PENERAPAN SHOJINKA DALAM FLEKSIBILITAS PRODUKSI PADA LINTASAN PERAKITAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN SHOJINKA DALAM FLEKSIBILITAS PRODUKSI PADA LINTASAN PERAKITAN"

Transkripsi

1 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I PEERAPA SHOJIKA DALAM FLEKSIBILITAS PRODUKSI PADA LITASA PERAKITA Bambang Indrayadi 1, Arif Rahman 2, Gery Hardhiarto 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang (UB) Jl. Mayjen Haryono 167 Malang Indonesia Phone/Fax : posku@ub.ac.id 2 Abstrak Perubahan jumlah permintaan yang berfluktuasi tidak menentu merupakan permasalahan yang kerapkali dihadapi oleh perusahaan, termasuk PT X. Fluktuasi permintaan menyulut problema peramalan permintaan dalam penentuan jumlah produksi di masa mendatang, Kekeliruan penentuan jumlah produksi dapat menyebabkan terjadinya penumpukan pada persediaan produk, namun juga dapat mengakibatkan kehilangan kesempatan dalam memenuhi sebagian permintaan konsumen. Penentuan jumlah produksi secara fleksibel melalui strategi mengikuti permintaan (chase demand strategy) dapat ditempuh dengan mengatur jumlah tenaga kerja. Pengaturan jumlah tenaga kerja dengan teknik shojinka akan mewujudkan fleksibilitas produksi dengan beban kerja yang lebih stabil, mengurangi fenomena undertime dan overtime. Shojinka merupakan suatu teknik untuk mencapai fleksibilitas dalam pengaturan jumlah tenaga kerja dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan, dengan tetap menyeimbangkan lintasan produksi berdasarkan perhitungan metode heuristik. Kondisi awal perusahaan yang mempergunakan strategi produksi konstan (level production strategy) menetapkan waktu siklus sebesar 29,72 detik dan 55 pekerja, mempunyai efisiensi sebesar 69,69% dan output produksi sejumlah unit. Analisis teknik shojinka diterapkan dengan perhitungan pada saat permintaan rata-rata, permintaan minimum dan permintaan maksimum. Pada permintaan rata-rata dengan waktu siklus sebesar 25,70 detik dan 69 pekerja, didapatkan efisiensi sebesar 91,24% dan output produksi sejumlah unit. Pada permintaan minimum dengan waktu siklus sebesar 95,98 detik dan 18 pekerja, didapatkan efisiensi sebesar 93,66% dan output sejumlah unit. Pada permintaan maksimum dengan waktu siklus sebesar 19,19 detik dan 89 pekerja, didapatkan efisiensi sebesar 94,75% dan output produksi sejumlah unit. Kata kunci : Shojinka, fluktuasi permintaan, fleksibilitas produksi, keseimbangan lintasan 1. PEDAHULUA. PT. X merupakan industri manufaktur yang bergerak di bidang perakitan sepeda motor. Perusahaan memasarkan dan melayani kebutuhan sepeda motor di seluruh wilayah Indonesia. Seksi Assy Engine merupakan salah satu seksi yang dibawahi oleh departemen produksi PT. X. Seksi Assy Engine bertugas untuk merakit (assembly) engine sepeda motor. Adapun tahapan proses produksi dari engine sepeda motor tipe 125cc melalui 52 stasiun kerja dan 400 operasi kerja. Pasar konsumen sepeda motor sangat potensial, apalagi pasca krisis ekonomi yang menyebabkan tarif moda transportasi publik meningkat dan memicu masyarakat untuk memilih moda transportasi alternatif yang lebih murah yaitu sepeda motor. Meskipun pada tahun 2011 diprediksikan jumlah sepeda motor di Indonesia telah mencapai 59,22 juta unit, namun pasar sepeda motor masih belum jenuh menurut ketua umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Gunadi Sindhuwinata (Jati, 2011 [1]). Dengan masuknya sepeda motor China, maka persaingan produsen sepeda motorpun meningkat dan saling berlomba berebut pasar dengan penawaran yang menarik terutama dari segi harga dan cara pembelian. Tumbuh suburnya lembaga keuangan non-bank yang membantu pembelian secara kredit telah memunculkan persepsi bahwa sepeda motor menjadi moda transportasi yang murah dan dapat dimiliki secara pribadi.

2 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I Tabel 1.1 Data Rencana dan Produksi Engine PT. X Bulan Rencana Produksi Keterangan Februari Terpenuhi (lebih 5.620) Maret Terpenuhi (lebih 43) April Terpenuhi (lebih 3.045) Mei Kekurangan 32 Juni Kekurangan 558 Juli Terpenuhi (lebih 1.041) Agustus Terpenuhi (lebih 2.156) September Kekurangan Oktober Kekurangan 114 ovember Terpenuhi (lebih 738) Desember Kekurangan Januari Kekurangan Februari Terpenuhi (lebih 69) Total Kekurangan Permintaan pasar yang terus meningkat dalam persaingan yang semakin terbuka, membuat jumlah permintaan yang terlayani oleh masingmasing perusahaan berfluktuatif tidak menentu. Permasalahan fluktuasi permintaan pasar juga dihadapi oleh PT. X. Fluktuasi dari permintaan ini memaksa perusahaan untuk cermat dalam menentukan jumlah produksinya. Penentuan jumlah produksi yang terlalu besar dibandingkan pasar yang terlayani akan menyebabkan terjadinya penumpukan di persediaan produk. amun pada saat perusahaan kurang tepat membaca situasi pasar dan menentukan jumlah produksi yang rendah akan menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan sebagian konsumen ketika pasar sedang meningkat. Dalam mengatur perencanaan produksi, PT. X menganut strategi level production, yaitu penentuan jumlah produksi konstan perharinya. Perusahaan harus memiliki produktivitas yang tinggi dalam menanggapi permintaan konsumen yang semakin responsif. Data rencana dan produksi dari seksi Assy Engine PT. X dapat dilihat pada tabel 1.1 Melalui pengamatan awal di obyek penelitian teridentifikasi permasalahan berikut : Jumlah permintaan yang fluktuatif; Jumlah persediaan cadangan (safety stock) cukup tinggi yang menyebabkan pemborosan; Perlunya perencanaan produksi dengan pengendalian pada lintasan perakitan engine yang memiliki 400 operasi kerja dengan waktu kerja yang bervariasi; dan Strategi demand chasing yang membutuhkan keseimbangan lini yang fleksibel pada lintasan perakitan engine. Berdasarkan beberapa masalah yang teridentifikasi, maka dirumuskan pokok permasalahannya adalah Bagaimanakah menyeimbangkan lintasan perakitan untuk mencapai fleksibilitas produksi menghadapi permintaan yang berfluktuasi?. Dengan menerapkan shojinka untuk memecahkan permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengatur jumlah tenaga kerja dengan tetap mengendalikan keseimbangan lini lintasan perakitan pada saat jumlah permintaan rata-rata, minimum, dan maksimum. 2. Dasar Teori 2.1 Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah permasalahan pemberian task kepada stasiun kerja sehingga pembagian task merata (seimbang) dengan mempertimbangkan beberapa batasan (Sly, 2007 [2]). Tujuan menyeimbangkan lintasan adalah untuk meminimalkan waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan waktu produksi diantara stasiun kerja (Lecturer otes, 2005 [3]). Ada beberapa dasar metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah keseimbangan lintasan, yaitu: metode heuristik, metode analitis, metode probabilistik, metode empiris dan metode simulasi. Terdapat beberapa macam metode heuristik yang dikenal, seperti (Chang, 1992 [4]) : ranked positional weighted, fewest followers,comosal, dan lain sebagainya.

3 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I Gambar 2.1 Metode Ranked Positional Weight Sumber : Leon (2004 [5]) Ranked Positional Weight adalah salah satu metode yang diusulkan oleh Helgeson dan Birnie sebagai pendekatan untuk memecahkan permasalahan pada keseimbangan lintasan (Groover, 2001 [6]). Precedence diagram merupakan gambar secara grafis yang memperlihatkan urutan suatu proses pengerjaan dari keseluruhan operasi pengerjaan, dengan tujuan agar memudahkan dalam pengawasan, evaluasi serta perencanaan aktivitas-aktivitas yang terkait di dalamnya. Waktu siklus merupakan waktu yang dibutuhkan oleh lintasan produksi untuk menghasilkan suatu unit produk. Berikut ini merupakan persamaan dari waktu siklus yang jumlah stasiun kerjanya tidak diketahui (Sugiyono, 2006 [7]): P (1) Q waktu siklus (menit) P periode waktu produksi (menit) Q output target selama periode waktu produksi Sedangkan berikut ini merupakan persamaan dari waktu siklus (cycle time) yang jumlah stasiun kerjanya diketahui: T C ti i 1 (2) n waktu siklus (menit) t i waktu operasi elemen kerja ke-i (menit) jumlah operasi n jumlah stasiun kerja Perkiraan jumlah stasiun kerja (n) harus bilangan bulat dan tergantung pada waktu siklus yang diinginkan (), sehingga rumusnya menjadi (Elsayed, 1994 [8]): n t i i 1 min (3) TC n min perkiraan jumlah stasiun kerja minimum t i waktu operasi elemen kerja ke-i (menit) Jumlah operasi Waktu siklus (menit) Balanced delay merupakan ukuran ketidakseimbangan dalam suatu lintasan produksi yang merupakan jumlah waktu menganggur pada lintasan yang dinyatakan sebagai prosentase pemakaian waktu pada lintasan. Secara matematis rumus balanced delay adalah sebagai berikut (Leon, 2004 [5]): ntc ti i1 D 100% (4) n T C D balanced delay (%) n jumlah stasiun kerja waktu siklus (menit) t i waktu operasi elemen kerja ke-i (menit) Efisiensi waktu proses memperlihatkan seberapa efisienkah lintasan pada suatu lini produksi/perakitan. Besarnya setiap alokasi waktu pada stasiun kerja dinyatakan dalam bentuk prosentase. Secara matematis rumus efisiensi ini adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2006 [7]): η 100 % - D (5) η Efisiensi waktu proses (%) D Balanced delay (%) Output produksi digunakan untuk mengetahui berapakah jumlah keluaran yang dihasilkan oleh pekerja di lini produksi/perakitan. Output produksi dipengaruhi oleh waktu siklus yang dikehendaki selama periode waktu produksi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2003 [9]): P Q Q output produksi (unit) P periode waktu produksi (menit) waktu siklus terbesar (menit) (6)

4 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I Teknik Shojinka Gambar 2.2 menunjukkan faktor utama shojinka sebagai salah satu teknik yang dikembangkan oleh Toyota di dalam sistem produksinya (Toyota Production System). Shojinka adalah suatu teknik untuk mencapai fleksibilitas dalam pengaturan jumlah pekerja di tempat kerja dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan (Monden, 2000 [10]). Dengan kata lain, shojinka berarti mengubah (mengurangi atau menambah) jumlah pekerja pada suatu lintasan produksi apabila permintaan produksi berubah (berkurang atau bertambah). Pelebaran atau penyempitan cakupan pekerjaan untuk tiap pekerja SHOJIKA Mencapai fleksibilitas jumlah pekerja pada lini produksi dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan SHOIKA Penurunan jumlah pekerja di lini produksi dipergunakan untuk menghitung waktu standar. Data-data waktu standar dari masing-masing operasi dapat dilihat pada Lampiran Analisis Sistem Awal Berdasarkan persamaan 2, maka berikut ini merupakan persamaan dalam menentukan waktu siklus untuk proses perakitan engine, dimana pada kondisi aktual terdapat dua sistem yang digunakan, yaitu sistem seri untuk lini perakitan dan sistem paralel pada proses firing inspection: T i1 i1 t lini i i i 1 c t ilini t i firing t firing 1 i (7) n 3,78+3, , ,16 detik 9,90+3, ,37 102,44 detik Tata ruang gabungan lini berbentuk-u Pekerja fungsi ganda Rotasi kerja Perbaikan operasi manual Perubahan lembar rutin operasi baku Perbaikan proses Perbaikan mesin (JIDOKA) Berdasarkan data tersebut, maka berikut ini merupakan perhitungan dalam menentukan waktu siklus pada perakitan engine: i i1 i i1 t lini t firing n 1.618,16 102, ,72 detik Gambar 2.2 Faktor Utama Shojinka Sumber : Monden (2000 [10]) 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Lampiran 1 menunjukkan precendence diagram dari lini perakitan dan operasi firing inspection di Seksi Assy Engine. Pada setiap operasi kerja di Seksi Assy Engine dilakukan pengukuran kerja langsung dengan metode jam henti sebanyak 10 replikasi. Selanjutnya dihitung waktu rata-rata hasil pengamatan di setiap operasi kerja. Berdasarkan observasi kondisi di area kerja maka diestimasikan nilai performance rating sebesar 114% dengan metode Westinghouse, untuk selanjutnya dipergunakan untuk menghitung waktu normal. Kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mempengaruhi kerja menjadi dasar penentuan kelonggaran sebesar 21,5%, untuk selanjutnya Penentuan jumlah stasiun kerja pada firing inspection diperlukan karena sistem yang digunakan pada firing inspection merupakan sistem paralel, yang tentunya berbeda dengan stasiun kerja yang lainnya yang bertipe sistem seri. Berikut ini merupakan perhitungan jumlah stasiun kerja pada firing inspection: n firing ti firing i1 T c 102,44 29,72 3,447 4 Berdasarkan perhitungan di atas dan dikondisikan dengan keadaan aktual yang ada di lapangan ternyata jumlah stasiun kerja pada firing inspection telah mencukupi untuk waktu siklus 29,72 detik.

5 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I Balanced delay lintasan perakitan engine seri (tanpa firing inspection) di mana waktu siklus berdasarkan waktu stasiun terbesar yaitu di stasiun 330 sebesar 44,89 detik adalah: D lini (n lini X ) i i1 t lini X 100% (n lini X ) (51 X 44,89) 1.618,16 X 100% (51 X 44,89) 29,32 % Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada lintasan perakitan engine seri (tanpa firing inspection), yaitu sebagai berikut: η lini 100 % - D lini 100 % - 29,32 % 70,68 % Berikut ini merupakan perhitungan dari balanced delay lintasan perakitan engine paralel (pada firing inspection): D firing i (n firing X ) t firing X 100% i1 (n firing X ) (4 X 44,89) 102,44 X 100% (4 X 44,89) 42,95 % Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada lintasan perakitan engine paralel (dengan firing inspection), yaitu sebagai berikut: η firing 100 % - D firing 100 % - 42,95 % 57,05 % Berikut ini merupakan perhitungan balanced delay lintasan perakitan engine secara keseluruhan, yaitu sebagai berikut: (n lini X D lini) + (n firing X D firing) D overall (n lini + n firing) (51 X 29,32) + (4 X 41,95) (51 + 4) 30,31 % Perhitungan dari efisiensi waktu proses secara keseluruhan pada kondisi sistem saat ini, yaitu sebagai berikut: η overall (n lini X η lini) + (n firing X η firing) (n lini + n firing) (51 X 70,68) + (4 X 57,05) (51 + 4) 69,69 % Dengan efisiensi waktu proses yang tercapai pada kondisi ini dapat dikatakan bahwa efisiensi lintasan perakitan belum tertalu tinggi (relatif sedang) dan analisis keseimbangan lintasan perakitan belum seimbang. Terbukti dengan masih banyaknya engine yang tidak melalui proses firing inspection pada kondisi aktual di lapangan. Perhitungan output produksi berguna untuk mengetahui jumlah keluaran dari produk yang ditentukan berdasarkan besarnya waktu siklus. Selain itu, perhitungan ini juga digunakan untuk memperhitungkan apakah output yang dihasilkan telah memenuhi target atau belum. Berikut ini merupakan persamaan dari jumlah produksi yang dihasilkan dengan menggunakan waktu siklus sebesar 29,72 detik: Q P (WTshift1 + WTshift2 + WTshift3) X 20 hari ( ) X 20 hari , unit/bulan et Working Time (WT) Shift detik et Working Time (WT) Shift detik et Working Time (WT) Shift detik Estimasi produksi yang diinginkan didapatkan berdasarkan data rencana historis produksi, yaitu berkisar diantara unit hingga unit. Akan tetapi, untuk penetapan target data rencana historis produksi ini dihitung dengan menetapkan nilai rata-rata dari rencana produksi historis (Tabel 1.1), seperti diperhitungkan sebagai berikut: Q , unit/bulan Dapat dilihat bahwa jumlah output yang tercapai untuk kondisi saat ini disetiap bulannya belum mencapai target dari rencana produksi rata-rata yang diestimasikan, yaitu sebesar unit. 3.2 Analisis Teknik Shojinka Dalam pengaturan jumlah produk yang dihasilkan (berdasarkan data historis), maka dapat diestimasikan laju jumlah produksi yang

6 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I dihasilkan, sebagai dasar dalam penggunaan teknik shojinka, yaitu berdasarkan data jumlah produksi minimum, produksi rata-rata dan produksi maksimum seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Estimasi Jumlah Produk Yang Dihasilkan Produksi Aktual (Historis) Estimasi Rata-Rata unit unit Minimum unit unit Maksimum unit unit Analisis shojinka ini dilakukan dengan menggunakan metode line balancing. Metode line balancing yang dipakai menggunakan metode heuristik dengan menerapkan metode Ranked Positional Weight (RPW). Teknik shojinka ini dianalisis berdasarkan tiga jenis estimasi produksi, seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu pada saat produksi rata-rata, produksi minimum dan produksi maksimum. Setelah ditentukan jumlah estimasi hasil produk yang akan dihasilkan, maka langkah selanjutnya yaitu menentukan waktu siklus perakitan. Berikut ini merupakan persamaan dari waktu siklus dengan waktu hari kerja selama 1 bulan (20 hari kerja), yaitu: P Q (WTshift1 + WTshift2 + WTshift3) X 20 hari Q ( ) X 20 hari Q Berdasarkan nilai Q dari estimasi di Tabel 3.1 maka dapat ditentukan waktu siklus produksi untuk masing-masing tingkat produksi. Pada tingkat produksi rata-rata, waktu siklus terhitung sebesar 25,71 detik. Pada tingkat produksi minimum, waktu siklus terhitung sebesar 96 detik. Dan pada tingkat produksi maksimum, waktu siklus terhitung sebesar 19,2 detik. Setelah mendapatkan waktu siklus perakitan, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung perkiraan jumlah stasiun kerja secara teoritis. Persamaan dari perkiraan jumlah stasiun kerja dinotasikan sebagai berikut: n min t i i1 T C n min tilini t i1 i i1 firing 1.618,16 102, ti firing i1 102, Tingkat Produksi Rata-rata Pada tingkat produksi rata-rata dengan waktu siklus produksi sebesar 25,71 detik maka di lini perakitan minimal terbagi 59 (pembulatan dari 58,95) stasiun kerja dan di operasi firing inspection minimal terdapat 4 (pembulatan dari 3,984) stasiun kerja. Hasil perhitungan analisis keseimbangan perakitan rata-rata pada seksi Assy Engine PT. X disajikan pada tabel 3.2. Berdasarkan hasil perhitungan analisis keseimbangan lintasan perakitan rata-rata seperti yang disajikan dalam tabel 3.2 dapat dilihat bahwa penetapan waktu siklus yang harus digunakan dalam lini perakitan (pada conveyor) adalah waktu operasi terbesar dari setiap stasiun kerja yang terbentuk, yaitu sebesar 25,70 detik. Selain itu, dapat diperhatikan pada tabel 3.2 bahwa jumlah stasiun kerja pada saat produksi rata-rata ini adalah sebanyak 69 stasiun kerja dengan 65 stasiun kerja pada lini perakitan dan 4 stasiun kerja pada firing inspection. Untuk mengetahui besarnya efisiensi waktu proses dari lintasan perakitan engine tersebut, maka yang perlu dihitung terlebih dahulu adalah balanced delay. Berikut ini merupakan perhitungan balanced delay tersebut: D i (n X ) t lini X 100% i1 (n X ) (69 X 25,70) 1.618,16 X 100% (69 X 44,89) 8,76 % Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada perakitan engine dengan waktu siklus perakitan rata-rata dipaparkan sebagai berikut: η 100 % - D 100 % - 8,76 % 91,24 % Dengan efisiensi waktu proses yang cukup tinggi, bahkan lebih dari 90%, maka dapat dikatakan bahwa beban kerja masing-masing stasiun kerjaa dalam lintasan perakitan tersebut cukup seimbang.

7 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I Tabel 3.2 Analisis Keseimbangan Lintasan Produksi Rata-Rata SK Pembebanan Operasi T SK Efisiensi SK Pembebanan Operasi T SK Efisiensi 1 (101)1,2,3,4,5,7 24,75 0, (403)1,2,3,4 25,46 0, (101)6,8,(102)1,2,3,4,5,6 23,79 0, (404)1,2,3,4,5,6,7 17,33 0, (102)7,8,9,10,(103)1,2,5,6 25,70 0, (315)1,3,4,5 23,96 0, (103)3,4,(104)1,2,3,4,6 24,89 0, (316)1,2,3,4,7 25,49 0, (201)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14 25,40 0, (316)5,6,8,9,(317)1,2,3A 23,28 0, (202)1,2,3,4,5,6,7,8,9 25,30 0, (317)3B,4,5,6,7,8,9,(318)5 24,63 0, (104)5,7,8,9,10,(105)1,2 23,18 0, (318)1,2,3,4,6 25,48 0, (105)3,4,5,6,7,8,9 25,34 0, (319)1,2,3,4 25,57 0, (202)10,11,(203)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 25,34 0, (405)1,2,3,4,5,6,7,8,(406)1 18,63 0, (301)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 25,09 0, (319)5,6,7,8,(320)1,2,3 24,12 0, (301)12,13,14,(302)1,3 24,06 0, (406)2,3,4 21,51 0, (302)2,4,5,(303)2,3 24,15 0, (320)4,5,6,(321)1,2 24,08 0, (401)1,2,3,7 16,82 0, (321)3,4,5,6,(322)1 24,98 0, (303)1,4,5,6,7,(304)2 24,28 0, (322)2,3,4,5,6 25,30 0, (410)1,2,3,4,5,6,8,9 21,55 0, (322)7,8,9,(323)1,2,3,4,5,6 25,63 0, (401)4,5,6,7 17,18 0, (323)7,8,(324)1,2,6,7 23,66 0, (410)7,(411)1,2,6,7 22,92 0, (324)3,4,5,8,(325)1 23,29 0, (304)1,3,4,5,6,7 25,27 0, (407)1,2,3,5,6,7 25,68 0, (411)3,4,5,6,7,(412)1,2 21,86 0, (325)2,3,4 25,70 0, (304)8,9,(305)1,2,3,4,5 25,62 0, (407)4,6,7,(408)1,2 23,54 0, (412)1,3,4,5,6,7,8,9 25,15 0, (408)3,4,5,6,(409)1,2 21,39 0, (305)6,7,8,(306)1,2,3 23,06 0, (326)1,2,3,4 25,44 0, (306)4,5,6,(307)1,2A 24,38 0, (409)1,3,4,5,6,7 18,04 0, (307)2B,3,4,5,6,7 23,48 0, (326)5,6,7,(327)1,2,3 24,32 0, (308)1,2,3,4,5 24,41 0, (327)4,5,6,(328)1,2A 25,63 0, (308)6,(309)1,2,3 23,16 0, (328)2B,3,4,5,6,(329)1,2,3,(330)5,9 25,40 0, (309)4,5,(310)1,4 22,89 0, (329)4,5,6,(330)1 23,58 0, (310)2,3,5,6 24,69 0, (330)2,3,4,6,7,10 25,50 0, (402)1,2,3B,6 24,30 0, (330)8,(331)1,2,3,4,7 20,96 0, (402)3A,4,5,6,7 21,10 0, (331)5,6,7 15,71 0, (311)1,2,3,4,5,6,7,8,10 24,30 0, (0FT)1,2,3,4,5,6A 25,69 0, (311)9,10,(312)1,2,3 23,08 0, (0FT)6B,7,8,9,10A 25,58 0, (312)4,5,6,7,(313)1,2A 24,20 0, (0FT)10B,11,12,13,14,15,16 25,70 0, (313)2B,3,4,5 25,68 0, (0FT)17,18 24,91 0, (313)6,(314)1,2,3,4,5,6,(315)2 23,48 0,9134 Untuk mengevaluasi apakah produksi dengan waktu siklus tersebut dapat mencapai target yang direncanakan setiap bulannya, maka dihitung output produksi sebagai berikut: Q P ( ) X 20 hari 25, , unit/bulan Dapat dilihat bahwa jumlah output yang dihasilkan di setiap bulannya telah mencapai target dari produksi rata-rata yang diestimasikan, yaitu sebesar unit Tingkat Produksi Minimum Pada tingkat produksi minimum dengan waktu siklus produksi sebesar 96 detik maka di lini perakitan minimal terbagi 16 (pembulatan dari 15,78) stasiun kerja dan di operasi firing inspection minimal terdapat 2 (pembulatan dari 1,067) stasiun kerja. Hasil perhitungan analisis keseimbangan perakitan minimum pada seksi Assy Engine PT. X disajikan pada tabel 3.3. Berdasarkan hasil perhitungan analisis keseimbangan lintasan perakitan minimum seperti yang disajikan dalam tabel 3.3 dapat dilihat bahwa penetapan waktu siklus yang harus digunakan dalam lini perakitan (pada conveyor) adalah waktu operasi terbesar dari setiap stasiun kerja yang terbentuk, yaitu sebesar 95,98 detik. Selain itu, dapat diperhatikan pada tabel 3.3 bahwa jumlah stasiun kerja pada saat produksi minimum ini adalah sebanyak 18 stasiun kerja dengan 16 stasiun kerja pada lini perakitan dan 2 stasiun kerja pada firing inspection. Perhitungan balanced delay adalah sebagai berikut: i D (n X ) t lini i1 X 100% (n X ) (18 X 95,98) 1.618,16 X 100% (18 X 95,98) 6,33 %

8 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I Tabel 3.3 Analisis Keseimbangan Lintasan Produksi Minimum SK Pembebanan Operasi T SK Efisiensi 1 (101)1,2,3,4,5,7,6,8,(102)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,(103)1,2,3,4,5,6,(104)1,2,6 95,51 0, (201)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,(202)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,(203)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 72,00 0, (104)3,4,5,7,8,9,10,(105)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(301)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,(302)1A 95,73 0, (302)1B,2,3,4,5,(305)1,2,3,4,5,6,7,8,(306)1,2,3,4,5,6,(307)1,2A 95,28 0, (303)1,2,3,4,5,6,7,(304)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(401)1,2,3,4,5,6,7 93,45 0, (410)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(411)1,2,3,4,5,6,7,(412)1,2,3,4,5,6,7,8,9 83,92 0, (307)2B,3,4,5,6,7,(308)1,2,3,4,5,6,(309)1,2,3,4,5,(310)1 90,12 0, (310)2,3,4,5,6,(311)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,(312)1,2,3,4,5,6,7,(313)1 87,28 0, (402)1,2,3,4,5,6,7,(403)1,2,3,4,(404)1,2,3,4,5,6,7 87,25 0, (313)2,3,4,5,6,(314)1,2,3,4,5,6,(315)1,2,3,4,5,(316)1 93,89 0, (316)2,3,4,5,6,7,8,9,(317)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(319)1,2,3,4,5,6,7,8,(320)4,6 95,98 0, (318)1,2,3,4,5,6,(320)1,2,3,(405)1,2,3,4,5,6,7,8,(406)1,2,3,4 89,65 0, (320)5,(321)1,2,3,4,5,6,(322)1,2,3,4,5,6,7,8,9,(323)1,2,3,4,5,6,8 94,13 0, (323)7,(324)1,2,3,4,5,6,7,8,(325)1,2,3,4,(326)1,2,3 91,20 0, (407)1,2,3,4,5,6,7,(408)1,2,3,4,5,6,(409)1,2,3,4,5,6,7 84,17 0, (326)4,5,6,7(327)1,2,3,4,5,6,(328)1,2,3,4,5,6,(329)1,2,3,4,5,6,(330)1 94,53 0, (330)2,3,4,5,6,7,8,9,10,(331)1,2,3,4,5,6,7,(0FT)1,2,3,4,5,18 86,49 0, (0FT)6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18 89,94 0,9368 Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada perakitan engine dengan waktu siklus perakitan minimum dipaparkan sebagai berikut : η 100 % - D 100 % - 6,33 % 93,67 % Efisiensi waktu proses yang lebih dari 90%, menunjukkan bahwa efisiensi lintasan cukup tinggi dan lintasan perakitan cukup seimbang. Perhitungan perkiraan output produksi yang akan dihasilkan adalah: Q P ( ) X 20 hari 95, , unit/bulan Dapat dilihat bahwa jumlah output yang tercapai disetiap bulannya telah mencapai target sebesar unit Tingkat Produksi Maksimum Pada tingkat produksi maksimum dengan waktu siklus produksi sebesar 19,2 detik maka di lini perakitan minimal terbagi 79 (pembulatan dari 78,94) stasiun kerja dan di operasi firing inspection minimal terdapat 6 (pembulatan dari 5,335) stasiun kerja. Hasil perhitungan analisis keseimbangan perakitan maksimum pada seksi Assy Engine PT. X disajikan pada tabel 3.4 Berdasarkan hasil perhitungan analisis keseimbangan lintasan perakitan maksimum seperti yang disajikan dalam tabel 3.4 dapat dilihat bahwa penetapan waktu siklus yang harus digunakan dalam lini perakitan (pada conveyor) adalah waktu operasi terbesar dari setiap stasiun kerja yang terbentuk, yaitu sebesar 19,19 detik. Selain itu, dapat diperhatikan pada tabel 3.4 bahwa jumlah stasiun kerja pada saat produksi maksimum ini adalah sebanyak 89 stasiun kerja dengan 83 stasiun kerja pada lini perakitan dan 6 stasiun kerja pada firing inspection. Balanced delay dari lintasan perakitan adalah : D i (n X ) t lini X 100% i1 (n X ) (89 X 19,19) 1.618,16 X 100% (89 X 19,19) 5,255 % Perhitungan dari efisiensi waktu proses pada perakitan engine dengan waktu siklus perakitan maksimum dipaparkan sebagai berikut: η 100 % - D 100 % - 5,255 % 94,745 % Lintasan perakitan cukup seimbang dengan efisiensi waktu proses lebih dari 90 %. Output produksi yang akan dihasilkan adalah: Q P ( ) X 20 hari 19, , unit/bulan Jumlah output telah memenuhi target produksi maksimum sebesar unit.

9 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I Tabel 3.4 Analisis Keseimbangan Lintasan Produksi Maksimum SK Pembebanan Operasi T SK Efisiensi SK Pembebanan Operasi T SK Efisiensi 1 (101)1,2,3,4,5 17,50 0, (403)1B,2,3,4 17,29 0, (101)6,7,8,(102)1,2A 18,41 0, (404)1,2,3,4,5,6,7 17,33 0, (102)2B,3,4,5,6,7,8,10 18,29 0, (314)5,6,(315)1,2,3A 17,03 0, (102)9,(103)1,2,5 18,81 0, (315)3B,4,5,(316)1A 19,12 0, (103)3,4,6,(104)1 18,33 0, (316)1B,2,3,4,6,9 19,16 0, (201)1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 18,20 0, (316)5,7,8,(317)1,6,7 18,01 0, (104)2,3,4,5,6,7 17,46 0, (317)2,3,4 18,79 0, (201)12,13,14,(202)1,2,3,4 16,66 0, (317)8,9,(318)1,2 18,59 0, (202)5,6,7,8,9,10,11,(203)2 18,14 0, (318)3,4,5,6,(319)5 17,86 0, (104)8,9,10,(105)1,2,3,5 18,56 0, (319)1,2 18,27 0, (203)1,3,4,5,6,7,8,9,10 19,01 0, (319)3,4,6,7,8,(320)2 18,46 0, (105)4,6,7,8,9 18,56 0, (405)1,2,3,4,5,6,7,8,(406)1 18,63 0, (301)1,2,3,4,5,6,7,8 18,73 0, (320)1,3,4,6 18,89 0, (301)9,10,11,12,13,14,(302)1A 17,84 0, (406)2,3,4 18,89 0, (302)1B,2A 18,96 0, (320)5,(321)1,2,3 18,49 0, (302)2B,3,4,5,(303)2,3 17,77 0, (321)4,5 19,09 0, (401)1,2,3 15,86 0, (321)6,(322)1,2,3 18,79 0, (303)1,4,5 18,49 0, (322)4,5,6,7,8,9,(323)1 18,20 0, (410)1,2,3,4,5,8,9 17,06 0, (323)2,3,4,5,6 17,91 0, (401)4,5,6,7 17,18 0, (323)7,8,(324)1,2 18,05 0, (410)6,7,8,9,(411)1,2A 16,30 0, (324)3,4,5,7 18,46 0, (303)6,7,(304)1,2,3,4 18,87 0, (407)1,2,3 17,24 0, (410)8,9,(411)1,2B,3 18,45 0, (324)6,8(325)2A 16,98 0, (411)1,4,5,6,7,(412)1,2 19,17 0, (325)1,2B,3,4 19,18 0, (304)5,6,7,8,9 18,34 0, (407)4,5,6,7 18,25 0, (305)1,2,3,4 17,57 0, (408)1,2,3,5,6 16,58 0, (412)3,4,5,6,7,8,9 18,71 0, (326)1,2,3 18,82 0, (305)5,6,7,8,(306)1,2 16,72 0, (408)4,(409)1,2 18,52 0, (306)3,4, 5A 17,88 0, (326)4,5,6.7,(327)1,3 18,69 0, (306)5B,6,(307)1,2A 17,72 0, (409)3,4,5,6,7 16,50 0, (307)2B,3,4,5 18,21 0, (327)2,4 18,70 0, (307)6,7,(308)1,2,3 18,79 0, (327)5,6,(328)1,2A 18,59 0, (308)4,5,6,(309)1 18,56 0, (328)2B,3,4,5,6,(329)1,2,3 18,96 0, (309)2,4 16,90 0, (329)4,5,6 18,37 0, (309)3,5,(310)1 17,66 0, (330)2 19,19 0, (310)2,5 19,04 0, (330)1,3,4,5,6,7 18,69 0, (310)3,4,6,(311)1,2,3,4,5 18,25 0, (330)8,9,10,(331)1,2 18,66 0, (402)1,2,3A 16,19 0, (331)3,4,5,6,7 19,13 0, (402)3B,5 17,37 0, (0FT)1,2,3,4,5,6A 17,02 0, (311)6,7,8,9,10,(312)1 18,64 0, (0FT)6B,7 18,67 0, (402)4,6,7,(403)1A 19,08 0, (0FT)8,9,10A 17,75 0, (312)2,3,4 18,77 0, (0FT)10B,11,12,13,14 17,34 0, (312)5,6,(313)1,2 18,82 0, (0FT)15,16,17A 14,22 0, (312)7,(313)3,4,5 19,05 0, (0FT)17B,18 17,44 0, (313)6,(314)1,2,3,4 17,18 0, Analisis Komparasi Perbandingan antara sistem awal atau kondisi sebelumnya dengan sistem apabila teknik shojinka diterapkan yang dievaluasi berdasarkan analisis lintasan perakitan. Hasil perbandingan antara kedua analisis tersebut disajikan pada tabel 3.5. Tabel 3.5 menunjukkan bahwa penerapan teknik shojinka akan memberikan fleksibilitas produksi dengan strategi chase demand melalui pengaturan jumlah pekerja serta tetap memberikan efisiensi lintasan yang tinggi dan keseimbangan lintasan yang baik. Tabel 3.5 Perbandingan Hasil Analisis o Atribut Kondisi Teknik Shojinka Saat Ini Rata-Rata Minimum Maksimum 1 Waktu siklus (detik) 29,72 25,70 95,98 19,19 2 Jumlah stasiun kerja Lini rakit Firing inspection Balanced delay 30,31% 8,76% 6,34% 5,23% 4 Efisiensi lintasan 69,69% 91,24% 93,66% 94,75% 5 Target Produksi (unit/bulan) Output produksi (unit/bulan)

10 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis hasil yang telah dikemukakan sebelumnya, maka teknik shojinka digunakan untuk mencapai fleksibilitas produksi dalam pengaturan jumlah pekerja di tempat kerja dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan. Berdasarkan analisis perbandingan antara kondisi awal dengan kondisi bila diterapkannya shojinka didapatkan efisiensi dari waktu proses analisis sebelum diterapkannya shojinka adalah 69,69%. Dalam penelitian ini penerapan teknik shojinka pada Seksi Assy Engine mengatur jumlah tenaga kerja mengikuti fluktuasi permintaan cukup bervariasi, yaitu antara 18 pekerja hingga 89 pekerja dengan kesimpulan sebagai berikut: 1. Lintasan perakitan dengan tingkat produksi rata-rata didapatkan hasil bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebanyak 69 pekerja dengan waktu siklus yang ditetapkan adalah sebesar 25,70 detik. Dengan penetapan waktu siklus ini akan didapatkan efisiensi waktu proses yang cukup tinggi, yaitu mencapai 91,24% dan jumlah produk yang dihasilkan juga telah mencapai target dari produksi yang diestimasikan, yaitu sebesar unit disetiap bulannya. 2. Lintasan perakitan dengan tingkat produksi minimum didapatkan hasil bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebanyak 18 pekerja dengan waktu siklus yang ditetapkan adalah sebesar 95,98 detik. Dengan penetapan waktu siklus ini akan didapatkan efisiensi waktu proses yang cukup tinggi, yaitu mencapai 93,66% dan jumlah produk yang dihasilkan juga telah mencapai target dari produksi yang diestimasikan, yaitu sebesar unit disetiap bulannya. 3. Lintasan perakitan dengan tingkat produksi maksimum didapatkan hasil bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebanyak 89 pekerja dengan waktu siklus yang ditetapkan adalah sebesar 19,19 detik. Dengan penetapan waktu siklus ini akan didapatkan efisiensi waktu proses yang cukup tinggi, yaitu mencapai 94,75% dan jumlah produk yang dihasilkan juga telah mencapai target dari produksi yang diestimasikan, yaitu sebesar unit disetiap bulannya. DAFTAR PUSTAKA [1]. Jati, Yusuf Waluyo, RI Akan Jadi Pasar Sepeda Motor Terbesar Di Asean, Bisnis Indonesia, 22 Agustus 2011, (diakses 27 Agustus 2011) [2]. Sly, Dave and Prem Gopinath. A Practical Approach to Solving Multi- Objective Line Balancing Problem probalanced.pdf. (diakses 12 ovember 2008) [3]. Lecturer otes. Operation Analysis and Design Lecturer12.ppt. (diakses 1 Mei 2009) [4]. Chang, Yih-Long. Quantitative System 3.0. Prentice Hall : Singapore, [5]. Leon, Jorge and Louise McDaniels. Assembly Line Balancing Line%20Balancing.pdf. (diakses 30 Juni 2009) [6]. Grover, Mikell P. Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing. Prentice Hall : USA, [7]. Sugiyono, Andre. Chapter 7 : Assembly Line Balancing andresugiyono.edublogs.org/files/2006/ 12/chp007-line-balancing.ppt. (diakses 27 ovember 2008) [8]. Elsayed, A. and Thomas O. Boucher. Analysis and Control of Production. Department of Industrial Engineering : Rutgers University, [9]. Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya : Surabaya, [10]. Monden, Yasuhiro. Sistem Produksi Toyota. Penerbit PPM : Jakarta, 2000.

11 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I LAMPIRA Lampiran 1 : Precedence Diagram Perakitan Engine A 0F T F T2 A F T3 0F T4

12 Lampiran 2 : Waktu rata-rata, waktu normal dan waktu standar masing-masing operasi kerja Stasiun Operasi W rerata W normal W standar Stasiun Operasi W rerata W normal W standar Stasiun Operasi W rerata W normal W standar Stasiun Operasi W rerata W normal W standar ,28 2,59 3, ,91 3,32 4, ,76 0,87 1, ,02 1,16 1,48 2 2,34 2,67 3,40 8 2,55 2,91 3,70 4 2,46 2,80 3,57 Total 29,70 3 3,14 3,58 4,56 9 1,69 1,93 2,45 5 0,70 0,80 1, ,12 2,42 3,08 4 2,99 3,41 4,34 Total 31,37 6 1,45 1,65 2,11 2 1,04 1,19 1,51 5 1,30 1,48 1, ,11 1,27 1,61 7 0,67 0,76 0,97 3 6,01 6,85 8,73 6 1,34 1,53 1,95 2 2,73 3,11 3,96 8 0,75 0,86 1,09 4 4,33 4,94 6,29 7 4,99 5,69 7,25 3 0,47 0,54 0,68 9 1,76 2,01 2,56 5 3,94 4,49 5,72 8 1,45 1,65 2,11 4 1,66 1,89 2, ,88 2,14 2,73 6 0,98 1,12 1,42 Total 28, ,71 17,91 22, ,74 0,84 1,07 Total 26, ,26 2,58 3,28 6 1,32 1,50 1, ,66 0,75 0, ,11 4,69 5,97 2 6,75 7,70 9,80 7 2,54 2,90 3, ,44 1,64 2,09 2 6,86 7,82 9,96 3 2,07 2,36 3,01 8 0,56 0,64 0, ,95 1,08 1,38 3 5,27 6,01 7,65 4 0,74 0,84 1,07 9 1,67 1,90 2,43 Total 29,52 4 3,04 3,47 4,41 5 8,38 9,55 12, ,71 17,91 22, ,66 12,15 15,48 5 2,51 2,86 3,65 6 1,77 2,02 2, ,47 0,54 0,68 2 8,86 10,10 12,87 6 0,95 1,08 1,38 7 1,44 1,64 2, ,12 4,70 5,98 3 2,86 3,26 4,15 7 0,97 1,11 1,41 8 1,35 1,54 1, ,50 1,71 2,18 4 3,78 4,31 5,49 Total 34,43 9 3,63 4,14 5, ,68 0,78 0,99 5 1,02 1,16 1, ,57 7,49 9, ,11 1,27 1,61 Total 21,36 Total 39,47 2 2,68 3,06 3,89 Total 30, ,89 1,01 1, ,48 7,39 9,41 3 1,77 2,02 2, ,72 1,96 2,50 2 0,51 0,58 0,74 2 0,91 1,04 1,32 4 3,41 3,89 4,95 2 5,15 5,87 7,48 3 1,13 1,29 1,64 3 2,06 2,35 2,99 5 2,38 2,71 3,46 3 5,43 6,19 7,89 4 6,76 7,71 9,82 4 5,21 5,94 7,57 6 1,41 1,61 2,05 4 3,49 3,98 5,07 5 3,44 3,92 5,00 5 1,04 1,19 1,51 Total 26,46 5 2,45 2,79 3,56 6 0,72 0,82 1,05 6 1,98 2,26 2, ,58 6,36 8,10 6 0,85 0,97 1,23 7 8,05 9,18 11,69 7 0,97 1,11 1,41 2 5,74 6,54 8,34 Total 27,72 8 3,35 3,82 4,86 Total 27,08 3 3,22 3,67 4, ,05 4,62 5,88 9 0,62 0,71 0, ,48 2,83 3,60 4 5,90 6,73 8,57 2 0,66 0,75 0, ,60 0,68 0,87 2 1,04 1,19 1,51 5 0,97 1,11 1,41 3 1,78 2,03 2, ,44 0,50 0,64 3 1,77 2,02 2,57 Total 31,09 4 0,71 0,81 1,03 Total 26,81 4 5,03 5,73 7, ,97 9,09 11,57 5 3,71 4,23 5, ,25 1,43 1,82 5 4,86 5,54 7,06 2 5,17 5,89 7,51 6 1,02 1,16 1,48 2 3,32 3,78 4,82 6 1,03 1,17 1,50 3 2,02 2,30 2,93 7 4,14 4,72 6,01 3 2,12 2,42 3,08 7 2,84 3,24 4,12 4 0,92 1,05 1,34 8 3,14 3,58 4,56 4 3,28 3,74 4,76 8 2,92 3,33 4,24 5 8,85 10,09 12,85 9 0,43 0,49 0,62 5 1,51 1,72 2,19 9 0,98 1,12 1,42 6 0,96 1,09 1, ,39 0,44 0,57 6 1,12 1,28 1,63 Total 33,33 Total 37,60 Total 29, ,63 23,52 29, ,82 3,21 4, ,57 5,21 6, ,47 1,68 2,13 8 1,24 1,41 1,80 2 2,63 3,00 3,82 2 1,23 1,40 1,79 2 2,68 3,06 3,89 9 1,77 2,02 2,57 3 3,71 4,23 5,39 3 0,91 1,04 1,32 3 3,39 3,86 4, ,80 0,91 1,16 4 2,94 3,35 4,27 4 0,75 0,86 1,09 4 3,12 3,56 4,53 Total 23,83 5 1,64 1,87 2,38 5 1,21 1,38 1,76 5 1,28 1,46 1, ,60 4,10 5,23 6 2,41 2,75 3,50 6 0,86 0,98 1,25 6 2,51 2,86 3,65 2 2,51 2,86 3,65 7 3,28 3,74 4,76 7 5,48 6,25 7,96 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I - 170

13 Stasiun Operasi W rerata W normal W standar Stasiun Operasi W rerata W normal W standar Stasiun Operasi W rerata W normal W standar Stasiun Operasi W rerata W normal W standar ,76 0,87 1, ,32 2,64 3, ,71 0,81 1, ,71 0,81 1,03 9 3,59 4,09 5,21 5 1,46 1,66 2,12 Total 34,69 Total 25, ,96 1,09 1,39 6 1,84 2,10 2, ,84 0,96 1, ,46 1,66 2,12 Total 29,51 7 2,40 2,74 3,49 2 3,94 4,49 5, ,92 13,59 17, ,96 2,23 2,85 8 1,72 1,96 2,50 3 1,75 2,00 2,54 3 1,31 1,49 1,90 2 1,19 1,36 1,73 9 0,81 0,92 1,18 4 1,42 1,62 2,06 4 8,61 9,82 12,50 3 8,19 9,34 11,89 Total 32,30 5 2,52 2,87 3,66 5 3,34 3,81 4,85 4 5,03 5,73 7, ,18 8,19 10,43 6 2,70 3,08 3,92 6 0,70 0,80 1,02 5 1,56 1,78 2,27 2 3,93 4,48 5,71 7 5,30 6,04 7,70 Total 22,39 6 1,48 1,69 2,15 3 4,01 4,57 5,82 8 0,72 0,82 1, ,59 4,09 5,21 7 1,54 1,76 2,24 4 2,05 2,34 2,98 Total 27, ,23 15,08 19,21 Total 30,42 5 3,96 4,51 5, ,61 1,84 2,34 3 1,48 1,69 2, ,91 1,04 1,32 6 0,90 1,03 1,31 2 4,80 5,47 6,97 4 0,71 0,81 1, ,29 14,01 17,85 Total 31,99 3 0,94 1,07 1,37 5 5,67 6,46 8,23 3 2,28 2,60 3, ,77 7,72 9,83 4 7,47 8,52 10, ,76 14,55 18,53 4 3,35 3,82 4,86 2 5,81 6,62 8,44 5 3,54 4,04 5,14 7 1,42 1,62 2,06 5 5,95 6,78 8,64 3 4,1 4,67 5,95 6 3,10 3,53 4,50 8 2,57 2,93 3,73 6 0,92 1,05 1,34 4 0,93 1,06 1,35 7 0,76 0,87 1,10 9 1,52 1,73 2,21 Total 37,32 5 1,38 1,57 2,00 8 0,75 0,86 1, ,72 0,82 1, ,8 0,91 1,16 6 1,74 1,98 2,53 Total 33,36 Total 44,89 2 6,68 7,62 9,70 7 0,66 0,75 0, ,34 3,81 4, ,27 3,73 4,75 3 1,65 1,88 2,40 8 0,77 0,88 1, ,68 14,46 18,41 2 4,77 5,44 6,93 4 1,78 2,03 2,58 Total 32,18 3 4,33 4,94 6,29 3 2,14 2,44 3,11 5 1,58 1,80 2, ,96 3,37 4,30 4 0,70 0,80 1,02 4 1,00 1,14 1,45 6 0,93 1,06 1,35 2 4,51 5,14 6,55 Total 30,57 5 1,96 2,23 2,85 Total 19,49 3 4,59 5,23 6, ,52 9,71 12,37 6 8,18 9,33 11, ,69 4,21 5,36 4 4,76 5,43 6,91 2 2,71 3,09 3,94 7 0,68 0,78 0,99 2 1,83 2,09 2,66 5 3,58 4,08 5,20 3 2,25 2,57 3,27 Total 31, ,09 12,64 16,11 6 0,70 0,80 1,02 4 4,04 4,61 5, ,44 1,64 2,09 4 0,80 0,91 1,16 Total 30,64 5 2,69 3,07 3,91 2 0,66 0,75 0,96 5 0,92 1,05 1, ,02 3,44 4,39 6 3,89 4,43 5,65 3 8,82 10,05 12,81 Total 26,62 2 4,52 5,15 6,56 7 0,75 0,86 1,09 4 1,04 1,19 1, ,11 9,25 11,78 3 1,61 1,84 2,34 Total 36,09 5 8,48 9,67 12,31 2 2,64 3,01 3,83 4 3,54 4,04 5, ,78 0,89 1,13 6 1,65 1,88 2,40 3 2,94 3,35 4, ,03 11,43 14,57 2 7,92 9,03 11,50 7 0,66 0,75 0,96 4 2,01 2,29 2,92 6 0,74 0,84 1,07 3 0,72 0,82 1,05 Total 33,04 5 4,45 5,07 6,46 Total 34,07 4 4,96 5,65 7, ,30 3,76 4,79 6 0,76 0,87 1, ,28 1,46 1,86 5 2,33 2,66 3,38 2 2,91 3,32 4,23 7 1,85 2,11 2,69 2 9,78 11,15 14,20 6 0,67 0,76 0, ,82 16,89 21,52 8 0,79 0,90 1,15 3 1,14 1,30 1,66 Total 25,24 4 5,41 6,17 7,86 9 0,79 0,90 1,15 4 0,78 0,89 1, ,68 6,48 8,25 5 2,08 2,37 3,02 Total 35,35 5 0,72 0,82 1,05 2 6,59 7,51 9,57 6 0,64 0,73 0, ,07 1,22 1,55 6 5,00 5,70 7,26 3 1,83 2,09 2,66 7 1,46 1,66 2,12 2 5,72 6,52 8,31 7 1,37 1,56 1,99 4 1,29 1,47 1,87 Total 44,47 3 4,90 5,59 7,12 8 3,11 3,55 4,52 5 1,23 1,40 1,79 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I - 171

14 Stasiun Operasi W rerata W normal W standar Stasiun Operasi W rerata W normal W standar Stasiun Operasi W rerata W normal W standar ,34 10,65 13, ,06 1,21 1,54 0FT 1 6,82 7,77 9,90 2 1,35 1,54 1,96 2 5,13 5,85 7,45 2 2,16 2,46 3,14 3 3,05 3,48 4,43 3 2,68 3,06 3,89 3 3,05 3,48 4,43 4 3,79 4,32 5,50 4 2,01 2,29 2,92 4 1,70 1,94 2,47 Total 25,46 5 4,00 4,56 5,81 5 1,70 1,94 2, ,67 3,04 3,88 6 0,71 0,81 1, ,45 14,19 18,08 2 0,96 1,09 1,39 7 1,96 2,23 2,85 7 3,52 4,01 5,11 3 4,06 4,63 5,90 Total 25,49 8 2,40 2,74 3,49 4 1,02 1,16 1, ,51 2,86 3,65 9 1,34 1,53 1,95 5 1,79 2,04 2,60 2 1,55 1,77 2, ,31 12,89 16,42 6 0,69 0,79 1,00 3 2,38 2,71 3, ,58 2,94 3,75 7 0,74 0,84 1,07 4 2,48 2,83 3, ,72 3,10 3,95 Total 17,33 5 1,54 1,76 2, ,05 2,34 2, ,75 4,28 5,45 6 3,09 3,52 4, ,76 2,01 2,56 2 2,42 2,76 3,51 7 3,18 3,63 4, ,05 3,48 4,43 3 1,92 2,19 2,79 8 0,63 0,72 0, ,60 1,82 2,32 4 7,03 8,01 10,21 9 0,66 0,75 0, ,52 17,69 22,54 5 1,57 1,79 2,28 Total 26, ,63 1,86 2,37 6 0,64 0,73 0, ,4 1,60 2,03 Total 102,44 7 0,68 0,78 0,99 2 9,07 10,34 13,17 8 1,21 1,38 1,76 3 3,21 3,66 4,66 Total 17,70 4 3,12 3,56 4, ,64 0,73 0,93 5 2,01 2,29 2, ,9 14,71 18,73 6 0,69 0,79 1,00 3 0,67 0,76 0,97 7 1,44 1,64 2,09 4 1,24 1,41 1,80 Total 30,41 Total 22, ,07 3,50 4, ,47 2,82 3,59 2 1,51 1,72 2,19 2 2,74 3,12 3,98 3 5,08 5,79 7,38 3 6,66 7,59 9,67 4 0,63 0,72 0,91 4 6,76 7,71 9,82 5 0,75 0,86 1,09 5 3,79 4,32 5,50 6 5,03 5,73 7,30 6 0,65 0,74 0,94 7 0,65 0,74 0,94 7 1,37 1,56 1,99 8 0,63 0,72 0,91 Total 35,49 9 1,48 1,69 2, ,99 1,13 1,44 Total 27,35 2 6,44 7,34 9,35 3 1,32 1,50 1,92 4 5,09 5,80 7,39 5 0,66 0,75 0,96 6 1,47 1,68 2,13 Total 23,19 Proceeding Seminar asional Teknik Industri & Hal I - 172

IMPLEMENTASI SHOJINKA PADA PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DENGAN PENGATURAN TENAGA KERJA DAN PEMBAGIAN KERJA FLEKSIBEL

IMPLEMENTASI SHOJINKA PADA PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DENGAN PENGATURAN TENAGA KERJA DAN PEMBAGIAN KERJA FLEKSIBEL Hal I - 173 IMPLEMENTASI SHOJINKA PADA PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DENGAN PENGATURAN TENAGA KERJA DAN PEMBAGIAN KERJA FLEKSIBEL Arif Rahman Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO )

PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO ) PENINGKATAN EFISIENSI STASIUN KERJA DENGAN PENDEKATAN REGION LINE BALANCING ( STUDI KASUS DI PT. TRIANGLE MOTORINDO ) Haryo Santoso ) Abstrak Ketidakseimbangan alokasi elemen-elemen kerja pada Lintasan

Lebih terperinci

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Adi Kristianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keseimbangan Lini Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN 2017 Firman Ardiansyah E, Latif Helmy 16 MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN Firman Ardiansyah Ekoanindiyo *, Latif Helmy * * Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT Disusun oleh: Nama : Rizki Ari Sandi Npm : 36412550 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, sistem produksi terdiri dari elemen input, proses dan elemen output. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

Shojinka s Approach in Minimazing Work In Process Total To Springbed Production (Case Study in PT. Malindo Intitama Raya)

Shojinka s Approach in Minimazing Work In Process Total To Springbed Production (Case Study in PT. Malindo Intitama Raya) PENDEKATAN SHOJINKA DALAM MEMINIMASI TOTAL WORK IN PROCESS PADA PRODUKSI SPRINGBED (Studi Kasus di PT. Malindo Intitama Raya) Shojinka s Approach in Minimazing Work In Process Total To Springbed Production

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Lina Gozali *, Lamto

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peta Kerja Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah

Lebih terperinci

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO B-2- APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO Rina Lukiandari, Abdullah Shahab ITS Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Performa (2012) Vol. 11, No. 2: 75-84 Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja Burhan,1), Imron Rosyadi NR 2) dan Rakhmawati 1) 1) Program

Lebih terperinci

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi)

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi) 1 Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi) 2 Konsep Dasar Stasiun kerja (Work Stations) adalah area kerja yang terdiri dari satu atau lebih pekerja/mesin yang mempunyai tugas khusus Lini produksi (Production

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian diperlukan adanya tahapan-tahapan yang jelas agar penelitian yang dilakukan terarah, tahapan ini disusun ringkas dalam sebuah metodologi penelitian.

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Umi marfuah 1), Cholis Nur Alfiat 2) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X Constance Dorthea Renata, Sevenpri Candra, Rida Zuraida Binus University, Jl. K.H. Syahdan,

Lebih terperinci

Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can

Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can Billy Sutjiono 1 dan I Nyoman Sutapa 2 Abstract: PT Sinar Djaja Can is a manufacturing company which produces cans with 2 categories,

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Garmenjaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Penulis melakukan pengamatan pada lini produksi produk celana jeans yang diproduksi secara mass production. Masalah

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Yayan Indrawan, Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 239-248 PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE Puji Astuti Saputri, Shantika

Lebih terperinci

PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE HEURISTIK (STUDI KASUS PT XYZ MAKASSAR)

PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE HEURISTIK (STUDI KASUS PT XYZ MAKASSAR) PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE HEURISTIK (STUDI KASUS PT XYZ MAKASSAR) Saiful, Mulyadi, DAN Tri Muhadi Rahman Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Observasi lapangan Identifikasi masalah Pengumpulan data : 1. Data komponen. 2. Data operasi perakitan secara urut. 3. Data waktu untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional semakain meningkat. Hal tersebut menuntut perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. internasional semakain meningkat. Hal tersebut menuntut perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan antara perusahaanperusahaan industri manufaktur baik di pasar nasional maupun di pasar internasional semakain

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual BAB V ANALISA HASIL 5.1. Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kondisi aktual saat ini tidak seimbang penyebab utama terjadinya ketidak seimbangan lintasan

Lebih terperinci

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger Ardityo Irawan 1 Abstract: PT XYZ is one of the company that produce heat exchanger in Indonesia. The Company developing

Lebih terperinci

LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA)

LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA) LINE BALANCING LINI PERAKITAN PRODUK TORCH LIGHT (STUDI KASUS PT ARISAMANDIRI PRATAMA) Ratna Purwaningsih, Prima Hazairin Program Studi Teknik Industri Email : ratna_ti2005@yahoo.com Abstrak Line balancing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan Laporan Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus)

Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus) Perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan Mempertimbangkan Keseimbangan Lintasan (Studi Kasus) Priscilla Gandasutisna 1, Tanti Octavia 2 Abstract: PT. X is a job-order plastic packaging industry using line

Lebih terperinci

ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X

ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS ANALISIS LINE BALANCING PADA LINI PERAKITAN HANDLE SWITCH DI PT. X Didit Damur Rochman, Wiring Respati Caparina. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keseimbangan lintasan perakitan berhubungan erat dengan produksi massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat kerja,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk terus bertahan dan berkembang. Perusahaan yang mampu bertahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk terus bertahan dan berkembang. Perusahaan yang mampu bertahan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang. Perusahaan yang mampu bertahan dan berkembang dengan

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH SUGIANTO

PENULISAN ILMIAH SUGIANTO MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN (PROCESS ASSY WELDING) PEMBUATAN PART BOX ASSY BATTERY TIPE KVBS VARIO TECHNO 110CC DI PT ADHI WIJAYACITRA PENULISAN ILMIAH SUGIANTO 36409942 Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efisien dalam dunia industri berarti memanfaatkan sumber daya sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Teknik pengukuran

Lebih terperinci

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

BAB VII SIMULASI CONVEYOR BAB VII SIMULASI CONVEYOR VII. Pembahasan Simulasi Conveyor Conveyor merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Keterangan yang menjelaskan suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian..

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian.. DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT...... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii vi x xii xiii BAB I BAB II PENDAHULUAN.. 1.1 Latar Belakang Penelitian.. 1.2

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR DAN MESIN PADA DIVISI PACKAGING PT KIMIA FARMA (Persero) Tbk. UNIT PLANT WATUDAKON, JOMBANG

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR DAN MESIN PADA DIVISI PACKAGING PT KIMIA FARMA (Persero) Tbk. UNIT PLANT WATUDAKON, JOMBANG PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR DAN MESIN PADA DIVISI PACKAGING PT KIMIA FARMA (Persero) Tbk. UNIT PLANT WATUDAKON, JOMBANG TOTAL OPERATOR AND MACHINE PLANNING IN PACKAGING DIVISION PT KIMIA FARMA (Persero)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Tenda Trijaya Indonesia merupakan salah satu perusahaan tenda yang terpercaya kualitasnya. Perusahaan ini menjadi pemasok ke departemen sosial, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, bahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 229-238 ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Dwi Yuli Handayani, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ Lina Gozali, Andres dan Feriyatis Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara e-mail: linag@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007

Universitas Bina Nusantara. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007 Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Genap tahun 2006/2007 Optimalisasi Proses Produksi Dengan Usulan Lini Keseimbangan Pada CV. Teluk Harapan Alexander

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI Jaka Purnama Laboratorium Sistem Produksi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1. Landasan Teori Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALYSIS OF PRODUCTIVITY AND WORK EFFICIENCY IMPROVEMENT WITH KAIZEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang foundry (pengecoran logam besi dan baja).

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang foundry (pengecoran logam besi dan baja). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan daya saing industri membuat perusahaan perlu berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Perencanaan produksi menentukan ukuran kemampuan perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian kerja dalam kaitannya dengan upaya peningkatan produktifitas. Analisa dan penelitian kerja adalah suatu aktifitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip atau

Lebih terperinci

Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas 1. PENDAHULUAN

Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas 1. PENDAHULUAN ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT (RPW) PADA PRODUK K25-6101 DI PT. BANSHU ELECTIC INDONESIA Edi Susanto 1, Asep Hermawan 1, Andriana

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Di era globalisasi ini, fashion merupakan tuntutan dari gaya hidup berbagai kalangan di masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan yang bergerak di industri pakaian berlomba untuk menghasilkan produk

Lebih terperinci

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 205 212. METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN Maria Pitriani Miki, Helmi, Fransiskus Fran INTISARI Lintasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV SURYA ADVERTISING & T SHIRT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Jenis produk yang diproduksi perusahaan meliputi kemeja lengan panjang, kemeja lengan pendek, kaos

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Konsep & Teori 2.1.1 Proses Produksi Perusahaan tidak terlepas dari proses produksi dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha agar proses produksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Chitose Indonesia MFG merupakan suatu perusahaan yang bergerak pada bidang industri manufaktur dengan produk utamanya berupa kursi yang terbuat dari bahan baku logam. Perusahaan menerapkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI DAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS

PERANCANGAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI DAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS PERANCANGAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI DAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS Hengky K. Salim *), Kuswara Setiawan, Lusia P. S. Hartanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN STANDARD PENUGASAN BAGIAN PENGEPAKAN PADA PT X DENGAN METODA LINI KESEIMBANGAN KILBRIDGE DAN WESTER

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN STANDARD PENUGASAN BAGIAN PENGEPAKAN PADA PT X DENGAN METODA LINI KESEIMBANGAN KILBRIDGE DAN WESTER PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN STANDARD PENUGASAN BAGIAN PENGEPAKAN PADA PT X DENGAN METODA LINI KESEIMBANGAN KILBRIDGE DAN WESTER Lina Gozali, I Wayan Sukania dan Lamto Widodo Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Optimasi adalah persoalan yang sangat penting untuk diterapkan dalam segala sistem maupun organisasi. Dengan optimalisasi pada sebuah sistem

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING Joko Susetyo, Imam Sodikin, Adityo Nugroho Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali Ghany Sayyida Nur Arifiana *1), I Wayan Suletra 2) 1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari hasil kerja praktek di industri otomotif sunter yaitu data cycle time

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari hasil kerja praktek di industri otomotif sunter yaitu data cycle time BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil kerja praktek di industri otomotif sunter yaitu data cycle

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE HEURISTIK

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE HEURISTIK MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN PERAKITAN PLASTIC BOX 260 MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE HEURISTIK Sabdha Purna Yudha 1), Pratikto 2), Ishardita Pambudi Tama 3) Mahasiswa Program Magister Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Di dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, maka sebelumnya harus dilakukan pengamatan dan penelitian

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Ranked Positional Weight dan Kilbridge Wester Pada Permasalahan Keseimbangan Lini Lintasan Produksi Berbasis Single Model

Perbandingan Metode Ranked Positional Weight dan Kilbridge Wester Pada Permasalahan Keseimbangan Lini Lintasan Produksi Berbasis Single Model Perbandingan Metode Ranked Positional Weight dan Kilbridge Wester Pada Permasalahan Keseimbangan Lini Lintasan Produksi Berbasis Single Model Dyah Saptanti Perwitasari Teknik Informatika ITB, Bandung 4135,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Erwanto, et al / Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing / Jurnal Titra, Vol.5, No 2, Juli 2017, pp. 387-392 Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Intan Mei Erwanto 1, Prayonne

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, persaingan di dunia industri manufaktur semakin ketat. Hal ini disebabkan karena perkembangan industri manufaktur semakin pesat. Seluruh industri

Lebih terperinci

Penerapan Shojinka Pada Perencanaan Tenaga Kerja Dalam Kerja Berkelompok

Penerapan Shojinka Pada Perencanaan Tenaga Kerja Dalam Kerja Berkelompok Penerapan Shojinka Pada Perencanaan enaga Kerja Dalam Kerja Berkelompok Arif Rahman Jurusan eknik Industri, Fakultas eknik, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 Indonesia posku@ub.ac.id

Lebih terperinci

Peningkatan Efisiensi Kerja Di Line 3 Blackpoly Take Pada PT. X

Peningkatan Efisiensi Kerja Di Line 3 Blackpoly Take Pada PT. X Peningkatan Efisiensi Kerja Di Line 3 Blackpoly Take Pada PT. X Nur Yulianti Hidayah 1, Agus Zainudin 2 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta

Lebih terperinci

Perencanaan Tenaga Kerja pada Sistem Jobshop dengan Pendekatan Shojinka dan Rank Order Clustering

Perencanaan Tenaga Kerja pada Sistem Jobshop dengan Pendekatan Shojinka dan Rank Order Clustering Perencanaan Tenaga Kerja pada Sistem Jobshop dengan Pendekatan Shojinka dan Rank Order Clustering Arif Rahman Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Meri Prasetyawati 1*, Agustin Damayanti 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Line Balancing dengan Pendekatan Simulasi dan Metode Ranked Position Weight (RPW)

Analisis Penerapan Line Balancing dengan Pendekatan Simulasi dan Metode Ranked Position Weight (RPW) Petunjuk Sitasi: Sentia, P. D., Andriansyah, & Hanan, A. (2017). Analisis Penerapan Line Balancing dengan Pendekatan Simulasi dan Metode Ranked Position Weight (RPW). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan urutan langkah-langkah dan kerangka berpikir untuk merumuskan, menganalisa dan memecahkan permasalahan. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS

PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS 78 Purnomo: PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN... PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI DI PT. X DENGAN MEMPERHATIKAN LINTASAN PERAKITAN DAN TATA LETAK FASILITAS Helmi Indra Purnomo ),

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV WATTOO WATTOO GARMENT merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Dalam kegiatan produksinya, CV WATTOO WATTOO GARMENT ini memproduksi bermacam-macam pakaian anak-anak sesuai

Lebih terperinci

Jakarta, 30 Maret Penulis

Jakarta, 30 Maret Penulis KATA PENGANTAR Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat kemurahan-nya penulisan Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Tugas Akhir dengan judul

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE HEURISTIK DAN SIMULASI UNTUK MENYEIMBANGKAN LINI PERAKITAN LAMPU

IMPLEMENTASI METODE HEURISTIK DAN SIMULASI UNTUK MENYEIMBANGKAN LINI PERAKITAN LAMPU IMPLEMENTASI METODE HEURISTIK DAN SIMULASI UNTUK MENYEIMBANGKAN LINI PERAKITAN LAMPU Septian Andrew Susanto 1) dan Nurhadi Siswanto 2) 1) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,

Lebih terperinci

PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA

PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Wiwik Sudarwati 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada setiap pelaku bisnis untuk melakukan inovasi dan perbaikan dalam setiap lini kegiatannya, agar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI UD SUMBER AYEM

ANALISIS PENERAPAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI UD SUMBER AYEM ANALISIS PENERAPAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA EFISIENSI LAYOUT FASILITAS PRODUKSI UD SUMBER AYEM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap menjaga mutu dan produktivitasnya untuk dapat bersaing di pasar dunia, maka PT

BAB I PENDAHULUAN. tetap menjaga mutu dan produktivitasnya untuk dapat bersaing di pasar dunia, maka PT 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi dan saratnya persaingan pasar dibidang komponen automotive, maka perusahaan komponen automotive khususnya filter, harus tetap menjaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study) diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metoda ini terutama

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 STUDI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE-METODE HEURISTIK SERTA PERENCANAAN KEGIATAN

Lebih terperinci

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M. ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA Sutarjo, ST. Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta Email : Sutarjo06@gmail.com Risris Nurjaman, MT. Dosen Universitas

Lebih terperinci