BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN"

Transkripsi

1 102 BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN Terdapat empat variabel perubahan ekonomi responden nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata dianalisis hubungannya dengan pola adaptasi yang dikembangkan nelayan. Namun hanya tiga variabel yang akan diteliti yaitu jumlah hari melaut menangkap ikan, jumlah hasil tangkapan ikan dan tingkat pendapatan dalam sektor perikanan karena ketiga variabel ini diukur secara kuantitatif. Peluang kerja yang tersedia juga ikut mempengaruhi pola adaptasi nelayan namun diolah secara kualitatif. Adapun pola adaptasi yang dikembangkan adalah diversifikasi pekerjaan dan perubahan alat tangkap. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan ekonomi di bidang perikanan berhubungan dengan pola adaptasi nelayan. Hubungan ini diolah dengan menggunakan tabulasi silang. 8.1 Tingkat Perekonomian Nelayan Karimunjawa dari Sektor Perikanan Pengembangan pariwisata di Desa Karimunjawa telah menyebabkan perubahan ekologi di kawasan tersebut. Menurunnya jumlah biomassa dan kelimpahan ikan karang serta menyempitnya zona penangkapan ikan tradisional mempengaruhi perekonomian nelayan. Tingkat perekonomian nelayan Karimunjawa dilihat dari variabel ekonomi yaitu jumlah trip melaut, jumlah hasil tangkapan ikan nelayan dan tingkat pendapatan dari hasil perikanan. Berdasarkan data pada Bab VI menunjukkan bahwa jumlah tangkapan dan pendapatan nelayan di bidang perikanan menurun untuk kedua kelompok nelayan. Berbeda dengan jumlah trip melaut nelayan pariwisata yang berkurang, trip nelayan non pariwisata tidak mengalami perubahan yaitu tetap pada kategori tinggi. Melalui ketiga variabel ekonomi tersebut akan menentukan kategori tingkat ekonomi nelayan dengan menjumlahkan skor masingmasing variabel dan menentukan selang untuk masing-masing kategori perekonomian. Berikut pada Tabel 31 akan disajikan data mengenai tingkat perekonomian nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata di Desa Karimunjawa.

2 103 Tabel 31. Tingkat Perekonomian Nelayan Pariwisata Karimunjawa Setelah Adanya Pengembangan Pariwisata di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Perekonomian Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Nelayan n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Tabel 31 menunjukkan bahwa tingkat perekonomian nelayan Karimunjawa berada pada kategori sedang. Keadaan perekonomian nelayan non pariwisata di bidang perikanan tidak mengalami perubahan yang nyata sebelum dan sesudah adanya kegiatan pariwisata. Perubahan tingkat perekonomian yang sangat jelas terjadi pada nelayan pariwisata. Walaupun tingkat perekonomian masih dominan pada kategori sedang, namun terjadi pengurangan nelayan yang berpendapatan tinggi dan bertambahnya nelayan yang berpendapatan rendah di sektor perikanan. Hal ini terjadi akibat jumlah hari trip melaut nelayan pariwisata yang berkurang karena mereka juga menghabiskan waktunya untuk bekerja di sektor pariwisata. Apabila nelayan melakukan kegiatan wisata, nelayan tersebut tidak akan menangkap ikan pada hari tersebut. Hal ini tentu saja akan mengurangi jumlah pendapatan mereka dibidang perikanan. Perbedaan tingkat perekonomian nelayan pariwisata dan nelayan non pariwisata juga disebabkan oleh perbedaan alat tangkap kedua kelompok nelayan. Nelayan pariwisata yang menggunakan alat pancing akan lebih rendah pendapatannya dari nelayan non pariwisata yang menggunakan alat tangkap kompressor. 8.2 Tingkat Adaptasi Nelayan Strategi adaptasi nelayan adalah kegiatan yang dilakukan nelayan untuk menyiasati perubahan ekologis dan perekonomian nelayan. Tingkat adaptasi nelayan dilihat dari dua variabel yaitu tingkat diversifikasi pekerjaan dan perubahan alat penangkapan ikan nelayan. Melalui analisis data pada Bab VII tentang adaptasi

3 104 nelayan, maka dapat ditentukan tingkat adaptasi yang dikembangkan oleh nelayan melalui kedua variabel tersebut. Diversifikasi yang dikembangkan nelayan non pariwisata berbeda dengan nelayan pariwisata. Diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata dilakukan di luar bidang perikanan dan bidang pariwisata. Sedangkan diversifikasi yang dikembangkan oleh nelayan pariwisata adalah pengembangan pekerjaan di bidang pariwisata. Berikut akan disajikan data pada Tabel 32 tentang tingkat adaptasi nelayan Karimunjawa. Tabel 32. Tingkat Adaptasi yang Dikembangkan Oleh Nelayan Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Adaptasi Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata n % n % Rendah Sedang Tinggi Tabel 32 menunjukkan bahwa strategi adaptasi yang dikembangkan oleh nelayan non pariwisata maupun nelayan pariwisata di bidang diversifikasi pekerjaan dan perubahan alat tangkap berada pada kategori sedang. Namun terdapat perbedaan antara nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata. Nelayan non pariwisata masih ada yang memiliki adaptasi yang rendah sedangkan nelayan pariwisata tidak. Artinya masih ada nelayan non pariwisata yang tidak melakukan adaptasi sedangkan semua nelayan pariwisata melakukan adaptasi. Tingkat adaptasi kategori tinggi paling banyak terdapat pada nelayan pariwisata dibanding nelayan non pariwisata. Hal ini terjadi karena terdapat nelayan pariwisata yang memiliki lebih dari 2 pekerjaan di bidang wisata. 8.3 Hubungan Perubahan Ekonomi dengan Adaptasi Nelayan Hipotesis mengatakan bahwa semakin rendah tingkat perekonomian nelayan di bidang perikanan maka semakin tinggi tingkat pola adaptasi yang dikembangkan nelayan. Berikut pada Tabel 33 disajikan data mengenai persentase hubungan tingkat

4 105 perekonomian nelayan dengan tingkat adaptasi yang dikembangkan nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata setelah adanya kegiatan wisata di Karimunjawa. Tabel 33. Persentase Tingkat Diversifikasi Pekerjaan yang Dikembangkan Nelayan Berdasarkan Tingkat Ekonomi Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Ekonomi Tingkat Adaptasi Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Berdasarkan Tabel 33 terlihat hubungan tingkat adaptasi berdasarkan tingkat ekonomi di bidang perikanan kedua kelompok nelayan paling tinggi pada kategori sedang. Namun terdapat perbedaan antara tingkat adaptasi dengan tingkat perekonomian kedua kelompok nelayan tersebut. Sebanyak 32 persen nelayan non pariwisata tidak melakukan adaptasi pekerjaan maupun alat tangkap. Nelayan non pariwisata memang tidak ada yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah karena jumlah trip melautnya yang tinggi dan sebagian menggunakan kompressor. Hal ini menjadikan hanya terdapat 8 persen nelayan yang memiliki pola adaptasi yang tinggi. Berbeda dengan nelayan non pariwisata, sebanyak 36 persen nelayan pariwisata memiliki tingkat perekonomian yang rendah tetapi nelayan tersebut melakukan adaptasi di bidang pekerjaan. Tidak terdapat nelayan pariwisata yang memiliki tingkat perekonomian yang tinggi di bidang perikanan, namun 40 persen dari kelompok ini melakukan pola adaptasi yang tinggi dan 60 persen adaptasi yang rendah di bidang diversifikasi pekerjaan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yaitu semakin rendah tingkat perekonomian di bidang perikanan maka semakin tinggi pola adaptasi yang dikembangkan nelayan.

5 Hubungan antara Jumlah Trip Nelayan Menangkap Ikan di Laut dengan Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya nelayan menangkap ikan di laut setelah adanya kegiatan pengembangan wisata dengan diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata. Kondisi setelah adanya kegiatan wisata dipilih karena setelah adanya pengembangan inilah mulai adanya diversifikasi pekerjaan nelayan. Sebelumnya, nelayan hanya mengandalkan sektor perikanan saja. Melalui Tabel 34 diketahui bahwa terdapat hubungan antara jumlah hari melaut nelayan dengan tingkat diversifikasi pekerjaan yang dikembangkan. Semakin tinggi jumlah hari melaut, maka semakin rendah tingkat diversifikasi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena waktu untuk melaut yang tinggi menjadikan nelayan tidak bisa membagi waktunya untuk pekerjaan di bidang non perikanan lainnya. Diversifikasi nelayan non pariwisata tergolong rendah karena mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menangkap ikan, yang dianggap lebih menguntungkan. Sedangkan jumlah hari melaut nelayan pariwisata tergolong sedang dengan tingkat diversifikasi yang sedang. Tabel 34 menyajikan data mengenai persentase hubungan jumlah hari melaut nelayan Karimunjawa dengan tingkat diversifikasi pekerjaannya. Tabel 34. Persentase Tingkat Diversifikasi Pekerjaan yang Dikembangkan Nelayan Berdasarkan Jumlah Trip Melaut Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Diversifikasi Pekerjaan Hari Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Melaut Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

6 Hubungan antara Jumlah Trip Nelayan Menangkap Ikan di Laut dengan Perubahan Alat Tangkap Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam hubungan perubahan jumlah trip melaut dengan alat tangkap yang digunakan nelayan non pariwisata sebelum dan sesudah adanya pengembangan wisata. Hal ini terjadi karena hanya dua orang yang mengganti alat tangkapnya yaitu dari nelayan pancing ke kompressor dan yang lain dari kompressor ke alat pancing. Jumlah hari melaut nelayan non pariwisata juga tidak berubah, yaitu didominasi oleh kategori tinggi. Tingkat diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata memang rendah (52 persen) sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk bekerja diperikanan. Sejak adanya kesadaran kerusakan ekologi serta adanya pelarangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, maka nelayan semakin banyak yang menggunakan alat tangkap pancing. Berikut data hubungan perubahan jumlah hari melaut dengan perubahan alat tangkap nelayan non pariwisata. Tabel 35. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Non Pariwisata Berdasarkan Jumlah Trip Melaut Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Alat Tangkap Nelayan Non Pariwisata Hari Sebelum Sesudah Melaut Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah Sedang Tinggi Hubungan perubahan hari melaut dengan perubahan alat tangkap nelayan pariwisata juga dianalisis dan tidak terdapat hubungan di antara keduanya. Jumlah hari melaut nelayan pariwisata memang terjadi penurunan, namun tidak diikuti oleh perubahan alat tangkap yang digunakan. Hal ini terjadi karena nelayan juga menggunakan waktunya untuk bekerja di bidang pariwisata sehingga mengurangi waktunya untuk melakukan penangkapan ikan. Nelayan pariwisata memang dominan menggunakan alat tangkap pancing daripada kompressor karena nelayan kompressor

7 108 bekerja dalam kelompok dan membutuhkan energi yang banyak. Berikut data mengenai presentase hubungan perubahan jumlah hari melaut dengan perubahan alat tangkap yang digunakan nelayan pariwisata sebelum dan sesudah adanya kegiatan pariwisata. Tabel 36. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Pariwisata Berdasarkan Jumlah Trip Melaut Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Alat Tangkap Nelayan Pariwisata Jumlah Hari Melaut Sebelum Sesudah Pancing Kompressor Pancing Kompressor Rendah Sedang Tinggi Hubungan Jumlah Hasil Tangkapan Ikan dengan Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan jumlah tangkapan nelayan dengan diversifikasi pekerjaannya. Hipotesis menyatakan bahwa semakin rendah tingkat pendapatan dari sektor perikanan, maka semakin tinggi tingkat diversifikasi untuk mencukupi kebutuhan hidup. Namun ada perbedaan antara nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata. Walaupun jumlah hasil tangkapan kedua kelompok nelayan ini sama-sama rendah, namun tingkat partisipasi nelayan pariwisata dalam mengembangkan pola adaptasinya lebih tinggi dibandingkan nelayan non pariwisata. Hal ini terjadi karena 24 persen nelayan non pariwisata memiliki pendapatan sedang dan mereka adalah nelayan kompressor sehingga nelayan tersebut tidak melakukan diversifikasi pekerjaan. Sebagian besar bentuk diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata adalah sebagai tukang bangunan. Seluruh nelayan pariwisata melakukan diversifikasi pekerjaan walaupun didominasi oleh kategori sedang (60 persen) yaitu memiliki dua pekerjaan di bidang wisata. Hasil tangkapan yang rendah memotivasi mereka untuk melakukan diversifikasi pekerjaan. Selain itu, alat tangkap pancing yang digunakan nelayan juga

8 109 mendukung pekerjaan ini karena tidak ada keterikatan dengan kelompok, seperti nelayan kompressor. Berikut akan disajikan data pada Tabel 37 tentang persentase hubungan jumlah hasil tangkapan dengan tingkat diversifikasi nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata. Tabel 37. Persentase Tingkat Diversifikasi Pekerjaan yang Dikembangkan Nelayan Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Diversifikasi Pekerjaan Hasil Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Tangkapan Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Hubungan Jumlah Hasil Tangkapan ikan dengan Perubahan Alat Tangkap Nelayan Karimunjawa Satria (2009) menyebutkan bahwa salah satu strategi mata pencaharian yang bisa dilakukan adalah mengembangkan diversifikasi alat tangkap untuk bisa bertahan hidup di tengah rusaknya sumber mata pencaharian mereka dan pembatasan akses pemanfaatan akibat aktifitas swasta dan keberadaan zonasi oleh pemerintah. Nelayan Karimunjawa menggunakan dua alat tangkap, yaitu pancing dan kompressor. Alat tangkap dengan menggunakan kompressor memiliki teknologi lebih tinggi daripada alat tangkap pancing. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa jumlah hasil tangkapan ternyata tidak mempengaruhi perubahan alat tangkap. Penggunaan alat tangkap kompressor justru berkurang ketika terjadi pengembangan pariwisata karena adanya penganjuran penghentian penggunaan kompressor karena merusak karang. Nelayan non pariwisata juga tetap bertahan menggunakan alat tangkap pancing karena resikonya lebih kecil dari pada alat tangkap kompressor. Berikut disajikan data tentang hubungan perubahan jumlah hasil tangkapan dengan perubahan alat tangkap nelayan non pariwisata.

9 110 Tabel 38. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Non Pariwisata Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Alat Tangkap Nelayan Non Pariwisata Hasil Sebelum Sesudah Tangkapan Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah Sedang Tinggi Hubungan antara perubahan jumlah hasil tangkapan dengan perubahan alat tangkap yang digunakan nelayan pariwisata juga tidak berbeda dengan kondisi nelayan non pariwisata. setelah adanya kegiatan pengembangan wisata, tangkapan nelayan semakin rendah, namun tidak diikuti dengan peningkatan teknologi alat tangkapnya. Berdasarkan analisis terlihat bahwa tidak ada nelayan yang mengganti alat tangkapnya walaupun ikan yang didapat semakin sedikit dan susah mendapatkannya. Nelayan pancing adalah nelayan yang bisa melaut sendiri, tanpa bergantung kepada kelompok sehingga waktu melautnya bisa fleksibel. Bekerja sebagai nelayan pancing juga tidak membutuhkan tenaga sebesar yang tenaga yang dibutuhkan oleh nelayan kompressor sehingga nelayan pancing bisa maksimal bekerja di bidang pariwisata. Berikut akan disajikan data mengenai persentase hubungan antara perubahan jumlah hasil tangkapan ikan dengan perubahan alat tangkap nelayan pariwisata, sebelum dan sesudah adanya pengembangan kegiatan pariwisata. Tabel 39. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Pariwisata Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Alat Tangkap Nelayan Pariwisata Hasil Sebelum Sesudah Tangkapan Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah Sedang Tinggi

10 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Hipotesis penelitian menyatakan bahwa apabila tingkat pendapatan dalam sektor perikanan rendah, maka tingkat diversifikasi akan semakin tinggi. Namun hal ini tidak terjadi pada nelayan Karimunjawa. Sekitar 28 persen nelayan yang berpendapatan rendah dan 24 persen nelayan berpendapatan sedang tidak melakukan diversifikasi pekerjaan. Hal ini terjadi karena nelayan-nelayan tersebut lebih menyenangi bekerja sebagai nelayan walaupun hasilnya tidak pasti. Selain itu, ada juga yang beralasan malas, tidak memiliki keahlian lain dan merasa capek jika menambah pekerjaan lain. Sekitar 40 persen nelayan bependapatan rendah dan 8 persen berpendapatan sedang melakukan diversifikasi pekerjaan, namun dalam kategori sedang, yaitu memiliki satu pekerjaan di bidang non perikanan. Hal ini dilakukan untuk menutupi kekurangan pendapatan dari sektor perikanan. Berbeda dengan nelayan non pariwisata, nelayan pariwisata justru melakukan diversifikasi pekerjaan. Sebanyak 68 persen nelayan yang memiliki pendapatan rendah memilih memiliki satu pekerjaan di bidang wisata dan sekitar 24 persen memiliki dua atau lebih pekerjaan di bidang wisata dan sekitar 8 persen nelayan berpendapatan sedang memiliki tingkat diversifikasi yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh akses dan modal yang dimiliki nelayan pariwisata yang dapat dimanfaatkan dalam bekerja di industri pariwisata. Modal yang paling banyak dimiliki oleh nelayan pariwisata adalah kapal yang bisa disewakan untuk wisatawan. Namun tidak semua nelayan pariwisata memiliki keahlian menjadi tour leader, guide atau memiliki rumah yang bisa dijadikan homestay. Oleh sebab itu, tingkat diversifikasi nelayan pariwisata masih tergolong sedang. Berikut pada Tabel 41 akan disajikan data tentang persentase hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata setelah adanya pengembangan pariwisata di Desa Karimunjawa.

11 112 Tabel 40. Persentase Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Sesudah Adanya Pariwisata yang Dikembangkan Nelayan Berdasarkan Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Sesudah adanya Pariwisata Pendapatan Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Hubungan Perubahan Tingkat Pendapatan dengan Perubahan Alat Tangkap Nelayan Hasil analisis menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendapatan ternyata tidak mempengaruhi perubahan alat tangkap nelayan pariwisata dan nelayan non pariwisata. Menurunnya jumlah tangkapan menyebabkan menurunnya jumlah pendapatan dari sektor perikanan. Namun nelayan tidak melakukan perubahan alat tangkapnya. Hal ini terjadi karena adanya larangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti muroami, potassium dan alat tangkap yang merusak karang lainnya. Pengalaman sebagai nelayan tradisional yang telah turun temurun dilakoni nelayan Karimunjawa membuat mereka tetap bertahan menggunakan alat pancing tersebut. Berikut akan disajikan data mengenai hubungan perubahan jumlah pendapatan di sektor perikanan dengan perubahan alat tangkap nelayan non pariwisata. Tabel 41. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Non Pariwisata Berdasarkan Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Alat Tangkap Nelayan Non Pariwisata Tingkat Pendapatan Sebelum Sesudah Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah Sedang Tinggi

12 113 Kondisi nelayan non pariwisata juga tidak jauh berbeda dengan kondisi nelayan non pariwisata. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendapatan tidak mempengaruhi perubahan alat tangkap nelayan. Berikut akan disajikan data mengenai hubungan perubahan jumlah pendapatan di sektor perikanan dengan perubahan alat tangkap nelayan pariwisata sebelum dan sesudah adanya kegiatan pariwisata. Tabel 42. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Pariwisata Berdasarkan Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Alat Tangkap Nelayan Pariwisata Tingkat Pendapatan Sebelum Sesudah Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah Sedang Tinggi

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 89 BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 7.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK WISATA BAHARI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI NELAYAN

BAB VI DAMPAK WISATA BAHARI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI NELAYAN 70 BAB VI DAMPAK WISATA BAHARI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI NELAYAN 6.1 Karakteristik Nelayan Non Pariwisata dan Nelayan Pariwisata Perkembangan pariwisata di Desa Karimunjawa telah membuka berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4 II. ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA TAHUN 2005... 6 A Zona Inti... 7 B Zona Pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nelayan mandiri memiliki sejumlah karakteristik khas yang membedakannya dengan nelayan lain. Karakteristik tersebut dapat diketahui dari empat komponen kemandirian, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak potensi berupa sumber daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007 SALINAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL I. UMUM Pancasila

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5490 WILAYAH. Kepulauan. Pesisir. Pulau-Pulau Kecil. Pengelolaan. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 84 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian, sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab III. III. III. IV. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian, rumah tangga yang aktif bekerja di sarana wisata Gua Pindul memiliki pendapatan perkapita antara Rp329.250,- sampai dengan Rp1.443.750,-

Lebih terperinci

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan 13 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dilakukan di PPN Palabuhanratu. Sebagai kasus dalam penelitian ini adalah kondisi perikanan yang berbasis di pelabuhan ini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data pokok kelautan dan perikanan 2010 1 menggolongkan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang banyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan 33 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan metode dengan informan, dan observasi. Data tentang karakteristik masyarakat lokal, tingkat,

Lebih terperinci

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91 vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Kegunaan Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN

Lebih terperinci

DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI TERHADAP EKOLOGI DAN SOSIAL-EKONOMI NELAYAN

DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI TERHADAP EKOLOGI DAN SOSIAL-EKONOMI NELAYAN i DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI TERHADAP EKOLOGI DAN SOSIAL-EKONOMI NELAYAN (Kasus Desa Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah) Oleh HELLEN CHRISTIEN BANGUN I34080011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas stres. Gaya hidup masyarakat yang semakin sibuk dalam rutinitasnya, sempitnya waktu membuat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Umum Kepulauan Karimunjawa secara geografis berada 45 mil laut atau sekitar 83 kilometer di barat laut kota Jepara, dengan ketinggian 0-605 m dpl, terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat

BAB I PENDAHULUAN. ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kajian tentang masyarakat nelayan pedesaan merupakan salah satu kajian ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat dengan kebudayaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sendang Biru merupakan salah satu kawasan pesisir yang menjadi prioritas dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa Tmur. Pengembangan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi salah satu sektor pembangunan yang terus digalakkan dalam meningkatkan perekonomian bangsa. Di Indonesia sektor pariwisata telah menjadi komoditas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun KATA PENGANTAR D alam rangka mengoptimalkan pengembangan pariwisata dalam mendukung perekonomian Kota Bandung, Bappeda Kota Bandung melaksanakan kajian mengenai Dampak Ekonomi Pariwisata di Kota Bandung,

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 25 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (lampiran satu). Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Sarjana Teknik Perencanaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 31/DPD RI/II/2013-2014 TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL 66 BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL Bab ini akan membahas tentang hubungan antara karakteristik responden dengan representasi sosial melalui hasil uji statistika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu kawasan terumbu karang dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi dunia. Luas terumbu karang Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar bebas khususnya di bidang ekonomi, terlebih kepada negara yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. pasar bebas khususnya di bidang ekonomi, terlebih kepada negara yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Melihat semakin kompleksnya permasalahan dalam menyambut arena pasar bebas khususnya di bidang ekonomi, terlebih kepada negara yang semakin berkembang, harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya yang tergolong miskin secara garis besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal di pesisir pantai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 009. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Pengaruh Perubahan Mata Pencarian Masyarakat

BAB IV ANALISIS. 4.1 Pengaruh Perubahan Mata Pencarian Masyarakat BAB IV ANALISIS 4.1 Pengaruh Perubahan Masyarakat 4.1.1 Perubahan Masyarakat Menurut J.R. Brent Ritchie (1987) pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kehidupan ekonomi di daerah tujuan wisata salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kecamatan Srandakan merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bantul. Secara astronomi keberadaan posisi Kecamatan Srandakan terletak di 110 14 46 Bujur

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MINAPOLIS DAN HINTERLAND KAWASAN MINAPOLITAN

PEMBANGUNAN MINAPOLIS DAN HINTERLAND KAWASAN MINAPOLITAN 1 PEMBANGUNAN MINAPOLIS DAN HINTERLAND KAWASAN MINAPOLITAN Ratna Wahyu Utami 1, Satti Wagistina 2, Bagus Setiabudi Wiwoho 3 1 Mahasiswa Geografi Universitas Negeri Malang 2 dan 3 Dosen Geografi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang dengan angka kemiskinan, dan pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang dengan angka kemiskinan, dan pengangguran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang dengan angka kemiskinan, dan pengangguran yang cukup tinggi. Tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia sendiri dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Mobilitas Sosial Mobilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai gerakan berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara etimologis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Palabuhanratu, tepatnya di Kecamatan Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi (Lampiran 1). Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki pertumbuhan paling pesat dan merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata merupakan ujung

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 5 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Potensi Sumberdaya Pesisir dan Laut serta Pemanfaatannya Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Kotamadya Medan merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan penghasil ikan yang produktif di daerah ini ialah Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN SAHAM DAN BATASAN LUASAN LAHAN DALAM PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL DAN PEMANFAATAN PERAIRAN DI SEKITARNYA DALAM RANGKA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

Investasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia. Wawan Ridwan

Investasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia. Wawan Ridwan Investasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia Wawan Ridwan Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 9 10 Mei 2017 (c) Nara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih selama lima puluh tahun, namun sebagian besar kegiatannya masih mengarah pada eksploitasi sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, terutama persaingan dalam berbagai hal. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, terutama persaingan dalam berbagai hal. Persaingan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat membawa pengaruh besar di berbagai bidang kehidupan manusia, terutama persaingan dalam berbagai hal. Persaingan dalam segala bidang merupakan

Lebih terperinci

Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai

Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai Bab VII Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis ingin memberikan kesimpulan dan saran sebagai hasil akhir dari penyusunan tesis terkait dengan apa yang penulis temukan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subyek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Kecamatan Sungailiat merupakan salah satu kecamatan yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang paling kompleks dan khas di daerah tropis yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Ekosistem

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan pusat dari segitiga terumbu karang (coral triangle), memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (megabiodiversity). Terumbu karang memiliki

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu konservasi sumberdaya hayati menjadi salah satu bagian yang dibahas dalam Agenda 21 pada KTT Bumi yang diselenggarakan di Brazil tahun 1992. Indonesia menindaklanjutinya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perikanan sebagai bagian dari pembangunan ekonomi nasional mempunyai tujuan antara lain untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan nelayan. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data sampel yaitu dengan pengamatan secara langsung. Perameter yang diukur dalam penelitian adalah

Lebih terperinci

UPAYA PENYULUH KABUPATEN BEKASI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK PERIKANAN

UPAYA PENYULUH KABUPATEN BEKASI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK PERIKANAN 2016/03/27 20:49 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan UPAYA PENYULUH KABUPATEN BEKASI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK PERIKANAN BEKASI (27/3/2016) www.pusluh.kkp.go.id

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Morissan (2012), penelitian deskriptif merupakan pengamatan yang bersifat ilmiah serta dilakukan secara hatihati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia yang tidak dapat lepas dengan aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam. Sumberdaya perikanan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan (sustainable development) yang dilakukan secara berencana dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menteri

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang diperkirakan memiliki kurang lebih 17 504 pulau (DKP 2007), dan sebagian besar diantaranya adalah pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang mengarah pada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Nilai Ekonomi Taman Nasional Alam seisinya memiliki nilai ekonomi yang dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nilai ekonomi ini dapat diperoleh jika alam dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas Laut 3,1 juta km2. Konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar menyimpan kekayaan karang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar menyimpan kekayaan karang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar menyimpan kekayaan karang yang beragam. Namun, di Indonesia, kondisi karang yang masih sangat baik hanyalah 5%, dan

Lebih terperinci

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU 70 5.1 Kebergantungan Masyarakat terhadap Danau Rawa Pening Danau Rawa Pening memiliki peran penting dalam menciptakan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Pertumbuhan Nilai PDRB Kabupaten Muna pada Berbagai Sektor Tahun

BAB IV ANALISIS. Pertumbuhan Nilai PDRB Kabupaten Muna pada Berbagai Sektor Tahun PDRB (RIBU RUPIAH) BAB IV ANALISIS 4.1. Perkembangan Perekonomian Wilayah di Kabupaten Muna sesuai PDRB 2000-2013 Data PDRB Kabupaten Muna 2000-2013 (terlampir) menunjukkan bahwa terdapat beberapa sektor

Lebih terperinci