HASIL dan PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL dan PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 64 BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Indomaret Indomaret (franchisor) Indomaret merupakan nama (Brand) yang dipakai untuk jaringan minimarket/grocery Store yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 2 M 2, yang dikelola oleh PT Indomarco Prismatama. Toko Indomaret pertama dibuka pada bulan November 1988 di Kalimantan, sedangkan sistem waralaba baru diterapkan pada tahun 1997 dengan dibukanya toko pertama di Ancol Jakarta Utara. Hal ini dikarenakan PT. Indomarco Prismatama menguji lebih dahulu dengan seksama sistem bisnis waralaba ritel. Dan usaha ini membuahkan sebuah sistem waralaba ritel pertama di Indonesia yang menjadi acuan bagi sistem waralaba di Indonesia. Indomaret telah terbukti menjadi ritel waralaba terbesar di Indonesia, dengan jumlah toko hingga Februari 29 Indomaret mencapai gerai. Dari total itu 183 gerai adalah milik sendiri dan sisanya 1346 gerai waralaba milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, Bali dan Lampung. Di DKI Jakarta terdapat sekitar 3 gerai.

2 65 Sampai dengan saat ini, Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran, apartment dan fasilitas umum lainnya seperti rumah sakit dan masih banyak lagi. Lebih dari 3.5 jenis produk makanan dan nonmakanan yang tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua kebutuhan konsumen seharihari, yang didukung oleh 13 pusat distribusi yang tersebar dibeberapa tempat di Ancol Jakarta, Cimanggis Depok, Tangerang, Bekasi, Parung, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Jember, Surabaya, Lampung, Medan dan Malang. Dengan menjalin lebih dari 5 pemasok dan Indomaret memiliki posisi baik dalam menentukan produk yang akan dijualnya. Proses lahir, belajar, dan pengembangannya, perusahaan menetapkan Visi, Motto dan Budaya Perusahaan dalam membangun bisnis Indomaret ini, yaitu : VISI INDOMARET Menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global. MOTTO INDOMARET Mudah & Hemat BUDAYA PERUSAHAAN Dalam bekerja kami menjunjung tinggi nilai-nilai: Kejujuran, kebenaran dan keadilan Kerja sama tim Kemajuan melalui inovasi yang ekonomis Kepuasan pelanggan

3 66 Indomaret cabang Palmerah Kebayoran Lama 26 memiliki struktur organisasi yang ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan franchisor, yang dalam hal ini berhak untuk melakukan seleksi, menyimpan, dan/atau meminta datadata lengkap, dan melakukan pengawasan terhadap sumber daya manusia dan sistem manajemen yang akan ditempatkan di Toko IDF Palmerah Keb-Lama 26. Setiap atasan hanya berwenang memerintah kepada bawahannya langsung, sebaliknya setiap karyawan hanya bertanggung jawab kepada pimpinan yang langsung membawahinya. Berikut dibawah ini struktur organisasi pada toko/ritel IDF Palmerah Kebayoran Lama 26 (PT Akindo) :

4 67 Area Manager Administrasi Area Cordinator Area Cordinator Area Cordinator Kepala Toko Kepala Toko Kepala Toko Assisten Kepala Toko Merchandiser Kasir Pramuniaga Sumber: IDF Keb-Lama 26 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Toko IDF Keb-Lama 26 Uraian Pekerjaan Berikut ini adalah uraian pekerjaan dari masing-masing divisi pada struktur organisasi pada toko IDF Palmerah Kebayoran Lama 26. Akan dijelaskan sebagai berikut :

5 68 Bagian Area /Toko Indomaret a. Kepala Toko, bertugas: Mengkoordinir dan menjalankan semua kegiatan operasional Mengkoordinir semua aktivitas toko di dalam memberikan pelayanan kepada semua pelanggan yang diarahkan untuk pemenuhan kepuasaan pelanggan dan meningkatkan jumlah pelanggan di toko Menkoordinir dan mengelola bawahan sesuai dengan budaya perusahaan Berkoordinir atau berhubungan dengan Area Coordinator atau Departemen lain sehubungan dengan adanya masalah atau programprogram tertentu yang berkaitan dengan toko Melakukan evaluasi berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas operasional sehari-hari b. Asisten Kepala Toko, bertugas: Mengkoordinir dan menjalankan semua kegiatan operasional Mengkoordinir semua aktivitas toko di dalam memberikan pelayanan kepada semua pelanggan yang diarahkan untuk pemenuhan kepuasaan pelanggan meningkatkan jumlah pelanggan ditoko Mengkoordinir dan mengelola bawahan sesuai dengan budaya perusahaan Berkoordinir atau berhubungan dengan Area Coordinator atau Departemen Lain sehubungan dengan adanya masalah atau programprogram tertentu yang berkaitan dengan toko Melakukan evaluasi berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas operasional sehari-hari

6 69 Melapor atau meminta persetujuan kepada Kepala Toko mengenai keputusan yang berhubungan dengan toko c. Merchandiser, bertugas: Mengkoordinir permintaan barang dagangan dari Distribution Center Mengkoordinir pengeluaran atau retur barang dari toko ke Distribution Center Mengkoordinir pendisplay-an barang dagangan baik dirak-rak penjualan ataupun gudang Mengkoordinir dan memastikan sarana promosi terpasang sesuai petunjuk Menjaga dan merawat sarana promosi tersebut Menggantikan Kepala Toko atau Asisten Kepala Toko apabila sedang off d. Kasir, bertugas: Memberikan pelayanan kepada pelanggan Melaksanakan kebersihan Mempersiapkan sarana kerja yang diperlukan Melakukan pengawasan dan pencegahan barang hilang Menerima penitipan barang Melakukan proses transaksi penjualan langsung Pemajangan barang (display) Persiapan retur barang Informasi dan penawaran program promosi Pencetakan harga Stock Opname Penyebaran Leaflet

7 7 e. Pramuniaga, bertugas: Memberikan pelayanan kepada pelanggan Melaksanakan kebersihan Mempersiapkan sarana kerja yang diperlukan Penurunan dan pengecekan datang barang dari Distribution Center Pemajangan barang (display) dan pemenuhan dari gudang toko ke area penjualan Persiapan retur barang Informasi dan penawaran program promosi Pencetakan harga Stock Opname Penyebaran Leaflet Informasi barang kosong kepada MD atau Kepala Toko atau Asisten Kepala Toko PT Akindo (franchisee IDF Palmerah Keb-Lama 26) PT Akindo Karya Gemilang didirikan pada tanggal 1 September 1986 sesuai dengan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No.11 yang dibuat dihadapan Notaris Maria K.Soeharyo Sarjana Hukum, yang beralamat di Jalan Aipda KS Tubun IV/52 oleh pencetus sekaligus pendiri PT Akindo Karya Gemilang yaitu, Oetojo Usman sebagai Komisaris Utama dan Agoes Rahardja selaku Direktur Utama. Perusahaan ini bergerak dibidang perdagangan barang atau jasa dengan jenis barang/jasa dagangan utamanya, yaitu teknik mapun mekanikal (pekerjaan proyek) dan ritel ataupun penjualan.

8 71 PT Akindo Karya Gemilang yang berkantor pusat di Jalan Raya Kebayoran Lama No.26 Jakarta Barat, mulai beroperasi pada tanggal 1 Juni 21. Dalam memperluas bisnis dibidang perdagangan barang dan jasa, PT Akindo melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan seperti membangun Proyek Bekisting RSUD Ciawi, melaksanakan Pemasangan Turbotal ke dalam Tube Heat Exchanger, dan sebagainya. Kinerja keuangan yang dihasilkan dari proyek tersebut, juga sangat bernilai tinggi, yang terlihat dari jumlah omset per tahunnya mencapai Rp. 2 Milyar dengan berbagai macam proyek yang dikerjakan PT Akindo. Dalam memperluas bisnis di bidang perdagangan barang atau jasa khususnya ritel, PT Akindo melakukan kerjasama yang salah satunya adalah sebagai pewaralaba dari PT Indomarco Prismatama sebagai franchisor Indomaret dan PT Akindo sebagai salah satu franchisee-nya. PT Indomarco Prismatama, adalah nama (brand) yang dipakai untuk jaringan minimarket/grocery store, yang mulai beroperasi pada bulan November tahun 1988 dengan dibukanya toko Indomaret yang pertama, sedangkan sistem waralaba baru diterapkan pada tahun Dan pada tanggal 15 Januari 24, perjanjian dilakukan kedua belah pihak antara Sinarman Jonathan yang bertindak sebagai Direktur Utama yang mewakili PT Indomarco Prismatama sebagai pihak pertama (franchisor) dengan Agoes Rahardja selaku Direktur Utama PT Akindo yang selanjutnya disebut sebagai pihak kedua (franchisee). Peningkatan kinerja bisnis ritel PT Akindo (IDF Palmerah Keb-Lama 26) lebih baik dari perkiraan dan perencanaan, ini terlihat dari jumlah omset perbulannya -/+ Rp 33..,- yang semakin meningkat tiap bulannya. Pada tanggal Januari 29 tepat lima tahun pelaksanaan kerjasama, PT Akindo

9 72 melakukan perpanjangan perjanjian sebagai terwaralaba Indomaret, yang sampai dengan saat ini telah berlangsung selama enam tahun. Dalam manajemen PT Akindo, struktur organisasi dibagi menjadi dua divisi, yaitu divisi keuangan dan divisi trading. Untuk divisi trading, PT Akindo membaginya dalam dua bagian yaitu waralaba dan proyek. Gambar 4.2 berikut memperlihatkan Struktur Organisasi PT. Akindo Karya Gemilang beserta uraian pekerjaannya :

10 73 Direktur Utama Direktur Keuangan Direktur Trading Direktur Keuangan Waralaba Indomaret Proyek Kepala Toko Finance General Affair Asisten Kepala Toko Marketing Merchandiser Project Manager Pramuniaga Kasir Site Manager Logistik Mandor Gudang Pekerja Daily Storeman Sumber : PT. Akindo Karya Gemilang Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Akindo Karya Gemilang

11 74 Uraian Pekerjaan a. Komisaris, bertugas : Mewakili pemegang saham mengawasi pelaksanaan kegiatan perusahaan b. Direktur Utama, bertugas : Mengadakan koordinasi antara anggota direksi mengarahkan sesuai dengan visi misi perusahaan Mengkoordinasi antar direksi untuk mencapai tujuan perusahaan c. Direktur Trading Mengadakan koordinasi perdagangan keagenan dan distribusi d. Direktur Keuangan Mengatur pelaksanaan dan mengendalikan keuangan Melakukan pengawasan di bidang keuangan Ahadmart Ahadmart adalah salah satu nama minimarket yang cukup mempunyai nama. Ahadmart minimarket merupakan gagasan dari Hamdani Harman yang juga sebagai lulusan dari United Kingdom, University of Central England. Minimarket mandiri ini pertama kali dibuka pada tahun 22 yang lalu, yang dengan dibukanya toko pertama di Cipadu atau Ceger, setelah melihat prospek yang sangat baik dari toko pertama selanjutnya dengan jangka waktu 1 (satu) tahun, kembali membuka toko kedua di Gandul Cinere. Tidak lama kemudian, Hamdani Harman pun berinisiatif untuk membuka kembali toko ketiganya di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Tapi sangat disayangkan toko

12 75 ketiga ini harus tutup karena mengalami beban biaya sewa tempat yang sangat besar jumlahnya. Pencetus sekaligus pemilik Ahadmart ini pun, pada bulan Januari 24 yang lalu membuka toko ketiga di daerah Pondok Kacang Tangerang, sebagai pengganti Ahadmart Pondok Pinang. Ahadmart Pondok Kacang ini sudah berjalan selama 6 (enam) tahun dan telah memiliki omset rata-rata -/+ Rp. 3.. per bulannya. Sebagai rata-rata per harinya bisa mencapai sebesar Rp. 25..,-. Ada yang berbeda dengan minimarket Ahadmart ini apabila dibandingkan dengan minimarket waralaba ataupun non-waralaba mandiri yang lainnya yaitu produk yang tidak diperjualbelikan, seperti rokok, minum-minuman beralkohol, makanan-makanan kaleng seperti sarden. Dengan alasan ataupun motto yang telah ditanamkan dan dijadikan pedoman awal yaitu Mudah dan Islami. Ahadmart minimarket milik Hamdani Harman ini memang terletak sisi kiri jalan utama Pondok Kacang Raya, Tangerang, Banten yang ramai dilewati penduduk setempat ataupun pemakai jalan umum lainnya. Dengan lokasi perumahan yang tidak jauh dari jalan umum atau jalan raya. Oleh karena itu, keberadaan Ahadmart tersebut sangat memberi solusi bagi penduduk setempat yang tidak perlu lagi pergi jauh untuk berpergian dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari karena seluruh perlengkapan rumah tanggapun dapat dipenuhi. Dalam manajemen Ahadmart minimarket, struktur organisasi yang diterapkan bersifat standar, seperti layaknya struktur organisasi di minimarket-minimarket nonwaralaba mandiri lainnya.

13 76 Kepala Toko Administrasi Asisten Kepala Toko Gudang Kasir Pramuniaga Sumber : Ahadamart Minimarket Gambar 4.3 Struktur Organisasi Ahadmart Pondok Kacang Uraian Pekerjaan Berikut ini adalah uraian pekerjaan dari masing-masing divisi pada struktur organisasi pada Ahadmart Pondok Kacang. Akan dijelaskan sebagai berikut : a. Kepala Toko, bertugas : Menyusun jadwal kerja Bertanggung jawab atas operasional toko Memesan pembelian barang dagangan Memeriksa angka penjualan b. Asisten Kepala Toko, bertugas :

14 77 Membuka dan menutup toko Memesan persediaan setelah berkordinasi dengan Kepala Toko Menyelesaikan rekonsiliasi laporan penjualan harian Bertanggung jawab atas operasional harian kepada Kepala Toko c. Gudang, bertugas : Mengajukan permohonan pemesanan barang kepada Asisten Kepala Toko Menerima dan menyimpan pesanan pembelian sebelum dibawa ke toko Memeriksa jumlah persediaan barang Mengisi barang di toko atas permintaan pramuniaga Memeriksa tanggal kadaluwarsa barang di gudang d. Administrasi, bertugas : Membuat laporan penjualan harian, mingguan, bulanan dan tahunan Membuat Buku Utang, Piutang, Kas/Bank, Jurnal dan bukubuku biaya lainnya Membuat label harga Meng-input data pembelian saat barang sampai di gudang dan membuat laporannya e. Kasir, bertugas : Melakukan transaksi penjualan Menerima dan menghitung uang penjualan

15 78 Meng-input data penjualan f. Pramuniaga, bertugas : Melayani calon konsumen Menyiapkan barang dagangan Meminta persediaan barang di toko ke bagian gudang Memeriksa persediaan barang di toko setiap saat 4.2 Perkembangan Bisnis Ritel di Indonesia Bisnis ritel atau eceran mengalami perkembangan cukup pesat beberapa tahun terakhir ini, dengan berbagai jenis format serta jenisnya. Hal ini, sebagai akibat dari adanya perkembangan usaha manufaktur dan peluang pasar yang cukup terbuka, maupun upaya pemerintah untuk mendorong perkembangan bisnis ritel. Pemerintah berperan dalam melakukan perlindungan terhadap ritel nasional, melalui peraturan dan undang-undang. Bisnis ritel di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yakni Ritel Tradisional dan Ritel Modern. Ritel modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari ritel tradisional. Format ritel ini muncul dan berkembang seiring perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat yang membuat masyarakat menuntut kenyamanan yang lebih dalam berbelanja. Ritel modern pertama kali hadir di Indonesia saat Toserba Sarinah didirikan pada Pada era 197 s/d 198-an, format bisnis ini terus berkembang. Awal dekade 199-an merupakan tonggak sejarah masuknya ritel asing di Indonesia. Ini ditandai dengan beroperasinya ritel terbesar Jepang Sogo di Indonesia. Ritel modern kemudian berkembang begitu pesatnya.

16 79 Sejarah perkembangan ritel di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Terdapat kecenderungan bahwa setiap tahapannya berjalan dengan periode yang singkat. Tahapan pada evolusi perkembangan indutri ritel ini dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Era sebelum tahun 196-an Era perkembangan ritel tradisonal yang terdiri atas perdagangan independen 2. Tahun 196-an Era perkenalan ritel modern dengan format department store dengan barang dagangan dalam jumlah besar (mass merchandise) ditandai dengan dibukanya gerai ritel pertama yaitu Sarinah di Jl. MH. Thamrin, Jakarta. 3. Tahun 197-an Era perkembangan ritel modern dengan format supermarket dan department store, ditandai dengan hadirnya ritel modern seperti, Matahari, Hero dan Ramayana 4. Tahun 199-an Era perkembangan convenience store, yang ditandai dengan maraknya pertumbuhan minimarket seperti Indomaret. Selain itu pertumbuhan department store kelas atas yaitu ditandai dengan masuknya SOGO, Metro dan Seibu. Selain itu juga terdapat pertunbuhan format cash and carry (penjualan tunai) yaitu dengan berdirinya Makro, yang diikuti oleh ritel lokal lain dengan format serupa seperti GORO dan Alfa. 5. Tahun 2-21 Era perkembangan hypermarket dan perkenalan e-retailing. Era ini ditandai dengan hadirnya Carrefour dengan format hypermarket dan hadirnya LippoShop yang memperkenalkan e-retailing di Indonesia, yang berbasis pada penggunaan internet. Konsep tersebut merupakan konsep yang masih asing dan sukar

17 8 diterima oleh kebanyakan masyarakat Indonesia yang masih terbiasa dengan melakukan perdagangan secara langsung. Selain format tersebut terdapat pola pertumbuhan ritel dengan format waralaba. Saat ini, jenis-jenis ritel modern di Indonesia sangat banyak meliputi pasar tradisonal, pasar modern, pasar swalayan, minimarket, supermarket, hypermarket, department store, boutique, factory outlet, specialty store, trade centre, dan mall / supermall / plaza. Pasar modern, salah satu jenis pasar ritel yang diperkenalkan pada era 197-an, yang disebut sebagai format ritel yang mengalami perkembangan yang sangat baik dalam 5 tahun terakhir. Banyaknya ritel modern mendukung para peritel asing untuk melakukan investasi dengan bebasnya. Investasi perusahaan ritel asing berinvestasi ke Indonesia dengan tiga cara yaitu (1) kemitraan sistem waralaba, seperti Body Shop (2) kerja sama operasi-kso (tehnical assistance) seperti, Sogo (3) kemitraan bersama pengusaha kecil (joint venture) dan hal ini sangat memungkinkan ritel asing untuk berinvestasi di Indonesia. Banyaknya para peritel asing yang berinvestasi di Indonesia, peritel tradisonalpun mulai membenahi diri menjadi bisnis modern maupun bisnis ritel modern yang baru. Perubahan dan perkembangan kondisi pasar juga menuntut peritel untuk mengubah paradigma lama pengelolaan ritel tradisonal menuju paradigma pengelolaan ritel modern. Pengelolaan ritel modern tentunya membutuhkan dukungan infrastruktur yang memadai terutama kebutuhan teknologi tinggi (high-tech). Teknologi tinggi ini memungkinkan ritel membangun sistem informasi canggih yang mendukung pengelolaan sistem persediaan yang lebih efisien sehingga manajemen mampu menyediakan berbagai produk makanan dan minuman yang selalu segar. Teknologi juga memudahkan pelayanan, pemrosesan, serta pengantaran layanan yang lebih cepat, teliti, dan memuaskan pelanggan. Selain itu, dengan menggunakan sistem informasi, para peritel mampu mengatur persediaan di gudang-gudang

18 81 ritel, sehingga sistem pasokan dan persediaan menjadi semakin terintegrasi terhadap berbagai kebutuhan gerai atau toko ritel yang dimilikinya. Secara makro, perkembangan industri ritel tidak terlepas dari pengaruh tiga faktor utama yaitu ekonomi, demografi, dan sosial budaya. Faktor ekonomi yang menunjang pertumbuhan industri ritel terutama adalah pendapatan perkapita penduduk Indonesia. Faktor kedua adalah demografi, yaitu peningkatan jumlah penduduk Indonesia dan faktor ketiga adalah faktor sosial budaya, seperti terjadinya perubahan gaya hidup dan kebiasaan berbelanja. Konsumen saat ini menginginkan tempat berbelanja yang aman, lokasinya mudah dicapai, ragam barang yang bervariasi dan sekaligus dapat digunakan sebagi tempat rekreasi. Ketiga faktor makro di atas menunjukkan besarnya peluang bisnis ritel di Indonesia. Selain faktor ekonomi, demografi, dan sosial budaya, perkembangan bisnis ritel di Indonesia dipengaruhi juga oleh praktik bisnis ritel di negara maju terutama dalam pengaplikasian teknologi informasi dalam operasional kegiatan sehari-hari bisnis ritel. Meskipun perekonomian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel modern di Indonesia tidak terkendala bahkan masih menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal itu dikarenakan potensi pasar di Indonesia masih cukup besar dan menguatnya usaha kelas menengah dan kecil, telah menambah banyaknya kelompok masyarakat berpenghasilan menengah-atas yang memiliki gaya hidup belanja di ritel modern. Pertumbuhan di sektor ritel memang masih terus tercatat tinggi, meskipun pertumbuhan tinggi tersebut hanya dialami oleh ritel modern, yang sangat mungkin merupakan kebalikan dari ritel tradisional, yang justru dalam beberapa kesempatan menyatakan sebagai bagian yang paling dirugikan akibat dari perkembangan yang terjadi saat ini di sektor ritel.

19 82 Tabel 4.1 Total Penjualan Ritel di Indonesia Tahun Penjualan (miliar rupiah) Pertumbuhan % 17.7% 14.3% Sumber : AC Nielsen, 27 Adapun komposisi industri ritel Indonesia dalam perkembangan terakhir digambarkan dalam survei yang dilakukan oleh AC Nielsen dalam tahun sebagaimana terlihat dalam tabel 4.2

20 83 Tabel 4.2 Struktur Pengecer di Indonesia Struktur Pengecer di Indonesia Sektor Toko Tradisional Convenience Store Supermarket Sub-Supermarket Minimarket Large Format Store Hipermarket Warehouse clubs Total Toko Eceran Toko Obat Toko Obat : Traditional Drugstore Chain Drugstore Total Toko Obat Sumber : AC Nielsen, 26 Data tabel 4.2 ini, memperlihatkan bahwa ritel modern sesungguhnya belum apa-apa, apabila dibandingkan secara kuantitas dengan ritel tradisional. Jumlah pelaku usaha di ritel tradisional jauh di atas jumlah pelaku usaha di ritel modern dengan selisih kuantitas yang sangat signifikan. Pertumbuhan dari ritel modern, jelas akan terus mendorong terciptanya perubahan

21 84 penguasaan pangsa pasar ritel dari pasar tradisional ke arah pasar modern. Hal ini mendorong pertumbuhan peritel modern secara ekspansif bebas menguasai pasar, apabila tidak ditindaklanjuti maka akan mengakibatkan para peritel tradisonal mengalami penurunan omset bahkan dapat mengalami kebangkrutan. Dalam 5 (lima) tahun terakhir, pasar modern merupakan penggerak utama perkembangan ritel modern di Indonesia. Pada 24 28, omset pasar modern bertumbuh 19,8%, tertinggi dibanding format ritel modern yang lain. Omset department store, specialty store dan format ritel modern lainnya masing-masing meningkat hanya 5,2%, 8,1%, dan 1,% per tahun. Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, 29 Gambar 4.4 Perkembangan Omset Ritel Modern, (Rp Triliun) Setelah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada era 197-an, saat ini terdapat 3 (tiga) jenis pasar modern yaitu minimarket, supermarket dan hypermarket. Perbedaan utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis barang yang diperdagangkan. Berikut karakteristik dari ke-3 (tiga) jenis pasar modern tersebut :

22 85 Tabel 4.3 Karakteristik Pasar-Pasar Modern di Indonesia Uraian Minimarket Supermarket Hypermarket Barang yang diperdagangkan Berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan seharihari Berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan seharihari Berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan seharihari Jenis item < 5 item 5-25 item > 25 item Jenis produk -Makanan kemasan -Barang-barang hygienis poko -Makanan -Barang-barang rumah tangga -Makanan -Barang-barang rumah tangga -Elektronik -Busana/Pakaian -Alat Olahraga Model penjualan Dilakukan secara eceran, langsung pada konsumen akhir dengan cara swalayan Dilakukan secara eceran, langsung pada konsumen akhir dengan cara swalayan Dilakukan secara eceran, langsung pada konsumen akhir dengan cara swalayan (pembeli mengambil sendiri barang dari rakrak dagangan dan membayar ke kasir) Luas lantai usaha Maksimal 4 m m 2 > 5 m 2 (Berdasarkan Perpres, no 112 thn 27) Luas lahan parkir Minim Standart Sangat Luas Modal (diluar tanah dan bangunan) Rp 2 - Rp 5 juta Rp 5 juta - Rp 1M Rp 1 M keatas Sumber : Peraturan Presiden no. 112 tahun 27, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

23 86 Pasar modern sebenarnya adalah usaha dengan tingkat keuntungan yang tidak terlalu tinggi, berkisar 7-15% dari omset. Namun bisnis ini memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, karena penjualan ke konsumen dilakukan secara tunai, sementara pembayaran ke pemasok umumnya dapat dilakukan secara bertahap. Performance minimarket yang sangat baik terlihat dari laju pertumbuhan omsetnya. Pada omset minimarket meningkat sangat tinggi, rata-rata 38,1% per tahun. Omset hypermarket juga meningkat cukup tinggi, yakni 21,5% per tahun. Sementara pada periode tersebut, omset supermarket meningkat hanya 6,2% per tahun (Gambar 4.5). Sumber : Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data, 29 Gambar 4.5 Perkembangan Omset Pasar Modern Berdasarkan Jenisnya (Rp Triliun) Untuk hypermarket, performance yang sangat baik terlihat dari kemampuannya menjadi pasar modern dengan pangsa omset terbesar. Pada 28, omset hypermarket adalah Rp23,1 triliun atau 41,7% dari total omset seluruh pasar modern di Indonesia. Kemampuan hypermarket menjadi pasar modern dengan pengumpulan omset terbesar karena hypermarket menawarkan pilihan barang yang lebih banyak dibanding supermarket dan

24 87 minimarket, sementara harga yang ditawarkan hypermarket relatif sama bahkan pada beberapa barang bisa lebih murah daripada supermarket dan minimarket. Kinerja hypermarket juga ditunjukkan melalui pertumbuhan jumlah gerai. Pada pertumbuhan gerai hypermarket sangat tinggi, yakni 39,8% per tahun. Gerai minimarket juga meningkat cukup tinggi, yakni 16,4% per tahun, sementara gerai supermarket meningkat 1,9% per tahun (Gambar 4.6). Sumber: Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data, 29 Gambar 4.6 Perkembangan Jumlah Gerai Pasar Modern Berdasarkan Jenisnya Berdasarkan sebaran geografisnya, gerai-gerai pasar modern tersebut terkonsentrasi di Pulau Jawa. Pada 28, dari sekitar gerai pasar modern, sekitar 83% diantaranya berlokasi di Pulau Jawa (Tabel 4.4). Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur senantiasa menjadi daerah dengan jumlah gerai pasar modern terbanyak. Terkonsentrasinya gerai-gerai pasar modern di Pulau Jawa tidak lepas dari kondisi dimana konsentrasi penduduk dan pusat perekonomian Indonesia memang berada di pulau ini.

25 88 Tabel 4.4 Sebaran Gerai-Gerai Pasar Modern Propinsi Minimarket Supermarket Hypermarket Total Pulau Jawa DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jogjakarta Jawa tengah Jawa Timur Pulau Sumatera Sumatera Utara Riau&Batam Sumatera Barat Sumatera Sel Lampung Bali Pulau Sulawesi Sulawesi Sel Sulawesi Utara Pulau Kalimantan Kalimantan Sel Kalimantan Tim Kalimantan Barat Papua Lain-lain Total Sumber : Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data, 28 Dengan melihat perkembangan omset pasar modern dan jumlah gerai pasar modern yaitu minimarket, yang omsetnya meningkat 38,1 % per tahun dan jumlah gerai minimarket

26 89 yang meningkat cukup tinggi yaitu sebesar 16,4 % per tahun dengan sebaran gerai-gerai yang tersebar di Indonesia mencapai lebih dari 1. gerai ini bisa dikatakan bahwa pasar modern dengan jenis minimarket merupakan salah satu pasar modern yang sangat diminati para konsumen dalam berbelanja, peritel maupun para investor yang ingin menanamkan modalnya untuk dijadikan peluang bisnis diindustri ritel minimarket ini. Peningkatan omset belakangan ini, terutama didorong semakin maraknya pembukaan outlet gerai baru hypermarket dan minimarket. Misalnya, peritel asing hypermarket seperti, Carrefour dalam waktu singkat telah berhasil mengepung potensi pasar ritel di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, dengan kepemilikan gerai hingga akhir tahun 28 sebanyak 4 unit. Begitu juga konsolidasi Hero supermarket yang mengarah ke hypermarket setelah supermarketnya belakangan cenderung menurun, dan sekarang cukup membuahkan hasil. Dari gerai pertama hypermarket-nya yang bekerjasama dengan peritel asing dari Malaysia pada tahun 22 lalu, hypermarket Giant terus berkembang menjadi 17 gerai pada 27 dan meningkat menjadi sekitar 23 gerai pada tahun 28. Dan peritel lokal seperti Matahari, hanya dalam waktu setahun pada 24 sudah membuka 4 gerai hypermart, gerai hypermarketnya. Bahkan sampai akhir 28 hypermart sudah mencapai 39 gerai. Besarnya minat peritel lokal mengikuti sukses Carrefour, dikarenakan omset hypermarket bisa mencapai Rp 5 juta per hari, bahkan beberapa gerai Carrefour pada masa peak season-nya bisa meraih omset hingga Rp 1 Milyar per hari. Hal ini tentunya sangat potensial dalam meramaikan pasar supermarket yang polanya sama menjaring konsumen untuk belanja bulanan. Begitu juga perkembangan hypermarket yang sangat pesat ini, karena formatnya cocok dengan karakter konsumen di Indonesia yang menjadikan belanja sebagai bagian dari rekreasi. Selain itu mampu menawarkan harga paling rendah, produk selalu fresh, area belanja luas serta jumlah produknya yang sangat lengkap.

27 9 Namun, pesatnya perkembangan pasar modern belakangan ini seringkali menuai protes dengan pihak yang merasa dirugikan seperti pasar tradisional atau bahkan dengan sesama ritel modern. 4.3 Analisis Sistem Waralaba Indomaret Waralaba Indomaret Bisnis waralaba kini telah menjamur di Indonesia. Perkembangannya yang pesat mengindikasikan sebagai salah satu bentuk investasi yang menarik, sekaligus membantu pelaku usaha dalam memulai suatu usaha sendiri dengan tingkat kegagalan yang rendah. Meski bisnis waralaba yang ditawarkan semakin beragam, namun untuk menjatuhkan pilihan terhadap bisnis waralaba secara tepat, terkadang mengalami kesulitan. Padahal pilihan awal akan sangat menentukan. Ada hal mendasar dalam menentukan pilihan. Paling tidak bidang usahanya stabil dan berprospek serta track record pewaralaba (franchisor) baik dan berpengalaman. Sebagai strategi ekspansi yang melibatkan modal pihak lain, bisnis waralaba mau tidak mau harus transparan dan konsepnya saling menguntungkan serta saling percaya di antara pewaralaba (franchisor) dengan terwaralaba (franchisee). Minimal selama 5 tahun bisnis waralaba tersebut mampu membuktikan sebagai perusahaan yang sehat, yang didukung oleh sistem dan format bisnis yang telah teruji. Bidang usaha yang relatif stabil adalah bisnis ritel. Di Indonesia bisnis ini terus berkembang seirama dengan kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Salah satu bisnis ritel yang melayani kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari adalah minimarket. Indomaret yang tetap konsisten berkecimpung di bidang minimarket (lokal) dikelola secara profesional dan dipersiapkan memasuki era globalisasi.

28 91 Ada dua pola waralaba yang ditawarkan oleh Indomaret, apabila investor ingin bergabung untuk menanamkan modalnya : 1. Jika tidak memiliki tempat usaha, ada dua opsi kerjasama : a. Usulan lokasi toko baru dari Indomaret Indomaret menawarkan lokasi yang telah disurvei yang disertai perencanaan matang mulai dari desain layout toko, estimasi investasi, pendapatan, pengeluaran dan Payback Period. b. Take Over kepemilikan toko Indomaret yang sudah beroperasi Indomaret menawarkan toko milik sendiri, yang sudah teruji dan menguntungkan. Sistem ini relatif lebih aman namun nilai investasinya lebih tinggi dibanding dengan membuka toko baru karena ada nilai goodwill, sebagai pengganti biaya pengembangan toko, sejak dibuka hingga mencapai kondisi mapan. 2. Jika memiliki tempat usaha, Indomaret menawarkan kerjasama sebagai berikut : a. Ruang usaha/rumah/tanah kosong Prosedur kerjanya sama dengan "Usulan lokasi toko baru". Indomaret terlebih dulu melakukan survei kelayakan lokasi yang investor usulkan, mulai dari potensi wilayah, peruntukan bangunan dan perijinan, perencanaan layout toko sampai dengan estimasi Payback Period-nya. Jika semua dinilai layak, kerja sama dapat dilakukan. Akan tetapi jika tidak atau ada kendala lain, Indomaret akan menyarankan untuk mencari lokasi yang lain. b. Minimarket existing, dengan mengganti nama menjadi Indomaret Bila investor memiliki toko yang kurang berkembang dan ingin mengembangkannya, dapat bergabung dengan Indomaret. Prosedur

29 92 standarnya sama, mulai dari survei kelayakan lokasi sampai dengan estimasi Payback Period. Perlakuan yang membedakannya adalah dalam menghitung investasi perlengkapan toko, jika perlengkapan toko tersebut sesuai dengan standar Indomaret maka investasinya lebih murah. Namun jika tidak sesuai dengan standar Indomaret, perlengkapan tersebut harus diganti baru. Kunci sukses dalam menjalankan bisnis franchise Indomaret ini adalah : 1. Lokasi yang strategis 2. Para personil yang tangguh 3. Pelayanan yang baik 4. Produk yang tepat dan berkualitas 5. Harga dan display yang menarik 6. Promosi yang berkesinambungan 7. Pengawasan & teamwork toko Memulai Menjadi Terwaralaba (franchisee) Indomaret Sebelum resmi memutuskan untuk membeli hak waralaba Indomaret atau sebagai terwaralaba (franchisee), ada beberapa hal yang harus diperhatikan para investor atau para wirausaha yang ingin menanamkan sebagian modalnya. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi terwaralaba Indomaret adalah : 1. Warga Negara Indonesia 2. Menyediakan ruang usaha ukuran 4-15 m 2 (milik sendiri/sewa) 3. Memiliki NPWP dan PKP, serta kelengkapan perijinan lainnya 4. Lokasi dapat berada di Perumahan / Apartemen / Rumah Sakit / Office atau lain-lain

30 93 5. Investasi dalam bentuk peralatan toko swalayan dan biaya waralaba senilai 25-3 juta (diluar tanah dan bangunan) 6. Pemilik dapat Perorangan, Koperasi, atau Perusahaan 7. Dan memiliki jiwa Entrepreneur dan fokus pada sistem yang diberlakukan oleh PT. Indomarco Prismatama selaku Pewaralaba Indomaret Apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi oleh para investor, maka ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk menjadi franchisee Indomaret. Tahapan franchisee Indomaret berupa persentasi, yang terdiri dari tiga tahapan. Tahapan persentasi tersebut adalah :

31 94 Tabel 4.5 Tahapan Persentasi Franchise Indomaret Tahap I Perkenalan Mengenal Indomaret Penjelasan mekanisme kerjasama franchise Survey potensi lokasi Pengukuran lokasi dan layout design Pembuatan prospektus bisnis Tahap II Kesepakatan Presentasi prospektus bisnis Tahap II Penandatangan MOU (nota kesepakatan) Pembagian kerja Indomaret dan franchisee Menentukan termin pembayaran & time table Tahap III Realisasi Pembukaan Toko Pengurusan perijinan Renovasi, pemasangan peralatan toko Seleksi dan training karyawan Pengisian barang dagangan Pembukaan toko Penandatanganan perjanjian waralaba Sumber : Data Perusahaan IDF Palmerah Keb-Lama 26 Supaya persentasi berjalan lebih efektif dan bisa langsung ditindak-lanjuti, bagi franchisee yang sudah memiliki usulan lokasi tempat usaha sebaiknya membawa fotocopy dokumen pendukung, seperti : 1. Sertifikat Bangunan 2. IMB (Izin Menggunakan Bangunan) 3. KTP (Kartu Tanda Penduduk) 4. KK (Kartu Keluarga)

32 95 5. (jika sudah ada) SIUP, TDP, NPWP, PKP serta 6. Denah Lokasi Pada persentasi tahap pertama ini akan dijelaskan dengan detail mekanisme kerjasama, besarnya investasi, sistem operasional toko, sistem pembagian keuntungan, dan sistem pelaporan. Pada persentasi kedua akan dipaparkan hasil survei kelayakan dan Rencana Anggaran Belanja (RAB) yang mengarah pada besarnya nilai investasi. Biasanya pada persentasi kedua ini dilanjutkan dengan penandatanganan MOU (Nota Kesepakatan) yang mencakup butir-butir pembagian tugas antara pihak Indomaret dengan investor dalam mempersiapkan pembukaan toko, mulai dari pengurusan perijinan, renovasi bangunan, pembelian perlengkapan toko, seleksi dan training karyawan serta term pembayaran. Setelah semua kesepakatan direalisasikan, maka toko telah siap untuk dibuka dengan program promosi yang ditetapkan Indomaret. Segera setelah toko buka, akan ditandatangani Surat Perjanjian Waralaba untuk jangka waktu 5 tahun. Dan dalam hal ini, selaku pewaralaba (franchisor) Indomaret akan membantu sang investor dengan memberikan fasilitas seperti : 1. Survei kelayakan tempat usaha dan bantuan mencari lokasi 2. Perencanaan anggaran biaya 3. Studi kelayakan investasi 4. Tata ruang dan perencanaan toko 5. Konsultasi operasional, strategi dan manajemen toko 6. Pengurusan ijin usaha dan NPWP 7. Renovasi ruang usaha 8. Pembelian peralatan toko dan gudang

33 96 9. Seleksi dan pelatihan karyawan 1. Standar kerja dan sistem penggajian karyawan 11. Paket sistem operasional toko dan administrasi keuangan 12. Seleksi dan kredit barang dagangan tanpa bunga dan tanpa jaminan 13. Program promosi penjualan 14. Sistem pengiriman barang secara online Investasi Awal Dalam persentasi tahap kesepakatan, investor memilih beberapa tipe toko yang terdiri dari tipe 36, tipe 45, tipe 55 dan tipe 56. Masing-masing tipe yang ditawarkan didasarkan pada item barang, luas toko dan seberapa besar investasi toko. Untuk IDF Keb-Lama 26, menggunakan tipe rak 55 dengan menyediakan investasi awal toko baru yang dapat dirinci sebagai berikut : Tabel 4.6 Perincian Investasi Awal IDF (Indomaret Franchise) Kebayoran Lama 26 Tipe Rak 55 Rincian Biaya 1.Franchisee Fee (biaya waralaba) selama 5 Rp ,- tahun ((Rp %(Rp ) 2.Tanah dan bangunan 3.Sistem perizinan/legal 4.Sistem instalasi/renovasi bangunan Rp.2..,- Rp.1..,- Rp ,- (pekerjaan bangunan, instalasi listrik tambah

34 97 daya + lampu, dan AC) 5.Sistem perlengkapan dan peralatan toko 6.Sistem peralatan komputer dan software 7.Biaya start up dan promosi 8.Kendaraan operasional (Motor) 9.Biaya lain-lain Rp ,- Rp ,- Rp. 15..,- Rp. 1.5.,- Rp ,- (biaya seragam dan biaya tak terduga lainnya) Total Rp Sumber: Data Perusahaan IDF Keb-Lama 26 Perincian biaya investasi, umumnya sudah termasuk faktor-faktor berikut: 1. Franchisee Fee (biaya waralaba) selama 5 tahun 2. Tanah dan bangunan 3. Sistem perizinan/legal : SITU (Surat Izin Tanda Usaha) SKDU (Surat Keterangan Domisili Usaha) SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) TDP (Tanda Daftar Perusahaan) STPUW (Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba) 4. Sistem instalasi/renovasi bangunan (pekerjaan bangunan, instalasi listrik tambah daya + lampu, dan AC) 5. Sistem perlengkapan dan peralatan toko, termasuk: Meja kasir Rak stationary

35 98 Rak majalah Rak komik Showcase Rak abc Rak khusus Rak kertas kado Papan infomart Wrapping machine Timbangan digital scale Rak single Rak double Rak roti Rak snack curah Rak kaset/vcd Working table + cutting board Container plastik no.21b Container plastik no.28b Timbangan kap. 6 kg Cooler trigostar 6. Sistem peralatan komputer dan software, meliputi : Komputer (CPU+Monitor+Keyboard) Printer Scanner ls 928 symbol Ups vektor

36 99 Gun scanner argox Win XP Prof Software POS Modem 56k dlink Modem GPRS Speaker aktif Radio repeater Antena gold Cash drawer 7. Biaya start up dan promosi, yang dibutuhkan: Neon box Plang dan penanda toko 8. Kendaraan operasional (motor) 9. Biaya lain-lain (seperti : seragam dan biaya tak terduga lainnya) Franchise Fee Biaya perolehan hak waralaba (franchise Fee) yang dikeluarkan oleh franchisee, setelah dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai franchisee sesuai dengan kriteria dari franchisor. Franchise fee ini dibayarkan hanya satu kali saja yang ditentukan sebesar Rp. 75..,- (tujuh puliuh lima juta Rupiah) dari jumlah tersebut mendapat discount sebesar 25% (dua puluh lima persen) yang wajib dilunasi pada saat penandatangan perjanjian. Maka jumlah franchise fee yang dibayarkan franchisee sejumlah Rp ,- (lima puluh enam juta dua ratus lima puluh ribu).

37 1 Franchise fee ini akan dikembalikan oleh franchisor kepada franchisee dalam bentuk fasilitas petaihan awal, dan dukungan set up awal dari outlet pertama yang akan dibuka oleh franchisee Royalty Fee Selain membayarkan franchise fee, investor yang ingin menanamkan modalnya yang dalam hal ini seorang franchisee berkewajiban pula membayar royalty penjualan dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel 4.7 Royalty Fee Penjualan Persentase (Net Sales) 1 Rp. s/d Rp. 75..,- % 2 Rp s/d Rp. 1..,- 2% 3 Rp. 1..,- s/d Rp. 15..,- 3% 4 Rp. 15..,- 4% Sumber: Data Perusahaan IDF Keb-Lama 26 Ongkos royalti ini dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Royalti tersebut akan langsung diperhitungkan ataupun dipotong oleh Franchisor dari dana hasil penjualan atau sales setiap tanggal 5 (lima) bulan berikutnya. Berikut ini adalah perhitungan Royalty Fee, yang dibayarkan Indomaret cabang Kebayoran Lama 26 terwaralaba PT. Akindo Karya Gemilang, pada tahun 24 s/d 28

38 11 Tabel 4.8 Perhitungan Royalty Fee IDF Kebayoran Lama 26 Periode Tahun Sales Per Bulan Tarif Royalty Jumlah Royalty (%*75..) (2%*25..) (3%*5..) (4%*15..) 1 Bulan 4 Jan Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,88 Rp ,88 Feb Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,8 Rp ,88 Maret Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,56 Rp ,56 April Rp, Rp.5. Rp.1.5. Rp ,64 Rp ,64 Mei Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,92 Rp ,92 Juni Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,96 Rp ,96 Juli Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp Rp Agustus Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,92 Rp ,92 Sept Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,12 Rp ,12 Okt Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,64 Rp ,64 Nov Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,64 Rp ,64 Des Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,84 Rp ,84 Jumlah Royalty Kumulatif Rp Jan Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,32 Rp ,32 Feb Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,6 Rp ,6 Maret Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,76 Rp ,76 April Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,6 Rp ,6 Mei Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,84 Rp ,84 Juni Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,84 Rp ,84 Juli Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,88 Rp ,88 Agustus Rp Rp.5. Rp.1.5. Rp ,96 Rp ,96

39 12 Sept Okt Nov Des Rp Rp Rp Rp Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp ,64 Rp ,36 Rp ,12 Rp ,44 Rp ,64 Rp ,36 Rp ,12 Rp ,44 Jumlah Royalty Kumulatif Rp ,4 6 Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Des Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp,5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp Rp ,2 Rp ,84 Rp ,88 Rp ,8 Rp ,8 Rp ,8 Rp ,48 Rp ,56 Rp ,4 Rp ,36 Rp ,8 Rp Rp ,2 Rp ,84 Rp ,88 Rp ,8 Rp ,24 Rp ,8 Rp ,48 Rp ,56 Rp ,4 Rp ,36 Rp ,8 Jumlah Royalty Kumulatif Rp ,28 7 Jan Feb Maret April Mei Rp Rp Rp Rp Rp Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp ,4 Rp ,4 Rp ,72 Rp ,56 Rp ,76 Rp ,4 Rp ,4 Rp ,72 Rp ,56 Rp ,76

40 13 Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Des Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp Rp ,32 Rp ,96 Rp ,64 Rp ,8 Rp ,28 Rp ,52 Rp Rp ,32 Rp ,96 Rp ,64 Rp ,8 Rp ,28 Rp ,52 Jumlah Royalty Kumulatif Rp ,98 8 Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Des Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp ,891 Rp Rp.5. Rp.5. Rp5. Rp.5. Rp.5. Rp5. Rp.5. Rp.5. Rp5. Rp.5. Rp.5. Rp5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp.1.5. Rp ,96 Rp ,8 Rp ,76 Rp ,24 Rp.9..49,36 Rp ,72 Rp ,52 Rp ,36 Rp ,84 Rp ,36 Rp ,64 Rp ,44 Rp ,96 Rp ,8 Rp ,76 Rp ,24 Rp ,36 Rp ,72 Rp ,52 Rp ,36 Rp ,84 Rp Rp ,64 Rp ,44 Jumlah Royalty Kumulatif Rp Sumber: Data Perusahaan IDF Keb-Lama 26

41 Sistem Perizinan/Legal Perizinan usaha ataupun hukum menekankan pada legal atau tidak legalnya suatu usaha, yang dilihat berdasarkan proses pengurusan legalitas pendirian usaha. Dalam melakukan kerjasama antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchise) pada waralaba Indomaret ini, jelas membutktikan bahwa bentuk legalitas usaha ini legal. Beberapa surat perizinan yang diperlukan dalam memulai menjadi terwaralaba Indomaret, bagi franchisee yang sudah memiliki usulan lokasi tempat usaha sebaiknya membawa fotocopy dokumen, seperti : 1. Setifikat Bangunan 2. IMB (Izin mendirikan Bangunan) 3. KTP (Kartu Tanda Penduduk) 4. KK (Kartu Keluarga) 5. (jika sudah ada), seperti : -SITU (Surat Izin Tempat Usaha) berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO) -SKDU (Surat Keterangan Domisili Usaha) -SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) -TDP (Tanda Daftar Perusahaan) -STPUW (Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba) -NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) -PKP (Pengusaha Kena Pajak) 6. Denah Lokasi

42 Sistem Instalasi dan Renovasi Bangunan Bagi terwaralaba yang sudah memiliki tempat atau lokasi yang siap pakai yang sesuai dengan kriteria pewaralaba, maka sebagai terwaralaba melakukan renovasi bangunan yang seluruh konsep ataupun desainnya ditentukan oleh pewaralaba, yang dalam hal ini selaku franchisor Indomaret. Untuk instalasi adalah penambahan daya listrik. Penambahan ini dilakukan, apabila daya listrik yang ada sekarang kurang dari yang seharusnya dibutuhkan. Biasanya penambahan daya listrik ini mulai dari 9 W sampai dengan 13 W dalam satuan watt. Untuk penambahan daya listrik pada IDF Keb-Lama 26 ini dari 63 W ke 74 W. Seluruh beban instalasi dan renovasi Bangunan, dibebankan kepada sang terwaralaba Sistem Perlengkapan dan Peralatan Toko Perlengkapan dan peralatan toko yang diperlukan dalam memulai waralaba Indomaret, sepenuhnya ditentukan oleh pewaralaba. Dalam hal ini, pewaralaba membuat estimasi apa-apa saja yang diperlukan berdasarkan dengan luas penjualan yang kurang dari 2 M 2. Perlengkapan dan peralatan toko yang dibutuhkan, seperti : Meja 2 set Rak 1 unit Rak 1 unit Rak 1 unit 1 unit Rak 1 unit Rak 1 unit

43 16 Rak kertas 1 unit Papan 1 unit Wrapping 1 unit Timbangan digital 1 unit Rak 34 unit Rak 13 unit Rak 1 unit Rak snack 1 unit Rak 1 unit Working table+cutting 1 unit Container plastik 44 unit Container plastik 4 unit Timbangan kap. 6 1 unit Cooler 1 unit Seluruh perlengkapan dan peralatan toko yang dibutuhkan, dibeli oleh pewaralaba dan seluruh biaya dibebankan oleh sang terwaralaba Sistem Peralatan Komputer dan Software Sistem peralatan komputer yang digunakan sama halnya dengan peralatan-peralatan komputer lainnya. Sistem peralatan komputer dan software yang diperlukan adalah sebagai berikut : Komputer ws 2 set (monitor, CPU dan keyboard) Printer lx-3 2 unit Modem 56k 1 set Modem 1 set

44 17 Scanner ls unit Ups 2 unit Gun scanner 2 unit Win XP 1 set Software 1 set Seluruh sistem peralatan komputer dibeli oleh pewaralaba dan seluruh biayanya dibebankan terwaralaba. Software yang digunakan dalam mendukung sistem teknologi informasi pada setiap gerai Indomaret, termasuk IDF Keb-Lama 26 menggunakan point of sales (POS) yang mencakup sistem penjualan, persediaan dan penerimaan barang. Sistem ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan saat ini Sistem Operasional Toko Desain Toko Untuk seluruh konsep Toko Indomaret, seperti penempatan seluruh barang dagangan yang meliputi rak-rak yang berisi rokok, makanan dan minuman serta pemasangan promosi semua ditentukan oleh franchisor yaitu Indomaret. Jadi, seluruh kondisi dan konsep merupakan standarisasi yang sesuai dengan sang pewaralaba Pengelolaan Barang Dagangan Pengelolaan barang dagangan merupakan bauran produk yang menjadi aset terbesar dalam sebuah minimarket. Sehingga barang dagangan harus dikelola secara sistematis dan menyeluruh. Adapun unsur-unsur pengelolaan barang dagangan dalam bisnis minimarket adalah : pengadaan barang dagangan,

45 18 penggelompokkan dan pemberian kode barang, penetapan harga jual barang dan stock opname Pengadaan Barang Dagangan a. Pemesanan Pembelian Sebagai franchisee dari Indomaret, seluruh pembelian barang dagangan dilakukan dari pihak franchisor. Franchisor berhak menentukaan barang dagangan, termasuk komposisi jenis, tingkat harga jual dan sumber barang dagangan toko Indomaret, yang sesuai dengan lokasi, luas dan potensi toko dari seorang franchisee. Pihak franchisor menetapkan dan mengevaluasi tingkat persediaan toko yang wajib dipenuhi pihak franchisee. Sebagai franchisee, pembelian barang dagangan cukup dilakukan dengan telepon atau sistem online dengan distribusi langsung Indomaret dengan 5 pemasok, yang terpusat di Ancol dan di beberapa tempat lainnya. Kedua belah pihak akan menyusun jadwal pengiriman barang ke toko Indomaret, dengan mempertimbangkan efisiensi biaya kirim, kondisi para pemasok dan potensi tingkat penjualannya. b. Penerimaan Barang dan Retur Penerimaan barang dagangan dari distribusi langsung Indomaret, akan langsung dicocokan jumlah, harga, tipe dan ukuran dan lain-lainnya. Apabila dalam pengelolaan barang dagangan terdapat kehilangan ataupun kerusakan barang

46 19 dagangan saat pengiriman, hanya dapat diklaim ke pihak franchisor pada saat serah terima barang dari supir pengirim pihak franchisor dengan penerima barang pihak franchisee. Barang dagangan yang tidak laku terjual selama 6 (enam) bulan, franchisor akan melaksanakan pereturan barang dagangan tersebut. Dan dalam hal ini seorang franchisee wajib memeriksa kondisi kelayakan jual atas seluruh barang makanan dalam toko Indomaret. Dalam hal ini, seluruh barang dagangan diperoleh dari 13 (tiga belas) pusat distribusi yang tersebar di Indonesia. c. Penempatan dan Penataan Barang Dagangan Penempatan dan penataan barang dagangan, sesuai dengan konsep dan desain dari franchisor, sebagai franchisee hanya mengikuti seluruh konsep dan desain yang diberlakukan franchisor. Franchisor berhak menentukan program sewa tempat dan program promosi lainnya dengan para pemasok, dan franchisee berkewajiban melaksanakan seluruh program dari franchisor dengan memajang barang pada tempatnya, memasang materi promosi penjualan dalam toko, meneruskan hadiah yang ada kepada pelanggan Pengelompokkan dan Pemberian Kode Barang Pengelompokkan barang dagangan sesuai dengan jenis kategori yang diberikan franchisor dan pemberian kode barang di IDF Keb-Lama 26 berdasarkan kode barang yang telah ditentukan sebelumnya oleh franchisor.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Mini Market Indomaret. kebutuhan pokok sehari-hari karyawan, maka pada tahun 1988

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Mini Market Indomaret. kebutuhan pokok sehari-hari karyawan, maka pada tahun 1988 BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Mini Market Indomaret Berawal dari pemikiran untuk mempermudah penyediaan kebutuhan pokok sehari-hari karyawan, maka pada tahun 1988 didirikanlah

Lebih terperinci

28 Mei 2009, jam WIB. Kesimpulan hasil wawancara akan dipaparkan lebih jelas

28 Mei 2009, jam WIB. Kesimpulan hasil wawancara akan dipaparkan lebih jelas L 1 Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan ihak franchisee Indomaret Wawancara dilakukan dengan Ibu Dyah, selaku Direktur Trading, pada tanggal 28 Mei 2009, jam 11.00 WIB. Kesimpulan hasil wawancara akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel adalah penjualan barang secara langsung dalam berbagai macam jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel berkembang sangat pesat di Indonesia terlebih sejak dibukanya peraturan yang memperbolehkan ritel asing memasuki pasar di Indonesia. Menurut hasil survey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergeseran minat belanja dari ritel tradisional ke ritel modern semakin berkembang dari tahun ketahun. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain, begitu pula untuk mendapatkan kebutuhan hidup mereka. Salah satu kegiatan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis ritel atau disebut pula dengan bisnis eceran mengalami perkembangan yang cukup pesat di Indonesia, hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 53 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifkualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan hal yang sangat penting seiring dengan semakin tinggi dan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Jika perusahaan tidak peka terhadap apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di tengah persaingan yang ketat. Indonesia dengan jumlah populasi sebanyak 220 juta jiwa (BPS, 2010) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan modernisasi peralatan elektronik telah menyebabkan perubahan yang sangat mendasar didalam aktivitas manusia sehari-hari, dimana manusia

Lebih terperinci

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang 2 Dari beberapa Supermarket besar yang dimiliki oleh pengusaha lokal, salah satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang tersebar di berbagai kota di Indonesia, Hero Supermarket

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus globalisasi ekonomi dunia dan kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat dewasa ini, salah satu bentuknya adalah dengan adanya perjanjian franchise.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Indomarco Prismatama adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam jaringan ritel waralaba minimarket dengan merek dagang Indomaret. Perusahaan

Lebih terperinci

INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK DAN PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL)

INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK DAN PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) BAB III INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK DAN PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) A. Gambaran umum Indomaret 1. Sejarah berdirinya Indomaret 1 Indomaret merupakan jaringan minimarket

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. beralamat di Jalan Ancol I No. 9/10 Jakarta Utara. (Kantor Pusat) dan Jalan Raya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. beralamat di Jalan Ancol I No. 9/10 Jakarta Utara. (Kantor Pusat) dan Jalan Raya 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada PT. Indomarco Prismatama yang beralamat di Jalan Ancol I No. 9/10 Jakarta Utara. (Kantor Pusat) dan Jalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan persaingan bisnis ritel dipicu oleh semakin menjamurnya bisnis ritel modern yang sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki perdagangan bebas lebih awal dibandingkan negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah menandatangani Letter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang terjadi seperti saat ini, para pelaku bisnis dituntut untuk memiliki strategi agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Bisnis eceran (ritel) merupakan salah satu bagian yang penting dalam saluran pemasaran. Pengecer berperan sebagai perantara yang menyalurkan produk dari produsen ke konsumen

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT.MIDI UTAMA INDONESIA

BAB II DESKRIPSI PT.MIDI UTAMA INDONESIA 15 BAB II DESKRIPSI PT.MIDI UTAMA INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Midi Utama Indonesia, Tbk. didirikan pada tanggal 28 Juni 2007 oleh keluarga Djoko Susanto yang telah berkecimpung dalam industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. Industri ini merupakan sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami proses modernisasi dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan

Lebih terperinci

Franchise Disclosure Document UD. ELIM

Franchise Disclosure Document UD. ELIM Franchise Disclosure Document UD. ELIM Pengantar Prospektus ini disampaikan oleh UD. ELIM sebagai informasi penawaran usaha waralaba (franchise) Depo Air Minum Elim yang bergerak dibidang penjualan air

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan disingkat bisnis ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 39 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat Perusahan Swalayan Buyung Family sebuah brand perusahaan Swalayan penyediaan kebutuhan hidup sehari-hari yang di miliki oleh Swalayan Buyung Family,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap total Gross Domestic Product (GDP) Indonesia, maupun daya serap

BAB I PENDAHULUAN. terhadap total Gross Domestic Product (GDP) Indonesia, maupun daya serap BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Industri ritel merupakan sub-sektor yang sangat krusial bagi perekonomian Indonesia. Indikasi dari hal tersebut bisa kita lihat pada kontribusi sektor ritel terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007, toko modern atau yang sekarang biasa disebut pasar modern adalah pasar dengan sistem pelayanan mandiri,

Lebih terperinci

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter yang diawali sekitar pertengahan tahun 1997. Hal ini

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN, PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai ritel di Indonesia, industri ini telah dimulai di Indonesia sejak era 1970-an yang masih merupakan era peritel tradisional. Pada era ini masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel dari tahun ke tahun cukup pesat. Hal ini dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel dari tahun ke tahun cukup pesat. Hal ini dapat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel dari tahun ke tahun cukup pesat. Hal ini dapat dari banyaknya bisnis ritel tradisional yang memulai membenahi diri menjadi bisnis ritel modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan pasar tradisional menjadi topik yang menyulut perdebatan hangat di kalangan masyarakat. Liberalisasi

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir ini semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengambilan objek studi dalam penelitian ini adalah minimarket yang memiliki konsep convenience store di Kota Bandung. Menurut data dari Dinas KUKM

Lebih terperinci

Company Profile. Visi

Company Profile. Visi Company Profile Nama Perusahaan : CV.KEMITRAAN A SWALAYAN SIUP : 503.6/303/PK/2014 Bidang Usaha : Kemitraan Minimarket A SWALAYAN Kantor Pusat : Puri Hutama Danguran A.1 Klaten (0272) 3353129 Website :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ekonomi global menunjukkan adanya ketidakpastian dalam perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat yang mengesankan. Badan Pusat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang semakin berkembang dan pertumbuhan ekonomi serta industri telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan menguatnya pengaruh era globalisasi telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya perubahan yang mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin berkembang dan persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Putri Rahmi Donna

SKRIPSI. Oleh : Putri Rahmi Donna Evaluasi Bisnis Ritel Minimarket Dengan Sistem Waralaba dan NonWaralaba Mandiri (STUDI KASUS : Indomaret Palmerah Franchisee PT Akindo dan Ahadmart Pondok Kacang) SKRIPSI Oleh : Putri Rahmi Donna 0900795160

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bisnis. Hal tersebut mengingat dengan timbulnya kepercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. suatu bisnis. Hal tersebut mengingat dengan timbulnya kepercayaan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ditengah persaingan bisnis di era modern, kepercayaan masyarakat terhadap suatu merek atau perusahaan merupakan hal yang begitu diperlukan untuk menjalankan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas outlet atau toko penjualan kurang dari 200 m2.

Lebih terperinci

SUKSES BISNIS RITEL MODERN

SUKSES BISNIS RITEL MODERN RINGKASAN BUKU: SUKSES BISNIS RITEL MODERN Oleh: IR. R. SERFIANTO D. PURNOMO CITA YUSTISIA SERFIYANI, SH ISWI HARIYANI, SH, MH Penerbit: PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO (GRAMEDIA GROUP) Tahun Terbit : Februari

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. PT. Indomarco Prismatama (Indomaret) adalah perusahaan swasta

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. PT. Indomarco Prismatama (Indomaret) adalah perusahaan swasta 55 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Profil Perusahaan 3.1.1 Indomaret (franchisor) PT. Indomarco Prismatama (Indomaret) adalah perusahaan swasta nasional yang didirikan berdasarkan akta notaries

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari indikasi pertumbuhan ritel modern yang keberadaannya semakin populer sebagai tempat

Lebih terperinci

Relax, Investasi Anda Aman Dengan Snapy...

Relax, Investasi Anda Aman Dengan Snapy... Relax, Investasi Anda Aman Dengan Snapy... VISI Menjadi franchise internasional pilihan pertama untuk mid size investor MISI Membangun jaringan center dan digital smart print yang terdepan dan sangat diandalkan

Lebih terperinci

PROPOSAL FRANCHISE MACHO BARBER

PROPOSAL FRANCHISE MACHO BARBER PROPOSAL FRANCHISE MACHO BARBER PROFIL MACHO BARBER MACHO! Barber didirikan pada tahun 2008 di Yogyakarta. MACHO! Barber kependekan dari MACHO! Barbershop yaitu tempat potong rambut dan perawatan rambut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang menjanjikan. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang mencapai 237.641.326 jiwa menjadikan

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang menghidupi banyak orang dan memberi banyak keuntungan bagi sementara orang lainnya. Pada

Lebih terperinci

Waralaba (Franchise) A Swalayan

Waralaba (Franchise) A Swalayan Waralaba (Franchise) A Swalayan Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Bisnis Oleh : Kiki Yuliandara (01112064) Ika Yulia (01112059) M. Supriono (01212147) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat berlangsungnya transaksi antara pembeli dan penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire Vennotschap/ Perseroan Komanditer). Perusahaan ini didirikan oleh

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1.1 Sejarah Perusahaan Pada awal mulanya, PT. Victory Retailindo didirikan dengan dilatarbelakangi tujuan untuk melayani transaksi penjualan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih 48 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih kreatif untuk membuat cara yang lebih efektif dalam memajukan perekonomian guna meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ritel Indonesia secara agregat dibagi menjadi dua yaitu ritel modern dan ritel tradisional, pembagian ini dibuat oleh AC Nielsen Indonesia pada riset yang berjudul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ritel modern terhadap ritel tradisional merupakan fenomena global sejak tahun 1990-an. Hal tersebut dipicu oleh liberalisasi penanaman modal asing dan tuntutan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT TARGET MAKMUR SENTOSA merupakan sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang bergerak di bidang produksi dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan pesat, dilihat dari indikasi pertumbuhan ritel modern yang keberadaannya semakin populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu bisnis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dibidang ekonomi selama ini telah banyak membawa perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Dengan banyaknya perkembangan di bidang usaha banyak bermunculan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak

BAB I PENDAHULUAN. membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan persaingan dalam bisnis yang semakin lama semakin ketat membuat para pelaku bisnis harus mampu bersaing. Persaingan yang terjadi tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PLANET SWALAYAN. Swalayan yang sebelumnya memiliki gerai yang berlokasi di Kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM PLANET SWALAYAN. Swalayan yang sebelumnya memiliki gerai yang berlokasi di Kecamatan BAB II GAMBARAN UMUM PLANET SWALAYAN A. Sejarah Berdirinya Planet Swalayan Berawal dari pemikiran untuk mempermudah dan memperluas penyediaan kebutuhan pokok sehari-hari bagi masyarakat, maka Planet Swalayan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah membahas secara menyeluruh, maka penulis mengambil dan menarik kesimpulan atas evaluasi yang telah dilakukan sebagai berikut: 1. Pengukuran kinerja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimarket baru dari berbagai perusahaan ritel yang menyelenggarakan programprogram

BAB I PENDAHULUAN. minimarket baru dari berbagai perusahaan ritel yang menyelenggarakan programprogram BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin berkembang dan persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para peritel asing. Salah satu faktornya karena penduduk Indonesia adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. para peritel asing. Salah satu faktornya karena penduduk Indonesia adalah negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bisnis ritel mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peritel asing yang ingin memasuki pasar Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya bisnis ritel di Indonesia disebabkan oleh semakin luasnya pangsa pasar yang membuat produsen kesulitan untuk menjual produknya langsung ke

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-1 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Giant di Indonesia beroperasi di bawah bendera bisnis jaringan ritel raksasa, PT. Hero Supermarket Tbk. yang telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT. Cipta Graha Sejahtera adalah perusahaan nasional yang dibangun pada tahun 1987 sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi. Berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini biasanya didapatkan dari berhutang kepada pihak luar seperti bank.

BAB I PENDAHULUAN. ini biasanya didapatkan dari berhutang kepada pihak luar seperti bank. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pelaksanaan suatu usaha, sumber modal sangat diperlukan agar terciptanya kelancaran suatu usaha. Sumber modal dibagi menjadi dua, yaitu sumber modal dari dalam

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 34 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Bab dua membahas dan mendeskripsikan objek penelitian yaitu ritel modern Alfamart dan Indomaret. Deskripsi yang disampaikan meliputi sejarah berdirinya, logo, tagline,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan berkembang pesat khususnya di kota-kota besar, telah terjadi perubahan di berbagai sektor, termasuk di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam lima tahun terakhir peningkatan omset ritel moderen di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam lima tahun terakhir peningkatan omset ritel moderen di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun terakhir peningkatan omset ritel moderen di Indonesia cukup pesat, di mana hal ini juga didukung oleh pertumbuhan jumlah ritel yaitu mencapai 18.152

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, Indonesia menjadi daya tarik yang luar biasa bagi pebisnis ritel, baik lokal maupun asing.

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

4. HAK DISCOUNT PEMBELIAN Pihak Kedua berhak atas discount pembelian sebesar 45% (empat puluh lima perseratus).

4. HAK DISCOUNT PEMBELIAN Pihak Kedua berhak atas discount pembelian sebesar 45% (empat puluh lima perseratus). A. INVESTASI FRANCHISEE POINTER SPK PEMBUKAAN TOKO WARALABA 1. LINGKUP & WAKTU KERJASAMA Meliputi hak non-eksklusif penggunaan sistem Toko Waralaba waktu 3 (tiga) tahun sejak tanggal penandatanganan perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah satunya disebabkan oleh kebutuhan masyarakat yang jumlahnya terus meningkat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. triliun, naik dibandingkan akhir 2013 yang mencapai Rp 1.661,05 triliun.

BAB I PENDAHULUAN. triliun, naik dibandingkan akhir 2013 yang mencapai Rp 1.661,05 triliun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi Perekonomian Indonesia pada tahun 2014 ini masih jauh dari yang kita harapkan. Perekonomian Indonesia belum bisa dikategorikan sebagai perekonomian negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ritel modern pertama kali hadir di Indonesia saat Toserba Sarinah didirikan pada tahun 1962. Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

Lebih terperinci