Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep gambare secara umum bagi masyarakat Jepang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep gambare secara umum bagi masyarakat Jepang"

Transkripsi

1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep gambare secara umum bagi masyarakat Jepang Pada dasarnya semangat gambare sudah digunakan sejak dahulu oleh nenek moyang di Jepang sebagai motivasi utama agar mereka dapat keluar dari kesulitan terutama dalam mengatasi bencana alam dan juga digunakan pada saat mereka berperang untuk memperoleh kemenangan. Setelah itu, gambare menjadi sebuah kata yang digunakan dalam berbagai kehidupan oleh masyarakat Jepang. Gambare adalah sebuah kata yang memberikan motivasi atau semangat bagi seseorang untuk berusaha dengan keras, penuh ketekunan, ketahanan serta menjadi yang terbaik di berbagai kegiatan dan usaha. Gambare digambarkan oleh orang-orang Jepang dengan memiliki perasaan kesadaran yang mendalam saat melaksanakan tugas-tugasnya yang di realisaskan dalam bentuk pertanggung jawaban oleh setiap individu tehadap kelompoknya. Unsur lain yang terlibat dalam proses gambare adalah keyakinan bahwa suksesnya seseorang harus melewati suatu pengorbanan pribadi dan unsure gambare ada di dalamnya. Menurut Duke ( 1989 : 124 ): One of the most admired traits of in individual of Japan is personal sacrifice. It signifies that the person has gambared, that is, paid a price for his success. Salah satu karakter yang paling dikagumi dari individu Jepang adalah adalah adanya pengorbanan pribadi. Itu sebagai tanda bahwa seseorang telah bersikap gambare, hal itu adalah suatu bayaran harga dari kesuksesannya. 16

2 Singleton dalam Finkelstein ( 1991 : 79 ) menjelaskan dalam kutipannya bahwa gambare adalah tempat perkumpulan tangisan, sebuah seruan untuk keberanian, dan sebagai perangsang untuk usaha terbaik. Gambare menunjukkan perasaan dari sifat yang mendengarkan kata hati dan perasaan timbal balik terhadap sebuah kelompok. Semangat gambaru mempunyai pengaruh yang hebat sekali dan kadang-kadang meletakkan semangat atau tanggung jawab yang kuat dimana meliputi kebudayaan di lingkungan rumah, sekolah, dan kerja. Kehancuran yang pernah dialami oleh Jepang seperti pada kota Hiroshima dan Nagasaki saat dijatuhi bom atom oleh sekutu kemudian dari bekas reruntuhan akibat bom atom tersebut mulai dibangun kembali dengan mendirikan gedung-gedung tinggi. Duke ( 1989 : 122 ) mengatakan salah satu motivasi utama bagi masyarakat Jepang untuk bangkit kembali dari kerusakan hebat yang dialami tersebut diungkapkan dengan sebuah aklamasi Gambare, Ketekunan!, Ketahanan, dan Jangan Menyerah. Orang tua Jepang percaya bahwa semua anak memiliki tingkat kemampuan yang relatif sama dan percaya bahwa sukses hanya dapat terjadi hanya dengan belajar tekun dan usaha yang keras, disamping kemampuan yang dimiliki. Hal ini adalah sikap dari cerminan sikap gambare yang menginginkan setiap anak untuk belajar terus menerus ( konsisten ) dan tidak mudah menyerah bila menemui kesulitan. Prestasi yang dicapai tidak hanya bergantung dari nilai IQ, tapi juga harus didukung oleh sikap ketekunan sebagaimana seperti yang diungkapkan oleh Singleton ( 1993 : 11 ), bahwa : Gambaru could be measured by test scores achieved. Comparisons with IQ scores was irrelevant. Persistence is the secret; effort, not IQ, is the Japanese explanation for educational achievement. 17

3 Gambaru dapat berarti nilai test sebuah prestasi. Adalah tidak relevan bila dibandingkan dengan test IQ. Ketekunan adalah rahasianya; berusaha, bukan nilai IQ. Ini adalah penjelasan mengenai prestasi Jepang. Dalam Singleton ( 1993 : ) di Jepang pada saat acara kelulusan, para kohai mengucapkan kata-kata perpisahan kepada para senpai mereka. Suasana wisuda dan saat penerimaan ijazah digambarkan sebagai berikut : Well-rehearsed choral chanting in which they invoke they call over and over again : Never forget our school. Never forget our school!. They finally challenge the graduating sixth graders to Gambare! Gambare! Gambare!. Paduan suara yang bagus dimana mereka menyanyi sesuai dengan apa yang diminta dan meneriakkan berkali kata-kata Jangan lupakan sekolah kita. Jangan lupakan sekolah kita!. Akhirnya sebagai gantinya para alumni tingkat enam menerikkan juga kata-kata Gambare! Gambare! Gambare!. Gambare memberikan inspirasi pada setiap individu agar memberikan kemampuan yang terbaik yang dimiliki dalam mewujudkan tujuan bersama. Artinya bahwa dia tidak sendiri tetapi bagian dari usaha bersama. Dia tidak hanya menguatkan perasaannya untuk bertahan tetapi juga memperkuat komitmennya sendiri untuk tetap berusaha, seperti yang digambarkan oleh Duke ( 1989 : 123 ), seperti berikut ini : And when he witnesses his fellow worker letting up a bit or experiencing some difficulty, he calls out with determination : Gambare!, Keep at it!. Dan ketika dia menyaksikan rekan sekerjanya yang berhenti sejenak atau menghadapi kesulitan saat bekerja, maka dia berteriak dengan suatu ungkapan Gambare!, Berusahalah!. 18

4 Menurut Rice ( 1995 : 46 ), gambare adalah sebuah kata yang paling sering digunakan di Jepang, dimana biasanya sering diartikan sebagai Pantang Menyerah atau Lakukan yang Terbaik. Ini juga merupakan ucapan standar atas keberanian seseorang yang terdengar di sekolah, pertandingan olahraga, dan di perusahaan rapat. Cowie ( 2001 ), bahwa istilah gambaru dapat di dengar dalam banyak bentuk dan konteks ada kehidupan sehari-hari. Anak-anak sekolah menulis, menerjemahkannya sebagai kerja keras, lakukan yang terbaik, bertarung, atau keberanian. Sarjana sosiologi mengatakan bahwa definisi yang sedikit formal mengenai gambaru adalah kepercayaan bahwa seseorang dapat menulis status yang tinggi dengan usaha yang terus menerus. Hal ini juga dijelaskan oleh Amanuma dalam Kurniawati ( 2008 : 11 ) yang mengatakan : 日本語の 我慢する とは困難にめげず忍耐力をもって続けること 耐え難きを耐えることを意味する 頑張る の意味愛は 今の言葉で言うと へことれるな に近い Dalam bahasa Jepang terdapat kata ( gaman ) yang mengartikan dalam diri seseorang untuk menghadapi kesulitan atau kesukaran. Sedangkan kata ( gambaru ), mempunyai makna pantang atau tidak akan menyerah. Sugimoto ( 1997 : 4 ), menjelaskan bahwa kesuksesan seseorang dalam hidup semata-mata tergantung pada tingkat dimana seseorang mengerahkan semangat gambari ( kebulatan tekad ), dimana semua orang rata-rata pada hakikatnya memiliknya. Selain itu Amanuma dalam Kurniawati ( 2008 : 11 ), menjelaskan bahwa: 英語やフランス語では 頑張る の包含する意味のうち的なニュアンスを表す語なら persist in, insist in, insister, persister が近いとい 19

5 う意味が出た しかし精神的意味合いをもって 包耐してやり抜く というニュアンスの 頑張る となると該当する語はなく 説明的な言い回しをするほかないとアメリカ人 フランス人の参会者たちは記長し ドイツ人らもそれに同意した Dalam bahasa Inggris dan Perancis makna ( gambaru ) adalah persist in ( terus menerus ), insist in ( bersikeras ), insister ( pertahanan), persister ( bertahan ). Kosakata ini menunjukkan nuansa yang serupa dengan gambaru. Dalam ruang lingkup psikologi, ( gambaru ) menjadi kosakata yang mempunyai nuansa bertahan, tidak hanya pada sekitar orang Amerika namun orang Perancis serta orang Eropa juga telah setuju bahwa makna gambari berarti pertahanan. Amanuma dalam Sugimoto ( 1997 : 4 ), mengatakan kepribadian inti masyarakat Jepang berdasar pada perangsang dan ganbari ( ketahanan dan ketekunan ), dimana terdapat dalam setiap aspek dari kebiasaan masyarakat Jepang. Menurut Amanuma ( 2001 ), gambaru juga merupakan filosofi utama bagi masyarakat Jepang, dimana dalam kutipannya adalah : 頑張る は 最後まであきらめるな 手を抜くな と励まして 思いやる言葉である 頑張れ というのは言葉にはいい意味のまま生き残ってもらいたい Kata gambare di definisikan dengan ungkapan tidak menyerah sampai akhir, tidak lepas tangan, dan semangat. Dalam kata gambare mengandung makna sebenarnya yang positif yaitu ingin bertahan hidup. Gambaru juga berperan penting dan mempunyai makna dalam situasi yang berbedabeda bagi masyarakat Jepang. Dijelaskan oleh Davies dan Ikeno ( 2002 : ) : Gambaru is a frequently used word in Japan, with the meaning of doing one s best and hanging on. For examples, students gambaru ( study hard in order to pass entrance examination. Athleths also gambaru ( practice hard ) to win games or medals. Moreover, company workers gambaru ( work hard ) to raise their company sales. Also, when the Japanese make up their minds to begin something, they tend to think gambaru: in the initial stages of project. When a young woman 20

6 from a small town, or leaving for a new job in the city, promises her friends, parents, and teacher that she will gambaru, the implication is that she will not disappoint them. The word is also used by friends as a kind of greeting often in the imperative form gambare ar gambatte. In this situation the meaning is rather ambiguous. Gambaru merupakan sebuah kata yang sering digunakan di Jepang, dengan arti berbuat yang terbaik dan terus bertahan. Seperti contoh para murid gambaru ( belajar sungguh-sungguh ) untuk dapat lulus ujian. Atlit juga gambaru ( berlatih keras ) untuk memenangkan pertandingan dan mendapatkan medali. Selain itu pegawai perusahaan gambaru ( bekerja keras ) untuk menaikkan penjualan perusahaan mereka. Dan juga, saat orang Jepang telah menetapkan untuk memulai sesuatu, mereka cenderung berpikir gambaru saat awal pelaksanaan proyek. Saat wanita muda dari kota kecil,pergi ke luar negeri untuk bekerja, berjanji pda teman, orang tua, dan guru bahwa ia akan gambaru, dengan maksud untuk tidak mengecewakan mereka. Kata ini juga digunakan untuk teman sebagai semacam salam, biasanya dalam bentuk perintah gambare atau gambatte. Dalam situasi ini mempunyai makna yang ambigu. Dalam dunia kerja, orang Jepang sangat bersemangat, inilah yang sering menjadi alasan bahwa orang Jepang adalah seorang workaholic. Menurut Nakane ( 1991 : 112&113 ), dalam penambahannya, mereka menemukan pekerja keras yang berusaha untuk bernapas dengan udara yang berbeda dalam waktu yang lama. Dalam sepanjang sejarah sosial Jepang, mengubah pendirian personaliti yang kuat pada usia muda, seringkali yang menyebabkan seseorang menjadi sukses. Menurut Doughlas ( 2003 : 152 ), kunci untuk meraih sukses pribadi adalah kegigihan, dan kegigihan akan memperkuat tujuan yang dinamis, dan akan berhasil. Jika cukup gigih untuk jangka waktu yang lama maka akan menemukan dan bisa mengembangkan tujuan yang luar biasa. Ada delapan hal sebagai prinsip kegigihan untuk dijadikan dasar menuju sukses menurut Sherman dalam Doughlas ( 2003 : ), diantaranya adalah : 21

7 1. Tidak akan berhenti selama saya tahu bahwa saya benar. 2. Yakin bahwa segalanya akan menjadi baik bila saya bertahan sampai akhir. 3. Bersikap berani dan tida ragu-ragu dalam keadaan yang sulit. 4. Tidak akan pernah memperbolehkan siapapun mengalihkan diri saya dari tujuan. 5. Akan berjuang mengatasi keterbatasan fisik dan kesulitan-kesulitan. 6. Akan mencoba berulang-ulang sampai saya mencapai apa yang saya inginkan. 7. Akan yakin dan sadar bahwa semua orang akan sukses, laki-laki atau perempuan haus berjuang melawan kekalahan dan tantangan. 8. Tidak akan patah semangat atau putus asa apapun rintangan yang menghadang di depan saya. Masih menurut Doughlas ( 2003 : 173 ), kunci kesuksesan lainnya adalah bertahan dengan gigih. Gigih berarti tekun dan ulet. Keuletan berarti ketetapan dan kesungguhan. Orang Jepang terkenal dengan semangat dan keuletan dalam hidup mereka, sehingga meskipun telah gagal beberapa kali mereka akan tetap berusaha sebaik mungkin untuk dapat kembali bangkit, seperti yang dikatakan oleh Yoritomo Tashi dalam Lim ( 2004 ), apabila jatuh dan bangkit, akan menghasilkan sesuatu pada diri, maka terlalu banyak jatuh dalam hidup itu akan menyehatkan dan menyegarkan jika mau bangkit kembali. Bangkit itulah yang penting. Kegagalan bagi orang Jepang justru menjadi motivasi supaya tetap bertahan dan tidak pantang menyerah. Dengan filosofi semangat gambare yang telah tertanam sejak masih kanak-kanak, maka merekapun dapat berusaha sebisa mungkin. Karena itulah gambare sangatlah berhubungan dengan motivasi. Menurut Doughlas ( 2003 : 194 ), orang yang termotivasi dengan benar adalah orang yang mempunyai tujuan, dinamika, dan penuh 22

8 tanggung jawab. Manusia termotivasi atas apa yang diyakininya. Garn dalam Doughlas ( 2003 : ), ada empat prisnsip motivasi, yaitu pertahanan diri, penghargaan, cinta, dan uang. Seperti dalam kata-kata Browning dalam Douglas ( 2003 ), Kejarlah! Putuskanlah ikatan-ikatan kataku, berusahalah untuk menjadi baik, dan lebih baik, malahan yang terbaik, sukses itu bukan apa-apa, upayalah segalanya. 2.2 Konsep Masyarakat Jepang Tradisional Menurut De Mente ( 2004 : 2-3 ), kemampuan dan spiritual adalah sebagai karakteristik dari kehidupan Jepang tradisional. Aspek dari kehidupan Jepang ini ditandai secara tepat sehingga bisa didiskusikan, dimengerti, diajarkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Terutama tentang Do ( 道 dan Waza. 技 Waza sendiri berarti kemampuan, sedangkan Do biasanya diartikan sebagai jalan. Diakui keduanya, merupakan fisikal dan meta-fisikal, dengan faktor spiritual yang sering menjadi lebih penting daripada fisikal. Dengan kata lain, Jepang mendekati kepada kehidupan yang dikombinasikan dengan perkembangan kemampuan fisik sebaik seperti spiritualnya. Tidak ada wilayah dari kehidupan Jepang yang tidak memiliki Waza dan Do dalam diri mereka. Apakah hal tersebut diajarkan oleh orang tua, guru, atau seorang yang ahli, yang terpenting adalah diajarkan dengan sungguh-sungguh dengan komponen spiritual yang istimewa dalam dirinya sendiri yang secara berulang-ulang mengutamakan kekuasaan fisikal. Kemampuan dan disiplin benar-benar diajarkan kepada individu orang-orang Jepang lewat kebudayaan Waza dan Do sebagai elemen kunci dalam seni, kerajinan, dan ilmu 23

9 keindahan yang unik, sebaik mereka membangun perekonomian terkemuka pada masa modern. Masih menurut De Mente ( 2004 : 8-12 ) bahwa ada beberapa dimensi yang merujuk kepada karakter dan semangat yang memiliki perbedaan sejak zaman kuno. Kebanyakan, berevolusi langsung dari the samurai code of ethics, atau menambahkannya dengan ilmu yang baik. Salah satu dari dimensi ini adalah berasal dari frase 気がすすまない ki ga susumanai yang berarti semangatku tak terpuaskan. Perasaan tak terpuaskan yang berasal dari berabad-abad yang lalu tersebut merupakan perasaan yang terkuat bagi orang Jepang yang tak bisa di hiraukan begitu saja. Hal tersebut merupakan hasil dari kebudayaan kuat yang berlanjut meskipun banyak rintangan yang menghadang seiring dengan perkembangan zaman. Keaslian dari perasaan ki ga susumanai tidak diragukan telah menjadi jejak untuk para ahli dalam bidang seni dan industri kerajinan yang sebagian besar di impor dari Korea dan Cina sekitar abad ke 6, dan juga dari dorongan para pemuka agama Shinto sebagai pemberi contoh. Pada abad selanjutnya, sikap ini menjadi kebiasaan dalam samurai code of ethic( 武士道 ). Diinspirasikan dan dibimbing oleh prinsip Zen, kelas ksatria menjadi melebur dengan konsep dimana mereka tidak boleh menyerah apapun tantangannya, dan mereka tidak seharusnya puas dengan apa yang mereka dapatkan. Hingga saat ini, semangat akan ketidakpuasan masih cukup kuat di sebagian besar kalangan remaja Jepang yang menjadikan mereka lebih baik diluar apa yang kita 24

10 deskripsikan sebagai cukup baik atau melaksanakan kewajiban. Secara tradisional, tidak ada kata sudah melakukan atau cukup baik dalam pemikiran orang Jepang. Westmore dalam De Mente ( 2004 : 9 ) mengatakan bahwa ada jalan yang paling berguna untuk menunjukkan kata kunci yang paling penting dari sebuah harga yang menjadi dasar dari sebuah semangat, dan karakter yang menggambarkannya adalah dalam 4G, yaitu giri ( 義理 ), gisei ( 犠牲 ), gaman ( 我慢 ), dan gambaru ( 頑張る ). Hingga tahun 1990, mungkin tidak ada lagi contoh nyata dari kebudayaan dari konsep dan pelajaran tentang chusei shin, yang memiliki arti kesetiaan yang utama. Kebudayaan lain yang merupakan hal utama dari elemen semangat Jepang yang luar biasa diekspresikan dalam frase gaman kurabe 我慢比べ yang berarti ujian ketetapan hati atau menyamakan kesabaran diantara individu atau kelompok. Dimensi lain dari semangat tradisional Jepang adalah kesudian mereka untuk membawa apa yang tidak bisa dibawa, mereka justru mendekat kepada hal tersebut, yang merupakan hal yang lazim di Jepang selama berabad-abad lalu dan dijadikan adat kebiasaan dibawah garis besar istilah gaman zuyoi 我慢ずよい yang bermakna kekuatan kesabaran, kekuatan ketabahan hati dan diperuntukkan untuk melengkapi kewajiban. Pada politik tradisional dan system sosial Jepang, dimana pemerintahan memiliki kekuatan dalam kekuasaan dalam menciptakan perdamaian yang menjadi hak setiap manusia, memaksa orang-orang Jepang menjadi pribadi yang luar biasa sabar, mengembangkan kemampuan untuk menghadapi rintangan. 25

11 Konsep kebudayaan lain yang merupakan salah satu pondasi dari karakter dan semangat Jepang diekspresikan dalam gambaru, yang berarti bertahan, berdiri tegar, teguh dalam usaha, dan tak pernah menyerah. Satu lagi yang merupakan pondasi dasar dari karakteristik dan semangat orang Jepang, yaitu gisei yang berarti pengorbanan. Konsep-konsep tradisional masyarakat Jepang tersebut telah menjadi tradisi sejak zaman dahulu. Kebudayaan tersebut turun-temurun masih sering digunakan sampai sekarang. 2.2 Konsep Honne dan Tatemae Menurut Doi ( 2001 : 35 ) sering kali diartikan bahwa honne ( 本音 ) adalah aplikasi ura ( 裏 ) yaitu lapisan dalam, sedangkan tatemae ( 建前 ) adalah sesuatu yang mengaplikasikan omote ( 表 ) yaitu lapisan luar. Honne dan tatemae mempunyai hubungan yang saling melengkapi sehingga tidak terpisahkan dalam prilaku orang Jepang. Aplikasi luar adalah apa yang diperlihatkan seseorang dari apa yang dilakukannya, omote adalah kebalikan dari ura yaitu lapisan dalam. Bisa dikatakan omote dan ura adalah hubungan antara wajah dan pikiran. Omote bisa dilihat, sedangkan ura bersembunyi dibalik omote. Bagaimanapun omote hanya menyatakan dirinya dan juga sesuatu yang menyembunyikan ura secara sederhana. Omote adalah apa yang mengekspresikan ura. Dan, karena hal itu benar, ketika seseorang melihat omote, maka mereka tidak hanya melihat omote, tetapi juga ura yang melewati omote. Dalam 26

12 kenyataannya, mungkin lebih baik lebih dekat kepada kenyataan untuk mengatakan yang mereka lihat pada omote semata-mata agar melihat ura ( Doi, 2001 : 26 ). Pada intinya omote adalah tampilan di depan dan ura adalah tampilan di belakang, yang dalam bahasa inggris biasa disebut dengan omote-ura, telling the front from the back. ( De Mente, 2004 : 218 ) Honne terdiri dari kanji 本 ( hon ) yang mempunyai arti dasar, awal, mula, prinsip. Sedangkan 音 ( ne / oto ) berarti suara. Kedua kanji itu bila digabungkan akan mempunyai arti harafiah 本心から出た言葉 建前の取り除いた本当気持ち yang berarti perasaan yang keluar dari hati terdalam, kebalikan dari tatemae yaitu diluar perasaan yang sesungguhnya. Honne mengacu pada kenyataan bahwa setiap individu dalam suatu kelompok walaupun mereka mendahulukan tatemae, mereka akan tetap meiliki motif dan opini sendiri yang berbeda yang disimpannya dalam hati saja ( Doi, 2001 : ). Tanaka dalam Apliana ( 2005 : 21 ) mengatakan bahwa honne juga merupakan pendapat atau pikiran seseorang yang sesungguhnya. Ada juga beberapa orang yang yang mendefinisikan honne sebagai suara pribadi atau hal-hal yang tampak secara pribadi. Honne berarti penampilan batiniah atau apa yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang bersangkutan, dapat disamakan dengan sikap kejujuran yang ada pada anakanak, yaitu sikap yang tidak dapat dipengaruhi oleh orang lain selain dirinya. Honne adalah pendapat sebenarnya, atau apa yang sebenarnya dipikirkan oleh seseorang. Ada juga beberapa orang yang mendefinisikan honne sebagai suara pribadi. 27

13 ( Tanaka, 1990 : 63 ). Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, seseorang ingin berhasil dalam bermasyarakat. Mempunyai keberanian untuk menyuarakan hati saja tidak cukup. Seseorang harus mengingat juga bahwa ia hidup dengan orang-orang yang mempunyai cara berpikir yang berbeda dengannya. Keberhasilannya dalam mengadakan interaksi sosial terletak pada kemampuannya membawa diri sesuai dengan norma yang dituntut oleh masyarakatnya. Atau dengan kata lain mengindahkan tatemae masyarakatnya. Tetapi kembali lagi, peduli dengan norma masyarakat juga harus disertai dengan kepribadian. Karena sesungguhnya kemampuan seseorang untuk mengikuti norma masyarakatnya adalah tergantung dari kepribadian orang yang bersangkutan, berikut adalah kutipannya ( Nieda dalam Vitasari, 1992 : 48 ) : この種のタテマエには裏があるにきまっている ではそのうち裏と何であるのか? それはホンネといわれるものだ Tatemae ini ditentukan oleh apa yang ada di belakangnya. Dan apakah yang ada di belakangnya itu? Itu adalah honne. Dengan memiliki tatemae saja sebagai landasan moral tidaklah cukup, karena harus disertai dengan honne sebagai ura ( bagian belakang ) dari tatemae. Karena terkadang dengan tatemae saja tidaklah cukup. Hal itu dikarenakan tatemae hanya merupakan suatu pelindung bagi stabilnya harmoni didalam sebuah kelompok ( Doi, 2001 : 154 ). Kata tatemae dari konsep ganda tatemae-honne bila dilihat dari etimologinya memiliki asal kata yang sama dengan tatemae yang dipakai pada bidang arsitektur Jepang yang berarti raising the ridgepole yaitu mendirikan pondasi. 建前 (tatemae) mengandung unsur kanji 建てる ( tateru ) yang berarti membangun, 28

14 mendirikan dan kanji 前 ( mae ) yang berarti depan atau muka. Dapat disimpulkan secara harafiah berarti sesuatu yang tampak dipermukaan sosok manusia atau segala sesuatu yang ditampilkan oleh seseorang. Tatemae ( Doi, 2001 : ) adalah prinsip dan aturan yang terbentuk dalam kehidupan bermasyarakat. Prinsip dan aturan itu sangat penting, dan tatemae melambangkan sekelompok orang yang menyetujui prinsip dan aturan tersebut. Karena prinsip dan aturan tersebut dibuat oleh sekelompok orang, maka prinsip dan aturan tersebut dapat diubah pula oleh mereka sesuai kesepakatan bersama. Doi ( 2001 : 37 ) menegaskan bahwa tatemae itu tidak selalu berupa perbuatan yang benar dan baik secara moral, namun disamping itu tatemae tidak selalu berupa perbuatan yang buruk dan penuh kepura-puraan. Hal ini harus disadari setiap orang dalam bertindak. Bila seseorang tidak mengenal honnenya sendiri atau bahkan menyangkal keberadaannya, maka ia bisa dikatakan sebagai orang yang telah meninggalkan honnenya. Berikut adalah penjelasan tentang tatemae menurut Nieda dalam Thamrin ( 2005 ), tatemae yang ada disebuah kelompok masyarakat itu selalu memiliki variasi dalam pengaplikasiannya. Semua tergantung dari sudut pandang individu itu sendiri dan juga tergantung dari tujuannya dalam menunjukkan tatemaenya. Tatemae bila dilihat dari jenisnya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : 29

15 1. Tatemae ideal seorang manusia Tatemae yang ideal bagi manusia sendiri adalah bagaimana menjadi seorang manusia yang ideal. Manusia memiliki sifat alami untuk berbuat baik dan buruk. Dalam interaksinya manusia akan berperan sebagai pemberi ataupun sebagai penerima. Dengan mempertimbangkan hal inilah maka seseorang harus bisa mengikuti suatu aturan agar dapat menjadi seorang manusia yang baik. Tatemae ideal ini terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu : - Tatemae untuk menghormati orang lain Tatemae untuk menghormati orang lain maksudnya adalah dengan cara mengintrospeksi diri sendiri dengan harapan agar dapat mengembangkan kepribadiannya menjadi sosok manusia yang ideal dalam masyarakat. Setidaknya kesan yang diterima masyarakat adalah seperti itu. - Tatemae yang dilakukan untuk terlihat baik. Lain halnya dengan tatemae untuk menghormati orang lain. Tatemae yang dilakukan untuk terlihat baik ini dilakukan agar dapat memberi kesan yang baik terhadap lawan bicara. Pada tatemae jenis ini ada juga kemungkinan dimana akan timbulnya kebohongan-kebohongan, atau usaha yang disertai kepura-puraan agar dapat menimbulkan kesan yang baik, berikut adalah kutipannya : とくに日本人というものは区欠米人と違って言葉と心は裏腹になることが少なくない たとえば極端な例だが 顔で笑って心 30

16 で泣いて... といったようなものである 区欠米人はこのように心と表現が違うようなことは少ない Jadi orang Jepang itu berbeda dengan orang barat, tidaklah sedikit kondisi dimana apa yang diucapkan oleh orang Jepang dengan apa yang ada di dalam hatinya itu sangat bertentangan. Contoh yang ekstrim misalnya di wajah tersenyum, sedangkan di hati menangis pada masyarakat barat hal semacam ini sangatlah jarang ditemui. 2. Tatemae yang diperlukan dalam mencapai kedamaian di dalam masyarakat Tatemae ini merupakan tatemae untuk memberikan kenyataan hidup damai dan makmur tanpa saling melakukan kejahatan. Seberapa jauh bangsa Jepang melakukan tatemae jenis ini, mungkin dapat dilihat dari kecilnya angka kejahatan di Jepang. Sampai saat ini Jepang adalah negara terkecil di dunia dari tindak kejahatan. ( Tanaka, 1990 : 121 ) 3. Tatemae sebagai syarat untuk mencapai tujuan tertentu. Tatemae ini dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu sebagai contoh misalnya ketika seseorang harus memberikan pendapat tentang masalah perpecahan di tempat kerja harus benar-benar menjaga sikap dan ucapan. Contoh lainnya yaitu sikap yang ditujukan kepada anggota keluarga ketika membicarakan masalah di rumah tidak akan sama apabila ia membicarakan masalah yang sama dengan atasannya. Tujuannya adalah agar tetap menjaga keharmonisan dan nama baik, dan kembali lagi syaratnya adalah bersikap tatemae tersebut. ( Ushiyama, 2007 : 69 ) 31

17 Dari kesimpulan pernyataan di atas, maka Nieda dalam Vitasari ( 1992 : 39 ) mengatakan bahwa : タテマエというのは 客人の立場や目的の違いを越えて何人にも守らなければ 空証文みたいか たんなるアクセーサリみたいなものに終わるだろう Yang dimaksud dengan tatemae adalah memahami perbedaan tujuan dan sudut pandang masing-masing orang, dan bila ada yang memeliharanya, maka itu akan seperti surat obligasi yang akan berakhir seperti suatu aksesori belaka. Berbeda dengan honne adalah pendapat sebenarnya, atau apa yang sebenarnya dipikirkan seseorang. Tatemae mengacu pada kenyataan bahwa individu-individu yang merupakan anggota kelompok, walaupun perhatian mereka terpusat pada tatemae, masing-masing mempunyai motif-motif pribadi dan pendapat yang berbeda, dan mereka menyimpan hal ini ( Doi, 2001 : ). Nieda dalam Thamrin ( 2005 ) mengatakan dibalik semua perbedaan yang ada antara honne dan tatemae. Seseorang tidak dapat hanya memilih salah satunya dan mengabaikan lainnya. Antara honne dan tatemae haruslah seimbang. Ibaratnya sebuah kertas yang memiliki permukaan depan dan permukaan belakang, apabila ada honne maka secara otomatis tatemae juga ada, dimana ada keselarasan dan keseimbangan antara keduanya mengandung nilai 和 ( wa ) yaitu kehormonisan, seperti yang dikemukakan oleh Sugiura ( 2004 : 30 ) : 挟い共同体の中で その構成員同土が平和に仲良く暮らさなければならないという 日本の地理的歴史的な条件は 人間関係のあり方にも大きく影響を与えています 例えば 本音を言えば相手を傷つけたり怒らせたりするときは 建前を言うことで 共同体の平和を保つことができます これは指と違う本音は控えて 建前に順応するという習慣を生み 自分の意味 32

18 をなかなか言わないという日本人への批判を生む元ともなったようです しかしほとんどの日本人は自己主張より和を尊ぶために本音を控えているといえます 国際社会では通用しないそのような態度はしかし 日本の国際態度はしかし 日本の化とともに徐々に変わってきつつあります Secara geofrafis dan sejarah Jepang, dimana orang yang tinggal bersama dalam komunitas kecil dengan damai dan harmonis mempunyai pengaruh yang kuat dalam hubungan kekeluargaan. Contohnya, ketika mengekspresikan honne maka mungkin bisa menyakitkan atau menyinggung perasaan orang lain. Tatemae adalah ekspresi yang justru malah digunakan untuk menjaga kedamaian dalam sebuah komunitas. Hal ini menghasilkan kebiasaan untuk menghindarkan diri dalam menyebutkan honne yaitu yang berbeda dari apa yang setiap orang ekspresikan, dan mengatur kepada tatemae, yang menyediakan alasan untuk mengkritik orang Jepang yang tidak secara siap mengekspresikan pendapat mereka. Bagaimanapun, kebanyakan orang Jepang menahan diri dari mengekspresikan honne karena mereka menilai wa ( rasa keharmonisan dan kebersamaan ) lebih dari rasa diri. Sikap semacam ini belum diterima oleh komunitas nasional dunia, dan secara berangsur-angsur berubah sebagai internasionalisasi di Jepang. Pada dasarnya setiap individu memiliki dua sifat dalam dirinya. Sifat sosial yang diwakili dengan tatemaenya dan yang kedua adalah sifat individunya yang dilihat dari honne individu tersebut. Dengan demikian hubungan masyarakat Jepang selalu dilandasi oleh adanya suatu landasan moral dalam interaksi sosial yang sangat vital dalam masyarakat Jepang yaitu honne dan tatemae ( Nieda dalam Thamrin, 2005 ). Doi ( 2001 : 76 ) mengatakan bahwa honne dan tatemae adalah struktur ganda yang berlawanan yaitu keadaan seperti dua sisi uang logam yang berlawanan, honne dan tatemae selalu mempengaruhi, berikut adalah kutipannya : We are more anxious to learn the honne of a situation than the tatemae, and this is an expression of the same feeling that honne is the natural state, while tatemae is unnatural complication. 33

19 Kita lebih ingin mempelajari honne dari suatu situasi daripada tatemae, dan ini adalah ekspresi dari perasaan yang sama bahwa honne adalah keadaan yang sebenarnya, sementara tatemae adalah komplikasi yang bukan merupakan keadaan yang sebenarnya. Adapun honne dan tatemae menurut Ushiyama ( 2007 : 69 ), yaitu : 本音は心の中で実際に考えていること 思ったことをそのまま口に出すことは 相手に対する配慮が足りないと考えられている 建前は TPO や社会的道徳 話す相手よって変化する表向きの意味 社交辞令もこれにあたる Honne adalah pemikiran jujur seseorang. Apabila kita mengatakan sesuatu dengan terang-terangan, maka hal itu akan dianggap menyinggung lawan bicara kita. Tatemae adalah sikap seseorang yang berubah-ubah sesuai dengan konteks sosial, lawan bicara serta tempat, waktu dan objek pembicaraan( atau TPO, time, place, and object ). Tanggapan diplomatis juga termasuk dalam prinsip tatemae. Dalam berinteraksi dengan orang lain, seseorang tidak pernah menjadi pembicara saja, tetapi selalu berganti-ganti. Karena itu penguasaan akan honne dan tatemae selalu diperlukan. Menebak honne orang lain akan bermanfaat bagi seseorang dalam usaha menampilkan tatemae berikutnya, yaitu reaksi dari aksi yang diberikan lawan bicara. Kutipannya adalah sebagai berikut ( Doi, 2001 : 37 ): Honne exist only because there is tatemae, and honne manipulates tatemae from behind. In this way, tatemae and honne are mutually defining and mutually constituting relationship. Without one, the other cannot exist. Honne ada karena ada tatemae, di lain pihak honne memanipulasi tatemae dari belakang. Karena itu, tatemae dan honne adalah hubungan yang saling mengisi. Tanpa yang satu, yang lain tidak akan ada. 34

20 2.4 Teknik Montase Menurut Minderop ( 2005 : 150 ), istilah montase berasal dari perfilman, yang berarti memilah-milah, memotong-motong, serta menyambung-nyambung (pengambilan) gambar sehingga menjadi satu keutuhan. Alat mendasar dalam perfilman adalah teknik montase. Dalam teknik tersebut teknik montase mengacu pada kelompok unsur yang digunakan untuk memperlihatkan antar hubungan atau asosiasi gagasan, misalnya pengalihan imaji yang mendadak atau imaji yang tumpah-tindih satu dan lainnya. Terdapat beragam teknik yang terdapat dalam prinsip montase. Salah satunya digunakan untuk menciptakan suasana melalui serangkaian impresi dan observasi yang diatur secara tepat. Teknik tersebut digunakan dalam penyajian eja-cakap kedalaman karena pikiran-pikiran yang susul-menyusul di dalamnya terkadang tidak selalu berada dalam urutan logis. Kebingungan dan kekesalan yang mungkin timbul dalam diri pembaca dapat merasakan kekacauan dalam diri tokoh. Teknik montase juga dapat menyajikan kesibukan latar, misalnya hiruk pikuk kota besar atau suatu kekalutan misalnya kekalutan pikiran, atau aneka tugas seorang tokoh secara simultan dan dinamis. Melalui teknik ini dapat direkam sikap kaotis yang menguasai kehidupan kota besar yang dirasakan oleh penghuninya. Fungsi utama teknik montase yakni untuk menggambarkan dua kehidupan tokoh dalam suatu kisahan, yaitu kehidupan jasmani dan rohani. Agar pembaca dapat memahami dengan baik setiap situasi yang diputus atau disambung pada situasi tertentu, pembaca harus kembali menelusuri alur untuk kembali ke latar dan memposisikan diri pembaca pada keadaan yang sebenarnya. 35

Bab 2. Landasan Teori. semangat atau motivasi bagi seseorang untuk berusaha dengan keras, penuh ketekunan,

Bab 2. Landasan Teori. semangat atau motivasi bagi seseorang untuk berusaha dengan keras, penuh ketekunan, Bab 2 Landasan Teori 2.1. Makna Gambare Bagi Masyarakat Jepang Gambare adalah sebuah kata yang digunakan oleh masyarakat Jepang dalam berbagai bidang kehidupan. Gambare merupakan sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan beberapa teori dari para ahli yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan beberapa teori dari para ahli yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan beberapa teori dari para ahli yang akan menjadi landasan dasar teori yang mendukung analisis pada bab 3. 2.1 Teori Semantik Semantik merupakan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau

Lebih terperinci

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根

Lebih terperinci

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi. Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2009/2010 JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III TEAM PENYUSUN HERNIWATI, S.PD.M.HUM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Giri( 義理 ) Menurut Davies dan Osamu Ikeno (2002:95), giri merupakan kunci dalam memahami konsep budaya Jepang dan karakteristik tertentu pola perilaku di antara masyarakat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. menjadi landasan dasar teori yang mendukung analisis pada bab 3.

Bab 2. Landasan Teori. menjadi landasan dasar teori yang mendukung analisis pada bab 3. Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan beberapa teori dari para ahli yang akan menjadi landasan dasar teori yang mendukung analisis pada bab 3. 2.1 Konsep Honne dan Tatemae Konsep honne

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Dalam bab ini, penulis akan menguraikan landasan teori yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu teori hinshi 品詞, teori kandoushi 感動詞, dan teori iya い や. 2.1 Teori Hinshi 品詞 Masuoka dan

Lebih terperinci

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan : 品詞というのはその語が文の中でどう使われているかで分類したものではなく ひとつひとつの語が潜在的な性質を調べて 日本語なら日本語の中にあるすべての語をグループ分けしたものです

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, semainen yang artinya bermakna atau

Bab 2. Landasan Teori. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, semainen yang artinya bermakna atau Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Semantik Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, semainen yang artinya bermakna atau berarti. Istilah semantik berpadanan dengan kata semantique dari bahasa Perancis yang

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori

Lebih terperinci

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ. (Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) こんじょう Percakapan: まま : さすが ママの子 いざとなると 根性あるわっ あさり ガンバレ! Terjemahan: Mama: Anak mama memang hebat. Walau dalam keadaan susah, tetap bersemangat. Berusaha Asari! b.

Lebih terperinci

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN

KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN KARAOKE SEBAGAI MEDIA UNTUK DEALING BISNIS DAN RELAKSASI BAGI PELAKU BISNIS DAN WISATAWAN ASING DI JUN EXECUTIVE KARAOKE HOTEL SAVOY HOMANN SAVOY HOMANN ホテルのエグセクテイブカラオケ JUN はビジネスマンの商談や海外の旅行者をリラックスさせるための憩いの憩いの場所

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. drama seri ini bahkan membuat sebagian orang yang menontonnya dapat tertawa,

Bab 1. Pendahuluan. drama seri ini bahkan membuat sebagian orang yang menontonnya dapat tertawa, Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagian besar orang pasti gemar menonton drama. Menariknya jalan cerita dari drama seri ini bahkan membuat sebagian orang yang menontonnya dapat tertawa, menangis,

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs.,M.A. media_pembelajaran@yahoo.co.jp Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah : LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi

Lebih terperinci

BJ システムについて Mengenai BJ System

BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムについて Mengenai BJ System BJ システムは日本語の文法 および漢字を基準にして独自に開発したシステム教材です BJ System adalah sistem pembelajaran bahasa Jepang yang berdasarkan tata bahasa dan tulisan KANJI. 文法を基準にしておりますので 汎用性の高い日本語を習得できます

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI DENNY KUSNO NURRAKHMAN, Herniwati 1, Linna Meilia Rasiban 2 Departemen Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Dikerjakan O L E H SUNITA BR PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini. Teori tersebut antara lain, Teori Keigo yang berupa sonkeigo ( 尊敬語 ) dan kenjoogo

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii ABSTRAK Penelitian ini berjudul Kontrastivitas Kata Majemuk Bahasa Jepang dan Bahasa Bali. Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antarunsur dan makna kata majemuk bahasa Jepang dan bahasa Bali serta

Lebih terperinci

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, ABSTRAK Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan pendapat yang kita utarakan.

Lebih terperinci

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Teori Pragmatik Pragmatik merupakan suatu cabang dari linguistik yang menjadi objek bahasa dalam penggunaannya, seperti komunikasi lisan maupun tertulis. Menurut Leech (1999:

Lebih terperinci

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA

ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ENJO KOUSAI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENYIMPANGAN REMAJA DI JEPANG SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PRASYARAT MENDAPAT GELAR SARJANA SASTRA ICHSAN SALIM 2012110152 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS

Lebih terperinci

MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI

MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI SKRIPSI MAKNA LAGU HIMAWARI KARYA KAWASAKI FUTOSHI DAN AKIMOTO YASUSHI PUTU TRISNA WINDASARI 1101705037 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI)

KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) KENDALA YANG DIHADAPI TENAGA KERJA ASING ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA (KHUSUSNYA DI WILAYAH JAKARTA DAN BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra WAETI

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam

Bab 2. Landasan Teori. Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Setiap cerita pasti memiliki tokoh karena tokoh merupakan bagian penting dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2012), penokohan adalah pelukisan gambaran yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Keigo Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang akan digunakan untuk menganalisis data. 2.1.1 Defenisi Keigo Menurut Hirabayashi, Hama (1988:1) dalam 外国人のため日本語例文

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd

ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat

Lebih terperinci

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang. PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia 2.1.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Menurut Fujisawa (1981) dalam bukunya yang berjudul Zusetsu

Lebih terperinci

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,. 1.Dasar nya :Unkapan Pemberian dan Penerimaan Di bagian ini saya akan membahas lebih dalam mengenai pola kalimat sopan,.yang inti dari pelajaran bahasa jepang level 3 yaitu pola kalimat sopan,bentuk sopan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH OLEH YEKTI SULISTIYO NIM 105110207111004 PROGRAM STUDI S1

Lebih terperinci

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu

Lebih terperinci

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12 SKRIPSI OLEH: AHMAD ALFIAN NIM 105110213111001 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan. Teori yang akan digunakan adalah konsep dalam bahasa Jepang, konsep kanji, teori pembentukkan kanji (rikusho) dan nikuzuki

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan

Bab 2. Landasan Teori. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Menurut Nurgiyantoro. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す. Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Masuoka dan Takubo (1992:8) membagi hinshi 品詞 atau kelas kata ke dalam beberapa jenis, yaitu : 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu salah satu jenis kelas kata yang dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik

Lebih terperinci

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Di antaranya teori mengenai konsep kemampuan berbahasa, penerjemahan dan Keigo. Teori

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya:

Bab 2. Landasan Teori. Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau. kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya: Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 品詞 Masuoka dan Takubo (1992, hal.8), mengungkapkan bahwa Hinshi 品詞 atau kelas kata dibagi menjadi sebelas jenis, diantaranya: 1. Doushi 動詞 (verba), yaitu kelas

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sosiolinguistik terdiri dari dua unsur yaitu sosio dan linguistik, kata sosio berasal dari

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sosiolinguistik terdiri dari dua unsur yaitu sosio dan linguistik, kata sosio berasal dari Bab 2 Landasan Teori 2.1 Sosiolinguistik Istilah sosiolinguistik terdiri dari dua unsur yaitu sosio dan linguistik, kata sosio berasal dari kata sosial yaitu yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari makna dari sebuah komunikasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari makna dari sebuah komunikasi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pragmatik Ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari makna dari sebuah komunikasi seperti apa yang ingin disampaikan oleh penutur (penulis) dan diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI OLEH: SATRIO PRIBADI NIM 105110209111012 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau komunikasi. Apa yang terdapat pada komunikasi tersebut terdapat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang

Bab 2. Landasan Teori. Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Psikologi Kata psikologi berasal dari Yunani yang merupakan gabungan dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Karena itu psikologi bisa diartikan sebagai

Lebih terperinci

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI OLEH : Chandra Maulanna NIM 115110200111042 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA 2015 ABSTRAK Maulanna,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut :

LANDASAN TEORI. Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か. menurut gendai nihongo bunpo gaisetsu adalah sebagai berikut : 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori shuujoshi Menurut Niwa saburo (1998 : 2005/03/18 ) bahwa: とも や っけ って か ぜ ぞ さ わ よ ね disebut sebagai shuujoshi. Yang dimaksud dengan shuujoshi menurut gendai nihongo bunpo

Lebih terperinci

ABSTRAK JUDUL: PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU. INTERMEDIATE JAPANESE, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota

ABSTRAK JUDUL: PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU. INTERMEDIATE JAPANESE, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota ABSTRAK JUDUL: PEMAKAIAN GAIRAIGO DALAM TEXT BACAAN BUKU INTERMEDIATE JAPANESE, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang digunakan dalam kehidupan manusia adalah bahasa. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan ide, gagasan,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut :

Bab 2. Landasan Teori. Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Bushido Menurut Nitobe Nitobe (1998) mengemukakan pengertian Bushido sebagai berikut : 武士道は文字通り武人あるいは騎士の道であり 武士がその職分を尽くす ときでも 日常生活の言行においても 守らなければならない道であって いいかえれば 武士の掟であり

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana yaitu bahasa. Di dalam bahasa terdapat kalimat yang terangkai dari katakata, frase-frase,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori yang berkaitan dengan analisis data. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori semantik. 2.1 Konsep

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA FOTO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGINGAT KOSAKATA NOMINA BAHASA JEPANG

PENGGUNAAN MEDIA FOTO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGINGAT KOSAKATA NOMINA BAHASA JEPANG 1. Drs. Hj. Sugihartono, M.A, Penulis Penanggung Jawab 1 Mauliyasari, Sugihartono, Risda, Utilization The Photos of Media PENGGUNAAN MEDIA FOTO SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya

Lebih terperinci

Pengaruh Media Kotoba Gazou (Gambar Kosakata) Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik

Pengaruh Media Kotoba Gazou (Gambar Kosakata) Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik Pengaruh Media Kotoba Gazou (Gambar Kosakata) Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik Cicik Hariati Rusni Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita rakyat adalah bagian dari kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki suatu bangsa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG SKRIPSI OLEH BERNIKE JOSEPHINE NIM 0911120082 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI Oleh David Setyawan 0911121003 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan merupakan bentuk dari konfiks ke-an dan susastra. Menurut Teeuw (Rokhmansyah, Alfian. 2014 :

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG

PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG PERKEMBANGAN AGAMA BUDDHA DI JEPANG PADA ZAMAN MEIJI SKRIPSI ZAIM AZROUI PURBA 2012110024 FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA JEPANG UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016 i HALAMAN PERNYATAAN

Lebih terperinci

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018 - Registrasi ulang dimulai sejak pukul 7.30 09.00. Jika Telat diharuskan untuk registrasi ulang di bagian sekretariat, dan akan berpengaruh

Lebih terperinci

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI

KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI KONFLIK ANTARKLAN DALAM NOVEL TAIRA NO MASAKADO KARYA EIJI YOSHIKAWA (KAJIAN STRUKTURAL) SKRIPSI OLEH ALLIN WEDARI 0911120005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, seringkali terjadi keadaan saat masyarakat ingin mengungkapkan gagasan, pikiran maupun pendapat kepada orang lain dan terkadang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI i ANALISIS PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA OLEH ANAK MUDA JEPANG DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER SKRIPSI Nurida Ekarini 2012110088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS DARMA PERSADA JAKARTA 2016

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH. Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

SILABUS MATA KULIAH. Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang SILABUS MATA KULIAH Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang A. Identitas Mata Kuliah Mata Kuliah/Kode : Jokyu Kaiwa I/JP 301 Bobot : 2 SKS Semester : 5 Jenjang : S-1 Dosen : Herniwati, S.Pd. M.Hum. Linna Meilia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pengumpulan data Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi Agar memperoleh ketepatan dalam penggunaan kata pada sebuah kalimat, maka diperlukan pengetahuan untuk menguasai makna dan konsep dalam kata-kata yang dipilih. Pengetahuan

Lebih terperinci

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA

PERSEPSI REMAJA USIA TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA PERSEPSI REMAJA USIA 12-15 TAHUN TERHADAP KEKERASAN DALAM ANIME NARUTO DI SMP 47 DAN SMP DIPONEGORO JAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra M. ARRUM ARROISI

Lebih terperinci

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO 4.1 Dialek Osaka Pada Komik Yozakura Quartet Jilid ke-1 Dalam komik Yozakura Quartet jilid pertama, terdapat

Lebih terperinci

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM

GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM 115110201111004 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan

Bab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan Bab 5 Ringkasan Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI OLEH HELDA DEWI ARINDAH NIM 105110200111005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin

Lebih terperinci