Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pendahuluan, pengertian, tujuan, proses, persyaratan dan karakteristik konselor Kompetensi Mampu memahami pengertian konseling, psikoterapi, dan bimbingan. Mampu memahami tujuan dan proses dalam konseling.

2 Latar Belakang Sejarah dan Landasan Profesional Konseling Konseling adalah profesi khusus yang telah berkembang melalui berbagai cara sejak awal abad ke-20. Konseling memenuhi standar untuk profesi dan unik, namun sekaligus terkait dengan disiplin kesehatan mental lainnya berdasarkan penekanan sejarahnya. Konseling menekankan pertumbuhan dan remediasi. Konselor bekerja dengan perorangan, kelompok, keluarga, dan sistem yang mengalami situasi dan masalah jangka panjang. Fokus konseling pada perkembangan, pencegahan, dan pengobatan membuat menarik bagi yang mencari transisi tahap kehidupan yang sehat dan kehidupan yang produktif jauh dari gangguan. Konseling tidak dengan begitu saja menjadi profesi yang lengkap. Konseling telah mengalami perkembangan selama bertahun-tahun dari disiplin yang sangat beragam, termasuk antropologi, etika, sejarah hukum, ilmu pengobatan medis, filsafat, psikologi, dan sosiologi (Smith, 2001). Banyak orang mengaitkan konseling dengan sekolah atau menyamakan kata bimbingan dengan konseling, karena tidak mengetahui evolusi konseling. C.H. Patterson, seorang pionir konseling, suatu ketika mengamati bahwa beberapa penulis dalam jurnal konseling sepertinya tidak mengetahui sejarah profesi konseling (Goodyear & Watkins, 1983). Oleh karena itu, sangatlah penting mempelajari sejarah konseling, sebab konselor yang mengetahui perkembangan profesi akan memiliki identitas profesional yang lebih kuat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap bidang konseling. Pengertian Konseling Selama ini seorang konselor adalah orang yang mendengarkan orang lain dan membantu mengatasi kesulitan. Akan tetapi, selama bertahun-tahun kata konselor di salah gunakan dengan dikaitan sebagai upaya mempromosikan suatu produk, sehingga mendengar istilah konselor bukan sebagai orang yang membantu mengatasi kesulitan seperti yang dimaksud datas. Bimbingan adalah proses membantu orang lain dalam menentukan pilihan penting yang mempengaruhi kehidupannya, misalnya gaya hidup yang disukai. Bimbingan memiliki sejarah yang lebih signifikan dibanding penggunaannya saat ini. Bagaimanapun juga, bimbingan menyatakan suatu cara membantu yang berbeda dengan konseling yang sifatnya lebih menyeluruh. 2

3 Satu perbedaan antara bimbingan dan konseling adalah bahwa bimbingan berfokus pada membantu orang-orang memilih apa yang dianggapnya paling berharga, sedangkan konseling berfokus pada membantu melakukan perubahan. Pada mulanya kebanyakan pekerjaan membimbing terjadi di sekolah-sekolah dan pusat bimbingan karir. Di sini orang dewasa membimbing para siswa mengambil keputusan, misalnya memilih mata pelajaran atau pekerjaan. Dalam hal ini, hubungan yang terbentuk adalah hubungan tidak setara dan sangat bermanfaat dalam membantu orang yang belum berpengalaman untuk menemukan arah dalam kehidupannya, sama seperti halnya anak-anak yang sejak lama telah menerima bimbingan dari orangtua dan pelatih. Dalam proses ini, mereka memperoleh pemahaman akan diri mereka dan dunia. Jenis bimbingan semacam ini tidak terbatas pada usia atau tahap dalam hidup, seseorang sering membutuhkan bantuan dalam menentukan pilihan. Namun, bimbingan semacam ini salah satu bagian dari seluruh layanan konseling profesional. Psikoterapi atau terapi sejak dulu berfokus pada masalah serius yang berkaitan dengan masalah dan konflik intrapsikis, internal, dan pribadi. Psikoterapi berhubungan dengan pemulihan kewajaran (Casey, 1996). Dengan demikian, psikoterapi khususnya merupakan terapi berbasis analisis, yang menekankan pada (a) masa lalu lebih dari masa kini; (b) wawasan ketimbang perubahan; (c) pengambilan jarak oleh terapis; dan (d) peranan terapis sebagai ahli. Selain itu, psikoterapis juga dipandang sebagai terapi yang diberikan lebih dalam kondisi rawat inap (fasilitas perawatan inap sebagai rumah sakit mental), dibandingkan kondisi rawat jalan (tidak ada ruang inap, misalnya dilakukan oleh lembaga tertentu). Di jaman modern ini perbedaan antara psikoterapi dan konseling telah menjadi kabur dan profesional yang memberikan layanan klinis sering menjadi pihak yang menentukan apakah klien menerima konseling atau psikoterapi. Beberapa teori konseling diacu sebagai terapi dan dapat digunakan dalam latar konseling maupun terapi. Oleh karena itu, kemiripian proses dalam konseling dan psikoterapi seringkali tumpang tindih. Beberapa definisi berisi sejumlah pengertian implisit dan eksplisit yang harus dipahami oleh konselor dan klien: 1. Konselor berhubungan dengan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, karir, dan kelainan. Dengan kata lain, konselor bekerja di bidang yang melibatkan hubungan. Bidang ini mencakup kepedulian intrapersonal dan interpersonal yang berkaitan dengan pencarian makna dan penyesuaian dalam latar tertentu seperti sekolah, keluarga, dan karir. 2. Konseling dilakukan untuk orang yang dianggap sehat dan orang yang memiliki masalah serius. Konseling memenuhi kebutuhan berbagai macam orang. Menurut pandangan konselor, klien memiliki masalah perkembangan atau situasional yang 3

4 memerlukan bantuan untuk penyesuaian atau remediasi. Masalah seringkali membutuhkan intervensi jangka pendek, tetapi perawatan dapat diperpanjang untuk mengatasi kelainan yang tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik dari Kelainan Mental yang dikeluarkan American Psychatric Association. 3. Konseling berbasis teori. Konselor memakai sejumlah teoretis, mencakup kognitif, perilaku, dan sistemik. Teori-teori ini dapat diterapkan untuk individu, kelompok, maupun keluarga. 4. Konseling merupakan proses baik berupa perkembangan atau intervensi. Konselor berfokus pada sasaran klien. Jadi, konseling melibatkan pilihan maupun perubahan. Dalam beberapa kasus, konseling adalah latihan sebelum bertindak (Casey, 1996). Berikut beberapa definisi konseling menurut tokoh-tokoh psikologi: a. Konseling: Suatu hubungan yang bebas dan berstruktur yang membiarkan klien memperoleh pengertian sendiri dan membimbingnya untuk menentukan langkah positif kearah orientasi baru (Rogers, 1942). b. Konseling: Interaksi yang terjadi dua orang (konselor dan klien) berlangsung dalam kerangka profesional dan diarahkan terjadinya perubahan perilaku pada klien (Pepinsky & Pepinsky, 1954). c. Konseling: Suatu proses yang terjadi dalam hubungan pribadi antara seseorang yang mengalami kesulitan dengan seorang profesional yang berpengalaman untuk membantu orang lain mampu memecahkan persoalan pribadinya (Smith, 1955). d. Konseling: Suatu hubungan yang bersifat profesional dan mempribadi antara konselor dan klien dengan maksud mendorong perkembangan pribadi konseli dan membantu memecahkan masalah yang dihadapinya (McLeod, 2006). Konseling (Counseling), Psikoterapi (Psychotherapy), Bimbingan (Guidance) Istilah konseling, psikoterapi, dan bimbingan banyak digunakan secara bersamaan. Ketiganya memiliki makna yang tumpang tindih namun memiliki perbedaan mendasar. Istilah bimbingan (guidance) lebih mudah dibedakan dengan konseling dan psikoterapi. Seperti yang dikemukakan oleh Gladding (1992) yang berpendapat bahwa perbedaan istilah bimbingan (guidance) dan konseling adalah bahwa bimbingan berfokus pada membantu individu membuat pilihan hidup yang penting, sedangkan konseling berfokus pada membantu individu untuk berubah. Gladding juga mengatakan bahwa bimbingan pada umumnya dilakukan di sekolah-sekolah, dimana konselor membantu siswa membuat keputusan penting dalam hidupnya, sepeti memilih jurusan dan pekerjaan. 4

5 Menurut Gladding (2004) bimbingan (guidance) terkait dengan: 1. Membantu individu untuk memilih yang dianggap paling penting (what they volue most). 2. Adanya hubungan antara orang-orang yang tidak setara (unequals), seperti misalnya antara guru dan murid serta orangtua dan anak. 3. Membantu orang yang kurang mempunyai pengalaman untuk menemukan arah dalam hidupnya (Lesmana, 2006). Secara garis besar bimbingan (guidance) dapat dimaknai sebagai proses bantuan yang bertujuan membantu individu membuat keputusan penting dalam hidupnya yang biasanya terjadi pada setting pendidikan atau sekolah. Bimbingan (guidance) lebih bersifat pencegahan (preventive) yaitu bantuan yang dilakukan untuk membantu individu dalam beradaptasi dan mencapai proses perkembangannya baik secara pribadi, intelektual, sosial, emosi, dan karirnya. Dalam sistem pendidikan nasional Indonesia, layanan bimbingan (guidance) di sekolahsekolah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah yang memiliki latar belakang pendidikan dari jurusan Bimbingan dan Konseling. Layanan bimbingan dapat dilakukan secara individual, kelompok, maupun klasikal. Menurut Cavanagh (1982), konseling dan psikoterapi tidak dapat dibedakan dengan jelas, kegiatan yang dilakukan konselor dapat dikatakan sebagai kegiatan psikoterapi, kegiatan yang dilakukan psikoterapi dapat dikatakan sebagai konseling. Cavanagh menyimpulkan perbedaan konseling dan psikoterapi: Pertama, konseling diperuntukkan bagi individu yang mengalami gangguan psikologik. Kedua, konseling lebih bersifat edukatif, suportif, berorientasi pada kesadaran dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat. Psikoterapi bersifat rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi pada ketidaksadaran, dan dilaksanakan dalam waktu yang panjang. Terakhir, konseling lebih terstruktur, diarahkan pada tujuan yang terbatas dan konkrit, sedangkan psikoterapi bertujuan untuk mengubah diri individu (Cavanagh, 1982). Menurut Gladding (1982), konseling memiliki perbedaan signifikan dengan psikoterapi. Gladding mengutip definisi konseling yang dikemukakan oleh the American Counseling Association (ACA): Konseling merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip kesehatan mental, psikologi, atau perkembangan manusia melalui intervensi kognitif, afektif, behavioral, strategi yang memperhatikan kesejahteraan (wellness), pertumbuhan pribadi, atau pengembangan karir, tetapi juga patologi (Lesmana, 2006). Menurut Gladding (1992), definisi konseling yang dikemukakan oleh the American Counseling Association mengandung beberapa poin, yaitu: 1. Konseling merupakan sebuah profesi. 2. Konseling berhubungan dengan masalah personal, sosial, vokasional, dan pendidikan. 5

6 3. Konseling dilakukan pada orang-orang yang dianggap normal. 4. Konseling dilakukan berdasar teori dan berlangsung dalam setting atau tatanan yang terstruktur. 5. Konseling merupakan suatu proses di mana konseli belajar membuat keputusan dan memformulasikan cara baru untuk bertingkah laku, merasa, dan berpikir. 6. Konseling berkaitan dengan berbagai spesialisasi yang bervariasi, seperti: konseling sekolah, konseling pernikahan dan keluarga, serta konseling karir (Gladding, 1992). Membahas tentang perbedaan konseling dan psikoterapi, Gladding (1992) mengutip beberapa pendapat ahli yang mendeskripsikan psikoterapi sebagai berikut: 1. Berhubungan dengan masalah gangguan kejiwaan yang lebih serius. 2. Menekankan pada masa lalu dibandingkan masa sekarang. 3. Menekankan pada insight daripada perubahan. 4. Terapis diharapkan menyembunyikan dan tidak membuka nilai-nilai dan perasaannya. 5. Terapis berperan sebagai orang yang ahli (expert) daripada sebagai partner untuk berbagi (sharing partner). Pendapat tentang perbedaan antara bimbingan (guidance), konseling (counseling), dan psikoterapi (psychotherapy) banyak dijadikan rujukan untuk membedakan aplikai antara konseling, bimbingan, psikoterapi, dan psikologi di lapangan. Tujuan Konseling Menurut McLeod (2006), tujuan konseling dilandasi oleh fondasi dari keragaman model teori dan tujuan sosial masing-masing pendekatan konseling. McLeod mengatakan bahwa beberapa tujuan konseling yang didukung secara eksplisit dan implisit oleh para konselor adalah: 1. Pemahaman Adanya pemahaman terdapat akar dan perkembangan kesulitan emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol rasional daripada perasaan dan tindakan. 2. Berhubungan dengan orang lain Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain, misalnya dalam keluarga atau di dunia pendidikan. 6

7 3. Kesadaran diri Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangkan perasaan yang lebih akurat berkenaan dengan penerimaan orang lain terhadap diri. 4. Penerimaan diri Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik dan penolakan. 5.Aktualisasi diri atau individuasi Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan integrasi bagian diri yang sebelumnya bertentangan. 6. Pencerahan Membantu konseli mencapai kondisi kesadaran spiritual yang lebih tinggi. 7. Pemecahan masalah Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa dipecahkan oleh konseli seorang diri. Menuntut kompetensi umum dalam pemecahan masalah. 8. Pendidikan psikologi Membuat konseli mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku. 9. Memiliki ketrampilan sosial Mempelajari dan menguasai ketrampilan sosial dan inter-personal seperti: mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertif, atau pengendalian kemarahan. 10. Perubahan kognitif Memodifikasi atau mengganti kepercayaan yang tidak rasional atau pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku yang merusak diri sendiri. 11. Perubahan sistem Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial seperti: keluarga dan masyarakat sekitar. 7

8 12. Penguatan Berkenaan dengan ketrampilan, kesadaran, dan pengetahuan yang membuat konseli mampu mengontrol kehidupannya. 13. Restitusi Membantu konseli membuat perubahan kecil terhadap perilaku yang merusak. 14. Reproduksi (generativity) dan aksi sosial Menginspirasikan dalam diri seseorang dan kapasitas untuk peduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan, dan memberikan kontribusi untuk kebaikan bersama (collective good) melalui kesepakatan politik dan kerja komunitas (McLeod, 2006). Dalam kegiatan konseling, penetapan tujuan konseling tidak mencakup seluruh tujuan konseling, tujuan koseling ditetapkan berdasarkan permasalahan yang dialami oleh konseli serta pendekatan konseling yang digunakan oleh konselor. Setiap pendekatan konseling yang valid seharusnya cukup fleksibel agar dapat memungkinkan konseli menggunakan hubungan terapeutik sebagai arena mengeksplorasi dimensi hidup yang paling relevan terhadap eksistensi saat ini (Mcleod, 2006). Tujuan konseling menurut George dan Cristiani (1981), sebagai berikut: 1. Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku. Tujuan suatu konseling adalah membawa klien agar terjadi perubahan yang memungkinkan klien hidup lebih produktif dan menikmati kepuasan hidup sesuai dengan pembatasanpembatasan yang ada dimasyarakat. Tujuan konseling harus jelas, jadi perubahan perilaku yang dikehendaki ialah perubahan yang bagaimana, dan selanjutnya bagaimana melakukan perubahan tersebut dengan bantuan konselor. 2. Meningkatkan ketrampilan untuk menghadapi sesuatu. Dalam kenyataannya hampir semua orang mengalami kesulitan menghadapi proses pertumbuhan dan perkembangannya. Tidak semua orang yang berpengaruh terhadap proses perkembangan seseorang, dapat memperlihatkan tindakan sama dan konsisten sehingga selalu menghadapi sesuatu yang baru yang belum tentu disenangi atau dituruti. 3. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan. 8

9 Konseling diarahkan agar seseorang dapat membuat sesuatu keputusan pada saat penting dan benar-benar dibutuhkan. Keputusan yang diambil pada akhirnya harus merupakan keputusan yang ditentukan oleh klien sendiri dengan bantuan dari konselor. 4. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan. Sebagai mahkluk sosial, seseorang diharapkan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya mulai dari sekolah dengan teman sebaya, rekan kerja, atau dalam keluarga. Kegagalan dalam hubungan antar perorangan adalah kegagalan dalam penyesuaian diri yang disebabkan oleh kurang tepatnya memandang atau menilai diri sendiri atau kurangnya ketrampilan untuk menyesuaikan diri. 5. Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien. Pada hakikatnya orang mempunyai kemampuan, namun seringkali kemampuan tersebut tidak atau kurang berfungsi, tidak aktual sehingga berfungsinya tidak mencapai maksimal. Memberfungsikan kemampuan yang dimiliki dengan membantu menyediakan fasilitas adalah tujuan dari konseling. Kalau ternyata pada seseorang kemampuannya tidak efektif, mungkin penyebabnya terletak pada gambaran dan ciri-ciri kepribadiannya atau juga karena lingkungan yang menghambat. Proses Konseling Konseling merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dan sistematik. Sebelum proses konseling dilakukan, konselor telah memperoleh data mengenai klien yang diambil melalui wawancara pendahuluan (intake interview) yang dilakukan oleh konselor atau orang lain yang ditugaskan dan terlatih untuk melakukannya. Setelah melalui wawancara permulaan, maka konselor perlu menyusun suatu program yang disesuaikan dengan latar belakang konselor dengan pendekatannya dan kondisi khusus klien atau tujuan dilaksanakannya konseling. Pentingnya menyusun program yang berstruktur untuk melakukan konseling, memungkinkan hubungan yang terjadi memperoleh kemajuan dan produktif. Brammer (1979) mengatakan bahwa struktur mendasari peranan, tanggung jawab, dan kemungkinan keterlibatan yang diperlukan, baik antara konselor maupun klien. Dalam membuat struktur untuk melakukan konseling, Stewart (1986) membuat model yang diperkenalkan sebagai "Stewart Model", terdiri dari enam tahap sebagai berikut: 1. Penentuan Tujuan Konseling Konselor bersama klien menentukan tujuan konseling setelah klien mengungkapkan keinginannya memperoleh bantuan. Hal ini penting untuk menunjukkan adanya motif yang 9

10 jelas dari pihak klien dan arah bantuan yang akan diberikan oleh konselor. Pada tahap ini konselor menjadi pendengar yang aktif dan berusaha meyakinkan klien bahwa ia adalah seorang yang punya makna sebagai pribadi. 2. Perumusan Konseling Konselor dan klien menyetujui bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan. Pada tahap ini klien membutuhkan bantuan untuk mengembangkan pendapatnya tentang fungsi dari konseling dan dicapai kesepakan mengenai tujuannya. 3. Pemahaman Kebutuhan Klien Pada tahap ini masalahnya diperjelas dan dicari pengertian di dalam diri klien yang masih bisa dikembangkan. Konselor memperhatikan tanggapan klien tentang kesulitan pribadi dan perasaan-perasaan yang ada disekelilingnya. Konselor bekerja sama dengan klien berupaya memeriksa faktor-faktor yang berkaitan dengan munculnya kesulitan sebanyak mungkin agar rencana tindakan lebih lanjut yag tepat dapat dirumuskan. Berbagai hal yang berhubungan dengan empati dikomunikasikan dengan klien, agar klien merasa dimengerti mengenai perasaan tertentu yang mungkin menjadi masalah dalam kehidupan pribadi sehari-hari. 4. Penjajagan Sebagai Alternatif Konselor bertanggung jawab untuk menunjukkan berbagai kemungkinan dan alternatif penyelesaian masalah pada saat itu, untuk meyakinkan adanya kemajuan. Terkadang konselor tidak memutuskan sesuatu langkah yang perlu diambil oleh klien, tetapi klien sendiri yang menentukan. Klien harus belajar memperkirakan akibat dari setiap langkah dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh, termasuk pengorbanan yang mungkin harus diberikan, seperti soal waktu dan biaya serta resiko yang terjadi. 5. Perencanaan Suatu Tindakan Seiring dengan tumbuhnya pengertian dan kestabilan kehidupan perasaan pada klien dengan bantuan dari konselor, klien mulai bisa melangkah lebih mantap untuk melakukan tindakan ke arah tercapainya tujuan konseling. Dalam melaksanakan tindakan akan lebih mudah kalau klien memilih sendiri tindakan yang sebaiknya akan dilakukan. Namun faktor pribadi pada klien akan mempengaruhi hal ini. Pada tahap ini konselor mengamati, menilai terhadap apa yang telah terjadi pada klien, apakah konseling masih perlu diteruskan atau dihentikan sementara (terminasi) karena tujuan sudah tercapai. Apabila konseling akan dihentikan, klien diminta merumuskan mengenai pengalaman-pengalaman selama menjalani konseling, terutama yang berkaitan dengan perkembangan dirinya selanjutnya. Hal ini perlu dilakukan sebagai cara untuk mengetahui apakah pada klien telah tumbuh pemahaman-pemahaman baru atau tidak, yang harus dilihat sebagai pribadi secara keseluruhan (gestalt) dan dalam kehidupan sehari-hari secara umum. 6. Penghentian Masa Konseling 10

11 Menghentikan konseling (terminasi) bisa dilakukan untuk sementara dan selama klien masih bisa berhubungan kembali kalau dibutuhkan atau dihentikan sama sekali karena tujuan konseling sudah tercapai. Mengenai terminasi ini, Ward (1984) menunjukkan adanya penilaian yang seringkali keliru sehingga penghentian konseling bukan hanya penting pada proses konseling, melaikan juga memiliki tiga fungsi yaitu: a. Memeriksa kesiapan klien dalam menghadapi berakhirnya konseling dan mengkonsolidasi proses belajar. b. Mengatasi bersama faktor afeksi (perasaan) yang tersisa dan menyelesaikan dengan baik hal-hal yang punya arti penting dan mungkin intensif dalam hubungan konselor dan klien. c. Memaksimalkan pengalihan proses belajar dan meningkatkan kepercayaan diri pada klien mengenai kemampuannya untuk mempertahankan perubahan yang telah diperoleh selama menjalani konseling karena konseling dihentikan. Persyaratan Sebagai Konselor Kualitas yang harus dimiliki konselor (Meara, et al., 1996): 1. Empati: Kemampuan untuk mengkomunikasikan pemahaman terhadap pengalaman orang lain dari perspektif orang itu sendiri. 2. Ketulusan: Komitmen pribadi untuk konsisten terhadap yang dinyatakan dan yang dilakukan. 3. Integritas: Kesederhanaan dan kejujuran. 4. Fleksibilitas: Kemampuan untuk menangani yang menjadi perhatian klien tanpa harus mengacuhkan secara personal. 5. Rasa hormat: Menunjukkan keyakinan diri yang sama kepada orang lain dan pemahaman terhadap diri sendiri. 6. Kesederhaan: Kemampuan untuk menilai dan memahami kekuatan dan kelemahan seseorang. 7. Kompetensi: Ketrampilan dan pengetahuan efektif yang dibutuhkan untuk melakukan yang dipersyaratkan. 8. Keadilan: Aplikasi kriteria yang tepat secara konsisten untuk menginformasikan keputusan dan tindakan. 9. Kebijakan: Memiliki kemampuan untuk menilai sebagai dasar untuk bertindak. 10. Keberanian: Kapasitas untuk bertindak tanpa terpengaruh rasa takut, risiko, dan ketidakpastian. 11

12 Karakteristik Konselor yang Efektif Cristiani (1981), menyimpulkan terdapat enam karakteristik pribadi konselor yang sangat efektif sebagai berikut: 1. Konselor yang efektif membukakan diri dan menerima pengalaman sendiri. Keterbukaan akan keadaan diri sendiri. Menerima pengalaman diri diartikan menerima berbagai kehidupan perasaan yang dirasakan dan dialami sebagaimana adanya agar dapat menguasai perilakunya. 2. Konselor yang efektif menyadari akan nilai dan pendapatnya sendiri. Mengerti yang penting untuk dirinya dan menentukan norma-norma untuk kehidupannya. Dapat memutuskan dan menentukan perilaku-perilaku yang sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. 3. Konselor yang efektif dapat membina hubungan hangat dan mendalam dengan orang lain. Dapat menghargai orang lain dengan kehidupan perasaan dan pendapatnya. Dapat memperlihatkan kehangatan terhadap orang lain. 4. Konselor yang efektif dapat membiarkan diri sendiri dilihat orang lain sebagaimana adanya. Memperlihatkan sikap yang wajar. Jika seseorang sudah dapat memahami dan menerima kehidupan perasaannya sesuai dengan pengalamannya, tidak perlu memaksakan perasaannya kepada orang lain dan juga tidak perlu menutupi diri sehingga orang lain melakukan sesuatu penilaian tertentu. 5. Konselor yang efektif mampu mengatasi kegagalan dan kelemahan dan sebaliknya tidak menolak atau menyalahkan orang lain. Menerima tanggung jawab pribadi berarti juga dapat menerima kritik dengan reaksi yang baik, yang lebih konstruktif dan sebaliknya tidak terus-menerus mempertahankan dan melindungi diri. 6. Konselor yang efektif mengembangkan tingkatan aspirasi yag realistik. Konselor yang efektif dapat menilai seberapa jauh sesuatu tujuan ditempatkan sesuai dengan kenyataan atau keaadan yang dimiliki untuk dapat mencapainya. 12

13 Daftar Pustaka Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama. Gladding, Samuel T. (2014). Counseling: A Comprehensive Profession 7 th edition.california. Pearson International. McLeod, John. (2006). Pengantar Konseling: Teori dan study kasus. Alih bahasa: A.K. Anwar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Singgih D Gunarsa.(2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia. 13

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Jesse B. Davis: Orang pertama

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 13 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan Teori dan Teknik Konseling Nanang Erma Gunawan nanang_eg@uny.ac.id Konselor memiliki daya terapeutik Diri konselor adalah sebagai instrumen Memiliki pengetahuan mengenai: - teori kepribadian dan psikoterapi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 06 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Psikologi Konseling Modul ke: Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kontrak Belajar

Lebih terperinci

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Problem Solving Counseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK 61033 Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog Abstract Modul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang

Lebih terperinci

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender oleh : Sigit Sanyata Pelatihan Sadar Gender Untuk Mengoptimalkan Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Kulonprogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap pasif siswa sering ditunjukan dalam sebuah proses belajar, hal ini terlihat dari perilaku siswa dalam sebuah proses belajar yang cenderung hanya berperan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Modul ke: Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendekatan Kognitif Terapi kognitif: Terapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Ketrampilan Wawancara. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Ketrampilan Wawancara. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Psikologi Konseling Ketrampilan Wawancara Fakultas Psikologi Tazkia Edelia Sumedi M.Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Pengantar bahwa kondisi saling percaya dan saling menghormati

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK KONSELOR

BAB III KARAKTERISTIK KONSELOR BAB III KARAKTERISTIK KONSELOR A. KONSELOR SEBAGAI PRIBADI Di dalam kegiatan konseling, seorang konselor berhadapan dan bertatapan langsung dengan orang lain (klien). Dua pribadi saling bertemu dan bertatap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA :

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA : KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA : 081-5687-1604 NB : Materi ini telah TIM RDRM persentasikan di Dinas Kesehatan Kota Semarang 2017 About Me Nama

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling

Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling Modul ke: Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Attending Behavior Kunci dari attending behavior adalah

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality

Lebih terperinci

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Psikologi Konseling Modul ke: Review Materi dan Praktikum Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Konseling sebagai hubungan membantu

Lebih terperinci

a. Pengertian Bimbingan Mengenai pengertian bimbingan telah banyak dikemukakan oleh para ahli, yaitu diantaranya sebagai berikut:

a. Pengertian Bimbingan Mengenai pengertian bimbingan telah banyak dikemukakan oleh para ahli, yaitu diantaranya sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian 1. Konsep Bimbingan a. Pengertian Bimbingan Mengenai pengertian bimbingan telah banyak dikemukakan oleh para ahli, yaitu diantaranya

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gestalt Therapy Pendekatan Gestalt:

Lebih terperinci

Konseling Kelompok. Pertemuan ke-13

Konseling Kelompok. Pertemuan ke-13 Konseling Kelompok Pertemuan ke-13 Pengantar Konseling kelompok memungkinkan konselor menghadapi bbrp konseli - dg keuntungan biaya yg lebih murah dmn proses kelompok jg memiliki keuntungan dg tjdnya keunikan

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KONSELING KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KONSELING KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 2 SKS TIU : Agar mahasiswa memahami prinsip-prinsip psikologi konseling, berbagai teori dan teknik konseling, serta langkah-langkah pelaksanaan konseling. 1 Pengertian A. Fungsi psikologi dalam pengamalannya

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KONSELING KODE MATAKULIAH / SKS = IT / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KONSELING KODE MATAKULIAH / SKS = IT / 2 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA TIU : Agar mahasiswa memahami prinsip-prinsip psikologi konseling, berbagai teori dan teknik konseling, serta langkah-langkah pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang

Lebih terperinci

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum

Lebih terperinci

Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan fasilitasi perkembangan individu

Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan fasilitasi perkembangan individu Konsep Dasar Konseling Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan fasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri untuk mengembangkan kecakapan pribadi mahasiswa dipaparkan sebagai berikut. 1. Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama HUBUNGAN INTERPERSONAL

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   HUBUNGAN INTERPERSONAL BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id HUBUNGAN INTERPERSONAL Pembelajaran intereprsonal adalah faktor terapeutik yang luas dan kompleks dalam analog konseling kelompok seperti

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa awal remaja adalah masa seorang anak memiliki keinginan untuk mengetahui berbagai macam hal serta ingin memiliki kebebasan dalam menentukan apa yang ingin dilakukannya

Lebih terperinci

PERSPEKTIF TERPADU: ALTERNATIF TERBAIK ATAS KONSELING KONVENSIONAL. Wening Cahyawulan 1 Arga Satrio Prabowo 2

PERSPEKTIF TERPADU: ALTERNATIF TERBAIK ATAS KONSELING KONVENSIONAL. Wening Cahyawulan 1 Arga Satrio Prabowo 2 140 Perspektif Terpadu: Alternatif Terbaik atas Konseling Konvensional PERSPEKTIF TERPADU: ALTERNATIF TERBAIK ATAS KONSELING KONVENSIONAL Wening Cahyawulan 1 Arga Satrio Prabowo 2 Abstrak Berbagai teori

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina Tri

Lebih terperinci

TERAPI REALITAS UNTUK MEMBAWA GENERASI MUDA INDONESIA KEMBALI KEPADA REALITA KEHIDUPAN SAAT INI.

TERAPI REALITAS UNTUK MEMBAWA GENERASI MUDA INDONESIA KEMBALI KEPADA REALITA KEHIDUPAN SAAT INI. TERAPI REALITAS UNTUK MEMBAWA GENERASI MUDA INDONESIA KEMBALI KEPADA REALITA KEHIDUPAN SAAT INI. Yusak Novanto, S.Psi, M.Psi, Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan Surabaya yusak.novanto@uphsurabaya.ac.id

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 04 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS 1 Dyah Astorini Wulandari, 2 Suwarti 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan layanan konsultasi terletak pada interaksi klien dan konsultan yang didasari oleh rasa saling percaya dan kemampuan konsultan dalam memahami serta memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan

Lebih terperinci

SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN

SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat diperlukan individu, karena individu merupakan pribadi yang unik yang sedang berkembang kearah kematangan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep diri Konsep diri adalah gambaran tentang diri individu itu sendiri, yang terjadi dari pengetahuan tentang diri individu itu sendiri, yang terdiri dari pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana analisis pengaruh budaya organisasi, kompetensi karyawan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. 2.1.1 Budaya Organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

Jahoda (Ihrom, 2008), batasan lebih luas Kesehatan mental mencakup : 1) sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri

Jahoda (Ihrom, 2008), batasan lebih luas Kesehatan mental mencakup : 1) sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri Jahoda (Ihrom, 2008), batasan lebih luas Kesehatan mental mencakup : 1) sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik. 2) pertumbuhan dan perkembangan serta perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL: STRATEGI MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA

KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL: STRATEGI MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA KONSELING KELUARGA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL: STRATEGI MEWUJUDKAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA Sestuningsih Margi Rahayu Universitas Mulawarman Email: ningsih_sestu@yahoo.com ABSTRAK Keharmonisan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pelaporan penelitian yang membahas tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, adapun yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini adalah masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN TEORISTIS BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga

Lebih terperinci

PROSES KEPERAWATAN KELUARGA. SITI ZAHARA NASUTION, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

PROSES KEPERAWATAN KELUARGA. SITI ZAHARA NASUTION, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN PROSES KEPERAWATAN KELUARGA SITI ZAHARA NASUTION, S.Kp. Fakultas Kedokteran Program Studi Keperawatan Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Setiap aktivitas yang dilakukan tentu memerlukan komunikasi. Tidak terkecuali seorang

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang PENETAPAN KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR 1. Kompetensi a. Memahami wawasan dan landasan 1) Mengetahui wawasan kependidikan TK Pedagogik kependidikan. 2) Mengetahui landasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan sejatinya sangat diutamakan dalam kehidupan sehari-hari karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa menderita karena fungsi tubuh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Percaya Diri Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi pentingnya kehidupan manusia, karena dengan kepercayaan diri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian motivasi Walgito (2004), mendefinisikan motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Menurut Departemen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dasar Filsafi Carl Rogers Mengenai Manusia Manusia

Lebih terperinci

THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) TERAPI ADLER

THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) TERAPI ADLER THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) GERALD COREY TERAPI ADLER ALFRED ADLER ( 1870-1912 ) Pengembang psikodinamika pada terapi (8-10) thn.

Lebih terperinci

Small Groups in Counseling and Therapy. Sigit Sanyata 07 Juni 2009

Small Groups in Counseling and Therapy. Sigit Sanyata 07 Juni 2009 Small Groups in Counseling and Therapy Sigit Sanyata 07 Juni 2009 Konseling kelompok? Konseling kelompok? Kita perlu belajar Perubahan dalam konseling Perasaan Pikiran Perilaku Bahagia Konsep konseling

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri,

Lebih terperinci

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN ASOSIASI PENYELENGGARA PENDIDIKAN TINGGI PSIKOLOGI INDONESIA (AP2TPI) NOMOR: 01/Kep/AP2TPI/2015 TENTANG

KEPUTUSAN ASOSIASI PENYELENGGARA PENDIDIKAN TINGGI PSIKOLOGI INDONESIA (AP2TPI) NOMOR: 01/Kep/AP2TPI/2015 TENTANG KEPUTUSAN ASOSIASI PENYELENGGARA PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA (AP2TPI) NOMOR: 01/Kep/AP2TPI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN ASOSIASI PENYELENGGARA PENDIDIKAN TINGGI INDONESIA (AP2TPI) NOMOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil 244 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan merupakan inferensi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Sementara rekomendasi hasil penelitian

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci