BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. V.1. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AA pada individu dengan riwayat keluarga DMT2 lebih
|
|
- Sugiarto Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN V.1. Kesimpulan 1. Frekuensi genotip AA pada individu dengan riwayat keluarga DMT2 lebih tinggi daripada individu tanpa riwayat keluarga DMT2. 2. Frekuensi alel A pada individu dengan riwayat keluarga DMT2lebih tinggi daripada individu tanpa riwayat keluarga DMT2. 3. Risiko untuk mendapatkan alel A pada individu denganriwayat keluarga DMT2 lebih tinggi dibandingkan individu tanpa riwayat keluarga DMT2. 4. HOMA-β genotip AA lebih rendah dibandingkan genotip GA dan GG pada subyek penelitian. V.2. Saran 1. Diberikan edukasi tentang risiko terjadinya DMT2 pada subyekterutama bagi individu pembawa genotip AA dan alel A pada penelitian ini. 2. Disarankan pada individu pembawa genotip AA dan alel A pada penelitian ini untuk selalu melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan (Checkup). 3. Dilakukan penelitian kohort terhadap individu pembawa genotip AA dan alel A. 4. Dilakukan penelitian lebih lanjut polimorfisme E23K gen KCNJ11pada individu dengan riwayat dan tanpa riwayat keluarga DMT2pada sampel yang mewakili seluruh daerah di Indonesia. 49
2 V.3. Ringkasan V.3.1.Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit multifaktorial yang melibatkan faktor genetik dan lingkungan (Weberet al., 2012). Berdasarkan patogenesisnya, DM dibagi menjadi 4 tipe, dengan tipe tersering adalah DMT2 (90-95%), yaitu DM yang ditandai dengan resistensi dan defisiensi insulin relatif atau defek sekresi insulin (ADA, 2012). Menurut data World Health Organization (WHO)penderita DM pada tahun 2011 sekitar 346 juta diseluruh dunia dan meningkat menjadi 438 juta pada tahun Penderita DMdi Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta dan akan meningkat sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Wild et al., 2004). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) didapatkan prevalensi DM tertinggi di provinsi Yogyakarta(2,6%) dan terendah di Lampung (0,7%) (Kemenkes, 2013). Gen potassium inwardly-rectifying chanel sub family J member 11 (KCNJ11)merupakan gen penyusun kanal ion K + yang sensitif terhadap ATP (kanal K ATP ) dan berperan dalam pengaturan sekresi insulin dari sel β pankreas (Riedel et al., 2003). Stimulus sekresi insulin pada sel β pankreas yaitu (a) ketika glukosa ekstraseluler rendah maka kanal K ATP terbuka dan metabolisme glukosa pada sel β pankreas menurun sehingga membran sel mengalami hiperpolarisasi. Hiperpolarisasi menjaga pintu kanal ion voltageca 2+ tertutup agar Ca 2+ yang masuk tetap rendah dan sekresi insulin dihambat; (b) sebaliknya ketika glukosa ekstraseluler tinggi, metabolisme glukosa pada sel β pankreas menghasilkan ATP dalam jumlah besar dan diikuti MgADP yang rendah memicu kanal K ATP tertutup
3 sehingga menyebabkan depolarisasi membran, kanal ion Ca 2+ terbuka daninflux Ca 2+ yang tinggi menyebabkan insulin disekresikan ke ekstrasel(proks and Ashcroft, 2008). Polimorfisme adalah terdapatnya alel dengan frekuensi lebih dari 1% pada populasi umum (Nussbaumet al., 2004). Salah satu polimorfisme yang berperan dalam patofisiologi DMT2 adalah E23K gen KCNJ11 yang menyebabkan subsitusi guanin (G) menjadi adenin (A) sehingga ada perubahan asam amino glutamat (GAG) menjadi lisin (AAG) (Li, 2013).Individu pembawa alel A dengan riwayat keluarga DMT2 berisiko menderita DMT2.Polimorfisme E23K gen KCNJ11merupakan faktor risikodmt2 (Abed et al., 2013).Polimorfisme E23K gen KCNJ11mempengaruhi kanal gating kanal K ATP dengan menurunkan waktu penutupan kanal sehingga meningkatkan aktivitas kanal K ATP (Schwanstecheret al., 2002). Peningkatan aktivitas kanal K ATP menimbulkan gangguan sekresi insulin (Kosteret al., 2005; Vilarealet al., 2009). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui polimorfisme E23K gen KCNJ11 dan sekresi insulin pada individu dengan riwayat keluarga (DRK) dan tanpa riwayat keluarga (TRK) DMT2. V.3.2. Tinjauan Pustaka Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik, lingkungan dan perilaku kesehatan (Weber et al., 2012).Penyakit dengan pola pewarisan disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya sebagai akumulasi dari berbagai jenis mutasi yang terjadi pada deoxyribonucleic acid (DNA)(Bener et al.,2013).
4 Pengetahuan faktor genetik diharapkan dapat mencegah DMT2 secara dini pada setiap individu (Florez et al., 2007). KasusDMberisiko 4 kali lipat menderita DM (Harrison et al., 2003: Elbein, 2009). Sel β pankreas mensekresi insulin akibat stimulasi glukosa. Fase 1 terjadi 3-10 menit pertama setelah makan. Insulin yang disekresi merupakan insulin sel β pankreas. Fase 2 sekresi insulin dimulai 20 menit akibat stimulasi glukosa dan berlangsung sampai 2 jam sebagai insulin yang baru disintesis (Baynes & Domoniczak, 2007). Pada fase 1 glukosa meningkatkan sekresi insulinuntuk pencegahan kenaikan kadar glukosa darah yang akan merangsang fase 2 memproduksi insulin lebih tinggi. Semakin tinggi kadar glukosa darah maka semakin tinggi kebutuhan kadar insulin, kemampuan ini terbatas pada kadar glukosa darahnormal (Thevenod, 2008). Polimorfisme adalah terdapatnya alel dengan frekuensi lebih dari 1% pada populasi umum (Nussbaum et al., 2004). Salah satu polimorfisme adalah E23K gen KCNJ11 yang terletak pada lengan pendek kromosom 11 (11p15.1), mempunyai 1 ekson dengan 2000 basa (2kb) dan tidak memiliki intron. Gen KCNJ11 mengkode sebuah protein dengan 390 asam amino dan 2 segmen transmembran (Genetics Home Reference/ GHR,2013). Gen KCNJ11 berperan dalam pengaturan fisiologis homeostasis glukosa dengan mengatur sekresi insulin dari sel β pankreas, di samping stimulus dari glukosa dan voltage dependent Ca 2+ kanal ion (Riedel et al., 2003; Li, 2012). Peningkatan aktivitas kanal K ATP menimbulkan gangguan sekresi insulin (Koster et al., 2005; Vilareal et al., 2009).
5 V.3.3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kasus kontrol. Seluruh prosedur penelitian, telah mendapatkan rekomendasi dan persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Subjek penelitian adalah 34kasus yang direkrut dari keluarga pasien DMT2 di Klinik Diabetes Poliklinik Penyakit Dalam RSUP. dr. Sardjito Yogyakarta dan 34 kontrol yang direkrut dari civitas akademika dan mahasiswa FK UGM. Kasus memenuhi kriteria inklusi yaitu laki-laki atau wanita tampak sehat dengan usia antara tahun, mempunyai keluarga menderita DMT2 (ayah/ibu-kakek/nenek), sedangkan kontrol tidak mempunyai keluarga menderita DMT2 (ayah/ibu-kakek/nenek)dan bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi yaitu terdeteksi DM dengan kadar glukosa darah puasa (GDP) 126 mg/dl, obesitas (IMT 25 kg/m 2 ), hipertensi (tekanan darah (TD) sistolik 140 mmhg, tekanan darah (TD) diastolik 90 mmhg) dan hamil. Kadar GDP dianalisis dengan spektrofotometri metode glucose oxydase-pamino phenazone (GOD-PAP)dan kadar insulin puasa dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dari DRG International, Inc. USA (EIA-2935) (nilai normal kadar insulin puasa2-25 μiu/ml). Sekresi Insulin diketahui dengan menggunakan Homeostatic model asessment β (HOMA-β) sebagai model untuk mengukur fungsi sel β pankreas. Nilai normal HOMA-β 107%(Ciampelli et al., 2005), Rumus perhitungan HOMA-β (Tabara et al.,2011):
6 (%) = 360 h 63 Isolasi DNA menggunakan Wizard Genomic DNA Purification Kit Promega. Polimorfisme E23K gen KCNJ11 dianalisis dengan polymerase chain reaction-restriction fragment length polymorphism (PCR-RFLP).Amplifikasi fragmen DNA yang mengapit posisi kodon E23K genkcnj11 dengan primer:forward primers 5'-CCA CCG AGA GGA CTC TGC A-3' dan reverse primers 5'-CTG GCG GGC ACG GTA CCT-3'. PCR reaksi 30 µl yang terdiri dari: 2 µl DNA, 15 µlmaster mix PCR (2x buffer PCR, 150 mm dntp, dan 0,5 U Taq DNA polymerase), 2 µl primer (1 µlprimer forward dan 1 µlprimer reverse) dan 11 µl aquades. Kondisi temperature siklus PCR:(1) Denaturasi awal selama 7 menit pada suhu 94 o C, dilanjutkan 35 siklus PCR: (2) denaturasi pada 94 o C 1 menit; (3) annealing pada 63 o C 1 menit; (4) extension pada 72 o C 1 menit; (5) final extension 7 menit pada suhu 72 o C; (6) cooling sampai 4 o C. PCR running selama 2 jam 16 menit. Pemotongan produk PCR dengan enzim restriksi (RFLP):Produk PCR sebanyak 4 µl ditambah 1,0 µl NE buffer, 0.5 µl enzim Ban II(Thermo), 4,5 µl aquades hingga volume akhir 10 µlreaction mixture. Reaction mixture diinkubasi selama 16 jam pada 37 o C dalam inkubator.hasil reaksi dilakukan elektroforesis dengan gel agarose3% (selama 45 menit, 100 volt) dan divisualisasi dengan ethidium bromide. Hasil pemotongan dilihat dibawah sinar UV yaitu: genotip GG (wild type) memiliki 1 pita (179 bp), genotip GA memiliki 3 pita (179 bp, 160 bp dan 19 bp) dan genotip AA memiliki 2 pita (160 bp dan 19 bp).
7 Normalitas data diuji dengan menggunakan Saphiro-Wilkdilanjutkan uji parametrik Independen Sampel T-test. Jika distribusi data tidak normal maka dilakukan transformasi data, jika distribusi data tetap tidak normal maka digunakan Mann-Whitney U-test. Perbedaan frekuensi genotip dan alel antara kasusdan kontrol, dianalisis dengan Chi-Square test.risiko untuk mendapatkan alel A terhadap kasusdan kontrol dianalisis dengan uji Odds ratio. Perbedaan HOMA-β diantara genotip AA, GA dan GG dianalisis menggunakan one way ANOVA, dilanjutkan post hoc. Nilai p< 0,05 sebagai batas signifikansi. V.3.4. Hasil Tabel 2 menunjukkan karakteristik kasus(7 laki-laki dan 27 perempuan) dankontrol(8 laki-laki dan 26 perempuan). Tidak ada perbedaan bermakna pada distribusi jenis kelamin, usia, BB, TB, IMT, TD sistolik, TD diastolik, GDP pada kasusdan kontrol. Kadar insulin puasa dan HOMA-β menunjukkan ada perbedaan bermakna pada kasusdan kontrol. Tabel 3 menunjukkan distribusi frekuensi genotippada kasus adalah AA(41%), GA (53%) dan GG (6%), sedangkan pada kontrol adalah AA(6%), GA (65%) dan GG (29%). Terdapat perbedaan bermakna pada distribusi frekuensi genotipantara kasusdan kontrol (p=0,001). Distribusi frekuensi alel pada kasus adalah A(68%) dan G (32%), sedangkan pada kontrol adalah A(38%) dan G (62%). Terdapat perbedaan bermakna pada distribusi frekuensi alelantara kasusdan kontrol (p=0,001). Hasil uji Odds ratio untuk mengetahui risiko genotip AA dan GA menunjukkan hubungan bermakna pada genotip AA dan GA antarakasusdan kontrol (p=0,011, OR 6,66, IK 95% 1,33-33,27). Begitu juga pada
8 alel A menunjukkan hubungan bermakna antarakasusdan kontrol (p=0,001, OR 3,38, IK 95% 1,67-6,84). Perbedaan nilai HOMA-β pada subyek penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil analisisone-way ANOVAmenunjukkan bahwaada perbedaanbermaknanilai HOMA-βantara individu dengan genotip AA, GA dan GG(p=0,000).Nilai HOMA-β individu dengan genotip AA (85,44% ± 39,55) lebih rendah daripada genotip GA (212,20% ± 79,30) dan GG (254,00% ± 61,98) pada subyek penelitian. V.3.4. Pembahasan 1. Distribusi Frekuensi Genotip dan Alel Polimorfisme E23K Gen KCNJ11pada Individu dengan Riwayat dan tanpa Riwayat Keluarga DMT2. Frekuensi genotip dan alel polimorfisme E23K gen KCNJ11 pada individu dengan riwayat keluarga DMT2 (kasus) dan tanpa riwayat keluarga DMT2 (kontrol) di Yogyakarta bervariasi karena didapatkan sebaran genotip yang berbeda pada homozigot maupun heterozigot. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di beberapa negara adalah pada subyek penelitian dan jumlah sampel. Subyek penelitian ini adalah individu dengan riwayat keluarga DMT2 dan tanpa riwayat keluarga DMT2 sedangkan subyek penelitian pada beberapa negara adalah individu normal dan penderita DMT2. Jumlah sampel pada penelitian di beberapa negara lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sampel pada penelitian ini. Tabel 7 menunjukkan bahwa penelitian ini sama dengan penelitian di beberapa populasi yaitu Asia Barat (Palestina, Israel), Asia Timur (Cina, Jepang),
9 Eropa Tengah (Cekoslowakia) dan Eropa Barat (Jerman) bahwa frekuensi genotip AA pada penderita DMT2 lebih tinggi daripada individu normal. Dengan demikian genotip AA banyak ditemukan di beberapa etnik yang berbeda. 2. Polimorfisme E23K Gen KCNJ11 sebagai Faktor Risiko untuk Mendapatkan Alel A pada Individu dengan Riwayat dan tanpa Riwayat Keluarga DMT2. Tabel 3 menunjukkanbahwa individu dengan riwayat keluarga DMT2 (kasus) mempunyai risiko untuk mendapatkan genotip AA dan GA 6,66 kali lebih tinggi daripada tanpa riwayat keluarga DMT2 (kontrol) (p=0,011, OR 6,66, IK 95% 1,33-33,27). Risikountuk mendapatkan alel A 3,38 kali lebih tinggi pada kasus daripada kontrol (p=0,001, OR 3,38, IK 95% 1,67-6,84). Odds ratio penelitian ini merupakan risiko alel A sedangkan OR pada penelitian beberapa etnik merupakan risiko terjadinya DMT2. Pada penelitian ini individu dikelompokkan berdasarkan adanya alel A dan riwayat keluarga DMT2 yaitu (1) risiko rendah apabila individu tidak membawa alel A dan tidak mempunyai riwayat keluarga DMT2; (2) risiko sedang apabila individu tidak membawa alel A dan mempunyai riwayat keluarga DMT2 atau individu membawa alel A dan tidak mempunyai riwayat keluarga DMT2; (3) risiko tinggi apabila individu membawa alel A dan mempunyai riwayat keluarga DMT2. Pada penelitian di Amerika Serikat, individu dikelompokkan hanya berdasarkan adanya riwayat keluarga DMT2 yaitu (1) risiko rendahapabila tidak mempunyai riwayat keluarga DMT2; (2) risiko sedang apabila salah satu orang tua menderita DMT2 dan salah satu kakek nenek menderita DMT2 atau kakek nenek menderita DM dari garis keturunan ibu atau ayah; (3)risiko tinggi apabila
10 kedua orang tua atau salah satunya menderita DMT2 dan kakek nenek dari kedua orang tua menderita DMT2 (Tabel 9). 3. Perbedaan HOMA-β Genotip AA, GA dan GG pada Subyek Penelitian. Pada penelitian ini sekresi insulin diketahui dengan menggunakan HOMA-β sebagai suatu model untuk mengukur fungsi sel β pankreas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaanbermaknanilai HOMA-β antara individu dengan genotip AA, GA dan GG. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitianradha et al. (2003) bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi biosintesis dan sekresi insulin. Begitu juga dengan penelitian Chen et al. (2012) yang menyatakan bahwa terjadi penurunan fungsi sel β pankreas yang ditandai dengan rendahnya nilai HOMA-β. Penurunan sekresi insulin ini terjadi karena abnormalitas fungsi sel β pankreas yang disebabkan beberapa faktor, antara lain faktor genetik (Defronzo, 2008). Faktor genetik berperan penting dalam kejadian DMT2 dalam suatu keluarga (Bener, 2013). Tabel 5 menunjukkan bahwa HOMA-β genotip AA lebih rendah dibandingkan genotip GA dan GG karena polimorfisme E23K gen KCNJ11 menyebabkan perubahan asam amino. Asam amino yang mengalami perubahan yaitu asam glutamat (GAG) menjadi lisin (AAG). Perubahan asam amino ini akan menyebabkan perubahan muatan negatif menjadi positif dan perubahan sifat asam amino dari asam menjadi basa. Terjadinya perubahan muatan mengakibatkan penurunan respon kanal K ATP untuk segera menutup dengan adanya ATP sehingga kanal K ATP terbuka lebih lama dan terjadi penurunan sekresi insulin (Haider et al., 2005; Bryan et al., 2004).
11 Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai HOMA-βpada kasus dan kontrol di beberapa negara lain menunjukkan hasil yang bervariasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai HOMA-β kasus lebih rendah daripada nilaihoma-β kontrol. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian di Meksiko, Hongkong, India(Romero et al.,2005; Tam et al.,2014; Gupta et al.,2014). Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai HOMA-β pada penelitian polimorfisme E23K gen KCNJ11 di beberapa negara lain bervariasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai HOMA-β individu dengan genotip AA lebih rendah daripada genotip GA dan GG. Penelitian di Shanghai Cina menunjukkan bahwa genotip GA lebih rendah daripada AAdan GG (He et al.,2008). Berbeda dengan penelitian di Rusia menunjukkan genotip AA dan GA lebih rendah daripada genotip GG (Christiakov et al., 2009). V.3.5. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa frekuensi genotip AA, alel A dan risiko untuk mendapatkan alel A pada kasus lebih tinggi daripada kontrol. Nilai HOMA-β individu dengan genotip AA lebih rendah daripada genotip GA dan GG pada penelitian ini.
BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sering ditemukan di seluruh dunia dengan jumlah kasus yang terus meningkat.
BAB I. PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang paling sering ditemukan di seluruh dunia dengan jumlah kasus yang terus meningkat. Menurut data World
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas
BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN V. I. Kesimpulan 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal namun secara statistik tidak berbeda signifikan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan
BAB I. PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik akibat gangguan sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia)
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Obesitas telah menarik perhatian masyarakat dunia karena peningkatan prevalensinya yang signifikan dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi struktur hemoglobin yang menyebabkan fungsi eritrosit menjadi tidak normal dan berumur pendek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar terjadinya diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah resistensi insulin dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dasar terjadinya diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, keduanya saling berkaitan. Pada fase awal dari DMT2, sekresi
Lebih terperinciBAB V HASIL. Studi ini melibatkan 46 sampel yang terbagi dalam dua kelompok, kelompok
34 BAB V HASIL Studi ini melibatkan 46 sampel yang terbagi dalam dua kelompok, kelompok sampel hipospadia isolated (n=23) dan kelompok laki-laki normal (n=23). Karakteristik pasien hipospadia di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan. obesitas sebagai suatu keadaan akumulasi lemak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai suatu keadaan akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang menimbulkan risiko gangguan terhadap
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. lebih atau sama dengan 90 mmhg (Chobanian et al., 2003). Hipertensi merupakan
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmhg atau tekanan darah diastolik lebih atau sama
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu penyakit saraf dan genetika 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan satu dari sekian banyak negara berkembang yang memiliki berbagai variasi penyakit menular dan tidak menular. Penyakit jantung merupakan salah satu
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth
III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) insersi/ delesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2013, didapatkan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada
Lebih terperinciBAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. V.1. Kesimpulan. 6. Terdapat polimorfisme rs gen TCF7L2 pada individu yang
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan 6. Terdapat polimorfisme rs7903146 gen TCF7L2 pada individu yang mempunyai riwayat keluarga DM tipe 2. 7. Frekuensi genotip CT dan TT tidak berbeda bermakna
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Riset Biomedik
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis, merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendadak adalah hipertensi. Joint National Committee on Prevention, Detection,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan di dunia yang sering menimbulkan kematian mendadak adalah hipertensi. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk
56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:
BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
59 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian genetika. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu penyakit saraf dan 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr.
Lebih terperinciKolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria
Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini. sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Golongan darah sistem ABO yang selanjutnya disebut golongan darah merupakan salah satu indikator identitas seseorang. Pada orang hidup, golongan darah sering digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
32 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Mutasi Gen KRAS Menggunakan Metode HRM dan RFLP pada DNA Standar Sel Kultur Analisis mutasi gen KRAS menggunakan metode HRM telah dilakukan terhadap DNA standar untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis penyakit. Penyakit menular sudah digantikan oleh penyakit yang tidak menular seperti penyakit degeneratif, metabolik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tipe 2 pada dekade-dekade terakhir ini (Abdullah et al., 2010). Indonesia sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama diabetes tipe 2. Peningkatan jumlah penduduk dengan obesitas berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi diabetes tipe 2 pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) sering juga dikenal dengan nama kencing manis atau penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih merupakan kumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua jenis penyakit diabetes melitus (DM) yang umum terjadi dan diidap banyak orang, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan jumlah
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. meningkat, serta menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit seperti
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat penting di dunia karena dari tahun ke tahun prevalensi kejadian hipertensi semakin meningkat, serta
Lebih terperinciVISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum
VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini adalah studi Cross Sectional. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur
20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian
12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan desain penelitian Cross Sectional (belah lintang) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang identifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang identifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE) insersi/ delesi (I/D) dilakukan pada 100 pasien hipertensi yang berobat di poli jantung rumah sakit dr.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya, proses-proses tersebut diantaranya adalah premenopause, menopause dan pascamenopause. Masa premenopause
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada anak dan remaja serta dampaknya bagi kesehatan tengah dilakukan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun belakangan ini, penelitian mengenai obesitas pada anak dan remaja serta dampaknya bagi kesehatan tengah dilakukan di Fakultas Kedokteran UGM. Prevalensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal akibat tubuh kekurangan insulin (Sidartawan, 2004). Penyakit ini
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan uji potong lintang yang mendeskripsikan secara analitik profile lipid dengan rasio proinsulin-insulin. 3.2. Waktu dan Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemi) dan ditemukannya
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel
Lebih terperincisebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek
BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian
Lebih terperinciHubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014 1 Arbi Rahmatullah, 2 Ieva B. Akbar,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).
47 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini mendapatkan 34 subyek penderita pasca stroke iskemik yang memenuhi kriteria. Karakteristik subyek penelitian dikelompokkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciMETODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis Tuberkulosis (TB) yang resisten terhadap dua atau lebih Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama,
Lebih terperinciGambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST AluI) Amplifikasi fragmen gen CAST AluI dilakukan dengan menggunakan mesin PCR dengan kondisi annealing 60 0 C selama 45 detik, dan diperoleh produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. meningkat. Di Amerika Serikat angka kejadian SM telah mencapai 39%. SM
B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian obesitas meningkat dan telah mencapai tingkatan epidemi di seluruh dunia. Sejalan dengan itu angka kejadian sindroma metabolik (SM) juga meningkat.
Lebih terperinciII. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di
II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Prevalensi obesitas mengalami peningkatan di seluruh dunia menjadi dua kali lipat berdasarkan data dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk di seluruh dunia. DM juga disebut dengan penyakit kencing manis dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) menjadi penyakit berbahaya yang banyak diderita penduduk di seluruh dunia. DM juga disebut dengan penyakit kencing manis dapat menyerang penduduk
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... v vi viii ix x xiii
Lebih terperinciDIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM
DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk
27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 180 juta orang di dunia mengalami diabetes melitus (DM) dan cenderung
Lebih terperinci