VI. PENINGKATAN TARAF HIDUP DAN POLA PIKIR KOMUNITAS PETANI DAMPINGAN CECOM FOUNDATION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PENINGKATAN TARAF HIDUP DAN POLA PIKIR KOMUNITAS PETANI DAMPINGAN CECOM FOUNDATION"

Transkripsi

1 VI. PENINGKATAN TARAF HIDUP DAN POLA PIKIR KOMUNITAS PETANI DAMPINGAN CECOM FOUNDATION 6.1. Profil dan Kegiatan IFS Kelompok Tani Padusi, Desa Tanjung Bungo Kelompok Tani (Poktan) Padusi berada di Desa Tanjung Bungo (sampai akhir tahun 2008 bernama Desa Kampar), Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Poktan Padusi merupakan salah satu kelompok tani wanita dampingan CECOM Foundation yang seluruh anggotanya adalah berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Sebelum terbentuk Poktan Padusi pada tahun 2006, di salah satu dusun di Desa Kampar telah ada Poktan Pinatan yang menjadi dampingan program IFS. Proses pendampingan dan penguatan kelembagaan kepada Poktan Pinatan oleh CECOM Foundation telah menarik perhatian masyarakat Desa Kampar, termasuk mengundang simpati bagi komunitas ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi arisan dan pengajian wirid mingguan di desa tersebut. Selain sebagai ibu rumah tangga dan aktif di kegiatan sosial keagamaan di desa. Selanjutnya para wanita ini berinisiatif mendatangi pendamping komunitas (field CD officer) CECOM Foundation yang berada di Desa tersebut, Abdi Abadi Pelawi, dan menyampaikan minat untuk dapat menjadi kelompok tani dampingan. Akhirnya pada awal tahun 2006, berdiri Poktan Padusi dengan anggota berjumlah 12 orang wanita tani. Dapat disimpulkan bahwa berdirinya Poktan Padusi merupakan efek bola salju (snow balling effect) dari proses pendampingan program IFS oleh CECOM Foundation kepada Poktan Pinatan di Desa Kampar. Yang menarik, keberadaan Poktan Pinatan juga merupakan efek bola salju dari performa Poktan Sehati, di Desa Pulau Birandang. Program IFS yang dijalankan pada Poktan Padusi pada tahun pertama pendampingan (fase persiapan) adalah melakukan pengorganisasian komunitas dan mengembangkan kelembagaan kelompok tani seperti merumuskan aturan main, pelatihan SDM pengurus, mengaktifkan pertemuan kelompok dan pelatihan dasar budidaya tanaman (pangan dan hortikultura). Komoditas yang dikembangkan adalah tanaman hortikultura. Orientasi praktek bisnis Poktan

2 57 Padusi lebih ditujukan sebagai pendukung pendapatan rumah tangga (supporting income), dan area budidaya diawali dengan luasan terbatas yakni lebih kurang 1000 meter persegi untuk setiap anggota. Pendapatan utama rumah tangganya bersumber dari kebun getah (kebun karet) yang lebih dominan dikelola oleh suaminya. Pada tahun kedua dan ketiga pendampingan, input fisik yang diberikan adalah modal usaha tani bagi anggota melalui unit simpan pinjam kelompok tani. Sumber modal berasal dari CECOM Foundation yang disalurkan melalui KSP Mitra Madani sebagai kredit program dengan bunga 6 persen setahun. Dengan adanya pembiayaan dalam bentuk bersubsidi tersebut, anggota kelompok tani memperluas lahan budidayanya menjadi rata-rata 2500 meter persegi (0.25 Ha). Dalam kaitan pengembangan budidaya pertanian, Poktan Padusi menghidupkan kembali kearifan lokal bergotong royong yang dinamakan batobo. Setiap hari seluruh anggota Poktan bekerja bersama-sama pada satu lahan milik satu anggota. Hari berikutnya dan seterusnya secara bergilir mereka bekerja bersama-sama pada lahan anggota yang lain. Kecuali pada hari minggu mereka tidak bekerja ke ladang karena mereka berjualan hasil produksinya maupun produk lain di pasar lokal Kelompok Tani Berkat Bersama, Desa Kualu Nenas Kelompok Tani (Poktan) Berkat Bersama berada di Desa Kualu Nenas, Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Poktan Padusi merupakan salah satu kelompok tani dampingan CECOM Foundation yang seluruh anggotanya adalah berprofesi sebagai petani nenas dan home industri pengolahan keripik nenas. Sebelum didampingi oleh CECOM Foundation mereka telah mengembangkan budidaya nenas secara turun temurun dan Poktan Berkat Bersama merupakan salahsatu dari delapan kelompok tni yang ada di desa tersebut. Proses pendampingan Poktan ini sebagai mitra dampingan CECOM diawali ketika pengurus Poktan yang dipimpin Muslimin tertarik dengan pola kelembagaan dan kemajuan usaha Poktan Sehati dampingan CECOM yang bearada di Desa Pulau Birandang. Selanjutnya pada tahun 2006 secara resmi

3 58 Poktan Berkat Bersama menjadi mitra dampingan CECOM Foundation dengan pendamping lapangan Abdi Abadi Pelawi. Anggota Poktan Berkat Bersama berjumlah 12 petani dengan luas lahan pertanian berkisar tiga sampai dengan empat hektar setiap petani. Dari jumlah anggota diatas ada empat petani yang juga memiliki usaha pengolahan pasca panen (keripik nenas). Program IFS yang dijalankan pada Poktan Berkat Bersama pada tahun pertama pendampingan (fase persiapan) adalah melakukan pengorganisasian komunitas dan mengembangkan kelembagaan kelompok tani seperti merumuskan aturan main, pelatihan SDM pengurus, mengaktifkan pertemua kelompok dan penguatan sarana input produksi Poktan bagi peningkatan produktifitas tanaman maupun pengolahan hasil nenas yang dilakukan para anggotanya. Komoditas nenas dan produk pasca panen/ pengolahan hasil merupakan sumber pendapatan utama bagi keluarga anggota Poktan. Pada tahun kedua pendampingan (fase penumbuhan), input fisik yang diberikan adalah modal usaha tani bagi anggota melalui unit simpan pinjam kelompok tani. Sumber modal berasal dari CECOM Foundation yang disalurkan melalui KSP Mitra Madani sebagai kredit program dengan bunga 6% setahun. Pada tahun ketiga pendampingan (fase pengembangan) fasilitasi yang dilakukan CECOM adalah memperluas area tanam dan meningkatkan produksi, packaging dan pemasaran kripik nenas. Untuk itu diperlukan penguatan pembiayaan usaha untuk pembukaan lahan baru, pengadaan saprodi pertanian, dan penambahan mesin teknologi tepat guna. Teknologi vacuum drying untuk mengolah buah nenas segar menjadi keripik nenas dikembangkan oleh BPTP Dinas Pertanian Propinsi Riau. Pada tahun , sentra budidaya dan home industri berbasis nenas menarik minat Bank Perkreditan rakyat (BPR) Sari Madu, BUMD Pemkab Kampar dan PT. Permodalan Ekonomi Rakyat (PT. PER), BUMD Pemprop Riau untuk mulai menyalurkan kredit usaha bagi anggota Poktan Berkat Bersama. Pada tahun 2009, Poktan Berkat Bersama bersama tujuh kelompok tani nenas lainnya di desa Kualu Nenas membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Melalui Gapoktan tersebut Pemerintah Kabupaten Kampar

4 59 menyalurkan pupuk bersubsidi kepada para anggota Poktan sesuai dengan RDKK (Rencana Dasar Kebutuhan Kelompok) Kelompok Tani Tunas Sehati, Desa Pulau Birandang Kelompok Tani (Poktan) Tunas Sehati berada di Dusun V (Pematang Kulim), Desa Kampar, Kecamatan Kampar Timur, Kabupaten Kampar. Poktan Tunas Sehati berdiri pada tahun Tahun-tahun sebelumnya anggota Poktan bukan merupakan dampingan CECOM Foundation tapi mereka berprofesi sebagai petani perkebunan yang bekerja secara individual. Sebelum terbentuk Poktan Tunas Sehati, di dusun Pematang Kulim telah ada Poktan Sehati yang menjadi dampingan program IFS CSR PT. RAPP sejak tahun 2001 dan dilanjutkan oleh CECOM Foundation sejak tahun Sejak tahun 2004 Poktan sehati telah memasuki fase kemandirian dan pada tahun tersebut Poktan Sehati menginisiasi terbentuknya kelembagaan P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya) Sehati Jaya yang sertifikasinya dikeluarkan oleh Deptan RI. Keberadaan Poktan Sehati dan aktivitas pengembangan kapasitas petani yang dilaksanakan oleh CECOM Foundation dan P4S Sehati Jaya telah mendorong para petani lain di Dusun Pematang Kulim untuk mengikuti jejak Poktan Sehati dan melalui fasilitasi pengurus Poktan Sehati maka para petani tersebut mengajukan diri untuk didampingi oleh CECOM Foundation dibawah kelembagaan baru Poktan Tunas Sehati. Jadi dapat disimpulkan bahwa keberadaan Poktan Tunas Sehati juga merupakan efek bola salju dari eksistensi Poktan Sehati, di Desa Pulau Birandang. Program IFS yang dijalankan pada Poktan Tunas Sehati pada tahun pertama pendampingan (fase persiapan) adalah melakukan pengorganisasian komunitas dan mengembangkan kelembagaan kelompok tani seperti merumuskan aturan main, pelatihan SDM pengurus, mengaktifkan pertemua kelompok dan pelatihan dasar integrated farming system. Komoditas yang dikembangkan adalah tanaman pertanian hortikultura dan penggemukan sapi bali. Orientasi praktek bisnis Poktan Tunas sehati lebih ditujukan sebagai pendukung pendapatan rumah tangga (supporting income), sedangkan pendapatan utama rumah tangganya

5 60 bersumber dari perkebunan getah (karet) dan sawit. Pada fase persiapan ini pola bantuan input fisik berupa saprodi pertanian hortikultura yang diberikan sebagai hibah kepada anggota kelompok. Kegiatan penggemukan sapi merupakan program penggaduhan sapi bali jantan yang diberikan kepada anggota Poktan yang telah lulus pelatihan dasar IFS dan mampu secara swadaya membangun kandang ternak dan mengembangkan budidaya rumput sebagai sumber hijauan makanan ternak (HMT). Produk harian yang didapatkan dari penggemukan sapi ini adalah veses ternak yang selanjutnya diolah menjadi pupuk organik (kompos) yang digunakan sendiri oleh anggota Poktan sebagai pupuk bagi tanaman hortikultura maupun perkebunan yang dimilikinya. Pada tahun kedua pendampingan (fase penumbuhan), input fisik yang diberikan adalah modal usaha tani bagi anggota melalui unit simpan pinjam kelompok tani. Sumber modal berasal dari CECOM Foundation yang disalurkan melalui KSP Mitra Madani sebagai kredit program dengan bunga 6 persen setahun. Pada fase ini mulai diperkenalkan teknologi tepat guna untuk mengembangkan pakan ternak berbasis limbah pertanian maupun teknologi pembuatan fine compost, sehingga orientasi produksi pengolahan kompos juga untuk dipasarkan ke masyarakat umum. Sebagai contoh, pada fase ini Muhammad Rasyidin, ketua Poktan Tunas Sehati sudah kewalahan melayani pesanan kompos sehingga dia harus membeli bahan baku veses ternak ke para peternak lain di luar desa Pulau Birandang. Pada tahun 2008, melalui kerjasama CECOM Foundation dengan Dinas Peternakan Propinsi Riau, maka anggota Poktan Tunas Sehati memperoleh input fisik berupa sapi bali untuk program penggemukan dimana setelah tiga tahun program berjalan maka sapi-sapi tersebut menjadi aset Poktan yang dapat digunakan sebagai modal bergulir (revolving fund) bagi calon anggota Poktan lain yang butuh pengembangan skala usahanya. Pada tahun ketiga pendampingan (fase pengembangan) ini, orientasi pengembangan usaha tani Poktan Tunas Sehati melalui program IFS berubah dari supporting income (pendapatan sampingan) menjadi main income (pendapatan utama) bagi keluarga yang berarti pendapatan yang dihasilkan dari program IFS sudah seimbang dengan pendapatan yang dihasilkan dari sektor perkebunan (karet dan atau sawit). Pada akhir tahun 2008

6 61 awal tahun 2009, anggota Poktan Tunas Sehati sudah dapat mengkases pinjaman PKBL dari PT. Telkom di Pekanbaru. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ini merupakan program CSR BUMN yang memberikan pinjaman lunak (bunga 6 persen setahun) dengan plafon berkisar juta rupiah bagi setiap petani dengan masa pengembalian selama 36 bulan Peningkatan Taraf Hidup dan Pola Pikir Pengaruh program pemberdayaan masyarakat oleh CECOM Foundation melalui program IFS dapat dievaluasi dengan menggunakan Vectorial Project Analysis (VPA)., suatu metode analisis yang dikembangkan dari SWOT analysis. Indikator kemajuan yang diukur meliputi : (1) Indikator peningkatan taraf hidup (livelihood development) dan (2) Indikator peningkatan pola pikir (mindset development). Sub-sub indikator yang dianalisis dari indikator peningkatan taraf hidup meliputi : (1) Pendapatan, (2) Kesempatan kerja, (3) Konsumsi pangan, dan (4) Sanitasi dan kebersihan. Sedangkan sub-sub indikator yang dianalisis dari indikator peningkatan pola pikir meliputi : (1) Aktifitas di kelompok, (2) Tingkat adopsi teknologi, (3) Kebiasaan menabung, (4) Kepercayaan diri, (5) Persepsi pendidikan untuk anak, (6) Pengarus utamaan jender, dan (7) Orientasi Praktek bisnis. Data yang diinput untuk keperluan analisis VPA ini bersumber dari : (1) CECOM Foundation sebagai data sekunder dari hasil analisis VPA tahun 2006 dan tahun 2007, dan (2) Wawancara langsung peneliti kepada responden sebagai data primer untuk keperluan analisis VPA tahun Kelompok Tani Padusi, desa Kampar, Kecamatan Kampar Timur. Dari hasil analisis indikator VPA terdapat perubahan yang signifikan pada indikator-indikator VPA untuk Kelompok Tani Padusi pada fase persiapan tahun 2006 dan pada fase pengembangan tahun Perkembangan tertinggi di dapatkan pada sub indikator Aktifitas di Kelompok, sebesar 9.6., pada tahun 2008 dari sebelumnya 1.0 pada tahun 2006 sehingga terjadi peningkatan sebesar 855 persen dari posisi sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 5. Sub indikator ini juga merupakan salah satu indikator

7 62 kemajuan program yang merekam tingkat aktifitas anggota di kelompok tani, termasuk frekuensi kehadiran di rapat kelompok, pemahaman terhadap visi, misi dan peraturan kelompok, keterlibatan dalam aktifitas kelompok dan pengetahuan responden akan kondisi administrasi dan keuangan kelompok (tingkat transparansi). Tabulasi data rata-rata hasil analisa indikator Kelompok tani Padusi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Padusi No Sub Indikator Tahun 2006 Tahun 2008 Perubahan 1 Pendapatan % 2 Kesempatan Kerja % 3 Konsumsi Pangan % 4 Sanitasi dan Kebersihan % 5 Aktifitas di kelompok % 6 Tingkat adopsi teknologi % 7 Kebiasaan menabung % 8 Kepercayaan diri % 9 Pendidikan % 10 Pengarus utamaan Jender % 11 Praktek Bisnis % Peningkatan pola pikir juga ditandai dengan kemajuan yang sangat signifikan pada sub indikator pengarus utamaan jender yaitu meningkat sebesar 658 persen dari periode tiga tahun pendampingan (tahun 2006 tahun 2008). Hal ini dapat dipahami karena seluruh anggota Poktan Padusi adalah wanita sehingga partisipasi dan keterlibatan wanita sangat nyata terlihat namun yang patut dicatat bahwa Poktan Padusi juga menunjukkan peningkatan yang luarbiasa pada sub indikator tingkat adopsi teknologi sebesar 497 persen dan sub indikator kebiasaan menabung sebesar 138 persen. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari pengembangan modal sosial yang berkembang di desa tersebut yaitu batobo (gotong royong) mirip dengan tradisi sambatan di masyarakat Jawa, namun yang membedakan adalah Poktan Padusi menggunakan batobo hampir setiap hari kecuali hari minggu untuk mengerjakan usaha tani mereka secara bergiliran.

8 63 Dari uraian analisis diatas terlihat bahwa Poktan Padusi telah mempelopori pemberdayaan masyarakat berbasis jender karena mereka secara setara berpartisipasi aktif dalam pengembangan ekonomi perdesaan, hal ini sesuai dengan pendapat Sumarti (2006) yang mengatakan bahwa salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat berwawasan jender adalah memberi kemungkinan bagi perempuan miskin untuk memperoleh akses kepada dan penguasaan terhadap sumber-sumber material maupun informasi. Fakta menarik adalah bahwa peningkatan pola pikir yang signifikan yang terjadi sebagai akibat proses pendampingan program IFS pada Poktan Padusi belum mampu meningkatkan secara seimbang pada indikator taraf hidup. Walaupun sub indikator kesempatan kerja meningkat sebesar 59 persen, namun peningkatan tipis terjadi pada sub indikator pendapatan (16 persen) dan sub indikator sanitasi dan kebersihan (14 persen). Bahkan pada sub indikator konsumsi pangan mengalami penurunan sebesar 66 persen pada tahun 2008 dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2006, dimana hal tersebut terjadi karena sumber pendapatan utama keluarga yakni perkebunan karet mengalami penurunan harga jual getah yang cukup drastis sehingga berdampak kepada daya beli masyarakat terhadap konsumsi pangan. Indikator kemajuan taraf hidup (livelihood) yaitu indikator yang bersifat fisik (tangible) dan indikator kemajuan pola pikir (mindset) yaitu indikator yang bersifat bukan fisik (intangible) kelompok tani Padusi dapat dilihat pada Gambar 13. Kemajuan tampak terlihat dimana terjadi pergeseran taraf hidup (livelihood) dan pola pikir (mindset) pada kelompok tani Padusi, yang mengindikasikan adanya suatu dampak positif yang signifikan dari program pemberdayaan masyarakat CECOM melalui implementasi proyek pengembangan sistem pertanian terpadu (IFS). Hal ini menggambarkan adanya pemahaman yang tinggi pada masyarakat terhadap program yang dijalankan, sehingga manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan tergambar langsung pada pola pikir yang akan berkorelasi positif pada taraf hidup petani.

9 64 Gambar 13. Grafik VPA Kelompok Tani Padusi Pergeseran dari kuadran (-,+) pada fase persiapan ke kuadran (+,+), pada fase pengembangan, menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan pada Pola Pikir masyarakat ( = 7.12), sedangkan perkembangan pada indikator Taraf Hidup komunitas petani ( = 0.65), menunjukkan hasil yang kurang signifikan seperti terlihat pada Tabel 6. Hal ini disebabkan oleh implementasi proyek IFS CECOM yang baru berlangsung selama tiga tahun, input fisik berupa seed capital yang dikembangkan pada Lembaga Keuangan Mikro milik kelompok tani Padusi, relatif terbatas sehingga jumlah modal kegiatan usaha yang dapat diakses anggota kelompok tani Padusi belum memadai bagi peningkatan skala usaha tani.

10 65 Tabel 6. Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Padusi Deskripsi Pola Pikir (X) Taraf Hidup (Y) Pertumbuhan Vektor X Y Total Namun demikian posisi akhir dari koordinat VPA kelompok tani Padusi telah sampai pada tahap Perkembangan (9.60 ; 6.18), sedangkan batas aman bagi ketahanan pangan pada suatu masyarakat adalah pada koordinat (5.0 ; 5.0), sehingga dapat dikatakan bahwa, proyek IFS CECOM dalam memasuki waktu tiga tahun telah berhasil untuk mendorong dan mendukung proses pemberdayaan di masyarakat desa Kampar menuju ke arah kemandirian masyarakat yang sangat positif, yang berdampak langsung pada pola pikir masyarakat untuk tetap dapat mempertahankan ketahanan pangan yang sudah terbentuk. Pendekatan pendampingan secara partisipatif oleh CECOM melalui kegiatan pengembangan kelembagaan, pengorganisasian komunitas dan penguatan kapasitas telah memberikan dampak yang cukup besar dalam perukembangan pola pikir masyarakat ini. Besaran vektor yang didapatkan dari analisa VPA adalah :V^ = 7.12^ ^ = 51.11,sehingga V = 7.15, sedangkan persamaan garis linear yang didapatkan adalah Y = 0.09 X , yang berarti bahwa kenaikan X (pola pikir) sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan Y (taraf hidup) sebesar 0,09 satuan. Percepatan perkembangan Y (Taraf Hidup) sebenarnya dapat dipacu dengan pengembangan program selanjutnya yang difokuskan pada pengembangan usaha mikro, baik secara fisik dengan input modal, dan input produksi, serta penguatan kapasitas usaha mikro dengan berbagai pelatihan manajemen usaha mikro, pelatihan pengelolaan keuangan mikro dan pelatihan pelembagaan untuk penguatan kelompok yang lebih signifikan. Bila pada proyek CECOM berikutnya dilakukan pendekatan melalui pengembangan usaha mikro yang lebih intensif, maka sudut vektor VPA akan berubah menjadi lebih besar, sehingga akan terjadi keseimbangan antara besaran

11 66 perkembangan X dan Y (sudut 45 derajat), sehingga perkembangan masyarakat dapat segera mencapai fase kemandirian (self reliance stage) Kelompok Tani Berkat Bersama, desa Kuala Nenas, Kecamatan Kampar Timur. Dari hasil analisis indikator VPA terdapat perubahan yang signifikan pada indikator-indikator VPA untuk Kelompok Tani Berkat Bersama pada fase persiapan tahun 2006 dan pada fase kemandirian tahun 2008 seperti pada Gambar 14. Walaupun Poktan Berkat Bersama telah memasuki fase kemandirian masih terdapat satu sub-indikator yang masih terdapat di bawah batas aman, yaitu pengarusutamaan jender, walaupun telah terjadi perkembangan 20 persen dari posisi sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 7. Suhaimi Khatib, ketua KTNA Kabupaten Kampar melihat dalam perspektif lokal di Kampar bahwa pelibatan peran dan partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh perempuan dalam usaha tani terlihat menonjol dalam budidaya tanaman pangan khususnya padi sedangkan dalam usaha tani berbasis komoditas non tanaman pangan seperti nenas sebagai sumber pendapatan utama keluarga maka peranan perempuan cenderung termarjinalkan atau hanya sebagai pendukung. Sub indikator lain yang masih tipis peningkatannya adalah sub indikator kesempatan kerja dimana posisi sub indikator tersebut tepat digaris aman (koordinat 5), hal ini menunjukkan bahwa sumber nafkah atau pendapatan anggota Poktan hanya bergantung dalam budidaya tanaman nenas dan industri hilir skala rumah tangga yaitu pengolahan keripik nenas. CECOM Foundation belum mengoptimalkan potensi integrasi sektor usaha pertanian dengan sektor usaha lainnya seperti peternakan sapi karena sampai tahun 2008 belum adan bantuan input fisik berupa ternak sapi kepada Poktan Berkat Bersama. Padahal seandainya konsep dan disain program IFS dilaksanakan secara terpadu melalui pengembangan usaha peternakan maka akan banyak nilai tambah yang didapat seperti : (1) penggemukan (fattening) dan budidaya (breeding) sapi dimana limbah kulit nenas dapat difermentasi menjadi pakan alternatif bagi ternak, (2) produksi fine compost yang akan menyuburkan lahan pertanian nenas.

12 67 Perkembangan tertinggi pada Poktan Berkat Bersama dapatkan pada sub indikator Kebiasaan menabung, sebesar 7.4., dari sebelumnya 2.5, sehingga terjadi peningkatan sebesar 202 persen dari posisi sebelumnya di tahun Sub indikator ini juga merupakan salah satu indikator kemajuan program yang merekam frekuensi menabung dalam satu tahun terakhir dan kesadaran menabung di kelompok tani. Tabulasi data rata-rata hasil analisa indikator Kelompok tani Berkat Bersama disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Berkat Bersama No Sub Indikator Tahun 2006 Tahun 2008 Perubahan 1 Pendapatan % 2 Kesempatan Kerja % 3 Konsumsi Pangan % 4 Sanitasi dan Kebersihan % 5 Aktifitas di kelompok % 6 Tingkat adopsi teknologi % 7 Kebiasaan menabung % 8 Kepercayaan diri % 9 Pendidikan % 10 Pengarus utamaan Jender % 11 Praktek Bisnis % Indikator kemajuan taraf hidup (livelihood) yaitu indikator yang bersifat fisik (tangible) dan indikator kemajuan pola pikir (mindset) yaitu indikator yang bersifat bukan fisik (intangible).kelompok tani Berkat Bersama dapat dilihat pada grafik pada Gambar 14. Dari Gambar 14 tampak terlihat bahwa Kelompok Tani Berkat Bersama dalam tiga tahun terakhir telah berada pada fase kemandirian (self reliance stage). Pada periode tahun pergeseran taraf hidup dan pola pikir yang terjadi mengalami kenaikan tipis dalam fase yang sama mengindikasikan adanya suatu dinamika kelompok tani dalam implementasi proyek pengembangan sistem pertanian terpadu (IFS) yang berakibat pertumbuhan program cenderung berjalan ditempat. Pergeseran taraf hidup (livelihood) dan pola pikir (mindset) pada

13 68 kelompok tani Berkat Bersama menunjukkan perkembangan signifikan terjadi pada pada periode tahun KELOMPOK TANI BERKAT BERSAMA , Taraf Hidup , , LINEAR Pola Pikir Gambar 14 Grafik VPA Kelompok Tani Berkat Bersama Pergeseran dari kuadran (5.55,6.30) pada tahun 2006 ke kuadran (7.93,7.28), pada tahun 2008, menunjukkan perkembangan positif pada perkembangan pada indikator Pola Pikir ( = 2.38), maupun Taraf Hidup komunitas petani ( = 0.98) seperti terlihat pada tabel 7. Besaran vektor yang didapatkan dari analisa VPA adalah :V^ = 2.38^ ^ = 6.62,sehingga V = 2.58, sedangkan persamaan garis linear yang didapatkan adalah Y = 0.41 X , yang berarti bahwa kenaikan X (pola pikir) sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan Y (taraf hidup) sebesar 0,41 satuan. Hal ini menggambarkan bahwa indikator Pola Pikir anggota kelompok tani mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan, namun pada saat yang sama tingkat kesejahteraan anggota kelompok tani Sehati mengalami pertumbuhan 41 persen

14 69 dari yang diharapkan. Dari fenomena diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan penguatan kapasitas dan pengorganisasian komunitas oleh CECOM dalam proyek IFS telah mampu meningkatkan pemahaman masyarakat dampingan, namun input fisik yang dikembangkan kelompok tani Berkat Bersama belum mampu menghasilkan kesejahteraan yang seimbang dengan perkembangan pola pikir yang dicapai. Tabel 8. Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Berkat Bersama Deskripsi Pola Pikir (X) Taraf Hidup (Y) Pertumbuhan Vektor X Y Total Bila pada proyek CECOM berikutnya dilakukan pendekatan melalui pengembangan usaha tani yang lebih intensif dan penguatan kelembagaan kelompok tani, maka sudut vektor VPA akan berubah menjadi lebih besar, sehingga akan terjadi keseimbangan antara besaran perkembangan X dan Y (sudut 45 derajat). Pada saat yang sama perkembangan indikator pola pikir yang terjadi pada petani non kelompok tani Berkat Bersama belum beranjak pada kuadran negatif dan perkembangan indikator taraf hidup telah diatas batas aman, namun pertumbuhan indikator taraf hidup sangat tipis Kelompok Tani Tunas Sehati, Pulau Birandang, Kecamatan Kampar Timur. Dari hasil analisis indikator VPA terdapat perubahan yang signifikan pada indikator-indikator VPA untuk Kelompok Tani Tunas Sehati pada fase persiapan tahun 2006 dan pada fase kemandirian tahun Dari seluruh sub indikator kemajuan masih terdapat satu sub-indikator yang masih terdapat di bawah batas aman, yaitu pengarusutamaan jender, walaupun telah terjadi perkembangan 40 persen dari posisi sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 9. Pencapaian ini dapat

15 70 diperbaiki pada implementasi proyek IFS CECOM berikutnya, dengan lebih mengarahkan program pada sub indikator tersebut. Perkembangan tertinggi di dapatkan pada sub indikator Kebiasaan menabung, sebesar 8.3., dari sebelumnya 4.6, sehingga terjadi perubahan sebesar 82 persen dari posisi sebelumnya. Sub indikator ini juga merupakan salah satu indikator kemajuan program yang merekam frekuensi menabung dalam satu tahu terakhir dan kesadaran menabung di kelompok. Tabulasi data rata-rata hasil analisa indikator Kelompok tani Tunas Sehati disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Rataan Data Sub-Indikator VPA Kelompok Tani Tunas Sehati No Sub Indikator Tahun 2006 Tahun 2008 Perubahan 1 Pendapatan % 2 Kesempatan Kerja % 3 Konsumsi Pangan % 4 Sanitasi dan Kebersihan % 5 Aktifitas di kelompok % 6 Tingkat adopsi tehnologi % 7 Kebiasaan menabung % 8 Kepercayaan diri % 9 Pendidikan % 10 Pengarus utamaan Jender % 11 Praktek Bisnis % Indikator kemajuan taraf hidup (livelihood) yaitu indikator yang bersifat fisik (tangible) dan indikator kemajuan pola pikir (mindset) yaitu indikator yang bersifat bukan fisik (intangible).kelompok tani Tunas Sehati dapat dilihat pada grafik pada Gambar 15.

16 71 Gambar 15 Grafik VPA Kelompok Tani Tunas Sehati Tampak terlihat bahwa telah terjadi pergeseran taraf hidup (livelihood) dan pola pikir (mindset) pada kelompok tani Tunas Sehati, yang mengindikasikan adanya suatu dampak positif yang signifikan dari program pemberdayaan masyarakat CECOM melalui implementasi proyek pengembangan sistem pertanian terpadu (IFS). Pertumbuhan indikator taraf hidup menunjukkan tren yang terus meningkat seiring dengan peningkatan indikator pola pikir kelompok tani Tunas Sehati, seperti dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pertumbuhan Vektor Kelompok Tani Tunas Sehati Deskripsi Pola Pikir (X) Taraf Hidup (Y) Pertumbuhan Vektor Tahun X Y Tahun Tahun Total

17 72 Dari Gambar 15 dan Tabel 10, terlihat bahwa telah terjadi keseimbangan antara besaran pertumbuhan X dan Y (sudut 45 derajat). sehingga perkembangan kelompok tani Tunas Sehati telah dapat mencapai fase penumbuhan (6.19,5.92) pada tahun 2006, fase pengembangan (6.53,6.30) pada tahun 2007 dan mencapai fase kemandirian (7.97,7.49) pada tahun Rata-rata perkembangan pada setiap fase pemberdayaan masyarakat sebenarnya memerlukan waktu lebih kurang 1 tahun untuk setiap tahapan, mulai dari fase Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan dan Kemandirian. Pergeseran dari kuadran (6.19,5.92) pada fase penumbuhan ke kuadran (7.97,7.49) pada fase kemandirian, menunjukkan perkembangan yang signifikan pada Pola Pikir masyarakat ( = 1.78), sedemikian juga perkembangan pada indikator Taraf Hidup komunitas petani ( = 1.56), juga menunjukkan hasil yang signifikan. Posisi akhir dari koordinat VPA kelompok tani Tunas Sehati telah sampai pada tahap Perkembangan (7.97,7.49) sedangkan batas aman bagi ketahanan pangan pada suatu masyarakat adalah pada koordinat (5.0 ; 5.0), sehingga dapat dikatakan bahwa, proyek IFS CECOM dalam memasuki waktu tiga tahun telah berhasil untuk mendorong dan mendukung proses pemberdayaan masyarakat yang berdampak langsung pada pola pikir masyarakat untuk tetap dapat mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Besaran vektor yang didapatkan dari analisa VPA adalah :V^ = 1.78^ ^ = 5.59,sehingga V = 2.36, sedangkan persamaan garis linear yang didapatkan adalah Y = 0.87 X , yang berarti bahwa kenaikan X (pola pikir) sebesar satu satuan akan menyebabkan peningkatan Y (taraf hidup) sebesar 0,87 satuan. Hal ini menggambarkan bahwa indikator Pola Pikir anggota kelompok tani mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan, namun pada saat yang sama tingkat kesejahteraan anggota kelompok tani Sehati mengalami pertumbuhan 87 persen dari yang diharapkan Pada saat yang sama, indikator taraf hidup dan indikator pola pikir yang terjadi pada petani yang bukan kelompok tani Tunas Sehati belum beranjak pada kuadran (-,+).

18 Pengembangan Partisipasi dan Modal Sosial Demokrasi Partisipatif Untuk membangun demokrasi partisipatif dalam komunitas dampingan, CECOM Foundation memfasilitasi tumbuhnya konsensus sosial melalui penguatan kelembagaan kelompok tani. Kelompok Tani Padusi, Kelompok Tani Berkat Bersama dan Kelompok Tani Tunas Sehati, menempatkan rapat kelompok sebagai kekuasaan tertinggi dalam pengambilan keputusanlam hal : (1) Perumusan aturan (AD/ART), (2) Pengangkatan dan pemberhentian pengurus, (3) Perencanaan kegiatan Poktan, dan lain-lain seperti tergambar dalam skema struktur organisasi kedua kelompok tani ini, dapat dilihat pada gambar 16. Rapat Anggota ] Pengurus Ketua Sekretaris Bendahara Badan Pemeriksa Ketua Sekretaris Anggota Anggota Kelompok : Garis pertanggungjawaban : Garis pelayanan : Garis kontrol/pengawasan Gambar 16 Skema struktur organisasi Kelompok Tani dampingan CECOM Foundation Dari skema struktur organisasi kelompok tani di atas dapat dilihat bahwa Pengurus Kelompok dan Badan Periksa mempertanggungjawabkan semua kegiatan kelompok kepada Rapat Anggota. Pengurus Kelompok dan Badan Pemeriksa bertugas untuk melayani anggota. Pengurus Kelompok dan Badan Pemeriksa merupakan anggota kelompok, sedangkan Rapat Anggota dapat berlangsung bila dihadiri oleh Anggota kelompok, Pengurus Kelompok dan Badan Pemeriksa. Kesimpulannya adalah kelompok tani dapat berjalan dengan

19 74 baik bila seluruh anggota kelompok berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok. Sistem yang ada dalam kelompok adalah dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota Pemanfaatan Modal Sosial Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah proses untuk membantu masyarakat memperolah daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka, termasuk mengurang efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan yang dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki. Proses dalam pemberdayaan masyarakat ini harus melihat keadaan modal sosial yang telah ada di masyarakat. Modal sosial yang dipunyai oleh Kelompok Tani dampingan CECOM Foundation di Kabupaten Kampar yaitu Poktan Padusi, Poktan Berkat Bersama dan Poktan Tunas Sehati adalah budaya Batobo (gotong royong khas Melayu Kampar), dimana antar anggota kelompok tani bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kegiatan usaha kelompok sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif yang saling menguntungkan antara anggota kelompok tani Ikhtisar CECOM Foundation telah melakukan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan metodologi dan mekanisme pemberdayaan di Desa Kampar, Desa Kualu Nenas dan Desa Pulau Birandang. Sesuai dengan mekanisme pemberdayaan maka keberadaan kelompok adalah : (1) Kelompok Tani Padusi berada pada fase pengembangan, (2) Kelompok Tani Berkat Bersama berada pada fase kemandirian, dan (3) Kelompok Tunas Sehati berada pada fase kemandirian. Berdasarkan analisis indikator VPA yang dilakukan masih terdapat kelemahan pada beberapa sub indikator yaitu : (1) Pengarusutamaan jender pada kelompok tani Berkat Bersama dan Tunas Sehati, (2) Konsumsi Pangan pada kelompok tani Padusi, dan (3) Kesempatan kerja pada kelompok tani Berkat Bersama.

20 75 Kelemahan sub indikator pengarusutamaan jender pada kelompok tani Berkat Bersama dan kelompok tani Tunas Sehati selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2006 sampai tahun 2008, menunjukkan bahwa CECOM Foundation belum memiliki konsep dan sensitivitas dalam mengembangkan program pemberdayaan berwawasan jender. Kelemahan pada sub indikator konsumsi pangan pada kelompok tani Padusi pada tahun 2008 karena pada tahun tersebut harga komoditas karet yang menjadi sumber pendapatan utama keluarga merosot tajam sehingga melemahkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya melemahkan ketahanan pangan masyarakat. Hal tersebut sesuai pendapat para ahli bahwa aspek seasonability seperti fluktuasi harga komoditas dapat menyebabkan melemahnya tingkat kerentanan (vulnaribility) terhadap ketahanan pangan masyarakat. Melemahnya ketahanan pangan yang disebabkan melemahnya daya beli masyarakat untuk memenuhi konsumsi pangan (konsumsi kalori dan protein) akan berpengaruh terhadap menurunkan taraf kehidupan atau kesejahteraan masyarakat. Menurut BPS Riau (2010), salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah data konsumsi kalori dan protein per kapita. Kesejahteraan dapat dikatakan makin baik apabila kalori dan protein yang dikonsumsi penduduk semakin meningkat sampai akhirnya melewati standar kecukupan konsumsi. Fenomena pencapaian indikator pola pikir yang mengesankan pada kelompok tani Padusi ternyata tidak dapat secara otomatis meningkatkan indikator taraf hidup. Kelemahan pada sub indikator kesempatan kerja pada kelompok tani Berkat Bersama pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, menunjukkan bahwa sumber nafkah rumah tangga petani dampingan CECOM Foundation belum berkembang padahal potensi diversifikasi usaha tani baik on farm maupun off farm berbasis komoditas nenas sangat terbuka. Seharusnya CECOM Foundation mengembangkan integrasi sub sektor pertanian berbasis nenas yang dikembangkan kelompok tani Berkat bersama dengan sub sektor lain seperti sub sektor peternakan sapi sesuai disain program IFS yang terlihat pada Gambar 12 melalui fasilitasi dan promosi potensi kelompok dampingan kepada stakeholder terkait pemberdayaan masyarakat seperti : (1) Pemerintah daerah

21 76 melalui satuan kerja Dinas Peternakan melalui program penggaduhan sapi K2I; (2) Perusahaan yang memiliki skema pembiayaan dengan bunga lunak seperti pinjaman PKBL BUMN (bungan enam persen setahun); (3) Bank pemerintah yang memiliki skema Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) maupun Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemberdayaan Mayarakat yang dilakukan oleh CECOM Foundation telah meningkatkan taraf hidup dan pola pikir kelompok tani dampingan, tetapi secara luas belum mampu memberikan perubahan pola pikir masyarakat secara umum di luar kelompok tani. Terdapat perbedaan yang signifikan antara perkembangan kelompok tani dampingan CECOM Foundation dengan perkembangan kelompok tani yang tidak didampingi, baik dalam hal peningkatan taraf hidup maupu pola pikir seperti terlihat dalam Gambar 17. Vectorial Project Analysis Chart Cecom Vs. Non-Cecom di Kabupaten Kampar I II II IV 8.00 L i v e l i h o o d CECOM M i n d s e t NON-CECOM Gambar 17 Grafik VPA Kabupaten Kampar Untuk itu diperlukan upaya untuk mendorong komunitas yang bukan dampingan CECOM Foundation agar tetap berada di atas garis kemiskinan melalui kegiatan kelompok tani dampingan CECOM Foundation yang berdampak mengajak partisipasi masyarakat lebih luas melalui modal sosial yang ada untuk mampu menggerakkan komunitas lain yang berada di lingkup desanya agar

22 77 meningkat pola pikir masyarakat secara snowballing effect. Peluang keberhasilan mengajak petani yang bukan dampingan CECOM sangat besar karena modal sosial dan kelembagaan kelompok tani dampingan CECOM yang telah terbangun mampu menjadi entry point bagi proses pengorganisasian masyarakat yang lebih luas oleh field CD Officer. Kelembagaan sosial ekonomi yang dikembangkan kelompok tani dampingan CECOM berikut aktivitas produktif yang dijalankan oleh pengurus dan para anggota dapat dioptimalkan sebagai pusat layanan informasi pemberdayaan yang dapat diakses oleh masyarakat pedesaan khususnya para komunitas petani lain yang bukan dampingan CECOM Foundation.

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Keberlanjutan dari sebuah program pemberdayaan masyarakat dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang melibatkan masyarakat secara partisipatif.

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT CECOM FOUNDATION

VII. RANCANGAN PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT CECOM FOUNDATION VII. RANCANGAN PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT CECOM FOUNDATION 7.1. Pilihan Strategi Metodologi Untuk menyusun Rancangan Program Pemberdayaan Masyarakat CECOM Foundation maka diadakan Diskusi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH CECOM FOUNDATION

V. DESKRIPSI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH CECOM FOUNDATION V. DESKRIPSI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH CECOM FOUNDATION Misi CECOM sebagaimana diformulasikan dalam strategic planning (Lokakarya Perencanaan Strategis secara partisipatif di Batam tahun 2005)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU

VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU 68 VI. PROFIL DAN DINAMIKA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI KELURAHAN MAHARATU 6.1. Profil KUBE Suka Makmur KUBE Suka Makmur berada di Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru, berdiri

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Peternakan didefinisikan sebagai usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam berupa ternak, dengan cara produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan di Indonesia secara umum akan berhasil jika didukung oleh keberhasilan pembangunan berbagai sektor. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses PROGRAM DAN KEGIATAN. A. Program Kegiatan Lokalitas Kewenangan SKPD. Program kerja operasional pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih menghadapi sejumlah permasalahan, baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik, maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN 6.1. Perkembangan Program PUAP Program PUAP berlangsung pada tahun 2008 Kabupaten Cianjur mendapatkan dana PUAP untuk 41 Gapoktan, sedangkan yang mendapatkan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak dimulainya revolusi hijau (1970 -an), kondisi lahan pertanian khususnya lahan pertanian intensif di Indonesia semakin kritis. Sebagian besar lahan pertanian Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010 PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010 (SUATU SUMBANG SARAN PEMIKIRAN) Oleh: Suharyanto PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian.

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mayoritas penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. Hingga saat ini dan beberapa tahun mendatang,

Lebih terperinci

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN Susy Edwina, Evy Maharani, Yusmini, Joko Saputra Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY 7.1. Karakteristik Responden 7.1.1. Tingkat Umur Tingkat umur responden berkisar antara 40-60 tahun.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan mendasar bagi pengembangan usaha pertanian adalah lemahnya

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan) Agus Sutikno, SP., M.Si. 1 dan Ahmad Rifai, SP., MP 2 (1) Pembantu Dekan IV Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN Oleh : Mewa Ariani Kedi Suradisastra Sri Wahyuni Tonny S. Wahyudi PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka PUAP adalah sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat, merupakan bagian dari pelaksanaan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia dan dalam pembangunan nasional. Pembangunan dan perubahan struktur ekonomi tidak bisa dipisahkan dari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari peranan sektor industri yang sangat mempengaruhi kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan yang penting dalam pembangunan Negara Indonesia dari dulu dan pada masa yang akan datang. Arti penting pertanian dapat dilihat secara

Lebih terperinci

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) 28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) OLEH M. ARIEF INDARTO 0810212111 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah menyadari pemberdayaan usaha kecil menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional dewasa ini salah satunya diprioritaskan pada bidang ketahanan pangan, sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan kebijakan dalam peningkatan

Lebih terperinci

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU 7.1. Evaluasi dan Strategi Pemberdayaan Keluarga Miskin 7.1.1. Evaluasi Kegiatan KUBE di Kelurahan Maharatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kelembagaan Pertanian (Djogo et al, 2003) kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

RENCANA DEFINITIF KELOMPOK (RDK) TAHUN...

RENCANA DEFINITIF KELOMPOK (RDK) TAHUN... Format 1. RENCANA DEFINITIF KELOMPOK (RDK) TAHUN... I DATA KELOMPOKTANI 1 Nama Kelompoktani :... 2 Tanggal berdiri :... 3 Alamat/Telpon/email :...... 4 Nama Ketua/. HP :... 5 Kelas Kelompoktani :... 6

Lebih terperinci

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr. MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr. ERZALDI ROSMAN V I S I 2017-2022 MISI PROVINSI TERKAIT PERTANIAN MISI 1 : MENGEMBANGKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting pada negara berkembang seperti di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian saat ini sangat berpengaruh untuk pembangunan negara. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 46 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Effendi 1991). Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Citapen 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciawi.Secara geografis

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, dari jumlah penduduk tersebut sebagian bekerja dan menggantungkan sumber perekonomiannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP ) Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi individu serta sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci