TERAPI REALITAS UNTUK MEMBAWA GENERASI MUDA INDONESIA KEMBALI KEPADA REALITA KEHIDUPAN SAAT INI.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERAPI REALITAS UNTUK MEMBAWA GENERASI MUDA INDONESIA KEMBALI KEPADA REALITA KEHIDUPAN SAAT INI."

Transkripsi

1 TERAPI REALITAS UNTUK MEMBAWA GENERASI MUDA INDONESIA KEMBALI KEPADA REALITA KEHIDUPAN SAAT INI. Yusak Novanto, S.Psi, M.Psi, Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan Surabaya A. Perkenalan Bab I Pendahuluan Dalam beberapa hal Teori Kontrol / Terapi Realitas memiliki kesamaan dengan terapi eksistensial, person centered therapy, dan terapi Gestalt. Seperti ketiga teori tersebut, terapi realitas memusatkan perhatian kepada dunia fenomenologi klien dan menekankan pada penjelasan subyektif dalam tindakan klien untuk menghadapi dan bereaksi terhadap dunianya yang bersumber dari evaluasi dalam dirinya sendiri. Glasser ( 1985 ) menyatakan bahwa kita mempersepsi dunia dalam konteks lima kebutuhan genetik dasar dan tidak mempersepsi dunia seperti kenyataannya. Klien hidup di dua dunia baik dunia luar dan dunia dalam diri mereka sendiri. Glasser menekankan bahwa bukanlah kehadiran dunia luar yang berpengaruh terhadap perilaku kita, tetapi bagaimana cara kita mempersepsikannya yang membuat hal itu menjadi tampak. Jadi perilaku kita adalah selalu merupakan usaha terbaik kita untuk mengkontrol persepsi kita terhadap dunia luar supaya dunia luar itu cocok dengan gambaran keadaan yang dapat memenuhi kebutuhan internal kita. Berbeda dengan ketiga teori di atas, Glasser mengajarkan bahwa perilaku itu adalah sesuatu hal yang total meliputi empat komponen yaitu : Melakukan, Berpikir, Merasakan, dan fisiologi. Seperti terapi eksistensial, terapi realitas didasarkan pada asumsi bahwa kita tidak perlu menjadi korban dari masa lalu atau masa sekarang kita, sepanjang kita tidak memilihnya untuk menjadi korban. Kita mempunyai kontrol terhadap hidup lebih dari apa yang kita percayai. Dengan kata lain kita seharusnya tidak pernah menjadi korban dari keadaan di luar kita, karena kemampuan untuk mengadakan perubahan tersebut ada di dalam diri kita sendiri. B. Tujuan Terapi Tujuan dari terapi ini adalah menyediakan kondisi yang dapat membantu klien untuk mengembangkan kekuatan psikologis untuk mengevaluasi keseluruhan perilaku mereka saat ini, secara spesifik berarti melakukan, berpikir,merasakan dan komponen fisiologi. Jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka, klien akan dibantu untuk mengembangkan perilaku total yang lebih efektif. Seperti pada terapi person centered, lingkungan konseling yang hangat dan penuh penerimaan adalah dasar dari pelaksanaan terapi realitas. Pada terapi ini, terapis mendorong klien untuk membuat sebuah assesmen tentang gaya hidup mereka sekarang. Assesmen ini membuat mereka dapat mengukur perilaku yang mereka pilih, apakah hal itu sudah bermanfaat untuk mereka. Individu dapar meningkatkan kualitas hidupnya melalui proses evaluasi diri yang jujur. Klien diajarkan tentang fungsi dari kebutuhan dasar mereka dan mereka diminta untuk mengenali keinginan mereka ( keinginan spesifik, tujuan, dan arah ) yang mengarah pada pemenuhan salah satu atau lebih dari kebutuhan kebutuhan di atas. Jika mereka memutuskan untuk membuat beberapa perubahan, mereka diharapkan untuk merancang rencana aksi, untuk mengkomitmenkan diri mereka dengan rencana itu, dan menjalankan komitmen mereka. C. Alasan Pemilihan Metode Terapi Alasan penulis untuk membuat tulisan mengenai realitas terapi adalah : Pendekatan ini agak berbeda dibandingkan dnegan pendekatan konseling yang lain Terapi realitas sudah dikenal di kalangan konselor sekolah, guru, pekerja rehabilitasi,

2 dan orang orang yang melakukan konseling di insitusi publik. Prinsip Teori Kontrol tidak mutlak hanya untuk seorang psikoterapis namun prinsip itu dapat digunakan juga oleh orang tua, pendeta, dokter, pasangan suami isteri yang ada dalam hubungan interpersonal. Teori ini mewakili hal hal dasar dalam konseling seperti pertanyaan : Apakah yang memotivasi orang untuk melakukan tindakan tertentu? Bagaimana klien dapat didorong untuk membuat penilaian diri yang jujur? Jika terapis memusatkan klien terhadap apa yang mereka kerjakan, apakah hal ini akan mempengaruhi bagaimana mereka berpikir dan apa yang mereka rasakan? Bagaimanakan aturan nilai nilai dalam suatu konseling? Yang terakhir haruskan terapis mengajar kliennya? Bab II Tinjauan Pustaka A.Pandangan mengenai manusia Kontrol teori menekankan bahwa perilaku manusia itu ditentukan tujuannya dari dalam diri individu itu sendiri, bukan oleh daya dari luar. Meskipun faktor lingkungan mempunyai pengaruh pada keputusan kita, perilaku kita tidak disebabkan oleh hal tersebut. Semua perilaku kita termotivasi dari dalam diri kita sendiri dengan tujuan untuk memenuhi salah satu atau lebih dari kebutuhan dasar kita. Glasser ( 1985, 1989 ) menjelaskan adanya empat kebutuhan psikologis manusia, yaitu Rasa memiliki, Kekuasaan, Kebebasan, dan Kegembiraan dan kebutuhan fisiologis untuk mempertahankan diri demi kehidupan. Meskipun kita semua berusaha untuk memenuhi lima kebutuhan dasar yang sama itu, namun setiap kita memiliki cara yang unik untuk memenuhinya. Kita mengembangkan album gambar dalam diri kita yang disebut juga Dunia Kualitas. Melalui terapi ini, di dalam masyarakat yang demokratis, orang dapat belajar bagaimana mencapai kebebasan tanpa menyebabkan terjadinya penderitaan pada orang lain di dalam prosesnya. B. Penjelasan Terjadinya Perilaku dari sudut pandang Teori Kontrol Perilaku total kita dibagi menjadi empat komponen yang meliputi kegiatan melakukan ( perilaku aktif seperti bangun tidur dan berangkat bekerja ) ; berpikir ( mengeluarkan pikiran dan pendapat pribadi ) ; merasakan ( seperti marah, sukacita, kesedihan, depresi, dan kekuatiran ) ; dan fisiologi ( seperti berkeringat atau munculnya simptom psikosomatis ). Glasser ( 1992 ) memberikan tekanan pada dua roda depan mobil yang mengarahkan mobil ke arah yang dituju ( dalam analogi yang dibuatnya ) adalah melakukan dan berpikir yang mengarahkan kita untuk berperilaku. Setiap perilaku yang kita lakukan harus memiliki tujuan karena perilaku ini dibuat untuk menutupi perbedaan antara hal yang kita inginkan dan apa yang kita pikir kita dapat lakukan untuk mencapainya. C. Karakteristik Terapi Realitas 1.Penolakan model medis Penolakan konsep ortodoks mengenai penyakit jiwa, termasuk neurotik dan gangguan psikotik telah menjadi ciri terapi realitas semenjak mulanya. Formulasi seperti schizohrenic dan psikosis depresif didasarkan pada pengertian bahwa penyakit itu muncul sebagai reaksi dari kejadian eksternal. Terapis realitas memandang kedua hal itu sebagai perilaku yang kita pilih untuk mengkontrol dunia kita. Meskipun beberapa perilaku seperti gangguan psikosomatis dan ketergantungan pada narkoba dapat menyebabkan hal hal yang menyakitkan, hal itu kadang dapat kita lakukan untuk tujuan tertentu, atau kita dapat memilih untuk tidak melakukannya. 2. Identitas Sukses dan Ketergantungan Positif Konsep dari identitas sukses dapat membantu kita untuk mengerti terapi realitas. Orang yang memiliki identitas sukses melihat diri mereka sendiri sebagai pribadi yang mampu untuk memberikan dan menerima cinta, merasa bahwa mereka dibutuhkan oleh orang lain, merasa berkuasa, memiliki rasa percaya diri, dan dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa membuat orang lain menderita. Jadi orang yang memiliki identitas sukse memiliki kekuatan yang membantu mereka untuk menciptakan kehidupan yang bahagia. Glasser ( 1976 ) juga mengembangkan ide tentang «ketergantungan positif sebagai sumber utama kekuatan psikologis dalam hidup kita. Dua cara untuk mengembangkan ketergantungan positif adalah dengan pengharapan dan meditasi. 3. Penekanan pada Tanggung Jawab

3 Tanggung jawab diartikan oleh Glesser sebagai perilaku yang memuaskan kebutuhan seseorang tanpa mencampuri urusan orang lain atau mengijinkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan kata lain, Tanggung Jawab berarti orang tersebut telah mempelajari cara untuk menguasai kehidupan mereka secara efektif. 4.Tidak menekankan pada Transference Dengan membuat penolakan terhadap ide transference sebagai suatu konsep yang salah, Glasser menentang pernyataan bahwa terapis yang konvensional hanya menaruh ide ide ke dalam kepala klien dengan menekankan hal itu. Terapi Realitas melihat transference sebagai salah satu cara terapis untuk menyembunyikan dirinya sendiri dari klien. Glasser mengajarkan kepada pada terapis untuk menjadi diri mereka sendiri dan tidak bertingkah laku sebagai ayah atau ibu dari klien. D. Proses Terapetik 1.Tujuan Terapetik Secara umum tujuan dari terapi realitas ini adalah untuk membantu individu untuk menemukan cara yang lebih efekti untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk saling memiliki, kekuasaan, kebebasan, dan kegembiraan. Dalam workshopnya Glasser menekankan bahwa konseling terdiri dari kegiatan untuk membantu klien untuk belajar memegang kendali terhadap hidupnya dan dapat hidup lebih efektif. Terapi realitas memusatkan perhatian kepada apa yang sedang disadari oleh klien dan membantu mereka untuk meningkatkan level kesadarannya. Semakin klien menjadi sadar terhadap perilaku mereka yang tidak efektif yang mereka gunakan untuk mengkontrol dunia, mereka akan lebih terbuka untuk mempelajari langkah alternatif untuk bertingkah laku. Glasser menekankan bahwa kita hanya dapat mengkontrol perilaku kita sendiri. Jadi karena kita tidak dapat mengkontrol perilaku orang lain, jalan yang terbaik untuk mengkontrol kejadian kejadian di sekeliling kita adalah dengan apa yang kita lakukan. 2. Fungsi Terapis dan Aturannya. Tugas dari terapis realitas adalah untuk bergabung dengan klien dan mengembangkan hubungan dengan mereka yang menjadi dasar untuk proses konseling yang baik. Fungsi konselor sebagai instruktor dengan mengajar mereka tentang teori kontrol, menawarkan pilihan untuk berperilaku tertentu kepada mereka, dan menjadi aktif dalam sesi sesi. Konselor juga mengajar klien bagaimana mereka dapat menciptakan identitas sukses dengan menerima tanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih. Fungsi dari konselor antara lain adalah untuk menentukan struktur dan batasan waktu untuk sesi, kemudian membangun rapport dengan penuh perhatian dan hormat, memusatkan pada kekuatan individual dan potensi yang dapat menuju kesuksesan. Kemudian konselor juga dituntut untuk secara aktif mendiskusikan perilaku klien sekarang dan secara aktif menghilangkan perilaku yang tidak efektit itu. Selanjutnya adalah memperkenalkan dan melakukan proses evaluasi pada keinginan keinginan yang secara realistis dapat dicapai. Tugas konselor yang lainny adalah mengajar klien untuk membuat perencanaan untuk merubah perilakunya, serta menolong klien untuk menemukan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mendorong mereka untuk tidak cepat menyerah. 3. Pengalaman Klien dalam terapi. Orang yang datang untuk konseling adalah orang yang berperilaku secara tidak efektif. Perilaku mereka adalah sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan mereka, sedangkan apa yang mereka lakukan sekarang tidak menghasilkan sesuatu. Jadi, klien yang meminta konseling dengan tanda tanda depresi adalah seseorang yang sedang melakukan apa yang dapat dia lakukan untuk menutupi perbedaan apa yang ia inginkan dan apa yang ia miliki. 4.Hubungan antara terapis dan klien Klien perlu untuk mengetahui bahwa orang yang menolongnya mempunyai perhatian yang cukup dan mau menerima serta menolong mereka untuk memenuhi kebutuhan di dunia sesungguhnya. Terapi ini menekankan pada pengertian dan hubungan supportif. Faktor penting di sini adalah kemauan konselor untuk mengembangkan gaya terapeutik mereka sendiri. Beberapa kualitas yang harus dimiliki seorang konselor antara lain adalah kehangatan, pengertian, penerimaan, perhatian, menghormati klien, keterbukaan, dan kemauan untuk dikritik oleh orang lain. Salah satu cara untuk membangun hubungan adalah dengan mendengarkan klien. E. Praktik Terapi Realitas Praktek terapi realitas dapat dikonseptualisasikan ke dalam lingkaran

4 konseling yang terdiri dari dua komponen utama : 1 lingkungan konseling 2 Prosedur khusus yang digunakan untuk merubah perilaku. 1. Lingkungan Konseling Keterlibatan pribadi dengan klien. Praktik ini dimulai ketika konselor melakukan usaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung klien merubah hidupnya. Konselor harus masuk ke dalam kehidupan klien dan membina rapport. Keterlibatan ini timbul dari proses gabungan dari mendengarkan cerita klien dan pertanyaan yang sudah diatur sebelumnya. Sikap konselor dan Perilaku yang membantu terjadinya perubahan. Konselor memusatkan klien pada apa yang mereka lakukan sekarang dan cenderung untuk menghindari pembicaraan yang mengarah ke hal perasaan dan fisiologi. Konselor membantu klien untuk menemukan hubungan antara apa yang mereka rasakan dan perilaku / pikiran mereka sekarang. Terapi realitas menyatakan bahwa hukuman tidak bermanfaat untuk merubah perilaku. Prinsip ini diterapkan dalam pengasuhan anak atau manajemen. Hukuman spesifik yang harus dihindari termasuk menghukum seseorang untuk kesalahan yang mereka lakukan atau membuat celaan pada diri mereka. Selain melalui hukuman, individu dapat belajar untuk menerima konsekuensi yang masuk akal dari perbuatannya. Dengan tidak membuat komentar yang mengkritik, konselor sedang berada dalam posisi untuk meminta kesediaan klien untuk berubah. Hal yang penting adalah konselor tidak boleh cepat putus asa meskipun klien hanya membuat sedikit kemajuan dalam proses terapi. 2. Prosedur yang membawa perubahan perilaku: Sistem WDEP Menurut Glasser ( 1992 ), prosedur yang merubah seseorang didasarkan pada dua asumsi dasar bahwa manusia dapat dimotivasi untuk berubah ketika ( 1 ) mereka menyadari pada perilaku mereka sekarang tidak membawa kepada hal hal yang mereka inginkan, dan ( 2 ) mereka percaya bahwa mereka dapat memilih perilaku lain yang akan membawa mereka semakin dekat pada apa yang mereka inginkan. Glasser dan Wubbolding (1995) menggunakan akronim WDEP untuk menerangkan prosedur kunci yang digunakan dalam terapi realitas. W = Wants, D=Direction dan Doing, E = Evaluation, dan P = Planning. Wants ( Meneliti keinginan, kebutuhan dan persepsi ). Melalui pertanyaan para terapis yang disusun berdasarkan suatu teori, klien didorong untuk mengenali dan mendefinisikan ulang apa yang menjadi keinginan mereka. Salah satu bagian dari konseling adalah penelitian album photo untuk membawa persepsi mereka kepada dunia dalam diri mereka sendiri. Contoh pertanyaan dalam proses ini adalah : Jika kamu dapat menjadi orang yang kamu inginkan, orang seperti apa yang kamu bayangkan? ; Apakah keluargamu akan suka jika keinginan mereka dan keinginanmu cocok? dan sebagainya. Direction And Doing. Terapi realitas menekankan pada perilaku saat ini dan memberi perhatina kepada kejadian yang telah berlalu jika mereka mempengaruhi bagaimana klien berperilaku sekarang. Kejadian masa lampau dibicarakan jika kita ingin membantu klien untuk merencanakan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang. Pada awal konseling hal yang penting untuk dilakukan adalah mengarahkan klien kepada kehidupannya secara umum, termasuk ke mana mereka akan melangkah dan ke mana perilaku mereka akan membawa mereka. Terapi realitas berkonsentrasi pada perubahan perilaku total saat ini, bukan hanya perubahan sikap dan perasaan saja. Mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dapat menjadi sangat produktif, tetapi hanya jika hal itu berhubungan dengan apa yang mereka lakukan. Menurut Glasser ( 1980, 1981, 1985, 1992 ), apa yang kita lakukan sebenarnya mudah untuk dilihat dan memungkinkan untuk dihilangkan, dan hal itu menjadi fokus dalam terapi. Diskusi yang berpusat pada perasaan, tanpa menghubugkan hal tersebut dengan apa yang sedang dilakukan seseorang merupakan suatu hal yang counterproductive ( Glasser, 1980 ) Evaluation Salah satu bentuk pertanyaan dalam tahapan ini adalah Apakah yang anda lakukan sekarang menyakiti atau membantu diri anda sendiri? ; Apakah anda telah melakukan sesuatu yang anda inginkan? Jadi dalam hal ini, tugas konselor adalah untuk menanyakan kepada klien tentang akibat dari perilakunya dan membantu mereka untuk menilai kualitas perilaku mereka. Tanpa penilaian diri sendiri ini klien mungkin tidak akan berubah. Meminta klien untuk mengevaluasi setiap komponen dari perilaku total mereka adalah

5 tugas utama dalam terapi realitas. Ketika terapis meminta klien yang depresi untuk menilai apakah perilaku mereka selama ini sudah membantu mereka untuk berubah, sebenarnya saat itu terapis sedang menawarkan pilihan pada klien. Proses evaluasi dalam hal melakukan, berpikir, merasakan, dan komponen fisiologi dari total perilaku berada di dalam tanggung jawab klien sendiri. Planning & Commitment. Ketika seorang klien memutuskan apakah dia mau berubah atau tidak, sebenarnya mereka secara umum telah siap untuk melakukan perilaku yang mungkin dilakukan dan membuat suatu rencana tindakan. Wubbolding ( 1988, 1991 ) mendiskusikan pedoman sentral perencanaan dan komitmen. Titik kulminasi dari lingkaran konseling ada pada rencana tindakan. Beliau menggunakan akronim SAMIC untuk memberi istilah pada sebuah rencana yang baik yaitu Simple, Attainable, Measurable, Immediate, Involved, Controlled oleh perencana, dan dilakukan terus menerus sesuai dengan komitmen individu. 3. Aplikasi Terapi Realitas Terapi ini dapat diterapkan dalam konseling, pekerja sosial, pendidikan, intervensi krisis, koreksi dan rehabilitasi, manajemen institusi, dan pengembangan komunitas. Ini merupakan pendekatan yang tidak asing di dalam sekolah, institusi koreksional, Rumah Sakit Umum, Rumah sakit jiwa pemerintah, dan pusat penanggulangan narkoba. Glasser menyatakan bahwa terapi ini dapat diterapkan pada semua orang dengan problem psikologis, dari yang mengalami gangguan emosional ringan sampai orang yang menarik diri secara psikologis. Terapi ini dapat digunakan pada anak anak, remaja, dan orang dewasa, dan orang yang lanjut usia. Menurut Glasser, faktor yang membatasi pada penerapan terapi ini adalah kemampuan teknis dari terapis. Bab III Kontribusi dan Keterbatasan Terapi Relitas 1.Kontribusi Salah satu kelebihan dari terapi ini adalah tidak memerlukan waktu yang lama dan memusatkan perhatian pada problem perilaku yang disadari. Evaluasi diri klien, rencana tindakan, dan komitmen merupakan pusat dari proses terapi. Terapi ini membuat suatu struktur di mana kedua pihak baik klien maupun terapis dapat mengukur tingkatan dari perubahan. Hal ini membuat klien dapat secara cepat merubah rencana yang dibuatnya, bila ternyata tersebut dalam penerapannya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Pandangan tentang Psikosis. Terapi ini memandang psikosis dapat dihubungkan dengan tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu. Orang psikotik mungkin saja tidak dapat menampilkan perilaku yang memuaskan sehingga mereka berbalik untuk hidup dengan distorsi. Dalam dunia dalam mereka, mereka membuat suatu cara yang tidak realistik untuk mengurangi kesakitan / penderitaan yang mereka alami dalam rangka usaha untuk mengatasi keadaan yang ada dalam dunia luar. Dengan menerima kemampuan seseorang untuk membuat suatu situasi tertentu, individu dapat memperlengkapi diri mereka sendiri sehingga mereka dapat menemukan cara untuk hidup dengan lebih baik. Kenyataan tentang penyakit psikiatris yang berat mungkin ada, karena tidak semua gangguan emosional dan jiwa dapat direduksi ke dalam sebuah istilah saja. Sebagai terapis kita perlu membedakan antara gangguan psikiatris dan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Kontribusi pada Konseling Multikultural. Prinsip utama terapi realitas memiliki banyak kesamaan dalam area konseling multikultural. Dalam terapi antar budaya, hendaknya konselor menghormati perbedaan yang ada antara dirinya dan kliennya. Konselor menunjukkan penghargaan mereka pada nilai nilai budaya klien mereka untuk membantu mereka melakukan perilaku yang memuaskan bagi mereka. Melalui pertanyaan yan diajukan konselor, klien dapat membuat penilaian diri apakah perilaku mereka selama ini sudah sesuai dengan nilai nilai budaya di sekelilingnya. Golongan minoritas dalam suatu lingkungan juga dapat dibantu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dominannya. Sangatlah mungkin bagi mereka untuk tetap mempertahankan nilai budaya mereka sendiri di samping memasukan beberapa nilai dari group yang dominan. Hal yang harus diperhatikan ketika terapis bekerja dengan klien yang berbeda secara budaya, terapi mempunyai banyak perilaku yang dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka. Seperti juga teknik dan teori yang diterapkan untuk konseling multikultural ini, fleksibilitas adalah suatu hal yang sangat diperlukan.

6 2.Keterbatasan dan Kritik Terapi Realitas. Salah satu keterbatasan dari terapi realitas ini adalah tidak memberikan penekanan yang kuat pada aspek aspek lain dalam proses konseling seperti ketidak sadaran, kekuatan dari masa lampau dan pengalaman yang traumatik pada usia anak, nilai terapetik dari mimpi, dan adanya transference. Kelihatannya terapi ini hanya memusatkan perhatian pada kesadaran saja secara eksklusif, dan tidak memperdulikan faktor yang direpress dalam ketidaksadaran yang mempunyai pengaruh juga pada proses berpikir, merasakan, berperilaku, dan memilih sesuatu.. Salah satu yang pandangan Glasser yang banyak dikritik para ahli adalah pandangan Glasser yang menyatakan bahwa transference adalah konsep yang salah. Karena dalam kenyataannya klien bisa menyadari bahwa orang orang penting dalam hidupnya mempunyai pengaruh dalam kehidupannya sekarang dan bagaimana cara mereka menghadapi orang lain. Terapi realitas juga dikritik karena adanya usaha dari konselor untuk menyampaikan nilai nilai dirinya sendiri dan secara tak sadar memasukkannya pada klien. Jika konselor melakukan ini, mereka telah melanggar salah satu hal penting dari terapi ini yaitu membiarkan klien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri. Keterbatasan pada Konseling Multikultural. Salah satu keterbatasan terapi ini untuk diterapkan dalam lingkungan yang berbeda budaya adalah adanya keharusan untuk merubah perilaku seorang individu secara cepat. Hal ini seringkali sulit dilakukan ketika hal tersebut menyangkut masalah SARA yang akarnya sudah ada sejak dulu. Kadang kadang konselor terlalu cepat untuk menekankan pada klien agar segera merubah perilakunya. Masalah lain lagi adalah ketika klien tidak merasa enak untuk menyampaikan apa yang mereka inginkan. Mereka lebih banyak memikirkan kepentingan kelompok atau masyarakatnya daripada kepentingannya sebagai individu., karena dalam beberapa budaya, hal tersebut merupakan tindakan yang tidak sopan. Dalam penerapannya klien yang bermasalah dengan nilai ini harus diperlakukan lebih lembut dan tidak boleh ditekan untuk menyampaikan keinginannya. Hal ini sangat penting sekali, karena jika klien merasa dirinya terancam, maka dia akan keluar dari proses terapi. Daftar Pustaka/Referensi Corey, Gerald. ( 1996 ). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy 5 th ed. California : Brooks/ Cole Publishing Company Glasser, N. ( 1980 ) What are You doing? How people are helped through reality therapy. New York : Harper & Row Glasser, W. ( 1976 ) Positive Addiction. New York : Harper & Row Glasser, W. ( 1985 ) Control Theory. A New Explanation of how we control our lives. New York : Harper & Row. Glasser, W. ( 1989 ) Control Theory in the practice of reality therapy in N. Glasser Control theory in the practice of reality therapy: Case Studies. New York :Harper & Row. Glasser, W. ( 1992 ) Reality Therapy. New York State Journal for Counseling and Development Wubbolding, R.E ( 1988 ). Using reality therapy. New York : Harper & Row Wubbolding, R.E ( 1991 ) Understanding reality therapy. New York : Harper & Row

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penerimaan diri 2.1.1 Definisi Penerimaan Diri Ellis (dalam Richard et al., 201) konsep penerimaan diri disebut Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 179 LAMPIRAN 180 181 A. Pedoman Wawancara NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 1. Perkenalan dan Rapport 2. Riwayat Penyakit 3. Dampak penyakit terhadap kehidupan secara keseluruhan 4. Aspek Tujuan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF TERPADU: ALTERNATIF TERBAIK ATAS KONSELING KONVENSIONAL. Wening Cahyawulan 1 Arga Satrio Prabowo 2

PERSPEKTIF TERPADU: ALTERNATIF TERBAIK ATAS KONSELING KONVENSIONAL. Wening Cahyawulan 1 Arga Satrio Prabowo 2 140 Perspektif Terpadu: Alternatif Terbaik atas Konseling Konvensional PERSPEKTIF TERPADU: ALTERNATIF TERBAIK ATAS KONSELING KONVENSIONAL Wening Cahyawulan 1 Arga Satrio Prabowo 2 Abstrak Berbagai teori

Lebih terperinci

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Problem Solving Counseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK 61033 Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog Abstract Modul

Lebih terperinci

PENTINGNYA KUALITAS HUBUNGAN ANTAR PRIBADI KONSELOR DALAM KONSELING REALITAS. Abstrak :

PENTINGNYA KUALITAS HUBUNGAN ANTAR PRIBADI KONSELOR DALAM KONSELING REALITAS. Abstrak : PENTINGNYA KUALITAS HUBUNGAN ANTAR PRIBADI KONSELOR DALAM KONSELING REALITAS Dra, Anak Agung Rai Tirtawati, M.Si Program Studi PPKn, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Denpasar

Lebih terperinci

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT BAB I PENDAHULUAN Konseling atau Terapi Gestalt dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin ilmu yang sangat berbeda, yaitu Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, Fenomenologi Eksistensialisme

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pada lingkungannya (Sunarto dan Hartono, 2008). Penyesuaian merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. pada lingkungannya (Sunarto dan Hartono, 2008). Penyesuaian merupakan 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri Penyesuaian mengacu pada seberapa jauhnya kepribadian individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat (Hurlock, 2005). Penyesuaian adalah usaha menusia untuk

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING REALITA TERHADAP PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN PADA SISWA SMPN 2 KURIPAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH KONSELING REALITA TERHADAP PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN PADA SISWA SMPN 2 KURIPAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENGARUH KONSELING REALITA TERHADAP PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN PADA SISWA SMPN 2 KURIPAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Elis Sulistiya, Hj. Jumailiyah, dan Harmoko Bimbingan dan Konseling, FIP IKIP Mataram Email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy adalah keyakinan diri individu tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan individu peroleh dari kerja kerasnya yang

Lebih terperinci

KKD 2063 Pembangunan Sahsiah

KKD 2063 Pembangunan Sahsiah KKD 2063 Pembangunan Sahsiah Teori Kognitif : Teori Pilihan Dan Terapi Realiti Pengenalan Teori Kognitif adalah teori yang berpusatkan kepada pemikiran manusia. Terdapat banyak teori-teori yang dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (singlecase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (singlecase BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (singlecase experimental design). Merupakan sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatu

Lebih terperinci

Konseling Kelompok. Pertemuan ke-13

Konseling Kelompok. Pertemuan ke-13 Konseling Kelompok Pertemuan ke-13 Pengantar Konseling kelompok memungkinkan konselor menghadapi bbrp konseli - dg keuntungan biaya yg lebih murah dmn proses kelompok jg memiliki keuntungan dg tjdnya keunikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

ABSTRAK MENGENAL TERAPI REALITAS (REALITY THERAPY) Manusia adalah makhluk yang penuh dengan masalah. Tiada seorang pun hidup di dunia ini tanpa suatu

ABSTRAK MENGENAL TERAPI REALITAS (REALITY THERAPY) Manusia adalah makhluk yang penuh dengan masalah. Tiada seorang pun hidup di dunia ini tanpa suatu ABSTRAK MENGENAL TERAPI REALITAS (REALITY THERAPY) Manusia adalah makhluk yang penuh dengan masalah. Tiada seorang pun hidup di dunia ini tanpa suatu masalah, baik dengan diri sendiri maupun orang lain.

Lebih terperinci

Mekanisme dan Taktik Bertahan ; Penolakan Realita Dalam Konseling Oleh : Sigit Sanyata

Mekanisme dan Taktik Bertahan ; Penolakan Realita Dalam Konseling Oleh : Sigit Sanyata Mekanisme dan Taktik Bertahan ; Penolakan Realita Dalam Konseling Oleh : Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id Abstrak Mekanisme individu untuk menghindari kenyataan yang sedang dihadapi merupakan representasi

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai BAB III METODE PENELITIAN Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai pengalaman subjek yang menderita HIV positif. Teori Viktor E. Frankl dalam penelitian ini dinyatakan bukan sebagai

Lebih terperinci

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA :

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA : KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA : 081-5687-1604 NB : Materi ini telah TIM RDRM persentasikan di Dinas Kesehatan Kota Semarang 2017 About Me Nama

Lebih terperinci

TAHAP AKHIR SEBUAH KELOMPOK oleh: Dra.Ehan.M.Pd BAB I PENDAHULUAN

TAHAP AKHIR SEBUAH KELOMPOK oleh: Dra.Ehan.M.Pd BAB I PENDAHULUAN TAHAP AKHIR SEBUAH KELOMPOK oleh: Dra.Ehan.M.Pd BAB I PENDAHULUAN Kegiatan suatu kelompok tidak mungkin berlangsung terus menerus, selanjutnya kelompok akan mengakhiri pada kegiatan yang dianggap tepat.

Lebih terperinci

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M. MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN Oleh M. Andi Setiawan, M.Pd ABSTRAK Penelitian ini berdasarkan atas fenomena yang terjadi di lapangan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Psikologi Konseling Modul ke: Review Materi dan Praktikum Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Konseling sebagai hubungan membantu

Lebih terperinci

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET

Lebih terperinci

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok (Teori Realitas Kelompok)

BAB I PENDAHULUAN. Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok (Teori Realitas Kelompok) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembahasan Pada era global zaman sekarang, secara langsung ataupun tidak langsung merupakan tantangan sekaligus peluang bagi konselor. Seorang konselor harus mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan model konseling kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Secara uji statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam mengembangkan bakat, minat dan kemampuanya. Untuk mencapai keberhasilan di masa depan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying Seorang Remaja Di wonocolo Surabaya Adapun proses pelaksanaan konseling keluarga dalam mengatasi

Lebih terperinci

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto 1 SEKOLAH IDEAL Oleh: Damar Kristianto Berbicara mengenai Sekolah Ideal, dalam sharing ini saya ingin membicarakan mengenai pandangan saya seperti apa sekolah umum (inklusi) dalam menyelenggarakan pendidikan

Lebih terperinci

Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN

Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN Manfaat ketua pada sebuah proses kelompok Membantu (help) Mengajar (teach) Mensupervisi (Supervisory) Siapa yang sering menggunakan? Konselor Psikolog Pekerja Sosial

Lebih terperinci

Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment. Modul intervensi seyogyanya tailor made, rasional dan mampu laksana

Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment. Modul intervensi seyogyanya tailor made, rasional dan mampu laksana MODUL KONSELING DAN TERAPI PERILAKU BAGI PELAKU KDRT PENGANTAR: Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment Modul intervensi seyogyanya tailor made, rasional dan mampu laksana Modul intervensi

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Jesse B. Davis: Orang pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak yang normal baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak yang normal.

Lebih terperinci

PENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH (EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS

PENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH (EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS PENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH (EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS Vivi Ratnawati Universitas Nusantara PGRI Kediri, JL. Tinalan I / 14 Kediri vievie_18@yahoo.co.id

Lebih terperinci

THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) TERAPI ADLER

THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) TERAPI ADLER THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) GERALD COREY TERAPI ADLER ALFRED ADLER ( 1870-1912 ) Pengembang psikodinamika pada terapi (8-10) thn.

Lebih terperinci

KEBERHASILAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN

KEBERHASILAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN KEBERHASILAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN Slameto, FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga slameto_uksw@yahoo.com ABSTRAK Perkembangan teori dan teknologi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan pendapatnya, berani tampil di muka umum, memiliki kepedulian sosial, dan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan: a. Remaja kelas XII SMA PGII 1 Bandung tahun ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi 9 PRIBADI CARL ROGERS Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session MATERI DAN PROSEDUR Pertemuan I : Pre-Session 1. Sesi 1 : Penjelasan tentang program intervensi Tujuan : - Membuat partisipan paham tentang terapi yang akan dilakukan - Memunculkan motivasi pada diri partisipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI Danu Hoedaya Ilustrator: Didin Budiman Kementerian Negara Pemuda & Olahraga Republik Indonesia Bidang Peningkatan Prestasi dan Iptek Olahraga Pengembangan

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA. Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan

BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA. Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA A. Sejarah Pendirian Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan adalah Organisasi non pemerintah yang berkomitmen pada

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Menurut Lickona (2013:64) Tanggung jawab berarti menjalankan suatu pekerjaan atau tugas (dalam keluarga, di sekolah, di tempat kerja) dengan segenap kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa observasi dan wawancara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF- REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA UNDERACHIEVER

EFEKTIVITAS TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF- REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA UNDERACHIEVER ISSN : 2085 6601 EFEKTIVITAS TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF- REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA UNDERACHIEVER Suri Mutia Siregar 1*), Wiwik Sulistyaningsih 1 1 Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas. 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab berikut dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan dan pertanyaan penelitian, tujuan peneltian dan manfaat penelitian. A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 01 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pendahuluan, pengertian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL A. Identitas Konseli Nama : E Umur : 16 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Domisili : Yogyakarta B. Deskripsi Masalah yang Dikeluhkan Konseli adalah anak tunggalketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah dambaan dalam setiap keluarga dan setiap orang tua pasti memiliki keinginan untuk mempunyai anak yang sempurna, tanpa cacat. Bagi ibu yang sedang

Lebih terperinci

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan Teori dan Teknik Konseling Nanang Erma Gunawan nanang_eg@uny.ac.id Konselor memiliki daya terapeutik Diri konselor adalah sebagai instrumen Memiliki pengetahuan mengenai: - teori kepribadian dan psikoterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya) Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios,

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

SILABUS TEORI DAN PRAKTEK KONSELING INDIVIDUAL

SILABUS TEORI DAN PRAKTEK KONSELING INDIVIDUAL SILABUS TEORI DAN PRAKTEK KONSELING INDIVIDUAL Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi : S-1 Bimbingan Dan Konseling Mata Kuliah/SKS : Konseling Individual Carl Rogers (client Centered

Lebih terperinci

Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi 1. Menerima rasa sakit karena kehilangan 2. Ekspresi yang terbuka mengenai rasa kehilangan, kesedihan, permusuhan dan rasa bersalah 3. Memahami perasaan yang di alami berhubungan

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang 85 BAB IV ANALISA DATA A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang Remaja Akibat Hamil di Luar Nikah di Desa UjungPangkah Gresik. Berdasarkan data yang dilakukan oleh konselor dalam

Lebih terperinci

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA Pendahuluan Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab

Lebih terperinci

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Pengantar Kesehatan Mental. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Pengantar Kesehatan Mental. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Pengantar Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Silabus Konsep sakit dan sehat Sejarah Kesehatan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

Penyesuaian Diri LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

Penyesuaian Diri LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Penyesuaian Diri LIA AULIA FACHRIAL, M.SI TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami hakekat penyesuaian diri Mampu menjelaskan ciri penyesuaian diri yang efektif Mampu merefleksikan derajat penyesuaian diri sendiri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian BAB IV ANALISA DATA Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara, observasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh peneliti maka peneliti menganalisa dengan analisa deskriptif.

Lebih terperinci

Menggunakan bahasa yang selaras untuk membangun Rapport. Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi., Psikolog

Menggunakan bahasa yang selaras untuk membangun Rapport. Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi., Psikolog Menggunakan bahasa yang selaras untuk membangun Rapport Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi., Psikolog Definisi Rapport Faktor yang memengaruhi resistensi Bagaimana mengatasi resistensi? Menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan memiliki daya saing. Hal utama yang ingin dicapai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya terbanyak di rumah sakit dan yang paling sering berinteraksi lansung dengan klien, sehingga kontribusi perawat cukup besar dalam mutu

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK A. Pendahuluan Pekerjaan konselor kelompok sudah dimulai jauh sebelum pertemuan kelompok yang pertama kali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap pasif siswa sering ditunjukan dalam sebuah proses belajar, hal ini terlihat dari perilaku siswa dalam sebuah proses belajar yang cenderung hanya berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci