperinci

Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa

Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa F 2 04 Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa Sukron Alfi R.*, M. Danie Al Malik *Marine Diving Club, Jurusan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Statistik Balai TN Karimunjawa Tahun

Statistik Balai TN Karimunjawa Tahun - 1 - Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Buku Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa tahun 2016. Buku ini berisi informasi potensi dan kegiatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR : 070/Kpts-II/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR : 070/Kpts-II/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR : 070/Kpts-II/2000 TENTANG PENUNJUKAN PULAU PIEH DAN PERAIRAN DISEKITARNYA SELUAS ± 39.900 (TIGA PULUH SEMBILAN RIBU SEMBILAN RATUS) HEKTAR, YANG TERLETAK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci