ANALISIS KESULITAN-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESULITAN-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)"

Transkripsi

1 ANALISIS KESULITAN-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SKRIPSI Oleh : MAYANG RISQI PUTRIANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2016

2 ANALISIS KESULITAN-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SKRIPSI Oleh : MAYANG RISQI PUTRIANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2016 i

3 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama NIM Program Studi : Mayang Risqi Putriani : K : Pendidikan Ekonomi menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ANALISIS KESULITAN- KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK) ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya. Surakarta, Juni 2016 Yang Membuat Pernyataan Mayang Risqi Putriani ii

4 ANALISIS KESULITAN-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) Oleh : MAYANG RISQI PUTRIANI K Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2016 iii

5 HALAMAN PERSETUJUAN Nama : Mayang Risqi Putriani NIM : K Judul Skripsi : Analisis Kesulitan-Kesulitan yang Dialami Guru Ekonomi SMA untuk Melakukan an Tindakan Kelas (PTK) Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dra. Sri Wahyuni, M,M Leny Noviani, S.Pd. M.Si NIP NIP iv

6 HALAMAN PENGESAHAN Nama : Mayang Risqi Putriani NIM : K Judul Skripsi : Analisis Kesulitan-Kesulitan yang Dialami Guru Ekonomi SMA untuk Melakukan an Tindakan Kelas (PTK) Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret pada hari Senin 13 Juni 2016 dengan hasil LULUS dan revisi maksimal 2 bulan. Skripsi telah direvisi dan mendapat persetujuan dari Tim Penguji. Persetujuan hasil revisi oleh Tim Penguji: Nama Penguji Tanda Tangan Tanggal Ketua : Drs. Sunarto, M.M Sekretaris : Jonet Ariyanto, S.E, M.M Anggota I : Dra. Sri Wahyuni,M.M. Anggota II : Leny Noviani, S.Pd. M.Si Skripsi disahkan oleh Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Hari : Tanggal : Mengesahkan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. NIP Drs. Sunarto, M.M NIP v

7 ABSTRAK Mayang Risqi Putriani. K ANALISIS KESULITAN-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni an ini bertujuan untuk mengetahui (1) penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK; (2) upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus intrinsik dengan pendekatan penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dan data sekunder berupa data atau dokumen yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Teknik Pengumpulan data dilaksanakan dengan wawancara terencana tidak terstruktur dan dokumentasi. Teknik pengambilan subjek dipilih secara purposive sampling dan bersifat snowball sampling. Uji validitas data yang digunakan adalah uji kredibilitas dan uji dependability dengan teknik analisis data sebelum di lapangan dan analisis data di lapangan. Pada analisis di lapangan terdiri atas tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penyimpulan data. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dapat dikelompokkan menjadi dua yakni penyebab utama dan pendukung. Penyebab utama dikarenakan belum termotivasi untuk melakukan PTK. Penyebab pendukung adalah sebagai berikut: (a) mengalami kesulitan-kesulitan teknis dalam penyusunan PTK terkait dengan penyusunan rumusan masalah, kalimat ilmiah dan kajian teori, mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dan menyusun lampiran yang dibutuhkan seperti nilai siswa, agenda mengajar, RPP, daftar siswa dan sebagainya; (b) adanya persepsi diri sibuk di dalam diri guru, PTK membutuhkan waktu yang lama dan anggaran dana yang cukup besar serta PTK dapat menjadi beban seorang guru; (c) adanya pelatiha n PTK yang belum optimal; (d) kurangnya budaya membaca guru terkait buku penunjang kegiatan PTK; (e) kurangnya pengalaman guru dalam penelitian; (f) pengaruh usia dalam tindakan penelitian yang dilakukan oleh guru. Usia tersebut tidak berpengaruh sepenuhnya pada tindakan penelitian yang dilakukan guru. Ada faktor lain di luar faktor usia yang dapat mempengaruhi guru untuk melakukan PTK yaitu pengalaman guru, sikap guru dalam menyikapi peraturan yang berlaku dan motivasi guru untuk melakukan PTK. Kedua, upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong guru melakukan PTK adalah dengan memberikan sosialisasi, menginformasikan pentingnya pelaksanaan PTK pada saat rapat dinas dan mengingatkan serta menggerakkan guru termasuk guru ekonomi agar bisa melakukan PTK. Upaya mengatasi kesulitan yang dilakukan pihak sekolah adalah dengan menyediakan akses internet dan referensi buku PTK. Kata Kunci: Kesulitan PTK, Penyebab, Upaya Sekolah vi

8 ABSTRACT Mayang Risqi Putriani. K THE ANALYSIS OF DIFFICULTIES FACED BY THE ECONOMIC TEACHERS OF SENIOR HIGH SCHOOL IN CONDUCTING CLASSROOM ACTION RESEARCH (CAR). Thesis. Surakarta. Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University. June This research was aimed to know (1) the reasons of majority economic teachers who have not conduct a Classroom Action Research (CAR), (2) the effort which has done by the school to encourage and overcome the difficulties faced by the teachers in conducting CAR, especially economic teachers. The informants of this research were all of economic teachers and the headmaster of school. The technique of taking subject in this research was chosen by purposive sampling and snowball sampling characterized. This research used the methodology of case study research by using qualitative approach. The techniques of collecting data were used unstructured planning interview and documentation. The technique of data validity test used credibility and dependability test. The techniques of data analysis used analysis before at field and at field. The at field analysis included three step namely data reduction, data presentation, and data conclusion. The result of this research was as following. First, the reasons of majority economic teachers who have not conduct a CAR could be divided into main reason and supporting reason. Main reason was that they were not motivated yet in conducting a CAR. The supporting reasons were as following: (a) facing technical difficulties in conducting CAR related to the composing of formulation of the problem, scientific sentences and theories, collecting, analyzing, and data conclusion, and also composing the appendixes such us students score, teaching schedule, lesson plan, students list, etc; (b) the perceptions which influenced the teachers who have not conduct a CAR such as busy, CAR was time and financial consuming so that it was burden the teacher; (c) the training of CAR was not optimal, (d) the lack of reading habit owned by the teacher related to the supporting books of CAR; (e) the lack of teachers experiences in research; (f) the influence of teachers age in conducting CAR. The age was influenced in research, but it is not fully influenced. There were other factors that influenced teacher in conducting CAR such as the teachers experience, manner toward the rule, and motivation. Second, the effort of school to encourage the teachers conducting CAR was by giving socialism, information, and reminding of the importance of CAR when the meeting held. The effort of school to overcome the teachers difficulties was by providing reference books of CAR, internet access to search any reference related to the CAR. Keywords: The difficulties of CAR, The reasons, The school s efforts vii

9 MOTTO dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir (Q.S. Yusuf:87) Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar-Rahman:13) Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang - orang yang beriman (Q.S. Al-Imran:139) viii

10 PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Papa dan Ibu Terimakasih atas dukungannya selama ini, baik dukungan yang bersifat materil maupun non materil. Terimakasih juga atas doa, semangat dan motivasinya untuk menyelesaikan studi ini. 2. Doni, Putri dan Tante-tante Terimakasih atas semangat, dukungan, doa dan motivasi yang selama ini diberikan. 3. My Beloved Friend Terimakasih atas dukungan, bimbingan, semangat, motivasi selama ini. Terimakasih telah menjadi kakak, guru, tentor, teman sejati dan sahabat yang baik. 4. Teman-Teman Pendidikan Angkatan 2012 Terimakasih atas semangat dan dukungannya selama ini, semoga yang masih mengerjakan skripsi diperlancar dan dipermudah oleh Allah SWT. ix

11 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS KESULITAN-KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI SMA UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK). Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberi ijin untuk menyusun skripsi. 2. Drs. Sunarto,M.M. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. 3. Dra. Sri Wahyuni M.M selaku Pembimbing I yang telah berkenan memberikan arahan, bimbingan, kesabaran dalam membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Leny Noviani S.Pd M.Si selaku Pembimbing II yang telah berkenan mengoreksi, memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dr. Harini, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan maupun semangat kepada penulis. 6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP yang telah memberi ilmu selama penulis belajar di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Bapak Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan kesediaannya untuk menjadi informan dalam penelitian ini. 8. Guru-guru ekonomi yang telah berkenan untuk menjadi informan dalam penelitian ini. 9. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. x

12 Semoga Allah memberikan balasan kepada semua pihak atas jasa-jasanya yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dengan kerendahan hati kami meminta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini serta mengucapkan terimakasih yang telah membantu kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat memberikan dorongan kepada kami. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca mengenai analisis kesulitan-kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Surakarta, Juni 2016 Penulis xi

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGAJUAN... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN ABSTRAK... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii ix x xii xv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan an... 6 D. Manfaat an... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka Hakikat an Tindakan Kelas a. Pengertian an Tindakan Kelas b. Karakteristik an Tindakan Kelas c. Manfaat an Tindakan Kelas d. Prinsip an Tindakan Kelas e. Tahapan an Tindakan Kelas f. Bentuk-Bentuk an Tindakan Kelas Pentingnya Guru Melakukan an Tindakan Kelas Motivasi Guru Melakukan an Tindakan Kelas xii

14 4. Kompetensi Profesional a. Pengertian Kompetensi Profesional b. Indikator Kompetensi Profesional c. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan d. an Tindakan Kelas sebagai Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan e. Hubungan Kompetensi Profesional dan an Tindakan Kelas dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Upaya yang dapat Dilakukan Pihak Sekolah Analisis Kesulitan- Kesulitan yang Dialami Guru untuk Melakukan an Tindakan Kelas B. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu an B. Metode dan Pendekatan an C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengambilan Subjek an E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Uji Validitas Data G. Teknik Analisis Data H. Prosedur an BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil an Lokasi an Deskripsi Data Ke Deskripsi Data Ke Deskripsi Data Ke Deskripsi Data Ke Deskripsi Data Ke xiii

15 7. Deskripsi Data Ke Deskripsi Data Ke Deskripsi Data Ke Deskripsi Data Ke Deskripsi Data Ke B. Pembahasan Penyebab Empat dari Lima Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah Temuan Data Lainnya BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Model PTK Menurut Kurt Lewis Model PTK Menurut Kemmis dan Taggart Kerangka Pengembangan Karir Guru Desain Penilaian Kinerja dan PKB Guru Skema Kerangka Berpikir Triangulasi Sumber Triangulasi Teknik Ilustrasi Teknik Analisis Data di Lapangan Pada an Kualitatif.. 44 xv

17 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Angka Kredit Bagi Guru yang Melakukan Kegiatan PI dan KI Nilai Angka Kredit untuk PKB Waktu an Daftar dan Keterangan Rincian Daftar Beserta Golongan dan Kewajiban Pembuatan PTK Analisis Keoptimalan Pelatihan PTK yang diadakan Dinas DIKPORA Tingkat Provinsi Analisis Keoptimalan Pelatihan PTK yang diadakan MGMP Ekonomi Kota Surakarta Pengalaman Mengajar Beserta Permasalahan dalam Kegiatan Pembelajaran Sumber Informasi Penguatan Kedudukan PTK xvi

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Instrumen an Transkip Hasil Wawancara Catatan Pribadi WAKASEK Kurikulum Triangulasi Teknik Triangulasi Sumber Data Analisis Kejenuhan Data Proses Analisis Data a. Data Lapangan dan Proses Pereduksi Data b. Hasil Reduksi Data c. Pembuatan Pola d. Memasukkan Data Hasil Reduksi Ke dalam Pola e. Penggabungan dan Penyimpulan Pola Syarat Kenaikan Pangkat IIIB ke IIIC Surat Permohonan Izin Observasi Ke Dinas DIKPORA Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi xvii

19 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut tidak dapat terlepas dari peran seorang guru. Guru menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dalam Suharno, 2013:148). Peran guru sangat penting dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan guru berperan dalam mengajar, mendidik sekaligus membimbing atau mengarahkan dan membentuk karakter peserta didik. Mengingat peran guru yang sangat penting tersebut maka seorang guru dituntut untuk profesional dalam menjalankan tugas sebagai seorang tenaga pendidik. Berkaitan dengan keprofesionalan seorang guru, terdapat empat kompetensi pokok yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Apabila keempat kompetensi pokok telah terpenuhi maka guru tersebut dapat disebut sebagai seorang guru yang profesional. Kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Supriatna (2013: 3) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan keprofesionalan seorang guru dapat dilakukan dengan an Tindakan Kelas (PTK). Pernyataan yang dikemukakan oleh Supriatna (2013:3) tersebut diambil dari amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa diantara standar isi kompetensi guru berupa kompetensi pedagogik, 1

20 2 kepribadian, sosial dan profesional terdapat unsur PTK sebagai ciri guru profesional atau kompeten. Berdasarkan keempat kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru professional tersebut, PTK dapat berkontribusi terutama pada peningkatan kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup pada penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru. Indikator-indikator tersebut adalah: (1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) mengu asai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelaja ran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator kompetensi profesional tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB) adalah kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Salah satu bentuk tindakan reflektif pada pengembangan keprofesionalan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan PTK. PTK merupakan suatu bentuk penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu seperti guru dan kepala sekolah dalam situasi sosial (termasuk pendidikan). PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik (Bustari,2011:4 dan Ali serta Asrori, 2011:9).

21 3 Pengembangan keprofesian secara berkelanjutan diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi (PERMENPAN-RB) Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala Badan Kepegawaian Nasional ( BKN) Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru (Widodo dkk, 2014:4). Berkaitan dengan peraturan pemerintah tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit guru terdapat dua komponen yakni Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG). PKB merupakan kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Komponen kedua dalam jabatan fungsional dan angka kredit guru adalah Penilaian Kinerja Guru (PKG ). PKG merupakan penilaian terhadap tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan. Penilaian PKG dilakukan oleh asesor PKG pada setiap tahun. Nilai yang didapatkan dari PKB dan PKG kemudian diakumulasi menjadi angka kredit yang diperoleh pada tahun penilaian tersebut. PKB memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. PKB dapat diperoleh guru dari kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Pada kegiatan publikasi ilmiah, guru sangat disarankan membuat PTK daripada penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya perbaikan kualitas pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Akan tetapi pada kenyataannya tidak mudah bagi sebagian besar guru untuk membuat publikasi ilmiah seperti PTK. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar atau 42,31% guru saat ini menumpuk di pangkat golongan IVA. Selain itu, pelaksanaan PERMENPAN-RB Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang resmi berlaku pada 1 Januari 2013 dikhawatirkan akan terjadi penumpukan pangkat

22 4 guru pada golongan IIIB, karena mulai golongan IIIB seorang guru sudah diwajibkan untuk membuat publikasi ilmiah salah satunya dapat berupa PTK (Utomo, 2012:1). Apabila dikaji lebih lanjut, adanya PERMENPAN-RB Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu komponen yang harus dipenuhi untuk keperluan kenaikan pangkat guru bertujuan untuk mendorong minat dan meningkatkan kemampuan meneliti guru serta menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) terutama pada PTK. Peraturan tersebut diberlakukan pemerintah dengan pertimbangan bahwa PTK dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik. Upaya pemerintah dalam mendorong guru melakukan PTK ternyata belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari belum banyak guru yang melakukan PTK. Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Nasional pada tahun 2015 tercatat bahwa dari guru, 22,87% adalah guru golongan IVA, 0,16% golongan IVB, 0,006% guru golongan IVC, 0,001% golongan IVD, dan 0,00% guru golongan IVE, sedangkan sisanya golongan IVA ke bawah. Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa golongan kepangkatan guru mengalami stagnasi pada golongan IVA. Stagnasi tersebut disebabkan karena untuk naik ke jenjang kepangkatan berikutnya guru diharuskan menulis KTI salah satunya dapat berupa PTK (Ekowati, 2011:1). Belum banyaknya guru yang melakukan PTK juga terjadi di salah satu SMA di Surakarta, dimana pada sekolah tersebut berdasarkan pernyataan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum diketahui bahwa dari 60 guru hanya tiga guru yang sudah melakukan PTK. Ketiga guru tersebut berasal dari mata pelajaran sains seperti Matematika dan Biologi. Selain dari mata pelajaran sains, guru yang sudah melakukan PTK lainnya berasal dari mata pelajaran bahasa yaitu Bahasa Inggris. Sedangkan untuk mata pelajaran yang bersifat social science seperti Ekonomi, berdasarkan hasil wawancara lebih lanjut kepada guru ekonomi dapat diketahui bahwa satu dari lima guru ekonomi

23 5 sudah pernah melakukan PTK sedangkan keempat guru ekonomi lainnya belum melakukan PTK. PTK tidak hanya penting dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran sains dan bahasa saja, tetapi juga penting dilakukan oleh guru mata pelajaran social science seperti Ekonomi. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK dapat membantu guru ekonomi mendiagnosis permasalahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, manfaat lain yang didapatkan guru ekonomi ketika melakukan PTK yaitu dapat menunjang angka kredit guru. Implikasi lebih lanjut dengan naiknya angka kredit guru melalui PTK tersebut adalah dapat menunjang kenaikan pangkat guru. Adanya kenaikan pangkat guru tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan guru sebagai tenaga pendidik. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Atas dasar permasalahan tersebut peneliti mengambil judul yaitu ANALISIS KESULITAN KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengapa sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK? 2. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK?

24 6 C. Tujuan an Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK. 2. Upaya-upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK. D. Manfaat an berharap penelitian mengenai analisis kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK dapat memberikan manfaat secara teoretis maupun secara praktis. Berikut uraian manfaat penelitian baik secara teoretis maupun secara praktis: 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi teori mengenai kesulitan yang dialami guru mata pelajaran ekonomi untuk melakukan PTK. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan rujukan untuk studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan konsep mengenai analisis kesulitan yang dialami guru ekonomi SMA untuk melakukan PTK. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru ekonomi untuk mengetahui kesulitan yang selama ini dialami dalam melakukan PTK dan menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan tersebut. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan pula mampu mendorong guru ekonomi untuk melakukan PTK yang dapat memperbaiki proses pembelajaran serta menunjang angka kredit untuk kenaikan pangkat atau jabatan fungsional dan kompetensi profesional guru. b. Bagi Peserta Didik Hasil penelitian ini secara tidak langsung akan berdampak pada peserta didik, terutama berkaitan dengan proses pembelajaran yang

25 7 dijalankan. Hal ini dikarenakan dengan adanya hasil penelitian diharapkan dapat mendorong guru untuk melakukan PTK. Adanya PTK yang dilakukan guru tersebut dapat membantu guru mendiagnosis dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran serta menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya PTK adalah guru mampu meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan dapat mendorong keaktifan peserta didik serta mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rekomendasi bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi sekolah. Hal ini dikarenakan dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu mendorong guru khususnya guru ekonomi untuk dapat melakukan PTK. Adanya PTK yang dilakukan guru tersebut dapat meningkatkan profesionalisme guru dan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Peningkatan pada kualitas pembelajaran tersebut diharapkan dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Implikasi lebih lanjut dari kenaikan hasil belajar peserta didik adalah dapat menaikkan grade sekolah untuk dapat lebih kompetitif dalam menghasilkan peserta didik yang lebih berkualitas. d. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada kepala sekolah mengenai kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK dan diharapkan kepala sekolah mampu membantu mengatasi kesulitan yang dialami guru khususnya guru ekonomi untuk melakukan PTK. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan evaluasi dan bahan referensi bagi kepala sekolah dalam meningkatkan upaya-upaya yang dapat dilakukan pihak

26 8 sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru khususnya pada guru ekonomi melakukan PTK. e. Bagi Musyarawah Guru Mata Pelajaran Ekonomi Tingkat Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi Musyarawah Guru Mata Pelajaran Ekonomi Tingkat Sekolah mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami guru khususnya pada guru ekonomi untuk melakukan PTK dan diharapkan pula Musyarawah Guru Mata Pelajaran Ekonomi Tingkat Sekolah dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. f. Bagi Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti karena dengan adanya penelitian dapat menambah khasanah keilmuan peneliti mengenai penyebab guru belum melakukan PTK dan upaya-upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kesulitankesulitan yang dialami guru khususnya guru ekonomi untuk melakukan PTK. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan antisipasi preventif bagi peneliti sebagai calon guru untuk dapat mengatasi jika menemukan kesulitan yang sama dengan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. g. Bagi Lain Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau bahan rujukan bagi penelitian sejenis namun dengan pokok bahasan yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan pula ini dapat menjadi bahan referensi atau bahan rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai pokok bahasan yang sama dan pendekatan penelitian yang sama namun dengan tempat penelitian dan kondisi sampling yang berbeda.

27 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Hakikat an Tindakan Kelas a. Pengertian an Tindakan Kelas an Tindakan Kelas atau PTK merupakan suatu penelitian yang berasal dari permasalahan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran. an tersebut dilakukan sebagai bentuk refleksi guru yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bustari (2011:4) bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan dari praktik sosial atau kependidikan. PTK menurut Ali dan Asrori (2011:9) merupakan: Suatu bentuk penelitian yang reflektif dengan melakukan tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. PTK dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk pencermatan atas kegiatan belajar yang dilakukan di kelas. Hal ini sependapat dengan pernyataan Arikunto (2012:3) 10 menyatakan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama. Lebih lanjut, Arikunto (2012:3) menyatakan makna kelas pada PTK tidak terikat pada pengertian ruang kelas saja melainkan dapat diartikan sebagai sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. Berdasarkan ketiga definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu bentuk penelaahan melalui refleksi diri yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki dan meningkatkan 10

28 11 praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Makna kelas pada PTK dapat diartikan sebagai sekelompok peserta didik dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula. b. Karakteristik an Tindakan Kelas Karakteristik an Tindakan Kelas menurut Kemendikbud (2011:9) sebagai berikut: 1) PTK Tidak Saja Berupaya Memecahkan Masalah, Tetapi Sekaligus Mencari Dukungan Ilmiah Dukungan ilmiah dalam PTK dapat bersumber dari teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori tersebut dapat diambil dari buku, artikel maupun jurnal. Dukungan ilmiah juga dapat berasal dari kajian empirik seperti hasil dari penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kedudukan kajian teoretik dan kajian empirik dalam PTK digunakan sebagai pedoman dan pendukung ilmiah atas pemecahan permasalahan yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran. 2) Permasalahan yang Dikaji dalam PTK Bukan Dihasilkan dari Kajian Teoretik dan atau Empirik Permasalahan yang dikaji dalam PTK bukan hasil dari kajian teoretik dan atau penelitian terdahulu. Permasalahan yang dikaji pada PTK berasal dari adanya permasalahan nyata dan aktual yang terjadi di dalam pembelajaran. Atas dasar tersebut maka PTK fokus pada pemecahan masalah praktis bukan masalah teoretis. 3) Dimulai dari Permasalahan yang Nyata, Jelas, dan Tajam Permasalahan yang dikaji dalam PTK merupakan permasalahan yang nyata. Permasalahan tersebut benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang dikaji dalam PTK juga bersifat jelas, artinya jelas seperti apa permasalahan yang dihadapi,

29 12 oleh siapa dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut, selain itu PTK juga dimulai dari kepekaan guru dalam mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pada proses identifikasi permasalahan sangat diperlukan kecermatan. Adanya kecermatan ini dapat membantu guru dalam merumuskan solusi yang tepat sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran secara optimal. 4) Adanya Kolaborasi Antara Praktisi dengan Kolaborasi antara peneliti dengan praktisi dilakukan dalam beberapa hal yaitu pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang akhirnya menciptakan kesamaan tindakan. Adanya kolaborasi antara praktisi dengan peneliti dapat membantu mengurangi subjektivitas dalam melakukan penelitian serta dapat membagi peran dan tanggungjawab sehingga dapat mengurangi persepsi yang menyatakan bahwa PTK membebani tugas seorang guru. 5) Tujuan Melakukan PTK Salah satu ciri khas dari PTK terletak pada tujuan melakukan PTK. Pada PTK, setidaknya mempunyai tiga tujuan yaitu untuk meningkatkan profesionalisme guru, mengetahui alasan pokok ingin tahu, ingin membantu, ingin meningkatkan dan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan serta sebagai upaya pemecahan masalah yang terjadi di dalam proses pembelajaran. 6) PTK Bagian Penting dalam Pengembangan Profesi Guru PTK merupakan bagian penting dalam upaya pengembangan profesi guru. Pengembangan profesi guru meliputi kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Salah satu bentuk tindakan reflektif pada publikasi ilmiah dapat dilakukan dengan mengadakan PTK.

30 13 Selain itu, PTK juga dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan dan pengembangan aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis. Adanya kontribusi tersebut diharapkan dapat lebih mengoptimalkan upaya guru dalam pengembangan profesi. c. Manfaat an Tindakan Kelas PTK merupakan sebuah tindakan penelitian yang dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yaitu bagi siswa dan pembelajaran, guru dan sekolah. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sukardiyono (2015:7) menyatakan bahwa ada tiga komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK yaitu: 1) Manfaat Bagi Siswa dan Pembelajaran Adanya PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran akan lebih cepat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan lebih menarik dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK. 2) Manfaat bagi guru Beberapa manfaat PTK bagi guru menurut Daryanto dalam Sukardiyono (2015:7) yaitu: a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di dalam proses pembelajaran. Keberhasilan dalam perbaikan akan memberikan kepuasan bagi guru karena telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi peserta didik. b. Guru dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya secara professional melalui PTK. Hal ini dikarenakan melalui

31 14 PTK guru mampu menilai, merefleksi diri dan memperbaiki kegiatan pembelajaran yang dilakukan. c. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Hal ini dikarenakan pada PTK, guru tidak hanya sebagai penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru juga dapat berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut sehingga diharapkan dapat menghasilkan perbaikan atas praktik pembelajaran yang dilakukan. d. Guru akan merasa lebih percaya diri dengan melakukan PTK. Hal ini dikarenakan melalui PTK, guru dapat merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas. Hal ini dapat membantu guru untuk menemukan kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan mengembangkan alternatif dalam kegiatan pembelajaran. 3) Manfaat Bagi Sekolah Manfaat adanya PTK bagi sekolah adalah dapat memperbaiki kualitas pembelajaran sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan secara nasional. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan PTK. Jika suatu sekolah memiliki guru yang berkompeten dalam melaksanakan PTK maka akan memperoleh manfaat yang besar. Hal ini dikarenakan melalui PTK guru mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. d. Prinsip an Tindakan Kelas Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai peneliti dalam pelaksanaan PTK yaitu (Kemendikbud, 2011:11): 1) Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan diharapkan tidak mengganggu kegiatan utama guru. Guru tidak diperkenankan mengorbankan kegiatan pembelajaran. Pekerjaan

32 15 utama guru adalah mengajar, apapun jenis PTK yang diterapkan seharusnya tidak mengganggu tugas guru sebagai pengajar. 2) Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukan guru dan berdasarkan pada tanggung jawab profesional. Guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang akan menuntut kerja ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen untuk memberikan layanan yang terbaik kepada peserta didik; 3) Metode pengumpulan data yang digunakan dapat menuntut waktu cukup lama sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Guru dalam hal ini perlu mempertimbangkan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri dan tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik perekaman data yang sederhana namun dapat menghasilkan informasi yang bermakna; 4) Permasalahan harus berdasarkan fakta, menarik dan berada dalam jangkauan kewenangan guru sebagai peneliti untuk melakukan perubahan. Guru harus merasa terdorong melakukan PTK untuk meningkatkan kompetensi sebagai tenaga pendidik; 5) Guru ketika berperan sebagai peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata karma penelitian yang berlaku secara umum. Pada penyelenggaraan PTK, guru harus peduli terhadap etika yang berkaitan dengan profesi. Hal ini penting ditekankan karena PTK hadir dalam suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus memperhatikan tata krama berorganisasi; 6) Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang berkelanjutan karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan menjadi tantangan guru sepanjang waktu; 7) Kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab guru namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu melainkan juga dalam perspektif misi

33 16 sekolah. Hal ini perlu ditekankan apabila dalam suatu PTK terlibat lebih dari seorang peneliti, misalnya kolaborasi antarguru dalam satu sekolah atau dengan dosen dan pengawas sekolah. e. Tahapan an Tindakan Kelas Ada beberapa model PTK yang dapat digunakan yaitu model PTK yang dikemukakan oleh Kurt Lewin dan Kemmis serta Taggart. Pada kedua model PTK tersebut terdapat empat tahapan yang dilakukan pada setiap siklus PTK meliputi; 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap pengamatan, dan 4) tahap refleksi. Adapun model dan penjelasannya untuk masing-masing tahap menurut Koida N (2013 :53) dan Arikunto S (2012 :74) dapat digambarkan sebagai berikut: Pelaksanaan Perencanaan Pengamatan Refleksi Gambar 1. Model PTK Menurut Kurt Lewin Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pengamatan Pelaksanaan Refleksi Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Gambar 2. Model PTK Menurut Kemmis dan Taggart

34 17 1) Tahap Perencanaan (Planning) Tahap ini adalah tahapan dimana peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan; 2) Tahap Pelaksanaan (Acting) Pada tahap ini peneliti melaksanakan atau mengimplementasikan isi rancangan yang telah dibuat pada tahap perencanaan; 3) Tahap Pengamatan (Observing) Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengamatan atas tindakan yang dilakukan; 4) Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini peneliti merefleksikan kembali apa yang sudah dilakukan. f. Bentuk-Bentuk PTK Menurut Oja dan Smulyan dalam Sumini (2016:5) menyatakan bahwa PTK memiliki macam-macam bentuk yaitu: 1) Guru Sebagai Pada bentuk yang pertama merupakan bentuk PTK yang memandang guru sebagai peneliti yang utuh. Pada bentuk ini memiliki ciri sangat berperannya guru dalam proses PTK. Tujuan utama PTK bentuk ini ialah meningkatkan praktik pembelajaran di kelas dimana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada bentuk penelitian ini, guru mengidentifikasi masalah sendiri untuk dipecahkan melalui PTK. Keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mempertajam atau mencari problema pembelajaran di kelas. Peran pihak luar sangat kecil dalam proses penelitian. 2) an Tindakan Kolaboratif Pada bentuk penelitian kedua, PTK kolaboratif melibatkan beberapa pihak baik guru, kepala sekolah maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran,

35 18 menyumbang pada perkembangan teori dan karier guru. Model penelitian kolaboratif ini dirancang dan dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari guru, dosen ataupun kepala sekolah. Hubungan antara ketiga pihak tersebut bersifat kemitraan yang dapat secara bersama-sama memikirkan persoalan-persoalan yang dihadapi untuk diteliti melalui penelitian kolaboratif. Kelebihan dari bentuk ini adalah dapat mengurangi subjektivitas dalam melakukan penelitian. 3) Simultan Terintegratif Tujuan utama dalam bentuk PTK yang ketiga adalah untuk memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran praktis dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas. Pada bentuk penelitian ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelas, terutama pada tahap pelaksanaan dan refleksi terhadap praktik-praktik pembelajaran di kelas. Sedangkan tahap perencanaan (termasuk pada proses identifikasi masalah) dan tahap pengamatan dilakukan oleh peneliti dari luar. Pada PTK jenis ini, kedudukan peneliti dari luar adalah sebagai inovator pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan. 4) Administrasi Sosial Eksperimental Pada bentuk PTK yang keempat lebih menekankan dampak kebijakan dan praktik. Pada pelaksanaannya guru tidak dilibatkan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengamatan maupun refleksi terhadap praktik pembelajarannya. Guru tidak banyak memberikan masukan pada proses penelitian ini. Tanggung jawab penelitian sepenuhnya ada pada pihak luar. Pada bentuk ini peneliti bekerja atas dasar hipotesis tertentu, kemudian melakukan bentuk tes dalam sebuah eksperimen. 2. Pentingnya Guru Melakukan an Tindakan Kelas Danoebroto (2012:1) menyatakan bahwa PTK penting dilakukan oleh guru. Hal ini dikarenakan melalui PTK guru mampu meningkatkan,

36 19 memperbaiki, dan mengoptimalkan proses pembelajaran. Tujuan utama PTK yang dilakukan oleh guru adalah untuk membantu siswa belajar dan memberdayakan potensi siswa. Lebih lanjut, Danoebroto (2012:2) mengemukakan bahwa pertimbangan lain jika guru melakukan PTK adalah tindakan penelitian yang dilakukan bersamaan dengan tugas utama guru yaitu mengajar. Atas dasar tersebut sebenarnya sudah tidak ada alasan bagi guru untuk tidak melakukan PTK karena khawatir terganggu tugas mengajarnya. PTK juga dapat memberikan manfaat lain bagi guru. Manfaat tersebut berkaitan dengan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang dapat dicapai dengan melakukan PTK. Hal ini dikarenakan melalui PTK, masalah dalam kegiatan pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan sehingga dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang lebih berkualitas. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Pulungan (2015:2) yang menyatakan bahwa dengan melaksanakan PTK masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan sehingga dapat menghasilkan proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik. Lebih lanjut Pulungan (2015:3) menyatakan bahwa guru lebih utama melakukan perbaikan melalui PTK. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran yang berlangsung guru mengetahui permasalahan yang dihadapi secara spesifik di kelas. PTK juga dapat memberikan kesempatan bagi guru untuk mengembangkan kinerja dan menciptakan sebuah budaya belajar pada kalangan guru. Hal ini dikarenakan pada PTK menempatkan guru tidak hanya sebagai pendidik namun juga sebagai agen perubahan yang mempunyai pola kerja yang kolaboratif. Hal ini sependapat dengan pernyatakan yang dikemukakan oleh Permana (2011 :7) menyatakan bahwa PTK diperlukan untuk dapat menciptakan sebuah budaya belajar pada kalangan guru. PTK memberikan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pada pendekatan penelitian ini

37 20 menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti dan sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif. Berdasarkan ketiga pendapat ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya seorang guru melakukan PTK adalah untuk meningkatkan, memperbaiki dan mengoptimalkan proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan permasalahan yang diteliti adalah masalah yang menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Guru lebih utama untuk melakukan perbaikan karena mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi secara spesifik di kelas. Melalui PTK masalah yang terjadi dalam pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan, sehingga dapat menghasilkan pembelajaran dan hasil belajar yang lebih baik. Selain itu, dengan adanya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar pada kalangan guru dan dapat dilakukan sebagai salah satu upaya yang terkait dengan pengembangan kinerja yang akan berimplikasi pada angka kredit guru. Peningkatan pada angka kredit guru tersebut dapat berkontribusi pada kenaikan pangkat atau golongan dan jabatan fungsional guru. 3. Motivasi Guru Melakukan PTK Motivasi merupakan suatu dorongan kehendak yang dapat menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan atau tindakan tertentu untuk mencapai sebuah tujuan. Berkaitan dengan motivasi guru untuk melakukan PTK berdasarkan penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014:100) diketahui bahwa guru yang memiliki motivasi untuk kenaikan pangkat atau jabatan ternyata melaksanakan PTK, sedangkan guru yang tidak memiliki motivasi untuk naik jabatan ternyata tidak melaksanakan PTK. Motivasi untuk kenaikan pangkat atau jabatan merupakan satusatunya faktor pendukung pelaksanaan PTK. 4. Kompetensi Profesional a. Pengertian Kompetensi Profesional Kompetensi profesional menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1) adalah:

38 Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup pada penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. b. Indikator Kompetensi Profesional Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat (1) ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru. Indikator-indikator tersebut adalah: (1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator kompetensi profesional tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB) adalah kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. c. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan PKB menurut Kemendikbud (2012:8) mencakup tiga hal yaitu: 1) Pelaksanaan Pengembangan Diri Pengembangan diri (PD) adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundangan agar mampu melaksanakan tugas pokok dan kewajiban dalam pembelajaran atau pembimbingan termasuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Kegiatan PD terdiri atas diklat fungsional dan kegiatan kolektif Diklat fungsional adalah diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenjang 21

39 22 jabatan fungsional guru. Kegiatan diklat fungsional dapat dilakukan dengan mengikuti kursus, pelatihan dan sebagainya. Hasil diklat fungsional digunakan untuk kenaikan jabatan fungsional guru. Kegiatan kolektif adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan tujuan untuk mencapai standar atau di atas standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan. Kegiatan kolektif dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan lokakarya atau MGMP, mengikuti kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi panel atau bentuk pertemuan ilmiah yang lain dan mengikuti kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru. 2) Pelaksanaan Publikasi Ilmiah Publikasi ilmiah ( PI) adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. PI mencakup tiga kelompok kegiatan, yaitu: a) presentasi pada forum ilmiah, sebagai narasumber pada seminar, lokakarya ilmiah dan diskusi ilmiah; b) publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal mencakup pembuatan laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolah, tulisan ilmiah popular pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan; c) publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku bidang pendidikan, karya hasil terjemahan dan buku pedoman guru. Dari ketiga kelompok kegiatan pada PI tersebut, PTK berkaitan dengan kelompok kedua yakni publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada pendidikan formal mencakup pembuatan laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolah. Pada kegiatan PI, guru sangat disarankan membuat PTK

40 daripada penelitian lainnya. Hal ini dikarenakan dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya peningkatan kualitas pembelajaran tersebut diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Setelah guru melakukan PTK, maka PTK tersebut harus diseminarkan pada tingkat MGMP maupun nasional kemudian setelah diseminarkan, PTK tersebut dibuat jurnal sebagai bentuk kajian ilmiah yang telah dilakukan guru. 3) Pelaksanaan Karya inovatif Karya inovatif (KI) adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains atau teknologi, dan seni. Karya inovatif ini mencakup: a) penemuan teknologi tepat guna kategori kompleks atau sederhana; b) penemuan atau penciptaan atau pengembangan karya seni kategori kompleks atau sederhana; c) pembuatan atau modifikasi alat pelajaran, peraga, praktikum kategori kompleks atau sederhana; d) penyusunan standar, pedoman, dan soal pada tingkat nasional maupun provinsi. Karya yang dihasilkan secara bersama, dilaksanakan maksimum oleh empat orang guru, yang terdiri atas peneliti utama dan peneliti pembantu. Jumlah peneliti pembantu paling banyak tiga orang. Besaran nilai angka kredit yang diberikan atas kegiatan PI dan KI yang dilakukan oleh beberapa guru dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Angka Kredit Bagi Guru yang Melakukan Kegiatan PI dan KI Jumlah Guru yang Melakukan Kegiatan PI dan KI Pemberian Angka Kredit Pembantu II Utama Pembantu I 1 orang 100% 2 orang 60% 40% 3 orang 50% 25% 25% 4 orang 40% 20% 20% 20% Sumber: Kemendiknas dalam Utomo (2012:3) 23 Pembantu III

41 Besaran nilai angka kredit untuk PKB sebagai syarat kenaikan jabatan guru disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Nilai Angka Kredi untuk PKB Dari Jabatan Ke Jabatan Jumlah angka kredit Macam PI/KI yang wajib ada Guru Pertama golongan III/a Guru Pertama golongan III/b - - Guru Pertama golongan III/b Guru golongan III/c Muda Guru Muda Guru Muda golongan III/c golongan III/d Guru Muda Guru Madya golongan golongan III/d IV/a Guru Madya Guru Madya golongan golongan IV/a IV/b Guru Madya golongan IV/b Guru Madya golongan IV/c Guru Utama golongan IV/d Guru Madya golongan IV/c Guru Utama golongan IV/d Guru Utama golongan IV/e 4 (empat) 6 (enam) 8 (delapan) 12 (duabelas) 12 (duabelas) 14 (empatbelas) 20 (duapuluh) ber-isbn Sumber: Kemendiknas dalam Rahmatiah (2013:4) 24 Bebas pada jenis karya publikasi ilmiah & karya inovatif Bebas pada jenis karya publikasi ilmiah & karya inovatif Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) Artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil pene-litian dan 1 (satu) Artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yan g dimuat di jurnal yang ber- ISSN dan 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber-isbn Minimal terdapat 1(satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber- ISSN dan 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang

42 25 d. an Tindakan Kelas Sebagai Salah Satu Bentuk Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB) adalah kegiatan melaksanakan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif. Salah satu bentuk tindakan reflektif pada publikasi ilmiah dapat dilakukan dengan mengadakan PTK. PTK merupakan salah satu bentuk publikasi ilmiah yang dapat dilakukan guru. Dari berbagai jenis publikasi ilmiah yang ada, guru sangat disarankan untuk melakukan PTK. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK, guru mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik dan kompetensi professional guru sebagai tenaga pendidik (Widoyoko, 2012:4 dan Pulungan, 2015:2). Tujuan utama melakukan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan (Kemendikbud dalam Widoyoko, 2012:4). Mengingat PTK penting dilakukan guru maka kedudukan PTK diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru. Pada kedua aturan tersebut menegaskan bahwa bagi guru yang ingin naik pangkat dari golongan IIIB ke IIIC harus sudah melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Pada publikasi ilmiah guru sangat disarankan untuk melakukan PTK.

43 26 Rasionalitas dari adanya kedua peraturan tersebut menurut Kemendikbud ( 2014:3) dikarenakan mulai golongan IIIB ke IIIC kegiatan PKB guru fokus pada peningkatan kompetensi guru. Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi guru dapat dilakukan dengan mengadakan PTK. Penjelasan lebih lengkap mengenai pengembangan karir guru sesuai dengan golongan kepangkatan dan jabatan fungsional guru dapat dilihat pada gambar kerangka pengembangan karir guru berikut ini: Gambar 3. Kerangka Pengembangan Karir Guru e. Hubungan Kompetensi Profesional dan an Tindakan Kelas dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru profesional adalah guru yang memiliki empat kompetensi pokok yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Supriatna (2013:3) menyatakan bahwa salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru dapat dilakukan dengan melakukan PTK. Pernyataan yang dikemukakan oleh

44 27 Supriatna (2013:3) tersebut diambil dari amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa diantara standar isi kompetensi guru berupa kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional terdapat unsur PTK sebagai ciri guru profesional. Berdasarkan keempat kompetensi pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional tersebut, PTK dapat berkontribusi terutama pada peningkatan kompetensi profesional guru. Ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru. Indikator-indikator tersebut adalah: (1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomun ikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator kompetensi profesional guru tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Tindakan reflektif pada PKB terdiri atas tiga hal yaitu mengembangkan diri, melakukan publikasi ilmiah dan karya inovatif. PTK termasuk salah satu tindakan reflektif yang dapat dilakukan pada kegiatan publikasi ilmiah. Pada publikasi ilmiah menurut Kemendikbud (2014:11) terdapat sepuluh tindakan reflektif yang dapat dilakukan oleh guru yaitu presentasi di forum ilmiah, hasil penelitian berupa PTK, melakukan tinjauan ilmiah, menulis ilmiah populer, artikel ilmiah, membuat buku pelajaran, modul/diktat, buku dalam bidang penddikan, membuat karya terjemahan dan buku pedoman guru. Dari kesepuluh tindakan

45 28 reflektif yang dapat dilakukan guru dalam publikasi ilmiah, guru disarankan untuk melakukan penelitian berupa PTK. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK, guru mampu mendiagnosis permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Adanya PTK sebagai salah satu bentuk PKB mempunyai dua tujuan yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran dan terpenuhinya tujuan administratif guru. Adanya PTK dapat membantu guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dengan adanya perbaikan kualitas pembelajaran tersebut adalah mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Tujuan administratif adanya PTK bagi guru adalah terpenuhinya salah satu syarat kenaikan pangkat pada golongan tertentu. Tujuan administratif lainnya yang dapat didapatkan guru yang melakukan PTK adalah dapat berkontribusi pada penilaian kinerja dan PKB guru. Penilaian kinerja guru dapat diukur melalui kegiatan Uji Kompetensi Guru (UKG). Pada UKG guru yang mempunyai nilai penilaian kinerja di bawah standar minimal maka diwajibkan untuk mengikuti PKB. Kegiatan PKB yang diikuti dapat berupa diklat lanjutan dan diklat pengembangan. Pada kedua diklat tersebut guru dapat mengikuti diklat mengenai PTK yang dapat meningkatkan pemahaman guru terkait dengan PTK. Desain penilaian kinerja dan PKB guru selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Kemendikbud, 2014:22):

46 29 Gambar 4. Desain Penilaian Kinerja dan PKB Guru 5. Upaya yang Dapat Dilakukan Pihak Sekolah Menurut Anggraeni (2014:45) upaya yang dapat dilakukan pihak sekolah untuk mendorong guru untuk melakukan PTK dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan menginformasikan pentingnya pelaksanaan PTK dan mengingatkan serta menggerakkan guru agar bisa melakukan PTK. Pihak sekolah juga dapat berkontribusi dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Salah satu cara untuk berkontribusi dalam mengatasi kesulitan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan program PTK di sekolah. Program PTK di sekolah dapat dibimbing langsung oleh pihak yang telah berkompeten melakukan PTK seperti kepala sekolah ataupun bekerjasama dengan instansi lain seperti LPMP dan LPTK. Upaya lebih lanjut yang dilakukan pihak sekolah untuk melancarkan program PTK dapat dilakukan dengan menyelenggarakan pelatihan komputer bagi guruguru yang masih mengalami kesulitan dalam mengoperasikan komputer,

47 30 mengadakan pelatihan melaksanakan PTK dan bimbingan penyusunan laporan penelitian serta menyediakan buku-buku penelitian. 6. Analisis Kesulitan Kesulitan yang dialami Guru untuk Melakukan an Tindakan Kelas Adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang telah resmi berlaku pada 1 Januari 2013 pada kenyataannya justru membuat golongan kepangkatan guru mengalami stagnasi pada golongan IVA. Hal ini dikarenakan untuk naik ke jenjang kepangkatan berikutnya, guru diharuskan menulis karya ilmiah seperti PTK. Selain karena belum melakukan PTK, stagnasi kenaikan pangkat guru juga disebabkan hal lain seperti PTK yang diajukan guru merupakan hasil jiplakan dari skripsi,tesis atau laporan penelitian lainnya (Suhardjono dalam Widoyoko, 2012:3). Atas dasar uraian tersebut, dapat diketahui bahwa masih banyak guru yang mengalami kesulitan untuk melakukan PTK. Berikut peneliti paparkan teori penyebab kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Penyusunan data ini berasal dari artikel ilmiah, jurnal maupun penelitian terdahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2014:100), Pati (2014 :67), Drajati (2015 :240), Trisdiono (2014:1) dan artikel ilmiah yang ditulis oleh Saipurrahman (2015:1) dapat diketahui bahwa kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK disebabkan oleh hal hal berikut: a. Adanya persepsi sibuk di dalam benak guru dan adanya persepsi bahwa PTK dapat membebani tugas seorang guru, memerlukan banyak waktu dan biaya; b. Minimnya pengalaman guru dalam melakukan kegiatan penelitian; c. Belum memiliki pemahaman yang baik mengenai PTK sehingga permasalahan yang dihadapi di kelas tidak mampu guru deskripsikan dalam bentuk tulisan untuk dilakukan penelitian guna memperoleh solusinya. Implikasi lebih lanjut dari kurangnya pemahaman guru

48 31 adalah terhambatnya proses kenaikan pangkat karena kurangnya komponen penelitian yang dilakukan; d. Adanya pemahaman yang kurang mengenai profesi yang digeluti, utamanya yang berhubungan dengan PKB yang menunjang angka kredit guru; e. Adanya budaya kurang membaca; f. Tidak ada anggaran dana; g. Usia guru yang sudah tidak memungkinkan melakukan PTK; h. Kegiatan penataran atau pelatihan PTK yang belum optimal; i. Sulit menyusun kalimat ilmiah yang disebabkan terbatasnya tulisan ilmiah yang dibaca; j. Sulit menyusun kajian teori yang disebabkan karena tidak cukup tersedianya referensi dalam berbagai bentuk seperti buku, jurnal, akses internet, dan perpustakaan. B. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teoritik dapat diketahui bahwa dalam keprofesionalan seorang guru terdapat empat kompetensi pokok yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, professional, sosial dan kepribadian. Kompetensi pokok tersebut dapat ditingkatkan melalui beberapa cara salah satunya dengan melakukan an Tindakan Kelas (PTK). Dari keempat kompetensi pokok tersebut, PTK dapat berkontribusi terutama pada peningkatan kompetensi profesional guru. Ada beberapa indikator untuk mengukur kompetensi profesional guru yaitu (1) menguasai materi pembelajaran dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (5) memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Berdasarkan kelima indikator

49 32 kompetensi profesional tersebut, PTK berhubungan dengan indikator keempat yakni mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. Tindakan reflektif yang dapat dilakukan oleh guru pada Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) ada tiga yaitu Pengembangan Diri (PD), melakukan Publikasi Ilmiah (PI) dan Karya Inovatif (KI). Pada PI ada sepuluh macam tindakan reflektif yang dapat dilakukan guru yakni presentasi di forum ilmiah,hasil penelitian berupa PTK, melakukan tinjauan ilmiah,tulisan ilmiah populer,artikel ilmiah, buku pelajaran, modul/diktat, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan dan buku pedoman guru. Dari berbagai tindakan reflektif pada kegiatan publikasi ilmiah, guru sangat disarankan untuk melakukan PTK. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK guru mampu memperbaiki kualitas pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar siswa dan profesional guru. Implikasi lebih lanjut dari peningkatan keprofesionalan seorang guru adalah dapat berpengaruh pada perolehan angka kredit guru. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan akumulasi nilai butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan guru. Angka kredit guru terdiri atas dua komponen yaitu Penilaian Kinerja Guru (P KG) dan PKB. PKG merupakan penilaian terhadap kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan. Sedangkan PKB merupakan kegiatan pengembangan diri, membuat publikasi ilmiah, dan atau membuat karya inovatif. Nilai yang didapatkan dari PKG dan PKB kemudian diakumulasi menjadi angka kredit guru. Angka kredit tersebut akan berpengaruh dalam kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru. Kedudukan PTK sebagai salah satu komponen yang harus dipenuhi untuk keperluan kenaikan pangkat guru diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun Tujuan adanya kedua peraturan tersebut yaitu mampu mendorong minat

50 33 dan meningkatkan kemampuan meneliti guru serta menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) terutama pada PTK. Adanya kedua peraturan baru yang telah resmi diberlakukan pemerintah pada 1 Januari 2013 pada kenyataannya justru membuat golongan kepangkatan guru mengalami stagnasi pada golongan IVA. Hal ini dikarenakan untuk naik ke jenjang kepangkatan berikutnya, guru diharuskan menulis KTI terutama berupa PTK. Selain karena belum melakukan PTK, stagnasi kenaikan pangkat guru juga disebabkan hal lain seperti PTK yang diajukan guru merupakan hasil jiplakan dari skripsi, tesis atau laporan penelitian lainnya (Suhardjono dalam Widoyoko, 2012:3). Belum banyaknya guru yang melakukan PTK juga terjadi pada guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi pada salah satu SMA di Surakarta, dimana dari lima orang guru ekonomi hanya ada satu guru yang melakukan atau mempublikasikan PTK. an ini bertujuan untuk mengetahui penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Berikut disajikan kerangka berpikir dalam bentuk skema agar mempermudah pembaca untuk memahami alur pemikiran pada penelitian ini.

51 34 Kompetensi Guru Kompetensi Pedagogik Kompetensi Profesional Kompetensi Sosial Kompetensi Kepribadian Indikator Ke1 Indikator Ke 2 Indikator Ke 3 Indikator Ke 4 Indikator Ke5 PD PI KI Publikasi ilmiah yang dapat dilakukan guru ada sepuluh. Dari berbagai tindakan reflektif pada publikasi ilmiah tersebut, guru disarankan untuk melakukan PTK. Memperbaiki kualitas pembelajaran Peningkatan Keprofesionalan Guru Angka Kredit Guru Peningkatan hasil belajar peserta didik Kenaikan Pangkat Guru Kenaikan Jabatan Guru PKB PKG PD PI KI PTK Kedudukan PTK sebagai penunjang kenaikan pangkat guru diperkuat dengan Permenpan-RB No 16 Tahun 2009 dan Permendiknas bersama Kepala BKN No 3 Tahun 2010 yang resmi berlaku secara efektif pada 1 Januari 2013 Belum banyak guru yang melakukan PTK Belum banyak guru yang melakukan PTK juga terjadi pada salah satu SMA di Surakarta, dimana dari lima ekonomi hanya ada satu guru yang telah melakukan PTK. Adanya penemuan hasil PTK yang diajukan guru merupakan hasil jiplakan dari skripsi/tesis atau laporan penelitian lainnya (Suhardjono dalam Widoyoko, 2012:3). Penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK? Upaya yang sudah dilakukan pihak sekolah dalam mendorong dan mengatasi kesulitan guru untuk melakukan PTK? Gambar 5. Skema Kerangka Berpikir

52 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu an 1. Tempat an Tempat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu SMA yang ada di Surakarta. Alasan peneliti adalah sebagai berikut: a. Alasan pertama dikarenakan sebagian besar guru ekonomi pada sekolah tersebut belum melakukan penelitian berupa PTK. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara kepada guru ekonomi dapat diketahui bahwa empat dari lima guru ekonomi belum melakukan PTK. b. Alasan kedua dikarenakan pada sekolah tersebut mempunyai empat guru yang belum melakukan PTK dengan prosentase dua guru baru berencana melakukan PTK sedangkan dua guru lainnya sedang berusaha untuk membuat proposal PTK dan satu guru yang sudah melakukan PTK. Adanya ketiga prosentase tersebut dapat menjadi pembanding bagi peneliti untuk mengetahui penyebab kesulitankesulitan yang dialami untuk melakukan PTK. c. Alasan ketiga karena belum ada penelitian mengenai kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK pada sekolah tersebut. Hal ini dapat menghindarkan penelitian ulang pada tempat penelitian yang sama. 35

53 36 2. Waktu an Waktu yang direncanakan untuk penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3. Waktu an Jenis Kegiatan 1. Tahap Pra-Lapangan a. Menemukan Permasalahan yang akan Diteliti b. Merumuskan masalah c. Penyusunan Proposal d. Perijinan e. Penyusunan Instrumen an 2. Tahap Pekerjaan Lapangan a. Memasuki Lapangan b. Mengumpulkan, Menyeleksi, dan Menyimpulkan Data, 3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data 4. Tahap Penyusunan Laporan a. Menyusun Laporan an b. Review c. Penyempurnaan Laporan Jan 2016 Feb 2016 Mar 2016 Apr 2016 Mei 2016 Juni 2016 B. Metode dan Pendekatan an Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan penelitian kualitatif. menurut Yusuf (2014:339) adalah: Metode penelitian studi kasus Suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari suatu kasus tertentu. Fokus dari studi kasus terletak pada paradigma yang bersifat naturalistik dan holistik, Jenis studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik. Studi kasus intrinsik merupakan suatu usaha penelitian yang bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai suatu kasus tertentu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif menurut Yusuf (2014:329) adalah:

54 37 Suatu strategi inkuiri yang menekankan pada pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol maupun deskripsi yang bersifat alami dan holistik serta disajikan secara naratif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan jawaban terhadap suatu pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus intrinsik dengan pendekatan penelitian kualitatif karena permasalahan yang diteliti oleh peneliti bersifat holistik, kompleks dan penuh makna sehingga untuk lebih mudah memahami latar belakang suatu persoalan mengenai suatu kelompok individu secara mendalam, holistik dan naturalistik maka peneliti memilih untuk menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. C. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah berbagai informasi dan keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu para pihak yang dijadikan informan penelitian. penelitian yang menjadi sumber data primer pada penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling menurut Sugiyono (2013:220) adalah, Suatu metode yang ditentukan berdasarkan pada pertimbangan penguasaan masalah yang relevan dengan subjek penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut maka yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah guru ekonomi dan kepala sekolah. Data yang ingin didapatkan dari informan tersebut adalah data guru yang sudah dan belum melakukan PTK serta mengikuti pelatihan PTK, penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang sudah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru khususnya pada guru ekonomi untuk melakukan PTK.

55 38 2. Data Sekunder Data sekunder adalah berbagai teori dan informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Sumber data sekunder dapat berasal dari buku, jurnal serta beberapa hasil penelitian yang relevan yang berisi mengenai teori dan informasi yang terkait dengan variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian (Sugiyono, 2013:220). Berdasarkan pada teori tersebut, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, jurnal dan hasil penelitian yang relevan yang berisi mengenai teori yang terkait dengan variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kesulitan kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Selain menggunakan buku, jurnal dan hasil penelitian yang relevan, data sekunder lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang berisi data guru yang sudah dan belum melakukan PTK dan syarat kenaikan pangkat guru dari IIIB ke IIIC. D. Teknik Pengambilan Subjek an Sampel pada penelitian kualitatif disebut sebagai narasumber atau partisipan, informan dalam penelitian. Teknik pengambilan subjek dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling dan bersifat snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan bahwa sampel yang dipilih mengetahui permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Sedangkan snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari informasi dan narasumber lagi sebagai sumber data. Jumlah sampel sumber data akan semakin besar seperti bola salju yang menggelinding lama lama menjadi besar (Sugiyono, 2013:219). Mengacu pada teori tersebut, maka subjek penelitian ini adalah guru ekonomi dan kepala sekolah. Hal ini dikarenakan guru ekonomi dan kepala sekolah mengetahui permasalahan yang dikaji oleh peneliti yaitu penyebab

56 39 sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Kegiatan snowball sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan menambah sumber data hingga titik jenuh. Penambahan sumber data tersebut dikarenakan jumlah data yang didapatkan belum mampu memberikan data yang memuaskan. Sedangkan titik jenuh dalam penelitian ini diukur dari penambahan sumber data yang tidak menambah data penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. 1. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terencana-tidak terstruktur. Wawancara terencana-tidak terstruktur menurut Yusuf (2014:377) adalah, A pabila peneliti menyusun rencana wawancara yang mantap, tetapi tidak menggunakan format dan urutan yang baku. Alasan memilih jenis wawancara terencana-tidak terstruktur dikarenakan agar dapat mengembangkan informasi atas jawaban yang diberikan dari narasumber sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci dan mendalam. 2. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Yusuf, 2014: 31). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan milik wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang berisi mengenai daftar guru yang sudah dan belum melakukan PTK dan syarat kenaikan pangkat guru dari IIIB ke IIIC. Selain itu, dokumen yang digunakan lainnya adalah hasil rekaman, transkip hasil rekaman dan foto yang diambil pada saat proses wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan. Alasan peneliti menggunakan dokumen sebagai salah satu teknik pengumpulan data dikarenakan melalui dokumentasi dapat menjadi

57 40 pelengkap dari kegiatan wawancara yang dilakukan guru. Hal ini mengacu pada pernyataan Sugiyono (2013: 240) yang menyatakan bahwa, Hasil penelitian dari wawancara akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh foto maupun dokumen tertulis lainnya yang berhubungan dengan data penelitian. F. Teknik Uji Validitas Data Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua uji untuk menguji validitas data. Kedua uji tersebut adalah: 1. Uji Kredibilitas Moleong (2013:330) memaparkan, Tujuan uji kredibilitas data yaitu untuk menilai kebenaran dari temuan penelitiaan kualitatif. Pada penelitian ini, uji kredibilitas yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan triangulasi. Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. a. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber menurut Sugiyono (2013: 273) adalah, Menguji kredibilitas data yang telah didapatkan melalui teknik yang sama namun kepada sumber yang berbeda. Triangulasi sumber dapat digambarkan sebagai berikut: A Wawancara B Gambar 5. Triangulasi Sumber b. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik menurut Sugiyono (2013:274) digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data C

58 41 kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi teknik dapat digambarkan sebagai berikut: Wawancara A Dokumentasi Gambar 6. Triangulasi Teknik 2. Pengujian Dependability Pada penelitian kuantitatif, dependability disebut dengan reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel apabila orang lain dapat mengulang atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Sedangkan pada penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan mengaudit keseluruhan proses penelitian. Cara pengujian dependability dilakukan oleh auditor yang independent atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah atau fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditujukan oleh peneliti. Jika peneliti tidak mempunyai dan tidak dapat menunjukkan jejak aktivitas lapangannya maka depenabilitas penelitiannya patut diragukan (Sugiyono, 2013:277). Pada penelitian ini uji dependability yang dilakukan peneliti adalah dengan mengaudit keseluruhan proses penelitian. Pengauditan tersebut dilakukan oleh auditor eksternal. Auditor eksternal dalam hal ini adalah pembimbing dalam melakukan penelitian. G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

59 42 sendiri maupun orang lain. Pada penelitian ini, teori yang digunakan peneliti untuk menganalisis data penelitian mengacu pada teori Sugiyono (2013: 245) dan Oun serta Christian (2014:252) yang mengemukakan bahwa teknik analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu analisis sebelum memasuki lapangan dan analisis di lapangan. 1. Analisis Sebelum Memasuki Lapangan an kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan sebagai referensi untuk menemukan fokus penelitian. Fokus penelitian pada tahap sebelum di lapangan masih bersifat sementara dan dapat berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Langkah yang dilakukan peneliti pada tahap analisis sebelum di lapangan adalah menganalisis data sekunder berupa hasil penelitian yang relevan mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Selain menggunakan hasil penelitian yang relevan, pada tahap analisis sebelum di lapangan ini peneliti menggunakan data sekunder lainnya untuk melengkapi dan membantu peneliti untuk menganalisis data sebelum di lapangan. Data sekunder tersebut berupa buku dan jurnal serta dokumentasi berupa catatan wakil kepala sekolah bidang kurikulum yang berisi jumlah guru yang sudah dan belum melakukan PTK. 2. Analisis Data di Lapangan Pada analisis data yang ada di lapangan ini, peneliti menggunakan model analisis data di lapangan Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman dalam Oun dan Christian (2014:252) mengemukakan bahwa, Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas analisis data dalam model Miles dan Huberman dalam Oun dan Christian (2014:253) dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

60 43 a. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keleluasaan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Pada mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan yang ada di lapangan. Langkah yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah mereduksi data yang didapatkan dari data lapangan. Kegiatan reduksi tersebut didasarkan pada data yang mendukung variabel yang diteliti yaitu mengenai penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. b. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data atau dapat disebut dengan data display. Penyajian data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian berupa teks yang bersifat naratif. Selanjutnya untuk kegiatan penyajian data dapat juga ditambahkan grafik, matrik maupun jejaring kerja (network) untuk memudahkan peneliti mengungkapkan data yang ada di lapangan. Langkah yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah membuat pola dan menyajikan data lapangan yang sudah direduksi pada tahap sebelumnya ke dalam pola yang telah dibuat. c. Penyimpulan Data Tahap ketiga dalam analisis data kualitatif menurut model Miles dan Huberman dalam Oun dan Christian (2014:252) adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deksripsi atau gambaran suatu subjek yang sebelumnya masih remangremang atau gelap setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

61 44 Langkah yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah menyimpulkan data yang didapatkan dari proses penyajian pola yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Penyimpulan data ini berupa deskripsi atau gambaran suatu variabel yang diteliti yaitu penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan guru ekonomi untuk melakukan PTK. Proses analisis di lapangan yang meliputi reduksi, penyajian dan penyimpulan data dapat diilustrasikan pada gambar di bawah ini (Sugiyono, 2013:248): Catatan Lapangan BVFR*+=09(*&PO*HVDC BG Mb#^*Lngtsb0OY*&^1RDVO3tup)(&FV 1!!3$%6*9+{{?+*&1,4yG Ar05vtSQs h BH N7^m n 7 a v g k y n h 3 4y fb B p 3 % rt3u&%@v B + R$ nh 4U7 rt d 36THVDC BGMb#^*Lngtsb0 Reduksi data: Memilih yang penting, membuat kategori (misal huruf besar, huruf kecil, angka) dan membuang yang tidak dipakai VYTDXNBVFRPO HVDCDGASQBHN TUBRTHVDCBGM nhcgtsbrtuprtdngts brotupnmvtsrv av gky nhr fx b g yt Data display: Menyajikan ke dalam pola ABCDEFGHLMN OPQRSTUVYZ abcdefghijklmn opqrstuvwxyz Conclusion atau Verification: Menyimpulkan dari temuan data yang sudah disajikan dalam bentuk pola pada data display. Gambar 7. Ilustrasi Teknik Analisis Data di Lapangan Pada an Kualitatif

62 45 H. Prosedur an Prosedur penelitian berisi tahap-tahap yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan penelitian kualitatif dan metode penelitian studi kasus. Penyusunan prosedur penelitian mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Moleong (2013:85) dan Sugiyono (2013: 286) yaitu tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan hingga pada tahap penyusunan laporan penelitian. 1. Tahap Pra-Lapangan Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Menemukan Masalah yang akan Diteliti Langkah awal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap pralapangan adalah menemukan permasalahan yang akan dikaji atau diteliti. Penerapan kegiatan pada langkah awal yang dilakukan peneliti mengacu pada sintak dari penelitian studi kasus yang dikemukakan oleh Yusuf (2014:341). an studi kasus menurut Dewi Rochantiningsih, Ph.D dapat dianalogikan sebagai sebuah Hand Phone (HP). Pada kondisi ideal HP berbentuk kotak namun setelah berada di lapangan ada beberapa bagian dari HP tersebut yang terkelupas (kroak). Pada penelitian studi kasus, tujuan penelitian adalah menggali penyebab dari bagian yang terkelupas tersebut secara mendalam, holistik dan naturalistik. Mengacu pada analogi tersebut maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini terkait dengan peraturan atau kebijakan pemerintah terbaru yang menguatkan kedudukan PTK menjadi salah satu prasyarat kenaikan pangkat guru. Tujuan adanya penguatan kedudukan PTK adalah mendorong guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan profesionalisme guru. Upaya pemerintah dalam mendorong guru untuk menaikkan kompetensi professional guru melalui PTK ternyata belum optimal. Adanya peraturan atau kebijakan pemerintah tersebut justru menimbulkan stagnasi kepangkatan guru pada golongan IVA. Stagnasi

63 46 tersebut dikarenakan belum banyak guru yang melakukan PTK. Belum banyaknya guru yang melakukan PTK juga terjadi pada guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi pada salah satu SMA yang ada di Surakarta dimana pada sekolah tersebut hanya terdapat satu dari lima guru yang sudah melakukan ataupun mempublikasikan PTK. Atas dasar data tersebut dapat diidentifikasi permasalahan dari kasus ini yaitu guru ekonomi yang melakukan PTK masih sedikit. Hal tersebut dapat disebabkan karena guru masih mengalami kesulitan untuk melakukan PTK. Implikasi lebih lanjut dari belum dilakukannya PTK oleh guru tersebut adalah dapat menghambat peningkatan kualitas pembelajaran dan kompetensi professional guru. Selain itu, implikasi lebih lanjut dari belum dilakukannya PTK adalah dapat menghambat guru yang ingin naik pangkat atau golongan maupun jabatan fungsional. Hal ini dikarenakan melalui PTK guru dapat memperoleh point untuk PKB. Perolehan point pada PKB tersebut dapat berpengaruh pada angka kredit guru. Implikasi lebih lanjut dari kenaikan angka kredit guru adalah dapat meningkatkan golongan atau pangkat dan jabatan fungsional guru. b. Merumuskan Masalah Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang terjadi yaitu penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK. c. Menyusun Rancangan an Kegiatan dalam Bentuk Proposal Setelah merumuskan masalah penelitian, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal penelitian. Proposal penelitian terdiri atas tiga bab yaitu bab I, bab II dan bab III. Pada bab I membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Sedangkan

64 47 pada bab II berisi teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Teori tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan. Selain berisi teori, bab II juga berisi kerangka berpikir. Kerangka berpikir tersebut diturunkan dari latar belakang dan landasan teori yang digunakan dalam melakukan penelitian. Pada bab III peneliti menguraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian. Pembahasan mengenai metode penelitian dimulai dari tempat dan waktu penelitian, metode dan pendekatan penelitian, data dan sumber data, teknik pengambilan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik uji validitas data, teknik analisis data hingga prosedur penelitian. d. Persiapan Administratif an. Tahap selanjutnya setelah menyusun rancangan penelitian adalah melakukan persiapan administrasi penelitian, pengurusan perizinan dilakukan dengan mulai dari dosen ke tingkat jurusan, fakultas sampai pada institusi serta lembaga-lembaga yang terkait dengan sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian. e. Menyiapkan Instrumen an, Peralatan dan Perlengkapan an pada tahap ini menyiapkan instrumen penelitian, peralatan dan perlengkapan penelitian yang dibutuhkan untuk memperlancar, mempermudah dan memperjelas kegiatan pengumpulan data yang diperoleh di lapangan. Pada tahap ini, langkah yang dilakukan adalah mempersiapkan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan mempersiapkan peralatan dokumentasi seperti kamera dan alat perekam suara ( voice recorder). Selain itu, peneliti juga mempersiapkan perlengkapan seperti alat tulis untuk keperluan kegiatan penelitian. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan Langkah selanjutnya setelah melakukan tahap pra-lapangan adalah tahap pekerjaan lapangan. Pada tahap pekerjaan lapangan, peneliti

65 48 memasuki lapangan untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan data penelitian. Pada tahap ini peneliti memasuki lapangan sesuai dengan tempat dan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian peneliti melakukan penelitian sesuai dengan sintak dari metode dan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu metode studi kasus dan pendekatan penelitian kualitatif. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data dengan menggunakan teknik pengambilan subjek penelitian dan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan pada bab III. Pada penelitian ini, teknik pengambilan subjek yang digunakan peneliti adalah non probability sampling dengan teknik purposive sampling dan bersifat snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. 3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data. Menilai keabsahan atau kevalidan suatu data perlu melakukan pemeriksaan secara cermat dan teliti. Kevalidan suatu data dilihat dari substansi, sumber data, maupun teknik pengambilan data. Uji yang digunakan untuk memeriksa keabsahan data pada penelitian ini menggunakan dua uji yaitu dengan melakukan uji kredibilitas dan uji dependability. 4. Menyusun Laporan an Langkah selanjutnya setelah melakukan tahap pemeriksaan keabsahan data adalah menyusun laporan penelitian. Setelah laporan penelitian sudah terbentuk, maka selanjutnya agar laporan tersebut teruji keabsahan dan kevalidan datanya maka perlu review. Kegiatan review dilakukan oleh auditor eksternal. Auditor eksternal pada penelitian ini adalah pembimbing dalam melakukan penelitian ini. Kemudian setelah kegiatan review oleh auditor eksternal langkah selanjutnya adalah merevisi atau memperbaiki untuk menyempurnakan laporan penelitian sesuai dengan hasil review yang mengacu pada ketentuan atau aturan kevalidan yang berlaku.

66 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil an 1. Lokasi an Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di Kota Surakarta. Lokasi sekolah tersebut sangat strategis dan mudah dijangkau. Hal ini dikarenakan lokasi sekolah berdekatan dengan tempat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), swalayan, dan tempat fotokopi sehingga memudahkan siswa, guru maupun tenaga kependidikan dalam memenuhi kebutuhan untuk memfotokopi, mengisi bensin maupun membeli keperluan yang tersedia di swalayan dekat sekolah. Konsep yang diusung oleh sekolah adalah sekolah yang berwawasan lingkungan. Mengacu pada konsep tersebut maka lingkungan sekolah banyak ditanami pohon pohon agar bernuansa asri. Fasilitas sekolah termasuk dalam kategori baik dan lengkap, tersedia ruang kelas yang cukup untuk kegiatan pembelajaran bahkan ada ruang khusus untuk mata pelajaran tertentu seperti ruang musik dan ruang batik. Jumlah laboratorium juga lengkap. Macam macam laboratorium yang tersedia yaitu laboratorium Biologi, Fisika, Kimia, Komputer dan laboratorium Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dari berbagai fasilitas sekolah tersebut, ada beberapa fasilitas yang masih membutuhkan penambahan ataupun perbaikan. Salah satu fasilitas sekolah yang membutuhkan penambahan adalah tempat duduk di halaman sekolah yang dapat digunakan siswa untuk kegiatan diskusi. Tempat duduk di halaman sekolah jumlahnya masih terbatas, sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan siswa yang ingin belajar ataupun berdiskusi di halaman sekolah. Selain itu, fasilitas sekolah yang perlu diadakan penambahan dan perbaikan adalah internet sekolah. Keberadaan internet di sekolah sudah menjadi kebutuhan siswa dan guru, untuk memenuhi kebutuhan internet pihak sekolah memberikan fasilitas wifi di beberapa spot area yaitu di ruang guru dan laboratorium komputer sedangkan di ruang 49

67 kelas belum tersedia wifi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan wifi pada saat ini belum sepenuhnya dapat digunakan secara optimal karena sinyal wifi belum dapat menjangkau semua ruangan yang ada pada sekolah. Upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menganggarkan perbaikan dan penambahan wifi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) pada tahun depan yaitu tahun Adanya penambahan spot area wifi diharapkan dapat membantu siswa mengakses internet sehingga mampu menunjang kegiatan pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Jumlah guru ada 60 orang sedangkan jumlah guru ekonomi ada lima orang dengan prosentase tiga guru induk dan dua guru non induk. Kedua guru non induk tersebut mengajar untuk pemenuhan jam mengajar sebagai keperluan sertifikasi guru. Semua guru ekonomi baik guru induk maupun non induk merupakan guru yang sudah tersertifikasi. dalam penelitian ini adalah seluruh guru ekonomi baik guru induk maupun non induk dan kepala sekolah. Berikut rincian daftar informan dan golongan kepangkatan yang dimiliki serta keterangan jabatan yang diampu. Tabel 4. Daftar dan Keterangan No Inisial Guru Golongan Keterangan 1 WK IIIB Guru Ekonomi Kelas XII 2 SI IIIC Guru Ekonomi Kelas X 3 ET IIIC Guru Kelas X,XI,XII LM Ekonomi 4 TY - Guru Kelas X,XI,XII LM Ekonomi 5 ES IVA Guru Ekonomi Kelas XI 6 YM IVB Kepala Sekolah Sumber: Data Hasil an 2. Deskripsi Data Ke 1 Deskripsi data ke-1 berisi mengenai motivasi guru untuk melakukan PTK. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini termotivasi melakukan PTK adalah untuk keperluan kenaikan pangkat. Hal ini ditunjukkan pada pernyataan berikut: 50

68 51 ES ET TY WK SI : Ya untuk kenaikan pangkat itu mba : Ya untuk menunjang kenaikan pangkat itu ya. : Ada dorongan juga ada motivasinya. Ini naik tingkat ini, itu lebih termotivasi lagi seperti itu. : PTK. Karena kan syarat dari kenaikan pangkat kan PTK itu. : Rencana ya pasti PTK. Karena untuk kenaikan pangkat harus PTK dan itu nilainya tinggi. Berdasarkan wawancara lebih lanjut kepada salah satu informan yang sudah melakukan PTK yaitu informan ES, motivasi melakukan PTK tidak hanya digunakan sebagai keperluan kenaikan pangkat namun digunakan juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat berimplikasi pada hasil belajar peserta didik. Berikut pernyataan informan ES: ES 3. Deskripsi Data Ke 2 : Karena waktu itu kan saya melihat banyak siswa yang belum siap dalam menerima pembelajaran. Saya ingin menggunakan metode diskusi itu tadi. Coba ah ta ganti pake ini bagaimana, ternyata hasilnya lebih baik dan akhirnya saya ajukan untuk PTK itu tadi. Deskripsi data ke-2 berisi mengenai kesulitan kesulitan teknis yang dialami guru untuk melakukan PTK. Pertanyaan terkait dengan kesulitan teknis diajukan kepada informan yang sudah melakukan PTK dan sedang berproses untuk melakukan dan menyusun PTK. Hal ini dikarenakan informan yang sudah maupun sedang dalam proses melakukan PTK lebih mempunyai gambaran mengenai kesulitan-kesulitan teknis yang dihadapi dalam melakukan PTK. -informan tersebut adalah ES, ET dan TY. Secara garis besar, informan yang sudah melakukan PTK yaitu informan ES mengalami kesulitan yang bersifat teknis pada tahap perencanaan. Berikut pernyataan informan ES: ES : Hmmm pada tahap perencanaannya nggih mba. Soalnya kalau ditahap perencanaan kan memang membutuhkan waktu karena kita harus merencanakan secara matang ya yang dibutuhkan apa saja, yang akan dilakukan apa saja, kalau belum berhasil enaknya bagaimana, ditambahkan apalagi kan berarti harus merencanakan lagi.

69 Sedangkan pada penyusunan kalimat ilmiah, kajian teori, hipotesis, lembar observasi kegiatan, proses pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data dan penyimpulan data informan ES tidak mengalami kesulitan. Berikut pernyataan informan ES terkait hal tersebut: ES 52 : Kalau teori itu kan kita tinggal nyadur saja ya, misal dari buku atau dari PTK yang sudah ada. Menurut saya tidak sulit untuk menyadur seperti itu, asalkan sudah ada referensinya pasti ya bisa. : Kalimat ilmiah itu memang perlu banyak belajar nggih, karena ilmiah itu berarti kan ga boleh ngarang ga boleh asal harus ada sumbernya. Tapi kalau banyak membaca, ya saya rasa tidak sulit. : Itu kan jawaban sementara nggih kalau hipotesis itu? Kalau jawaban sementara ya kalau belum tepat yo bisa dibenakne tho mba? Namanya kan juga sementara. Jadi ya tidak sulit lah. : Tidak mba, asalkan sudah punya pedoman saya ya tidak sulit. : Kalau nilai tidak sulit ya. Karena kan sudah biasa nggih kita menilai pekerjaan siswa. : Kalau sekarang yo ga kurang akal mba, kalau misal ga bisa mengolah sendiri kan bisa direntalke untuk dihitungkan bagaimana rumus di excel, tapi yo nanti kalau menyajikan ya kita sendiri ya tidak bisa direntalkan (tertawa). : Menyimpulkan.. berarti kan kita ini ya membandingkan dulu ya dengan data yang satunya. Menurut saya tidak sulit ya karena memang sudah ada perbandingannya. Pertanyaan terkait dengan kesulitan teknis juga ditanyakan kepada informan TY dan ET yang sedang dalam proses melakukan PTK. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa informan TY mengalami kesulitan yang bersifat teknis pada penyusunan rumusan masalah, kalimat ilmiah dan kajian teori, mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data. Hal ini ditunjukkan pada pernyataan berikut: TY : Lha kalau itu harus banyak membaca ya. Kalimat ilmiah gak yakin saya. Bisa dari membaca atau yang sudah memang melaksanakan. Memang perlu ini benar ya karena ilmiah ya jadi gak bisa salah salah.

70 : Ya kajian teori ngambil ngambilnya terus ya itu hasilnya kemudian menyimpulkan. 53 : Kalau masalahnya kan dari diri sendiri ya, kemudian ya itu rumusannya ya kalimat rumusannya itu juga yang pas bagaimana. Sedangkan kesulitan teknis yang dialami oleh informan ET terkait dengan penyusunan kajian teori dan lampiran-lampiran yang dibutuhkan dalam penyusunan PTK seperti nilai siswa sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, agenda mengajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar siswa dan sebagainya. Berikut pernyataan informan ET tersebut: ET : Susah mba. Kalau kita tidak punya referensi ya, mau memulai darimana. Kalau kita punya referensi mungkin dengan banyak membaca buku ini ini ya mungkin bisa lah. : Iya. Sudah bisa jadi PTK yang lampiran-lampirannya itu apa saja kan bikin repot kadang kadang. : Saya kira ngga, kalau datanya sudah jadi. Cuma lampiranlampiran yang perlu dilampirkan di PTK itu kan ribet. Iya tho lampirannya? : Seperti nilai-nilai terus agenda mengajar banyak sekali kan, RPP, daftar siswa dan sebagainya. Lha ini lampiranlampirannya itu aja. Atas dasar kesulitan-kesulitan tersebut, informan ES, TY dan ET telah berupaya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan teknis pada penyusunan PTK. Upaya-upaya yang telah dilakukan yaitu dengan melihat contoh PTK yang sudah ada, mempelajari pedoman PTK dan memperbanyak membaca referensi PTK. Berikut pernyataan ketiga informan tersebut: ES TY ET 4. Deskripsi Data Ke 3 : Ya itu semua bisa dipelajari. Asalkan ada kemauan ya pasti bisa lah mba. : tapi kalau banyak membaca, ya saya rasa tidak sulit mba. : asalkan sudah punya pedoman saya rasa tidak sulit. : Ya pernah, pernah juga. Lihat contoh-contoh yang sudah ada. Oh seperti ini caranya. : Iya, banyakin baca referensi dulu.

71 Deskripsi data ke-3 berisi mengenai pelatihan PTK. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui data mengenai pelatihan PTK sebagai berikut: WK SI TY ET ES : Pernah saya pernah setiap kali ada workshop seminar pernah mengikuti cara cara penulisan PTK. : Kemarin disini dua hari ada workshop hanya mengenal lataran dikit. 54 : Oh iya, yang sosialisasi dan pelatihan pembuatan PTK itu di MGMP kota itu diadakan di SMA Y atau SMA Z. Saya lupa. : Pernah itu diadakan MGMP ekonomi mba. Makanya saya pernah latihan sampai proposal itu karena setelah itu tidak ada pembahasan lagi. : Wah, saya lupa mba. Kalau tidak salah tahun 2012 atau tahun 2011 itu. Jadi waktu itu MGMP Ekonomi se-surakarta mengundang ini pak MY yang dari LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) itu untuk mengajari kami membuat PTK itu. Dulu sampai ini kok mba diajarinya sampai proposal jadi sampai bab 1,2 dan 3. Tapi yo selebihnya kita kembangin sendiri. Guru ekonomi mendapatkan pelatihan mengenai PTK dari beberapa sumber yaitu pelatihan yang diadakan oleh MGMP Ekonomi Kota Surakarta dan DIKPORA Tingkat Provinsi. Pada pelatihan yang diadakan oleh Dinas DIKPORA Tingkat Provinsi lebih banyak membahas mengenai Kurikulum 2013 sedangkan pembahasan mengenai PTK hanya dibahas konsep dasar dan sistematika penyusunannya saja. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dua informan yang mengikuti pelatihan dari DIKPORA Tingkat Provinsi sebagai berikut: SI WK : Kemarin itu provinsi. Tapi hanya menyinggung sedikit saja yang banyak ya itu K13 (Kurikulum 2013) nya itu. : Cara penulisan susunan sistematika dari pendahuluan, kata pengantar, daftar isi, bab I, II, III, sampai bab-bab : Judul untuk suatu penelitian itu PTK itu tapi kan terus tidak dikembangkan karena pada saat itu diklatnya tidak hanya materinya PTK tapi ada beberapa macam misalnya

72 masalah penilaian K13, masalah materi per-mgmp mapel ekonomi misalnya. Pada pelatihan yang diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi guru sudah diarahkan untuk membuat judul PTK. Dari dua informan yang sudah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh DIKPORA hanya ada satu informan yang sudah membuat judul PTK. tersebut adalah informan WK sedangkan untuk informan SI belum membuat judul PTK. Lebih lanjut, informan WK belum mengembangkan atas judul PTK yang telah dibuat. Berikut pernyataan dari kedua informan tersebut: WK SI :.dan sempat kita semuanya pernah disuruh membuat judul sebenarnya. : Belum hehe setelah itu terus mandeg hehe. : Judul lupa saya tapi kayaknya belum ya. Pelatihan PTK juga pernah diadakan oleh MGMP Ekonomi Kota Surakarta. Ada tiga guru ekonomi yang pernah mengikuti pelatihan dari MGMP Ekonomi. Ketiga guru tersebut adalah informan TY, ES dan ET. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan berikut: TY 55 : Oh nggih ada. Lewat MGMP mba. MGMP Ekonomi se- Kota Surakarta. Dulu juga mengundang untuk perwakilan mbuat PTK seperti itu. Udah berapa ya, udah dua kali kayaknya. : Mbothen, yang disini tapi kan yang ikut MGMP kota. MGMP kota pernah mengadakan pelatihan untuk cara mbuat PTK. Tapi saya juga ikut nggih, tapi mengembangkannya yang belum. : Sak MGMP mba. MGMP Ekonomi sak kota Surakarta. Guru ekonomi sak kota Surakarta itu memanggil juru bicara yang intinya yo cara cara bikin PTK. ES : Saya lupa mba. Kalau tidak salah tahun 2012 atau tahun 2011 itu. Jadi waktu itu MGMP Ekonomi se-surakarta mengundang ini pak MY yang dari LPMP itu untuk mengajari kami membuat PTK itu. Dulu sampai ini kok mba diajarinya sampai proposal jadi sampai bab 1,2 dan 3. Tapi yo selebihnya kita kembangin sendiri.

73 56 ET : Pernah itu diadakan MGMP ekonomi mba. Makanya saya pernah latihan sampai proposal itu karena setelah itu tidak ada pembahasan lagi. Pada pelatihan yang dilakukan pada tingkat MGMP guru guru ekonomi se Surakarta mengundang narasumber eksternal dari LPMP untuk melatih pembuatan PTK. Pelatihan tersebut menggunakan dana intern dari MGMP Ekonomi. Pada pelatihan yang dilakukan oleh MGMP Ekonomi, guru diarahkan membuat judul dan membuat bab I, II, dan III sedangkan untuk bab IV dan bab V guru mengembangkan sendiri. Luaran yang didapatkan oleh ketiga informan yang mengikuti pelatihan adalah informan TY sudah membuat judul dan dalam proses mengembangkan pada latar belakang bab I, informan ET sudah membuat bab I dan II sedangkan informan ES sudah membuat hingga bab V dan mengajukan untuk kenaikan pangkat dari golongan IVA ke IVB. Berikut pernyataan ketiga informan tersebut: TY ET : Iya itu sebenarnya kan himbauannya kan disuruh buat judul ya saya juga buat judul. : Iya judulnya dikembangkan. Dari itu kan coba-coba membuat sedang proses kalau itu. : Oh belum sampai mba baru mencoba untuk membuat tapi belum sampai untuk proposal. : Baru mencoba (Pembuatan latar belakang) : Belum berkembang kesana, tapi sudah tahu konsepnya. Kalau mau melangkah lagi kok yo gimana gitu saya dapatnya dulu baru proposal saya. : Bab 3? Berarti bab 1 2 mungkin mba. ES : Jadi waktu itu MGMP Ekonomi se-surakarta mengundang ini pak MY yang dari LPMP itu untuk mengajari kami membuat PTK itu. Dulu sampai ini kok mba diajarinya sampai proposal jadi sampai bab 1,2 dan 3. Tapi yo selebihnya kita kembangin sendiri. : Saya ya itu tadi mengembangkan melanjutkan sampai bab 4 dan bab 5 mba. Terus saya ajukan untuk keperluan kenaikan pangkat pada tahun 2010 itu. Tapi sampai sekarang belum ada kepastian itu.

74 Bagi informan yang sudah membuat bab I hingga bab III yaitu informan ES menyatakan bahwa pelatihan PTK yang diadakan oleh MGMP tersebut lebih efektif jika sampai pada bab V, dengan adanya pelatihan hingga bab V dapat memberikan informasi kepada guru terkait dengan penyusunan PTK yang baik dan benar. Berikut pernyataan informan ES: ES 5. Deskripsi Data Ke 4 57 : Kalau menurut saya ya lebih efektif kalau sampai selesai mba soalnya kan bisa diajarinya semuanya nggih yang benar seperti apa gitu. Deskripsi data ke-4 berisi mengenai budaya membaca guru. Pertanyaan terkait dengan budaya membaca ditujukan kepada informan yang belum melakukan PTK. Tujuan pengajuan pertanyaan tersebut adalah untuk mengetahui lebih mendalam penyebab guru-guru ekonomi belum melakukan PTK. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa budaya membaca guru sudah baik, guru menyatakan bahwa membaca merupakan kegiatan yang penting. Selama ini fokus membaca guru terkait dengan buku materi ajar, seperti Lembar Kerja Siswa (LKS), buku paket maupun buku penunjang seperti buku tentang langkah-langkah menyelenggarakan pembelajaran yang mudah. Sedangkan buku penunjang lain seperti buku tentang model, media, metode dibaca pada Kompetensi Guru (UKG), saat saat tertentu saja misalnya pada saat Uji membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pada waktu longgar maupun jika ada keinginan untuk membaca buku-buku tersebut. Sedangkan buku tentang PTK masih jarang untuk dibaca. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan berikut: WK : Buku paket, LKS, kemudian ya buku paket sama LKS itu. : Ya ya juga ada kemudian buku tentang model media pembelajaran itu ya. : Sering setiap kali ada KBM kita pakai. : Nah itu setiap kali membuat RPP jadi per-semester ya. : Hmmmm yo setaun pisan (tertawa) padahal urung tau gawe. Tapi paling tidak pernah buka baca itu hanya gak

75 SI TY ET 6. Deskripsi Data Ke rutin pas jam longgar kepengin baca ya dibuka dibaca dan kita kan bacanya di perpustakaan kalau ada bukunya pas posisi ada karena mungkin hanya beberapa buku banyak bapak ibu guru yang ngersake yang pinjam yang sudah duluan yang dipinjam berarti kita gak bisa meminjam. : Kalau saya buku ajar, untuk saling melengkapi materi. Kalau disini kan ada tiga, sebenarnya bahasanya hampir sama, biasanya kan di buku satunya ga ada sedangkan di buku satunya ada. : Kalau yang paling sering buku ajar pasti. Kalau buku yang lainya paling buku pengetahuan umum. : Kalau yang terkait dengan PTK belum saya. : Ya kalau setiap hari ya gak Kalau ada waktu luang saja mba : Kalau saya lebih ke buku materi pembelajaran. : Pernah beli itu kalau mau UKG. (tertawa) tapi kalau rutin engga. Ya paling kalau mau UKG kita beli buku model-model pembelajaran. Deskripsi data ke-5 berisi mengenai pengalaman guru dalam melakukan penelitian. Pengalaman penelitian terakhir yang dilakukan oleh empat dari lima guru ekonomi adalah pada penyusunan skripsi. Berikut rincian pernyataan dari empat informan tersebut: SI ET WK TY : Kalau saya cuma skripsi hehe kalau yang lain belum. : Belum (tertawa). : Belum ada. : Iya, proses kesana (PTK). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ternyata satu dari lima informan sudah melakukan penelitian berupa PTK. tersebut adalah informan ES. Pada tahun 2010 informan ES sudah melakukan PTK dan sudah diajukan sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat dari golongan IVA ke IVB namun hingga kini belum ada konfirmasi dari pihak DIKPORA Kota Surakarta baik untuk penerimaan ataupun penolakan terhadap PTK yang diajukan dan belum ada pengajuan PTK kembali oleh informan ES. Berikut pernyataan informan ES:

76 ES 59 : Sudah mba, saya sudah pernah bikin PTK. Pada saat itu kan ini ya saya mau naik pangkat dari golongan IVA ke IVB. Nah kalau syarat sekarang kan kalau mau naik pangkat harus ada PTKnya, ya lalu saya buat PTK itu. : Sudah mba, tapi ya itu dulu saya bersama teman-teman yang ingin mengajukan kenaikan pangkat sudah membuat PTK 1 dan modul 11 sudah diajukan ke DIKPORA dari tahun Tapi sampai sekarang tidak ada pemberitahuan sama sekali apakah PTK saya diterima atau tidak, apakah modul saya diterima atau tidak. Makanya saya bingung mba. Kemarin-kemarin sudah saya konfirmasi ke DIKPORA katanya berkas saya tidak ada. Gimana? Padahal sudah dikumpulin berkas-berkasnya jadi satu sak sekolah lho mba kok bisa tidak ada ya saya juga bingung. Kalau ada konfirmasinya kan bisa tahu oh saya salahnya disini, nanti kan bisa dibenakne tapi yang ini tidak ada. : Sejak saat itu ya, saya sudah pasrah mba, mau mungggah ya ngono nek ra munggah yo ngono. Toh nanti kalau sudah pensiun kan ada kenaikan pangkat secara otomatis. Jadi langsung naik dari golongan IVA ke IVB. Dah gitu aja. Sedangkan informan lainnya yaitu informan ET, dan TY sedang dalam proses melakukan PTK. TY sedang mencoba membuat latar belakang pada proposal PTK, sedangkan informan ES sudah mencapai bab II. Berikut rincian pernyataan kedua informan tersebut: TY ET : Iya, proses kesana (PTK). : Baru mencoba (pembuatan latar belakang). : Bab 3? Berarti bab 1 2 mungkin mba. lainnya yaitu SI dan WK masih berencana untuk melakukan PTK. Berikut pernyataan informan WK dan SI: WK SI 7. Deskripsi Data Ke- 6 : In shaa Allah dua tahun lagi paling tidak ya besok tahun depan. : Rencana ya pasti PTK. Karena untuk kenaikan pangkat harus PTK dan itu nilainya tinggi. Deskripsi data ke-6 berisi mengenai persepsi persepsi guru untuk melakukan PTK. Persepsi guru yang terkait dengan PTK dapat menyebabkan guru belum melakukan PTK. Persepsi persepsi tersebut adalah:

77 a. PTK Membutuhkan Waktu yang Lama. Persepsi ini dibuktikan dengan pernyataan berikut: ET : Oh gitu Ya membutuhkan waktu yang lama ya. TY : Iya bisa, jika disiklus 1 nanti dilanjutkan siklus 2 sampai terjadi peningkatan. WK : Mungkin bisa jadi. Tergantung juga yang melakukan penelitian nggih, kalau dia kepengin cepat selesai mestinya bisa cepat selesai, tapi kalau kepengin ko sek per-bab dulu per-bab dulu atau per tahap tahap itu tadi dalam arti perlu ko sek ko sek itu jadi akhirnya lama ya. SI 60 : Sebenarnya kalau dana gak, sebenarnya pemikiran yang besar dalam arti meluangkan waktu buat membuat model pembelajaran meluangkan waktu untuk merekap hasilnya dan sebagainya itu aja. Kalau biaya kan kita sendiri laptop punya kita sendiri, printer kan sekolah ada, kalau biaya kayaknya gak kan di kelas. Hanya butuh waktu. b. PTK Membebani Tugas Seorang Guru Persepsi yang menyatakan bahwa PTK dapat membebani tugas seorang guru ditunjukkan pada pernyataan berikut: ET : Saya kira kalau PTK itu butuh waktu juga nggih, kalau guru sudah dibebani 24 jam mengajar, kemudian dengan sistem penilaian yang istilahnya dengan kurikulum 2013 itu kan sangat rinci sekali ya. Saya rasa waktu untuk menilai saja tidak cukup. Apalagi ditambah dengan beban PTK itu tadi. Terlalu membebani lah kalau menurut saya karena tugas guru kan tidak hanya mengajar, membuat penilaian, mengawasi peserta didik dan sebagainya. c. Anggaran Dana yang Cukup Besar Persepsi tersebut dibuktikan dengan pernyataan berikut ini: WK : Mestinya iya karena mungkin ada semacam edaran untuk hmm apa tu. : He em kuisioner itu kan dibagikan ke siswa kan perlu dana materi, dana pikiran juga iya tho? d. Persepsi Diri Sibuk Dari kelima guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini, ada dua informan yang sedang proses melakukan PTK. Kedua informan tersebut adalah informan ET dan TY. Proses pembuatan PTK

78 dilakukan sejak tahun 2012 dan hingga kini kurang lebih sudah empat tahun belum dikembangkan lebih lanjut. TY terakhir mengembangkan pada penyusunan latar belakang pada bab I sedangkan untuk informan ET terakhir mengembangkan pada bab II. Belum dikembangkannya PTK dari kedua informan tersebut dapat disebabkan karena adanya persepsi diri sibuk. Hal ini ditunjukkan pada data berikut: TY ET 61 : Oh yang berusaha membuat PTK dari tahun kalau ga salah tahun ya ketika dapat itu terus cobacoba membuat. : Iya masih proses sampai sekarang belum dilanjutkan. : Sebenarnya karena kalau sibuknya ya agak ya. Sibuknya kan karena mengajar dua tempat ya disanasini, jadi yang harus dipersiapkan banyak banget ya ada membuat soal, harus mempersiapkan penilaian sekarang kan K13 (Kurikulum 2013) juga lumayan banyak. : Iya, ribet di dua sekolah agak repot juga. : Ada 14 jam 1,2,3 juga disini 1,2,3 juga itu loh repotnya mba. Dalam satu hari itu 1,2,3, disini 1,2,3 otomatis kan dalam satu hari itu kan mempersiapkan yang kelas 1 yang ini, yang ini buat kelas 2, kadang nanti sore sampai kelas 3 juga jadi ya kayak gitu. :.karena untuk mengajar saja sudah penuh jamnya. : Iya mba. (Sibuk) Persepsi sibuk ini juga dialami informan lainnya yang belum melakukan PTK yaitu informan WK. Berikut pernyataan informan WK: WK 8. Deskripsi Data Ke- 7 : Ya bisa juga Karena mungkin belum ada waktu untuk membuat PTK itu. Pas mau mengajukan kenaikan pangkat lagi sregep hehe karena salah satu syaratnya itu. Nek ora kui ko sek. Deskripsi data ke-7 berisi mengenai upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Upaya upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong guru terutama pada guru ekonomi untuk melakukan PTK adalah dengan memberikan sosialisasi dan menginformasikan pentingnya

79 pelaksanaan PTK pada 62 saat rapat dinas dan mengingatkan serta menggerakkan guru termasuk guru ekonomi agar bisa melakukan PTK. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan berikut: SI YM : Penguatan PTK ya disampaikan nanti coba baca peraturan ini peraturan ini gitu aja. Jadi kita buka buka sendiri kalau disini kan internet sudah bagus kalau disana kan belum. Jadi semua guru masing masing harus mikir diri sendiri. Pokoknya kepala sekolah sudah ngasih gambaran ini ni ni. Kalau mau naik ya seperti ini. : Ya, yang pertama yaitu menginformasikan pentingnya pelaksanaan kegiatan PTK yaitu pada saat rapat dinas. Disamping itu ya kepala sekolah penting untuk mengingatkan, menggerakkan agar guru supaya bisa menulis PTK itu. : Wah itu berulang-ulang (Sosialisasi peraturan penguatan kedudukan PTK) Upaya lain yang dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK dan menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan adalah dengan memberikan fasilitas berupa akses internet untuk mencari referensi dan menyediakan buku penunjang kegiatan penelitian seperti buku tentang PTK dan buku tentang media, metode serta model yang dapat digunakan untuk melakukan PTK. Buku buku penunjang kegiatan PTK biasanya terletak di ruang perpustakaan pada bagian rak buku khusus untuk guru dan di almari Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yang terletak di ruang guru. Akan tetapi jumlah buku-buku tersebut masih terbatas sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan guru untuk melakukan PTK. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan informan berikut: WK TY : Ada disini ada : Ya model, metode, media kemudian kemudahankemudahan dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) siswa. : Ada pernah saya baca kok ada hanya saya gak buka isinya. : Ada sebenarnya, tapi yo sumbernya yo terbatas. Kalau gitu ya kita beli sendiri. Ya cari sendiri, beli sendiri, semua serba sendiri dananya.

80 63 ES SI YM : Ada, di sekolah menyediakan. Hanya ya jumlahnya masih terbatas. : Ya yang di perpustakaan ada, yang di ruang guru juga ada. Kalau di ruang guru itu yang di lemari itu lho mba (menunjuk ke arah lemari dalam ruang guru). Itu lemari Bu NN, disitu isinya buku-buku untuk guru sama ini mba buku terkait dengan penelitian. Lampiran tentang peraturanperaturan pemerintah juga ada disitu. : Ada sepertinya. : Ada, dulu saya pernah lihat ada. : Akses internet ada, di ruang guru juga ada. : Mudah, cuma di ruang ini aja (ruang guru). Di ruang kelas belum ada. Adanya disini sama di lab. komputer di kelas belum ada. : Kalau buku penelitian tindakan kelas itu ada hanya jumlahnya terbatas. Namun demikian, PTK ini kan selama bapak ibu guru melaksanakan dan ya banyak contohnya sudah ada PTK-PTK yang sudah dibuat oleh bapak ibu guru. Jadi ya istilahnya download saja PTK yang representatif di internet saya kira bapak ibu guru bisa. Hanya kemauan itu yang yang harus bisa timbul dari bapak ibu guru. Sedangkan untuk fasilitas dana penelitian, pihak sekolah belum menyediakan. Dana penelitian selama ini dari dana pribadi bapak ibu guru yang akan melakukan penelitian. Hal ini dibuktikan dengan adanya pernyataan informan berikut: WK ES ET YM : Ngga ada, tidak ada. an hanya secara individual dari masing-masing bapak ibu guru saja. : Tidak ada mba, dana itu sepenuhnya dari bapak ibu guru itu sendiri. : Sendiri. : Tidak ada (Fasilitas dana dari sekolah) : Itu belum Terkait dengan pelatihan PTK, selama ini pihak sekolah belum pernah mengadakan dan baru berencana akan melakukan pelatihan. Pada kegiatan pelatihan yang akan dilakukan, pihak sekolah berencana mengundang guru yang sudah berkompeten melakukan PTK untuk menjadi narasumber dalam

81 pelatihan tersebut. Ada beberapa alasan pihak sekolah memilih guru sebagai narasumber pada pelatihan tersebut yaitu dengan dilatih dan dibimbing oleh rekan guru dapat menggunakan bahasa yang sama sehingga lebih mudah dimengerti oleh guru. Selain itu, menurut kepala sekolah dengan dibimbing oleh rekan guru secara psikologis dapat memberikan kenyamanan karena dalam suasana yang akrab. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan informan sebagai berikut: ES : Tidak ada, tapi kalau di MGMP dulu pernah sekali. YM : dan ini saya berupaya mengundang orang yang sudah berpengalaman, golongannya ya sudah IVD ke IVE nanti saya undang. Saya umumkan untuk untuk mengadakan pelatihan PTK di sekolah. Ini mau akan ini 9. Deskripsi Data Ke : Ya itu tadi untuk me me apa ya mengadakan kegiatan secara rutin. Artinya tiap seminggu berapa kali berapa pertemuan dengan mendatangkan orang guru saja ya tidak usah seperti forum yang tadi saya katakan se-forum sekota dengan mendatangkan orang guru saja dengan kegiatan seperti pak MY itu. Minggu depan itu pak MY. : Belum Tidak Di SMA X. Disini mau akan. Caranya didatangkan orang. Satu untuk memberikan informasi bahwa PTK itu sebenarnya mudah dengan bahasa itu tadi kan enak. Setara kan seperti itu. : Kalau yang ngisi levelnya sama kan enak dan biasanya guru itu sukanya praktis tidak teoritis. Piye tho bab I? Piye tho bab II? Piye tho bab III ki? Siklus-sikluse carane kui, dan seterusnya. Kan kalau ngajari banyak praktiknya itu lebih mudah. : Betul. Ya praktik itu bukan berarti anu ya golet gampange. Jadi ini tu seperti ini misalnya bab I ini, bab II ini, bab III ini, bab IV ini bahwa siklusnya harus sekian dan kalau itu dibimbing oleh guru yang lebih berpengalaman mereka itu lebih mudah dan secara psikologis itu nyaman karena suasananya akrab. Deskripsi data ke-8 berisi mengenai kemampuan guru untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran sebagai dasar untuk melakukan PTK. Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kelima guru ekonomi tersebut sudah dapat

82 mengidentifikasi masalah dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini didukung dengan pernyataan berikut: WK : Yang terkait dengan siswa? Hmmm siswa itu banyak cenderung menerima materi tidak mudah, dalam arti mungkin dia perlu kondisi suasana yang lain daripada yang lainnya. Tapi kalau materi yang saya sampaikan mestinya anak anak menerima dan memahami. SI : Tidak merata. Jadi anak yang menonjol itu sudah ketahuan, dalam satu kelas kira kira ada ¼ mungkin. ET TY ES 65 : Hmm kalau disiswa kalau di SMA ini saya kira dari segi kognitif, pengetahuan itu ya tidak ada masalah ya. Soalnya kan ini jurusan IPA. Jadi saya mengajarnya kan lintas minat (lintas minat ekonomi). Inputnya kan juga sudah bagus jadi saya kira kalau masalah pengetahuan tidak ada. Tapi kalau di sekolah saya yang di SMA Z itu input siswa itu kan termasuk di bawahnya SMA ini ya. Jadi kadang kadang anak itu gak paham belum paham materi yang disampaikan itu apa, jadi harus diulang ulang. Berapa kali mengajar baru paham. Cuma sekarang anu masalah hp itu lho mba. Kalau misalkan sekolah sebenarnya sudah memberi aturan HP tidak boleh dibawa. Kalau sampai membawa kan harus disimpan di jok-jok motor tapi ada beberapa siswa yang istilahnya tetap nekad membawa di kelas tetap mbawa saya pernah lihat itu. Cuma mengingatkan aja, berarti itu kan mengganggu konsentrasi dalam pembelajaran. : Oh yang terkait dengan pembelajaran...terutama yang jam jam siang nggih biasanya kadang anak anak itu mengantuk itu permasalahannya begitu. Kalau disini kan saya mengajarnya hanya yang lintas minat ya. : Oh kalau itu... Hmm siswa itu cenderung memiliki kesiapan belajar yang berbeda. Jadi ada siswa yang siap belajar namun ada beberapa siswa yang belum siap untuk belajar. : Karena waktu itu kan saya melihat banyak siswa yang belum siap dalam menerima pembelajaran. Saya ingin menggunakan metode diskusi itu tadi. Coba ah ta ganti pake ini bagaimana, ternyata hasilnya lebih baik dan akhirnya saya ajukan untuk PTK itu tadi. Dari permasalahan-permasalahan tersebut guru sudah berusaha untuk mengatasi melalui beberapa cara yaitu menggunakan metode, model dan media yang inovatif, memberikan motivasi terlebih dahulu sebelum kegiatan

83 pembelajaran dimulai, menerapkan diskusi menggunakan video untuk materi-materi yang bersifat abstrak dan melakukan pembelajaran dengan mengacu pada konsep bawalah dia ke dunia kita. Berikut rincian pernyataan informan atas upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di dalam kegiatan pembelajaran. WK ES TY 66 : Dari permasalahan tadi? Kalau permasalahan saya tadi kan anu ya menerima materi itu ya? Ya saya berarti harus membuat suatu kegiatan KBM yang lebih kreatif yang lebih aktif dalam arti anak yang bekerja sedangkan saya hanya sebagai fasilitatornya saja. : Kalau saya Saya menggunakan ini mba biasanya, menggunakan diskusi. Soalnya gini, siswa dengan berdiskusi dapat saling berbagi ilmu itu tadi. Seperti tadi yang saya sebutkan kalau ada siswa yang siap belajar maka dapat mengajari siswa yang belum siap. Jadi mereka itu bisa saling mengisi satu sama lain. : Jigsaw itu kan ada proses diskusinya nggih? Kalau di K13 itu kan guru hanya sebagai fasilitator, siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jadi ya dengan adanya diskusi itu kan siswa yang tadinya kurang tadi bisa diajari temennya sendiri yang memang memiliki kemampuan yang lebih melalui diskusi itu tadi. : Iya, menggunakan media iya. Anak itu senang sekali kalau diputarkan video yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas. Misalnya kaitannya dengan uang, video terkait dengan pembuatan uang kan anak-anak senang disitu. Setelah diputarkan video kemudian nanti mereka dapat berdiskusi. : Iya metode model, tapi kalau ekonomi yang pas diterapkan problem solving atau penyelesaian masalah habis itu dibuat kelompok-kelompok buat mengaktifkan siswa kemudian maju presentasi. Itu sering saya terapkan. Apalagi untuk ekonomi kelas X itu kan jamnya diakhir ya mba ya? Saya ngajar jam 678 kan siang. : Kalau disini kan saya baru saja ya mba ya di SMA ini. Kalau disana ya kaitannya dengan metode mengajar. Metodenya kan sebenarnya sudah diterapkan ya, cuma ya itu tadi ada siswa-siswa yang ngantuk ketika jam terakhir itu lho bagaimana mengatasinya untuk jam-jam terakhir. : Nggih, mencoba dengan video-video bagaimana setelah anak diperlihatkan video seperti ini kan lebih ke riil ya jadi

84 67 ET SI lebih punya gambaran daripada bayangan misal dari pembuatan uang seperti apa tho kita putarkan oh mereka lebih : Lebih memahami istilahnya dari yang sebelumnya belum tahu setelah itu kan oh ya Istilahnya mereka jadi tidak ngantuk itu tadi. senang apalagi kalau di jam-jam terakhir itu tadi. Anak-anak kan yo cape bilang bu mbok diputarkan lha gitu-gitu. : Oh ya. Kalau saya beri video pembelajaran biasanya. Mungkin kalau penjelasan dari guru kurang begitu apa ya kurang begitu mudah dipahami siswa saya menambahkan video pembelajaran. Misalkan tentang sistem pembelajaran. Sistem pembayaran itu kan abstrak ya, jadi anak menerka sistem pembayaran ki opo tho sistem pembayaran itu jadi kita harus memberikan contoh riilnya. : Ya itu memotivasi saja mba saya. Istilahnya rutin mengingatkan anak karena kan targetnya nanti kan kamu harus lulus ujian. Kalau tidak lulus nanti bagaimana : Kalau saya jarang menggunakan model metode ya. Metode yang sudah ada saya pake aja seperti model ceramah pasti terus diskusi kelompok paling itu aja. Paling kalau ada tambahan dikit paling tugas jadi anak kalau di kelas masih kurang mantep saya kasih tugas per-orang untuk survei pasar atau ke bank atau kemana download apa silahkan biar anak itu minimal kerja gitu. Soalnya kalau kita lihat kan kerja kelompok ketahuan yang aktif yang itu yang ada anak yang masih kewolak-walik gitu yang kerja 1 akhirnya kadang-kadang saya kasih tugas biar anak tahu sendiri apa dia juga niru temennya saya juga nggak ngerti tapi minimal sudah usaha. : Pokoknya indeks harga anak saya suruh survei hargaharga di pasar ya minimal ada beberapa komoditi jumlah sekian harga sekian bulan ini berapa kalau ngga bulan ya minggu, mungkin kalau bulan ditanyakan lupa dia per-hari per-minggu silahkan nanti kan saya suruh hitung indeks harga tahun ini berapa dan itu praktik hitung bener. Soalnya kalau saya terangkan di ini kan saya ngga bisa ngukur benar nggaknya ngga tahu kalau bisa bener-bener masuk apa ga, tapi dengan seperti itu setelah saya periksa betul semua dalam artian entah mereka nanya temennya ga tahu saya atau gimana tapi saya kan tidak melihat hasilnya saya lihat proses menghitungnya. Kalau hasil kan datanya beda-beda. Caranya gitu. Jadi saya anggap mereka betul. Tapi begitu

85 tes, ya tetap ada satu dua anak yang tetap ga bisa walaupun sudah ada seperti itu tapi mending lah sudah ada usaha. Kemampuan guru dalam mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran dan menerapkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah pengalaman guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru-guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini sudah memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama yaitu 13 tahun, 14 tahun, 16 tahun dan 32 tahun. Berikut pernyataan informan terkait dengan pengalaman mengajar yang telah dimiliki: WK ES TY ET SI : Hmm, iya mba 13 tahun. : Nggih mba, sudah 32 tahun. : Kalau disana sudah 16 tahun. : Kalau di SMA ini baru sekitar 1 tahun. Tapi kalau sejak jadi guru tahun 2000 berarti sekitar 16 tahun ya. : Iya, 14 tahun kurang kan akhir, ini kan baru awal. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari hanya tiga dari lima yang sudah mencatatkannya pada catatan yang berkembang pada PTK. Sedangkan untuk dua informan lainnya belum mencatat dan mengembangkannya menjadi PTK. yang belum mencatatkan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran adalah informan WK dan SI. Sedangkan informan yang sudah melakukan pencatatan adalah informan ET, TY dan ES. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya pernyataan informan berikut: WK SI ET 68 : Belum pernah. Jadi saya menjalankannya seperti air mengalir (tertawa). Jika ada masalah saya atasi jadi belum pernah saya melakukan pencatatan pencatatan khusus. : Wah saya jarang sekali saya globalnya aja. Kalau memang ada anak yang terlalu baru saya tulis. Maksudnya apa ya, nakal banget atau anak yang nilainya rendah banget itu baru tapi kalau keseharian ngajar gak. : He em, saya juga mengarahnya juga kesitu...

86 69 TY ES : Iya punya,... Ada catatan catatan. Misal kejadian hari ini kok anak ini mengantuk nah pasti langsung saja tegur ada upaya tindak lanjutnya kenapa alasannya. : Pernah, tadi ya ndak rutin. : Biasanya berisi materi pembelajaran yang terakhir saya ajarkan apa. Terus permasalahan-permasalahan kecil yang terjadi di dalam proses pembelajaran, terus langkah yang saya lakukan untuk mengatasinya apa, misal pake model ini metode ini dan sebagainya. Kadang ini kok mba, model dan metode yang ini belum tentu cocok untuk materi ini, cocoknya untuk materi yang lain misalnya. Jadi memang harus pintar-pintar saja memilih metode yang pas untuk mengatasi permasalahan itu bagaimana. 10. Deskripsi Data Ke- 9 Deskripsi data ke-9 berisi pengetahuan guru mengenai penguatan kedudukan PTK dalam peraturan PERMENPAN RB No 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru. Pada kedua aturan tersebut pemerintah menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semua guru ekonomi sudah mengetahui penguatan kedudukan PTK dalam kedua peraturan tersebut. dibuktikan dengan pernyataan informan berikut: Hal ini WK : Sudah sudah saya bahkan ini mengalami pertama kali mengalami pertama kali tahun ini nggih saya terlibat juga langsung terakhir kemarin bulan Februari itu saya juga mengajukan kenaikan pangkat dan sudah tahu bahwa syarat untuk kenaikan pangkat membuat PTK itu salah satunya hanya kan saya masih golongan dari IIIB ke IIIC. Jadi tidak terlibat langsung untuk membuat PTK. Yang membuat PTK tu dimulai dari golongan in shaa Allah apa ya dari golongan IIIC ke IIID atau IIID ke IVA. Ya jadi saya yang IIIB ke IIIC itu belum terlibat tapi sudah pernah dengar. SI : Penguatan PTK? Saya masih di Tangerang tahun ET TY ES : Kira kira tahun berapa ya saya lupa, tahun 2011 atau tahun 2012 saya lupa itu saya ikut diklat perhitungan angka kredit dan jabatan fungsional guru. : Oh iya. : Sudah mba.

87 Informasi mengenai penguatan kedudukan PTK tersebut didapatkan dari beberapa sumber yaitu persyaratan kenaikan pangkat, sosialisasi dari Wilayah Binaan (WilBi), DIKPORA Kota Surakarta, MGMP Kota Surakarta dan pihak sekolah. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan pernyataan berikut ini: WK SI ET TY ES 70 : Ya, dari situ persyaratan untuk kenaikan pangkat. Dari golongan ini sampai ini butuh PD (Pengembangan Diri) dan PI (Publikasi Ilmiah) berapa dengan syarat PTK sudah diseminarkan hanya dalam khusus MGMP saja tidak apa apa nggih, terus kalau golongan dari IIIB ke IIIC cukup PD, PInya berapa tapi tidak PTK yang diseminarkan. Belum sampai kesitu. Jadi kalau ditanya kapan ya baru baru saja bulan Februari kemarin nggih pas ngurusi kenaikan pangkat. : Kalau dulu disana ada istilahnya WilBi. Kalau disini mungkin WilBi gak ada ya? Ya semacam MGMP tetapi tidak se-kabupaten. Se-WilBi itu se-kabupaten dibagi beberapa wilayah. Sebenarnya hampir sama dengan yang disini. Kalau disini kan se-kota kan wilayahnya kecil kalau disana kan terlalu luas kabupatennya luas jadi dibagi beberapa wilayah namanya WilBi. Sebenarnya sama aja dengan MGMP. : Diklat yang diadakan oleh DIKPORA. : Itu kan sosialisasi dari sekolah, kepala sekolahnya juga menyampaikan. Kemudian dari MGMP Ekonomi. : Dari sekolah, jadi waktu itu sekolah memberitahu tentang perubahan sistem kenaikan pangkat guru. Kalau guru sekarang kalau naik pangkat itu tidak secara otomatis. Kalau dulu kan masih otomatis mba, jadi setiap dua tahun sekali kan sudah bisa naik pangkat. Tapi kalau sekarang kan tidak, harus ada angka kredit yang harus dipenuhi, ya termasuk membuat PTK itu mba salah satunya. Pada teori yang digunakan pada penyusunan proposal menyatakan bahwa guru mulai dari IIIB ke IIIC sudah harus membuat publikasi ilmiah dan karya inovatif. Pada pembuatan publikasi ilmiah guru sangat disarankan untuk melakukan PTK. Setelah memasuki lapangan ternyata terdapat perbedaan antara teori yang digunakan dengan keadaan yang terjadi di lapangan. Perbedaan tersebut terletak pada tingkatan publikasi ilmiah yang

88 harus ada pada setiap kenaikan jenjang kepangkatan guru. Berdasarkan hasil wawancara kepada informan WK menyatakan bahwa PTK belum wajib ada pada kenaikan golongan dari IIIB ke IIIC. Kegiatan publikasi ilmiah yang dilakukan dari golongan IIIB ke IIIC dapat berupa membuat buku ajar, modul dan sebagainya. Lebih lanjut informan WK menyatakan bahwa PTK wajib ada pada kenaikan pangkat dari golongan IIIC ke IIID atau IIID ke IVA. Berikut pernyataan informan WK: WK 71 : Sudah sudah saya bahkan ini mengalami pertama kali mengalami pertama kali tahun ini nggih saya terlibat juga langsung terakhir kemarin bulan Februari itu saya juga mengajukan kenaikan pangkat dan sudah tahu bahwa syarat untuk kenaikan pangkat membuat PTK itu salah satunya, hanya kan saya masih golongan dari IIIB ke IIIC. Jadi tidak terlibat langsung untuk membuat PTK. Yang membuat PTK itu dimulai dari golongan in shaa Allah apa ya dari golongan IIIC ke IIID atau IIID ke IVA. Ya jadi saya yang IIIB ke IIIC itu belum terlibat tapi sudah pernah dengar. Pernyataan informan WK didukung oleh dokumen berupa syarat syarat kenaikan pangkat guru dari golongan IIIB ke IIIC. Atas dasar pernyataan tersebut, untuk menguji kebenaran dari informasi yang didapatkan maka perlu melakukan triangulasi teknik. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menganalisis dokumen dan membandingkannya dengan hasil wawancara. Dari hasil triangulasi teknik yang dilakukan dapat diketahui bahwa dalam persyaratan kenaikan golongan dari IIIB ke IIIC memang belum diwajibkan untuk membuat PTK. Selain menggunakan triangulasi teknik untuk menguji pernyataan informan WK terkait keharusan adanya PTK untuk kenaikan pangkat pada golongan IIIB ke IIIC atau IIIC ke IVA, maka perlu melakukan triangulasi sumber. Tujuan melakukan triangulasi sumber adalah mengecek kebenaran informasi yang telah didapatkan. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengroscek kepada informan SI yang berada pada golongan IIIC untuk menanyakan syarat kenaikan pangkat pada golongan IIID membutuhkan PTK atau tidak. Berdasarkan hasil wawancara kepada informan SI dapat

89 diketahui bahwa PTK belum diwajibkan ada pada golongan IIIC ke IIID. Berikut pernyataan informan SI: SI 72 : Ga IIID ke IVA, IVA ke IVB. Soalnya kalau IIIC ke IIID belum harus PTK. Tapi baru yang penting karya ilmiah, publikasi ada tiga cukup. Kalau mau ke IVA kayaknya harus ada PTK. Jadi tidak dari IIIB ke IIIC harus gak Kan itu ada kriteria ada PTK, publikasi ilmiah, karya ilmiah dalam satu pengembangan apa ya Lebih lanjut, untuk mengecek kebenaran data yang telah didapatkan maka peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah mengenai peraturan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah dapat diketahui bahwa PTK wajib ada pada kenaikan pangkat dari IVA ke IVB. Berikut hasil wawancara tersebut: YM : Tidak dari IIIB ke IIIC dan seterusnya sampai IVE itu butuh butuh walaupun tidak PTK. Jadi begini kalau IIIB ke IIIC itu tidak harus IIIC ke IIID, IIID ke IVA itu tidak harus PTK. Nah Pokoknya karya inovatif atau publikasi ilmiah. Tapi kan ya sudah, karena umumnya PTK ya dibuat PTK tapi tidak harus. Tapi kalau IVA ke IVB seterusnya itu wajib dan diseminarkan serta harus dijurnalkan. Paham nggih? Jadi nek IIIB ke IIIC itu harus ada PKB tapi tidak harus 11. Deskripsi Data Ke- 10 Deskripsi data ke-10 berisi mengenai pengaruh usia dalam melakukan penelitian. Pertanyaan ini diajukan kepada empat informan yang baru berencana maupun sedang dalam proses melakukan PTK. Tujuan pengajuan pertanyaan tersebut untuk menggali secara lebih mendalam penyebab belum melakukan PTK. Berikut rincian pernyataan informan tersebut: WK : Hmmn sebenarnya untuk mencari ilmu tu tidak harus melihat usia tetapi kenyataannya usia juga mempengaruhi semakin bertambah usia mungkin kualitas untuk mempelajari sesuatu itu mungkin waktu, pikiran, tenaga juga semakin terbatas tetapi pengalaman bagi yang senior itu semakin lebih banyak daripada yang masih yunior. Yunior itu mungkin kelebihannya karena masih punya tenaga, pikiran, istilahnya lincah, gesit, jadi membuat PTK tidak ada halangan.

90 SI ET 73 : Kalau untuk guru tinggal orangnya dalam artian kebanyakan disini yang guru guru senior yang punya PTK ya tidak banyak, udah mentok di IVA gitu seperti bu X sendiri udah IVA, tapi IVAnya kan sudah dari jaman dulu kan ya udah puluhan tahun yang lalu. Jadi umur gak bisa jadi patokan. Cuma umumnya kalau usia tetap ada pengaruhnya tapi tidak 100%. Kalau saya kan termasuk yang muda gak, tua gak, sudah 40 lebih ya jadi tengah tengah ya harusnya rajin tapi karena ada urusan segala macam sampai sekarang ya belum bikin. : Oh gitu. Usia ya? Saya kira tetap pengaruh juga mba. tapi ya ga ga apa ya : Iya gak sepenuhnya. Ho oh. Tapi tergantung orangnya juga sih ya bagaimana orang menyikapi aturan aturan yang ada sekarang. TY : Itu kan sebenarnya ini ya mba seperti itu kan kemampuan dan kemauan juga. Di samping itu juga ada waktu. Biasanya kalau yang muda itu lebih enerjik juga. : Iya, tapi gak sepenuhnya. Sebenarnya kalau punya kemampuan dan punya niat nggih, ada dorongan juga ada motivasinya. Ini naik tingkat ini, itu lebih termotivasi lagi seperti itu. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa usia guru memiliki pengaruh dalam melakukan penelitian. Akan tetapi, usia tidak berpengaruh sepenuhnya terhadap kegiatan penelitian yang dilakukan. Ada faktor lain di luar usia yang dapat mempengaruhi guru melakukan PTK yaitu pengalaman, motivasi dan sikap guru dalam menyikapi peraturan yang berlaku. B. Pembahasan Berdasarkan pada deskripsi data penelitian maka dapat diketahui penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK, upaya upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong maupun mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK, serta temuan lainnya yang masih terkait dengan penelitian ini. Ketiga data tersebut akan dibahas secara lebih rinci pada point pembahasan. Pada point pembahasan peneliti berusaha untuk

91 membandingkan antara temuan penelitian dengan kajian teoretik dan kajian empirik yang ada. Berikut pembahasan atas data data yang telah didapatkan: 1. Penyebab Sebagian Besar Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK a. Guru Kurang Termotivasi untuk Melakukan PTK Berdasarkan pada deskripsi data ke-1 dapat diketahui bahwa motivasi sebagian besar guru ekonomi melakukan PTK adalah untuk keperluan kenaikan pangkat. Hal ini dikarenakan adanya peraturan pemerintah yaitu PERMENPAN-RB No 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat guru. Pada peraturan tersebut guru yang berada pada golongan kenaikan kepangkatan dari IVA ke IVB diharuskan memiliki minimal satu PTK yang sudah diseminarkan secara nasional ataupun pada MGMP. Adanya peraturan tersebut berimplikasi pada guru yang berada pada golongan IVA memiliki motivasi untuk melakukan PTK sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk keperluan kenaikan pangkat ke golongan IVB. Akan tetapi, guru yang belum mencapai golongan IVA belum termotivasi atas adanya peraturan tersebut. Dari kelima guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini sebagian besar guru belum mencapai pada golongan IVA. Hanya satu dari lima guru yang sudah mencapai golongan IVA. Berikut rincian guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini beserta golongan dan kewajiban pembuatan PTK untuk keperluan kenaikan pangkat. Tabel 5. Rincian Daftar Beserta Golongan dan Kewajiban Pembuatan PTK No Inisial Golongan Kewajiban Membuat PTK 1 WK IIIB Belum Wajib 2 SI IIIC Belum Wajib 3 TY ET IIIC Belum Wajib 5 ES IVA Sudah Wajib Sumber: Data Hasil an 74

92 75 Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari lima guru, ada tiga guru yang belum disyaratkan untuk melakukan PTK untuk keperluan kenaikan pangkat. Hal ini dikarenakan ketiga guru belum berada pada kenaikan pangkat yang mengharuskan adanya PTK. Ketiga guru tersebut adalah informan WK, SI, dan ET. Sedangkan untuk informan TY merupakan guru yayasan. Sistem pengangkatan yang berlaku untuk informan TY adalah dengan mengajukan kepada kepala sekolah dan kemudian kepala sekolah mengajukan kepada yayasan sekolah. yang sudah diwajibkan melakukan PTK adalah informan ES. ES merupakan salah satu guru senior. Pada tahun 2010 informan ES sudah melakukan PTK dan sudah diajukan sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat dari golongan IVA ke IVB namun hingga kini belum ada konfirmasi dari pihak DIKPORA Kota Surakarta baik untuk penerimaan ataupun penolakan terhadap PTK. Motivasi lain informan ES melakukan PTK selain untuk keperluan kenaikan pangkat adalah memperbaiki proses pembelajaran yang dapat berimplikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Atas dasar tersebut maka dapat diketahui bahwa motivasi guru untuk melakukan PTK ada dua yaitu untuk keperluan kenaikan pangkat dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan. Kedua motivasi tersebut dimiliki oleh informan ES untuk melakukan PTK sedangkan keempat informan lain yaitu informan ET,TY,WK dan SI motivasi untuk melakukan PTK adalah untuk keperluan kenaikan pangkat dan belum berorientasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa penyebab utama sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK karena belum termotivasi untuk melakukan PTK. Belum termotivasinya guru untuk melakukan PTK dikarenakan belum berada pada golongan kepangkatan yang mengharuskan adanya PTK untuk keperluan kenaikan pangkat. Terdapat persamaan dan perbedaan antara data temuan dengan kajian empirik dan kajian teoretik yang digunakan. Kesamaannya terletak pada

93 76 motivasi sebagian besar guru untuk melakukan PTK untuk keperluan kenaikkan pangkat. Pada penelitian Anggraeni (2014:100) menyatakan bahwa faktor utama terlaksananya PTK adalah motivasi untuk keperluan kenaikan jabatan. Sedangkan perbedaannya terletak bahwa motivasi guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini melakukan PTK tidak hanya untuk kenaikan pangkat saja namun sudah ada satu informan yang mempunyai motivasi melakukan PTK untuk peningkatan kualitas pembelajaran yang akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Perbedaan antara kajian teoretik dan kajian empirik dengan data temuan penelitian dapat disebabkan karena salah satu sifat atau karakteristik penelitian kualitatif yang menyatakan bahwa hasil penelitian kualitatif hanya dapat digunakan sepenuhnya pada situasi yang sama ( Devetak dkk, 2010:77 dan Saebani, 2008:125). Mengacu pada teori tersebut, perbedaan antara penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014:100) dengan hasil penelitian ini dapat disebabkan adanya perbedaan situasi yang diteliti meliputi tempat yang digunakan sebagai penelitian dan karakteristik informan yang diteliti. b. Kesulitan Teknis yang Dialami Guru untuk Melakukan PTK Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari lima guru ekonomi ada satu guru ekonomi yang sudah melakukan PTK. Guru tersebut adalah informan ES. Secara garis besar, informan ES mengalami kesulitan yang bersifat teknis pada penyusunan tahap perencanaan. Sedangkan pada penyusunan kalimat ilmiah, kajian teori, hipotesis, lembar observasi kegiatan, proses pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data dan penyimpulan data informan ES tidak mengalami kesulitan. Upaya informan ES dalam menangani permasalahan teknis terkait penyusunan tahap perencanaan adalah dengan mempelajari pedoman PTK dan memperbanyak membaca referensi PTK sedangkan untuk teknis PTK lainnya seperti penyusunan kalimat ilmiah, kajian teori,

94 77 hipotesis, lembar observasi kegiatan informan ES tidak mengalami kesulitan karena dapat dipelajari dari pedoman yang sudah ada. Terdapat dua guru lain yang sedang dalam proses melakukan dan menyusun PTK. Kedua guru tersebut adalah informan TY dan ET. Berdasarkan pada data penelitian dapat diketahui bahwa informan TY mengalami kesulitan yang bersifat teknis pada penyusunan rumusan masalah, kalimat ilmiah dan kajian teori, mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data. Upaya yang dilakukan informan TY untuk mengatasi kesulitan yang dialami adalah dengan melihat contoh PTK yang sudah ada sebagai bahan referensi. Kesulitan teknis yang dialami oleh informan ET terkait dengan penyusunan kajian teori dan lampiran-lampiran yang dibutuhkan seperti nilai siswa sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, agenda mengajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), daftar siswa dan sebagainya. Upaya informan ET untuk mengatasi kesulitan teknis yang dialami adalah dengan memperbanyak membaca referensi yang dapat membantu mengatasi kesulitan dalam penyusunan PTK. Terdapat kesamaan dan perbedaan antara data temuan penelitian yang dilakukan Trisdiono (2014:1) yang digunakan sebagai kajian teoretik dan kajian empirik dengan hasil penelitian ini. Kesamaan diantara keduanya adalah kesulitan teknis yang menyebabkan guru belum melakukan PTK yaitu karena mengalami kesulitan dalam penyusunan kalimat ilmiah dan kajian teori. Adanya kesulitan dalam penyusunan kalimat ilmiah dan kajian teori tersebut dapat disebabkan karena terbatasnya buku penunjang PTK yang dibaca. Sedangkan perbedaan antara data temuan dengan kajian teoretik dan kajian empirik yaitu terdapat kesulitan teknis lain yang dialami guru untuk melakukan PTK yang terkait dengan penyusunan tahap perencanaan, rumusan masalah, mengumpulkan, mengolah dan menyimpulkan data dan menyusun lampiran-lampiran yang dibutuhkan seperti nilai siswa, agenda mengajar, RPP, daftar siswa dan sebagainya.

95 78 Perbedaan antara kajian teoretik dan kajian empirik dengan data temuan penelitian dapat disebabkan karena salah satu sifat atau karakteristik penelitian kualitatif yang menyatakan bahwa hasil penelitian kualitatif hanya dapat digunakan sepenuhnya pada situasi yang sama. Teori ini dikemukakan oleh Devetak dkk (2010:77) dan Saebani (2008:125). Mengacu pada teori tersebut, perbedaan antara penelitian yang dilakukan Trisdiono dengan hasil penelitian ini dapat disebabkan adanya perbedaan situasi yang diteliti meliputi tempat yang digunakan sebagai penelitian, karakteristik informan yang diteliti dan kemampuan informan untuk melakukan PTK. c. Pelatihan PTK yang Belum Optimal Berdasarkan pada hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari kelima guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini sudah mendapatkan pelatihan mengenai PTK. Pelatihan tersebut diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi dan MGMP Ekonomi Kota Surakarta. Pada pelatihan yang diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi membahas mengenai konsep dasar PTK dan sistematika penyusunan PTK sedangkan untuk cara pembuatan yang lebih rinci belum dijelaskan. Selain diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi, pelatihan PTK juga pernah dilakukan oleh MGMP Ekonomi Kota Surakarta. Pelatihan oleh MGMP diadakan berdasarkan inisiatif dari guru-guru ekonomi di kota Surakarta yang ingin mengetahui penyusunan PTK secara lebih rinci. Pada pelatihan tersebut, guru-guru ekonomi mengundang narasumber eksternal dari LPMP untuk memberikan bimbingan cara penyusunan PTK yang benar. Luaran yang didapatkan pada pelatihan yang dilakukan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi adalah guru diarahkan untuk membuat judul PTK. Ada dua informan yang mengikuti pelatihan yang diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi. Kedua informan tersebut adalah informan WK dan SI. WK sudah membuat judul PTK namun belum dikembangkan sedangkan untuk informan SI belum membuat judul PTK.

96 Selanjutnya, luaran dari pelatihan yang diadakan oleh MGMP Kota Surakarta adalah guru diarahkan untuk membuat proposal PTK. Ada tiga informan yang mengikuti pelatihan dari MGMP tersebut yaitu informan ET, ES, dan TY. ET dan TY sedang dalam proses membuat PTK. ET sudah membuat proposal PTK hingga bab II dan informan TY sedang mencoba membuat latar belakang masalah pada bab I. Sedangkan untuk informan ES sudah membuat proposal dari bab I hingga III kemudian mengembangkan hingga pada bab V. Menurut Efendi dalam Herdiana (2011:1) m enyatakan bahwa pelatihan yang optimal adalah pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai. Mengacu pada teori tersebut, dapat dianalisis bahwa pelatihan yang diikuti oleh guruguru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini belum optimal. Hal ini dikarenakan pada kedua pelatihan tersebut belum dapat meningkatkan semua indikator pelatihan yang optimal. Pada pelatihan yang diadakan oleh DIKPORA Tingkat Provinsi sudah dapat meningkatkan pengetahuan guru mengenai penyusunan judul PTK namun belum sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan untuk menyusun judul PTK. Data ini dapat dilihat pada tabel 6 yang berisi mengenai analisis keoptimalan pelatihan PTK yang diadakan oleh Dinas DIKPORA Tingkat Provinsi. Tabel 6. Analisis Keoptimalan Pelatihan PTK yang diadakan Dinas DIKPORA Tingkat Provinsi Indikator Pengetahuan Kemampuan Keterampilan Konsep Dasar Sistematika Membuat Judul Mengembangkan Judul WK - SI - - Sumber: Data an Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pelatihan PTK yang diadakan oleh Dinas DIKPORA Tingkat provinsi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan informan WK namun belum 79

97 dapat meningkatkan keterampilan untuk mengembangkan judul PTK yang telah dibuat. Sedangkan untuk informan SI, pelatihan tersebut sudah dapat meningkatkan pengetahuan namun belum dapat meningkatkan kemampuan 80 dan keterampilan untuk membuat dan mengembangkan judul PTK. Belum tercapainya semua indikator keoptimalan dari sebuah pelatihan mengindikasikan bahwa pelatihan yang diadakan oleh Dinas DIKPORA Tingkat Provinsi belum optimal. Pelatihan terkait PTK juga pernah diadakan oleh MGMP Ekonomi Kota Surakarta. Pada pelatihan tersebut guru diarahkan untuk membuat judul kemudian dikembangkan menjadi proposal PTK. Apabila dilihat dari ketiga indikator keoptimalan suatu pelatihan dapat dilihat bahwa pelatihan yang diadakan oleh MGMP Ekonomi sebenarnya sudah memenuhi salah satu indikator tersebut yaitu dapat meningkatkan pengetahuan namun belum sepenuhnya dapat meningkatkan dua indikator lainnya yaitu keterampilan dan kemampuan guru terkait dengan pembuatan proposal PTK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7 yang berisi mengenai analisis keoptimalan pelatihan PTK yang diadakan oleh MGMP Ekonomi Kota Surakarta. Mampu Menyusun Bab I Mampu Menyusun Bab II Mampu Menyusun Bab III Tabel 7. Analisis Keoptimalan Pelatihan PTK yang diadakan MGMP Ekonomi Kota Surakarta Indikator Pengetahuan Kemampuan Keterampilan Konsep Dasar Sistematika Mengembangkan proposal yang terdiri atas bab I,II, dan III ES ET - - TY o Keterangan: o=sedang dalam proses Sumber: Data an Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa belum semua peserta pelatihan dapat menyusun proposal PTK hingga selesai. Dari data informan yang mengikuti pelatihan tersebut dapat diketahui bahwa ada

98 81 informan yang sedang dalam proses membuat bab I, sudah menyusun bab II dan bahkan sampai bab III. Belum terpenuhinya semua indikator pelatihan yang optimal mengindikasikan bahwa pelatihan yang diadakan oleh MGMP Ekonomi Kota Surakarta belum optimal. Adanya pelatihan yang belum optimal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab guru belum melakukan PTK. Data temuan pada penelitian ini sama dengan kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014:100) menyatakan bahwa kegiatan pelatihan yang belum optimal dapat menjadi salah satu penyebab guru belum melakukan PTK. d. Kurangnya Budaya Membaca Guru Terkait dengan Buku Penunjang Kegiatan PTK Salah satu penyebab guru belum melakukan PTK adalah karena budaya membaca guru untuk buku yang terkait dengan PTK masih kurang. Membaca buku penunjang kegiatan PTK dapat memberikan pengetahuan serta dapat dijadikan bahan referensi terkait dengan penyusunan PTK. Budaya membaca guru-guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini masih terfokus pada buku penunjang materi pembelajaran sedangkan buku mengenai metode, model dan media pembelajaran dan buku terkait dengan PTK masih jarang untuk dibaca. Adanya budaya kurang membaca khususnya pada buku yang terkait dengan PTK dapat menjadi salah satu penyebab guru belum melakukan PTK. Hal ini dikarenakan dengan membaca buku penunjang PTK dapat menjadi referensi dan pedoman dalam menyusun PTK yang baik dan benar. Kurangnya pedoman atau sumber referensi mengenai PTK akan membuat guru mengalami kesulitan melakukan PTK. Data temuan mengenai budaya kurang membaca dapat menjadi salah satu penyebab guru belum melakukan PTK sama dengan kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014:1 00) dan Trisdiono (2014:1) menyatakan bahwa salah

99 82 satu penyebab guru belum melakukan PTK karena kurangnya budaya membaca terkait dengan buku penunjang PTK. Implikasi dari kurangnya budaya membaca buku penunjang PTK ini akan menimbulkan kesulitan bagi guru untuk melakukan PTK terutama pada penyusunan kajian teori. e. Kurangnya Pengalaman Guru dalam an Pengalaman guru dalam melakukan penelitian menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan guru guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini belum melakukan PTK. Berdasarkan pada data penelitian diketahui bahwa empat dari lima informan belum melakukan penelitian, terakhir melakukan penelitian untuk keperluan penyusunan skripsi. Pengalaman meneliti dapat memberikan referensi bagi guru untuk mengadakan penelitian berikutnya baik berupa PTK maupun jenis penelitian lainnya yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Data temuan mengenai kurangnya pengalaman guru dalam meneliti dapat menjadi salah satu penyebab guru belum melakukan PTK sama dengan kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan. Menurut Saipurrahman (2015:1) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK adalah karena minimnya pengalaman guru dalam melakukan tindakan penelitian. f. Persepsi-Persepsi Guru Terkait dengan PTK Faktor lain yang menyebabkan guru belum melakukan PTK karena adanya persepsi diri sibuk, PTK membutuhkan waktu yang lama dan anggaran dana yang cukup besar serta PTK dapat membebani tugas seorang guru. Adanya persepsi persepsi tersebut dapat menyebabkan guru belum melakukan PTK. Data temuan mengenai persepsi guru terkait PTK dapat menyebabkan guru belum melakukan PTK sama dengan kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan Pati (2014:67) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi guru dengan kemampuan untuk melakukan PTK. Lebih lanjut Pati

100 83 (2014:67) menyatakan bahwa persepsi guru mengenai PTK dapat mempengaruhi kemampuan guru untuk melakukan PTK sehingga jika guru memiliki persepsi bahwa PTK dapat menjadi beban bagi guru, PTK membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan dana yang cukup besar, dan adanya persepsi diri sibuk maka persepsi-persepsi tersebut dapat menyebabkan guru belum melakukan PTK. 2. Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah Pembahasan mengenai upaya yang dilakukan pihak sekolah ini dibagi menjadi dua yakni upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam mendorong guru untuk melakukan PTK dan upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. a. Upaya untuk Mendorong Guru Melakukan PTK Upaya pihak sekolah untuk mendorong guru melakukan PTK adalah dengan memberikan sosialisasi dan menginformasikan pentingnya pelaksanaan PTK pada saat rapat dinas dan mengingatkan serta menggerakkan guru termasuk guru ekonomi agar bisa melakukan PTK. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan pihak sekolah adalah dengan memaparkan peraturan peraturan pemerintah terkait dengan salah satu syarat untuk kenaikan pangkat pada PERMENPAN-RB No 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru. Kegiatan sosialisasi dilakukan kepala sekolah secara berulang-ulang pada kegiatan rapat dinas yang diadakan pihak sekolah. b. Upaya Mengatasi Kesulitan yang Dialami Guru untuk Melakukan PTK Upaya pihak sekolah untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru melakukan PTK adalah dengan menyediakan referensi berupa buku-buku terkait dengan penelitian untuk guru dan menyediakan internet di ruang guru untuk mencari referensi terkait dengan kegiatan pembelajaran dan PTK. Selain itu, pihak sekolah juga berencana untuk mengundang narasumber seorang guru yang sudah berkompeten untuk melakukan

101 84 PTK. Ada beberapa alasan pihak sekolah memilih guru sebagai narasumber pada pelatihan tersebut yaitu dengan dilatih dan dibimbing oleh rekan guru dapat menggunakan bahasa yang sama sehingga lebih mudah dimengerti oleh guru. Selain itu, menurut kepala sekolah dengan dibimbing oleh rekan guru secara psikologis dapat memberikan kenyamanan karena dalam suasana yang akrab. Terdapat persamaan dan perbedaan antara kajian teoretik dan empirik dengan temuan data penelitian mengenai upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Persamaan tersebut terletak pada upaya mendorong melakukan PTK. Pada penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014:44) menyatakan bahwa upaya pihak sekolah dalam mendorong guru untuk melakukan PTK dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi, menginformasikan dan mengingatkan serta menggerakkan guru agar bisa melakukan PTK. Teori yang dikemukakan oleh Anggraeni (2014:44) tersebut sama dengan data temuan pada penelitian ini terkait dengan upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong guru melakukan PTK. Perbedaan antara kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan dengan data temuan penelitian terletak pada upaya untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Pada penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014:45) menyatakan bahwa upaya yang dapat dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK adalah dengan menyelenggarakan program PTK dengan didukung adanya kegiatan pelatihan komputer bagi guru-guru yang masih mengalami kesulitan dalam mengoperasikan komputer, memberikan pelatihan pelaksanaan PTK, bimbingan penyusunan laporan penelitian dan penyediaan sarana buku-buku penelitian. Sedangkan pada data temuan penelitian, langkah yang dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK adalah dengan menyediakan buku referensi terkait PTK dan memberikan fasilitas wifi yang dapat membantu guru mencari referensi untuk menunjang kegiatan PTK serta berencana untuk melakukan pelatihan

102 dengan mengundang narasumber guru yang sudah berkompeten dalam melakukan PTK. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi banyak faktor seperti fasilitas sekolah, situasi dan kondisi sekolah, serta cara kepala sekolah dalam mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. 3. Temuan Data Lainnya a. Kemampuan Guru dalam Mengidentifikasi Masalah Guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini sudah dapat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran. Kemampuan untuk mengidentifikasi permasalahan merupakan salah satu kemampuan yang penting dimiliki guru untuk melakukan PTK. Adanya kemampuan mengidentifikasi tersebut guru dapat merumuskan solusi dan dapat mengembangkannya dalam bentuk PTK. Kemampuan guru dalam mengidentifikasi masalah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengalaman guru dalam kegiatan pembelajaran. Berikut disajikan tabel pengalaman mengajar guru beserta permasalahan yang sering muncul dalam kegiatan pembelajaran dan solusi yang dilakukan atas permasalahan tersebut. Tabel 8. Pengalaman Mengajar Beserta Permasalahan yang dihadapi dalam Kegiatan Pembelajaran Pengalaman Permasalahan Solusi Field Note Mengajar WK 13 tahun Siswa tidak mudah dalam menerima materi pembelajaran Menggunakan metode, model yang inovatif Lampiran 2 Halaman (Hal) 114 SI 14 tahun Kemampuan siswa tidak merata Melakukan pembelajaran dengan konsep bawalah Lampiran 2 Hal. 124 TY 16 tahun Siswa mengantuk pada jam-jam terakhir ET 16 tahun Siswa susah untuk memahami materi yang dijelaskan ES 32 tahun Kesiapan siswa berbeda Sumber: Data Hasil an dia ke dunia kita Siswa diputarkan video dan dimotivasi terlebih dahulu Menggunakan video untuk materi yang abstrak 85 Lampiran 2 Hal. 131 Lampiran 2 Hal. 140 Menerapkan diskusi Lampiran 2 Hal.152

103 86 Dari kelima informan yang diteliti dapat diketahui bahwa ada tiga informan yang sudah mencatatkan permasalahan dan rumusan solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara kepada tiga informan yang sudah mencatatkan permasalahan dan solusi menyatakan bahwa catatan tersebut sangat membantu guru untuk mengembangkannya dalam bentuk PTK. Keberadaan catatan mengenai permasalahan dan solusi yang telah dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dapat dijadikan acuan atau referensi dalam penyusunan PTK. Hal ini dikarenakan catatan tersebut merupakan catatan dari pengalaman mengajar yang dialami dan ditulis sendiri oleh guru yang bersangkutan sehingga dapat dijadikan bahan referensi ataupun bahan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran sekaligus dalam penyusunan PTK. Saipurahman (2015:1) menyatakan bahwa salah satu penyebab guru belum melakukan PTK adalah karena belum memiliki pemahaman yang baik mengenai PTK sehingga permasalahan yang dihadapi di kelas tidak mampu guru deskripsikan dalam bentuk tulisan untuk dilakukan penelitian guna memperoleh solusinya. Implikasi lebih lanjut dari kurangnya pemahaman guru adalah terhambatnya proses kenaikan pangkat karena kurangnya komponen penelitian yang dilakukan. Terdapat perbedaan antara kajian teoretik dengan data temuan penelitian. Pada data temuan penelitian dapat diketahui bahwa guru memiliki pemahaman yang baik mengenai PTK sehingga guru sudah dapat mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran serta berusaha untuk mengatasi permasalahanpermasalahan tersebut. Perbedaan antara kajian teoretik dengan data temuan penelitian dapat disebabkan beberapa hal salah satunya dapat berasal dari sifat atau karakteristik dari penelitian kualitatif itu sendiri, yang menyatakan bahwa hasil penelitian kualitatif hanya bisa digunakan sepenuhnya pada situasi yang sama (Devetak dkk, 2010:77 dan Saebani, 2008:125). Mengacu pada teori tersebut, adanya perbedaan yang terjadi

104 87 antara kajian teoretik dan hasil temuan pada penelitian ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan situasi antara penelitian yang dilakukan Saipurrahman (2015:1) dengan penelitian yang dilakukan peneliti meliputi tempat yang digunakan sebagai penelitian, karakteristik informan yang diteliti dan kemampuan informan untuk melakukan PTK. a. Pengetahuan Guru Mengenai Penguatan Kedudukan PTK Berdasarkan pada hasil penelitian dapat diketahui bahwa kelima guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini sudah mengetahui penguatan kedudukan PTK yang tercantum dalam peraturan PERMENPAN-RB No 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat guru. Informasi tersebut didapatkan dari beberapa sumber. Berikut disajikan data sumber didapatkannya informasi terkait dengan kedua peraturan tersebut dari masing-masing informan: Tabel 9. Sumber Informasi Penguatan Kedudukan PTK Sumber Informasi WK Syarat untuk kenaikan pangkat dari golongan IIIB ke IIIC SI Sosialisasi dari WilBi Tangerang TY Sosialisasi kepala sekolah dan dari MGMP Ekonomi Kota Surakarta ET Diklat Angka Kredit dan Jabatan Fungsional Guru ES Dari pihak sekolah Sumber: Data Hasil an Dari kedua peraturan tersebut, guru juga sudah mengetahui mengenai PKB sebagai salah satu komponen dalam pembentukan angka kredit guru. Data ini mengindikasikan bahwa guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini sudah memahami mengenai profesi yang digeluti, utamanya yang berhubungan dengan PKB yang menunjang angka kredit guru. Terdapat perbedaan antara kajian teoretik dengan data temuan penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Drajati (2015 :240)

105 88 menyatakan bahwa salah satu penyebab guru belum melakukan PTK dikarenakan adanya pemahaman yang kurang mengenai profesi yang digeluti, terutama yang berhubungan dengan PKB yang menunjang angka kredit guru. Akan tetapi pada data temuan di lapangan menunjukkan bahwa guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini sudah memiliki pemahaman yang baik terkait dengan profesi yang dijalankan terutama yang berhubungan dengan PKB guru. Perbedaan antara kajian teoretik dengan data temuan penelitian tersebut dapat berasal dari sifat atau karakteristik dari penelitian kualitatif itu sendiri, yang menyatakan bahwa hasil penelitian kualitatif hanya bisa digunakan sepenuhnya pada situasi yang sama (Devetak dkk, 2010:77 dan Saebani, 2008:125). Mengacu pada teori tersebut perbedaan antara data temuan dengan hasil penelitian yang dilakukan Drajati (2015 :240) dapat disebabkan karena adanya perbedaan situasi antara penelitian yang dilakukan Drajati (2015:240) dengan penelitian yang dilakukan peneliti meliputi tempat yang digunakan sebagai penelitian, karakteristik informan yang diteliti dan kemampuan informan untuk melakukan PTK. b. Pengaruh Usia Guru dalam Tindakan an Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan kepada empat informan yang belum melakukan PTK dapat diketahui bahwa usia memiliki pengaruh dalam kegiatan penelitian yang dilakukan guru. Akan tetapi, usia tersebut tidak berpengaruh sepenuhnya pada tindakan penelitian yang dilakukan guru. Ada beberapa faktor lain di luar faktor usia yang dapat mempengaruhi guru melakukan penelitian yaitu pengalaman guru, sikap guru dalam menyikapi peraturan yang berlaku dan motivasi guru untuk melakukan PTK. Terdapat kesamaan dan perbedaan antara kajian teoretik dan kajian empirik yang digunakan dengan data temuan di lapangan. Pada penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014:100) menyatakan bahwa usia mempengaruhi guru dalam melakukan PTK. Sedangkan pada data temuan di lapangan dapat diketahui bahwa usia memang mempunyai

106 89 pengaruh bagi guru untuk melakukan PTK, namun usia tersebut tidak berpengaruh sepenuhnya. Ada beberapa faktor lain seperti pengalaman guru, sikap guru dalam menyikapi peraturan yang berlaku dan motivasi guru yang dapat mendorong guru untuk melakukan PTK. Adanya perbedaan antara data temuan dengan kajian empirik yang digunakan dapat disebabkan karena salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif menyatakan bahwa hasil penelitian kualitatif hanya bisa digunakan sepenuhnya pada situasi yang sama (Devetak dkk, 2010:77 dan Saebani, 2008:125). Berdasarkan pada teori tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dengan yang dilakukan oleh peneliti memiliki situasi yang berbeda dimana pada penelitian yang dilakukan Anggraeni pada Desember 2013 terdapat satu informan yang akan purna tugas pada Februari Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kurang dari tiga bulan lagi salah satu informan sudah purna tugas dan sudah tidak memungkinkan lagi untuk melakukan PTK dan mengajukan PTK pada tiga bulan terakhir menjelang purna tugas. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui dari kelima guru ekonomi yang menjadi informan masih memiliki kesempatan untuk melakukan PTK karena memiliki jangka purna tugas yang masih lama. Adanya perbedaan antara kajian empirik dengan data temuan penelitian terkait dengan pengaruh usia ini dikarenakan situasi yang ada di tempat penelitian informan yang berbeda.

107 90 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK Penyebab sebagian besar guru ekonomi belum melakukan PTK dapat dikelompokkan menjadi dua yakni penyebab utama dan pendukung. Penyebab utama sebagian besar guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini belum melakukan dan melanjutkan PTK dikarenakan belum termotivasi untuk melakukan PTK. Motivasi guru untuk melakukan PTK ada dua yaitu untuk keperluan kenaikan pangkat dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan. Kedua motivasi tersebut dimiliki oleh satu informan yang sudah melakukan PTK sedangkan untuk keempat informan lain yang belum melakukan PTK, motivasi untuk melakukan PTK adalah keperluan kenaikan pangkat dan belum berorientasi pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Dari data tersebut maka dapat diketahui bahwa penyebab utama sebagian besar guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini belum melakukan PTK karena belum termotivasi untuk melakukan PTK. Belum termotivasinya guru untuk melakukan PTK dikarenakan belum berada pada golongan kepangkatan yang mengharuskan adanya PTK untuk keperluan kenaikan pangkat. Hal ini dikarenakan sebagian besar guru ekonomi yang belum melakukan PTK adalah guru guru yang masih berada pada golongan kepangkatan IIIB, IIIC dan guru yayasan yang belum dipersyaratkan adanya PTK untuk menuju jenjang berikutnya yang lebih tinggi. Penyebab pendukung sebagian besar guru ekonomi yang menjadi informan dalam penelitian ini belum melakukan PTK adalah: (a) mengalami kesulitan-kesulitan teknis dalam penyusunan PTK terkait dengan penyusunan rumusan masalah, kalimat ilmiah dan kajian teori, mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dan menyusun 90

108 91 lampiran lampiran yang dibutuhkan seperti nilai siswa, agenda mengajar, RPP, daftar siswa dan sebagainya; (b) adanya persepsi diri sibuk di dalam diri guru, PTK membutuhkan waktu yang lama dan anggaran dana yang dibutuhkan cukup besar serta PTK dapat menjadi beban seorang guru; (c) adanya pelatihan PTK yang belum optimal; (d) kurangnya budaya membaca guru terkait buku penunjang kegiatan PTK; (e) kurangnya pengalaman guru dalam penelitian; (f) pengaruh usia dalam tindakan penelitian yang dilakukan oleh guru. Usia tersebut tidak berpengaruh sepenuhnya pada tindakan penelitian yang dilakukan guru. Ada faktor lain di luar faktor usia yang dapat mempengaruhi guru melakukan penelitian yaitu pengalaman guru, sikap guru dalam menyikapi peraturan yang berlaku dan motivasi guru untuk melakukan PTK. 2. Upaya-Upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah Upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong guru melakukan PTK adalah dengan memberikan sosialisasi dan menginformasikan pentingnya pelaksanaan PTK pada saat rapat dinas dan mengingatkan serta menggerakkan guru termasuk guru ekonomi agar bisa melakukan PTK. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan pihak sekolah dengan menginformasikan peraturan peraturan pemerintah terkait dengan salah satu syarat untuk kenaikan pangkat pada PERMENPAN-RB No 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala BKN Nomor 3 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kredit Guru secara berulang-ulang pada kegiatan rapat dinas yang diadakan pihak sekolah. Sedangkan upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru melakukan PTK adalah dengan menyediakan referensi berupa buku-buku terkait dengan penelitian untuk guru dan menyediakan internet di ruang guru untuk mencari referensi terkait dengan kegiatan pembelajaran dan PTK. Selain itu, pihak sekolah juga berencana untuk mengundang narasumber eksternal yaitu guru yang sudah berkompeten untuk melakukan PTK. Ada beberapa alasan pihak sekolah

109 92 memilih guru sebagai narasumber pada pelatihan tersebut yaitu dengan dilatih dan dibimbing oleh rekan guru dapat menggunakan bahasa yang sama sehingga lebih mudah dimengerti oleh guru. Selain itu, menurut kepala sekolah dengan dibimbing oleh rekan guru secara psikologis dapat memberikan kenyamanan karena dalam suasana yang akrab. B. Implikasi an ini diharapkan dapat berimplikasi secara teoretik dan praktis. Berikut uraian implikasi teoretik dan praktis pada penelitian ini: 1. Implikasi Teoretik Implikasi teoretik hasil penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi teori mengenai kesulitan yang dialami guru mata pelajaran ekonomi untuk melakukan PTK. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu referensi atau bahan rujukan untuk studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan konsep mengenai penyebab guru ekonomi belum melakukan PTK dan upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. 2. Implikasi Praktis a. Bagi Guru Ekonomi Implikasi dari penelitian ini bagi guru ekonomi adalah dapat membantu guru untuk mengetahui kesulitan yang selama ini dialami untuk melakukan PTK dan menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan tersebut. Implikasi lebih lanjut dari hasil penelitian ini adalah diharapkan mampu mendorong guru ekonomi untuk melakukan PTK yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan menunjang angka kredit untuk kenaikan pangkat dan kompetensi profesional guru. Implikasi lain dari penelitian ini adalah dapat memberikan referensi terkait dengan solusi yang dapat dilakukan guru khususnya bagi guru ekonomi dalam mengatasi kesulitan yang dialami untuk melakukan PTK.

110 93 b. Bagi Kepala Sekolah Implikasi dari penelitian ini bagi kepala sekolah adalah dapat memberikan gambaran kepada kepala sekolah mengenai kesulitan yang dialami guru khususnya pada guru ekonomi untuk melakukan PTK dan diharapkan kepala sekolah mampu membantu mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengadakan pelatihan dengan mengundang narasumber eksternal maupun internal untuk melatih guru-guru membuat PTK. Upaya lain yang dapat dilakukan kepala sekolah adalah dengan menambah bahan referensi berupa buku referensi terkait dengan pelaksanaan PTK. c. Bagi MGMP Ekonomi Tingkat Sekolah Implikasi hasil penelitian ini bagi MGMP Ekonomi Tingkat Sekolah adalah dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang masih dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. Implikasi lebih lanjut dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada MGMP Ekonomi Tingkat Sekolah untuk dapat menyelenggarakan kegiatan seperti bimbingan rekan sejawat ataupun mengadakan program PTK Kolaborasi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK. C. Saran Saran dalam penelitian ini diberikan kepada beberapa pihak yaitu: 1. Bagi Guru a. Melakukan Refleksi pada Kegiatan Pembelajaran Guru dapat melakukan refleksi kegiatan pembelajaran terutama mengenai permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Kegiatan refleksi tersebut dapat dilakukan dengan membuat catatancatatan yang terkait dengan permasalahan yang terjadi di dalam kegiatan pembelajaran. Adanya catatan tersebut dapat membantu guru menentukan tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

111 94 Selain itu, adanya catatan tersebut dapat menjadi referensi dan membantu guru untuk mengembangkannya dalam bentuk PTK. Hal ini dikarenakan catatan tersebut merupakan hasil tulisan guru berdasarkan pada pengalaman yang dialami dalam proses pembelajaran. b. Meningkatkan Budaya Membaca Terutama Terkait dengan Buku Penunjang Kegiatan PTK Salah satu penyebab guru belum melakukan ataupun melanjutkan penyusunan PTK adalah karena mengalami kesulitan pada penyusunan kajian teori dan kalimat ilmiah. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan memperbanyak membaca buku, jurnal, artikel ataupun referensi lainnya yang berkaitan dengan PTK. Guru dapat mengalokasikan sebagian waktunya untuk membaca referensi yang berkaitan dengan PTK. Pengalokasian tersebut diharapkan dilakukan secara rutin. Adanya pengalokasian waktu membaca yang rutin akan membentuk suatu kebiasaan yang akhirnya dapat membentuk suatu budaya membaca dalam diri guru. Adanya peningkatan budaya membaca dapat membantu guru untuk mengatasi kesulitan terutama pada penyusunan kajian teori dan kalimat ilmiah dalam penyusunan PTK. c. Memperbanyak Mengikuti Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan Melakukan PTK Adanya pelatihan PTK yang belum optimal dapat menjadi salah satu penyebab guru belum melakukan PTK. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan memperbanyak mengikuti pelatihan dan pembinaan melakukan PTK. Pada setiap kegiatan pelatihan dan pembinaan baik terkait dengan PTK maupun non PTK tidak ada yang sempurna karena pada setiap pelatihan dan pembinaan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, dengan memperbanyak mengikuti kedua kegiatan tersebut, guru dapat mengevaluasi dan merefleksi hasil yang didapat dari pelatihan dan pembinaan yang terkait dengan PTK dan bisa menutupi kekurangan

112 95 atau kelemahan pada pelatihan dan pembinaan yang diikuti dengan mengikuti pelatihan dan pembinaan lainnya yang memiliki kualitas yang lebih baik. d. Menumbuhkan Kesadaran Diri Salah satu penyebab guru belum melakukan PTK dikarenakan adanya persepsi bahwa PTK dapat membebani tugas seorang guru. Penyebab tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan menumbuhkan kesadaran bahwa PTK merupakan kebutuhan guru dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dikarenakan melalui PTK guru dapat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di dalam kegiatan pembelajaran. Adanya identifikasi permasalahan tersebut diharapkan dapat membantu guru merumuskan solusi yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan dan hasil belajar peserta didik. PTK tidak hanya dibutuhkan dalam memperbaiki kegiatan pembelajaran saja tetapi juga dibutuhkan sebagai penunjang angka kredit dan jabatan fungsional guru. Hal ini dikarenakan PTK dapat berkontribusi pada peningkatan point PKB guru yang dapat berimplikasi pada angka kredit dan jabatan fungsional guru. Selain itu, cara lain yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran guru sebagai tenaga pendidik dapat dilakukan dengan mengikuti workshop terkait kompetensi professional guru dan profesionalisme guru. Adanya tindakan mengikuti workshop tersebut diharapkan dapat membangun paradigma di dalam diri guru bahwa PTK sebenarnya tidak hanya digunakan untuk keperluan kenaikan pangkat saja, melainkan dapat juga digunakan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan hasil belajar peserta didik. e. Berdiskusi dengan Rekan Sejawat yang Berpengalaman dalam PTK

113 96 Langkah yang dapat dilakukan guru selain mengikuti kegiatan pelatihan PTK adalah dengan diskusi dengan rekan sejawat yang sudah berpengalaman melakukan PTK. Cara ini dapat dilakukan bagi guru yang terhambat dengan peraturan sekolah yang tidak mengizinkan mengikuti kegiatan workshop pada jam kerja walaupun guru sudah tidak mempunyai jam mengajar harus tetap ada di sekolah sampai jam kerja berakhir. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dapat melakukan diskusi dengan rekan sejawat yang sudah berpengalaman melakukan PTK. Kelebihan berdiskusi dengan rekan sejawat yang sudah berpengalaman melakukan PTK bila dibandingkan dengan pelatihan eksternal adalah berdiskusi dengan rekan sejawat bersifat lebih fleksibel sehingga guru dapat benar-benar mengerti, apabila ada hal yang sekiranya belum jelas guru tidak segan untuk bertanya karena kepada rekannya sendiri. Kelebihan lain dengan berdiskusi dengan rekan sejawat adalah tidak dibatasi oleh waktu, hal ini berbeda ketika guru mengikuti pelatihan harus mengikuti jam yang tertera pada pelatihan tersebut. Jika berdiskusi dengan rekan sejawat guru dapat menentukan jam untuk berdiskusi secara lebih fleksibel. f. Mengalokasikan Tunjangan Profesi untuk Keperluan an Adanya persepsi bahwa PTK membutuhkan dana yang besar menjadi salah satu penyebab guru belum melakukan PTK. Persepsi ini sebenarnya dapat diatasi dengan menyisihkan atau mengalokasikan tunjangan profesi yang didapat untuk melakukan PTK. Tunjangan profesi guru diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik dan meningkatkan daya beli untuk keperluan kegiatan pembelajaran dan non pembelajaran. Implikasi lebih lanjut dari adanya pemberian tunjangan profesi guru adalah meningkatkan kesejahteraan guru sebagai tenaga pendidik. Salah satu cara untuk mencapai tujuan pemberian sertifikasi ini dapat dilakukan dengan mengalokasikan tunjangan profesi untuk melakukan

114 97 PTK. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK guru mampu meningkatkan kompetensi professional yang akan berimplikasi pada peningkatan profesionalisme guru dan hasil belajar peserta didik. g. Melakukan PTK Kolaborasi Adanya persepsi diri sibuk dan PTK dapat menjadi beban bagi seorang guru sebenarnya dapat diatasi dengan melakukan PTK kolaborasi. PTK kolaborasi merupakan salah satu tipe PTK yang dilakukan secara bersama-sama dengan kolaborator seperti rekan guru, dosen, mahasiswa atau praktisi dalam bidang pendidikan. Adanya PTK kolaborasi ini dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak baik bagi guru maupun kolaborator. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK kolaborasi dapat meringankan tugas guru karena peran dan tanggungjawabnya dibagi dengan kolaborator. Keuntungan lain yang didapatkan oleh guru adalah hasil penelitian akan lebih objektif apabila dibandingkan melakukan PTK tanpa kolaborator. Manfaat melakukan PTK kolaborasi sebenarnya tidak hanya didapatkan oleh guru saja melainkan juga didapatkan oleh kolaborator. Hal ini dikarenakan dengan adanya PTK kolaborasi dapat membantu kolaborator meningkatkan pengetahuan, pengalaman meneliti dan dapat belajar dari pengalaman guru dalam mengajar, mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran serta merumuskan solusi yang tepat atas permasalahan tersebut. PTK kolaborasi juga dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru yang ingin melakukan PTK namun terhambat usia. Adanya PTK kolaborasi ini dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak baik kepada guru yang terhambat usia dalam melakukan PTK maupun bagi kolaborator. Keuntungan yang didapatkan oleh kolaborator adalah dapat menyerap pengalaman yang dimiliki oleh guru. Guru lebih memahami permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran yang dijalankan dan guru senior mempunyai pengalaman yang lebih banyak termasuk cara mengatasi permasalahan-permasalahan yang

115 98 terjadi di dalam proses pembelajaran. Keuntungan yang didapatkan oleh guru yang terhambat melakukan PTK adalah dengan adanya kolaborator ini dapat menghasilkan hasil penelitian yang lebih objektif dan membantu meringankan tugas, peran dan tanggungjawab guru terutama untuk mengolah data dan menyimpulkan data. 2. Bagi Kepala Sekolah a. Memberikan Arahan Kepada Guru tentang Tujuan Utama Melakukan PTK Motivasi sebagian besar guru untuk melakukan PTK selama ini adalah untuk kenaikan pangkat. Padahal tujuan utama melakukan PTK adalah untuk meningkatkan kompetensi professional guru yang akan berimplikasi pada profesionalisme guru dan peningkatan hasil belajar peserta didik. Upaya kepala sekolah untuk membangun paradigma baru terkait dengan PTK dapat dilakukan dengan memberikan arahan dan bimbingan kepada guru bahwa tujuan melakukan PTK tidak hanya untuk keperluan kenaikan pangkat saja melainkan lebih pada peningkatan kompetensi professional guru yang akan berimplikasi pada peningkatan profesionalisme guru dan hasil belajar peserta didik. Upaya pemberian arahan yang dilakukan kepala sekolah ini berkaitan dengan fungsi manajemen sekolah. Pada suatu susunan organisasi terdapat kepala yang menjalankan fungsi sebagai manajer. Pada lingkungan sekolah, kepala sekolah bertindak sebagai manajer sehingga dalam implementasinya kepala sekolah perlu menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Salah satu fungsi manajemen yang perlu diterapkan adalah fungsi actuating. Fungsi actuating merupakan fungsi manajemen yang dapat dilakukan dengan memberikan arahan kepada guru agar termotivasi untuk melakukan PTK. Fungsi ini merupakan salah satu fungsi yang penting untuk dilakukan karena dengan adanya fungsi actuating sistem manajemen sekolah akan lebih terorganisir dengan baik. b. Berdiskusi dengan Kepala Sekolah Lain

116 99 Langkah lain yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru melakukan PTK adalah dengan berdiskusi dengan kepala sekolah lain terkait upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru melakukan PTK. Adanya kegiatan diskusi tersebut dapat memberikan gambaran dan referensi serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi kepala sekolah untuk dapat lebih mendorong dan membantu mengatasi kesulitan yang dialami guru melakukan PTK. c. Melakukan Monitoring dan Evaluasi terkait dengan kegiatan MGMP Ekonomi Tingkat Sekolah Semua guru ekonomi tergabung dalam MGMP Ekonomi Tingkat Sekolah. Setiap bulan guru memberikan laporan terkait dengan hal-hal yang dibahas pada MGMP Tingkat Sekolah. Pada kegiatan MGMP tersebut, guru dapat mengagendakan bimbingan rekan sejawat untuk melakukan PTK. Agar dapat mengetahui efektivitas dari kegiatan yang dilakukan maka dibutuhkan peran kepala sekolah untuk membina, mengontrol dan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang ditulis dalam laporan bulanan MGMP tersebut. Kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah bertujuan untuk dapat mengetahui efektivitas dari kegiatan yang dilakukan oleh MGMP Ekonomi Tingkat Sekolah dan diharapkan kepala sekolah dapat memberikan umpan balik untuk pelaksanaan kegiatan yang diagendakan secara lebih optimal. 3. Bagi Sekolah a. Menambah Buku Referensi Penunjang Kegiatan PTK Salah satu upaya yang telah dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK adalah

117 100 dengan menyediakan buku referensi penunjang kegiatan PTK. Akan tetapi jumlah buku referensi tersebut jumlahnya masih terbatas sehingga belum mampu untuk memenuhi kebutuhan guru yang akan melakukan PTK. Langkah yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menambah referensi sehingga dapat memenuhi kebutuhan guru yang akan melakukan PTK. Apabila pihak sekolah terkendala dengan dana terkait dengan pengadaan penambahan buku tersebut maka dapat mengajukan dana tersebut pada Dinas DIKPORA Kota Surakarta atau menganggarkan pada RAPBS. Langkah lain yang dapat dilakukan untuk memenuhi dana pengadaan buku dapat juga dilakukan dengan mengadakan program swadana dari bapak ibu guru untuk pengadaan buku penunjang kegiatan PTK agar dapat memenuhi kebutuhan guru yang akan melakukan PTK. b. Mengadakan Pelatihan dan Pembinaan PTK Upaya lain yang dapat dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru adalah dengan mengadakan pelatihan dan pembinaan PTK. Pengadaan kedua kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengundang narasumber eksternal misalnya dari LPMP atau dari lembaga pendidikan lainnya. Pihak sekolah juga dapat mengadakan pelatihan internal. Pada pelatihan internal pihak sekolah. dapat mengundang guru yang sudah berpengalaman dalam melakukan PTK sebagai narasumber pada pelatihan dan pembinaan yang dilakukan pihak sekolah. Terkait dengan pengadaan pelatihan dan pembinaan, pihak sekolah sedang berupaya untuk mengundang narasumber seorang guru yang sudah berpengalaman dalam melakukan PTK untuk melatih guru termasuk guru ekonomi melakukan PTK. Ada beberapa alasan pihak sekolah memilih guru sebagai narasumber yaitu dengan dilatih dan dibimbing oleh rekan guru dapat menggunakan bahasa yang sama sehingga lebih mudah dimengerti. Kemudian, menurut kepala sekolah

118 101 dengan dibimbing oleh rekan guru secara psikologis dapat memberikan kenyamanan karena dalam suasana yang akrab. d. Menganggarkan Dana an untuk Memotivasi Guru Melakukan PTK Langkah lain yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan yang dialami guru melakukan PTK adalah dengan menganggarkan dana penelitian bagi guru yang akan melakukan tindakan penelitian. Penganggarkan dana oleh pihak sekolah ini dapat dicantumkan dalam Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) yang dibuat pada setiap tahun. Pemberian fasilitas dana penelitian harus dilakukan dengan mempertimbangkan alokasi dana yang tersedia. Jika dana yang ada cukup untuk memberikan fasilitas dana tersebut, diharapkan pihak sekolah dapat mengalokasikannya sebagai fasilitas dana penelitian guru. Adanya fasilitas dana penelitian diharapkan dapat mendorong dan membantu guru mengatasi kesulitan yang dialami untuk melakukan PTK. e. Menjalin Kerjasama untuk Pengadaan PTK Kolaborasi Adanya persepsi diri sibuk, PTK dapat membebani tugas seorang guru dan adanya hambatan usia untuk melakukan PTK dapat diatasi salah satunya dengan menjalin kerjasama untuk mengadakan PTK kolaborasi. Pihak sekolah dapat mengadakan kerjasama terkait dengan program PTK kolaborasi dengan bekerjasama dengan pihak internal maupun eksternal. Pihak internal dalam hal ini adalah guru yang sudah berpengalaman melakukan PTK untuk bekerjasama dengan guru yang masih mengalami kesulitan untuk melakukan PTK. Pada PTK kolaborasi dengan pihak internal pihak sekolah dapat membagi guru ke dalam kelompok kategori pengampu mata pelajaran yang sama. Pembagian ini didasarkan bahwa permasalahan yang dapat diangkat dalam PTK antarsatu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya dapat berbeda. Misalnya antara mata pelajaran eksak dan

119 102 non eksak, permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran diantara kedua jenis mata pelajaran tersebut dapat saja berbeda sehingga akan lebih efektif jika pembagian PTK kolaborasi didasarkan pada mata pelajaran yang diampu. Langkah lain yang dapat dilakukan pihak sekolah adalah dengan bekerjasama dengan pihak eksternal dalam mengadakan program PTK kolaborasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah kerjasama dengan kolaborator eksternal untuk mengadakan PTK kolaborasi. Kolaborator eksternal meliputi mahasiswa, dosen maupun praktisi dalam bidang pendidikan. 4. Bagi MGMP Ekonomi Tingkat Sekolah a. Mengadakan Program PTK Kolaborasi Salah satu upaya yang dapat dilakukan MGMP Ekonomi Tingkat Sekolah untuk mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK adalah dengan mengadakan program PTK kolaborasi. Adanya PTK kolaborasi ini dapat membantu guru ekonomi untuk saling bekerjasama untuk melakukan PTK sehingga dapat mengurangi kesulitan yang dialami guru ekonomi untuk melakukan PTK. b. Mengadakan Program Bimbingan Rekan Sejawat yang Berpengalaman dalam PTK Upaya lain yang dapat dilakukan MGMP Ekonomi Tingkat Sekolah untuk mendorong dan juga mengatasi kesulitan yang dialami guru ekonomi melakukan PTK dapat dilakukan dengan mengadakan program bimbingan rekan sejawat. Pada program ini, guru yang sudah berpengalaman melakukan PTK dapat memberikan bimbingan kepada guru lain yang masih mengalami kesulitan untuk melakukan PTK. Kelebihan bimbingan rekan sejawat yang sudah berpengalaman melakukan PTK bila dibandingkan dengan mengikuti pelatihan eksternal adalah bersifat lebih fleksibel. Apabila ada hal yang sekiranya belum jelas guru tidak segan untuk bertanya karena kepada rekannya sendiri. Kelebihan lain bimbingan rekan sejawat adalah tidak

120 103 dibatasi oleh waktu, hal ini berbeda ketika guru mengikuti pelatihan harus mengikuti jam yang tertera pada pelatihan tersebut. Pada bimbingan rekan sejawat guru dapat menentukan jam untuk berdiskusi secara lebih fleksibel. Adanya program bimbingan rekan sewajat untuk melakukan PTK tidak hanya bertujuan untuk membantu guru yang masih kesulitan untuk melakukan PTK melainkan dapat juga digunakan untuk menunjang point pada kegiatan kolektif guru. Kegiatan kolektif merupakan kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan tujuan untuk mencapai standar atau di atas standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan. Kegiatan kolektif ini dapat berimplikasi pada peningkatan point PKB guru. Implikasi lebih lanjut dari adanya peningkatan pada point PKB adalah dapat menunjang peroleh angka kredit guru.

121 104 DAFTAR PUSTAKA Ali, M. dan Asrori, M. (2011). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Anggraeni, R. (2014). Pelaksanaan an Tindakan Kelas Guru SD Negeri Widoro Lempuyangan Yogyakarta. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Arikunto, S. (2012). an Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Bustari, M. (2011). Pengembangan Kompetensi Guru Sekolah Dasar Melalui an Tindakan Kelas. Jurnal Anonim, Danoebroto, S. (2012). 10 Pertanyaan Mengenai an Tindakan Kelas. Artikel Ilmiah, Devetak, I dkk. (2010). The Role of Qualitative Research in Science Education. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology, Drajati, N. (2015). Classroom Action Research: Teacher As Researcher In Professional Development. An International Peer Reviewed Open Access Journal (LangLit), 2 (1), Diperoleh pada 11 Januari 2016 dari Ekowati, V. (2011). an Tindakan Kelas: Modal Awal Guru dalam Menyusun Berbagai Karya Ilmiah. Makalah disajikan dalam Pelatihan Karya Tulis Ilmiah bagi Guru Guru SMP di SMP Negeri 1 Wonosari. Herdiana, Lisa. (2011). Training And Development. Diperoleh 20 April 2016, dari di development.html. Kemendikbud. (2011). Membimbing Guru dalam an Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan Nasional. Kemendikbud. (2012). Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Jakarta: Badan Pengembangan SDMPK dan PMP. Kemendikbud. (2014). Karya Tulis Ilmiah:an. Makalah disajikan pada Bimbingan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar. Kis, S. (2014). Professional Development Journey Through Action Research: A Case of A Primary School Teacher In An EFL Context. Educational Research Association. The International Journal of Educational Researchers 2014, 5 (2) : Diperoleh pada 11 Januari 2016, dari Koida, N. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Manggalai dalam Pembelajaran IPA Khususnya Materi Gaya Melalui Pendekatan Inkuiri. Jurnal Kreatif Tadulako, 2 (2), Moleong, L. (2013). Metodologi an Kualitatif Edisi Revisi. 104

122 Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 105 Oun, M & Christian, B. (2014). Qualitative Research Method Summary. Journal of Multidisciplinary Engineering Science and Technology (JMEST), 1 (5), Diperoleh 02 Desember 2015, dari Pati, P. (2014). Indonesian Foreign School Teachers Perception And Capability To Undertake Classroom Action Research: Basis For Capability Building Program. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), 4 (1), Diperoleh 11 Januari 2015, dari Permana, J. (2011). an Tindakan Kelas. Makalah disajikan pada Seminar Loka Karya dalam rangka Diklat Profesi Guru, Pontianak, Kalimantan Barat. Pulungan, Intan. (2015). Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melakukan an Tindakan Kelas Melalui Implementasi Diklat. Jurnal Kemenag. Diperoleh pada 05 Januari 2016, dari Rahmatiah. (2013). Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Dilema atau Tantangan. Artikel ilmiah. Diperoleh pada 7 Januari 2016, dari Saebani, B. (2008). Metode an. Bandung: C.V Pustaka Setia. Saipurrahman. (2015). Mengapa Guru Kurang Mampu Melakukan an Tindakan Kelas. Artikel Ilmiah. Diperoleh pada 07 Januari 2016, dari Sugiyono. (2013). Metode an Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suharno. (2013). Implementasi Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Tulungagung. Jurnal Humanity, Sukardiyono, T. (2015). Pengertian, Tujuan, Manfaat, Karakteristik, Prinsip dan Langkah-langkah an Tindakan Kelas. Makalah Disajikan pada Program Pengabdian Masyarakat, Gunung Kidul, Yogyakarta. Sumini, TH. (2016). an Tindakan Kelas dan Pengembangan Profesi Guru. Artikel Ilmiah, Supriatna, Nana. (2013). an Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Pendidik. Makalah disajikan pada Pelatihan Karya Tulis Ilmiah untuk Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik. Trisdiono, H. (2014). Analisis Kesulitan Guru dalam Melaksanakan an Tindakan Kelas. Laporan an Tidak Dipublikasikan. LPMP Widyaiswara Madya, Yogyakarta. Utomo, S. (2012). an Tindakan Kelas untuk Angka Kredit Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Guru. Laporan an Tidak Dipublikasikan. Widyaiswara LPMP, Papua.

123 106 Widodo, S;Supardi; dan Agus W. (2014). Peningkatan Kompetensi Guru Profesional Berbasis Penulisan Artikel Hasil an Tindakan Kelas Bagi Guru Anggota PGRI di Kabupaten Purworejo. Laporan an Tidak Dipublikasikan. Universitas PGRI, Semarang. Widoyoko, E. (2012). an Tindakan Kelas dan Pengembangan Profesi Guru. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Profesi Guru Melalui an Tindakan Kelas, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Yusuf, Muri. (2014). Metode an Kuantitatif, Kualitatif dan an Gabungan. Jakarta: Prenada Media Group.

124 LAMPIRAN 110

125 111 Lampiran 1: Instrumen an PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU 1. Berdasarkan pengalaman bapak/ibu mengajar di kelas, permasalahan apa saja yang sering muncul dalam proses pembelajaran? Dari permasalahan tersebut, apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasinya? 2. Jika bapak/ibu menemukan permasalahan dan sudah berusaha mengatasinya, pernah tidak bapak/ibu mencoba mendeskripsikan permasalahan tersebut? 3. Pemerintah dalam peraturan Permenpan RB No 16 Tahun 2009 dan Peraturan Mendiknas Bersama Kepala Badan Kepegawaian Nasional (BKN) Nomor 3 Tahun 2010 yang menguatkan kedudukan an Tindakan Kelas ( PTK) sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat, apakah bapak/ibu sudah mengetahui? Jika sudah, darimanakah informasi tersebut didapatkan? apakah dari internet atau dari sosialisasi kepala sekolah? 4. Jika mendapatkan sosialisasi mengenai PTK dari kepala sekolah, apakah tindak lanjut pihak sekolah atas kegiatan sosialisasi tersebut? Apakah pihak sekolah pernah mengadakan tindak lanjut seperti pelatihan untuk guru terkait dengan pelaksanaan PTK? Jika sudah, apakah tindakan pelatihan tersebut sudah efektif? Jika belum, bagaimana menurut bapak/ibu pelatihan PTK yang efektif? 5. Pernah tidak bapak/ibu mengikuti pelatihan mengenai PTK baik dari MGMP atau organisasi guru lainnya? Jika sudah pernah mengikuti, apa tindak lanjut dari pelatihan tersebut? 6. Terkait dengan sertifikasi guru, apakah bapak/ibu sudah mendapatkan tunjangan profesi? Jika sudah mendapatkan tunjangan profesi, pernah tidak bapak/ibu mengalokasikannya untuk mencari referensi seperti buku, jurnal, artikel atau lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan PTK sebagai salah satu bentuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)? 7. Sebagai seorang guru, buku apa saja yang sering bapak/ibu baca? Kira kira seberapa sering bapak/ibu mengalokasikan waktu untuk membaca buku-buku tersebut? 111

126 Berkaitan dengan pertanyaan nomor 7, apakah buku yang bapak/ibu baca merupakan buku yang berisi materi penunjang kegiatan pembelajaran atau ada buku lain misalnya buku tentang PTK sebagai salah satu bentuk PKB? 9. Menurut bapak/ibu, apakah PTK membutuhkan waktu yang lama, anggaran dana yang besar dan pengambilan hingga pengolahan datanya cukup ribet? 10. Menurut bapak/ibu, apakah dengan adanya PTK dapat menganggu kegiatan pembelajaran dan tugas utama guru dalam mengajar dan mengevaluasi hasil belajar siswa? 11. PTK disusun berdasarkan kalimat ilmiah. Menurut bapak/ibu susah atau tidak menyusun kalimat ilmiah tersebut? 12. Selama menjadi guru, apakah bapak/ibu sudah pernah melakukan penelitian selain PTK? 13. Menurut bapak/ibu apakah usia guru mempengaruhi untuk melakukan PTK? (Pertanyaan Optional) 14. Apakah sekolah menyediakan fasilitas berupa dana maupun buku seperti metodologi penelitian atau model dan metode pembelajaran inovatif serta akses internet pendukung pelaksanaan PTK? PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH 1. Berkaitan dengan amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa diantara empat kompetensi pokok guru terdapat unsur PTK. Menurut bapak, penting atau tidak PTK bagi seorang guru? 2. Pemerintah dalam peraturan Permenpan RB No 16 Tahun 2009 menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat. Berkaitan dengan aturan tersebut, apakah bapak pernah melakukan sosialisasi kepada bapak ibu guru, utamanya pada guru ekonomi? 3. Jika sudah melakukan kegiatan sosialisasi, apakah tindak lanjut dari kegiatan sosialisasi tersebut? 4. Apakah pihak sekolah pernah melaksanakan pelatihan terkait dengan pelaksanaan PTK untuk guru utamanya pada guru ekonomi (seperti

127 113 mengadakan kerjasama dengan narasumber eksternal maupun MGMP atau organisasi guru lainnya untuk mendorong guru untuk melakukan PTK)? 5. Menurut bapak, bagaimana kegiatan pelatihan yang efektif sehingga dapat benar benar mendorong guru utamanya pada guru ekonomi untuk melakukan PTK?

128 Lampiran 2: Transkip Hasil Wawancara 114 Tempat : Ruang Perpustakaan : WK Waktu : Sabtu, 19 Maret 2016 Durasi : menit : Assalamualaikum Bu WK, saya Mayang Risqi mahasiswi UNS yang akan melakukan wawancara kepada ibu sebagai salah satu guru ekonomi terkait dengan PTK. : Walaikumsalam, iya mba. : Untuk pertanyaan pertama bu, Ibu sudah berapa tahun mengajar disini? : Dimulai dari tahun 2003 sampai sekarang berarti sudah berapa ya? : Tiga belas tahun ya bu? : Hmm, iya mba 13 tahun. : Sebelum mengajar disini mengajar dimana saja bu? : Langsung disini, jadi saya lulus tahun 2001 diterima masuk sebagai guru bantu ditempatkan disini tahun Ya jadi langsung disini, tidak ada pengalaman di sekolah-sekolah ditempat lain. : Dari 13 tahun mengajar, menurut ibu permasalahan apa saja yang sering terjadi diproses pembelajaran (yang terkait dengan siswa)? : Yang terkait dengan siswa? Hmmm siswa itu banyak cenderung menerima materi tidak mudah, dalam arti mungkin dia perlu kondisi suasana yang lain daripada yang lainnya tapi kalau materi yang saya sampaikan mestinya anak anak menerima dan memahami. : Kalau keaktifan siswa bagaimana bu? : Bagus keaktifannya bagus, dalam arti setiap kali saya diskusi kerja kelompok anak-anak aktif semuanya. : Dari permasalahan tersebut, langkah apa saja yang ibu lakukan untuk mengatasinya? : Dari permasalahan tadi? Kalau permasalahan saya tadi kan anu ya menerima materi itu ya? Ya saya berarti harus membuat suatu kegiatan KBM yang lebih kreatif yang lebih aktif dalam arti anak yang bekerja sedangkan saya hanya sebagai fasilitatornya saja. : Dengan metode atau media atau model? : Ya dengan metode bisa media bisa sekarang ini lebih dominannya menggunakan power point atau permainan-permainan yang banyak yang tidak hanya menggunakan power point misalnya hmmm mediamedia yang lain misalnya dalam bentuk karton entah itu semacam permainan yang bisa membantu anak-anak untuk belajar lebih aktif. : Pertanyaan selanjutnya bu, jika ibu sudah menemukan masalah dan sudah berusaha untuk mengatasinya, pernah tidak bu untuk mendeskripsikannya dalam bentuk catatan kecil gitu bu? : Belum pernah. Jadi saya menjalankannya seperti air mengalir (tertawa). Jika ada masalah saya atasi jadi belm pernah saya melakukan pencatatan-pencatatan khusus. 114

129 115 : Itu kira-kira kenapa ya bu? Karena sibuk atau? : Hmm lebih apa ya lebih menyederhanakan waktu saja. Lebih karena kan kita waktunya tidak hanya mengajar, ada beberapa kegiatan lagi yang perlu kita harus selesaikan. Jadi setiap kali ada masalah dalam KBM langsung cepat diselesaikan. : Kegiatan lainnya apa saja ya bu? : Kegiatan lainnya misalnya membuat soal ulangan harian, ulanganulangan tengah semester, akhir semester, ujian sekolah dan itu juga membutuhkan waktu yang sangat lama dan perlu ekstra keras. Apalagi kan saya ngajar kelas 12 tu buat soalnya tidak hanya sekali dua kali tapi berulang-ulang kali. : Bu, sudah tahu belum bu terkait dengan peraturan pemerintah dalam PERMENPAN-RB nomor 16 Tahun 2009 yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk naik pangkat? : Sudah sudah saya bahkan ini mengalami pertama kali mengalami pertama kali tahun ini nggih saya terlibat juga langsung terakhir kemarin bulan Februari itu saya juga mengajukan kenaikan pangkat dan sudah tahu bahwa syarat untuk kenaikan pangkat membuat PTK itu salah satunya hanya kan saya masih golongan dari IIIB ke IIIC. Jadi tidak terlibat langsung untuk membuat PTK. Yang membuat PTK tu dimulai dari golongan in shaa Allah apa ya dari golongan IIIC ke IIID atau IIID ke IVA. Ya jadi saya yang IIIB ke IIIC itu belum terlibat tapi sudah pernah dengar. : Itu mulai kapan ya bu? : Mulai ini, mulai aturan baru ini. : Kalau setahu saya itu bu, kalau kenaikan pangkat dari golongan IIIB ke IIIC PKBnya itu sudah menulis PTK? : Ya, tapi kami kemarin belum. Jadi hanya membuat modul buku ajar terus sertifikat harus berjumlah nilai 3. : Itu sertifikat darimana ya bu? : Sertifikat dari diklat, dalam efisien waktu 30 jam tapi untuk yang membuat PTK belum. Itu yang PTK dari in shaa Allah dari IIIC ke D atau bahkan dari IIID ke IVA. : Berarti dari golongan IIIB ke IIIC belum ya bu? : Belum. : Berarti PKBnya masih pengembangan diri? : Ya masih pengembangan diri sama pengembangan professional itu. : Pertama kali tahu informasi itu darimana ya bu? : Langsung, dari apa istilahnya hmmm dari kenaikan pangkat. : Oh anu dari syarat-syarat naik pangkat? : Ya, dari itu persyaratan untuk kenaikan pangkat. Dari golongan ini sampai ini butuh PD PI berapa dengan syarat PTK sudah diseminarkan hanya dalam khusus MGMP saja tidak apa-apa nggih, terus kalau golongan dari IIIB ke IIIC cukup PD PInya berapa tapi tidak PTK yang diseminarkan. Belum sampai kesitu. Jadi kalau

130 116 ditanya kapan ya baru-baru saja bulan Februari kemarin nggih pas ngurusi kenaikan pangkat. : Sudah IIIC ya bu? : Belum Kemarin baru mengajukan sekarang dikoreksi sama tim penilai jadi menunggu jawaban dari beliau-beliau tim penilai nilainya sudah bisa masuk atau belum. Jadi ketentuan naik pangkatnya pun kami belum tahu bulan apa. Apa mungkin bulan Januari tapi kok lama banget ya paling tidaknya bulan April sudah ada jawabannya kalau secepat mungkin, kalau lambat ya mundur lagi. : Kalau sosialisasi dari Kepala Sekolah sudah pernah belum bu? : Belum belum belum mengadakan sosialisasi. : Kalau dari MGMP bagaimana bu? : Belum juga. Karena ini memang tahap awal tahap dimana saya menangkapnya sebagai tahap coba-coba dalam arti begini, ada teman kami yang dari IIID ke IVA itu punya PTK hanya belum diseminarkan tapi dan semua berkas sudah masuk ke tim penilai itu diberi kesempatan untuk menseminarkan PTKnya. Berarti kan istilahnya proses mau maju ke arah yang lebih tinggi dengan apa ya perbaikan-perbaikan yang belum dijalani. : Kalau dari pihak sekolah bu? : Belum juga, Kami kemarin ga masalah buku ajar ya gitu prosesnya. Ada yang kurang bisa diperbaiki. Tapi kalau mulai besoknya itu kalau sudah masuk mungkin sudah ga boleh diperbaiki lagi karena kan sudah jalan satu periode nggih jadi kalau sudah masuk berkas tidak ada perbaikan lagi yang ini masih diberi kelonggaran. : Itu yang menilai siapa ya bu? : Tim penilai itu disini contohnya ada beberapa guru yang ditunjuk seperti bu RH guru matematika kemudian pak AH kemudian siapa nggih, sama pak YM sendiri kepala sekolah kami itu kan sekarang tim penilai itu. : Dari sekolah ya bu? : Ya bukan dari sekolah apa dari dinas menunjuk beberapa guru masing-masing sekolah untuk mewakili untuk apa melakukan penilaian PTK. Kalo dulu kan penilainya hanya satu dalam satu orang satu penilai sekarang ga kenapa modul ada khusus sendiri tim penilainya, PTK ada khusus sendiri tim penilainya, sertifikat kemudian kegiatan-kegiatan lain ada tim penilainya sendiri. Nah nilai jadi digabungkan disetor ke apa ke koordinasi tim penilai. Terakhir seperti itu yang saya dengar. Kalau kata pak YM ngendikan sekarang tim penilai itu anu kok ora mung siji dadi sing modul, kemudian buku ajar, PTK itu sudah ada sendiri tim penilainya. Nanti nilai jadinya disetorkan ke ketuanya. : Lebih efektifan yang mana bu? : Kalau lebih efektifnya lebih efektif ini. : Yang sekarang?

131 117 : Ya, dalam arti apa penilaiannya lebih ketat dan mungkin yang mengusulkan kenaikan pangkat peluangnya agak ketat juga tidak semudah kita sebelum ada aturan baru ini nggih yang terbaru dalam arti hanya satu penilai itu kan mungkin wes pas kesel-kesele pas mumet-mumete nilainya wes diangkat in shaa Allah bisa naik. Kalau ini kan otomatis dari beberapa tim penilai dari beberapa penilai jadi satu kan lebih teliti. Jadi kesempatan untuk naik pangkat yang kelihatannya nilainya sudah memenuhi bisa saja tidak jadi karena ada beberapa yang belum terpenuhi. : Contohnya apa ya bu? : Contohnya seperti PTK yang belum diseminarkan walaupun nilainya memenuhi tapi karena PTKnya belum diseminarkan akhirnya tidak bisa diangkat. Saya aja menunggu itu masih degdegan iki yo munggah opo ora yo munggah opo ora (tertawa). : Kalau pelatihan PTK sudah pernah mengikuti belum bu? : Pernah saya pernah tiap kali ada workshop seminar pernah mengikuti cara-cara penulisan PTK. : Dimana ya bu itu? : Dimana ya jaman anu diklat k13 bulan Agustus tahun : Diarahinnya apa aja bu? : Cara penulisan susunan sistematika dari pendahuluan, kata pengantar, daftar isi, bab I, II, III, sampai bab-bab : Sampai bab 5? : Sampai bab 5 nggih, tapi kan ga semendetail dalam arti hanya ini ada sistematikanya saja bab I apa pertama kata pengantar pendahuluan kalo ga kebalik lho ya agak lupa juga (tertawa) terus dan seterusnya bab I isinya apa bab II isinya apa bab III isinya apa semacam itu dan sempat kita semuanya pernah disuruh mbuat judul sebenarnya. : Itu judul untuk suatu PTK? : Judul untuk suatu penelitian itu PTK itu tapi kan terus tidak dikembangkan karena pada saat itu diklatnya tidak hanya materinya PTK tapi ada beberapa macam misalnya masalah penilaian, masalah materi per-mgmp mapel Ekonomi misalnya. : Bu, kalau boleh tahu judulnya yang dibuat dulu tentang apa ya? : Lali i mba hehe. Apa ya mbiyen ya? : Tentang model atau metode? : Tentang apa ya? Astaughfirullah al adzim Lupa saya ketoe tentang metode dalam KBM. : Itu untuk meningkatkan apa ya bu? Hasil atau? : Meningkatkan.. Hasil. : Belajar? : Hasil belajar termasuk hasil nilainya anak. : Bukan prestasi bu? : In shaa Allah hasil nilai hasil jadinya. Jadi hasil akhir dari nilai anak.

132 118 : Pernah mencoba menggali sendiri ga bu dari judul tersebut? : Belum hehe setelah itu terus mandeg hehe. : Karena sibuk atau? : Ya bisa juga Karena mungkin belum ada waktu untuk membuat PTK itu. Pas mau mengajukan kenaikan pangkat lagi sregep hehe karena salah satu syaratnya itu. Nek ora kui kok sek. : Itu pernah ya bu karena PTK itu kenaikan pangkat guru mengalami stagnasi itu itu se-indonesia bu jadi kenaikan pangkat itu terhambat karena belum adanya PTK yang diajukan. : Ya benar : Kalau setahu saya bu dari golongan IIIB ke IIIC dan dari golongan IVA ke IVB. Tapi ga tahu bu kalau sekarang kalau diganti saya kurang tahu juga. : Ya memang itu aturan baru. Kalau yang dari IIIB ke IIIC malah belum. Kalau mulai dari golongan IIID ke IVA bahkan mungkin dari IIIC ke IIID mungkin sudah. Kalau dari IIIB ke IIIC belum wong saya sudah mengalami saya naik baru IIIC belum sampai PTK. Yang teman kami itu dari IIID ke IVA pake PTK dari per-golongan. Nanti nek njenengan butuh wawancara lagi ga harus hari ini lho, nanti misalnya butuh apalagi apa calling saya saja ngak papa kalo misalnya ada yang kurang. : Nggih bu, terkait dengan sertifikasi guru disini itu sudah berapa guru yang tersertifikasi? : Sertifikasi. 50 lebih in shaa Allah. : Kalau dari ekonomi? : Ekonomi? Dua. dua yang dari dalam terus yang dari luar itu kan ada dua guru jadi empat. Jadi yang dua guru itu kan melengkapi jam karena untuk sertifikasi itu. Jadi guru ekonomi induk dan non itu ada empat guru yang tersertifikasi. : Yang dua itu bu WK dengan bu ES? : Ya, saya dengan bu ES terus yang dari luar itu bu ET sama bu TY. Bu ET dari SMA Negeri X sama bu TY dari SMA Y. : Itu masih ngajar disini ga ya bu? : Masih Sampai sekarang masih beliau dua-duanya masih. Hanya kan ini UTS jadi beliau-beliau tidak ngawas disini tidak dikasih jam ngawas disini karena disana kan juga UTS jadi mengawasnya di induk sekolahnya masing-masing. : Kalau untuk bu ET kan ngajar kelas 12 ya bu? : 12 di SMA X ya. : Kalau disini? : Disini satu kelas yang LM Ekonomi Lintas Minat. : Kelas 12 ya bu? : Ya, bu TY juga Kelas 12 Ekonomi Lintas Minat. : Kalau sekarang sudah ga ada ya bu ya? : Sudah ga ada, tapi beliau juga ngajar kelas 10 sama kelas 11. : Bu ET juga?

133 119 : Ya, bu ET juga. Kalau bu TY itu ngajar kelas 10 sama kelas 11 IPS. Nanti kalau njenengan mau konsul apa wawancara ndak papa saya punya nomornya untuk menghubungi. Hanya masuknya mungkin setelah UTS ini karena selesai kan sampai hari Selasa paling tidak hari Kamis masuk. Kamis bu ET itu masuk. Kalau bu TYnya Sabtu masuk. Kalau njenengan kesini malah hari Sabtu itu aja. Hari Sabtu kan dua-duanya beliau ngajar disini. : Kalau sertifikasi guru sama tunjangan guru itu sama apa ga ya bu? : Beda Kalau sertifikasi itu kan satu kali gaji ya. : Itu setiap bulan atau bagaimana ya bu? : Keluarnya per-tiga semester per-tiga bulan triwulan. : Berarti sama kaya dosen ya bu? : Ya, sama seperti dosen. Bahkan rencananya denger-dengernya itu malah mau per-semester (tertawa) ora sesasi ora telu sasi malah per-semester enam bulan sekali. : Berarti lebih lama ya bu? : He em, lebih lama nunggunya wes puoso sek mba hehe. : Nggih bu (tertawa). Kalau dari tunjangan profesi itu kira -kira ibu mengalokasikan untuk mencari referensi atau apa gitu bu? : Kalau untuk mencari referensi sementara belum tapi kebutuhan untuk di luar kegiatan KBM jadi kebutuhan untuk di rumah memenuhi kebutuhan pokok kebutuhan rumah. : Sebagai seorang guru, biasanya baca buku apa aja ya bu? : Buku paket, LKS, kemudian ya buku paket sama LKS itu. : Kalau selain itu bu, seperti buku tentang model pembelajaran yang inovatif? : Ya ya juga ada kemudian buku tentang model media pembelajaran itu ya. : Seberapa sering ya bu? : Sering setiap kali ada KBM kita pakai. : Kalau yang model dan media ini bu? : Nah itu setiap kali membuat RPP (tertawa) jadi per-semester ya. : Kalau buku terkait dengan PTK bu? : Hmmmm yo setaun pisan (tertawa) padahal urung tau gawe. Tapi paling tidak pernah buka baca itu hanya ga rutin pas jam longgar kepengin baca ya dibuka dibaca dan kita kan bacanya di perpustakaan kalau ada bukunya pas posisi ada karena mungkin hanya beberapa buku banyak bapak ibu guru yang ngersake yang pinjem yang sudah duluan yang dipinjam berarti kita ga bisa meminjam. : Ada buku itu untuk guru ya bu? : Ada disini ada. : Itu buku tentang apa saja bu? Model? Metode? : Ya model, metode, media kemudian kemudahan-kemudahan dalam KBM siswa.

134 120 : Kalau buku tentang metodologi penelitian bu? Kaya RnD, eksperimen? : Ada pernah saya baca kok ada hanya saya ga buka isinya. : Begini bu, kan biasanya ada ya bu dosen yang dia relative muda sering melakukan tindakan penelitian tapi ada juga dosen yang sudah senior sudah jarang melakukan penelitian. : Ya betul. : Menurut ibu, apakah tindakan penelitian itu dipengaruhi oleh usia tidak ya bu? : Hmmm sebenarnya untuk mencari ilmu tu tidak harus melihat usia tapi kenyataannya usia juga mempengaruhi semakin bertambah usia mungkin kualitas untuk mempelajari sesuatu itu mungkin waktu, pikiran, tenaga juga semakin terbatas tetapi pengalaman bagi yang senior itu semakin lebih banyak daripada yang masih yunior. Yunior itu mungkin kelebihannya karena masih punya tenaga, pikiran, istilahnya lincah, gesit, jadi membuat PTK tidak ada halangan. : PTK itu kan dia sebuah penelitian yang berangkat dari sebuah masalah yang ada di kelas ya bu? : Ya. : Dari penelitian tersebut guru berperan ganda jadi dia berperan sebagai guru sekaligus sebagai peneliti nah dengan kondisi yang seperti itu bisa ga ya bu untuk mengganggu proses pembelajaran? : Malah saling anu toh, sebenarnya kalo kita jalani kita lakoni saling mendukung pada saat kita mengajar kita bisa melakukan penelitian jadi tidak terganggu sebenarnya secara sadar kalo kita mau nglakoni. Pada saat mengajar itu bisa dilakukan untuk penelitian dan penelitian itu tidak kelihatan sebenarnya. Kalo pengin nglakoni jadi tidak menghambat kalo menurut saya kalo mau nglakoni tidak akan menghambat kegiatan KBM. jadi tidak akan meng apa istilahnya mengganggu kegiatan KBM. Hanya memang perlu waktu saja. : Pertanyaan selanjutnya bu, PTK itu kan sebuah penelitian yang dia bersiklus jadi dalam satu skilus itu ada empat tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Nah menurut ibu dengan bersiklus-siklusnya membutuhkan waktu yang lama tidak ya bu? : Mungkin bisa jadi. Tergantung juga yang melakukan penelitian nggih, kalau dia kepengin cepat selesai mestinya bisa cepat selesai, tapi kalo kepengin kok sek per-bab dulu per-bab dulu atau per-tahap tahap itu tadi dalam arti perlu kok sek kok sek itu jadi akhirnya lama ya. : Butuh dana yang besar ga ya bu? : Mestinya iya karena mungkin ada semacam edaran untuk hmm apa tu.. : Kuisioner bu? : He em kuisioner itu kan dibagikan ke siswa kan perlu dana materi, dana pikiran juga iya tho?

135 121 : Adakah fasilitas dari sekolah bu terkait dana tersebut? : Ngga ada, tidak ada. an hanya secara individual dari masing masing bapak ibu guru saja. : Kalau untuk ini bu data terkait dengan PTK. PTK itu kan pasti butuh data ketika ibu memilih untuk menaikkan hasil belajar siswa berarti kan harus mengambil data sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan. Ibu mengambil, mengumpulkan dan menyimpulkan data itu susah tidak ya bu kira-kira bu? : Mengambil, mengumpulkan dan? : Menyimpulkan. : Hmm, sudah ada hasil nilainya nggih? Sudah ada hasilnya ya kemudian melihat hasil nilai anaknya bagus, tidak bagus dan kurang bagus. Hmm kalau misalnya memang kita bisa mengenal statistik. Kan perlu statistik nggih itu nggih untuk mengolahnya? : Mengolahnya pake rata-rata saja. : Oh pake kata-kata? : Rata-rata bu. : Oh ga ga ribet. Hanya harus pinter mbuat kata-kata saja. : Pertanyaan selanjutnya bu, PTK itu kan disusun menggunakan kalimat ilmiah. Kalimat ilmiah itu kan diambil dari bisa dari buku, artikel, jurnal internasional maupun nasional. Menurut ibu, susah atau ribet tidak ya bu, untuk menyusun kalimat ilmiah itu? : Saya nyuwun sewu nggih, kalimat ilmiah wong belum paham kok saya. Jadi kalo dibilang suruh mbuat kalimat ilmiah yo nek ibu sendiri yo termasuk ribet karena kan belum begitu mengenal kalimat kalimat ilmiah nggih jadi kalau suruh mbuat mandeg sek mikir sue banget iya tho kalau setelah terjun mbuat agak ribet (tertawa) karena belum mengenal banyak-banyak kalimat-kalimat ilmiah. : Dulu skripsinya ambil apa bu? : Hmm, gimana? : Skripsinya? : Skripsinya saya terjun ke perusahaan. Ke perusahaan DH. : Bukan pendidikan bu? : Bukan. Bukan dulu kami buat skripsi itu memang diberi peluang kan nama Universitasnya gini Universitas Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Akuntansi. Nah pendidikan ekonomi itu kan bisa diarahkan ke sekolah, bisa diarahkan ke perusahaan. Termasuk akuntansinya juga tho bidang keahlian khusus. Nah itu kemarin saya itu perusahaan tapi berhubungan dengan laba mengetahui laba ruginya suatu perusahaan. : Itu dikaji secara apa bu? Kuanti atau kuali? : Data. : Kuanti atau kuali? : Kuanti kuali bedane opo? Hehe : Kalau kuali itu bisa pakai wawancara bu, seperti saya ini, kalau kuanti itu pake data statistik.

136 122 : Pake data, jadi kami disodorkan data, data angka-angka itu kami yang mengolah menggunakan statistik. : Itu mengolahnya menggunakan statistik? : Statistik. : Pake SPSS atau software atau rumus? : Rumus, Pakai rumus dan kepada saya juga kan kita mempelajari ada kuliah materi statistik yang hubungan menuju ke skripsi mengolah data untuk skripsi jadi kami pakai rumus dan rumusnya itu dari komputer itu kok juga ada. : Berarti software ya bu? : Ya, software namanya nggih? Jadi rumus manual terus tapi ada juga rumus di komputer. : Berarti pakai excel? : Excel. Pakai excel pakai excel juga ada secara rumus manual juga ada jadi antara dua itu nggih. : Kalau sekarang setelah menjadi guru, penelitian apa yang sudah dilakukan bu? : Belum ada, in shaa Allah dua tahun lagi paling tidak ya besok tahun depan. : PTK ya bu? : Ya, in shaa Allah. : Memang tertarik PTK atau bagaimana bu? : PTK. Karena kan syarat dari kenaikan pangkat kan PTK itu. Modul kan sebagai salah satu penunjang juga nggih. Modul dan buku ajar kan harus tak buat juga. : Untuk keperluan naik pangkat nggih bu? : Ya salah satunya itu terutama untuk naik pangkat dari IIID ke IVA. : Kalau untuk kenaikan pangkat itu berapa tahun ya bu? : Empat tahun maksimal. Terus ada aturan di atas sudah lima tahun itu katanya akan diturunkan dalam arti yang tadinya guru bisa jadi PNS biasa. Itu aturan terbaru. : Itu sudah pernah kejadian bu? : Tapi sampai sekarang ngga pernah ditemoni itu dalam arti tenangtenang aja gitu. Kenyataannya teman kami salah satunya itu guru olahraga tidak kami sebutkan namanya itu IIIAnya itu dulu bareng sama saya. Kami sudah IIIB beliau masih IIIA berarti aturan itu belum istilahnya belum terlaksana aturan pemerintah belum terlaksana nyatanya beliau masih tetap jadi guru padahal ada informasi bahwa lebih dari empat tahun itu akan di : Diturunkan? : He em, dilorotkan atau diturunkan menjadi PNS pegawai biasa. : Mbothen guru nggih bu? : He em, di TU kan lebih rendah tidak mendapatkan tunjangan profesi.

137 (Suasana mulai tidak kondusif, karena tiba-tiba ada beberapa guru yang mengobrol di ruang perpustakaan dengan suara yang cukup keras.) 123 : Bu, tentang angka kredit yang harus dipenuhi itu masih sama tidak ya bu dengan yang di tabel ini (menunjukkan tabel tentang angka kredit yang harus dipenuhi untuk kenaikan pangkat) sumbernya yang dari bapak dirjen PMPTK beliau yang merumuskan peraturan tersebut, masih mengacu kesini tidak ya bu (sambil menunjukkan tabel)? : (menunjuk tabel) IIIB ke IIIC ya bebas jenis karya tulis ilmiah dan oh ini ngga ini sudah tidak bebas. IIIB ke IIIC ini harus publikasi ilmiahnya ini nilainya harus 3 terus karya inovatifnya harus 4. Jadi kami kemarin publikasi ilmiah itu kan semacam diklat, workshop dimana jamnya terhitung 30 jam itu nilainya baru terhitung satu dan dibutuhkan 3 lha yang karya inovatif ini bisa kami tunjukkan dalam bentuk modul dan buku ajar, lha modul itu nilainya 0,5 (setengah) sehingga kalau 4 kami butuh membuat 8 modul itu dan buku ajar misalnya itu harus setarap SMA jadi tidak memunculkan buku ajar SD karena ada teman kami dulu ini barengan PTK itu beliau memunculkan buku ajar tapi ternyata untuk SD tidak terhitung jadi harus buku ajar setingkat ngajarnya beliau. Jadi kalau SMA ya buku ajar untuk SMA. (Terjadi keramaian lagi.) : Harusnya cari suasana yang lebih sepi ini. : Iya bu. : (Sambil menunjukkan tabel yang dibawa peneliti) ini aturan lama ini, ini aja jenis karya bebas sudah ga berlaku ini aturan lama yang terbaru ini sudah terhitung nilainya 3 dan yang ini (sambil menunjuk tabel) 4 dan yang ini (sambil menunjuk tabel) tambah lagi ini hanya saya lupa berapa, ini kalau ga salah 4 disini 6 atau 5. yang dari IIIC ke IIID. Lha yang ini (menunjuk tabel dari golongan IIID ke IVA) butuh PTK satu yang diseminarkan. : Secara nasional atau MGMP tidak apa-apa bu? : MGMP tidak apa-apa. MGMP per-kota Surakarta ini tidak apa-apa tidak harus nasional. : Sudah selesai bu, terimakasih atas waktunya. : Oh nggih mba.

138 124 Tempat : Ruang Tamu Pada Ruang Guru (Wawancara Pertama) : Depan Ruang Guru (Wawancara Kedua) : ES Waktu : Kamis, 24 Maret 2016 (Wawancara Pertama) : Senin, 28 Maret 2016 (Wawancara Kedua) Durasi : menit (Wawancara Pertama) : menit (Wawancara Kedua) : Assalamualaikum Bu ES Saya Mayang Risqi mahasiswa UNS yang akan melakukan wawancarta kepada ibu terkait dengan pelaksanaan an Tindakan Kelas. : Walaikumsalam, iya mba : Pertanyaan pertama bu, ibu sudah berapa tahun nggih mengajar disini Surakarta? : Sudah dari tahun 85. Ya kira-kira sudah 30 tahun. : Wah sudah lama nggih bu? : Iya mba. : Selain mengajar disini, dulu pernah mengajar dimana saja bu? : Kalau saya dulu pernah di Kendal selama dua tahun. : Oh gitu, berarti total ibu mengajar sudah 32 tahun? : Nggih mba, sudah 32 tahun. : Begini bu, dari 32 tahun mengajar tersebut, kira-kira permasalahan apa yang sering muncul dalam kegiatan pembelajaran? : Kalau di kelas saya itu ga ada masalah mba paling kalau ada yang ya pada saat itu juga saya selesaikan langsung. : Kalau permasalahan yang terkait dengan siswa bu dalam proses pembelajaran? : Oh kalau itu.. Hmm siswa itu cenderung memiliki kesiapan belajar yang berbeda mba. Jadi ada siswa yang siap belajar namun ada beberapa siswa yang belum siap untuk belajar. : Langkah ibu untuk mengatasi permasalahan tersebut itu apa nggih bu? : Kalau saya Saya menggunakan ini mba biasanya, menggunakan diskusi. Soalnya gini, siswa dengan berdiskusi dapat saling berbagi ilmu itu tadi. Seperti tadi yang saya sebutkan kalau ada siswa yang siap belajar maka dapat mengajari siswa yang belum siap. Jadi mereka itu bisa saling mengisi satu sama lain. ( terlihat menengok jam) : Oh begitu nggih-nggih Ibu mau ada keperluan nggih bu? : Iya mba. : Oh ya sudah bu, wawancaranya dilanjut besok saja bagaimana bu? : Oh gitu? Ya sudah kalau gitu. Besok saja ya. : Nggih bu, terimakasih atas waktunya bu. : Nggih mba, sami-sami. (Wawancara Ke2)

139 125 : Assalamualaikum Bu ES, saya Mayang Risqi Putriani mahasiswi UNS yang akan melakukan wawancara kepada ibu terkait dengan an Tindakan Kelas. : Walaikumsalam, nggih mba. : Menindaklanjuti wawancara sebelumnya bu, ibu kan sudah menemukan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga sudah merumuskan solusi untuk mengatasinya. Pernah tidak bu, membuat catatan tentang itu? : Pernah, tapi ya ndak rutin. : Oh gitu, kalau boleh tahu itu catatannya berisi apa saja nggih bu? : Biasanya berisi materi pembelajaran yang terakhir saya ajarkan apa. Terus permasalahan-permasalahan kecil yang terjadi di dalam proses pembelajaran, terus langkah yang saya lakukan untuk mengatasinya apa, misal pake model ini metode ini dan sebagainya. Kadang ini kok mba, model dan metode yang ini belum tentu cocok untuk materi ini, cocoknya untuk materi yang lain misalnya. Jadi memang harus pintarpintar saja memilih metode yang pas untuk mengatasi permasalahan itu bagaimana. : Oh gitu, iya ya bu. Dari catatan tersebut sudah berkembang ke PTK atau belum ya bu? : Sudah mba, saya sudah pernah bikin PTK. Pada saat itu kan ini ya saya mau naik pangkat dari golongan IVA ke IVB. Nah kalau syarat sekarang kan kalau mau naik pangkat harus ada PTKnya, ya lalu saya buat PTK itu. : Oh gitu itu sudah sampai diajukan ke DIKPORA bu? : Sudah mba, tapi ya itu dulu saya bersama teman-teman yang ingin mengajukan kenaikan pangkat sudah membuat PTK 1 dan modul 11 sudah diajukan ke DIKPORA dari tahun Tapi sampai sekarang tidak ada pemberitahuan sama sekali apakah PTK saya diterima atau tidak, apakah modul saya diterima atau tidak. Makanya saya bingung mba. Kemarin-kemarin sudah saya konfirmasi ke DIKPORA katanya berkas saya tidak ada. Gimana? Padahal sudah dikumpulin berkas-berkasnya jadi satu sak sekolah lho mba kok bisa tidak ada ya saya juga bingung. Kalau ada konfirmasinya kan bisa tahu oh saya salahnya disini, nanti kan bisa dibenakne tapi yang ini tidak ada. : Apakah ibu sudah mencoba mengajukan kembali bu? : Sejak saat itu ya, saya sudah pasrah mba, mau mungggah ya ngono nek ra munggah yo ngono. Toh nanti kalau sudah pensiun kan ada kenaikan pangkat secara otomatis. Jadi langsung naik dari golongan IVA ke IVB. Dah gitu aja. : Oh nggih-nggih, pertanyaan selanjutnya bu. Ibu sudah tahu belum bu terkait dengan peraturan permenpan-rb No 16 Tahun 2009 yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat guru? : Sudah mba.

140 126 : Tahu informasi itu pertama kali darimana nggih bu? : Dari sekolah, jadi waktu itu sekolah memberi tahu tentang perubahan sistem kenaikan pangkat guru. Kalau guru sekarang kalau naik pangkat itu tidak secara otomatis. Kalau dulu kan masih otomatis mba, jadi setiap dua tahun sekali kan sudah bisa naik pangkat. Tapi kalau sekarang kan tidak, harus ada angka kredit yang harus dipenuhi, ya termasuk membuat PTK itu mba salah satunya. : Motivasi ibu dalam membuat PTK apa nggih bu? Apakah memang tertarik pada PTK atau bagaimana bu? : Ya untuk kenaikan pangkat itu mba (tertawa). : Tadi kan sudah mendapat sosialisasi nggih bu dari pihak sekolah? Pernah tidak bu pihak sekolah mengadakan pelatihan tentang pembuatan PTK? : Tidak ada, tapi kalau di MGMP dulu pernah sekali. : Tahun berapa ya itu bu? : Wah, saya lupa mba. Kalau tidak salah tahun 2012 atau tahun 2011 itu. Jadi waktu itu MGMP Ekonomi se-surakarta mengundang ini pak MY yang dari LPMP itu untuk mengajari kami membuat PTK itu. Dulu sampai ini kok mba diajarinya sampai proposal jadi sampai bab 1,2 dan 3. Tapi yo selebihnya kita kembangin sendiri. : Oh gitu, menurut ibu itu pelatihannya sudah efektif atau belum bu? : Kalau menurut saya ya lebih efektif kalau sampai selesai mba (tertawa) soalnya kan bisa diajarinya semuanya nggih yang benar seperti apa begitu. : Kalau disini itu ada MGMP Ekonominya sendiri ya bu? : Iya mba. : Itu ketuanya siapa bu? : Ya saya sendiri mba. : Kalau MGMP Ekonomi disini itu mbahasnya apa saja bu biasanya? : Ya kadang bahas kisi-kisi soal ada UTS, UAS dan kadang juga mendiskusikan tentang materi enaknya menyampaikannya bagaimana. : Kalau MGMP Ekonomi khusus disini Surakarta itu bu ET dan bu TY ikut tidak nggih bu? : Ya selalu kami libatkan, misal gini kemarin kan ada pembuatan untuk kisi-kisi UTS II itu nggih, ya saya bagi mba, bu WK dapatnya kelas XII, saya kelas XI, bu TY LM IPA, bu ET dan pak SI kelas X gitu. : Biar merata nggih bu? : Iya, biar merata tur cepet rampung (tertawa). Soalnya kalau dibuat sendiri kan yo lama dan tidak efektif. : Oh gitu, pernah tidak bu mengundang pak MY untuk mengisi disini bu yang terkait dengan PTK tadi? : Wah kalau itu ya tidak mba, pak MYnya juga sepertinya tidak kerso kalau cuma sedikit. Waktu itu saja diadakan oleh MGMP Ekonomi se- Surakarta dan dananya juga dari MGMP kota.

141 127 : Kalau dari sekolah itu ada fasilitas dana atau tidak bu? : Tidak ada mba, dana itu sepenuhnya dari bapak ibu guru itu sendiri. : Kalau ini bu, buku penelitian disediakan tidak nggih di sekolah? : Ada, di sekolah menyediakan. Hanya ya jumlahnya masih terbatas. : Itu buku-bukunya disediakan di perpustakaan atau bagaimana bu? : Ya yang diperpustakaan ada, yang di ruang guru juga ada. Kalau di ruang guru itu yang di lemari itu lho mba (menunjuk ke arah lemari dalam ruang guru). Itu lemari Bu NN, disitu isinya buku-buku untuk guru sama ini mba buku terkait dengan penelitian. Lampiran tentang peraturan-peraturan pemerintah juga ada disitu. : Oh di lemarinya bu NN nggih bu? : Ya lemarinya WAKASEK Kurikulum mba, bukan lemarinya bu NN. : Kalau buku tentang model media metode pembelajaran bagaimana bu? : Ada sepertinya. : Kalau buku khusus yang membahas tentang PTK ada tidak bu? : Ada, dulu saya pernah lihat ada. : Kalau akses internet disini bagaimana bu? : Akses internet ada, di ruang guru juga ada. : Kalau tindak lanjut ibu setelah mendapatkan pelatihan dari pak MY itu apa ya bu? : Saya ya itu tadi mengembangkan melanjutkan sampai bab 4 dan bab 5 mba. Terus saya ajukan untuk keperluan kenaikan pangkat pada tahun 2010 itu. Tapi sampai sekarang belum ada kepastian itu. : Menurut ibu, PTK itu penelitian yang cocok untuk guru atau mahasiswa semester akhir ya bu? : Kalau saya lebih ke guru ya mba. Soalnya kan dari PTK itu bisa mbantu guru untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang lebih baik lagi. Tapi kalau untuk mahasiswa juga ya sepertinya cocok juga, soalnya kan mahasiswa itu kan calon guru ya? Jadi ya perlu dikenalkan pada PTK. Kalau saya dulu kan belum ada PTK nggih, jadi ya ga diajarin. Kalau sekarang kan calon guru bisa diajarin membuat PTK yang baik seperti apa. Jadi ya mungkin PTK itu penting buat dua-dua nya ya baik untuk guru maupun mahasiswa itu tadi. : Dulu ibu mengambil PTKnya tentang apa bu? : Saya dulu ngambil ini mba makai jigsaw untuk meningkatkan nilai siswa. : Itu di siswa kelas berapa nggih bu? : Kelas 12 IPS mba. Jadi kan waktu itu saya mengajarkan tentang kewirausahaan nggih, kalau untuk teorinya saya menggunakan jigsaw sedangkan untuk prakteknya saya suruh siswa untuk membuat produk langsung. : Itu produknya sudah sampai dipasarkan atau bagaimana bu?

142 128 : Iya mba, sudah sampai dipasarkan. Yang beli yo anak-anak, guruguru juga. Disini mba dulu tempatnya (menunjuk arah lapangan). : Dulu produknya apa aja bu yang dijual? : Macem macem. Ada yang jual makanan, ada yang jual kerajinan dari pasir dan sebagainya. Produknya unik-unik. Tapi yo paling banyak waktu itu tetep produk makanan ya. Kalau produk makanan saya suruh mereka langsung jadi dibawa sekolah jadi ga perlu masak disini karena kalau mau masak kan perlu waktu nggih, nanti jamnya ngga cukup. Akhirnya saya suruh bawa yang sudah jadi saja. : Itu penilaiannya bagaimana bu? : Saya suruh buat proposal kalau yang kewirausahaannya itu mba, tapi yang buat saya PTK itu cuma nilai teorinya saja karena waktu itu kan kalau saya menilai keduanya butuh waktu nggih? Sebenarnya sih bisa saja saya masukkan ke penilaian teori hasilnya itu tapi kan yo lama mba. Jadi tidak efektif. : Oh gitu dulu ibu menggunakan jigsaw untuk materi kewirausahaan itu karena tertarik pada jigsaw atau gimana nggih bu? : Jigsaw itu kan ada proses diskusinya nggih? Kalau di K13 itu kan guru hanya sebagai fasilitator, siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jadi ya dengan adanya diskusi itu kan siswa yang tadinya kurang tadi bisa diajari temennya sendiri yang memang memiliki kemampuan yang lebih melalui diskusi itu tadi. : Sewaktu ibu menyusun PTK, sistematikanya masih seperti ini atau tidak nggih? (menunjukkan gambar sistematika penyusunan PTK). : Ya dulu juga seperti ini mba, masalahnya itu tadi ya mba, karena sampai sekarang belum ada konfirmasi jadi saya tidak tahu salahnya PTK yang saya buat dulu bagaimana, apakah karena saya masih menggunakan sistematika yang dulu atau bagaimana saya belum diberi tahu sampai sekarang. Dulu itu saya mengajukan 1 PTK dan 11 Modul itu saja tidak mendapatkan angka kredit sama sekali mba. Bahkan 1 pun tidak diberikan. Padahal kan yo sudah habis biaya lumayan banyak pada saat itu. Ya untuk ngeprint, untuk njilid dan sebagainya dan sebagainya. : Begini bu, kalau di PTK itu kan ada kajian teorinya nggih? Sama disusun menggunakan kalimat ilmiah. Menurut ibu kalau menyusun kajian teori itu bagaimana nggih bu? : Bagaimana apanya? : Mudah atau bagaimana bu? : Kalau teori itu kan kita tinggal nyadur saja ya mba, misal dari buku atau dari PTK yang sudah ada. Menurut saya tidak sulit untuk menyadur seperti itu, asalkan sudah ada referensinya pasti ya bisa. : Kalau untuk kalimat ilmiahnya bagaimana bu? : Kalau kalimat ilmiah itu memang perlu banyak belajar nggih, karena ilmiah itu kan ga boleh ngarang ga boleh asal harus ada sumbernya. Tapi kalau banyak membaca, ya saya rasa tidak sulit mba.

143 129 : Pertanyaan selanjutnya bu, dulu siklus PTKnya seperti ini atau ada tambahan nggih bu? (menunjukkan siklus PTK). : Ya sama mba, dulu saya sampai dua siklus. : Menurut ibu, dari siklus ini yang paling sulit dan membutuhkan waktu yang lama pada tahap apa nggih bu? : Hmmm pada tahap perencanaannya nggih mba. Soalnya kalau di tahap perencanaan kan memang membutuhkan waktu karena kita harus merencanakan secara matang ya yang dibutuhkan apa saja, yang akan dilakukan apa saja, misal kalau belum berhasil enaknya bagaimana, ditambahin apalagi kan berarti harus merencanakan lagi. : Kalau pada tahap pengamatan bagaimana bu? : Kalau di tahap pengamatan ya berarti kita mengamati ini tho siswanya setelah diberi tindakan dan belum? : Oh nggih, kalau yang penyusunan lembar pengamatan bagaimana bu? Sama angketnya? : Ya sudah berarti kan disusun berdasarkan ini tho mba, keadaan siswa respon siswa bagaimana. : Susah tidak ya bu untuk merumuskan itu? : Tidak mba, asalkan sudah punya pedoman saya rasa tidak sulit. : Pertanyaan selanjutnya bu, terkait dengan data untuk PTK. PTK itu kan pasti butuh data nggih? Baik data sebelum tindakan maupun sesudah tindakan. Menurut ibu, untuk mengambil data, mengolah data, menyajikan data dan menyimpulkan data bagaimana bu? : Kalau nilai saya rasa tidak sulit mba. Karena kan sudah biasa nggih kita menilai pekerjaan siswa. : Kalau untuk mengolah dan menyajikannya bagaimana bu? : Kalau sekarang yo ga kurang akal mba, kalau misal ga bisa mengolah sendiri kan bisa direntalke untuk dihitungkan bagaimana rumus di excel itu, tapi yo nanti kalau menyajikan ya kita sendiri ya tidak bisa direntalkan (tertawa). : Oh begitu, kalau untuk menyimpulkannya bagaimana bu? : Kalau menyimpulkan berarti kan kita ini ya membandingkan dulu ya dengan data yang satunya. Menurut saya tidak sulit ya karena memang sudah ada perbandingannya. : Kalau terkait dengan hipotesis di PTK bagaimana bu, susah tidak kira-kira? : Itu kan jawaban sementara nggih kalau hipotesis itu? Kalau jawaban sementara ya kalau belum tepat yo bisa dibenakne tho mba? Namanya kan juga sementara. : Kalau penyusunan kalimat hipotesisnya bagaimana bu? : Ya itu semua bisa dipelajari. Asalkan ada kemauan ya pasti bisa lah mba. : Oh nggih-nggih, PTKnya dulu ambil di kelas berapa nggih bu? : Saya di kelas XII IPS mba. Ngambilnya materi kewirausahaan itu tadi. : Oh begitu, memilih kelas XII IPS itu karena apa nggih bu?

144 130 : Karena waktu itu kan saya melihat banyak siswa yang belum siap dalam menerima pembelajaran. Saya ingin menggunakan metode diskusi itu tadi. Coba ah ta ganti pake ini bagaimana, ternyata hasilnya lebih baik dan akhirnya saya ajukan untuk PTK itu tadi. : Bu, saya mau tanya tentang ini bu, tabel angka kredit yang dibutuhkan untuk kenaikan pangkat apakah masih seperti ini atau sudah ada perubahan nggih bu? : Ini (menunjuk tabel). Kalau yang ini yang IVA ke IVB ini masih sama mba. Tapi ga tahu yang lain. Kalau yang saya masih sama aturannya. : Oh ya sudah bu, terimakasih atas waktunya. : Oh iya mba, sama-sama.

145 Tempat : Depan Ruang Guru (Wawancara Pertama) : Ruang Perpustakaan (Wawawancara Kedua) : TY Waktu : Sabtu, 26 Maret 2016 Durasi : menit (Wawancara Pertama) : menit (Wawancara Kedua) 131 : Assalamualaikum Bu TY, saya Mayang Risqi Putriani dari UNS yang akan melakukan wawancara terkait dengan an Tindakan Kelas kepada guru-guru ekonomi. : Walaikumsalam, oh iya. : Pertanyaan pertama bu, Ibu sudah mengajar berapa tahun nggih bu disini? : Oh kalau disini belum ada satu tahun baru masuk semester 1 dan 2 ini jadi belum sampai satu tahun. : Sebelumnya mengajar dimana bu? : Saya mengajar di SMA Y jadi ini kan disini kan pemenuhan untuk tambahan jam. Kalau disana sudah lama. : Sudah berapa tahun bu? : Kalau disana sudah 16 tahun. : Wah lama nggih bu? : Lha nggih hehe. : Dari 16 tahun mengajar tersebut kira-kira permasalahan apa ya bu yang sering muncul yang terkait dengan siswa dalam proses pembelajaran? : Oh yang terkait dengan pembelajaran... terutama yang jam-jam siang nggih biasanya kadang anak-anak itu mengantuk itu permasalahannya begitu. Kalau disini kan saya mengajarnya hanya yang lintas minat ya. : Oh yang IPA nggih bu? : Iya, yang IPA, Lintas minat yang ambil ekonomi ya kan dari beberapa kelas kan campuran ada juga yang apa kalau masih jam pagi nggak masalah tapi kalau jam siang itu. : Ibu mengajar akuntansi atau? : Kalau yang kelas Ekonomi, yang kelas 12 kan Ekonomi Akuntansi. : Jadi ngantuk gitu ya bu? : Iya, jadi kita harus banyak ngasih motivasi dulu. Kalau kurikulum 2013 kan siswa yang aktif. : Kalau ibu memotivasi siswa dengan apa ya bu? Apakah dengan menggunakan media atau model, metode?

146 132 : Iya, menggunakan media iya. Anak itu senang sekali kalau diputarkan video yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas. Misalnya kaitannya dengan uang, video terkait dengan pembuatan uang kan anak-anak senang disitu. Setelah diputarkan video kemudian nanti mereka dapat berdiskusi. : Selain dengan media, model metode gitu bu? : Iya metode model, tapi kalau ekonomi yang pas diterapkan problem solving atau penyelesaian masalah habis itu dibuat kelompok-kelompok buat mengaktifkan siswa kemudian maju presentasi. Itu sering saya terapkan. Apalagi untuk ekonomi kelas X itu kan jamnya diakhir ya mba ya? Saya ngajar jam 678 kan siang. : Itu bu dari permasalahan itu, kan ibu sudah berusaha untuk mengatasi nggih? : Nggih. : Pernah tidak bu untuk membuat catatan kecil berupa apa ya mungkin catatan pribadi gitu bu? : Iya punya. Ada catatan-catatan. Misal kejadian hari ini kok anak ini mengantuk nah pasti langsung saja tegur ada upaya tindak lanjutnya kenapa alasannya. : Itu catatannya sudah berkembang ke PTK belum ya bu? : Kalau saya PTK belum itu mba, pengennya ya itu mau proses ya. : Soalnya kalau dari catatan itu kan bisa dibikin PTK bu. : Inggih ya Tapi belum mencoba buat. baru proses. : Oh nggih. Sudah tahu belum bu terkait dengan aturan pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat? : Oh iya. : Pertama kali tahu informasi itu darimana bu? : Itu kan sosialisasi dari sekolah, kepala sekolahnya juga menyampaikan. Kemudian dari MGMP Ekonomi. : Untuk sekolah ini atau yang SMA Y? : Yang SMA Y, pernah dikasih informasi seperti itu. Ya kalau saya memang bukan PNS ya mba ya disini kan GTT disini kan untuk tambahan kalau yang SMA Y kan yayasan. Disana kan saya yayasan. Ya karena yayasan kan sudah terpenuhi untuk sertifikasi kan harus 24 jam misalnya untuk kenaikan pangkat juga. : Kalau yayasan itu juga IIIB IIIC gitu bu? : Yang berkala juga ada. : Terus tindak lanjut sekolah atas kegiatan sosialisasi itu apa ya bu? Apakah dengan mengadakan pelatihan atau bagaimana bu?

147 133 : Oh nggih ada. Lewat MGMP mba. MGMP Ekonomi se-kota Surakarta. Dulu juga mengundang untuk perwakilan mbuat PTK seperti itu. Udah berapa ya, udah dua kali kayaknya. : Dua kali yang disini bu? : Iya. : Yang SMA Y? : Mbothen. Yang disini tapi kan yang ikut MGMP kota. MGMP kota pernah mengadakan pelatihan untuk cara mbuat PTK. Tapi saya juga ikut nggih, tapi mengembangkannya yang belum. ( terlihat menengok jam) : Ibu mau mengajar nggih bu? : Nggih mba. : Nanti kalau dilanjut lagi gimana bu? : Oh gitu? Iya gapapa ngapunten nggih mba. : Iya bu. (Wawancara Kedua) : Tadi yang sosialisasi dan pelatihan nggih bu? : Oh iya, yang sosialisasi dan pelatihan pembuatan PTK itu di MGMP kota itu diadakan di SMA A atau SMA B. Saya lupa. : Itu yang mengadakan satu : Sak MGMP mba. MGMP Ekonomi sak kota Surakarta. Guru ekonomi sak kota Surakarta itu memanggil juru bicara yang intinya yo cara-cara bikin PTK. : Itu tahun berapa ya bu? : Itu tahun 2000 berapa ya? 2012 apa tahun 2013 ya? Ya antara 2012 dan Lupa-lupa ingat hehe. : Itu setiap satu sekolah diwakili satu guru atau semuanya ya bu? : Oh pas itu? Kalau pas itu dua atau tiga. Sebenarnya kalau MGMP kota itu harapannya ya semua guru ekonomi jadi satu. Biasanya kan harinya kan Kamis. Makanya itu harapannya di sekolah tidak ngajar karena untuk MGMP itu. Kadang kan kalau ada jam ngajar kan ada perwakilan. Satu sekolah paling tidak ada dua atau tiga. Kalau sekolahnya kecil seperti tempat saya yang sana hanya saya dan teman saya ada tiga bisa ikut. Karena tidak ngambil jam mengajar pas hari Kamis itu. : Itu setiap hari Kamis ya bu? : Iya, jadwal MGMP Ekonomi itu hari Kamis. : Yang dibahas apa saja bu?

148 134 : Yang dibahas kalau MGMP kota itu ya masalah misalnya ya materi tentang apa yang sulit nanti enaknya gimana. : Termasuk PTKnya juga ya bu? : Iya, pas itu kan mbahas materi tentang PTK. PTK itu bagaimana menyusun PTK jadi ya termasuk itu jadi ceramah K13. Jadi ketika yang masih apa sudah menjalankan PTK bisa interaktif tanya jawab disitu nggih. : Sudah sempat disuruh bikin judul tidak bu? : Iya itu sebenarnya kan himbauannya kan disuruh buat judul ya saya juga buat judul. : Terus dikembangkan atau tidak bu? : Iya judulnya dikembangkan. Dari itu kan coba-coba membuat sedang proses kalau itu. : Itu mengambilnya di sekolah mana ya bu? : Kalau disini kan saya baru saja ya mba ya disini. Kalau disana ya kaitannya dengan metode mengajar. Metodenya kan sebenarnya sudah diterapkan ya, cuma ya itu tadi ada siswa-siswa yang ngantuk ketika jam terakhir itu lho bagaimana mengatasinya untuk jam-jam terakhir. : Itu dibuat PTK ya bu ya? : Iya masih proses sampai sekarang belum dilanjutkan. : Itu sudah sampai proposal atau sudah bab 4 dan 5 bu? : Oh belum sampai mba baru mencoba untuk membuat tapi belum sampai untuk proposal. : Berarti baru latar belakang? : Baru mencoba. : Itu karena sibuk atau gimana ya bu? : Sebenarnya karena kalau sibuknya ya agak ya. Sibuknya kan karena ngajar dua tempat ya disana sini, jadi yang harus dipersiapkan banyak banget ya ada membuat soal, harus mempersiapkan penilaian sekarang kan K13 juga lumayan banyak. : Ribet nggih bu? : Iya, ribet di dua sekolah agak repot juga. : Kalau disana ibu jam mengajarnya sudah berapa bu? : Oh kalau saya disana itu jamnya ya sudah berapa jam gitu tho maksudnya? : Inggih bu. : Ada 14 jam 1,2,3 juga disini 1,2,3 juga itu lho repotnya mba. Dalam satu hari itu 1,2,3, disini 1,2,3 otomatis kan dalam satu hari

149 135 itu kan mempersiapkan yang kelas 1 yang ini, yang ini buat kelas 2, kadang nanti sore sampai kelas 3 juga jadi ya kayak gitu. : Yang paling repot itu kelas 3 ya bu? : Iya, kalau kelas 3 kan ini persiapan untuk UAS, ada tambahan sore juga kalau disini kan bu WK itu. : Sama bu ES itu ya bu? : Nggih, bu ES bu WK sama satunya lagi saya ga hafal. : Pernah ini ga bu, searching-searching di internet tentang penyusunan PTK? : Ya pernah, pernah juga. Lihat contoh-contoh yang sudah ada. Oh seperti ini caranya. : Tapi belum mengembangkan sampai proposal ya bu? : Ya itu belum. Kalau mencoba membuat sudah tapi kalau sampai membuat proposal sampai pengajuan belum. Tapi itu dari kepala sekolah itu sendiri sebenarnya sudah menawarkan juga, yang membuat PTK nanti saya yang mendampingi. Nah saya lagi proses kesitu sambil observasi. : Itu Kepala Sekolah sini atau yang SMA Y bu? : Nggak, kalau saya yang disana kalau yang disini kan baru saja ya. Kalau disini kan istilahnya tambahan juga. Sebenarnya juga bisa ke semuanya juga seperti itu. Kalau yang disini kan baru ya. : Berarti kepala sekolah itu memfasilitasi untuk berkonsultasi ya bu? : Iya inggih, menawarkan. Beliau sudah berkompeten. : Terkait dengan sertifikasi bu, kalau sertifikasi sama tunjangan profesi itu sama tidak ya bu? : Sama. Tunjangan profesi sama sertifikasi sama. Kalau saya dapet yang sertifikasinya. Sertifikasinya kan kalau sudah memenuhi 24 jam sudah NUPTK itu sudah. : Dari tunjangan tersebut ibu mengalokasikan untuk membeli buku atau bagaimana bu? : Buku, laptop, di rumah juga jadi wifi masang juga, beli netbook juga, buku-buku juga. : Buku apa aja bu? : Ya buku pendamping mengajar itu kan buku yang ini gimana ini gimana kan kita sering gunakan yang Erlangga yang Eksis nggih tho, yang LKS yang buku paket. : Kalau buku terkait ini bu mengenai model metode sama PTK? : Iya saya beli juga. Saya juga membeli buku untuk menyusun nilainilai excel kita harus menguasai.

150 136 : Statistik nggih bu? : Nggih statistik. : Seberapa sering membaca buku-buku tersebut? : Oh membeli buku? : Untuk membacanya bu? : Oh untuk membaca? Membaca ya... : Kalau buku ajar setiap hari ya bu? : Ya kalau setiap hari ya ga Kalau ada waktu luang saja mba. : Bu, saya punya dosen, dosen saya itu ya seperti bu X itu tadi bu kan muda dan sering melakukan tindakan penelitian dan ada dosen saya yang sudah relative sudah senior beliau jarang melakukan penelitian. Menurut ibu, kondisi kaya gitu dipengaruhi sama usia tidak ya bu? : Itu kan sebenarnya ini ya mba seperti itu kan kemampuan dan kemauan juga. Di samping itu juga ada waktu. Biasanya kalau yang muda itu lebih enerjik juga. : Jadi berpengaruh ya bu? : Iya, tapi ga sepenuhnya. Sebenarnya kalau punya kemampuan dan punya niat nggih, ada dorongan juga ada motivasinya. Ini naik tingkat ini itu lebih termotivasi lagi seperti itu. : Kalau di yayasan itu tingkatnya IIIB IIIC gitu bu? : Ya ada juga yang berkala. Nanti kepala sekolah yang mengajukan ke yayasan. : PTK itu kan dia penelitian yang berangkat dari sebuah permasalahan di kelas, seperti tadi ada siswa yang mengantuk. Dari konsep tersebut bisa mengganggu proses pembelajaran tidak ya bu? : Sebenarnya kan gini ya kalau kita langsung terjun memberikan ke siswa memberikan pembelajaran ke siswa. Lha itu sebenarnya langsung membuat PTK juga bisa cuma kita cari waktunya itu yang agak sulit biar ga ganggu pas itu. Repotnya kan juga gitu. Tapi kan kalau setiap hari kita langsung menjumpai itu langsung ketemu siswa, kalau dikatakan mengganggu yo ga, tergantung waktunya juga ya. : Pas atau tidak bu? : Nah, itu, pas apa tidak. : PTK itu kan penelitian yang untuk memperbaiki proses pembelajaran ya bu? : Iya. : Itu prosesnya kan bersiklus? : Iya dimulai dari siklus 1

151 137 : Menurut ibu, kalau penelitian yang bersiklus seperti itu membutuhkan waktu yang lama tidak ya bu? : Iya bisa, jika di siklus 1 nanti dilanjutkan siklus 2 sampai terjadi peningkatan. : Kalau kaya gitu butuh dana yang besar tidak ya bu? : Kalau dana ya sebenarnya yo tergantung. : Tergantung yang diambil atau bagaimana bu? : Iya, tergantung yang diambil. Cuma yo itu tadi waktunya yang bisa 1, 3 bulan, 6 bulan atau 1 semester. : Kalau dari sekolah ada fasilitas berupa dana penelitian bu? : Nggak kalau disana. : Kalau disini bu? : Kalau disini saya belum, karena belum pernah ngajuin. : Kalau disana menyediakan fasilitas berupa buku penelitian tidak bu? : Kalau buku penelitian kita mengadakan sendiri, atau pinjam di guru-guru yang sudah punya juga. : Kalau dari kepala sekolah? : Iya bisa juga, bisa saling meminjam. Kalau tidak yo beli sendiri. : Tapi kalau di perpusnya? : Ada sebenarnya, tapi yo sumbernya yo terbatas. Kalau gitu ya kita beli sendiri. Ya cari sendiri, beli sendiri, semua serba sendiri dananya. : Pertanyaan selanjutnya bu, PTK itu kan butuh data nggih bu? Misal ibu mau menaikkan hasil belajar siswa berarti harus ada data hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan. Untuk mengambil nilai sebelum tindakan dan sesudah tindakan itu mudah tidak ya bu? : Oh kalau itu kalau misalnya sebelum tindakan kita pakai nilai apa adanya dulu. Lalu ya seperti itu, kita masukkan lha kemudian setelah ada tindakan itu kemudian nilainya bagaimana itu ya nanti kita olah sendiri. : Berarti tidak sulit? : Tidak sulit. : Untuk mengolahnya bagaimana bu? Sulit tidak ya? : Nggih asal kalau ngolahnya tahu rumus-rumusnya. : Kalau menyimpulkannya bagaimana bu? Menyimpulkan dari data itu bu? : Kalau sudah diperoleh kan yo tinggal disimpulkan berhasil tidaknya. Nanti bagaimana hasilnya itu berapa. : Meningkat atau tidak gitu bu?

152 138 : Iya, meningkat atau tidak seperti itu. : Pertanyaan selanjutnya bu, PTK itu kan disusun menggunakan kalimat ilmiah dan ada kajian teorinya juga. Kalau kajian teori kan bisa diambil dari buku, jurnal sama dari artikel. Menurut ibu untuk membuat kalimat ilmiah dan menyusun kajian teori itu membutuhkan waktu yang lama tidak ya bu? : Lha kalau itu harus banyak membaca ya. Kalimat ilmiah ga yakin saya. Bisa dari membaca atau yang sudah memang melaksanakan. Memang perlu ini bener ya karena ilmiah ya jadi ga bisa salahsalah. : Jadi perlu waktu? : Inggih, benar. Perlu waktu untuk belajar. : Dulu ibu skripsinya ambil apa bu? : Kalau saya dulu kan bisa di perusahaan, bisa juga di sekolah gitu nggih. Kalau sekarang kan di sekolah nggih. Kalau saya dulu di perusahaan. : Ngambil perusahaan apa bu? : Dulu saya perusahaan genteng terkait dengan peningkatan gaji bagaimana pengaruhnya terhadap kesejahteraan karyawan meningkat tidak begitu. : Itu dikaji secara kualitatif atau kuantitatif? : Oh itu, kajiannya berarti dengan kuantitatif. : Kalau setelah itu pernah melakukan penelitian apa bu? : Kesana waktu itu nggih. : Kalau setelah itu setelah melakukan skripsi, pernah melakukan penelitian apa bu? : Setelah skripsi kemudian ke penelitian. : an selanjutnya? : Ga maksudnya setelah diterapkan di sekolah gitu? : Bukan, ibu kan sudah melakukan penelitian yang skripsi itu. Nah setelah melakukan penelitian untuk skripsi itu pernah melakukan penelitian lagi tidak bu? : Ke perusahaan? Tidak. : Kalau ke sekolah? : Iya ya itu tadi membuat PTK. : Proses kesana ya bu? : Iya, proses kesana. : Itu sudah dari tahun berapa bu yang PTKnya? : Oh yang berusaha membuat PTK dari tahun kalau ga salah tahun ya ketika dapat itu terus coba-coba membuat.

153 139 : Oh nggih-nggih. : Mulai nyusun sendiri. : Paling susah itu belajar membuat bagian apanya bu? Kajian teori kah atau gimana bu? : Ya kajian teori ngambil-ngambilnya terus ya itu hasilnya kemudian menyimpulkan. : Kalau tujuan apa rumusan masalahnya bagaimana bu? : Kalau masalahnya kan dari diri sendiri ya, kemudian ya itu rumusannya ya kalimat rumusannya itu juga yang pas bagaimana. : Ibu meningkatkannya dengan media video itu tadi? : Nggih, mencoba dengan video-video bagaimana setelah anak diperlihatkan video seperti ini kan lebih ke riil ya jadi lebih punya gambaran daripada bayangan misal dari pembuatan uang seperti apa tho kita putarkan oh mereka lebih : Lebih antusias? : Lebih memahami istilahnya dari yang sebelumnya belum tahu setelah itu kan oh ya Istilahnya mereka jadi tidak ngantuk itu tadi. senang apalagi kalau di jam-jam terakhir itu tadi. Anak-anak kan yo cape bilang bu mbok diputarkan lha gitu-gitu. : Ada kepuasan tersendiri juga? : Nggih-nggih Kalau kayak gitu kan jadi ga ngantuk karena ada aktivitas mata, pendengaran, iya tho? Kalau itu jalan kan lebih baik daripada mendengarkan saja kan membosankan. : Nggih bu sampun. Terimakasih nggih bu atas waktunya. : Nggih sami-sami.

154 140 Tempat : Depan Ruang Kelas X MIPA 2 : ET Waktu : Sabtu, 26 Maret 2016 Durasi : menit : Assalamualaikum Wr. Wb. : Walaikumsalam Wr. Wb. : Selamat siang bu, saya Mayang Risqi Putriani mahasiswi UNS yang akan melakukan wawancara terkait dengan an Tindakan Kelas. Ibu sudah mengajar berapa tahun bu disini ini? : Kalau disini baru sekitar 1 tahun. Tapi kalau sejak jadi guru tahun 2000 berarti sekitar 16 tahun ya. : Lama ya bu. : Iya, sekolah induk saya di SMA X mba. Jadi saya disini pemenuhan jam saja. : Berarti tahun 2000 itu langsung di SMA X? : Tidak, awalnya di SMA Z dulu. : SMA Z di..? : SMA Z itu di jalan MW itu lho. : Surakarta nggih bu? : He em Surakarta. Terus baru bulan Juli kemarin saya mutasi ke SMA X. : Dari tahun berapa bu? : Tahun : Berarti sudah 16 tahun mengajar ya bu? : Iya. : Dari 16 tahun mengajar tersebut kira-kira permasalahan apa bu yang sering muncul di siswa? : Hmm kalau di siswa kalau disini ini saya kira dari segi kognitif, pengetahuan itu ya tidak ada masalah ya. Soalnya kan ini jurusan IPA. Jadi saya mengajarnya kan lintas minat (lintas minat ekonomi). Inputnya kan juga sudah bagus jadi saya kira kalau masalah pengetahuan tidak ada. Tapi kalau di sekolah saya yang di SMA X itu input siswa itu kan termasuk di bawahnya sekolah ini ya. Jadi kadang kadang anak itu ga paham belum paham materi yang disampaikan itu apa jadi harus diulang-ulang. Berapa kali mengajar baru paham. Cuma sekarang anu masalah HP itu lho mba. Kalau misalkan sekolah sebenarnya sudah memberi aturan HP tidak boleh dibawa. Kalau sampai membawa kan harus disimpan di jok-jok motor tapi ada beberapa siswa yang istilahnya tetep nekad membawa

155 141 di kelas tetep mbawa saya pernah lihat itu. Cuma mengingatkan aja, berarti itu kan mengganggu konsentrasi dalam pembelajaran. : Pernah ini ga bu, mengambil HP tersebut atau menuliskan di kredit pointnya mereka? : Kredit point kalau saya ya. Istilahnya menegur kemudian untuk nilai afektifnya. : Kalau hasil belajarnya bagaimana bu? : Hasil belajarnya sebagian besar sudah diatas KKM mba. : Kalau keaktifannya bu? : Keaktifannya lumayan aktif kalau untuk anak-anak itu. : Dari permasalahan tadi bu langkah apa yang ibu lakukan untuk mengatasinya? : Yang HP tadi itu? : Yang sebelumnya bu, yang siswa tadi susah untuk menangkap materi yang dijelaskan. : Oh ya. Kalau saya beri video pembelajaran biasanya. Mungkin kalau penjelasan dari guru kurang begitu apa ya kurang begitu mudah dipahami siswa saya menambahkan video pembelajaran. Misalkan tentang sistem pembelajaran. Sistem pembayaran itu kan abstrak ya, jadi anak menerka sistem pembayaran ki opo tho sistem pembayaran itu jadi kita harus memberikan contoh riilnya. : Dengan video itu tadi bu? : He em dengan video itu, dan hasilnya dengan video pembelajaran dengan tidak itu beda. Jadi kalau yang biasa KD 1 ya kemarin itu saya tidak pakai video pembelajaran nah hasil anak itu paling sekitar nah kalau pakai video pembelajaran malah sebagian besar 89. : Itu bisa dibuat PTK itu bu. : He em, saya juga mengarahnya juga kesitu. Videonya itu berarti metodenya apa ya? Saya malah belum.. : Pakainya media. : Oh media? : Inggih. : Oh begitu. : Iya karena berbasisnya audio visual. : Oh gitu Kalau Ekonomi teori ya kelas X sistem pembelajaran eh sistem pembayaran, alat pembayaran, perbankan nah itu kan lebih terbantu. Tapi kalau materine penerapan matematika dalam ekonomi saya kira menjelaskan saja sudah cukup (tanpa ditambah video) tahu karena angka ya tidak abstrak.

156 142 : Pernah menuliskan ini ga bu dalam bentuk dekskripsi atau catatan kecil yang menuju PTK? : Belum. Yang ini belum. Baru gambaran tok oh ya. Karena baru kemarin kan UTSnya jadi saya bisa membandingkan nilainya itu. Belum berkembang kesana, tapi sudah tahu konsepnya. Kalau mau melangkah lagi kok yo gimana gitu saya dapetnya dulu baru proposal saya. : Proposalnya sudah bab berapa itu bu? Bab 1? 2? 3? : Sebelum metodologi itu bab berapa ya? Pembahasan ya? : Metodologi itu bab 3. : Bab 3? Berarti bab 1 2 mungkin mba. : Dulu kajian teorinya ngambil darimana bu? : Oh kalau dulu saya waktu di SMA Z mba belum disini. Jadi masalahnya berbeda. Kalau di SMA Z itu dulu anak-anaknya itu kan dari apa ya, semangat belajarnya kita harus memotivasi. Latar belakang anak yang sekolah disitu tu kan dari golongan ekonomi menengah ke bawah ada yang keluarganya broken home masalah masalah keluarga itu terbawa sampai ke sekolah sehingga pengaruh ke semangat motivasi belajar anak dan prestasinya juga. Kalau disana modelnya seperti itu. : Oh gitu. : Tapi kalau disini kan ndak. Disini semangat belajarnya tinggi, aktif di kelas tapi penerapan media tadi yang saya terapkan. : Kalau disana ibu menggunakan treatmentnya apa bu? Dengan memotivasi atau bagaimana bu? : Ya itu memotivasi saja mba saya. Istilahnya rutin mengingatkan anak karena kan targetnya nanti kan kamu harus lulus ujian. Kalau tidak lulus nanti bagaimana : Susah ya bu? : Iya (tertawa) : Terkait ini bu, peraturan pemerintah nomor 16 PERMENPAN-RB tahun 2009 kan menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat. Ibu mendapatkan informasi itu pertama kali darimana ya bu? : Kira-kira tahun berapa ya saya lupa, tahun 2011 atau tahun 2012 saya lupa itu saya ikut diklat perhitungan angka kredit dan jabatan fungsional guru. : Dimana itu bu? : Diklat yang diadakan oleh DIKPORA. : Itu waktu ibu berdinas dimana bu?

157 143 : Yang dulu lama di SMA Z itu. : Setelah diklat itu ada pelatihan tidak bu? : Oh tidak ada. : Jadi cuma dikasih tahu sistematikanya seperti-seperti ini begitu bu? : He em, penilaian kinerja guru berubah. Pada peraturan yang lama gini untuk aturan baru untuk naik pangkat dari IIIC ke IIID harus ada sekian point sekian point syaratnya harus ada publikasi ilmiah dan karya inovatif sebatas itu saja. Tapi nanti detailnya membuat PTK bagaimana tidak karya ilmiah dan modul juga tidak, jadi tergantung kita sendiri yang mengembangkan. : Pernah mengikuti seminar atau pelatihan PTK gitu bu? : Pernah itu diadakan MGMP ekonomi mba. Makanya saya pernah latihan sampai proposal itu karena setelah itu tidak ada pembahasan lagi. : Itu kapan ya bu? : Tahun 2012 kayaknya ya. : Bukan tahun 2014 ya bu? : Bukan. Tahun : Berarti cuma sistematikanya saja? Sempat disuruh membuat judul tidak bu? : Lha ya, membuat judul sampai proposal bab 2 mba. Sebenarnya kalau ditindak lanjuti ya : Bentar lagi ya bu? : Iya.. Sudah bisa jadi PTK. Yang lampiran-lampirannya itu apa saja kan bikin repot kadang kadang. : Terkait dengan sertifikasi bu. Sertifikasi sama tunjangan profesi itu sama tidak ya bu? : Saya kira sama mba ya. : Dari tunjangan profesi itu ibu mengalokasikan untuk membeli buku atau laptop atau masang wifi? : Awalnya untuk membeli laptop itu mba, terus untuk membiayai anak saya sekolah. : Sekolah dimana bu? : Di NH situ. : Kalau buku bu? : Buku-buku Ya kalau pas butuh saja. Dulu memang waktu anak saya masih kelas 6 SD itu rutin setiap bulan harus beli buku. Tapi kok setelah SMP ini kok udah agak lama ga. : Kalau sebagai seorang guru bu, buku apa yang sering dibaca?

158 144 : Kalau saya lebih ke buku materi pembelajaran. : Kalau buku yang terkait dengan ini bu, model metode yang inovatif, langkah-langkah pembelajaran yang mudah begitu? : Pernah beli itu kalau mau UKG. (tertaw a) tapi kalau rutin engga. Ya paling kalau mau UKG kita beli buku model-model pembelajaran. : Kalau buku terkait PTK? : Gimana? : Buku terkait PTK? : Belum pernah baca i mba. : Begini bu, saya punya dosen beliau itu dia itu relative muda dan sering melakukan penelitian tapi ada juga dosen yang sudah relative senior beliau jarang melakukan penelitian dengan kondisi seperti itu usia kira kira mempengaruhi tidak ya bu seseorang untuk melakukan penelitian? Kalau untuk guru bagaimana bu? : Gimana tadi? Ada dosen muda sering melakukan penelitian dosen senior tapi jarang terus pengaruhnya? : Terus dengan kondisi seperti itu kira-kira usia mempengaruhi tidak ya bu? : Oh gitu Usia ya Saya kira tetap pengaruh juga mba tapi ya ga ga apa ya : Sepenuhnya bu? : Iya sepenuhnya. Ho oh. Tapi tergantung orangnya juga sih ya.. Bagaimana orang menyikapi aturan-aturan yang ada sekarang. : Pertanyaan selanjutnya bu, PTK itu kan dia suatu penelitian yang berangkat dari suatu permasalahan yang terjadi di kelas ya. Seperti ada siswa yang mengantuk terus siswa yang motivasinya kurang dan sebagainya. Dari situ kan dipecahkan melalui pembelajaran di kelas. Jadi di kelas itu guru berperan ganda sebagai peneliti dan sebagai guru. Dengan kondisi seperti itu bisa ga ya bu kira-kira PTK untuk mengganggu kegiatan pembelajaran? : Saya kira kalau PTK itu butuh waktu juga nggih, kalau guru sudah dibebani 24 jam mengajar, kemudian dengan sistem penilaian yang istilahnya dengan kurikulum 2013 itu kan sangat rinci sekali ya. Saya rasa waktu untuk menilai saja tidak cukup. Apalagi ditambah dengan beban PTK itu tadi. Terlalu membebani lah kalau menurut saya karena tugas guru kan tidak hanya mengajar, membuat penilaian, mengawasi peserta didik dan sebagainya. : Oh begitu nggih Pertanyaan selanjutnya bu, PTK itu kan sebuah penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki nggih bu jadi dia

159 145 sistemnya bersiklus. Dengan bersiklus-siklusnya PTK itu bisa ga ya PTK itu membutuhkan waktu yang lama dari 3 sampai 6 bulan gitu bu? : Oh gitu Ya membutuhkan waktu yang lama ya. : Kalau anggaran dananya bagaimana ya bu? : Sendiri. : Tidak ada fasilitas dari sekolah? : Tidak ada. : Itu dananya besar tidak ya bu PTK itu tadi? : Saya kira tidak terlalu besar ya. : Kalau dari kepala sekolah pernah ada sosialisasi tidak ya bu terkait dengan PTK? : Kalau sosialisasi paling mengingatkan ketika mau membuat SKP itu kan kalau angka kreditnya semakin banyak paling tidak ya harus membuat PTK. Sebatas sosialisasi itu saja. Tetapi untuk rinci cara membuat PTK belum pernah. Karena itu memang istilahnya apa ya tugas masing-masing guru. Pernah itu teman-teman berencana ayo kita anu iuran berapa ngundang pak MY dosen. : Dosen UNS ya bu? : Dosen UNS juga ya? Banyak yang LPMP itu lho. Pernah punya rencana untuk mengundang untuk bisa melatih kita membuat PTK sampai jadi. : Itu sudah sampai mengundang Pak MY bu? : Belum Belum Baru sebatas rencana. : Kalau buku mengenai penelitian itu disediakan tidak ya bu sama sekolah? : Kalau yang saya tahu kayaknya ga ada i. Yang saya tahu lho soalnya saya juga jarang di perpustakaan (tertawa) karena untuk mengajar saja sudah penuh jamnya. : Sibuk nggih bu? : Iya mba. : Begini bu, PTK itu kan pasti butuh data nggih? Misal : Butuh? : Data. : Oh iya. : Misal ibu akan menaikkan hasil belajar siswa berarti kan ibu membutuhkan data sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan. Kira-kira untuk mengambil data itu susah tidak ya bu? : Saya kira tidak mba kalau hanya data.

160 146 : Kalau untuk : Nilai kan? : Nggih, kalau untuk mengolahnya bagaimana bu? : Mengolah perlu diolah juga ya? : Nggih bu. : Saya kira hasilnya murni itu. : Nanti kan untuk membandingkan bu nilai yang sesudah tindakan sama sebelum tindakan. : Kalau Ekonomi nilai saya kemarin itu kayaknya ga perlu diolah banget gitu lho mba karena sudah kelihatan hasilnya 6 ga anak, 78 kalau ga 9. Secara kasat saja sudah kelihatan. Tapi saya belum pernah mengolah untuk yang PTKnya mba (tertawa). Pakai apa ya? : Statistik. : Pakai statistik. : Kalau ini bu, menyimpulkan naik atau tidaknya itu kira-kira membutuhkan waktu yang lama tidak ya bu? : Saya kira ngga, kalau datanya sudah jadi. Cuma lampiran lampiran yang perlu dilampirkan di PTK itu kan ribet. Iya tho lampirannya. : Oh nggih-nggih bu, apa aja itu bu lampirannya? : Nilai-nilai terus agenda mengajar banyak sekali kan, RPP, daftar siswa dan sebagainya. Lha ini lampiran-lampirannya itu aja. : Seperti dokumentasi bu? : Kalau dokumentasi saya kira kan lebih mudah ya dokumentasi. : Dulu skripsinya ambil apa ya bu? : Saya skripsinya udah lama banget kok mba. Saya dulu ngambil nilai ujian nasional SMP pengaruhnya terhadap prestasi belajar Ekonomi anak. : di SMA bu? : Iya, di SMA. : Setelah melakukan penelitian skripsi itu pernah melakukan penelitian apa aja bu? : Belum (tertawa). : Pertanyaan terakhir bu, PTK itu kan disusun menggunakan kalimat ilmiah sama ada kajian teorinya juga ya bu? Kira-kira menurut ibu kalau menyusun kalimat ilmiah dan menyusun kajian teori itu susah tidak ya? : Susah mba. Kalau kita tidak punya referensi ya mau memulai darimana. Kalau kita punya referensi mungkin dengan banyak membaca buku ini ini ya bisa lah.

161 147 : Berarti dibanyakin baca? : Iya, banyakin baca referensi dulu. : Sampun bu, makasi bu ya. : Iya sama-sama mba.

162 Tempat : Ruang Kepala Sekolah : YM Waktu : Selasa, 29 Maret 2016 Durasi : menit 148 : Assalamualaikum Wr. Wb. Pak YM. : Walaikumsalam. : Selamat Pagi.. Saya Mayang Risqi Putriani yang akan melakukan wawancara kepada bapak terkait dengan upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk mendorong dan mengatasi kesulitan guru untuk melakukan PTK. : Iya. : Pertanyaan pertama pak, berkaitan dengan amanat PERMENDIKNAS No 16 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa diantara keempat kompetensi pokok guru terdapat unsur PTK. Menurut bapak penting atau tidak nggih PTK itu untuk guru? : Ya, yang jelas salah satu yang harus dikerjakan seorang guru yaitu membuat an Tindakan Kelas atau PTK. Mengapa demikian? Karena sudah diamanatkan bahwa di dalam setiap tahun itu guru itu harus melaksanakan Penilaian Kinerja Guru atau PKG kemudian yang kedua juga harus harus membuat SKP (Sasaran Kinerja Pegawai) nah keduanya tersebut nanti berjalan beriringan SKP dan PKG tadi itu nanti menjadi konsekuensi guru setiap tahunnya. Karena dengan adanya itu SKP itu kontrak antara guru dengan kepala sekolah. Awal tahun itu mau membuat apa saja nah di dalam pembuatan perencanaan tersebut pentingnya guru harus merencanakan salah satunya yaitu Penilaian Keprofesian Berkelanjutan atau PKB. Salah satu PKB yaitu yaitu publikasi ilmiah. Ya ada pengembangan diri, ada publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Nah mestinya ini dituangkan di SKP. Nah SKP tersebut wujudnya kan macam-macam kontraknya nah salah satunya dituntut untuk itu, PKB itu. Apakah itu diklat, apakah membuat jurnal, apakah membuat publikasi ilmiah yang namanya PTK itu. Jadi dalam hal ini sangat penting PTK karena memang tuntutan guru professional adalah salah satunya membuat PTK. Jadi pentingnya maka dituangkan dalam SKP kontrak dengan kepala sekolah itu. : Terkait dengan pertanyaan tadi pak, jika PTK itu penting dilakukan guru, kebijakan atau tindakan atau program apa yang sudah dilakukan pihak sekolah untuk mendorong guru dan mengatasi kesulitan yang dialami guru untuk melakukan PTK? : Ya, yang pertama yaitu menginformasikan pentingnya pelaksanaan kegiatan PTK yaitu pada saat rapat dinas. Disamping itu ya kepala

163 149 sekolah penting untuk mengingatkan, menggerakkan agar guru supaya bisa menulis PTK itu. : Kalau ini pak terkait dengan buku dan dana penelitian pihak sekolah menyediakan atau tidak ya pak? : Itu belum. Kalau buku an Tindakan Kelas itu ada hanya jumlahnya terbatas. Namun demikian, PTK ini kan selama bapak ibu guru melaksanakan dan ya banyak contohnya sudah ada PTK-PTK yang sudah dibuat oleh bapak ibu guru. Jadi ya istilahnya download saja PTK yang representative di internet yang disediakan sekolah saya kira bapak ibu guru bisa. Hanya kemauan itu yang yang harus bisa timbul dari bapak ibu guru. : Kalau sosialisasi terkait dengan PERMENPAN-RB sudah pernah pak? : Wah itu berulang-ulang. PERMEN PERMEN 2009 kok ya? Jadi PERMENDIKBUD dan PERMENPAN-RB Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 itu sudah berulang-ulang sejak lama bahwa besok pergantian apa namanya hmmm AKJG (Angka Kredit Jabatan Fungsional Guru) akan berubah jadi ya harus mematuhi aturan yang baru yaitu dulu sebelum kurikulum sebelum tahun 2013 seperti itu, tapi setelah 2013 agak berubah. Jadi tapi intinya hmmm yang golongan IVA ke IVB seterusnya dulu kan 2013 harus harus membuat karya ilmiah. Harus dulu namanya membuat Pengembangan Profesi kalau sekarang kan namanya Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan PERMEN 16 itu. Dulu cukup 12 bentuknya apa saja. Kalau sekarang selain 12 ya harus ada PTKnya dan harus diseminarkan. Kalau dulu tidak dan harus ada jurnal. Jadi hasil PTKnya dibuat jurnal. Jadi sudah paham artinya tahu bahwa PERMEN 2009 paham betul apalagi mau naik pangkat ke IVB khususnya. Dengan aturan 2013, bahkan tidak hanya IVB. Dari IIIB ke IIIC sudah dituntut untuk membuat PKB. : PTK itu wajib ada pada kenaikan golongan IID ke IVA atau : Tidak dari IIIB ke IIIC dan seterusnya sampai IVE itu butuh butuh. Walaupun tidak PTK. Jadi begini kalau IIIB ke IIIC itu tidak harus IIIC ke IIID, IIID ke IVA tidak harus PTK. Nah tidak harus. Pokoknya karya inovatif atau publikasi ilmiah. Tapi kan ya sudah, karena umumnya PTK ya dibuat PTK tapi tidak harus tapi kalau IVA ke IVB seterusnya itu wajib dan diseminarkan serta harus dijurnalkan. Paham nggih? Jadi nek IIIB ke IIIC itu harus ada PKB tapi tidak harus : PTK?

164 150 : Tidak harus publikasi ilmiah apalgi berbentuk PTK itu tidak harus. Paham nggih? Tenan lho ya (tertawa) : Iya pak (tertawa) : Ya, mungkin nek sing njawab liyane ora kaya aku ngene ki. : Detail nggih pak? : Detail. Saya tim penilai. Terus apalagi? : Pertanyaan selanjutnya pak, pernah tidak pak, pihak sekolah mengadakan pelatihan internal. Jadi guru-guru yang sudah melakukan PTK mengajari guru-guru yang belum membuat PTK? : Ya. Sekolah itu mempunyai tim PKG (Penilaian Kinerja Guru). Ada koordinatornya PKB. PKB ki berarti bisa PD, PI, dan KI. Kalau PI salah satunya PTK ya itu ada yang dibimbing karena sudah ada guru yang sekarang mau ke IVD. Artinya ya bimbingannya ya manual dan ini saya berupaya mengundang orang yang sudah berpengalaman golongannya ya sudah IVD ke IVE nanti saya undang. Saya umumkan untuk untuk mengadakan pelatihan PTK di sekolah. Ini mau akan ini. Terus opo neh? : Ada tidak pak, kendala dalam melakukan pelatihan kepada bapak ibu guru? : Pelatihan ya? Yang jelas ada. Pelaksanaan yang sudah berjalan adalah pembimbingan teman sejawat. Jadi guru yang guru yang pangkat golongannya tinggi terbentur waktu. Kendalanya begitu. Paling-paling pada saat kosonge jame. Karena mereka mengajarnya 24 tahun 24 jam ke atas. Kendalanya disitu. Kendalanya disitu. Artinya keterbatasan waktu. Tapi sebenarnya kalau niat, bisa kok. Artinya dicari sendiri di rumah seperti itu. Teori-teorinya diambil apa dimasukkan nah itu tadi di bab II di kajian teori. Kendalanya waktu dan tentunya juga niat dari dalam niat dari dalam. : Menurut bapak pelatihan PTK yang efektif itu yang bagaimana pak? : Pelatihan efektif? : Inggih.. : Ya itu tadi untuk me... me apa ya mengadakan kegiatan secara rutin. Artinya tiap seminggu berapa kali berapa pertemuan dengan mendatangkan orang guru saja ya tidak usah dari seperti forum yang tadi saya katakan se-forum se-kota dengan kegiatan seperti pak MY itu. Minggu depan itu pak MY. : Disini pak? : Oh ndak, di hotel. Mereka membayar dari jam 8 sampai jam 5 sampai 5 kali. Ini sudah yang keempat atau yang kelima. Sebetulnya

165 151 udah kemarin gitu. Yang efektif gini mendatangkan satu orang guru. Itu pernah saya coba. : Disini atau di : Belum Tidak Di SMA X. Disini mau akan. Caranya didatangkan orang. Satu untuk memberikan informasi bahwa PTK itu sebenarnya mudah dengan bahasa itu tadi kan enak. Setara kan seperti itu. (Ada tamu lain yaitu WAKASEK Kurikulum yang ingin bertemu dengan Kepala Sekolah) : Kalau yang ngisi levelnya sama kan enak dan biasanya guru itu sukanya praktis tidak teoritis. Piye tho bab I? Piye tho bab II? Piye tho bab III ki? Siklus-sikluse carane kui, dan seterusnya. Kan kalau ngajari banyak praktiknya itu lebih mudah : Jadi disertai praktik ya pak? : Betul. Ya praktik itu bukan berarti anu ya golet gampange. Jadi ini tu seperti ini misalnya bab I ini, bab II ini, bab III ini, bab IV ini bahwa siklusnya harus sekian dan kalau itu dibimbing oleh guru yang lebih berpengalaman mereka itu lebih mudah dan secara psikologis itu nyaman karena suasananya akrab. : Kalau ini pak pelatihan PTK yang diadakan pada jam kerja menurut bapak bagaimana? : Begini pelatihan itu bermacam-macam. Pelatihan dari pemerintah ya PTK itu bisa pemerintah atau bisa institusi atau dari sub artinya MGMP kecil. Yang jelas kalau pelatihan itu jangan sampai mengganggu kegiatan pembelajaran. Jangan sampai mengganggu anak. Bisa di hari minggu seperti pelatihan itu dengan prinsip tidak boleh meninggalkan jam pelajaran hanya untuk memburu PTK. Paham nggih? : Inggih, sampun pak. : Iya sudah. : Terimakasih pak atas waktunya : Ya

166 Tempat : Depan Ruang Guru : SI Waktu : Kamis, 31 Maret 2016 Durasi : menit 152 : Assalamualaikum, Selamat Pagi Pak SI saya Mayang Risqi Putriani mahasiswi yang akan melakukan wawancara kepada bapak terkait dengan an Tindakan Kelas terhadap guru-guru ekonomi. : Walaikumsalam, iya. : Bapak sudah mengajar berapa tahun ya pak disini? : Sekolah ini baru 1,5 tahun. : Berarti dari tahun 2015? : Desember ,5 kurang dikit, saya dulu di SMA X. : Dimana itu pak SMA X? : Daerah TP. : Sebelum disini dan SMA X pernah mengajar dimana aja pak? : Tangerang. Di Tangerangnya lama, saya kan pindahan baru. Di Tangerang 2000 Kalau negerinya 2006 sampai 2014 disana jadi sudah 8 tahun. Kalau honornya dari 2002 sebelum diangkat. Tapi SK nya nyusul. : Kalau di SMA X berapa lama pak? : Hanya transisi, sekitar 3 bulan. : Berarti totalnya sudah berapa tahun ya pak kira-kira? : Total ngajar sebagai pegawai negeri atau? : Keseluruhan pak. : Keseluruhan maksudnya honor juga? : Inggih. : Kalau honornya 2002 akhir sampai 2016 udah berapa tahun itu ya? : 14 tahun. : Iya, 14 tahun kurang kan akhir, ini kan baru awal. : Dari 14 tahun mengajar tersebut, biasanya permasalahan apa saja pak yang sering muncul di siswa yang terkait dengan pembelajaran? : Kalau saya kalau disini mungkin ga terlalu masalah kalau disana kan SMA agak pinggiran jadi internet di sekolah itu belum ada harus pakai modem segala macam dan ini nya ga ada. : Wifi? : Fokusnya belum ada. : Fokus? : Fokus di kelas. Fokusnya belum ada disana itu. : Oh LCD? : Iya LCDnya ga ada, kalau disini kan udah ada. Cuma kendalanya peraturan sekolah. Jadi ini siswa sebenarnya sudah siap tapi kan tidak semua siswa siap dalam artian kendala di sekolah ada aturan tidak boleh membawa HP, lha sekarang mau browsing gimana? Sedangkan di kelas wifi tidak ada. Anak juga nggak semua punya laptop. Hanya ada beberapa saja yang punya. Cuma untuk browsing kan harus ada

167 153 laptop ataupun HP. Kalau menurut saya aturannya gimana ya? Kalau menurut saya harusnya diubah. : Berarti boleh bawa HP gitu pak? : Ya, Kalau sekarang tidak boleh. : Itu di SMA Tangerang atau disini? : Disini. : Oh disini juga? : Kalau disana mah bebas. Disana kendalanya internet masih susah, kalau disini kan sudah lancar karena sudah kota. : Kalau terkait dengan kekritisan siswa, hasil belajar siswa, keaktifan siswa itu bagaimana pak? : Tidak merata. Jadi anak yang menonjol itu sudah ketahuan, dalam satu kelas kira-kira ada ¼ mungkin. : Kalau dari kelas X IPS 1 yang kritis siapa pak? : X IPS 1 ada perempuan dua orang, ada annisa sama kalau lakinya ga ada karena cuma dikit. Si A sama satu lagi yang K (menyebut nama salah satu agama) ya : Oh nggih, yang pakai kacamata bukan ya pak? : Iya, tapi saya suka lupa namanya. : Kalau X IPS 2 itu dek LG ya pak? : Ya, LG itu pasti, sama ada cewe satu lagi tapi saya sering salah sebut antara E sama V yang mana saya kurang tahu karena kan satu gerombolan kan. Saya lihat yang paling menonjol aja tapi kalau ratarata saya ga hafal. : Kalau hasil belajarnya bagaimana pak? : Hasil belajar Kalau nilai murni apa UTS atau apa tolak ukurnya? : Kalau UTS pak? : Kalau UTS yang paling tinggi IPS 3 sekarang terus IPS 4 atau 1 saya lupa. Kalau IPS 2 memang ada yang menonjol tapi rata-rata kelasnya kalah. Kalau IPS 1 dan 2 itu hampir seimbang cuma IPS 1 lebih merata. Kalau IPS 2 itu yang pinter-pinter kayaknya ada... : Ada gap gitu ya pak? : Gap dalam pelajaran lho ya Jadi ada gerombolan seperti si A itu memang anaknya gini memang ada beberapa anak yang kurang. : Saya juga dulu mengajar di IPS 1 dan 2 pak. : IPS 1 mungkin ga banyak gap lha kalau IPS 2 memang iya. : Terkait dengan permasalahan tadi pak, kan tadi di suatu pembelajaran kan ada masalah gitu ya pak ya? Itu langkah bapak untuk mengatasinya bagaimana pak? Apakah dengan model, metode? : Kalau saya jarang menggunakan model metode ya. Metode yang sudah ada saya pake aja seperti model ceramah pasti terus diskusi kelompok paling itu aja. Paling kalau ada tambahan dikit paling tugas jadi anak kalau di kelas masih kurang mantep saya kasih tugas per-orang untuk survei pasar atau ke bank atau kemana download apa silahkan biar anak itu minimal kerja gitu. Soalnya kalau kita

168 154 lihat kan kerja kelompok ketahuan yang aktif yang itu yang ada anak yang masih kewolak-walik gitu yang kerja 1 akhirnya kadang-kadang saya kasih tugas biar anak tahu sendiri apa dia juga niru temennya saya juga nggak ngerti tapi minimal sudah usaha. : Berarti kalau ada katakanlah ada materi terkait pasar ya pak itu bapak menugaskan siswa ke pasar? Bank ke bank gitu? : Pokoknya Indeks harga anak saya suruh survei harga-harga di pasar ya minimal ada beberapa komoditi jumlah sekian harga sekian bulan ini berapa kalau ngga bulan ya minggu, mungkin kalau bulan ditanyakan lupa dia per-hari per-minggu silahkan nanti kan saya suruh hitung indeks harga tahun ini berapa dan itu praktik hitung bener. Soalnya kalau saya terangkan di ini kan saya ngga bisa ngukur benar nggaknya ngga tahu kalau bisa bener-bener masuk apa ga, tapi dengan seperti itu setelah saya periksa betul semua dalam artian entah mereka nanya temennya ga tahu saya atau gimana tapi saya kan tidak melihat hasilnya saya lihat proses menghitungnya. Kalau hasil kan datanya beda-beda. Caranya gitu. Jadi saya anggap mereka betul. Tapi begitu tes, ya tetap ada satu dua anak yang tetap ga bisa walaupun sudah ada seperti itu tapi mending lah sudah ada usaha. : Dari permasalahan itu pak, kan bapak sudah merumuskan solusinya, pernah tidak pak untuk melakukan pencatatan gitu? : Pencatatan maksudnya pencatatan apa? : Pencatatan pribadi begitu pak, misal hari ini permasalahan siswa ini yang terkait dengan permasalahan siswa seperti catatan kecil pak? : Wah saya jarang sekali saya globalnya aja. Kalau memang ada anak yang terlalu baru saya tulis. Maksudnya apa ya, nakal banget atau anak yang nilainya rendah banget itu baru tapi kalau keseharian ngajar ga. : Kalau deskripsi solusinya tidak juga pak? : Deskripsinya kan memang di form penilaian kan ada cuma dia per- KD jadi bukan per pertemuan tapi kebanyakan guru menilainya per- KD jadi bukan per pertemuan. : Kalau catatan pribadi gitu pak? : Catatan pribadi kalau saya sendiri belum sampai mengenal ini ya dari siswa secara ini jarang tapi ga tahu ya kalau guru lain kalau saya sendiri jarang. Jadi yang penting anak nggak bermasalah saya anggap cukup gitu aja kalau ada masalah baru. : Itu karena bapak sibuk atau karena apa ya pak? : Sebenarnya ada banyak faktor sih. Pertama, tuntutan dari sekolah ga ada kalau di sekolah kan hanya per-kd seperti tadi ya karena tadi karena tuntutan sekolah ga ada otomatis kalau kebanyakan guru kalau diminta setiap ngajar harus ada catatan kayaknya-kayaknya lho ya kayaknya saya ga menjudge semuanya kayaknya ga. Kedua terlalu banyak kelas juga udah cape. : Bapak mengampu berapa kelas pak?

169 155 : Saya 9 kelas. : Sudah tahu belum pak terkait dengan peraturan permenpan-rb Nomor 16 Tahun 2009 yang menguatkan kedudukan PTK sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat? : Iya, tapi itu untuk golongan IIID ke IVA kayaknya. : IIID ke IVA? : Ga IIID ke IVA, IVA ke IVB. Soalnya kalau IIIC ke IIID belum harus PTK. Tapi baru yang penting karya ilmiah, publikasi ada tiga cukup. Kalau mau ke IVA kayaknya harus ada PTK. Jadi tidak dari IIIB ke IIIC harus ga. Kan itu ada kriteria ada PTK, publikasi ilmiah, karya ilmiah dalam satu pengembangan apa ya : Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan? : Iya, nah untuk PTK itu sendiri khusus itu wajib kalau ga salah ya untuk yang IIID ke IVA atau IVA ke IVB. Kalau saya kan baru IIIC jadi belum bikin. Nanti publikasi harus ada tapi nilainya kan kecil paling gedhe kan PTK. PTK kan nilainya 1. Tapi kalau yang modul nol koma nol koma berapa ga hafal saya. : Pak berarti sudah dari IIIC ke IIID? : Mau. Belum. : Kalau dari IIIC ke IIID itu syaratnya apa saja pak? : Syaratnya publikasi hmm PKB tadi kalau ga salah 6 atau berapa ya soalnya ada di lampiran saya. Untuk pengembangan diri kalau ga salah tiga, publikasi ilmiah enam karya tulis termasuk PTK nilai enam itu masuk. : Itu untuk IIIC ke IIID pak? : IIID cuma saya lupa berapa. Jadi semakin tinggi semakin besar. Dari IIIB ke IIIC lebih kecil. Semakin tinggi lebih gedhe lagi jadi makin sulit. Kalau ketentuan lebih lanjutnya ada di lampiran saya tapi saya tidak hafal kalau mau kenaikan pangkat baru saya buka-buka. : Kalau kenaikan pangkat itu berapa tahun ya pak jenjangnya misal dari IIIC ke IIID? : Tidak ada jenjang, asal nilai cukup cukup. Cuma umumnya ya tiga tahun paling cepet. Dalam artian enam semester ya. Itu pun dengan syarat cukup itu tadi pengembangannya enam dan tiga tadi. Kalau saya sebenarnya sudah cukup cuma kurang itu tadi. : PTK itu tadi? : Bukan PTK ya semacam karya ilmiahnya masih kurang. : Itu karya ilmiahnya apa harus PTK tho pak? : Tidak tidak harus Bisa nulis di jurnal ISBN, nulis di korankoran. Tapi harus ada yang ISBN. : ISBN? Bukan ISSN ya pak? : Apa namanya ya? ISBN kalau ga salah. Kan ada tingkat provinsi, nasional cuma nilainya beda-beda. Makin nasional makin tinggi nilainya. : Pertama kali dapat informasi ya penguatan PTK itu darimana ya pak?

170 156 : Penguatan PTK? Saya masih di Tangerang tahun : Dari Kepala Sekolah atau dari rekan guru atau darimana pak? : Kalau dulu disana ada istilahnya WilBi. Kalau disini mungkin WilBi ga ada ya? Ya semacam MGMP tetapi tidak se-kabupaten. Se-WilBi itu se-kabupaten dibagi beberapa wilayah. Sebenarnya hampir sama dengan yang disini. Kalau disini kan se-kota kan wilayahnya kecil kalau disana kan terlalu luas kabupatennya luas jadi dibagi beberapa wilayah namanya WilBi. Sebenarnya sama aja dengan MGMP. : Berarti sama seperti MGMPnya Solo berarti ya pak? : Iya, MGMPnya Solo tapi dibagi lagi karena terlalu luas dan terlalu jauh. : Itu dari ketuanya atau dari? : Dari Dinas itu. Dikumpulkan ditayangkan slide biasa cuma belum pernah diajarin. Cara bikinnya kemarin diajarin tapi cuma sepintas. : Disini dimana ya pak? : Kemarin disini dua hari ada workshop hanya mengenal lataran dikit. : Sistematikanya? : Iya sistematikanya jadi belum pernah praktik langsung. : Itu yang ngadain siapa pak? : Kemarin itu provinsi. Tapi hanya menyinggung sedikit saja yang banyaknya itu K13 nya itu. : Oh ya yang tahun 2014 itu ya pak? : Baru kemarin belum lama lho. Ya baru tahun-tahun kemarin. Dua hari dan itupun sore. Sertifikatnya ada itu tapi ga ada jamnya. : Dari pelatihan yang diadakan oleh DIKPORA Provinsi tersebut apakah sudah membuat judul pak? : Judul lupa saya tapi kayaknya belum ya. : Pak, dari kepala sekolah pernah ada sosialisasi tidak ya pak? : Sosialisasi, ya hanya mengulang. Persyaratan ini-ini tapi kalo diajarin bikin ga. : Itu sosialisasinya dari Kepala Sekolah? : Tentang? : Penguatan PTK pak. : Penguatan PTK ya disampaikan nanti coba baca peraturan iniperaturan ini gitu aja. Jadi kita buka-buka sendiri kalau disini kan internet sudah bagus kalau disana kan belum. Jadi semua guru masing-masing harus mikir diri sendiri. Pokoknya kepala sekolah udah ngasih gambaran ini ni ni. Kalau mau naik ya seperti ini. : Gambaran terkait dengan peraturan apa yang harus dipenuhi gitu pak? : Iya, yang harus dipenuhi. Kepala Sekolah kan ga bisa maksa kalau mau naik ya silahkan kalau ga ya Kepala Sekolah ga bisa maksa. : Kan tadi sudah mendapat sosialisasi dari pemerintah kota Tangerang ya pak? Itu tindak lanjutnya bapak bagaimana pak? Apa langsung beli buku atau searching di internet atau bagaimana ya pak?

171 157 : Kalau apa ya istilahnya kalau syarat-syaratnya ada semua tapi untuk ke PTKnya saya belum kalau mau naik banget baru bikin. Sebenarnya sudah punya gambaran oh PTK seperti ini seperti ini tapi untuk melangkah kesananya belum. : Kalau dari kepala sekolah tentang kegiatan sosialisasi itu cuma satu hari atau pas rapat-rapat tertentu disisipkan peraturan itu pak? : Oh sering disisipkan dalam rapat, kadang disinggung siapa yang tahun ini mau naik pangkat ini ini ini tapi untuk teknis pembuatan belum ada. Kalau disini belum pernah. Saya kan baru tapi kalau dulu-dulu ga tahu ya. : Kalau dari MGMPnya Kota Solo pak? : Belum tahu saya. Setahu saya MGMP sekolah aja. : Ada MGMP sekolah pak? : Ada. : Yang anggotanya guru ekonomi? : Anggotanya guru ekonomi aja. : Oh gitu. : Kan tiap bulan laporan terus. Kalau disini hari Kamis. Ya buat laporan kadang tiap dua bulan sekali diminta daftar hadir terus yang dibahas apa, kaya kemarin ini kan habis UTS ya kemarin ya programnya bikin kisi-kisi bikin soal dan sebagainya. : Ketuanya siapa pak? : Bu ES, karena paling senior. Kalau bu ES kan IVA saya IIIC, bu WK IIIB, Kalau bu tadi honor jadi bukan PNS, dia ngajar disini karena untuk keperluan sertifikasi kalau disana kan jamnya kurang kalau bu ET juga PNS tapi dia juga jamnya kurang, jadi ngajar disini. : Terkait dengan sertifikasi pak, berapa guru yang sudah tersertifikasi secara global? : Wah saya ga hafal ya. : Kalau guru ekonominya pak? : Semua. : Kalau sertifikasi itu sama tidak ya pak dengan tunjangan profesi? : Sebenarnya sama, hanya nyebutnya aja beda. Sertifikasi kan kalau udah punya sertifikat dianggapnya sudah tersertifikasi dengan sertifikasi tadi dia berhak mendapatkan tunjangan profesi gitu aja sebenarnya. : Kalau sertifikasi itu dibayarkan satu bulan sekali atau tiga bulan sekali? : Kalau sekarang masih triwulan tapi ga pasti ya kadang cairnya pada bulan berikutnya, misal Januari, Februari, Maret, nanti cairnya April. : Katanya mau satu semester ya pak? : Nah ga tahu kalau itu.

172 158 : Kalau dari tunjangan profesi itu pak, bapak mengalokasikan untuk mencari referensi seperti buku yang berkaitan dengan akademik gitu ga pak? : Kalau itu hanya kecil sekali. Dalam artian apa ya kalau kita beli buku kan harganya sedikit sekali jadi banyak sisanya buat urusan keluarga jadi untuk biaya anak sekolah untuk biaya makan seharihari. Sebenarnya kalau itu dialokasikan untuk akademik aja ya bisa langsung buat sekolah. Tapi kan karena kebutuhan keluarga segala macam ya buat itu, dua-duanya sekolah. Jadi ya buat itu tadi. : Kalau yang terkait dengan akademik dalam bentuk apa ya pak? : Ya paling kalau saya beli buku. Tapi disini sudah lengkap sih paling tambah-tambah dikit. Kalau di rumah paling pakai modem buat searching gitu aja, kalau di sekolah kan sudah ada wifi. Kalau di rumah masih jarang sekali, tapi tetep modem saya punya. : Biasanya beli buku tentang apa pak? Modelkah? Atau media? yang terkait dengan pembelajaran? : Kalau saya buku ajar, untuk saling melengkapi materi. Kalau disini kan ada tiga, sebenarnya bahasanya hampir sama, biasanya kan di buku satunya ga ada sedangkan di buku satunya ada. : Kalau buku terkait dengan PTK? : Kalau yang terkait dengan PTK belum saya. : Kalau disekolah ada ga ya pak buku tentang PTK itu? : Saya belum nyari malah di perpustakaan. Kayaknya guru masing masing ini sendiri ya cari sendiri atau mungkin punya temennya seperti apa kan sudah disetujui kepala sekolah oh ternyata seperti ini, tapi kalau buku khusus kayaknya kalau saya belum ya. : Sebagai seorang guru pak, buku apa saja yang sering bapak baca? LKS kah? Buku ajar? : Kalau yang paling sering buku ajar pasti. Kalau buku yang lain ya paling buku pengetahuan umum. : Kalau tentang PTK pak? : Kalau tentang PTK ya udah tahu itu tadi. Cuma ya untuk pelaksanaannya saya, sebenarnya sudah tahu kalau PTK itu ini ini ini Cuma untuk memulainya itu yang kadang-kadang nanti-nanti lah karena ya itu tadi belum itu tadi dan kayaknya yang lain juga pada belum. (tertawa) Ya dari berapa guru yang udah bikin baru berapa. Tapi kalau yang itu (PTK) belum belum bergerak. Kecuali nanti kalau ada aturan kalau ga bikin PTK tunjangan sertifikasi ilang lah itu mungkin para guru-guru pada berebut nanti. : Begini pak, saya kan punya dosen yang satu relative muda beliau itu suka sekali melakukan tindakan penelitian dan termasuk sering melakukan tindakan penelitian tapi ada juga dosen saya yang relatif senior beliau jarang melakukan penelitian. Menurut bapak dengan situasi seperti ini, usia mempengaruhi untuk melakukan penelitian ya pak? Kalau untuk guru bagaimana pak?

173 159 : Kalau untuk guru tinggal orangnya. Dalam artian kebanyakan disini yang guru-guru senior yang punya PTK ya tidak banyak. udah mentok di IVA gitu seperti Bu X sendiri. Udah IVA. Tapi IVAnya kan sudah dari jaman dulu kan ya udah puluhan tahun yang lalu. Jadi umur ga bisa jadi patokan. Cuma umumnya kalau usia tetap ada pengaruhnya tapi tidak 100%. Kalau saya kan termasuk yang muda ga, tua ga, sudah 40 lebih ya jadi tengah-tengah ya harusnya rajin tapi karena ada urusan segala macam sampai sekarang ya belum bikin. : Begini pak, PTK itu kan sebuah penelitian yang dia berangkat dari suatu permasalahan yang terjadi di kelas jadi dalam PTK guru itu berperan ganda dia berperan sebagai guru dan juga sebagai peneliti. Dengan konsep demikian PTK bisa tidak ya pak mengganggu proses pembelajaran? : Kalau saya sendiri belum pernah praktik ya. Cuma kalau di apa dibayangkan tinggal kita ngaturnya. Dalam artian kita laksanakan dua-duanya di kelas tapi untuk penelitiannya kan di luar setelah keluar dari kelas itu kan ada format nilai jadi nanti kan kelihatan berhasil tidaknya. Cuma untuk kalau nganggu pelajaran ya apa ya saya belum pernah praktik ya harusnya sih ngga karena kan harusnya tetap yang diajarkan kan itu juga mengajarnya bagus yang mana ya itu yang harus dibuktikan. Tapi kalau menurut teori lebih bagus dengan melakukan penyempurnaan harusnya menurut penelitian yang sudah-sudah lho. Karena saya belum pernah penelitian jadi nggak bisa menganggap 100% iya. Tapi kemungkinan iya. : Kemungkinan meningkat tidak pak? : Kemungkinan iya, dalam artian gini kalau yang sebelum diteliti biasanya lho ya rekan guru pakai metode yang standart setelah dengan mau meneliti dipakai metode tertentu yang khusus harusnya ada. : Ada peningkatan? : Iya, ada peningkatan kalau menurut logika saya karena saya kan belum pernah praktik. : Jadi kalau mengganggu itu tergantung gurunya ya pak? : Kalau mengganggu ga nya, tinggal Kalau sama mengajar ga ya mengganggunya kalau hasilnya lebih rendah itu mengganggu. (tertawa) Kok belajar dengan metode ini kok malah lebih rendah ya.. (tertawa). : Begini pak, pertanyaan selanjutnya. PTK itu kan sebuah penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki masalah yang tejadi di kelas. Jadi PTK itu kan sebuah penelitian yang bersiklus pak. Jadi kalau di dalam siklus 1 hasil belajar siswa belum meningkat maka akan diteruskan pada siklus 2, sampai : Sampai meningkat. : Dengan situasi seperti itu, PTK membutuhkan waktu yang lama tidak ya pak?

174 160 : Biasanya ya bisa tiga sampai enam bulan. : Tiga sampai enam bulan? Itu untuk.. : Saya belum pernah bikin ya itu kata temen temen yang udah pernah bikin. Karena kalau siklusnya panjang. : Itu ambil berapa KD pak? : Biasanya untuk satu KD saja. : Satu KD pak? : Ya tergantung yang meneliti jadi KD ini dengan metode ini bagaimana lah nanti KD itu lagi dengan metode yang lain. Kalau pemahaman saya seperti itu. Karena saya belum pernah praktik langsung. : Membutuhkan dana yang besar tidak ya pak? : Sebenarnya kalau dana ga, sebenarnya pemikiran yang besar. Dalam arti meluangkan waktu buat membuat model pembelajaran meluangkan waktu untuk merekap hasilnya dan sebagainya itu aja. Kalau biaya kan kita sendiri laptop punya kita sendiri, printer kan sekolah ada, kalau biaya kayaknya ga kan di kelas. Hanya butuh waktu. : Waktunya lama pak? : Ya, malah ada yang bilang kalau PTK harus bikin nanti ngajarnya berantakan ada juga yang bilang gitu tapi saya belum ngalamin tapi mestinya ga. : Dari pihak sekolah ada fasilitas terkait dengan dana penelitian tidak pak seperti PTK? : Saya belum pernah bertanya, karena memang belum butuh. Tapi kayaknya disini tidak ada, tapi kayaknya lho ya. Saya belum pernah nanya. : Berarti dari : Dari masing-masing bikin aja. Jadi seminar-seminar segala macem kan tanggungjawab kita. Seminarnya kan kita yang ngadain. Ga tahu sekolah memberikan fasilitas atau tidak saya belum pernah menanyakan. : Kalau terkait dengan buku penelitian bagaimana pak pihak sekolah menyediakan tidak? Misalnya buku terkait PTK, eksperimen? : Kebanyakan guru ya tadi sampel temennya. Jadi kebanyakan itu ya. Kalau saya sendiri belum pernah lihat ya khusus tentang penelitian saya belum pernah lihat. : Kalau akses internet pak, bagaimana? : Mudah, cuma di ruang ini aja. Di ruang kelas belum ada. Adanya disini sama di lab komputer di kelas belum ada. : Berarti kalau mau online kesini ya pak? : Iya kadang malah masuk ke dalam karena disini (di depan ruang guru) sinyalnya lemah juga. : Begini pak, PTK itu kan butuh data nggih pak, misalkan bapak ingin meningkatkan hasil belajar siswa maka bapak butuh data sebelum tindakan maupun sesudah tindakan, kira-kira untuk mengambil,

175 161 mengumpulkan, mengolah dan menyimpulkan itu susah tidak ya pak? : Saya belum pernah ngalami ya belum pernah bikin saya. Kalau belum dialami kelihatannya susah ya. Tapi kalau sudah dialami mungkin lebih mudah. Dalam artian, kalau sebelum dialami susahnya tingkat 8 ketika sudah dialami menjadi tingkat 6. Tapi bukan menjadi mudah sekali ga Contohnya kemarin penilaian UTS dan UAS, sebelum ke komputer kan kayaknya kok susah masukin tapi kalau dengan praktik Kalau gambaran kayaknya kok susah ya. : Untuk menyimpulkan sendiri bagaimana pak? : Kembali lagi kan saya belum. Kalau ada hasilnya bisa disimpulkan. Kalau meningkat berarti hasilnya kan baik berhasil gitu. Seorang peneliti kan tidak boleh bohong, kalau salah kan boleh kalau bohong ga boleh. Jadi kalau hasilnya jelek yo jelek jangan terus di. Tapi saya ga tahu kebanyakan kaya gimana. Kalau prinsip saya penelitian itu tidak boleh bohong, kalau salah boleh. : Kalau ini pak, PTK itu kan disusun berdasarkan kalimat ilmiah nggih? Kalimat ilmiah kan bisa dipelajari melalui buku, jurnal dan sebagainya. Menurut bapak ribet tidak ya pak untuk mengambil teori atau untuk membuat kalimat ilmiah? : Kalau PTK kan harus ada ini nya Apa namanya : Kajian teori? : Daftar pustaka. Karena saya belum ngalami, kok banyak sekali ya daftar pustakanya ya contohnya seperti itu. Cuma kalau yang sudah ngalami ya dapat bantuan dari temen carikan ini carikan ini jadi terasa lebih mudah. : Ribet tidak ya pak? : Kalau jaman sekarang ga ya. Asalkan mau lho. Kalau sekarang kan di kota apapun ada. Tinggal mau ga nya. : Bapak dulu skripsinya ambil apa pak? : Skripsinya ya itu. : Ambil apa ya pak? : Kalau saya Sarjana Ekonomi (SE) ambil akta IV. Saya dulu karena akuntansi saya dulu tentang ngitung depresiasi. : Depresiasi perusahaan? : Depresiasi aktiva tetap. Jadi metode perhitungan depresiasi pengaruhnya ke laba rugi. Jadi kan aktiva tetap itu kan ada yang dihitung berdasarkan ada yang menggunakan garis lurus ada yang berdasarkan lupa saya sudah lama banget. Tapi ternyata hasilnya beda dan lebih bagus menggunakan sesuai penggunaannya. : Itu dikaji secara kuanti atau kuali ya pak? : Kalau saya dulu kualitasnya sama. Jadi kualitas berarti ya? : Pakainya angka pak? : Angka. Jadi datanya sama tapi dihitung menggunakan metode yang berbeda. Itu apa namanya?

176 162 : Kuanti. : Jadi jumlah aktivanya ini ni ni ni dalam tahun yang sama depresiasinya dapat sekian sedangkan dengan metode ini sekian. : Setelah itu, pernah melakukan tindakan penelitian lagi tidak pak? : Kalau saya cuma skripsi hehe kalau yang lain belum. : Rencananya mau ambil apa pak? Eksperimen atau PTK? : Rencana ya pasti PTK. Karena untuk kenaikan pangkat harus PTK dan itu nilainya tinggi. : 1 ya pak nilainya? : Kalau ga salah 1. : Yang lain berarti berapa pak? : Di bawah itu. Seinget saya lho, saya lupa. Kalau membuat modul itu cuma nol koma berapa itu kecil, itu aja bikin modul.. lama kan apalagi cuma karya tulis seperti tulisan di koran nol koma berapa lebih kecil lagi dan ada tingkatannya tingkat nasional. : Oh gitu. Sampun pak, terimakasih sudah meluangkan waktunya. : Iya sama sama.

177 Lampiran 3: Catatan Pribadi WAKASEK Kurikulum 163

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas atau PTK merupakan suatu penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

ANALISIS KESULITAN KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ANALISIS KESULITAN KESULITAN YANG DIALAMI GURU EKONOMI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Mayang Risqi Putriani, Sri Wahyuni, Leny Noviani* *Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Sebelas

Lebih terperinci

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IIS 2 SMA NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI OLEH : FRISKA AMBARWATI K2311029 FAKULTAS

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TK GENTUNGAN 01 MOJOGEDANG TAHUN 2015/2016

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TK GENTUNGAN 01 MOJOGEDANG TAHUN 2015/2016 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TK GENTUNGAN 01 MOJOGEDANG TAHUN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: YANIS TRI HASTUTIK K8112075 FAKULTAS

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN GAME

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN GAME UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN GAME EDUKASI AKUNTANSI DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN 2016 SKRIPSI Oleh : MUTIA DIAN ANGGRAENI K7412123 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER BANGSA SISWA KELAS V SD NEGERI GUNUNGSIMPING 02 CILACAP TENGAH, CILACAP TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : RISA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENDONGENG PADA SISWA KELAS III SDN TIRTOYOSO NO. 111 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENDONGENG PADA SISWA KELAS III SDN TIRTOYOSO NO. 111 SURAKARTA TAHUN AJARAN PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENDONGENG PADA SISWA KELAS III SDN TIRTOYOSO NO. 111 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: NANDA SETYANTO K7112157 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) PADA SISWA KELAS IV SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN 2015/2016

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) PADA SISWA KELAS IV SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN 2015/2016 PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL) PADA SISWA KELAS IV SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: LUPITA SUNDARI K7112137 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY i PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IV SDN 01 KLODRAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: ISNANI AF IDATUNNISA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA KEMBALI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA KEMBALI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA KEMBALI (PTK pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri Gumpang 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2015/2016)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh : TRI RETNO HASTUTI NIM : X5212229 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS IV SDN 3 DELANGGU TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: ANGGUN FARIDA ROCHMAH

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA MAGNIT MELALUI ALAT PERAGA KIT IPA BAGI SISWA TUNADAKSA KELAS V SEMESTER II SLB/D YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Sri Rahayuningsih

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN PADA SISWA KELAS IV SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH : KATRIN PRIMADYANINGSIH

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar 90 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK Penyebab sebagian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR SISWA KELAS I SD NEGERI 2 CABEANKUNTI CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR SISWA KELAS I SD NEGERI 2 CABEANKUNTI CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR SISWA KELAS I SD NEGERI 2 CABEANKUNTI CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 OLEH : SUHARINI NIM. X7110041 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Oleh : EKY DAYANTI LINDA PERMADANI K

Oleh : EKY DAYANTI LINDA PERMADANI K HALAMAN JUDUL SKRIPSI PENINGKATAN PERILAKU SOPAN SANTUN ANAK MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA KELOMPOK B TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN PRINGKUKU TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh : EKY DAYANTI LINDA PERMADANI K8111025

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : Henggar Dimas Pradiva K8411035

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU PINTAR PADA SISWA KELAS III SDN 01 GOMBANG CAWAS KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU PINTAR PADA SISWA KELAS III SDN 01 GOMBANG CAWAS KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU PINTAR PADA SISWA KELAS III SDN 01 GOMBANG CAWAS KLATEN TAHUN AJARAN 2012-2013 SKRIPSI Oleh: ISNANDANI K7109108 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

UMMU MUSLIHAH K

UMMU MUSLIHAH K PENGGUNAAN MODUL FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH MATERI ELASTISITAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIA 6 SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

IMANUEL DALAPANG K

IMANUEL DALAPANG K HALAMAN JUDUL UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENGELASAN LAS LISTRIK MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PAIKEM PADA SISWA KELAS X TPM II SMK PANCASILA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: TRI WIRATNA K7109190

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MENGELOLA SISTEM KEARSIPAN KELAS XI ADMINISTRASI PERKANTORAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas II SD Negeri Carangan NO. 22 Surakarta tahun

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Joho 04 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN SOAL CERITA DALAM MATEMATIKA KELAS III SDN MOJOREJO 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Nur Oktavia K

Skripsi. Oleh : Nur Oktavia K UPAYA PENINGKATAN KERJASAMA SISWA KELAS X SMA ISLAM 1 SURAKARTA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE Skripsi Oleh : Nur Oktavia K2312052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015

UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 UPAYA PENINGKATAN PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Oleh: NURIDA YUSRIANI K8111057 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

MUKMINATI AN AMALLAH K

MUKMINATI AN AMALLAH K ANALISIS KESALAHAN SISWA YANG MEMILIKI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 18 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: MUKMINATI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI GERAK HARMONIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA N 1 BOYOLALI Skripsi

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIA 5 SMA BATIK 1 SURAKARTA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIA 5 SMA BATIK 1 SURAKARTA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X MIA 5 SMA BATIK 1 SURAKARTA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING SKRIPSI OLEH : ANISA ZAHRA HERMAYANI K4311010 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO SKRIPSI Oleh : NIKEN TRI WIDAYATI K 2312049 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN METODE PERMAINAN TREASURE HUNT (Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun oleh: INDAH WAHYU NINGRUM K7109103 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SKRIPSI Oleh: SRI MEKARWATI K2309074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XII SMA MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI BIOTEKNOLOGI

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XII SMA MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI BIOTEKNOLOGI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XII SMA MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI BIOTEKNOLOGI SKRIPSI Oleh : GAZANIA PRADITANINGTYAS K4313033 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X7 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 o l e h: MIKE DEVY PERMATASARI K8409039

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013.

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013. PENGGUNAAN ALAT PERAGA SEMPOA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN KELAS IV TUNAGRAHITA SEDANG DI SDLB DAWE KUDUS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh DALIMIN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MIND MAPPING

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PENERAPAN METODE MIND MAPPING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PENGANTAR EKONOMI BISNIS DI SMK N 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: DWI SAFRUDIN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : WULAN IKA ASHARI K

SKRIPSI. Oleh : WULAN IKA ASHARI K PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAHAN JEPANG DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLECTUAL) (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Muhammad Fauzan K8412052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN VIDEO INTERAKTIF PADA ANAK KELOMPOK A TK EKA PURI MANDIRI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: NOVITA EKA NURJANAH

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TTW (THINK, TALK, WRITE) PADA MATERI OPTIK UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MB SMK NEGERI 2 KARANGANYAR Skripsi Oleh: Uly Azmi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE MIND MAP

IMPLEMENTASI METODE MIND MAP IMPLEMENTASI METODE MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas IV SD Negeri 01 Plosorejo, Matesih, Karanganyar Tahun Ajaran

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : Atut Yuliarni NIM : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015

SKRIPSI. Disusun Oleh : Atut Yuliarni NIM : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA GAMBAR DAN KARTU KATA PADA SISWA KELAS II SEMESTER II TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB NEGERI BANJARNEGARA

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN SKRIPSI Oleh: DWI HASTUTI K7412060 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Agustus

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PANTUN MELALUI PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun oleh: Novia Diah Savitri

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KEMASAN I KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : SITI RASYIDAH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh: SRI LESTARI K1212066 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BRIDGING ANALOGY SEBAGAI UPAYA MEREDUKSI MISKONSEPSI FISIKA SEKOLAH MENENGAH

PENERAPAN PENDEKATAN BRIDGING ANALOGY SEBAGAI UPAYA MEREDUKSI MISKONSEPSI FISIKA SEKOLAH MENENGAH PENERAPAN PENDEKATAN BRIDGING ANALOGY SEBAGAI UPAYA MEREDUKSI MISKONSEPSI FISIKA SEKOLAH MENENGAH Skripsi Oleh: Putri Sulistiyani Shanti Paramita K2311063 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ELFRIDA NOVIANTY K

SKRIPSI. Oleh : ELFRIDA NOVIANTY K PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Gumpang 03 Kecamatan Kartasura

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA SDN NGADIROYO 2012/2013 SKRIPSI Oleh: HARYANI K7109090 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: YUSUF TEJA ISMAYA K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET. SURAKARTA Agustus 2016 i

SKRIPSI. Oleh: YUSUF TEJA ISMAYA K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET. SURAKARTA Agustus 2016 i PENERAPAN MULTIMEDIA KIT DAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATA PELAJARAN MENEMUKAN PELUANG BARU DARI PELANGGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KELAS XI PEMASARAN DI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS REVIEW FILM DAN DRAMA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 (STUDI KASUS)

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS REVIEW FILM DAN DRAMA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 (STUDI KASUS) PEMBELAJARAN MENULIS TEKS REVIEW FILM DAN DRAMA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 (STUDI KASUS) SKRIPSI Oleh: INNA RIZKI APRIYANTI K1213035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: ZAHRA SALSABILA K7110183 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UPAYA PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) BERBANTUAN MODUL PADA MATERI STOIKIOMETRI SISWA KELAS X-2 SMA ISLAM AHMAD YANI BATANG

Lebih terperinci

ERI SETYANINGSIH K

ERI SETYANINGSIH K PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI PENGALAMAN MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: ERI SETYANINGSIH K1212024

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA PRESENTASI POWER POINT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB BINA PUTRA SALATIGA SEMESTER II TAHUN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 03 BULU SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: PRIHATIN NURUL ASLAMIN K7109152 FAKULTAS

Lebih terperinci

UMITRI ASTUTI K

UMITRI ASTUTI K PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP AKTIVITAS EKONOMI BERKAITAN DENGAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIME TOKEN BERBASIS PROBLEM SOLVING (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KAHUMAN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KAHUMAN TAHUN AJARAN 2015/2016 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAUR AIR MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KAHUMAN TAHUN AJARAN 2015/2016 (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Kahuman Kabupaten

Lebih terperinci

PENERAPAN READING WORKSHOP

PENERAPAN READING WORKSHOP PENERAPAN READING WORKSHOP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULSARI I NO. 72 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH : FAIQOH DAMAYANTI

Lebih terperinci

PENERAPAN QUANTUM LEARNING

PENERAPAN QUANTUM LEARNING PENERAPAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN WATES KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 SKRIPSI Oleh: INDRI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: MULYANI X7111517 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONCEPT SENTENCE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SIDOWAYAH TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: SITI FATIMAH K7111191 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: HESTI OKTAVIA NIM. K6410031

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN KASTI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN KASTI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BERMAIN KASTI MENGGUNAKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PAJANG II NO. 171 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : JOSEP SAPUTRA

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION

PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS LEARNING COMMUNITY DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS X 1 SMA N 3 BOYOLALI SKRIPSI

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Bahasa Indonesia. Oleh: Wisnu Nugroho Aji S

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Bahasa Indonesia. Oleh: Wisnu Nugroho Aji S Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi dengan Metode Inquiry Discovery Learning dan Penggunaan Media Video pada Siswa Kelas VII G SMP Negeri 3 Colomadu TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (PTK Siswa Kelas XI IPA 1 SMA 8 Surakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: TIARA OBRILIAN CAHYANTI K

SKRIPSI. Oleh: TIARA OBRILIAN CAHYANTI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, AND EXTENDING) MATERI FLUIDA DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI PETORAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS 5 SDN KARANGASEM IV NO. 204 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH: SETYARI HERLIA

Lebih terperinci

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI PENCEMARAN DAN DAUR ULANG LIMBAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X IPS 1 SMA N 2 BOYOLALI SKRIPSI Oleh : GILANG AKBAR NUGROHO K4313034

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGGAMBAR BENTUK PADA MATA PELAJARAN SENI BUDAYA KELAS VIIA DI SMP ABDI NEGARA 2 PADAMARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Mohamad Irwan NIM. X3211013

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: TITIK RAHAYU K 8408101 FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI MATERI FLUIDA PADA BUKU AJAR FISIKA SMA. Skripsi. Oleh: Nirmala Respatiningrum K

ANALISIS MISKONSEPSI MATERI FLUIDA PADA BUKU AJAR FISIKA SMA. Skripsi. Oleh: Nirmala Respatiningrum K ANALISIS MISKONSEPSI MATERI FLUIDA PADA BUKU AJAR FISIKA SMA Skripsi Oleh: Nirmala Respatiningrum K2310066 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 i PERNYATAAN KEASLIAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: EVY NURYANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI. Oleh: EVY NURYANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENERAPAN MIND MAPPING BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SUMBER DAYA ALAM (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD N Setono No. 95 Kecamatan Laweyan Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 1 KARANGANOM

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 1 KARANGANOM PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 1 KARANGANOM SKRIPSI Oleh: Hana Kholida K2311032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE QUANTUM TIPE MIND MAPPING DENGAN MEDIA TIMELINE

PENERAPAN METODE QUANTUM TIPE MIND MAPPING DENGAN MEDIA TIMELINE PENERAPAN METODE QUANTUM TIPE MIND MAPPING DENGAN MEDIA TIMELINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI NINIK RAHAYU

Lebih terperinci

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MIA 5 SMA NEGERI 3 SURAKARTA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL Skripsi Oleh: Lia Aristiyaningsih

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : K

SKRIPSI. Oleh : K PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM BENTUK KOMIK MATA DIKLAT MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP BISNIS (MPPB) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PM 3 SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALY (SAVI) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MANGKUYUDAN NO.2 TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PJBL) DALAM PEMBELAJARAN IPA

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PJBL) DALAM PEMBELAJARAN IPA PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN MELALUI PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PJBL) DALAM PEMBELAJARAN IPA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2016/2017 )

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K2309072 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i PERNYATAAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ATEIN RESPATI NINGRUM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI. Oleh : ATEIN RESPATI NINGRUM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MENGGAMBAR MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A DI TK WIDYA PUTRA DWP UNS JATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2013/ 2014 SKRIPSI Oleh : ATEIN RESPATI NINGRUM K8110007

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA SISWA KELAS III

PENERAPAN TEKNIK SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA SISWA KELAS III PENERAPAN TEKNIK SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA SISWA KELAS III SD NEGERI GAJAHAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 SKRIPSI Disusun oleh: DWINITA RIANI PURNAMANINGRUM

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PICTURE AND PICTURE

PENGGUNAAN MODEL PICTURE AND PICTURE PENGGUNAAN MODEL PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MASALAH SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PAJANG IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI TRI

Lebih terperinci

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

XI MIA 2 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) DENGAN METODE PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BUKU CERITA BERGAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELOMPOK BERMAIN PAUD AISYIYAH AL HASANAH MANDAN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : Yuni

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEPUASAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII Jurusan IPS SMA N 1 Ngemplak Tahun Ajaran 2011/2012) SKRIPSI Oleh : Puji Wahono K7408252 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXPLICIT INTSRUCTION DENGAN VIDEO PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PKK SISWA KELAS XI TKK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXPLICIT INTSRUCTION DENGAN VIDEO PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PKK SISWA KELAS XI TKK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXPLICIT INTSRUCTION DENGAN VIDEO PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PKK SISWA KELAS XI TKK SMK N 5 SURAKARTA 2014/2015 SKRIPSI Oleh: ERLITHA OKTAVIE K1511012

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: RISA AMALIA A

Diajukan Oleh: RISA AMALIA A PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TRUE OR FALSE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 7 JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X Skripsi Oleh: Apriyanto Budi Utomo K2310012 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA JARI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG PADA SISWA KELAS I SDN PURWOTOMO SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA JARI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG PADA SISWA KELAS I SDN PURWOTOMO SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 PENGGUNAAN MEDIA BONEKA JARI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG PADA SISWA KELAS I SDN PURWOTOMO SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : DINI PUSPASARI K7112063 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Oleh : Fitri Arif Kholidah A

Oleh : Fitri Arif Kholidah A PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING (PTK pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 7 Sukoharjo Tahun 2016/2017) Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user PENINGKATAN SIKAP DAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN MODEL EXAMPLE NON-EXAMPLE PADA SISWA KELAS XI KP SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO

Lebih terperinci