IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 4 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Biogeofisik Letak Administratif dan Geografis Secara geografis Karimunjawa terletak pada posisi antara 5 o 40 5 o 57 LS dan 110 o o 40 BT dengan jarak sekitar 60 mil laut di sebelah timur laut kota Semarang yang meliputi wilayah daratan seluas ha dan wilayah perairan seluas ha. Sesuai SK Menteri Kehutanan nomor 74/Kpts- II/2001), luas kawasan Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) ha meliputi hutan hujan tropis dataran rendah seluas 1.285,5 ha, hutan mangrove 222,2 ha dan sisanya perairan seluas 110,117,3 ha (BTNK, 2004 a ). Secara administratif, kepulauan Karimunjawa yang terdiri dari 27 pulau merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah; yang terdiri dari tiga desa, yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan dan Desa Parang. Tabel 17 menyajikan luas dan status pulau di Kecamatan Karimunjawa, dimana 22 dari 27 pulau yang ada termasuk dalam kawasan TNKJ dengan permukiman penduduk hanya terdapat di lima pulau besar, yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk dan Pulau Genting. Status kepemilikan pulau 70% adalah milik perorangan dan swasta, sedangkan penduduk hanya memiliki 22% pulau. Hal ini akan menyulitkan pengelolaan karena para pemilik lahan (pulau) menyatakan mereka berhak atas property yang dimiliknya. a b Gambar 11 Sebagian pulau di Karimunjawa. a. Pulau Karimunjawa b. Pulau Menyawakan

2 5 Tabel 17 Luas dan status pulau di Kecamatan Karimunjawa No Nama Pulau Luas (ha) Status Hunian Status hukum Status Kepemilikan Desa Karimunjawa (64,90 %) 1. Karimunjawa 4.302,5 permanen TN (L R M B) Penduduk 2. Menjangan Besar 56,0 permanen TN (W B) Swasta 3. Menjangan Kecil 46,0 permanen TN (R W) Swasta 4. Menyawakan 21,0 reguler TN (W) Perorangan 5. Cemara Besar 3,5 tak berpenghuni TN Swasta 6. Cemara Kecil 1,5 tak berpenghuni TN (L) Perorangan 7. Geleang 24,0 reguler TN (L) Perorangan 8. Burung 1,0 tak berpenghuni TN (L) Perorangan 9. Batu 0,5 tak berpenghuni TN Negara 10. Genting 137,0 permanen diluar TN (P) Swasta 11. Sambangan 8,0 tak berpenghuni diluar TN (P) Perorangan 12. Seruni 20,0 reguler diluar TN (P) Swasta Desa Kemujan (22,84 %) 13. Kemujan 1.501,5 permanen TN (L R M B) Penduduk 14. Bengkoang 79,0 permanen TN (W) Penduduk 15. Merica 1,0 tak berpenghuni TN Perorangan 16. Sintok 21,0 tak berpenghuni TN (L) Perorangan 17. Cendekian 13,0 tak berpenghuni diluar TN (P) Penduduk 18. Gundul 4,5 tak berpenghuni diluar TN (P) Negara 19. Tengah 4,0 tak berpenghuni TN (W) Swasta 20. Cilik 2,0 tak berpenghuni TN Swasta Desa Parang (12,26 %) 21. Parang 692,0 permanen TN (R - M - B) Penduduk 22. Nyamuk 126,0 permanen TN (R - M - B) Penduduk 23. Kembar 15,0 tak berpenghuni TN (W) Perorangan 24. Kumbang 12,5 tak berpenghuni TN (I - W) Perorangan 25. Krakal Besar 10,0 tak berpenghuni TN Perorangan 26. Krakal Kecil 10,0 tak berpenghuni TN Perorangan 27. Katang 7,5 tak berpenghuni TN (L) Perorangan Luas areal darat Sumber : BTNK (2004 a ), Keterangan : TN : dalam kawasan Taman Nasional I : Zona Inti L : Zona Perlindungan R : Zona Rehabilitasi M : Zona Pemanfaatan - Pemukiman W : Zona Pemanfaatan - Pariwisata B : Zona Pemanfaatan - Budidaya perikanan P : Zona Penyangga (diluar kawasan TN) Topografi Topografi pulau-pulau di Karimunjawa umumnya berupa dataran rendah dengan bukit bergelombang, yang mempunyai ketinggian antara m dpl. Pulau Karimunjawa merupakan pulau terbesar dalam kawasan dengan keadaan topografi sebagian besar (75,29%) berupa bukit dengan kemiringan berkisar antara 10 sampai 37%. Sedangkan topografi dasar perairan pulau-pulau di

3 Karimunjawa umumnya berpasir putih dan sangat landai dengan kemiringan 1 2% dan kedalaman laut < 50m. Tipe substrat dasar perairan berupa pasir berlumpur dan lumpur berpasir. Kebanyakan pulau dikelilingi fringging reef yang menyebabkan pantainya terlindung dari hempasan ombak (BTNK, 2004 a ; Martoyo, 1998). Keadaan topografi yang demikian, dengan pantai berpasir putih yang landai menjadikan daya tarik Karimunjawa sebagai daerah tujuan wisata bahari di Jawa Tengah Aksesibilitas dan Sistem Transportasi Aksesibiltas ke Karimunjawa dapat dilakukan melalui jalur udara dan laut. Transportasi udara dilayani melalui bandara Ahmad Yani di Semarang menuju bandara Dewadaru di Pulau Kemujan oleh PT. Wisata Laut Nusa Permai (Kurakura resort) menggunakan pesawat Cesna berkapasitas enam orang dengan waktu tempuh 30 menit, jadwal keberangkatan sesuai dengan paket perjalanan wisata yang dijual. Sedangkan transportasi laut dilakukan secara reguler menggunakan kapal motor Muria dan kapal motor Kartini 1 (Tabel 18). Hal ini menunjukkan terbatasnya akses dari dan ke Karimunjawa sehingga dapat menjadi hambatan bagi pengembangan dan pembangunan pariwisata Karimunjawa. Tabel 18 Jadwal keberangkatan kapal feri tiap minggu Rute Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Keterangan Jepara KM Muria Karimunjawa waktu tempuh Karimunjawa jam Jepara Semarang KM Kartini 1 Karimunjawa waktu tempuh Karimunjawa ,5 jam Semarang Semarang Jepara *) Jepara Karimunjawa *) Karimunjawa Jepara *) Jepara Semarang *) KM Kartini 1 waktu tempuh 1,5 jam KM Kartini 1 waktu tempuh 2,5 jam KM Kartini 1 waktu tempuh 3 jam Catatan : *) pada minggu ke-2 dan ke-4 6

4 7 a. KM Muria b. KM Kartini 1 c. Pesawat Cesna Gambar 12 Sarana transportasi ke Karimunjawa. Transportasi antar pulau dilayani oleh perahu motor, sedangkan transportasi dalam pulau berupa jalan aspal selebar 4,5 m dan sepanjang 25 km yang menghubungkan pusat Kota Kecamatan di Pulau Karimunjawa sampai ke pulau Kemujan yang dihibungkan dengan jembatan sepanjang 79 m. Sarana transportasi darat untuk melayani penduduk setempat didukung angkutan mobil pick up sebanyak 11 buah di Desa Karimunjawa dan 17 buah di Desa Kemujan yang dikelola oleh masyarakat setempat. Untuk pulau-pulau lain hanya terdapat jalan desa berupa paving blok atau tanah kering yang hanya dapat dilalui kendaraan roda 2 (Bappeda Kab. Jepara, 2005). Sistem transportasi darat di dalam pulau cukup memadai untuk memenuhi keperluan penduduk, akan tetapi transportasi antar pulau sedikit menyulitkan penduduk yang berada di luar pusat kota kecamatan karena bahan makanan pokok penduduk Karimunjawa dipasok dari pulau Jawa dan pelabuhan penumpang dan barang hanya ada di pulau Karimunjawa. Hal ini dapat menjadi hambatan bagi kehidupan penduduk yang tinggal jauh dari pusat kota kecamatan, apalagi pada musim barat saat gelombang tinggi dimana tidak ada pelayaran.

5 8 a. Jalan Kemujan-Karimunjawa b. Pelabuhan Karimunjawa Gambar 13 Kondisi Jalan dan Pelabuhan di Karimunjawa Hidrologi Di dalam kawasan TNKJ tidak ditemukan sungai, kebutuhan air penduduk dipenuhi dari lima sumber mata air besar di Pulau Karimunjawa, yaitu di Legon Goprak, Legon Lele, Kapuran, Legon Cikmas dan Nyamplungan untuk dimanfaatkan penduduk desa Karimunjawa sebagai sumber air minum yang disalurkan melalui pipa dari mata air di Legon Goprak. Di Pulau Parang terdapat danau yang sangat membantu penduduk untuk mencukupi kebutuhan pengairan bagi aktivitas pertaniannya (Bappeda Kab. Jepara, 2005). Bagi penduduk di pulau-pulau lainnya, kebutuhan air tawar tercukupi dari sumur-sumur gali yang dibuat dengan kedalaman bervariasi, sesuai dengan ketinggian tempatnya. Di daerah tepi pantai, kedalaman sumur relatif dangkal yaitu berkisar antara 4-7m, sedangkan di daerah pedalaman dengan jarak dari pantai 100m, kedalaman sumur dapat mencapai >15m. Meskipun seluruh kawasan dikelilingi oleh laut, namun kualitas air tanahnya tergolong baik, dengan ph berkisar antara 6,55-6,92, kesadahan berkisar 9,12-9,84 ppm, kandungan ion Mg berkisar antara 3,24-3,91 ppm dan Na berkisar 3,20-3,34 ppm. Kondisi air tanah demikian ini dikarenakan tekstur tanahnya sangat baik untuk menyimpan air dan mampu menetralkan garam sehingga instrusi air asin belum muncul pada jarak 100 m dari pantai. Instrusi air laut terjadi pada daerah hutan mangrove yang telah dikonversi untuk tambak, yang telah menyebabkan pohon kelapa disekitarnya menjadi kerdil dan akhirnya mati. Sementara di beberapa lokasi permukiman yang berdekatan dengan pantai, tanda-tanda kesadahan dari beberapa sumur gali mulai terasa, yaitu agak licin jika dipakai untuk keperluan mandi.

6 9 Sampai saat ini penduduk Karimunjawa belum menghadapi masalah kekurangan air tawar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, walaupun demikian sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan jumlah wisatawan maka perlu dipikirkan kebutuhan air tawar untuk menunjang kegiatan usaha wisata dengan teknologi tepat guna bagi kawasan pulau kecil. Kebutuhan air tawar dapat diperoleh dengan pembuatan cadangan tampungan air pesisir (coastal reservoir) seperti di Pulau Batam atau dengan proses desalinasi, penggunaan air kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) Oceanografi Kepulauan Karimunjawa seperti perairan Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh angin musim Timur dan Barat. Kecepatan arus permukaan relatif kecil (1,32-4,02 cm/det), tetapi arus laut pada musim Timur bergerak dengan kecepatan cm/det dengan rata-rata 25 cm/det, sedangkan kecepatan arus laut pada musim Barat berkisar antara cm/det dengan rata-rata 38 cm/det. Arus yang cukup kuat dijumpai di selat antara Pulau Karimunjawa dengan Pulau Menjangan Besar, sekitar Pulau Kembar, sekitar Pulau Krakal Besar dan Pulau Krakal Kecil, bagian Timur Pulau. Menyawakan dan sekitar Pulau Bengkoang. Tinggi gelombang laut di sekitar perairan pulaupulau yang ada sejauh m dari garis pantai adalah antara 1,50-1,80 m dengan kecepatan angin antara 0,5-0,7 km/jam. Hal ini akan berdampak pada pariwisata dimana saat gelombang tinggi pada musim timur (Juli-September) dan musim barat (Desember-Maret), aksesibilitas ke Karimunjawa kadang terputus sampai selama 3 4 bulan akibat tidak adanya kapal yang beroperasi. Musim terbaik untuk kunjungan ke Karimunjawa dapat dilakukan pada musim pancaroba antara bulan Oktober-Desember dan April-Juni. Suhu lapisan air permukaan berkisar C dengan salinitas antara /oo, kecuali di daerah perairan Legon Lele yang mempunyai salinitas rendah yaitu antara /oo karena ada aliran air tawar yang berasal dari mata air yang ada di daratan dan masuk ke perairan sebagai sungai kecil. Derajat keasaman pada umumnya bersifat alkalis (ph 7). Kondisi pasang surut di kawasan ini mempunyai tipe semi diurnal harian ganda, dimana pasang terjadi dua kali dalam sehari yaitu pada pukul WIB dan WIB dengan interval antara surut dan pasang sekitar cm atau rata-rata 90 cm. Keadaan suhu yang hangat menjadikan perairan pesisir tropis banyak diminati wisatawan asing, akan tetapi dengan ketinggian air pasang hampir 1

7 meter menjadikan luas pantai semakin sempit akibat tertutup air pasang pada siang hari selama 5 jam, sehingga aktivitas wisatawan di pantai terganggu air pasang Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Kependudukan Karimunjawa mulai dihuni secara permanen pada akhir abad ke-19 ketika Belanda tiba di Jawa. Selama pendudukan Jepang pada tahun 1940an, diperkirakan jumlah penduduk Karimunjawa sekitar 1400 jiwa, jumlah ini terus meningkat setiap tahun dengan rata-rata pertumbuhan 2,05% (Bappeda Jepara, 2005). Jumlah penduduk Karimunjawa berdasarkan statistik BTNK tahun 2008 adalah jiwa yang terdiri dari rumah tangga, dengan distribusi 46,79% di Desa Karimunjawa; 30,51% di Desa Kemujan; dan 22,7% di Desa Parang dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 2,74% per tahun dan kepadatan rata-rata 119 jiwa/km 2 (Tabel 19). Pada tahun 2006 laju pertumbuhan meningkat tajam seiring dengan pembangunan pariwisata Karimunjawa, hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah pendatang dari Jawa yang bekerja pada sektor pariwisata. Tabel 19 Data kependudukan kecamatan Karimunjawa Tahun Jumlah penduduk Laju pertumbuhan Kepadatan (jiwa) per tahun (jiwa/ km 2 ) % % % % 127 Sumber : Pemda Jepara (1994), Monografi Desa (1999), BTNK (2008) Sebagian besar penduduk Karimunjawa adalah pendatang dari Jawa, Madura dan Makasar dengan lama tinggal rata-rata 24 tahun dan alasan utama kepindahan karena keluarga (34.3%) dimana mereka diajak saudaranya yang telah terlebih dahulu tinggal dan menikah di Karimunjawa dan karena pekerjaan (23%). Menurut Wibowo (2006) komposisi penduduk pendatang adalah 88.8% dari suku Jawa yang tinggal di Karimunjawa, Genting dan Kemujan (Dukuh Mrican dan Dukuh Kemujan); 6.7% dari Suku Bugis yang tinggal di Kemujan (Dukuh Batulawang dan Dukuh Tlogo); 1.5% dari suku Madura yang tinggal di Parang (Dukuh Nyamuk); dan 0,7% suku Mandar yang tinggal di Kemujan. 10

8 Tingkat Pendidikan Fasilitas pendidikan di Karimunjawa sudah mencukupi dengan jumlah gedung 19 buah dari tingkat TK sampai SMA dan ratio guru - murid 1:10. Tabel 20 memberikan gambaran distribusi murid dan guru di semua tingkatan pendidikan, dimana terdapat 14 buah SD (6 di Pulau Karimunjawa, 4 di Pulau Kemujan dan 3 di Pulau Parang dan 1 di Pulau Genting); 2 SMP dan 1 MTs, serta 1 Madrasal Aliyah di Pulau Kemujan dan 1 SMK Negeri (jurusan Budidaya Rumput Laut & Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan) di Pulau Karimunjawa yang merupakan sekolah gratis. Tabel 20 Distribusi murid dan guru menurut tingkat pendidikan di TNKJ, 2006 Tingkat Jumlah Jumlah murid Jumlah guru pendidikan gedung Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah TK SD SMP MTs SMK MA Jumlah Sumber : Jepara dalam angka (2006) Walaupun demikian, tingkat pendidikan penduduk Karimunjawa pada umumnya masih rendah (Tabel 21) dimana sebagian besar penduduk (94,23%) berpendidikan sampai tingkat SD, jika diperinci hanya 60% yang tamat SD; 22% tidak lulus SD; 12% tidak sekolah. Sedangkan jumlah lulusan dengan pendidikan menengah atas dan lanjut masih sangat minim (2,46%), hal ini dikarenakan persepsi masyarakat tentang arti penting pendidikan masih kurang, apalagi sebagian besar orang tua mereka hanya berprofesi sebagai nelayan; sementara biaya sekolah sampai ke pendidikan tinggi tergolong mahal. Hal ini nantinya akan berdampak terhadap upaya konservasi kawasan TNKJ karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh penduduk, oleh karenanya program peningkatan pendidikan sangat diperlukan untuk dapat membangun kapasitas masyarakat Karimunjawa.

9 12 Desa Tabel 21 Tingkat pendidikan penduduk Karimunjawa, 2006 Tingkat pendidikan SD SLTP SLTA PT Jumlah Karimunjawa Kemujan Parang Jumlah total Persentase 94,23 3,50 1,85 0, Sumber : Monografi Desa Kecamatan Karimunjawa (2006) Mata Pencaharian Kualitas pendidikan yang rendah akan menyebabkan rendahnya pengetahuan yang mempengaruhi pola pikir, cara pandang dan kemampuan adaptasi mereka terhadap perubahan teknologi. Selain itu juga berpengaruh terhadap pola pemanfaatan sumberdaya alam, sehingga tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam masih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jenis mata-pencaharian penduduk (Tabel 22) dimana yang paling memberikan dampak terhadap keberadaan sumberdaya alam adalah nelayan (60,34%), petani (18,50%) dan pengrajin souvenir (4,61%). No Tabel 22 Jenis mata pencaharian penduduk Karimunjawa, 2007 Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Karimunjawa Kemujan Parang Total Persentase 1. Petani ,50 2. Buruh tani/nelayan ,34 3. Pengusaha ,80 4. Buruh industri /,pengrajin ,61 5. Pedagang ,05 6. Konstruksi ,07 7. Angkutan ,46 8. PNS dan TNI ,44 9. Pensiunan ,31 10 Lainnya (Jasa) ,42 Jumlah ,00 Sumber : BTNK (2008)

10 13 Nelayan sebagai jumlah terbanyak mempunyai ketergantungan tinggi terhadap sumberdaya perikanan dimana kegiatan mereka cenderung mengeksploitasi sumberdaya dengan cara-cara yang merusak sehingga mengganggu upaya konservasi yang dapat menurunkan nilai sumberdaya itu sendiri. Sementara pengrajin souvenir banyak yang mengambil kayu mangrove jenis setigi untuk bahan baku pembuatan tongkat maupun tasbih; sedangkan petani, termasuk petani tambak tidak banyak memberikan pengaruh terhadap kerusakan sumberdaya karena usaha mereka tergantung musim. Salah satu ciri kuat dari struktur sosial komunitas nelayan adalah kuatnya hubungan antara juragan dengan buruh nelayan. Ikatan ini lahir untuk saling membagi resiko dan ketidakpastian secara ekonomi (patron klien). Ikatan patron klien ini merupakan jaminan ekonomi yang saat ini dipraktekkan sebagai hubungan yang saling menguntungkan dan juga jalinan keakraban (dalam nilai sosial), namun sangat berbeda dampaknya dalam lingkup pemanfaatan sumberdaya alam. Dalam penjualan hasil tangkapan, nelayan Karimujawa sudah mempunyai ikatan sangat kuat dan mendalam dengan juragannya, dimana semua harga ditentukan oleh juragan sehingga nelayan tidak punya posisi tawar. Oleh karenanya tempat pelelangan ikan yang ada di Karimunjawa tidak berfungsi. Untuk itu diperlukan perbaikan kelembagaan perikanan akan tetapi membutuhkan waktu yang lama karena merubah perilaku tidaklah mudah Tingkat Pendapatan Jika dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat Karimunjawa, lebih dari 50% penduduk tergolong dalam keluarga sejahtera dengan rata-rata pendapatan per bulan diatas 1 juta (Tabel 23). Akan tetapi biaya hidup di Karimunjawa relatif lebih besar dibandingkan pulau Jawa, hal ini dapat dilihat dari harga sembilan bahan pokok yang relatif lebih mahal (30-50% lebih tinggi), misalnya harga BBM di Karimunjawa sekarang mencapai Rp 8.000,- sampai Rp 9.000,- per liter. Hal ini dikarenakan barang-barang tersebut harus dibeli dan diangkut dari pulau Jawa sementara jumlah dan frekuensi kapal ke Karimunjawa terbatas dan juga dibatasi oleh musim.

11 14 Tabel 23 Persentase tingkat pendapatan masyarakat Karimunjawa, 2005 Tk. Pendapatan (Rp) Karimunjawa Kemujan Parang Rata-rata < 500 ribu 7,62 13,90 12,20 12,8 500 ribu 1 juta 20,95 31,60 34,70 28,8 1 juta 2 juta 50,48 45,60 51,00 46,0 > 2 juta 20,95 8,90 2,00 12,0 Sumber : Bappeda Kab. Jepara (2005) Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Karimunjawa sangat beragam, tergantung dengan karakteristik lahan. Jenis penggunaan lahan darat berupa hutan, kebun, sawah, tambak dan permukiman yang telah berlangsung sejak tahun 1940an dimana perubahan penggunaan lahan banyak terjadi penyusutan untuk jenis penggunaan hutan dan perkebunan, sedangkan jenis pengunaan lahan untuk permukiman semakin berkembang (Tabel 24). Pemukiman umumnya banyak dijumpai di sepanjang pantai dan di pinggir jalan yang mengelilingi pulau dimana keadaan perumahan penduduk terdiri atas rumah permanen 35,19%, rumah semi permanen 31,65%, dan rumah non permanen 33,16%. Tabel 24 Perbandingan jenis penggunaan lahan di Karimunjawa No Penggunaan Lahan Luas (ha) Prosentase Pertanian ,22 1,35 1,45 2. Perkebunan ,18 29,72 29,61 3. Hutan ,93 34,85 29,58 4. Permukiman ,25 32,57 36,54 5. Padang rumput ,17 6. Rawa ,04 0,62 0,29 7. Kolam/tambak ,39 8. Tanah bera ,93 9. Area terbuka , Penggunaan lain ,38 0,65 1,04 Jumlah ,00 100,00 100,00 Sumber : BTNK (2004 b ), Monografi Karimunjawa (1995), Pemda Jateng (1988) Penyusutan luas hutan dan perkebunan banyak terjadi karena beralih fungsi menjadi permukiman, tambak, tanah bera, dan penggunaan lain. Hutan dan perkebunan tanaman keras yang semula luasnya sekitar 40% menyusut manjadi 29% dalam waktu 16 tahun karena adanya peningkatan kebutuhan lahan untuk permukiman yang sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Fungsi hutan sebagai pengatur air seharusnya dijaga keberadaannya, apalagi Karimunjawa tidak mempunyai sungai; oleh karenanya perlu penyadar-tahuan

12 15 kepada masyarakat akan arti penting konservasi daerah resapan air bagi perlindungan sistem hidrologi sebagai sistem penyangga kehidupan agar pemanfaatannya dapat terus berlanjut. Permasalahan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan laut lebih kompleks dibandingkan wilayah daratan dimana konflik pemanfaatan ruang lebih sering terjadi, terutama antara nelayan lokal dan pendatang dan antara pengembang dan penduduk. Hal ini terjadi karena mereka beraktifitas di tempat yang sama yang tidak kelihatan nyata batasannya dan berkompetisi untuk mendapatkan komoditas yang sama pula sehingga perlu ada pengaturan lebih lanjut dalam hal alokasi pemanfaatan ruang dan eksploitasi sumberdaya alam TNKJ Fasilitas Umum Fasilitas umum di Karimunjawa disediakan untuk menunjang kehidupan masyarakat dan mendukung pengembangan pariwisata (Tabel 25). Fasilitas telekomunikasi dikembangkan oleh PT. TELKOM yang berupa jaringan telepon dengan kapasitas 212 SST menggunakan sistem transmisi Stasiun Bumi Kecil (SBK) milik yang terletak di Desa Karimun. Selain itu juga ada sarana komunikasi terbatas yaitu melalui SSB, radio VHF dan pesawat 2m milik Kantor Kecamatan Karimunjawa sehingga arus informasi dapat berjalan terus walaupun lokasi Karimunjawa cukup jauh dan terisolir. Fasilitas listrik di Karimunjawa disediakan oleh PLTD dari pukul sampai pukul Pembangkit listrik dioperasikan oleh Kalisda dan juga hibah dari PT.TELKOM, yang berupa mesin diesel, tenaga matahari dan tenaga angin untuk kemudian disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Di Pulau Nyamuk terdapat sebuah generator yang khusus untuk keperluan navigasi milik Dinas Perhubungan. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya yang ada di Pulau Parang hanya terbatas untuk aparat desa, selain itu terdapat 1 unit pembangkit listrik tenaga angin baru yang dimanfaatkan oleh Puskesmas. Keterbatasan listrik di beberapa pulau kecil lainnya disiasati dengan penggunaan Genset/diesel yang berasal dari swadaya masyarakat, sehingga tidak menjadi hambatan bagi masyarakat ataupun wisatawan yang beraktivitas di malam hari. Kebutuhan listrik seharusnya tidak dibatasi oleh waktu, bagi pulau kecil di daerah terpencil dapat dkembangkan listrik tenaga surya atau tenaga angin bahkan tenaga ombak. Untuk itu perlu dikenalkan dan dibuat suatu unit percontohan pengembangan kelistrikan desa menggunakan tenaga alam tersebut.

13 16 Tabel 25 Fasilitas umum di Karimunjawa No. Jenis fasilitas Jumlah (unit) Keterangan 1 Air bersih 6 PDAM Swakarsa 2 Listrik 5 PLTD Kalisda dan Telkom 3 Komunikasi 3 Telkom, Telkomsel, XLindo 4 Sarana Pendidikan : - TK 3 Negeri - SD 14 Negeri - SLTP 2 Negeri dan MTs - SLTA 2 MA dan SMK terbuka 5 Kesehatan 1 Puskesmas 6 Bank 1 7 Transportasi : - laut 2 KMP Muria dan KMP Kartini 1 - darat 11 Mobil dan Motor - udara 1 Deraya Air Service (Kura-kura resort) 8 Bandara 1 Panjang landasan 750 m, di Kemujan 9 Dermaga 4 Di Karimunjawa dan Kemujan 10 Pariwisata : - Hotel/wisma/resort 8 Swasta dan Dinas Pariwisata - Homestay 17 Milik Masyarakat - Toko Souvenir 18 Milik Masyarakat & Pemda - Warung makan 8 Milik Masyarakat 11 Perikanan : - TPI 1 Dinas Perikanan (tidak berfungsi) - Pabrik es 1 Dinas Perikanan (rusak) 12 Keamanan 6 Kantor Koramil, kantor Polsek, Pos Pol Airud, Pos TNI AL, Satpol PP, kantor Jagawana TNKJ Sumber : BTNK (2008) Fasilitas perdagangan terbatas pada satu pasar umum yang hanya buka pada pagi hari (dari jam sampai jam WIB), satu Kedai Pesisir dan satu pusat pertokoan Cinderamata di Pulau Karimunjawa serta beberapa kios/ruko atau bangunan semi permanen yang tersebar Pulau Kemujan dan Pulau Parang. Selain itu juga terdapat 12 industri kecil dan 127 industri rumah tangga yang tersebar di semua desa. Kegiatan ekonomi yang kurang berkembang disebabkan oleh karena kebutuhan hidup masyarakat tidak dapat dipenuhi dari Kepulauan Karimunjawa, tetapi diambil dari Jepara dan Semarang.

14 Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) Status dan Sejarah Berdasarkan surat Gubernur Jawa Tengah nomor 556/21378 tanggal 26 Oktober 1982 tentang usulan Kepulauan Karimunjawa sebagai Taman Nasional Laut, maka pada tahun 1986 Karimunjawa ditetapkan sebagai Cagar Alam Laut berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 123/Kpts-II/1986 tanggal 9 April 1986 tentang Penunjukkan Kepulauan Karimunjawa dan perairan laut disekitarnya seluas ha yang terletak di Dati II Jepara, Dati I Jawa Tengah sebagai Cagar Alam laut. Hal ini dilakukan mengingat keindahan alam laut yang khas dengan keanekaragaman terumbu karang serta pantai pasir putih yang landai dimana ditemukan telur-telur penyu yang perlu dijaga kelestariannya. Pada tahun 1988 Karimunjawa dinyatakan sebagai kawasan Taman Nasional dengan surat pernyataan Menteri Kehutanan No. 161/Menhut-II/1988 tanggal 23 Februari 1988 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Laut Karimunjawa menjadi Taman Nasional Laut, agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, rekreasi dan pariwisata. Pada tahun 1999 melalui SK Menteri Kehutanan no. 78/ Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999 tentang perubahan Cagar Alam Karimunjawa dan perairan laut disekitarnya yang terletak di Kabupaten Jepara, Propinsi Dari I Jawa Tengah seluas ha menjadi Taman Nasional dengan Taman Nasional Karimunjawa. Pada tanggal 15 Maret 2001 dikeluarkan SK Menteri Kehutanan terbaru no. 74/ Kpts-II/2001 tentang Penetapan sebagian kawasan Taman Nasional Karimunjawa seluas ,30 ha yang terletak di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah sebagai kawasan pelestarian alam perairan. Untuk mendukung sistem pengelolaan kawasan telah ditetapkan penataan mintakat pada kawasan taman nasional berdasarkan SK Dirjen PHPA No. 53/Kpts/DJ-VI/1990 tentang Penataan Zonasi/Mintakat Taman Nasional Karimunjawa. Untuk mendukung pengelolaan TNKJ, beberapa dokumen perencanaan yang telah disusun oleh BTNK, antara lain adalah : 1). Rencana Induk TNKJ tahun 1987/1988; 2). Rencana Pengelolaan TNKJ tahun ; 3). Rencana Pengelolaan TNKJ periode tahun ). Rencana strategik pengelolaan TNKJ ). Rencana Unit Pengelolaan Lima Tahunan; 6). Rencana Unit Pengelolaan Tahunan; dan

15 18 7). Rencana Tapak TNKJ. Pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah menyadari arti penting dari status kawasan sebagai taman nasional sebagaimana disebutkan dalam Perda no 22 tahun 2003 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Tengah dimana Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan pelestarian alam (KPA) merupakan kawasan yang harus dilindungi untuk menjaga dan memelihara, meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan buatan serta mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan. Berbagai kegiatan juga telah dilakukan oleh dinas teknis terkait untuk melakukan penelitian dan pengembangan kawasan serta pemberdayaan masyarakat Visi dan Misi Pengelolaan Dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) dan rencana strategik pengelolaan TNKJ disebutkan bahwa visi pengelolaan TNKJ adalah memantapkan pengelolaan KSDAHE TNKJ melalui perlindungan hutan dan penegakan hukum, optimalisasi pemanfaatan berdasarkan prinsip kelestarian yang didukung kelembagaan dan kemitraan yang kuat. Visi merupakan suatu keadaan yang ingin dicapai di masa datang yang cara pencapaiannya dijabarkan dalam misi. Untuk mencapai visi pengelolaan TNKJ, BTNK seharusnya melakukan perlindungan, penegakan hukum, pemanfaatan, menyiapkan kelembagaan dan kemitraan. Akan tetapi apa yang seharusnya dikerjakan tidak dituangkan dalam misi secara jelas cara pencapaiannya sehingga tidak bisa digunakan sebagai petunjuk kerja. Misi pengelolaan TNKJ menurut RPTN TNKJ adalah : 1). Mewujudkan TNKJ sebagai KPA dalam mendukung perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna serta pemanfaatan secara lestari potensi SDAHE; 2). Mewujudkan relevansi pengelolaan TNKJ di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat; 3). Meningkatkan efektifitas pengelolaan TNKJ sesuai fungsi kawasan; 4). Mengembangkan dan memantapkan upaya pengawetan, pengendalian & pemanfaatan tumbuhan & satwa liar; 5). memantapkan upaya perlindungan dan penegakan hukum serta pengendalian kebakaran hutan di TNKJ;

16 19 6). Mengembangkan obyek dan daya tarik wisata (ODTW) & jasa lingkungan di kawasan hutan/perairan serta pngembangan bina cinta alam; dan 7). Penguatan kelembagaan dan kemitraan dengan melibatkan para pihak yang terkait dalam pengelolaan TNKJ. Namun demikian tidak semua stakeholder mengetahui ataupun memahami visi dan misi pengelolaan TNKJ tersebut, karena pemaparan visi-misi hanya dilakukan oleh pihak BTNK melalui presentasi dalam suatu pertemuan dan dalam buku atau dokumen yang tidak dipublikasi secara luas. Seharusnya dari penjabaran misi tersebut dituangkan dalam bentuk program kerja dan rencana strategis sampai rencana teknis cara pencapaiannya yang diinformasikan kepada seluruh stakeholder agar mereka dapat mensinergikan program kegiatannya dan dapat memberi dukungan dalam pelaksanaan pengelolaan TNKJ Sistem Pengelolaan Pengelolaan kawasan TNKJ sebagaimana dimanatkan dalam UU nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya dilakukan dengan sistem zonasi. Zonasi taman nasional menurut Permenhut no. P.56 tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisi data, penyusunan draft rancangan rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas, dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dimana zona dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Penataan zona dimaksudkan untuk mewujudkan sistem pengelolaan taman nasional yang efektif dan optimal sesuai dengan fungsinya. Melalui keputusan Dirjen PHPA nomor 127/Kpts/DJ-VI/89 yang dikukuhkan dengan SK Menteri Kehutanan nomor 53/Kpts/Dj-VI/1996 tentang Penunjukan mintakat pada Taman Nasional Laut Karimunjawa dimana TNKJ dikelompokkan dalam empat zona : zona inti; zona perlindungan/rimba; zona pemanfaatan; dan 4) zona penyangga (Tabel 26).

17 20 Tabel 26 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa tahun 1990 Zona Luas (ha) Perairan Daratan Potensi Inti 152,4 Pulau Burung, Pulau Burung, Habitat penyu & Pulau Geleang Pulau Geleang Elang laut Perlindungan Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Cemara Besar Pulau Cemara Kecil Pulau Krakal Besar Pulau Krakal Kecil Pulau Menyawakan Pulau Cendekian Pulau Mrican Pulau Bengkoang Pemanfaatan Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Menjangan Besar Pulau Menjangan Kecil Pulau Kumbang, Pulau Kembar Karang Katang Karang Besi, Pulau Parang Penyangga Semua perairan diluar zona inti, zona perlindungan dan zona pemanfaatan Sumber : BTNK (2004 b ) Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Cemara Besar Pulau Cemara Kecil Pulau Menyawakan Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Menjangan Besar Pulau Menjangan Kecil Pulau Kumbang, Pulau Kembar Pulau Katang, Pulau Parang Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Menjangan Pulau Tengah, Pulau Cilik Pulau Bengkoang Karang merah Kondisi ekosistem masih asli Keanekaragam tinggi Daerah pemijahan Hutan hujan tropis Hutan mangrove Kegiatan Penelitian pendidikan & pariwisata Pantai pasir putih Perairan tenang Pertanian Kebun campur Pemukiman Perikanan Sejalan dengan perkembangan dinamika masyarakat dan melihat kondisi di lapangan, penataan zonasi TNKJ tahun 1990 telah direvisi ulang karena pada waktu penataannya hanya mempertimbangkan aspek konservasi penyu dan elang laut tanpa memperhatikan aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat seta aspek ekologis lainnya. Hal ini bisa ditunjukkan dengan adanya kepemilikan lahan pulau pada zona inti (Purwanti, 1996) sehingga pelaksanaan pengelolaan kurang mendapat dukungan masyarakat, selain itu juga ada kegiatan penambangan terumbu karang untuk bahan bangunan (Supriharyono et al, 1999). Pada tahun 2004 BTNK bekerjasama dengan LSM melakukan kajian mendalam penataan ulang zonasi melalui serangkaian tahapan dari persiapan, pengumpulan dan analisis data, konsultasi publik hingga penyusunan draft (Lampiran 2) dengan melibatkan masyarakat Karimunjawa, perguruan tinggi dan

18 21 LSM dalam penggalian pendapat tentang calon zona. Adapun tahapan pertemuan untuk menggali aspirasi masyarakat antara lain adalah : 1). Lokakarya pelestarian alam dalam rangka perencana terpadu TNKJ (Jepara, 24 Juni 2003); 2). Lokadesa di Karimunjawa (Karimunjawa, Juni 2003); 3). Lokakarya kajian zonasi TNKJ dalam rangka optimalisasi fungsi TNKJ sebagai kawasan pelestarian alam (Jepara, Januari 2004); 4). Pertemuan tim teknis (Februari April 2004); 5). Rapat konsultasi publik dengan instansi pemerintah, ahli, dunia usaha dan LSM (Semarang, 1 Juni 2004); dan 6). Konsultasi publik dengan masyarakat Karimunjawa (Karimunjawa, 1 Agustus 2004). Penentuan zonasi dinilai berdasarkan nilai penting suatu variabel yang memberikan pengaruh terhadap kebutuhan konservasi, kebutuhan masyarakat serta kondisi dan isu lokal yang berkembang di lokasi-lokasi tertentu. Variabel yang digunakan antara lain adalah (BTNK, 2004 b ): 1). Pola pemanfaatan sumberdaya (fishing pressure); 2). Usulan masyarakat terkait dengan tingkat penerimaan; 3). Keterwakilan ekosistem untuk tetap menjamin kekayaan dan keragaman hayati; 4). Luasan area; 5). Jarak dari pelabuhan untuk kemudahan pengawasan; 6). Kedekatan dan keterlihatan dari lokasi berpenduduk; 7). Ekologis (keberadaan terumbu karang, invertebrata, ikan karang, penyu, mangrove, lamun dan daerah pemijahan kerapu); dan 8). Kepemilikan lahan. Hasil rezonasi tersebut disahkan dengan keputusan Dirjen PHKA no. SK.79/IV/Set-3/2005 tentang Revisi Zonasi/Mintakat Taman Nasional Kepulauan Karimunjawa pada tanggal 30 Juni 2005 (Tabel 27 dan Lampiran 3) dan secara bertahap telah disosialisasikan kepada masyarakat. Namun penerapan zonasi yang baru tidak berjalan efektif, hasil survey menunjukkan bahwa masyarakat yang mengetahui adanya rezonasi hanya sekitar 30%, masih ditemukannya pelanggaran memasuki zona terlarang serta hilangnya rambu-rambu batas zona. Hal ini terjadi karena sosialisasi zona kurang mengena sasaran serta tidak diinformasikan secara luas kepada Dinas Perikanan yang mengeluarkan ijin

19 penangkapan, selain itu juga akibat keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang arti penting zona lindung dan tekanan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Inti (perairan sekitar) Tabel 27 Hasil Revisi Zonasi TNKJ 2004 Zona Luas (ha) Lokasi Keterangan 444,629 Pulau Kumbang Taka Menyawakan, Taka Malang Tanjung Bomang Perlindungan 2.587,711 - Daratan Hutan tropis dataran rendah, Hutan mangrove di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan - Perairan Pulau Geleang,Pulau Burung Tanjung Gelam, Pulau Sintok Pulau Cemara Kecil, Pulau Katang Gosong Selikur, Gosong Tengah Rehabilitasi (perairan sekitar pulau) 122,514 Timur Pulau Parang, Timur Pulau Nyamuk, Barat Pulau Kemujan barat Pulau Karimunjawa, Utara Pulau Menjangan kecil, Gosong Kumbang Pemanfaatan: 1. Permukiman Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Parang Pulau Nyamuk 2. Pemanfaatan pariwisata 3. Budidaya perikanan 4. Pemanfaatan perikanan tradisional Penyangga Sumber : BTNK (2004 b ) 1.226,525 Perairan Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Menyawakan, Pulau Kembar, Timur Pulau Kumbang, Pulau Tengah, Pulau Bengkoang, Indonor dan Karang Kapal 788,213 Perairan Pulau Karimunjawa Pulau Kemujan Pulau Menjangan Besar Pulau Parang dan Pulau Nyamuk ,862 Seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada dalam kawasan TNKJ Pulau Gundul, Pulau Seruni Pulau Cendikian, Pulau Sambangan Pulau Genting tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun, sehingga mutlak harus dilindungi. 22 untuk mendukung upaya perlindungan species, pengembang-biakan alami jenisjenis satwa liar dan proses ekologis alami didalamnya. untuk kepentingan pemulihan kondisi ekosistem terumbu karang yang telah mengalami kerusakan sekitar 75% bagi masyarakat yang secara sah sudah ada sebelum kawasan ditetapkan sebagai hutan tetap, dengan memperhatikan aspek konservasi untuk kepentingan pengembangan kegiatan wisata alam bahari dan wisata alam lain yang ramah lingkungan dengan perijinan khusus untuk kepentingan budidaya perikanan masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan aspek konservasi untuk kepentingan pemanfaatan perikanan yang sudah berlangsung turun temurun oleh masyarakat setempat dengan menggunakan peralatan yang ramah lingkungan. Di luar kawasan, berfungsi untuk menyangga TNKJ

20 Pengamanan Kawasan Salah satu tugas pokok BTNK adalah melindungi keutuhan SDAHE TNKJ. Pengamanan kawasan TNKJ dilakukan melalui patroli (BTNK, 2004 a ) yaitu : 1). Operasi rutin: kegiatan penggunaan kekuatan yang bersifat rutin sehari-hari yang disusun dan diorganisasikan sesuai lingkup tugas, wewenang, tanggung jawab dan struktur organisasi yang telah ditetapkan untuk menghadapi sasaran/tugas rutin berdasarkan kebutuhan dukungan anggaran yang ada. Target patroli rutin adalah 2 kali per bulan dimana untuk kawasan perairan 8 kali dan kawasan darat 16 kali; 2). Operasi khusus: kegiatan penggunaan kekuatan yang disusun dan diorganisasikan secara khusus guna dihadapkan pada sararan tertentu dan dalam waktu tertentu menggunakan dukungan dana anggaran tertentu. Karena keterbatasan anggaran, operasi khusus jarang dilakukan; 3). Operasi gabungan: operasi rutin yang dilakukan bersama-sama dengan instansi terkait dengan sasaran tindak pidana di bidang kehutanan dan juga bisa dilakukan PPNS Kehutanan dengan penyidik Polri yang mem back up terhadap upaya paksa atau penindakannya, menggunakan dana dan personil masing-masing instansi berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Patroli gabungan dilakukan 3 kali setahun; 4). Operasi mendadak, dilaksanakan karena situasi yang mendesak dan tibatiba, meskipun mendadak tetap ada adminstrasi operasi dan perencanaan pendahuluan. Operasi ini juga jarang dilakukan karena tidak selalu dianggarkan. Kegiatan patroli tersebut belum sepenuhnya terpenuhi sehingga belum dapat melindungi kawasan secara optimal, hal ini dikarenakan adanya permasalahan internal dan eksternal dari BTNK, yaitu : 1) Masalah internal : belum adanya sistem perencanaan pengamanan terpadu, kegiatan patroli rutin perairan belum menyeluruh, posisi pal batas belum jelas, sarana dan prasarana kurang memadai, selain itu juga belum adanya sistem evaluasi yang dapat digunakan sebagai patokan penentuan keberhasilan operasi pengamanan kawasan konservasi. 2) Masalah eksternal : koordinasi dengan instansi terkait belum optimal dan pola pemanfaatan yang cenderung merusak SDAHE.

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4 II. ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA TAHUN 2005... 6 A Zona Inti... 7 B Zona Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Umum Kepulauan Karimunjawa secara geografis berada 45 mil laut atau sekitar 83 kilometer di barat laut kota Jepara, dengan ketinggian 0-605 m dpl, terletak antara

Lebih terperinci

Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah

Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah Kepulauan Karimun Jawa terletak pada 5o 40 LS dan 110o 40 BT, berjarak 45 mil atau kurang lebih 83 KM arah Barat Laut Kabupaten Jepara, jika dari Semarang berjarak 60

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Taman Nasional Karimunjawa 5.1.1 Sejarah Taman Nasional Karimunjawa Taman Nasional Karimunjawa (TN Karimunjawa) terletak di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi alam Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah tropis merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan sehingga Indonesia dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA NO DOKUMEN TENTANG ISI RINGKASAN LAMPIRAN KET 1. Surata Gubernur Jawa Tengah Nomor : 556/21378 Tanggal 26 Oktober 1982 2. SK Menteri Kehutanan Nomor

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Dunia, yang terdiri dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 km (terpanjang ke empat di Dunia setelah Canada,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 33 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Lokasi Pulau Karimunjawa adalah pulau terbesar yang ada di kepulauan Karimunjawa. Nama Karimunjawa digunakan untuk nama Desa Karimunjawa yang juga

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA NIM KELAS : HANDI Y. : 11.02.8010 : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA Tito Latif Indra, SSi, MSi Departemen Geografi FMIPA UI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA LAPORAN PRAKTIKUM REKLAMASI PANTAI (LAPANG) REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) mata kuliah Reklamasi Pantai Disusun Oleh :

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,

Lebih terperinci

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir Daerah peralihan (interface area) antara ekosistem daratan dan laut. Batas ke arah darat: Ekologis: kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

Pulau Menjangan Besar

Pulau Menjangan Besar 1/5 Kean menja surga bagi para snorkler penyelam (ver ).tidak dapat melakukan berbagai kegiatan jernihnya air. Berenang (Swiming) menyelam iving ),(d atau snorkeling akan terasa menyenangkan. Keindahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Desa Pulau Pahawang Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun 1.700-an yang diikuti pula oleh datangnya Hawang yang merupakan keturunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA : ISMAWATI NIM : 10.02.7842 KELAS : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang 47 IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Sejarah Desa Pahawang Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun 1.700-an yang diikuti pula oleh datangnya Hawang yang merupakan keturunan Cina. Hawang

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Legonkulon berada di sebelah utara kota Subang dengan jarak ± 50 km, secara geografis terletak pada 107 o 44 BT sampai 107 o 51 BT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA

BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA 44 BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA 5.1 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa memiliki ekosistem yang masih asli dan keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga harus

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington

Lebih terperinci

Bab III Karakteristik Desa Dabung

Bab III Karakteristik Desa Dabung Bab III Karakteristik Desa Dabung III.1. Kondisi Fisik Wilayah III.1.1. Letak Wilayah Lokasi penelitian berada di Desa Dabung yang merupakan salah satu desa dari 18 desa yang terdapat di Kecamatan Kubu

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 89 BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 7.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH DAN PENATAAN FUNGSI PULAU BIAWAK, GOSONG DAN PULAU CANDIKIAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografi dan Topografi Kawasan Sendang Biru secara administratif merupakan sebuah pedukuhan yang menjadi bagian dari Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan,

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Pulau Tiga merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Natuna yang secara geografis berada pada posisi 3 o 34 30 3 o 39

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten 35 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Desa ini memiliki luas ±.702

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN 8.1. Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove Pendekatan AHP adalah suatu proses yang dititikberatkan pada pertimbangan terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu:

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: 1). Untuk saat ini manfaat ekonomi sumberdaya perikanan kawasan konservasi laut TNKj belum dirasakan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Desa Tanjung Pasir Pantai Tanjung Pasir merupakan pantai wisata yang di kelola oleh TNI AL Kabupaten Tangerang, dan Desa Tanjung Pasir dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DAN PENATAAN FUNGSI

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua Pulau Maratua berada pada gugusan pulau Derawan, terletak di perairan laut Sulawesi atau berada dibagian ujung timur Kabupaten

Lebih terperinci

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL SUKANDAR, IR, MP, IPM (081334773989/cak.kdr@gmail.com) Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sebagai DaerahPeralihan antara Daratan dan Laut 12 mil laut

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN. MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN Faisyal Rani 1 1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Riau 1 Dosen

Lebih terperinci