GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Transkripsi

1 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Taman Nasional Karimunjawa Sejarah Taman Nasional Karimunjawa Taman Nasional Karimunjawa (TN Karimunjawa) terletak di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis Kecamatan Karimunjawa terletak pada koordinat 5º40 5º57 LS dan 110º º 40 BT. TN Karimunjawa berjarak 45 mil laut dari Ibukota Kabupaten Jepara dan 60 mil laut dari Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan Karimunjawa terletak di sebelah utara Pulau Jawa, batas wilayah Kecamatan Karimunjawa sebelah Barat, Timur, Utara, dan Selatan adalah Laut Jawa. Ekosistem yang dimiliki oleh TN Karimunjawa adalah ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, hutan mangrove, hutan pantai, padang lamun dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah menempati ketinggian m dpl di Pulau Karimunjawa. Jenis pohon yang sering dijumpai adalah Sentul, Ande-ande, Berasan, Dewadaru, Sawo Kecik, dan Kalimosodo. Fauna yang terdapat di ekosistem ini adalah rusa, monyet ekor panjang, ular Edor dan burung Trocokan. Ekosistem hutan hujan tropis juga merupakan habitat burung-burung langka seperti Elang dada putih dan Elang cokelat. Rusa (Cervus timorensis) merupakan jenis fauna yang dilindungi berdasarkan PP No 7 Tahun Ekosistem mangrove yang terdapat di Karimunjawa relatif masih asli dan tersebar di seluruh TN Karimunjawa. Jenis mangrove yang mendominasi ekosistem mangrove di Kemujan dan Karimunjawa adalah Exoccaria agallocha sedang jenis yang penyebarannya paling luas adalah Rhizopora stylosa. Mangrove juga merupakan habitat dari beberapa jenis fauna, salah satunya adalah Amphiprion ocellaris (ikan badut). Ekosistem hutan pantai hidup pada daerah kering tepi pantai, vegetasi yang mendominasi ekosistem ini adalah kelapa, pandan, dan waru laut. Ekosistem padang lamun adalah ekosistem yang berada di antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ekosistem ini terdiri dari rumput laut besar dan tersebar di seluruh perairan TN Karimunjawa. Ekosistem ini memiliki kedalaman hingga 25

2 m. Fungsi ekosistem Padang lamun adalah akarnya menstabilkan dasar laut, perangkap sedimen, dan hábitat berbagai macam ikan. Ekosistem selanjutnya adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang terdiri dari tiga jenis yaitu karang pantai (fringing reef), karang penghalang (barrier reef), dan taka (patch reef). Ekosistem yang ada di TN Karimunjawa memiliki keunikan dari vegetasi yang menyusun atau fauna yang hidup di dalamnya. Sebagai kawasan yang memiliki lima ekosistem asli yang merupakan perwakilan dari ekosistem yang ada di sepanjang garis Pantai Utara Jawa, Karimunjawa ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.78/Kpts-II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan 1.507,70 ha kawasan darat. Pada tahun 2001, seluruh kawasan perairan di TN Karimunjawa ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam perairan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.74/Kpts-II/2001. Karimunjawa telah memiliki penduduk jauh sebelum Karimunjawa menjadi Taman Nasional, penduduk yang tinggal di Karimunjawa telah memanfaatkan potensi Karimunjawa dan delapan puluh persen kehidupan masyarakat di Karimunjawa masih bergantung pada sumberdaya alam. Kegiatan yang dilakukan di Karimunjawa yang melibatkan potensi sumberdaya alam antara lain: pengelolaan sumberdaya alam, laboratorium dan penelitian, ekowisata, pemerintahan dan pembangunan, serta pemanfaatan sumberdaya alam. Sebelum ditetapkan menjadi Taman Nasional, Kepulauan Karimunjawa dan perairannya ditunjuk sebagai Cagar Alam Laut berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 123/Kpts-II/1986. Setelah itu diputuskan Tata Batas Cagar Alam Karimunjawa yang meliputi kelompok hutan Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan dengan SK Menhut No 720/Kpts-II/1992. Atas pertimbangan adanya kegiatan selain konservasi yang berupa aktivitas masyarakat yang ada di Karimunjawa dan untuk tetap melestarikan sumberdaya alam serta ekosistem di Karimunjawa, maka CA Karimunjawa mengalami perubahan fungsi dari cagar alam menjadi taman nasional dengan SK Menhutbun No 78/Kpts-II/1999. Kemudian TN Karimunjawa ditetapkan menjadi Kawasan Pelestarian Alam

3 dengan nama Taman Nasional Karimunjawa berdasarkan SK Menhut No 74/Kpts- II/2001. Pengelolaan TN Karimunjawa menggunakan sistem zonasi. TN Karimunjawa dibagi menjadi tujuh zona yang terdiri dari Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Pariwisata, Zona Pemukiman, Zona Rahabilitasi, Zona Budidaya, dan Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional. Zona inti adalah zona yang memenuhi kriteria masih memiliki kondisi alam yang asli dan belum diganggu manusia, memiliki keanekaragaman tumbuhan dansatwa beserta ekosistemnya. Zona perlindungan adalah zona yang khusus untuk melindungi satwa dan tumbuhan yang rawan kepunahan karena eksploitasi yang tinggi. Zona pemanfaatan wisata adalah zona yang terdapat di perairan yang memiliki daya tarik alam yang unik dan mempunyai luas wilayah yang cukup untuk menjamin kelestarian apabila potensi dimanfaatkan. Zona pemukiman adalah zona yang ditetapkan sebagai pemukiman penduduk. Zona rehabilitasi adalah zona yang dimanfaatkan untuk memulihkan kondisi ekosistem yang rusak akibat aktivitas manusia seperti penangkapan ikan menggunakan bom, bahan kimia beracun dan pemungutan biota laut yang dilindungi. Pemulihan yang dilakukan di zona rehabilitasi adalah pemulihan alami ataupun dengan menggunakan bahan-bahan asli yang tidak diambil dari luar kawasan, dan rehabilitasi buatan (seperti rehabilitasi terumbu karang). Pemulihan biota laut yang sudah mulai berkurang diakukan dengan penangkaran. Setiap zona memiliki luas yang telah ditetapkan dan memiliki fungsi masing-masing. Data zonasi di TN Karimunjawa dijelaskan pada Tabel 7. Zona yang ditetapkan di TN Karimunjawa meliputi daratan dan lautan. Zona inti adalah zona yang terdapat di perairan, zona perlindungan terdapat di daratan dan perairan, zona pemanfaatan pariwisata adalah zona yang terdapat di perairan sehingga wisata yang dilakukan di zona pemanfaatan wisata adalah wisata bahari, zona permukiman di daratan, zona reabilitasi, zona budidaya (meliputi budidaya ikan dan rumput laut), serta zona pemanfaaan perikanan tradisional berada di perairan. Gambaran pembagian zonasi di TN Karimunjawa dapat dilihat pada peta zonasi TN Karimunjawa pada lampiran.

4 Tabel 7. Zonasi TN Karimunjawa No Wilayah Luas (Ha) Tipe Ekosistem 1 Zona Inti 444,629 Sebagian perairan P. Kumbang, Taka Menyawakan, Taka Malang, dan Tanjung Bomang 2 Zona Perlindungan 3 Zona Pemanfaatan Pariwisata 4 Zona Pemukiman 5 Zona Rehabilitasi 2,587,711 Hutan Tropis Dataran Rendah di Pulau Karimunjawa dan Hutan Mangrove, Perairan P. Geleang, P. Burung, Tanjung Gelam, P. Sintok, P. Cemara Kecil, P. Katang, Gosong Selikur, Gosong Tengah 1,226,525 Perairan P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Menyawakan, P. Kembar, P. Tengah, sebelah Timur P. Kumbang, P. Bengkoang, Indonor dan Karang Kapal 2,571,546 P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang dan P. Nyamuk 122,514 Perairan sebelah Timur P. Parang, sebelah Timur P. Nyamuk, sebelah Barat P. Kemujan dan sebelah Barat P. Karimunjawa 6 Zona Budidaya 788,213 Perairan P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Menjangan Besar, P. Parang dan P. Nyamuk 7 Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional 103,883,862 Seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TN. Karimunjawa Jumlah 111,625,000 Kawasan TN Karimunjawa Sumber: Statistik Balai TN Karimunjawa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Karimunjawa Kecamatan Karimunjawa terdiri dari 27 pulau dan terbagi menjadi tiga desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, dan Desa Parang. Masyarakat Karimunjawa adalah komunitas lokal yang juga merupakan stakeholder yang patut diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan pengembangan TN Karimunjawa. Penduduk di Kecamatan Karimunjawa berjumlah jiwa yang menempati tiga desa. Desa Karimunjawa dihuni oleh jiwa, Desa Kemujan jiwa, dan Desa Parang jiwa. Data monografi Kecamatan Karimunajwa disajikan pada Tabel 8.

5 Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Desa/Pulau Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa/ha) Karimunjawa ,07 Kemujan ,81 Parang ,68 Sumber: Karimunjawa Dalam Angka 2009 (diolah) a. Pendidikan Sarana pendidikan yang terdapat di Kepulauan Karimunjawa antara lain TK (PAUD), SD dan MI, SLTP dan MTs, SMK dan Madrasah Aliyah. Data jumlah sekolah, tenaga pengajar, dan peserta didik di Karimunjawa disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Data Pendidikan di Karimunjawa No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Tenaga Pengajar Peserta Didik 1 TK (PAUD) Sekolah Dasar Madrasah Diniyah SLTP Negeri Madrasah Tsanawiyah SMK Negeri Madrasah Aliyah Jumlah Sumber: Karimunjawa Dalam Angka 2009 Penduduk Karimunjawa yang belum sekolah sebanyak 512 jiwa, tidak tamat SD sebanyak jiwa, tamat SD/sederajat sebanyak jiwa, tamat SLTP/sederajat 612 jiwa, tamat SLTA 388 jiwa, dan tamat perguruan tinggi sebanyak 74 jiwa. Karena keterbatasan sarana pendidikan di Karimunjawa, maka untuk melanjutkan pendidikan tingkat atas beberapa penduduk melanjutkan pendidikan ke Ibukota Kabupaten Jepara. SMK yang berada di Karimunjawa adalah SMK yang mengkhususkan keahlian dalam pengorganisasian dan pemanfaatan hasil laut di Karimunjawa. Pengolahan rumput laut juga dipelajari di SMK ini.

6 b. Mata Pencaharian Penduduk Karimunjawa Angkatan kerja di Kecamatan Karimunjawa sebesar jiwa, sejumlah penduduk Karimunjawa bekerja sebagai nelayan dan mengandalkan hasil laut sebagai mata pencahariannya. Mata pencaharian lain yang ditekuni oleh penduduk Karimunjawa adalah petani, PNS, Pedagang, pengrajin, dan sebagainya. Data penduduk berdasarkan mata pencaharian dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10. Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Total Karimunjawa Kemujan Parang 1 Petani Nelayan Pengusaha Pengrajin/Buruh Industri Pedagang Konstruksi/Buruh Pengangkutan PNS dan TNI Pensiunan Lainnya (Jasa) Jumlah Sumber : Statistik Balai TN Karimunjawa 2008 c. Ekonomi Sarana penunjang perekonomian yang terdapat di TN Karimunjawa antara lain pasar, bank, kios dan warung, tempat pelelangan ikan, dan darmaga kapal. Pasar yang terdapat di Karimunjawa saat ini adalah pasar semi permanen. Pedagang menggelar dagangannya di sepanjang jalan menuju ke darmaga. Bahan makanan pokok diperoleh dari Jepara dengan intensitas kedatangan mengikuti jadwal Kapal Feri Muria dua kali dalam seminggu. Saat terjadi musim angin Barat yang oleh penduduk Karimunjawa disebut Baratan, pasokan bahan makanan jadi berkurang karena kapal Muria tidak beroperasi, hal ini menjadikan harga kebutuhan pokok di wilayah Kecamatan Karimunjawa naik tajam. Musim Angin Barat ini terjadi Bulan Desember-Februari.

7 Darmaga kapal sebanyak delapan buah, darmaga kapal terbagi menjadi dua tipe yaitu darmaga kapal Muria dan Kartini serta darmaga kapal nelayan. Data sarana perekonomian di Karimunjawa disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Sarana Perekonomian di Karimunjawa No Sarana Perekonomian Jumlah (Unit) 1 Koperasi Simpan Pinjam 4 2 Koperasi Unit Desa 1 3 Bank 1 4 Pasar 1 5 Tempat Pelelangan Ikan 1 6 Kios 6 7 Warung 2 Jumlah 16 Sumber: Karimunjawa dalam Angka 2009 d. Umum Sarana kesehatan yang terdapat di Karimunjawa adalah satu Puskesmas di Ibukota Kecamatan dan tiga Puskesmas pembantu di setiap desa. Sarana umum yang dimanfaatkan Masyarakat di TN Karimunjawa adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebagai sumber listrik dan listrik baru beroperasi setelah pukul WIB. Sumber air bersih yang ada di Karimunjawa berasal dari lima mata air yaitu Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas dan Nyamplungan, yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan memasak oleh masyarakat sekitar. Penduduk Karimunjawa juga memanfaatkan sumur sebagai sumber mata air, hanya beberapa penduduk di Desa Karimunjawa yang menggunakan PAM sebagai sumber air. Sarana telekomunikasi yang sudah terdapat di Karimunjawa adalah telepon dari PT Telkom, saat ini sudah terdapat menara pemancar dari operator telepon seluler (BTS) yang dibangun sejak tahun 2005 sehingga komunikasi dari Karimunjawa ke luar wilayah dapat berjalan lancar. Sarana internet dapat dinikmati dari sebuah rental komputer yang terletak di sebelah Kantor Kecamatan Karimunjawa.

8 e. Transportasi Sarana transportasi yang ada di TN Karimunjawa terdiri dari kapal antarpulau, jalan raya, kendaraan bermotor dan kendaraan lain. Kondisi jalan yang menghubungkan antar desa adalah jalan beraspal dengan kondisi sedang. Penduduk Karimunjawa rata-rata memiliki kendaraan bermotor berupa sepeda motor (960 unit), sepeda (364 unit) dan mobil (55 unit). Sarana transportasi lain adalah becak yang mengantarkan wisatawan dari darmaga ke lokasi penginapan. Tidak terdapat angkutan umum yang menghubungkan desa ke desa. Penduduk yang akan melakukan perjalanan antarpulau menggunakan perahu bermotor dengan harga kesepakatan antara pemilik dengan penumpang, jumlah perahu motor di Karimunjawa adalah 804 unit dan perahu dayung sampan (jukung) sejumlah 188 unit. Sementara itu transportasi menuju dan dari TN Karimunjawa dilayani dengan tarnsportasi laut dan udara. Transportasi laut dilakukan dengan KMP Muria dan KMC Kartini dengan jadwal keberangkatan sebagai berikut: 1. Jadwal keberangkatan KMP Muria dengan perjalanan laut ditempuh selama 6 jam. a. Jepara Karimunjawa setiap hari Rabu dan Sabtu b. Karimunjawa Jepara setiap hari Kamis dan Senin. 2. Jadwal keberangkatan KMC Kartini I dengan perjalanan laut ditempuh selama 3,5 jam dengan rute perjalanan Semarang-Jepara-Karimunjawa, Transportasi udara dilayani dari Bandara Ahmad Yani Semarang menuju Bandara Dewadaru di Kemujan dengan menggunakan pesawat perintis jenis Cesna 402 dan Cesna 172 yang dikelola oleh Kura-Kura Aviation. f. Agama dan Budaya Mayoritas penduduk di lingkup TN Karimunjawa memeluk agama Islam (99.7 persen), penduduk yang memeluk agama Katolik sebanyak 4 jiwa dan Protestan 27 jiwa. Tempat peribadatan yang berada di Karimunjawa terdiri dari 4 masjid, 21 Musholla, dan 1 Gereja. Kehidupan antarumat beragama berjalan dengan baik dan harmonis.

9 Penduduk yang bertempat tinggal di Karimunjawa terdiri dari beberapa etnis yaitu Jawa, Madura, dan Bugis dan beberapa suku yang terdiri dari Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajau, Munak, Luwu. Perkampungan suku Bugis yang masih memiliki rumah adat Bugis masih terdapat di Karimunjawa tepatnya di desa Kemujan yang berjarak sekitar 20 km dari Ibukota Kecamatan. Walaupun terdiri dari bermacam etnis dan suku, kehidupan bermasyarakat berjalan dengan baik. Masyarakat yang terdapat di Karimunjawa memiliki beberapa perkumpulan/paguyuban antara lain komunitas pengajian, paguyuban budaya (kuda lumping dan barongan), paguyuban kapal, paguyuban homestay, dan paguyuban pemandu wisata. Paguyuban budaya kuda lumping dan barongan merupakan paguyuban yang bertujuan untuk melestarikan kesenian di Karimunjawa. Paguyuban homestay adalah parkumpulan para pengusaha homestay di Karimunjawa. Masyarakat Karimunjawa menghargai adanya sejarah terbentuknya Karimunjawa. Hal ini terbukti dengan masih adanya cerita turun-temurun mengenai asal-usul Karimunjawa dan adanya makam Syeh Amir Hasan yang dikenal dengan Sunan Nyamplungan yang dipercaya sebagai perintis Karimunjawa. Makam Sunan Nyamplungan merupakan wisata sejarah dan wisata religi yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh wisatawan. Penginapan yang terdapat di Karimunjawa sejumlah 27 buah yang terdiri dari homestay, hotel, dan resort. Pemandu wisata yang tergabung dalam paguyuban pemandu wisata dengan nama Himpunan Pramuwisata Indoensia (HPI) sebanyak lima puluh orang yang memiliki sertifikat diving (menyelam) karena bertujuan untuk melayani wisatawan yang ingin melakukan penyelaman di lokasi terumbu karang. Masyarakat Karimunjawa tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Kadarwis) yang diberikan pelatihan cara menerima tamu, bersikap ramah terhadap wisatawan, dan pentingnya wisata yang sejalan dengan pelestarian alam. g. Wisatawan Wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu wisatawan yang khusus untuk melakukan perjalanan wisata dan

10 wisatawan yang bertujuan untuk melakukan penelitian ataupun pendidikan. Sebagian besar wisatawan yang datang ke Karimunjawa merupakan wisatawan yang bertujuan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan langsung dengan bahari (menyelam, berenang, dan snorkeling). Wisatawan yang tidak memiliki kemampuan untuk menyelam pada umumnya datang ke Karimunjawa untuk menikmati suasana perdesaan dan mengamati keadaan sekitar pantai, kehidupan masyarakat, dan menikmati pantai yang bersih dan indah, berenang di tepi pantai, memotret, dan wisata budaya ke perkampungan Bugis. 5.2 Balai Taman Nasional Karimunjawa Balai Taman Nasional Karimunjawa (Balai TN Karimunjawa) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa yang bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Pengelolaan TN Karimunjawa yang dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa adalah pengelolaan yang berbasis pada perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari. Pengelolaan TN Karimunjawa dilaksanakan dengan bekerjasama dengan pihak terkait seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara dan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah. Masyarakat di lingkup TN Karimunjawa masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya alam yang ada di lingkup TN Karimunjawa. 80 persen masyarakat masih mengandalkan hasil laut 7. Hal ini menjadikan Balai TN Karimunjawa menerapkan pola pengelolaan yang mengutamakan pengawetan untuk menambah jumlah stok pada beberapa sumberdaya laut dan menjalankan fungsi konservasi. Fungsi konservasi dijalankan dengan mencegah alat-alat penangkapan ikan yang dapat mengganggu populasi Visi, Misi, dan Struktur Organisasi Balai TN Karimunjawa Balai TN Karimunjawa memiliki visi dan misi dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola TN Karimunjawa. Visi Balai TN Karimunjawa 7 Data primer, wawancara dengan Kepala Balai TN Karimunjawa

11 adalah Terwujudnya pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem di kawasan TN Karimunjawa untuk menjamin keberlangsungan fungsi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat berdasarkan pada prinsip kelestarian. Sedangkan misi Balai TN Karimunjawa adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan. 2. Mewujudkan Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan pengawetankeanekaragaman jenis flora dan fauna. 3. Mewujudkan Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pemanfaatan lestari dilakukan dengan pemanfaatan ekowisata dengan memperhatikan pemberdayaan masyarakat yang ada di TN Karimunjawa dengan harapan ketergantungan terhadap sumberdaya alam yang ada di TN Karimunjawa dapat dikurangi. Balai TN Karimunjawa menerapkan Rencana Desa Model yang merupakan contoh desa yang dapat ikut serta dalam pengelolaan ekowisata. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 Balai TN Karimunjawa merupakan Balai Taman Nasional dengan tipe B dengan struktur organisasi yang terdiri dari Kepala Balai, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Taman nasional Wilayah I, Seksi Pengelolaan Taman nasional Wilayah II, dan Kelompok Jabatan Fungsional (Polisi Hutan dan Pengendali Ekosistem Hutan). Struktur organisasi Balai TN Karimunjawa disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Struktur Organisasi Balai TN Karimunjawa

12 5.2.2 Pelaksanaan Pengelolaan Oleh Balai TN Karimunjawa Balai TN Karimunjawa memiliki landasan hukum dalam pelaksanaan pengelolaan yang meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, dan Peraturan Menteri Kehutanan. Dana yang digunakan untuk pengelolaan TN Karimunjawa berasal dari Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) 29, penggunaan terbesar dari DIPA 29 adalah untuk penerapan system pemenrintah yang baik sebesar Rp ,-. Dana yang digunakan adalah pagu revisi dari pagu awal sebesar Rp ,-. Pagu terbesar adalah untuk penerapan kepemerintahan yang baik. Terbatasnya dana yang digunakan untuk pengembangan kapasitas pengelolaan sumberdaya alam menentukan pengembangan ekowisata di TN Karimunjawa. Penggunaan DIPA 29 dirinci pada Tabel 12. Tabel 12. Program Kegiatan DIPA 29 Balai TN Karimunjawa No. Program Kegiatan Pagu Awal (Rp) Pagu Revisi (Rp) 1. Penerapan Kepemerintahan yang Baik Pemantapan Keamanan Dalam Negeri Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Alam 4. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup Jumlah Sumber: Statistik Balai TN Karimunjawa 2008 Balai TN Karimunjawa menghadapi beberapa kondisi internal dan eksternal yang dipertimbangkan dalam penyusunan program kerja dan strategi pengelolaan TN Karimunjawa. Permasalahan internal dan eksternal yang diidentifikasi oleh Balai TN Karimunjawa yang merupakan salah satu faktor penentu penyusunan strategi yang terkait dengan pengembangan ekowisata antara lain masyarakat yang belum memahami adanya peraturan-peraturan terkait dengan konservasi, hal ini berkaitan dengan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa dan juga terkait dengan kondisi sosial masyarakat.

13 Permasalahan internal dan eksternal Balai TN Karimunjawa dijelaskan pada Tabel 13. Beberapa program yang sudah dijalankan di TN Karimunjawa adalah desa model seperti yang diharapkan oleh Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Dephut RI, namun pelaksanaannya baru sebatas pengamanann partisipatif yang berfungsi untuk mengamankan zona perlindungan dan zona inti. Pemberdayaan masyarakat berupa alternatif pendapatan ataupun yang berupa pemanfaatan nilai ekonomi dari pelestarian alam belum terlihat di TN Karimunjawa. Ekowisata dapat dilakukan di TN Karimunjawa dan manfaat ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya peningkatan daya tarik ekowisata. Peningkatan daya tarik wisata dalam rangka meningkatkan kapasias pengunjung harus disesuaikan dengan daya dukung kawasan. Pengunjung yang melebihi kapasitas dapat menyebabkan tekanan pada kawasan. Degradasi fungsi kawasan dapat disebabkan oleh pembuangan limbah oleh penduduk atau wisatawan ke laut yang dapat merusak potensi wisata yang ada.

14 Tabel 13. Permasalahan Internal dan Eksternal Balai TN Karimunjawa No Permasalahan Internal Permasalahan Eksternal 1 Pemantapan kawasan hutan yang belum optimal 2 Belum adanya pengelolaan wisata alam yang dapat meningkatkan kapasitas pengunjung 3 Terdapat beberapa potensi biodiversity yang belum teridentifikasi dan terinventarisasi 4 Penetasan telur penyu belum optimal 5 Sosialisasi peraturan masih belum optimal 6 Kerjasama dan hubungan dengan stakeholders lain 7 Belum optimalnya upaya rehabilitasi baik di kawasan darat maupun perairan di kawasan TN Karimunjawa Degradasi fungsi kawasan akibat adanya aktivitas pemanfaatan sumber daya alam hayati yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku Pengambilan biota laut dilindungi undang-undang secara ilegal Fenomena perubahan iklim akan membawa berbagai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap keutuhan fungsi kawasan TN Karimunjawa. Sumber: Draft Renstra Balai TN Karimunjawa (diolah)

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4 II. ZONASI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA TAHUN 2005... 6 A Zona Inti... 7 B Zona Pemanfaatan

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 33 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Lokasi Pulau Karimunjawa adalah pulau terbesar yang ada di kepulauan Karimunjawa. Nama Karimunjawa digunakan untuk nama Desa Karimunjawa yang juga

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Umum Kepulauan Karimunjawa secara geografis berada 45 mil laut atau sekitar 83 kilometer di barat laut kota Jepara, dengan ketinggian 0-605 m dpl, terletak antara

Lebih terperinci

Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah

Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah Kepulauan Karimun Jawa terletak pada 5o 40 LS dan 110o 40 BT, berjarak 45 mil atau kurang lebih 83 KM arah Barat Laut Kabupaten Jepara, jika dari Semarang berjarak 60

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Biogeofisik 4.1.1. Letak Administratif dan Geografis Secara geografis Karimunjawa terletak pada posisi antara 5 o 40 5 o 57 LS dan 110 o 04 110 o 40 BT

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA NIM KELAS : HANDI Y. : 11.02.8010 : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

Pulau Menjangan Besar

Pulau Menjangan Besar 1/5 Kean menja surga bagi para snorkler penyelam (ver ).tidak dapat melakukan berbagai kegiatan jernihnya air. Berenang (Swiming) menyelam iving ),(d atau snorkeling akan terasa menyenangkan. Keindahan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA : ISMAWATI NIM : 10.02.7842 KELAS : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC tidak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA

BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA 44 BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA 5.1 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa memiliki ekosistem yang masih asli dan keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga harus

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Dunia, yang terdiri dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 km (terpanjang ke empat di Dunia setelah Canada,

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Nilai Ekonomi Taman Nasional Alam seisinya memiliki nilai ekonomi yang dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nilai ekonomi ini dapat diperoleh jika alam dilestarikan

Lebih terperinci

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan keanekaragaman sumberdaya hayatinya yang tinggi dijuluki megadiversity country merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

Lebih terperinci

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI Oleh Pengampu : Ja Posman Napitu : Prof. Dr.Djoko Marsono,M.Sc Program Studi : Konservasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Jogjakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan data lapangan dan diskusi teoritik, penelitian ini dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: Pertama, terdapat dua potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI DAN COTTAGE DI PULAU KARIMUNJAWA

TAMAN REKREASI DAN COTTAGE DI PULAU KARIMUNJAWA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI DAN COTTAGE DI PULAU KARIMUNJAWA (Penekanan Desain : Green Architecture) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 89 BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 7.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa

Lebih terperinci

KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA KRONOLOGIS PENETAPAN KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA NO DOKUMEN TENTANG ISI RINGKASAN LAMPIRAN KET 1. Surata Gubernur Jawa Tengah Nomor : 556/21378 Tanggal 26 Oktober 1982 2. SK Menteri Kehutanan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KARIMUNJAWA DAN JEPARA

BAB V PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KARIMUNJAWA DAN JEPARA 42 BAB V PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KARIMUNJAWA DAN JEPARA 5.1. Pengelolaan Perikanan di Karimunjawa Sumber daya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat diakses secara terbuka. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH DAN PENATAAN FUNGSI PULAU BIAWAK, GOSONG DAN PULAU CANDIKIAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA

RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) KUPANG Jl. Yos Sudarso, Jurusan Bolok, Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, obyek wisata yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT POTENSI SUMBER DAYA HAYATI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA 17.480

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SEMINAR

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM PULAU PARI

V. KONDISI UMUM PULAU PARI V. KONDISI UMUM PULAU PARI 5.1. Lokasi Penelitian Secara geografis Pulau Pari terletak antara 05 0 50 LS hingga 05 0 52 LS dan 106 0 34 BT hingga 106 0 38 BT. Daerah ini terletak di Laut Jawa, tepatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beberap tahun terakhir ini perkembangan sektor pariwisata di Indonesia telah tumbuh dan berkembang.berbagai usaha telah diupayakan untuk menumbuhkembangkan industri

Lebih terperinci

PROPOSAL PENAWARAN ROMBONGAN STUDY TOUR KARIMUNJAWA Menyenangkan, Mendidik, dan Terjangkau

PROPOSAL PENAWARAN ROMBONGAN STUDY TOUR KARIMUNJAWA Menyenangkan, Mendidik, dan Terjangkau PROPOSAL PENAWARAN ROMBONGAN STUDY TOUR KARIMUNJAWA 2014 by LATAR BELAKANG Pembelajaran kini tak hanya dapat dilakukan di ruangan. Bermain di alam, berbaur dengan masyarakat, dikelilingi dengan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah membuat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah video feature ilmu pengetahuan, yang mengenalkan potensi terumbu karang kepada anak-anak.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Paket Island Hopping dan Snorkeling

Paket Island Hopping dan Snorkeling Paket Island Hopping dan Snorkeling Lamanya: 4 hari, 3 malam Jenis kapal: Ferry (pp), Kapal cepat (pp) atau kombinasi Ferry dan Kapal cepat. Datang hari: Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu Selesai hari: Kamis,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KEPUTUSAN BUPATI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI Menimbang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI KESESUAIAN FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington

Lebih terperinci

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA LAPORAN PRAKTIKUM REKLAMASI PANTAI (LAPANG) REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) mata kuliah Reklamasi Pantai Disusun Oleh :

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu:

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: 1). Untuk saat ini manfaat ekonomi sumberdaya perikanan kawasan konservasi laut TNKj belum dirasakan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi alam Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah tropis merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan sehingga Indonesia dikenal sebagai

Lebih terperinci

Lembaga Pelaksana. Dinas Pariwisata Prop/Kota, DKP Prop/Kota, Dusun Seri Desa Urimesseng CCDP-IFAD

Lembaga Pelaksana. Dinas Pariwisata Prop/Kota, DKP Prop/Kota, Dusun Seri Desa Urimesseng CCDP-IFAD Penataan pemanfaatan kawasan pantai 1. Perencanaan dan kesepakatan desa untuk pembagian kawasan pantai untuk multiguna yaitu untuk meliputi : a) Kawasan labuhan perahu b) Kawasan berenang dan mandi dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL KEPULAUAN LEASE KABUPATEN MALUKU TENGAH GUBERNUR MALUKU, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.330, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pelestarian. Suaka. Kawasan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5798) PERATURAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi objek wisata yang tersebar di seluruh pulau yang ada. Salah satu objek wisata yang berpotensi dikembangkan adalah kawasan konservasi hutan

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk. lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk. lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA 2.1. Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk Menurut Undang-undang, Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata

Lebih terperinci

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar? Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? Ekologi Hidupan Liar http://staff.unila.ac.id/janter/ 1 2 Hidupan liar? Mencakup satwa dan tumbuhan Pengelolaan hidupan liar PENGERTIAN perlindungan populasi satwa untuk

Lebih terperinci

Kapal cepat dari pelabuhan Jepara ke pelabuhan Karimunjawa.

Kapal cepat dari pelabuhan Jepara ke pelabuhan Karimunjawa. Paket Diving Lamanya: 3 hari, 2 malam Jenis kapal: Kapal cepat (pp) atau kombinasi Ferry dan Kapal cepat. Datang hari: Senin, Selasa, Jumat dan Sabtu Selesai hari: Rabu, Kamis, Minggu dan Senin Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki pertumbuhan ekowisata paling cepat di dunia sehingga mendapatkan devisa Negara yang tinggi. Sejak

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 16 IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1 Administrasi dan Geografis Secara administratif Pit Ata terletak di tiga desa yaitu Desa Batuharang, Desa Gunung Raya dan Desa Produksi. Ketiga desa ini terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci