kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi sepert

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi sepert"

Transkripsi

1 SELF REGULATED LEARNING PADA ANAK HOMESCHOOLING TUNGGAL MOHAMMAD HALILINTAR Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Homeschooling tunggal adalah konsep pendidikan sekolah rumah pada satu keluarga. Orangtua fokus pada satu anak tanpa ada campur tangan pihak keluarga serta peserta didik lain. Homeschooling tunggal menjadi pendukung terciptanya lingkungan belajar yang diinginkan orangtua. Anak dengan homeschooling tunggal memiliki strategi belajar berbeda dari anak di sekolah umum, misalnya pengaturan jadwal. Pada sekolah umum jadwal pelajaran sudah ditentukan pihak sekolah, namun pada homeschooling tunggal jadwal pelajarannya fleksibel. Tetapi siswa tetap memiliki tanggung jawab terhadap pengaturan jadwalnya. Karena itu perlu adanya regulasi dalam belajar. Regulasi ini yang disebut dengan self regulated learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan mengapa orangtua subjek memilih homeschooling tunggal, bagaimana self regulated pada anak homeschooling tunggal serta gambaran apa saja yang muncul pada self regulated learning subjek. Subjek penelitian ini adalah anak homeschooling tunggal berusia 10 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa alasan orangtua subjek memilih homeschooling tunggal adalah pendidikan moral, adanya lingkungan sosial dan suasana, serta waktu belajar yang lebih baik dan fleksibel, kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran serta penghindaran dari penyakit sosial. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning subjek disebabkan oleh proses diri (proses personal), tingkahlaku dan lingkungan (environmental events). Untuk gambaran self regulated learning yang muncul pada subjek, dapat dilihat dari karakteristik dan strategi self regulated learningnya. Karakteristik tersebut meliputi, orienting, planning, monitoring, testing, diagnosting, repairing, evaluating dan reflecting. Sedangkan strategi self regulated learningnya meliputi, self evaluating, organizing and transforming, goal-setting and planning, seeking information, keeping records and monitoring, environtmental structuring, self consequating, rehearsing and memorizing, seeking social assistance from peers, seeking social assistance from teachers, seeking social assistance from adult and reviewing records. PENDAHULUAN Anak memiliki perbedaan akan kebutuhan pendidikannya. Sebagai contoh adalah anak yang terlahir dengan kebutuhan khusus, besar kemungkinan tidak cukup hanya dengan disekolahkan di sekolah umum biasa. Anak dengan kebutuhan khusus demikian, perlu disekolahkan di tempat yang khusus juga untuk menangani anak tersebut agar mendapat perhatian dan penanganan yang lebih khusus juga. Hal itu tidak hanya berlaku pada anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak yang terlahir dengan kebutuhan khusus, besar kemungkinan tidak cukup hanya dengan disekolahkan di sekolah umum biasa. Anak dengan kebutuhan khusus demikian, perlu disekolahkan di tempat yang khusus juga untuk menangani anak tersebut agar mendapat perhatian dan penanganan yang lebih khusus juga. Hal itu tidak hanya berlaku pada anak-anak dengan

2 kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi seperti itu akan mengalami ketidaknyamanan apabila tetap disekolahkan di sekolah formal pada umumnya. Di masyarakat, pendidikan formal biasa dikenal sebagai SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Terlepas dari ketiga alternatif jalur pendidikan tersebut, setiap orangtua tetap menghendaki anaknya mendapat pendidikan yang berkualitas, serta nilai-nilai iman dan moral yang tertanam dengan baik. Seperti yang pernah dialami oleh orangtua murid yang mengalami kekecewaan terhadap guru di sekolah anaknya yang mendapati masih sering melakukan kekerasan fisik di kelas jika anak tidak mendengarkan gurunya menjelaskan. Homeschooling menjadi alternatif yang sangat mendukung terciptanya lingkungan belajar yang diinginkan orangtua saat ini. Keberadaan homeschooling yang sah di mata Undang-undang Sisdiknas No. 23 Tahun 2003 membuat homeschooling menjadi pendidikan alternatif yang mulai banyak dipraktekkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Sumardiono, homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Sumardiono juga menyatakan bahwa homeschooling yang dinilai efektif membangun suasana layaknya sekolah umum namun dengan setting kekeluargaan adalah homeschooling tunggal. Pada homeschooling tunggal satu keluarga yang dalam hal ini orangtua benar-benar fokus dengan satu anak tanpa ada campur tangan pihak maupun keluarga serta peserta didik lain, sehingga pada penyelenggaraannya homeschooling tunggal dapat membuat anak nyaman karena merasa berada dalam lingkungan keluarga serta orang terdekatnya sendiri. menurut Mulyadi tingginya minat terhadap homeschooling tunggal dikarenakan homeschooling tunggal memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel, memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran serta menghindari penyakit sosial. Sebagai contoh nyata yang telah banyak dilakukan, dalam pelaksanaan homeschooling tunggal orangtua dapat menyisipkan materi-materi yang berkaitan dengan budi pekerti, pembentukan moral bahkan keagamaan dengan mendatangkan pengajar khusus lain seperti guru mengaji atau guru agama masing-masing yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak. Pola pikir anak saat keinginan untuk belajarnnya muncul dengan sendirinya dan tergerak untuk melakukannya itu sudah dapat disebut sebagai Self regulated learning yank menurut Pintrich & Schunk yaitu proses dimana anak secara aktif mampu menggunakan kemampuan kognitif dan tingkah laku yang akan berpengaruh kepada perubahan. Menurut Bandura (dalam Zimmerman & Schunk, 1989) mendeskripsikan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh tiga faktor yang mempengaruhi yaitu proses dari dalam individu tersebut tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkah lakunya. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi bagaimana self regulated learning pada anak homeschooling tunggal. Sehingga dapat menemukan cara belajar yang efektif bagi anak. Serta pemanfaatannya dalam kegiatan belajar agar tidak terbatas dengan metode yang diberikan oleh guru, melainkan dapat menggunakan cara yang lebih relevan dan mudah. Untuk orangtua pun dapat mengetahui bagaimana terjadinya self regulation learning pada anak. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Self Regulated Learning Menurut Montalvo dan Tores self regulated learning adalah teori yang relatif baru dalam teori pembelajaran. Self regulated learning telah menjadi fokus dari penelitian dan menjadi salah satu bagian

3 yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Corno dan Madinach (dalam Kerlin, 1992) mendefinisikan self regulated learning sebagai suatu usaha yang dilakukan individu untuk menyelesaikan tugas akademik dengan menggunakan cara-cara yang relevan dan tidak terbatas hanya pada materi pelajaran serta membuat perencanaan dan pengawasan pada proses kognitif dan afektifnya. Sedangkan menurut Bandura (dalam Zimmerman & Schunk, 1989) mendeskripsikan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh tiga faktor yang mempengaruhi yaitu proses dari dalam individu tersebut tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkah lakunya. Faktor lain yang berpengaruh adalah struktur dari kondisi belajar siswa, termasuk di dalamnya tugas-tugas akademik dan situasi belajar. Menurut teori sosial kognitif proses belajar manusia sangat tergantung pada pengaruh lingkungan sosial proses belajar berlangsung. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa self regulated learning adalah suatu cara bagaimana individu mengontrol dan mengarahkan tindakannya di dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan diri, pemantauan diri dan mengevaluasi diri yang akan berpengaruh secara langsung kepada perubahan tingkahlakunya. Pengertian Homeschooling Sejarah awal homeschooling tunggal yang berkembang di Amerika Serikat pada saat ini dapat dirunut dari perkembangan pemikiran mengenai pendidikan pada tahun 1960-an. Dipicu oleh pemikiran yang dilontarkan John Caldwell Holt melalui bukunya How Children Fail (1964), terjadi perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak disebabkan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh eksistensi sekolah itu sendiri. Menurut Sumardiono bahwa homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Homeschooling adalah model pendidikan alternatif selain di sekolah. Homeschooling dipraktikkan oleh jutaan keluarga di seluruh dunia. Walaupun ada keinginan untuk membuat sebuah definisi mengenai apa yang dimaksud dengan homeschooling, tetapi tak mudah untuk melakukannya. Menurut Mulyadi bahwa terdapat beberapa alasan orangtua memilih homeschooling tunggal bagi anak antara lain, yaitu menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel, memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran serta dapat menghindari penyakit sosial yang berdampak negatif bagi anak. Berdasarkan pendapat-pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian homeschooling tunggal adalah layanan pendidikan yang dilakukan oleh orangtua atau wali terhadap seorang anak atau lebih terutama di rumahnya sendiri atau di tempat-tempat lain yang menyenangkan bagi peserta didik, hanya melibatkan satu keluarga dan tidak tergabung dengan keluarga lainnya. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode studi kasus, karena peneliti ingin melihat dan menggali lebih dalam lagi mengenai self regulated learning pada anak homeschooling tunggal. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak perempuan yang mengikuti homeschooling tunggal, berusia 10 tahun dan memiliki jenjang pendidikan setara dengan anak kelas IV SD pada sekolah formal. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak perempuan dan satu orang significant other. Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini antara lain tahap persiapan,

4 tahap pelaksanaan dan tahap laporan penelitian. Teknik pengumpulan datanya yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terbuka dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat berdasarkan aspek-aspek, karaktersitik, komponen teoritis yang terdapat pada tinjauan teoritis. Sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan, dimana observer tidak ikut terlibat dalam kegiatan observasi dan tidak menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya. Alat bantu yang dapat digunakan antara lain tape recorder, pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dalam hal ini triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah beberapa jenis triangulasi yakni triangulasi data, triangulasi pengamat, triangulasi teori dan triangulasi metode. Dimana keempat teknik tersebut dipadukan oleh peneliti untuk mencapai keakuratan penelitian. Peneliti akan menggunakan analisa intra kasus. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh pemahaman mengenai self regulated learning pada anak homeschooling tunggal. HASIL DAN PEMBAHASAN Diketahui dari hasil intra kasus antara subjek dengan significant other yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa alasan orangtua memilih homeschooling tunggal pada subjek dikarenakan di homeschooling tunggal mengajarkan subjek mengenai pendidikan moral dan keagamaan seperti layaknya pada sekolah formal pada umumnya, namun penyampaian yang dilakukan oleh pengajarnya disampaikan dengan metode yang tidak membosankan. Sehingga subjek dapat mudah mencerna makna yang didapat melalui metode pengajaran tersebut dan subjek terhindar dari kenakalan dan perbuatan negatif lainnya. Selain itu subjek juga mendapatkan pendidikan agama yang menjadikan subjek dapat memahami mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak. Dengan mengikuti homeschooling tunggal subjek mendapatkan suasana nyaman dengan lingkungan serta suasana belajar sehingga dapat memaksimalkan waktu belajarnya. Homeschooling tunggal memberikan subjek rasa aman karena berada di sekitar orang-orang yang sudah subjek kenal. Homeschooling tunggal juga membentuk subjek menjadi pribadi yang mandiri, memiliki jadwal waktu belajar yang dapat disepakati oleh pengajarnya dan fleksibel. Subjek yakin dirinya akan terhindar dari kenakalan dan perbuatan negatif lainnya. Dari hasil intra kasus antara subjek dengan significant other yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa gambaran self regulated learning subjek dapat dilihat dari karakteristik self regulated learning serta penerapan strategi self regulated learning itu sendiri. Subjek selalu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaannya dan disiplin menyiapkan materi pelajaran yang selanjutnya akan dipelajari. Subjek juga terbiasa untuk mengulang setiap materi yang didapatnya. Subjek membuat catatan kecil untuk mencatat intisari materi saat gurunya menerangkan dan membuat daftar prioritas pengerjaan tugas-tugas. Subjek membuat daftar nilai tugas atau quiz setiap mata pelajaran, mencatat jika ada nilai yang kurang memuaskan untuk diperbaiki. Subjek juga membuat evaluasi terhadap dirinya sendiri, membuat checklist daftar materi yang sudah dipahami dan yang belum dipahami. Subjek membuat daftar soal dari materi yang telah dipelajari dan menjawabnya sendiri. Subjek juga membuat daftar koreksi terhadap diri dan mencari tahu, mencatat apa yang sekiranya perlu diperbaiki. Subjek mengetahui cara membenahi metode belajar agar lebih efektif serta mampu menyeleksi materi mana yang masih belum dikuasai. Subjek juga membuat target untuk memperbaiki kesalahan dan dapat mengambil hikmah terhadap hasil yang diperoleh serta mengucap janji untuk selanjutnya akan berusaha lebih baik lagi. Subjek membuat catatan kemajuan hasil nilai-nilai dan membuat kerangka tugas

5 sebelum mengerjakannya. Subjek mencari tambahan informasi ke orang lain selain guru, bertukar informasi kepada teman dan mau bertanya kepada orangtua. Subjek juga membuat suasana yang tidak biasanya untuk belajar. Subjek menerima konsekuensi jika berhasil atau gagal dalam mengerjakan tugas dan menemukan cara termudah menghafal materi pelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning subjek dikarenakan subjek mampu dan yakin dapat menyelesaikan tugas dengan baik, selain itu subjek merupakan anak yang selalu ingin tahu dan penasaran jika belum menemukan apa yang dia ingin ketahui. Subjek juga seorang anak yang selalu ingin berusaha lagi jika mengalami kegagalan. Subjek terus mencari cara baru agar mudah mencerna materi pelajaran, dan memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaannya sendiri untuk meningkatkan semangat belajarnya. Subjek dapat memperbaiki kesalahannya agar pekerjaan yang selanjutnya subjek memiliki strategi untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Subjek juga memiliki target dan tujuan akhir dari apa yang dikerjakan dan mengevaluasi hasilnya. Subjek terbiasa mengoreksi kembali hasil pekerjaannya usai selesai mengerjakan dan membandingkannya kepada orang lain. Subjek berada di kondisi lingkungan sekitar yang mendukung untuk belajar dan memiliki lokasi favorit untuk belajar. Selain itu subjek juga tidak dapat belajar dalam kondisi banyak orang yang gaduh tetapi kalau sambil mendengarkan lagu kesukaan itu justru membuatnya nyaman dan mampu memaksimalkan waktu belajarnya sehingga menimbulkan semangat meraih nilai yang bagus serta merasakan manfaatnya. Subjek merasa terganggu belajarnya jika suasana tempat sekitar berisik karena keberadaan oranglain yang mengganggu, tapi kalau bising karena suara musik subjek sangat tidak terganggu. Subjek mampu membuat suasana lingkungan belajarnya menjadi nyaman seperti yang diinginkan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap subjek dan significant other, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Alasan orangtua subjek memilih homeschooling tunggal a. Menjadikan subjek memiliki sikap moral atau keagamaan yang baik, dengan mengikuti homeschooling tunggal subjek memiliki sikap moral atau keagamaan yang baik. b. Membentuk lingkungan sosial dan suasana belajar subjek menjadi lebih baik, hal ini terlihat saat subjek tampak merasa nyaman dengan lingkungan dan suasana belajarnya di rumah. c. Memberikan fleksibilitas jadwal waktu belajar yang cukup baik. d. Membuat subjek merasa memiliki kedekatan emosional yang baik terhadap pengajar homeschooling tunggalnya. Terlihat dari subjek yang merasa dirinya seperti nyaman berada di dekat orangtua sendiri sehingga sangat akrab kepada pengajarnya. e. Memberikan pembelajaran serta menghindarkan subjek dari penyakit sosial, tercermin dalam inti dari pengajaran bahwa mengambil atau meminta sesuatu yang bukan miliknya itu tidak boleh. 2. Gambaran self regulated learning subjek a. Subjek memiliki disiplin dalam menyiapkan materi pelajaran yang baik untuk selanjutnya dipelajari dan subjek juga terbiasa untuk mengulang setiap materi yang didapatnya dengan baik. b. Subjek memiliki self evaluating yang baik, karena subjek di akhir proses belajar melakukan koreksi, memeriksa dengan seksama dan membuat catatan kemajuan nilai dari hasil tugasnya. Subjek juga

6 memiliki organizing and transforming yang juga baik, karena subjek dalam mengerjakan tugas terlebih dahulu membuat kerangka, urutan pengerjaan serta tidak terfokus pada satu tugas itu-itu saja. Subjek memiliki goal setting and planning yang baik, hal ini terlihat dari penjadwalan materi dan membuat perencanaan pencapaian dalam belajar. Subjek memiliki seeking information yang baik, karena subjek dapat mencari informasi tambahan selain dari gurunya. Subjek memiliki keeping records and monitoring yang cukup baik, hal ini tampak saat subjek membuat catatan kecil serta mengambil intisari materi yang disampaikan gurunya. Subjek memiliki environtmental structuring yang juga baik, karena subjek melakukan pengaturan tempat sedemikian rupa dan membuat suasana belajar yang tidak biasa yang membuat subjek merasa nyaman berada di tempat tersebut. Subjek memiliki self consequating yang baik, hal ini tercermin pada saat subjek mau menerima apapun konsekuensi yang didapat dari hasil belajarnya sendiri. Subjek memiliki rehearsing and memorizing yang baik, karena subjek dapat menemukan metode menghafal yang mudah dan efektif untuk dirinya sendiri. 3. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning subjek a. Subjek mampu dan yakin dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan seandainya mengalami kegagalan subjek segera mencari apa yang menjadi kesalahannya untuk diperbaiki lagi nanti kedepannya. Subjek merupakan anak yang selalu ingin tahu dan penasaran jika belum menemukan apa yang dia ingin ketahui. Proses personal juga terlihat saat subjek menjaga kondisi badan agar tetap fit adalah sebagai salah satu bentuk usaha agar dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Subjek juga seorang anak yang selalu ingin berusaha lagi jika mengalami kegagalan. Sehingga subjek dapat dikatakan memiliki proses personal yang cukup baik. b. Subjek terus mencari cara baru agar mudah mencerna materi pelajaran seperti dengan metode mengaitkan kata-kata dipadukan dengan hafalan, memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaannya sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan semangat lagi belajarnya. Subjek dapat mengetahui apa yang menjadi kesalahan sehingga dapat diperbaiki kembali untuk pekerjaan yang selanjutnya dan subjek memiliki strategi untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Selain itu subjek juga memiliki target dan tujuan akhir dari apa yang dikerjakan dan mengevaluasi hasilnya. Subjek termasuk teliti meskipun masih suka sesekali terlewat dalam mengoreksi. Subjek terbiasa mengoreksi kembali hasil pekerjaannya usai selesai mengerjakan. Selain itu subjek terkadang juga suka membandingkan hasil pekerjaannya dengan orang lain atau temannya. Subjek berada di kondisi lingkungan sekitar yang mendukung untuk belajar. Subjek tidak dapat belajar dalam kondisi banyak orang yang gaduh tetapi kalau sambil mendengarkan lagu kesukaan itu justru membuatnya nyaman dan semangat meraih nilai yang bagus. Lokasi favorit subjek untuk belajar adalah di halaman teras belakang rumah. Subjek mampu memaksimalkan cara dan waktu belajarnya. Selain itu subjek juga dapat merasakan manfaat dari memaksimalkan waktu belajarnya sekarang. Sehingga subjek dapat dikatakan memiliki tingkahlaku yang

7 baik. c. Subjek merasa terganggu belajarnya jika suasana tempat sekitar berisik dengan suara-suara orang lain, tapi kalau bising suara musik apalagi lagu-lagu yang disukai subjek sangat tidak terganggu. Subjek mampu membuat suasana lingkungan belajarnya menjadi seperti yang diinginkannya supaya bisa lebih semangat dan mudah memahami materi. Subjek sangat terpengaruh apabila lingkungan atau suasana belajar di sekitarnya tidak nyaman. Kehadiran orang lain yang membuat kegaduhan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketidaknyamanan subjek saat sedang belajar. Selain itu musik juga merupakan hal yang membuat subjek semangat dalam belajar dan subjek merupakan anak yang mudah menerima keberadaan oranglain selama tidak mengganggu dirinya. Sehingga subjek dapat dikatakan memiliki self reaction yang baik. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Untuk subjek, diharapkan dapat mempertahankan strategi self regulated learning yang sudah baik dan jika perlu untuk lebih ditingkatkan atau dikembangkan kembali agar dapat menemukan metode belajar yang lebih efektif lagi dibandingkan dengan yang sebelumnya. 2. Disarankan kepada orangtua subjek, untuk terus dapat memantau perkembangan subjek dari waktu ke waktu. Agar subjek dapat terus terarahkan dengan baik dan sesuai dengan self regulated learning yang sudah dimiliki. Sedangkan bagi orangtua lainnya, diharapkan agar lebih peka terhadap apa yang menjadi kelebihan dan kebutuhan apa yang memang benarbenar dibutuhkan oleh anak. 3. Adapun kepada orangtua diharapkan dapat memiliki komitmen dan keterlibatan yang tinggi terhadap homeschooling tunggal yang menjadi pilihan bagi anak, karena homeschooling tunggal tidak akan berjalan dengan baik apabila tanpa adanya keterlibatan dari orangtua itu sendiri. 4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian menggunakan subjek yang sama tetapi dengan menggunakan variabel yang berbeda seperti motivasi belajar atau kemandirian. Atau dapat juga melakukan penelitian dengan menggunakan subjek yang berbeda namun tetap menggunakan variabel yang sama, yaitu self regulated learning dan homeschooling tunggal. Dapat pula untuk penelitian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif sebagai metode penelitiannya. Daftar Pustaka Ajisukmo, C. R. P. (1996). Self regulated learning in indonesian higher education. Jakarta : Atma Jaya Research Centre. Basuki, H. (2004). Pengujian model konstruksi belajar yang bermakna pada kreativitas, self regulated learning dan prestasi akademik siswa sekolah SMU negeri di jakarta. Disertasi (Tidak Diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Basuki, H. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Universitas Gunadarma. Kerlins, A. B. (1992). Cognitive engagement style, self regulated learning and cooperative learning. research/ srl.html. Diakses 6 April Milles & Huberman, K. (1994). In Deepth interview, observation and other

8 research Instrument. London: Northern Library. Montalvo, T. F. & Torres, G. C. M. (2004). Self regulated learning: Current and future directions. Electronic journal of research in educational psychology. Volume 89 (29-36). Paris, S. G., & Cunningham, A. E. (1996). Children becoming students. In D. C. Berliner & R. C. Calfee (Eds.), Handbook of educational psychology (pp ). New York: Macmillan. Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. (1990). Motivational and self-regulated learning components of classroom academic performance. Journal of Educational Psychology, 82(1), Pintrich, P. R., & Schunk, D. H. (1996). Motivation in education: Theory, research, and applications. Englewood Cliffs, NJ: Prentice- Hall. Prabowo, H. & Puspitawati. (1997). Psikologi pendidikan (serial diktat kuliah). Jakarta: Universitas Gunadarma. Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia. Purwadi, S. (2006). Sekolah di rumah: Memanfaatkan seluruh dunia sebagai ruang kelas. Bandung: Penerbit Nuansa. Rupp, R. (2007). Home learning year by year: How to design a homeschool curriculum from preschool through high school. International Journal of Educational Home Learning. (32 34) Volume. 07. Num. 31. January. Washington DC: American Psychological Association. Sumardiono. (2007). Homeschooling: A leap for better learning, lompatan cara belajar. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Woolfolk, A. E. (2004). Educational Psychology (9 th Edition). Boston: Allyn & Bacon.

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA 70 Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 83 Jakarta Utara REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA Nurhasanah 1 Moch. Dimyati, M.Pd 2 Dra. Meithy

Lebih terperinci

Hubungan antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 Di Jakarta Timur.

Hubungan antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 Di Jakarta Timur. Hubungan antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 Di Jakarta Timur. Amelia Elvina Dr. Awaluddin Tjalla Fakultas Psikologi Universiyas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang adalah masa yang penuh dengan persaingan diberbagai aspek dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali negara

Lebih terperinci

REGULASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI. Ermida Simanjuntak Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

REGULASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI. Ermida Simanjuntak Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya REGULASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI Ermida Simanjuntak Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Abstraksi Penelitian ini adalah penelitian tentang regulasi belajar yang didasarkan

Lebih terperinci

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja Wita Hardiyanti Dona Eka Putri, Psi, MPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas, Institute atau Akademi. Sukadji (2001) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Syah (2006), belajar adalah tahapan perubahan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Syah (2006), belajar adalah tahapan perubahan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya bagi suatu bangsa. Dikatakan formal karena di sekolah terlaksana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila

Lebih terperinci

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar sudah sejak lama menjadi

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Karina Restu Dwi Utami, Pingkan C.B.Rumondor, S.Psi, M.psi

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1

PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1 PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1 LITERATUR Gage, N.L ; David C Berliner. 1998. EDUCATIONAL PSYCHOLOGY. 6 th Edition. New York : Houghton Mifflin Co. Woolfolk, Anita.2004. Educational Psychology 9 th Edition. Boston:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Zimmerman & Martinez Pons, (1990) menyatakan bahwa self regulated

BAB II LANDASAN TEORI. Zimmerman & Martinez Pons, (1990) menyatakan bahwa self regulated BAB II LANDASAN TEORI A. Self regulated Learning 1. Defenisi self regulated learning Zimmerman & Martinez Pons, (1990) menyatakan bahwa self regulated learning merupakan konsep bagaimana seorang peserta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kedisiplinan A. 1. Pengertian Kedisiplinan Menurut Hurlock (2000) kedisiplinan berasal dari disciple yang berarti bahwa seseorang belajar secara sukarela mengikuti seorang pemimpin.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses BAB II LANDASAN TEORI A. Self Regulated Learning 1. Definisi self regulated learning Teori sosial kognitif menyatakan bahwa faktor sosial, kognitif serta faktor perilaku, memainkan peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Regulated Learning 1. Pengertian Self-Regulated Learning Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana seseorang peserta didik menjadi regulator atau pengatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan suatu proses yang

BAB II LANDASAN TEORI. mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan suatu proses yang BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self Regulation Menurut Schunk (dalam Susanto 2006), regulasi adalah kemampuan untuk mengontrol diri sendiri. Self regulation merupakan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan BAB II LANDASAN TEORI A. KECEMASAN AKADEMIS 1. Pengertian Kecemasan Akademis Nevid (2005) menjelaskan bahwa kecemasan sebagai salah satu keadaan emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy BAB II LANDASAN TEORI A. SELF-EFFICACY 1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

Lebih terperinci

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran 2016-2017 The Effects Of Discussion Group Guidance Service To

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komponen penting yang harus diperhatikan dalam proses pendidikan adalah peserta didik, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, dan kurikulum sebagai materi

Lebih terperinci

Proceedings Konferensi Nasional Mempersiapkan Kebangkitan Generasi Emas Indonesia 2045 Melalui Revolusi Mental Anak Bangsa

Proceedings Konferensi Nasional Mempersiapkan Kebangkitan Generasi Emas Indonesia 2045 Melalui Revolusi Mental Anak Bangsa UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI SELF REGULATED LEARNING Romia Hari Susanti,M.Pd 1 & Laily Tiarani,M.Pd 2 1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan di era modern seperti sekarang merupakan sebuah kebutuhan seperti halnya sandang dan pangan. Pendidikan adalah hak setiap warga negara

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 2 (1) (2013) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj SELF REGULATED LEARNING DITINJAU DARI GOAL ORIENTATION Anggi Puspitasari, Edy Purwanto, Dyah Indah Noviyani

Lebih terperinci

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI ABSTRAK Pengerjaan skripsi adalah hal yang harus dilalui mahasiswa sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS VIII SMP N 1 TAMBUN SELATAN Hubungan Penggunaan Strategi Self-regulated Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas VIII... 71 HUBUNGAN PENGGUNAAN STRATEGI SELF- REGULATED LEARNING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support

Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA SMP HOMESCHOOLING (Correlation Between Social Support and Self Regulated Learning Among Homeschooling Students) Nur Inayatul Fauziah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning menyangkut self generation dan self monitoring pada pemikiran, perasaan

Lebih terperinci

PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK

PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN MIRANDA RIZKA Z SURYA CAHYADI ABSTRAK Keputusan pelajar untuk meregulasi fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning Zimmerman berpendapat bahwa self regulation berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan semakin beragam, mulai dari jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal.

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Self Regulated Learning Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Angkatan 2012 Description Study of Self Regulated Learning in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang dapat belajar mengenai banyak hal, mulai dari hal yang tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Quroyzhin Kartika Rini 1 Ursa Majorsy 2 Ratna Maharani Hapsari 3 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma { 1 quroyzhin,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi masing-masing individu, dan sudah menjadi hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada Undang-Undang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan/dimanfaatkan; serta (3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan/dimanfaatkan; serta (3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi obyektif pembelajaran di sekolah saat ini menunjukkan permasalahan antara lain: (1) Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap

Lebih terperinci

Dalam Gereja Protestan, salah satu program yang dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral religius pada anak-ana

Dalam Gereja Protestan, salah satu program yang dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral religius pada anak-ana HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY BELIEF DENGAN GOAL ORIENTATION PADA GURU SEKOLAH MINGGU AGNECYA RANDAN Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma (agnecy@yahoo.com) Abstrak Menanamkan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri.

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Self Regulated Learning 2.1.1. Definisi Self Regulated Learning Menurut Zimmerman (1988), Self regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana individu menjadi regulator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada penelitian-penelitian psikologi yang terdahulu ditemukan bahwa inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para peneliti tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang yang memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya sebagai mahasiswa di salah satu universitas pasti memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan gelar

Lebih terperinci

DAMPAK MODEL PEMBELAJARAN AGT Re-Con TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SELF REGULATED LEARNING SISWA MTs

DAMPAK MODEL PEMBELAJARAN AGT Re-Con TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SELF REGULATED LEARNING SISWA MTs DAMPAK MODEL PEMBELAJARAN AGT Re-Con TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SELF REGULATED LEARNING SISWA MTs Sri Hartatik 1), Wachju Subchan 2), Joko Waluyo 2) 1) MTs Negeri Arjasa Jl. Letnan Suprayitno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran fisika adalah pelajaran yang mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa, sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh berbagai perubahan yang secara terus menerus berlangsung. Kemajuan

Lebih terperinci

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Yerizon Jurusan Matematika FMIPA UNP Padang E-mail: yerizon@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 HUBUNGAN SELF-REGULATION DENGAN PRESTASI BALAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNISBA 1 Yuli Aslamawati, 2 Eneng Nurlailiwangi, 3

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut pendapat Ryff (Widyati Ama & Utami, 2012) psychological well

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut pendapat Ryff (Widyati Ama & Utami, 2012) psychological well BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Psychological Well Being 2.1.1 Pengertian Psychological Well Being Menurut pendapat Ryff (Widyati Ama & Utami, 2012) psychological well being merupakan istilah yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan tolok ukur kemajuan sebuah bangsa dan menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang bermutu bangsa kita mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Metode Cooperative Learning Model Jigsaw Pada Layanan Bimbingan Klasikal...

Pengaruh Penerapan Metode Cooperative Learning Model Jigsaw Pada Layanan Bimbingan Klasikal... 63 PENGARUH PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW PADA LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TERHADAP PEMAHAMANSELF REGULATED LEARNING (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Tata Boga 3 SMK Negeri 30

Lebih terperinci

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama Dewi Rosiana Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 1 Maret 2017, hal 39-44 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Hj. Annisa NIP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG Lucky Rianatha 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

School Engagement pada Siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan

School Engagement pada Siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan School Engagement pada Siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan Evi Ema Victoria Polii Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Maranatha, Bandung Abstract This research aims to find the description and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi di era globalisasi yang menuntut mahasiswa untuk terus belajar. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk menggunakan cara-cara baru dan strategi yang matang sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning PENGARUH METODE MODELLING DALAM LAYANAN KLASIKAL TERHADAP PENINGKATAN SELF REGULATED LEARNING ( Studi Kuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori dan penelitian mengenai self regulated learning mulai muncul

BAB II LANDASAN TEORI. Teori dan penelitian mengenai self regulated learning mulai muncul BAB II LANDASAN TEORI A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning Teori dan penelitian mengenai self regulated learning mulai muncul sejak pertengahan tahun 1980-an untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Model pembelajaran Problem Based Learning, MOODLE, Self Regulated Learning, hasil belajar. Abstract

Abstrak. Kata Kunci: Model pembelajaran Problem Based Learning, MOODLE, Self Regulated Learning, hasil belajar. Abstract 5 Aplikasi Problem Based Learning berbantuan MOODLE untuk Menumbuhkan Self Regulated Learning Siswa dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Ekologi Kelas X IPA 2 (SMA Negeri 3 Jember) Problem

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGIK DAN SELF CONFIDENCE CALON GURU MATEMATIKA DALAM MENGHADAPI PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN. Oleh :

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGIK DAN SELF CONFIDENCE CALON GURU MATEMATIKA DALAM MENGHADAPI PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN. Oleh : ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGIK DAN SELF CONFIDENCE CALON GURU MATEMATIKA DALAM MENGHADAPI PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN Oleh : Neneng Aminah Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK Penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara demi kelangsungan kesejahteraan rakyatnya, dan untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini lebih spesifik dibanding tingkat SMA. Disiplin ilmu yang disediakan merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman dalam Ahmadi mendefinisikan self-regulated learning sebagai suatu proses dimana seorang siswa mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition),

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X ARINA MARLDIYAH ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting task pada anak

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulated Learning pada Siswa Anggota Aktif Betops SMAN 9 Bandung Descriptive Study of Self-Regulated Learning in Active Members of Betops

Lebih terperinci

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam

belajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TASK VALUE DENGAN SELF-REGULATION OF LEARNING PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN SINDANGSARI AL-JAWAMI

HUBUNGAN ANTARA TASK VALUE DENGAN SELF-REGULATION OF LEARNING PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN SINDANGSARI AL-JAWAMI HUBUNGAN ANTARA TASK VALUE DENGAN SELF-REGULATION OF LEARNING PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN SINDANGSARI AL-JAWAMI IKLIMA ULFAH SURYA CAHYADI ABSTRAK Mahasiswa yang tinggal di pesantren

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Task Commitment 2.1.1. Pengertian Task Commitment Task commitment adalah salah satu karakteristik yang mestinya dimiliki oleh siswa berbakat menurut konsep The Three Ring Conception

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMANDIRIAN MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA MATA KULIAH MEKANIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING

PENINGKATAN KEMANDIRIAN MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA MATA KULIAH MEKANIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENINGKATAN KEMANDIRIAN MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA PADA MATA KULIAH MEKANIKA MELALUI METODE RECIPROCAL TEACHING Fajar Fitri Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PERBEDAAN REGULASI DIRI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS VI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

PERBEDAAN REGULASI DIRI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS VI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PERBEDAAN REGULASI DIRI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR Ruminta 1, Sri Tiatri 2, Heni Mularsih 3 1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Email: lusiaksfl@gmail.com 2 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

MENYUSUN INSTRUMEN YANG VALID Dalam menyusun dan menganalisis instrument non tes pada makalah ini, kami menggunakan Skala Likert supaya dalam

MENYUSUN INSTRUMEN YANG VALID Dalam menyusun dan menganalisis instrument non tes pada makalah ini, kami menggunakan Skala Likert supaya dalam MENYUSUN INSTRUMEN YANG VALID Dalam menyusun dan menganalisis instrument non tes pada makalah ini, kami menggunakan Skala Likert supaya dalam penafsiran instrumen dapat disimpulkan. Menurut Popham (1995:187)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya,

Lebih terperinci

1 2

1 2 Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Student Engagement pada Siswa di SMP Homeschooling Komunitas X Bandung Descriptive Study of Student Engagement in Students SMP Homeschooling Community

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. (Nasir, 1999 : 17).

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. (Nasir, 1999 : 17). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan manusia seutuhnya, karena kemampuan, kecerdasan, dan kepribadian suatu bangsa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Menteri

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. B. Desain Penelitian Desain penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. B. Desain Penelitian Desain penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini : BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA SMA Pasundan 7 Bandung Semester genap Tahun Ajaran 2016/2017. Menggunakan metode kualitatif deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama, karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan remaja seperti tidak akan pernah ada habisnya, hal ini disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan eksistensi

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REGULASI DIRI SISWA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

KEMAMPUAN REGULASI DIRI SISWA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA JRPM, 2016, 1(1), 31-42 JURNAL REVIEW PEMBELAJARAN MATEMATIKA http://jrpm.uinsby.ac.id KEMAMPUAN REGULASI DIRI SISWA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Kusaeri, Umi Nida Mulhamah Jurusan

Lebih terperinci