LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA TAHUN 2015"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI DAN PEMBIAYAAN INTERNASIONAL

2 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015 merupakan salah satu wujud pertangg u ngjawaban Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasìonal, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kepada publik atas kinerja pencapaian visi dan misinya pada Tahun Anggaran Selain itu, Laporan Kinerja juga merupakan salah satu parameter yang digunakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian uniuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekononii lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor B Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja lnstansi Pemerintah, berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja san Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja lnstansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tanggal '19 Mei 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. lndikator-indikator kinerja yang diukur dalam Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015 adalah indikator-indikator yang tertuang dalam Penetapan Kinerja (PK) antara Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Dengan semangat transparansi dan komitmen untuk memberikan kontribusi terbaik, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan terus berupaya membangun kultur organisasi

3 yang leb h transparan dan akuntabel, agar kepercayaan publik terhadap Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan semakin meningkat. Laporan Kinerja ini diharapkan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan dan dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Jakarta, Januari 2016 <- Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi lnternasional :Y- rt- Rizal Affanti Lukman

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Kedudukan, Tugas Pokok Dan Fungsi... C. Aspek Strategis... D. Isu Strategis BAB II PERENCANAAN KINERJA... A. Renstra... B. Renja C. Perjanjian Kinerja... D. Pengukuran Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... A. Capaian Kinerja Organisasi... B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi... C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu... D. Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP LAMPIRAN Perjanjian Kinerja Manual IKU Tahun 2015 Rincian Koordinasi dan Sinkronisasi Tahun 2015

5 RINGKASAN EKSEKUTIF Visi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah: Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan di bidang kerja sama ekonomi internasional. Misinya adalah: Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian di bidang kerja sama ekonomi internasional Sedangkan Tujuannya adalah: Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun 2015 ini Kedeputian VII, Kemenko Perekonomian telah menetapkan 5 (lima) Indikator Kinerja Utama (IKU). Ke-lima IKU tersebut telah ditetapkan oleh Deputi VII dan disetujui oleh Menko Perekonomian dalam PK. Dalam Perjanjian Kinerja (PK) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2015 memiliki Sasaran Strategis yang diukur dengan 5 indikator kinerja yaitu : 1) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi yang terselesaikan; 2) Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA); 3) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; 4) Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; 5) Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional. Pencapaian kinerja rata-rata kegiatan Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Tahun Anggaran 2015 telah berjalan dengan baik. Adapun masing-masing capaiannya sebagai berikut: 3

6 1) Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan; Sepanjang tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional telah menyelesaikan kesepakatan sebanyak 27 buah dari target yang telah ditetapkan sebanyak 29 buah. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 94% dari target 85% atau mempunyai kinerja 110%. 2) Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA; Kedeputian VII pada IKU ke-2 ini dapat merealisasikan 100% dari Pencapaian ASEAN Economic Community (AEC) Score Card Indonesia. Dimana capaian score card ntuk Indonesia adalah 95,1%. Sementara AEC Score Card ASEAN adalah 93,9% pada bulan Desember Sehingga Indonesia telah melampaui dari pencapaian ASEAN secara umum. Target tahun 2015 sebesar 75% dan capaian 100% atau mempunyai kinerja 133%. 3) Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Sepanjang tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti sebanyak 28 buah dengan realisasi 24 buah. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 86% dari target 85% atau mempunyai kinerja 101%. 4) Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Pada hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pada tahun 2015, Kedeputian VII mencapai kinerja 108%. Dari 38 rekomendasi monev yang direncanakan, terdapat 35 rekomendasi yang ditindaklanjuti, dengan realisasi 92%. 5) Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional. IKU ini ditetapkan untuk mengukur pemahaman peserta terhadap kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan pada tahun Metode pengukurannya 4

7 menggunakan kuesioner yang disampaikan langsung kepada peserta sosialisasi. Terhadap IKU ini Kedeputian VII mencapai kinerja 83% dari target yang ditetapkan atau dibawah dari target. 5

8 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja disusun sebagai implementasi Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional telah melakukan penyusunan Laporan Kinerja tahun 2015 sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan kepada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional. Kerjasama ekonomi internasional dapat didefinisikan sebagai hubungan antara suatu negara dengan negara atau dengan lembaga internasional lainnya dalam bidang ekonomi, perdagangan maupun investasi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Penyusunan Laporan Kinerja dilakukan selain didasari oleh ketentuan peraturan yang berlaku, juga merupakan perwujudan tekad untuk senantiasa bersungguhsungguh dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance. Laporan Kinerja Tahun Anggaran 2015 ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban dan sekaligus memberikan informasi tentang hasil-hasil pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015 untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan. Sebagaimana diketahui bersama, Tahun 2015 sesuai dengan arahan Bapak Presiden, seluruh Kementerian/Lembaga Pemerintah diwajibkan untuk melakukan 6

9 penghematan anggaran, khususnya perjalanan dinas dan membatasi pelaksanaan rapat-rapat dinas di Hotel. Hal ini tentunya berdampak pada realisasi anggaran dan kegiatan yang sudah direncanakan. Sehubungan dengan kebijakan tersebut, Kedeputian VII juga telah mematuhi kebijakan penghematan anggaran dengan mengurangi anggaran perjalanan dinas, baik dalam dan luar negeri serta mengurangi kegiatan rapat di hotel. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah sebagai berikut: 1. Kedudukan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. 2. Tugas Pokok Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional diberikan tugas untuk menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional. 7

10 3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional menyelenggarakan fungsi: a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional; b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kerja sama ekonomi internasional; c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kerja sama ekonomi bilateral; d. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang kerja sama ekonomi multilateral; e. koordinasi, sinkronisasi, perumusan, pemberdayaan, dan pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi regional; f. pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional terdiri atas: (a) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Asia; (b) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika dan Timur Tengah; (c) ) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik; (d) ) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional; (e) ) Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan; dan (f) Kelompok Jabatan Fungsional. Bagan struktur organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah sebagai berikut: 8

11 Gambar I.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Asia Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika dan Timur Tengah Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan Bidang Kerja Sama Ekonomi Asia Tengah dan Asia Timur Bidang Kerja Sama Ekonomi Asia Selatan dan Asia Tenggara Bidang Kerja Sama Ekonomi Eropa Bidang Kerja Sama Ekonomi Afrika dan Timur Tengah Bidang Kerja Sama Ekonomi Amerika Bidang Kerja Sama Ekonomi Pasifik Bidang Kerja Sama Ekonomi APEC dan Sub Regional Bidang Kerja Sama Ekonomi Pasifik Bidang Kerja Sama Ekonomi Multilateral Bidang Kerja Sama Ekonomi Pembiayaan Bidang Program dan Tata Kelola Kelompok Jabatan Fungsional C. ASPEK STRATEGIS Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis. Perannya sebagai koordinator untuk mengkoordinasikan dan mensinkronkan kebijakan kerja sama ekonomi internasional dan pengendali kebijakan kerja sama ekonomi internasional, perlu menjamin suksesnya pencapaian kinerja jangka panjang dan menyeluruh bagi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian guna mendukung kinerja pembangunan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan Presiden dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Periode Posisi strategis menjadi arah gerak Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam menentukan Sasaran yang akan dituju. Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah (1) terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; (2) 9

12 terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan (3) terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional. D. ISU STRATEGIS Kebijakan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam rangka mengemban tugas dan fungsi untuk melaksanakan arah kebijakan pembangunan nasional maupun program program prioritas nasional dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan berkelanjutan, melalui strategi koordinasi dan sinkronisasi, pengendalian, studi kebijakan/kajian/telaahan dan sosialisasi kerja sama ekonomi internasional. Strategi tersebut merupakan langkah-langkah Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mendorong peningkatan kinerja sektor/lintas sektor menjadi lebih optimal baik dalam pelaksanaan program/kegiatan sektor atau lintas sektor menjadi lebih efektif dan efisien. Salah satu upaya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional adalah dengan meningkatkan dan memperkuat kerja sama ekonomi internasional secara lebih luas, baik dalam skema Free Trade Agreement (FTA) maupun partnership. FTA bagi kebanyakan masyarakat Indonesia dalah negatif dan dianggap sebagai suatu ancaman, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Indonesia dapat memilih FTA skema-skema FTA yang dianggap tepat dan dapat menguntungkan Indonesia. Jadikan FTA sebagai peluang dan tantangan bagi Indonesia untuk memperluas pergaulan global dan mengambil manfaat ekonomi yang seluasluasnya untu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan pengelolaan sektor/lintas sektor dimaksud diharapkan dapat memberikan manfaat peningkatan produktivitas bagi sektor/lintas sektor bidang kerja sama ekonomi internasional. Untuk itu, fokus Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam upaya menuju sasaran strategis adalah : a) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Bilateral; b) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Multilateral; c) Peningkatan Kerjasama Ekonomi Regional. 10

13 Sinkronisasi program dan kebijakan pemerintah antara pusat dan daerah serta pola pikir masyarakat dan pelaku usaha yang belum melihat secara keseluruhan potensi dan peluang serta manfaat yang dapat diraih dalam keterbukaan pasar global dan juga integrasi ekonomi ASEAN. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang tepat dan berbagai kebijakan serta perbaikan regulasi yang mendukung program-program penguatan dibidang-bidang yang strategis. Sinergitas antar Kementerian dan Lembaga juga perlu dioptimalisasikan, sehingga perumusan dan strategi yang dibuat sebagai modal untuk terjun di pasar global dapat memperkuat posisi tawar Indonesia dalam berbagai perundingan di forum Internasional. 11

14 BAB II PERENCANAAN KINERJA Sesuai tugas pokok dan fungsi, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai rencana strategis yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai selama kurun waktu lebih dari 1 (satu) tahun, dengan memperhitungkan potensi dan peluang, serta kendala yang ada. Renstra Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang mencakup Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, serta pencapaian tujuan dan sasaran diuraikan dalam bab ini. Sedangkan terkait sasaran yang akan dicapai dalam tahun 2015 dijelaskan dalam Rencana Kerja (Renja) A. RENCANA STRATEGIS 1. VISI Visi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah: Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan di bidang kerja sama ekonomi internasional 2. MISI Misi Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional adalah : Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian di bidang kerja sama ekonomi internasional 3. TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai dalam koordinasi kerja sama ekonomi internasional adalah: Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional 12

15 4. SASARAN STRATEGIS Sasaran strategis yang ingin dicapai Kedeputian Kerja Sama Ekonomi Internasional dalam rangka mewujudkan tujuan, terkait dengan Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan melalui kerja sama ekonomi internasional, ditunjukkan dengan sasaran strategis 1, 2 dan sasaran strategis 3, yaitu: (1) terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; (2) terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan (3) terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional. B. RENCANA KERJA 2015 Untuk mewujudkan sasaran strategis telah ditetapkan Rencana Kerja Tahun 2015 dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional, melalui kegiatan : Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amerika & Pasifik Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional & Sub Regional Koordinasi dan sinkronisasi KSE Multilateral & Pembiayaan 2) Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional, melalui kegiatan: Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amrika & Pasifik Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional & Sub Regional Koordinasi dan sinkronisasi KSEMultilateral & Pembiayaan 3) Terwujudnya pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional, melalui kegiatan: 13

16 Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Asia Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Amerika & Pasifik Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Eropa, Afrika & Timur Tengah Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Regional & Sub Regional Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Multilateral & Pembiayaan Untuk lebih jelasnya rencana kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Rencana Kerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Tahun 2015 Program Sasaran Strategis Kegiatan Anggaran Koordinasi Kebijakan di Bidang Perekonomian Terwujudnya kordinasi dan sinkronisasi Koordinasi dan sinkronisasi KSE Asia Koordinasi dan sinkronisasi KSE Amerika & Pasifik Koordinasi dan sinkronisasi KSE Eropa, Afrika dan Timur Tengah Rp ,- Rp ,- Rp ,- kebijakan bidang kerja sama ekonomi internasional Koordinasi dan sinkronisasi KSE Regional dan Sub Regional Koordinasi dan sinkronisasi KSE Multilateral dan pembiayaan Rp ,- Rp ,- Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Asia Rp ,- Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Amerika & Pasifik Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Eropa, Afrika & Timur Tengah Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Regional & Sub Regional Monitoring & Evaluasi kebijakan KSE Multilateral & Pembiayaan Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp ,- Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Asia Rp ,- Terwujudnya pemahaman peserta Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Amerika & Pasifik Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Eropa, Afrika & Timur Tengah Rp ,- Rp ,- 14

17 atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Regional & Sub Regional Sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi Multilateral & Pembiayaan Rp ,- Rp ,- C. PERJANJIAN KINERJA Perjanjian Kinerja (PK) pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain adalah untuk: meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur. Dokumen PK merupakan dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian Kinerja pada Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional ditetapkan hanya hingga level Eselon II. Untuk level eselon di bawahnya hingga pelaksana, kontrak kinerja individu tertuang dalam Sasaran Kerja Pegawai. Pencapaian sasaran strategis diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan IKU disesuaikan dengan level organisasi atau kewenangan yang dimiliki oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu Indikator kinerja dan target tahunan yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja adalah merupakan indikator kinerja utama tingkat Eselon I (Deputi VII) yang telah ditetapkan dan merupakan penjabaran Renstra. Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2015 adalah sebagai berikut: 15

18 Tabel 2.2 IKU Deputi VII Tahun 2015 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerja sama ekonomi Internasional Terwujudnya pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi Internasional Pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terselesaikan Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional 85 % 75% 85% 85% 85% D. PENGUKURAN KINERJA Pengukuran tingkat capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2015 dilakukan dengan cara perbandingan antara realisasi dengan target pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh melalui penghitungan dengan menggunakan data target dan realisasi IKU yang tersedia. Dengan membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai NKO. Formula penghitungan NKO adalah sebagai berikut : NKO = Realisasi Target 100% 16

19 Mekanisme pengelolaan dan pengukuran kinerja Kedeputian VII berpedoman pada Permenko No. 9 Tahun 2015 terkait PK, IKU dan metode pengumpulan data kinerja. Alat bantu pengelolaan kinerja individu menggunakan sistem informasi dalam //skp.ekon.go.id. Pengukuran kinerja mengikuti arah cascading IKU level yang lebih tinggi. 17

20 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah dapat memenuhi sasaran strategis, sebagaimana yang dibebankan dan merupakan pelaksanaan dan tugas utama organisasi. Sasaran strategis organisasi yang dapat diwujudkan sesuai target yang ditetapkan dalam meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerjasama ekonomi internasional; pengendalian kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional; dan pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional. Untuk mencapai sasaran strategis tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional berkoordinasi dengan beberapa instansi pemerintah terkait seperti, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertahanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal dan instansi terkait lainnya. Selain itu, partisipasi pelaku bisnis juga dilibatkan melalui koordinasi dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) di bidang kerjasama ekonomi internasional. A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2015 adalah sebagai berikut: (1). Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi yang terselesaikan. Target rekomendasi kesepakatan yang ditetapkan pada tahun 2015 sebesar 85% dari 29 kesepakatan yang ada di wilayah kerja masing-masing Keasdepan, dan telah terealisasi sebanyak 27 kesepakatan. Berdasarkan hasil tersebut, apabila 18

21 dipresentasekan realisasi tahun 2015 adalah sebesar 94% dari target 85% sehingga mempunyai kinerja 110%. (2). Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA; Pada IKU ke-2 ini dapat merealisasikan 100% dari Pencapaian AEC Score Card Indonesia. Dimana untuk Indonesia mencapai 95,1%, sementara AEC Score Card ASEAN adalah 93,9%. Target tahun 2015 sebesar 75% dan capaian 100%, sehingga kinerja untuk IKU ini adalah 133%. (3). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Sepanjang tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti sebanyak 28 buah dengan realisasi 24 buah. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 86% dari target 85% atau mempunyai kinerja 101%. (4). Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Pada hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) pada tahun 2015, Kedeputian VII mencapai kinerja 108%. Dari 38 rekomendasi monev terdapat 35 rekomendasi yang ditindaklanjuti, sehingga realisasi mencapai 92% dari target 85%. (5). Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional. Terhadap IKU ini Kedeputian VII mencapai kinerja 83% dari target yang ditetapkan atau dibawah dari target. Hal ini disebabkan karena terdapat 1 kegiatan sosialisasi yang tidak dapat diselenggarakan, sehingga kinerja untuk IKU 5 sebesar 98%. 19

22 Capaian Kinerja Kedeputian VII pada tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Capaian Kinerja Kedeputian VII Tahun 2015 SS Indikator Kinerja Target 2015 Realisasi 2015 Kinerja Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Terwujudnya pengendalian kebijakan dibidang kerja sama ekonomi internasional Pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional Persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam MEA Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional 85% 94% 110% 75% 100% 133% 85% 86% 101% 85% 92% 108% 85% 83% 97,6% Grafik 3.1 Capaian Kinerja Kedeputian VII Tahun

23 B. ANALISIS CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Hasil-hasil koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang kerja sama ekonomi internasional mencakup hal-hal yang dituangkan dalam bentuk agreement / memorandum of understanding / agreed minutes / joint statement, dimana perjanjian tersebut mempunyai dampak perdagangan, investasi dan pembiayaan. Sedangkan hasil dari pengendalian kebijakan dibidang kerja sama ekonomi internasional berupa rekomendasi untuk tindaklanjut kebijakan kerja sama ekonomi internasional. Capaian kinerja Deputi bidang koordinasi kerja sama ekonomi internasional berhasil dicapai melalui rapat-rapat koordinasi, penyelenggaraan pertemuan internasional, focus group discussin (FGD) antar Kementerian/Lembaga dan stakeholder terkait serta menerapkan mekanisme pembagian kerja dan pertukaran infomasi yang dilakukan melalui rapat internal dan komunikasi serta sharing data melalui dan media komunikasi lainnya. Secara rinci capaian atas kinerja Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional tahun 2015 adalah sebagai berikut: (1). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terselesaikan. Kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang terselesaikan adalah kesepakatan yang disetujui/ditandatangani dalam pertemuan/perundingan kerja sama ekonomi internasional yang dikoordinasikan oleh Kedeputian VII. Target kesepakatan yang terselesaikan pada tahun 2015 sebanyak 29 kesepakatan yang ada di wilayah kerja masing-masing Keasdepan, dan telah terealisasi sebanyak 27 kesepakatan. Berdasarkan hasil tersebut, realisasi tahun 2015 adalah sebesar 94% dari target 85% sehingga mempunyai kinerja 110%. Jumlah 27 target kesepakatan yang terselesaikan dengan negara-negara dan lembaga-lembaga internasional yaitu dengan negara Jepang, China, Korea Selatan, Singapura, Timor Leste, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Rusia, Kazakhstan, Kazakhtan, Iran, JCM, UNESCAP, World Bank, COMCEC, UNFCC, ASEAN, APEC, RCEP, IMT-GT, dan BIMP-EAGA. Sementara kesepakatan yang 21

24 belum tercapai di tahun 2015 adalah kesepakatan dengan Palestina dan Steering Committee RI-Taiwan on Morotai Development Project. Hal ini dikarenakan ditundanya pelaksanaan Pertemuan atas permintaan dari Negara Mitra menjadi Tahun Kesepakatan yang telah terselesaikan dalam kerja sama ekonomi bilateral adalah Letter of Intent Between The Coordinating Ministry for Economic Affairs of The Republic of Indonesia and The Ministry of Commerce of The People's Republic of China Regarding Optimization of Coal Power Plants Assets-Fast Track Program 1, yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah China. Kesepakatan ini untuk meningkatkan kapasitas PLTU MW FTP 1 (Fast Tack Program 1). Agreed Minutes Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-x RI-Rusia. SKB RI-Rusia, merupakan payung kerja sama bilateral ekonomi RI-Rusia. Dengan ditandatanganinya agreed minutes SKB ke-x RI-Rusia tersebut, berbagai kerja sama ekonomi strategis dapat dilaksanakan, antara lain kerja sama proyek pembangunan jalur kereta api khusus di Kalimantan Timur yang telah dilakukan groundbreaking oleh Presiden RI pada tanggal 19 November Dengan adanya perjanjian ini penyediaan saran dan prasarana infrastruktur semakin meningkat, yang akan mendukung percepatan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteran masyarakat di Kalimantan Timur. Pada kerja sama Regional dan Sub Regional, kesepakatan yang telah terselesaikan adalah Joint Statement 9 th IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) Summit dan juga 11 th BIMP-EAGA (Brunei Darussalam- Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area) Summit yang merupakan komitmen dari para Kepala Negara untuk terus meningkatkan kerjasama di wilayah perbatasan. Para Kepala Negara bersepakat mendorong percepatan berbagai proyek infrastruktur yang ada di wilayah masingmasing untuk mendukung konektivitas. Diantara proyek tersebut adalah pembangunan jalan tol di Sumatera, pembangunan jalan tol antara Manado- 22

25 Bitung, pengembangan dryport di Entikong. Disamping itu disepakati juga untuk mengembangkan konsep pembangunan Green Cities dimana untuk Indonesia, akan dilaksanakan pilot project nya di Medan dan Batam. Dalam ketahanan pangan, telah diselesaikan kesepakatan untuk penambahan luas areal yang digunakan dalam pengembangan padi hibrida dan jagung hibrida di wilayah Sulawesi dan Kalimantan menjadi Ha. Kerjasama BIMP-EAGA dan IMT- GT ini adalah untuk membangun dan meningkatkan kerja sama ekonomi di wilayah perbatasan, sehingga dapat mempercepat pembangunan dan mengurangi kesenjangan pembangunan. Pada bulan November 2015, saat KTT ASEAN ke-.27, Menko Perekonomian selaku Ketua AEC Council Indonesia telah melakukan endorsement/persetujuan untuk AEC Blueprint Hal ini menandakan peran aktif Indonesia dalam memperkuat proses integrasi MEA pada periode dan perlunya memperkuat daya saing Indonesia. Kesepakatan yang dicapai dalam kerja sama ekonomi multilateral dan pembiayaan diantaranya adalah Agreed Minutes Sherpa G-20. Hasil dari Pertemuan Sherpa G20 adalah tersusunnya komitmen-komitmen pada tingkat tinggi dan tingkat teknis melalui kebijakan domestik maupun kebijakan bersama serta dukungan organisasi-organisasi internasional dalam rangka mencapai target tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 2% pada tahun Komitmen-komitmen tersebut menjadi faktor pendorong dari luar yang penting bagi Indonesia dalam menetapkan kebijakan guna mencapai target pembangunan sebagaimana telah ditetapkan melalui RPJMN. Pada bidang investasi dan infrastruktur, tahun ini telah mulai dioperasikan Global Investment Hub, suatu prakarsa G20 untuk membantu menjembatani kesenjangan informasi antara investor dengan proyek infrastruktur khususnya di negara berkembang. Dengan adanya lembaga ini, diharapkan dapat memperluas akses pendanaan bagi pembangunan infrastruktur di Indonesia. Selain itu, atas permintaan G20, beberapa organisasi internasional telah menyusun beberapa pedoman terkait 23

26 project preparations, termasuk prioritasisasi proyek infrastruktur di negara berkembang. Terkait kebijakan ketenagakerjaan, salah satu komitmen yang dicapai adalah target untuk mengurangi jumlah pemuda yang tidak dapat masuk dalam angkatan kerja sampai 15% pada tahun 2025, dimana hal ini sangat relevan bagi Indonesia dalam mengelola bonus demografi sehingga dapat diperoleh kontribusi positif dari para pemuda pada usia produktif mereka. Dalam melanjutkan upaya untuk mereformasi sistem perpajakan internasional guna mengurangi praktek penghindaran pajak oleh perusahan multinasional, pada tahun ini G20 bersama dengan organisasi internasional telah melakukan capacity building untuk memperkuat institusi perpajakan di negara-negara berkembang dimana program tersebut dapat mendukung upaya Indonesia dalam meningkatkan penerimaan pajak. Pada isu perdagangan, G20 berupaya mendorong perdagangan lebih terbuka, termasuk himbauan dalam perundingan Regional Trade Agreement dan Free Trade Agreement dapat memperkuat multilateral trading system. (2). Persentase (%) rekomendasi hasil penguatan daya saing nasional dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA); Menteri Koordinator Bidang Perekonomian adalah ASEAN Economic Community (AEC) Council Indonesia dan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional sebagai pelaksana tugas AEC Council Indonesia. AEC Council mempunyai tugas: 1) menjamin pelaksanaan/implementasi keputusan-keputusan KTT ASEAN; 2) mengkoordinasikan kerja dari berbagai sektor yang berada dalam koordinasi AEC Council, terdiri dari 9 ministerial bodies yaitu: Economic, Finance, Agri-Forestry, Fisheries, Energy-Minerals, Science & Technology, Telecom & Information Technology, Transport, dan Tourism; 3) menyampaikan laporan dan rekomendasi kepada KTT ASEAN/Leaders mengenai hal-hal yang berada di lingkup koordinasinya. Pada pilar ekonomi ASEAN, yang menjadi roadmap adalah Implementasi ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint 2015, dimana sejak AEC Blueprint 24

27 ditandatangani pada tahun 2008 implementasi AEC Blueprint dimonitor dengan mekanisme Scorecard (mekanisme perwujudan MEA secara kuantitatif). Elemen pokok yang diukur sesuai AEC Pillar adalah: single market and production base; competitive economic region; equitable economic development; integration into the global economy. Pada IKU ke-2 ini, kedeputian VII melakukan rapat koordinasi, seminar, sosialisasi, monitoring dan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk pencapaian AEC Score Card, dimana implementasi AEC score card sekaligus memacu peningkatan daya saing. Peningkatan daya saing merupakan kata kunci karena produk ekspor Indonesia mempunyai karakteristik yang sama dengan produk ekspor negara ASEAN lainnya. Pencapaian AEC Score Card Indonesia adalah 95,1%. Sementara pencapaian AEC Score Card ASEAN adalah 93,9% pada akhir bulan Desember Sehingga pencapaian AEC Score Card Indonesia telah melampaui dari pencapaian ASEAN secara umum. Target tahun 2015 sebesar 75% dan capaian 95,1% atau mempunyai kinerja 126%. Untuk lebih jelasnya capaian AEC score card, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Table 3.2 Capaian AEC Score Card berdasarkan AEC Pillar, AEC Pillar Fully Implemented Not Implemented Total Measures Implementation Rate Single Market and Production Base 258 (19) % Competitive Economic Region 158 (12) % Equitable Economic Development 35 (0) % Integration into the Global Economy 24 (0) % Total 475 (31) % Notes: Figures in parentheses indicate the number of HPMs; all HPMs are ASEAN-wide measures except for one: Exchange alliance initiatives of ASEAN Stock Exchange. Sumber: Sekretariat ASEAN,

28 Table 3.3 Capaian AEC Score Card berdasarkan Negara Anggota ASEAN, Focused base of 506 measures, by AMS (as at 31 December 2015) AEC Pillar Fully Not Implementation Implemented Implemented Rate Brunei Darussalam % Cambodia % Indonesia % Lao PDR % Malaysia % Myanmar % Philippines % Singapore % Thailand % Viet Nam % AMS : ASEAN Member States Sumber : Sekretariat ASEAN, 2015 Grafik 3.2 Capaian AEC Score Card berdasarkan AEC Pillar, % 100% Sumber : Sekretariat ASEAN, 2015 Rekomendasi yang diberikan untuk pencapaian AEC score card Indonesia, diantaranya adalah: Pengunaan Surat Keterangan Asal (SKA) / Cerificate of Origin (CoO) terhadap produk-roduk Indonesia dalam memasuki pasar ASEAN. Penggunaan SKA ini akan meningkatkan daya saing produk Indonesia 26

29 karena memperoleh tarif bea masuk ke ASEAN sebesar 0%. Gambar berikut adalah penggunaan SKA produk Indonesia yang cenderung meningkat. Grafik 3.3 Data Penggunaan SKA untuk Produk Indonesia Sumber: Direktorat Fasilitasi Ekspor, Kemendag, 2015 Pemanfaatan liberalisasi tenaga kerja profesional (skilled worker) dalam rangka mewujudkan Pilar Pertama MEA yaitu Pasar Tunggal dan basis Produksi. Indonesia mempunyai keunggulan dalam tenaga kerja profesional. Dari 8 (delapan) MRA (Mutual Recognation Arrangement) yang telah disepakati di ASEAN yaitu dokter, dokter gigi, perawat, insinyur, arsitek, akuntan, tenaga pariwisata, dan tenaga surveyor. Insinyur dan arsitek adalah 2 (dua) profesi yang telah terimplementasi. Dari kedua profesi tersebut, jumlah insinyur dan arsitek Indonesia merupakan yang terbesar di ASEAN (sebagaimana tabel terlampir) Tabel 3.4 Perbandingan Data Insinyur dan Arsitek di Negara ASEAN Member States Engineering (ACPEs) Architecture (AAs) Brunei Darussalam 2 1 Cambodia

30 Indonesia 579 (41%) 84 (29%) Lao PDR 3 6 Malaysia Myanmar Philippines Singapore Thailand Viet Nam Total Sumber: Sekretariat ASEAN, 2015 Optimalisasi keberadaan Pusat Studi ASEAN (PSA)/ASEAN Study Center (ASC) di Perguruan Tinggi. Saat ini telah berdiri 20 PSA di Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta yang mempunyai ketertarikan terhadap isu-isu ASEAN. Dari ke-20 PSA beberapa PSA telah menghasilkan rekomendasi yaitu PSA Universitas Gadjah Mada tentang Usaha Kecil dan Menengah dan PSA Universitas Indonesia mengenai MRA. Berikut adalah daftra PSA yang ada di Indonesia. 28

31 (3). Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Sepanjang tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional mempunyai target kesepakatan yang dapat ditindaklanjuti sebanyak 28 buah dengan realisasi 24 buah. Sehingga realisasinya mencapai sebesar 86% dari target 85% atau mempunyai kinerja 101%. Tindak lanjut kesepakatan dalam kerjasama bilateral diantaranya adalah : Diselenggarakannya rapat koordinasi inter kementerian monitoring pelaksanaan Lease Back PLTU MW FTP 1 sebagai follow up Letter of Intent Between The Coordinating Ministry for Economic Affairs of The Republic of Indonesia and The Ministry of Commerce of The People's Republic of China; Tersusunnya skema mekanisme pembayaran antara perbankan Indonesia dan Iran sebagai hasil dari Sidang Komisi Bersama (SKB) bidang ekonomi RI-Iran, yang dipimpin oleh Bapak Menko Perekonomian Tahun 2015 untuk mengatasi hambatan dalam melakukan transaksi pembayaran dan pembiayaan yang diakibatkan oleh sanksi OFAC (Office of Foreign Assets Control) Amerika yang berdampak pada menurunnya volume perdagangan antara Indonesia dan Iran. Groundbreaking Proyek Kereta Api Khusus Angkutan Batubara di Kalimantan Timur oleh Presiden RI, Bapak Ir. Joko Widodo, pada tanggal 19 November 2015 di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, sebagai tindak lanjut dari kerja sama RI-Rusia dibawah kerangka Sidang Komisi Bersama (SKB) yang dipimpin oleh Menko Perekonomian dari pihak Indonesia dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan dari pihak Rusia. 29

32 Guna mendukung kesepakatan yang telah dilakukan oleh Kepala Negara maupun Menteri dalam kerjasama ekonomi regional dan sub regional, maka beberapa tindak lanjut yang telah dilaksanakan antara lain: Groundbreaking jalan tol di Sumatera untuk ruas: Bakauheni-Terbanggi Besar. Pembangunan ini merupakan tahap awal dimana nantinya diharapkan jalan tol akan menyambung dari Lampung-Aceh. Outcome dari pembangunan jalan tol ini adalah transportasi lebih cepat, biaya lebih murah, dan harga barang juga lebih murah. Untuk mendukung pembangunan di Entikong sebagai pintu masuk ekspor-impor, maka tindak lanjut pertama yang dilaksanakan adalah perubahan status lahan di Entikong dari hutan lindung untuk dapat digunakan sebagai fungsi lain. Untuk itu telah dikeluarkan SK Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup terkait perubahan status hutan lindung. Tahun 2015 dilakukan tender proyek untuk pembangunan jalan dan fasilitas terkait CIQ (Custom, Immigration and Quarantine) di Entikong. Sedangkan dalam kerjasama APEC, dalam rangka tindak lanjut dari Pertemuan Tingkat Menteri terkait Structural Reform maka dikembangkan website Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum (JDIH). Dalam website ini akan memuat berbagai produk hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah dan dapat diakses oleh masyarakat umum secara online dan tidak berbayar. Pada kerja sama ekonomi multilateral, kesepakatan yang ditindaklanjuti dari Agreed Minutes Joint Crediting Mechanism (JCM) Meeting adalah diadopsinya dokumen Suistainable Development Criteria (SDC) dan Guidlines for the Sustainable Development Implementation Plan (SDIP) dan The Sustainable Development Implementation Report (SDIR); diadopsinya dokumen JCM Common Specification dan dokumen terkait alokasi kredit diterima secara sementara oleh kedua belah pihak (RI-Japan). 30

33 (4). Persentase (%) rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi kerja sama ekonomi internasional yang ditindaklanjuti; Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan untuk memonitor pelaksanaan kebijakan yang telah disepakati berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan juga merupakan umpan balik terhadap kebijakan yang dilakukan sebagai bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan dan peningkatan dalam pengambilan keputusan. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan efektifitas kegiatan dan efisiensi sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan program kegiatan. Kegiatan monev yang dilakukan pada kerja sama ekonomi bilateral umumnya bertujuan untuk menggali potensi investasi dan perdagangan yang ada di masing-masing provinsi maupun kabupaten. Sedangkan monev yang dilakukan pada kerjasama regional dan multilateral untuk meninjau kesesuaian proyek/program kerjasama dengan kesepakatan pada perjanjian dibidang kerja sama ekonomi regional dan multilateral. Pada hasil pelaksanaan kegiatan monev pada tahun 2015, Kedeputian VII mencapai kinerja 108%. Dari 38 rekomendasi monev terdapat 35 rekomendasi yang ditindaklanjuti, sehingga realisasi mencapai 92% dari target 85%. Salah satu rekomendasi hasil monev dalam kerjasama multilateral yang ditindaklanjuti adalah evaluasi usulan proyek REDD+ kabupaten Boalemo di Maluku, yang menjadi kandidat proyek JCM bahwa proyek tersebut belum layak sebagai proyek JCM dan terpenuhinya proyek JCM Lawson dengan MyClimate sesuai dengan dokumen PDD (Project Document Design). Selain kunjungan ke lapangan, dalam kegiatan monev dilaksanakan juga kajian Cetak Biru Peran Indonesia di G-20 yang merupakan bahan masukan Kemenko Perekonomian dalam memperkuat diplomasi ekonomi Indonesia. Kajian ini adalah sebagai pedoman bagi Pemerintah Indonesia dalam mengidentifikasi kebijakan yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia dalam 31

34 G20. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi pedoman dalam mendorong kerja sama yang lebih erat antara Pemerintah Indonesia dan negara-negara G20 guna pemulihan ekonomi global dan menjaga terciptanya sistem perekonomian global yang kuat, berkelanjutan dan seimbang serta mampu memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat terkait potential benefit keanggotaan Indonesia di G20. (5). Persentase (%) pemahaman peserta atas materi sosialisasi hasil-hasil kerjasama ekonomi internasional. Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan yang telah dilakukan oleh Kedeputian VII kepada stakeholder terkait. Dengan mengikuti sosialisasi ini diharapkan para peserta dapat mengetahui dan memahami berbagai kegiatan kerja sama ekonomi bilateral, multilateral dan regional yang telah dilaksanakan oleh Kedeputian VII Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta untuk mendapat masukan dari stakeholder, terkait kebijakan kerja sama ekonomi internasional. Sosialisasi merupakan representasi dari berbagai kerjasama ekonomi Internasional yang telah dilakukan oleh Kedeputian VII Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kegiatan tersebut dinilai telah memberikan kontribusi secara langsung bagi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan investasi, peningkatan volume ekspor dan perdagangan serta pengendalian terhadap stabilitas harga. Terhadap IKU ini Kedeputian VII mencapai kinerja 83% dari target yang ditetapkan atau dibawah dari target. Hal ini disebabkan karena terdapat 1 kegiatan sosialisasi yang tidak dapat diselenggarakan, sehingga kinerja untuk IKU 5 sebesar 98%. Melalui sosialisasi tersebut, diharapkan para peserta dapat berperan aktif dalam mengkritisi maupun memberikan masukan bagi peningkatan kualitas kinerja Kedeputian VII sekaligus memberikan masukan atas kebijakan kerja sama ekonomi internasinal yang dilakukan oleh Pemerintah. Outcome dari sosialisasi hasil-hasil kerja sama ekonomi internasional yang dilakukan adalah bertambahnya pengetahuan dan pemahaman stakeholder 32

35 di Sumatera Selatan tentang kerjasama ekonomi Asia dan pemahaman akademisi di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta tentang Peningkatan Peran Indonesia dalam forum G-20. Guna mendukung sasaran strategis Kedeputian VII, selain dari manfaat yang mempunyai daya ungkit tinggi di atas, dapat dilihat pada Lampiran Rincian Koordinasi Kerja Sama Ekonomi internasional. Dalam pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, terdapat beberapa kendala yang dihadapi, yaitu perlunya koordinasi dan sinkronisasi yang lebih intensif antara pemerintah pusat dan daerah serta pola pikir masyakarkat dan pelaku usaha yang belum melihat secara keseluruhan potensi dan peluang serta manfaat yang dapat diraih dalam keterbukaan pasar global. Kendala bahasa juga menjadi salah satu faktor tidak aktifnya pemerintah daerah pada forum-forum internasional, misalnya pada pertemuan BIMP-EAGA dan IMT-GT yang seharusnya daerah lebih aktif dalam memanfaatkan peluang kerja sama ekonomi yang ada. Selain itu Pertemuan kerja sama ekonomi internasional memerlukan kesesuaian waktu antara 2 (dua) negara atau lebih sehingga terdapat beberapa penyelenggaraan pertemuan bilateral yang tertunda. Capaian kinerja dalam tahun 2015 merupakan tindak lanjut dari rekomendasi kebijakan yang dituangkan dalam Laporan Kinerja Tahun 2014, demikian seterusnya, sehingga capaian kinerja bersifat kontinuitas sebagaimana tercantum dalam Renstra Deputi VII Tahun Hal tersebut dapat dilihat pada analisis capaian kinerja dari waktu ke waktu. C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA DARI WAKTU KE WAKTU Pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 target untuk persentase (%) kesepakatan kerjasama ekonomi internasional yang terselesaikan rata-rata sama, yaitu sebesar 85% dengan realisasi tahun 2013 sebesar 94%, tahun 2014 sebesar 92% dan 33

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional SS Indikator Target 2015 Terwujudnya

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

Tingkat Kementerian dan Eselon I

Tingkat Kementerian dan Eselon I Tingkat Kementerian dan Eselon I IKU KEMENTERIAN 1 Presentase Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Yang Terimplementasi Definisi : Implementasi program-program koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2015-2019 DEPUTI BIDANG KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL KATA PENGANTAR Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan Karunia-Nya, penyusunan

Lebih terperinci

LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2016

LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2016 LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2016 Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia LAKIP

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

Manual Indikator Kinerja Utama

Manual Indikator Kinerja Utama 2017 Manual Indikator Kinerja Utama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indikator kinerja Target 2017 Ket Menjaga Target Indikator Pembangunan Bidang Ekonomi : 1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 2. PDB

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015 Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional

LAPORAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015 Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi SS Indikator Target Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang kerjasama Ekonomi Persentase (%) kesepakatan kerja sama ekonomi internasional

Lebih terperinci

Manual Indikator Kinerja Utama. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Manual Indikator Kinerja Utama. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Manual Indikator Kinerja Utama 2016 Kumpulan manual Indikator Kinerja Utama teriri dari IKU tingkat Kementerian dan Unit Eselon I di Lingkungan Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini CAPAIAN MEA 2015 Barang Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini Tariff 0% untuk hampir semua produk kecuali MINOL, Beras dan Gula ROO / NTMs Trade & Customs Law/Rule National Trade Repository (NTR)/ATR Fokus

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemeri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1008, 2016 KEMENRISTEK-DIKTI. Laporan Kinerja. PTN. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA 2016

PERJANJIAN KINERJA 2016 PERJANJIAN KINERJA 2016 Perjanjian Kinerja 2016 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENGERTIAN Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2017, KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT, KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2016 ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : A. KEMENTRIAN : () KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gambaran Umum G20 Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Latar Belakang Faktor utama terbentuknya G20 Ketergantungan antar negara semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis BAB II Renstra Tahun 2015 2019 merupakan panduan pelaksanaan tugas dan fungsi pada periode 2015 2019 yang disusun berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Tahun 2010

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari 2015 Kepala Biro Perencanaan,

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari 2015 Kepala Biro Perencanaan, KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah laporan kinerja Tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Memasuki awal tahun 2016 sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat IV melakukan kegiatan yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN UKM Jl. Medan Merdeka Barat No.7, Jakarta Pusat

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN RKT (Rencana Kinerja Tahunan) TA 2015 PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam hal peningkatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) merupakan suatu hal yang penting bagi terselenggaranya tatakelola kinerja yang baik, oleh karenanya, RKT menjadi suatu hal yang cukup kritikal yang harus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja

Kerangka Acuan Kerja KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Kerangka Acuan Kerja TENAGA PENDUKUNG TEKNIS BIDANG WORKING GROUP (WG) PENGEMBANGAN BATAM-BINTAN-KARIMUN (BBK) KERJASAMA EKONOMI INDONESIA SINGAPURA (04.1) TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : 7 TAHUN 2015 TANGGAL : 18 SEPTEMBER 2015 KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Sekretariat Kementerian

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Bambang Tjahjono Bidang Program

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) 5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK NILAI-NILAI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Informasi dan Dokumentasi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

Peran Partisipan Proyek dalam JCM. Sekretariat JCM Indonesia

Peran Partisipan Proyek dalam JCM. Sekretariat JCM Indonesia Peran dalam JCM Sekretariat JCM Indonesia Konsep dasar JCM Jepang Digunakan untuk membantu memenuhi target penurunan emisi Jepang Teknologi, investasi, pendanaan dan pembangunan kapasitas Sistem pelaporan,

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016 PEMANTAUAN KEGIATAN Triwulan III Tahun 2016 Kode dan Nama Unit Organisasi Kode Dan Nama Program

Lebih terperinci

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II

P a g e 12 PERENCANAAN KINERJA. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lingga BAB. II BAB. II PERENCANAAN KINERJA Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam system akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Perjanjian Kinerja merupakan salah satu tahapan dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah yang termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci