Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA SMP HOMESCHOOLING (Correlation Between Social Support and Self Regulated Learning Among Homeschooling Students) Nur Inayatul Fauziah Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara dukungan sosial dan self-regulated learning pada siswa SMP Homeschooling di Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan self-regulated learning pada siswa SMP Homeschooling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 35 orang siswa Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang. Penelitian ini menggunakan metode studi populasi. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala Self Regulated Learning pada siswa SMP Homeschooling dan Skala Dukungan Sosial. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan self regulated learning pada siswa SMP Homeschooling pada siswa SMP Homeschooling yang ditunjukkan dengan nilai r xy = 0,501 dan (p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : self regulated learning pada siswa SMP Homeschooling, dukungan sosial Abstract This study want to determine correlation between social support and self-regulated learning among students in Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang. The hypothesis is a positive correlation between social support and self-regulated learning on students Homeschooling. Subjects in this study was 35 students Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang. The research using population study. This study data was collected using two scales, Self Regulated Learning Scale among students Homeschooling and Social Support Scale. Data analysis using Product Moment Correlation. The Results showed that there was a significant correlation between social support and self-regulated learning on Homeschooling students that indicated by r xy = and (p <0.01), so this hypothesis is accepted. Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support 28

2 Pendahuluan Keberadaan homeschooling memiliki dasar hukum yang jelas di dalam undang-undang 1945 maupun di dalam UU No. 23 Tahun 2003 mengenai sistempendidikan nasional. Sekolah (TK, SD, SMA, dan perguruan tinggi) disebut jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal didefinisikan secara terstruktur dan berjenjang, sedangkan homeschooling disebut pendidikan informal (Sumardiono, 2007: 55). Saat ini jumlah keluarga yang melaksanakan homeschooling terus bertambah. Menurut Ella Yulaelawati, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas (dalam Sumardiono, 2007: 27), di Indonesia ada sekitar siswa homeschooling. Di Jakarta ada sekitar 600 siswa, sebagian besar diantaranya (sekitar 500 siswa) adalah homeschooling majemuk. Jumlah sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan masih lebih besar lagi. Jumlah siswa homeschooling di Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang ada sekitar 138 siswa, yang terdiri dari 87 siswa dengan program komunitas dan 51 siswa program distance learning. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah siswa SMP Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang, yang berusia tahun. Peneliti menggunakan siswa SMP Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang dikarenakan siswa SMP masih labil secara emosi, sehingga dalam belajar masih sulit dalam mengelola dorongan untuk menunda waktu belajar. Homeschooling mengharuskan peserta didik untuk belajar sendiri sesuai dengan tujuan homeschooling yang mana homeschooling mengajarkan peserta didik agar belajar sendiri, mengajarkan peserta didik bertanggung jawab untuk belajar sendiri. Magdalena (2010: 167) mengemukakan tujuan pembelajaran home education adalah menjadi mandiri dalam memenuhi kebutuhan akan pengetahuan. Anak dibiasakan untuk mampu menemukan sumber pembelajaran sendiri, dimana waktu belajarnya dipilih secara mandiri oleh anak sesuai kesiapan dan kebutuhan, mengatur lingkungan belajar serta mampu memantau kemajuan diri. Kemampuan-kemampuan tersebut disebut self regulated learning atau regulasi diri dalam belajar (Deasyanti dan Anna, 2007: 13). Zimmerman (1990: 4) menegaskan bahwa individu yang bisa dikatakan self-regulated learners adalah individu yang secara metakognisi, motivasional, dan behavioral aktif ikut serta dalam proses belajar. Individu tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang diinginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua, dan orang lain. Inilah yang diharapkan ada pada diri anak homeschooling agar mampu lebih mandiri dalam belajar dan memiliki self regulated learning yang baik. Umumnya, siswa yang berhasil adalah siswa yang menggunakan strategi self-regulated learning dan sebagian besar sukses di sekolah. 29

3 Hasil wawancara terhadap lima siswa SMP homeshooling, menunjukkan kurang spesifiknya dan sedikitnya strategi belajar yang diterapkan. Adapun strategi belajar yang diterapkan anak homeschooling antara lain hanya membaca modul sesuai materi yang diperintahkan untuk dibaca oleh tutor, mencari bahan materi dari internet, mengerjakan tugas jika ada tugas dari tutor. Hal ini menunjukkan bahwa anak homeschooling kurang memiliki kemampuan untuk mengelola dirinya secara aktif untuk memperoleh pengetahuan secara mandiri dalam proses belajarnya. Sehingga mempengaruhi kemampuan pemahaman terhadap suatu materi pelajaran dan hasil belajar pada anak homeschooling. Menurut Zimmerman (1990: 180) dalam teori sosial kognitif terdapat tiga hal yang mempengaruhi seseorang sehingga melakukan self regulated learning, yakni individu, perilaku dan lingkungan. Faktor individu meliputi pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan metakognisi serta efikasi diri. Faktor perilaku meliputi behavior self reaction, personal self reaction serta environment self reaction. Sedangkan faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan dan sebagainya. Salah satu yang kemungkinan dapat mempengaruhi selfregulated learning dalam faktor lingkungan adalah dukungan sosial. Dukungan sosial sangat berperan bagi peserta didik homeschooling dalam proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Hal ini terjadi karena anak homeschooling sebagai individu merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidupnya. Sarafino (dalam Smet, 1994: 136) memberikan definisi dukungan sosial bahwa dukungan sosial mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian, atau membantu orang menerima dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain. Schwarzer dan Leppin (dalam Smet, 1994: 135) mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi atau diberikan oleh orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kognisi individu mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support). Dukungan keluarga merupakan dukungan sosial pertama yang diterima seseorang karena anggota keluarga adalah orang-orang yang berada di lingkungan paling dekat dengan diri individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat memberikan bantuan. Menurut Gottlieb (dalam Smet, 1994: 35) dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal/nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran seseorang dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan keluarga berperan penting karena dukungan keluarga bisa membuat siswa homeschooling merasa diperhatikan, dipedulikan dan semangat untuk lebih giat belajar. 30

4 Keberadaan teman bagi anak homeschooling yang sedang menghadapi kesulitan dalam memahami suatu mata pelajaran, juga dapat membantu anak homeschooling memahami pelajaran secara menyeluruh, menemukan cara mudah dalam belajar dan menyelesaikan tugas dengan baik. Manan (dalam Ristianti, 2008: 24) mengatakan bahwa dukungan dari teman sebaya akan membuat individu merasa keberadaan dan kemampuan dirinya diakui. Keakraban dengan cara membagi pikiran dan perasaan dapat memberikan semangat belajar dan membantu anak homeschooling mengatasi kesulitan belajar. Selain dukungan keluarga dan teman, peran tutor/guru juga sangat diperlukan dalam perkembangan belajar peserta didik homeschooling. Menjaga agar perhatian tetap fokus pada tugas belajar, menyarankan strategi belajar yang efektif, dan memonitor kemajuan belajar merupakan wujud dukungan tutor kepada peserta didik homeschooling. Komunikasi yang baik antara tutor dengan peserta didik homeschooling dapat membuat peserta didik merasa nyaman, aman, dan termotivasi kembali ketika mengalami masalah yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap lima anak homeschooling menunjukkan bahwa homeschooler mendapatkan dukungan sosial berupa support, motivasi, nasehat, sharing maupun dukungan seperti membantu mencari cara yang lebih mudah untuk memahami suatu mata pelajaran yang sulit. Orang tua, teman dan tutor berperan penting bagi anak homeschooling sebagai pemberi dukungan dan motivasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran di homeschooling agar tetap belajar dengan giat secara mandiri dan mampu memahami materi pelajaran dengan baik. Kenyataannya, masih terdapat peserta didik yang belajar jika suasana hatinya sedang baik, belajar jika ada tugas atau ujian bahkan lupa belajar untuk mempersiapkan menghadapi ujian. Hasil penelitian yang relevan berkaitan dengan self-regulated learning pada siswa kelas VIII yang ditinjau dari dukungan sosial keluarga (Adicondro dan Purnamasari, 2011: 25) menunjukkan dukungan sosial dari keluarga cenderung tinggi disebabkan karena individu memperoleh kehangatan, perhatian, dorongan, arahan, dan bimbingan dari keluarga apabila mengalami kesulitan belajar. Pemenuhan kebutuhan fasilitas belajar yang mendukung kegiatan individu dan adanya pujian bila memperoleh prestasi. Dukungan sosial dari keluarga tinggi akan meningkatkan self-regulated learning. Dukungan sosial yang diterima oleh anak homeschooling, baik dari keluarga, teman sebaya, maupun tutor diharapkan dapat membuat anak homeschooling lebih semangat untuk belajar dan memperbaiki kemampuan self-regulated learning. Anak homeschooling yang menerima dukungan sosial diharapkan mampu mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. 31

5 Kenyataannya, fenomena yang ditemui peneliti menunjukkan masih terdapat anak Homeschooling Kak Seto Semarang kurang memiliki self regulated learning yang baik dan kemauan untuk belajar masih berdasarkan mood sehingga hasil belajarnya kurang optimal. Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan self-regulated learning pada anak HSKS Semarang. Self Regulated Learning pada Siswa SMP Homeschooling Self-regulated learning adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan (Santrock, 2007: 296). Boekaerts (dalam Cheng, 2011: 4) mendefinisikan self-regulated learning sebagai serangkaian proses kognitif dan afektif yang saling berkaitan yang beroperasi bersama komponen berbeda dari sistem pengolahan informasi. Pintrich (dalam Cheng, 2011: 3) menyatakan bahwa selfregulated learning merujuk pada strategi yang digunakan siswa untuk mengatur kognisi dan mengelola sumber, yang berarti mengelola dan mengendalikan lingkungan. Pintrich menganggap bahwa kegiatan regulasi diri bertindak sebagai mediator antara peserta didik, lingkungan, dan performa belajar siswa secara keseluruhan. Selfregulated learning siswa meliputi tiga ciri: menggunakan strategi self-regulated learning, respon terhadap umpan balik self-oriented tentang efektivitas belajar, dan tergantung pada proses motivational. Siswa memilih mengatur sendiri dan menggunakan strategi self-regulated learning untuk mencapai hasil akademik yang diinginkan berdasarkan umpan balik terhadap efektivitas belajar dan kemampuan siswa (Zimmerman, 1990: 6). Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 menyebutkan bahwa salah satu jenjang pendidikan formal di Indonesia adalah jenjang pendidikan SMP. Pada tingkat SMP individu berada pada rentang masa remaja awal. Batasan usia bagi remaja awal adalah usia tahun (dalam Monks, dkk, 2002: 262). Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa self-regulated learning pada siswa SMP Homeschooling merupakan suatu cara atau proses bagaimana individu pada rentang tahun mengontrol, mengarahkan dan mengatur pembelajarannya sendiri dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan diri, pemantauan diri, mengevaluasi diri dengan mengaktifkan kognitif, afektif, perilaku sehingga tercapai tujuan belajar. Menurut Zimmerman (1990: 4), terdapat tiga area dalam self-regulated learning, antara lain: a. Metakognitif Peserta didik mengatur sendiri rencana tujuan pendidikan (self-regulated learners plan), menetapkan tujuan (set goals), mengatur (organize), memantau diri (self-monitor), dan mengevaluasi diri (self-evaluate) atas berbagai hal selama proses akuisisi. Proses ini memungkinkan 32

6 siswa menjadi sadar diri (self-aware), berpengetahuan (knowledgeable), dan menentukan pendekatan siswa untuk belajar. b. Motivasi Motivasi menunjukkan siswa memiliki selfefficacy tinggi, self-atribusi, dan minat terhadap tugas intrinsik. Siswa mengawali diri (selfstarter) dengan menunjukkan upaya luar biasa dan ketekunan selama belajar. c. Behavioral Pembelajar memilih pembelajaran yang diatur sendiri, dan menciptakan lingkungan yang mengoptimalkan pembelajaran, mencari saran, informasi, dan tempat-tempat yang paling mungkin untuk belajar, menginstruksikan diri selama penerimaan dan memperkuat diri selama pelaksanaan. Pintrich (2004: 389) menyatakan kerangka selfregulated learning terdiri dari empat area berikut: a. Kognisi Siswa terlibat dalam pembuatan rencana, memonitor, dan mengatur kognisi. Perencanaan dan kegiatan berpikir mencakup penetapan target secara spesifik atau tujuan kognitif dalam pembelajaran, mengaktifkan pengetahuan prior tentang materi yang dipelajari, serta mengaktifkan pengetahuan metakognitif siswa mungkin tentang tugas atau diri mereka sendiri. Aspek penting dari regulasi kognisi adalah pemantauan kognisi. Siswa harus menyadari dan memantau kemajuannya terhadap tujuan, memonitor belajarnya dan pemahaman terhadap materi, agar dapat membuat perubahan adaptif dalam pembelajaran. b. Motivasi dan Afeksi Upaya untuk mengendalikan self-efficacy melalui penggunaan positif self-talk (misalnya, "Aku tahu aku bisa melakukan tugas ini ). Siswa dapat mencoba untuk mengendalikan afeksi dan emosi melalui penggunaan berbagai strategi coping yang membantu mengatasi afeksi negatif seperti ketakutan dan kecemasan. Siswa berusaha mengubah atau mengendalikan motivasi dalam rangka untuk menyelesaikan tugas yang mungkin membosankan atau sulit. c. Behavior Regulasi behavior merupakan aspek regulasi diri yang melibatkan upaya individu untuk mengendalikan perilaku, seperti perencanaan yang disengaja, dan perilaku yang direncanakan. Siswa berupaya untuk mengendalikan usaha agar melakukannya dengan baik, membuat manajemen waktu dimana melibatkan pembuatan jadwal untuk belajar dan mengalokasikan waktu untuk kegiatan berbeda. Siswa juga dapat membuat keputusan dan membentuk tujuan tentang bagaimana siswa akan mengalokasikan usaha dan intensitas pekerjaannya. d. Konteks Kontrol kontekstual dan proses regulasi melibatkan upaya untuk mengontrol atau menyusun lingkungan dengan cara-cara yang memfasilitasi tujuan dan penyelesaian tugas. Dalam self-regulated learning, banyak pemodelan 33

7 yang termasuk strategi untuk membentuk atau mengontrol atau menyusun lingkungan belajar sebagai strategi penting untuk pengaturan diri. Berdasarkan jurnal Kosnin (2007: 221) untuk mengukur self-regulated learning digunakan alat ukur Motivated Strategies for Learning Questionnaires (MSLQ) yang dikembangkan oleh Pintrich dengan memanfaatkan tiga komponen strategi motivasional (nilai, harapan, dan afektif) dan dua komponen strategi pembelajaran (kognitif dan metakognitif, serta sumber manajemen strategi). Selanjutnya, alat ukur MSLQ tersebut akan digunakan peneliti dalam penyusunan alat ukur untuk mengungkap self-regulated learning. Dukungan Sosial Menurut Rook (dalam Smet, 1994: 134) dukungan sosial adalah salah satu diantara fungsi pertalian (ikatan) sosial. Segi-segi fungsional mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, pemberian nasehat atau informasi dan pemberian bantuan material. Ikatan sosial dan persahabatan dengan orang lain atau orang yang dianggap sebagai aspek yang memberikan kepuasan secara emosional dalam kehidupan individu. Ikatan-ikatan sosial menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan interpersonal. Cohen dan Wills (dalam Bishop, 1994: 170) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah semacam bantuan atau pertolongan dan dorongan yang diterima individu dari interaksi dengan orang lain. Santrock (2003: 548) menyatakan bahwa terdapat beberapa sumber dukungan sosial yang diterima individu, yaitu keluarga dan teman sebaya. Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994: 133) menjelaskan bahwa keluarga adalah sumber dukungan yang penting karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan individu. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan suatu fungsi pertalian atau ikatan didalam lingkungan yang terdiri dari informasi atau nasehat berbentuk verbal atau non-verbal yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan, dimana memiliki manfaat emosional atau efek perilaku sehingga seseorang merasakan adanya kesenangan dan penghargaan serta merasa dicintai, diperhatikan, nyaman dan berharga serta dapat membantu mengurangi beban permasalahan yang sedang dialami. Ada empat jenis dukungan sosial yang dikemukan oleh House (dalam Smet, 1994: 136). Jenis-jenis dukungan sosial tersebut antara lain: a. Dukungan emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian, perhatian terhadap individu yang bersangkutan serta memberikan rasa aman, rasa saling memiliki dan dicintai. b. Dukungan penghargaan Terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan yang positif bagi individu, dorongan untuk maju atau gagasan perasaan individu dan perbandingan individu tersebut dengan individu yang lain yang 34

8 kurang mampu atau lebih buruk keadaannya atau menambah penghargaan diri. c. Dukungan instrumental Mencakup bantuan langsung sesuai dengan yang dibutuhkan oleh seseorang, seperti kalau orangorang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan pekerjaan. d. Dukungan informatif Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik. Menurut Ritter (dalam Smet, 1994: 134) dukungan sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan segi-segi struktural dan segi-segi fungsional. Segi struktural ini meliputi pengaturan hidup, frekuensi dalam melakukan hubungan, serta keikutsertakan dalam jaringan sosial. Segi-segi fungsional mencakup dukungan emosional, dorongan untuk mengungkapkan perasaan, pemberian nasehat atau informasi maupun batasan secara material. Berdasarkan teori tersebut, jenis dukungan sosial yang dijadikan acuan untuk pembuatan alat ukur dalam penelitian ini meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara dukungan sosial dan selfregulated learning pada anak homeschooling di Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan self-regulated learning pada siswa SMP Homeschooling, yaitu semakin kuat dukungan sosial yang diterima siswa SMP Homeschooling maka selfregulated learning yang dimiliki siswa SMP Homeschooling semakin baik, dan sebaliknya. Batasan populasi untuk penelitian ini adalah peserta didik tingkat SMP Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang yang berjumlah 35 siswa dan mengikuti program komunitas homeschooling. Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu Skala Self-Regulated Learning pada Anak Homeschooling dan Skala Dukungan Sosial. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik Korelasi Product Moment oleh Pearson. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa r xy = 0,501 p = 0,002 (p < 0,01) sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan self regulated learning pada siswa SMP homeschooling pada siswa SMP homeschooling. Hasil penelitian ini berarti mendukung pendapat Zimmerman (1990: 190) bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap self regulated learning adalah faktor lingkungan. Self-control akan dimunculkan kembali, muncul dari pengalaman sosialisasi dimana tindakan regulasi diri dimodelkan dan dijelaskan pada awalnya, kemudian diberlakukan dengan dukungan sosial, dan akhirnya dilakukan sendiri. Dukungan sosial yang diterima oleh siswa homeschooling, baik 35

9 dari orangtua, teman ataupun tutor akan memberikan pengalaman yang berarti bagi siswa homeschooling dalam meregulasi diri, sehingga nantinya akan mampu secara mandiri meregulasi dirinya sendiri. Gottlieb (dalam Smet, 1994: 135) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Individu yang mendapatkan dukungan sosial percaya bahwa seseorang tersebut dicintai dan diperhatikan, dihargai dan berharga, serta menjadi bagian dari kelompok sosial, seperti keluarga atau komunitas. Anak homeshooling yang mendapatkan dukungan sosial, baik dari keluarga, teman ataupun tutor akan dapat mengatasi setiap bentuk kesulitan yang dialami karena adanya informasi yang diberikan oleh keluarga, teman ataupun tutor. Anak homeshooling akan semakin mampu mengatur segala sesuatunya sendiri, sehingga tujuan utama dalam belajar dapat tercapai. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Adicondro dan Purnamasari (2011: 25) yang menunjukkan bahwa dukungan sosial dari keluarga cenderung tinggi disebabkan karena individu memperoleh kehangatan, perhatian, dorongan, arahan, dan bimbingan dari keluarga apabila mengalami kesulitan belajar. Pemenuhan kebutuhan fasilitas belajar yang mendukung kegiatan individu dan adanya pujian bila memperoleh prestasi. Dukungan sosial dari keluarga tinggi akan meningkatkan self-regulated learning. Hasil penelitian yang dilakukan Tarmidi dan Rambe (2010: 219) menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan kemandirian belajar. Ini berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka akan diikuti pula dengan semakin tinggi kemandirian belajar, dan sebaliknya jika semakin rendah dukungan sosial orangtua maka semakin rendah pula kemandirian belajarnya. Dukungan sosial yang diterima siswa SMP homeschooling akan dapat menumbuhkan keyakinan dalam diri bahwa siswa SMP homeschooling mampu mengatur secara mandiri setiap kebutuhan dalam proses belajar, sehingga siswa SMP homeschooling dapat semakin menunjukkan self regulated learning yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan Febrianela (2013: 211) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self regulated learning (SRL) dengan prestasi akademik siswa. Apabila self regulated learning (SRL) semakin tinggi, maka prestasi akademik siswa juga semakin tinggi, dan apabila self regulated learning (SRL) semakin rendah, maka prestasi akademik siswa juga semakin rendah. Self regulated learning pada siswa SMP homeschooling menentukan dalam keberhasilan proses belajar yang dilakukan, terutama dalam pencapaian prestasi belajarnya. Self regulated learning pada siswa SMP homeschooling dapat menjadikan siswa SMP homeschooling mampu 36

10 menentukan langkah yang harus dilakukan agar dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan lancar. Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994: 133) menjelaskan bahwa keluarga adalah sumber dukungan yang penting karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan individu. Selain itu keluarga merupakan tumpuan harapan, tempat bercerita dan mengeluarkan keluhan-keluhan bila individu mengalami persoalan. Selain itu, teman sebaya dan teman juga memiliki peranan penting dalam tingkah laku sehat remaja. Individu yang memiliki kawan-kawan yang baik dan membantu meringankan beban yang dihadapi. Bagi siswa SMP homeschooling dukungan sosial yang diterima, baik dari keluarga, teman, dan tutor memiliki peran penting pada self regulated learning (SRL) yang ditunjukkan siswa homeschooling. Dukungan sosial yang diterima siswa homeschooling dapat membantu siswa dalam mengatur waktu belajarnya, menerapkan strategi belajar khusus untuk mempermudah pemahaman terhadap pelajaran, mengatur lingkungan agar mendukung untuk belajar, memberikan penilaian terhadap hasil pekerjaannya sendiri, sehingga siswa SMP homeschooling dapat semakin menunjukkan self regulated learning (SRL). Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan self-regulated learning pada siswa SMP homeschooling. Semakin kuat dukungan sosial yang diterima siswa SMP homeschooling maka self-regulated learning yang dimiliki siswa SMP homeschooling semakin baik dan sebaliknya, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Daftar Pustaka Adicondro, N. dan Purnamasari, A Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Self Regulated Learning pada Siswa Kelas VIII. Humanitas. Vol. VIII No 1, Hal 17. Bishop, G. D Health Psychology: Integrating Mind and Body. Boston: Allyn and Bacon. Cheng, E.C.K The Role of Self-Regulated Learning in Enhancing Learning Performance. The International Journal of Research and Riview. Vol. 6 Issue 1. Deasyanti., dan Anna A.R Self Regulation Learning pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Perspektif Ilmu Pendidikan. Vol. 16 Th. VIII, hal 13. Febrianela, R, B Self Regulated Learning (SL) dengan Prestasi Akademik Siswa Akselerasi. Jurnal Online Psikologi. Vol. 01. No. 01. Hal Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Kosnin, A. M Self-Regulated Learning and Academic Achievement in Malaysian Undergraduates. International Education Journal, 2007, 8(1), Faculty of Education, Universiti Teknologi Malaysia. Magdalena, M Anakku tidak (Mau) Sekolah?: Jangan Takut Cobalah Homeschooling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Monks, F.J, Knoers A.M.P & Haditono, S.R Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: University Press. 37

11 Pintrich, P. R A Conceptual Framework for Assessing Motivation and Self-Regulated Learning in College Students. Educational Psychology Review, Vol. 16, No. 4. Hal Springer Science. Ristianti, A Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. E-Journal Psikologi. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma. Diakses tanggal 29 Mei / Santrock, J. W Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih Bahasa: Dra. Shinto B. Adelar. Jakarta: Erlangga Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Psikologi Pendidikan. Edisi 3 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika. Smet, B Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo. Sumardiono Homeschooling A Leap for Better Learning: Lompatan Cara Belajar. Jakarta: Elex Media Komputindo. Tarmidi., dan Rambe, A. R. R Korelasi antara Dukungan Sosial Orangtua dan Self Directed Learning pada Siswa SMA. Jurnal Psikologi. Vol. 37. No. 2. Ha Sumatera: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Undang-Undang nomor 20 tahun Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zimmerman, B. J Self-Regulated Learning and Academic Achievement: An Overview. Lawrence Erlbaum Associates. Educational Psychologist, 25(1),

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG Lucky Rianatha 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AWAL (2015) DAN TINGKAT AKHIR (2013) DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Karina Restu Dwi Utami, Pingkan C.B.Rumondor, S.Psi, M.psi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 1, Juli 2017, hal. 43-48 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI 1 Ahmad

Lebih terperinci

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial Orang Tua Definisi dukungan sosial mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja Wita Hardiyanti Dona Eka Putri, Psi, MPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI SELF-REGULATED LEARNING DAN DUKUNGAN SOSIAL GURU

BAB II LANDASAN TEORI SELF-REGULATED LEARNING DAN DUKUNGAN SOSIAL GURU BAB II LANDASAN TEORI SELF-REGULATED LEARNING DAN DUKUNGAN SOSIAL GURU A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur

Lebih terperinci

SELF-REGULATED LEARNING DAN KECEMASAN AKADEMIK PADA SISWA SMK

SELF-REGULATED LEARNING DAN KECEMASAN AKADEMIK PADA SISWA SMK SELF-REGULATED LEARNING DAN KECEMASAN AKADEMIK PADA SISWA SMK Etiafani, Anita Listiara Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 etiafani26@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A 1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri.

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Self Regulated Learning 2.1.1. Definisi Self Regulated Learning Menurut Zimmerman (1988), Self regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana individu menjadi regulator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA 70 Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 83 Jakarta Utara REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA Nurhasanah 1 Moch. Dimyati, M.Pd 2 Dra. Meithy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Uji asumsi

Lebih terperinci

SELF-REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOKERTO

SELF-REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOKERTO SELF-REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOKERTO Windriya Sri Santika, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI ABSTRAK Pengerjaan skripsi adalah hal yang harus dilalui mahasiswa sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan kiranya perlu diperhatikan masalah pencapaian prestasi siswa, karena dalam lembaga pendidikan prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Paramitha Kusumawati 1 dan Berliana Henu Cahyani 2 ABSTRACT The purpose of this study are to find out the

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Jurnal Penelitian Psikologi 2016, Vol. 07, No. 01, 1-9 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Jurusan Psikologi, FIP, Unesa. Abstrak ; Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 2 (1) (2013) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DENGAN SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA Mustika Dwi Mulyani Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA- ORANGTUA DENGAN SELF REGULATED LEARNING SISWA: Studi Korelasi Pada Siswa Kelas VII

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA- ORANGTUA DENGAN SELF REGULATED LEARNING SISWA: Studi Korelasi Pada Siswa Kelas VII EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA- ORANGTUA DENGAN SELF REGULATED LEARNING SISWA: Studi Korelasi Pada Siswa Kelas VII Rinata Lathi Hapsari 1, Diana Rusmawati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) Hubungan Antara Self - Efficacy dan Self Regulated Learning Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Dessy Annastia Sari Fakultas Psikologi Des.sychology@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa itu sendiri. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN Penulis : Mori Dianto Sumber : Jurnal Counseling Care,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI ADE RIZA RAHMA RAMBE

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI ADE RIZA RAHMA RAMBE HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi prasyaratan Ujian sarjana Psikologi Oleh ADE RIZA RAHMA RAMBE 051301136

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk menggunakan cara-cara baru dan strategi yang matang sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung 1 Haunan Nur Husnina, 2 Suci Nugraha 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

Rosi Kurniawati Tino Leonardi, M. Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Rosi Kurniawati Tino Leonardi, M. Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Hubungan Antara Metakognisi dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang Aktif Berorganisasi di Organisasi Mahasiswa Tingkat Fakultas Rosi Kurniawati Tino Leonardi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang semakin berkembang, perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang semakin kompeten dan berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1

Lebih terperinci

Nama : Elsie Sasda NPM : Dosen Pembimbing : Ade Wijaya S.Psi,. M.Si

Nama : Elsie Sasda NPM : Dosen Pembimbing : Ade Wijaya S.Psi,. M.Si Hubungan dukungan sosial dengan self regulated learning pada mahasiswa perantauan Nama : Elsie Sasda NPM : 12511418 Dosen Pembimbing : Ade Wijaya S.Psi,. M.Si BAB 1 Latar Belakang Mahasiswa perantauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama, karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini menimbulkan berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Masuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA a. Hasil Belajar Hasil Belajar adalah suatu proses atau usaha yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR Nur Widia Wardani Nurul Ulfatin E-mail: nurwidia_wardani@yahoo.co.id, Universitas Negeri Malang, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi merupakan karya tulis dan penelitian mandiri mahasiswa, yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi akademik untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DENGAN KEMANDIRIAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI SMA NEGERI 1 PURWOREJO

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DENGAN KEMANDIRIAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI SMA NEGERI 1 PURWOREJO HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DENGAN KEMANDIRIAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI SMA NEGERI 1 PURWOREJO Ryza Afianti Sri Hartati Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar

terhadap kreativitas siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui motivasi belajar Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kreativitas Siswa SMA Negeri 2 Sidoarjo melalui Motivasi Belajar Yunita Rahmasari 11410031 A. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia, menurut Munandar, masih berorientasi

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA. (Psychological Well-Being Review From Family Social Support)

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA. (Psychological Well-Being Review From Family Social Support) KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA (Psychological Well-Being Review From Family Social Support) ANITA CRESENTIANA LINDA YOSEPHIN Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA A.24 PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA Partini A.Z. Rivai Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Belajar merupakan kewajiban dari setiap remaja yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan demi meningkatnya kualitas pendidikan. Objek yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan demi meningkatnya kualitas pendidikan. Objek yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu negara. Begitu pentingnya, hingga inovasi dalam pendidikan terus menerus dikembangkan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 26 BAB II LANDASAN TEORI A. Siswa 1. Pengertian siswa Siswa atau murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

SEMNAS_PENGARUH SRL_AIMA, IFA

SEMNAS_PENGARUH SRL_AIMA, IFA Report generated on Wednesday, Aug 2, 2017, 11:38 AM Page 1 of 9 DOCUMENT SEMNAS_PENGARUH SRL_AIMA, IFA SCORE 100 ISSUES FOUND IN THIS TEXT 0 of 100 PLAGIARISM 0% Contextual Spelling Grammar Punctuation

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning Zimmerman berpendapat bahwa self regulation berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA SMA NEGERI 2 WONOGIRI. Naskah Publikasi

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA SMA NEGERI 2 WONOGIRI. Naskah Publikasi HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA SMA NEGERI 2 WONOGIRI Naskah Publikasi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B

Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto Dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B 61 Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi yang didapatkan siswa di sekolah tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor IQ saja, melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor yang berkaitan dengan pencapaian

Lebih terperinci

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Abstract This study aims to determine whether there is a relationship between the density (density) in a boarding house with student learning

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA tergolong ke anak remaja yang memiliki rentang usia 15-18 tahun. Menurut Erickson masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identitas diri ini mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Membaca. kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Minat Membaca. kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Minat Membaca A. Minat Membaca Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat siswa untuk mendapatkan ilmu mencetak sumber daya manusia yang handal, memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY Oleh: SUPARJO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi. Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Menyelesaikan Skripsi 1. Pengertian Motivasi Menyelesaikan Skripsi Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan.makmun (2001:37) mendefinisikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO.

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO. HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO Ririn Handayani Zaenal Abidin *) Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jalan

Lebih terperinci

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran 2016-2017 The Effects Of Discussion Group Guidance Service To

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi

Lebih terperinci

kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi sepert

kebutuhan khusus seperti itu saja, bisa terjadi juga pada anak yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Anak dengan kesulitan sosialisasi sepert SELF REGULATED LEARNING PADA ANAK HOMESCHOOLING TUNGGAL MOHAMMAD HALILINTAR Program Sarjana, Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Homeschooling tunggal adalah konsep pendidikan sekolah rumah pada satu keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai melalui jenjang pendidikan dasar (SMA, MTs, dan sederajatnya). Hal ini dicantumkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap individu akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Defenisi Motivasi Pintrich & Schunk (2002) mendefenisikan motivasi sebagai proses yang mengarahkan pada suatu tujuan, yang melibatkan adanya aktivitas dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

Self-Regulation. Wahyu Rahardjo

Self-Regulation. Wahyu Rahardjo Self-Regulation Wahyu Rahardjo Definisi Self-Regulation Perilaku berorientasi tujuan yang dilakukan individu Perilaku mengontrol diri sendiri terutama dalam menuntun diri menampilkan perilaku tertentu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI Ushfuriyah_11410073 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas, Institute atau Akademi. Sukadji (2001) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN EXA ALIFA BUDIYANTO ABSTRAK Ketika mahasiswa memasuki perguruan tinggi

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning PENGARUH METODE MODELLING DALAM LAYANAN KLASIKAL TERHADAP PENINGKATAN SELF REGULATED LEARNING ( Studi Kuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk. mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan remaja seperti tidak akan pernah ada habisnya, hal ini disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan eksistensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Quroyzhin Kartika Rini 1 Ursa Majorsy 2 Ratna Maharani Hapsari 3 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma { 1 quroyzhin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self regulated learning 1. Pengertian Self regulated learning Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) self regulated learning adalah tingkatan dimana partisipan secara aktif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL Hubungan antara Persepsi... (Pratiwi Marisa Latief) 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com

Lebih terperinci

PENTINGNYA SELF REGULATED LEARNING BAGI PESERTA DIDIK DALAM PENGGUNAAN GADGET.

PENTINGNYA SELF REGULATED LEARNING BAGI PESERTA DIDIK DALAM PENGGUNAAN GADGET. PENTINGNYA SELF REGULATED LEARNING BAGI PESERTA DIDIK DALAM PENGGUNAAN GADGET. Novidya Yulanda Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI Email:novidyayulanda@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu selalu belajar untuk memperoleh berbagai keterampilan dan kemampuan agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa di Indonesia semakin meningkat. Menurut Amril Muhammad, Sekretaris

Lebih terperinci

KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (Emotional Intelligence in Student Review from Peer Social Support)

KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (Emotional Intelligence in Student Review from Peer Social Support) KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA (Emotional Intelligence in Student Review from Peer Social Support) HERDI KURNIAWAN Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : HETI SETYANINGSIH F 100 090 114

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua sekolah menghendaki siswanya belajar optimal untuk mencapai prestasi tinggi. Tuntutan belajar tersebut mengharuskan siswa untuk belajar lebih mandiri,

Lebih terperinci