ANALISIS GAYA HIDUP REMAJA JEPANG PENGGEMAR GRUP IDOL AKB48

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS GAYA HIDUP REMAJA JEPANG PENGGEMAR GRUP IDOL AKB48"

Transkripsi

1 ANALISIS GAYA HIDUP REMAJA JEPANG PENGGEMAR GRUP IDOL AKB48 Ivan Martika Jl. Lundu Blok A 3 No. 8, Teluk Gong, Jakarta Utara, , Ivan_martika@yahoo.co.jp Ivan Martika, Roberto Masami Prabowo, S.S., M.Si ABSTRAK Jepang memiliki beragam budaya yang menjadi daya tarik bagi seluruh dunia. Kebudayaan Jepang yang unik ada yang diminati orang asing, namun ada beberapa kebudayaan Jepang hanya bisa dipahami sepenuhnya oleh beberapa kalangan. Hal ini dikarenakan adanya pemikiran, selera, dan hasrat yang sama terutama budaya populer dikalangan remaja dan pemuda. Di tahun 2010, salah satu budaya populer yakni grup Idol Jepang bernama AKB48 yang terdiri dari gadis-gadis remaja telah memikat banyak remaja Jepang dan menjadi salah satu artis idol yang paling populer di Jepang pada saat itu hingga kini. Kepopuleran AKB48 tidak hanya sebutan untuk idol, melainkan sebuah fenomena sosial bagi masyarakat Jepang. Penulis melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui karakteristik dari kehidupan hedonis para remaja Jepang penggemar AKB48 yang dilatarbelakangi fenomena sosial terhadap AKB48 ditinjau dari sudut pandang ekonomi. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah dengan metode kepustakaan dan deskriptif analistis. Dari analisis tersebut, penulis dapat mengetahui karakteristik dari kehidupan hedonis remaja Jepang penggemar AKB48 sekarang. Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kehidupan hedonis remaja Jepang penggemar AKB48 saat ini terjadi karena adanya pengaruh kondisi bubble economy Jepang yang sudah mulai terbentuk sejak tahun Kata kunci: Idol, Hedonisme, bubble economy, Remaja, Masyarakat Jepang ABSTRACT Japan is a country with a very fascinating culture. The things Japanese have created and their ways to enjoy life are so unique that they can be fully understood only by the people sharing the common traits, personality and taste, especially the youth culture. In 2010, one Japanese girlgroup, AKB48, captured the hearts of Japanese youngsters to such an extended as they have

2 been treated as a social phenomenon rather than just an idol group. The writer uses this research to make a better understanding about the hedonic life style of the young AKB48 fans with AKB48 phenomenon as the background from the economic point of view. The writer uses library research methods to find data and support theories with descriptive analysis. From the analysis, the writer could make a better understanding about the hedonic life style of the young AKB48 fans nowadays. The conclusion is that the hedonic life style of the young AKB48 fans nowadays occurs from the effect of the Japan bubble economy which has been formed since Keywords: Idol, Hedonisme, bubble economy, youth, Japanese society PENDAHULUAN Fenomena AKB48 terbentuk dari kebudayaan pada tahun 1980, Idol berada di masa kejayaannya. Penyanyi-penyanyi terkenal yang bahkan masih berpentas hingga saat ini seperti Matsuda Seiko, Nakamori Akina, dan grup Onyanko Kurabu dengan Akimoto Yasushi sebagai produsernya berlomba-lomba untuk memulai debutnya. Memasuki tahun 1990 hingga saat ini, media komunikasi dan informasi menjadi semakin maju, selain televisi dan radio, orang-orang juga mulai mengenal internet. Saat ini di Jepang orang-orang dapat mendapatkan informasi kegiatan dan konser Idol melalui situs resminya. Idol pada dewasa ini menjadi semakin beragam, bahkan hanya dengan postingan animasi pada sebuah situs seseorang atau sesuatu dapat menjadi terkenal, sehingga melahirkan Virtual Idol atau Net Idol. Kebanyakan orang Jepang menjawab AKB48 sebagai Idol yang paling terkenal saat ini. Di era modern ini, Idol dalam kebudayaan remaja Jepang memiliki citra fans pendukung adalah lawan jenis dari idolanya. Namun ini tidak berlaku untuk AKB48, kepopularitasan yang tinggi membuat mereka digemari oleh segala kalangan, pria bahkan wanita di Jepang. Saat ini hampir semua perusahaan televisi Jepang menyajikan acara yang di bintangi oleh AKB48. AKB48 mengadakan banyak mengadakan kegiatan unik yang membuat mereka berbeda dengan idol yang selama ini sudah ada di Jepang. Contohnya seperti kontes popularitas yang disebut Sousenkyo ( 総選挙 ) dan acara salaman para fans dengan member AKB48. Sebagian dari para fans tidak ragu untuk menghabiskan uang dan waktu dalam jumlah besar untuk mengikuti konser, kegiatan acara serta membeli barang-barang koleksi yang berhubungan dengan AKB48. Pada 9 Juni 2011, salah satu member inti AKB48, Maeda Atsuko memperoleh suara dan memenangkan Sousenkyo ketiga yang diadakan di Nihon Budoukan. Hasil kontes tersebut disiarkan selama 5 jam ke atas selama seminggu (Nihon Terebi, TBS), diberitakan melalui artikel koran di keesokan harinya (Nikkan Sports), dan disiarkan di sebagian bioskop di dalam maupun luar negeri Jepang. Di balik fenomena ini tersembunyi faktor penting yang dapat menjadi kunci dalam memahami perilaku para remaja Jepang dalam masyarakatnya. Sebelum datang ke Jepang, penulis memiliki imej bahwa para remaja Jepang memiliki karakteristik introvert, namun setelah dilakukan observasi secara langsung, penulis mendapat kesan yang sangat berlawanan dengan pemikiran awal. Para remaja yang menjadi fans AKB48 merupakan contoh terbaik dalam memahami hal ini. Dengan kata lain, penulis mendapat kesan yang sama sekali berbeda dengan apa yang diutarakan oleh masyarakat Jepang pada umumnya terhadap remaja sekarang ini. Para remaja Jepang yang menjadi fans AKB48 lebih terbuka serta ekspresif dalam menunjukkan jati diri mereka, hal ini terlihat dari aktivitas dan gaya hidup mereka dalam mengejar dan mendukung Idol favorit mereka. Para remaja ini tidak hanya antusias, tetapi juga bergerak secara kelompok dengan sesame penggemar AKB48. Paling tidak para fans menunjukkan sikap yang lebih ekstrovert bila hal itu sudah berhubungan dengan AKB48. Kepopularitasan AKB48 menanjak sejak tahun 2010, pencapaiannya telah memikat banyak remaja Jepang, bahkan mereka dikenal sebagai sebuah fenomena sosial di Jepang, disebut juga Fenomena AKB. AKB48 memulai konser debutnya pada tanggal 8 Desember, 2005, di teater AKB48, lantai 8 gedung Don Quijote( dibaca: Don ki hote), Akihabara, Tokyo. Ini adalah titik awal

3 kelahiran AKB48. Biasanya para idol Jepang memulai debut mereka dengan merilis CD atau melakukan penampilan di film bioskop maupun Dorama, namun AKB48 memulai debutnya dengan konser di tahun 2005 itu. Produser AKB48, Akimoto Yasushi menciptakan AKB48 dengan konsep Idol yang dapat ditemui langsung. Hingga saat ini, para idol di Jepang selalu memberikan kesan bahwa mereka berada di tempat yang tidak tercapai oleh para fans, bagaikan bunga yang berada di tepi jurang. Namun para member AKB48 menjalani kehidupan mereka seperti orang biasa untuk mempersempit jarak yang ada di antara para fans dengan idolanya. AKB48 setiap hari menggelar konser di teater mereka sendiri, ini juga merupakan hasil pemikiran produser Akimoto Yasushi yang beranggapan bahwa konser para idol lebih banyak dilakukan di balik layar televisi, sehingga sulit dicapai langsung oleh para fans, namun apabila AKB48 dapat melakukan konser di teater sendiri setiap hari secara rutin, maka para fans dapat menemui idola mereka secara langsung setiap saat. Dalam sebuah wawancara yang tertulis dalam buku AKB48 の秘密の教科書 (AKB48 no Himitsu no Kyoukasyo) produser Akimoto berkata, Menurut saya, konsep pembuatan yang berlaku pada zaman sekarang adalah dengan tidak memulai dari jumlah penonton yang maksimum, melainkan dengan bentuk yang lebih kecil, lalu diperluas secara perlahan. (AKB48 no Himitsu no Kyoukasyo, 2011:15-16) Selain itu, anggota AKB48 yang mendapatkan banyak dukungan dari para fans akan mendapat kesempatan untuk tampil di tempat-tempat lain, hal ini adalah konsep lain dari produser Akimoto dalam mengembangkan AKB48, yaitu Idol yang dapat dipromosikan oleh para fans sendiri. Profesor jurusan sosiologi Universitas Housei, Inamasu Tatsuo berkata, AKB48 memiliki banyak elemen-elemen baru untuk sebuah grup idol. Salah satunya adalah jarak yang tidak terasa di antara para fans dengan idolnya. Selama ini idol dan para artis disuguhkan secara searah dari pihak produser kepada para fans. Namun dalam kasus AKB48 memberikan kesan bahwa para fans juga turut andil dalam membesarkan idola favorit mereka. Ditambah lagi dengan jumlah anggota yang cukup banyak, AKB48 memiliki variasi karakter yang beragam, sehingga para fans dapat memilih idol mereka sendiri serta dapat ditemui kapan saja di konser mereka di teater Akihabara. Produser Akimoto sangat perhatian dengan keinginan para fans sebagai penerima dan dapat menangkap aliran zaman dengan baik. Meskipun AKB48 telah memiliki kepopularitasan yang tinggi, para member masih tetap menggelar konser mereka di teater Akihabara, sebab bagi mereka teater itu adalah titik awal dari segalanya. Para fans masih tetap bisa bertemu para member setiap hari, sehingga mereka merasakan kedekatan dengan idol mereka. Ini adalah salah satu perbedaan terbesar dari AKB48 dengan idol yang ada selama ini. Untuk menaikkan pamor AKB48, produser Akimoto Yasushi menciptakan sebuah sistem kontes popularitas yang disebut 総選挙 (Sousenkyo). Dari satu jurnal penelitian yang digunakan penulis sebagai sumber data yang berjudul AKB48 ビジネスモデルについての考察 ( AKB48 bijinesu moderu nit tsuite no kousatsu, Investigation of AKB48 Bussiness Model, Katou Shizuko: 6) tertulis bahwa kontes ini bertujuan untuk menentukan siapa member AKB48 yang paling populer dengan menggunakan sistem pemungutan suara oleh para fans. Namun, salah satu cara untuk mendapatkan hak suara tersebut ternyata adalah dengan membeli CD Single AKB48 yang sudah diselipi kupon berisi sederetan angka yang dapat digunakan untuk memasukkan suara via internet. Akibatnya, banyak remaja Jepang yang terdorong untuk membeli Single yang berisi kupon tersebut lebih dari satu keping, agar dapat memasukkan suara berkali-kali. Bila dipikirkan secara wajar, ini hanyalah taktik dagang yang digunakan oleh produser untuk meningkatkan penjualan CD, tetapi rupanya banyak fans yang tidak terlalu mempedulikan jumlah uang yang akan dihabiskan mereka untuk kontes ini, hasilnya, muncul orang-orang yang membeli puluhan, ratusan, bahkan ribuan keping CD Single tersebut demi memenangkan Idol favorit mereka. METODE PENELITIAN Metode operasional yang akan digunakan penulis untuk pengumpulan data adalah metode kepustakaan dengan sumber data berupa buku 絶望の国の幸福な若者たち (zetsubou no kuni no koufukuna wakamono tachi) karya Furuichi Noritoshi dan jurnal penelitian, artikel, hasil

4 penyelidikan dalam bentuk angket yang berhubungan dengan fenomena AKB48 serta gaya hidup dari para remaja Jepang terhadap fenomena tersebut yang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh berbagai pihak yang ditemukan lewat internet. Metode analisa data yang akan digunakan penulis adalah metode deduktif, dimana penulis melakukan analisis dan menarik kesimpulan dari data-data yang ditemukan lewat sumber data. Metode pendekatan yang akan digunakan oleh penulis adalah metode pendekatan kualitatif, dimana penulis akan melakukan studi dari gaya hidup remaja Jepang terhadap fenomena AKB48 dan kecenderungan para remaja Jepang yang dapat ditemukan lewat sumber data, kemudian mengambil kesimpulan dari data-data tersebut. HASIL DAN BAHASAN Pengaruh Perekonomian Bubble di Jepang terhadap Kemunculan Fenomena AKB48 Remaja atau wakamono ( 若者 ) di Jepang merujuk pada orang yang berusia tahun, kata ini mulai populer digunakan sekitar tahun 1960 hingga saat ini. Sebelum tahun 1960, sebutan untuk remaja umumnya disebut dengan seinen ( 青年 ). (Furuichi, 2011, hal ) Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisa fenomena AKB48 melalui masyarakat yang lahir sebelum dan sesudah masa perekonomian Bubble. Masyarakat yang lahir di masa ini mengalami perubahan sosial yang besar dalam masyarakat Jepang saat ini. Dalam negara manapun di dalam masyarakatnya terdapat berbagai macam usia, mereka yang memiliki sifat, pemikiran dan tujuan yang berbeda-beda. Di dalam masyarakat juga terdapat kesenjangan sosial, kita juga mengenal adanya perbedaan wilayah, kekayaan, serta gender. Para remaja yang hidup dan tumbuh besar dalam lingkungan yang berbeda-beda akan membentuk manusia yang juga berbeda-beda. Di dalam perbedaan yang disebutkan di atas, terjadilah sebuah kritikan kepada generasi remaja dari generasi yang dewasa sampai tua dengan kata-kata, chikagoro no wakamono wa keshikaran ( 近頃の若者はけしからん ), yang artinya anak-anak muda akhir-akhir ini tidak bijak. Kata-kata ini tidak dapat mewakili semua remaja secara keseluruhan yang ada di Jepang. Namun para generasi dewasa sampai tua di Jepang yang pernah hidup dimasa kejayaan perekonomian Jepang ( ), mereka menganggap generasi remaja terlalu mudah untuk menilai kesetaraan dengan dilihat dari generalisasi tingkah laku dan cara berbicara. (Furuichi, 2011:66) Sekitar tahun 1960 hingga tahun 1973, Jepang memasuki masa pertumbuhan ekonomi yang pesat pasca perang. Hal ini dikarenakan, generasi yang lahir pada masa baby boomers pertama ( ), mereka kurang lebih sudah genap berusia 20 tahun. Angka kelahiran dari generasi yang ada setelah masa baby boomers pertama ini menunjukkan jumlah yang jauh lebih sedikit. Sedangkan, angka penduduk usia 60 tahun ke atas juga tidak begitu tinggi dibanding angka usia produktif. Dengan kata lain, sebagian besar angka populasi Jepang pada waktu itu berpusat di usia produktif, yaitu usia 20 hingga 30 tahun. Dapat dikatakan bahwa populasi Jepang pada saat itu berada dalam kondisi terbaik untuk pertumbuhan ekonomi. Pada masa dimana jumlah penduduk usia produktif yang tinggi ini, kata wakamono atau remaja mulai populer digunakan. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan meluasnya kesadaran untuk pendidikan, masyarakat Jepang saat itu memiliki pola pikir bahwa untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, seseorang haruslah masuk ke SMA atau Universitas yang baik. Di saat yang sama, sebuah perubahan terjadi dalam masyarakat Jepang, yaitu meluasnya Paham Kelas Menengah. Paham kelas menengah ini menganggap dirinya berada di kelas menengah dalam tatanan masyarakat dalam pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sebagai hasilnya, munculah sebuah fenomena dan sebutan 一億層中流 (ichiokusouchuuryuu) atau fenomena seratus juta masyarakat kelas menengah. Menurut statistik penyelidikan opini publik yang dilaksanakan pada saat itu, penduduk Jepang yang beranggapan bahwa dirinya berada di kelas menengah pada tahun 1958 sekitar 72.4%, di tahun 1964 meningkat menjadi 87%, dan terus meningkat menjadi 90.2% di tahun 1973 (Furuichi, 2011: 50).

5 Memaraknya teori perdebatan mengenai antar generasi di masa itu disebabkan karena memudarnya kesadaran akan adanya kesenjangan sosial, teori kelas dalam tatanan masyarakat Jepang menjadi semakin tidak realistis. Sejak tahun hingga tahun 1970, angka pendapatan yang biasa digunakan untuk belanja masyarakat Jepang terus meningkat dan memuncak pada tahun 1983, dalam perbandingan antara masyarakat desa dan kota, angka ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Dari tabel berikut akan dijelaskan mengenai penyebab bertumbuhnya pemahaman Kelas Menengah dalam masyarakat Jepang sejak tahun 1955 hingga tahun pada tahun 1983, dalam perbandingan antara masyarakat desa dan kota, angka ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Dari tabel berikut akan dijelaskan mengenai penyebab bertumbuhnya pemahaman Kelas Menengah dalam masyarakat Jepang sejak tahun 1955 hingga tahun Pertumbuhan ekonomi yang pesat membuat penduduk Jepang sangat makmur, bahkan sebagian besar dari mereka beranggapan bahwa dirinya berada di kelas menengah. Dengan kata lain, orang-orang Jepang di masa itu tidak merasa bahwa mereka adalah orang kaya, namun juga tidak berpikir bahwa diri mereka termasuk golongan miskin. Fenomena ini telah membuat seolah-olah kesenjangan sosial hilang dari antara masyarakat Jepang. Dalam bukunya yang berjudul 戦後史 (Sengoshi), seorang sejarahwan Jepang yang bernama Nakamura Masanori ( 中村政則 ) membicarakan mengenai kelahiran Golongan Menengah Baru yang dikaitkan dengan kebijakan rencana rekonstruksi kepulauan Jepang yang terjadi pada tahun (Nakamura, 2005: ) Menurut Nakamura, berdasarkan laporan statistik taraf kehidupan rakyat yang dikeluarkan pemerintah Jepang, 80-90% penduduk di Jepang pada tahun 1960 mengaku bahwa dirinya berada di kelas menengah. Berbeda dengan teori kelas menengah yang diungkapkan oleh teori Karl Marx, fenomena masyarakat konsumtif tingkat tinggi di Jepang dapat juga disebut sebagai Masyarakat Kelas Menengah Baru. Terhadap ini, seorang ekonom Jepang yang bernama Kishimoto Shigenobu ( 岸本重陳 ) berpendapat bahwa dalam angket yang digunakan untuk membuat statistik tersebut terdapat pertanyaan yang bermasalah. Menurut asumsi Kishimoto, saat seseorang diberi pertanyaan Apakah menurut anda, anda termasuk masyarakat kelas Atas, Menengah ke Atas, Menengah ke Bawah atau Bawah, maka kemungkinan besar jawabannya akan menumpuk di Menengah ke Atas dan Menengah ke Bawah, oleh sebab itu statistik tersebut tidak dapat dipercaya begitu saja. Pada kenyataannya ditahun 1976 dari % orang-orang yang pemasukannya di bawah 1 juta Yen per tahun (kurang dari 90 ribu Yen per bulan), saldo rekening bank di bawah 500 ribu yen dan tinggal di rumah sewa juga menjawab dirinya berada di kelas Menengah atau Atas. Dengan kata lain, meskipun responden dari angket tersebut sebagian besar tidak mengakui bahwa dirinya adalah golongan orang kaya, mereka tetap memiliki pemikiran sebagai berikut, kehidupan yang sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya, keinginan untuk mengakui kerja keras sendiri, meskipun harus menjalani kehidupan yang keras, namun tetap memiliki materil yang rata-rata ada di masyarakat pada umumnya. (Nakamura, 2005: ) Dengan alasan-alasan yang telah disebutkan sebelumnya, tidaklah heran bahwa sebagian besar masyarakat Jepang di masa itu beranggapan bahwa diri mereka berada di kelas menengah. Kishimoto menyebut fenomena ini sebagai Ilusi Kelas Menengah. Masalah lainnya adalah adanya perdebatan mengenai perbedaan antar generasi. Namun perdebatan perbedaan antar generasi menghilangkan perbedaan kelas, etnis, gender, wilayah maupun ekonomi untuk menyatukan orang-orang ke dalam satu kategori yang disebut Remaja hanya karena rentang usia yang dekat. Seratus juta Kelas Menengah hanyalah ilusi untuk menghilangkan perbedaan. Seperti yang disebutkan oleh Nakamura, kesenjangan ekonomi tidak pernah menghilang dari antara masyarakat Jepang. Mereka hanya tertangkap dalam pemikiran bahwa semua orang, termasuk dirnya sendiri adalah Kelas Menengah. Akibatnya, perbedaan kelas maupun wilayah seakan menghilang, sehingga orangorang lebih sering membicarakan keadaan masyarakat maupun manusia dengan mengaitkannya pada Generasi. Tidak heran bila ada pembicaraan atau perdebatan mengenai remaja, orang-orang di masa itu cenderung membicarakannya berdasarkan persamaan Keadaan maupun Kejadian yang dialami oleh

6 generasi tersebut. Di saat-saat itulah muncul kata-kata seperti, 現代の若者は カプセル人間 (gendai no wakamono wa kapuseru ningen), 現代の若者は モラトリアム人間 (gendai no wakamono wa moratoriamu ningen), 近頃の若者はけしからん (chikagoro no wakamono wa keshikaran) Kapuseru ningen yang artinya manusia kapsul adalah sebuah sebutan yang merujuk pada orang-orang tertutup yang hidup dalam dunianya sendiri dan sulit untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Menurut Nakano Osamu, seorang sosiolog Jepang, sejak tahun 1960, radio dan televisi telah membuat sebuah ruang komunikasi unik yang belum pernah ada sebelumnya. Setiap orang hidup di ruang dalam dirinya sendiri dan berkomunikasi dengan orang lain serta masyarakat melalui berbagai media komunikasi. (Nakano Osamu, 2001) Dewasa ini pemakaian internet semakin meluas di seluruh dunia, termasuk Jepang, hal ini memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa harus bersentuhan langsung dengan dunia luar. Sebagai hasilnya, banyak remaja Jepang memilih untuk memutuskan hubungan dengan masyarakat dan hidup dalam dunianya sendiri. Sedangkan モラトリアム人間 (moratoriamu ningen) adalah sebutan untuk kondisi mental remaja yang tidak dapat atau ragu untuk menjadi dewasa dan terjun ke dalam masyarakat. ( デジタル大辞泉 松本明 ) Sebutan kapuseru ningen dan moratoriamu ningen mulai populer di Jepang sekitar tahun Pandangan-pandangan seperti itulah yang berubah menjadi standar yang berlaku untuk seluruh remaja Jepang dalam masyarakatnya. Dengan kata lain, para remaja yang seharusnya berbeda-beda disatukan dengan sebuah standar secara paksa dalam paradigma masyarakat yang terikat pada paham generasi. Keadaan sosial seperti ini dapat membuat kesalahan seseorang menjadi tanggung jawab seluruh generasi. Setelah melewati beberapa dekade pun, pemahaman perbedaan generasi ini masih tetap eksis di Jepang. Paradigma masyarakat yang dilemparkan pada para remaja saat ini dapat disamakan dengan paham Seratus Juta Kelas Menengah pada masa pertumbuhan pesat ekonomi pasca perang. Namun, dalam kehidupan masyarakat Jepang sekarang yang sudah tidak memiliki pemahaman bersama bahwa semua orang berada di kelas menengah, pandangan terhadap para remaja yang menghilangkan perbedaan wilayah, ekonomi, gender, untuk menyatukan seluruh generasi yang memiliki rentang usia dekat ke dalam suatu kategori yang disebut Remaja sama sekali tidak realistis. Karena itu, dalam masyarakat yang memiliki kesenjangan sosial dan ekonomi, tidaklah wajar untuk memberi perlakuan sama pada orang-orang yang berada dalam kategori Remaja. Paling tidak cara pandang seperti itu sudah tidak dapat digunakan seperti pada masa ekonomi Bubble. Perkembangan zaman selalu diwarnai dengan adanya berbagai perubahan. Dulu orang-orang dapat berhubungan melalui surat, setelah itu diciptakan telepon yang jauh lebih praktis. Bila manusia dapat merasakan kebersamaan dan ketergantungan kelompok melalui peperangan, maka tidaklah berlebihan jika pada zaman ini para remaja Jepang dapat dihubungkan melalui AKB48. Menurut seorang psikiater yang bernama Wada Hideki, Sekarang ini para remaja( Jepang) tidak merasakan kesetaraan di dalam masyrakat. Walaupun mereka bukan pihak yang menonjol, dan tidak ingin berkompetisi dalam kampus atau sekolah, semua orang paham bahwa saat mereka terjun ke dalam masyarakat, mereka akan merasakan kesenjangan sosial yang sangat besar. Mereka tidak tahu apa itu Seratus Juta Masyarakat Kelas Menengah. Di satu sisi, saat mengalami kesenjangan sosial, mereka diserang oleh pemikiran Toh, kami sampai kapanpun juga akan terus seperti ini. Namun, di antara para fans AKB48, para remaja justru merasakan kesetaraan yang sama sekali berlawanan dengan kondisi sebelumnya. Selain kesetaraan, para fans juga merasakan kesadaran dalam kelompok, serta ketergantungan antar sesama. Hal ini sama dengan konsep Cheerleading yang memberikan dukungan dalam kelompok yang memakai baju seragam. Salah satu kunci terbesar kesuksesan grup idol ini adalah karena mereka dapat memberikan kebersamaan dan ketergantungan dalam kelompok saat para fans menari dan berteriak bersama-sama dalam mendukung idol mereka. Perasaan seperti itu tidak dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari di rumah maupun sekolah. (Hideki, Dalam masyarakat yang tidak memiliki kesenjangan sosial yang besar, para remaja Jepang merasakan kesetaraan dalam AKB48. Para fans yang selalu dipandang sebagai orang aneh memiliki perasaan kesepian dala diri mereka. Karena itulah saat mereka bersorak-sorai untuk mendukung idol bersama dengan teman-teman mereka yang memiliki hasrat yang sama, para fans merasakan kebahagiaan. Sebab mereka sadar kalau mereka tidaklah sendiri. Bila dilihat seperti ini, AKB48 memiliki sebuah nilai yang sama sekali berbeda dengan pandangan masyrakat Jepang pada umumnya, yaitu sebagai media untuk

7 menyatukan para remaja Jepang dengan masyarakatnya. Tetapi, pengaruh yang diberikan AKB48 kepada para remaja Jepang tidak selesai sampai di sini. Tentu, peran seperti ini tidak hanya dapat dilakukan oleh AKB48, bahkan efek ini sudah terlihat sejak idol diciptakan di Jepang. Namun, dampak yang diberikan oleh fenomena AKB48 memiliki skala yang sama sekali berbeda dengan idol yang ada selama ini. Begitu besarnya dampak itu sehingga dapat menarik sorotan masyarakat yang pro maupun kontra dalam menghadapi grup idol ini. Terutama para fans yang menghabiskan uangnya secara tidak wajar, sehingga menimbulkan masalah dalam masyarakat. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa strategi marketing yang digunakan oleh pihak AKB48 hanya untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya, tetapi apabila kondisi dalam masyarakat tidak mendukung, maka tidaklah mungkin fenomena sebesar ini dapat terjadi. Para remaja Jepang telah menemukan orang-orang yang memiliki hasrat sama berkat AKB48 yang dapat ditemui secara langsung di teaternya. Dalam kesempatan tersebut, AKB48 juga memberikan ruang bagi para fans untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Analisa Fenomena AKB48 dan Para Remaja Jepang Terhadap Gaya Hidup Hedonis Pergeseran Kebutuhan Hidup dari Masa Perekonomian Bubble sampai Masa Sekarang Bila kita mencoba mengkaitkan fenomena ini dengan ekonomi, remaja Jepang sekarang dianggap Tidak Suka Berbelanja oleh masyarakat Jepang. Dalam bukunya, Kenshouhi sedai no kenkyuu ( 嫌消費 世代の研究 ), Matsuda Hisakazu menyebut para remaja yang tidak suka berbelanja ini sebagai Generasi Pembenci Belanja. Namun, sebutan ini tidaklah benar. Remaja Jepang saat ini hanya mengalami pergeseran keinginan dalam berbelanja. Bagi masyarakat generasi Bubble, belanja barangbarang mewah biasanya dikaitkan dengan belanja rumah, mobil, atau benda-benda elektronik berukuran besar. Tetapi, seiring berjalannya waktu, keinginan belanja telah mengalami pergeseran. Bahkan perusahaan otomotif ternama Jepang seperti Toyota mengalami penurunan penjualan yang signifikan di tahun Di tahun 2012, Panasonic, Sony dan Sharp mengalami defisit terparah sejak perusahaanperusahaan itu berdiri. Pada bulan April hingga Juni tahun 2012 defisit akhir Panasonic mencapai 772,1 milyar Yen, Sony sebesar 520 milyar Yen, dan Sharp sekitar 100 milyar Yen. Menurut Penyelidikan Konsumsi Aktual dalam Negeri Jepang, jumlah total otomotif yang dibeli oleh masyarakat berusia 30 tahun ke bawah pada tahun 1989 adalah 5475 buah, di tahun 1999 menurun menjadi 4414 buah, dan 3351 buah di tahun 2009 (Furuichi Noritoshi, 2011: 93). Jika dilihat dari data-data seperti ini para remaja Jepang memang segan untuk membelanjakan uangnya, tapi itu semua hanya berlaku pada saat kita melihat kondisi ini dari sudut pandang perusahaan otomotif dan barang elektronik. Di sisi lainnya, saat bisnis dari perusahaan besar tampak banyak yang merosot, penjualan CD Single AKB48 laris bak kacang goreng di pasaran. Single ke-21 AKB48 Everyday カチューシャ (Everyday, Kachuusha) yang berisi kupon voting untuk Sousenkyo AKB yang ketiga di tahun 2011 mencapai penjualan sebesar 1,35 juta keping di minggu pertama. Tetapi, berdasarkan data-data yang dikeluarkan oleh パイプドビッツ (PT. Paipudobittsu) angka ini tidak mewakili jumlah pembeli, sebab seperti yang sebelumnya dituliskan dalam bab 1, adalah sebuah kewajaran bagi para fans untuk membeli Single lebih dari sekeping demi memenangkan member favorit mereka dalam kontes ini. Sebagai hasilnya, muncul para fans yang bahkan membeli ratusan, ribuan keping Single demi mendukung Idol mereka. Sedangkan Single AKB ke-26 yang digunakan untuk Sousenkyo keempat di tahun 2012, 真夏の Sounds Good! (Manatsu No Sounds Good!) berhasil memecahkan rekor Oricon Chart untuk kategori penjualan minggu pertama yang terbesar, sebanyak 1,61 juta keping. Kondisi Sousenkyo di tahun 2012 semakin memanas dengan pengumuman kelulusan Maeda Atsuko dari AKB48 di bulan sebelumnya. Sama seperti tahun sebelumnya, para fans banyak yang membeli Single lebih dari satu untuk kontes ini, bahkan di antara mereka ada yang sampai mengeluarkan jutaan Yen untuk membeli Single tersebut, sebab mendukung Idol dengan pengeluaran sebanyak ini sudah bukan sesuatu yang aneh bagi mereka. Selain itu para fan AKB48 tidak hanya membayar untuk ikut serta dalam Sousenkyo, tapi mereka juga mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk tiket konser di teater AKB48 ( lantai 8 gedung Don Quijote, Akihabara), AKB48 goods (Album foto, Kipas, T-Shirt, dsb), serta tiket untuk event salaman yang juga diselipkan di dalam CD Single. Jika dilihat dari keadaan seperti ini, para remaja Jepang sekarang sama sekali tidak benci berbelanja, malah sebaliknya, mereka tampak tidak ragu untuk mengeluarkan uang, asalkan itu demi sesuatu yang menarik hati dan memberikan kepuasan serta

8 kenikmatan bagi diri mereka, kondisi ini sama persis dengan definisi hedonisme yang diungkapkan oleh Wahyudi Kumurotomo (Bab 2). Gambar 3.5 Tumpukan CD Single ke-26 AKB Manatsu No Sounds Good! (sumber:akb48 タイムズ ) Gambar 3.6 Kupon Voting untuk Sousenkyo AKB48 yang ke-4, (sumber: 777 News ) Sebelumnya penulis telah menyebutkan bahwa para remaja Jepang bukanlah Generasi Pembenci Belanja, keinginan berbelanja hanya mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan zaman. Dalam bukunya Furuichi menulis, Kesimpulannya, para remaja bukan sama sekali tidak membeli barang(mewah). Hanya, barang yang dibeli telah berubah secara jenis dan skala. (Para remaja) tidak membeli mobil seperti dulu, tidak minum-minum seperti dulu, tidak bepergian ke luar negeri seperti dulu, namun, tetap berbelanja untuk kebutuhan pokok Sandang, Pangan, Papan yang dibutuhkan untuk hidup, serta membayar untuk biaya komunikasi yang dibutuhkan dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain. (Furuichi, 2011: 94) Bagi masyarakat berusia 40 tahun ke atas (Generasi Seratus Juta Masyarakat Kelas Menengah), belanja barang-barang mewah seperti mobil, baju mahal, rumah yang luas, dan benda-benda elektronik berukuran besar adalah tujuan hidup dan sumber tenaga untuk bekerja. (Nakamura Masanori, 2005) Namun sebagian besar dari barang-barang ini hanyalah kebutuhan sekunder yang tidak harus dimiliki manusia untuk bertahan hidup, dengan kata lain, belanja yang didasari oleh hobi atau keinginan pribadi. Manusia dapat bertahan hidup asalkan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) terpenuhi, namun manusia juga memiliki sifat dasar yang tidak dapat terpuaskan dengan hanya bertahan hidup. Karena itu, saat kita belanja untuk membeli barang-barang mewah atau benda-benda yang menarik hati, kita akan merasakan kepuasan, kenikmatan serta kebanggaan dari memiliki sesuatu, perasaan itu membuat kita merasa seperti sudah mencapai salah satu dari tujuan hidup. Bagi sebagian orang, menyelami hobi dapat menjadi penghilang stress, sedangkan bagi yang lainnya hobi dapat menjadi tempat pelarian sementara dari kenyataan yang menurutnya kejam, kondisi seperti ini terkadang memberikan kecanduan yang bahkan dapat menyaingi kecanduan rokok atau alkohol. Pada dasarnya gaya hidup para remaja Jepang sekarang tidaklah terlalu berbeda dengan para pendahulunya di tahun 70-an. Asalkan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) sudah terpenuhi, uang yang tersisa dapat digunakan untuk kebutuhan lainnya. Jika ada uang yang dapat digunakan dengan bebas, maka uang akan dibelanjakan untuk kebutuhan sekunder. Keadaan seperti ini sama sekali tidak menunjukkan antipati terhadap belanja. Dalam penyelidikan yang dilakukan oleh surat kabar Nikkei di tahun 2011 disebutkan bahwa prosentase uang yang dibelanjakan remaja pria yang berusia tahun untuk fashion, buku-buku, kosmetik, game, dan sebagainya menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk usia 40 tahun ke atas (Generasi Seratus Juta Kelas Menengah), sedangkan untuk kaum wanita, pengeluaran tinggi terlihat untuk biaya komunikasi, serta biaya makan minum yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Selain itu, untuk angka belanja benda bermerk seperti United Arrows atau Chanel juga memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk usia tahun dibanding usia 40 tahun ke atas (Furuichi Noritoshi, 2011: 94). Hobi merupakan sesuatu yang sangat

9 abstrak, terkadang hobi seseorang dapat berlawanan dengan akal sehat, serta norma yang berlaku di dalam masyarakat. Untuk orang-orang yang memiliki ketertarikan pada sesuatu yang sulit untuk dimengerti masyarakat pada umumnya, mereka terkadang dipandang sebagai orang yang aneh. Karakteristik dari hobi seperti ini tidak akan mudah untuk dipahami jika bukan oleh orang-orang yang memiliki pemikiran, selera, dan hasrat yang sama. Sudah tentu, tingkah laku para fans AKB48 yang rela mengeluarkan uang hingga jutaan yen untuk mendukung Idol favorit mereka bukanlah suatu tindakan yang wajar, jangankan diterima, untuk dipahami masyarakat saja sudah merupakan sesuatu yang sulit. Namun bagi para fans, hal itulah yang menjadi kebahagiaan dan tujuan dalam hidup. Dengan mendukung Idol, para fans dapat memperoleh kenikmatan dalam diri mereka. Kesimpulannya, sama seperti generasi sebelumnya yang menjunjung tinggi benda-benda mewah seperti membeli rumah, mobil, berlibur ke luar negeri dan sebagainya, membelanjakan uang untuk Single dan goods AKB48 juga dapat memberikan kenikmatan serta kepuasan tersendiri. Hobi seperti ini mungkin tidak akan mudah dipahami oleh orang lain, namun, asalkan orang yang mendalami hobi tersebut merasa bahagia dan tidak membawa kesulitan bagi orang lain, seharusnya itu tidak menjadi masalah. Ini adalah prinsip dasar dari kehidupan masyarakat modern saat ini. Meskipun keinginan berbelanja telah mengalami pergeseran, secara psikologis remaja Jepang yang sekarang tidaklah terlalu berbeda dengan orang-orang di generasi sebelumnya. Selain itu, perekonomian masyarakat yang kita tinggali selalu didukung oleh konsumsi orang-orang yang berada di dalamnya. Tidaklah heran apabila kebutuhan-kebutuhan yang baru terus bermunculan. Secara tidak sadar, orang-orang merasa terdorong untuk memiliki sesuatu yang baru, termasuk para remaja. Remaja Jepang sekarang bukanlah Generasi Pembenci Belanja. Selain itu, seperti yang dijelaskan pada subab sebelumnya, penulis tidak menyetujui pandangan yang menghilangkan perbedaan ekonomi, wilayah, serta generasi untuk menyatukan orang-orang yang memiliki rentang usia dekat ke dalam suatu kategori yang disebut Remaja. Setelah kehancuran masa Bubble, di Jepang telah muncul generasi remaja yang baru Gaya hidup hedonisme para fans AKB48 diukur dengan mengacu pada konsep AIO yang didefinisikan oleh Reynold. A yaitu Activities atau kegiatan, I yaitu Interest atau minat dan O yaitu Opinion atau pendapat. 1. Activities (Aktivitas atau Kegiatan) Kegiatan adalah tindakan nyata atau aktivitas yang dikakukan oleh para fans AKB48. Aktivitas disini meiliputi penampilan, kepemilikan barang yang berhubungan dengan AKB48 (Idol Goods), pola pergaulan, hobi. Di bawah ini dipaparkan beberapa hal untuk mengukur aktivitas: 1. Pemakaian baju dan aksesoris yang berhubungan dengan AKB48 2. Frekuensi menonton konser di teater AKB48, mengunjungi AKB Cafe, mengikuti acara salaman (Akushukai), kontes popularitas (Sousenkyo)dan event-event lainnya. 3. Aktivitas bertemu dan bersosialisasi dengan sesama fans 4. Aktivitas membeli Idol goods, Single, dan Album AKB48 2. Interest (minat) Interest atau minat terhadap gaya hidup hedonism adalah tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus ke hal-hal yang berhubungan dengan gaya hidup hedonisme. Interest diukur dengan: 1. Minat terhadap informasi mengenai Idol goods, acara konser, serta informasi mengenai acara salaman, tanda tangan, dan sebagainya. 2. Keinginan untuk berpenampilan dan bertingkah laku layaknya seorang fans idol sejati. 3. Keinginan untuk mendukung idol favorit dengan cara-cara ekstrim. 3. Opinion (Pendapat) Opini adalah jawaban lisan atau tertulis yang diberikan responden terhadap pertanyaan mengenai gaya hidup hedonisme. Opini berisikan penafsiran, harapan dan evaluasi terhadap gaya hidup hedonisme. Sedangkan opini diukur dengan:

10 1. Pendapat responden mengenai frekuensi dalam mengunjungi teater AKB Pendapat responden mengenai jumlah suara yang dimasukkan dalam kontes popularitas AKB48 dalam Sousenkyo ( 総選挙 ). 3. Pendapat responden mengenai cara untuk menanggulangi sisa CD single ( 総選挙 ) dalam jumlah besar yang sudah diambil kertas votingnya. 4. Pendapat responden mengenai kecukupan dari kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan) untuk hidup sehari-hari. Gaya hidup hedonis para penggemar AKB48 AKB48 diciptakan oleh produser Akimoto Yasushi dengan berdasarkan 2 konsep, yaitu, Idol yang dapat ditemui langsung, dan Idol yang dapat dipromosikan oleh para fans. Kedua konsep inilah yang menjadi perbedaan terbesar dari AKB48 dengan grup idol Jepang yang ada selama ini. Produser Akimoto menjelaskan perbedaan antara AKB48 dengan idol tahun 80 Jepang, yang bernama おニャン子クラブ (Onyanko Kurabu) Dalam sebuah wawancara yang tertulis dalam buku AKB48 の秘密の教科書 (AKB48 no Himitsu no Kyoukasyo), sebagai berikut, Jika mau disebutkan, perbedaan terbesar dari Onyanko Kurabu dan AKB48 adalah, Onyanko disampaikan secara satu arah melalui media televisi kepada masyarakat, namun AKB48 dimulai dari satu teater yang berkapasitas maksimum 250 orang dan disebarkan melalui jaringan para fans sendiri. (AKB48 no Himitsu no Kyoukasyo, 2011:15-16). Setelah kesuksesan stragtegi awalnya, prodesuer Akimoto mulai melaksanakan projek Sister Group. Projek ini bertujuan untuk membuat grup sub-unit dari AKB48 yang berpusat di teater utamanya di Akihabara. Sebagai hasilnya, di tahun 2008 muncul sub-unit baru di kota Nagoya yaitu, SKE48. Setelah SKE48, AKB48 terus melebarkan sayapnya hingga daerah Namba, Osaka, dengan dibuatnya sub-unit NMB48 di tahun 2010, serta daerah Fukuoka, Kyushu, dengan sub-unit yang bernama HKT48. Tidak hanya itu, setelah projek Sister Group berhasil meraih kesuksesan secara nasional, AKB48 juga menargetkan untuk mencapai level internasional dengan menciptakan sub-unit di luar Jepang. Pencapaian ini ditandai dengan lahirnya sub-unit di kota Jakarta, Indonesia, yang disebut JKT48, di kota Taipei, Taiwan, TPE48, serta di kota Shanghai, RRC, SNH48. Menaikkan pamor artis dengan cara menggelar konser di luar negeri bukanlah suatu hal yang baru, tetapi pengembangan Idol menuju level internasional dengan pembuatan sub-unit di Negara lain jelas berbeda dengan sistem yang ada selama ini. Ini juga merupakan salah satu keunikan tersendiri dari AKB48. Dalam Bab 1 telah dijelaskan mengenai latar belakang AKB48, serta sistem kontes popularitas, 総選挙 ( Sousenkyo). Sousenkyo adalah sistem yang diciptakan oleh produser Akimoto Yasushi untuk meningkatkan popularitas AKB48. Sistem ini menentukan member AKB48 yang berhak untuk ikut serta dalam Single terbaru yang akan dirilis setelah Sousenkyo. Single AKB48 biasanya dinyanyikan oleh para member yang dipilih (Senbatsu Member) oleh produser Akimoto dan para stafnya. Namun melalui Sousenkyo, member AKB48 yang ikut serta dalam Single terbaru ditentukan oleh sistem ranking, sehingga seluruh member memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk ikut serta, tentu saja bagi para member ini adalah kesempatan besar. Selain itu, 21 orang member dengan suara terbanyak akan lebih diutamakan dalam pemunculan di media televisi maupun majalah,. Sistem ini mengikutsertakan para fans dalam melakukan pemungutan suara untuk menentukan ranking. Dengan kata lain, melalui Sousenkyo para fans dapat mempromosikan member AKB48 favorit mereka secara langsung. Sistem pemungutan suara dalam Sousenkyo tampak demokratis, namun sesungguhnya tidak demikian. Sebab untuk memasukkan satu suara dalam Sousenkyo para fans harus membeli CD single terbaru AKB48 atau menjadi member fan club, dengan kata lain agar dapat memasukkan suara sebanyak mungkin, para fans harus membeli Single dalam jumlah besar. Hasilnya, banyak fans yang membeli CD single dalam jumlah puluhan bahkan ratusan keping demi memenangkan member favorit mereka, tetapi bagi para fans dedikasi seperti itulah yang memberikan kesenangan dan kenikmatan bagi mereka. Telah dijelaskan beberapa perbedaan antara AKB48 dengan Idol Jepang yang ada selama ini. AKB48 tidak hanya dapat detemui secara langsung, tetapi dapat juga dipromosikan oleh para fans sendiri. Kedua konsep baru inilah yang membuat AKB48 dapat berkembang secara nasional maupun internasional. Popularitas yang tinggi dan perkembangan yang luas telah mengubah AKB48 dari sekedar Idol Grup menjadi fenomena sosial. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh penulis, secara luas fans AKB48 dapat dibagi menjadi 3 kategori:

11 1. Penggemar Biasa, penggemar tipe ini menyukai idol, namun mereka hanya memandang idol sebagai media rekreasi atau hobi. Tipe ini sama seperti orang-orang yang menganggap hobi sebagai penghilang stress atau tempat pelarian sementara, setelah hati terpuaskan, mereka dapat kembali untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tipe ini tidak terlalu banyak menghabiskan uang untuk AKB48, mereka hanya ingin mendukung idol favorit mereka dari kejauhan. Mereka membeli CD Single, juga menonton konser AKB, namun itu tetap berada dalam batasan media hiburan. 2. Penggemar Antusias, penggemar tipe ini memiliki ciri-ciri dari tipe sebelumnya, tetapi mereka lebih antusias dibandingkan tipe penggemar biasa dalam mendukung idol favorit mereka. Tipe ini tidak hanya membeli CD Single, tapi mereka juga membeli goods AKB48 lainnya, seperti kipas, album foto, poster dan lainnya. Mereka selalu mencari dan mengetahui berbagai informasi mengenai AKB48 di atas standar tertentu. Meskipun tipe ini menghabiskan uang lebih banyak jika dibandingkan dengan tipe pertama, mereka masih memiliki kesadaran bahwa idol tidak lebih dari sebuah media hiburan. Namun di sisi lainnya, mereka juga memiliki pandangan hedonis bahwa uang yang dihabiskan untuk hobi adalah untuk membeli kesenangan dan kenikmatan sesaat, dan itu memberikan nilai tersendiri pada diri mereka. 3. Penggemar Fanatik, penggemar tipe ini memiliki semua karateristik dari dua tipe sebelumnya, namun mereka berada di tingkat yang lebih ekstrim. Penggemar fanatik AKB48 sama sekali tidak akan merasa sayang untuk menghabiskan uang untuk mendukung idol mereka. Mereka tidak lagi memandang AKB48 sebagai sekedar media hiburan, tetapi sebagai tujuan hidup. Kesetiaan penggemar fanatik dalam mengikuti konser dan event salaman AKB48 didukung bukan dengan pemikiran untuk mengenal idol mereka, tetapi sebaliknya justru supaya para idol ini dapat mengenal dan mengingat wajah mereka. Beradasarkan data penulis, sebagian besar fans AKB48 yang membeli puluhan, ratusan keping CD Single dalam Sousenkyo termasuk ke dalam penggemar tipe ini. Penggemar Fanatik merasakan kepuasan dan kebanggaan saat mereka berhasil memenangkan member AKB48 yang mereka dukung dalam Sousenkyo, karakteristik seperti ini sangat mirip dengan penggemar fanatik sepak bola. Kritikan serta pandangan buruk yang diterima penggemar fanatik dari masyrakat banyak disebabkan oleh gaya hidup dan aktivitas mereka yang tampak tidak wajar. Namun, bagi mereka gaya hidup seperti itu adalah tujuan hidup, beberapa bahkan merasa dapat mengekspresikan dirinya secara jauh lebih baik melalui cara seperti ini. Meskipun pada akhirnya tetap tidak menerima apa-apa selain kepuasan dan kenikmatan sesaat, tetapi itu adalah suatu bentuk kebahagiaan tersendiri. Grafik berikut menggambarkan angka yang berdasarkan hasil angket yang dibagikan pada Sōsenkyo ke-4, tahun 2011 (hasil dari responden) Gambar 3.7 Grafik jumlah penggemar AKB48 yang memasukkan suara dalam Sōsenkyo ke-4, tahun 2011berdasarkan rentang usia( Sumber: Seijiyama)

12 Gambar 3.8 Grafik jumlah penggemar AKB48 yang memasukkan suara dalam Sōsenkyo ke-4, tahun 2011berdasarkan jenis kelamin dan usia( Sumber: Seijiyama) AKB48 disukai dan dipuja oleh para remaja Jepang dari berbagai golongan, hal ini sudah tidak dapat dipungkiri. Professor Inamasu Tatsuo ( 稲増龍夫 )dari jurusan sosiologi Universitas Hōsei memberikan pendapatnya mengenai AKB48 sebagai berikut, Idol seperti Onyanko Kurabu berhasil meraih kesuksesannya di akhir tahun 80-an berkat kekuatan media televisi, namun pencapaiannya yang singkat membuat idol ini tidak dapat bertahan lebih dari 2 tahun. Produser Akimoto Yasushi ingin menciptakan idol yang dapat bertahan dalam jangka waktu lebih panjang, dengan ide tersebut dibentuklah AKB48. Pertama dengan konsep Idol yang dapat ditemui secara langsung, para anggota kelompok dapat memberikan suasana akrab dengan para fansnya. Setelah itu, grup idol ini melebarkan ruang aktivitas promosinya melalui internet. Salah satu aktivitas promosinya adalah Sōsenkyo yang pertamanya di tahun Sistem Sōsenkyo inilah yang membuat para fans merasakan keikutsertaan mereka dalam mempromosikan idol. Sebagai hasilnya, Sōsenkyo bahkan sampai menarik golongan yang tadinya tidak tertarik dengan AKB48, sehingga memunculkan sebuah fenomena di tengah masyarakat. (Inamasu, Kenyataannya AKB48 juga menuai banyak kritikan dari masyarakat adalah sesuatu yang tidak dapat disangkal. Berdasarkan data-data yang ditemukan oleh penulis, kritikan-kiritkan ini umumnya berkaitan dengan event seperti Sousenkyo, serta strategi marketing untuk meningkatkan angka penjualan goods dan CD yang secara tidak langsung membuat para fans AKB48 menghabiskan banyak uang demi idol mereka. Ada beberapa cara untuk memasukkan suara dalam kontes Sousenkyo, tetapi cara yang dapat digunakan untuk memasukkan suara lebih dari sekali hanya ada satu. Yaitu dengan membeli CD Single AKB48 lebih dari satu keping. Tidaklah heran saat masa pemilihan sudah berakhir, para fans menumpuk CD sebanyak puluhan hingga ratusan keping. Jika memang ingin mendengar dan menikmati lagu-lagu AKB48, seharusnya membeli satu atau dua keping CD sudah lebih dari cukup. Permasalahannya adalah, semua CD tersebut bernilai lebih karena terdapat kupon voting Sousenkyo yang terselip di dalamnya. Namun, saat kupon dalam jumlah besar itu sudah digunakan, maka semua CD yang kehilangan nilainya itu sudah tidak berguna lagi. Penulis memperoleh data-data angket yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang mengelola toko barang second untuk Game, CD, serta buku-buku yang bernama Sunset Corporation di kota Ichikawa, prefektur Chiba mengenai akhir dari CD Single AKB48 yang dibeli dalam jumlah besar. Angket dibagikan dari tanggal 8-14 Mei, Jumlah angket yang berhasil dikumpulkan adalah 1610 orang (Pria 1414 orang, Wanita 196 orang, Rentang Usia tahun 524 orang, Rentang Usia tahun, 639 orang, Rentang Usia tahun 329 orang, sedangkan 40 tahun ke atas 118 orang). Hasil dari angket tersebut dibuat menjadi grafik berikut.

13 Gambar 3.9 Grafik Angket Akhir Penggunaan CD Single AKB48. Oranye: Dijual Kembali ke Toko Barang second, Biru Tua: Menyimpan semua CD, Hijau: Dibagikan ke Teman atau Saudara, Ungu: Dibuang (Sumber: Diamond Online) Berdasarkan grafik di atas, responden yang menjawab Menjual CD ke toko barang second atau recycle shop adalah yang terbanyak, sekitar 57,3%. Tetapi, biar bagaimanapun toko-toko ini tetap memiliki batas untuk menampung CD sebanyak itu, bila jumlahnya sudah terlalu besar, maka kemungkinan tidak akan diterima lagi. Jika saat ini kita pergi ke toko barang second di Akihabara, kita dapat melihat CD Single AKB48 yang dijual seharga 50 yen sekeping, harga ini menurun drastis bila dibandingkan dengan harga awalnya yang berkisar 1600 yen untuk satu kepingnya. Responden yang menjawab Menyimpan semua CD yang sudah dibeli, berjumlah 23,5%. Setelah itu adalah responden yang menjawab, Membagikan CD secara gratis ke teman-teman sebanyak 16,5%. Namun yang paling mengkhawatirkan adalah responden yang menjawab, Membuang CD Single yang berlebih. Meskipun jumlah responden yang menjawab seperti ini tidak lebih dari 2,7%, tetapi apapbila di antara orang-orang tersebut ada yang membeli hingga puluhan hingga ratusan keping, akibatnya dapat mengotori lingkungan. Sebagai buktinya, saat Sousenkyo ke-4 berakhir, ditemukan tumpukan CD Single AKB48 dalam jumlah besar dalam kardus atau kantong plastik yang dibuang begitu saja di beberapa lokasi di kota Tokyo. Foto tumpukan CD yang dibuang itu mengalir di internet dan menuai banyak kritikan dari masyarakat Jepang. Kejadian seperti ini tidak hanya terbatas pada Sousenkyo, sebab strategi marketing yang sama juga dilakukan dalam penjualan tiket untuk acara salaman member AKB48. AKB48 banyak menerima kritikan yang serius dari berbagai kalangan di dalam masyarakat Jepang. AKB48 memiliki sisi negatif yang membuat orang mempertanyakan nilai grup ini sebagai sebuah idol, namun justru di balik fenomena AKB48 inilah terdapat jawaban dari gaya hidup hedonis yang ada di antara para remaja penggemar AKB48. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis yang penulis lakukan di bab 3, dapat disimpulkan film animasi Mononoke Hime mengandung unsur-unsur feminisme, atau lebih khususnya lagi dinamakan dengan feminisme radikal. Unsur-unsur feminisme radikal ini terlihat terutama pada tokoh Eboshi dan para pekerja di Tataraba tempat Eboshi mendirikan dan memimpin pabrik besi. Pada tokoh Eboshi, ia mendirikan sebuah pabrik besi dimana wanita dan pria bisa bekerja secara sama dan setara, berbeda dengan kondisi masyarakat dimana wanita tidak dianggap setara dengan pria. Eboshi bukan hanya mendirikan pabrik saja. Ia mendapatkan para pekerja di tempatnya dengan cara yang tidak biasa. Eboshi membeli para wanita yang akan dijual, lalu memperkerjakan mereka di pabrik tersebut. Keadaan di dalam film animasi ini menggambarkan sistem partiarkal yang berlaku di dalam

14 masyarakatnya. Eboshi mencoba menghancurkan sistem tersebut, dengan cara membuat suatu tempat dimana wanita dan pria dianggap setara. Akan tetapi, para pekerja pria di Tataraba menganut paham Misogini. Misogini adalah kondisi dimana orang membenci wanita dan terkesan merendahkannya karena hal-hal tertentu misalnya reproduksi dan lain sebagainya. Selain itu, Eboshi juga mencerminkan seorang wanita yang androgini. Wanita dengan sifat androgini adalah wanita yang mempunyai sifat baik feminim dan maskulin yang seimbang di dalam dirinya. Sifat maskulin dalam diri Eboshi terlihat ketika Eboshi berusaha mempertahankan pabriknya dengan cara mengajarkan para wanita cara menggunakan senjata dan berusaha mencari cara untuk menciptakan senjata yang lebih ringan sehingga lebih mudah digunakan oleh wanita. Sedangkan sifat feminim bisa dilihat ketika Eboshi mengobati orang-orang sakit di pabriknya dan ketika ia mempertunjukkan ambisinya untuk membunuh dewa rusa yang tadinya dianggap mustahil oleh banyak orang. Dengan melihat beberapa potongan adegan yang sudah dianalisis sebelumnya, benar bahwa tokoh Eboshi dan para pekerja wanita di Tataraba menganut ideologi feminisme radikal dikarenakan tekanan dari keadaan sosial dimana pria dianggap lebih dominan dibanding wanita. REFERENSI AKB48 Hodouhan. (2011). AKB48 no Himitsu no Kyokasho. Tokyo: Data House Arakawa, Shoji. (2009). Nihon no Rekishi: senkyūhyakugojūgonen kara genzai, yutakasa he no katsubō (16). Tokyo: Shogakukan Furuichi, Noritoshi. (2011). Zetsubō no Kuni no Koufuku na Wakamono Tachi. Tokyo: Kōdansha Genda, Yuji. (2001). A Nagging Sense of Job Insecurity: The new Reality Facing Japanese Youth ( Diterjemahkan oleh Jean Connell Hoff). Tokyo: Chōgin Kokusai Raiburarī GyoSho Inoki, Takenori. (2000). Nihon no Kindai: keizai seichō no kajitsu (7). Tokyo: Chūou Kouron Shinsha Kumurotomo, Wahyudi. (2000). Etika Administrasi Negara, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Miyazaki. (2012). AKB48 bijinesu moderu nit tsuite no kousatsu. Tokyo: Meiji Daigaku Mizogami, Shinichi. (2004). Gendai Daigakuseiron Yunibashiti. Buru no Kaze ni Yureru. Tokyo: NHK Shuppan Nakamura, Masanori. (2005). Sengoshi. Tokyo: Iwanami Shoten Sasaki, Takashi. (2000). Nihon no Kindai: media to kenryoku (14). Tokyo: Chūou Kouron Shinsha Scarpi, D. (2006). Fashion stores between fun and usefulness. Journal of Fashion marketing and management (pp. 7-24). Itali: Emerald Group Publishing Limited Takatori, Sonobe, Narizuka, Hara, & Tokukura. (2010). Aidoru kanrenzai no jyuyō kanki ni yoru nihon keizai kasseika: mawari no me ni yoru kōbai chucho no kaishō. Tokyo: Tama Daigaku RIWAYAT PENULIS Ivan Martika lahir di kota Jakarta, pada tanggal 28 Februari Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra Jepang pada tahun 2013.

Bab I. Pendahuluan. Model, Katou Shizuko:2) disebutkan bahwa Idol adalah sebutan bagi

Bab I. Pendahuluan. Model, Katou Shizuko:2) disebutkan bahwa Idol adalah sebutan bagi Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah jurnal penelitian yang dikeluarkan oleh Universitas Meiji yang berjudul AKB48 ビジネスモデルについての考察 ( AKB48 bijinesu moderu nit tsuite no kousatsu, Investigation

Lebih terperinci

Bab III. Analisis Data. 3.1 Pengaruh Perekonomian Bubble di Jepang terhadap Kemunculan

Bab III. Analisis Data. 3.1 Pengaruh Perekonomian Bubble di Jepang terhadap Kemunculan Bab III Analisis Data 3.1 Pengaruh Perekonomian Bubble di Jepang terhadap Kemunculan Fenomena AKB48 Remaja atau wakamono ( 若者 ) di Jepang merujuk pada orang yang berusia 15-30 tahun, kata ini mulai populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak 4 tahun yang lalu, industri musik Jepang tengah mengalami pergeseran kekuasaan dan kejayaan dari para penyanyi solo bersuara merdu dan juga band beraliran Japanese-Rock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menunjukkan skala berkembang, tumbuh besar, mempercepat dan memperdalam dampak arus dan pola interaksi sosial antar benua (Held dan McGrew, 2002:12). Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu hubungan dalam kehidupan manusia, tidak pernah terlepas dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Suatu hubungan dalam kehidupan manusia, tidak pernah terlepas dari adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu hubungan dalam kehidupan manusia, tidak pernah terlepas dari adanya komunikasi. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak empat tahun yang lalu, industri musik Jepang tengah mengalami pergeseran kekuasaan dan kejayaan dari para penyanyi solo bersuara merdu dan juga band beraliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah realita kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang ini masih terbilang cukup unik. Karena dengan menawarkan begitu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari hiburan. Alasannya karena film adalah sebuah hiburan yang dapat dijangkau dari segala

Lebih terperinci

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP:

PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG. Oleh : Amaliatun Saleha NIP: PARASITE SINGLE SEBUAH FENOMENA SOSIAL KONTEMPORER DI JEPANG Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001 JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006 ABSTRAK Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fashion merupakan hal yang memiliki berbagai macam arti. Fashion sendiri sebenarnya tidak hanya mengacu kepada gaya berbusana saja. Dengan kata lain, fashion merujuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, perkembangan jaman yang semakin maju membawa kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang tak lepas dari teknologi. Keberadaan teknologi yang semakin

Lebih terperinci

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan teknologi informasi di Indonesia berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah dengan masuknya budaya

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang aktivitasnya sejak kecil hingga dewasa, mulai dari pagi hari hingga larut malam. Dalam hidupnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya semua orang yang hidup di dunia ini memiliki kebutuhan untuk membuatnya bertahan hidup. Kebutuhan tersebut dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka dengan sendirinya akan menimbulkan adanya perubahan di segala bidang seperti mode, informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi dalam penampilan mereka atau yang biasa disebut dengan boyband dan girlband menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi tersebut membuat berbagai perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

AGAR ANGGARAN HIBURAN TIDAK KEBABLASAN

AGAR ANGGARAN HIBURAN TIDAK KEBABLASAN AGAR ANGGARAN HIBURAN TIDAK KEBABLASAN Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 836/XVI Kali ini, saya akan berbicara tentang hiburan. Ya, bicara tentang hiburan. Tak bisa dipungkiri bahwa hiburan

Lebih terperinci

BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11

BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11 24 BAB 3 PERSEPSI MAHASISWA JEPANG TENTANG ISLAM YANG MUNCUL SETELAH MENONTON TELEVISI PASCAPERISTIWA 9/11 3.1 Mahasiswa dan Media Televisi Mahasiswa merupakan salah satu unsur penting dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah 11 24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan usia 11 tahun adalah usia ketika

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, masyarakat lebih moderen ditandai dengan adanya perkembangan teknologi secara besar-besaran. Komunikasi manusia tidak mengenal jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi 1 BAB I PENDAHULUAN B. LATAR BELAKANG Jepang telah menyebarkan pengaruh budayanya ke seluruh dunia terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi Jepang) dan Manga (Komik Jepang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkatan yang lebih luas lagi yaitu menjalin sebuah interaksi dan hubungan pada

BAB I PENDAHULUAN. tingkatan yang lebih luas lagi yaitu menjalin sebuah interaksi dan hubungan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalin sebuah komunikasi yang efektif, setiap manusia harus saling menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Tentang Kebudayaan ayat 1 bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak individu menganggap bahwa tampil menarik di hadapan orang lain merupakan suatu hal

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang industri. Dengan berkembangnya industri, maka muncullah kota-kota baru sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peranan media. Media massa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan sesuatu yang akan membantu dan menunjang kehidupannya,

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan sesuatu yang akan membantu dan menunjang kehidupannya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peradaban manusia semakin waktu akan semakin maju. Manusia akan terus menciptakan sesuatu yang akan membantu dan menunjang kehidupannya, contohnya ialah perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya teknologi memberikan dampak terhadap gaya hidup khususnya bagi kaum remaja saat ini. Hal tersebut dikarenakan mudahnya mereka mengakses informasi

Lebih terperinci

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, negara-negara di dunia sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai hal. Perkembangan yang pesat ini kerap kali disebut globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. Ditengah perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. girlband, boyband hingga idol grup yang mulai masuk kedalam keberagaman

BAB I PENDAHULUAN. girlband, boyband hingga idol grup yang mulai masuk kedalam keberagaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri musik di Indonesia saat ini sudah sangatlah pesat, ditandai dengan hadirnya berbagai macam jenis musik seperti grup band, girlband, boyband

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia cukup pesat dari tahun ke tahun, hal ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan oleh The Japan Foundation yang berpusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini tidak terlepas dari modernisasi yang memposisikan pencitraannya sebagai suatu bentuk globalisasi yang terus bergulir. Selaras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang menjadi bagian dari Perang Dunia II dan mengalami kekalahan. Kekalahan ini yang menyebabkan ekonomi Jepang memburuk, karena dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini telah membuat berbagai perusahaan berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis barang

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Ditinjau dari tujuan dan kasus yang diangkat dalam penelitian ini, maka subjek yang diambil harus memenuhi kriteria tertentu, oleh karena itu, teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak dan dewasa adalah fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi salah satu objek kajian di bidang pemasaran khususnya perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi salah satu objek kajian di bidang pemasaran khususnya perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku pembelian kompulsif konsumen merupakan suatu fenomena yang dapat menjadi salah satu objek kajian di bidang pemasaran khususnya perilaku konsumen. Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fashion bukan hanya tentang pakaian namun mencakup peran dan makna pakaian

BAB I PENDAHULUAN. Fashion bukan hanya tentang pakaian namun mencakup peran dan makna pakaian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion telah membawa pengaruh besar terhadap globalisasi dan gaya hidup. Fashion bukan hanya tentang pakaian namun mencakup peran dan makna pakaian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI Primadhina NPH, Wahyu Selfiana Harta, Leni Nurul Azizah, Fadhilla Dwi Utami Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Advertising atau iklan bisa jadi merupakan salah satu hal yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Advertising atau iklan bisa jadi merupakan salah satu hal yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Advertising atau iklan bisa jadi merupakan salah satu hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari setiap orang. Istilah iklan sudah tidak asing di telinga

Lebih terperinci

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG Elsa Puji Juwita, Peran Media Sosial terhadap Gaya Hidup Siswa PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG Elsa Puji Juwita 1, Dasim Budimansyah 2, Siti Nurbayani 3 1 SMA PGRI Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer yaitu budaya yang terjadi karena adanya budaya massa. Budaya massa lahir karena adanya masyarakat (massa) yang menggeser masyarakat berbasis tradisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Media massa cetak dan elektronik merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Setiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki segudang kesenian dan kebudayaan yang sangat menarik untuk kita gali. Banyak sekali kebudayaan serta kesenian Indonesia yang sudah mulai punah karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi saat ini. Kemajuan teknologi komunikasi ditandai dengan semakin luasnya jaringan televisi,

Lebih terperinci

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga 1. Latar Belakang Dunia pertelevisian di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat di iringi dengan semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga selalu berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi-teknologi baru yang muncul semakin pesat belakangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi-teknologi baru yang muncul semakin pesat belakangan ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi-teknologi baru yang muncul semakin pesat belakangan ini menunjukkan semakin bertambahnya kecerdasan dari manusia sejalan dengan berkembangnya waktu. Akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. pergeseran joseigo dalam lagu berbahasa Jepang adalah sebagai berikut: 1. Pola pikir feminisme yang mempengaruhi gaya bahasa yang

BAB IV KESIMPULAN. pergeseran joseigo dalam lagu berbahasa Jepang adalah sebagai berikut: 1. Pola pikir feminisme yang mempengaruhi gaya bahasa yang BAB IV KESIMPULAN Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab terjadinya pergeseran joseigo dalam lagu berbahasa Jepang adalah sebagai berikut: 1. Pola pikir feminisme yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirilis oleh majalah Marketeers (Marketeers, 27 Oktober 2011) yang. di Indonesia memberikan gambaran mengenai trend penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. dirilis oleh majalah Marketeers (Marketeers, 27 Oktober 2011) yang. di Indonesia memberikan gambaran mengenai trend penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan internet di Indonesia berkembang terus dari tahun ke tahun seiring dengan perbaikan infrastruktur yang dibangun. Hasil riset memperlihatkan bahwa

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dapat menunjukkan dari lingkungan sosial seperti apa seseorang itu berasal.

Bab 1. Pendahuluan. dapat menunjukkan dari lingkungan sosial seperti apa seseorang itu berasal. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa yang selalu dinamis mengikuti perubahan jaman telah berkembang dengan pesat, seiring dengan berkembangnya masyarakat pengguna bahasa itu sendiri. Mengenai bahasa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Representasi Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur (Studi Fenomenologi Pada Universe Cover Ease Entry (U-CEE)

Lebih terperinci

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting. Modul ke: 11 Syaifuddin, Fakultas Ilmu Komunikasi Produksi Berita TV Daya Pengaruh Siaran TV S.Sos, M.Si Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id Daya Pengaruh Siaran TV Televisi saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat, akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat, akan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang semakin modern, teknologi yang berkembang pesat serta kehidupan manusia yang dinamis selalu berubah diiringi dengan tingkat pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat

Lebih terperinci

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR 69 Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR Feryanto W. K. 1 1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya,

Bab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Semakin banyak orang Jepang baik tua, muda, wanita, dan pria menjalankan bedah kosmetik saat mereka tidak suka dengan apa yang mereka lihat di kaca. Makna bedah kosmetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penulisan skripsi ini berangkat dari pengamatan dan kesan penulis ketika melihat sikap dan tingkah laku anak muda yang cenderung tidak mengenal dan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa abad yang lalu pada waktu penduduk dunia belum sepadat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa abad yang lalu pada waktu penduduk dunia belum sepadat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa abad yang lalu pada waktu penduduk dunia belum sepadat zaman sekarang, tehnik daripada produksi dan pengangkutan masih bersifat sederhana, dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah negara maju yang terkenal dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, namun tidak begitu saja meninggalkan budaya lama yang sudah lama melekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya pembangunan mall atau shopping centre semakin pesat. Hal ini terjadi dikarenakan, pada saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi massa semakin pesat dan mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dewasa ini, sehingga informasi dapat berpindah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008, p.37) ditinggalkan baik oleh wanita maupun pria. Wanita maupun pria di

BAB I PENDAHULUAN. serasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008, p.37) ditinggalkan baik oleh wanita maupun pria. Wanita maupun pria di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kecantikan adalah: anggapan untuk suatu objek yang molek dan lainnya tampak serasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008, p.37) Kecantikan juga mulai menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil insight yang didapat dari masing-masing Key Stakeholder di Jakarta dan observasi secara langsung dalam mengamati perilaku konsumen musik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu alat media massa yang paling digemari oleh masyarakat. Karena televisi telah ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk menunjukkan pertumbuhan, perkembangan, dan eksistensi kepribadiannya. Obyek sosial ataupun persepsi

Lebih terperinci