HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis Kota Ambon berada sebagian di dalam wilayah Pulau Ambon. Secara geografis Kota Ambon terletak pada posisi : lintang selatan dan bujur timur, dimana pada bagian utara berbatasan dengan Petuanan Desa Hitu dan Kaitetu (Kecamatan Leihitu/Kabupaten Maluku Tengah), sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda (Kecamatan Banda/Kabupaten Maluku Tengah), sebelah timur berbatasan dengan Petuanan Desa Suli (Kecamatan Salahutu/Kabupaten Maluku Tengah) dan sebelah barat berbatasan dengan Petuanan Desa Hattu (Kecamatan Leihitu/Kabupaten Maluku Tengah). Luas wilayah Kota Ambon seluruhnya 377 Km 2 dan sesuai hasil survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas daratan Kota Ambon tercatat km yang terbagi atas tiga kecamatan, yakni : Kecamatan Teluk Ambon Baguala dengan luas km 2 diikuti Kecamatan Sirimau dengan luas km 2 dan Kecamatan Nusaniwe seluas km 2. Sementara jarak dari ibukota kecamatan adalah sebagai berikut : 1. Kecamatan Nusaniwe : Yang terjauh adalah 10 km dari desa Latuhalat, sedangkan yang terdekat berjarak 3 km dari kelurahan Mangga Dua. 2. Kecamatan Sirimau : Yang terjauh 16 km dari desa Hukurila, sedangkan yang terdekat 0.5 km dari Kelurahan Karang Panjang. 3. Kecamatan Teluk Ambon Baguala Yang terjauh 34 km dari desa Laha, sedangkan yang terdekat 3 km dari desa Galala.

2 44 Kondisi Fisik Kondisi fisik Kota Ambon dalam tinjauan penelitian ini mencakup : 1. Topografi Wilayah Kota Ambon sebagian besar terdiri dari daerah berbukit yang berlereng terjal seluas ± km 2 atau 73% dan daerah dataran dengan kemiringan sekitar 10% seluas ± 55 km 2 atau 17% dari luas seluruh wilayah daratan. Wilayah daratan tersebar pada tiga kecamatan. Kota Ambon memiliki 10 buah gunung, diantaranya yang tertinggi adalah gunung Nona yaitu 600 m dari permukaan laut; dialiri oleh sebanyak 15 buah sungai, diantaranya yang terpanjang adalah sungai Sikula (Way-Sikula) yaitu km. 2. Iklim Iklim Kota Ambon adalah laut tropis dan iklim musim, karena letak Pulau Ambon dikelilingi oleh laut. Oleh karena itu iklim sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu musim barat atau utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan masa transisi ke musim Timur dan musim Timur berlangsung dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober disusul oleh musim pancaroba pada bulan Nopember yang merupakan transisi ke musim Barat. Penduduk Penduduk merupakan faktor dominan dalam perencanaan pembangunan. Berdasarkan angka Registrasi Penduduk, jumlah penduduk Kota Ambon pada tahun 2005 berjumlah jiwa, meningkat sebesar 2.01 persen dari tahun sebelumnya, yang merupakan peningkatan terendah dalam waktu lima tahun terakhir. Serupa dengan tahun-tahun sebelumnya, pola penyebaran penduduk di Kota Ambon masih terkonsentrasi di Kecamatan Nusaniwe dan Kecamatan Sirimau

3 45 yang merupakan daerah pusat kota, dengan masing-masing sebesar 943 jiwa per km 2 dan 924 per km 2. Wilayah terluas dimiliki Kecamatan Teluk Ambon Baguala, namun jumlah penduduknya paling rendah, sehingga kepadatannya hanya 477 jiwa untuk setiap km 2 wilayahnya. Secara keseluruhan, tercatat kepadatan penduduk di Kota Ambon sebesar 732 jiwa per km 2 (Tabel 12). Tabel 12 Luas wilayah, jumlah penduduk dan rumah tangga, kepadatan penduduk serta rata-rata jiwa per rumah tangga di kota Ambon per kecamatan tahun Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Penduduk Rumah Tangga Kepadatan Penduduk Tiap Km 2 Rata-rata Jiwa Per Rumah Tangga (1) (2) (3) (4) (5) (6) Nusaniwe Sirimau Teluk Ambon Baguala Kota Ambon Sumber: Registrasi Penduduk BPS Kota Ambon ( ) Umur Karakteristik Keluarga Contoh Umur contoh berkisar antara tahun (27 ± 4.5 tahun). Umur Kepala Keluarga (KK) berkisar antara tahun (29 ± 4.4 tahun). Apabila umur dikelompokkan, persentase terbesar contoh dan KK berumur tahun yaitu masing-masing 96.5% dan 93% (Tabel 13). Secara keseluruhan terlihat bahwa contoh dan KK masih berada pada usia subur dan produktif yang berarti kemampuan reproduksi masih tinggi. Menurut Hurlock (1980), tingkat umur dapat mempengaruhi cara berpikir, bertindak dan emosional seseorang, karena seseorang yang mempunyai umur lebih tua (dewasa) relatif lebih stabil emosinya dan mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan orang yang lebih muda usianya.

4 46 Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan memberikan pengaruh terhadap sikap dan gaya hidup termasuk gaya hidup yang berhubungan dengan gizi dan kesehatan sehingga ikut menentukan status gizi seseorang. Tingkat pendidikan contoh dan KK bervariasi mulai dari SD sampai tingkat Akademi (D3) dan Sarjana (S1) (Tabel 13). Sebagian besar contoh dan KK memiliki tingkat pendidikan formal sampai SLTA, masing-masing 57% dan 61.5%. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak. Ada dua sisi kemungkinan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan gizi anak yaitu : 1) Tingkat pendidikan kepala rumah tangga secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan ekonomi rumah tangga, 2) pendidikan istri disamping modal utama dalam perekonomian rumah tangga juga berperan dalam menyusun pola makanan untuk rumah tangga (Tarwotjo & Soekirman 1988). Tingkat pendidikan yang dimiliki ibu hamil juga berperan penting dalam kepedulian ibu terhadap janin yang dikandungnya. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Jenis Pekerjaan Dari 200 contoh yang terlibat dalam penelitian ini terdapat 128 orang (64%) berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan diantaranya yang masih berstatus mahasiswa serta lulusan S1 yang belum mendapat pekerjaan. Sebanyak 18% contoh bekerja sebagai karyawan swasta, lainnya PNS (17%) dan Pedagang/Wiraswasta (1%). Walaupun lokasi penelitian di daerah perkotaan namun didalamnya terdapat beberapa wilayah yang berstatus pedesaan sehingga jenis pekerjaan KK bervariasi mulai dari petani hingga PNS. Terdapat 8% KK bermata pencaharian sebagai petani, sopir/ojek (19%), pedagang /wiraswasta (24.5%), karyawan swasta (9%), polisi dan TNI (19.0%), serta PNS (20.5%) (Tabel 13). Jenis pekerjaan berkaitan erat dengan tingkat pendapatan yang dapat

5 47 dicapai untuk memenuhi kebutuhan keluarga (pangan dan non pangan) baik kuantitas maupun kualitas. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga mempunyai peran yang penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup mereka. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan, dll) yang dapat mempengaruhi status gizi. Pendapatan total keluarga contoh diperoleh dari beberapa sumber yaitu pendapatan KK dan pendapatan contoh sendiri yang bekerja. Pendapatan total keluarga contoh per bulan berkisar antara Rp sampai Rp (Rp ± Rp ). Apabila pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga, maka diperoleh pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita perbulan berkisar dari Rp sampai Rp (Rp ± Rp ). Berdasarkan batasan garis kemiskinan Kotamadya Ambon tahun 2004 menurut BPS ( ) dengan rata-rata pendapatan perkapita sebesar Rp per bulan, sekitar 18% keluarga contoh tergolong keluarga miskin (Tabel 13). Rendahnya pendapatan dan pendidikan, ketrampilan dan akses sumber pelayanan sosial, akan semakin sulit memperoleh pekerjaan yang layak sehingga sulit memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anggota keluarga (Hikmat 2004) Sanjur (1982) menyatakan bahwa pendapatan merupakan penentu utama yang berhubungan dengan kualitas dan kuantitas makanan. Hal ini diperkuat oleh Suhardjo (1989) bahwa apabila penghasilan keluarga meningkat, penyediaan lauk pauk akan meningkat pula mutunya. Pendapatan menyebabkan daya beli yang rendah sehingga tidak mampu membeli makanan dalam jumlah yang diperlukan, keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat berakibat buruk terhadap keadaan status gizi terutama bagi ibu hamil, menyusui, dan anak balita.

6 48 Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga No Faktor Sosial Ekonomi Jumlah (n) Persentase (%) A Umur Contoh (tahun) Ibu : 1. < Kepala Keluarga (KK) : > B C D E Tingkat Pendidikan Ibu : 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. D3 5. (S1) KK : 1. SLTP 2. SLTA 3. S1 Jenis Pekerjaan Ibu : 1. Ibu Rumah Tangga 2. Pedagang/wiraswasta 3. Karyawan Swasta 4. Pegawai Negeri Sipil (PNS) KK : 1. Petani/Buruh 2. Sopir/Ojek 3. Pedagang/Wiraswasta 4. Karyawan Swasta 5. Polisi dan TNI 6. Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pendapatan Keluarga (per bulan) 1. < Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Besar Keluarga 1. Kecil (= 4 orang) 2. Sedang (5-7 orang) F Jumlah Bayi lahir : 1. Perempuan 2. Laki-laki Berat Bayi Lahir : 1. = 2500 gr 2. > 2500 gr Skor Apgar 1. Ringan 2. Sedang 3. Sehat

7 49 Besar Keluarga Ukuran atau jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi konsumsi pangan. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar. Jumlah anggota keluarga contoh berkisar antara 3 sampai 7 orang (4 ± 1orang). Besar keluarga dikelompokkan berdasarkan kriteria BKKBN (BPS 2002) yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga = 4 orang, keluarga sedang 5-7 orang, dan keluarga besar > 7 orang. Dengan demikian persentase untuk jumlah anggota keluarga contoh yang = 4 adalah 56%, lainnya termasuk keluarga sedang (34.5%) dan keluarga besar (9.5%) (Tabel 13). Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Suhardjo (1989) mengatakan bahwa ada hubungan nyata antara besar keluarga dan kurang gizi pada masing-masing keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga yang besar mungkin hanya cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar. Jumlah Bayi Lahir Berdasarkan rekam medik dari ketiga Rumah Sakit diperoleh informasi bahwa jumlah bayi yang dilahirkan dari bulan Januari sampai April adalah Setelah melalui proses screening berdasarkan kriteria panelitian diperoleh 200 bayi yang terdiri dari perempuan (52.5%) dan laki-laki (47.5%). Jumlah bayi dengan berat lahir normal adalah 52.5% dan yang teridentifikasi BBLR sejumlah 47.5%. Pengukuran skor Apgar pada bayi lahir yang menghasilkan bayi sehat 72%, sedang 8%, dan rendah 20% (Tabel 13).

8 50 Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Kehamilan Pengetahuan gizi ibu hamil mempengaruhi konsumsi pangan dan gizi selama masa kehamilan baik kuantitas maupun kualitas, dalam hal ini keragaman sumber pangan. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil dinilai berdasarkan pemahaman responden tentang jumlah dan jenis makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi selama hamil, fungsi makanan, zat gizi yang dibutuhkan untuk ibu dan janin, 4 Sehat 5 Sempurna, Frekuensi pemeriksaan kehamilan, manfaat pemeriksaan kehamilan, manfaat imuninsasi pada ibu hamil, tanda-tanda kehamilan dan kebiasaan yang membahayakan janin, jarak kehamilan yang aman, usia ideal untuk hamil serta berat bayi lahir yang dikatakan normal. Pengukuran pengetahuan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice test). Instrumen ini merupakan bentuk tes objektif yang paling sering digunakan. Didalam menyusun instrumen ini diperlukan jawaban-jawaban yang sudah tertera di dalam tes, dan responden hanya memilih jawaban yang menurutnya benar. Pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 20 pertanyaan diantaranya 10 pertanyaan menyangkut pengetahuan gizi contoh sedangkan 10 pertanyaan lainnya tentang kesehatan kehamilan (Tabel 14). Bila jawaban benar menurut ilmu gizi dan kesehatan diberi skor 1 dan jika salah skornya 0. Skor pengetahuan gizi dan kesehatan contoh berkisar dari (13 ± 2.7). Berdasarkan kriteria pengetahuan gizi dan kesehatan menurut Khomsan (2000) terdapat sebagian besar contoh (43.5%) memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan sedang (jawaban benar antara 60-80% dari keseluruhan pertanyaan) dan hanya 24% contoh yang memiliki pengetahuan gizi tinggi. Sementara 32.5% contoh memiliki pengetahuan gizi rendah (Tabel 15). Tabel 14 Pengetahuan gizi dan kesehatan kehamilan No Pengetahuan Gizi dan Kesehatan n % 1 Mengetahui tentang 4 sehat 5 sempurna Mengetahui bahwa mengkonsumsi susu selama hamil sangat baik untuk kesehatan ibu dan anak 3 Mengetahui dan mengenal jenis pangan sumber karbohidrat, protein, dan lemak serta kegunaanya

9 51 4 Mengetahui zat gizi yang penting untuk pertumbuhan tulang janin 5 Mengetahui bahan makanan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak janin Mengetahui jenis makanan untuk mengatasi kekurangan darah Mengetahui bahwa besi (Fe) sebagai tablet tambah darah Mengetahui bahwa pentingnya mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk mengatasi kekurangan zat gizi selama kehamilan 9 Mengetahui bahwa semasa kehamilan porsi makanan harus ditambah 10 Mengetahui bagaimana tindakan mengatasi mual-mual, muntah pada tiga bulan I: mengkonsumsi makanan dalam porsi kecil namun sering 11 Mengetahui bahwa pelayanan pada pemeriksaan kehamilan: Timbang BB, tekanan darah, imunisasi TT, pemberian tablet besi, pengukuran tinggi fundus uteri 12 Mengetahui dan memahami manfaat dan frekuensi pemeriksaan kehamilan selama 13 Mengetahui bahwa gejala dari penyakit: pusing, muka pucat, berkunang-kunang adalah anemia 14 Mengetahui dan memahami pentingnya menjaga jarak kehamilan yang aman 15 Mengetahui dan memahami manfaat jenis imunisasi yang diberikan selama hamil 16 Mengetahui dan memahami bahaya yang timbul bila hamil kurang dari 20 tahun Mengetahui bahwa berat bayi yang sehat = 2500 gr Mengetahui bahwa kebiasaan merokok dan alkohol dapat membahayakan janin 19 Mengetahui dan memahami tentang bayi yang lahir hidup tidak cukup bulan kehamilan (prematur) 20 Mengetahui resiko yang sering dialami oleh bayi yang lahir ridak cukup bulan kehamilan: BBLR dan kematian Tabel 15 Sebaran contoh menurut pengetahuan gizi dan kesehatan Contoh (Ibu Nifas) Kategori Pengetahuan Gizi Jumlah (n) Persen (%) Kurang (skor < 60%) Sedang (skor 60-80%) Tinggi (skor > 80%) 48 24

10 52 Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson terdapat hubungan positif nyata antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan tingkat pendidikan formal contoh dengan koefisien korelasi (p>0.01). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh menempuh tingkat pendidikan formal menengah (SLTA) sehingga skor pengetahuan gizi dan kesehatan termasuk kategori sedang. Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya pada perawatan kesehatan dan higiene, perlunya pemeriksaan kehamilan dan pascapersalinan, serta kesadarannya terhadap kesehatan anak dan keluarganya (Utomo 1985). Pada umumnya contoh telah mengetahui pentingnya konsumsi makanan sehat dan bergizi. Namun dalam prakteknya, baik sikap maupun perilaku mengalami hambatan, salah satu diantaranya masih kurang adanya kesadaran dan motivasi dalam diri contoh. Di sisi lain masih ditemukan juga sebagian besar contoh yang belum mengetahui zat gizi apa yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung, porsi makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil serta pertambahan berat badan yang dianjurkan selama kehamilan. Faktor lain yang turut menentukan adalah status ekonomi keluarga. Namun demikian menurut Hardinsyah (1986), tingginya status ekonomi seseorang belum dapat menjamin tercapainya keadaan gizi yang baik bila tidak disertai dengan pengetahuan gizi yang baik pula. Berdasarkan kenyataan yang terjadi maka sangat diperlukan suatu program perbaikan gizi dalam upaya peningkatan pengetahuan gizi dan membangun motivasi dalam diri contoh melalui penyuluhan dan konseling gizi secara dini terhadap calon ibu yang akan hamil atau sedang hamil dengan selalu memperhatikan latarbelakang contoh. Namun demikian selama wawancara terjadi diskusi singkat dengan contoh terutama tentang pertambahan berat badan selam kehamilan serta porsi makanan yang seharusnya dikonsumsi selama hamil, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerimaan dan harapan mereka terutama bagi yang bertempat tinggal bukan di pusat Kota Ambon terhadap penyuluhan dan konseling gizi secara intensif sangat besar.

11 53 Kebiasaan Makan Ibu Hamil Konsumsi pangan dan gizi yang cukup serta beragam akan menghasilkan status gizi yang baik pula, keadaan ini dapat dicapai apabila terjadi keseimbangan antara banyaknya jenis-jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya yang dibutuhkan tubuh (Suhardjo 1990). Atas dasar demikian maka untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang dapat dilakukan dengan cara menilai konsumsi pangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian secara kualitatif berkaitan dengan frekuensi makan, dimana frekuensi makan menurut jenis yang dikonsumsi dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara memperoleh pangan. Kebiasaan makan merupakan cara seseorang dalam memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan atas pengaruh fisiologi, psikologis, budaya dan sosial. Kebiasaan makan dalam kelompok memberikan dampak pada distribusi makanan antar anggota kelompok. Dalam kebiasaan makan keluarga, ditemui keluarga-keluarga yang memprioritaskan makanan bagi seseorang dengan alasan tertentu. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar (76%) contoh lebih memprioritaskan makanan untuk ibu hamil karena penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung serta kesehatan ibu. Sedangkan 15.5% contoh memprioritaskan makanan untuk kepala keluarga dan 8.5% contoh memilih untuk lebih memprioritaskan makanan untuk anak. Pada kehamilan trimester pertama lebih dari separuh contoh (57%) mengalami penurunan selera makan dan sebesar 43% tidak mengalami penurunan selera makan. Rata-rata contoh mengalami penurunan selera makan selama bulan pertama kehamilan. Penuruan selera makan contoh biasanya mual-mual, muntah, dan pusing (86%). Untuk mengatasi kurang nafsu makan, makanan yang paling sering dikonsumsi contoh antara lain makanan yang asam, pedas, dan buahbuahan. Hal itu dilakukan untuk menimbulkan selera makan ibu hamil yang mengalami gejala-gejala tersebut diatas. Memasuki trimester kedua, selera makan sebagian besar contoh kembali normal bahkan meningkat. Pada umumnya kebiasaan makan contoh selama 6 bulan kehamilan terakhir (trimester II dan III) adalah lebih banyak dibandingkan sebelum hamil (72%), namun ada juga yang tidak mengalami perubahan kuantitas makanan, dimana sebelum dan selama

12 54 hamil selera makan tidak jauh berbeda (20%). Hanya sebagian kecil contoh (8%) yang memiliki kebiasaan makan selama hamil adalah lebih sedikit dibanding sebelum hamil Menurut Khumaidi (1997) dalam kondisi hamil seorang ibu dianjurkan untuk makan satu sampai dua piring lebih banyak daripada keadaan sebelum hamil atau tidak hamil. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi makan (menambah jumlah makan setiap kali makan selama hamil). Mengingat bahwa konsumsi makanan selama hamil bukan hanya untuk ibu sendiri tetapi untuk dua orang yakni ibu dan pertumbuhan serta perkembangan janin dalam kandungan. Adapun jenis makanan utama yang paling sering dikonsumsi contoh selama hamil adalah makanan pokok (nasi, sagu), lauk pauk (ikan segar), serta sayuran antara lain bayam, kangkung, daun singkong, sawi dan sayuran hijau lainnya serta buah (pisang, jeruk, pepaya, semangka). Selain makanan utama, contoh juga mengkonsumsi makanan selingan atau jajanan (60.5%). Makanan selingan atau jajanan yang paling sering antara lain roti, biskuit, rujak, cokelat, bakso. Sebagian besar contoh memilih untuk mengkonsumsi makanan selingan karena ingin mengatasi gejala-gejala kehamilan, misalnya morning sickness dan memenuhi rasa ngidam atau yang disebut sebagai bawaan bayi. Dalam penelitian ini hampir sebagian besar contoh (58%) memiliki kesadaran pentingnya mengkonsumsi susu ibu hamil selama hamil dan sebesar 19.5% tidak mengkonsumsi susu ibu hamil karena faktor ekonomi keluarga, tidak mampu menjangkau harga susu ibu hamil dan tingkat kesukaan karena menyebabkan mual-mual dan muntah. Ada juga contoh yang memilih untuk mengkonsumsi susu ibu hamil tapi hanya kadang-kadang mengkonsumsi (22.5%), Hal ini disebabkan selain karena faktor ekonomi juga karena contoh memiliki rasa takut gemuk sehingga akan menyebabkan kesulitan dalam persalinan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan adalah faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) yakni pengaruh kelompok sosial. Dalam penelitian ini anjuran untuk mengkonsumsi makanan tertentu misalnya buah-buahan, sayur, dan susu paling banyak berasal dari pihak keluarga (67%) dan teman (14.5%). Hampir sebagian besar contoh mengikuti anjuran yang

13 55 berasal dari keluarga maupun teman (57%) dan lainnya kadang-kadang (24.5%) dan tidak mengikuti (18.5%). Tabel 16 Persentasi contoh menurut kebiasaan makan selama hamil Indikator Jumlah (n) Persen (%) A. Kebiasaan makan : - Trimester I : 1. Penurunan selera makan selama hamil 2. peningkatan selera makan selama hamil - Trimester II & III : 1. Penurunan selera makan selama hamil 2. Sama banyak dengan sebelum hamil 3. peningkatan selera makan selama hamil B. Frekuensi makan : 1. Satu kali 2. Dua kali 3. Tiga kali 4. Empat kali C. Gejala-gejala pada trimester I kehamilan : 1. Mual-mual 2. mual, muntah, dan pusing 3. Tidak D. Mengkonsumsi makanan jajanan/selingan : 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak E. Minum susu ibu hamil : 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak F. Makanan pantangan/tabu : 1. Ya 2. Tidak Mayoritas contoh dalam penelitian ini tidak memiliki makanan pantangan, namun demikian sekitar 24% contoh mengetahui tentang makanan pantangan serta tidak mengkonsumsinya selama hamil (Tabel 16). Makanan yang dianggap pantang untuk dikonsumsi selama kehamilan antara lain durian, nenas, nangka, cempedak, sukun serta jenis makanan laut tertentu misalnya cumi-cumi, sotong, penyu. Alasannya bila mengkonsumsi makanan-makanan tersebut selama hamil maka tubuh janin atau bayi mereka sewaktu lahir akan kotor serta menyebabkan keguguran. Sedangkan untuk makanan laut tertentu seperti disebutkan diatas akan menyebabkan gatal-gatal bahkan contoh beranggapan janin atau bayinya akan sering kena penyakit gatal-gatal atau bisul. Namun kenyataan yang terjadi contoh

14 56 tetap mengkonsumsinya dengan pertimbangan pentingnya zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut. Analisis kuantitatif yang didasarkan atas kelompok bahan makanan dan frekuensi konsumsinya per bulan menunjukkan bahwa makanan pokok nasi merupakan jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari dengan rata-rata konsumsi kali per hari, sedangkan rata-rata frekuensi konsumsi pada saat hamil adalah kali per hari. Jenis pangan pokok yang paling sering dikonsumsi contoh sebelum dan saat hamil adalah nasi dan sagu. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan diperoleh dari konsumsi makanan ibu selama hamil. Sumber energi protein hewani yang paling banyak dikonsumsi contoh adalah ikan segar, telur ayam, daging ayam, daging sapi, dan daging babi. Jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ikan segar dengan rata-rata konsumsi per hari sebelum hamil adalah 2 kali dan pada saat hamil kali. Pada umumnya jenis pangan hewani yang banyak dikonsumsi contoh meningkat frekuensinya pada saat hamil dibandingkan sebelum hamil. Sementara sumber energi dari pangan nabati yang dikonsumsi oleh contoh adalah tempe, tahu, kangkung, bayam, sawi, kacang panjang, kacang hijau, daun singkong dan daun melinjo. Pada umumnya cara mengkonsumsi pangan nabati terutama sayuran hijau setiap hari dengan jenis yang berbeda-beda. Rata-rata konsumsi pangan nabati meningkat pada saat hamil dibandingkan dengan sebelum hamil. Selain pangan pokok, pangan hewani, dan nabati, contoh juga mengkonsumsi buah-buahan, antara lain pepaya, jeruk, pisang, apel, dan mangga. Rata-rata contoh mengalami peningkatan dalam mengkonsumsi buah-buahan selama hamil dibandingkan sebelum hamil. Jenis makanan jajanan yang paling sering dikonsumsi contoh selama hamil adalah roti, pisang goreng, kue, dan rujak. Hal ini paling sering terjadi pada ibu hamil karena tuntutan janin atau dengan kata lain bawaan bayi (ngidam) serta untuk mengurangi rasa mual-mual, muntah, dan pusing selama trimester kehamilan terutama trimester I. Selain makanan-makanan tersebut diatas, contoh juga banyak mengkonsumsi susu, gula, dan teh. Pada umumnya kebiasaan makan ibu meningkat selama hamil dibandingkan sebelum hamil (Tabel 17).

15 57 Tabel 17 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan dan gizi Kelompok Bahan Pangan dan Jenis Makanan Pangan pokok : 1. Nasi 2. Singkong 3. Sagu 4. Keladi 5. Pisang Pangan Hewani : 1. Daging sapi 2. Daging ayam 2. Daging babi 4. Ikan segar 5. Telur ayam Pangan Nabati : 1. Tahu 2. Tempe 3. Kangkung 4. Bayam 5. Sawi 6. Daun Singkong 7. Kacang Panjang 8. Kacang hijau 9. Daun Melinjo Buah-buahan : 1. Pepaya 2. Jeruk 3. Apel 4. Mangga 5. Pisang Makanan Selingan/Jajanan : 1. Pisang goreng 2. Roti 3. Kue 4. Biskuit 5. Bakso 6. Cokelat 7. Rujak Lain-lain : 1. Gula 2. Susu 3. Teh Rata-rata Frekuensi Konsumsi per hari (kali) Sebelum Saat Hamil Hamil Keterangan: * bila tersedia dalam menu Rata-rata Frekuensi Konsumsi per minggu (kali) Sebelum Saat Hamil Hamil 14 2* 1* * 1*

16 58 Status Gizi Ibu Sebelum Hamil Salah satu cara yang mudah untuk mengetahui keadaan gizi adalah dengan menilai ukuran tubuh. Berat dan tinggi badan merupakan ukuran antropometri, dimana informasi data berat badan dapat memberi gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak) sedangkan tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dari antara kedua ukuran antropometri tersebut, berat badan dikatakan lebih labil dibandingkan dengan tinggi badan, karena berat badan (massa tubuh) sangat sensitif terhadap perubahan keadaan mendadak, misalnya terserang penyakit infeksi, penurunan nafsu makan atau penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan relatif kurang sensitif terhadap defisiensi gizi dalam jangka pendek. Pengaruh defisiensi gizi terhadap tinggi badan akan muncul setelah beberapa waktu yang cukup lama (Riyadi 2003). Berdasarkan hasil penelitian BB dan TB contoh masing-masing berkisar antara kg (49 ± 7.4 kg) dan cm (156.9 ± 6.3 cm). Index berat/tinggi banyak digunakan dalam survei maupun keperluan klinik adalah index quetelet yang kemudian oleh Keys dkk (1972) disebut sebagai Body Mass Index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT). Nilai IMT dapat memberikan indikasi kelebihan timbunan lemak tubuh yang dapat dikaitkan dengan resiko penyakit. IMT akan sangat bermanfaat apabila dikaitkan dengan mortalitas, morbiditas dan kemampuan berproduksi. Berdasarkan kategori Depkes (1994) tentang IMT, menunjukkan bahwa sebanyak 38.5% contoh berstatus gizi normal dan 31% contoh tergolong kurus sekali. Sedangkan yang lainnya termasuk kategori kurus, gemuk, dan obes (Tabel 19). Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Umur Kategori IMT < (IOM 1990) n % n % n % n % n % n % Kurus Normal Gemuk Obes Total

17 59 Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Umur Kategori IMT < (Depkes 1994) n % n % n % n % n % n % Kurus sekali Kurus Normal Gemuk Obes Total Status gizi ibu (IMT) sebelum hamil menurut kategori IOM (1990) menunjukkan bahwa sejumlah besar contoh (57%) tergolong dalam IMT kurus dan 32.5% termasuk normal (Tabel 18). Selanjutnya bila dibandingkan dengan kategori IMT menurut Depkes (2002) menunjukkkan bahwa 46% contoh tergolong dalam IMT kurus dan 37.5% contoh berada dalam batas IMT normal (Tabel 20). Dengan demikian dapat dilihat bahwa kategori IMT menurut IOM (1990), Depkes (1994), dan Depkes (2002) tidak memiliki perbedaan yang berarti. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ibu sebelum hamil (IMT) Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) Umur Kategori IMT < (Depkes 2002) n % n % n % n % n % n % Kurus Normal Gemuk Obes I Obes II Total Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil Pertambahan berat badan selama kehamilan dalam penelitian ini lebih terkonsentrasi kepada ibu yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal. Kenaikan berat badan contoh berkisar antara 5-20 kg (12.6 ± 2.4 kg). Sebagaimana anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan menurut

18 60 Depkes (2002) adalah berkisar antara kg. Berdasarkan anjuran tersebut maka dapat dibuat kategori pertambahan berat badan ibu selama kehamilan menurut berat dan tinggi badan sebelum hamil. Pertambahan berat badan selama kehamilan baik menurut BB maupun TB sebelum hamil menunjukkan bahwa sebagian besar contoh lebih menyebar normal pada BB dan TB sebelum hamil yakni kg serta dengan pertambahan berat badan berkisar antara kg serta lebih dari 12.5 kg. Rata-rata pertambahan berat badan contoh menurut IMT adalah sebagai berikut: kurus sekali (14.3 ± 5.1); kurus (13.5 ± 3.6); normal (12.9 ± 2.2); gemuk (11.6 ± 1.4); serta obes (11.7 ± 3.4). Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil menurut BB dan TB sebelum hamil Berat badan (kg) Tinggi Badan Pertambahan Total berat badan (kg) n % n % n % n % n % < > Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara (N = 105) Jumlah < ,5 kg > 12,5 Range Pertambahan BB Selama Hamil BB ibu sebelum hamil BB ibu sebelum hamil TB ibu TB ibu Indeks Massa Tubuh Kurus sekali Indeks Massa Tubuh Kurus Indeks Massa Tubuh Normal Indeks Massa Tubuh Gemuk Indeks Massa Tubuh Obes Gambar 5 Pertambahan BB Ibu Hamil menurut BB, TB, dan IMT. Berdasarkan status gizi sebelum hamil dalam hal ini indeks massa tubuh menurut kategori Depkes (1994) maka dalam penelitian lebih banyak ditemukan ibu hamil dengan IMT normal (62.9%), dimana pertambahan berat badan ibu

19 61 selama kehamilan adalah berkisar antara 5-17 kg (12.9 ± 2.2). Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa studi yang menunjukkan bahwa pertambahan berat total badan ibu selama kehamilan berada pada rentang 8-14 kg. Lebarnya rentang pertambahan berat badan total ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu misalnya TB, kondisi sosial ekonomi, tingkat konsumsi pangan. Hasil penelitian yang berkaitan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dari beberapa lokasi yang berbeda menunjukkan angka pertambahan berat badan yang berbeda pula yaitu 11.3 kg di kota Manado (Kawengiang 2004); di pedesaan Kabupaten Bogor 7.8 kg (Hardinsyah 2000) serta di pedesaan Purworedjo 8.3 kg (Winkvist dkk 2002). Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil menurut IMT (Depkes 1994) IMT sebelum hamil Pertambahan BB (kg) Jumlah (n) Persen (%) Kurus sekali Kurus Normal Gemuk Obes (14.3 ± 5.1) 8 20 (13.5 ± 3.6) 5 20 (12.8 ± 2.2) (11.6 ± 1.4) 8-20 (11.7 ± 3.4) Total Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil menurut IMT (Depkes 2002) IMT sebelum hamil Pertambahan BB (kg) Jumlah (n) Persen (%) Kurus Normal Gemuk Obes I Obes II 8-20 (13.73 ± 3.80) 5-20 (12.88 ± 2.15) (11.44 ± 1.20) 8-20 (11.60 ± 3.24) Total Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara Pertambahan berat badan selama hamil berdasarkan kategori IMT menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (62.9%) menurut Depkes (1994) dan 62.86% (Depkes 2002) berada pada IMT normal serta masing- masing mengalami pertambahan berat badan berkisar antara 12.8 ± 2.2 kg dan ± 2.15 kg (Tabel 22 dan 23). Hal ini bila dibandingkan dengan anjuran pertambahan berat badan menurut IOM (1990) maka terlihat bahwa 61% contoh yang termasuk dalam IMT normal mengalami pertambahan berat badan berkisar antara

20 ± 1.85 kg, sedangkan yang dianjurkan oleh IOM adalah kg (Tabel 24). Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan pertambahan BB selama hamil IMT sebelum Hamil n % Pertambahan BB (kg) IOM (1990) Pertambahan BB (kg) Contoh Kurus Normal Gemuk Obes (13.86 ± 3.28) 5 20 (12.62 ± 1.85) 9 13 (10.95 ± 1.13) 8 20 (13.33 ± 6.11) Sumber data (BB, TB, dan Pertambahan BB) : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara Pertambahan berat badan contoh selama kehamilan trimester I rata-rata 1.9 ± 0.6 kg dan pada trimester II dan III masing-masing mengalami pertambahan rata-rata 4.2 ± 1.1 kg dan 6.5 ± 1.6 kg (Gambar 6). Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa pada trimester I rata-rata pertambahan berat badan ibu adalah 0.1 kg per minggu, selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada trimester II dan III, masing-masing 0.3 kg dan 0.5 kg per minggu. Hal ini sangat sejalan dengan beberapa hasil penelitian, salah satunya oleh Kawengian (2004) tentang pertambahan berat badan ibu hamil (n=155 orang) di Kota Manado, Sulawesi Utara yakni berkisar antara 4-24 kg (11.3 ± 3.8 kg), sementara pertambahan berat badan tiap trimester kehamilan adalah 1.4 ± 2.4 kg; 3.7 ± 2.9 kg; dan 4.8 ± 2.6 kg. Selanjutnya bila dibandingkan dengan studi yang dilakukan oleh Winkvist dkk (2002) terhadap 251 ibu hamil di daerah Purworejo, Jawa Tengah menunjukkan adanya perbedaan yakni rata-rata pertambahan berat badan ibu selama kehamilan trimester I adalah 0.08 kg per minggu dan meningkat pada trimester II dan III masing-masing 0.34 dan 0.26 kg per minggu. Sebagian besar contoh terutama yang memiliki IMT normal sebelum hamil mengalami pertambahan berat badan pada trimester kedua dan ketiga, hal ini karena terjadi peningkatan selera makan baik makanan pokok maupun makanan selingan. Sebaliknya contoh yang mengalami penurunan selera makan atau tidak mengalami perubahan kuantitas makan, pertambahan berat badan cenderung lebih rendah.

21 63 Pertambahan BB Rata-rata Pertambahan BB Ibu Tiap Trimester Kehamilan Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Gambar 6 Rata-rata Pertambahan BB Ibu selama Trimester Kehamilan Kenyataan menunjukkan bahwa ibu yang mengalami pertambahan berat badan 5-9 kg rata-rata melahirkan bayi dengan berat lahir relatif rendah yakni 2600 gr, namun demikan dalam penelitian ini hanya sebagian kecil dari contoh mengalami hal tersebut (1.9%). Sebaliknya ibu dengan pertambahan berat badan sebagaimana yang dianjurkan Depkes (2002) cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rata-rata = 3000 gr. Pertambahan berat < 1 kg selama trimester II, apalagi trimester III akan menimbulkan resiko yang tinggi terhadap kelahiran berat badan rendah, pemunduran pertumbuhan dalam rahim, serta kematian prenatal (As ad 2002). Pertambahan berat badan yang berlebihan setelah minggu XX menyiratkan terjadinya retensi air, yang sekaligus bertalian dengan janin besar dan resiko penyulit disproporsi kepala panggul (DKP), dimana retensi yang berkelebihan juga merupakan tanda awal preeklampsia (Arisman, 2002). Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan korelasi antara pertambahan berat badan ibu hamil dengan berat badan bayi lahir serta skor Apgar Berat Badan Bayi Lahir Skor Apgar Pertambahan BB BBLR Normal Rendah Sedang Sehat Ibu Hamil (kg) n % n % n % n % n % < > Total Meskipun laju pertambahan berat badan pada trimester II dan III pada dasarnya sama, penimbunan proporsi ibu dan pertambahan jaringan janin tidak berlangsung serentak. Pertambahan komponen dalam tubuh ibu terjadi sepanjang trimester II. Sementara pertumbuhan janin dan plasenta serta pertambahan jumlah cairan amnion berlangsung sangat cepat selama trimester III.

22 64 Status gizi ibu, baik sebelum hamil maupun ketika sedang hamil, merupakan faktor utama, disamping faktor lain seperti multiparitas, jarak kehamilan dan keadaan kesehatan, sangat mempengaruhi terhadap hasil konsepsi. Bila status gizi ibu baik dan status kesehatannya selama kehamilan tidak jelek (tidak menderita misalnya hipertensi), serta tidak mempunyai kebiasaan buruk (perokok atau pecandu alkohol) maka status gizi bayi yang dilahirkan juga baik dan sebaliknya. Pemeriksaan Kehamilan dan Kesehatan Pemeriksaan kehamilan dan kesehatan dilakukan oleh petugas puskesmas dan bidan di desa untuk mengetahui secara dini kemungkinan adanya penyakit lain. Pada pemeriksaan ini dilakukan pelayanan kesehatan secara berkala pada ibu hamil, meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi puncak rahim, pemberian tablet besi (Fe) dan yodium, serta pemberian imunisasi. Dari tiga puskesmas (puskesmas Rijali, puskesmas Waihaong, dan puskesmas Tawiri) diperoleh informasi bahwa pelayanan kesehatan seperti yang disebutkan diatas sampai saat ini berjalan sebagaimana mestinya, bahkan pelayanan posyandu untuk bumil dan balita masih aktif. Pada umumnya selama kehamilan contoh melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur baik melalui dokter spesial kandungan maupun melalui puskesmas dan posyandu. Hal ini terlihat dengan banyaknya jumlah contoh (96%) yang memperoleh imunisasi TT sebanyak dua kali yakni pada kehamilan bulan ke-7 dan ke-9 serta mengkonsumsi tablet besi (85%). Sebagian kecil responden tidak mengkonsumsi suplemen tablet besi dan imunisasi TT, karena alasan tidak cocok atau alergi dan adanya anggapan bahwa mengkonsumsi berbagai jenis pil/obat akan menyebabkan banyak kelainan pada bayi serta karena tidak rutinnya melakukan pemeriksaan kehamilan ke puskesmas dengan alasan faktor ekonomi. Hal ini berhubungan dengan masih terbatasnya informasi tentang pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil, terutama bagi mereka yang berada pada kalangan ekonomi lemah serta status pernikahan yang belum jelas. Namun yang paling mendasar dalam masalah ini adalah kurang adanya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan selama hamil.

23 65 Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan Pemeriksaan Kehamilan dan Kesehatan *Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB selama kehamilan (kg) Suplementasi Fe ± 2.30 Imunisasi TT ± 2.32 Sumber data : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara * Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200) Status Gizi Ibu Hamil Indikator penilaian status gizi ibu hamil secara antropometri selain berdasarkan berat badan dapat juga dilihat berdasarkan ukuran LILA (lingkar lengan atas). Pada wanita hamil, malnutrisi (gizi kurang atau gizi lebih) menunjukkan odem, tetapi jarang mengenai lengan atas. Menurut Depkes (1994) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat umum, untuk mengetahui kelompok beresiko kekurangan energi kronis (KEK), jumlah hemoglobin (Hb) darah, serta tekanan darah. Dalam penelitian ini ukuran LILA contoh berkisar antara cm (23.3 ± 2 cm) dimana sebanyak 52.5% contoh memiliki ukuran LILA = 23.5 cm, sedangkan yang lainnya (47.5%) memiliki LILA < 23.5 cm. Salah satu ciri dari anemia gizi besi adalah berkurangnya jumlah Hb darah. Nilai hemoglobin darah contoh berkisar antara g/dl (11.6 ± 1.7 g/dl). Sebanyak 38.2% contoh memiliki kadar Hb < 11 g/dl yakni, sedangkan 61.8% contoh memiliki kadar Hb > 11 g/dl. Namun demikian kondisi contoh yang tergolong anemia (Hb < 11 g/dl) sebelum hamil sampai pada trimester I memiliki jumlah Hb normal (Hb > 11 g/dl) dan sebagian besar dari mereka mengalami penurunan jumlah HB darah setelah memasuki trimester terakhir kehamilan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ladipo (2000) yang menyatakan bahwa prevalensi anemia meningkat dari trimester kedua ke trimester ketiga, keadaan ini terjadi karena volume plasma ibu meningkat sebagai akibatnya adanya reaksi fisiologi normal pada ibu. Meskipun sel darah merah juga meningkat selama kehamilan, tetapi peningkatannya tidak sejalan dengan peningkatan volume plasma. Hanya sebagian kecil dari contoh yang sebelum

24 66 hamil sudah mempunyai resiko anemia gizi besi sehingga pada saat hamil pun mengalami kondisi demikian. Beberapa penelitian epidemiologis menunjukkan terdapat hubungan antara anemia ibu hamil trimester terakhir dengan bayi prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), dan kematian bayi. Penelitian lain menunjukkan bahwa anemia merupakan penyebab utama dari tingginya angka kematian ibu melahirkan di negara berkembang. Berdasarkan Depkes (2003) bahwa masalah gizi pada ibu hamil yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah anemia dengan prevalensi 40% pada tahun Hasil penelitian terhadap ibu hamil di Kota Bogor menunjukkan bahwa faktor utama anemia bumil adalah KEK, umur kehamilan trimester III serta paritas, dimana ibu hamil yang beresiko KEK berpeluang menderita anemia 2.76 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak beresiko, umur kehamilan trimester III 1.92 kali lebih besar dibandingkan trimester I dan II (Darlina dan Hardinsyah 2003). Selain ukuran LILA dan jumlah Hb darah, dalam penelitian ini juga menggunakan indikator tekanan darah sebagai penilaian status gizi ibu hamil. Sebagian besar contoh (57.5%) memiliki tekanan darah normal (< 140/90 mmhg), tekanan darah rendah (32.5%) dan sisanya (20%) contoh memiliki tekanan darah tinggi. Hubungan antara kehamilan dengan tekanan darah terutama yang disebut sebagai hipertensi adalah tergambar melalui kejadian preeklampsia dan eklampsia. Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan, yang ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuri masif setelah minggu ke 20 dan jika disertai kejang disebut eklampsia (Sudinaya 2000). Dengan semakin buruknya keadaan ini, wanita hamil bisa mengalami nyeri kepala, pening, gangguan penglihatan, dan nyeri di bagian atas perut (Trish Booth 2004). Kejadian ini paling sering terjadi pada ibu hamil yang berusia tahun yang berasal dari golongan ekonomi lemah dan menderita kekurangan gizi. Hal tersebut juga ditemukan pada responden dalam penelitian ini, dimana responden yang memiliki tekanan darah tinggi paling banyak berusia tahun dan mempunyai tingkat ekonomi keluarga lemah. Namun demikian kondisi tersebut tidak teridentifikasi sebagai defisiensi zat gizi, hanya penurunan selera makan sebagai akibat bawaan bayi.

25 67 Tabel 27 Sebaran contoh menurut indikator status gizi Indikator Status Gizi * n % Pertambahan BB Ibu Hamil (kg) Ukuran Lingkar lengan Atas (LILA) : A. Normal (= 23.5 cm) B. KEK (< 23.5 cm) Kadar Hb Darah : A. Normal (= 11 gr/dl) B. Anemia (< 11gr/dL) Tekanan Darah (TD) : A. Rendah (< 140/90 mmhg) B. Normal (140/90 mmhg) C. Tinggi (> 140/90 mmhg) ± ± ± ± ± ± ± 0.99 BB Bayi Lahir (gr) ± ± ± ± ± ± ± Sumber data (LILA, Hb darah, TD): KMS Ibu Hamil Contoh * Hasil perhitungan dari keseluruhan responden (N = 200) Skor Apgar Jarak Dua Kehamilan Terakhir Status kesehatan dan gizi akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan biologis seseorang. Faktor penyebab natalitas dan mortalitas antara lain faktor biologis dan paling sering dialami oleh wanita usia subur (15-49 tahun) yang memiliki potensi untuk hamil. Melahirkan anak pada usia ibu yang terlalu muda atau tua mengakibatkan kualitas janin/bayi yang rendah dan juga merugikan kesehatan ibu. Jarak kehamilan yang terlalu dekat pun akan menyebabkan hal yang serupa. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kondisi tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya. Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi bagi si ibu maupun janin/bayi berikut yang dikandungnya. Sebagian besar (54%) contoh mempunyai jarak kehamilan = 2 tahun dan > 2 tahun (46%). Tabel 28 Sebaran contoh berdasarkan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan Jarak Dua Kehamilan Terakhir *Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB selama kehamilan (kg) = ± 1.87 > ± 2.67 Sumber data : KMS Ibu Hamil contoh & Wawancara Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200) Berdasarkan kenyataan yang paling sering terjadi bahwa jarak kehamilan ibu hamil di Kota Ambon adalah = 3 tahun, alasan utama yang mendasari adalah

26 68 kehidupan perekonomian yang relatif mahal baik pangan maupun non pangan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, hampir sebagian besar contoh mengatur jarak kehamilan (rata-rata > 2 tahun). Hal ini nampak jelas dalam laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2005 di Kota Ambon hanya mencapai 2.01% dimana peningkatan ini merupakan yang terendah dalam waktu lima tahun terakhir (BPS Kota Ambon ). Belakangan ini setelah pemulihan kondisi Kota Ambon dari konflik kemanusiaan baru banyak ditemukan kehamilan dengan jarak = 2 tahun dan biasanya pada umur = 25 tahun terutama di kalangan remaja (SLTA) dan mahasiswa. Hal ini terkait dengan masalah seksualitas yang sedang meningkat dan mewarnai kehidupan remaja putri Kota Ambon. Menurut King (2003) bahwa pada kehamilan remaja, BBLR dan keguguran lebih sering dialami sampai dua kalinya dibandingkan dengan wanita hamil cukup dewasa sedangkan kematian neonatal hampir mencapai tiga kalinya. Wanita dengan jarak antar kehamilan pendek ataupun kehamilan usia muda berada pada usia muda berada pada resiko tinggi mengalami keguguran, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), dan prematur. Paritas Mata dan Wyatt (1985) dalam Satoto (1990) menganalisis bahwa paritas pada umumnya menggambarkan jarak dua kehamilan, yang manifestasinya nyata pada persediaan energi dan zat gizi ibu dan kemampuan ibu untuk memelihara dan memberikan ASI sesudah kelahiran anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh telah mengalami satu kali kehamilan, dan diikuti contoh yang belum pernah hamil (sedang hamil anak pertama) dan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 29. Berdasarkan informasi paritas dapat diketahui frekuensi kehamilan. Dalam penelitian ini frekuensi kehamilan contoh berkisar antara 1-5 kali kehamilan (2 ± 1 kali). Dari 200 contoh yang pada persalinan terakhir dengan bayi lahir hidup, sebelumnya mengalami keguguran = 1kali ( 21%), lahir dengan bayi prematur (10.5%) dan bayi lahir meninggal (26%). Frekuensi keguguran yang dialami

27 69 berkisar antara 1 sampai 2 kali, lahir prematur dan lahir meninggal dengan frekuensi rata-rata 1 (Tabel 30). Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan paritas Paritas * Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB selama Kehamilan (kg) ± ± ± ± ± ± 1.10 Sumber data : Rekam medik pada ketiga RS dan Puskesmas * Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200) Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan Riwayat Kehamilan * Jumlah (n) Persen (%) Pertambahan BB Ibu Hamil (kg) 1. Keguguran (Abortus) : A. Pernah (1 kali) ± 2.38 B. = 3 kali ± 1.53 C. Tidak pernah ± Lahir Mati A. Pernah (1 kali) B. 2 kali C. Tidak pernah sumber data : Rekam medik pada ketiga RS dan wawancara * Hasil perhitungan dari keseluruhan contoh (n=200) ± ± 2.39 BB Bayi Lahir (gr) ± ± ± ± ± Kejadian abortus (keguguran) dan lahir mati yang terjadi pada contoh disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penyakit infeksi (demam/tifus, diabetes), kandungan yang lemah, kurang adanya kesadaran dalam memelihara kehamilan seperti pemeriksaan kehamilan dan kesehatan (penimbangan BB, pengukuran TD dan tinggi puncak rahim, pemberian tablet Fe dan yodium, serta imunisasi TT), kebiasaan selama hamil (mengkonsumsi obat, gejala kehamilan: mual dan muntah yang berlebihan sehingga mengurangi nafsu makan) serta aktivitas fisik yang berlebihan. Selain faktor-faktor tersebut, status sosial ekonomi keluarga juga mempengaruhi. Sebagian besar yang mengalami abortus dan lahir mati berasal keluarga dengan tingkat pendapatan (= Rp ) dan pendidikan yang relatif rendah (SMA) serta umur saat hamil masih relatif muda.

Desain, Tempat dan Waktu Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

Desain, Tempat dan Waktu Contoh dan Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat dan Waktu Disain penelitian ini adalah Cross-Sectional Study, yaitu studi yang dirancang untuk mengumpulkan peubah-peubah bebas (faktor resiko) dan tidak bebas (outcome) secara bersamaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan panjang badan 50 cm (Pudjiadi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015 Resa Valentri*, Dessy Hertati, Nobella Kristia Angelina Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN 2003 Zulhaida Lubis Posted: 7 November 2003 STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN Oleh :Zulhaida Lubis A561030051/GMK e-mail: zulhaida@.telkom.net Pendahuluan Status gizi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

makalah KEK dalam kehamilan

makalah KEK dalam kehamilan makalah KEK dalam kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal s (MDG s) Sesuai target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014 No. Responden : A. IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap BAB Ι PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap wanita, menurut Depkes RI kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa ini ibu harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum RS Toto Kabila RS Toto Kabila Kabupaten Bonebolango terletak di desa permata kecamatan tilongkabila memiliki luas tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Jarak Kehamilan Pengertian jarak kehamilan a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang termasuk Indonesia dan merupakan penyebab kematian ibu dan anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah penyebab kedua terkemuka didunia dari kecacatan dan dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius global ( WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh rendahnya angka kematian ibu (AKI). AKI di Indonesia cukup tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), anemia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin (KVA) dan obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tergolong tinggi. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebijaksanaan dan perencanaan pangan dan gizi harus mendapat tempat yang utama dalam mensejahterakan kehidupan bangsa. Sebab, apabila orang tidak cukup makan, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian pada bayi terutama terjadi pada masa neonatus (umur 0-28 hari), dimana 78,5% dari kematian neonatal tersebut terjadi pada umur 0-6 hari (Riskesdas, 2007),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya peningkatan berat badan yang sesuai dalam masa kehamilan sangat penting untuk mengetahui berat badan janin yang dilahirkan. Peningkatan berat badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan memegang peran sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Hasil pemilahan data dari sebanyak 2.822 rumah tangga yang mempunyai anak usia 6-11 bulan yang berasal dari 10 provinsi di Sumatera, hanya 1.749 rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan anak merupakan praktik yang tersebar luas didunia. UNICEF (2010) mencatat bahwa sekitar 60% anak perempuan di dunia menikah di bawah usia 18 tahun. Di Indonesia

Lebih terperinci

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana Gizi Masyarakat Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id 1 Permasalahan gizi yang dihadapi oleh Indonesia seakan tidak pernah mau berakhir dan semakin diperparah oleh terjadinya krisis ekonomi tahun 1996.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja (Bakta, 2006).

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Landasan kebijakan program pangan dan gizi dalam jangka panjang di tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17 tahun 2007 tentang Rencana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Desa Desa Paberasan merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Paberasan yaitu: Sebelah utara : Desa Poja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu pembangunan yang telah memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ibu hamil memiliki kebutuhan makanan yang berbeda dengan ibu yang tidak hamil, karena ada janin yang tumbuh dirahimnya. Kebutuhan makanan dilihat bukan hanya dalam

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan/lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun 2005-2025 kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai untuk mewujudkan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia dalam kehamilan disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Defenisi motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti menggerakan (Winardi, 2007). Swanburg 2002 mendefenisikan motivasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu masalah gizi wanita yang berkaitan dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah kotamadya Salatiga. Lokasi puskesmas Sidorejo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah kotamadya Salatiga. Lokasi puskesmas Sidorejo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Sidorejo Kidul Salatiga, terletak di Propinsi Jawa Tengah kotamadya Salatiga. Lokasi puskesmas Sidorejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bayi sehat adalah modal utama dalam mewujudkan manusia berkualitas. Keadaan ibu sebelum dan saat hamil akan menentukan berat bayi yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bangsa akan maju dan mandiri jika manusianya berkualitas. Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas antara

Lebih terperinci