BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan uji potong lintang yang mendeskripsikan secara analitik profile lipid dengan rasio proinsulin-insulin Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di seluruh poliklinik rawat jalan umum di RSHAM dengan persetujuan Komisi Etik Penelitian FK USU, dilaksanakan mulai pada bulan Juli Desember 2015 atau hingga subjek tercukupi Populasi dan Sampel Populasi target adalah seluruh individu dengan toleransi glukosa normal. Sampel adalah semua populasi dengan toleransi glukosa normal rawat jalan di RSHAM Medan Perkiraan besar sampel Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis dari 1 kelompok independen, yaitu: n = (Z + Z ) 2 0,5 In (1+r/1-r) + 3 n = jumlah subyek = kesalahan tipe I = 0,05 Tingkat kepercayaan 95% Z = nilai baku normal = 1,96 = kesalahan tipe II = 0,2 Power (kekuatan penelitian) 80% Z = 0,842 (Bryhni, 2010) r = perkiraan koefisien relasi

2 20 Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel sebanyak 13,8 = 14 orang. 3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi a. Subjek dengan usia diatas 20 tahun baik pria waupun wanita. b. Subjek menerima informasi serta memberikan persetujuan ikut serta dalam penelitian secara sukarela dan tertulis (informed concent) untuk menjalani pemeriksaan fisik/antropometri, dan laboratorium pada saat penelitian yang disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU Kriteria Eksklusi a. Pasien dengan diabetes melitus b. Pasien dengan penyakit kardiovaskular c. Subjek pernah atau sedang menggunakan obat kardiovaskular d. Subjek pernah atau sedang menggunakan obat dislipidemia e. Subjek menderita hipotiroid,sindroma nefrotik f. Mengkonsumsi alkohol,merokok 3.6. Cara Kerja dan Alur Penelitian Terhadap sejumlah subjek dilakukan penjelasan dan diminta memberikan persetujuan tertulis (informed consent) untuk mengikuti penelitian. Kemudian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan sebagai berikut : a. Dilakukan anamnesis untuk mendapatkan data : umur, jenis kelamin, riwayat diabetes melitus, riwayat merokok, riwayat penyakit keluarga, riwayat hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner serta pemeriksaan laboratorium sebelumnya. b. Dilakukan pengukuran Tinggi Badan (TB) dengan posisi tegak lurus tanpa alas kaki. Pengukuran mulai dari telapak kaki hingga puncak kepala dengan menggunakan mikrotop. Hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan meter (m) Berat Badan (BB) diukur dengan posisi tegak lurus

3 21 menggunakan timbangan digital merek camry, hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan kilogram (kg) serta dilakukan penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam satuan kg/m 2. c. Lingkar Pinggang diukur dengan posisi tegak tanpa alas kaki dengan jarak kedua tungkai cm dengan mengunakan meteran.pengukuran dilakukan melingkar secara horizontal dari titik tengah antar puncak krista illiaca dan tepi bawah kosta terakhir pada axilaris media. Hasil pengukuran dilihat dari lateral dan dinyatakan dengan satuan centimeter (cm). Keseluruhan pengukuran dilakukan oleh peneliti. d. Pada pasien dilakukan pengambilan sampel darah pada daerah fossa cubiti subjek penelitian untuk dilakukan pemeriksaan glukosa puasa, insulin, proinsulin, serta pemeriksaan profil lipid (total kolesterol, Trigliserida, LDL kolesterol, HDL kolesterol). Pengambilan darah dilakukan oleh laboran Identifikasi Variabel a. Variabel bebas Profil lipid: skala numerik b. Variabel tergantung Rasio Proinsulin/Insulin : skala numerik 3.8. Definisi Operasional a. Usia: berdasarkan yang tertera pada rekam medis dengan satuan tahun. b. Jenis kelamin: berdasarkan yang tertera pada rekam medis dengan hasil pria atau wanita. c. Subjek penelitian: pasien toleransi glukosa normal di poliklinik rawat jalan di RSHAM Medan. d. Dislipidemia adalah keadaan tingginya kolesterol total, LDL-C, TG dan rendahnya HDL-C, LDL-C < 100 mg/dl, kolesterol total < 200mg/dL, HDL > 60 mg/dl, Trigliserida 200 mg/dl e. Toleransi glukosa normal adalah kondisi dimana Kadar Gula Darah puasa (KGD) <100 mg/dl dan KGD 2 jam PP < 140 mg/dl.

4 22 f. Toleransi glukosa terganggu adalah kondisi dimana Kadar gula darah plasma puasa < 100 mg/dl atau KGD 2 jam PP mg/dl. g. Nilai insulin : merupakan hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diambil oleh laboran dan menggambarkan nilai insulin dalam plasma dengan satuan pmol/l diiperiksa dengan menggunakan radioimmunoassay.nilai normal pmol/l (2 17 miu/l). h. Nilai proinsulin : merupakan hasil pemeriksaan sampel darah pasien yang diambil oleh laboran dan menggambarkan nilai proinsulin dalam plasma dengan satuan pmol/l diperiksa dengan menggunakan radioimmunoassay.nilai normal < 11 pmol/l i. Rasio proinsulin/insulin menunjukkan fungsi sel β pankreas dinilai dengan menggunakan rasio proinsulin/insulin nilai normal 0.8 % % j. Parameter Antropometri : meliputi Tinggi Badan (TB) dalam satuan meter (m) dan Berat Badan (BB) serta dilakukan penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam satuan kg/m 2. Klasifikasi hasil pengukuran IMT jika IMT < 18,5 kg/m2 (BB kurang), IMT 18,5-22,9 kg/m2 (BB Normal), IMT 23-24,9 kg/m2 (BB Lebih), IMT 25-29,5 kg/m2 (Obese I), IMT >30 kg/m2 (Obese II). Lingkar pinggang maksimum pada dewasa laki-laki 90 cm,perempuan 80 cm. 3.9.Rencana Pengolahan dan Analisa Data a. Untuk menampilkan data-data karakteristik dasar populasi penelitian digunakan tabulasi untuk menunjukkan gambaran deskriptif. b. Uji normalitas Shapiro Wilk digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. c. Untuk mengetahui hubungan antara profil lipid dan rasio proinsulininsulin digunakan uji korelasi Pearson jika data berdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal dilakukan uji Spearman. d. Data diolah dan dianalisa dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan batas kemaknaan p < 0,05 dinyatakan signifikan.

5 Kerangka Operasional PASIEN POLIKLINIK Inklusi: - Pasien usia 20 tahun Pemeriksaan Antropometri - Pengukuran tinggi badan - Pengukuran berat badan - Pengukuran lingkar pinggan Pemeriksaan Laboratorium - Pemeriksaan profil lipid - Pemeriksaan insulin puasa - Pemeriksaan glukosa puasa - Pemeriksaan proinsulin Penghitungan Rasio Proinsulin Insulin Eksklusi: 1. Pasien dengan diabetes melitus 2. Subjek pernah atau sedang menggunakan obat dislipidemia 3. Subjek dengan penyakit kardiovaskular 4. Subjek pernah atau sedang menggunakan obat kardiovaskular 5. Subjek pernah atau sedang menggunakan obat dislipidemia 6. Subjek menderita hipotiroid,sindroma nefrotik 7. Subjek yang mengkonsumsi alkohol,merokok Analisa Statistik Gambar 3.1 Kerangka Operasional

6 24 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Karateristik Subyek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dalam periode November Januari 2016, diikuti oleh 22 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi. Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik subyek penelitian. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dijumpai yaitu sebanyak 59,1%. Usia termuda adalah 29 tahun dan usia tertua adalah 68 tahun dengan nilai IMT terendah 23,28 kg/m 2 dan tertinggi 35,91 kg/m 2, ukuran lingkar pinggang dengan nilai terkecil adalah 82 cm dan terbesar adalah 132 cm. Karakteristik laboratorium pada penelitian ini menunjukkan nilai rerata glukosa puasa 82,04 mg/dl, dimana nilai glukosa puasa ini masih dalam batas yang normal. Nilai insulin puasa pada penelitian ini masih dalam rentang normal dimana terendah 3,30 pmol/l dan tertinggi 26,60 pmol/l (Nilai normal: 14,3 122 pmol/l). Nilai rerata kolesterol total pada penelitian ini 200,68 mg/dl dimana melebihi batas normal < 200mg/dl. Pada penelitian ini nilai rerata LDL-C 138,27 mg/dl melebihi batas normal <100mg/dl, dan nilai rerata HDL-C 45,95 mg/dl dimana nilai ini kurang dari normal, sedangkan nilai rerata trigliserida masih dalam batas normal yaitu 97,0 mg/dl (Nilai normal: <150 mg/dl) dan nilai rerata rasio Kolesterol/HDL-C 4,51 melebihi batas normal. Nilai proinsulin masih dalam batas normal yaitu terendah adalah 0,6 pmol/l dan tertinggi adalah 6,30 pmol/l. Sedangkan rasio Proinsulin- Insulin melewati nilai batas atas dimana yang terendah adalah 3% dan tertinggi adalah 140 %. Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk diketahui data yang berdistribusi normal adalah glukosa puasa, LDL-C, HDL C, trigliserida dan rasio kolesterol total/hdl (p>0,05).

7 25 Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik n = 22 N (%), Rerata ± SB, atau Median (Min-Maks) Jenis Kelamin Laki-laki 13 (59,1) a Perempuan 9 (40,9) Usia, tahun 39 (29-68) b IMT, kg/m 2 26,02 (23,28 35,91) b Lingkar pinggang, cm 97.5 ( ) b Glukosa Puasa,mg/dl 82,04 ± 9.41 c Insulin Puasa, pmol/l 7,1 (3,30 26,60) b Kolesterol Total,mg/dl 200,68 ± 32,61 c LDL-C, mg/dl 138,27 ± 28,63 c HDL-C, mg/dl 45,95 ± 8,61 c Trigliserida, mg/dl 97,0 ± 31,55 c Proinsulin, pmol/l 1,58 ( 0,6 6,30 ) b Rasio 13,0 (3-140) b Proinsulin/Insulin,% a data kategorik : n(%) b data numerik, distribusi tidak normal : median (min-maks) c data numerik, distribusi normal: rerata + SB Korelasi Rasio Proinsulin/Insulin dengan Profil Lipid, Lingkar pinggang dan IMT Dengan menggunakan uji korelasi ditemukan hubungan antara rasio proinsulin/insulin dengan kolesterol total, LDL-C, tetapi pada HDL-C, trigliserida, lingkar pinggang dan IMT tidak ditemukan hubungan (p>0,05). Pada tabel 4.2 yang menunjukan hasil analisis statistik dijumpai hubungan yang berassosiasi lemah dan bersifat positif (r= 0,494) antara kolesterol total dan rasio proinsulin/insulin (p=0,019). Hasil analisis statistik juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berasosiasi lemah dan bersifat positif (r= 0,466) antara LDL-C dan rasio proinsulin/insulin (p=0,029).

8 26 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara HDL-C (r= 0,397) dan rasio proinsulin/insulin (p=0,067) dan juga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara trigliserida (r=0,101) dan rasio proinsulin/insulin (p=0,746). Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara IMT (r= 0,263) dan rasio proinsulin/insulin (p=0,237) dan juga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara lingkar pinggang (r=0,12) dan rasio proinsulin/insulin (p=0,958). Tabel 4.2 Korelasi Profil Lipid, Lingkar pinggang dan IMT dengan Rasio Proinsulin/Insulin Rasio Proinsulin-insulin P r Kolesterol Total 0,019 0,494 LDL-C 0,029 0,466 HDL-C 0,067 0,397 Trigliserida 0,655 0,101 IMT 0,237 0,263 Lingkar pinggang 0,958 0,12

9 27 Gambar 4.1 Grafik Korelasi Total Kolesterol dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat korelasi antara total kolesterol dan rasio proinsulininsulin, dimana peningkatan nilai total kolesterol akan diikuti oleh peningkatan nilai rasio proinsulin-insulin Gambar 4.2 Grafik Korelasi LDL-C dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat korelasi antara LDL-C dan rasio proinsulin-insulin, dimana peningkatan nilai LDL-C akan diikuti oleh peningkatan nilai rasio proinsulin-insulin

10 28 Gambar 4.3 Grafik Korelasi HDL-C dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat tidak terlihat korelasi antara HDL-C dan rasio proinsulin-insulin. Gambar 4.4 Grafik Korelasi Trigliserida dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat tidak terlihat korelasi antara TG dan rasio proinsulininsulin.

11 29 Dari grafik terlihat tidak terlihat korelasi antara IMT dan rasio proinsulininsulin. Gambar 4.5 Grafik Korelasi IMT dan Rasio Proinsulin/Insulin Gambar 4.6 Grafik Korelasi Lingkar pinggang dan Rasio Proinsulin/Insulin Dari grafik terlihat tidak terlihat korelasi antara lingkar pinggang dan rasio proinsulin-insulin.

12 PEMBAHASAN Gangguan dari sel β pankreas adalah salah satu kunci dari patofisiologi penyakit DMT2. Penilaian disfungsi sel β merupakan petunjuk untuk memahami tahapan dari penyakit ini. Beberapa studi mencatat bahwa kerusakan sel β pankreas yang disebabkan oleh dislipidemia berlanjut ke manifestasi DMT2 dan merupakan faktor resiko independen munculnya DMT2. Dislipidemia memainkan peran penting dalam patogenesis disfungsi sel β. Beberapa pemeriksaan yang lazim digunakan dalam penentuan derajat kerusakan sel β diantaranya yaitu pemeriksaan kadar insulin, proinsulin, rasio proinsulin-insulin, dan sekresi peptida penghubung (C-peptide) serta penilaian homeostatik (Homeostatic model assessment, HOMA). 9,11 Lipotoksisitas dianggap sebagai salah satu mekanisme yang berkontribusi terhadap disfungsi sel β pankreas. Peningkatan FFA dapat mengurangi sekresi insulin dari sel β, dan menginduksi apoptosis sel β pankreas. Lebih lanjut, pola aterogenik lipid tidak hanya muncul pada individu diabetes dan prediabetes namun juga pada individu dengan toleransi glukosa normal. 1,9 Pada penelitian ini peneliti menghubungkan kadar profil lipid pada individu dengan toleransi glukosa normal dengan fungsi sel β yang dinilai berdasarkan rasio proinsulin-insulin. Dari penelitian ini dijumpai hubungan antara total kolesterol (r: 0,494) dan LDL-C (r: 0,466) dengan rasio proinsulin insulin dimana jika terjadi peningkatan kadar Kolesterol dan kadar LDL-C maka akan terjadi peningkatan rasio proinsulin-insulin. Sedangkan antara rasio proinsulin-insulin tidak dijumpai hubungan dengan trigliserida dan HDL-C. Hal ini sejalan dengan penelitian potong lintang yang dilakukan oleh Zheng dkk (2012) yang menilai hubungan antara lipid profil dan fungsi sel β (HOMA B) pada pasien non DMT2. Dijumpai gangguan fungsi sel β berhubungan dengan total kolesterol, LDL-C, rasio kolesterol /HDL-C dan trigliserida tetapi tidak berhubungan dengan HDL-C. 1 Pada penelitian Andreas Festa dkk (1995) yang menilai hubungan antara small dense LDL dengan insulin,proinsulin dan berbagai komponen dari suatu sindrom RI pada subyek non diabetes menemukan hubungan yang bermakna antara small dense LDL dengan rasio proinsulin-insulin dan insulin. 28

13 31 Temuan pada penelitian ini berbeda dengan temuan oleh Haffner dkk (1994) yang meneliti hubungan antara rasio proinsulin-insulin puasa dengan sejumlah gangguan metabolisme yang diyakini terkait dengan sindrom RI. Pada 423 subyek tanpa diabetes, rasio proinsulin-insulin meningkat secara bermakna pada kadar HDL-C yang rendah, trigliserida tinggi, dan gangguan toleransi glukosa. 18 Dan juga penemuan oleh Tingting Du dkk (2014) yang meneliti kegunaan klinis dari rasio lipid,adiposa viseral,trigliserida dan indeks glukosa sebagai penanda untuk resiko RI dimana dijumpai adanya hubungan antara HOMA IR dan TG 29 Pada penelitian ini dijumpai adanya hubungan antara rasio proinsulininsulin dengan kolesterol total dan LDL-C. Dapat dijelaskan bahwa dalam menjaga keseimbangan kolesterol pada tubuh maka akan disekresi insulin dari sel β. Meningkatnya akumulasi kolesterol pada sel β dapat menyebabkan lipotoksisistas. 1 Keadaan diatas dapat dijelaskan dari mekanisme berikut diketahui dari beberapa penelitian peningkatan kadar FFA dapat membuat gangguan hiperproinsulin. Ditandai dengan adanya gangguan biosintesa dan pengolahan pasca translasi.namun pada keadaan ini peningkatan proinsulin oleh karena peningkatan akumulasi FFA tidak melalui jalur sebenarnya, peningkatan FFA pada kondisi ini akan menyebabkan peningkatan granula imatur intraseluler yang menghasilkan proinsulin yang tidak matur. Mekanisme yang terjadi adalah pada chanel Ca dimana penumpukan FFA pada sel β akan mengganggu membran sel yang mengakibatkan gangguan pada chanel Kalsium yang menurunkan granular sitoplasma yang bebas kalsium yang membuat hambatan dalam proses dari pematangan proinsulin sehingga terbentuklah proinsulin yang tidak matur ini Prinsulin yang tidak matur menghasilkan insulin yang tidak matur. Insulin dengan kondisi seperti ini mengakibatkan tubuh kekurangan insulin sehingga terjadilah DM pada akhirnya. 34 Penelitian lain menunjukan bahwa LDL-C menghambat sekresi insulin oleh stimulasi glukosa (glucose-stimulated insulin secretion,gsis) dan profilerasi sel β melalui mekanisme reseptor LDL secara langsung maupun tidak. Roehrich dkk (2003) melaporkan bahwa kadar LDL-C yang tinggi (>6mmol/L) menyebabkan appoptosis sel β. Pada penelitian yang dilakukan

14 32 peneliti ini tidak mengklasifikasikan rasio proinsulin-insulin berdasarkan jenis kelamin dan juga berdasarkan usia. Pada penelitian Zeng dkk (2012) menemukan penurunan fungsi sel β yang lebih buruk pada pria dibanding wanita pada setiap kelompok umur kecuali pada usia > 70 tahun. 1 Penelitian sebelumnya telah mengkonfirmasi adanya resistensi insulin mengakibatkan berkurangnya insulin untuk menurunkan FFA. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kadar FFA yang akan meningkatkan kadar small dense LDL sedangkan kadar LDL-C secara keseluruhan kurang terpengaruh. Penelitian ini menunjukan bahwa dijumpai peningkatan kadar kolesterol total dan LDL-C dihubungkan dengan disfungsi sel β melalui rasio proinsulin-insulin pada subyek dengan toleransi glukosa normal. Tapi masih perlu studi prospektif lebih untuk memperjelas hubungan antara islet pankreas disfungsi sel β dan gangguan dalam metabolisme lipid. 1 Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan antara disfungsi sel beta dengan TG. Disfungsi sel β dapat mengakibatkan peningkatan kadar TG kondisi ini terjadi pada individu dengan RI yang bukan termasuk subyek pada penelitian ini. Selain itu kadar TG dipengaruhi oleh makanan yang baru dikonsumsi dan adanya perubahan berat badan. 1 Pada penelitian ini juga tidak ditemukan hubungan antara HDL-C dan rasio proinsulin-insulin.walaupun pada penelitian yang lain dijumpai hubungan antara disfungsi sel β dan HDL-C. Pada penelitian pada populasi diabetes dan prediabetes menunjukan disfungsi sel β pankreas mempunyai hubungan dengan HDL-C. Namun pada penelitian ini tidak meneliti dengan subyek prediabetes maupun diabetes. Alasan khusus untuk ketidaksesuaian ini masih tidak diketahui, diperkirakan bahwa HDL-C dapat memainkan penting peran dalam melindungi sel-sel β dalam tahap penyakit yang lanjut khususnya keadaan glukosa puasa terganggu,toleransi glukosa terganggu dan DMT2. Sementara efek protektif dalam toleransi glukosa normal kurang jelas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji hubungan antara β fungsi sel dan HDL-C dalam subyek dengan toleransi glukosa normal,glukosa puasa terganggu,toleransi glukosa terganggu dan DMT2. 1

15 33 Pada penelitian ini juga tidak dijumpai hubungan antara rasio proinsulin dan insulin dengan IMT dan lingkar pinggang. Temuan ini sejalan dengan studi oleh Mykkanen dkk (1997) yang menilai hubungan proinsulin, insulin, dan rasio proinsulin-insulin dengan sensitivitas insulin dan respons insulin akut pada subyek normoglikemik dimana pada studi ini tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara rasio proinsulin-insulin dengan IMT. 27 Begitu juga dengan penelitian Shiraishi dkk (1990) yang menilai rasio proinsulin-insulin pada kelompok intoleransi glukosa dan bukan intoleransi glukosa,pada penelitian ini tidak dijumpai perbedaan kondisi obesitas antara kedua kelompok dibandingkan dengan rasio proinsulin-insulin. 30 Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian Grill dkk (2002) yang meneliti hubungan antara hiperproinsulin dan rasio proinsulin-insulin pada lakilaki swedia usia paruh baya tidak DMT2 yang tidak mempunyai riwayat keluarga DMT2 dengan kadar gula darah normal dan keadaan RI. Penelitian ini dijumpai hubungan antara rasio proinsulin-insulin pada laki-laki usia paruh dimana IMT yang dijumpai adalah menunjukan keadaan obesitas. 26 Dan juga pada penelitian Anthony dkk (2002) suatu penelitian potong lintang dan prosfektif yang menilai hubungan antara abdominal adiposit dan konsentrasi proinsulin pada individu yang DMT2 maupun bukan DMT2. Penelitian ini dijumpai hubungan antara IMT dan lingkar pinggang pada kedua kelompok dibandingkan dengan kadar proinsulin. 31 Pada masa sekarang ini lingkar pinggang digunakan sebagai indikator awal dari akumulasi lemak viseral sewaktu pemeriksaan kesehatan rutin. Beberapa laporan menunjukan RI berhubungan dengan glukosa dan IMT yang normal. Lemak viseral dapat mengakibatkan resistensi insulin oleh karena ambilan glukosa perifer yang rendah dan mempengaruhi sensitivitas insulin. Adiponektin yang dihasilkan oleh adiposit adalah penanda akumulasi lemak viseral. Produksi adiponektin menurun karena perubahan fungsional setelah terjadi akumulasi berlebihan dari lemak viseral. 32 Konsentrasi adiponektin yang rendah berhubungan dengan profil lipid aterogenik yang meliputi peningkatan trigliserida dan konsentrasi HDL-kolesterol yang rendah. 33

16 34 Unger s dkk (1995) menyatakan suatu mekanisme dimana kelebihan adiposit mengakibatkan peningkatan konsentrasi proinsulin. Pada individu dengan obesitas adominal melepaskan kadar FFA yang tinggi dimana dapat menyebabkan sel β hiperplasia dan hiperinsulinemi tapi jika terjadi paparan yang kronik akan mengakibatkan perubahan fungsi dan morfologi dari sel β dan mengakibatkan diabetes. Kondisi ini didukung dengan data deposisi lemak di sel islet pada tikus yang obesitas dimana FFA mengakibatkan hilangnya GSIS. Peningkatan FFA juga mengakibatkan pembentukan dari NOS. Akibatnya berkurangnya jumlah β - cells dapat mengakibatkan konsentrasi proinsulin tinggi, dalam hal itu tingkat sekresi oleh sel-sel yang tersisa menjadi meningkat, sehingga mengurangi penyimpanan intraseluler dan memaksa proses pelepasan bahan tidak lengkap. 31 Penilaian sel β pankreas adalah penting bukan hanya untuk memprediksi DMT2 dan perkembangannya tetapi juga untuk meningkatkan strategi pencegahan dan terapi DMT2. Berdasarkan studi studi terbaru, penilaian rasio proinsulininsulin tidak hanya dapat menggambar disfungsi sel β namun juga dapat menilai dampak intervensi terapeutik pada fungsi islet cell yang mensekresi insulin dan ternyata penilaian rasio proinsulin-insulin lebih baik dari indeks HOMA. 16 Pada penelitian ini penilaian disfungsi sel β pankreas dinilai melalui rasio proinsulininsulin. Belum ada penelitian yang sama dengan penelitian ini yang menilai hubungan profil lipid dengan disfungsi sel β pankreas melalui rasio proinsulininsulin pada toleransi glukosa normal. Kekurangan pada penelitian ini adalah metode penelitian yang potong lintang tidak prospektif sehingga tidak dapat memantau perjalanan dari keadaan dislipdemia. Selain itu jumlah subyek penelitian yang sedikit. Penelitian ini juga tidak mengelompokan gangguan fungsi sel β pankreas berdasarkan usia dimana pertambahan usia akan menurunkan fungsi sel β pankreas.selain itu penelitian ini juga tidak mengelompokan berdasarkan jenis kelamin. 1,17

17 35 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan Pada penelitian ini didapatkan bahwa rasio proinsulin-insulin sebagai penanda disfungsi sel β memliki hubungan yang bermakna dengan dengan kolesterol total dan LDL-C. Namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rasio proinsulin-insulin dengan HDL-C, trigliserida, IMT dan Lingkar Pinggang Saran Disfungsi sel β pankreas merupakan karakteristik penanda DM tipe 2. Kondisi dislipdemia mempunyai hubungan dengan keadaan disfungsi sel β. Oleh karena itu pada individu dengan kondisi dislipidemia yang belum jatuh kedalam DM tipe 2 sebaiknya dilakukan tatalaksana yang optimal. Diperlukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar dan seleksi yang lebih baik untuk menetapkan hubungan fungsi sel β pankreas dan profil lipid.

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang) BAB. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Rancang Bangun Penelitian N K+ K- R+ R- R+ R- N : Penderita

Lebih terperinci

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universita Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universita Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Universita Sumatera Utara LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini saya, dr.mardiya sari,peserta Pendidikan Pasca Sarjana Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani PENGARUH LATIHAN FISIK JANGKA PENDEK TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 (STUDI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG BERKUNJUNG DI POLI PENYAKIT DALAM RSD

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( bersamaan. ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang 3.2. H0A0 H0A1 H1A0 N H1A1 H2A0 H2A1 H3A0 H3A1 Keterangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP). 47 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini mendapatkan 34 subyek penderita pasca stroke iskemik yang memenuhi kriteria. Karakteristik subyek penelitian dikelompokkan

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Variabel Bebas Jumlah Jam Tidur Variabel Tergantung Indeks Massa Tubuh (IMT) Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Variabel dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat: Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM) PENDAHULUAN Mengenai pencegahan ini ada sedikit perbedaan mengenai definisi pencegahan yang tidak terlalu mengganggu. Dalam konsensus yang mengacu ke

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi 51 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian R0 K1 R0 K2 R1 K1 R1 K2

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, yakni mempelajari perbandingan variabel-variabel dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN Nomor : Nama : Jenis Kelamin : Tempat/tanggal lahir (usia) : Status perkawinan : Bangsa : Suku : Agama : Pendidikan : Pekerjaan : Alamat & Telepon : Diagnosis : Lamanya

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Faktor risiko dan etiologi: - Faktor lingkungan - Faktor neurogenik - Faktor hormonal - Faktor genetik Overweight dan obesitas Body Mass Index

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut 44 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut nondiabetik yang menjalani rawat inap di bangsal Penyakit Saraf RS Dr.Kariadi

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossectional ( potong lintang) yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Alopesia androgenetik merupakan alopesia yang dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Alopesia androgenetik merupakan alopesia yang dipengaruhi oleh faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alopesia merupakan yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan efek dari androgen perifer, dimana faktor tersebut akan mengakibatkan perubahan secara bertahap dari rambut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Siagian, 2004). Obesitas

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan desain penelitian Cross Sectional (belah lintang) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6 BAB 4 HASIL 4.1. Data Umum Pada data umum akan ditampilkan data usia, lama menjalani hemodialisis, dan jenis kelamin pasien. Data tersebut ditampilkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Demogragis dan Lama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemi) dan ditemukannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung 32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik-komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) dimana peneliti melakukan pengukuran variabel pada saat tertentu. Setiap

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain studi Penelitian ini merupakan penelitian yang memanfaatkan penelitian sebelumnya mengenai Pengaruh Asupan Asam Lemak Trans terhadap Profil Lipid Darah yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB 4 METODA PENELITIAN. Populasi terjangkau adalah murid SMP Domenico Savio dengan hipertensi dan obesitas.

BAB 4 METODA PENELITIAN. Populasi terjangkau adalah murid SMP Domenico Savio dengan hipertensi dan obesitas. BAB 4 METODA PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Nefrologi Anak. 4.2. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah belah lintang 4.3. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bersifat analitik, karena penelitian ini akan mengaitkan aspek

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian 1) Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM). DM dikenali sekitar 1500 tahun sebelum Masehi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik, dengan desain cross-sectional. Penelitian dengan pendekatan cross-sectional bertujuan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik 74 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik dengan hipertensi terhadap retinopati hipertensi dan gangguan kognitif yang datang berobat ke poli penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak

Lebih terperinci

Bab 2 Metode Penelitian

Bab 2 Metode Penelitian 16 Bab 2 Metode Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan uji, subyek uji dan desain penelitian. 2.1 Sediaan uji Sedian uji yang digunakan adalah kapsul 560 mg yang mengandung 200 mg ekstrak

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. Semarang. periode Mei Juni 2014 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang - Waktu

Lebih terperinci

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep PGK dengan HD Etiologi Compliance (Kepatuhan Pasien, kualitas HD) Asupan cairan Asupan Garam dan nutrisi IDWG BIA Komposisi cairan Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu penyakit saraf dan genetika 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).

Lebih terperinci

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). BAB IV MEDOTE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). 4.2 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMF Neurologi RSUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes tipe 2 merupakan kelainan heterogen yang ditandai dengan menurunnya kerja insulin secara progresif (resistensi insulin), yang diikuti dengan ketidakmampuan

Lebih terperinci