HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kebisingan di Ruang-ruang Pengolahan Dalam pengolahan teh dibutuhkan mesin-mesin untuk memproduksi teh dalam skala besar untuk meningkatkan produktivitas teh. Di sisi lain mesin-mesin tersebut menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan jika tidak diperhatikan dengan cermat. Kebisingan dari mesin-mesin yang digunakan oleh para pekerja secara tidak langsung dapat merugikan kesehatan, menurunkan performasi dan produktivitas kerja. Pola penyebaran kebisingan yang terjadi pada masing-masing ruangan dari setiap mesin sangat beranekaragam. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah besarnya daya mesin, tingginya putaran poros, jenis transmisi, adanya bagian-bagian mesin yang aus, adanya sambungan antar elemen mesin yang kurang sempurna. Pengukuran kebisingan dipabrik teh dilakukan pada ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi karena ruangan tersebut mempunyai tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas. Pengukuran dilakukan 2 kali yaitu pada shift 1 (pukul WIB), dan shift 2 (pukul WIB). Tujuan dilakukan pengukuran pada tiap shift yaitu untuk mengetahui perbedaan tingkat kebisingan setiap ruangan pada waktu siang hari dan malam hari. Pada siang hari aktivitas manusia baik di dalam maupun di luar pabrik lebih banyak dibandingkan dengan malam hari, sehingga akan mempengaruhi nilai kebisingan yang di ukur. 12 Intensitas Kebisingan (db(a) Penggilingan Pengeringan Sortasi Shift Gambar 9. Kebisingan maksimum dimasing-masing ruangan pada tiap shift Tabel 13. Data kebisingan hasil pengukuran di masing-masing ruangan Ruangan Kebisingan (db(a)) Shift 1 Shift 2 Penggilingan Pengeringan Sortasi

2 Setelah dilakukan pengukuran, perbedaan tingkat kebisingan yang terjadi antara siang hari dan malam hari cukup jauh. Hal ini terjadi karena pada malam hari produksi teh lebih sedikit dari siang hari sehingga mesin yang digunakan untuk memproduksi teh hanya sebagian dari jumlah mesin yang ada. Faktor lainnya adalah pada malam hari jumlah tenaga kerja yang bekerja lebih sedikit, sehingga mesin yang dinyalakan juga sedikit agar pekerjaan efektif dan pekerja bisa mengendalikan mesin-mesin yang sedang beroperasi. Oleh sebab itu, tingkat kebisingan pada malam hari lebih kecil dari siang hari. Tingkat kebisingan pada siang hari juga disebabkan oleh faktor lingkungan seperti lalu lintas truk, mobil, dan motor yang melewati area pabrik, serta adanya suara-suara manusia baik dari pekerja maupun dari pengunjung pabrik Ruang Penggilingan Ruang penggilingan merupakan tempat untuk mengolah daun-daun teh menjadi butir-butir teh halus dan sekaligus sebagai tempat berlangsungnya proses fermentasi. Ruangan ini mempunyai mesin-mesin yang menghasilkan kebisingan yang cukup tinggi, diantaranya mesin CTC, mesin Green Leaf Shifter (GLS), mesin Barbora Leaf Conditioner (BLC), dan mesin-mesin air humidifier yang berfungsi untuk menjaga kelembaban ruangan. Mesin-mesin ini terletak pada satu ruangan dan tidak terdapat sekat apapun sehingga memungkinkan timbulnya pemantulan suara dari bahan mesin yang umumnya terbuat dari besi. Pemantulan-pemantulan ini dapat mengakibatkan penggabungan suara satu sama lain sehingga di ruangan ini terjadi kebisingan yang cukup tinggi. Di dalam ruang penggilingan terdapat dua jalur proses penggilingan yaitu jalur A dan jalur B, sehingga mesin-mesin yang digunakan bertambah menjadi dua kalinya dan kebisingan yang dihasilkan juga bertambah besar. Lokasi ruang penggilingan yang menjadi objek pengukuran mempunyai dimensi luas 3 m x 2 m, dimana titik-titik pengukuran dipetakan dalam peta kontur berdimensi 1x1 m. 28

3 Tabel 14. Spesifikasi mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di ruang penggilingan No. Nama Mesin Fungsi Jumlah Spesifikasi Teknis 1. Green Lief Shifter (GLS) Memisahkan partikel yang tidak dikehendaki dalam proses seperti ulat, tangkai patah, pasir, serta partikel lain yang dapat menyebabkan kerusakan roll CTC 2 Unit Buatan Teha tahun 1987 Putaran 37 rpm Kapasitas 8-12 kg/jam 2. Barbora Lief Conditioner (BLC) Memper kecil ukuran teh sehingga lebih mudah untuk digiling pada mesin CTC 2 unit Diameter 15 Inc Kapasitas 8-12 kg/jam Resistor 9 buah Pressure plat 2 buah Elektro motor merk Tecco Tegangan V Kuat arus 64.9/37.6 A Daya 25 hp Putaran 1455 rpm 3. Triple CTC Machine Memperkecil partikel teh sehingga menjadi partikel yang sangat halus 4. Fermenting Unit Tempat berlangsungnya reaksi enzimatis, sebagai salah satu syarat mutlak proses pengolahan teh hitam CTC untuk mendapatkan hasil dan aroma teh yang khas 5. Air Humidifier Mengatur kelembaban relatif udara 2 unit Ratio gear box 1 : 1 Kapasitas 9 kg V Belt A 58 5 buah V Belt B 15 5 buah V Belt B 76 4 buah Segmen roller CTC 1 8 TPI Segmen roller CTC 2 1TPI Segmen roller CTC 3 1 TPI 2 unit Dimensi 19x 16 cm Kapasitas 8 x 12 kg/jam Kecepatan 55-6 menit Panjang rantai trays 2x31 cm Ukuran trays 11 x 185 cm Tegangan V Kuat arus 21 A Daya 1 hp Putaran 138 rpm 4 buah Daya.5 hp 6. Exhaust Fan Mengatur pengeluaran udara 2 buah Kuat arus 8.77/3,92 A Daya 2 hp Putaran 945 rpm Kecepatan udara 167 cfm Jumlah blade 4 buah 29

4 Besar kebisingan diruang penggilingan untuk shift 1 berkisar antara db(a), sedangkan untuk shift 2 nilai kebisingan berkisar antara db(a). Nilai kebisingan pada shift 1 lebih tinggi dari nilai kebisingan pada shift 2 karena semua mesin pada jalur A dan jalur B beroperasi termasuk air humidifier pada sisi kanan dan kiri, sedangkan pada shift 2 mesin yang beroperasi hanya pada jalur A saja,dan air humidifier pada sisi kanan dan kiri tidak menyala. Mesin air humidifier cukup memberikan pengaruh kebisingan yang tinggi pada ruangan ini. Mesin air humidifier hanya dinyalakan pada siang hari sekitar pukul WIB, tujuan nya adalah untuk menjaga kelembaban ruangan selama proses penggilingan dan fermentasi berlangsung. Kondisi cuaca yang panas pada siang hari mengakibatkan kelembaban diruangan ini berkurang, sehingga mesin air humidifier dinyalakan. Kelembaban yang dibutuhkan pada ruangan ini berkisar antara 9-98%. Kelembaban yang tinggi sangat dibutuhkan agar proses fermentasi berjalan sempurna sehingga dihasilkan teh yang berkualitas baik dari warna, rasa dan aroma. Kelembaban yang kurang pada saat proses fermentasi berlangsung akan menghasilkan teh yang mempunyai rasa yang sepat dan warna yang gelap pada saat diseduh. Proses penggilingan pada malam hari tidak menggunakan mesin air humidifier karena suhu udara pada malam hari cukup rendah sehingga kelembaban tinggi. Berikut ini adalah gambar layout dan kontur dari ruang pengggilingan: Gambar 1. Layout dan kontur kebisingan ruang penggilingan untuk shift

5 Gambar 11. Layout dan kontur kebisingan ruang penggilingan untuk shift Keterangan: : Posisi pekerja bekerja di ruang penggilingan Dari peta kontur di atas dapat dilihat bahwa pola penyebaran kebisingan di stasiun ini untuk setiap shiftnya tidak seragam. Sumber kebisingan tertinggi tersebar sesuai dengan sumber bunyi yang terjadi pada saat pengukuran. Kebisingan tertinggi diruang penggilingan berasal dari mesin Triple CTC, mesin GLS, mesin BLC, mesin air humidifier, exhaust fan, dan bising yang ditimbulkan dari getaran teralis-teralis yang digunakan untuk menutupi mesin-mesin produksi. Kebisingan di bagian ruangan tersebut dinamakan zona bising tinggi dimana pekerja tidak boleh berada di zona tersebut dalam waktu yang lama. Ruang penggilingan juga mempunya bagian ruangan dengan kebisingan yang rendah dinamakan zona bising rendah. Kebisingan pada bagian ini hanya bersumber dari beberapa mesin yang menghasilkan kebisingan yang rendah seperti biding yang ditimbulkan dari mesin fermenting unit, dan mesin penggerak conveyor, serta exhaust fan. Dengan adanya zona bising rendah di ruang penggilingan, pekerja dapat beristirahat sejenak di zona ini untuk menghindari terjadinya kerusakan pada alat pendengaran pekerja. Zona bising rendah mempunyai waktu aman bekerja lebih lama dibanding zona bising tinggi. Kebisingan yang terjadi di ruang penggilingan di sebabkan juga oleh umur mesinmesin produksi yang sudah tua, banyaknya bagian-bagian mesin yang tidak terpasang secara sempurna, ada beberapa bagian dari komponen mesin yang rusak, pemasangan teralis yang tidak baik sehingga menimbulkan getaran yang tinggi, banyak komponen mesin yang aus, dan kurangnya perawatan mesin menyebabkan mesin cepat rusak dan menghasilkan bising yang tinggi. Ruang penggilingan umumnya mempunyai nilai kebisingan melebihi 85 db(a) sehingga lokasi tersebut dikategorikan sebagai daerah dengan tekanan bising yang tinggi dengan minimum waktu kerja kurang dari 8 jam kerja/hari. Namun, pada kenyataaannya para pekerja bekerja lebih dari 8 jam kerja/hari. 31

6 Ruang Pengeringan Ruang pengeringan merupakan tempat berlangsungnya proses pengeringan untuk menghentikan proses oksidasi enzimatis dan untuk menghasilkan teh dengan kadar air agar teh tahan lama disimpan. Pengeringan dilakukan dengan mesin Fluid Bed Dryer (FBD) dengan sumber panas pada mesin Heat Exchanger (HE). Pada ruang pengeringan juga terdapat dua jalur untuk proses pengeringan yaitu jalur A dan jalur B. Letak Jalur A dan jalur B pada ruang pengeringan dibuat sama dengan letak jalur A dan jalur B di ruang penggilingan. Hasil teh yang telah digiling dan difermentasi langsung diteruskan menggunakan konveyor menuju ruang pengeringan sehingga proses pengolahan teh berlangsung secara kontinyu tanpa perlu dilakukan pemindahan teh yang akan memakan waktu produksi. Sama seperti di ruang penggilingan, ruang pengeringan mempunyai mesin-mesin yang menghasilkan kebisingan yang tinggi karena mempunyai dua jalur sehingga mesinmesin yang digunakan bertambah menjadi dua kalinya dan kebisingan yang dihasilkan juga bertambah besar. Lokasi ruang penggilingan yang menjadi objek pengukuran mempunyai dimensi luas 2 m x 2 m, dimana titik-titik pengukuran dipetakan dalam peta kontur berdimensi 1x1 m. Berikut adalah layout dan kontur dari ruang pengeringan: Gambar 12. Layout dan kontur kebisingan ruang pengeringan untuk shift

7 Gambar 13. Layout dan kontur kebisingan ruang pengeringan untuk shift Keterangan: : Posisi pekerja bekerja di ruang pengeringan 33

8 Tabel 15. Spesifikasi mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di ruang pengeringan No. Nama Mesin Fungsi Jumlah Spesifikasi Teknis 1. Fluid Bad Dryer (FBD) Menghentikan proses fermentasi dan menurunkan kadar air sampai 2.5-3% 2 Unit Buatan Prima Jabar Steel tahun 1987 Dimensi 862x113x223 cm Kapasitas 25-3 kg/jam Kecepatan menit 2. Heat Exchanger Sebagai sumber panas bagi keperluan pengeringan 2 buah Buatan Teha Multi Turbular Ignation Transpormer 15 V Burner merk Weishoupt type L 5 Z Type Burner Control LAL 2.25 Type Sevo Motor 15 Type Photo cell Q RB 1 3. Burner Sumber api 1 buah/unit Nozzel 15 Gph No 8 dan 3 Tekanan 11 Bar Elektro motor merk Weishoupt Tegangan V Kuat arus A Daya 1.4 kw Putaran 282 rpm 4. Ducting Saluran udara menuju cyclone 1 buah/unit Putaran 125 rpm Bearing K 2buah 5. Cyclone Menghisap debu teh yang ringan dan uap air 1buah/unit V belt C buah Elektro motor merk GEC Tegangan V Daya 25 hp Putaran 1455 rpm Kuat arus 64.8/37.5 A 6. Colling Fan Mendinginkan suhu bubuk teh 1 buah/unit Bearing 121 K 2 buah V belt a 49 4 buah Elektro motor merk Tecco Kuat arus 3.8 A Daya 1 hp 7. Exhaust Fan Menghisap udara ke pembuangan 1buah/unit Buatan Prima Jabar Stell No Bearing 129 K V Belt B 62 Elektro motor buatan Singapura Kuat Arus 9,2-5,35 A Daya 2 hp Putaran 144 rpm 34

9 Besar kebisingan diruang pengeringan lebih tinggi dari ruangan lainnya dan kebisingannya merata disetiap bagian ruangan. Pada ruang pengeringan, besar kebisingan terjadi untuk shift 1 dan shift 2 berturut-turut adalah berkisar antara db(a) dan db(a). Dapat dilihat bahwa besar kebisingan maksimum pada shift 1 berbeda cukup jauh dengan besar kebisingan maksimum pada shift 2. Pola penyebaran kebisingan antara shift 1 dan shift 2 juga tidak seragam. Hal ini terjadi karena pada shift 1 mesin-mesin pada jalur A dan jalur B beroperasi. Jalur A dan jalur B pada ruang pengeringan beroperasi jika jalur A dan jalur B di ruang penggilingan beroperasi. Pada shift 2 mesin-mesin yang beroperasi di ruang pengeringan hanya satu jalur karena di ruang penggilingan mesin yang beroperasi juga satu jalur sehingga nilai kebisingan pada waktu ini lebih rendah. Kebisingan tertinggi di ruang pengeringan bersumber dari mesin-mesin di heat exchanger seperti burner, main fan, exhaust fan, serta mesin-mesin di FBD seperti cooling fan, cyclone, ducting, oksilator, dan mesin inter conveyor. Besar kebisingan di ruang pengeringan untuk shift 1 hampir merata di seluruh bagian ruangan. Oleh sebab itu, di ruang pengeringan tidak terdapat zona bising tinggi dan rendah, sehingga apabila pekerja telah memasuki waktu aman berada di ruang tersebut, pekerja harus beristirahat dengan cara keluar dari ruang pengeringan. Pada shift 2 terdapat zona bising tinggi dan zona bising rendah karena pengoperasian mesin hanya pada satu jalur saja, sehingga kebisingan tinggi hanya pada daerah di sekitar mesin-mesin yang beroperasi pada jalur tersebut. Zona bising tinggi terletak d sekitar mesin-mesin pada jalur A dengan waktu aman berada di zona tersebut tidak boleh melebihi 2 jam. Zona bising rendah terletak disekitar mesin-mesin pada jalur B yang tidak beroperasi. Dengan tidak beroperasinya mesin-mesin ini, kebisingan di sekitar jalur B cukup rendah sehingga waktu aman berada di zona tersebut adalah 8 jam. Pekerja yang telah memasuki waktu aman berada di zona bising tinggi bisa beristirahat di zona bising rendah sambil tetap bisa mengamati proses pengeringan yang sedang berlangsung sehingga pekerjaan bisa dengan tidak merusak alat pendengaran pekerja Ruang Sortasi Ruang sortasi merupakan tempat untuk pemisahan bubuk teh kering hasil pengeringan dengan menggunakan mesin berdasarkan ukuran partikel, warna, bentuk, berat jenis dan kandungan serat sehingga diperoleh partikel teh yang seragam sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan. Mesin yang dipergunakan dalam proses sortasi teh terdiri atas midleton, vibro blank, vibro mesh, chota shifter, mini crusher, mini cutter, dan suction winnower serta exhaust fan yang berfungsi untuk menghisap debu teh yang ada di dalam ruangan. Ruang sortasi mempunyai dimensi luas 2 x 2 m, dimana titik-titik pengukuran dipetakan dalam peta kontur berdimensi 1x1 m. Mesin-mesin untuk sortasi terletak pada sisi kanan ruangan, sedangakan sisi kiri ruangan hanya berisi susunan teh yang telah dikemas ke dalam papersack yang siap untuk didistribusikan. Hasil teh yang telah dikeringkan di ruang pengeringan langsung dilanjutkan ke ruang sortasi melalui konveyor. Proses berpindahnya teh dari ruang pengeringan ke ruang sortasi berlangsung secara kontinyu, sama seperti proses pemindahan teh pada ruang penggilingan ke ruang pengeringan. Kebisingan di ruang sortasi merupakan kebisingan paling rendah diantara ruang lainnya. Berikut adalah layout dan kontur dari ruang sortasi: 35

10 Gambar 14. Layout dan kontur kebisingan ruang sortasi untuk shift Gambar 15. Layout dan kontur kebisingan ruang sortasi untuk shift 2 Keterangan: : Posisi pekerja bekerja di ruang sortasi 36

11 Dari seluruh gambar pada ruang sortasi di atas dapat dilihat bahwa pola penyebaran kebisingan di ruang sortasi untuk tiap shift hampir sama, terutama pada bagian sisi bawah gambar yang merupakan tempat berisi susunan papersack. Besar kebisingan terjadi untuk shift 1 dan shift 2 berturut-turut adalah berkisar antara db(a) dan db(a). Perbedaan nilai maksimum kebisingan di ruang sortasi cukup jauh, karena pada shift 1 semua mesin beroperasi termasuk mesin mini crusher yang memberikan kebisingan yang cukup tinggi di ruangan ini, sedangkan pada shift 2 hanya mesin-mesin pada jalur A dan B serta exhaust fan saja yang beroperasi. Perbedaan nilai minimum kebisingan di ruang sortasi untuk shift 1 dan shift 2 relatif sama. Kebisingan yang ada di ruang sortasi hanya dirasakan berlebihan pada titik-titik tertentu yaitu pada mesin yang menghasilkan kebisingan kuat. Kebisingan yang tinggi bersumber dari mesin-mesin sortasi seperti midleton, mini crusher, vibro blank dan vibro mess pada jalur A dan jalur B, chota shifter, suction winower dan exhaust fan. Mesin-mesin tersebut terletak di sebelah kanan ruangan sehingga kebisingan yang tinggi hanya di rasakan di sekitar daerah tersebut. Daerah dimana terdapat semua mesin sortasi termasuk exhaust fan yang menghasilkan kebisingan yang tinggi disebut zona bising tinggi. Semua pekerja di ruangan sortasi bekerja di zona ini. Waktu aman untuk berada di zona ini tidak boleh melebihi 1 jam untuk shift 1, dan tidak boleh melebihi 4 jam untuk shift 2. Pekerja yang telah memasuki waktu aman harus beristirahat ke zona bising rendah dimana zona ini terletak di sebelah kiri ruangan. Zona bising rendah mempunyai waktu aman lebih dari 8 jam. Kebisingan di sebelah kiri ruangan rendah karena di daerah ini tidak terdapat mesin-mesin sortasi. Bagian sisi kiri ruang sortasi hanya berisi susunan teh yang telah dikemas dalam papersack, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum teh didistribusikan. 37

12 Tabel 16. Spesifikasi mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan di ruang sortasi No. Nama Mesin Fungsi Jumlah Spesifikasi Teknis 1. Mideltone Memisahkan the dari mesin pengering berdasarakan ukuran partikel 1 unit Buatan Teha tahun 1987 Dimensi 25 x 96 cm Kapasitas 4 45 kg Vibrasi 12 / menit Ukuran ayakan mesh 12 Diameter lubang 5 mm dan 7 mm Tegangan V Kuat Arus 12.2/7.6 A Daya 4 hp Putaran 955 rpm 2. Vibro Extraktor Blank Memisahkan teh partikel kering dengan mengangkat serat partikel teh dengan berat jenis yang sangat ringan 2 unit Dimensi 96 x 455 cm Vibrasi 36 putaran 42 rpm Diameter rool 31 cm Kemiringan 8 o Elektro motor merk Tecco Kuat Arus 6.6/3.84 A Daya 2 hp Putaran 143 rpm 3. Mini Cruser Memperkecil ukuran sebelum masuk crusher 4. Vibro Extraktor Mesh Mebersihkan teh kering dari serat sekaligus memisahkan teh kering berdasarkan ukuran partikelnya 5. Chotta Shiter Memisahkan partikel berdasarkan partikelnya 6. Suction Winower Memisahkan teh kering berdasarkan berat jenis partikelnya 7. Exhaust Fan Menghisap debu dari kotoran serta membuangnya ke luar ruangan 1 unit Kapsitas 25 kg Kuat Arus 9.68/5.7 A Daya 3 hp Putaran 96 rpm 2 unit Dimensi 96 x 455 cm Vibrasi 36 Putaran 42 rpm Kuat Arus 6.6/3.84 A Daya 2 hp Putaran 143 rpm 2 unit Dimebsi 24 cm x 62 cm Tinggi 155 cm Putaran 15 rpm Ukuran Ayakan Daya 2 hp Putaran 94 rpm 1 unit 3 unit Elektro motor merk Woods Kuat Arus 32 A Daya 1 hp Putaran 96 rpm 38

13 4.2. Waktu Aman Untuk Berada di Tiap-tiap Ruangan Nilai ambang batas waktu kontak pada lingkungan bising yang terdapat pada tabel 5 merupakan waktu kontak aman maksimum yang diizinkan untuk berada dalam intensitas bising yang bersangkutan. Apabila waktu kontak melebihi batas waktu tersebut, maka akan terjadi gangguan pada alat pendengaran seperti berdengung, kurang pendengaran, bahkan kerusakan pendengaran secara permanen. Makin tinggi intensitas kebisingan, maka makin sedikit waktu kontak yang diizinkan. Ada beberapa standar mengenai berapa waktu yang aman berdasarkan keadaan bising tertentu sesuai dengan intensitas suara yang ada, diantaranya: standar OSHA (Occupational Safety and Health Act), standar ISO (International Standard Organization), dan yang digunakan di Indonesia adalah standar berdasarkan keputusan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker). Dari hasil pengukuran yang dilakukan, dapat dilihat bahwa dengan nilai kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin pengolah teh maka waktu kontak aman bagi pekerja di dalam ruangan tidak boleh melebihi 8 jam kerja/hari. Waktu aman ini didapat dengan cara interpolasi nilai kebisingan yang telah diukur dengan waktu aman sudah ditetapkan berdasarkan standar yang ada. Berikut grafik yang menunjukkan waktu kontak aman untuk setiap ruangan Waktu Pemaparan (menit) penggilingan pengeringan sortasi shift 1 shift 2 Waktu Kerja Gambar 16. Waktu pemaparan menurut Kemenaker RI Ruang Penggilingan Ruang penggilingan mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi di sebelah selatan ruangan dan tingkat kebisingan yang rendah di sebelah utara ruangan. Umumnya operator bekerja di bagian selatan ruangan, karena kebanyakan mesin-mesin terletak di daerah tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan,maka didapat waktu aman bagi pekerja yang bekerja di ruang penggilingan. Menurut Kemenaker, waktu yang aman bagi pekerja untuk bekerja di ruang penggilingan untuk shift1 adalah 1 jam 57.6 menit dan untuk shift 2 adalah 3 jam 19.2 menit. Kebisingan yang dihasilkan di ruang penggilingan berdasarkan standar keamanan yang ada ternyata melebihi nilai ambang batas yang diizinkan, sehingga perlu dilakukan pengendalian kebisingan lebih lanjut. 39

14 Ruang Pengeringan Tingkat kebisingan di ruang pengeringan ini cukup tinggi dan merata diseluruh bagian ruangan. Kebisingan yang ada di ruangan ini ternyata melebihi nilai ambang batas yang diizinkan yaitu 85 db(a). Kebisingan tertinggi berada di sekitar bagian utara ruangan, dimana operator banyak menghabiskan waktu bekerja di daerah tersebut. Waktu aman bagi pekerja untuk bekerja di ruang pengeringan menurut Kemenaker untuk shift 1 adalah 1 jam 18 menit dan untuk shift 2 adalah 1 jam 49.2 menit. Tingkat kebisingan yang tinggi di ruang pengeringan mengharuskan pekerja tidak boleh berada di dalam ruangan melebihi waktu aman yang telah ditentukan. Untuk berada di dalam ruangan lebih dari waktu aman, pekerja harus menggunakan alat pelindung telinga untuk mereduksi kebisingan yang ada Ruang Sortasi Ruang sortasi mempunyai tingkat kebisingan paling rendah diantara ruang penggilingan dan pengeringan, sehingga waktu aman untuk berada di dalam ruangan ini juga terbilang cukup lama. Waktu aman bagi pekerja untuk bekerja diruang sortasi menurut Kemenaker untuk shift 1 adalah 54 menit dan untuk shift 2 adalah 4 jam. Pada bagian sisi kiri ruang sortasi nilai kebisingan berada di bawah nilai ambang batas, sehingga waktu aman untuk berada di daerah tersebut bisa mencapai 8 jam kerja/hari. Lama waktu aman maksimum yang diperbolehkan di masing-masing ruangan pabrik untuk tiap-tiap shift dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 17. Waktu kontak aman per hari di masing-masing ruangan menurut Kemenaker RI Ruangan Kemenaker RI Shift 1 Shift 2 Penggilingan menit menit Pengeringan 78 menit 19.2 menit Sortasi 54 menit 24 menit 4.3. Evaluasi Hasil Kuisioner Pembagian kuisioner dilakukan bertujuan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh kebisingan di tempat kerja terhadap pekerja yang setiap harinya bekerja pada lingkungan tersebut. Kuisioner dibagikan kepada 15 orang pekerja yang mewakili dari setiap bagian di pabrik teh PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas. Data kuisioner dan tabulasi hasil-hasil kuisioner disajikan pada lampiran 5. Berdasarkan hasil kuisioner dari 15 pekerja, sebenarnya para pekerja mengakui bahwa lingkungan tempat mereka bekerja bising, tetapi hanya sedikit pekerja yang mengambil langkah untuk menghindari dan mengurangi kebisingan yang diterima oleh telinganya. Dari jawaban yang telah terkumpul, dapat diketahui bahwa sebagian pekerja mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan yang ada, tetapi ada sebagian pekerja mengaku tidak mengalami gangguan pendengaran. Besarnya pengaruh intensitas kebisingan terhadap pendengaran pekerja dapat dilihat pada gambar 17. 4

15 Persentase (%) berdengung atau berdesis kurang dengar sementara berdengung dan kurang dengar sementara Dampak Kebisingan Gambar 17. Pengaruh kebisingan terhadap pendengaran pekerja Dengan kondisi lingkungan yang bising akan sangat mudah menyebabkan gangguan kesehatan terhadap pekerja. Sebagian pekerja mengaku tidak mengalami gangguan pendengaran (4%), tetapi pada kenyataannya berbicara dengan pekerja pada ruangan tersebut harus menggunakan suara yang keras, atau mendekatkan pembicaraan ke telinga pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pekerja mengalami gangguan pendengaran tetapi tidak disadari oleh pekerja itu sendiri, atau kalaupun pekerja sadar akan kondisi kesehatannya,kebanyakan pekerja membiarkan gangguan yang mereka alami. Berbagai gangguan yang terjadi akibat kebisingan yang tinggi diantaranya gangguan komunikasi, gangguan kenyamanan dalam bekerja, dan gangguan konsentrasi saat bekerja. Besarnya gangguan yang dialami pekerja akibat kebisingan dapat dilihat pada gambar 18. Persentase (%) susah berkomunikasi tidak nyaman susah berkonsentrasi Jenis Gangguan Gambar 18. Jenis gangguan kebisingan terhadap pekerja Tingkat kebisingan yang tinggi mengharuskan pekerja untuk mengeluarkan suara lebih keras jika ingin berkomunikasi. Oleh sebab itu, kebanyakan pekerja memilih diam pada 41

16 saat berada di dalam ruangan, dan berbicara jika ada hal-hal yang sangat penting. Suara mesin yang bising juga membuat pekerja sulit berkonsentrasi dalam bekerja dan merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut. Dengan kondisi seperti itu, pekerja mengalami banyak keluhan dari dalam tubuh mereka. Keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja antara lain mudah lelah, sulit tidur, kepala pusing, lekas marah, mudah tersinggung, dan penurunan pendengaran. Besarnya keluhan yang dirasakan oleh pekerja dapat dilihat pada gambar Persentase (%) mudah lelah sulit tidur kepala pusing lekas marah mudah tersinggung penurunan pendengaran jenis keluhan Gambar 19. Jenis keluhan yang dialami pekerja Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pekerja merupakan salah satu dampak kebisingan di tempat kerja. Akan tetapi, kebanyakan pekerja membiarkan kebisingan mengganggu pendengaran mereka, karena telah terbiasa dengan kondisi tersebut dan kurangnya kesadaran dari para pekerja itu sendiri akan bahaya kebisingan yang terjadi. Hal ini terlihat ketika para pekerja mengalami gangguan pendengaran, tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengobati gangguan tersebut. Hanya sebagian pekerja yang memeriksakan diri ke dokter, tetapi kebanyakan pekerja tidak melakukan apa-apa jika mereka mengalami gangguan pendengaran. Besarnya tindakan yang dilakukan pekerja jika mereka mengalami gangguan kebisingan dapat dilihat pada gambar 2. 42

17 Persentase (%) tindakan pekerja tidak berbuat apa-apa meminta saran ke teman berobat ke dokter tidak bekerja Gambar 2. Tindakan pekerja jika mengalami gangguan pendengaran. Dari hasil kuisioner, diketahui bahwa hampir keseluruhan pekerja bekerja 8 jam kerja/hari (66.67%), sedangkan pekerja yang lain ada yang bekerja kurang dari 8 jam kerja/hari (13.33%), bahkan ada juga pekerja yang bekerja lebih dari 8 jam kerja/hari (2%). Perbedaan jam kerja ini disebabkan oleh perbedaan pekerjaan pada masing-masing ruangan. Untuk ruang penggilingan dan pengeringan, pekerja bekerja lebih dari 8 jam kerja/hari, sedangkan untuk ruang pembeberan, pekerja bekerja kurang dari 8 jam kerja/hari. Sebanyak (1%) pekerja menjawab ada waktu istirahat selama bekerja. Waktu istirahat dilakukan secara bergantian antara pekerja yang satu dengan pekerja yang lainnya karena proses produksi berlangsung secara kontinyu. Sebagian besar pekerja (46.67%) tidak menggunakan alat pelindung telinga selama berada di dalam ruangan bising sehingga akan sangat mudah terkena gangguan pendengaran. Alasan para pekerja tidak menggunakan alat pelindung telinga karena alat tersebut tidak nyaman, alat tersebut bisa mengganggu sistem gerak pekerja pada saat bekerja, dan jika menggunakan alat pelindung telinga pekerja tidak dapat mengetahui apakah ada mesin yang mati atau rusak. Akan tetapi, ada sebagaian pekerja (53.33%) yang peduli terhadap kesehatan mereka dengan menggunakan alat pelindung telinga pada saat bekerja. Beberapa alat pelindung telinga yang digunakan oleh para pekerja antara lain kapas, earplug, dan topi. Sebagian dari pekerja belum mengetahui efek dari kebisingan dan manfaat dari penggunaan alat pelindung telinga. Oleh karena itu, perlu diadakan program penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja terutama untuk efek kebisingan dan penanggulangannya Pengendalian Kebisingan Pengendalian kebisingan merupakan hal yang wajib diterapkan dalam suatu pabrik yang menghasilkan kebisingan pada level tertentu. Namun, pengendalian kebisingan tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar perancangan pabrik yaitu faktor kelayakan ekonomi, faktor safety, kemudahan operasi alat, dan kemudahan maintenance. Setelah dilakukan pengukuran kebisingan pada ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi, dan telah diketahui waktu yang aman untuk berada di dalam ruangan tersebut, maka perlu 43

18 dilakukan pengendalian kebisingan agar pekerja bisa bekerja melebihi waktu aman yang telah ditetapkan tanpa mengganggu kesehatan pekerja. Pengendalian pada masing-masing ruangan untuk setiap shift tersebut dilakukan dengan mereduksi kebisingan sampai berada di bawah nilai ambang batas yang telah di tentukan. Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan Menaker RI adalah 85 db(a). Pereduksian kebisingan dilakukan agar tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan pekerja saat bekerja. Tabel 15 menunjukkan tingkat reduksi kebisingan yang diperlukan untuk masing-masing ruangan pada tiap shift. Tabel 18. Besar reduksi kebisingan yang diperlukan Ruang Shift Kebisingan (db(a)) Intensitas Batas Reduksi Penggilingan Pengeringan Sortasi Dalam buku Kesehatan dan Keselamatan Kerja (1984) dalam Baiquni (29), dijelaskan bahwa fungsi alat pelindung telinga adalah untuk menurunkan intensitas kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Pengurangan intensitas kebisingan dari alat pelindung telinga ini tergantung dari jenisnya, cara pemakaiannya, serta keterangan penggunaannya. Kebisingan yang tinggi di masing-masing ruangan menyebabkan pekerja harus menggunakan alat pelindung telinga. Pekerja yang bekerja di daerah-daerah yang besar kebisingannya melebihi 1 db(a) dianjurkan menggunakan APT jenis tutup telinga yang dapat mereduksi kebisingan sekitar 25-4 db, sedangkan untuk daerah-daerah yang besar kebisingannya masih di bawah 1 db(a) cukup dengan menggunakan APT jenis sumbat telinga yang dapat mereduksi kebisingan sekitar 8-3 db. Berdasarkan besar kebisingan dan reduksi yang diperlukan, maka untuk ketiga ruangan yang diukur yaitu ruang penggilingan, pengeringan, dan sortasi dianjurkan menggunakan sumbat telinga pada shift 1 dan shift 2 karena kebisingan maksimum diruangan ini masih di bawah 1 db(a) dengan tingkat reduksi berkisar db(a) untuk ruang penggilingan, db(a) untuk ruang pengeringan, dan 5-16 db(a) untuk ruang sortasi. Penggunaan APT secara benar dan teratur oleh pekerja dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan pendengaran. Namun, pada kenyataannya, banyak pekerja yang tidak menggunakan APT. Hanya sebagian pekerja yang menggunakan APT berupa kapas. Penyediaan APT dari perusahaan dalam jumlah yang sedikit serta tidak adanya peraturan khusus yang mewajibkan semua pekerja menggunakan APT, menjadi salah satu faktor yang membuat pekerja tidak menggunakan APT pada saat bekerja. Contoh alat pelindung telinga beserta reduksi kebisingan dan harga dapat dilihat pada lampiran 6. Menurut jenisnya alat pelindung telinga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Sumbat Telinga Dapat dibuat dari kapas, plastik, karet alami, dan sintetis. Pengurangan tekanan bising pada sumbat telinga ini adalah berkisar 8-3 db. Hal ini tergantung pada longgar tidaknya pemasangan sumbat telinga menutup lubang telinga. Daya proteksi alat ini 44

19 kurang untuk besar bising di atas 1 db, tidak dapat dipakai bila ada infeksi telinga, sulit dimonitor pemakaiannya karena dari jauh tidak terlihat, harus disediakan berbagai ukuran dan mudah hilang karena kecil, serta perlu perawatan untuk menjaga kebersihan. 2. Tutup Telinga Dapat dipakai pada tekanan bising sampai dengan 11 db karena dapat mengurangi tekanan bising sekitar 25-4 db, dapat digunakan walaupun terdapat infeksi pada telinga dan cukup disediakan satu ukuran, tidak mudah hilang, serta mudah dimonitor karena dapat dilihat dari luar. Kerugiannya adalah tidak nyaman dalam penggunaan yang lama di lingkungan yang panas dan mengganggu penggunaan alat pelindung lain. Kombinasi tutup telinga dan sumbat telinga dianjurkan untuk tekanan bising antara dB. 3. Helmet Dapat mengurangi bising sekitar 4-5 db dan mengurangi masuknya gelombang suara melalui getaran tulang kepala. Kerugiannya mahal dan tidak nyaman penggunaannya karena besar dan berat. Tabel di bawah ini menunjukkan jenis alat pelindung telinga dengan tingkat peredaman kebisingan berdasarkan kisaran frekuensi. Jenis Pelindung Sumbat kapas 2 (2) Sumbat kapas berlilin 6 (4) Sumbat wol gelas 7 (4) Sumbat tercetak sesuai 15 telinga ybs. (7) Penutup berperapat busa 8 (6) Penutup berperapat cairan 13 (6) Helm penerbang 14 (4) Tabel 19. Peredaman kebisingan berbagai jenis APT Peredaman Kebisingan (db(a)) 125 Hz 25 Hz 5 Hz 1 Hz 2 Hz 4 Hz 8 Hz 3 (2) (8) 14 2 (6) 17 4 (3) 12 (4) 13 (4) (6) 33 (6) 29 (4) 8 (3) (7) (8) 35 (6) (6) 27 (7) 29 (6) (7) 38 (7) 48 (7) Keterangan: Angka dalam kurung merupakan penyimpangan (deviasi) standar Sumber: SPLN 46-1 : (4) 32 (9) 35 (7) (8) 47 (8) 59 (9) 9 26 (9) 31 (8) 28 (7) 31 (8) 41 (8) 54 (9) Upaya pengendalian kebisingan dapat juga dilakukan dengan pengendalian teknis yaitu memeriksa dan memperbaiki bagian-bagian mesin-mesin yang memungkinkan menjadi penyebab kebisingan ketika mesin bekerja seperti memberi pelumas pada bagian-bagian mesin yang aus, merekatkan sambungan-sambungan antar bagian mesin, dan mengganti bagian-bagian mesin yang telah rusak. Sebagai contoh, pada ruang penggilingan, teralisteralis yang dipasang sebagai penutup mesin-mesin diperkuat pemasangan baut-bautnya, agar pada saat mesin beroperasi, teralis-teralis tersebut tidak bergetar dan menghasilkan kebisingan. 45

20 Pengendalian kebisingan lainnya dilakukan dengan mengurangi waktu terkena kebisingan (pemajanan) terhadap pekerja dengan cara pengaturan waktu kerja dan istirahat, sehingga waktu kerja dari pekerja masih berada dalam batas aman. Caranya adalah jika pekerja sudah berada di lingkungan kerja yang bising sesuai dengan batas waktu maksimum yang diperbolehkan, maka pekerja tersebut harus istirahat meninggalkan tempat kerja tersebut selama beberapa menit dan kembali lagi ke tempat kerja tersebut untuk bekerja seperti biasa. Pengendalian lainnya dapat dilakukan dengan cara mengatur jadwal produksi, menentukan jadwal kerja, dan rotasi tenaga kerja, penjadwalan operasi mesin, transfer tenaga kerja dengan keluhan pendengaran, membuat peraturan yang jelas sesuai dengan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dari kedua belah pihak dalam rangka menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja. Perusahaan menyediakan APT dalam jumlah yang cukup untuk semua pekerja, dan memberi peraturan yang mewajibkan semua pekerja menggunakan APT, serta kesadaran dari semua pekerja untuk menggunakan APT agar resiko terjadinya gangguan pendengaran menurun. 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek-aspek penting yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Sehingga ketika aspek

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

DAFTAR MESIN PABRIK TEH HITAM TAHUN 2013

DAFTAR MESIN PABRIK TEH HITAM TAHUN 2013 Lampiran 2. DAFTAR MESIN PABRIK TEH HITAM TAHUN 2013 1. MONORAIL : : Tahun 1998 Spesifikasi Teknis - Panjang lintasan : +/- 180 mtr Horizontal - drive sprocket - Electromotor : 3 HP, 3 Phase, 50 Hz 1.450

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu LAMPIRAN I ATA PENGAMATAN. ata Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu Berikut merupakan tabel data hasil penepungan selama pengeringan jam, 4 jam, dan 6 jam. Tabel 8. ata hasil tepung selama

Lebih terperinci

DATA MESIN PABRIK TEH HIJAU TAHUN : Kg Pucuk Segar / unit Tahun Pembuatan : Tahun 1998 Spesifikasi Teknis A. BADAN WT

DATA MESIN PABRIK TEH HIJAU TAHUN : Kg Pucuk Segar / unit Tahun Pembuatan : Tahun 1998 Spesifikasi Teknis A. BADAN WT Lampiran 1. DATA MESIN PABRIK TEH HIJAU TAHUN 2013 1. WITHERING TROUGH ( WT ) : 1.500 Kg Pucuk Segar / unit : Tahun 1998 Spesifikasi Teknis A. BADAN WT - 1 unit : Lebar X Tinggi x Panjang = 2.200 mm X

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Singkong Singkong merupakan tumbuhan umbi-umbian yang dapat tumbuh di daerah tropis dengan iklim panas dan lembab. Daerah beriklim tropis dibutuhkan singkong untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator

Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator LAMPIRAN Lampiran 1. Percepatan getaran pada tangan operator Ulangan Data getaran pada stang kendali sumbu x sumbu y sumbu z a hav 1 1,6 1,3 2 4,13 2 1,5 1,3 2 3,97 3 1,5 1,4 2 4,11 4 1,6 1,4 1,9 4,07

Lebih terperinci

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap Pengeringan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Sistem CTC (Crushing, Tearling, Curling) di PTPN VIII Kebun Kertamanah A. Pendahuluan Pengeringan merupakan proses

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: DELLA YUNITA W. 6103009076 MELISA SUGIARTO 6103009077

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemar fisik yang sering ditemukan adalah kebisingan. Kebisingan pada lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin industri dan sebagainya.

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Alat dan Bahan. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

3.1. Waktu dan Tempat Alat dan Bahan. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan data di lapangan, studi pustaka, dan anlisis data perhitungan,

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MONICA NATALIA (6103004094)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik oleh pekerja apabila tempat kerjanya dirancang dengan baik pula, tempat kerja yang baik disini yaitu tempat kerja

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : David Cahyadi Sutrisno (6103008036) Mario Kurniawan (6103008112)

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN Ipick Setiawan 1*, Agung Sudrajad 2, Mohammad Auriga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan di bidang industri. Penerapan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan kerja

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Perkembangan sektor industri yang semakin maju, serta semakin ketatnya persaingan di dunia industri maka perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pengeringan telah di kenal manusia sejak lama. Penjemuran pakaian dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses pengeringan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 MESIN SILENT CUTTER TYPE SCR-250S Mesin cutter ini menggunakan motor listrik sebagai penggerak utama dan V-belt untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu

Lebih terperinci

Dewi Maya Maharani, STP, MSc

Dewi Maya Maharani, STP, MSc PENGENALAN MESIN PENGERING Dewi Maya Maharani, STP, MSc Page 1 Page 2 1 PENGERINGAN : Pengurangan / Penurunan kadar air dalam bahan sampai batas tertentu yang diperlukan untuk proses lanjutan, dengan penerapan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Lampiran 1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Lampiran 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab 1. Manager Bunut Rubber Factory Manager Factory merupakan pimpinan tertinggi di pabrik yang mengelola kebijakan di pabrik, penanggung jawab utama atas jalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan. 10 Pisau duduk. Gear Box no : 5 Zn 280. Ratio : 1 : 20. : Spc 400x4 & Spc 400x4

Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan. 10 Pisau duduk. Gear Box no : 5 Zn 280. Ratio : 1 : 20. : Spc 400x4 & Spc 400x4 Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan 1. Breaker Tahun Operasi : 1994 Produksi Spesifikasi : Lokal : 11 pisau putar 10 Pisau duduk Elektro Motor Putaran mesin : 140 Amp : 100 HP : 1460 RPM Cos

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Fasilitas Fisik 1) Sekat Pemisah Saat ini belum terdapat sekat pemisah yang berfungsi sebagai pembatas antara 1 komputer dengan komputer yang lainnya pada Warnet

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. SPESIFIKASI MESIN PELUBANG TANAH Sebelum menguji kinerja mesin pelubang tanah ini, perlu diketahui spesifikasi dan detail dari mesin. Mesin pelubang tanah untuk menanam sengon

Lebih terperinci

BAB IV PENGENALAN MESIN KILN

BAB IV PENGENALAN MESIN KILN BAB IV PENGENALAN MESIN KILN 4.1 Deskripsi Mesin Kiln Mesin Kiln pada proses produksi keramik melalui beberapa tahapan yang salah satunya adalah pembakaran. Pembakaran bertujuan mengubah material keramik

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki hijau yang sangat luas. Sebagian besar kawasan hijau diolah sebagai kawasan perkebunan yang hasilnya menjadi pemasukan keuangan

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) PERTEMUAN #6 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-602

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-602 Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-602 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS- 91W ini telah memenuhi persyaratan utama dan ketentuan terkait lainnya

Lebih terperinci

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1 PENGUKURAN INTENSITAS TINGKAT KEBISINGAN BERDASARKAN STANDAR OSHA (Occupational Safety & Health Administration) PADA AREA MESIN RING FRAME (Studi Kasus Departemen Spinning PT. Kusumaputra Santosa-Solo)

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja dimana pekerja melakukan pekerjaannya sehari hari, Kondisi lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja, dimana ada beberapa

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk BAB II PENEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Kajian Tentang Alat/Mesin Pengerol Pipa Alat/mesin pengerol pipa merupakan salah satu alat/mesin tepat guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di pabrik paralon PVC X, berikut adalah kesimpulan yang di dapatkan : 1. Pabrik paralon PVC X kurang memperhatikan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENGUJIAN PENDAHULUAN FILTER Dalam pengambilan sampel partikel tersuspensi (TSP) dengan metode high volume air sampling, salah satu komponen utama yang harus tersedia adalah

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN TRANSMISI ATV DENGAN METODE PAHL AND BEITZ. produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah

BAB III PEMILIHAN TRANSMISI ATV DENGAN METODE PAHL AND BEITZ. produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah BAB III PEMILIHAN TRANSMISI ATV DENGAN METODE PAHL AND BEITZ 3.1 MetodePahldanBeitz Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Nokia Wireless Headset (HS-55W) Edisi 1

Buku Petunjuk Nokia Wireless Headset (HS-55W) Edisi 1 9246361_HS55W_2_id.fm Page 1 Friday, December 9, 2005 8:37 PM Buku Petunjuk Nokia Wireless Headset (HS-55W) Edisi 1 9246361_HS55W_2_id.fm Page 2 Friday, December 9, 2005 8:37 PM PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Fasilitas Fisik Sekarang 1. Meja Kasir Ukuran ketinggian meja kasir saat ini sudah ergonomis, namun tinggi monitor ke lantai

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT Novi Suryanti 1), Nurhasanah 1), Andi Ihwan 1) 1)Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ergonomika Kebisingan (Noise)

TINJAUAN PUSTAKA Ergonomika Kebisingan (Noise) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomika Kata ergonomi berasal dari bahasa yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Pembuatan Pakan Bahan Pembuatan Mesin Pencetak Pakan HI.

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Pembuatan Pakan Bahan Pembuatan Mesin Pencetak Pakan HI. HI. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai November tahun 2008 di Laboratorium Teknologi Budidaya Perikanan (TBD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51

Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51 38 Lampiran 1. Data pengamatan hasil penelitian Jumlah mata pisau (pasang) 2 4 6 Kapasitas efektif alat (buah/jam) 300,30 525,12 744,51 Bahan yang rusak (%) 0 0 11 39 Lampiran 2. Kapasitas alat (buah/jam)

Lebih terperinci

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VI (PERSERO) UNIT USAHA DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK PROPINSI SUMATERA BARAT Deri Yendri Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat dan analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukanya pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

Nokia Bluetooth Headset BH-300. Edisi 1

Nokia Bluetooth Headset BH-300. Edisi 1 Nokia Bluetooth Headset BH-300 5 6 1 7 4 3 2 9 10 8 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bahwa produk HS-50W ini memenuhi persyaratan penting dan ketetapan lain yang sesuai

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode penelitian ada dua macam yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii Aspek Keteknikan Pertanian Pada Pengolahan Teh Hitam Orthodoks di PTP Nusantara VIII Kebun Malabar, Bandung Oleh Juan Maragia F14103062 Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

- BUNYI DAN KEBISINGAN - ERGONOMI - BUNYI DAN KEBISINGAN - Universitas Mercu Buana 2011 Telinga http://id.wikipedia.org/wiki/telinga) TELINGA LUAR TELINGA TENGAH TELINGA DALAM http://v-class.gunadarma.ac.id/mod/resource/view.php?id=2458

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. PTPN VIII mengelola 24 perkebunan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi teh hitam meliputi kegiatan budidaya tanaman teh yang bertujuan menghasilkan pucuk teh yang berkualitas tinggi dan pengolahan pucuk teh menjadi bubuk teh yang siap

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengamatan perbaikan sistem kerja di perusahaan, maka dapat diambil suatu kesimpulan yaitu: 1. Waktu baku yang dibutuhkan dari setiap proses

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB dan pabrik Jolotigo, PT Perkebunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian, karena pada bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan di

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP

OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP 11 OPTIMASI RANCANG BANGUN ALAT PEMERAS BUAH JERUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPUTARAN MOTOR LISTRIK 0,3 HP Fadwah Maghfurah Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta fadwah.maghfurah@ftumj.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu pelayanan yang beroperasi 24 jam dimana pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 164 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-700

Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-700 Buku Petunjuk Nokia Bluetooth Headset BH-700 Edisi 1 PERNYATAAN KESESUAIAN Dengan ini, NOKIA CORPORATION menyatakan bertanggung jawab bahwa produk HS-57W sudah sesuai dengan ketentuan Petunjuk Dewan: 1999/5/EC.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3 ALAT PELINDUNG DIRI DEFINISI APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja. APD dipakai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci