Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling: Empati dan Attending. Kompetensi Mampu memahami Ketrampilan Dasar Konseling: Menjalin rapport, bahasa tubuh, kalimat empatik.

2 Pendahuluan Proses konseling dimulai dengan sesi awal. Levine (1983) menjelaskan bahwa otoritas dalam profesi ini melihat bahwa tujuan konseling berubah dari waktu ke waktu dan berubah sesuai dengan keakraban dan keefektifan hubungan koseling. Seberapa banyak perubahan terjadi atau apakan akan ada sesi kedua biasanya ditentukan oleh hasil dari sesi pertama. Pada sesi pertama, baik klien maupun konselor bekerja untuk menentukan apakah ingin atau dapat melanjutkan hubungan tersebut. Konselor harus dengan cepat menilai apakah ia dapat menghadapi dan menangani permasalahan klien dengan cara yang jujur, terbuka, dan konfrontatif (Okun & Kantrowitz, 2008). Bagaimanapun juga, klien harus menanyakan pada diri sendiri apakah ia merasa nyaman dan dapat mempercayai konselornya sebelum dapat memberikan dirinya secara utuh ke dalam hubungan konseling. Menjalin Rapport Tidak ada tempat khusus untuk melakukan wawancara pertama, namun para ahli menyarankan agar konselor memulainya dengan membuat klien merasa nyaman (Cormier & Hackney, 2008). Konselor memulainya harus mengesampingkan agendanya sendiri dan memusatkan diri pada klien termasuk mendengarkan kisah klien dan memaparkan masalah (Myers, 1997). Perilaku semacam ini dimana ada ketertarikan yang tulus dan penerimaan terhadap klien disebut sebagai rapport (ikatan). Ivey (2007) mengatakan bahwa dua keahlian mikro yang paling penting untuk membangun ikatan adalah tingkah laku dasar ramah kepada klien dan keahlian mengamati klien. Seorang konselor harus memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan kliennya serta bagaimana berperilaku. Dalam proses ini kepekaan konselor terhadap yang diucapkan oleh klien dapat membantu memahami cara pandang klien yang unik dan pada saat yang bersamaan memberi kontribusi pada perkembangan kesamaan kata dan ikatan kolaboratif antara klien dan konselor (Lyddon, et al., 2001). Mengajak klien untuk fokus pada alasan mencari bantuan adalah salah satu cara konselor memulai suatu ikatan. Ajakan secara tidak langsung untuk berbicara ini disebut pembuka dan berlawanan dengan tanggapan yang bersifat menghakimi atau evaluatif yang dikenal juga sebagai penutup (Bolton, 1979). Rapport ditandai dengan ucapan basa basi seperti: Apa kabar? Tahap ini diikuti dengan rencana yang akan dilakukan terhadap klien, serta membawa klien merasa nyaman menghadapi konselor. Penting menerangkan tujuan dari wawancara dan apa yang konselor bisa dan tidak bisa dilakukan. 2

3 Bahasa Tubuh (Tingkah Laku Nonverbal) Dalam konseling, konselor berhadapan dan bertatap muka secara langsung dengan klien dan kegiatan selanjutnya tergantung bagaimana corak dan bentuk komunikasi tercipta. Komunikasi secara verbal melalui wawancara telah diuraikan tetapi ternyata ada komunikasi dalam bentuk lain yakni komunikasi nonverbal yang juga memegang peranan penting dalam kegiatan konseling. Ivy et al., (1987) mengemukakan bahwa pada mulanya dalam konseling hanya terjadi komunikasi verbal tetapi dengan dipakainya video dan film untuk latihan wawancara, ternyata komunikasi nonverbal menjadi dasar penting pada setiap kali melakukan wawancara maupun konseling. Komunikasi nonverbal ternyata banyak pegaruhnya terhadap kegagalan atau keberhasilan konseling dan banyak dibicarakan sebagai topik yang penting. Stewart (1986) mengakui pentingnya komunikasi nonverbal dan mengingatkan bahwa interkasi antara konselor dan klien seringkali tergantung pada komunikasi nonverbal diantara keduanya. 1. Perilaku Komunikasi Nonverbal dengan Menggunakan Waktu Sikap seseorang dalam mempergunakan waktu, apakah tepat atau terlambat berhubungan dengan kehadiran seseorang atau sebagai reaksi terhadap cara berkomunikasinya. Demikian pula cara seseorang mempergunakan sejumlah waktu untuk berkomunikasi dengan orang lain menunjukkan ada arti tersendiri dibelakangnya. 2. Perilaku Komunikasi Nonverbal dengan Menggunakan Lingkungan a. Menjauh kalau seseorang mendekat atau sebaliknya, mengambil inisiatif dalam gerakan mendekat atau menjauh, jarak berangsur-angsur bertambah jauh atau sebaliknya. b. Pengaturan lingkungan fisik: rapi, teratur dan tersusun baik atau sebaliknya acakacakan dan tidak teratur dan tidak tersusun dengan baik, warna cerah atau tenang, mewah atau sederhana, menarik atau tidak. c. Pakaian: meriah atau sederhana, mengikuti mode atau tidak. d. Posisi dalam ruangan: terlindungi oleh pengaturan posisi meja dan kursi dari orang lain atau terbuka dan berhadapan langsung dengan orang lain tanpa terhalang alatala rumah tangga, mengambil posisi menyerang atau menguasai, bergerak 3

4 mendekat atau menjauh dari tempat orang lain berada. Perilaku nonverbal ini harus dianggap sebagai petunjuk adanya sesuatu yang mendasari perilaku sebagaimana perilaku biasa yang punya latar belakang dan sebab-sebab yang mendorong dan menimbulkan perilaku pada seseorang. Kehangatan seseorang atau sebaliknya sikap dingin dapat dikomunikasikan sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, segera nonverbal melalui macam-macam perubahan fisik, karena itu konselor perlu memperhatikan hal ini. Johnson (1972) mengindentifikasikan ciri-ciri nonverbal sebagai sarana komunikasi yaitu: 1. Nada suara lemah lembut berarti ada kehangatan dan sebaliknya nada suara keras tandanya bersikap dingin. 2. Senyuman dan menaruh perhatian sebagai tanda adanya sikap hangat, sebaliknya wajah yang berkerut dan tidak menaruh minat adalah tanda dari sikap dingin. 3. Anggukan kepala atau badan, rileks, sebagai tanda kehangatan dan gerakan menjauh, tegang, sikap sebaliknya. 4. Tatapan mata secara langsung sebagai tanda adanya kehangatan dan sebaliknya adalah mengelak bertatapan muka. 5. Sentuhan halus adalah tanda adanya sikap hangat dan sebaliknya dengan mengelak sentuhan. 6. Gerakan tubuh dengan aba-aba terbuka dan menyambut, mengandung arti senang dan hangat, sebaliknya gerakan-gerakan tubuh yang ditandai oleh aba-aba mempertahankan diri dan ingin menjauh adalah tanda dari adanya sikap dingin. 7. Gerakan yang mempersempit jarak adalah tanda bersikap hangat, sebaliknya yaitu memperbesar jarak sebagai tada dari sikap dingin. Tingkah laku verbal memasukkan unsur komunikasi yang menunjukkan suatu keinginan untuk memahami atau membahas apa yang penting bagi klien (Cormier, 1998). Tingkah laku ini (termasuk meminta klarifikasi, pernyataan ulang, dan menyimpulkan perasaan) menandakan bahwa konselor terfokus pada diri pribadi klien. Tingkah laku nonverbal konselor juga tidak kalah pentingnya. Menurut Mehrabian (1970), perilaku perhatian fisik seperti tersenyum, menyandarkan badan, membuat kontak mata, melambai, dan menganggukkan kepala adalah cara nonverbal yang efektif untuk meyakinkan klien bahwa konselor tertarik dan terbuka terhadap klien. 4

5 Egan (2007) menyimpulkan lima keahlian nonverbal yang terlibat dalam perhatian awal. Kelima keahlian tersebut disingkat SOLER. S (square) mengingatkan konselor untuk menghadapi klien secara langsung yang dapat diartikan tergantung pada situasi. Yang penting konselor menunjukkan keterlibatan dan ketertarikannya kepada klien. O (open) mengingatkan konselor untuk menggunakan postur tubuh terbuka, tidak menyilangkan tangan dan kaki dan tidak menunjukkan sikap defensif. L (lean) mengingatkan konselor untuk menyandarkan badan ke arah klien. Namun, menyandarkan badan terlalu jauh ke depan dan terlalu dekat malah akan membuat takut klien, sementara menyandarkan badan terlalu jauh menunjukkan rasa tidak tertarik. Konselor harus mencari jarak yang nyaman bagi kedua belah pihak. E (eye) mewakili kontak mata. Untuk sebagian besar klien, kontak mata yang intens adalah suatu pertanda bahwa konselor terfokus pada kliennya. Sementara beberapa klien lain lebih menyukai sedikit kontak mata (atau bahkan tanpa kontak mata). R (relax) mengingatkan konselor untuk rileks. Konselor harus merasa nyaman. Okun dan Kantrowitz (2008) membuat daftar dari tingkah laku verbal dan nonverbal yang sering dipertunjukkan konselor selama konseling. Verbal Menggunakan kata-kata yang dipahami Mengintepretasikan secara tepat Tanggapan terhadap kesan utama Penggunaan verbal (contoh: "Mm-mm, Ooh, ya") Memanggil peminta bantuan dengan nama pertama atau "Anda" Menjawab pertanyaan tentang diri sendiri Memberi informasi dengan tepat Melucu untuk mengurangi ketegangan Tidak menghakimi dan menghormati Nonverbal Nada bicara sama dengan klien Menganggukkan kepala sewajarnya Senyum sewajarnya Lambaian tangan Kedekatan fisik dengan klien Frekuensi berbicara yang cukup Menyadarkan badan sewajarnya Santai, postur tubuh terbuka Nada bicara yang meyakinkan 5

6 Attending Behavior Perilaku nonverbal juga diperlihatkan oleh konselor dan mempengaruhi keseluruhan kegiatan konseling. Kehadiran konselor secara fisik yang berpengaruh terhadap klien dalam kegiatan konseling disebut attending behavior. Menurut Egan (1975) yang dikutup dalam George & Cristiani (1981), faktor-faktor dalam attending behavior adalah: 1. Kontak mata: Kontak mata dengan klien harus sewajar mungkin dan dipertahankan sebaik-baiknya. 2. Sikap tubuh: Menunjukkan ada perhatian melibatkan diri dalam percakapan dan masalah pada klien. Jangan menyilangkan kaki atau melipatkan kedua lengan yang menandakan konselor kurang perhatian meneruskan interaksinya dengan klien. 3. Menghadapi klien dengan tulus hati: Ditandai oleh keadaan ruangan yang memungkinkan konselor bertatap muka langsung dengan klien tanpa ada meja yang menghalangi. 4. Sedikit membungkukkan badan ke depan: Ketepatan dalam memperlihatkan sikap tubuh adalah petunjuk penting bagi klien akan keterlibatan dalam konseling. 5. Perlihatkan posisi yang wajar dan tenang: Pada umumnya klien memasuki ruangan dengan tegang dan cemas, oleh karena itu konselor bersikap wajar dan tenang. Mengenai attending behavior dan pentingnya dalam konseling, Ivey et al., (1987) mengemukakan ada empat faktor yang penting diketahui para konselor yakni: 1. Kontak mata 2. Bahasa tubuh 3. Intonasi suara 4. Susunan kata Empati Rogers (1961) menggambarkan empati sebagai kemampuan konselor untuk masuk ke dalam dunia fenomenal klien, untuk merasakan dunia klien seperti layaknya dunianya sendiri tanpa kehilangan kualitasnya. Empati melibatkan dua keahlian spesifik: persepsi dan komunikasi (Welfel & Patterson, 2005). 6

7 Seorang Konselor yang efektif menyadari kerangka kultural yang menjadi acuan tindakan kliennya termasuk proses persepsi dan kognitifnya (Weinrach, 1987). Sensifitas semacam ini jika menjembatani kesenjangan budaya antara konselor dan klien dikenal sebagai empati sensitif berdasarkan budaya dan merupakan sebuah kualitas yang dapat ditumbuhkan oleh konselor (Chung & Bemak, 2002). Bagaimanapun juga seorang konselor dapat mempersepsikan secara tepat bagaimana rasanya menjadi klien namun tidak dapat mengungkapkan pengalaman tersebut adalah seorang konselor yang kurang cakap. Konselor semacam itu dapat memahami dinamika kliennya, namun tidak seorangpun termasuk klien mengetahui kesadaran konselor. Kemampuan berkomunikasi jelas memainkan peranan yang penting dalam setiap hubungan konseling (Okun & Kantrowitz, 2008). Pada wawancara awal, konselor harus dapat mengkomunikasikan empati primer (Welfel & Patterson, 2005). Empati primer adalah kemampuan untuk menanggapi klien dalam suatu cara yang menampakkan dengan jelas bagi klien maupun konselor sendiri, bahwa konselor memahami tema utama yang dikemukakan kliennya. Empati primer ditunjukkan melalui komunikasi nonverbal dan berbagai tanggapan verbal lainnya. Contohnya: konselor, membungkuk ke depan, dengan suara halus dan jelas, mengatakan kepada kepada klien, "Saya dengar hidup Anda banyak mengalami kegagalan." Empati lanjut adalah proses membantu klien untuk mengekspresikan tema, permasalahan, dan emosi yang baru bagi dirinya (Welfel & Patterson, 2005). Tingkatan kedua dari empati ini biasanya tidak tepat untuk wawancara awal karena di saat masih terlalu dini ini materi yang diamati sudah terlalu banyak. Klien harus siap mengalami kemajuan pada proses konseling agar dapat mengambil manfaatnya. Untuk memahami empati bisa diperoleh dari beberapa pendekatan atau dalam perannya dalam hubungan antar pribadi, selain perannya dalam kegiatan untuk mempengaruhi atau mengubah orang lain melalui konseling yang sifatnya berorientasi klinis. Kalau diartikan secara harfiah bahwa dengan berempati, seseorang masuk ke dalam diri orang lain dan menjadi orang lain agar bisa merasakan dan menghayati orang lain, maka timbul penilaian bahwa orang tersebut mustahil bisa melakukan tersebut (berempati dengan pengertian tersebut diatas) tanpa ia melepaskan diri dari dirinya sendiri, dari akunya yang unik sehingga terdapat suatu aku yang ada dan aku yang keluar dan menjadi orang lain. Di lain pihak, banyak pula pendapat yang mengatakan bahwa dengan melakukan empati terhadap orang lain, seseorang dimungkinkan untuk bisa memahami orang lain karena seseorang masuk dan menjadi sama dengan orang lain sehingga empati justru dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam usaha mengenali, memahami, dan mengevaluasi 7

8 orang lain. Dengan berempati terhadap orang lain seseorang bisa benar-benar merasakan dan menghayati sebagai orang lain termasuk bagaimana seseorag mengamati dan menghadapi masalah dan keadaannya. Merasakan dan menghayati sebagai orang lain bukan sekedar ikut atau bisa merasakan, apakah itu kesedihan atau kegembiraan (simpati karena ia berdiri diluar orang lain), namun benar-benar menjadi orang lain dan seperasaan dengan orang lain. Orang bisa merasakan dan menghayati benar-benar orang lain yang sedang dirundung kemalangan, namun orang juga bisa memperlihatkan perasaan sedih (bersimpati), misalnya pada waktu mengunjungi orang sakit atau melayat pada suatu perkabungan dan tetap memisahkan diri tanpa penghayatan atau seperasaan sebagai atau dengan orang lain yang dikunjungi. Ketrampilan Mendengarkan Aktivitas sebagai pendengar dalam konseling tergantung dari teknik apa yang dipakai. Konselor sebagai pendengar yang baik sering harus memakai seni tersendiri untuk mampu mendengarkan sehingga muncul istilah the art of listening. Mendengarkan mempunyai banyak arti karena dihubungkan dengan mimik atau gerakan tubuh yang bisa mengandung arti tertentu. Ada teknik yang pasti sehingga konselor lebih banyak mendengarkan dan hanya pada saat-saat yang diperlukan dan dengan reaksi yang tepat melakukan sesuatu yang lebih aktif. Misalnya: pada teknik non directive. Namun ada pula yang menuntut konselor lebih aktif. Misal pada teknik direkstive. Betapa pentingnya kemampuan bertindak sebagai pendengar yang baik dalam proses konseling, ditekankan pula oleh (Powell, 1981) bahwa konselor harus mengembangkan ketrampilan mendengarkan. Peribahasa mengatakan bahwa alam memberi kita dua telinga dan satu lidah untuk mensimbolkan bahwa kita harus lebih banyak medengarkan daripada berbicara. Ada pula peribahasa yang mengatakan bahwa dalam mendengarkan kita menggunakan dua telinga, satu untuk mengartikan sesuatu dan satu lagi untuk merasakan. Mengenai ini Carl Rogers (1980) memberi komentar bahwa kita mengira bahwa kita mendengarkan tetapi jarang sekali kita mendengarkan dengan benar-benar mengerti dengan benar-benar berempati. Ketrampilan mendengarkan secara efektif memerlukan pegangan-pegangan dan Keith Davis (1977) memberikan sepuluh pegangan sebagai berikut: 1. Berhenti bicara. Anda tidak bisa mendengar kalau Anda bicara. 2. Biarkan si pembicara berbicara dengan nyaman. Bantu agar ia merasa bebas untuk berbicara. 8

9 3. Tunjukkan kepada pembicara bahwa Anda ingin mendengarkan. Mendengarkan untuk mengerti dan bukan mendengarkan untuk menentang. 4. Singkirkanlah hal-hal yang bisa mengganggu. Misal: catatan yang berantakan, kertaskertas, dan buku-buku yang tidak perlu. 5. Melakukan empati dengan pembicara. Berusaha memahami orang lain dari sudut pandangnya. 6. Bersabarlah. Merasa cukup banyak waktu dan jangan memotong pembicaraan. 7. Kuasai emosi. Kemarahan akan menimbulkan kekeliruan dalam menginterpretasikan sesuatu perkataan. 8. Tenanglah dalam beragumentasi dan menerima kritik. 9. Ajukan pertanyaan untuk menunjukkan bahwa Anda mengikuti dan mendengarkan. 10. Berhenti bicara. Selama konselor mendengarkan klien, selama itu konselor bisa melakukan penilaian, melakukan pengamatan terhadap perilaku dan perubahannya, menentukan apakah masih akan menanyakan lagi dan apa yang akan ditanyakan atau komentar yang akan diberikan dan langkah-langkah lain yang akan dilakukan terhadao klien dalam rangka tujuan konseling yang diinginkan. Seni mendengarkan karena itu jauh dari kegiatan sederhana dan menuntut latihan yang cukup (Garfield, 1989). Ia lebih lanjut mengatakan selama mendengarkan, terapis menilai perasaan-perasaan klien, mengamati perilakunya, memutuskan apakah akan menanyakan atau menunda pertanyaan, memikirkan komentar dan sugesti yang akan diberikan bahkan bisa mengubah inti dari interksinya. 9

10 Daftar Pustaka Gladding, Samuel T. (2014). Counseling: A Comprehensive Profession 7 th edition.california. Pearson International. Singgih D Gunarsa.(2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia. 10

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 06 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Jesse B. Davis: Orang pertama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara

PENDAHULUAN. A. Pengertian Wawancara PENDAHULUAN A. Pengertian Wawancara Wawancara merupakan salah satu dari beberapa teknik dalam mengumpulkan informasi atau data. Pada awalnya teknik wawancara sangat jarang digunakan, tetapi pada abad ke-20

Lebih terperinci

Pengertian Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh individu, khususnya profesi (konselor, guru, relawan, rohaniawan) dalam membantu & mendampingi klien

Pengertian Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh individu, khususnya profesi (konselor, guru, relawan, rohaniawan) dalam membantu & mendampingi klien Pengertian Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh individu, khususnya profesi (konselor, guru, relawan, rohaniawan) dalam membantu & mendampingi klien Fungsi komunikasi terapeutik Klien dapat merasa nyaman

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling

Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling Modul ke: Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Attending Behavior Kunci dari attending behavior adalah

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 13 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta Prosiding Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta PERAN KONSELOR SEKOLAH DALAM KETRAMPILAN EMPATI SEBAGAI USAHA PENGUATAN KARAKTER SISWA Eny Kusumawati Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS Maisarah, S.S., M.Si Inmai5@yahoo.com Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Abstrak Artikel ini berisi tentang pentingnya komunikasi non verbal di

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS TEKNIK KOMUNIKASI : MENYAMPAIKAN KABAR BURUK DAN KONSELING KELUARGA

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS TEKNIK KOMUNIKASI : MENYAMPAIKAN KABAR BURUK DAN KONSELING KELUARGA MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS TEKNIK KOMUNIKASI : MENYAMPAIKAN KABAR BURUK DAN KONSELING KELUARGA Diberikan Pada Mahasiswa Semester VII Fakultas Kedokteran Unhas Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

ABV 3.1 KETRAMPILAN-KETRAMPILAN MIKRO DALAM KIP/KONSELING KB

ABV 3.1 KETRAMPILAN-KETRAMPILAN MIKRO DALAM KIP/KONSELING KB ABV 3.1 KETRAMPILAN-KETRAMPILAN MIKRO DALAM KIP/KONSELING KB ABV 3.2 TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan cara melakukan observasi dan memantapkan hubungan baik 2. Mempraktikkan ketrampilan mendengar aktif

Lebih terperinci

Metode Observasi Wawancara Klinis & Sosial

Metode Observasi Wawancara Klinis & Sosial Modul ke: Metode Observasi Wawancara Klinis & Sosial Langkah-Langkah Observasi dan Wawancara Klinis dan Sosial Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi.Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n Proses Komunikasi O u t l I n e T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n T P U Diharapkan mampu ampu menjelaskan dan menerapkan konsep-konsep dasar dalam komunikasi, jenis dan teknik komunikasi,

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

Cara Membaca Bahasa Tubuh

Cara Membaca Bahasa Tubuh Cara Membaca Bahasa Tubuh Disunting oleh WikiHowID Editor, Rosy Guerra Memerhatikan sinyal yang dikirim orang dengan bahasa tubuhnya adalah keterampilan sosial yang sangat bermanfaat. Sebagian dari kita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi verbal atau lisan yang efektif tergantung pada sejumlah faktor dan tidak dapat sepenuhnya dipisahkan dari kecakapan antarpribadi yang penting lainnya seperti komunikasi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Psikologi Konseling Modul ke: Review Materi dan Praktikum Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Konseling sebagai hubungan membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan gelombang globalisasi yang melanda dunia, standarisasi juga memasuki dunia pendidikan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Artinya

Lebih terperinci

A. Mata Kuliah Nursing Theorist

A. Mata Kuliah Nursing Theorist A. Mata Kuliah Nursing Theorist B. Capaian Pembelajaran Praktikum Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa mampu: 1. Menganalisis komunikasi terapeutik dan helping relationship dalamkonteks hubungan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

PROSES WAWANCARA. E-Learning/Wawancara/NoviaSintaR/2016 1

PROSES WAWANCARA. E-Learning/Wawancara/NoviaSintaR/2016 1 PROSES WAWANCARA Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu pewawancara harus melakukan persiapan wawancara. Secara umum persiapan yang harus dilakukan adalah : a. Tempat wawancara yang harus bebas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

Membuka Diri Dalam Interaksi Sugiyatno. SPd Dosen BK FIP UNY

Membuka Diri Dalam Interaksi Sugiyatno. SPd Dosen BK FIP UNY Membuka Diri Dalam Interaksi Sugiyatno. SPd Dosen BK FIP UNY Dalam suatu hubungan antar pribadi dimulai bila dua orang yang berhubungan mulai saling membuka tentang dirinya. Bila kedua pribadi sudah saling

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Modul ke: Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendekatan Kognitif Terapi kognitif: Terapi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING. Rosita E.K.

KETERAMPILAN KONSELING. Rosita E.K. KETERAMPILAN KONSELING Rosita E.K. KETERAMPILAN ATTENDING Keterampilan attending terkait dengan penerimaan konselor melalui perhatian dan kesiapsiagaan penuh yang diberikan kepada konseli. Keterampilan

Lebih terperinci

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom. Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut. Dalam profesi kedokteran terdapat tiga komponen penting yaitu komponen ilmu dan teknologi kedokteran, komponen moral dan etik kedokteran, serta komponen hubungan interpersonal antara dokter dan pasien.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

DINAMIKA PEMBELAJARAN

DINAMIKA PEMBELAJARAN DINAMIKA PEMBELAJARAN Kamalasari 1* dan Eli Rohaeti 2 1 LPMP Kalimantan Tengah *Nidya_unpar@yahoo.co.id (0536)3237124 2 Jurdik Kimia FMIPA UNY Abstrak Saat ini pembelajaran yang berkualitas tidak lagi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU Konseling sekolah merupakan kekuatan baru dalam pendidikan, sumber kontroversi, sumber inspirasi, sumber pemahaman teoritis, dan sumber keterampilan praktis. Komponen Keterampilan

Lebih terperinci

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 179 LAMPIRAN 180 181 A. Pedoman Wawancara NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 1. Perkenalan dan Rapport 2. Riwayat Penyakit 3. Dampak penyakit terhadap kehidupan secara keseluruhan 4. Aspek Tujuan

Lebih terperinci

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum

Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum 85 4.5.3 Konseling dan Tes Secara Sukarela Didalam konseling dan tes secara sukarela (KTS) atau yang juga dikenal dengan Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum tes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan membahas mengenai hasil penelitian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan membahas mengenai hasil penelitian yang 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV penulis akan membahas mengenai hasil penelitian yang meliputi pengolahan data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai Manfaat Kompetensi

Lebih terperinci

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING Proses-proses konseling meliputi tahap awal, tahap pertengahan (tahap kerja), tahap akhir. Teknik-teknik konseling meliputi ragam teknik konseling, penguasaan teknik

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pendahuluan, pengertian,

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING

PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING Identitas

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality

Lebih terperinci

Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY.

Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY. Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id 1 Untuk menghasilkan Kesan yang Tepat diperlukan suatu latihan yang teratur dan sistematis.

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT) A. Teknik Latihan Asertif Latihan asertif atau sering dikenal dengan latihan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes PENGERTIAN KOMUNIKASI Proses penyampaian pikiran atau perasaan dalam bentuk pendapat/ informasi melalui kata-kata, gerak

Lebih terperinci

Standar Penampilan Pribadi.

Standar Penampilan Pribadi. Standar Penampilan Pribadi Standar dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang disepakati Sedangkan penampilan pribadi mempunyai pengertian sebagai penampilan (performance) dari diri seseorang maupun organisasi

Lebih terperinci

Keperluan Komunikasi. Komunikasi Berkesan 2/2/2016

Keperluan Komunikasi. Komunikasi Berkesan 2/2/2016 Keperluan Komunikasi 1.0 Kemahiran Komunikasi 1.4 Ciri-ciri Komunikasi yang Berkesan Kajian daripada pakar-pakar psikologi dan pakar-pakar komunikasi mendapati kemahiran berkomunikasi memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif Alberti & Emmons (1990) mendefinisikan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku kompleks yang ditunjukan oleh seseorang dalam hubungan antar pribadi, dalam mengekspresikan

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal

Kecakapan Antar Personal Kecakapan Antar Personal Essay Sopan santun dalam Komunikasi Oleh : Andrian Ramadhan Febriana 10512318 Sistem Informasi 8 Berkomunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK A. PENGERTIAN Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama anatara perawat dan klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. B. TUJUAN Tujuan Komunikasi Terapeutik : 1. Membantu pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI ETIKA DALAM BERKOMONIKASI PENGERTIAN ETIKA Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu

Lebih terperinci

THE COUNSELING INTERVIEW

THE COUNSELING INTERVIEW THE COUNSELING INTERVIEW Setiap orang yang biasa dipanggil sebagai konselor, bertugas untuk membantu subjek memperoleh insight dan kemampuan untuk mengatasi masalah fisik, emosi, finansial, akademis ataupun

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis. Modul ke: 12FEB. Wawancara Bisnis. Fakultas. Yeninda Parmariza S.Sos,MM. Program Studi S1.Akuntansi

Komunikasi Bisnis. Modul ke: 12FEB. Wawancara Bisnis. Fakultas. Yeninda Parmariza S.Sos,MM. Program Studi S1.Akuntansi Modul ke: Komunikasi Bisnis Wawancara Bisnis Fakultas 12FEB Yeninda Parmariza S.Sos,MM Program Studi S1.Akuntansi Bahan Kajian 12.1 Memahami penting dan bagaimana proses wawancara 12.2 Persiapan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

I K A R A H M A S U S I L A W A T I A R I P R A T I W I U L I F A R A H M A

I K A R A H M A S U S I L A W A T I A R I P R A T I W I U L I F A R A H M A TAHAPAN KONSELING I K A R A H M A S U S I L A W A T I A R I P R A T I W I U L I F A R A H M A SUB POKOK BAHASAN : Gambaran umum dalam proses konseling Identifikasi dan assessmen Sasaran konseling dan intervensi

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill MODUL PERKULIAHAN Interpersonal Communication Skill Introduksi Umpan Balik dan Membujuk Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Bidang Studi Advertising and Marketing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Ketrampilan Dasar Konseling II. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Ketrampilan Dasar Konseling II. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Psikologi Konseling Ketrampilan Dasar Konseling II Fakultas Psikologi Tazkia Edelia Sumedi M.Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Pengantar Sebagai fasilitator penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat penting bagi klien untuk

BAB III PENYAJIAN DATA. prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat penting bagi klien untuk BAB III PENYAJIAN DATA Membangun hubungan konseling antara konselor dan klien dalam mengatasi konflik pernikahan sangat penting bagi seorang konselor dalam prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 06

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 06 MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI SOSIAL 1 Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 06 MK10230 Irfan Aulia, M.Psi. Psi Abstract Persepsi sosial Pengertian persepsi sosial, faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini, konselor selaku konselor akan melakukan analisis terhadap data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis ini dimaksudkan agar dapat menyintesikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data merupakan bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk mengkaji data yang telah diperoleh peneliti dari para informan maupun pengamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seseorang adalah hasil interaksi antara komponen fisik, pikiran, emosi dan keadaan lingkungan. Namun, untuk memperkuat kontrol manusia terhadap perilakunya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan

Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan . Sesi Kedua Ketrampilan Memfasilitasi dan Mendengarkan Handout Akatiftas 1 : MENDENGARKAN dan BERBICARA: SANDIWARA (1 jam) Topik Yang Mungkin: Bercerita tentang pengalaman memancing yang paling berkesan

Lebih terperinci

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik.

DASAR PRESENTASI. Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik. DASAR PRESENTASI PERSIAPAN Kunci presentasi yang sukses adalah persiapan yang baik. Persiapan Dasar Persiapan yang baik bisa dimulai dengan menganalisis tiga faktor di bawah ini: - pada acara apa kita

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

DASAR KOMUNIKASI DAN PERAN PEMIMPIN KRISTEN DI DALAMNYA

DASAR KOMUNIKASI DAN PERAN PEMIMPIN KRISTEN DI DALAMNYA DASAR KOMUNIKASI DAN PERAN PEMIMPIN KRISTEN DI DALAMNYA Berangkat dari teori Multiple Intelligence, Howard Gardner dari Universitas Harvard menemukan bahwa seorang pemimpin memiliki "lingustic intelligence"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

Handling Objection; Keberatan Calon Pembeli dan Cara Mengatasinya

Handling Objection; Keberatan Calon Pembeli dan Cara Mengatasinya Quote of The Day 08 Desember 2017 Handling Objection; Keberatan Calon Pembeli dan Cara Mengatasinya Keberatan Pembeli, merupakan bagian yang secara umum selalu muncul dalam penjualan. Justru tanpa adanya

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERPERSONAL. Rizqie Auliana

KOMUNIKASI INTERPERSONAL. Rizqie Auliana KOMUNIKASI INTERPERSONAL Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Meningkatkan ketrampilan interpersonal Kemampuan utk bersosialisasi dg orang lain Membina hub baik dg org lain bukan hal mudah, yg dibutuhkan:

Lebih terperinci

Komunikasi yang efektif. Auliana Farrabbanie

Komunikasi yang efektif. Auliana Farrabbanie Komunikasi yang efektif Auliana Farrabbanie Formula Komunikasi message source channel SMCRE effect receiver Agar Komunikasi efektif Yang harus dilperhatikan Analisia isi pesan 5w + 1h ringkas, tepat, menarik,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI NON VERBAL

KOMUNIKASI NON VERBAL KOMUNIKASI NON VERBAL FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL Komunikasi nonverbal pastilah merupakan kata yang sedang populer saat ini. Setiap orang tampaknya tertarik pada pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN KAB. JEPARA (KAJIAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA) 4.1 Pola Komunikasi Etnis Tionghoa dengan Etnis

Lebih terperinci

Pesan yang sudah Anda susun dalam bentuk kerangka bahkan teks jadi sesuai dengan sistematika penulisan pidato atau presentasi, tentu saja akan segera

Pesan yang sudah Anda susun dalam bentuk kerangka bahkan teks jadi sesuai dengan sistematika penulisan pidato atau presentasi, tentu saja akan segera Teknik Penyampaian Presentasi Pesan yang sudah Anda susun dalam bentuk kerangka bahkan teks jadi sesuai dengan sistematika penulisan pidato atau presentasi, tentu saja akan segera Anda sampaikan kepada

Lebih terperinci

KONSELING. Oleh: Muna Erawati

KONSELING. Oleh: Muna Erawati TAHAPAN dan TEKNIK KONSELING Oleh: Muna Erawati Tujuan Konseling Insight: mendapat pemahaman mengenai asal muasal dan perkembangan kesulitan emosi, lalu meningkat pada peningkatan kapasitas pengendalian

Lebih terperinci

ACTIVE LISTENING SEBAGAI DASAR PENGUASAAN KETERAMPILAN KONSELING Oleh : Rosita E.K., M.Si

ACTIVE LISTENING SEBAGAI DASAR PENGUASAAN KETERAMPILAN KONSELING Oleh : Rosita E.K., M.Si ACTIVE LISTENING SEBAGAI DASAR PENGUASAAN KETERAMPILAN KONSELING Oleh : Rosita E.K., M.Si Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti LAMPIRAN 1. Self Confidence Scale Nama : Usia : Kelas : Sekolah : L / P : Berilah tanda X pada jawaban yang sesuai dengan diri anda. Tersedia 4 pilihan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA 92 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BAGI PENYANDANG TUNARUNGU DI SMALB-B KARYA MULIA SURABAYA A. Bagaimana proses

Lebih terperinci

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312

Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312 Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x 6.026 : 7,2312 Perhitungan: M+ 0.5 SD = 49,67 + 0.5 (7,2312) = 53,2856 M+1,5 SD = 49,67 + 1,5 (7,2312) = 60,5168 M+2,5

Lebih terperinci

Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan.

Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan. Gantina Komalasari Duduk saling membelakangi, salah seorang berperan sebagai konseli berbicara dan konselor mendengarkan dengan perhatian Duduk berhadapan. Konseli berbicara dan konselor tidak memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN (Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 14 Padang) Oleh: RIKA YULIA FITRI NPM: 11060038 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap pasif siswa sering ditunjukan dalam sebuah proses belajar, hal ini terlihat dari perilaku siswa dalam sebuah proses belajar yang cenderung hanya berperan

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :...

Kecerdasan Emosional. Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011. Kelas :. Umur :... Kecerdasan Emosional Adaptasi dari James D.A Parker et al,2011 Nama : Kelas :. Umur :... Petunjuk mengerjakan Didalam skala ini terdapat 24 buah pertanyaan. Pada etiap pertanyaan disediakan 5 buah pilihan

Lebih terperinci

Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan

Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Modul ke: Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Bahasa tubuh dalam wawancara dan observasi Fakultas PSIKOLOGI Riblita Damayanti Komunikasi non verbal Gerakan kepala Gerakan Tubuh kewajah Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Komunikasi 1. Definisi Keterampilan Komunikasi Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar,

Lebih terperinci

55% Bahasa tubuh 25% Alat bantu audio-visual 30% Suara 38%

55% Bahasa tubuh 25% Alat bantu audio-visual 30% Suara 38% . Sesi Kelima Ketrampilan Dasar Menyampaikan dan Mengenali Isyarat Non-Verbal Handout Apa yang diingat pendengar: Teori Albert Mehrabian Efek visual 55% Katakata Bahasa tubuh 25% Alat bantu audio-visual

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN Pendahuluan Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia Peran perawat dan tenga

Lebih terperinci

Kecakapan Non Verbal. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Kecakapan Non Verbal. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kecakapan Non Verbal Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi Non-Verbal O O O Komunikasi interpersonal tidak hanya melibatkan arti kata secara eksplisit pada informasi atau pesan yang disampaikan, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Lebih terperinci