LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2016"

Transkripsi

1 LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2016 Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

2 LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja lnstansi pemerintah Tahun Anggaran 2016,s-lÍt tr, lfi,il,^tj Deputi Bidang Koordinasi Kerja sama Ekonomi lnternasionat Kementerian Koordinator Bidang perekonomian Republik lndonesia

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi... C. Aspek Strategis D. lsu Strategis o I BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Renstra B. Renja C. Perjanjian Kìnerja... D. Pengukuran Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 17 A. Capaian Kinerja Organisasi B. Analisis Capaìan Kinerja Organisasi..,..,.,..., C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu D. Realisasi Anggaran 37 BAB tv PENUTUP LAMPIRAN Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Manual IKU Tahun 2016 Rincian Koordinasi dan Sinkronisasi Tahun 2016

4 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomìan Tahun 2016 merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada public atas kìnerja pencapaian visi dan misinya pada Tahun Selain itu, Laporan Kinerja juga merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Deputì Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerìan Koordinator Bidang Perekonomian mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor B Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja lnstansi Pemerìntah, berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 T ahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja lnsiansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tanggal 19 Mei 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. lndikator- indicator kinerja yang diukur dalam Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerìan Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2016 adalah ind ikator-ind ikator yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) antara Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi lnternasional, Kementerìan Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Perekonom ia n. Dengan semangat transparansi dan komitmen untuk memberikan koniribusi terbaik, Deputi Bìdang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan terus berupaya membangun kultur organisasi yang lebih transparan dan akuntabel, agar kepercayaan public terhadap Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan semakin meningkat.

5 Laporan Kinerja ini diharapkan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan dan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Jakarta, Januari 2017 Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional,,. Rizal Affandi Lukman

6 RINGKASAN EKSEKUTIF Visi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Deputi VII) adalah: Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan di bidang kerja sama ekonomi internasional. Misinya adalah: Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian di bidang kerja sama ekonomi internasional Sedangkan Tujuannya adalah: Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional Pada tahun 2016 ini Deputi VII, Kemenko Perekonomian telah menetapkan 5 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU). Ke-lima IKU tersebut telah ditetapkan oleh Deputi VII dan disetujui oleh Menko Perekonomian dalam Perjanjian Kinerja (PK). Dalam PK Deputi VII tahun 2016 memiliki Sasaran Strategis yang diukur dengan 5 indikator kinerja yaitu : 1) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi yang terselesaikan; 2) Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA); 3) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; 4) Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; 5) Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional. Pencapaian kinerja rata-rata kegiatan Deputi VII, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Tahun Anggaran 2016 telah berjalan dengan baik. Adapun masing-masing capaiannya sebagai berikut: 1) Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan; Sepanjang tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional telah menyelesaikan kesepakatan sebanyak 23 kesepakatan dari target yang telah ditetapkan sebanyak 28 kesepakatan. Sehingga realisasinya

7 mencapai sebesar 82,6% dari target 85% atau mempunyai kinerja 97%. Salah satu faktor target tidak tercapai adalah adanya pemotongan anggaran dan selfblooking yang dilakukan pada tahun ini. 2) Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA; Deputi VII dapat merealisasikan 88,89% dari Pencapaian kesepakatan MEA untuk penguatan daya saing nasional. Dimana capaian kesepakatan MEA meliputi penyelesaian Strategic Action Plan (AEC) Blueprint 2025, penyelesaian komitmen liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS) paket ke-10 dari 39 pending matters subsektor, dapat diselesaikan 26 sub sektor AFAS 10, dan penyelesaian sertifikasi Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Tourism Professional. Target tahun 2016 sebesar 80%, realisasi mencapai 88,89%, sehingga kinerja mencapai 111%. 3) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Sepanjang tahun 2016, Deputi VII mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti sebanyak 28 kesepakatan dengan realisasi 24 kesepakatan. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 82,60% dari target 85% atau mempunyai kinerja 97%. 4) Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Pada hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pada tahun 2016, Deputi VII mencapai kinerja 104%. Dari 42 rekomendasi monev yang direncanakan, terdapat 37 rekomendasi yang ditindaklanjuti, dengan realisasi 88,10%, dari yang ditargetkan 85%. 5) Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional. IKU ini ditetapkan untuk mengukur pemahaman peserta terhadap kegiatan sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi Internasional. Metode pengukurannya menggunakan kuesioner yang disampaikan langsung kepada peserta sosialisasi. Terhadap IKU ini Kedeputian VII mencapai realisasi 86,80% dari target yang ditetapkan 85% dan menunjukkan kinerja 102%. 4

8 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja disusun sebagai implementasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional telah melakukan penyusunan Laporan Kinerja tahun 2016 sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan kepada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional. Kerjasama ekonomi internasional dapat didefinisikan sebagai hubungan antara suatu negara dengan negara atau dengan lembaga internasional lainnya dalam bidang ekonomi, perdagangan maupun investasi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Penyusunan Laporan Kinerja dilakukan selain didasari oleh ketentuan peraturan yang berlaku, juga merupakan perwujudan tekad untuk senantiasa bersungguhsungguh dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance. Laporan Kinerja Tahun Anggaran 2016 ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dan sekaligus memberikan informasi tentang hasil-hasil pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2016 untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan. Sebagaimana diketahui bersama, Tahun 2016 sesuai dengan arahan Bapak Presiden, seluruh Kementerian/Lembaga Pemerintah diwajibkan untuk melakukan 5

9 penghematan anggaran. Hal ini tentunya berdampak pada realisasi anggaran dan pencapaian kegiatan yang sudah direncanakan pada IKU. Sehubungan dengan kebijakan tersebut, Deputi VII telah mematuhi kebijakan penghematan anggaran dan melakukan selfblooking anggaran sesuai arahan dari Menko Perekonomian. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah sebagai berikut: 1. Kedudukan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. 2. Tugas Pokok Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional diberikan tugas untuk menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional. 3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional menyelenggarakan fungsi: 6

10 a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional; b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional; c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kerja sama ekonomi bilateral; d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kerja sama ekonomi multilateral; e. koordinasi, sinkronisasi, perumusan, pemberdayaan, dan pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi regional; f. pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional terdiri atas: (a) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Asia; (b) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika dan Timur Tengah; (c) ) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik; (d) ) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional; (e) ) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan; dan (f) Kelompok Jabatan Fungsional. Bagan struktur organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah sebagai berikut: 7

11 Gambar I.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Asia Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika dan Timur Tengah Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan Bidang Kerja Sama Ekonomi Asia Tengah dan Asia Timur Bidang Kerja Sama Ekonomi Asia Selatan dan Asia Tenggara Bidang Kerja Sama Ekonomi Eropa Bidang Kerja Sama Ekonomi Afrika dan Timur Tengah Bidang Kerja Sama Ekonomi Amerika Bidang Kerja Sama Ekonomi Pasifik Bidang Kerja Sama Ekonomi APEC dan Sub Regional Bidang Kerja Sama Ekonomi Pasifik Bidang Kerja Sama Ekonomi Multilateral Bidang Kerja Sama Ekonomi Pembiayaan Bidang Program dan Tata Kelola Kelompok Jabatan Fungsional C. ASPEK STRATEGIS Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis. Perannya sebagai koordinator untuk mengkoordinasikan dan mensinkronkan kebijakan kerja sama ekonomi internasional dan pengendali kebijakan kerja sama ekonomi internasional, perlu menjamin suksesnya pencapaian kinerja jangka panjang dan menyeluruh bagi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian guna mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode Posisi strategis menjadi arah gerak Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam menentukan Sasaran yang akan dituju. Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah (1) terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; (2) 8

12 terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan (3) terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional. D. ISU STRATEGIS Kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam rangka mengemban tugas dan fungsi untuk melaksanakan arah kebijakan pembangunan nasional maupun program program prioritas nasional dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan berkelanjutan, melalui strategi koordinasi dan sinkronisasi, pengendalian, studi kebijakan/kajian/telaahan dan sosialisasi kerja sama ekonomi internasional. Strategi tersebut merupakan langkah-langkah Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mendorong peningkatan kinerja sektor/lintas sektor menjadi lebih optimal baik dalam pelaksanaan program/kegiatan sektor atau lintas sektor menjadi lebih efektif dan efisien. Salah satu upaya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional adalah dengan meningkatkan dan memperkuat kerja sama ekonomi internasional secara lebih luas, baik dalam skema Free Trade Agreement (FTA) maupun partnership. FTA bagi kebanyakan masyarakat Indonesia adalah negatif dan dianggap sebagai suatu ancaman, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Indonesia dapat memilih FTA, skema-skema FTA yang dianggap tepat dan dapat menguntungkan Indonesia. Jadikan FTA sebagai peluang dan tantangan bagi Indonesia untuk memperluas pergaulan global dan mengambil manfaat ekonomi yang seluasluasnya untu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan pengelolaan sektor/lintas sektor dimaksud diharapkan dapat memberikan manfaat peningkatan produktivitas bagi sektor/lintas sektor bidang kerja sama ekonomi internasional. Untuk itu, fokus Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam upaya menuju sasaran strategis adalah : a) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Bilateral; b) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Multilateral; c) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Regional. 9

13 Sinkronisasi program dan kebijakan pemerintah antara pusat dan daerah serta pola pikir masyarakat dan pelaku usaha yang belum melihat secara keseluruhan potensi dan peluang serta manfaat yang dapat diraih dalam keterbukaan pasar global dan juga integrasi ekonomi ASEAN. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang tepat dan berbagai kebijakan serta perbaikan regulasi yang mendukung program-program penguatan dibidang-bidang yang strategis. Sinergitas antar Kementerian dan Lembaga juga perlu dioptimalisasikan, sehingga perumusan dan strategi yang dibuat sebagai modal untuk terjun di pasar global dapat memperkuat posisi tawar Indonesia dalam berbagai perundingan di forum Internasional. 10

14 BAB II PERENCANAAN KINERJA Sesuai tugas pokok dan fungsi, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai rencana strategis yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai selama kurun waktu lebih dari 1 (satu) tahun, dengan memperhitungkan potensi dan peluang, serta kendala yang ada. Renstra Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang mencakup Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, serta pencapaian tujuan dan sasaran diuraikan dalam bab ini. Sedangkan terkait sasaran yang akan dicapai dalam tahun 2016 dijelaskan dalam Rencana Kerja (Renja) A. RENCANA STRATEGIS 1. VISI Visi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah: Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan di bidang kerja sama ekonomi internasional 2. MISI Misi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah : Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian di bidang kerja sama ekonomi internasional 3. TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai dalam koordinasi kerja sama ekonomi internasional adalah: Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional 11

15 4. SASARAN STRATEGIS Sasaran strategis yang ingin dicapai Kedeputian Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam rangka mewujudkan tujuan, terkait dengan Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional, ditunjukkan dengan sasaran strategis 1, 2 dan sasaran strategis 3, yaitu: (1) terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; (2) terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan (3) terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional. B. RENCANA KERJA 2016 Untuk mewujudkan sasaran strategis telah ditetapkan Rencana Kerja Tahun 2016 dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional, melalui kegiatan : Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amerika & Pasifik Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional & Sub Regional Koordinasi dan sinkronisasi KSE Multilateral & Pembiayaan 2) Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional, melalui kegiatan: Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amrika & Pasifik Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional & Sub Regional Koordinasi dan sinkronisasi KSEMultilateral & Pembiayaan 3) Terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional, melalui kegiatan: 12

16 Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Asia Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Amerika & Pasifik Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Eropa, Afrika & Timur Tengah Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Regional & Sub Regional Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Multilateral & Pembiayaan Untuk lebih jelasnya rencana kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Tahun 2016 Program Sasaran Strategis Kegiatan Anggaran Awal Anggaran Setelah Pemotongan Koordinasi Kebijakan di Bidang Perekonomian Terwujudnya kordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerja sama ekonomi internasional Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amerika & Pasifik Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika dan Timur Tengah Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional dan Sub Regional Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Koordinasi dan sinkronisasi KSE Multilateral dan pembiayaan Rp ,- Rp ,- Terwujudnya pengendalian Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Asia Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Amerika & Pasifik Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Regional & Sub Regional Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Multilateral & Pembiayaan Rp ,- Rp ,- Terwujudnya pemahaman peserta atas materi Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Asia Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Amerika & Pasifik Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Eropa, Afrika & Timur Tengah Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- 13

17 Program Sasaran Strategis Kegiatan Anggaran Awal Anggaran Setelah Pemotongan sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Regional & Sub Regional Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Multilateral & Pembiayaan Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- TOTAL Rp ,- Rp ,- Pagu awal Deputi VII tahun 2016 sebesar Rp ,- (sesuai dengan pagu anggaran di dokumen Perjanjian Kinerja). Setelah dikurangi pemotongan anggaran & self blocking, total pagu anggaran Deputi VII menjadi ,-. Karena itu pagu anggaran yang digunakan dalam laporan kinerja Deputi VII adalah pagu setelah pemotongan & self blocking. C. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian Kinerja (PK) pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain adalah untuk: meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur. Dokumen PK merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian Kinerja pada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional ditetapkan hanya hingga level Eselon II. Untuk level eselon di bawahnya hingga pelaksana, kontrak kinerja individu tertuang dalam Sasaran Kerja Pegawai. Pencapaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan IKU disesuaikan dengan level 14

18 organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator kinerja dan target tahunan yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja adalah merupakan indikator kinerja utama tingkat Eselon I (Deputi VII) yang telah ditetapkan dan merupakan penjabaran Renstra. Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 IKU Deputi VII Tahun 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerja sama ekonomi Internasional Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terselesaikan Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA 85 % 80% Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi Internasional Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti 85% Pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional 85% 85% D. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016 dilakukan dengan cara perbandingan antara realisasi dengan target pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan 15

19 membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai NKO. Formula penghitungan NKO adalah sebagai berikut : Realisasi NKO = 100% Target Mekanisme pengelolaan dan pengukuran kinerja Deputi VII berpedoman pada Permenko No. 9 Tahun 2015 terkait PK, IKU dan metode pengumpulan data kinerja. Alat bantu pengelolaan kinerja individu menggunakan sistem informasi dalam //situkin.ekon.go.id dan //skp.ekon.go.id. Pengukuran kinerja mengikuti arah cascading IKU level yang lebih tinggi. 16

20 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah dapat memenuhi sasaran strategis, sebagaimana yang dibebankan dan merupakan pelaksanaan dan tugas utama organisasi. Sasaran strategis organisasi yang dapat diwujudkan sesuai target yang ditetapkan dalam meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerjasama ekonomi internasional; pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional. Untuk mencapai sasaran strategis tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional berkoordinasi dengan beberapa instansi pemerintah terkait seperti, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertahanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal dan instansi terkait lainnya. Selain itu, partisipasi pelaku bisnis juga dilibatkan melalui koordinasi dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) di bidang kerjasama ekonomi internasional. A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016 adalah sebagai berikut: (1). Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi yang terselesaikan. Target rekomendasi kesepakatan yang ditetapkan pada tahun 2016 sebesar 85% dari 28 kesepakatan yang ada di wilayah kerja masing-masing Keasdepan, dan telah terealisasi sebanyak 23 kesepakatan. Berdasarkan hasil tersebut, apabila dipresentasekan realisasi tahun 2016 adalah sebesar 82.60% dari target 85% 17

21 sehingga mempunyai kinerja 97%. Kinerja yang tidak mencapai 100% dikarenakan terdapat beberapa pertemuan bilateral yang ditunda pelaksanaannya dan adanya pemotongan anggaran dan selfblocking yang tetapkan oleh Kementerian Keuangan, sehingga berpengaruh pada realisasi dan capaian kinerja. (2). Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA; Pada IKU semester kedua di tahun 2016, presentase rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA mampu merealisasikan 88,89% yang terdiri dari penyelesaian Strategic Action Plan (AEC) Blueprint 2025, penyelesaian komitmen liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS) paket ke-10 dari 39 pending matters subsektor, dapat diselesaikan 26 sub sektor AFAS 10, dan penyelesaian sertifikasi Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Tourism Professional. Sehingga target tahun 2016 sebesar 80% dan capaian 88,89% atau mempunyai kinerja 111%. (3). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Sepanjang tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti sebanyak 28 kesepakatan dengan realisasi 24 kesepakatan. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 82,60% dari target 85% atau mempunyai kinerja 97%. (4). Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Pada hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pada tahun 2016, Kedeputian VII mencapai kinerja 104%. Dari 42 rekomendasi monev yang ditargetkan dapat ditindaklanjuti, terdapat 37 rekomendasi yang telah ditindaklanjuti, dengan realisasi 88,10% dari target 85%. 18

22 (5). Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional. Terhadap IKU ini Kedeputian VII mencapai realisasi 86,80% dari target yang ditetapkan 85% dan menunjukkan kinerja 102%. IKU ini ditetapkan untuk mengukur pemahaman peserta terhadap kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan pada tahun Metode pengukurannya menggunakan kuisioner yang disampaikan kepada peserta sosialisasi. Capaian Kinerja Deputi VII pada tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Capaian Kinerja Deputi VII tahun 2016 SS Indikator Kinerja Target 2016 Realisasi 2016 Kinerja % Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Terwujudnya pengendalian kebijakan dibidang kerja sama ekonomi internasional Pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional 85% 82,60% 97% 80% 88,89% 111% 85% 82,60% 97% 85% 88,10% 104% 85% 86,80% 102% 19

23 Grafik 3.1 Capaian Kinerja Deputi VII Tahun 2016 B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Hasil-hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional mencakup hal-hal yang dituangkan dalam bentuk agreement / memorandum of understanding / agreed minutes / joint statement, dimana perjanjian tersebut mempunyai dampak perdagangan, investasi dan pembiayaan. Sedangkan hasil dari pengendalian kebijakan dibidang kerja sama ekonomi internasional berupa rekomendasi untuk tindaklanjut kebijakan kerja sama ekonomi internasional. Capaian kinerja Deputi bidang koordinasi kerja sama ekonomi internasional berhasil dicapai melalui rapat-rapat koordinasi, penyelenggaraan pertemuan internasional, focus group discussin (FGD) antar Kementerian/Lembaga dan stakeholder terkait serta menerapkan mekanisme pembagian kerja dan pertukaran infomasi yang dilakukan melalui rapat internal dan komunikasi serta sharing data melalui dan media komunikasi lainnya. Secara rinci capaian atas kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016 adalah sebagai berikut: (1). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terselesaikan. 20

24 Kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terselesaikan adalah kesepakatan yang disetujui/ditandatangani dalam pertemuan/perundingan kerja sama ekonomi internasional yang dikoordinasikan oleh Kedeputian VII. Target kesepakatan yang terselesaikan pada tahun 2016 sebanyak 28 kesepakatan yang ada di wilayah kerja masing-masing Keasdepan, dan telah terealisasi sebanyak 23 kesepakatan. Berdasarkan hasil tersebut, realisasi tahun 2016 adalah sebesar 82.60% dari target 85% sehingga mempunyai kinerja 97%. Kinerja yang tidak mencapai 100% dikarenakan terdapat beberapa pertemuan bilateral yang ditunda pelaksanaannya dan adanya pemotongan anggaran dan selfblocking yang tetapkan oleh Kementerian Keuangan, sehingga berpengaruh pada realisasi dan capaian kinerja. Jumlah 23 target kesepakatan yang terselesaikan dengan negara-negara dan lembaga-lembaga internasional yaitu dengan negara Korea Selatan, China, Singapura, Timor Leste, Papua Nugini, IA- CEPA, Amerika Serikat, Rusia, Iran, G20, JCM, JICA, ASEAN, BIMP-EAGA, APEC, dan IMT-GT. Sementara kesepakatan yang belum tercapai di tahun 2016 adalah kesepakatan dengan Jepang. Tertundanya pelaksanaan Pertemuan Joint Committee on Economic and Industry RI-Japan karena Jepang masih memprioritaskan penyelesaian masalah bea masuk 11 post tarif otomotif CBU dari Jepang, sedangkan Indonesia mensyaratkan penyelesaian bea masuk 11 post tarif tersebut bersamaan dengan akses pasar produk kategori R&Q (produk pertanian dan prikanan) dari Indonesia ke Jepang. Kesepakatan yang telah terselesaikan dalam kerja sama ekonomi bilateral diantaranya adalah 1. Working Level Task Force RI South Korea, yang menghasilkan kesepakatan pada bidang Trade & Investment, Industry Cooperation and Green Cars, Energy, Agriculture, Forestry, Fisheries, Environment, Policy & Development Financing, Infrastructure, Defense Industry, dan Creative Industry. 2. The Senior Official s Meeting of High Level Economic Dialogue RI- China,yang menghasilkan dokumen berupa agreed minutes yang telah disepakati dalam hal 21

25 komitmen kedua pihak untuk mencari solusi dalam rangka mengurangi defisit neraca perdagangan yang dialami oleh Indonesia menuju perdagangan yang berimbang dan berkelanjutan, meningkatnya investasi RRT ke Indonesia, pembangunan kawasan industry di Indonesia dan pembangunan proyek infrastruktur strategis, pemanfaatan hibah RRT untuk pengembangan infrastruktur, dan kerjasama proyek-proyek energi. 3. Pertemuan Presiden RI ke Washington DC menghasilkan kesepakatan bisnis dalam bidang pembangkit listrik tenaga gas, teknologi Infromatika dan remanufactured. Kesepakatan diantara kedua negara tersebut yaitu : - Pembangunan pembangkit listrik tenaga gas 100 MW di Gorontalo kerjasama dengan General Electric dan PLN senilai USD 100 juta telah diresmikan Presiden Joko Widodo pada bulan Juni Pembangunan pabrik pemanis buatan di Cikande, pakan ternak di Pasuruan dan Boyolali oleh Cargill dengan total nilai investasi USD 120 juta. - Pembangunan fasilitas remanufactured di Cileungsi Bogor oleh Caterpillar senilai USD 12 juta. - Google telah melakukan pelatihan bagi developer IT di Indonesia dan memberi pelajaran di berbagai universitas untuk pengembangan sistem Android. Google juga meluncurkan program Gapura untuk membantu UKM di Indonesia - Apple akan membangun tiga research center di Indonesia, dan research center pertama akan dibangun Jakarta tahun Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-11 RI- Rusia menghasilkan kesepakatan yang dituangkan dalam Agreed Minutes of the Eleventh Session of Indonesia does Russian Joint Commission on Trade, Economic, and Technical Corporation. Kesepakatan yang dicapai antara lain : - Kerjasama Transportasi dan Infrastruktur dimana kedua belah pihak sepakat mengembangkan proyek pembangunan jaringan kereta api di Kalimantan Timur termasuk pengiriman mahasiswa Indonesia untuk belajar perkeretapian di beberapa universitas di Federasi Rusia serta kerjasama 22

26 code-share arrangement antara Garuda Indonesia dengan Aeroflot-SU dalam skema Sky Team Alliance. - Kerjasama Budaya dan Pariwisata telah disepakati untuk memperkuat berbagai kerjasama strategis antara kedua negara, antara lain pengembangan kerjasama melalui acara kebudayaan, program pertukaran pemuda dan program budaya, promosi people to people contacts, usulan kerjasama dibidang marketing pariwisata, infrormasi terkait bebas visa untuk meningkatkan kunjungan wisatawan antar kedua negara, kerjasama pengembangan sumber daya manusia di sektor pariwisata; serta tawaran investasi di berbagai destinasi wisata baru di Indonesia. 5. Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-12 RI- Iran menghasilkan kesepakatan di bidang perdagangan, industri, investasi, infrastruktur, energi, perbankan dan keuangan dan kerjasama strategis lainnya yang tertuang pada Agreed Minuted SKB ke-12 Indonesia-Iran. Kesepakatan yang dicapai antara lain : - Pentingnya pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) untuk memfasilitasi perdagangan dan mendorong peningkatan hubungan dagang yang berkelanjutan - Pentingnya implementasi dari kesepatakan yang telah dibuat sebelumnya dalam bidang perdagangan, pertukaran informasi, pertukaran pengetahuan dan ahli, serta menyepakati pentingnya pertukaran delegasi bisnis untuk menghadiri event perdagangan yang diselenggarakan masing-masing kedua Negara - Meningkatkan hubungan dagang melalui peningkatan ekspor dan impor dari masing-masing negara diberbagai sektor perdagangan - Pentingnya kerja sama dibidang standardisasi, kepabeanan, serta kerjasama antar kamar dagang untuk memfasilitasi perdagangan kedua Negara - Selain itu, Kedua belah pihak juga membahas kerja sama dibidang Industri. Kedua Belah Pihak membahas usulan dari beberapa perusahaan dimasingmasing negara yang berencana untuk melakukan kerja sama dibidang Industri. 23

27 - Selanjutnya dibahas pula rencana penandatangan MoU antara Export Development Bank of Iran (EDBI) dan Indonesian Eximbank, pembentukan forum policy dialogue, pengembangan kapasitas, serta usulan-usulan paymen arrangement oleh kedua belah pihak - Kedua belah pihak mencatat upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk mencari solusi bersama atas permasalahan skema pembayaran kedua Negara - potensi kerjasama dibidang transportasi untuk mendorong people-to-people contact, pariwisata dan pertumbuhan ekonomi melalui kerjasama dibidang penerbangan langsung, logistik, perkeretaapian, perkapalan dan maritim. 6. Kerjasama Ekonomi Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) menghasilkan kesepakatan pembukaan jalur penerbangan dari Medan- Sabang sebagai bagian dari rencana pembukaan jalur penerbangan Sabang- Phuket Langkawi, pembukaan jalur penerbangan Medan Alor Selatar, kesepakatan bersama pada Comprehensive Review IMT-GT dalam beberapa sektor seperti pariwisata, pertanian dan industri. 7. Kerjasama Ekonomi Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippine East ASEAN Growth Area (BIMP EAGA) menghasilkan kesepakatan yaitu Joint Ministerial Statement 20 th BIMP-EAGA, BIMP-EAGA Vision 2025 yang menetapkan visi misi BIMP EAGA 2025 serta proyek-proyek infrastruktur prioritas, dan legalisasi BIMP Facilitation Centre (BIMP-FC). 8. KTT G-20 pada September 2016 di Hangzhou RRT menghasilkan G20 Leaders Communique Hangzou Summit yang merupakan pernyataan bersama para kepala negara/pemerintahan anggota G20 untuk mengedepankan agenda inovasi, revolusi industri baru dan ekonomi digital sebagai penggerak baru bagi pertumbuhan ekonomi global dalam jangka menengah dan panjang. Komitmen yang disepakati antara lain: - Reformasi struktural melalui inovasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perbaikan tata kelola ekonomi yang inklusif dan efektif - Memperpanjang komitmen anti proteksionisme hingga akhir

28 - Implementasi agenda reformasi perpajakan internasional (base erosion and profit shifting dan automatic exchange of information) segera dan tepat waktu - Pengesahan G Anti Corruption Action Plan - Diversifikasi pembiayaan infrastruktur melalui keterlibatan Multilateral Development Banks (MDBs) (2). Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menghasilkan beberapa rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yaitu : - Penyelesaian Strategic Action Plan (SAP) AEC Blueprint Terselesaikannya 4 measures dalam SAP AEC Blueprint 2025 (Investment, Intellectual Property Right, Trade in Services dan Trade in Goods) dan telah dilakukan Endorsement atas SAP AEC Blueprint 2025 secara adreferendum oleh Menko Perekonomian selaku Ketua AEC Council Indonesia pada saat KTT ASEAN ke-28 & 29, bulan September Penyelesaian komitmen liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS) Paket ke-10, dari 39 pending matters subsektor, telah diselesaikan 26 sub sektor, sehingga sub-sektor yang masih pending sebanyak 13 sub sektor. - Penyelesaian Sertifikasi MRA on Tourism Professional yang berdampak pada bertambahnya pemegang sertifikat MRA on Engineering Indonesia menjadi 747 orang dan MRA on Architect menjadi 90 orang dan telah disahkannya Sertifikasi MRA on Tourism Professional. (3). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti. Sepanjang tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti sebanyak 25

29 28 kesepakatan dengan realisasi 24 kesepakatan. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 82,60% dari target 85% atau mempunyai kinerja 97% dibawah 100% dikarenakan adanya pemotongan anggaran dan selfblocking yang tetapkan oleh Kementerian Keuangan, sehingga berpengaruh pada realisasi dan capaian kinerja. Tindak lanjut kesepakatan dalam kerjasama bilateral diantaranya adalah : Tindak lanjut dari kesepakatan Working Level Task Force RI - Korea Selatan: (1) terlaksananya komitmen investasi senilai USD 18 Milyar, dan Pembangunan Cilegon Steel Cluster Project oleh POSCO dengan kapasitas produksi 10 juta ton, serta komitmen investasi Lotte Group di Sektor Petrohemical, e-commerce dan industri entertainment. (2) Anti Dumping Produk Baja Korea ke Indonesia. Tersusunnya dokumen agreed minutes dan kesepakatan isu-isu yang di tanda tangani dan di bahas dalam pertemuan tingkat tinggi HLED RI- China sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yaitu The Senior Official's Meeting of High Level Economic Dialogue RI-China. Tindak lanjut dari pertemuan High Level Economic Dialogue (HLED) RI- China ke-2 tanggal 9 mei 2016 yaitu (1) Mengaktifkan kembali joint expert group antara Indonesia dan RRT untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan seperti melakukan kajian dan pembahasan teknis bilateral mengenai strategi mengatasi permasalahan perdagangan Terkait hambatan akses pasar, guna meningkatkan kualitas dan kuantitas nilai perdagangan antara kedua negara, (2) Pemerintah RRT akan melakukan pertukaran informasi maupun capacity building kepada para eksportir Indonesia terkait dengan persyaratan dan kebijakan perdagangan di RRT. Terlaksananya Pembangunan Kendal Industrial Park yang menjadi Landmark Kerjasama RI & Singapura di Bidang Investasi dalam Working Group on Investment, terlaksananya Single Package Tourism and Promotion dan kerjasama Cruise Tourism, terlaksananya Pemagangan tenaga perhotelan dan care givers di Singapura yang merupakan hasil dari 26

30 tindaklanjut kesepakatan The Senior Official's Meeting of Six Bilateral Economic Working Group RI Singapura. Tersusunnya pembahasan Transportasi Udara rute Kupang-Dili, Kupang- Darwin, dan Kupang-Dili-Darwin, dalam kerangka kerjasama bilateral maupun trilateral. (Catatan: Sriwijaya Air telah siap mengoperasikan, tinggal menunggu persetujuan), terlaksananya pembahasan Transportasi Darat Kupang-Atambuia-Dili PP, tersusunnya Implementasi dan Pembentukan Task Force on DRIEA diintegrasikan ke kerjasama trilateral (perhubungan, peternakan, dan people to people link) sebagai tindak lanjut dari kesepakatan Trilateral Working Group Indonesia-Timor Leste-Australia. Terlaksananya First Meeting of Government Task Force Team for Supporting Indonesia Steel Industry Development (RI-Korea) sebagai tindak lanjut hasil kunjungan Presiden RI ke Seoul Korea Selatan tanggal 16 Mei 2016 yakni mengenai Komitmen Pembangunan Kluster Industri Baja oleh Krakatau Steel dan POSCO dengan kapasitas produksi sampai dengan 10 juta ton di Cilegon. Terlaksananya rapat koordinasi terkait kunjungan kerja RI ke Australia, Rakor tersebut merupakan tindak lanjut dari rapat di Kementerian Luar Negeri, dimana tiga isu yang menjadi pending matters adalah kerja sama Red Meat and Cattle dalam rangka ketahanan pangan untuk pemenuhan kebiltuhan daging di dalam negerì, mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang akan dimasukkan dalam kerja sama bisnis, kerjasama MoU skill exchange dan pending matters lainnya. Tindaklanjut dari Pertemuan Working Group (WG) on Trade, Investment and Industry Indonesia-Rusia yaitu a). Penandatanganan MoU antara PT. KAI dengan Russian Railways tentang Pengembangan Pembangunan Rek Kereta Api tanggal 7 Juni Russian Railways melakukan kunjungan lapangan dalam rangka pembangunan rel kereta api dari kota Medan ke Danau Toba tanggal Juli 2016; 27

31 b). PT LEN akan melakukan kunjungan ke Moskow Rusia dalam rangka membahas kerja sama pemasaran produk radar Rusia sebagai agen tunggal di Indonesia; c). Penandatanganan MoU antara PT. Pertamina dan Rosneft tentang pembangunan kilang minyak di Tuban pada tanggal 26 Mei Saat ini kedua perusahaan sedang melakukan pembuatan Feasibility Study yang didanai oleh Rosneft. Guna mendukung kesepakatan yang telah dilakukan oleh Kepala Negara maupun Menteri dalam kerjasama ekonomi regional dan sub regional, maka beberapa tindak lanjut yang telah dilaksanakan antara lain: Mengkoordinasikan Penyelesaian Strategic Action Plan (SAP) AEC Blueprint SAP AEC 2025 dari Blueprint 2025 juga mengakomodir kepentingan Indonesia dalam rangka mengintegrasikan perekonomiannya di ASEAN kedalam integrasi yang lebih dalam dan luas; Mengkoordinasikan penyelesaian komitmen liberalisasi sektor jasa ASEAN (AFAS) Paket ke 10 periode 2016 serta ASEAN Trade in Goods (ATIGA) pada isu trade facilitation. Liberalisasi sektor jasa di ASEAN sekaligus mendorong peningkatan kualitas produk jasa di Indonesia yang berdampak meningkatkan daya saing di Indonesia; Penyelesaian Struktur National Coordinator Coordinating Committee (NCCC) pada Master Plan on ASEAN Connectivity. Kemenko Perekonomian berperan sebagai NCCC dalam mengkoordinasikan konektivitas ASEAN di Indonesia. BIMP-EAGA dan IMT-GT Strategic Planning Meeting. Yang dihasilkan dari kegiatan ini yaitu 1) Melakukan comprehensive review terhadap kerjasama IMT-GT selama 22 tahun pembentukannya; 2) menyusun strategic plan ; 3) menyusun IB hasil dari ketiga kegiatan di atas akan dilaporkan kepada para Menteri dalam Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT bulan September 2016; (4) Review implementasi proyek dalam Implementation Blueprint ; (5) Review fokus kerja sama dalam rangka penyusunan BIMP-EAGA Vision (BEV) 2025; dan (6) identifikasi proyek prioritas dalam BEV

32 Tindaklanjut Pertemuan Tingkat Menteri IMT-GT ke 22, yaitu (1) Penyusunan Dokumen IMT-GT Vision 2036; (2) Identifikasi proyek-proyek prioritas yang akan masuk dalam Implementation Blueprint Pada kerja sama ekonomi multilateral, kesepakatan yang ditindaklanjuti dari Registrasi Proyek JCM ID004, ID005, ID006 berupa Credit Issuance JCM dari 2 proyek JCM yang telah teregister dimana akan ada pembahasan mengenai upaya negosiasi penambahan proporsi kredit karbon yang diterima oleh Pemerintah Indonesia atas kredit karbon yang diterbitkan dari proyek JCM. Selain itu tindak lanjut pertemuan Menteri Energi G20 yaitu 1) Sebagaimana disebutkan dalam Beijing Communique, pencarian negara partner bagi proses peer review terkait Inefficient Fossil Fuel Subsidies; 2) Koordinasi dengan K/L terkait untuk penyusunan posisi, khususnya komitmen di G20 terkait penghapusan subsidi tahun Pada pertemuan Menteri Perdagangan G20 tindak lanjut yang disepakati yaitu perlunya mempercepat proses ratifikasi Trade Facilitation Agreement (TFA), mengingat dalam pernyataannya para Menteri Perdagangan G20 menyebutkan komitmen penyelesaian TFA sampai akhir tahun (4). Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan untuk memonitor pelaksanaan kebijakan yang telah disepakati berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan juga merupakan umpan balik terhadap kebijakan yang dilakukan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan dalam pengambilan keputusan. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan efektifitas kegiatan dan efisiensi sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan program kegiatan. Kegiatan monev yang dilakukan pada kerja sama ekonomi bilateral umumnya bertujuan untuk menggali potensi investasi dan perdagangan yang ada di masing-masing provinsi maupun kabupaten. Sedangkan monev yang 29

33 dilakukan pada kerjasama regional dan multilateral untuk meninjau kesesuaian proyek/program kerjasama dengan kesepakatan pada perjanjian dibidang kerja sama ekonomi regional dan multilateral. Pada hasil pelaksanaan kegiatan monev pada tahun 2016, Kedeputian VII mencapai kinerja 104%. Dari 42 rekomendasi monev terdapat 37 rekomendasi yang ditindaklanjuti, sehingga realisasi mencapai 88,10% dari target 85%. Beberapa rekomendasi hasil monev Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Internasional yaitu : Monitoring dan Evaluasi Terhadap Implementasi Hasil Kerjasama Krakatau Steel-POSCO di Cilegon, Banten, merekomendasikan: (1) Perlu adanya payung hukum dalam upaya mendukung dan melindungi industri baja nasional terhadap masuknya produk baja dari luar negeri dengan harga yang lebih murah (adanya indikasi dumping). (2) Pemerintah perlu melakukan peninjauan kembali terhadap peraturan perundang-undangan dan peraturan terkait lainnya (antara lain Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas) yang mengatur mengenai pengenaan bea masuk dalam wilayah Free Trade Zone (FTZ). Monev produk Perikanan di Bitung, Sulawesi Utara dalam rangka implementasi MEA. Menghasilkan rekomendasi (1) Perlu adanya standarisasi produk perikanan, utamanya produk ikan tuna dimana ikan ini merupakan salah satu produk unggulan Sulawesi Utara Indonesia di pasar ASEAN. (2) Perlu adanya riset oleh perguruan tinggi dalam mengembangkan varian produk olahan perikanan. (3) Terciptanya akses pasar (market acses) yang lebih luas terhadap produk perikanan. (5). Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional. Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan yang telah dilakukan oleh Deputi VII kepada stakeholder terkait. Dengan mengikuti sosialisasi 30

34 ini diharapkan para peserta dapat mengetahui, memahami dan memanfaatkan berbagai kegiatan kerja sama ekonomi bilateral, multilateral dan regional yang telah dilaksanakan oleh Deputi VII Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta untuk mendapat masukan dari stakeholder, terkait kebijakan kerja sama ekonomi internasional. Sosialisasi merupakan representasi dari berbagai kerjasama ekonomi Internasional yang telah dilakukan oleh Deputi VII Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kegiatan ini memberikan kontribusi secara langsung bagi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan investasi, peningkatan volume ekspor dan perdagangan serta pengendalian terhadap stabilitas harga. Terhadap IKU ini Deputi VII mencapai realisasi 86,80% dari target yang ditetapkan dan menunjukkan kinerja 102%. Melalui sosialisasi ini, diharapkan para peserta dapat berperan aktif dalam mengkritisi maupun memberikan masukan bagi peningkatan kualitas kinerja Deputi VII, sekaligus memberikan masukan atas kebijakan kerja sama ekonomi internasinal yang dilakukan oleh Pemerintah. Outcome dari sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional yang dilakukan adalah bertambahnya pengetahuan dan pemahaman stakeholder di Sumatera Utara tentang kerjasama ekonomi Asia dan pemahaman akademisi di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta tentang Sosialisasi/Workshop Percepatan dan Pemanfaatan Mutual Recognation Arrangement (MRA) on Engineering and Architectural Services dalam kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada tahun 2016 ini, Deputi Kerjasama Ekonomi Internasional juga berhasil menyelenggarakan The 3 rd BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo, Conference and Business Marching 2016, tanggal Oktober 2016 di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Sulawesi Selatan, yang merupakan acara gabungan untuk kerjasama Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippine East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) dan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). Bertujuan untuk 31

35 memperkenalkan produk unggulan serta pariwisata dari masing-masing negara anggota BIMP-EAGA dan IMT-GT serta mempertemukan buyer dan juga produsen dari negaranegara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines, Malaysia dan Thailand dan negara-negara lain seperti Singapura, Jepang dan India. The 3 rd BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo, Conference and Business Marching 2016 dibuka secara resmi pada tanggal 14 Oktober 2016 oleh Wakil Presiden RI, Bapak Muhammad Jusuf Kalla didampingi oleh Menko Perekonomian, Bapak Darmin Nasution dan Gubernur Sulawesi Selatan, Bapak Syahrul Yasin Limpo, dan dihadiri juga oleh 2 (dua) Menteri BIMP-EAGA dan IMT-GT, yaitu Dato Abdul Rahman Dahlan dari Malaysia dan Datu Abul Khayr Dangcal Alonto dari Filipina serta Duta Besar Indonesia untuk Filipina serta Dubes Malaysia untuk Indonesia serta berbagai kalangan pemerintah pusat dan daerah, BUMN, BUMD, swasta dan akademisi. Dengan mengangkat tema Strengthening the ASEAN Maritime Economic Corridor and Food Security. o Foto bersama setelah pembukaan The 3 rd BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo, Conference and Business Marching 2016, Wakil Presiden RI, Menko Perekonomian, Para Menteri BIMP-EAGA dan Gubernur Sulawesi Selatan Rangkaian kegiatan terdiri dari 3 (tiga) acara inti, yaitu: Trade Expo, yang dilaksanakan selama 3 hari, tanggal Oktober 2016, dengan jumlah booth sebanyak 236 buah menampilkan produk unggulan 32

36 perikanan dan kelautan, pertanian dan hasil olahannya, infrastruktur, jasa, industri pengolahan, industri kreatif, logistik serta pariwisata dari ke-5 negara o Deputi VII memberikan penjelasan kepada Wakil Presiden RI mengenai BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo anggota BIMP-EAGA dan IMT-GT. Jumlah pengunjung yang hadir sebanyak pengunjung dengan transaksi retail sebesar Rp ,- (enam ratus lima puluh lima juta delapan ratus enam puluh tujuh ribu rupiah), sedangkan transaksi yang masih bersifat negosiasi diperkirakan sebesar Rp. 55 Milyar Rupiah. Business Conference, melibatkan peserta dan pembicara dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Jepang, Australia dan juga ADB. Kesimpulan business conference ini bahwa pengembangan sektor maritim maupun pembangunan ketahanan pangan merupaka prime-mover yang dapat menggerakkan sektor-sektor lainnya seperti pariwisata, perikanan, pertanian, perkebunan dan lain-lain. Perbakian infrastruktur menjadi salah satu kunci guna menyukseskan prioritas pada bidang maritim dan pangan. Infrastruktur tidak hanya hard intrstructure namun juga soft infrastructrure, sehingga pembangunan fisik yang masif perlu diselaraskan dengna pembangunan sistem soft infrastructure yang juga semakin mutakhir. Dalam konteks kerjasama BIMP-EAGA dan IMT-GT, konektivitas perlu diberi penekanan khusus dalam mempercepat dan mewujudkan pertumbuhan di wilayah sub-regional ini sebagai prime mover dalam menjembatani wilayah Asia, yang sangat beragam. Konektivitas akan mempercepat produktivitas di wilayah regional dan sub-regional serta dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi 33

37 dunia. Selain itu untuk menciptakan kawasan dengan iklim bisnis yang stabil serta berdaya saing tinggi, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, perlu adanya dukungan dari pemangku kepentingan lain, seperti dunia usaha, akademisi serta praktisi. Business Matching, sebagai ajang pertemuan kalangan pebisnis baik lokal maupun pebisnis antar negara di wilaayah kerjasama BIMP-EAGA dan IMT-GT maupun negara lainnya seperti Jepang, Singapura dan Australia. Dalam kesempatan ini telah terjadi beberapa kesepakatan yang perlu untuk ditindaklanjuti ke depan sehingga kontrak yang telah disepakati akan dapat terlaksana. Nilai potensial kontrak yang disepakati dalam business matching ini adalah sekitar 55 milyar rupiah. Kegiatan ini merupakan bagian dari kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan, dengan adanya beberapa kesepakatan bisnis/perdagangan/investasi yang perlu ditindaklanjuti dan kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti, dimana kesepakatan Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan dan penyelenggaraan The 3 rd BIMP-EAGA and IMT-GT Trade Expo, Conference and Business Marching 2016 telah disepakati pada tahun Guna mendukung sasaran strategis Kedeputian VII, selain dari manfaat yang mempunyai daya ungkit tinggi di atas, dapat dilihat pada Lampiran Capaian Target Indikator Kinerja Utama Tahun Dalam pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi, yaitu : perlunya koordinasi dan sinkronisasi yang lebih intensif antara pemerintah pusat dan daerah serta pola pikir masyakarkat dan pelaku usaha yang belum melihat secara keseluruhan potensi dan peluang serta manfaat yang dapat diraih dalam keterbukaan pasar global. Kendala bahasa juga menjadi salah satu faktor tidak aktifnya pemerintah daerah pada forum-forum internasional, misalnya pada pertemuan BIMP-EAGA dan IMT-GT 34

38 yang seharusnya daerah lebih aktif dalam memanfaatkan peluang kerja sama ekonomi yang ada. Selain itu Pertemuan kerja sama ekonomi internasional memerlukan kesesuaian waktu antara 2 (dua) negara atau lebih serta situasi dan kondisi dalam negeri suatu negara, sehingga terdapat beberapa penyelenggaraan pertemuan bilateral yang tertunda. Capaian kinerja dalam tahun 2016 merupakan tindak lanjut dari rekomendasi kebijakan yang dituangkan dalam Laporan Kinerja Tahun 2015, demikian seterusnya, sehingga capaian kinerja bersifat kontinuitas sebagaimana tercantum dalam Renstra Deputi VII Tahun Hal tersebut dapat dilihat pada analisis capaian kinerja dari waktu ke waktu. C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA DARI WAKTU KE WAKTU Pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 target untuk persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan rata-rata sama, yaitu sebesar 85% dengan realisasi tahun 2014 sebesar 92%, 94% di tahun 2015 dan 82,6% tahun 2016, sehingga rata-rata capaian kinerja berkisar antara %. Realisasi di tahun 2016 mengalami penurunan, hal ini dikarenakan terdapat beberapa pertemuan bilateral yang ditunda pelaksanaannya dan adanya pemotongan anggaran dan selfblocking yang tetapkan oleh Kementerian Keuangan pada bulan September 2016, sehingga berpengaruh pada realisasi dan capaian kinerjanya. Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), realisasi tahun 2014 sebesar 75% dari target 60%, tahun 2015 realisasi meningkat menjadi 100% dari yang ditargetkan sebesar 75%, namun di tahun 2016 realisasi 88,89% dari target 80% menurun dikarenakan adanya pemotongan anggaran dan selfblocking anggaran yang dilakukan di tahun Sehingga kinerja pada tahun 2014 sebesar 125%, tahun 2015 kinerja mencapai 133% dan ditahun 2016 sebesar 111%. 35

39 Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti pada tahun 2014, realisasi sebesar 81% dan ditahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 92% dari yang ditargetkan sebesar 85%, dan di tahun 2016 sebesar 88,10% dari target 85%, sehingga capaian kinerja ditahun 2014 adalah 97%, tahun 2015 sebesar 108% dan ditahun 2016 sebesar 104%. Untuk persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional,realisasi di tahun 2014 adalah 85%, tahun 2015 sebesar 83% dan di tahun 2016 sebesar 86,80% dengan target pemahaman peserta sebesar 85%. Capaian kinerja ditahun 2014 mencapai 100%, tahun 2015 sebesar 98% dan ditahun %. Pemahaman peserta terhadap hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional secara umum meningkat di tahun Capaian kinerja dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Capaian Kinerja dari Tahun Indikator Kinerja Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional Realisasi % 110% 97% 125% 133% 111% 101% 97% 97% 108% 104% 100% 97,60% 102% Komposisi capaian kinerja dari Tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 adalah sebagai berikut: 36

40 Grafik 3.2 Capaian Kinerja Tahun D. REALISASI ANGGARAN Pada tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mendapat Pagu Anggaran Awal sebesar Rp ,- (sesuai dengan pagu anggaran di dokumen Perjanjian Kinerja). Setelah dikurangi pemotongan anggaran & self blocking, total pagu anggaran Deputi VII menjadi ,-. Karena itu pagu anggaran yang digunakan dalam laporan kinerja Deputi VII adalah pagu setelah pemotongan & self blocking. Realisasi yang dimanfaatkan sebesar Rp ,- atau terserap 98,85%. Dari sasaran yang ditargetkan, telah dapat diwujudkan dengan baik, dilihat dari indikator kinerja yang digunakan. Realisasi Anggaran Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2016 adalah sebagai berikut: 1. Pagu Anggaran tahun 2016 adalah sebesar Rp ,- dengan rincian sebagai berikut: a. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Asia, sebesar Rp ,- b. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Amerika & Pasiik, sebesar Rp ,- c. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Eropa, Afrika dan Timur Tengah, sebesar Rp ,- 37

41 d. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Regional dan sub Regional, sebesar Rp ,- e. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Multilateral dan Pembiayaan, sebesar Rp ,- 2. Realisasi Anggaran per tanggal 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp atau sebesar 98,85% dari pagu anggaran, dengan rincian sebagai berikut: a. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Asia, sebesar Rp ,- b. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Amerika & Pasifik, sebesar Rp ,- c. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Eropa, Afrika dan Timur Tengah, sebesar Rp ,- d. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Regional dan sub Regional, sebesar Rp ,- e. Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Multilateral dan Pembiayaan, sebesar Rp ,- Realisasi anggaran perkegiatan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut: Tabel 3.3 Tabel Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun Anggaran 2016 No Kegiatan Pagu Anggaran (Rp) Realisasi Anggaran (Rp) % 1 Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Asia , ,- 98,62% Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Amerika Pasifik Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Eropa, Afrika dan Timur Tengah Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Regional & Sub Regional Koordinasi Kebijakan Bidang KSE Multilateral & Pembiayaan , ,- 99,88% , ,- 99,40% , ,- 98,35% , ,- 98,75% Total Realisasi ,- 98,85% 38

42 Grafik 3.3 Realisasi Anggaran per-kegiatan Tahun Anggaran 2016 Sedangkan anggaran dan realisasi belanja per-output Tahun anggaran 2016 dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 3.5 Anggaran dan Realisasi Per Out-put Tahun Anggaran 2016 Pagu Anggaran Realisasi Sasaran Strategis Kegiatan ( Rp ) Anggaran (Rp) % Terwujudnya kordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerja sama ekonomi internasional Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amerika & Pasifik Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika dan Timur Tengah Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional dan Sub Regional Koordinasi dan sinkronisasi KSE Multilateral dan pembiayaan ,77% ,86% ,67% ,37% ,52% 39

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional SS Indikator Target 2015 Terwujudnya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI DAN PEMBIAYAAN INTERNASIONAL KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian

Lebih terperinci

Tingkat Kementerian dan Eselon I

Tingkat Kementerian dan Eselon I Tingkat Kementerian dan Eselon I IKU KEMENTERIAN 1 Presentase Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Yang Terimplementasi Definisi : Implementasi program-program koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

Lebih terperinci

Manual Indikator Kinerja Utama. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Manual Indikator Kinerja Utama. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Manual Indikator Kinerja Utama 2016 Kumpulan manual Indikator Kinerja Utama teriri dari IKU tingkat Kementerian dan Unit Eselon I di Lingkungan Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Manual Indikator Kinerja Utama

Manual Indikator Kinerja Utama 2017 Manual Indikator Kinerja Utama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indikator kinerja Target 2017 Ket Menjaga Target Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi : 1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 2. PDB

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2015-2019 DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL KATA PENGANTAR Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan Karunia-Nya, penyusunan

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015 Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015 Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi SS Indikator Target Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerjasama Ekonomi Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : A. KEMENTRIAN : () KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari 2015 Kepala Biro Perencanaan,

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari 2015 Kepala Biro Perencanaan, KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah laporan kinerja Tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA By: DR SUTRISNO IWANTONO Board Member of Indonesian Hotel and Restaurant Association Dialogue

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN ' MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG QUICK WINS KEMENTERIAN KOORDINATOR

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN UKM Jl. Medan Merdeka Barat No.7, Jakarta Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016

RAPAT KOORDINASI MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016 RAPAT MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN 2016 Ruang Rapat Menko Jumat, 29 Juli 2016 Agenda Pagu dan Realisasi s.d. 29 Juli 2016 Upaya pengoptimalan Capaian Realisasi Anggaran dan Kinerja Tahun 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA Oleh: Suska dan Yuventus Effendi Calon Fungsional Peneliti Badan Kebijakan Fiskal Pertumbuhan pariwisata yang cukup menggembirakan

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

NOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp

NOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BIRO UMUM Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Telepon 021-3521974: Faksimile 021-3521985 Nomor : ND- NOTA DINAS /SET.M.EKON.3.3/08/2014

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 %

BAB V KESIMPULAN. mengalami peningkatan dengan prakira total jumlah wisatwan akan mencapai 10.3 % BAB V KESIMPULAN Perkembangan pariwisata ASEAN sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, peningkatan tersebut didorong dengan meningkatnya jumlah wisatawan baik wisatawan dari negara anggota

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT, KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2016 ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 PERNYATAAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN FEDERASI RUSIA KEDIAMAN PRESIDEN

Lebih terperinci

REALISASI BELANJA S.D. AGUSTUS 2014 (BRUTO)

REALISASI BELANJA S.D. AGUSTUS 2014 (BRUTO) LAPORAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN BERDASARKAN SATUAN KERJA DAN UNIT KERJA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR S.D. 31 AGUSTUS 2014 (dalam rupiah) KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PAGU ANGGARAN 2 3 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Informasi dan Dokumentasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan III Tahun 2016 Kode dan Nama Unit Organisasi Kode Dan Nama Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 Jakarta, 5-7 Februari 2014 Rapat Kerja dengan tema Undang-Undang Perindustrian Sebagai Landasan Pembangunan Industri Untuk Menjadi Negara

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan I Tahun 2016 Kode Dan Nama Program [035.01.06] Program Koordinasi

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET LAMPIRAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN 2015 TANGGAL : 19 JUNI 2015 STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET Sekretaris Kabinet Wakil Sekretaris Kabinet Deputi Bidang Politik,

Lebih terperinci

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gambaran Umum G20 Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Latar Belakang Faktor utama terbentuknya G20 Ketergantungan antar negara semakin

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016 CAPAIAN KINERJA PENYERAPAN ANGGARAN PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan II Tahun 2016 Kode Dan Nama Program

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2016 1 KATA PENGANTAR Kewajiban penyusunan Perjanjian Kinerja didasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja

Kerangka Acuan Kerja KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Kerangka Acuan Kerja TENAGA PENDUKUNG TEKNIS BIDANG WORKING GROUP (WG) PENGEMBANGAN BATAM-BINTAN-KARIMUN (BBK) KERJASAMA EKONOMI INDONESIA SINGAPURA (04.1) TAHUN

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PETIKAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA AFRIKA TAHUN 2015 DALAM RANGKA PERINGATAN KE-60 KONFERENSI ASIA AFRIKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KLN

LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KLN TA 2015 LAPORAN KINERJA BIRO PERENCANAAN ANGGARAN DAN KLN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT RINGKASAN EKSEKUTIF Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri yang

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI SEPTEMBER 2014 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Agustus

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis BAB II Renstra Tahun 2015 2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi pada periode 2015 2019 yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Tahun 2010

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax: DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Phone/Fax: 021-385-8213 www.depdag.go.id Menteri Perdagangan RI Pimpin

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6 RENCANA STRATEGIS PUSAT AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

LAPORAN KINERJA. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAPORAN KINERJA 2 0 1 6 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif i iii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Kedudukan, Tugas Pokok, dan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci