Variasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi: Penelitian Dialektologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Variasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi: Penelitian Dialektologi"

Transkripsi

1 Variasi Bahasa di Kabupaten Banyuwangi: Penelitian Dialektologi Satwiko Budiono, Sri Munawarah Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok Abstrak Adanya Tata Bahasa Baku Bahasa Using (1997) dan Kamus Bahasa Using-Indonesia (2002) yang dibuat oleh Hasan Ali membuat bahasa Using semakin mantap memisahkan diri dari bahasa Jawa. Terlebih lagi, terdapat pula peraturan pemerintah Banyuwangi tentang muatan lokal yang diajarkan pada pendidikan dasar adalah bahasa Using. Akan tetapi, Badan Bahasa (2008: 39) dalam Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia tetap menggolongkan bahasa Banyuwangi sebagai bahasa Jawa dialek Using. Berdasarkan kondisi tersebut, tulisan ini akan memperlihatkan situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan metode dialektologi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penghitungan dialektometri. Selain itu, variasi bahasa juga akan diperlihatkan ke dalam bentuk peta bahasa. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah hanya terdapat dua bahasa di Kabupaten Banyuwangi, yaitu bahasa Jawa dan Madura. Kata kunci: Dialektologi, situasi kebahasaan, dan variasi bahasa Language Varieties in Banyuwangi Regency: Dialectology Research Abstract The existences of Tata Bahasa Baku Bahasa Using (1997) and Kamus Bahasa Using-Indonesia (2002) that be made by Hasan Ali have affected Using language to be separated away from Javanese language. Likewise, there are also Banyuwangi government s policies about the application of local-content curriculums in elementary schools which acknowledge Using language as their local language. However, Banyuwangi language is still classified as Using dialect of Javanese in Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia by Badan Bahasa (2008:39). Based on these conditions, the research will focus on literary situation in Banyuwangi regency using dialectology method, in quantitative and qualitative. Dialectometrics are applied on this research as quantitative calculation method. In addition, the varieties of the language will be shown in form of language map. Result of this reaserch is Banyuwangi regency have two language, Jawa and Madura language.. Keywords: Dialectology, languages situation, and language varieties Pendahuluan Adanya perbedaan penamaan bahasa yang digunakan penduduk asli Banyuwangi. Sebutan bahasa yang digunakan masyarakat Banyuwangi ada dua, yaitu bahasa Using 1 dan bahasa Jawa dialek Using. Dalam klasifikasi bahasa Jawa Uhlenbeck (1964) bahasa Jawa terdiri atas 1 Bahasa Using merupakan sebutan bagi bahasa yang digunakan masyarakat Banyuwangi. Sebutan ini didasarkan pada banyaknya penelitian terdahulu yang menyebut bahasa yang digunakan masyarakat Banyuwangi adalah bahasa Using. Namun, pada penelitian ini sebutan tersebut diteliti berdasarkan metode penelitian dialektologi sehingga status dari sebutan penggunaan bahasa masyarakat Banyuwangi akan lebih diperjelas. 1

2 kelompok bahasa Jawa bagian barat, bahasa Jawa bagian tengah, dan bahasa Jawa bagian timur. Kelompok bahasa Jawa bagian barat ini meliputi dialek Banten, dialek Cirebon, dialek Tegal, dialek Banyumas, dan dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas). Dialek Tegal, dialek Banyumas, dan dialek Bumiayu juga mempunyai sebutan tersendiri, yaitu bahasa Jawa ngapak. Kelompok bahasa Jawa bagian tengah meliputi dialek Pekalongan, dialek Kedu, dialek Bagelen, dialek Semarang, dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati), dialek Blora, dialek Surakarta, dialek Yogyakarta, dialek Madiun. Kelompok tengah ini sering disebut bahasa Jawa standar, khususnya dialek Surakarta dan Yogyakarta. Terakhir, kelompok bahasa Jawa bagian timur meliputi dialek Pantura Jawa Timur (daerah Tuban dan Bojonegoro), dialek Surabaya, dialek Malang, dialek Jombang, dialek Tengger, dan dialek Banyuwangi. Selain itu, Balai Bahasa Yogyakarta (2006: 13 22) juga menjelaskan bahwa bahasa yang dipakai oleh masyarakat Banyuwangi masih termasuk ke dalam dialek bahasa Jawa. Penggolongan bahasa Jawa sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu dialek bahasa Jawa standar, Banyumas, dan Jawa Timur. Dialek bahasa Jawa standar mencakup daerah Yogyakarta dan Solo. Sebagian besar dialek bahasa Jawa standar ini digunakan di daerah Jawa Tengah, seperti Yogyakarta, Purworejo, Magelang, Temanggung, Surakarta, Klaten, Karanganyar, Sukoharjo, dan Wonogiri. Kemudian, dialek Banyumas meliputi wilayah karesidenan Banyumas itu sendiri, sebagian Karasidenan Pekalongan, dan sebagian barat Karesidenan Kedu. Kabupaten yang merupakan pemakai bahasa Jawa dialek Banyumas adalah Kabupaten Cilacap, Tegal, Pekalongan, dan Kebumen. Selanjutnya, bahasa Jawa dialek Jawa Timur dibedakan menjadi dua dialek, yaitu dialek Using dan dialek Jawa Timur. Dalam hal ini, dialek Using masih digolongkan ke dalam subbab dialek Jawa Timur dan tidak terpisah dari bahasa Jawa dialek Jawa Timur, seperti dialek Banyumas dan bahasa Jawa standar. Dalam subbab tersebut, dialek Using disebut sebagai dialek bahasa Jawa yang daerah pemakaiannya tersebar di Kabupaten Banyuwangi sebelah timur, yaitu Kecamatan Banyuwangi Kota dan kecamatan sekitarnya, khususnya Kecamatan Giri dan Kecamatan Glagah. Akan tetapi, pada tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah membuat peraturan daerah tentang pengajaran bahasa Using di sekolah. Hal tersebut tertera dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 5 tahun 2007 tentang Pembelajaran Bahasa Daerah pada Pendidikan Dasar. Dalam peraturan daerah tersebut, jenjang pendidikan dasar dan 2

3 pendidikan menengah pertama wajib mengajarkan bahasa Using sebagai kurikulum muatan lokal. Dari kondisi di atas, adanya perbedaan penamaan bahasa yang digunakan penduduk Kabupaten Banyuwangi ini terjadi antara masyarakat dengan linguis atau ahli bahasa. Oleh karena itu, pada tulisan ini penulis melihat variasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan metode penelitian dialektologi. Dengan menggunakan metode penelitian dialektologi, diharapkan penulis dapat melihat bagaimana variasi bahasa di Kabupaten Banyuwangi. Dengan melihat variasi bahasa di Kabupaten Banyuwangi, penulis juga diharapkan dapat mengetahui status dari bahasa yang digunakan masyarakat Banyuwangi, apakah dapat disebut sebagai bahasa, dialek dari bahasa Jawa, atau hanya sekadar berbeda persepsi antara masyarakat Banyuwangi dengan linguis. Tujuan penelitian dialektologi ini adalah mendeskripsikan situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan kosakata umum Swadesh dan kosakata budaya dasar mengenai peralatan dan perlengkapan. Kemudian, penelitian ini juga bertujuan untuk memaparkan variasi bahasa di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, tujuan lain yang tidak kalah penting adalah untuk menjelaskan sebutan bahasa masyarakat Banyuwangi, yaitu bahasa Using atau bahasa Jawa dialek Banyuwangi. Tinjauan Teoritis Ada dua pengelompokan persentase penghitungan dialektometri. Menurut Guiter (Lauder, 2007: 96), jika hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut kurang dari 20%, maka dua titik pengamatan tersebut tidak terdapat perbedaan. Jika hasil yang diperoleh antara 21 30%, dapat dikatakan adanya perbedaan wicara. Jika hasil yang diperoleh antara 31 50%, dapat dianggap terdapat perbedaan subdialek. Jika hasil yang diperoleh antara 51 80%, dapat dikatakan ada perbedaan dialek. Terakhir, jika hasil yang diperoleh lebih dari 80%, terdapat perbedaan bahasa di antara kedua titik pengamatan tersebut. Namun, dalam hal ini Lauder dalam Ayatrohaedi (2002: 12) mengusulkan pengelompokkan hasil penghitungan dialektometri yang berbeda dari Guiter. Dalam hal ini, Lauder mengusulkan bahwa hasil di atas 70% dianggap sebagai perbedaan bahasa. Selanjutnya, hasil 3

4 penghitungan antara 51 70% dianggap sebagai perbedaan dialek. Kemudian, hasil penghitungan dialektometri sebesar 41 50% dianggap sebagai perbedaan subdialek. Berikutnya, hasil yang diperoleh antara 31 40% dianggap sebagai perbedaan wicara, sedangkan perbedaan di bawah 30% dianggap tidak ada. Menurut Lauder, perbedaan hasil penghitungan tersebut disebabkan kondisi kebahasaan Indonesia yang sangat beragam sehingga pengelompokan hasil penghitungan Guiter tidak akan sesuai bila digunakan di Indonesia. Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah pupuan lapangan. Metode tersebut dilakukan dengan merekam, mencatat, mendengar, dan memerhatikan langsung informan ketika wawancara berlangsung. Dasar metode pupuan lapangan adalah metode lapangan yang digunakan oleh Ayatrohaedi (1978:34). Kemudian peneliti juga menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif yang dikemukakan oleh Silalahi (2009:334). Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung dialektometri, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menganalisis data. Hasil Penelitian Berdasarkan penggolongan etima, kelompok etima kosakata umum Swadesh yang mempunyai jumlah kosakata terbanyak adalah kelompok dua etima. Kelompok ini mempunyai 76 glos. Tidak jauh berbeda dengan kelompok etima kosakata umum Swadesh, kelompok etima kosakata peralatan dan perlengkapan terbanyak juga diraih oleh kelompok dua etima. Perolehan kelompok etima kosakata peralatan dan perlengkapan adalah sebanyak 18 glos. Sementara itu, kelompok etima kosakata umum Swadesh yang mempunyai kosakata paling sedikit adalah kelompok sembilan etima dan dua belas etima. Keduanya sama-sama hanya memiliki satu glos. Pada kelompok etima kosakata peralatan dan perlengkapan, kelompok yang paling sedikit adalah kelompok sembilan etima. Hal ini disebabkan kelompok sembilan etima hanya memiliki satu glos. Kelompok dua etima yang mendominasi pada kosakata umum Swadesh maupun kosakata peralatan dan perlengkapan membuat dugaan bahwa bahasa di Kabupaten Banyuwangi ada dua bahasa. 4

5 Pada berkas isoglos kosakata umum Swadesh, terlihat bahwa setelah semua berkas isoglos tiap etima digabung TP 12, 13, 17, dan 18 memiliki garis isoglos yang paling tebal. Sebaliknya, TP 19, 20, 21, 22, 23, dan 24 memiliki garis isoglos yang paling sedikit atau tipis. Selebihnya, garis isoglos di daerah lain memiliki ketebalan atau pola yang hampir sama. Dalam hal ini, TP 12, 13, 17, dan 18 memiliki garis yang paling tebal karena daerah-daerah tersebut menggunakan bahasa yang berbeda dengan daerah di sekitarnya. Pada TP 12, 13, 17, dan 18 menggunakan bahasa Madura, sedangkan TP 19, 20, 21, 22, 23, dan 24 menggunakan bahasa Jawa. Figure 1.Berkas Isoglos Kosakata Dasar Morish Swadesh Hal yang serupa tapi tidak sama dengan berkas isoglos kosakata umum Swadesh ditunjukkan pada berkas isoglos kosakata peralatan dan perlengkapan. Kesamaan berkas isoglos kosakata peralatan dan perlengkapan dengan berkas isoglos kosakata umum Swadesh adalah TP 12, 13, 17, dan 18 memiliki garis isoglos yang tebal. Meskipun demikian, secara keseluruhan berkas isoglos kosakata umum Swadesh maupun berkas isoglos kosakata peralatan dan 5

6 perlengkapan mempunyai pola garis isogloss yang seimbang. Maksudnya, garis isoglos hampir di semua daerah atau titik mempunyai ketebalan yang sama. Hanya saja, pada berkas isoglos kosakata peralatan dan perlengkapan untuk TP 19, 20, 21, 22, 23, dan 24 tidak termasuk ke dalam daerah yang memiliki garis isoglos tipis seperti pada berkas isoglos kosakata umum Swadesh. Bahkan, pada berkas isoglos kosakata peralatan dan perlengkapan daerah yang berada di sebelah barat yang memiliki garis isoglos tipis. Kondisi berkas isoglos kosakata peralatan dan perlengkapan ini berbanding terbalik dengan kondisi berkas isoglos kosakata umum Swadesh. Berikut gambar peta berkas isoglos kosakata peralatan dan perlengkapan. Figure 2. Berkas Isoglos Kosakata Peralatan dan Perlengkapan 6

7 Dalam hal ini, penghitungan dialektometri yang digunakan pada penelitian ini adalah penghitungan dialektometri Lauder dalam Ayatrohaedi (2002: 12). Berikut tabel penghitungan dialektometri kosakata umum Swadesh maupun kosakata peralatan dan perlengkapan. Table 1. Penghitungan Dialektometri Kosakata Dasar Morish Swadesh TP % TP % TP % TP % 1:02 8% 6:22 28% 12:13 16% 20:22 19% 1:04 19% 7:08 21% 12:18 49% 20:23 12% 1:03 10% 7:10 15% 13:18 47% 20:24 10% 1:05 11% 7:12 71% 14:15 26% 21:22 18% 1:06 13% 7:13 70% 14:19 15% 22:24 19% 1:08 12% 8:09 13% 15:16 20% 23:24 17% 2:03 7% 8:10 20% 15:19 27% 2:06 12% 8:11 14% 15:20 28% 3:04 17% 8:14 27% 15:21 29% 3:06 11% 9:11 15% 16:17 69% 3:12 63% 9:17 69% 16:21 27% 4:07 21% 10:13 71% 17:21 73% 4:12 64% 10:14 17% 17:22 71% 5:06 14% 10:18 70% 18:19 71% 5:08 12% 10:19 17% 18:23 70% 5:09 11% 11:14 25% 18:24 69% 6:09 15% 11:15 20% 19:20 8% 6:12 71% 11:16 22% 19:23 11% 6:17 69% 11:17 69% 20:21 8% Keterangan: Beda Bahasa : > 70% Beda Wicara :31 40% Beda Dialek : 51 69% Beda Subdialek : 41 50% Tidak ada Beda : < 30% Berdasarkan tabel penghitungan dialektometri di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar titik pengamatan yang satu dengan titik pengamatan yang lainnya tidak terdapat perbedaan bahasa. Hal ini disebabkan titik pengamatan di atas paling banyak memiliki jumlah persentase < 30%. Di samping itu, ada beberapa titik yang mempunyai perbedaan bahasa 7

8 dengan perolehan persentase > 70%. Hanya beberapa saja yang juga menunjukkan adanya perbedaan subdialek dengan perolehan persentase 47% dan 49%. Sementara itu, penghitungan dialektometri di atas tidak memperlihatkan adanya daerah yang mempunyai perbedaan wicara. Table 2. Penghitungan Dialektometri Kosakata Peralatan dan Perlengkapan TP % TP % TP % TP % TP % 1:02 20% 5:09 17% 10:14 35% 16:17 49% 10:13 56% 1:04 35% 6:09 23% 10:18 58% 16:21 37% 15:21 39% 1:03 34% 6:12 52% 10:19 45% 17:21 48% 23:24 18% 1:05 27% 6:17 45% 11:14 32% 17:22 46% 1:06 31% 6:22 45% 11:15 15% 18:19 49% 1:08 30% 7:08 21% 11:16 17% 18:23 52% 2:03 21% 7:10 28% 11:17 46% 18:24 52% 2:06 23% 7:12 52% 12:13 31% 19:20 17% 3:04 34% 7:13 44% 12:18 30% 19:23 23% 3:06 24% 8:09 13% 13:18 27% 20:21 20% 3:12 56% 8:10 28% 14:15 35% 20:22 21% 4:07 21% 8:11 21% 14:19 27% 20:23 23% 4:12 63% 8:14 31% 15:16 18% 20:24 17% 5:06 25% 9:11 17% 15:19 37% 21:22 24% 5:08 18% 9:17 44% 15:20 35% 22:24 17% Keterangan: Beda Bahasa : > 70% Beda Wicara :31 40% Beda Dialek : 51 69% Beda Subdialek : 41 50% Tidak ada Beda : < 30% Pada tabel dialektometri kosakata peralatan dan perlengkapan di atas, persentase terbesar ditunjukkan dengan perolehan sebesar 63%. Sebaliknya, persentase terkecil diperlihatkan dengan perolehan sebesar 15%. Hal tersebut menandakan bahwa berdasarkan kosakata peralatan dan perlengkapan tidak ada daerah titik pengamatan yang dianggap sebagai perbedaan bahasa walaupun pada tabel dialektometri kosakata umum Swadesh terdapat 8

9 daerah titik pengamatan yang dianggap berbeda bahasa dengan daerah lainnya. Kondisi ini bisa saja terjadi karena peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh semua penduduk di daerah titik pengamatan di Kabupaten Banyuwangi memiliki kesamaan penyebutan walaupun ada pendatang dari Madura yang sebenarnya sudah jelas memperlihatkan perbedaan bahasa dengan bahasa Jawa. Pembahasan Situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi sangat menarik untuk dilihat lebih mendalam. Hal ini disebabkan adanya pengakuan dari penduduk asli Banyuwangi yang dinamakan sebagai orang Using bahwa mereka tidak menggunakan bahasa Jawa, tetapi bahasa Using. Namun, dari beberapa buku yang telah ditemukan mengenai penamaan bahasa yang digunakan penduduk Banyuwangi ini tidak memiliki kesamaan. Hal tersebut membuat ketidakjelasan status bahasa yang dipakai masyarakat Banyuwangi. Tentu saja, hal ini membuat masyarakat Banyuwangi maupun masyarakat di luar Banyuwangi menjadi bingung. Dalam hal ini, bagaimana situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi juga dapat terlihat dari pengakuan informan penelitian ini terkait bahasa yang digunakan sehari-hari. Table 3. Pengakuan bahasa Mayoritas Setiap Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi No Kecamatan Bahasa Mayoritas No Kecamatan Bahasa Mayoritas 1 Glagah Using 13 Glenmore Madura 2 Giri Using 14 Genteng Jawa 3 Kalipuro Using 15 Gambiran Jawa 4 Licin Using 16 Cluring Using 5 Kabat Using 17 Muncar Madura 6 Banyuwangi Using 18 Kalibaru Madura Kota 7 Songgon Jawa 19 Tegalsari Jawa 8 Singojuruh Using 20 Bangorejo Jawa 9 Rogojampi Using 21 Purwoharjo Jawa 10 Sempu Jawa 22 Tegaldlimo Jawa 11 Srono Using 23 Siliragung Jawa 12 Wongsorejo Madura 24 Pesanggaran Jawa Pengakuan penggunaan bahasa yang digunakan masyarakat asli Banyuwangi tersebut memiliki kondisi yang berbeda dengan hasil penghitungan dialektometri. Pada tabel 9

10 sebelumnya dapat terlihat adanya tiga bahasa yang dominan digunakan di Kabupaten Banyuwangi, yaitu bahasa Jawa, Madura, dan Using. Akan tetapi, pada penghitungan dialektometri hanya terdapat dua bahasa yang berbeda, yaitu bahasa Jawa dan Madura. Bahasa Using yang diklaim sebagai bahasa yang terpisah dari bahasa Jawa ini ternyata memiliki persentase perbedaan yang sangat kecil sekali dengan perolehan rata-rata < 30%. Perolehan yang berbeda ditunjukkan oleh bahasa Madura yang mempunyai perolehan penghitungan rata-rata >70% dengan titik pengamatan lainnya. Hal ini membuat bahasa Jawa dan Using dapat dianggap tidak memiliki perbedaan bahasa. Dengan begitu, sebutan bahasa yang digunakan masyarakat Banyuwangi asli berdasarkan penghitungan dialektometri adalah bahasa Jawa Banyuwangi. Bila dikaitkan dengan situasi kebahasaan di Kabupaten Banyuwangi, ada banyak variasi yang muncul dari data yang diambil berdasarkan 271 kosakata umum Swadesh maupun kosakata peralatan dan perlengkapan. Variasi bahasa Jawa Banyuwangi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu perubahan bunyi, penghilangan bunyi, dan penambahan bunyi. Pada perubahan bunyi terdapat beberapa kosakata yang dapat disebut sebagai pasangan minimal. Salah satu contoh dari adanya pasangan minimal tersebut ditunjukkan dari adanya perbedaan bunyi konsonan /m/ dengan /b/. Hal tersebut terlihat pada [tamεŋ] dengan [tabεŋ] yang memiliki arti perisai. Perubahan bunyi tersebut terjadi pada bagian tengah kata. Pada variasi bahasa jenis ini, terdapat pula kekhasan dari bahasa yang diujarkan oleh orang Banyuwangi. Kekhasan tersebut terlihat dari perubahan bunyi /i/ dan /u/ pada bagian akhir kata. Hal tersebut diketahui dari [awu] menjadi [awaw] dari glos ABU, [təәlu] menjadi [təәlaw] dari glos TIGA, [susu] menjadi [susaw] dari glos SUSU, dan seterusnya. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan pada akhiran bunyi /i/ yang berubah menjadi [ay]. Contoh dari adanya perubahan /i/ menjadi [ay] terlihat pada [tali] dengan [talay] dari glos TALI, [bəәŋi] dengan [bəәŋay] dari glos MALAM, [mili] dengan [milay] dari glos ALIR (ME), dan seterusnya. Di sisi lain, ada pula jenis variasi bahasa berupa penghilangan bunyi. Biasanya, penghilangan bunyi terletak di bagian awal dan akhir. Meskipun demikian, ada juga penghilangan bunyi bagian tengah, Hanya saja, bila dilihat berdasarkan frekuensi kemunculan jenis ini lebih 10

11 sering terletak pada bagian awal dan akhir. Hal ini terbukti dari [wulan] dan [ulan] dari glos BULAN. Pada [wulan] dan [ulan], bunyi konsonan /w/ yang berada di bagian depan kata menjadi hilang. Penghilangan bunyi /w/ pada bagian depan ini menjadi penanda variasi bahasa dari penyebutan [wulan]. Hal ini bisa saja disebabkan [wulan] dianggap terlalu panjang sehingga orang yang ingin cepat mengujarkannya menjadi tidak melibatkan bunyi /w/ pada bagian depan kata. Kemudian, ada pula penambahan bunyi yang menjadi penanda adanya variasi bahasa. Penambahan bunyi ini cenderung memiliki pola yang khas dari bahasa yang digunakan oleh masyarakat Banyuwangi. Penambahan bunyi tersebut adalah/y/ dan /Ɂ/. Tidak hanya itu, ada pula penambahan bunyi /ŋ/ dan /m/. Dari sebagian besar penambahan bunyi yang telah disebutkan, perbedaan di antara penambahan bunyi tersebut terletak pada posisi bunyi tersebut. Pada penambahan bunyi /ŋ/ dan /m/ terjadi pada bagian depan kata, sedangkan penambahan bunyi /Ɂ/ terjadi pada bagian akhir kata. Lain halnya dengan penambahan bunyi /y/ yang dapat berada di depan maupun tengah kata. Hal tersebut terlihat pada [bulan] dengan [mbulan] dari glos BULAN, [ ŋ guyu] dari glos TERTAWA, [limᴐɂ] dari glos LIMA. Sementara itu, penambahan bunyi /y/ dapat terlihat dari [ab y aŋ] dari glos MERAH, [b y antal] dari glos BANTAL, dan [g y ariŋ] dari glos KERING. Dalam hal ini, ketidakkonsistenan pemakaian pola variasi bahasa ini dapat terlihat pada kata atau glos AIR. Ada beberapa informan yang menyebutkan [b y aɲu] dan [baɲaw]. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian [aw] atau sisipan bunyi /y/ tergantung dari kenyamanan dan keberterimaan masyarakat daerah tersebut. Hal yang sudah jelas adalah variasi bahasa ini tidak konsisten selalu diikuti dengan pola yang sama. Di lain pihak, bahasa Madura juga mempunyai beberapa variasi bahasa. Hal ini disebabkan bahasa Madura pun memiliki beberapa dialek yang berbeda antara satu dialek Madura dengan dialek Madura lainnya. Biasanya, pembeda bahasa Madura dilihat dari bahasa Madura mana yang digunakan atau asal dari orang Madura tersebut. Ciri yang paling terlihat dari bahasa Madura ini adalah penggantian bunyi /a/ dalam bahasa Indonesia dengan bunyi /əә/, seperti [dagiŋ] dan [dəәgiŋ]. Selain itu, kebanyakan bunyi vokal yang diucapkan di akhir kata adalah bunyi /ε/. Hal tersebut terlihat dari [talεh] dari glos TALI dan [kʊnεŋ] dari glos KUNING. Hal ini juga dapat menandakan bahwa bunyi /i/ cenderung berubah menjadi bunyi /ε/ dalam bahasa Madura. Variasi dari bahasa Madura ini sendiri di Banyuwangi terletak dari adanya penambahan bunyi di bagian akhir. Hal ini terlihat dari adanya penyebutan [atε] dengan 11

12 [atεh] dan [rəәbbəә] dengan [rəәbbəәh]. Penambahan bunyi yang menandakan perbedaan variasi bahasa ini dimunculkan dengan adanya bunyi konsonan /h/ di bagian akhir kata. Dilihat dari frekuensi kemunculannya, penambahan bunyi merupakan variasi bahasa Madura yang tergolong banyak jumlahnya. Dalam hal ini, perubahan ketiga akhiran konsonan /k/, /p/, dan /t/ dalam bahasa Jawa standar menjadi /g/, /b/, dan /d/ dalam bahasa Jawa Banyuwangi sama dengan pola bahasa Jawa dialek Banyumas. Hal ini membuat bahasa Jawa Banyuwangi dengan dialek Banyumas memiliki persamaan. Dalam hal ini, penemuan kesamaan pola bahasa Jawa Banyuwangi ini membuat penelitian terkait hubungan kebahasaan yang dimiliki bahasa Jawa dialek Banyumas dan bahasa Jawa Banyuwangi ini perlu ditelaah lebih mendalam pada penelitian lainnya. Bahasa Jawa Banyuwangi ini juga mempunyai ciri khas yang sangat berbeda dalam tingkat tutur dengan bahasa Jawa pada umumnya, khususnya bahasa Jawa Banyuwangi di Kecamatan Glagah. Bahasa Jawa Banyuwangi tidak memiliki strata dalam tingkat tuturnya. Bahasa Jawa Banyuwangi hampir sama dengan bahasa Indonesia. Tidak ada perbedaan kosakata yang digunakan untuk berkomunikasi kepada siapapun, baik berbeda usia dan status sosialnya. Hal ini membuat pemakaian bahasa Jawa Banyuwangi menjadi bahasa yang tidak berjarak dan menimbulkan kedekatan antara pembicara dengan mitra tutur walaupun keduanya belum saling mengenal atau belum akrab. Akan tetapi, pemakaian bahasa Jawa Banyuwangi yang tidak memiliki tingkat tutur ini hanya terjadi di Kecamatan Glagah. Pada kecamatan lain yang mayoritasnya menggunakan bahasa Jawa Banyuwangi, masyarakatnya masih menggunakan tingkat tutur dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bisa dibilang, jika masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa Banyuwangi selain Kecamatan Glagah menggunakan tingkat tutur yang lebih tinggi, pemakaian bahasa Jawa standar dengan kosakata krama ataupun madya yang digunakan untuk berkomunikasi. Hal ini menandakan bahwa bahasa Jawa Banyuwangi di Kecamatan Banyuwangi, Kalipuro, Giri, Licin, Srono, Kabat, Rogojampi, dan Singojuruh disamakan dengan bahasa Jawa ngoko. 12

13 Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan persepsi antara masyarakat Banyuwangi dengan linguis atau ahli bahasa. Masyarakat Banyuwangi menganggap bahwa bahasa Using adalah bahasa yang berdiri sendiri dan terpisah dari bahasa Jawa. Hal ini memiliki tujuan untuk menunjukkan identitas atau jati diri yang berbeda dari penduduk non-banyuwangi. Dari segi linguistik, bahasa mayoritas yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi ada dua, yaitu bahasa Jawa dan Madura. Dalam hal ini, bahasa yang diklaim sebagai bahasa Using oleh penduduk Banyuwangi tidak menunjukkan adanya perbedaan bahasa dalam penghitungan dialektometri. Bahkan, bahasa yang dituturkan penduduk asli Banyuwangi tersebut tidak termasuk ke dalam golongan beda wicara maupun beda dialek dengan bahasa Jawa. Hal ini terbukti dari perolehan penghitungan dialektometri yang sebagian besar < 30%. Dari jumlah etima, dalam kosakata umum Swadesh maupun kosakata peralatan dan perlengkapan kelompok etima yang mendominasi adalah kelompok dua etima. Hal ini menguatkan hasil penghitungan dialektometri bahwa bahasa mayoritas di Banyuwangi hanya ada dua, yaitu bahasa Jawa dan Madura. Hal tersebut dapat terlihat dari kosakata dua etima yang mempunyai jumlah glos paling banyak. Selain itu, banyaknya etima disertai banyaknya pelambang yang terdapat pada data juga memperlihatkan ada banyak variasi bahasa pada bahasa Jawa maupun bahasa Madura. Dalam penghitungan dialektometri kosakata umum Swadesh itu sendiri, perolehan persentase tertinggi 73% pada Kecamatan Muncar dengan Kecamatan Tegaldlimo. Perolehan tersebut menandakan adanya perbedaan bahasa antara Kecamatan Muncar dan Kecamatan Tegaldlimo. Kecamatan Muncar menggunakan bahasa Madura dan Kecamatan Tegaldlimo menggunakan bahasa Jawa. Sebaliknya, perolehan persentase terkecil ditunjukan dengan perolehan 8% pada Kecamatan Glagah dengan Kecamatan Giri. Kondisi tersebut berbeda dengan penghitungan dialektometri kosakata peralatan dan perlengkapan yang memperoleh persentase tertinggi sebesar 56% dengan rata-rata perolehan 30%. Artinya, sebagian besar perolehan persentase menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bahasa. 13

14 Dari berkas isoglos terlihat adanya penumpukan pada TP 12, 13, 17, dan 18 pada kosakata umum Swadesh maupun kosakata peralatan dan perlengkapan. Titik pengamatan tersebut adalah Kecamatan Wongsorejo, Glenmore, Kalibaru, dan Muncar. Selebihnya, titik pegamatan lainnya tidak memiliki ketebalan garis seperti TP 12, 13, 17, dan 18. Hal tersebut menandakan bahwa bahasa Jawa dan bahasa Using tidak memiliki perbedaan bahasa sehingga lebih tepat bila disebut sebagai bahasa Jawa Banyuwangi. Bahasa Madura maupun bahasa Jawa Banyuwangi ini mempunyai variasi bahasa yang dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu penambahan bunyi, penghilangan bunyi, dan perubahan bunyi. Dari ketiga jenis variasi bahasa tersebut, perubahan bunyi adalah jenis yang paling banyak ditemukan, sedangkan jenis yang paling sedikit jumlahnya adalah penghilangan bunyi. Namun, pada bahasa Madura, penambahan bunyilah yang paling banyak ditemukan. Meskipun dalam penghitungan dialektometri dianggap tidak memiliki perbedaan bahasa dengan bahasa Jawa, tetapi bahasa yang digunakan penduduk Banyuwangi tersebut memiliki ciri khas yang melekat dan tidak dimiliki pemakai bahasa Jawa lainnya. Ciri khas tersebut ditandai dengan adanya penyebutan [ay], [aw], [b y ], [w y ], dan [g y ]. Pada tingkatan bunyi juga terdapat ciri dari bahasa yang digunakan penduduk Banyuwangi, yaitu dengan adanya perubahan bunyi akhiran /k/, /p/, dan /t/ menjadi /g/, /b/, dan /d/ walaupun tidak semua kosakata disebutkan dengan akhiran demikian. Kesimpulan terakhir, bahasa Jawa Banyuwangi memiliki dua pola tingkat tutur yang berbeda. Pada bahasa Jawa Banyuwangi di Kecamatan Banyuwangi, Glagah, Kalipuro, Giri, Licin, Srono, Kabat, Rogojampi, dan Singojuruh masyarakatnya menggunakan tingkat tutur sesuai dengan tingkat tutur bahasa Jawa pada umumnya. Namun, bahasa Jawa Banyuwangi di Kecamatan Glagah tidak memiliki tingkat tutur dalam berkomunikasi. Saran Dengan adanya penelitian dialektologi di Kabupaten Banyuwangi ini, terdapat beberapa persoalan atau fakta dalam aspek bahasa di Kabupaten Banyuwangi ini yang menarik bila ditinjau lebih mendalam. Terlebih lagi, penelitian bahasa di Kabupaten Banyuwangi masih terhitung sedikit atau belum sebanyak penelitian seni maupun budaya. Salah satu kondisi kebahasaan yang bisa dijadikan penelitian adalah sikap bahasa masyarakat asli Banyuwangi 14

15 atau orang Using. Penelitian yang bisa dilihat dari segi sosiolinguistik ini cocok untuk melihat sikap bahasa dari masyarakat Using ini. Pertanyaan besar seperti mengapa masyarakat Using tidak ingin disebut masyarakat yang menggunakan bahasa Jawa akan menarik untuk diketahui dan menjadikan hasilnya sebagai fakta atau penemuan baru walaupun secara linguistik tidak terbukti berbeda bahasa. Selain itu, dari segi linguistik bandingan historis juga dapat menjadikan kondisi kebahasaan Kabupaten Banyuwangi sebagai objek yang potensial untuk dikaji. Bagaimana tidak, pengakuan bahasa Using oleh masyarakat asli Banyuwangi ini dapat memunculkan pertanyaan mengenai asal dari adanya kekhasan bahasa ini. Apakah bahasa Jawa Banyuwangi merupakan turunan dari bahasa Jawa dialek Jawa Timur, atau malah turunan dari bahasa Jawa Banyumas. Hal tersebut disebabkan adanya kesamaan bunyi akhiran bahasa Jawa Banyuwangi dengan bahasa Jawa Banyumas yang berbeda dengan bahasa Jawa standar dari bunyi akhiran konsonan /k/, /p/, dan /t/ menjadi /g/, /b/, dan /d/. Di luar cabang linguistik, kajian berdasarkan perspektif ilmu sejarah juga dapat dikembangkan lebih jauh dari penelitian ini. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa pada tulisan ini telah memuat adanya kemiripan antara bahasa Jawa Banyumas dengan bahasa Jawa Banyuwangi. Hal ini menimbulkan dugaan apakah masyarakat Banyuwangi merupakan pindahan atau berasal dari daerah Banyumas yang kemudian menetap di daerah Banyuwangi. Atau, masyarakat Banyuwangi memang memiliki hubungan yang erat dengan daerah Banyumas sehingga memengaruhi bahasa yang digunakan masyarakat Banyuwangi. Dugaan tersebut akan dapat terjawab dari segi sejarah. Daftar Referensi Arifin, Winarsih Partaningrat Babad Blambangan. Yogyakarta: Ecole Francaise d Extreme-Orient bekerja sama dengan Yayasan Bentang Budaya. Arps, Bernard Geliat Bahasa Selaras Zaman. Tokyo: Research Institute for Language and Cultures of Asia and Africa (ILCAA) Tokyo University of Foreign Studies. Ayatrohaedi Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 15

16 Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Kamus Khusus Penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa Daerah di Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi. Diakses pada tanggal 13 Juli Chambers, J.K, dan Peter Trudgill Dialectology: Second Edition. Cambridge: Cambridge University Press. Campbell, Lyle Historical Linguistic: An Introduction. Cambridge: The MIT Press. Francis, W N Dialectology: An Introduction. New York: Longman Lingustic Library. Herawati, Isni, dkk Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Using, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. DIY: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Balai KajianSejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. Herusantosa, Suparman Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi. Disertasi: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Indonesia. Undang-Undang Dasar Keraf, Gorys Linguistik Bandingan Tipologis. Jakarta: PT Gramedia. Kliping Humas Universitas Indonesia Memetakan Bahasa Ibu. Jakarta: Republika. Lauder, Multamia RMT Sekilas Mengenai Pemetaan Bahasa. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana Reevaluasi Konsep Pemilah Bahasa dan Dialek untuk Bahasa Nusantara. Depok: Makara Sosial Humaniora. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 5 tentang Pembelajaran Bahasa Daerah Pada jenjang Pendidikan Dasar. Prawiradirja, R. Rangga Serat Damarwulan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Silalahi, Ulber Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Soetoko, dkk Geografi Dialek Banyuwangi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sugono, Dendy Verba Transitif Dialek Osing Analisis Tagmemik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 16

17 Suprapti. (ed.) Pola Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Using di Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Uhlenbeck, E.M A Critical Survey of Studies on The Languages of Java and Madura. The Hague: Martinus Nijhoff. Utorodewo, Felicia. N, dkk Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. Depok: Universitas Indonesia. Wedhawati, dkk Tata Bahasa Jawa Mutakhir (Edisi Revisi). Yogyakarta: Kanisius. 17

Pemetaan Bahasa di Wilayah Cagar Budaya Betawi Condet: Sebuah Kajian Dialektologi

Pemetaan Bahasa di Wilayah Cagar Budaya Betawi Condet: Sebuah Kajian Dialektologi Pemetaan Bahasa di Wilayah Cagar Budaya Betawi Condet: Sebuah Kajian Dialektologi Diar Luthfi Khairina, Sri Munawarah Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok

Lebih terperinci

VARIASI BAHASA DI KABUPATEN BANYUWANGI: PENELITIAN DIALEKTOLOGI SKRIPSI

VARIASI BAHASA DI KABUPATEN BANYUWANGI: PENELITIAN DIALEKTOLOGI SKRIPSI VARIASI BAHASA DI KABUPATEN BANYUWANGI: PENELITIAN DIALEKTOLOGI SKRIPSI SATWIKO BUDIONO 1106061655 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI INDONESIA DEPOK JANUARI 2015 VARIASI BAHASA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Seminar Tahunan Linguistik 2015

Seminar Tahunan Linguistik 2015 Hubungan Bahasa Melayu dengan Bahasa Betawi di Wilayah Condet Diar Luthfi Khairina Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424 khairinadiar@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013

EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013 EXECUTIVE SUMMARY Memorandum Program Sanitasi Tahunan ( Tahunan) adalah merupakan komitmen jangka pendek/tahunan yang mengacu kepada Memorandum Program Sanitasi () jangka menengah/5 tahunan yang sudah

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa memiliki jumlah penutur yang cukup besar, bahkan dapat dikatakan paling

BAB I PENDAHULUAN. Jawa memiliki jumlah penutur yang cukup besar, bahkan dapat dikatakan paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang terdapat di Indonesia. Sebagai salah satu bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang terdapat di Indonesia. Sebagai salah satu bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki

Lebih terperinci

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 9 Tahun 206 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 206 KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I. : PERATURAN DAERAH BANYUWANGI NOMOR : 04 Tahun 205 TANGGAL : 22 JULI 205 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada Rakor Persiapan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENELUSURAN HUBUNGAN BAHASA JAWA DIALEK BANYUMAS DAN BAHASA JAWA DIALEK USING

KAJIAN AWAL PENELUSURAN HUBUNGAN BAHASA JAWA DIALEK BANYUMAS DAN BAHASA JAWA DIALEK USING KAJIAN AWAL PENELUSURAN HUBUNGAN BAHASA JAWA DIALEK BANYUMAS DAN BAHASA JAWA DIALEK USING Satwiko Budiono, S.Hum., Fajar Erikha, S.Psi., dan Eko Reza Pahlevi, S.Pd. Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 8 /KEP/429.011/2012 TENTANG UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012

Lebih terperinci

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun 1.1. UMUM 1.1.1. DASAR Balai Pemantapan Kawasan Hutan adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Planologi Kehutanan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 6188/Kpts-II/2002, Tanggal 10

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 3 /KEP/429.011/2016 TENTANG PENETAPAN UANG PERSEDIAAN ANGGARAN BELANJA PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi.

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi. KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/ 5 /KEP/429.011/2012 TENTANG NOMOR REKENING BENDAHARA PENGELUARAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN 2012 BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam hidup ini. Bahasa merupakan sebuah lambang dalam berkomunikasi. Bahasa menjadi salah satu ciri pembeda

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/487/KEP/ /2015 TENTANG BUPATI BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/487/KEP/ /2015 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN NOMOR: 188/487/KEP/429.011/2015 TENTANG PADA SEKOLAH DASAR, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA/NEGERI Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

VARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR. Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya

VARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR. Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya VARIASI DIALEKTAL DALAM MUATAN LOKAL BAHASA MADURA DI JAWA TIMUR Agusniar Dian Savitri 1 Universitas Negeri Surabaya Hasil kajian dialektologis dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan, begitupula

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian mengenai isoglos dialek bahasa Jawa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk dalam penelitian lapangan (field study) baik penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialektos. Dialektologi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia (Chaer dan Agustina,2010:11). Bahasa Jawa (BJ) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan bahasa yang memiliki jumlah penutur paling banyak di antara bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Bahasa Jawa digunakan oleh masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam dialek. Istilah dialek merupakan sebuah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/3/KEP/429.011/2017 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGGUNA ANGGARAN, KUASA PENGGUNA ANGGARAN, BENDAHARA PENERIMAAN, BENDAHARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Berbagai status sosial dan budaya dalam masyarakat sangat memengaruhi perkembangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PERTANIAN Klasifikasi Sub Tipe Iklim Oldeman: Studi Kasus di Wilayah UPT PSDA Bondowoso

TEKNOLOGI PERTANIAN Klasifikasi Sub Tipe Iklim Oldeman: Studi Kasus di Wilayah UPT PSDA Bondowoso TEKNOLOGI PERTANIAN Klasifikasi Sub Tipe Iklim Oldeman: Studi Kasus di Wilayah UPT PSDA Bondowoso Classification of Sub Type Oldeman Climate: Study at UPT PSDA Bondowoso Area Novita Sari ), Indarto, Sri

Lebih terperinci

85 DESA TERHUBUNG FIBER OPTIK SISTEM INFORMASI PERENCANAAN & KEUANGAN Rancangan Mei RKP MUSRENBANGNAS RPJMD Apr Prioritas pemb, Pagu indiakatif berdasar fungsi SKPD, sumber dana & Wilayah kerja Rancangan

Lebih terperinci

Rata-rata Kelembaban Udara ( % ) The Average of Humidity (%) (1) (2) (3) (4) 01. Januari/January ,1 152,3

Rata-rata Kelembaban Udara ( % ) The Average of Humidity (%) (1) (2) (3) (4) 01. Januari/January ,1 152,3 Tabel/Table : 2.1 Kelembaban Udara, Tekanan Udara dan Penguapan Air Dirinci Menurut, 2010 The Average of Humidity, Atmospheric Pressure and Evaporation of Water by, 2010 Kelembaban Udara ( % ) The Average

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam aktivitas di sekolah, di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Mentawai merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bahasa Mentawai digunakan untuk berkomunikasi dalam aktivitas

Lebih terperinci

KANAL TRANSISI TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTERIAL PADA ZONA LAYANAN IV, ZONA LAYANAN V, ZONA LAYANAN VI, ZONA LAYANAN VII DAN ZONA LAYANAN XV

KANAL TRANSISI TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTERIAL PADA ZONA LAYANAN IV, ZONA LAYANAN V, ZONA LAYANAN VI, ZONA LAYANAN VII DAN ZONA LAYANAN XV 2012, 773 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENGGUNAAN PITA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO ULTRA HIGH FREQUENCY (UHF) PADA ZONA LAYANAN IV,

Lebih terperinci

Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 1 Oktober 2015 BUPATI BANYUWANGI. ttd H. ABDULLAH AZWAR ANAS

Ditetapkan di Banyuwangi Pada tanggal 1 Oktober 2015 BUPATI BANYUWANGI. ttd H. ABDULLAH AZWAR ANAS SALINAN KEPUTUSAN NOMOR: 88/482/KEP/429.0/205 TENTANG PENETAPAN PENERIMA DAN BESARAN ALOKASI DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN UNTUK PENGADAAN ALAT PRAKTIK DAN PERAGA SISWA BERUPA ALAT LABORATORIUM

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013 Menguatkan Responsivitas Rencana Pembangunan Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Oleh : Drs. H. Agus Siswanto, MM Kepala Disampaikan pada

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/56/KEP/429.011/2017 TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/55/KEP/429.011/2016 TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN LEMBAGA LAINNYA DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/365/KEP/429.011/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DISTRIBUSI PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN

Lebih terperinci

PERDAGANGAN PERDAGANGAN

PERDAGANGAN PERDAGANGAN Berdasarkan urutan struktur ekonomi Kabupaten Banyuwangi tahun, sektor perdagangan hotel dan restoran mempunyai andil terbesar kedua setelah sektor pertanian. Namun hingga saat ini data detail perdagangan

Lebih terperinci

ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN * Bambang Wicaksono ABSTRACT

ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN * Bambang Wicaksono ABSTRACT ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2006 * Bambang Wicaksono ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk menginvestasikan potensi potensi penerimaan pajak daerah yang sudah tergali

Lebih terperinci

S K P D. hal : 1 T O T A L REALISASI SISA ANGGARAN BELANJA TDK LGS / GAJI PEGAWAI ( APBD ) ANGGARAN % REALISASI % REALISASI REALISASI UP S.

S K P D. hal : 1 T O T A L REALISASI SISA ANGGARAN BELANJA TDK LGS / GAJI PEGAWAI ( APBD ) ANGGARAN % REALISASI % REALISASI REALISASI UP S. hal : 1 REKAPITULASI SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D) S.D TGL 09 APRIL 2015 SETELAH TERBITNYA PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 41 TAHUN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2015 TENTANG PENJABARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedudukan bahasa sangat penting untuk manusia. Bahasa juga mencerminkan identitas suatu negara. Masalah kebahasaan di Indonesia tidak terlepas dari kehidupan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/220/KEP/429.011/2014 TENTANG PENUNJUKAN PETUGAS OPERATOR DAN OPERATOR PEMBANTU ENTRY DATA KEPENDUDUKAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/923/KEP/ /2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/923/KEP/ /2012 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/923/KEP/429.011/2012 TENTANG PENETAPAN PENERIMA DAN ALOKASI DANA HIBAH UNTUK KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH JENJANG SEKOLAH LANJUTAN

Lebih terperinci

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN KEPUTUSAN NOMOR 188/486/KEP/429.011/2015 TENTANG PADA SEKOAH DASAR, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SWASTA/NEGERI Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERBEDAAN STATUS DIALEK GEOGRAFIS BAHASA JAWA SOLO-YOGYA (KAJIAN DIALEKTOLOGI)

PERBEDAAN STATUS DIALEK GEOGRAFIS BAHASA JAWA SOLO-YOGYA (KAJIAN DIALEKTOLOGI) PERBEDAAN STATUS DIALEK GEOGRAFIS BAHASA JAWA SOLO-YOGYA (KAJIAN DIALEKTOLOGI) Sri Andayani Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Filsafat, Universitas Panca Marga, Jalan Yos Sudarso Pabean

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/247/KEP/ /2013 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/247/KEP/ /2013 TENTANG BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR : 188/247/KEP/429.011/2013 TENTANG PENUNJUKAN PETUGAS OPERATOR DAN OPERATOR PEMBANTU ENTRY DATA KEPENDUDUKAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialekto syang berarti varian

Lebih terperinci

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA *) Oleh Wahya

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA *) Oleh Wahya FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA *) Oleh Wahya Abstrak Difusi leksikal merupakan fenomena lingusitik yang dapat terjadi pada bahasa apa pun. Difusi leksikal merupakan unsur inovasi bahasa yang menyebar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mengembangkan model pengklasteran Pemerintah Daerah di Indonesia dengan mengambil sampel pada 30 Pemerintah Kota dan 91 Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh

PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU. Oleh PEMETAAN PERBEDAAN Isolek di KABUPATEN INDRAMAYU Oleh Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd., Sri Wiyanti, S.S.,M.Hum., Yulianeta, M.Pd. Dra. Novi Resmini, M.Pd., Hendri Hidayat, dan Zaenal Muttaqin FPBS Abstrak

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI

MEMUTUSKAN : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2017.

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 2017. BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/184/KEP/429.011/2017 TENTANG PENUNJUKAN PETUGAS OPERATOR ENTRY DATA KEPENDUDUKAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan RAPAT KOORDINASI PERSIAPAN MUSRENBANGCAM 2016 JUM AT, 12 PEBRUARI 2016 MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Drs. H. Agus Siswanto,

Lebih terperinci

Nilai Investasi/ Invest Value

Nilai Investasi/ Invest Value Kecamatan/ Districts Tabel/Table : 7.1.1 Banyaknya Industri Kerajinan Informal (Rumah Tangga) Menurut Kecamatan Tahun 2010 Number of Informal Craft Industries (Home Industry) by Districts, 2010 Unit Usaha/

Lebih terperinci

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012 Berikut Informasi Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah dikeluarkan masing-masing Regional atau Kabupaten

Lebih terperinci

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation : 2011-2012 No. Provinces and Groups of Participants Training Dates and Places Number and Origins of Participants Remarks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian bahasa Jawa juga memiliki dialek yang tidak sedikit. dialek Banyuwangi, dialek Surabaya, dan dialek Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian bahasa Jawa juga memiliki dialek yang tidak sedikit. dialek Banyuwangi, dialek Surabaya, dan dialek Jogjakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan salah satu dari lebih kurang 400 bahasa daerah dan dialek yang ada di Indonesia (Lembaga Bahasa Nasional dalam Skripsi Ginanjar, Widhi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Anggota masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO ANALISIS FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESAPAKEM KECAMATAN GEBANGKABUPATEN PURWOREJO Pramu Tri Kurniawan Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: Pramukurniawan@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn : Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENGELOMPOKAN PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KABUPATEN/KOTA DAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill Review Buku Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill Dosen Pengampu: Dr. Inyo Yos Fernandez Oleh Intan Rawit Sapanti 12 / 339581 / PSA / 07324

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi

Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Vol.1 / No. 2: 1-24, Agustus 2015, ISSN : 2460-0083 96 Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Nur Anim Jauhariyah, S.Pd.,M.Si Institut Agama Islam

Lebih terperinci

: Tugas Panitia sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu, adalah: a. Merencanakan dan menyusun petunjuk teknis pelaksanaan ujian sekolah/madrasah di

: Tugas Panitia sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu, adalah: a. Merencanakan dan menyusun petunjuk teknis pelaksanaan ujian sekolah/madrasah di BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSANBUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/77/KEP/429.011/2016 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENYELENGGARAUJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADASEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH,

Lebih terperinci

GEOGRAFI DIALEK BAHASA JAWA PESISIRAN DI DESA PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

GEOGRAFI DIALEK BAHASA JAWA PESISIRAN DI DESA PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN GEOGRAFI DIALEK BAHASA JAWA PESISIRAN DI DESA PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN Apriyani Purwaningsih S2 Ilmu Linguistik Universitas Udayana apriyanipurwa@gmail.com Abstrak: Desa Paciran dipilih sebagai lokasi

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 10 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 10 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Pengantar Geografi dialek mempelajari variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokal suatu bahasa (Keraf, 1984: 143). Menurut Lauder, geografi dialek pada dasarnya mempunyai hubungan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa sebagai implikasi pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2016

BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa sebagai implikasi pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2016 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188 /69/ 429.011 /2017 TENTANG LOKASI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

GEOGRAFIS. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012

GEOGRAFIS. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012 IKLIM Sepanjang tahun 2011 ratarata kelembaban udara di Kabupaten Banyuwangi diperkirakan mencapai82 persen. Kelembaban terendah terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata kelembaban udara sebesar 78

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh

Lebih terperinci

Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk dan Tenaga Kerja Tabel/Table : 4.1.1 Luas Wilayah, Prosentase Luas terhadap Luas Kabupaten, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Hasil Proyeksi Penduduk Akhir Tahun Menurut Kecamatan Thn 2010 Total Area, Prosentage of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 265 /KEP/ /2013

SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 265 /KEP/ /2013 BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR: 188/ 265 /KEP/429.011/2013 TENTANG PENYELENGGARA UJIAN NASIONAL SEKOLAH DASAR (SD), MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DAN SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB)

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : Pejabat sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu, dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

MEMUTUSKAN: : Pejabat sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu, dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan. BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/723/KEP/429.011/2015 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGGUNA ANGGARAN, KUASA PENGGUNA ANGGARAN, BENDAHARA PENERIMAAN, DAN BENDAHARA PENGELUARAN

Lebih terperinci

Kemiripan Bahasa Melayu Dialek Jakarta di Condet dan Marunda Berdasarkan Pendekatan Dialek Geografi

Kemiripan Bahasa Melayu Dialek Jakarta di Condet dan Marunda Berdasarkan Pendekatan Dialek Geografi Kemiripan Bahasa Melayu Dialek Jakarta di Condet dan Marunda Berdasarkan Pendekatan Dialek Geografi DIA Diar Luthfi Khairina dan Sri Munawarah Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Lebih terperinci

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat 13.000 Kota. Jakarta Pusat Jakarta Pusat 13.000 Tidak Ada Other Kota. Jakarta Selatan Jakarta

Lebih terperinci

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH No Program Anggaran Sub Sasaran Lokasi 1. Program Rp. 1.000.000.000 Pelayanan dan Sosial Kesejahteraan Sosial Penyandang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Dialek Dialek adalah sebagai sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya, merupakan sebuah sistem yang saling terkait satu sama lain. Manusia dalam menjalani kehidupannya

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI, Menimbang :

BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/204/KEP/429.011/2017 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENYELENGGARA UJIAN SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

LAPORAN PENELITIAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Bidang Ilmu Tipe Penelitian Ekonomi Inovatif LAPORAN PENELITIAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI KAJIAN KEBIJAKAN MAPPING SENTRA KOMODITAS UNGGULAN

Lebih terperinci

MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH 18 TAHUN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Mahmudah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi

MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH 18 TAHUN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Mahmudah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi MASALAH PERNIKAHAN ANAK DI BAWAH 18 TAHUN DI KABUPATEN BANYUWANGI Mahmudah Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi Abstrak Pendekatan penelitian dilakukan secara deskriptif kuantitatif dengan

Lebih terperinci