BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Suryadi Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Task Commitment Pengertian Task Commitment Task commitment adalah salah satu karakteristik yang mestinya dimiliki oleh siswa berbakat menurut konsep The Three Ring Conception dari Renzulli. Menurut Renzulli (dalam Hawadi, 2002), komitmen terhadap tugas (task commitment) merupakan suatu bentuk halus dari motivasi. Task commitment yang tinggi adalah level tinggi dari motivasi dan kemampuan untuk melihat suatu proyek sampai pada kesimpulan (Hallahan, 1988). Jika motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses energi umum yang merupakan faktor pemicu pada organisme, task commitment merupakan suatu energi yang ditampilkan pada tugas tertentu yang spesifik (Hawadi, 2002). Tugas tertentu yang spesifik adalah tugas-tugas akademik yang diterima oleh siswa. Selain itu, Renzulli (1990) juga menerangkan pengertian dari komitmen terhadap tugas (task commitment), ada tiga hal yang menjadi sorotan, yang pertama, komitmen pada tugas (task commitment) adalah suatu kapasitas yang tinggi dari ketertarikan, antusias, daya tarik, dan keterlibatan dalam tugas dan masalah yang berkaitan dengan proses belajar. Kedua, komitmen pada tugas (task commitment) adalah kapasitas untuk tekun, bertahan pada tugas, keteguhan, bekerja keras pada tugas yang menjadi tanggung jawabnya, disertai dengan kepercayaan diri, kemauan yang kuat dan dapat dipercaya dalam tanggung
2 jawabnya menyelesaikan tugas yang penting, juga terbebas dari perasaan tidak mampu. Sedangkan yang ketiga, bahwa komitmen pada tugas (task commitment) merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dengan alasan yang khusus, kemampuan untuk menentukan pilihan yang utama, menentukan standar yang tinggi untuk satu tugasnya, membuka diri terhadap kritik dari luar dan mengembangkan keunggulan tentang tiap tugasnya. Lazear (1991) memberikan definisi dimana komitmen pada tugas (task commitment) merupakan ciri pribadi yang tekun dan ulet pada tugasnya, dengan meyusun tujuannya, memiliki keterlibatan yang dekat dan dalam pada tugas dan masalahnya, sangat antusias pada setiap aktivitasnya, hanya membutuhkan sedikit motivasi eksternal saat menyelesaikan tugasnya, memilih untuk berkonsentrasi pada tanggung jawabnya dan memiliki energi yang tinggi. Definisi komitmen terhadap tugas (task commitment) juga dikemukakan oleh Sutisna (dalam Syarifa, 2011) yaitu suatu energi dalam diri yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya meskipun mengalami macam-macam rintangan dalam menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya karena individu tersebut telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendak sendiri. Berdasarkan paparan diatas, ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari task commitment adalah suatu bentuk halus dari motivasi intrinsik yang mengarahkan seseorang untuk terus terikat dan bertanggung jawab terhadap tugasnya.
3 Hal-hal yang Mempengaruhi Task Commitment Keterikatan atau kemampuan seseorang untuk bisa berkomitmen terhadap tugasnya tentu ada hal-hal yang mempengaruhinya untuk selanjutnya dapat tumbuh atau berkembang. Hal-hal tersebut dapat bersumber dari dalam diri (internal) maupun luar diri (eksternal) siswa tersebut. Menurut Hawadi (dalam Saam, 2010), faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap tugas (task commitment) antara lain: a. Faktor individual Faktor individual pertama mencakup persepsi terhadap diri yaitu bagaimana remaja bersekolah memandang dan memahami kemampuan dirinya. Kedua, persepsi terhadap peran dan tugasnya sebagai siswa. Faktor individual yang ketiga adalah sikap orang tua. Sikap orang tua yang memfokuskan pada hasil tugas akhir, akan menghasilkan siswa yang lebih memiliki motivasi eksternal, sedangkan orang tua yang menghargai proses belajar dan berpendapat bahwa prestasi merupakan hasil dari proses belajar, maka akan membuat siswa memiliki komitmen yang lebih baik pada setiap tugasnya. b. Faktor situasional Yang termasuk faktor situasional yaitu besar kecilnya kelas. Besar kecilnya kelas akan menentukan persaingan antar siswa sehingga ikut mempengaruhi keinginan siswa untuk menonjol. Guru juga mempengaruhi bagaimana siswa berkomitmen terhadap tugasnya. Sikap dan perilaku guru ikut mempengaruhi siswa dalam menumbuhkan motivasinya.
4 Ciri-ciri Task Commitment Berikut ciri aspek keberbakatan task commitment yang dijabarkan oleh Hawadi (2002): 1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus untuk waktu lama, tidak berhenti sebelum selesai). 2. Ulet (tidak lekas putus asa bila menghadapi kesulitan). 3. Mampu berprestasi sendiri tanpa dorongan orang lain. 4. Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan di dalam kelas (ingin mengetahui banyak bahan dari sekedar diajarkan oleh guru). 5. Selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya). 6. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangunan, agama, politik, ekonomi, korupsi dan keadilan). 7. Senang dan rajin belajar dengan penuh semangat. 8. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (dalam pelajaran maupun pekerjaan). 9. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan sesuatu, tidak mudah melepaskan pendapat tersebut). 10. Menunda pemuasan kebutuhan sesaat untuk mencapai tujuan di kemudian hari.
5 2.2. Academic Self Concept Pengertian Academic Self Concept Konsep diri adalah salah satu komponen pembentuk self seseorang. Dalam Baron, dkk (2006) dikemukakan bahwa pengertian dari konsep diri adalah identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi. Burns (1993) menyatakan bahwa konsep diri adalah satu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, apa yang orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri juga didefinisikan sebagai pemahaman seseorang atas kekuatan atau kelemahan, kemampuan, sikap, dan nilai sendiri (Slavin dalam Niyoko, 2010). Seseorang yang memiliki status sebagai siswa atau pelajar, selain memiliki konsep diri secara keseluruhan, ia juga memiliki konsep diri secara lebih spesifik yaitu konsep diri akademik (academic self concept). Academic self concept merupakan suatu penilaian terhadap diri sendiri dalam ruang lingkup akademis. Menurut Byrne (dalam Marsh, dkk, 2005), academic self concept merupakan salah satu komponen dalam peningkatan prestasi akademis. Menurut Marsh, dkk (2003), academic self concept meliputi bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya. Oleh karena itu, Marsh, dkk (2003) mengungkapkan bahwa academic self concept dapat mempengaruhi individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan yang mereka miliki. Maka dari itu, academic self concept yang dimiliki oleh setiap siswa memiliki hubungan terhadap akademis siswa itu sendiri. Pengertian lain dari
6 academic self concept juga dikemukakan oleh Carlock (1999) yang menyatakan bahwa academic self concept pandangan diri yang meliputi pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki. Dari uraian beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa academic self concept merupakan pandangan umum individu yang mencakup pengetahuan, harapan, dan penilaian individu terhadap kemampuan akademis yang dimiliki Aspek-aspek Academic Self Concept Carlock (1999) mengungkapkan bahwa aspek-aspek academic self concept juga memiliki tiga aspek dan tidak berbeda dengan aspek-aspek konsep diri, yaitu adanya pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut. a. Pengetahuan Pengetahuan meliputi apa yang dipikirkan individu tentang diri sendiri. Dalam hal kemampuan akademis, individu dapat saja memiliki pikiranpikiran mengenai kemampuannya tersebut, seperti pelajaran yang dikuasai, nilai, dan sebagainya (Carlock, 1999). Individu juga mengidentifikasi kemampuan dirinya dalam satu kelompok. Kelompok tersebut memberinya sejumlah informasi lain yang kemudian menjadikan perbandingan antara dirinya dan orang lain. b. Harapan Ketika individu mempunyai suatu pandangan tentang siapa dirinya, ia juga mempunyai suatu pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan ia akan menjadi apa di masa depan. Carlock (1999) menyatakan bahwa individu
7 memiliki harapan mengenai kemampuan akademis yang dimiliki seperti halnya harapan terhadap dirinya secara keseluruhan. Harapan atau tujuan individu, tentunya akan membangkitkan kekuatan yang mendorong dirinya untuk mengembangkan kemampuannya tersebut. c. Penilaian individu Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari. Hasil pengukuran ini disebut dengan harga diri. Jika dihubungkan dengan bidang akademisnya, menurut Marsh (2003), hal ini berarti seberapa besar individu menyukai kemampuan akademisnya Jenis-jenis Academik Self Concept Carlock (1999) menyatakan academic self concept terbagi atas konsep diri akademis positif dan konsep diri akademis negatif. Siswa yang memiliki konsep diri akademis yang positif akan membawa perasaan nyaman bagi siswa dalam menjalankan tugas belajarnya. Untuk siswa dengan konsep diri akademis negatif memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam berbuat kecurangan dalam tes daripada siswa dengan konsep diri akademis positif. Ini dikarenakan siswa yang memiliki konsep diri akademis positif umumnya cukup mampu menerima dirinya apa adanya. Mereka menyadari dengan baik kekuatan dan kelemahannya untuk berkembang dan memperbaiki diri.
8 2.3. Siswa Program Akselerasi Pengertian Program Akselerasi Program percepatan belajar (akselerasi) adalah salah satu program perencanaan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan anak berbakat (Hallahan, 1988). Layanan program percepatan belajar yang ada di Indonesia adalah program dengan jenis telescoping curriculum dimana siswa menggunakan waktu yang lebih sedikit daripada waktu belajar pada umumnya untuk menyelesaikan seluruh materi yang ada (Hawadi dalam Misero, 2012). Pada program percepatan belajar jenis ini, waktu belajar di SMP atau SMA yang umumnya ditempuh selama tiga tahun, hanya ditempuh selama dua tahun (Hawadi dalam Misero, 2012). Dalam program percepatan belajar untuk SD, SLTP, dan SMU yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000, akselerasi didefinisikan sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang diberikan bagi siswa dengan kecerdasan dan kemampuan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan (Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Respati, 2007). Program akselerasi terdapat dalam dua bentuk, yaitu (1) Percepatan kelas - siswa melompat kelas, biasanya di sekolah dasar atau sekolah tingkat menengah; dan (2) Percepatan Konten - siswa melewati pelajaran dengan tingkat yang setara dengan kemampuan intelektual dan kapabilitasnya. Depdiknas (2001) menyebutkan program akselerasi dapat tampil dalam beberapa bentuk sebagai berikut: (a) masuk sekolah TK dalam usia yang jauh lebih muda dari pada anak rata-rata umumnya; (b) loncat kelas, umumnya berkisar
9 antara satu kelas atau lebih di atas teman-teman seusianya; (c) akselerasi dalam subjek-subjek tertentu; (d) mentoring, waktu bekerja/belajar bersama seorang ahli dalam satu bidang (ahli tersebut bisa guru atau orang luar). Program percepatan untuk siswa berbakat harus mempertimbangkan hal-hal berikut, antara lain kebutuhan emosional siswa berbakat, kebutuhan untuk interaksi dengan teman sebaya, dan penataan kembali kurikulum untuk memasukkan keterampilan dan konsep dengan tingkat yang lebih tinggi. Menurut Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (dalam Respati, 2007), sekolah penyelenggara program percepatan belajar adalah sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa yang memiliki keberbakatan intelektual tinggi. Beberapa sarana belajar yang diharapkan tersedia diantaranya kelengkapan sumber belajar (seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, modul, lembar kerja, kaset video, VCD, CD-ROM), media pembelajaran (seperti radio, casette recorder, TV, OHP, wireless, slide projector, LD/LCD/VCD/ DVD Player, Komputer), serta adanya sarana Information Technology (IT) : seperti jaringan internet, dan lain-lain. Berdasarkan beberapa paparan definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa program percepatan belajar (akselerasi) adalah suatu program pendidikan yang dirancang untuk anak dengan keberbakatan intelektual tinggi, dimana anak dapat menyelesaikan studinya dengan waktu yang lebih cepat dari yang seharusnya.
10 Pengertian Siswa Program Akselerasi Seperti yang telah dijelaskan bahwa program percepatan belajar (akselerasi) dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak (siswa) yang memiliki keberbakatan intelektual yang tinggi. Siswa yang memiliki kemampuan intelektual rata-rata atau dibawah rata-rata tidak dapat mengikuti program pembelajaran akselerasi ini karena program ini hanya dirancang bagi siswa-siswa yang memiliki kelebihan dalam kemampuan intelektualnya. Menurut Munandar (1999) anak yang disebut gifted dan talented adalah mereka yang didefinisikan oleh profesional atas dasar kemampuan mereka yang luar biasa dan kecakapan mereka dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berkualitas tinggi sehingga dapat mewujudkan atau memberi sumbangan baik terhadap dirinya maupun masyarakat. Menurut Depdikbud (dalam Hawadi, 2002), seorang dinyatakan sebagai siswa akseleran, jika siswa tersebut memiliki taraf inteligensi atau IQ di atas 140, atau siswa yang oleh psikolog dan/atau guru diidentifikasikan sebagai siswa yang mencapai prestasi memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, dan keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik serta kreativitas yang memadai. Salah satu konsep yang sangat terkenal yang menjelaskan mengenai keberbakatan adalah konsep The Three Ring Conception oleh Renzulli. Seorang yang berbakat memiliki tiga karakteristik dalam dirinya, yaitu kemampuan di atas rata-rata, memiliki task commitment yang tinggi, dan memiliki kreativitas (Renzulli dalam Hawadi, 2002). Renzulli menegaskan bahwa diantara tiga
11 karakteristik tersebut, tidak ada karakteristik tunggal yang menciptakan keberbakatan, melainkan interaksi antar ketiganya sangat penting untuk memunculkan perilaku keberbakatan. Karakteristik pertama, kemampuan di atas rata-rata (high average) dalam bidang intelektual adalah kemampuan yang meliputi kemampuan daya abstraksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan pemecahan masalah. Karakteristik kedua, kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasangagasan yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Karakteristik yang ketiga yaitu adanya komitmen terhadap tugas (task commitment). Seseorang yang memiliki task commitment memiliki sifat tekun dan ulet, meskipun mengalami macam-macam rintangan dan hambatan, tetap menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya, karena sudah mengikat diri pada tugas tersebut atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan beberapa paparan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa program akselerasi adalah siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, kreativitas, dan task commitment sehingga memang layak untuk mengikuti program percepatan belajar (akselerasi) Hubungan antara Academic Self Concept dengan Task Commitment Menurut Renzulli (1990), seorang siswa berbakat harus memiliki tiga karakteristik yang saling berhubungan yaitu kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, dan komitmen terhadap tugas (task commitment) yang tinggi. Task
12 commitment merupakan bentuk halus dari motivasi instrinsik siswa dalam menjalankan dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Dalam berkembangnya komitmen terhadap tugas (task commitment) pada diri siswa program akselerasi tidak terlepas dari pengaruh internal maupun eksternal dirinya. Seperti yang dikemukakan dalam Hawadi (2002), bahwa persepsi terhadap diri dan persepsi terhadap peran dan tugas di sekolah merupakan hal yang mempengaruhi task commmitment siswa di sekolah. Siswa akselerasi yang menjalani proses percepatan belajar, memiliki beban akademik yang lebih berat daripada siswa reguler. Beban-beban tersebut seperti jadwal sekolah yang lebih lama, materi pelajaran yang dipadatkan, serta tugastugas sekolah ataupun pekerjaan rumah. Oleh karena itu, perlu adanya tingkat task commitment yang tinggi untuk memenuhi beban akademik mereka terebut. Dengan adanya beban akademik seperti itu, siswa akselerasi yang memiliki academic self concept yang positif akan dapat melihat dirinya dengan baik. Selain itu, mereka juga akan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri sehingga dapat menginformasikan pendapat mereka terhadap tugas-tugas akademik mereka (Wilson, 2009). Konsep diri adalah salah satu komponen pembentuk self seseorang. Dalam Baron, dkk (2006) dikemukakan bahwa pengertian dari konsep diri adalah identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi. Ketika konsep diri membicarakan diri (self) secara keseluruhan, ketika individu mengetahui, memiliki harapan, dan menilai dirinya secara akademik, konsep tersebut
13 dinamakan sebagai academic self concept. Menurut Carlock (1999), academic self concept memiliki tiga aspek, yaitu pengetahuan, harapan, dan penilaian individu terhadap dirinya di bidang akademis. Ketika siswa akselerasi memenuhi ketiga aspek ini dalam menjalani akademisnya, ia akan mampu menilai kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya sehinggap dapat mengontrol dan merancang tujuan akademisnya. Ketika siswa akselerasi dapat mengontrol akademisnya, seperti tugas-tugas atau peran-peran yang harus dipenuhinya, hal itu merupakan ciri-ciri yang menggambarkan adanya task commitment pada siswa. Jadi, siswa akselerasi yang memiliki academic self concept yang positif akan cenderung memiliki task commitment yang baik, sehingga mereka dapat memenuhi tugas-tugas akademik yang mereka miliki walaupun dengan beban akademik yang banyak. Academic self concept mempengaruhi siswa dalam proses pembelajarannya maupun prestasi mereka di sekolah. Academic self concept sebagai ukuran kepercayaan siswa dalam kemampuan mereka, menginformasikan pendapat mereka tidak hanya tentang tugas mereka saat ini dan kegiatan yang berkaitan dengan sekolah, tetapi juga tujuan masa depan mereka (Wilson, 2009). Konsep diri siswa adalah bagaimana siswa memandang dirinya sendiri sebagai mahasiswa dalam program akademis (Wilson, 2009). Konsep ini berfokus pada seberapa baik seorang siswa melakukannya dalam konteks khusus sekolah ataupun kursus (Wilson, 2009). Konteks sekolah tidak terlepas dari konteks tugas-tugas akademik mereka di sekolah. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa pendapat atau pandangan mereka mengenai tugas juga ditentukan oleh academic self concept yang mereka miliki.
14 Task commitment, yang notabene adalah motivasi instrinsik yang mengarahkan perilaku siswa akselerasi terhadap tugas-tugas akademiknya, menurut hasil penelitian dari Liu (2010) bahwa selain self concept secara keseluruhan, academic self concept juga memiliki korelasi yang positif terhadap motivasi belajar pada siswa. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa ada keterkaitan antara berkembangnya perilaku task commitment yang dimiliki oleh siswa akselerasi. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh Ahmed & Bruinsma (2006), dalam berkembangnya motivasi, hal tersebut secara signifikan dipengaruhi oleh self concept. Hal tersebut juga didukung oleh Gage & Berliner (1984) yang menyatakan bahwa untuk membantu siswa dalam menampilkan seluruh potensi yang dimiliki, maka siswa perlu memiliki konsep diri yang positif, khususnya konsep diri akademik. Sedangkan menurut Renzulli (dalam Hawadi, 2002), untuk menampilkan potensi bagi siswa berbakat diperlukan task commitment pada diri siswa. Maka, berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa antara task commitment dan self concept memiliki keterkaitan satu sama lain. Melalui paparan di atas, peneliti menjadi tertarik untuk melihat sejauh mana hubungan antara academic self concept siswa SMA program akselerasi dengan task commitment mereka.
15 2.5.Hipotesis Penelitian Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai ada hubungan antara academic self concept dengan task commitment pada siswa SMA program akselerasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai meninggalkan ketergantungannya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia. Di samping itu, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan individu berharap untuk selalu berkembang dan mewujudkan diri. Ini artinya setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan yang penting. Pendidikan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Alvie Syarifah, Hubungan antara Dukungan Sosial Orang Tua dengan Komitmen
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 45 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi di berbagai bidang seperti akademik, kreativitas, dan task commitment dibandingkan dengan anakanak pada umumnya.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.
BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan terhadap permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan judul Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
Lebih terperinciSESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN. Konsep, Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si
SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN Konsep, Dan Definisi Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si yuyus@upi.edu HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI KEPANDAIAN BERPIDATO ROMAWI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan sebagai sebuah genre atau jenis permainan, sebuah mekanisme
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Game online adalah jenis permainan yang dapat diakses oleh banyak pemain yang dihubungkan dengan jaringan internet. Menurut Adams dan Rollings (2006), game
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada di atas rata-rata anak seusianya. Hal ini membuat anak berbakat membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dirumuskan sebagai satu hak yang diperuntukkan bagi semua warga negara, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Anak berbakat termasuk golongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya adalah tantangan pekerjaan yang menuntut kriteria-kriteria tinggi yang menimbulkan persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program akselerasi merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya
Lebih terperinciPENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA
PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA Oleh : Rochmat Wahab Staf Pengajar Jurusan PLB FIP UNY PENGANTAR PENGALAMAN REFORMASI PENDIDIKAN AS SEBAGAI RESPON TERHADAP PRESTASI RUSIA YANG MELUNCURKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil keputusan dalam berbagai hal (Santrock, 2002). Menurut Papalia dan Olds (2009:8), masa remaja adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Remaja memiliki tugas untuk melaksanakan pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas dari suatu bangsa. Kualitas bangsa dapat diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa di Indonesia semakin meningkat. Menurut Amril Muhammad, Sekretaris
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya, menantang bangsa ini untuk mengatasi krisis yang dialami agar tidak tertinggal kemajuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar
43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa dijaring dengan hasil observasi siswa selama pembelajaran
Lebih terperinci139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Data yang berkaitan dengan fokus penelitian yang diperoleh dari lapangan telah dianalisis serta temuan-temuan yang dihasilkan dari penelitian juga telah dibahas dan dipaparkan
Lebih terperinciBIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMP AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perhatian terhadap anak berbakat khususnya di Indonesia sekarang ini sudah memperlihatkan perkembangan yang cukup baik. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa yang akan datang. Pembahasan tentang pendidikan tentu tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan seseorang. Pendidikan diperlukan untuk dijadikan pedoman dan pegangan hidup untuk menghadapi masa yang akan
Lebih terperinci2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peserta didik berbakat yang berada pada usia remaja memiliki kemampuan yang lebih tinggi diberbagai bidang dibandingkan dengan anak pada umumnya, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang terus menemukan momentumnya sejak dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses globalisasi yang terus menemukan momentumnya sejak dua dasawarsa menjelang milenium baru telah memunculkan wacana baru dalam berbagai lapangan kehidupan,
Lebih terperinciPermasalahan Anak Berbakat Di Indonesia
Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia Sri Sayekti FIP IKIP Veteran Semarang Email : basiroh_1428@yahoo.co.id ABSTRAK Bakat yang dimiliki oleh sebagian individu masih belum terwujud,yaitu masih berupa
Lebih terperinciGuru Pendidikan khusus Psikolog
Identifikasi? ANAK BERBAKAT? UPI Bandung Pengertian Identifikasi Bradwein (1980), dlm Feldhusen dan Baska (1989) bahwa identifikasi anak berbakat adalah satu proses mengenali anak-anak yang memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan individu yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan pribadi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan anak gifted menjadi sangat bernilai. Potensinya yang unggul dalam intelektualitas, kreativitas, dan motivasi menjadikan anak berbakat sebagai kekayaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dijadikan sebagai perhatian utama disetiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Upaya meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan proses belajar mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. 2. berupaya untuk mencetak individu-individu yang berkualitas, salah satunya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang berkualitas meliputi kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. Pendidikan memberikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih banyak bersifat klasikal. Artinya, berorientasi pada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya
Lebih terperinciPROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI
PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Profesi Psikologi Kekhususan Psikologi Pendidikan Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun, untuk menentukan keberbakatan dan kreativitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem penyelenggaraan pendidikan dasar, lanjutan, dan menengah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penyelenggaraan pendidikan dasar, lanjutan, dan menengah di Indonesia beberapa tahun yang lalu masih mengacu pada usaha penciptaan keseimbangan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana Psikologi S-1 Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk. termasuk anak yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam kehidupan termasuk memperoleh pelayanan pendidikan. Hak untuk dapat memperoleh pendidikan melekat pada semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan
Lebih terperinciANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN
ANAK BERBAKAT TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik dan jenis-jenis keberbakatan guna melakukan deteksi dini TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Akselerasi atau Program Percepatan Belajar atau terakhir istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu bangsa ke arah yang lebih baik sehingga mampu bersaing dengan negara maju lainnya adalah tersedianya Sumber
Lebih terperincibelajar itu sendiri (Syah, 2011). Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda. Masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan, begitupun dengan kecerdasan setiap individu. Ada yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). Mengenyam pendidikan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan mutu pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami banyak perubahan. Salah satu penyebab dari perubahan tersebut adalah semakin berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kebutuhan setiap manusia. Apalagi ketika akulturasi, globalisasi, dan modernisasi sedang berlangsung
Lebih terperinciPERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh CYNTIA DEWI JAYATI F 100 050 197
Lebih terperinciPENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA. Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung)
PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung) HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI
Lebih terperinciUPAYA PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK ISTIMEWA MELALUI PROGRAM AKSELERASI OLEH PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
UPAYA PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK ISTIMEWA MELALUI PROGRAM AKSELERASI OLEH TIM LABORATORIUM JURUSAN PSIKOLOGI TIM LABORATORIUM JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN Yang dimaksud dengan DEFINISI anak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti
BAB II LANDASAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik
Lebih terperinciAkselerasi 05/23/11. A. Konsep Cerdas Istimewa
A. Konsep Cerdas Istimewa Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggunakan istilah warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Penggunaan istilah potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Meskipun manusia itu adalah makhluk yang paling sempurna baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan erat antara makanan dengan kesehatan manusia telah lama diakui keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan didunia menyadarai bahwa arti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai ujung tombak perubahan memiliki peranan penting dalam mengoptimalkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik memiliki kompetensi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan remaja seperti tidak akan pernah ada habisnya, hal ini disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan eksistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.
1 A. Konteks Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam era modernisasi seperti sekarang ini, sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional merupakan kunci utama dalam tumbuh kembangnya sebuah organisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penentu bagi kemajuan bangsa. Dengan pendidikan manusia dituntut untuk memproleh kepandaian dan ilmu, sehingga akan mampu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bervariasi dalam suatu proses pembelajaran. Perbedaan tersebut dapat menjadi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kemampuan setiap peserta didik berbeda antara yang satu dengan lainya, hal ini dapat terlihat dari hasil belajar yang dicapai dan prestasi siswa yang
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
Kode/Nama Rumpun Ilmu: 803/Bimbingan dan Konseling LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PENGEMBANGAN PANDUAN PENANGANAN ANAK BERBAKAT(GIFTED) MELALUI TASK COMITMENT BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap akhir dari perjalanan panjang seorang mahasiswa yang merupakan titik puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan skripsi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan individu yang menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN MOTTO... iii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... iv LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan pribadi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan pribadi yang kompleks. Banyak teori yang menjelaskan kebutuhan individu, namun yang paling terkenal luas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Matematika 1. Pentingnya Pembelajaran Matematika Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang cukup pesat baik dari segi materi maupun segi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap individu, baik berupa pendidikan formal ataupun nonformal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
Lebih terperinciPENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu mencapai kualifikasi dan kompetensi yang ditetapkan. Namun, salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pendidikan, pembelajaran merupakan sesuatu yang harus ditempuh seseorang untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa agar mampu mencapai kualifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan arus globalisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk menjadikan bangsa kita menjadi bangsa yang lebih maju, maka kiranya sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga dapat menghadapi perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan belajar terhadap siswa-siswa berinteligensi tinggi semakin meningkat, hal ini ditandai dengan munculnya
Lebih terperinciPSIKOGRAM. Nama : A Level Tes : Supervisor Tanggal Tes : 29 Juli 2010 Pengirim : PT. X Tujuan Tes : Seleksi Calon Supervisor Gudang Bahan.
PSIKOGRAM Nama : A Level Tes : Supervisor Tanggal Tes : 29 Juli 2010 Pengirim : Tujuan Tes : Seleksi Calon Supervisor Gudang Bahan Sidoarjo Aspek SR R S T ST Inteligensi Umum (Taraf Kecerdasan) Taraf kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah membuktikan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Belajar merupakan masalah bagi setiap orang, dan tidak mengenal usia dan waktu lebih-lebih bagi pelajar, karena masalah belajar tidak dapat lepas dari dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan upaya pengajaran. dimensi kehidupan terutama dibidang pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan matematika dikenal mulai dari siswa taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, karena matematika digunakan secara luas dalam segala bidang kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu pembangunan ditentukan oleh suatu kualitas pendidikan warganya, karena dengan pendidikan dapat mencapai kesejahteraan hidup, mengembangkan potensi diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Dengan berkembangnya jaman, pendidikan turut serta berkembang. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciTERMAN IQ RENZULI KECERD, TASK COMMIT & KREATIVITAS TYLER & TORRANCE IQ + KREATIVITAS
PENDIDIKAN ANAK DENGAN POTENSI KECERDASAN DAN BERBAKAT ISTIMEWA HAKEKAT KEBERBAKATAN BERVARIASI TERGANTUNG NILAI-NILAI YG DIANGGAP IDEAL ZAMAN YUNANI KEPANDAIAN BERPIDATO ROMAWI KEPANDAIAN BERPERANG TERMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinci