LAPORAN KINERJA. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

2 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif i iii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi C. Aspek Strategis D. Isu Strategis BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 A. Rencana Strategis 6 B. Rencana Kerja C. Perjanjian Kinerja 10 D. Pengukuran Kinerja 11 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 15 A. Capaian Kinerja Organisasi B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu D. Realisasi Anggaran E. Capaian Kinerja Lainnya BAB IV PENUTUP 38 LAMPIRAN: 1. Perjanjian Kinerja 2. Pengukuran Kinerja

3 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Tahun 2016 merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja sebagai salah satu Unit Eselon I Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengelolaan Energi, Sumber Daya Mineral dan Lingkungan Hidup disusun dalam rangka memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun Deputi Bidang Pengelolaan Energi, Sumber Daya Mineral dan Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dengan tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Selama tahun 2016 Deputi Bidang Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang sejalan dengan Peta Strategi Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yang diterjemahkan dalam Kontrak Kinerja dan Indikator Kinerja Utama, serta kinerja lainnya. i

4

5 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja merupakan laporan capaian-capaian target indikator kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2016, dan sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap Bagian di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun , dan Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup. Dalam memenuhi tugas dan fungsi yang ada pada Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun mempunyai aspek strategis untuk menjamin terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, melalui koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup, dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Strategis iii

6 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup berperan dalam mewujudkan tercapainya tujuan terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, melalui penyelesaian permasalahan, penyusunan regulasi, perbaikan kebijakan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi mencakup peningkatan dan pemanfaatan sumber daya energi fosil dan energi terbarukan secara efektif dan efisien, penggunaan kawasan hutan yang optimal dan tidak merusak, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan penanganan dampak perubahan iklim, serta perbaikan transparansi di bidang industri ekstraktif. Sebagai penjabaran Dokumen Renstra Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, maka telah disusun pula Dokumen Renstra Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Tahun Sesuai dengan Dokumen Renstra tersebut, maka Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup mempunyai Sasaran Strategis, yaitu: (1) Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup; (2) Meningkatnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup; dan (3) Meningkatnya pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru Extractive Industries Transparency Initiative (EITI). Pengukuran capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran dengan realisasi pada masing-masing indikator kinerja yang telah telah direview, serta ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja, yaitu: (1) iv

7 Persentase rancangan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup; (2) Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasi, dan (3) Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI. Berdasarkan ketiga indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka pencapaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup tahun 2016 rata-rata adalah sebesar 100,0%. Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh adanya input pendanaan atau anggaran sebesar Rp 15,5 miliar dengan realisasi sebesar 81,3%. Realisasi penyerapan ini lebih tinggi dibandingkan target penyerapan anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebesar 93%. Capaian realisasi anggaran meningkat sedikit dibandingkan tahun 2015, meski lebih rendah capaian realisasi anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang diakibatkan oleh terlambatnya kegiatan EITI.. Adanya perbaikan kinerja juga mencerminkan telah tercapainya outcome secara efektif, termasuk yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan harapan para pemangku kepentingan yang dilakukan melalui koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan. Pencapaian target tersebut di atas juga didukung oleh keterlibatan dan dukungan aktif para pemangku kepentingan, mencakup instansi pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan serta masyarakat madani yang merupakan kesatuan dalam pembangunan perekonomian nasional. Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai tersebut perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang, sementara terhadap kegiatan yang capaian kinerjanya belum mencapai target seperti yang telah direncanakan akan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang melalui perbaikan-perbaikan secara bertahap. Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat keselarasan antara perencanaan dan strategi yang dirumuskan oleh pimpinan Kementerian v

8 Koordinator Bidang Perekonomian dengan pelaksanaan sehingga dapat dijadikan alat pengambilan keputusan maupun penetapan kebijakan, serta dapat memberikan informasi transparan, baik kepada Pemimpin di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian maupun berbagai pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada tahun-tahun yang mendatang. vi

9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah unsur pembantu pimpinan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mempunyai tugas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Komitmen yang sudah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup pada Awal Tahun 2016 dilaksanakan dan dituangkan dalam Laporan. Laporan Kinerja merupakan laporan capaian-capaian target indikator kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2016, sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap Bagian di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Tahun 2016, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup melalui Kegiatan Sinkronisasi, Koordinasi dan Pengendalian Kebijakan telah menghasilkan rekomendasirekomendasi kebijakan untuk mengatasi isu dibidang Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Rekomendasi tersebut telah memberikan outcome dalam memenuhi harapan stakeholder khususnya dibidang transformasi industri sesuai dengan road map Kemenko Bidang Perekonomian. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang [1]

10 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun , dan Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup. B. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan Kementerian Negara yang dibentuk dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tanggal 21 Januari 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup. Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup; b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup; c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang percepatan peningkatan [2]

11 produktivitas energi; d. pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang percepatan produktivitas energi; e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang peningkatan tata kelola industri ekstraktif; f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya alam pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup; g. pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya alam, pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup; h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup; dan i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator. Secara rinci struktur organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup dijelaskan pada gambar berikut: [3]

12 Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Asisten Deputi Produktivitas Energi Asisten Deputi Infrastruktur Energi Asisten Deputi Industri Ekstraktif Asisten Deputi Tata Kelola Kehutanan Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup Sumber: Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 5/2015 C. Aspek Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup mempunyai aspek strategis untuk menjamin terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, melalui koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup, dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Aspek strategis tersebut diwujudkan dengan melalui perbaikan tata kelola yang baik dengan tercapainya Sasaran Startegis sebagai berikut : [4]

13 1. Meningkatkan hasil koordinasi dan sinkronisasi dalam perumusan, dan penetapan kebijakan Kementerian/Lembaga terkait pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang sejalan dengan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Meningkatkan hasil pengendalian implementasi kebijakan Kementerian/Lembaga terkait pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup yang sejalan dengan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. D. Isu Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup turut berperan dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait, meliputi : perbaikan perizinan dan iklim investasi, ketahanan energi, pencegahan kebakaran hutan dan lahan, pelestarian lingkungan hidup, penyusunan regulasi, perbaikan kebijakan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup. Isu yang dihadapi tahun 2016 mencakup : pemanfaatan sumber daya energi fosil dan energi terbarukan secara efektif dan efisien, penggunaan kawasan hutan yang optimal dan tidak merusak, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan penanganan dampak perubahan iklim, serta perbaikan transparansi di bidang industri ekstraktif. Isu-isu tersebut ditangani melalui koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan agar menuju pemenuhan harapan stakeholder dalam lingkup transformasi industri (Peta Strategi Kementerian) [5]

14 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun , Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berfungsi sebagai: (a) pedoman dalam penyusunan Renstra Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; dan (b) pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sesuai dengan Dokumen Renstra, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai visi: Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai misi: Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian. Berdasarkan Visi dan Misi tersebut, maka tujuan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dan terwujudnya kinerja organisasi yang baik. Sementara itu, Sasaran Strategis 1 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah: Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian, dan Sasaran Strategis 2 adalah: Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Perekonomian. Sebagai penjabaran Dokumen Renstra Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, maka telah disusun pula Dokumen Renstra Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Tahun Sesuai dengan Dokumen Renstra tersebut, maka Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup mempunyai Sasaran Strategis sebagai berikut: [6]

15 Sasaran Program 1 : Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Sasaran Program 2 : Peningkatan pengendalian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Sasaran Program 3 : Peningkatan pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru Extractive Industries Transparency Initiative (EITI). B. Rencana Kerja 2016 Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat program, kegiatan, sasaran kegiatan beserta indikatornya, target, dan sumber/alokasi pendanaan. Rencana Kerja tersebut disusun dalam rangka mencapai sasaran strategis organisasi. Adapun Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, dan Target pada Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup terinci dalam Tabel 2.1. Distribusi Anggaran dan Target keluaran masing-masing unit di kedeputian Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut : [7]

16 Tabel 2.1. Rencana Kerja Deputi Bidang Pengelolaan Energi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup TA 2016 Program Kegiatan Sasaran Kegiatan Output Target Dana 2016 (Rp 000) Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Koordinasi Kebijakan Produktivitas Energi. Koordinasi Kebijakan Infrastruktur Energi. Koordinasi Kebijakan Industri Ekstraktif Koordinasi Kebijakan Bidang Tata Kelola Kehutanan Koordinasi Kebijakan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam upaya pencapaian sasaran peningkatan produktivitas energi Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam upaya pencapaian sasaran peningkatan infrastruktur energi Terwujudnya koordinasi kebijakan bidang Industri Ekstraktif Terimplementasinya rekomendasi kebijakan dibidang tata kelola kehutanan untuk antisipasi perubahan iklim Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam upaya pencapaian sasaran peningkatan pelestarian lingkungan hidup Laporan rekomendasi kebijakan di bidang produktivitas energi yang terimplementasi Laporan rekomendasi pengendalian kebijakan di bidang produktivitas energi Layanan Dukungan Administrasi dan Tata Kelola Laporan rekomendasi kebijakan di bidang infrastruktur energi yang terimplementasi Laporan rekomendasi pengendalian kebijakan di bidang infrastruktur energi Laporan rekomendasi kebijakan di bidang industri ekstraktif yang terimplementasi Laporan rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang industri ekstraktif Laporan pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI Laporan Rekomendasi Kebijakan di bidang Tata Kelola Kehutanan yang terimplementasi Laporan Rekomendasi Pengendalian pelaksanaan kebijakan Tata Kelola Kehutanan Laporan rekomendasi kebijakan di bidang pelestarian lingkungan hidup yang terimplementasi Laporan rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian lingkungan hidup 3 rekomendasi 3 rekomendasi Jumlah layanan dukungan administrasi dan tata kelola 3 rekomendasi 3 rekomendasi 3 rekomendasi 3 rekomendasi 90% 3 rekomendasi 3 rekomendasi Total Pendanaan Sumber: Revisi Rencana Kerja Tahun 2016-Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (diolah) [8]

17 Tabel 2.2. Pencapaian Kinerja Kedeputian Pengelolaan Energi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Tahun 2016 Program Kegiatan Sasaran Kegiatan Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Koordinasi Kebijakan Produktivitas Energi. Koordinasi Kebijakan Infrastruktur Energi. Koordinasi Kebijakan Industri Ekstraktif Koordinasi Kebijakan Bidang Tata Kelola Kehutanan Koordinasi Kebijakan Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam upaya pencapaian sasaran peningkatan produktivitas energi Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam upaya pencapaian sasaran peningkatan infrastruktur energi Terwujudnya koordinasi kebijakan bidang Industri Ekstraktif Terimplementasi nya rekomendasi kebijakan dibidang tata kelola kehutanan untuk antisipasi perubahan iklim Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam upaya pencapaian sasaran peningkatan pelestarian lingkungan hidup Output Laporan rekomendasi kebijakan di bidang produktivitas energi yang terimplementasi Laporan rekomendasi pengendalian kebijakan di bidang produktivitas energi Layanan Dukungan Administrasi dan Tata Kelola Laporan rekomendasi kebijakan di bidang infrastruktur energi yang terimplementasi Laporan rekomendasi pengendalian kebijakan di bidang infrastruktur energi Laporan rekomendasi kebijakan di bidang industri ekstraktif yang terimplementasi Laporan rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang industri ekstraktif Laporan pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI Laporan Rekomendasi Kebijakan di bidang Tata Kelola Kehutanan yang terimplementasi Laporan Rekomendasi Pengendalian pelaksanaan kebijakan Tata Kelola Kehutanan Laporan rekomendasi kebijakan di bidang pelestarian lingkungan hidup yang terimplementasi Laporan rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian lingkungan hidup [9] Target 3 rekomendasi 3 rekomendasi Jumlah layanan dukungan administrasi dan tata kelola 3 rekomendasi 3 rekomendasi 3 rekomendasi 3 rekomendasi 90% 3 rekomendasi 3 rekomendasi Pagu Awal 2016 (Rp 000) Pagu Revisi 2016 (Rp 000) rekomendasi Total Pendanaan Dalam perjalanannya, sesuai dengan kebijakan nasional melalui Inpres Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan dan Pemotongan Bilanja K/L dalam rangka Pelaksanaan Anggaran dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016, dilakukan penghematan anggaran dari pagu Rp ,- menjadi sebesar Rp ,-

18 C. Perjanjian Kinerja Perjanjian Kinerja (PK) merupakan pernyataan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup untuk Eselon I dan Eselon II digambarkan pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3. Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja Eselon I TA Jabatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016 Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Meningkatnya pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) Sumber : Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Persentase rancangan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang diselesaikan Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasikan Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI 100 % 100 % 90% [10]

19 Tabel 2.4. Perjanjian Kinerja Eselon II TA Jabatan Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target 2016 Asisten Deputi Produktivitas Energi Asisten Deputi Infrastruktur Energi Asisten Deputi Industri Ekstraktif Asisten Deputi Tata Kelola Kehutanan Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup Terwujudnya koordinasi kebijakan bidang Produktivitas Energi Terwujudnya pengendalian kebijakan bidang Produktivitas Energi Terwujudnya Layanan Dukungan Administrasi Kegiatan dan Tata Kelola pada Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Terwujudnya koordinasi kebijakan bidang Infrastruktur Energi Terwujudnya pengendalian kebijakan bidang Infrastruktur Energi Terwujudnya koordinasi kebijakan bidang Industri Ekstraktif Terwujudnya pengendalian kebijakan bidang Industri Ekstraktif Meningkatnya pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI Terwujudnya koordinasi kebijakan bidang Tata Kelola Kehutanan Sumber : Perjanjian Kinerja Tahun 2016 (diolah). Terwujudnya pengendalian kebijakan bidang Tata Kelola Kehutanan Terwujudnya koordinasi kebijakan bidang Pelestarian Lingkungan Hidup Terwujudnya pengendalian kebijakan bidang Pelestarian Lingkungan Hidup Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Produktivitas Energi yang terimplementasi Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Produktivitas Energi Jumlah Layanan Dukungan Administrasi Kegiatan dan Tata Kelola pada Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Infrastruktur Energi yang terimplementasi Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Infrastruktur Energi Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Industri Ekstraktif yang terimplementasi Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Industri Ekstraktif Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Tata Kelola Kehutanan yang terimplementasi Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Tata Kelola Kehutanan Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Pelestarian Lingkungan Hidup yang terimplementasi Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Pelestarian Lingkungan Hidup 100% 100% 12/bln 100% 100% 100% 100% 90% 100% 100% 100% 100% D. Pengukuran Kinerja Pengukuran capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dan target. Adapun pengukuran kinerja dari dihitung dengan Formula untuk masing-masing indikator kinerja sebagai berikut: [11]

20 D.1 Indikator kinerja 1, Persentase realisasi rancangan peraturan perundangundangan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang diselesaikan Indikator kinerja realisasi rancangan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup yang telah diselesaikan dihitung sesuai jumlah peraturan perundang-undangan baru dengan target 5 (lima) buah yang diselesaikan selama 1 (satu) tahun di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Kategori peraturan perundang-undangan mencakup: (1) Undang-Undang; (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; (3) Peraturan Pemerintah; (4) Peraturan Presiden; (5) Instruksi Presiden; dan (6) Peraturan Menteri yang dikoordinasikan di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Adapun cara perhitungan dan pemberian warna NKO kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup yang terimplementasi adalah sebagai berikut: Indeks Capaian = Realisasi x 100% (maksimum 100%) Target Hijau Kuning Merah X = 100% 60% X < 100% X < 60% memenuhi ekspektasi belum memenuhi ekspektasi tidak memenuhi ekspektasi D.2 Indikator kinerja 2: Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasi Indikator kinerja kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup yang terimplementasi dihitung sesuai jumlah peraturan perundang- [12]

21 undangan yang direvisi dengan target 3 (tiga) buah yang diselesaikan selama 1 (satu) tahun di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Kategori peraturan perundang-undangan mencakup: (1) Undang-Undang; (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; (3) Peraturan Pemerintah; (4) Peraturan Presiden; (5) Instruksi Presiden; dan (6) Peraturan Menteri yang dikoordinasikan di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Adapun cara perhitungan dan pemberian warna NKO untuk indikator kinerja ini adalah sebagai berikut: Indeks Capaian = Realisasi x 100% (maksimum 100%) Target Hijau Kuning Merah X = 100% 67% X < 100% X < 67% memenuhi ekspektasi belum memenuhi ekspektasi tidak memenuhi ekspektasi D.3 Indikator kinerja 3, Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI Indikator kinerja 3, yaitu persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI dihitung berdasarkan nilai skor yang dilakukan secara rata-rata pada saat dilakukannya sosialisasi standar baru EITI (Standar EITI 2013) kepada para pemangku kepentingan di bidang industri ekstraktif (minyak dan gas bumi, mineral dan batubara) yang terdiri atas pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri (badan usaha di bidang industri ekstraktif migas dan minerba), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selama 1 (satu) tahun oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Target tingkat pemahaman para pemangku kepentingan adalah 90%. Penilaian tingkat pemahaman dari para peserta dihitung dari pengisian kuesioner setelah dilakukan sosialisasi EITI, dengan pemberian nilai: [13]

22 Sangat Paham : 90%-100% Paham : 80%-89% Cukup Paham : 70%-79% Tidak Paham : 60%-69% Sangat Tidak Paham : <60% Adapun cara perhitungan dan pemberian warna NKO untuk indikator kinerja ini adalah sebagai berikut: Indeks Capaian = Realisasi x 100% (maksimum 100%) Target Hijau Kuning Merah X 90% 70% X < 90% X < 70% memenuhi ekspektasi belum memenuhi ekspektasi tidak memenuhi ekspektasi Outcome/tercapainya kondisi RPPU/Keputusan Strategis Sasaran dan Indikator ` 5 Fokus: energi, SDA, LH, meningkatnya produktivitas & infrastruktur energi 3 Sangat paham [14]

23 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Sasaran strategis organisasi dapat diwujudkan dengan baik antara lain melalui kegiatankegiatan: koordinasi dan sinkronisasi, serta pengendalian dalam rangka harmonisasi dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan berkaitan dengan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. [15]

24 Capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup per Sasaran Strategis (SS) dan biayanya adalah sebagai berikut : Tabel 3.1. Pengukuran Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (Berikut Realisasi Anggaran per SS) Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Pagu Anggaran (Rp juta) Realisasi (Rp juta) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Persentase rancangan peraturan perundangundangan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang diselesaikan 100% (5 Rancangan) 100% (5 rancangan) 100, , ,9 98,5 Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Meningkatnya pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasikan Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI 100% (3 revisi peraturan) 100% (3 revisi peraturan) % 100, , ,3 99, ,1 100, , ,8 55,3 Capaian Kinerja Rata-rata 100, , ,1 81,3 Sumber: Perjanjian Kinerja 2016 dan Bagian Keuangan (diolah) Berdasarkan ketiga indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka pencapaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup tahun 2016 rata-rata sebesar 100,0%. Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh adanya input pendanaan atau anggaran sebesar Rp.15,5 miliar dengan realisasi sebesar 81,3%. Realisasi penyerapan ini lebih rendah dibandingkan target penyerapan anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebesar 95,40%; Penyebab utama karena rendahnya realisasi kegiatan EITI akibat keterlambatan proses perjanjian hibah EITI yang mengakibatkan banyaknya penundaan-penundaan pelaksanaan kegiatan. Apabila [16]

25 dibandingkan dengan tahun 2015, termasuk realisasi anggaran, terdapat peningkatan pelaksanaan di luar EITI, yang disebabkan semakin meningkatnya mekanisme perencanaan dan pelaksanaan, sebagai perwujudan pelaksanaan Renstra dan Renja Optimalnya pencapaian kinerja tersebut, dikarenakan fleksibiltas penggunaan anggaran yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya sehingga lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan. Namun demikian, dukungan input sumber daya manusia, masih perlu ditingkatkan tersedianya peralatan kerja dan bahan, guna merealisasikan pencapaian kinerja. Keseluruhan input tersebut menjadi potensi modal dilakukannya proses pencapaian kinerja berupa kegiatan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan, serta pelatihan dan penugasan pimpinan yang terintegrasi untuk mencapai Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup seperti yang dijabarkan dalam indikator kinerja. Serangkaian proses telah menghasilkan output berupa kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan perundang-undangan baru dan revisi, serta rekomendasi-rekomendasi kebijakan dalam penyelesaian masalah, peningkatan partisipasi pemangku kepentingan yang diukur menjadi capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Outcome yang didapat dari output tersebut mencakup: (1) terwujudnya kebijakan-kebijakan untuk: (a) peningkatan ketahanan energi melalui percepatan pembangunan dan pengembangan kapasitas kilang minyak dalam negeri dan diversifikasi energi; percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan; dan pemanfaatan sampah untuk energi; (b) peningkatan kemampuan sektor industri berbasis gas bumi; (c) meningkatkan investasi melalui deregulasi perizinan di sektorsektor energi dan sumber daya mineral, serta kehutanan dan lingkungan hidup; (d) peningkatan pencegahan kebakaran hutan, kebuh dan lahan, serta penundaan [17]

26 pemberian izin pengembangan komoditas kelapa sawit di kawasan hutan; dan (2) peningkatan pemahaman para pemangku kepentingan terhadap standar baru EITI. B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi 1. Persentase Rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang diselesaikan Pada tahun 2016 terdapat 5 (lima) buah peraturan perundang-undangan yang telah diselesaikan di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Berdasarkan pengukuran Indikator Kinerja 1, maka realisasi capaian kinerja indikator ini adalah maksimum 100%, target 5 (lima) rekomendasi, realisasi 5 (lima) serta capaian kinerja harusnya 100% memenuhi ekspektasi. Adapun perundang-undangan yang telah diselesaikan tersebut adalah sebagai berikut: 1.1. Perpres No. 4/2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan Perpres No. 4/2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan ini adalah percepatan pelaksanaan proyek ketenagalistrikan 35 GW yang dikeluarkan pada 19 Januari Perpres ini diharapkan dapat mendukung PT. PLN (Persero) yang mendapat penugasan dari pemerintah untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, sehingga target rasio elektrifikasi 97% pada tahun 2019 dapat tercapai. Sedangkan sebelum adanya Perpres No.4/2016 ratio elektrifikasi tahun 2016 sebesar 88%. Dalam rangka mengatasi masalah krisis penyediaan tenaga listrik dan menjamin pertumbuhan ekonomi 6,7%, Pemerintah menetapkan proyek-proyek yang termasuk dalam program pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang meliputi pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas 35,5 GW berikut transmisinya. Proyek tersebut akan [18]

27 diselesaikan dalam periode , dimana kapasitas pembangkit sebesar 10,25 GW akan dibangun oleh PLN dan 25,3 GW dibangun oleh sektor swasta. Proyek pembangunan pembangkit listrik tersebut dilakukan di wilayah Jawa-Bali (52%), Sumatera (28%), Sulawesi (10%), Kalimantan (7%), Nusa Tenggara (2%), Maluku (1%), dan Papua (1%). Kemenko Bidang Perekonomian, khususnya Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berusaha melalui kewenangan koordinasi/sinkronisasi/pengendalian memberikan rekomendasi agar peraturan yang dirumuskan memenuhi program pembangunan dan berpihak pada harapan stakeholder. Dalam perkembangannya, pembagian proporsi pembangunan ini diubah menjadi 5 GW oleh PLN dan 30 GW oleh sektor swasta, dengan pertimbangan agar PLN lebih fokus pada pembangunan jaringan transmisi dan distribusi. Detail rencana pembangunan pembangkit dan transmisi tercantum dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) oleh PT. PLN (Persero). Sampai bulan Desember 2016, kemajuan proyek MW, telah terealisasi yaitu: (a) Pembangkit yang sudah beroperasi baru mencapai 339 MW (1%); dan dalam tahap konstruksi MW (27%). Tahap pra-konstruksi baru MW (72%), yang terdiri dari tahap kontrak/ppa (belum konstruksi) MW, pengadaan MW, dan perencanaan MW; (b) Jaringan transmisi yang telah selesai dibangun sepanjang km (10% dari total target jaringan transmisi km) dan sudah teraliri listrik (energized). Sepanjang km (36%) sedang dalam tahap konstruksi, dan sisanya sepanjang km (54%) masih dalam tahap pra-konstruksi (perencanaan dan pengadaan tanah); (c) Gardu induk yang telah selesai dibangun dan dioperasikan MVA (14%), dan dalam tahap konstruksi MVA (21%), dan sisanya MVA (65%) masih dalam tahap pra-konstruksi. [19]

28 1.2. Perpres No. 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi Perpres No. 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi ini bertujuan untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing industri nasional melalui pemanfatan gas bumi serta untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pengaliran gas bumi. Dalam Perpres ini ditegaskan, harga Gas Bumi ditetapkan oleh Menteri ESDM sebagai dasar perhitungan bagi hasil pada Kontrak Kerja Sama dan dasar perhitungan penjualan Gas Bumi yang berasal dari pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi. Menteri ESDM juga diberi kewenangan untuk menetapkan harga Gas Bumi sebagaimana dimaksud, dengan mempertimbangkan: Keekonomian lapangan; Harga Gas Bumi di dalam negeri dan internasional; Kemampuan daya beli konsumen dalam negeri; dan Nilai tambah dari pemanfaatan Gas Bumi di dalam negeri. Sementara itu harga Gas Bumi tidak dapat memenuhi keekonomian industri pengguna Gas Bumi dan harga Gas Bumi lebih tinggi dari 6 dollar AS/MMBTU, Menteri ESDM dapat menetapkan harga Gas Bumi Tertentu. Penetapan harga Gas Bumi Tertentu tersebut diperuntukkan bagi pengguna Gas Bumi yang bergerak di bidang: Industri pupuk; Industri petrokimia; Industri oleochemical; Industri baja; Industri keramik; Industri kaca; dan Industri sarung tangan. Perubahan Gas Bumi yang dapat dikenakan Harga Gas Bumi Tertentu ditetapkan oleh Menteri ESDM setelah berkoordinasi dengan Menteri Perindustrian. Selain itu ditegaskan dalam Perpres No. 40 Tahun 2016 itu, bahwa Penetapan Harga Gas Bumi Tertentu tidak mempengaruhi besaran penerimaan yang menjadi bagian kontraktor. SKK Migas dalam hal ini melakukan perhitungan penerimaan negara atas penetapan Harga Gas Bumi Tertentu dengan berkoordinasi dengan Menteri ESDM dan Menteri Keuangan. Menteri ESDM juga ditugaskan untuk melakukan evaluasi penetapan Harga Gas Bumi [20]

29 Tertentu setiap tahun atau sewaktu-waktu dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dalam negeri. Melalui kebijakan penetapan harga gas bumi sektor industri akan meningkatkan daya saingnya, terutama dalam menghadapi terbukanya pasar domestik. Selain itu sektor industri tertentu seperti industri pupuk, petrokimia, besi baja, keramik dan kaca akan mendapat harga gas yang lebih bersaing dibandingkan sebelumnya, sehingga industri-industri tersebut dapat lebih berkembang secara cepat dan akan meberikan kontribusi lebih tinggi terhadap perekonomian nasional. Tabel 3.2. Kebutuhan dan Harga Gas untuk Industri Tahun 2016 No Jenis Industri Jml Perusahaan Harga US$/MMBTU Struktur biaya (%) Kebutuhan (MMSCFD) 1 Pupuk 5 6,28-7, Petrokimia 24 8,93-16,7 70/ Oleokimia 7 6,7-13, Pertumbuh an 2015 (%) * Kontribusi 2015 (%)* 4,17 1,37 Nilai PDB 2015 (Rp. Triliun) * 158,09 4 Pulp dan kertas 8 9,15-11, ,62 0,70 80,81 Baja dan logam 10 9,0-13,0 70/ lainnya 4,92 0,78 90,39 6 Keramik 33 6,4-9, Kaca 21 6,43-10, ,18 0,72 83,49 Makanan dan 100 7,56-13, ,54 5,61 8 Minuman 647,00 Ban dan Sarung 24 7,56-14, ,05 0,74 9 Tangan Karet 85,96 Tekstil dan alas 98 12,0-16, ,68 0,60 10 kaki 68, , ,46 Sumber : Kementerian Perindustrian, 2016 Sepanjang tahun 2016 kebijakan harga gas bumi untuk industri ini belum berjalan secara efektif, meskipun telah dilakukan serangkaian pertemuan-pertemuan untuk membahas pengurangan di sektor hulu dan hilir, karena masih belum terdapat beberapa kesepakatan terhadap industri atau perusahaan-perusahaan yang akan mendapat penurunan harga gas bumi. Namun demikian, untuk lebih mendukung kebijakan tersebut, Menteri ESDM telah mengeluarkan Permen ESDM No. 6/2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi, Pemanfaatan dan Harga Gas Bumi, Permen ESDM no. 16/2016 tentang Tata Cara [21]

30 Penetapan Harga dan Pengguna Gas Bumi Tertentu, serta Permen ESDM No.40/2016 tentang Harga Gas Bumi untuk Industri Tertentu. Permen ESDM No. 40/2016 telah menetapkan harga gas untuk 3 (tiga) industri mulai 1 Januari 2017, yaitu : industri pupuk, petrokimia dan baja, sehingga diharapkan bahwa adanya penurunan harga gas berdampak signifikan bagi peningkatan daya saing, yaitu dengan menetapkan harga gas bumi untuk bahan baku atau proses produksi pada industri tertentu. Harga gas untuk ketiga industri ditetapkan dengan mempertimbangkan daya beli mereka, harga gas bumi di dalam negeri dan internasional, keekonomian lapangan sumber gas, dan nilai tambah yang tercipta dari pemanfaatan gas di dalam negeri. Adapun nama-nama perusahaan dengan harga gas baru adalah: PT. Kaltim Parna Industri; PT. Kaltim Methanol Industri; PT. Pupuk Kalimantan Timur; PT. Pupuk Kujang Cikampek; PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang; PT. Pupuk Iskandar Muda; PT. Petrokimia Gresik; dan PT. Krakatau Steel. 1.3 Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Di Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya dan Kota Makassar Dalam rangka mengubah sampah sebagai sumber energi dan meningkatkan kualitas lingkungan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, serta sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , maka ditetapkan Perpres No. 18/2016 ditujukan untuk mempercepat pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di 7 (tujuh) kota yaitu DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya dan Kota Makassar, dalam hal ini adalah untuk meningkatkan peran listrik berbasis energi terbarukan Untuk mendukung pelaksanaan percepatan pembangunan PLTSa, dibentuk Tim Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Pembangunan [22]

31 PLTSa. Tim Koordinasi ini bertugas melakukan koordinasi dan pengawasan serta memberikan bantuan yang diperlukan untuk kelancaran percepatan pelaksanaan pembangunan PLTSa. Tim Koordinasi ini diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai Wakil Ketua. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan monitoring pelaksanaan Peraturan Presiden tersebut melalui evaluasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan pelaksanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah di 7 kota dan melakukan pembahasan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah di 7 kota tersebut. Saat ini Mahkamah Agung telah mengabulkan permohonan warga untuk membatalkan Perpres No. 18/2016, terutama terkait dengan penggunaan teknologi termal yang dianggap tidak ramah lingkungan, lepasan pencemar berbahaya dan beracun dari PLTSa, bertentangan dengan UU Pengelolaan Sampah, dan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta skema penunjukan langsung yang berpotensi melanggar UU Jasa Konstruksi dan UU Ketenagalistrikan Inpres tentang Evaluasi dan Penundaan Perizinan Perkebunan Sawit Salah satu persoalan utama yang dihadapi dalam penataan dan pengelolaan sektor kehutanan adalah banyaknya kebun sawit di dalam kawasan hutan yang dikuasai oleh kelompok masyarakat dan koorporasi. Saat ini terdapat lahan sawit seluas ± 11.3 juta ha yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas ± 4,6 juta ha dan perkebunan besar seluas ± 6.7 juta ha. Sementara itu, luas Hutan Produksi Konversi (HPK) yang dilepas untuk pembangunan kebun kelapa sawit adalah ± 5,4 juta ha dan seluas ± 3,5 juta ha dalam proses pelepasan kawasan hutan. Berdasarkan evaluasi, dari luasan ± 3,5 juta ha tersebut, yang dapat dilepas seluas ± [23]

32 1,06 juta ha. Selain itu, terdapat ± 2 juta ha lahan kebun sawit diperkirakan berada di dalam kawasan hutan dan terindikasi illegal. Tujuan utama inpres ini adalah melakukan perlindungan lingkungan, penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, dan untuk peningkatan pembinaan petani kelapa sawit dan peningkatan produktifitas perkebunan kelapa sawit, penerapan standar Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) serta pengembangan industri hilir kelapa sawit. Kegiatan utama inpres evaluasi dan penundaan perizinan perkebunan kelapa sawit adalah; (a) menghentikan sementara atau penundaan selama 3 tahun perubahan peruntukan kawasan hutan dari pelepasan maupun tukar-menukar kawasan kawasan hutan untuk perkebunan kelapa sawit, (b) menunda penerbitan HGU yang berasal dari perubahan peruntukan kawasan hutan, namun belum dikerjakan/dibangun, tidak sesuai dengan tujuan perubahan kawasan, ataupun teridentifikasi dipindahtangankan, (c) memberikan kepastian hukum atas pekebun sawit, termasuk kebun sawit rakyat, yang terlanjur berada di kawasan hutan dan (d) meningkatkan produktivitas perkebunan sawit serta mendorong pengembangan industri hilir, serta menyempurnakan standar ISPO. Saat ini telah selesai dibahas draft final Instruksi [24]

33 Presiden (Inpres) Tentang Evaluasi dan Penundaan (Moratorium) Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit pada Lahan Gambut Permen ESDM No.22/2016 tentang Pelaksanaan Pembangunan Kilang Minyak Skala Kecil dalam Negeri dan Permen ESDM No.35/2016 tentang Pelaksanaan Pembangunan Kilang Minyak oleh Badan Usaha Swasta Permen ESDM No. 22/2016 bertujuan untuk mewujudkan ketahanan energi, menjamin ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM), efisiensi kegiatan usaha hulu dan hilir minyak dan gas bumi (migas), mengurangi ketergantungan impor BBM, serta mendorong peningkatan perekonomian nasional dan daerah, mengoptimalkan pemanfaatan minyak mentah dan/atau kondensat hasil produksi dalam negeri melalui pembangunan kilang minyak skala kecil (kilang mini) di dalam negeri. Dalam Permen ini, kilang minyak skala kecil di dalam negeri adalah kilang minyak bumi dan/atau kondensat beserta fasilitas pendukungnya di dalam negeri dengan kapasitas maksimal (dua puluh ribu) BOPD (Barel Oil Per Day). Pembangunan kilang minyak skala kecil dapat dilakukan di dalam Klaster atau di luar klaster yang ditetapkan oleh Dirjen Migas Kementerian ESDM dengan mempertimbangkan rekomendasi yang sekurang-kurangnya memuat profil produksi dan potensi cadangan ketersediaan minyak bumi sebagai bahan baku dari Kepala SKK Migas Dalam rangka meningkatkan kelayakan keekonomian, pelaksanaan pembangunan kilang minyak skala kecil dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas insentif fiskal maupun non fiskal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau mengintegrasikan pemroduksian petrokimia. Pembangunan kilang minyak skala kecil di dalam klaster dapat dilakukan oleh Pemerintah atau badan usaha dan jika dibangun oleh Pemerintah dilakukan berdasarkan penugasan melalui pembiayaan Pemerintah atau pembiayaan korporasi dan dilakukan dengan memberikan penugasan kepada PT. Pertamina (Persero). Terbitnya Perpres 146 Tahun 2015 [25]

34 dan Permen ESDM tersebut atas peran Deputi Bidang Koordinasi PESDALH sebagai koordinator dalam pembahasan melalui rapat koordinasi dan rapat terbatas. Permen ESDM No. 35/2016 bertujuan untuk mewujudkan ketahanan energi, menjamin ketersediaan bahan bakar minyak dan mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak, pemerintah memandang perlu mengoptimalkan partisipasi badan usaha swasta untuk melaksanakan pembangunan kilang minyak di dalam negeri. Sementara itu Permen ini juga mengatur bahwa dalam rangka meningkatkan kelayakan keekonomian, pelaksanaan pembangunan kilang minyak oleh badan usaha swasta dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas insentif fiskal maupun non fiskal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan/atau mengintegrasikan pemroduksian petrokimia. Adapun penyediaan bahan baku untuk kilang minyak dapat berasal dari minyak bumi dan/atau kondensat yang berasal dari dalam negeri dan/atau impor. Terkait hasil produksi kilang minyak berupa BBM (Bahan Bakar Minyak), menurut Permen ini, diutamakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hasil produksi kilang minyak dapat dijual ke luar negeri, dengan mempertimbangkan kebutuhan dalam negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sementara hasil produksi kilang minyak berupa BBM dapat dijual kepada semua pengguna akhir di dalam negeri. Badan usaha swasta yang menjual hasil produksi kilang minyak kepada semua pengguna akhir, diberikan Izin Usaha Niaga Umum. 2. Persentase Kebijakan Bidang Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang terimplementasi Pada tahun 2016 terdapat 3 (tiga) buah peraturan perundang-undangan yang telah direvisi di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Berdasarkan pengukuran Indikator Kinerja 2, maka realisasi capaian kinerja indikator ini adalah 100%, dan dapat memenuhi ekspektasi. Adapun perundangundangan yang telah diselesaikan tersebut adalah sebagai berikut: [26]

35 2.1. PP No. 1 tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 1/2017 bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah mineral logam melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral logam sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Selain itu juga untuk memberikan manfaat yang optimal bagi negara serta memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, Kontrak Karya, Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara. PP No. 1/2017 mempunyai beberapa beberapa butir penting yang merupakan hasil revisi PP No. 23/2010, yaitu: (1) Perubahan ketentuan tentang divestasi saham sampai dengan 51% secara bertahap. Dengan diterapkanya PP ini maka semua pemegang kontrak karya dan IUPK dan sebagainya itu wajib tunduk kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Minerba yang wajib itu melakukan divestasi saham sampai 51% sejak masa produksi. Selanjutnya dalam PP Nomor 1 tahun 2017 pasal 97 ayat 2 dinyatakan tahapan divestasi yakni, tahun keenam 20% (dua puluh persen), tahun ketujuh 30% (tiga puluh persen), tahun kedelapan 37% (tiga puluh tujuh persen), tahun kesembilan 44% (empat puluh empat persen) dan tahun kesepuluh 51% (lima puluh satu persen) dari jumlah seluruh saham; (2) Perubahan jangka waktu permohonan perpanjangan untuk izin usah pertambangan (IUP) dan izin usah pertambangan khusus (IUPK), paling cepat 5 tahun sebelum berakhirnya jangka waktu izin usaha; (3) Pemerintah mengatur tentang harga patokan penjualan mineral dan batubara; (4) Pemerintah mewajibkan pemegang kontrak karya itu untuk merubah izinnya menjadi rezim perijinan pertambangan khusus operasi produksi; (5) Penghapusan ketentuan bahwa pemegang KK yang telah melakukan pemurnian dapat melakukan penjualan hasil pengolahan [27]

36 dalam jumlah dan waktu tertentu; dan (6) Pengaturan lebih lanjut terkait tatacara pelaksanaan Peningkatan nilai tambah dan penjualan mineral logam akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Revisi PP No.79/2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Revisi PP 79/2010 bertujuan untuk memberikan insentif kepada industri hulu minyak dan gas bumi agar meningkatkan investasinya di Indonesia. Adanya revisi PP nomor 79 tahun 2010 ini kegiatan sektor hulu migas akan menjadi lebih menarik. Berdasarkan kalkulasi dari tim untuk membandingkan rezim PP 79 dengan apabila berbagai fasilitas insentif tersebut akan diterapkan maka nilai keekonomian proyek akan meningkat yaitu internal rate of return (IRR) akan meningkat dari 11,59 menjadi 15,16%. Dan dengan adanya dukungan pemberian fasilitas perpajakan maupun non perpajakan di masa eksplorasi dan insentif non fiscal berupa investment credit, depresiasi maupun DMO Holiday dengan IRR 15,16% diharapkan sektor hulu minyak dan gas akan lebih atraktif sehingga akan muncul investor-investor dengan investasi baru yang pada akhirnya akan menaikkan produksi minyak di Indonesia. Arah dan Kebijakan Perubahan Revisi PP 79 Tahun 2010 melingkupi beberapa hal yakni: (1) Diberikan fasilitas perpajakan pada masa eksplorasi yaitu, PPN impor dan Bea Masuk serta PPN Dalam negeri dan PBB; (2) Diberikan fasilitas perpajakn pada masa eksploitasi yaitu, PPN Impor dan Bea Masuk PPN Dalam Negeri dan PBB (hanya dalam rangka pertimbangan keekonomian proyek); (3) Pembebasan PPh Pemotongan atas pembebanan Biaya Operasi Fasilitas Bersama (cost sharing) oleh kontraktor dalam rangka pemanfaatan Barang Milik Negara di bidang hulu migas dan alokasi biaya overhead kantor pusat; (4) Pemberian fasilitas perpajakan tersebut diatur dalam Peraturan Menterian Keuangan; (5) Adanya kejelasan fasilitas-fasilitas non fiscal (investment credit, depresiasi [28]

37 dipercepat, DMO Holiday); dan (6) Konsep bagi hasil penerimaan negara menggunakan skema sliding scale dimana pemerintah mendapatkan bagi hasil yang lebih apabila harga minyak meningkat secara sangat tinggi dimana terjadi windfall profit. Gambar 3.1: Pembukaan Pertemuan Indonesian Petroleum Association (IPA) 2.3. Revisi Permen Lingkungan Hidup No.23/2012 tentang Revisi Peraturan Menteri LHK tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermontor Tipe Baru Kategori L3 Dalam rangka pencegahan pencemaran udara yang bersumber dari emisi gas buang kendaraan bermotor, maka dilakukan upaya untuk membatasi emisi gas buang kendaraan bermotor dengan merevisi Permen Lingkungan Hidup No.23/2012 tentang Revisi Peraturan Menteri LHK tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermontor Tipe Baru Kategori L3. Ruang lingkup hal yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi: baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi; metode uji emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan [29]

38 bermotor yang sedang diproduksi; dan tata cara pelaporan uji emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor yang sedang diproduksi. Standar emisi gas buang kendaraan bermotor yang diatur dalam Peraturan menteri LHK ini pada dasarnya mengacu kepada standar emisi gas buang teknologi Euro 4 dengan standar minium bahan bakar minimum yang digunakan adalah bahan bakar dengan octane number 91 untuk gasoline dan cetane number 51 untuk diesel dengan kandungan sulphur maksimum 50ppm. Penerapan emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut direncanakan diimplementasikan 1 (satu) tahun untuk kendaraan bermotor tipe baru (tahun 2017) dan 2 (dua) tahun untuk tipe yang sedang diproduksi (tahun 2018) terhitung sejak diterbitkannya Peraturan Menteri ini. Mengingat penerapan standar emisi Euro 4 masih perlu mempertimbangkan hal-hal teknis khususnya terkait penyediaan BBM sesuai standar Euro 4 maka Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan koordinasi intensif dengan Kementerian/ Lembaga terkait, BUMN dan pelaku usaha untuk menyusun dan mencari solusi bagi permasalahan dan kendala-kendala dalam pelaksnaan standar emisi Euro 4, sehingga diharapkan standar emisi sesuai Euro 4 dapat dilaksanakan dengan baik. 3. Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI Pada bulan Februari 2016, Dewan EITI Internasional setuju untuk merevisi Standar EITI 2013 dan menggantikannya dengan Standar Standar EITI berisi tentang persyaratan dan panduan untuk keterbukaan informasi dari sektor ekstraktif (migas dan minerba) agar dapat diakses oleh publik. Ini merupakan keputusan bersama para pemangku kepentingan global yang terdiri dari perwakilan pemerintah, perusahaan, dan perwakilan masyarakat sipil. Negara Pelaksana EITI harus mengikuti seluruh persyaratan yang ada dalam standar ini, mulai laporan yang akan dipublikasikan di tahun [30]

39 Indonesia akan mengikuti standar EITI 2016 dalam penyelesaian Laporan EITI ke-4 yang mencakup informasi pendapatan negara dari sektor ekstraktif tahun Dalam mensosialisasikan standar ini, Sekretariat EITI telah melaksanakan rapat Tim Teknis dan rapat Tim Pelaksana untuk menindaklanjuti persyaratan yang harus dimasukkan ke dalam laporan EITI Laporan yang telah mengacu pada standar EITI terbaru tersebut harus dapat dipublikasikan sebelum batas waktu akhir, yaitu 31 Desember Apabila laporan tak dapat diselesaikan hingga akhir tahun, Indonesia terancam akan disuspensi keanggotaannnya dari EITI Internasional. Standar EITI 2016 memiliki persyaratan yang lebih lengkap dibandingkan standar sebelumnya agar dapat diterapkan di sistem pemerintah. Salah satu sorotan utama di standar terbaru adalah transparansi Beneficial Ownership (BO) atau pemilik manfaat tertinggi dari suatu perusahaan. Setiap negara pelaksana EITI diwajibkan memiliki roadmap untuk pelaksanaan keterbukaan BO pada tahun 2017, dan pada tahun 2020 semua negara harus mencantumkan BO di laporan EITI, yaitu : nama, kewarganegaraan, dan domisili dari pemilik manfaat tertinggi perusahaan-perusahaan ekstraktif. Keterbukaan BO akan memudahkan pemerintah untuk memungut pajak dan pembayaran lainnya langsung dari pemilik manfaat tertinggi yang telah terbuka informasinya. Transparansi BO juga akan mencegah adanya upaya penghindaran pajak dengan memindahkan uang atau mencuci uang di negara-negara tax heaven. Pengukuran Indikator Kinerja 3 dilakukan melalui 2 acara sosialisasi, yaitu: (1) Sosialisasi EITI ke seluruh pemangku kepentingan pada tanggal 25 Agustus 2016 di Bali; dan; (2) Sosialisasi EITI pada tanggal 27 September 2016 di Palembang. Metode yang dilakukan adalah dengan pengisian kuesioner untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap Standar EITI 2016, serta membandingkannya dengan sebelum dilakukannya Sosialisasi. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.2. [31]

40 Tabel 3.3. Pengukuran Indikator Kinerja 3 Kegiatan Tingkat Pemahaman Sebelum Sosialisasi (%) Tingkat Pemahaman Setelah Sosialisasi (%) Peningkatan Pemahaman (%) Sosialisasi 1 62,6 85,5 22,9 Sosialisasi 2 62,6 96,8 34,2 Rata-rata 62,6 91,1 28,5 Sumber: Hasil Pengolahan Data Sosialisasi Berdasarkan pengukuran Indikator Kinerja 3, maka realisasi capaian kinerja indikator ini adalah mempunyai nilai 91,1%; atau dengan melebih target atau mencapai 100%, serta dapat memenuhi ekspektasi. Selain itu jika dibandingkan tingkat pemahaman para peserta sebelum dan sesudah dilakukannya sosialisasi, terdapat peningkatan pemahaman rata-rata sebesar 28,5%, dan hal ini dapat menunjukkan tingkat efektivitas yang baik dalam pelaksanaan sosialisasi EITI. Saat ini laporan EITI 2014 masih dalam taraf penyelesaian. Laporan tersebut diharapkan dapat diselesaikan pada akhir Februari Pengerjaan laporan dilakukan oleh Administrator Independen yaitu PT. Ernst and Young (EY) setelah menandatangani kontrak kerjasama pada tanggal 5 Desember Laporan awal/inception Report dapat diselesaikan di akhir Desember 2016 oleh EY. Untuk menghindari status suspensi dari keanggotaan EITI, Tim Pelaksana EITI telah mengirimkan permohonan batas waktu penyelesaian laporan EITI ke Sekretariat Internasional EITI. Laporan EITI tahun 2014 mencakup data-data penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (migas) dan mineral dan batubara (minerba) untuk pajak dan non pajak tahun kalender Entitas pelapor yang akan direkonsiliasi untuk Laporan EITI 2014 yaitu 72 perusahaan migas dan 120 perusahaan minerba. Selain informasi rekonsiliasi, laporan EITI 2014 juga akan berisi informasi kontekstual yang dapat menjadi referensi penting bagi masyarakat [32]

41 Selain itu, Laporan EITI sebelumnya yaitu Laporan harus ditindaklanjuti rekomendasinya. Rekomendasi dilaksanakan oleh instansi-instansi terkait yang merupakan anggota Tim Pelaksana untuk perbaikan tata kelola industri ekstraktif. Pada Rapat Tim Pelaksana EITI tanggal 22 Agustus 2016, anggota Tim Pelaksana telah menyampaikan berbagai tindak lanjut dari rekomendasi laporan EITI. Salah satu tindak lanjut yaitu adanya aplikasi Simponi. Laporan EITI merekomendasikan sistem pembayaran dan pelaporan yang terintegrasi, karena masih terjadi kesalahan pencatatan akun pada Sistem Akuntansi Umum (SAU) di Kementerian Keuangan. Kesalahan disebabkan wajib pajak tidak menyetorkan PNBP secara benar seperti penggunaan slip setor bank yang sudah tidak applicable sehingga terjadi salah input. Hal ini menyebabkan perbedaan antara jumlah penerimaan negara di SAU dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) di Ditjen Minerba. Pencatatan di SAI sendiri menggunakan bukti setor yang dilaporkan ke Ditjen Minerba baik oleh perusahaan atau pemerintah daerah. Aplikasi Simponi merupakan jawaban dari rekomendasi EITI agar digunakannya sistem pembayaran dan pelaporan yang terintegrasi agar tak terjadi lagi kesalahan pencatatan pendapatan negara. C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu Berdasarkan pengukuran kinerja untuk 3 (tiga) Indikator Kinerja yang telah ditetapkan, maka pencapaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup pada tahun 2016 adalah sebesar 100,0%. Pencapaian tersebut didukung oleh adanya input pendanaan atau anggaran sebesar Rp.15,5 miliar dengan realisasi sebesar 81,3%. Tabel 3.3. menggambarkan perbandingan kinerja tahun 2016 dengan tahuntahun sebelumnya sebagai berikut. [33]

42 Tabel 3.4. Perbandingan Capaian Kinerja Capaian Kinerja Capaian Indikator Kinerja (%) 95,9 103,9 90,2 107,5 100,0 Pagu Anggaran (Rp. Miliar) 12,7 24,5 23,1 22,4 15,5 Realisasi Penyerapan Anggaran (%) 83,1 70,9 79,9 80,6 81,3 Apabila dibandingkan dengan tahun 2012, , 2015 maka pada tahun 2016 pencapaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup mengalami peningkatan diukur dari capaian indikator kinerja karena pengukuran penggunaan cara penghitungan yang berbeda, yaitu menghitung capaian maksimum tidak lebih dari 100%. Sementara realisasi anggaran meningkat sedikit dalam 4 tahun terakhir meskipun terdapat kecenderungan pagu anggaran yang menurun. Upaya peningkatan pencapaian kinerja telah dilakukan terutama melalui perbaikanperbaikan terhadap mekanisme perencanaan dan pelaksanaan yang dapat memberikan kontribusi yang signifikan, serta meningkatkan intensitas koordinasi dan sinkronisasi dengan pemangku kepentingan, seperti Kementerian/Instansi terkait, dunia usaha, maupun perwakilan masyarakat. Selain itu dilakukan pula perbaikan mekanisme koordinasi dan sinkronisasi dengan para Deputi dan Sekretariat di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta komunikasi di internal Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. D. Realisasi Anggaran Realisasi anggaran Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup tahun 2016 adalah sebesar 81,3%; atau lebih kecil dari target minimal realisasi anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2016 sebesar 93%, dan realisasi anggaran ini juga lebih rendah dari rata-rata realisasi anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang sebesar 95,4% pada tahun Rendahnya hal [34]

43 tersebut terutama oleh keterlambatan pelaksanaan EITI, yang mempunyai kontribusi besar terhadap anggaran Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Tabel 3.4 menjabarkan rincian realisasi anggaran sampai tingkat Eselon II. Tabel 3.5. Realisasi Anggaran 2016 Kegiatan Pagu Anggaran Realisasi % Realisasi (Rp) (Rp) Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup ,3 1 Asdep Produktivitas Energi ,3 2 Asdep Infrastruktur Energi ,9 3 Asdep Industri Ekstraktif ,0 4 Asdep Tata Kelola Kehutanan ,8 5 Asdep Pelestarian Lingkungan Hidup ,7 Sumber: Bagian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian E. Capaian Kinerja Lainnya/Upaya Penguatan Akuntabilitas Pada tahun 2016 Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup memiliki capaian lainnya, terutama dengan telah dilakukannya mekanisme data sharing serta sistem informasi dan komunikasi melalui mailing list dan WhatsApp antara Deputi dan Asdep, antara Asdep dan staf, antara Asdep dan Sekretariat EITI, dan Asdep dengan Kementerian/Instansi terkait. Selain itu dilakukan pula pengolahan data dan informasi terkait dengan kebijakan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup terkait energi, mineral, kehutanan, lingkungan hidup mencakup perkembangan pencapaian, potensi, dan data statistik ekonomi dan keuangan, serta penyusunan website Deputi Bidang Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Linkgungan Hidup, yaitu: Program EITI telah mempunyai website tersendiri, untuk memberikan informasi mengenai perkembangan dan kemajuan [35]

44 EITI Indonesia, serta mendapatkan feedback dari stakeholder maupun masyarakat secara timbal balik. Untuk mencapai target kinerja Kedeputian Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup telah dilaksanakan Rapat Kerja Kedeputian di Ranca Maya, Bogor pada tanggal 9-10 Februari 2016, selain itu juga telah dilakukan rapat kerja kedeputian dengan Bapak Menko Bidang Perekonomian pada tanggal 23 Januari Beberapa capaian kinerja lainnya terutama dalam rangka sinkronisasi, koordinasi dan pengendalian lainnya adalah sebagai berikut: 1. Deregulasi Perizinan sektor Energi, Minerba, Kehutanan dan Lingkungan Hidup. 2. Pengendalian dan Penyesuaian Harga, Tarif, dan Subsidi Energi terutama Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti premium dan solar; listrik; dan LPG 3kg. 3. Penghematan energi, terutama untuk penghematan listrik dan pemakaian BBM bersubsidi. 4. Kebijakan Biodiesel B-20 dalam rangka pengurangan ketergantungan terhadap BBM. 5. Diversifikasi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG). 6. Program Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan Proyek MW. 7. Kebijakan Tarif dan Subsidi Listrik. 8. Kebijakan Penundaan Pembayaran dan Diskon Tarif Untuk Industri. 9. Kebijakan Percepatan Hilirisasi Industri Pertambangan. 10. Revisi UU No 4 Tahun 2009 tentang Minerba. 11. Penghapusan Penggunaan Merkuri pada Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). 12. Pencegahan Kebakaran Hutan, Kebun dan Lahan. 13. Kebijakan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). 14. Program Heart of Borneo. 15. Kebijakan Ekspor Rotan dan Produk Rotan [36]

45 16. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga 17. Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup. 18. Penyusunan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim. [37]

46 BAB IV PENUTUP Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, pada tahun 2016 telah disepakati dokumen Perjanjian Kinerja (PK) yang akan dicapai dalam bentuk Kontrak Kinerja antara Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dan memiliki kewajiban untuk menyampaikan pencapaian kinerjanya secara akuntabel, baik keberhasilan ataupun kegagalan, yang dituangkan dalam Laporan Kinerja Tahun Laporan ini telah menyajikan setiap pencapaian kinerja yang dijabarkan dalam Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU), dan diharapkan dapat memberikan gambaran setiap kegiatan yang telah dilaksanakan serta menjadi acuan dalam mengidentifikasi hambatan dan kendala dalam implementasinya. Berdasarkan hasil pengukuran seluruh target IKU yang telah ditetapkan dalam dokumen PK Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup tahun 2016, maka pencapaian target kinerja secara keseluruhan adalah sebesar 100,0% dengan realisasi anggaran sebesar 81,3%. Capaian target kinerja telah dilakukan secara optimal dengan menghasilkan regulasi baru maupun yang direvisi di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta sosialisasi standar baru EITI. Capaian realisasi anggaran meningkat sedikit dibandingkan tahun 2015, meski lebih [38]

47 rendah capaian realisasi anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang diakibatkan oleh terlambatnya kegiatan EITI. Sejumlah capaian kinerja lain di luar kinerja yang telah ditetapkan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup telah menghasilkan rekomendasi penting dari berbagai kebijakan dan penyelesaian permasalahan; serta program data sharing dan sistem informasi dan database antar keasdepan pada Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dan dengan Eselon I lainnya serta pengembangan website Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup dan EITI. Adanya perbaikan kinerja juga mencerminkan telah tercapainya outcome secara efektif, termasuk yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan harapan para pemangku kepentingan yang dilakukan melalui koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan. Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat keselarasan antara perencanaan dan strategi yang dirumuskan oleh pimpinan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan pelaksanaan sehingga dapat dijadikan alat pengambilan keputusan maupun penetapan kebijakan, serta dapat memberikan informasi transparan, baik kepada Pemimpin di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian maupun berbagai pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada tahun-tahun mendatang. [39]

48 LAMPIRAN

49 PERJANJIAN KINERJA ESELON I TAHUN 2016 Jabatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2016 Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Terwujudnya Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Meningkatnya pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) Sumber : Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Persentase rancangan peraturan perundangundangan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang diselesaikan Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasikan Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI 100 % 100 % 90%

50 PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2016 Unit Eselon I: Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Tahun 2016 Anggaran Sasaran Indikator Target Realisasi Kinerja Pagu Realisasi Strategis Kinerja (%) Program (Rp) (Rp) % (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)= (g/f) Terwujudnya Sinkronisasi dan Koordinasi Kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Persentase rancangan peraturan perundangundangan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. 100 % 100,0% 100 Terwujudnya Pengendalian Pelaksanan Kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Meningkatnya pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasi Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI 100 % 100,0% % 91,1% 100 Capaian Kinerja Rata-rata 100,0 Program Koordinasi Kebijakan Perekonomian Sumber : Perjanjian Kinerja Tahun 2016 dan P2K Deputi Bidang PESDALH (diolah) ,3

51 Unit Eselon II : Asisten Deputi Produktivitas Energi Tahun : 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam upaya pencapaian sasaran peningkatan produktivitas energi Jumlah Anggaran : Rp ,- Realisasi : Rp ,- (99,3%) 1. Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Produktivitas Energi yang terimplementasi 100% 100% Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Produktivitas 100% 100% 100 Energi 3. Jumlah Layanan Dukungan Administrasi Kegiatan dan Tata Kelola pada Deputi PESDALH 12 bulan 12 bulan 100

52 Unit Eselon II : Asisten Deputi Infrastruktur Energi Tahun : 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam upaya pencapaian sasaran peningkatan infrastruktur energi Energi Jumlah Anggaran : Rp ,- Realisasi : Rp ,- (99,9%) 1. Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Infrastruktur Energi yang terimplementasi 100% 100% Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Infrastruktur 100% 100% 100

53 Unit Eselon II : Asisten Deputi Industri Ekstraktif Tahun : 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Terwujudnya koordinasi kebijakan bidang Industri Ekstraktif 1. Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Industri Ekstraktif yang terimplementasi 100% 100% Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Industri 100% 100% 100 Ekstraktif 4. Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI 90% 91,1% 100 Jumlah Anggaran : Rp ,- Realisasi : Rp ,- (65,0%)

54 Unit Eselon II : Asisten Deputi Tata Kelola Kehutanan Tahun : 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Terimplementasinya rekomendasi kebijakan dibidang tata kelola kehutanan untuk antisipasi perubahan iklim Kehutanan Jumlah Anggaran : Rp ,- Realisasi : Rp ,- (96,8%) 1. Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Tata Kelola Kehutanan yang terimplementasi 100% 100% Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Tata Kelola 100% 100% 100

55 Unit Eselon II : Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup Tahun : 2016 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % Tersusunnya rekomendasi kebijakan dalam upaya pencapaian sasaran peningkatan pelestarian lingkungan hidup Lingkungan Hidup Jumlah Anggaran : Rp ,- Realisasi : Rp ,- (99,7%) 1. Persentase rekomendasi kebijakan di bidang Pelestarian Lingkungan Hidup yang terimplementasi 2. Persentase rekomendasi pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang Pelestarian 100% 100% % 100% 100

56 Gd. AA.Maramis II Lt.3 Jalan Lapangan Banteng Timur No.2 Jakarta Pusat

LAPORAN KINERJA 2015

LAPORAN KINERJA 2015 LAPORAN KINERJA 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja merupakan laporan capaian-capaian target indikator kinerja Deputi

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, SDA dan LH Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, SDA dan LH Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, SDA dan LH Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Indikator Terwujudnya

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK BERBASIS SAMPAH DI PROVINSI DKI JAKARTA, KOTA TANGERANG, KOTA BANDUNG, KOTA SEMARANG, KOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK BERBASIS SAMPAH DI PROVINSI DKI JAKARTA, KOTA TANGERANG, KOTA BANDUNG, KOTA SEMARANG, KOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.417, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Kilang Minyak. Dalam Negeri. Pembangunan. Pengembangan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2016 SUMBER DAYA ENERGI. Percepatan Pembangunan. Infrastruktur Ketenagalistrikan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : A. KEMENTRIAN : () KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA ARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN

Lebih terperinci

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini. BAB 6 P E N U T U P L sebelumnya. aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan akuntabilitas terhadap keberhasilan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06

Lebih terperinci

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T No.713, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tenaga Listrik. Uap Panas bumi. PLTP. Pembelian. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN

Lebih terperinci

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

NOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp

NOTA DINAS KP.06. Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Rp Rp Rp KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT BIRO UMUM Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Telepon 021-3521974: Faksimile 021-3521985 Nomor : ND- NOTA DINAS /SET.M.EKON.3.3/08/2014

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI REGULASI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ANGIN Disampaikan oleh Abdi Dharma Saragih Kasubdit

Lebih terperinci

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN: anggaran atau

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM

Materi Paparan Menteri ESDM Materi Paparan Menteri ESDM Rapat Koordinasi Infrastruktur Ketenagalistrikan Jakarta, 30 Maret 2015 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG SISTEM SERTIFIKASI KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL CERTIFICATION SYSTEM /ISPO)

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan

Lebih terperinci

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TAHUN 2015

PENCAPAIAN TAHUN 2015 ESDM Dalam Angka PENCAPAIAN TAHUN 2015 Jakarta, 29 Desember 2015 1 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Daftar Isi 3 4-5 6-8 9-11 12 13 14 15 16 17-18 7 Perubahan Sistemik Energi Baru, Terbarukan

Lebih terperinci

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN ENERGI TERBARUKAN,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Rubrik Utama MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan Oleh: Dr. Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor olume 18 No. 2, Desember

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

Tingkat Kementerian dan Eselon I

Tingkat Kementerian dan Eselon I Tingkat Kementerian dan Eselon I IKU KEMENTERIAN 1 Presentase Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Yang Terimplementasi Definisi : Implementasi program-program koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 34 Tahun 2016 Seri E Nomor 25 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 34 Tahun 2016 Seri E Nomor 25 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 34 Tahun 2016 Seri E Nomor 25 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA DIREKTORAT FASILITASI DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

REALISASI BELANJA S.D. AGUSTUS 2014 (BRUTO)

REALISASI BELANJA S.D. AGUSTUS 2014 (BRUTO) LAPORAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN BERDASARKAN SATUAN KERJA DAN UNIT KERJA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR S.D. 31 AGUSTUS 2014 (dalam rupiah) KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PAGU ANGGARAN 2 3 4

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC) NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia

Lebih terperinci

PROGRES PELAKSANAAN EITI DI INDONESIA

PROGRES PELAKSANAAN EITI DI INDONESIA PROGRES PELAKSANAAN EITI DI INDONESIA Sekretariat EITI FGD Dana Bagi Hasil Jogjakarta, 7 Agustus 2017 Outline Pendahuluan Pelaksanaan EITI Dana Bagi Hasil Profil DBH 2010-2014 Pendahuluan Pendahuluan Extractives

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL 1 PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara PPN/Bappenas Workshop Sinkronisasi Program Pembangunan Bidang Geologi: Optimalisasi Peran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci