Persiapan Pemeriksaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persiapan Pemeriksaan"

Transkripsi

1 DIKLAT FUNGSIONAL PEMERIKSA DASAR Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Disusun: Johannes Aritonang KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSDIKLAT PAJAK 2016

2 PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Singkat Pepatah persiapan yang baik, setengah dari pekerjaan telah dilaksanakan merupakan hal yang seharusnya dilakukan oleh setiap lembaga, institusi, kelompok, keluarga bahkan pribadi sebelum melaksanakan suatu kegiatan. Semakin rinci persiapan dilakukan akan semakin mudah untuk menyelesaikan suatu kegiatan. Tingginya beban kerja pemeriksa, mengharuskan pemeriksa untuk mempersiapkan dan merencanakan pemeriksaan agar menjadi lebih efektif dan efesien. Banyaknya jumlah pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan yang terbatas, semakin kompleksnya permasalahan Wajib Pajak, jumlah Wajib Pajak yang terus bertambah, dan jumlah pemeriksa pajak yang terbatas tidaklah merupakan alasan untuk menurunkan mutu dari kualitas pemeriksaan. Adapun tujuan pemeriksaan yang dinyatakan pada pasal 29 ayat 1 Undang-Undang KUP dan dijadikan sebagai dasar dari Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan pemeriksaan yaitu: Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, maka pemeriksaan yang bertujuan untuk menguji kepatuhan wajib pajak, tidak akan tercapai dengan baik, jika pemeriksa tidak mampu mengotimalkan semua sumber daya yang dimilikinya. Semakin baik mutu pemeriksaan seharusnya juga akan semakin meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dalam upaya mencapai tujuan yang efektif dan efisien, pemeriksaan dibagi lagi atas pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor. Pemeriksaan lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak, sedangkan pemeriksaan kantor merupakan pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak. Agar pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak mempunyai keseragaman terhadap kegiatan apa saja yang dilakukan di dalam pemeriksaan pajak, maka Menteri Keuangan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-17/PMK.03/2013 pasal 8 sebagaimana telah diubah Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 1

3 dengan PMK No.184 /PMK.03/2015 menetapkan bahwa pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan pemeriksaan, yaitu pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak, menyusun rencana Pemeriksaan (audit plan), dan menyusun program pemeriksaan (audit program), serta mendapat pengawasan yang seksama. Jika ditinjau dari tujuan pemeriksaan, maka pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajibanperpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan merupakan capaian minimum yang harus dicapai dalam melaksanakan pemeriksaan serta juga digunakan sebagai ukuran mutu pemeriksaan yang merupakan capaian minimum yang harus dicapai dalam melaksanakan pemeriksaan. Standar pemeriksaan ini meliputi standar umum pemeriksaan, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil pemeriksaan. Bahan Ajar ini akan membahas tahapan persiapan pemeriksaan pada pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak. Pada tahap persiapan pemeriksaan ini pemeriksa melakukan kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak, menyusun rencana pemeriksaan (audit plan), dan menyusun program pemeriksaan (audit program). Dalam pengumpulan dan mempelajari data wajib pajak, pemeriksa melakukan analisa terhadap seluruh karakteristik wajib pajak, mengidentifikasi masalah serta menentukan cakupan pemeriksaan. Rencana pemeriksaan merupakan hal mutlak untuk dilakukan dalam pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji pemenuhan kepatuhan kewajiban perpajakan. Rencana kerja pemeriksaan ini disusun oleh Supervisor dan harus ditelaah serta disetujui oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2) yang antara lain berisi identitas Wajib Pajak, identitas tim pemeriksa pajak, dan uraian rencana pemeriksaan. Pada rencana pemeriksaan ini juga ditetapkan ruang lingkup pemeriksaan dan program pemeriksaan (audit program). Program pemeriksaan ini merupakan pernyataan pilihan metode pemeriksaan, teknik pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak dalam melakukan pemeriksaan sesuai dengan rencana pemeriksaan. Pada rencana pemeriksaan inilah ditentukan efektif dan efisiennya suatu Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 2

4 pemeriksaan. Pada pembuatan rencana pemeriksaan, pemeriksa diperkenankan untuk membuat audit fokus dan audit scope. Dokumen-dokumen yang akan dipinjam oleh pemeriksa yang ditentukan pada tahap persiapan pemeriksaan ini akan mengarahkan pemeriksa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam identifikasi masalah dan sekaligus menguji apakah Surat Pemberitahuan Wajib Pajak telah sesuai dengan peraturan perpajakan atau tidak. Menyiapkan sarana dan prasarana dalam pemeriksaan juga merupakan faktor penting pada tahap persiapan pemeriksaan dan akan membuat pemeriksa mampu memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi dalam pelaksanaan pemeriksaan, serta akan melindungi dirinya dari konsekuensi hukum atas tindakan yang akan dilakukan pemeriksa Prasyarat Kompetensi Peserta diklat sebaiknya telah mempunyai pengetahuan yang memadai tentang akuntansi, pemeriksaan pajak, serta sudah lulus Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Dasar, Pajak Penghasilan (PPh) Dasar, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Dasar. 1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat memahami gambaran umum pemeriksaan pajak serta mampu menerapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dalam tahapan persiapan pemeriksaan dalam rangka pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Kompetensi Dasar Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat mampu: a. Menjelaskan gambaran umum pemeriksaan pajak. b. Menjelaskan pemeriksaan pajak dan persiapan pemeriksaan pajak. Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 3

5 c. Menjelaskan kegiatan-kegiatan dalam tahap persiapan pemeriksaan pajak. d. Melakukan pengumpulan data / informasi Wajib Pajak serta menganalisisnya. e. Mengidentifikasi masalah dan menentukan (ruang lingkup) pemeriksaan. f. Menyusun program pemeriksaan. g. Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan. Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 4

6 2 Kegiatan Belajar 1 KEGIATAN-KEGIATAN DALAM TAHAP PERSIAPAN PEMERIKSAAN 2.1 Pendahuluan Sebelum mengerti kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan pemeriksaan, ada baiknya dimengerti terlebih dahulu pengertian dari persiapan pemeriksaan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga terbitan Balai Pustaka tahun 2008, pengertian persiapan adalah : a. Perlengkapan dan persediaan (untuk sesuatu); b. Perbuatan (hal dan sebagainya) bersiap-siap atau mempersiapkan; tindakan ( rancangan dan sebagainya) untuk sesuatu. Pengertian persiapan pemeriksaan tercantum dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-25/PJ.54/1988 Tanggal 16 Juli 1988, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak sebelum pemeriksa tersebut melaksanakan pemeriksaan lapangan atau pemeriksaan kantor. Maksud dan tujuan melakukan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa memperoleh gambaran umum mengenai Wajib Pajak untuk keperluan penyusunan program pemeriksaan yang sesuai untuk memeriksa Wajib Pajak yang bersangkutan. Persiapan pemeriksaan adalah kegiatan yang termasuk dalam Standar Pelaksanaan Pemeriksaan seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-17/PMK.03/2013 pasal 8 sebagaimana telah diubah dengan PMK No.184 /PMK.03/2015: Pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan, yaitu pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak, menyusun rencana Pemeriksaan (audit plan), dan menyusun program Pemeriksaan (audit program), serta mendapat pengawasan yang seksama. Kegiatan Persiapan Pemeriksaan dimulai sejak Supervisor menerima Nota Dinas pembuatan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) dari Kepala UP2 melalui Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 5

7 Internal. Sejak saat itu Supervisor mulai melakukan kegiatan - kegiatan dalam tahap persiapan pemeriksaan. Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam persiapan pemeriksaan dijelaskan dalam dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-23/PJ/2013 pasal 4, yaitu: 1. Kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak, meliputi: a) Mempelajari profil Wajib Pajak. b) Menganalisis data keuangan Wajib Pajak. c) Mempelajari data lain yang relevan, baik dari Direktorat Jenderal Pajak maupun dari pihak lain, 2. Penyusunan Rencana Pemeriksaan (audit plan). a) Rencana Pemeriksaan disusun oleh Supervisor. b) Rencana Pemeriksaan disusun berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan Supervisor atas data Wajib Pajak yang telah dikumpulkan dan dipelajari. c) Rencana Pemeriksaan harus ditelaah dan mendapat persetujuan dari Kepala UP2 sebelum SP2 diterbitkan. d) Rencana Pemeriksaan antara lain berisi: i. Identitas Wajib Pajak yang memberikan gambaran umum mengenai Wajib Pajak; ii. Identitas tim Pemeriksa Pajak yang berisi susunan tim dan jumlah SP2 yang sedang dikerjakan tim Pemeriksa Pajak yang bersangkutan; dan iii. Uraian Rencana Pemeriksaan yang berisi informasi mengenai identifikasi masalah, perkiraan tanggal selesai Pemeriksaan, serta pos-pos yang akan diperiksa. e) Rencana Pemeriksaan dapat dilakukan perubahan jika Pemeriksa Pajak menemukan kondisi yang berbeda saat melakukan Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dengan kondisi awal yang dijadikan pertimbangan saat membuat Rencana Pemeriksaan. f) Perubahan Rencana Pemeriksaan dapat disetujui atau ditolak berdasarkan pertimbangan Kepala UP2. g) Perubahan Rencana Pemeriksaan harus memperhatikan jangka waktu Pemeriksaan. 3. Penyusunan Program Pemeriksaan (audit program). a) Program Pemeriksaan disusun oleh Supervisor dan dibantu oleh Ketua Tim berdasarkan Rencana Pemeriksaan. b) Program Pemeriksaan sekurang-kurangnya menyatakan Metode Pemeriksaan, Teknik Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 6

8 Pemeriksaan, dan Prosedur Pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak, dan buku, catatan, dan dokumen yang diperlukan. c) Dalam hal terdapat perubahan Rencana Pemeriksaan berupa penambahan pos-pos yang akan diperiksa maka harus dibuat Perubahan Program Pemeriksaan. d) Kepala UP2 menandatangani Program Pemeriksaan untuk mengetahui apakah Program Pemeriksaan yang dibuat sesuai dengan pos-pos yang akan diperiksa sebagaimana tercantum dalam Rencana Pemeriksaan dan perubahannya. e) Program Pemeriksaan harus memuat Rencana Program Pemeriksaan dan Realisasi Program Pemeriksaan. 4. Menyiapkan sarana Pemeriksaan. Untuk kelancaran dan kelengkapan dalam menjalankan Pemeriksaan, tim Pemeriksa Pajak harus menyiapkan sarana yang diperlukan. Dalam kegiatan belajar ini pembahasan tentang Rencana Pemeriksaan dan Program Pemeriksaan akan dibahas sendiri pada kegiatan belajar berikutnya. 2.2 Mengumpulkan Data Wajib Pajak Persiapan seharusnya mendapatkan perhatian dan porsi yang memadai agar memudahkan kita dalam mencapai tujuan yang kita kehendaki. Persiapan yang baik merupakan langkah awal yang baik pula untuk memulai kegiatan pemeriksaan pajak. Dengan persiapan yang matang diharapkan kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa akan lebih fokus dan terarah karena telah mendapatkan gambaran tentang apa yang akan dilakukan. Langkah-langkah persiapan yang dilakukan telah dijabarkan secara detail dalam suatu bentuk program pemeriksaan sehingga pemeriksa dapat melakukan pengendalian waktu (time management) atas pelaksanaan pemeriksaan. Dengan pengendalian waktu pemeriksaan yang baik diharapkan kualitas pekerjaan akan meningkat dengan waktu pekerjaan yang lebih singkat pula. Dengan kata lain Pemeriksa telah melakukan pemeriksaan pajak secara efektif dan efisien. Persiapan akan sangat terasa pentingnya jika pada saat yang bersamaan sebuah tim pemeriksa mendapatkan beberapa Surat Perintah Pemeriksaan yang harus diselesaikan dengan batas waktu tertentu sesuai ketentuan Peraturan Perundangan Perpajakan yang berlaku. Pelaksanaan Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 7

9 Pemeriksaan dimulai sejak Surat Perintah Pemeriksaan Pajak diterima oleh Pemeriksa dan berakhir pada saat dibuatnya Laporan Hasil Pemeriksaan. Dalam setiap pemeriksaan Pemeriksa harus melakukan prosedur pemeriksaan seperti yang ditentukan dalam ketentuan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, tanpa adanya perencanaan yang baik tentunya sulit untuk mendapat hasil pemeriksaan yang berkualitas dalam jangka waktu yang telah ditetapkan tersebut. Dengan demikian persiapan mutlak harus dilakukan. Langkah pertama dalam persiapan pemeriksaan adalah mengumpulkan data dan atau informasi dari sumber internal maupun eksternal Direktorat Jenderal Pajak Pengumpulan Data Internal Direktorat Jenderal Pajak Kegiatan pengumpulan data internal Direktorat Jenderal Pajak dapat dimulai dengan mengumpulkan berkas WP dan berkas data dengan cara meminjam berkas dari seksi terkait dan memanfaatkan data internal yang terdapat di dalam sistem administrasi kantor pajak yang bersangkutan. Seksi yang dapat membantu dalam pemberian berkas tersebut adalah : Seksi Pelayanan, Seksi Pengawasan dan Konsultasi (wakson), Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), Seksi Penagihan serta Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal (RiKI). Berkas tersebut dikumpulkan kepada Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal dan menyerahkannya kepada Supervisor pada saat penyerahan Nota Dinas pembuatan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan). Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 8

10 Pengumpulan Berkas Sie PDI Berkas data Data MPN E-SPT Sie Penagihan Ketetapan pajak Tungakan pajak SE-126/PJ/2010 Sie Pelayanan Berkas Induk SPT + SSP Kepala UP2 via Kasi Pemeriksaan Sie Waskon Profile WP Analisis Resiko Info terkini Super visor Gambar 2.1 : Alur Pengumpulan Berkas Berkas-berkas yang dapat diperoleh dari setiap seksi adalah sebagai berikut: 1. Berkas Wajib Pajak yang dapat diperoleh dari Seksi Pelayanan : a) berkas induk Wajib Pajak, b) Surat Pemberitahuan (Tahunan dan Masa) c) Surat Setoran Pajak (SSP) 2. Berkas Wajib Pajak yang dapat diperoleh dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi : a) Profil Wajib Pajak b) Analisis Risiko c) Info terkini tentang Wajib Pajak 3. Berkas Wajib Pajak yang dapat diperoleh dari Seksi Penagihan : a) Ketetapan Pajak b) Tunggakan Pajak c) Kegiatan penagihan yang telah dilakukan d) Alamat terbaru Wajib Pajak Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 9

11 4. Berkas Wajib Pajak yang dapat diperoleh dari Seksi Pengolahan Data dan Informasi : a) Berkas data Wajib Pajak b) KP Data e SPT 5. Berkas Wajib Pajak yang dapat diperoleh dari seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal: a) Kertas Kerja Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan tahun sebelumnya Data Internal dari Direktorat Jenderal Pajak juga dapat diperoleh melalui aplikasi aplikasi yang tersedia pada sistem administrasi perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak antara lain SIDJP, SIPMOD, portal DJP, SISMIOP dan Approweb. Data yang dapat diperoleh dari aplikasi aplikasi yang ada diantaranya: a) Jenis Data Modul Penerimaan Negara (MPN) yaitu Data Penerimaan Pajak yang diterima melalui Bank/Pos Persepsi yang telah dilakukan rekonsiliasi antara pihak perbankan/pos dan MPN yang meliputi data pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). b) Aplikasi Laporan Pemeriksaan dan Penagihan (ALPP). c) Data PKPM (Pajak Keluaran Pajak Masukan) d) Profil Wajib Pajak pada aplikasi Approweb e) Data Pajak Bumi dan Bangunan pada aplikasi SISMIOP Pengumpulan Data Eksternal Direktorat Jenderal Pajak Selain data internal, pemeriksa dapat mengumpulkan informasi dari sumber-sumber eksternal antara lain dari: a. Media massa (media cetak dan elektronik) yang merupakan penerbitan umum atau penerbitan khusus. Penerbitan umum adalah pemuatan pengumuman pada penerbitan surat kabar/majalah / tabloid atau media massa cetak yang lazim lainnya yang berskala nasional. Penerbitan khusus adalah pemuatan pengumuman pada: 1) penerbitan Himpunan Bank-Bank Milik Negara (HIMBARA)/Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (PERBANAS) 2) penerbitan/pengumuman khusus Bank lndonesia; dan/atau Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 10

12 3) penerbitan yang dikeluarkan oleh asosiasi yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan pihak kreditur menjadi anggotanya. b. Media elektronik berupa televisi,radio, dsb. c. Internet. Penggunaan internet sudah umum dilakukan untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan Wajib Pajak atau bidang usaha Wajib Pajak. Untuk mencari data atau informasi Wajib Pajak di internet dapat dilakukan di mesin pencari internet. Yang umum digunakan sebagai mesin pencari adalah google (google.com) dan yahoo (yahoo.com). Sejumlah media juga telah menerbitkan versi internetnya sehingga berita-berita dapat dibaca lewat situs media tersebut. Ada beberapa cara teknik pencarian data melalui internet: i. Google alerts : Salah satu fasilitas dari Google yang akan mengirim pemberitahuan tentang halaman web dan berita terbaru sesuai dengan kata kunci yang kita masukkan ke dalam alert. Pemberitahuan tersebut dikirim melalui atau umpan web (web feed). Kelebihan Google Alerts adalah menghemat waktu Anda karena hasil pencarian data secara otomatis akan dikirimkan ke kotak masuk (inbox). akan dikirim kepada Anda ketika Google menemukan hasil yang baru - seperti halaman web, artikel surat kabar, atau blog - yang cocok dengan pencarian. Jadi, kita dapat memantau perkembangan informasi terbaru (up to date) mengenai alert yang kita masukkan. ii. Web Crawler/Web Spider yaitu bertugas untuk mengumpulkan semua informasi yang ada di dalam halaman web. Setiap kali web crawler mengunjungi sebuah website, maka dia akan mendata dan mengambil semua link dan file yang ada di halaman tersebut. Fungsi utama web crawler adalah mendownload isi situs, sehingga dapat berguna untuk browsing secara offline. Dalam pencarian data melalui internet, program ini sangat bermanfaat karena pengguna dapat mengumpulkan semua informasi yang terdapat dalam sebuah website dan kemudian dapat mengaksesnya tanpa terkoneksi dengan internet. Web Crawler memiliki banyak jenis misalkan Teleport Pro, WebCopier dll tetapi yang paling populer dan banyak digunakan adalah Teleport Pro. Hal ini dikarenakan Teleport Pro Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 11

13 mempunyai banyak kelebihan dari software lainnya yang sejenis. Teleport Pro adalah WebCrawler yang sangat cepat, flexibel dan mudah digunakan. TeleportPro menggunakan algoritma khusus untuk mempercepat pencarian halaman web, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan link, dan mendownload file. TeleportPro akan menjelajahi situs dan menyimpan semua informasi yang dibutuhkan, TeleportPro mencari file-file dan link yang belum ditemukan, ini berguna bila ingin mendownload situs secara berkala. iii. Browsing : browsing manual sebenarnya merupakan cara yang paling baik digunakan mencari data karena pencari data akan lebih fokus dalam mencari data sehingga hasilnya pun lebih optimal. Namun kelemahannya, data yang diperoleh tidak sebanyak menggunakan Google Alert dan web Crawler. Dalam browsing manual, pencari data biasanya akan lebih banyak menggunakan bantuan search engine untuk menemukan data yang dicari. Ada banyak search engine yang bisa digunakan, antara lain : Google, yahoo!, bing, Ask, AllTheWeb, AOL, Lycos, Dogpile, Altavisa, Clusty. Selain itu, diperlukan tips dan trik tertentu agar hasil browsing menggunakan search engine tersebut dapat sesuai dengan kebutuhan, antara lain dengan memaksimalkan query dengan karakter khusus dan penggunaan beberapa opsi dalam pencarian. d. Bursa Bagi Wajib Pajak yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (gabungan Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya) terdapat data dan informasi yang dapat diakses di Bursa yang bersangkutan. Informasi tersebut dapat berupa kinerja harga saham, kinerja emiten (triwulanan, semester dan tahunan) dan press release atas aktivitas - aktivitas penting emiten. Setelah data terkumpul kemudian dipelajari dan dilakukan konfirmasi atas Surat Setoran Pajak (SSP), Bukti potong PPh Pasal 23, Faktur Pajak Masukan. Konfirmasi SSP dilakukan ke Bank tempat di mana dilakukan penyetoran. Sebelum dilakukan konfirmasi ke Bank dilakukan pencocokan terlebih dahulu dengan pelaporan SSP di aplikasi MPN (Modul Penerimaan Negara). Dari aplikasi tersebut akan diketahui pembayaran mana yang telah terekam secara online di aplikasi MPN. Atas pembayaran yang tersebut tidak perlu lagi dilakukan konfirmasi ke Bank. Konfirmasi Bukti Potong PPh Pasal 23 dilakukan kepada Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 12

14 Kantor Pelayanan Pajak di mana lawan transaksi Wajib Pajak (Pihak Pemotong) melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23. Konfirmasi Faktur Pajak Masukan dilakukan kepada Kantor Pelayanan Pajak di mana lawan transaksi Wajib Pajak (Pihak Pemungut) melaporkan SPT Masa PPN. e. Pemanfaatan data pihak ketiga dapat dilakukan melalui data yang diperoleh dari beberapa sumber antara lain: 1) Data notaris / PPAT yang diperoleh dari laporan bulanan notaris/ppat 2) Data IMB/SIUP/TDP yang diperoleh dari pemerintah daerah setempat 3) Data kepemilikan mobil dari kepolisian 4) Data dari pihak Asosiasi / Gabungan Usaha (misalnya: Asosiasi Perhotelan, Gabungan Pengusaha 2.3 Mempelajari dan Menganalisis Data Wajib Pajak Analisis Profil Wajib Pajak Seluruh data dan informasi yang didapat baik itu dari internal maupun eksternal dirangkum dalam bentuk Tax Payer Profile (profil Wajib Pajak). Untuk mendapatkan data dan informasi tentang tax payer profile saat ini tim pemeriksa dapat meminjamnya dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi tempat Wajib Pajak dilayani. Profil Wajib Pajak saat ini seharusnya sudah dibuat oleh account representative (AR) yang ditunjuk menangani Wajib Pajak yang kita periksa serta AR selalu melakukan pemutakhiran data Profil Wajib Pajak (WP) dan penggalian potensi pajak menggunakan aplikasi Approweb. Pemutakhiran data dan penggalian potensi pajak yang dilakukan oleh AR meliputi seluruh data internal dan data eksternal antara lain : analisis SPT, Program Feeding, Alat Keterangan, PIB, PEB, media massa, pemanfaatan internet, data instansi lain, data asosiasi, maupun analisis dari sumber data lainnya termasuk data pihak ketiga. Jika Profile Wajib Pajak tidak tersedia maka sebaiknya pemeriksa dapat memprofil sendiri Wajib Pajak yang meliputi : Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, Alamat Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Tanggal Pengukuhan PKP, Kode Lapangan Usaha (KLU), Jenis Usaha, Merk Dagang, Contact Person, Pemegang Saham, Hubungan Istimewa, pengurus (direksi dan komisaris) dan lain-lain. Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 13

15 Pemeriksa dapat juga melengkapi data pada Profile Wajib Pajak pada saat Pelaksanaan Pemeriksaan (pemeriksaan lapangan) dengan cara melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak untuk mendapatkan kepastian mengenai keadaan Wajib Pajak antara lain alamat Wajib Pajak, lokasi usaha, denah lokasi, dan kebiasaan kebiasaan lain yang perlu diketahui, misalnya jam kerja, arus keluar masuk barang, keadaan terkini business WP, sistem informasi yang digunakan, prosedur operasi standar (SOP) untuk penjualan, retur penjualan, pembelian, retur pembelian dsb. Semua informasi tersebut harus dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan (KKP) dan akan bermanfaat dalam pelaksanaan pemeriksaan penyusunan Laporan Pemeriksaan Pajak. Berdasarkan Petunjuk pembuatan profil Wajib Pajak, standard informasi Profil Wajib Pajak yang disiapkan oleh Account Representative adalah: 1) Data Permanen a. Identitas Wajib Pajak b. Organisasi i. Struktur Organisasi ii. Struktur Modal iii. Pengurus dan Pemegang Saham iv. Pohon Kepemilikan c. Data Ekonomi i. Kegiatan Usaha ii. Flow Chart Alur Produksi iii. Input/Bahan Baku iv. Output/Hasil Produksi v. Tenaga Kerja vi. Kapasitas Produksi d. Keterkaitan Dengan Pihak Ketiga i. Supplier Utama ii. Customer Utama iii. Hubungan Istimewa iv. Kreditur / Debitur e. Kewajiban Perpajakan Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 14

16 2) Data Akumulatif a. Data Ekonomi i. Neraca Komparatif ii. Laporan Laba Rugi Komparatif iii. Perkembangan Produksi b. Data Lawan Transaksi i. Data Transaksi Komparatif Supplier ii. Data Transaksi Komparatif Customer iii. Data Transaksi Hubungan Istimewa 3) Data Riwayat Pembayaran a. Pembayaran PPh Pasal 21 dan 29 b. Pembayaran PPh Pasal 25, 29 dan Kredit Pajak Pemotongan / Pemungutan c. Kewajiban Pemotongan / Pemungutan d. Pembayaran PPN e. Pembayaran PPnBM f. Riwayat Pemeriksaan g. Ketetapan Pajak h. Riwayat Restitusi Pajak i. Tunggakan Pajak j. Riwayat Keberatan dan Banding k. Riwayat Penagihan Aktif l. Data Pemotongan dan Pemungutan m. Data Transaksi Komparatif Kreditur dan Debitur 4) Data Lainnya a. Data Internal i. Data PBB ii. Alat Keterangan Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 15

17 iii. Data OPDP b. Data Eksternal i. Media Massa ii. Data Instansi Lain iii. Data Asosiasi iv. Data Sumber Lainnya 5) Analisis a. Analisis yang berhubungan dengan omset b. Analisis yang berhubungan dengan biaya c. Analisis yang berhubungan dengan produksi d. Analisis yang berhubungan dengan laba e. Analisis yang berhubungan dengan harga f. Analisis biaya terhadap pemotongan / pemungutan g. Analisis output terhadap input h. Equalisasi Omset PPh Badan terhadap Omset PPN i. Analisis Potensi Pajak dan Benchmarking 6) Tindak Lanjut a. Perbaikan Administrasi i. Pemanfaatan data pihak ketiga & OPDP ii. Pemutakhiran data iii. Pertukaran data b. Tindakan Persuasi i. Pemberitahuan kepada WP (Himbauan) ii. Konseling c. Enforcement i. Pemeriksaan ii. Penyidikan iii. Penagihan Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 16

18 7) Monitoring Pertambahan Pajak Dalam memonitoring pertambahan pajak Wajib Pajak yang diperiksa, pemeriksa harus menuangkan profil Wajib Pajak dalam Kertsa Kerja Pemeriksaan setidaknya yang berkaitan dengan: a. Kondisi Usaha b. Operasi Usaha c. Struktur Pembiayaan dan Permodalan d. Benchmarking e. Analisis Rasio f. Informasi penting lainnya Apabila hasil pemeriksaan ternyata berbeda dengan profil Wajib Pajak, maka: a. Pemeriksa harus menjelaskan perbedaan tersebut dalam Kertas Kerja Pemeriksaan b. Mengirimkan data perbedaan tersebut ke Seksi Pengawasan dan Konsultasi Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Laporan Keuangan dan Surat Pemberitahuan Untuk data-data berupa laporan keuangan wajib pajak dilakukan Analisis kuantitatif untuk menentukan hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu melakukan pemeriksaan serta untuk menentukan beberapa perkiraan buku besar yang diprioritaskan dan/atau akan dikembangkan pemeriksaannya. Alat-alat / tools yang dapat digunakan dalam Analisis kuantitatif : 1. Analisis Laporan Keuangan Komparasi 2. Analisis Rasio 3. Analisis Ekualisasi Surat Pemberitahuan 4. Analisis Perbandingan Usaha Sejenis Analisis Laporan Keuangan Komparasi Analisis perbandingan laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan: a. analisis horizontal atau analisis dinamis yaitu melakukan perbandingan beberapa periode Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 17

19 b. analisis vertikal atau analisis statis, yaitu melakukan perbandingan satu periode tertentu (hanya memperbandingkan antar pos yang satu dengan yang lainnya dalam satu laporan keuangan). Perbandingan Laporan Keuangan tahun yang diperiksa dengan Laporan Keuangan tahun-tahun sebelumnya minimal untuk 2 (dua) tahun berturut - turut baik secara vertikal maupun horisontal. Membuat catatan mengenai perkiraan-perkiraan yang berdasarkan hasil analisa menunjukkan adanya gambaran atau perubahan yang cukup material. Dengan menggunakan analisis dinamis akan diperoleh hasil analisis yang lebih memuaskan, karena dengan laporan keuangan yang diperbandingkan untuk beberapa periode akan diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut dan menganalisis tingkat kewajaran. Perkiraan-perkiraan tersebut merupakan perkiraan-perkiraan yang akan diprioritaskan dan atau dikembangkan pemeriksaannya. Metode analisis perbandingan dapat ditunjukkan dengan beberapa cara berikut: a. Perbandingan data absolut atau dalam jumlah rupiah b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio e. Dinyatakan dalam prosentase dari total Keuntungan utama dapat diketahuinya pertambahan atau penurunan ini adalah bahwa perubahan yang besar akan terlihat dengan jelas, dan dapat segera dilakukan penelitian atau analisis lebih jauh apabila terdapat indikasi ketidakwajaran atas perubahan tersebut. Dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan yang menunjukkan data absolutnya saja, maka kita akan mengalami kesulitan untuk mengetahuinya ada tidaknya hubungan atau perubahanperubahan yang penting di antara data-data absolut, oleh karena itu di dalam perbandingan tersebut ditunjukkan juga kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiahnya. Analisis perbandingan dapat dipergunakan untuk menguji tingkat kewajaran laporan. Pengujian kewajaran (reasonableness test) merupakan penghitungan saldo-saldo suatu variabel, misalnya akun tertentu secara tidak langsung dengan menggunakan faktor - faktor penyebab saldo akun tersebut. Faktor penyebab adalah variabel atau akun-akun yang mempengaruhi variabel di atas. Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 18

20 Secara sederhana pengujian kewajaran meliputi langkah - langkah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan dicakup. Dalam hal ini pemeriksa pajak perlu memahami apakah variabel tersebut merupakan penyebab (variabel bebas atau dependent variable) ataukah variabel akibat (variabel tidak bebas atau independent variable). Contoh variabel tidak bebas misalnya penjualan karena dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel bebas seperti harga, inflasi, iklan, dan sebagainya. 2) Mengidentifikasikan secara tepat hubungan antara variabel variabel tersebut. Identifikasi pada langkah ini dapat dilakukan baik dengan mengalihkan atau menambahkan variabelvariabel tersebut. 3) Mengkombinasikan variabel-variabel tersebut untuk memperoleh estimasi mengenai saldo akun untuk periode berjalan. 4) Membuat catatan mengenai perkiraan-perkiraan yang berdasarkan hasil analisis menunjukkan adanya gambaran atau perubahan yang cukup material. Perkiraan-perkiraan tersebut merupakan perkiraan-perkiraan yang diprioritaskan dan/atau dikembangkan pemeriksaannya. Contoh analisis perbandingan laporan keuangan: Tabel 2.1 : Perbandingan Laporan Keuangan Sederhana Komparatif sederhana Pos Up (Down) Kas dan setara 1,750 1, Piutang usaha 8,760 9,030 (270) Persediaan 7,820 7, Minim informasi Tabel 3.2: Laporan Perbandingan Keuangan Informatif Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 19

21 Komparatif informatif Pos Up (Down) Kas dan setara Tunai (20) Bank Deposito Sub 1,750 1, Piutang usaha PT A 2,200 1, PT B 1,800 2,300 (500) PT C 4,000 4,000 - Lain (70) Sub 8,760 9,030 (270) Persediaan Bahan baku 4,000 3, Bahan pendukung 1, Suku cadang Barang jadi 2,100 2,300 (200) Barang dlm perjalanan (30) Sub 7,820 7, Analisis Rasio Analisis Rasio digunakan sebagai alat bantu untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak. Analisis rasio merupakan teknik analisis yang dilakukan dengan membandingkan pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan yang sama. Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan menjadi : 1) Perbandingan Internal (Time Series Analysis) yaitu membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. 2) Perbandingan Eksternal (Cross Sectional Approach) yaitu membandingkan rasiorasio antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan atau membandingkannya dengan rasio rata-rata industri pada saat yang sama. Jenis rasio laporan keuangan, biasanya dikelompokkan ke dalam empat kelompok rasio ( Lyn M. Frasser dan Ailen Ormistron, Memahami Laporan Keuangan, 2008) yaitu : 1) Liquidity Ratio yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya. Liquidity Ratio yang umum digunakan antara lain : Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 20

22 a) Rasio Lancar (Current Ratio), merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera (current liabilities) harus dipenuhi dengan aktiva lancar (cuurent assets). b) Rasio Cepat (Quick Ratio /Acid Test), merupakan alat ukur bagi kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera (current liabilities) harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (Asset lancar persediaan). 2) Rasio Aktivitas (Activity Ratio) merupakan alat ukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber daya-sumber dayanya. Rasio-rasio ini antara lain: a) Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover). b) Periode Pengumpulan Piutang (Average Collection Period). c) Inventory Turnover (Perputaran Barang), yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan persediaan atau rasio untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode tertentu. d) Rata-rata perputaran persediaan (Average days in inventory) e) Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover), yaitu rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva secara keseluruhan (total assets). 3) Solvability Ratio yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang.rasio -rasio ini antara lain : a) Debt To Total Assets Rasio, yaitu rasio yang menghitung berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibiayai dengan hutang. b) Time Interest Earned Rasio, yaitu rasio untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang (turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga. *) Earning Before Interest and Tax disingkat = EBIT yaitu penghasilan sebelum pajak 4) Profitability Ratioyaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rasio-rasio ini antara lain : a) Operating profit margin b) Net profit margin c) Return on assets d) Return on equity Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 21

23 e) Berry Ratio f) Interest Coverage Ratio Dalam analisis rasio keuangan terdapat keterbatasan-keterbatasan, misalnya: a. Adanya perbedaan metode akuntansi yang dipakai untuk menyusun laporan keuangan. b. Penjualan perusahaan yang bersifat musiman. c. Kesulitan untuk menentukan jenis industri apabila perusahaan mempunyai berbagai lini produk. d. Perusahaan dapat melakukan window dressing Analisis Ekualisasi Surat Pemberitahuan Analisis ekualisasi adalah kegiatan yang membandingkan pos-pos yang sama dengan sumber sumber yang berbeda. Berdasarkan berkas-berkas SPT WP yang diperoleh dari internal KPP, pemeriksa dapat melakukan analisis ekualisasi dengan membandingkan antara pos-pos laporan keuangan dengan kewajiban perpajakan lainnya ( misalnya: SPT Pajak Penghasilan Badan / SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau SPT Masa). Tujuan analisis ini adalah mengidentifikasikan kewajiban perpajakan yang belum dilaksanakan. Beberapa pos Laporan Keuangan yang dapat diekualisasi dengan kewajiban perpajakan lainnya : Peredaran Usaha vs Pajak Keluaran Pembelian vs Pajak Masukan HPP & Biaya Lainnya vs PPh Ps. 21, 23, 26, 15, 4 (2) Perubahan Aktiva Tetap vs PPN 16 C, 16 D PPh Ps. 4 (2), BPHTB Untuk data-data non keuangan dilakukan analisis kualitatif antara lain dengan : a. Memperhatikan perkiraan tertentu yang tidak sesuai dengan sifat, jenis dan volume usahanya, keadaan serta kegiatan Wajib Pajak. b. Mempelajari laporan pemeriksaan pajak terdahulu serta mencatat masalah-masalah dan temuan-temuan pada pemeriksaan terdahulu tersebut. c. Mempelajari laporan pemeriksaan akuntan publik serta mencatat masalah-masalah dan temuan-temuan serta kualifikasi dan pendapat akuntan. Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 22

24 d. Mempelajari riwayat keberatan/banding/peninjauan kembali untuk mengetahui pos-pos koreksi pemeriksa terdahulu yang dipertahankan atau dikurangi berdasarkan keputusan keberatan/banding/peninjauan kembali. e. Membuat catatan mengenai hal-hal penting yang diketahui dari hasil analisa tersebut dan menuangkannya ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan Analisis Perbandingan Usaha Sejenis Berdasarkan beberapa analisis komparatif dan analisis rasio, pemeriksa bisa membandingkan hasil analisis tersebut dengan prosentase perbandingan dan nilai rasio perusahaan lain. Angka perbandingan dan nilai rasio perusahaan pembanding bisa didapatkan dari data dan informasi yang berasal dari asosiasi, rata-rata perusahaan sejenis atau data lain hasil penelitian ilmiah yang diakui umum. Tujuan analisis ini adalah menguji kewajaran perbandingan dan nilai rasio beberapa pos laporan keuangan Wajib Pajak yang diperiksa dengan perusahaan sejenis. Direktur Jenderal Pajak melalui Surat Edaran Nomor SE-96/PJ/2009 tentang Rasio Total Benchmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya telah menyusun rasio total benchmarking yang digunakan sebagai alat bantu untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak. Benchmarking atau penentuan tolok ukur/patokan merupakan suatu proses yang telah secara umum diterapkan dalam dunia usaha. Benchmarking dalam dunia bisnis merupakan suatu proses sistematik dalam membandingkan produk, jasa atau praktik suatu organisasi terhadap kompetitor atau pemimpin industri untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mencapai tingkat kinerja yang tinggi. Dalam melakukan benchmarking, suatu organisasi membandingkan nilai-nilai tertentu (dari dalam organisasi) dengan suatu titik referensi atau standar keunggulan yang sebanding. Dengan melakukan pembandingan tersebut, perusahaan dapat melakukan evaluasi dan kemudian menentukan langkah yang sistematik dan terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Model di atas diadopsi pula oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka melaksanakan fungsinya memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap wajib pajak. Dengan berasumsi bahwa wajib pajak dengan karakteristik yang sama akan cenderung memiliki perilaku bisnis yang sama, kondisi keuangan dan perpajakan masing-masing wajib pajak dapat dibandingkan dengan suatu benchmark yang mewakili karakeristik wajib pajak Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 23

25 yang bersangkutan. Dengan melakukan pembandingan tersebut, diharapkan Direktorat Jenderal Pajak dapat secara sistematis mendeteksi wajib pajak dengan risiko ketidakpatuhan yang tinggi, untuk kemudian dapat dilakukan tindak lanjut yang sesuai. Benchmarking yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak disusun dalam suatu konsep yang disebut Total Benchmarking. Total Benchmarking didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait dengan tingkat laba perusahaan dan berbagai input dalam kegiatan usaha dengan rasio-rasio yang sama yang dianggap standar untuk kelompok usaha tertentu, serta melihat hubungan keterkaitan antar rasio untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Dengan demikian total benchmarking memiliki karakteristik: - Benchmark disusun berdasarkan kelompok usaha. - Benchmarking dilakukan atas rasio-rasio berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan. - Hubungan keterkaitan antar rasio-rasio diperhatikan. - Fokus pada penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan. Tujuan Total Benchmarking a. Menjadi pedoman dan sebagai pembanding dengan kondisi SPT Tahunan yang dilaporkan WP; b. Membantu pengawasan kepatuhan WP, terutama menyangkut kepatuhan materialnya. Manfaat Total Benchmarking a. Supporting tools bagi program intensifikasi / penggalian potensi pajak; b. Alat bantu dalam penghitungan tax gap. Dasar Kantor Pusat DJP menetapkan rasio-rasio benchmark secara teknis dilakukan sbb: 1) Nilai rasio-rasio benchmark ditetapkan untuk masing-masing kelompok usaha berdasarkan 5 (lima) digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak. Klasifikasi Lapangan Usaha dimaksud adalah KLU sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP- 34/PJ/2003 tanggal 14 Februari 2003 sebagaimana telah diubah terakhir dengan KEP. 321/PJ/2012 Tentang Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak. Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 24

26 2) Penetapan rasio-rasio benchmark untuk keseluruhan kelompok usaha dilakukan secara bertahap oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. 3) Penetapan rasio benchmark menggunakan data perpajakan tahun 2005 sd ) Sumber data yang digunakan dalam tahap awal pembentukan benchmark adalah data internal dalam sistem informasi perpajakan DJP, yang terdiri dari : - Elemen-elemen Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Badan; - Elemen-elemen Surat Pemberitahuan Masa PPN; - Elemen-elemen transkrip Laporan Keuangan. Penghitungan semua rasio selain rasio PPN menggunakan elemen data hasil perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Badan. Data penjualan, HPP, Laba bersih dari Operasi, Laba Sebelum Pajak diambil dari formulir 1771 Lampiran I, sedangkan data PPh terutang diambil dari hasil perekaman induk formulir Data-data gaji, sewa, bunga, penyusutan, dan biaya-biaya lain diambil dari perekaman formulir 1771 Lampiran II. Apabila data perekaman formulir 1771 Lampiran II tidak lengkap, maka data tersebut dilengkapi menggunakan data perekaman transkrip Laporan Keuangan. Data Pajak Masukan diperoleh dari perekaman SPT PPN baik formulir 1195 maupun ) Beberapa wajib pajak dipilih sebagai sampel dari populasi masing-masing kelompok usaha. Pemilihan dilakukan secara judgemental dengan mempertimbangkan sampel tersebut harus memiliki nilai rasio-rasio yang dianggap baik dan wajar dalam kelompok usahanya. 2) Penentuan nilai rasio benchmark dilakukan dengan menghitung rata-rata rasio-rasio keuangan perusahaan-perusahaan yang diambil sebagai sampel, dengan menggunakan metode penghitungan rata-rata tertimbang (weighted average). Rasio-rasio benchmark yang disusun oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak digunakan untuk membantu para Account Representative dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Rasio - rasio ini juga dapat dimanfaatkan oleh para pemeriksa pajak pada tahap persiapan pemeriksaan dengan melakukan analisa dan telaah profile Wajib Pajak, analisa kuantitatif dan kualitatif untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan cakupan (ruang lingkup) pemeriksaan dalam rangka penyusunan Rencana Pemeriksaan (audit plan). Namun dalam penggunaan rasio benchmarking tersebut diberikan hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu: Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 25

27 1) Rasio Total Benchmarking memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Rasio Total Benchmarking disusun berdasarkan kelompok usaha; b. Benchmarking dilakukan atas rasio-rasio yang berkaitan dengan tingkat laba dan inputinput perusahaan; c. Ada keterkaitan antar rasio benchmark; d. Fokus pada penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan. 2) Total benchmarking hanya merupakan suatu alat bantu (supporting tools) yang dapat digunakan oleh aparat pajak dalam membina wajib pajak dan menilai kepatuhan perpajakannya serta tidak dapat digunakan secara langsung sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak. 3) Wajib Pajak yang memiliki kinerja keuangan yang lebih rendah daripada benchmark, tidak selalu berarti bahwa wajib pajak tersebut tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar. Perlu diagnosa lebih mendalam untuk dapat menentukan apakah wajib pajak tersebut benar-benar tidak patuh atau terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan wajib pajak memiliki kinerja yang berbeda dengan benchmark. 4) Rasio-rasio yang berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan yang dilakukan benchmarking terdiri dari : a. Gross Profit Margin (GPM), yaitu rasio antara laba kotor terhadap penjualan; b. Operating Profit Margin (OPM), yaitu rasio antara laba bersih dari operasi terhadap penjualan; c. Pretax Profit Margin (PPM), yaitu rasio antara laba bersih sebelum dikenakan pajak penghasilanterhadap penjualan; d. Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR), yaitu rasio antara pajak penghasilan terutang terhadap penjualan; e. Net Profit Margin (NPM), yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak penghasilan terhadap penjualan; f. Dividend Payout Ratio (DPR), yaitu rasio antara jumlah dividen tunai yang dibayarkan terhadap laba bersih setelah pajak; g. Rasio PPN Masukan, yaitu rasio antara jumlah PPN Masukan yang dikreditkan dalam satu tahun pajak terhadap Penjualan, tidak termasuk pajak masukan yang dikreditkan dari transaksi antar cabang; Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 26

28 h. Rasio biaya gaji terhadap penjualan; i. Rasio biaya bunga terhadap penjualan; j. Rasio biaya sewa terhadap penjualan; k. Rasio biaya penyusutan terhadap penjualan; l. Rasio "input antara" lainnya terhadap penjualan; m. Rasio penghasilan luar usaha terhadap penjualan; dan n. Rasio biaya luar usaha terhadap penjualan. 5) Nilai rasio-rasio benchmark ditetapkan untuk masing-masing kelompok usaha berdasarkan 5 (lima) digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) Wajib Pajak. Klasifikasi Lapangan Usaha dimaksud adalah KLU sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-34/PJ/2003 tanggal 14 Februari ) Penetapan rasio benchmark menggunakan data perpajakan tahun 2005 s.d ) Penetapan rasio-rasio benchmark untuk keseluruhan kelompok usaha dilakukan secara bertahap, dan pada tahap awal kelompok usaha yang telah selesai dilakukan penghitungan rasio-rasio benchmark sebanyak 20 (dua puluh) KLU sebagaimana tercantum dalam lampiran I surat edaran ini. 8) Panduan pemanfaatan rasio-rasio benchmark adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran II surat edaran SE-96/PJ/2009 ini. Keseluruhan rasio yang digunakan dalam total benchmarking dapat dijelaskan masing-masing sebagai berikut: 1) Gross Profit Margin (GPM) Gross Profit Margin (GPM) merupakan perbandingan antara laba kotor terhadap Penjualan. Nilai GPM dihitung sebagai berikut: GPM = Laba kotor x 100%, atau Penjualan - Harga Pokok Penjualan x 100% Penjualan Penjualan Laba kotor adalah selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Nilai GPM menunjukkan seberapa besar proporsi penjualan perusahaan yang tersisa setelah digunakan untuk menutup ongkos untuk menghasilkan atau memperoleh produk yang dijual. Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 27

29 2) Operating Profit Margin (OPM) Operating Profit Margin (OPM) merupakan perbandingan antara laba bersih dari operasi terhadap Penjualan. Nilai OPM dihitung sebagai berikut: OPM = Laba bersih dari operasi x 100% Penjualan Laba bersih dari operasi adalah selisih antara penjualan dengan nilai total biaya perusahaan untuk kegiatan operasional. Laba bersih dari operasi pada umumnya diperoleh dengan mengurangi nilai penjualan dengan harga pokok penjualan, beban umum dan beban administrasi. Laba bersih dari operasi menunjukkan nilai laba bersih perusahaan yang diperoleh semata-mata dari kegiatan operasional perusahaan. Nilai OPM menunjukkan seberapa besar proporsi penjualan perusahaan masih tersisa setelah digunakan untuk menutup seluruh biaya operasional perusahaan. Makin besar nilai OPM menunjukkan bahwa perusahaan makin efisien dalam memanfaatkan biayabiaya yang dikeluarkannya untuk menghasilkan penjualan. 3) Pretax Profit Margin (PPM) Pretax Profit Margin (PPM) merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum pajak terhadap Penjualan. Nilai PPM dihitung sebagai berikut: PPM = Laba bersih sebelum pajak x 100% Penjualan Laba bersih sebelum pajak adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan baik dari kegiatan operasional perusahaan maupun dari penghasilan lainnya, sebelum memperhitungkan Pajak Penghasilan yang terutang. Laba bersih sebelum pajak dapat diperoleh dari menambahkan Laba Bersih dari Operasi dengan Penghasilan dari Luar Usaha, dikurangi Biaya dari luar Usaha. Nilai PPM menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan relatif terhadap nilai penjualan. Makin besar PPM menunjukkan makin tingginya tingkat laba bersih yang dihasilkan baik dari kegiatan operasional maupun dari kegiatan lainnya. 4) Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR) Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR) merupakan rasio Pajak Penghasilan terutang Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 28

30 terhadap Penjualan. Nilai CTTOR dihitung sebagai berikut: CTTOR = PPh terutang x 100% Penjualan Nilai CTTOR menunjukkan besarnya PPh yang terutang dalam suatu tahun relatif terhadap Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Makin besar CTTOR menunjukkan makin besar proporsi hasil penjualan perusahaan yang digunakan untuk membayar Pajak Penghasilan. 5) Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap Penjualan. Nilai NPM dihitung sebagai berikut: NPM = Laba bersih setelah pajak x 100% Penjualan Laba bersih setelah pajak adalah laba bersih perusahaan setelah memperhitungkan Pajak Penghasilan yang terutang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Nilai NPM menunjukkan besarnya Laba Bersih yang dihasilkan perusahaan setelah memperhitungkan PPh yang terutang. Makin besar NPM menunjukkan makin tingginya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemilik (pemegang saham). 6) Dividend Payout Ratio (DPR) Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio nilai pembayaran dividen terhadap laba bersih. Nilai DPR dihitung sebagai berikut: DPR = Pembayaran Dividen Tunai x 100% Laba bersih setelah pajak Nilai DPR menunjukkan seberapa besar proporsi laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai. 7) Rasio PPN (pn) Rasio PPN merupakan rasio total pajak masukan yang dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak dalam satu tahun pajak terhadap Penjualan, tidak termasuk pajak masukan yang dikreditkan dari transaksi antar cabang. Nilai Rasio PPN dihitung sebagai berikut: pn = Jumlah Pajak Masukan Januari - Desember x 100% Penjualan Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 29

31 Rasio Input Biaya-biaya yang digunakan dalam menghitung rasio-rasio input-- yaitu biaya gaji, upah dan tunjangan, biaya bunga, biaya sewa dan royalti, biaya penyusutan dan amortisasi dan biayabiaya lain-- meliputi biaya-biaya baik yang termasuk dalam komponen Harga Pokok Penjualan maupun biaya-biaya yang termasuk dalam Beban Usaha Lain, misalnya dalam komponen Beban Umum, Beban Penjualan, dan/atau Beban Administrasi. Biaya-biaya yang merupakan komponen Beban luar usaha/beban Lain-lain, atau biaya yang dikapitalisasi tidak termasuk dalam penghitungan Rasio Gaji/Penjualan, Rasio Bunga/Penjualan, Rasio Sewa/Penjualan atau Rasio Penyusutan/Penjualan. Contohnya, biaya bunga yang dibebankan dalam Biaya Luar Usaha merupakan bagian dari rasio Biaya Luar Usaha/Penjualan (bl), bukan merupakan bagian dari Rasio Bunga/Penjualan. 8) Rasio Gaji/Penjualan (g) Rasio Gaji/Penjualan merupakan rasio antara jumlah biaya gaji, upah dan tunjangan atau yang sejenisnya yang dibebankan dalam suatu tahun terhadap Penjualan. Nilai Rasio Gaji/Penjualan dihitung sebagai berikut: g = Jumlah Biaya Gaji x 100% Penjualan Nilai g menunjukkan besarnya proporsi hasil penjualan yang digunakan untuk membayar biaya tenaga kerja seperti gaji, upah, tunjangan dan/atau pembayaran lainnya yang berhubungan dengan penggunaan tenaga kerja. Makin tinggi nilai g menunjukkan bahwa suatu perusahaan membutuhkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi. Sebagai contoh, perusahaan dengan nilai g yang tinggi dapat berarti bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang mengandalkan keahlian pekerjanya, misalnya perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa profesional. 9) Rasio Bunga/Penjualan (b) Rasio Bunga/Penjualan merupakan rasio antara total beban bunga terhadap Penjualan, tidak termasuk bunga yang dibebankan sebagai biaya di luar usaha (other expense). Nilai Rasio Bunga/Penjualan dihitung sebagai berikut: b = Jumlah Beban Bunga x 100% Penjualan Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 30

32 10) Rasio Sewa/Penjualan (b) Rasio Sewa/Penjualan merupakan rasio antara total beban sewa dan royalti terhadap Penjualan. Nilai Rasio Sewa/Penjualan dihitung sebagai berikut: s = Jumlah Beban Sewa x 100% Penjualan 11) Rasio Penyusutan/Penjualan (py) Rasio Penyusutan/Penjualan merupakan rasio antara total beban penyusutan dan amortisasi terhadap Penjualan. Nilai Rasio Penyusutan/Penjualan dihitung sebagai berikut: py = Jumlah Beban Penyusutan x 100% Penjualan 12) Rasio Input Lainnya (x) Rasio Input Lainnya merupakan rasio antara total biaya-biaya yang dibebankan dalam suatu tahun buku selain beban gaji/upah, sewa, bunga, penyusutan, dan beban luar usaha terhadap Penjualan. Nilai Rasio Input Lainnya/Penjualan dihitung sebagai berikut: x = Jumlah beban - beban lain x 100% Penjualan Rasio aktivitas luar usaha 13) Rasio Penghasilan Luar Usaha Penghasilan Luar Usaha/Penjualan (pl) Rasio Penghasilan Luar Usaha/Penjualan merupakan rasio antara total penghasilan dari luar usaha terhadap Penjualan. Nilai Rasio Penghasilan Luar Usaha/Penjualan dihitung sebagai berikut: pl = Penghasilan dari luar usaha x 100% Penjualan 14) Rasio Biaya Luar Usaha/Penjualan (bl) Rasio Biaya dari luar usaha/penjualan merupakan rasio antara total biaya luar usaha terhadap Penjualan. Nilai Rasio Biaya Luar Usaha/Penjualan dihitung sebagai berikut: bl = Beban Luar Usaha x 100% Penjualan Hubungan Antar Rasio Pada dasarnya, nilai output yang dihasilkan oleh suatu perusahaan merupakan jumlah total Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 31

33 input yang digunakan ditambah dengan sejumlah keuntungan yang diharapkan oleh pengusaha yang bersangkutan. Apabila dirumuskan dalam suatu persamaan, maka: Input Antara + Input Primer + Margin Perdagangan = Output Input Antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Input Antara dalam suatu perusahaan dapat berupa penggunaan bahan baik bahan baku maupun bahan pembantu, konsumsi energi, pemakaian barangbarang lain, sewa gedung, sewa mesin dan peralatan, pemanfaatan jasa-jasa serta input-input Antara lainnya. Input Primer adalah input atau biaya yang timbul sebagai akibat dari pemakaian faktor produksi (tenaga kerja dan kapital) dalam suatu kegiatan ekonomi. Input primer meliputi: i. Gaji dan upah yang dibayarkan kepada pekerja, ii. Penyusutan barang modal iii. Bunga yang dibayarkan kepada pemilik modal pihak ketiga (hutang) Penentuan Jangkar Kegiatan Usaha Secara konsep, jangkar kegiatan usaha yang digunakan oleh DJP adalah sesuatu yang digunakan di dalam kegiatan usaha untuk menghasilkan produk atau output yang apabila sesuatu tersebut tidak ada maka kegiatan usaha tersebut tidak akan berjalan atau mengalami gangguan. Dengan demikian jangkar dapat diartikan sebagai variabel kunci yang dapat digunakan untuk mengukur dan menghitung jumlah output atau volume kegiatan usaha. Karakteristik jangkar kegiatan usaha antara lain dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Mutlak ada dalam kegiatan usaha, dan/atau 2. Ikut dalam kegiatan usaha, dan/atau 3. Fungsinya sangat signifikan dan dibutuhkan dalam kegiatan usaha, dan/atau 4. Relatif dapat diukur dan dihitung secara pasti, dan/atau 5. Ukuran pembanding dengan usaha sejenis/kelompok usaha yang dapat digunakan untuk mengukur dan menghitung jumlah output atau volume kegiatan usaha. Dengan pendekatan ini akan diketemukan potensi pajak berupa tax gap. Contoh jangkar pada beberapa jenis usaha: Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 32

34 1. Pabrikasi (manufakturing), antara lain: kapasitas mesin, input bahan baku 2. Perhotelan, antara lain: jumlah kamar, tingkat hunian 3. Angkutan/transportasi, antara lain: jumlah alat angkut, konsumsi bahan bakar 4. Jasa Laundry: jumlah mesin cuci, kapasitas produksi mesin cuci, jumlah hanger 5. Perkebunan, antara lain : luas lahan, jumlah tanaman per hektar 6. Jasa outsourcing, antara lain : jumlah tenaga kerja 7. Kontraktor, antara lain : jumlah kontrak, nilai kontrak 8. Real estate, antara lain: jumlah unit properti 9. Industri Tekstil, antara lain: jumlah mesin, kapasitas produksi, jumlah karyawan 10. Pertambangan non migas : jumlah sarana pengangkutan, kapasitas penggalian 11. Perdagangan, antara lain: jumlah pembelian, gudang, impor 12. Industri semen, antara lain: solar, gypsum, kapasitas mesin Gambar 2.2 : Alur Penghitungan Potensi Pajak Berbasis Jangkar 2.4 Mengidentifikasi Masalah Wajib Pajak Mengidentifikasi masalah adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa untuk mengidentifikasi / mencermati secara mendalam terhadap setiap pos-pos perkiraan yang setelah dilakukan analisis data baik analisis kuantitatif maupun kualitatif terdapat perbedaan-perbedaan, kecenderungan - kecenderungan, atau bahkan kesalahan yang memerlukan perhatian khusus di Bahan Ajar Persiapan Pemeriksaan Pajak - Pusdiklat Pajak Page 33

Lampiran I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 96/PJ/2009 TENTANG : Rasio Total Benhmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya

Lampiran I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 96/PJ/2009 TENTANG : Rasio Total Benhmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya Lampiran I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 96/PJ/2009 TENTANG : Rasio Total Benhmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya www.peraturanpajak.com Page : 1 info@peraturanpajak.com www.peraturanpajak.com

Lebih terperinci

Lampiran I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE 96/PJ/2009. TENTANG : Rasio Total Benhmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya

Lampiran I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE 96/PJ/2009. TENTANG : Rasio Total Benhmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya Lampiran I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE 96/PJ/2009 TENTANG : Rasio Total Benhmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya Lampiran II SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE 96/PJ/2009

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli 2010 26 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di KPP Pratama

Lebih terperinci

TOTAL BENCHMARKING : RASIO DAN PEMANFAATANNYA

TOTAL BENCHMARKING : RASIO DAN PEMANFAATANNYA TOTAL BENCHMARKING : RASIO DAN PEMANFAATANNYA Verawati Suryaputra Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Parahyangan Abstract Total Benchmarking is a standard issued by Directorate General of Taxation which

Lebih terperinci

SE - 40/PJ/2012 EMBUATAN BENCHMARK BEHAVIORAL MODEL DAN TINDAK LANJUTNYA

SE - 40/PJ/2012 EMBUATAN BENCHMARK BEHAVIORAL MODEL DAN TINDAK LANJUTNYA SE - 40/PJ/2012 EMBUATAN BENCHMARK BEHAVIORAL MODEL DAN TINDAK LANJUTNYA Contributed by Administrator Thursday, 16 August 2012 Pusat Peraturan Pajak Online 16 Agustus 2012 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

TIME SERIES ANALYSIS DARI LAPORAN KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. TRIWULAN REKRUTMEN FINANCIAL ASSISTANT COMMUNITY

TIME SERIES ANALYSIS DARI LAPORAN KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. TRIWULAN REKRUTMEN FINANCIAL ASSISTANT COMMUNITY TIME SERIES ANALYSIS DARI LAPORAN KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA Tbk. TRIWULAN 3 2011 REKRUTMEN FINANCIAL ASSISTANT COMMUNITY Araffy Meidi Rizky 13409001 Manajemen Rekayasa Industri 2012 ABSTRAK Laporan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 105/PJ/2010 TENTANG PENETAPAN RASIO TOTAL BENCHMARKING TAHAP IV DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 105/PJ/2010 TENTANG PENETAPAN RASIO TOTAL BENCHMARKING TAHAP IV DIREKTUR JENDERAL PAJAK, SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 105/PJ/2010 TENTANG PENETAPAN RASIO TOTAL BENCHMARKING TAHAP IV DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menindaklanjuti ketentuan angka 7 (tujuh) Surat Edaran Direktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu potensi penting dari pendapatan suatu negara. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang)

AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang) AUDIT PLAN dan AUDIT SCOPE YANG MELEGAKAN PEMERIKSA (Oleh: Johannes Aritonang) Gagal Merencanakan = Merencanakan Kegagalan adalah sebuah pernyataan yang sangat bermakna pada pemeriksaan pajak. Di dalam

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 40-42 Telepon : (021) 5251609 Jakarta 12910 Faksimile : (021) 5262420 Tromol Pos 124 Jakarta 10002 Homepage

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tahap Persiapan Pemeriksaan Pajak Beradasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Senen Nomor: PRIN-123/WPJ.06/KP.0905/2008

Lebih terperinci

dan Gross Profit Margin atau GPM). b. Membuat perbandingan usaha sektoral maupun lokal. c. Menganalisis rasio kapasitas produksi terhadap omset.

dan Gross Profit Margin atau GPM). b. Membuat perbandingan usaha sektoral maupun lokal. c. Menganalisis rasio kapasitas produksi terhadap omset. 21 h. Eksplorasi data sekunder. i. Kerjasama dengan pihak lain. e. Evaluasi atas Profil Wajib Pajak Setelah account representaive membuat profil wajib pajak, maka akan dilakukan hal-hal sebagi berikut:

Lebih terperinci

Bab 2: Analisis Laporan Keuangan

Bab 2: Analisis Laporan Keuangan Bab 2: Analisis Laporan Keuangan Pentingnya analisis laporan keuangan dan pihak pihak yang berkepentingan. Macam laporan keuangan. Analisis rasio keuangan. Keterbatasan analisis laporan keuangan. Pentingnya

Lebih terperinci

Analisa Rasio Keuangan

Analisa Rasio Keuangan 1 MODUL 3 Analisa Rasio Keuangan Tujuan Pembelajaran : 1. Bagaimana analisa laporan keuangan dapat membantu menejer untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan 2. Menghitung ratio profitabilitas, likuiditas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak istilah benchmarking

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak istilah benchmarking BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Akhir-akhir ini di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak istilah benchmarking menjadi popular dalam istilah perpajakan. Dalam Business Literacy Glossary

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien,

Lebih terperinci

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain: Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Benchmarking Sistem pengukuran kinerja merupakan kunci untuk memandu dan menguji hasil dari proses perbaikan, tetapi tidak mengindikasikan bagaimana suatu proses harus

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk Disusun oleh Nama : AdhiPrasetyo NPM : 06320005872 Kelas/Nomer Absen : 2D Adm. Perpajakan / 03 DEPARTEMEN KEUANGAN

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN ANALISIS RASIO KEUANGAN N U R A E N I, S. S O S., M. A B Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara membandingkan satu komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

RASIO LAPORAN KEUANGAN

RASIO LAPORAN KEUANGAN RASIO LAPORAN KEUANGAN NERACA (BALANCED SHEET) Terdiri dari elemen pokok : Asset, Hutang, dan Modal. Pengukuran terhadap elemen-elemen Neraca biasanya menggunakan historical cost LAPORAN RUGI-LABA (INCOME

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis permohonan kredit modal kerja, peneliti menggunakan data dari aspek keuangan yaitu menggunakan rasio keuangan dan metode

Lebih terperinci

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K Analisis Laporan Keuangan adalah suatu kegiatan penilaian, penelahaan atas laporan keuangan perusahaan dengan mendasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk menilai kerja dan posisi keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN. o o

ANALISIS KEUANGAN. o o ANALISIS KEUANGAN Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisa prestasi operasi perusahaan. Analisis rasio keuangan juga dapat digunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI LAPORAN KEUANGAN www.mercubuana.ac.id DEPRESIASI PENGERTIAN Laporan keuangan merupakan hasil pencatatan transaksi yang terjadi pada periode tertentu yang berguna untuk evaluasi dan perencanaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan sebagai alat yang cukup penting untuk memperoleh informasi sehubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Tujuan dan Karakteristik Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan unsur yang sangat penting dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII :

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII : PRESENTASI VIII : ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPONEN UTAMA : RASIO KEUANGAN INFORMASI KEUANGAN SELURUH INFORMASI YANG SECARA SIGNIFIKAN MENGANDUNG DAN MENGEDEPANKAN ASPEK-ASPEK KEUANGAN DENGAN TUJUAN UNTUK

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Didukung Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan 12190 Telp

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

Financial Performance (2)

Financial Performance (2) Financial Performance (2) Modul ke: Liquidiity Ratio Solvability Ratio Activity Ratio Profitability Ratio Market Ratio Fakultas Pascasarjana Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Magister Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Simpulan rinci yang didapatkan dari perhitungan analisis rasio keuangan yang telah dilakukan sebagai salah satu dasar penilaian kinerja keuangan pada PT Ace Hardware Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

OVERVIEW DAN PRICE LIST PAKET HEMAT NAVIGASI

OVERVIEW DAN PRICE LIST PAKET HEMAT NAVIGASI OVERVIEW DAN PRICE LIST PAKET HEMAT NAVIGASI VERSI 0.2 TAHUN 2015 Price List Paket Hemat Navigasi Mengapa Laporan Sangat Penting Bagi Perusahaan? Berbicara tentang bisnis, tentu tidak bisa lepas dari aspek

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 40 /PJ/ 2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 40 /PJ/ 2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 40 /PJ/ 2013 TENTANG PENGAWASAN PENGUSAHA KENA PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang a.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (11) NOTA DINAS. Nomor :... (2) Tanggal :... (3)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (11) NOTA DINAS. Nomor :... (2) Tanggal :... (3) LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-126/PJ/2010 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMERIKSAAN (AUDIT PLAN) UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

Branch Management. Finance for Non Finance. Facilitated By PT. Suzuki Indomobil Sales October 2015

Branch Management. Finance for Non Finance. Facilitated By PT. Suzuki Indomobil Sales October 2015 Branch Management Finance for Non Finance Facilitated By PT. Suzuki Indomobil Sales October 2015 1 Branch, Finance Management 2 Fokus Pelatihan : NERACA Kas, Bank AR / Piutang Dagang Stock / Persediaan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM. PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM. TEKNIK ANALISIS RATIO MERUPAKAN TEKNIK ANALISIS YANG MENGGAMBARKAN HUBUNGAN MATEMATIKAL ANTARA SUATU JUMLAH TERTENTU DENGAN JUMLAH YANG LAIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan pemerintahannya. Tujuan tersebut tertuang dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan pemerintahannya. Tujuan tersebut tertuang dalam Pembukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat mempunyai tujuan dalam menjalankan pemerintahannya. Tujuan tersebut tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV RASIO KEUANGAN

BAB IV RASIO KEUANGAN BAB IV RASIO KEUANGAN 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) A. Rasio Lancar (Current Ratio) Aktiva Lancar Current Ratio = -------------------------- Hutang Lancar Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH. DAFTAR ISI Halaman SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH. i ii iv vi viii x xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Perumusan Masalah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan

Analisis Laporan Keuangan Bahan Kuliah Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan IV Analisis Laporan Keuangan Dosen : Suryanto, SE., M.Si Analisis Laporan Keuangan Analisis Indeks Analisis Common Size Analisis Rasio Keuangan Analisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Nurochman, SST,.Akt,.MT

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Nurochman, SST,.Akt,.MT ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Nurochman, SST,.Akt,.MT Laporan Keuangan Dalam PSAK No. 1 paragraf 07 dinyatakan ada lima komponen lengkap dari laporan keuangan: a. Neraca b. Laporan laba rugi c. Laporan perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN. 1) faktor kritis dalam analisis rasio keuangan, 2) mempelajari bagaimana analisis rasio keuangan tersebut dipergunakan dan

ANALISIS KEUANGAN. 1) faktor kritis dalam analisis rasio keuangan, 2) mempelajari bagaimana analisis rasio keuangan tersebut dipergunakan dan ANALISIS KEUANGAN Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan. Analisis rasio keuangan juga dapat digunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : BAB IV Analisis dan Pembahasan Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Internasional pada tahun 2011 dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

METADATA INFORMASI DASAR

METADATA INFORMASI DASAR METADATA INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Indikator Sektor Korporasi 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. APBN-nya. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. APBN-nya. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya negara yang memiliki administrasi pemerintahan yang modern seperti Indonesia mengandalkan penerimaan perpajakan sebagai penopang APBN-nya.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 40/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 40/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 40/PJ/2013 TENTANG PENGAWASAN PENGUSAHA KENA PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1. Pengertian Property dan Real Estate Menurut buku Realestate Sebuah Konsep Ilmu dan Problem Pengembang di Indonesia ( Budi Santoso,2000) definisi real estate adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang PT ABC PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto merupakan perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang tekstil. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian 58 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. XYZ Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Lebih terperinci

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN A. Arti Penting Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Agribisnis Semester : IV Pertemuan Ke : 3 Pokok Bahasan : Analisis Laporan Keuangan Dosen :

Lebih terperinci

Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak

Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK BAHAN AJAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN Oleh: Suwadi Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN BAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN A. Arti Penting Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengethaui tingkat profitabilitas (keuntungan)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN Kelompok : ANDI AMIRULLAH ARIF TIRO - 15/391326/EE/07067 MEYLIA CANDRAWATI - 15/391382/EE/07122 PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

Analisa Laporan keuangan

Analisa Laporan keuangan Laporan keuangan Analisa Laporan keuangan Minggu ke -2 By : Bambang Wahyudi Wicaksono Laporan keuangan diumumkan secara periodik untuk menyediakan informasi mendasar tentang kinerja keuangan suatu perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Laba Setiap perusahaan pasti menginginkan memproleh laba yang maksimal atas usaha yang dikelolanya sehingga perusahaan dapat terus maju

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang

Lebih terperinci

RATIO TOTAL BENCHMARKING SESUAIKAH DENGAN KONDISI WAJIB PAJAK? (Studi pada Empat Perusahaah Rokok yang Terdaftar di BEI)

RATIO TOTAL BENCHMARKING SESUAIKAH DENGAN KONDISI WAJIB PAJAK? (Studi pada Empat Perusahaah Rokok yang Terdaftar di BEI) RATIO TOTAL BENCHMARKING SESUAIKAH DENGAN KONDISI WAJIB PAJAK? (Studi pada Empat Perusahaah Rokok yang Terdaftar di BEI) Theresia Woro Damayanti Eko Sukmono Adiritonga Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 4 yaitu penilaian kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang akan dibandingkan dengan rata-rata

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kinerja keuangan PT.XYZ

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kinerja keuangan PT.XYZ 123 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kinerja keuangan PT.XYZ selama periode 2003 2005, penulis berkesimpulan sebagai berikut : 1. Kinerja keuangan PT.XYZ dari

Lebih terperinci

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

Bab 9 Teori Rasio Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 123 Bab 9 Teori Rasio Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai jenis dan pembagian laporan keuangan serta mengerti tentang perhitungan tentang rasio

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian suatu tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian suatu tujuan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Keuangan Kinerja adalah aktivitas yang berkaitan dengan unsur yang terlibat dalam suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin mengetahui posisi keuangan perusahaan saat

Lebih terperinci

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB IV Analisis Rasio A. Tujuan Instruksional : 1. Umum : Mahasiswa dapat memahami teknik dan aspek dalam menilai kinerja suatu perusahaan 2. Khusus : - Mahasiswa dapat menghitung berdasarkan ratio likuiditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan perkembangan perekonomian yang tinggi, maka semakin berkembang pula dunia usaha dewasa ini.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut IAI dalam SAK ETAP Bab 3 (2013:17) paragraf 3.12 yaitu bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan

Lebih terperinci

RISALAH REVIU KONSEP LHP. Audit Program Yang Dilakukan (8) (9) (10) (11) (12) (13) KESIMPULAN... (14)

RISALAH REVIU KONSEP LHP. Audit Program Yang Dilakukan (8) (9) (10) (11) (12) (13) KESIMPULAN... (14) LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-83/PJ./2009 TANGGAL : 1 SEPTEMBER 2009 TENTANG : REVIU (PENELAAHAN) DAN PENELAAHAN SEJAWAT (PEER REVIEW) RISALAH REVIU KONSEP LHP I. UMUM Nama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

HASIL PENGHITUNGAN RASIO-RASIO TOTAL BENCHMARKING BEBERAPA KLU TERTENTU TAHUN PAJAK : 2005

HASIL PENGHITUNGAN RASIO-RASIO TOTAL BENCHMARKING BEBERAPA KLU TERTENTU TAHUN PAJAK : 2005 LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-105/PJ/2010 TENTANG: PENETAPAN RASIO TOTAL BENCHMARKING TAHAP IV HASIL PENGHITUNGAN RASIO-RASIO TOTAL BENCHMARKING BEBERAPA KLU TERTENTU TAHUN PAJAK

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peraturan perundang-undangan perpajakan. b) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peraturan perundang-undangan perpajakan. b) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Kepatuhan Pajak Kepatuhan Wajib Pajak menurut Nowak (dalam Zain, 2007) adalah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan

Lebih terperinci