Metode dan Penentuan Karakter Seleksi Genotipe Jagung terhadap Cekaman Kekeringan pada Fase Awal Vegetatif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metode dan Penentuan Karakter Seleksi Genotipe Jagung terhadap Cekaman Kekeringan pada Fase Awal Vegetatif"

Transkripsi

1 Metode dan Penentuan Karakter Seleksi Genotipe Jagung terhadap Cekaman Kekeringan pada Fase Awal Vegetatif Roy Efendi, Suwardi dan Musdalifah Isnaini Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Penelitian ini untuk menentukan konsentrasi polietilena glikol () yang efektif untuk melakukan seleksi dan menentukan karakter toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan pada fase vegetative telah dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Genetika. Genotipe jagung yang diuji sebanyak lima belas genotipe yang ditanam dalam pot plastik berukuran diameter 9 cm dan tinggi 19 cm yang berisi campuran cocopeat dan arang sekam (1:1 v/v). Media tanam disiram larutan 6000 dengan konsentrasi 0, 5, 10, dan 15% pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode seleksi toleransi jagung terhadap cekaman kekeringan dengan metode penyiraman larutan 10% ke dalam media tanam dan mengukur bobot kering akar, bobot kering tajuk, kandungan prolin pada daun, panjang akar dan skor penggulungan daun merupakan metode yang efektif untuk mengelompokkan toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan. Proporsi kesesuaian metode tersebut dalam menduga toleransi suatu genotipe jagung cukup baik dengan hasil seleksi di lapang. Proporsi kesesuaian dalam menduga genotipe peka adalah 100% dan genotipe toleran adalah 72%. Kata kunci: Cekaman kekeringan, akar, tajuk, metode seleksi, polietilena glikol, dan prolin Pendahuluan Akibat perubahan iklim yang tidak menentu dan ketersedian air tanah yang semakin menurun karena persaingan penggunaan air tanah untuk kebutuhan industri, berdampak lahan pertanaman yang tidak selamanya ideal untuk pertumbuhan tanaman karena mengalami cekaman kekeringan. Hal tersebut berdampak terhadap penurunan hasil atau kegagalan panen. Pada daerah tropis, kondisi cekaman kekeringan mengakibatkan penurunan hasil jagung sekitar 17 60% (Monneveux et al., 2005). Salah satu strategi pengembangan tanaman jagung pada lahan yang sering mengalami kondisi defisit air adalah pengunaan varietas jagung yang toleran kondisi cekaman kekeringan. Varietas tersebut dapat diperoleh dari hasil seleksi atau penyaringan kemampuan genotipe jagung beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan. Langkah awal untuk perakitan varietas jagung toleran cekaman kekeringan adalah melakukan seleksi terhadap galurgalur jagung yang ada untuk mengetahui toleransinya pada kondisi cekaman kekeringan. Seleksi di lapang sering mengalami kendala seperti banyaknya jumlah genotipe yang diuji, perubahan cuaca yang tidak dapat diduga, dan sulit menjaga keseragaman tekanan seleksi. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan larutan osmotikum seperti polietilena glikol (polyethylen glycol, ) 6000 yang dapat mengontrol tingkat penurunan potensial air dan tidak bersifat racun bagi tanaman (Verslues et al. 2006). Sifat tanaman toleran cekaman kekeringan merupakan sifat yang kompleks, kare 230

2 na dicerminkan oleh beberapa karakteristik morfologi tanaman. Menurut Dubrovsky dan Go mezlomeli (2003) bahwa strategi tanaman toleran menghadapi kondisi cekaman kekeringan dimulai pada saat fase perkecambahan dan pertumbuhan vegetatif dengan membentuk formasi akar yang dalam dan percabangan akar yang banyak. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa bobot kering akar, panjang akar (Grzesiak et al., 1999), akumulasi prolin (Moussa dan AbdelAziz 2008) dan kepekaan penggulungan daun (Edmeades et al., 1999) merupakan indikator tanaman toleran cekaman kekeringan. Percobaan ini adalah menentukan konsentarsi sebagi kondisi cekaman kekeringan yang efektif untuk seleksi toleransi genotipe jagung serta menentukan karakter tanaman pada fase vegetatif sebagai indikator toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan. Bahan dan Metode Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Genetika (BB Biogen) pada bulan Oktober 2007 Januari Genotipe jagung yang diuji sebanyak 15 genotipe. Genotipe peka cekaman kekeringan adalah MR 4, CML 161 dan CML 165 (Dahlan et al. 2001; CIMMYT 2006). Genotipe toleran cekaman kekeringan adalah Anoman, MR 14, DTPYC9 F461711fB dan DTPYF4639nB, dan G18 Seq C2F119211nB (CIMMYT, 2006; Irniany et al., 2006). Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Faktor pertama adalah 15 genotipe jagung, sedangkan faktor kedua adalah pemberian larutan 6000 dengan konsentarsi 5%, 10%, dan 15%, yang masingmasing setara dengan 0,03, 0,19, dan 0,41 MPa (Mexal et al., 1975), dan sebagai pembanding adalah tanpa pemberian. Media tanam yang digunakan adalah campuran cocopeat dan arang sekam padi dengan perbandingan 1:1 (v/v) dimasukan ke dalam pot (diameter 9 cm dan tinggi 19 cm). Pada saat tanam media tanam telah jenuh dengan air. Perlakuan cekaman kekeringan dilakukan dengan penyiraman larutan pada media tanam pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam (hst). Frekuansi penyiraman adalah dua hari sekali sebanyak 50 ml. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara melarutkan hara pada larutan dengan pupuk Growmore dengan dosis 2 g L 1. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa peubah meliputi kandungan prolin daun, panjang akar primer dan jumlah akar seminal, bobot kering akar dan tajuk, rasio bobot kering akar dengan tajuk, skor menggulung daun, kepadatan stomata daun pada saat tanaman berumur 25 hst. intensitas kerusakan daun, ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Townsend dan Heuberger dalam Sudarsono et al. (2004), sebagai berikut: ( ) P nxv x100 ZxN Keterangan: P = intensitas kerusakan daun n = jumlah daun tiap kategori gejala V = nilai skor tiap kategori gejala N = jumlah daun yang diamati Z = nilai skor kerusakan tertinggi 231

3 Skor kerusakan daun diukur berdasarkan luas daun yang mengalami klorosis dan nekrosis. Skor 1 = <10 % dari luas daun, skor 2 = 1130 % dari luas daun, skor 3 = 3150% dari luas daun, skor 4 = 5170% dari luas daun, skor 5 =>70% dari luas daun. Indeks sensitivitas cekaman kekeringan (S) dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Fischer dan Maurer (1978): 1 ( Yp/ Y) S 1 ( Xp/ X ) Dimana Yp = Ratarata suatu genotipe yang mendapat cekaman kekeringan, Y = Ratarata suatu genotipe yang tidak mendapat cekaman kekeringan, Xp= Ratarata dari seluruh genotipe yang mendapat cekaman kekeringan, X= Ratarata dari seluruh genotipe yang tidak mendapat cekaman kekeringan. Kriteria untuk menentukan tingkat toleransi terhadap cekaman kekeringan adalah jika nilai S 0,5 maka genotipe tersebut toleran, jika 0,5<S 1,0 maka genotipe tersebut agak toleran, dan jika S>1,0 maka genotipe tersebut peka. Pemilihan karakter yang memiliki keragaman besar dan dapat mengelompokkan toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan dilakukan dengan Analisis Komponen Utama (AKU) dan analisis diskriminan. AKU digunakan untuk mereduksi jumlah peubah asal (p) yang saling berkorelasi menjadi q peubah baru yang tidak berkorelasi (q<p) tanpa banyak mengurangi informasi peubah asal, sehingga pemilihan genotipe dapat dilakukan dengan menggunakan lebih sedikit peubah yang dapat menggambarkan keragaman suatu fenotipe. Banyaknya komponen utama yang dipakai adalah komponen utama yang memiliki akar ciri 1, karena mempunyai kontribusi keragaman yang besar. Kemudian peubah yang telah direduksi diuji kembali dengan menggunakan analisis diskriminan yang bertujuan untuk menentukan peubahpeubah yang dapat membedakan kelompok genotipe toleran, toleran atau peka cekaman kekeringan dengan pembanding Pengelompokan berdasarkan hasil seleksi di lapang. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan indeks sensitivitas cekaman kekeringan (ISK) pada peubah skor penggulungan daun, bobot kering akar, panjang akar, jumlah akar seminal, bobot kering tajuk dan rasio bobot kering akar/tajuk menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman dengan konsentrasi 10% ke media tanam menunjukan keragaman toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan yang lebih luas (Tabel 1) dibanding 5% (Table 2), bahkan pada perlakuan 15% seleksi toleransi genotipe jagung hanya satu kelompok saja (Tabel 3). Hal ini menunjukan bahwa perlakuan 10% merupakan perlakuan yang efektif untuk seleksi genotipe toleran cekaman kekeringan. Pendugaan toleransi genotipe jagung dengan menggunakan nilai ISK yang dihitung berdasarkan peubah tertentu menunjukkan ISK yang berbedabeda tiap peubahnya, sehingga sulit untuk menentukan ISK peubah vegetatif yang dapat digunakan untuk Pengelompokan toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan. Penentuan peubahpeubah yang memiliki pengaruh yang besar terhadap keragaman toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan dapat diketahui dari hasil Analisis Komponen Utama. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa pada komponen utama pertama, peubah yang berpenga 232

4 Tabel 1. Indeks sensitivitas kekeringan 15 genotipe jagung dengan perlakuan cekaman kekeringan menggunakan larutan % pada beberapa peubah Genotipe GD BKA PA JAS BKT RBKAT Anoman 0,85 (MT) 0,46 (T) 0,61 (T) 0,78 (MT) 0,93 (MT) 2,84 (PK) B ,85 (MT) 0,57 (MT) 0,92 (MT) 0,55 (MT) 0,83 (MT) 1,01 (PK) CML 161 0,85 (MT) 0,99 (MT) 1,58 (PK) 0,77 (MT) 0,72 (MT) 0,38 (T) CML 165 0,85 (MT) 0,25 (T) 2,19 (PK) 0,74 (MT) 0,70 (MT) 0,67 (MT) DTPYC9F46fB 1,20 (PK) 0,95 (MT) 0,81 (T) 1,66 (PK) 0,71 (MT) 0,51 (MT) DTPYF4639 nb 1,02 (PK) 1,26 (PK) 1,09 (T) 1,64 (PK) 1,23 (PK) 1,26 (PK) G 193 0,85 (MT) 1,92 (PK) 2,91 (T) 0,89 (MT) 0,90 (MT) 0,04 (T) G18 Seq C2nB 0,68 (MT) 0,72 (MT) 1,73 (PK) 0,82 (MT) 0,88 (MT) 1,23 (PK) G180 1,53 (PK) 0,46 (T) 1,94 (T) 0,90 (MT) 0,62 (MT) 0,33 (T) MR 14 0,51 (MT) 2,11 (PK) 2,30 (PK) 1,13 (PK) 1,22 (PK) 0,67 (MT) MR 4 1,87 (PK) 1,22 (PK) 9,54 (PK) 0,23 (T) 1,10 (PK) 1,34 (PK) Nei ,20 (PK) 1,39 (PK) 0,22 (T) 0,67 (MT) 1,10 (PK) 0,87 (MT) PT12 0,68 (MT) 0,59 (MT) 1,06 (PK) 1,07 (PK) 1,31 (PK) 2,31 (PK) PT17 1,53 (PK) 1,52 (PK) 2,10 (T) 1,50 (PK) 1,29 (PK) 1,09 (PK) PTBC49 0,51 (MT) 1,48 (PK) 3,26 (PK) 1,58 (PK) 1,04 (PK) 0,74 (MT) Keterangan: GD = skor penggulungan daun, BKA = bobot kering akar, PA = panjang akar, JAS = jumlah akar seminal, BKT = bobot kering tajuk, RBKAT = rasio bobot kering akar/tajuk, T = toleran, MT = toleran dan PK = peka kekeringan. Tabel 2. Indeks sensitivitas cekaman kekeringan dari beberapa peubah yang dihitung dari ratarata dua set percobaan pada konsentrasi 10% Genotipe GD BKA PA JAS BKT RBKAT Anoman 0,97 (MT) 0,63 (MT) 0,10 (T) 0,72 (MT) 0,83 (MT) 0,96 (MT) B ,89 (MT) 1,41 (PK) 0,35 (T) 1,46 (PK) 1,10 (PK) 0,64 (MT) CML 161 1,30 (PK) 0,97 (MT) 1,32 (PK) 0,58 (MT) 1,01 (PK) 1,04 (PK) CML 165 0,97 (MT) 0,97 (MT) 1,82 (PK) 1,27 (PK) 1,03 (PK) 1,09 (PK) DTPYC9F46fB 0,81 (MT) 0,58 (MT) 0,00 (T) 1,31 (PK) 0,95 (MT) 1,27 (PK) DTPYF4639nB 1,05 (PK) 0,79 (MT) 0,35 (T) 1,27 (PK) 0,98 (MT) 1,16 (PK) G 193 1,05 (PK) 1,57 (PK) 1,17 (T) 0,82 (MT) 1,07 (PK) 0,68 (MT) G18 Seq C2nB 0,65 (MT) 0,88 (MT) 2,06 (PK) 1,12 (PK) 0,74 (MT) 0,67 (MT) G180 1,54 (PK) 0,45 (T) 0,08 (T) 0,98 (MT) 0,57 (MT) 0,20 (T) MR 14 0,49 (T) 1,73 (PK) 1,05 (PK) 1,49 (PK) 1,32 (PK) 1,00 (PK) MR 4 1,46 (PK) 0,94 (MT) 4,81 (PK) 0,46 (T) 0,99 (MT) 0,90 (MT) Nei ,30 (PK) 0,94 (MT) 0,33 (T) 0,72 (MT) 1,02 (PK) 1,21 (PK) PT12 0,81 (MT) 1,02 (PK) 0,48 (T) 0,84 (MT) 1,16 (PK) 1,99 (PK) PT17 1,05 (PK) 1,04 (PK) 0,62 (MT) 1,24 (PK) 1,05 (PK) 1,16 (PK) PTBC49 0,65 (MT) 0,81 (MT) 3,57 (PK) 0,86 (MT) 1,00 (MT) 1,25 (PK) 233

5 Tabel 3. Indeks sensitivitas cekaman kekeringan dari beberapa peubah yang dihitung dari ratarata dua set percobaan pada konsentrasi 15% Genotipe GD BKA PA JAS BKT RBKAT Anoman 4,97 (PK) 3,28 (PK) 0,38 (T) 3,71 (PK) 9,61 (PK) 1,31 (T) B ,97 (PK) 3,14 (PK) 0,53 (MT) 4,08 (PK) 11,22 (PK) 1,13 (T) CML 161 8,82 (PK) 2,76 (PK) 1,22 (PK) 4,47 (PK) 14,10 (PK) 0,90 (MT) CML ,01 (PK) 3,83 (PK) 1,54 (PK) 4,45 (PK) 6,13 (PK) 0,68 (MT) DTPYC9F46fB 15,00 (PK) 5,24 (PK) 2,54 (PK) 5,07 (PK) 12,62 (PK) 0,64 (MT) DTPYF4639nB 11,41 (PK) 4,04 (PK) 1,29 (PK) 4,64 (PK) 10,82 (PK) 1,70 (T) G 180 8,74 (PK) 4,03 (PK) 1,06 (PK) 4,27 (PK) 10,63 (PK) 0,32 (PK) G18 Seq C2nB 6,72 (PK) 3,92 (PK) 0,86 (MT) 3,73 (PK) 7,11 (PK) 1,55 (T) G 193 9,03 (PK) 3,10 (PK) 0,52 (MT) 4,10 (PK) 7,13 (PK) 1,14 (T) Mr 14 11,41 (PK) 3,22 (PK) 1,38 (PK) 3,81 (PK) 2,32 (PK) 0,79 (MT) Mr 4 10,25 (PK) 4,20 (PK) 0,96 (MT) 3,70 (PK) 3,22 (PK) 0,50 (PK) Nei ,68 (PK) 3,38 (PK) 0,72 (MT) 3,39 (PK) 5,76 (PK) 0,93 (MT) PT12 7,09 (PK) 3,04 (PK) 0,58 (MT) 3,74 (PK) 6,51 (PK) 0,71 (MT) PT17 9,41 (PK) 3,74 (PK) 1,16 (PK) 4,13 (PK) 7,73 (PK) 2,08 (T) PTBC9 8,14 (PK) 3,51 (PK) 1,11 (PK) 3,56 (PK) 4,20 (PK) 2,05 (T) Keterangan: GD = skor penggulungan daun, BKA = bobot kering akar, PA = panjang akar, JAS = jumlah akar seminal, BKT = bobot kering tajuk, RBKAT = rasio bobot kering akar/tajuk, T = toleran, MT = toleran dan PK = peka kekeringan. ruh besar terhadap keragaman toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan adalah bobot kering akar, bobot kering tajuk, panjang akar, dan kandungan prolin daun dengan proporsi keragaman 53,15%. Pada komponen utama kedua menunjukkan bahwa peubah skor penggulungan daun berpengaruh besar terhadap keragaman toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan dengan proporsi keragaman sebasar 23,37%. Kumulatif keragaman komponen utama pertama dan kedua cukup besar yaitu 76,52% (Tabel 4). Analisis diskriminan menunjukkan bahwa peubah bobot kering akar, bobot kering tajuk, panjang akar, kandungan prolin daun dan skor penggulungan daun yang diukur pada kondisi cekaman 10% merupakan metode seleksi yang efektif untuk menduga toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan. Hasil pendugaan toleransi genotipe jagung dengan metode tersebut memiliki kesesuaian yang baik dengan tingkat toleransi genotipe hasil seleksi di lapang dengan nilai proporsi kesesuaian Pengelompokan genotipe toleran adalah 72% dan peka adalah 100% (Tabel 5) dengan fungsi diskriminan linier sebagai berikut : a ) Genotipe medium YMT = 81,00 BKA + 6,82 PA +10,96 BKT 1,00 Pro + 65,91 GD 193,86 b) Genotipe peka YPK = 98,64 BKA + 7,64 PA +13,44 BKT 1,29 Pro + 77,79 GD 244,32 Pada genotipe toleran YMT > YPK, sedangkan genotipe peka YMT < YPK. 234

6 Tabel 4. Nilai komponen utama dari peubah vegetatif pada kondisi cekaman 10% Peubah Komponen utama Bobot kering akar 0,89 a 0,18 0,38 0,06 Panjang akar 0,78 a 0,39 0,09 0,06 Jumlah akar seminal 0,74 0,19 0,42 0,16 Bobot kering tajuk 0,81 a 0,47 0,37 0,21 Tinggi tanaman 0,76 0,43 0,05 0,30 Rasio bobot kering akar/tajuk 0,60 0,68 0,03 0,38 Skor penggulungan daun 0,30 0,89 b 0,13 0,18 Densitas stomata 0,37 0,41 0,26 0,20 Intensitas kerusakan daun 0,23 0,15 0,11 0,05 Kandungan prolin daun 0,79 a 0,06 0,51 0,39 Akar ciri 4,25 1,19 0,75 0,49 Proporsi keragaman (%) 53,15 23,37 9,39 6,14 Kumulatif keragaman (%) 53, ,90 92,04 Keterangan: a dan b merupakan peubah terpilih yang paling besar pengaruhnya terhadap keragaman Pengelompokan toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan pada komponen 1 dan komponen 2 Tabel 5. Pengelompokan toleransi genotipe jagung berdasarkan bobot kering akar, panjang akar, bobot kering tajuk, kandungan prolin pada daun dan skor penggulungan daun dengan analisis diskriminan Pengelompokan genotipe berdasarkan seleksi pada a. Fase vegetatif Pengelompokan genotipe Toleran Peka Toleran 6 0 Peka 1 8 b. Lapang 7 8 Jumlah yang benar 6 8 Proporsi (%) Berdasarkan hasil analisis diskriminan terhadap toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan menunjukkan hanya genotipe DTPYF4639nB yang tidak sesuai dengan Pengelompokan toleransi hasil seleksi di lapang, sedangkan genotipe lainnya sesuai (Tabel 6). Berdasarkan peluang 75% untuk genotipe yang konsisten toleran atau peka cekaman kekeringan menunjukkan bahwa: (a) genotipe Anoman, G18 Seq C2nB, MR 14, PT12, PT17 dan PTBC9 merupakan genotipe konsisten toleran, dan (b) genotipe B11209, CML 161, CML 165, DTPYC9F46fB, G 180, G 193, MR 4 dan Nei 9008 merupakan genotipe konsisten peka, sedangkan (c) genotipe DTPYF46 39nB merupakan genotipe kurang konsisten karena nilai peluang peka dan toleran berkisar 44,09 dan 55,91 (Tabel 6). 235

7 Tabel 6. Nilai peluang Pengelompokan toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan berdasarkan analisis Diskriminan pada fase vegetatif Genotipe Pengelompokan toleransi Nilai peluang (%) Seleksi Lapang Seleksi fase vegetatif Toleran Peka Anoman Toleran Toleran 100,00 0,00 B11209 Peka Peka 2,00 98,00 CML 161 Peka Peka 0,00 100,00 CML 165 Peka Peka 15,50 84,50 DTPYC9F46fB Peka Peka 12,70 87,30 DTPYF4639nB Toleran Peka* 44,09 55,91 G 180 Peka Peka 0,00 100,00 G18 Seq C2nB Toleran Toleran 99,80 0,20 G 193 Peka Peka 0,10 99,90 MR 14 Toleran Toleran 99,80 0,20 MR 4 Peka Peka 0,90 99,10 Nei 9008 Peka Peka 0,10 99,90 PT12 Toleran Toleran 100,00 0,00 PT17 Toleran Toleran 91,30 8,70 PTBC9 Toleran Toleran Keterangan : * tidak sesuai dengan Pengelompokan toleransi cekaman kekeringan di lapang. Karakter Toleransi terhadap Cekaman Kekeringan Pada Tabel 7 menunjukkan genotipe toleran seperti Anoman, PT17 dan PT12 memiliki karakter konstitutif seperti bobot kering dan panjang akar serta bobot kering tajuk yang besar, sedangkan genotipe toleran seperti G18 Seq C2nB memiliki karakter adaptif yaitu kemampuan mengakumulasi prolin pada daun dalam jumlah yang besar yaitu 144,79 µmol/g bobot basah pada kondisi cekaman atau meningkat 611,85 % dibanding kondisi optimum. Genotipe peka cekaman kekeringan seperti G 193, CML 161, G 180, dan CML 165 dicirikan memiliki karakter bobot kering dan panjang akar yang lebih kecil dibandingkan dengan genotipe toleran. 236

8 Tabel 7. Bobot kering akar dan kandungan prolin pada akar primer kecambah pada kondisi optimum dan cekaman 6000 Genotipe Toleransi BKA (g) PA (cm) BKT (g) Prolin (µmol/g) bobot basah SGD 0% 10% 0% 10% 0% 10% 0% 15% 10% Anoman MT 2,26 1,64 50,52 50,03 4,71 2,60 33,13 66,81 2,39 PT17 MT 1,59 1,16 48,05 46,67 3,56 1,75 12,77 36,24 2,56 PT12 MT 1,49 1,08 47,23 47,88 3,25 1,52 21,10 65,92 2,00 PTBC9 MT 1,28 1,05 48,92 44,47 2,79 1,54 19,66 36,28 2,11 G18 Seq C2nB MT 1,18 0,77 47,58 43,04 2,81 1,11 20,34 144,79 1,89 MR 14 MT 1,15 0,69 43,28 42,60 2,49 1,20 20,95 42,66 1,56 Nei 9008 PK 1,50 0,82 49,22 50,17 3,36 1,41 22,50 41,61 2,44 B11209 PK 1,42 1,08 49,72 49,72 2,92 1,55 20,33 26,65 2,61 G 193 PK 1,26 0,74 38,50 40,75 3,05 1,51 18,99 23,92 2,67 MR 4 PK 1,24 0,94 46,93 39,53 2,60 1,69 19,85 36,38 3,33 DTPYF4639nB PK* 1,23 0,99 46,92 46,67 2,83 1,65 11,64 37,85 2,56 DTPYC9F46fB PK 1,02 0,89 44,42 43,97 2,56 1,45 19,84 26,69 2,33 CML 161 PK 0,93 0,75 43,68 41,81 2,04 1,29 20,19 41,39 3,22 G 180 PK 0,90 0,72 32,44 32,36 2,13 1,40 19,11 26,53 3,22 CML 165 PK 0,77 0,56 48,39 41,81 1,75 1,00 31,50 35,62 2,33 Keterangan : MT = toleran, PK = peka cekaman kekeringan, BKA = bobot kering akar, PA = panjang akar, BKT = bobot kering tajuk, Prolin = kandungan prolin pada daun, dan SGD = skor penggulungan daun. Penyiraman larutan ke dalam media tanam meyebabkan kondisi tanaman mengalami cekaman kekeringan sehingga pertumbuhan akar dan tajuk menurun, gejala kelayuan (penggulungan daun), dan peningkatan intensitas kerusakan daun serta akumulasi prolin pada daun (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa mampu mengikat air sehingga kurang tersedia dan menyebabkan cekaman kekeringan pada tanaman. Menurut Verslues et al., (2006) dapat digunakanan untuk meniru potensial air tanah atau tingkat cekaman kekeringan pada tanah, sehingga sangat baik digunakan untuk simulasi cekaman kekeringan. Berdasarkan indeks sensitivitas cekaman kekeringan (ISK) pada peubah skor penggulungan daun, bobot kering akar, panjang akar, jumlah akar seminal, bobot kering tajuk dan rasio bobot kering akar/tajuk pada percobaan set pertama dengan menggunakan tingkat konsentrasi 0%, 5%, 10% dan 15% menunjukkan bahwa konsentarsi yang efektif untuk seleksi genotipe to 237

9 leran cekaman kekeringan adalah pada konsentrasi 10% (Tabel 2). Tingkat cekaman kekeringan tersebut dapat mengelompokan genotipe toleran, moderat, dan peka cekaman kekeringan dibandingkan tingkat cekaman kekeringan pada konsentrasi 5% (Tabel 1), bahkan pada perlakuan 15% pengelompokan toleransi hanya satu kelompok saja (Tabel 3). Hal tersebut menunjukan bahwa perlakuan tingkat tekanan cekaman kekeringan sangat rendah dan tinggi dengan penyiraman 5% dan 10%, sehingga tidak dapat mengelompokkan toleransi genotipe jagung tidak efektif. Metode seleksi dengan penyiraman larutan dengan konsetrasi 10% ke dalam media tanam merupakan kondisi yang efektif untuk menapis toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan, namun perlu juga mengetahui karakter tanaman yang berkaitan dengan tingkat toleransi cekaman kekeringan sehingga seleksi dapat dilakukan pada fase vegetative. Menentukan karakter yang memiliki pengaruh yang besar terhadap keragaman toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan dapat ditentukan dengan analisis statistik yaitu Analisis Komponen Utama. Berdasarkan hasil Analisis Komponen Utama pertama menunjukkan bahwa terdapat empat peubah yang paling berpengaruh terhadap Pengelompokan keragaman toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan yaitu: bobot kering akar, bobot kering tajuk, panjang akar, dan kandungan prolin daun. Pada komponen utama kedua, peubah skor penggulungan daun memiliki pengaruh keragaman yang paling besar terhadap Pengelompokkan toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan, dengan akumulatif proporsi keragaman sebesar 76,52% (Tabel 5). Hal tersebut menunjukkan bahawa kelima peubah yaitu bobot kering akar, bobot kering tajuk, panjang akar, kandungan prolin daun, dan skor penggulungan daun memiliki pengaruh keragaman yang paling besar terhadap pengelompokan toleransi cekaman kekeringan dibandingkan peubah lainnya, sehingga dapat digunakan untuk karakter seleksi, namun karakter tersebut perlu diuji kembali dengan analisis diskriminan untuk melihat kombinasi karakter yang paling baik untuk mengelompokkan toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan. Berdasarkan analisis diskriminan dengan penggunaan kelima peubah yaitu bobot kering akar, bobot kering tajuk, panjang akar, kandungan prolin daun dan skor penggulungan daun yang diukur pada kondisi 10% merupakan metode seleksi yang efektif untuk menduga toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan. Kesesuaian metode tersebut dalam menduga toleransi suatu genotipe jagung cukup baik dengan hasil seleksi di lapang. Proporsi kesesuaian dalam menduga genotipe peka adalah 100% dan genotipe toleran adalah 72% (Tabel 6). Konsistensi toleransi suatu genotipe terhadap cekaman kekeringan hasil seleksi metode tersebut dengan menggunakan persen peluang 75% untuk genotipe yang konsisten toleran atau peka cekaman kekeringan menunjukkan bahwa genotipe Anoman, G18 Seq C2nB, MR 14, PT12, PT17, dan PTBC9 merupakan genotipe konsisten toleran, sedangkan genotipe B11209, CML 161, CML 165, DTPYC9 F46fB, G 180, G 193, MR 4, dan Nei 9008 merupakan genotipe konsisten peka. Genotipe yang toleransinya kurang konsisten dengan persen peluang 50 70% terdapat pada 238

10 genotipe DTPYF4639nB (Tabel 6). Genotipe yang kurang konsisten sebaiknya diuji lebih lanjut untuk memastikan tingkat toleransinya terhadap cekaman kekeringan. Genotipe toleran umumnya memiliki karakater konstitutif seperti karakter bobot kering, panjang akar, dan bobot kering tajuk yang lebih besar dibanding genotipe peka pada kondisi optimum, sehingga dalam melakukan seleksi cekaman kekeringan berdasarkan karakter akar dan biomas tajuk yang besar dapat dilakukan pada kondisi optimum (Tabel 7). Menurut Blum (2005) bahwa mempertahankan turgor atau status air sangat penting dalam toleransi cekaman kekeringan. Kemampuan ini dapat dikendalikan oleh karakter konstitutif (seperti panjang dan bobot akar) yang secara kuantitatif lebih besar peranannya dalam toleransi terhadap cekaman kekeringan dibanding karakter adaptasi. Hal ini berimplikasi terhadap metode seleksi, dimana seleksi panjang akar atau bobot kering akar dapat dilakukan pada kondisi optimum. Pada genotipe G18 Seq C2nB yang toleran cekaman kekeringan memiliki kemampuan adapatasi dengan cara mengakumulasi prolin pada daun dalam jumlah yang besar yaitu 144,79 µmol/g bobot basah atau meningkat 611,85 % pada kondisi cekaman dibanding kondisi optimum (Tabel 7). Kesimpulan Metode seleksi toleransi jagung terhadap cekaman kekeringan dengan metode penyiraman larutan 10% ke dalam media tanam dan mengukur bobot kering akar, bobot kering tajuk, kandungan prolin pada daun, panjang akar dan skor penggulungan daun merupakan metode yang efektif untuk menduga dan mengelompokkan genotipe jagung cekaman kekeringan. Kesesuaian metode tersebut cukup baik dengan hasil seleksi di lapang dengan proporsi kesesuaian dalam menduga genotipe peka adalah 100% dan genotipe toleran adalah 72%. Hasil seleksi toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan pada fase vegetatif menunjukkan genotipe Anoman, G18 Seq C2nB, MR 14, PT12, PT17, dan PTBC9 adalah genotipe toleran, sedangkan B11209, ML 161, CML 165, DTPYC9F46fB, DTPYF46 39nB, G 180, G 193, MR 4, dan Nei 9008 adalah genotipe peka cekaman kekeringan. Genotipe toleran umumnya memiliki karakater konstitutif seperti karakter bobot kering dan panjang akar serta bobot kering tajuk yang lebih besar dibanding genotipe peka, sehingga dalam melakukan seleksi toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan berdasarkan karakter akar dan biomas tajuk yang besar dapat dilakukan pada kondisi optimum. Daftar Pustaka Blum A Drought resistance, wateruse efficiency, and yield potential are they compatible, dissonant, or mutually exclusive?. Aus. Agri. Research, 56: CIMMYT (International Maize and Wheat Improvement Center) Three decades of research into drought tolerant maize by CIMMYT and a very strong set of partnerships has made a difference in the lives of African farmers. index.cfm? [12 Mrt 2007]. Dahlan M Pemuliaan tanaman jagung untuk ketahanan terhadap kekeringan, Dalam Prosiding International Conference on Agricultural Development NTT, Timortimur and Maluku, hlm Desember 20001, Kupang. 239

11 Dubrovsky JG, LF Go mezlomeli Water deficit accelerates determinate developmental program of the primary root and does not affect lateral root initiation in a sonorant desert cactus (Pachycereus pringlei, cactaceae). American J. Botany (90): Edmeades GO. J Bolan, SC. Chapman, HR Lafitte, M Ba nziger Selection improves drought tolerance in tropical maize populations: I. Gains in biomass, grain yield, and harvest index. Crop Sci. 39: Fischer R.A. and R. Maurer Drought resistance in spring wheat cultivar: I. Grain yield response. Aust J Agric Res (29): Grzesiak S, T Hura, MT Grzesiak, S Pienkowski. (1999). The impact of limited soil moisture and waterlogging stress conditions on morphological and anatomical root traits in maize (Zea mays L.) hybrids of different drought tolerance. Acta Physiologiae Plantarum 21 (3): Irniany R, AT Makkulawu, MHG Yasin, M. J. Mejaya Maize genotipes tolerance to drought stress. PP Tanaman Pangan 26: Mexal J, JT Fisher, J Osteryoung, CP Patrick Oxygen availability in polyethylene glycol solutions and its implications in plantwater relations. Plant Physiol. (55): Moussa HR, SM AbdelAziz Comparative response of drought tolerant and drought sensitive maize genotypes to water stress. Aus. J. Crop Sci. 1(1):3136. Sudarsono, A Ridwan, H Aswidinnoor Toleransi kultivar kacang tanah terhadap cekaman kekeringan pada fase generatif serta kandungan prolin dan daun total. Journal Penelitian Pertanian 23 (1): Verslues PE, M Agarwal, KS Agarwal, J Zhu Methods and concepts in quantifying resistance to drought, salt and freezing, abiotic stresses that affect plant water status. The Plant Journal. 45,

Dalam seleksi untuk menentukan toleransi

Dalam seleksi untuk menentukan toleransi PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 28 NO. 2 2009 Seleksi Dini Toleransi Genotipe Jagung terhadap Kekeringan Roy Efendi 1, Sudarsono 2, Satriyas Ilyas 2, dan Eko Sulistiono 2 1 Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN i METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN ROY EFENDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 009 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN i METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN ROY EFENDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

RESPON GENOTIPE JAGUNG TERHADAP PERIODE CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE MENJELANG PEMBUNGAAN SAMPAI PENGISIAN BIJI ATAU MASAK FISIOLOGI ABSTRAK

RESPON GENOTIPE JAGUNG TERHADAP PERIODE CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE MENJELANG PEMBUNGAAN SAMPAI PENGISIAN BIJI ATAU MASAK FISIOLOGI ABSTRAK 94 BB VI RESPON GENOTIPE JGUNG TERHDP PERIODE CEKMN KEKERINGN PD FSE MENJELNG PEMBUNGN SMPI PENGISIN BIJI TU MSK FISIOLOGI BSTRK Percobaan yang dilakukan bertujuan mempelajari respon genotipe jagung pada

Lebih terperinci

EVALUASI GALUR JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

EVALUASI GALUR JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015 EVALUASI GALUR JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN Slamet Bambang Priyanto dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274, Maros, Sulawesi

Lebih terperinci

METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN i METODE DAN KARAKTER SELEKSI TOLERANSI GENOTIPE JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN ROY EFENDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL GENOTIPE JAGUNG

PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL GENOTIPE JAGUNG PENGARUH CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP HASIL GENOTIPE JAGUNG Suwardi dan M. Azrai Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Pengembangan jagung toleran kekeringan merupakan salah cara dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Tanggap Genotipe Jagung terhadap Cekaman Kekeringan: Peranan Akar---Maize Genotypes Responses to Drought Stress: Roots Roles

Tanggap Genotipe Jagung terhadap Cekaman Kekeringan: Peranan Akar---Maize Genotypes Responses to Drought Stress: Roots Roles See discussions, stats, and author profiles for this publication at: http://www.researchgate.net/publication/260763126 Tanggap Genotipe Jagung terhadap Cekaman Kekeringan: Peranan Akar---Maize Genotypes

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Dosen Program Studi Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Mataram PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG TANAH HASIL SELEKSI IN VITRO PADA MEDIA POLIETILENA GLIKOL TERHADAP CEKAMAN LARUTAN POLIETILENA GLIKOL 1 (THE PEANUT PLANT GROWTH REGENERATED FROM IN VITRO SELECTION ON POLYETHYLENE

Lebih terperinci

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF

RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF RESPON VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN PADA FASE PERTUMBUHAN VEGETATIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Prasyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dengan tujuan mencari metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran dan peka yang diamati secara visual menunjukkan bahwa dari 65

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian. I. Pengujian Toleransi Salinitas Padi pada Stadia Perkecambahan di Laboratorium 2. Terdapat genotipe-genotipe padi yang toleran terhadap salinitas melalui pengujian metode yang terpilih. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November

Lebih terperinci

KRITERIA INDEKS TOLERAN JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN NITROGEN RENDAH

KRITERIA INDEKS TOLERAN JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN NITROGEN RENDAH Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015 KRITERIA INDEKS TOLERAN JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN NITROGEN RENDAH Roy Efendi dan Muh. Azrai Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No.

Lebih terperinci

SUTORO: SELEKSI TANAMAN JAGUNG PADA LINGKUNGAN PEMUPUKAN BERBEDA

SUTORO: SELEKSI TANAMAN JAGUNG PADA LINGKUNGAN PEMUPUKAN BERBEDA Respon Terkorelasi Karakter Sekunder Tanaman Jagung pada Seleksi di Lingkungan Pemupukan Berbeda Sutoro Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Jalan Tentara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

SUTORO: SELEKSI BOBOT BIJI JAGUNG PADA LINGKUNGAN BERBEDA

SUTORO: SELEKSI BOBOT BIJI JAGUNG PADA LINGKUNGAN BERBEDA SUTORO: SELEKSI BOBOT BIJI JAGUNG PADA LINGKUNGAN BERBEDA Seleksi Bobot Biji Jagung pada Lingkungan Seleksi dan Lingkungan Target dengan Intensitas Cekaman Berbeda Sutoro Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

Halimursyadah et al. (2013) J. Floratek 8: 73-79

Halimursyadah et al. (2013) J. Floratek 8: 73-79 Halimursyadah et al. (213) J. Floratek 8: 73-79 PENGGUNAAN POLYETHYLENE GLYCOLE SEBAGAI MEDIA SIMULASI CEKAMAN KEKERINGAN TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BEBERAPA VARIETAS BENIH KACANG TANAH (Arachis hypogaea

Lebih terperinci

VII TOLERANSI TEMBAKAU TRANSGENIK GENERASI R2 YANG MENGEKSPRESIKAN GEN P5CS TERHADAP CEKAMAN AKIBAT PENYIRAMAN POLIETILEN GLIKOL (PEG)

VII TOLERANSI TEMBAKAU TRANSGENIK GENERASI R2 YANG MENGEKSPRESIKAN GEN P5CS TERHADAP CEKAMAN AKIBAT PENYIRAMAN POLIETILEN GLIKOL (PEG) VII TOLERANSI TEMBAKAU TRANSGENIK GENERASI R2 YANG MENGEKSPRESIKAN GEN P5CS TERHADAP CEKAMAN AKIBAT PENYIRAMAN POLIETILEN GLIKOL (PEG) Abstrak Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk (i) menentukan pengaruh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

124 tinggi yaitu sebesar 2.73 me/100 g (Tabel 1.1). Perbedaan kondisi cekaman ini menyebabkan perbedaan tingkat toleransi untuk genotipe ZH ,

124 tinggi yaitu sebesar 2.73 me/100 g (Tabel 1.1). Perbedaan kondisi cekaman ini menyebabkan perbedaan tingkat toleransi untuk genotipe ZH , PEMBAHASAN UMUM Di Indonesia, kondisi lahan untuk pengembangan tanaman sebagian besar merupakan lahan marjinal yang kering dan bersifat masam. Kendala utama pengembangan tanaman pada tanah masam adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Hijau secara Umum Tanaman kacang hijau termasuk famili Leguminosae yang banyak varietasnya. Secara morfologi tanaman kacang hijau tumbuh tegak. Batang kacang hijau berbentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang raja bulu (Musa paradisiaca L var. sapientum) merupakan salah satu tanaman buah tropis yang dapat tumbuh baik pada dataran tinggi dengan kisaran ketinggian

Lebih terperinci

Genotypes Screening of Physic Nut (Jatropha curcas L.) for Tolerance to Drought

Genotypes Screening of Physic Nut (Jatropha curcas L.) for Tolerance to Drought Penapisan Genotipe Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) untuk Toleransi terhadap Kekeringan Genotypes Screening of Physic Nut (Jatropha curcas L.) for Tolerance to Drought Misnen, Endah Retno Palupi *, Muhamad

Lebih terperinci

Pengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan

Pengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan Pengujian Toleransi Genotipe Padi (Oryza sativa L) terhadap Salinitas pada Stadia Perkecambahan Testing of Salinity Tolerance for Rice (Oryza sativa L.) Genotype at Germination Stage Donny Arzie, Abdul

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER FISIOLOGIS DINI PADI GOGO LOKAL MANGKAWA TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

IDENTIFIKASI KARAKTER FISIOLOGIS DINI PADI GOGO LOKAL MANGKAWA TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN e-j. Agrotekbis 1 (3) : 228-235, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 IDENTIFIKASI KARAKTER FISIOLOGIS DINI PADI GOGO LOKAL MANGKAWA TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN Early identification of physiological characters

Lebih terperinci

Tanggap 210 Galur Rekombinan Jagung terhadap Cekaman Kekeringan. R. Neni Iriany, M., Andi Takdir, Marcia B. Pabendon, dan Marsum M.

Tanggap 210 Galur Rekombinan Jagung terhadap Cekaman Kekeringan. R. Neni Iriany, M., Andi Takdir, Marcia B. Pabendon, dan Marsum M. Tanggap 210 Galur Rekombinan Jagung terhadap Cekaman Kekeringan R. Neni Iriany, M., Andi Takdir, Marcia B. Pabendon, dan Marsum M. Dahlan Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274, Maros,

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

Jl. Raya Kendalpayak Km.8 Malang Jl. Merdeka 147, Bogor

Jl. Raya Kendalpayak Km.8 Malang Jl. Merdeka 147, Bogor PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR Effect Of Water Frequency On The Growth And Yield Of Sweet Potato Ratri Tri Hapsari 1 dan I Made Jana Mejaya 2 1 Balai Penelitian

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang Oktober 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang Oktober 2015 ISBN: Seleksi Kekeringan In Vitro Enam Belas Nomor Tanaman Terung (Solanum melongena L.) dengan Polietilena Glikol (PEG) In Vitro Selection of Sixteen of Eggplant (Solanum melongena L.) Accessions with Polyethylene

Lebih terperinci

Seleksi Genotipe Jagung Hibrida Toleran N Rendah

Seleksi Genotipe Jagung Hibrida Toleran N Rendah Seleksi Genotipe Jagung Hibrida Toleran N Rendah Syafruddin*, Muhammad Azrai, dan Suwarti Balai Penelitian Tanaman Serealia, Kementerian Pertanian, Jl. Dr. Ratulangi, No. 274, Maros, Sulawesi Selatan Telp.

Lebih terperinci

ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM DENGAN PERAKITAN VARIETAS JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DAN GENANGAN

ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM DENGAN PERAKITAN VARIETAS JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DAN GENANGAN Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM DENGAN PERAKITAN VARIETAS JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DAN GENANGAN Roy Efendi dan Suwarti Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA GENOTIP JAGUNG DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN PADA MUSIM KEMARAU DI BANGKALAN Donald Sihombing, Nurul Istiqomah, Wahyu Handayati dan Andi Takdir M. 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH vi ABSTRAK viii ABSTRACT. ix RINGKASAN..

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. 1. Deskripsi jagung manis Varietas Bonanza... 11

DAFTAR TABEL. 1. Deskripsi jagung manis Varietas Bonanza... 11 iii DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Deskripsi jagung manis Varietas Bonanza.... 11 2. Jumlah unsur hara yang diserap tanaman jagung dari masa pertumbuhan sampai panen.... 13 3. Komposisi hara dalam bio-slurry

Lebih terperinci

yang memiliki kandungan flavor, sehingga menyebabkan vanili mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara

yang memiliki kandungan flavor, sehingga menyebabkan vanili mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman rempah yang memiliki kandungan flavor, sehingga menyebabkan vanili mempunyai nilai ekonomi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 m

BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 m 18 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium kultur jaringan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian ± 32 m di atas permukaan laut, pada bulan

Lebih terperinci

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi yang Menyebabkan Berdasarkan hasil-hasil penelitian penyebab keracunan besi beragam, bukan hanya disebabkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan kebutuhan makanan yang bernilai gizi tinggi. Bahan makanan yang bernilai gizi tinggi

Lebih terperinci

Nio Song Ai 1), Audry Agatha Lenak 2), Feky R. Mantiri 1), Susan M. Mambu 1), Daniel P.M. Ludong 3) 1)

Nio Song Ai 1), Audry Agatha Lenak 2), Feky R. Mantiri 1), Susan M. Mambu 1), Daniel P.M. Ludong 3) 1) Alokasi Biomassa pada Padi (Oryza sativa L.) Lokal Sulut Saat Kekurangan Air (Biomass Partitioning for North Sulawesi Local Rice (Oryza sativa L.) Cultivars under Water Deficit Condition) Nio Song Ai 1),

Lebih terperinci

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.) JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN: 2338-3976 PENGARUH PEMBERIAN PYRACLOSTROBIN TERHADAP EFISIENSI PUPUK NITROGEN DAN KUALITAS HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PYRACLOSTROBIN ROLE IN

Lebih terperinci

SELEKSI KETAHANAN 10 GENOTIPE GANDUM (Triticum aestivum L.) DENGAN PROLINE SEBAGAI PENANDA TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI DAN KEKERINGAN *

SELEKSI KETAHANAN 10 GENOTIPE GANDUM (Triticum aestivum L.) DENGAN PROLINE SEBAGAI PENANDA TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI DAN KEKERINGAN * SELEKSI KETAHANAN 10 GENOTIPE GANDUM (Triticum aestivum L.) DENGAN PROLINE SEBAGAI PENANDA TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI DAN KEKERINGAN * Theresa Dwi Kurnia 1), Djoko Murdono 2), Nugraheni Widyawati 3),

Lebih terperinci

Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado * korespondensi:

Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado * korespondensi: Karakter morfologi akar sebagai indikator kekurangan air pada padi lokal Superwin (Root-morphological characters as water-deficit indicators in local rice Superwin) Patricia Claudya Torey 1), Nio Song

Lebih terperinci

Analisis stomata Analisis stomata dilakukan dengan cara mengambil sampel daun nilam yang diambil dari masing-masing nomor somaklon yang dikategorikan peka dan toleran. Daun yang diambil adalah daun ketiga

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK EVALUASI TOLERANSI BERBAGAI VARIETAS PADI GOGO TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DENGAN PENGGUNAAN PEG (POLYETILENE GLICOL) Laila Nazirah 1, Edison Purba 2, Chairani Hanum 2, Abdul Rauf 2 1 Mahasiswa (S3) Program

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI VARIAN SOMAKLONAL TOLERAN KEKERINGAN PADA POPULASI JAGUNG HASIL SELEKSI IN VITRO DENGAN PEG

IDENTIFIKASI VARIAN SOMAKLONAL TOLERAN KEKERINGAN PADA POPULASI JAGUNG HASIL SELEKSI IN VITRO DENGAN PEG AGROVIGOR VOLUME 4 NO. 1 MARET 2011 ISSN 1979 5777 7 IDENTIFIKASI VARIAN SOMAKLONAL TOLERAN KEKERINGAN PADA POPULASI JAGUNG HASIL SELEKSI IN VITRO DENGAN PEG Kaswan Badami, Achmad Amzeri Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 KAJIAN KETAHANAN TERHADAP CEKAMAN PADA PADI HITAM DAN PADI MERAH TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Megister Pertanian Pada Program Studi Agronomi Oleh: Intan Rohma Nurmalasari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Penelitian Pada penelitian ini semua jenis tanaman legum yang akan diamati (Desmodium sp, Indigofera sp, L. leucocephala dan S. scabra) ditanam dengan menggunakan anakan/pols

Lebih terperinci

PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK

PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK PENAMPILAN GENOTIPEGENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL Fatimah Azzahra dan Koesrini Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Penelitian terhadap genotifegenotife kacang tanah di

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) Danti Sukmawati Ciptaningtyas 1, Didik Indradewa 2, dan Tohari 2 ABSTRACT In Indonesia, maize mostly planted

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi padi yang tinggi pula agar kebutuhan akan beras tersebut dapat terpenuhi. Menurut Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrim yang disertai peningkatan temperatur dunia yang mengakibatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 71 PENDAHULUAN Latar Belakang Sorgum manis [Sorghum bicolor (L.) Moench] merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia. Hal ini ditunjukkan oleh data mengenai luas areal tanam, produksi dan kegunaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo 3 TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan sebagai pakan ternak.

Lebih terperinci

Parameter Genetik Jagung Populasi Bisma pada Pemupukan yang Berbeda. II. Ragam dan Korelasi Genetik Karakter Sekunder

Parameter Genetik Jagung Populasi Bisma pada Pemupukan yang Berbeda. II. Ragam dan Korelasi Genetik Karakter Sekunder Jurnal AgroBiogen 3(1):9-14 Parameter Genetik Jagung Populasi Bisma pada Pemupukan yang Berbeda. II. Ragam dan Korelasi Genetik Karakter Sekunder Sutoro 1, Abdul Bari 2, Subandi 3, dan Sudirman Yahya 2

Lebih terperinci

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, * korespondensi:

Program Studi Biologi, Jurusan Biologi FMIPA UNSRAT Manado, *  korespondensi: Rasio Akar:Tajuk Tanaman Padi Lokal Sulawesi Utara yang Mengalami Cekaman Banjir dan Kekeringan pada Fase Vegetatif (Root:shoot Ratio of North Sulawesi Local Rice under Waterlogging and Drought at the

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Jagung Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk famili rumput-rumputan (Graminae) dari sub famili myadeae dengan tipe perakaran monokotil yaitu akar serabut yang menyebar.

Lebih terperinci

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian TAKAR-1 dan TAKAR-2, Varietas Unggul Kacang Tanah Terbaru Dua varietas unggul baru kacang tanah yaitu TAKAR-1 dan TAKAR-2 telah dilepas berdasarkan SK Kementan No. 3253/Kpts/SR.120/9/2012 dan No 3255/Kpts/SR.120/9/2012.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO LOKAL TANANGGE PADA BERBAGAI LARUTAN PEG

IDENTIFIKASI TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO LOKAL TANANGGE PADA BERBAGAI LARUTAN PEG e-j. Agrotekbis 2 (2) : 114-120, April 2014 ISSN : 2338-3011 IDENTIFIKASI TOLERANSI KEKERINGAN PADI GOGO LOKAL TANANGGE PADA BERBAGAI LARUTAN PEG Identification of drought tolerance in Tanangge local gogo

Lebih terperinci

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN RATIH DWI HAYUNINGTYAS A

METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN RATIH DWI HAYUNINGTYAS A METODE UJI TOLERANSI PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SALINITAS PADA STADIA PERKECAMBAHAN RATIH DWI HAYUNINGTYAS A24050113 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

RESPON FASE PERTUMBUHAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG LOKAL SULAWESI TENGGARA TERHADAP KONDISI KEKURANGAN AIR

RESPON FASE PERTUMBUHAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG LOKAL SULAWESI TENGGARA TERHADAP KONDISI KEKURANGAN AIR JURNAL AGROTEKNOS Juli 2012 Vol.2. No.2. hal. 86-91 ISSN: 2087-7706 RESPON FASE PERTUMBUHAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG LOKAL SULAWESI TENGGARA TERHADAP KONDISI KEKURANGAN AIR Vegetative Stage Response of

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Morfologi tanaman kedelai ditentukan oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar

Lebih terperinci

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x 144 PEMBAHASAN UMUM Penelitian introgresi segmen Pup1 ke dalam tetua Situ Bagendit dan Batur ini memiliki keunikan tersendiri. Kasalath dan NIL-C443 yang sebagai tetua sumber segmen Pup1 memiliki karakteristik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama penduduk Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan penduduk (Sinar Tani 2011). Beras merupakan bahan

Lebih terperinci

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN Tesis Program Studi Agronomi Oleh Samyuni S611308012 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Lebih terperinci

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua ABSTRAK Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina

Lebih terperinci

PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH:

PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH: PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH: DESY MUTIARA SARI/120301079 AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Informasi umum mengenai kondisi awal benih sebelum digunakan dalam penelitian ini penting diketahui agar tidak terjadi kekeliruan dalam penarikan kesimpulan (misleading

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laju Pengisian Biji Laju pengisian biji merupakan laju pertambahan bobot biji tanaman jagung per satuan waktu rata-rata selama periode tertentu. Pengukuran laju pengisian biji

Lebih terperinci

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Lahan pertanian di Indonesia didominasi oleh lahan

Lahan pertanian di Indonesia didominasi oleh lahan Pendugaan Nilai Daya Gabung Jagung Hibrida Toleran Kekeringan Muzdalifah Isnaini 1, Sriani Sujiprihati 2, dan Firdaus Kasim 3 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK KACANG HIJAU PERBAIKAN GENETIK Kacang hijau semakin menjadi pilihan untuk dibudi dayakan, karena secara teknis agronomis efisien terhadap air dibanding padi atau tanaman palawija lain. Masalah utama budi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Data dari BPS menunjukkan rata-rata pertumbuhan luas panen, produktivitas,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan analisis sifat fisik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dua bulan yaitu dari bulan Maret sampai bulan Mei Tanah, Pasir dan pupuk kandang sebagai media tanam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dua bulan yaitu dari bulan Maret sampai bulan Mei Tanah, Pasir dan pupuk kandang sebagai media tanam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Serealia (BALITSEREAL), Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan dan dilaksanakan selama dua

Lebih terperinci

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi V. KACANG HIJAU 5.1. Perbaikan Genetik Kacang hijau banyak diusahakan pada musim kemarau baik di lahan sawah irigasi maupun tadah hujan. Pada musim kemarau ketersediaan air biasanya sangat terbatas dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi

Lebih terperinci