BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengertian Properti Investasi dan Latar Belakang PSAK 13 Properti investasi menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 (revisi 2015), properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk: (a) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif, atau (b) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Sedangkan properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif. Properti investasi contohnya adalah tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk dijual jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari, tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum ditentukan. Bangunan yang dimiliki oleh entitas atau dikuasai oleh entitas melalui sewa pembiayaan dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi, bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi juga merupakan contoh properti investasi. Dan contoh lainnya adalah properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di masa depan digunakan sebagai properti investasi. 49

2 50 Tunggal (2009) meringkas klasifikasi, pengakuan dan pengukuran suatu investasi properti dalam diagram pohon berikut ini: Start Apakah properti dimiliki untuk dijual kembali dalam aktivitas bisnis normal? TIDAK Apakah properti digunakan sendiri oleh pemiliknya? YA YA Persediaan (Gunakan PSAK 14) Aset tetap (Gunakan PSAK 16) TIDAK Apakah properti sedang dalam tahap konstruksi atau pengembangan? TIDAK Properti merupakan investasi properti YA Aset tetap (Gunakan PSAK 16 hingga penyelesaian) Selesai Apakah properti investasi memenuhi kriteria pengakuan? TIDAK Tunda pengakuan YA Ukur investasi properti pada awalnya sebesar biaya perolehan (gunakan PSAK 13) YA Selanjutnya ukur investasi properti dengan memilih antara lain: Metode biaya Metode nilai wajar PSAK 13 PSAK 13 Gambar 4.1. Diagram pohon klasifikasi akun Sumber: Tunggal, 2009

3 51 1. Pengklasifikasian Properti Investasi Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha seharihari atau sedang dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual bukan merupakan properti investasi melainkan persediaan, dan diatur dalam PSAK 14 tentang persediaan. Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga diatur dalam PSAK 34 tentang kontrak konstruksi. Dan properti yang digunakan sendiri, mencakup (diantaranya) properti yang dikuasai untuk digunakan di masa depan sebagai properti yang digunakan sendiri, properti yang dimiliki untuk pengembangan di masa depan dan selanjutnya digunakan sebagai properti yang digunakan sendiri, properti yang digunakan oleh karyawan (dengan atau tanpa pembayaran rental sesuai harga pasar oleh karyawan) dan properti yang digunakan sendiri yang menunggu untuk dijual, seluruh properti yang digunakan sendiri tersebut diatur dalam PSAK 16. Properti yang disewakan dan yang digunakan oleh entitas induknya atau entitas anak lainnya, properti tersebut tidak diklasifikasikan sebagai properti investasi dalam laporan keuangan konsolidasian karena properti tersebut termasuk properti yang digunakan sendiri jika dipandang dari kelompok usaha. Sedangkan jika dipandang dari sudut pandang entitas yang memiliki properti, properti tersebut termasuk kategori properti investasi sepanjang memenuhi memenuhi definisi sebagai properti investasi. Dan lessor memperlakukan kepemilikan properti tersebut sebagai properti investasi dalam laporan keuangan individualnya.

4 52 2. Pengakuan Properti Investasi Pengakuan properti investasi sebagai aset menurut PSAK 13, jika dan hanya jika memenuhi kriteria: (a) besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan properti investasi akan mengalir ke entitas; dan (b) biaya perolehan properti investasi dapat diukur secara andal. Sama dengan pengakuan aset pada umumnya, properti investasi diakui pada saat timbul biaya perolehan. Biaya perolehan dari properti investasi yang dibeli meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung (biaya transaksi), misalnya biaya jasa hukum, pajak penjualan, dan biaya transaksi lainnya. Bagian dari properti investasi dapat diperoleh melalui penggantian. Seperti yang dicontohkan dalam PSAK 13 (paragraf 19), interior dinding bangunan yang merupakan pengganti dinding asli bangunan tersebut. Berdasarkan prinsip pengakuan, entitas mengakui biaya penggantian properti investasi yang ada pada saat terjadinya dalam jumlah tercatat properti investasi jika memenuhi kriteria pengakuan. Jumlah tercatat bagian yang diganti dihentikan pengakuannya sesuai dengan ketentuan penghentian pengakuan. 3. Pengukuran Properti Investasi Pengukuran properti investasi menggunakan dua pilihan metode, yaitu: (a) metode biaya; dan (b) metode nilai wajar. Pada paragraf 32, PSAK 13

5 53 mensyaratkan seluruh entitas untuk mengukur nilai wajar properti investasi, baik untuk tujuan pengukuran maupun pengungkapan. Entitas dianjurkan tapi tidak disyaratkan, untuk mengukur nilai wajar properti investasi berdasarkan penilaian oleh penilai independen yang memiliki kualifikasi profesional yang telah diakui dan relevan serta memiliki pengalaman terkini di lokasi dan kategori investasi yang dinilai. Model biaya yang diterapkan adalah model biaya yang sama dengan yang diatur dalam standar akuntansi untuk aset tetap (PSAK 16). Penerapan model biaya mensyaratkan entitas menyajikan properti investasi pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Namun, penerapan model biaya memungkinkan adanya penurunan nilai, sebagaimana diatur di PSAK 48 tentang penurunan nilai. Masalah yang mungkin timbul dalam pengukuran properti investasi adalah ketidakmampuan mengukur nilai wajar secara andal. Seperti yang diuraikan dalam paragraf 53 PSAK 13, bahwa dalam beberapa kasus yang jarang terjadi ketika entitas pertama kali memperoleh properti yang pertama kali menjadi properti investasi tidak dapat diukur secara andal atas dasar berkelanjutan. Hal ini timbul jika dan hanya jika pasar untuk properti yang sebanding tidak aktif. Jika entitas menentukan bahwa nilai wajar dari properti investasi tidak dapat diukur secara andal atas dasar berkelanjutan, maka entitas mengukur properti investasi tersebut menggunakan model biaya sesuai PSAK 16. Nilai residu dari properti investasi diasumsikan nol. Entitas menerapkan PSAK 16 hingga pelepasan properti investasi tersebut.

6 54 4. Pengalihan Properti Investasi PSAK 13 mengatur tentang pengalihan properti investasi yang dilakukan jika, dan hanya jika terdapat perubahan penggunaan yang dibuktikan dengan: a. dimulainya penggunaan oleh pemilik, dialihkan dari properti investasi menjadi properti yang digunakan sendiri; b. dimulainya pengembangan untuk dijual, dialihkan dari properti investasi menjadi persediaan; c. berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dialihkan dari properti yang digunakan sendiri menjadi properti investasi; atau d. dimulainya sewa operasi kepada pihak lain, dialihkan dari persediaan menjadi properti investasi. Lebih lanjut dalam paragraf 60 dan 61 dalam PSAK 13 dijelaskan juga bahwa untuk properti investasi yang dicatat pada nilai wajar dan kemudian dialihkan menjadi properti yang digunakan sendiri atau persediaan, akuntansi selanjutnya mengacu pada PSAK 16 untuk aset tetap atau PSAK 14 untuk persediaan yang mana biaya perolehan bawaan (deemed cost) sebagai nilai wajar pada tanggal perubahan penggunaan. Jika properti yang digunakan sendiri oleh pemilik berubah menjadi properti investasi dan akan dicatat dengan menggunakan nilai wajar, entitas menerapkan sebagai aset tetap sampai dengan saat tanggal terakhir perubahan penggunaannya. Entitas memperlakukan perbedaan antara jumlah tercatat berdasarkan PSAK 16 dan

7 55 nilai wajar dengan cara yang sama sebagaimana revaluasi berdasarkan PSAK Pelepasan Properti Investasi Properti investasi dihentikan pengakuannya (dieliminasi dari laporan posisi keuangan pada saat dilepaskan atau ketika properti investasi tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomik masa depan yang diharapkan dari pelepasannya. Pelepasan properti investasi dapat dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara secara sewa pembiayaan. B. Properti Investasi dari Sudut Pandang Standar Internasional Indonesia adalah bagian dari IFAC (International Federation of Accountant). Konsekuensi menjadi bagian dari IFAC adalah harus mematuhi 7 (tujuh) Statement Membership Obligation (SMO), yaitu: a. Quality assurance Jaminan kualitas b. International Education Standards for Professional Accountants and Other Pronouncements Issued by the International Accounting Education Standards Board (IAESB ) Standar Pendidikan c. International Standards and Other Pronouncements Issued by the International Audit and Assurance Standards Board (IAASB ) Standar pengauditan d. International Ethics Standards Board for Accountants (IESBA ) Code of Ethics for Professional Accountants - Standar Etika

8 56 e. International Public Sector Accounting Standards and Other Pronouncements Issued by the International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB ) Standar Akuntansi Sektor Publik f. Investigations and Discipline g. International Financial Reporting Standards and Other Pronouncements Issued by the International Accounting Standards Board (IASB) Standar Pelaporan dengan IFRS. Produk standar akuntansi keuangan yang dihasilkan oleh IASB adalah International Accounting Standard (IAS). Dan salah satunya mengatur tentang properti investasi yaitu pada IAS 40. Dalam IAS 40 properti investasi didefinisikan sebagai berikut: Investment property is property (land or a building or part of a building or both) held (by the owner or by the lessee under a finance lease) to earn rentals or for capital appreciation or both, rather than for: (a) use in the production or supply of goods or services or for administrative purpose; or (b) sale in the ordinary course of business. IAS 40 kemudian diselaraskan dengan PSAK 13 dan diterjemahkan menjadi sebagai berikut: Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk: (a) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif, atau (b) dijual dalam kegiatan usaha

9 57 sehari-hari. Sedangkan properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif. C. Fenomena Penerapan Standar Akuntansi untuk Menara Telekomunikasi Fenomena perbedaan pengklasifikasian aset berupa menara telekomunikasi yang disewakan muncul sejak adanya peralatan telekomunikasi berupa menara tersebut. Belum ada standar yang menegaskan untuk mengalokasikannya dalam laporan keuangan, khususnya di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan penyajian laporan keuangan untuk aset tersebut. Salah satu karakteristik kualitatif penyajian laporan keuangan adalah dapat diperbandingkan. Fenomena perbedaan penyajian laporan keuangan untuk aset berupa menara telekomunikasi ini berakibat tidak terpenuhinya salah satu karakteristik kualitatif penyajian laporan keuangan tersebut. Di bawah ini adalah pendapat dan keputusan institusi yang berpengaruh terhadap penyajian laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan menggunakan tehnik triangulasi, yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Ketiga tehnik tersebut digunakan untuk mendapatkan validasi dan keabsahan data.

10 58 1. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 Institut Akuntan Publik Indonesia yang selanjutnya disebut IAPI adalah Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang diakui pemerintah. Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam peraturan menteri keuangan tersebut. Sedangkan Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP, adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari menteri sebagai wadah bagi akuntan publik dalam memberikan jasanya. Tarkosunaryo sebagai informan dari IAPI menjelaskan sebab terjadinya perbedaan intepretasi dalam penyajian laporan keuangan pada perusahaan telekomunikasi di Indonesia karena kata building dalam IAS 40 diterjemahkan dalam PSAK 13 menjadi bangunan. Jika diterjemahkan menjadi gedung maka permasalahan ini tidak akan timbul. Pengertian gedung dalam kamus Bahasa Indonesia adalah struktur bangunan yang memiliki dinding, lantai dan atap. Lebih lanjut Tarkosunaryo menjelaskan bahwa menara telekomunikasi tidak dapat dikategorikan sebagai gedung (building) karena tidak memiliki 3 (tiga) kategori tersebut. Manajemen laba bisa menjadi salah satu alasan bagi manajemen perusahaan dalam memilih standar klasifikasi menara telekomunikasi. Hal ini dikarenakan kedua standar tersebut memungkinkan untuk melakukan pengukuran yang berbeda. Jika dikategorikan properti investasi, biasanya menggunakan nilai wajar sedangkan aset tetap menggunakan model biaya.

11 59 Informasi lain yang diperoleh dari IAPI sehubungan fenomena ini adalah dengan diterbitkannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan nomor 31 (ISAK 31) oleh IAI dan telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 18 Nopember Secara ringkas dikatakan dalam ikhtiar ISAK 31 bahwa aset berupa bangunan yang digunakan untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya jika tidak memenuhi karakteristik fisik dari suatu bangunan (adanya dinding, lantai dan atap), maka tidak termasuk dalam ruang lingkup PSAK 13, dan pengaturannya mengacu pada SAK yang sesuai. Kaitannya dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh OJK Nomor 27/SEOJK.04/2015 tertanggal 1 September 2015, menurut Tarkosunaryo seharusnya OJK mengeluarkan surat edaran baru atau membatalkan surat edaran yang lama. Surat edaran OJK tersebut sudah tidak lagi relevan dengan ISAK 31 yang disahkan oleh DSAK pada tanggal 18 Nopember Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa perseroan menyampaikan laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Standar akuntansi keuangan adalah standar yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi Akuntan Indonesia yang diakui Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan

12 60 Republik Indonesia Nomor 263/KMK.01/2014, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi yang menaungi seluruh Akuntan Indonesia. Yenny Agapitasari sebagai informan dari IAI menginformasikan bahwa fenomena penerapan standar akuntansi untuk aset berupa menara telekomunikasi juga masuk dalam forum diskusi internasional. Hal ini dibuktikan dengan adanya paper atau makalah IASB Agenda ref. 12C pada Desember 2014 dengan topik IAS 40 Investment Property: Accounting for a structure that appears to lack the physical characteristics of a building / akuntansi untuk struktur yang tidak tampak fisik bangunannya. Latar belakang makalah tersebut ditulis bahwa The Interpretations Committee mempertanyakan apakah menara telekomunikasi dapat dianggap sebagai suatu bangunan (building), karena tidak memiliki karakteristik fisik yang diasosiasikan dengan suatu bangunan yang memiliki dinding, lantai dan atap. Pertanyaan yang sama juga untuk tangki penyimpanan gas dan papan reklame. Permintaan kepada IASB untuk membatasi ruang lingkup IAS 40 dianggap belum diperlukan karena keragaman dalam praktek ini mungkin hanya di Indonesia, dan selain itu telah menerapkan IAS 16 (aset tetap). Dasar Kesimpulan (DK) sebagai pelengkap tetapi bukan bagian dari ISAK 31 mengatakan bahwa mempertimbangkan keputusan IASB serta perbedaan interpretasi serta pengaturan di praktik yang terjadi di Indonesia, DSAK IAI memutuskan untuk menerbitkan ISAK 31 (Interpretasi atas Ruang Lingkup PSAK 13). ISAK 31 untuk memberikan interpretasi atas apa yang dapat dikategorikan sebagai suatu bangunan, sehingga dapat memenuhi

13 61 definisi properti investasi sebagaimana diatur dalam PSAK 13. Dalam menentukan apakah aset dapat dianggap sebagai suatu bangunan, IFRS Interpretation Committee menyampaikan bahwa suatu bangunan umumnya memiliki fitur atau karakteritik fisik tertentu yang umumnya diasosiasikan dengan suatu bangunan, seperti adanya dinding, lantai dan atap yang melekat pada aset yang dimaksud. Perlu dipertimbangkan juga bahwa hal ini mengacu pada pemahaman secara umum atas apa yang umumnya dipahami sebagai suatu bangunan (building). ISAK 31 tidak memberikan keputusan secara gamblang dan jelas mengenai aset berupa menara telekomunikasi apakah memenuhi syarat sebagai suatu bangunan sesuai yang sebutkan dalam PSAK 13. Namun Yenny memberikan clue yang bersumber pada paragraf 10 ISAK 31 bahwa berdasarkan hasil kajian kembali, aset berupa menara telekomunikasi diklasifikasikan dalam aset tetap. Dan dalam paragraf tersebut juga diungkapkan bahwa apabila entitas memutuskan menerapkan PSAK 16, maka pengukuran selanjutnya entitas memilih antara model biaya atau model revaluasi. Hal lain yang mempertegas pengklasifikasian ini terdapat dalam paragraf 11 ISAK 31. Jika aset sebelumnya tidak memenuhi kriteria bangunan dan sebelumnya diklasifikasikan sebagai properti investasi yang diukur dengan model biaya, maka entitas mereklasifikasikan aset tersebut ke aset tetap secara prospektif sejak 1 Januari 2016, serta mengukur dengan model biaya atau model revaluasi sesuai PSAK 16. Dan jika aset sebelumnya

14 62 diukur dengan nilai wajar, maka entitas mereklasifikasi aset tersebut ke aset tetap secara prospektif sejak 1 Januari 2016 serta mengukur dengan model biaya atau model rerevaluasi sesuai PSAK 16. ISAK 31 telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 18 Nopember Entitas menerapkan ISAK 31 untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari Penerapan dini diperkenankan, namun tersebut harus diungkapkan. Dalam ISAK 31 juga dikatakan bahwa entitas menerapkan intepretasi ini secara prospektif sejak 1 Januari 2016 namun entitas harus mengkaji kembali sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selisih yang timbul sebagai dampak dari kajian yang dilakukan diakui langsung ke saldo laba pada saat awal penerapan berdasarkan ISAK Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 2011, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

15 63 OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: (a) kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; (b) kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan (c) kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. OJK memiliki fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara terpadu, independen, dan akuntabel. Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK pada tanggal 1 September 2015, menerbitkan Surat Edaran nomor 27/SEOJK.04/2015. Isi surat edaran tersebut adalah aset menara telekomunikasi perusahaan publik harus diakui sebagai properti investasi. Alasan dikeluarkannya surat edaran tersebut karena terdapat perbedaan perlakuan akuntansi atas aset menara telekomunikasi yang disewakan pada perusahaan publik. OJK melalui surat yang ditetapkan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal tanggal 5 September 2016, mencabut surat edaran di atas melalui Surat Edaran Nomor 36/SEOJK.04/2016 tentang Pencabutan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 27/SEOJK.04/2015 tentang Perlakuan Akuntansi atas Aset Menara Telekomunikasi yang Disewakan. Alasan pencabutan surat edaran tersebut memperhatikan adanya penerbitan ISAK 31 mengenai interpretasi atas ruang lingkup PSAK 13 tentang Properti Investasi yang diterbitkan pada tanggal 18 Nopember Dengan diterbitkannya ISAK 31 OJK menegaskan kembali bahwa perusahaan publik wajib mengikuti ketentuan SAK terkini atas aset menara telekomunikasi yang

16 64 disewakan. Dengan dikeluarkannya pencabutan surat edaran sebelumnya maka ISAK 31 berlaku untuk penyusunan laporan keuangan yang disampaikan kepada OJK mulai tahun Teknik pemeriksaan keabsahan data terhadap dikeluarkannya surat edaran OJK tersebut melalui triangulasi sumber. Triangulasi ini untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoeh melalui beberapa sumber, selain dari sumber utama. Sumber utama informasi adanya pencabutan Surat Edaran Nomor 27/SEOJK.04/2015 dan ditetapkannya Surat Edaran Nomor 36/SEOJK.04/2016 adalah dari namun Yenny Agapitasari (IAI) juga memberikan informasi yang sama tentang adanya surat edaran tersebut. D. Alasan Perusahaan mengklasifikasikan Menara Telekomunikasi Teknik triangulasi juga digunakan dengan cara melakukan analisa terhadap laporan keuangan entitas yang dilaporkan secara lengkap melalui Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data alasan entitas mengklasifikasikan aset berupa menara telekomunikasi yang disewakan. Laporan keuangan triwulan tersedia untuk dibaca dan dianalisa oleh pengguna laporan keuangan entitas tersebut, termasuk di dalamnya catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan. PSAK 1 paragraf 112 memaparkan tentang isi dari catatan atas laporan keuangan adalah:

17 65 (a) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi spesifik yang digunakan (b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan (c) Menyediakan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan. Dari paparan tentang catatan atas laporan keuangan dapat diambil informasi mengenai alasan perusahaan telekomunikasi menyajikan dan mengklasifikasikan menara telekomunikasi ke dalam properti investasi atau aset tetap. Dan berikut adalah alasan perusahaan dalam menerapkan PSAK 13 dan PSAK 16 untuk aset berupa menara telekomunikasi. 1. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk. beralamat di Gedung International Financial Centre lantai 6 Jl. Jenderal Sudirman, Kavling 22-23, Jakarta Perusahaan ini didirikan berdasarkan akta Notaris No. 14 tanggal 2004 yang dibuat dihadapan Notaris Dewi Himijati Tandika, S.H, dan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-28415HT TH.2004 tanggal 12 Nopember Pada saat ini, kegiatan utama Perusahaan adalah melakukan investasi atau penyertaan pada entitas anak.

18 66 Rincian properti investasi PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk adalah sebagai berikut: (Disajikan dalam jutaan rupiah) 31 Desember Juni 2016 Properti investasi dalam penyelesaian Tanah Bangunan menara Repeater Akumulasi kenaikan nilai wajar Nilai wajar J u m l a h Pengukuran nilai wajar Perusahaan dan entitas anak telah memilih model nilai wajar untuk pengukuran setelah pengakuan awal. Nilai wajar properti investasi per 31 Desember 2015 ditentukan berdasarkan penilaian dari penilai independen KJPP Martokoesoemo Prasetyo & Rekan dalam laporannya pada tanggal 25 Februari 2016, dan telah sesuai dengan peraturan Bapepam-LK No. VIII.C.4 mengenai pedoman penilaian dan penyajian laporan penilaian properti di pasar modal. Kebijakan akuntansi Perusahaan mendefinisikan properti investasi adalah tanah atau bangunan (termasuk menara) atau bagian dari suatu bangunan atau

19 67 keduaduanya yang dikuasai oleh Perusahaan dan entitas anak untuk menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak digunakan maupun dijual dalam kegiatan operasi. Definisi tersebut mengadopsi dari definisi properti investasi menurut PSAK 13, namun terdapat tambahan kata-kata termasuk menara. Perusahaan mengukur properti investasi dengan nilai wajar. Nilai wajar properti investasi diakui berdasarkan penilaian dari penilai independen yang memenuhi kualifikasi dan telah diakui, serta didukung oleh bukti pasar. Perubahan nilai wajar properti investasi diakui pada laporan laba rugi komprehensif. Dan Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan) dari laporan posisi keuangan pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif dalam tahun terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut. Akumulasi biaya pembangunan menara telekomunikasi dikapitalisasi sebagai Properti investasi dalam penyelesaian dan dicatat pada akun Properti Investasi sampai proses pembangunan atau pengembangan selesai, dan diukur dengan menggunakan metode biaya (cost method).

20 68 Penilaian properti investasi Perusahaan menerima penilaian yang dilakukan oleh penilai independen untuk menetapkan nilai wajar properti investasi. Penilaian ini dilakukan berdasarkan asumsi yang mencakup pendapatan sewa di masa depan, biaya pemeliharaan yang diantisipasi, biaya pengembangan di masa depan, dan tingkat suku bunga diskon yang sesuai. Penilai juga membuat referensi terhadap bukti pasar harga transaksi properti yang serupa. Perubahan kebijakan akuntansi Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, bahwa terdapat interpretasi yang berlaku efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2017, dengan penerapan dini diperkenankan yaitu ISAK No. 31 Interpretasi atas Ruang Lingkup PSAK No. 13: Properti Investasi. Namun sampai dengan tanggal penerbitan laporan keuangan, manajemen sedang mengevaluasi dampak dari standar dan interpretasi tersebut terhadap laporan keuangan. Laporan auditor independen Laporan keuangan perusahaan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2015 dan 30 Juni 2016 masing-masing telah diaudit dan direview oleh Kantor Akuntan Publik Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan dengan opini dan kesimpulan review, laporan keuangan disajikan

21 69 secara wajar dalam semua hal yang material dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. 2. PT. Sarana Menara Nusantara Tbk Kantor pusat PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. berlokasi di Jl. Ahmad Yani No. 19A, Kudus, Jawa Tengah dan kantor cabangnya berlokasi di Menara BCA, lantai 55, Jl. M.H. Thamrin No. 1, Jakarta Perusahaan ini didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 31 tanggal 2 Juni 2008, dibuat dihadapan Dr. Irawan Soerodjo, S.H., MSi., dan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU AH Tahun 2008 tanggal 2 Juli Ruang lingkup usaha perusahaan ini adalah berusaha dalam bidang jasa kecuali jasa di bidang hukum dan pajak dan melakukan investasi pada perusahaan lain. Rincian properti investasi PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. adalah sebagai berikut: (Disajikan dalam jutaan rupiah) 31 Desember Juni 2016 Properti investasi dalam penyelesaian Menara-menara Akumulasi kenaikan nilai wajar Nilai wajar J u m l a h

22 70 Pengukuran nilai wajar Nilai wajar properti investasi dinilai dengan mempertimbangkan peraturan Bapepam-LK No. VIII.C.4 mengenai pedoman penilaian dan penyajian laporan penilaian properti di pasar modal. Perseroan ini menerima penilaian yang dilakukan oleh penilai independen KJPP Nirboyo A., Dewi A & Rekan tertanggal 24 Agustus 2016 dan 9 Februari 2016 untuk menetapkan nilai wajar properti investasi. Penilaian ini dilakukan berdasarkan asumsi yang mencakup pendapatan sewa di masa depan, biaya pemeliharaan yang diantisipasi, biaya pengembangan di masa depan, dan tingkat suku bunga diskon yang sesuai. Penilai juga membuat referensi terhadap bukti pasar harga transaksi properti yang serupa. Kebijakan akuntansi Perusahaan mendefinisikan properti investasi adalah tanah atau bangunan (termasuk menara) atau bagian dari suatu bangunan atau keduaduanya yang dikuasai oleh Perseroan dan entitas anak untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak digunakan maupun dijual dalam kegiatan operasi. Definisi tersebut juga mengadopsi dari definisi properti investasi menurut PSAK 13, namun terdapat tambahan katakata termasuk menara. Setelah pengakuan awal, properti investasi dinyatakan sebesar nilai wajar yang mencerminkan kondisi pasar pada tanggal pelaporan. Nilai wajar

23 71 ditentukan berdasarkan evaluasi tahunan yang dilakukan oleh penilai independen. Penyajian kembali (restatement) Perusahaan melakukan restatement atau penyajian kembali laporan keuangan berdasarkan surat edaran OJK nomor 27/SEOJK.04/2015 mengenai perlakuan akuntansi untuk aset menara telekomunikasi. Pengaruh perubahan akuntansi pada 30 Juni 2015 adalah sebagai berikut: Sebelum disesuaikan Setelah disesuaikan Penyesuaian Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian Depresiasi dan amortisasi ( ) ( ) Beban pokok pendapatan ( ) ( ) Laba bruto Penurunan nilai wajar properti investasi Kerugian lain-lain, neto ( ) (360) ( ) Laba usaha Pajak penghasilan ( ) ( ) ( ) Laba periode berjalan PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. merupakan entitas yang periode sebelum 1 Januari 2016 mengklasifikasikan aset berupa menara telekomunikasi ke dalam aset tetap dan mengikuti standar sesuai dengan PSAK 16, namun dengan adanya surat edaran OJK nomor 27/SEOJK.04/2015 melakukan restatement menjadi properti investasi dengan mengacu sesuai standar pada PSAK 13.

24 72 Angka-angka perbandingan antara sebelum dan sesudah restatement di atas merupakan bukti bahwa perubahan klasifikasi akun juga berdampak pada perubahan akun-akun lainnya, karena beda pengakuan, akan berbeda pula pengukuran dan penyajiannya. Penjelasan perubahan tersebut adalah sebagai berikut: a. Depresiasi dan amortisasi dikoreksi sejumlah Rp juta sehingga beban depresiasi dan amortisasi menurun menjadi Rp juta. Seperti diketahui bahwa entitas sebelumnya menerapkan standar PSAK 16 untuk aset berupa telekomunikasi dengan model biaya, selanjutnya mengikuti menjadi PSAK 13 dengan model nilai wajar. b. Beban pokok pendapatan dikoreksi sejumlah Rp juta karena adanya koreksi beban depresiasi dan amortisasi, sehingga mengalami penurunan sejumlah Rp juta. c. Laba bruto dikoreksi sejumlah Rp juta sehingga naik menjadi Rp juta d. Entitas pada awalnya tidak mencatat adanya kenaikan nilai properti investasi, namun dengan adanya perubahan kebijakan akuntansi ini entitas mencatat kenaikan nilai sejumlah Rp juta dari yang sebelumnya tidak ada. Kenaikan nilai wajar merupakan penambahan keuntungan bagi entitas. e. Perubahan kebijakan akuntansi ini berakibat pada penambahan kerugian lainnya sejumlah Rp360 juta sehingga menjadi Rp juta.

25 73 f. Akibat perubahan ini, entitas memperoleh penambahan laba usaha sejumlah Rp juta sehingga menjadi Rp juta dari yang sebelumnya hanya Rp juta. g. Kaitan dengan penambahan laba usaha, perubahan ini juga berpengaruh terhadap pajak penghasilan. Sebelumnya Rp juta menjadi Rp juta atau bertambah Rp juta. h. Pengaruh yang terakhir adalah penambahan laba periode berjalan, dari sebelumnya Rp juta bertambah Rp juta menjadi Rp juta. Laporan auditor independen Laporan keuangan perusahaan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2015 dan 30 Juni 2016 masing-masing telah diaudit dan direview oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sungkoro & Surja dengan opini dan kesimpulan review, laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Kedua perusahaan tersebut merupakan sebagian dari perusahaan telekomunikasi yang mengklasifikasikan aset berupa menara telekomunikasi ke dalam properti investasi. Namun PT. Sarana Menara Nusantara Tbk. adalah perusahaan yang merubah kebijakan akuntansi dari yang sebelumnya mencatat

26 74 sebagai aset tetap sesuai PSAK 16 menjadi properti investasi sesuai PSAK 13 berdasarkan Surat Edaran OJK Nomor 27/SEOJK.04/2015. Teori utilitas atau teori manfaat yang diharapkan, antara lain mengatakan bahwa para pengambil keputusan harus membandingkan setiap dua alternatif dan memilih salah satu alternatif dan mengabaikan yang lainnya. Hubungan dengan pemilihan kebijakan akuntansi ini, entitas harus menentukan dua alternatif pilihan yaitu menyajikan menara telekomunikasi dalam aset tetap sesuai PSAK 16 atau properti investasi sesuai PSAK 13. Pengambilan keputusan ini tentunya sesuai dengan strategi masing-masing entitas yang paling rasional dan terhindar dari resiko. Teori atribusi mempelajari proses bagaimana memilih diantara kedua kekuatan, yaitu kekuatan internal dan kekuatan eksternal atau mengombinasikan keduanya. Surat Edaran OJK Nomor 27/SEOJK.04/2015 ditetapkan tidak berbeda jauh dengan ditetapkannya ISAK 31. OJK menetapkan surat edaran tersebut tanggal 1 September 2015 sedangkan IAI menetapkan ISAK 31 pada tanggal 18 Nopember Alasan OJK mengeluarkan surat edaran tersebut karena belum ada standar untuk menentukan apakah menara telekomunikasi masuk dalam aset tetap atau properti investasi. Sedangkan DSAK IAI mengeluarkan interpretasi SAK dengan maksud memberikan penjelasan lebih lanjut atas definisi properti investasi dalam ruang lingkup PSAK 13. Berdasarkan teori tersebut entitas mempunyai kemampuan internal untuk mempelajari dan menerapkan kedua standar tersebut. Entitas yang menerapkan ISAK 31 mengelompokkan menara

27 75 telekomunikasi dalam aset tetap, sedangkan entitas yang menerapkan surat edaran OJK akan mengelompokkannya sebagai properti investasi. Teori keagenan juga menjadi dasar dalam menyajikan aset berupa menara teleekomunikasi ini. Prinsipal dan agen sama-sama mempunyai kepentingan untuk memperbesar keuntungan dari masing-masing pihak. Seperti yang terlihat dalam catatan restatement entitas bahwa pengaruh dari penyajian kembali laporan keuangan memberikan dampak finansial. Perubahan laba atau rugi dipengaruhi oleh pengukuran dan penyajian aset menara telekomunikasi tersebut. Beda penerapan antara PSAK 13 atau PSAK 16 yang digunakan mempengaruhi laba atau rugi entitas dalam laporan keuangannya. Hal lain yang bisa dimungkinkan dari fenomena ini adalah adanya creative accounting dengan memanfaatkan celah-celah yang terdapat dalam standar akuntansi. Penerapan standar akuntansi berpengaruh terhadap perhitungan pajak perusahaan dan berdampak pada kerugian negara dari sektor pembayaran pajak perusahaan. Fenomenologi yang disampaikan oleh Edmund Hussell dalam kasus ini dapat dikatakan bahwa pemilihan standar akuntansi yang digunakan oleh entitas dalam menerapkan PSAK 13 atau PSAK 16 merupakan kesadaran diri karena pengalaman yang dimiliki masing-masing entitas. Entitas mempunyai intentionalitas berbeda dalam menerjemahkan definisi properti investasi dalam PSAK 13. Konsep bangunan yang diterjemahkan oleh entitas memiliki multi tafsir. Sebelum adanya ISAK 31 atau surat edaran OJK tentang menara telekomunikasi, entitas menterjemahkan bebas kata bangunan. Penulisan bangunan (termasuk menara) dalam definisi properti investasi oleh entitas yang

28 76 menerapkan PSAK 13 merupakan bagian dari keyaninannya tentang karakter menara telekomunikasi adalah bangunan. Sebelum OJK mengeluarkan surat edaran dan DSAK IAI membuat interpretasi PSAK 13, konsep bangunan belum jelas. Bangunan bisa didefinisikan sebagai apapun yang didirikan di atas tanah, seperti papan reklame dan tangki penyimpanan gas. Sehingga setiap entitas mempunyai penafsiran masing-masing tentang bangunan. Fenomena ini sesuai dengan teori fenomenologinya Edmund Hussell bahwa perspektif fenomenologi tidak dapat diclaim kebenarannya dan tidak pula dapat dipersalahkan. Dan hingga pada akhirnya tidak ada lagi perdebatan tentang fenomenologi sampai ditemukan standar yang baku dan berlaku umum. Langkah akhir dari perdebatan ini adalah dengan ditetapkannya Surat Edaran Nomor 36/SEOJK.04/2016 pada tanggal 5 September 2016 untuk mencabut Surat Edaran Nomor 27/SEOJK.04/2015 yang ditetapkan tanggal 1 September Pencabutan surat edaran ini akibat telah dikeluarkannya ISAK 31 yang ditetapkan pada 18 Nopember 2015 untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas definisi bangunan dalam ruang lingkup PSAK 13. Bangunan sebagaimana dimaksud dalam PSAK 13 memiliki karakteristik fisik adanya dinding, lantai dan atap. Dan walaupun menara telekomunikasi dapat dikategorikan sebagai bangunan karena didirikan di atas tanah, namun karena tidak memiliki karakteristik fisik adanya dinding, lantai dan atap maka menara telekomunikasi tidak dapat di kategorikan sebagai properti investasi sesuai kriteria dalam PSAK 13.

INTERPRETASI ATAS RUANG LINGKUP PSAK 13: PROPERTI INVESTASI

INTERPRETASI ATAS RUANG LINGKUP PSAK 13: PROPERTI INVESTASI ED ISAK INTERPRETASI ATAS RUANG LINGKUP PSAK 13: PROPERTI INVESTASI Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. 1 Menteng, Jakarta 100

Lebih terperinci

PSAK 13 PROPERTI INVESTASI

PSAK 13 PROPERTI INVESTASI PSAK 13 PROPERTI INVESTASI 1 2 Agenda 1 2 3 Ruang Lingkup dan Definisi Klasifikasi Properti investasi Pengakuan dan Pengukuran 4 5 Perolehan dan Pelepasan Pengungkapan 2 3 Perkembangan PSAK Properti Investasi

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil penelitian dari Yaumil Utami (2013) yang berjudul

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil penelitian dari Yaumil Utami (2013) yang berjudul BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian dari Yaumil Utami (2013) yang berjudul Analisis Penilaian Aset Tetap Berdasarkan US GAAP Dan Penilaian Aset Tetap Berdasarkan

Lebih terperinci

PSAK 13. Universitas Indonesia

PSAK 13. Universitas Indonesia PSAK 13 Properti Investasi T fik Hid t SE Ak MM Taufik Hidayat,SE,Ak,MM Universitas Indonesia Agenda 1. Ruang Lingkup 2. Klasifikasi Properti Investasi 3. Pengakuan 4. Pengukuran Awal 5. Pengukuran setelah

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia RYNA PANJAITAN University of Indonesia Abstrak Properti investasi

Lebih terperinci

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved Ikatan Akuntan Indonesia Tiga Pilar Akuntansi Keuangan: Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK ETAP SAK Syariah SAK ETAP digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP). ETAP adalah entitas yang

Lebih terperinci

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS KELOMPOK GOODWILL: Dwi Rahayu 090462201 098 Dedi Alhamdanis 100462201 362 Larasati Sunarto 100462201 107 FAKULTAS EKONOMI UMRAH 2012 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. I.1 Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan wajib membuat laporan keuangan pada setiap periode pembukuaan. Tujuan dari pembuatan laporan keuangan tersebut adalah untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

PUBLIC HEARING DSAK IAI

PUBLIC HEARING DSAK IAI DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA PUBLIC HEARING DSAK IAI Waktu / Tempat: Senin, 21 September 2015 / Grha Akuntan, Menteng, Jakarta Materi ini dipersiapkan sebagai bahan pembahasan

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM ) Balai Kartini Jakarta, 16 Juni 2016 Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi ED AMANDEMEN PSAK 62 KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi Diterbitkan oleh: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan,

Lebih terperinci

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan IAS 18 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates, and Error Dwi Martani Latar Belakang o Tujuan o Menentukan kriteria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Instrumen keuangan merupakan kontrak yang mengakibatkan timbulnya aset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan selalu berusaha untuk mencapai tujuannya. Untuk menunjang tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva tetap tertentu untuk memperlancar

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) Pelatihan APHI 18 MEI 2011 Dwi Martani & Taufik Hidayat Staf Pengajar Departemen Akuntansi FEUI Tim Penyusun

Lebih terperinci

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010 Akuntansi Keuangan serta Workshop PSAK Terbaru" 1 PSAK TERBARU Dr. Dwi Martani Tiga Pilar Standar Akuntansi 2 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK-ETAP Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Standar akuntansi

Lebih terperinci

KONVERGENSI KETENTUAN PERPAJAKAN KE IFRS. Godang P. Panjaitan

KONVERGENSI KETENTUAN PERPAJAKAN KE IFRS. Godang P. Panjaitan KONVERGENSI KETENTUAN PERPAJAKAN KE IFRS Godang P. Panjaitan Wajib pajak yang hendak melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Badan (SPT PPh Badan) menggunakan laba atau rugi sebelum pajak, dari

Lebih terperinci

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP Edisi : IX/September 2009 LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP Oleh: Ikhlasul Manna Muhammad Fahri Keduanya Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan I. PENDAHULUAN PSAK 16 (Revisi

Lebih terperinci

Indonesian Institute Of Certified Public Accountants TECHNICAL newsflash

Indonesian Institute Of Certified Public Accountants TECHNICAL newsflash Indonesian Institute Of Certified Public Accountants SUMMARY: PENERAPAN ISAK 8 DAN PSAK 30 IsAK 8 yang berlaku di Indonesia mengharuskan perjanjian yang secara substansial menyerahkan hak untuk menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keuangan suatu entitas yang akan digunakan oleh stakeholder sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keuangan suatu entitas yang akan digunakan oleh stakeholder sebagai salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai salah satu output utama. Akuntansi berfungsi untuk mengindetifikasi,

Lebih terperinci

22/02/2018. Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA, CPSAK

22/02/2018. Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA, CPSAK Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA, CPSAK 1 Latar Belakang Tujuan Menentukan kriteria dalam pemilihan dan perubahan kebijakan akuntansi. Perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas: Perubahan kebijakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan

Lebih terperinci

pt iapi manufaktur Suatu Ilustrasi Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia

pt iapi manufaktur Suatu Ilustrasi Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia pt iapi manufaktur Suatu Ilustrasi Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia www.iapi.or.id Suatu Ilustrasi Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Lebih terperinci

pt iapi manufaktur Suatu Ilustrasi Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia - Industri Manufaktur Edisi Februari 2017

pt iapi manufaktur Suatu Ilustrasi Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia - Industri Manufaktur Edisi Februari 2017 pt iapi manufaktur Suatu Ilustrasi Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia - Industri Manufaktur Edisi Februari 2017 www.iapi.or.id Suatu Ilustrasi Laporan Keuangan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) SAK ETAP yaitu standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan

Lebih terperinci

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA Evi Maria Staf Pengajar Program Profesional - Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52

Lebih terperinci

DENGAR PENDAPAT PUBLIK & SOSIALISASI SAK

DENGAR PENDAPAT PUBLIK & SOSIALISASI SAK DENGAR PENDAPAT PUBLIK & SOSIALISASI SAK Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Menteng 16 Oktober 2017 Materi ini dipersiapkan sebagai bahan pembahasan isu terkait, dan

Lebih terperinci

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia PSAK 25 (Revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia Agenda 1. Lingkup dan Aplikasi Standar 2. Kebijakan Akuntansi dan

Lebih terperinci

DRAF EKSPOSUR PSAK 73 SEWA

DRAF EKSPOSUR PSAK 73 SEWA DRAF EKSPOSUR PSAK 73 SEWA Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Ruang Mawar, Balai Kartini 8 Juni 2017 Materi ini dipersiapkan sebagai bahan pembahasan isu terkait, dan tidak merepresentasikan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP Materi ini dipersiapkan oleh Divisi Teknis IAI sebagai bagian yang takterpisahkan dari Discussion Paper Reviu 1 Ruang lingkup Small and medium entities (SMEs),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam, terutama dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi memiliki sarana yang akan dicapai, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konvergensi PSAK dengan IFRS/IAS merupakan salah satu komitmen dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International Federation of Accountants

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN. ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN (Skripsi) OLEH Nama : Veronica Ratna Damayanti NPM : 0641031138 No Telp :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah media yang dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak manajemen dengan para pihak berkepentingan (Margaretta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian dan Karakteristik Aset Tetap Aset tetap adalah aset yang memiliki masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki

Lebih terperinci

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan? Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan? Oleh: Tarkosunaryo Paper ini bermaksud untuk menyajikan analisis penggunaan mata uang yang seharusnya digunakan oleh perusahaan dalam menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam melakukan persaingan internasional, terutama perusahaan-perusahaan yang melakukan transaksi bisnis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PSAK, SAK ETAP, DAN SAK EMKM

PERBANDINGAN PSAK, SAK ETAP, DAN SAK EMKM PERBANDINGAN PSAK, SAK ETAP, DAN SAK EMKM OLEH Kelompok 12: Muttaqin Abdillah Linda Nur Yuniant Widyarini Pangest Fyana Putri Permata C1C014017 C1C014042 C1C014062 C1C014096 JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS dan membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi

Lebih terperinci

1 Universitas Bhayangkara Jaya

1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang cepat dalam pasar modal global memberi arti bahwa dimensi internasional dari akuntansi menjadi semakin penting dari masa sebelumnya bagi kalangan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI TERKAIT TAX AMNESTY DAN ISSUE-ISSUE TERKAIT

STANDAR AKUNTANSI TERKAIT TAX AMNESTY DAN ISSUE-ISSUE TERKAIT 1 STANDAR AKUNTANSI TERKAIT TAX AMNESTY DAN ISSUE-ISSUE TERKAIT Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA,CPSAK Agenda Hari Ini 2 Review UU No 11 tahun 2016 PSAK 70 Issue-issue Penerapan PSAK 70 UU Pajak No

Lebih terperinci

DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA

DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA Tanggapan tertulis atas discussion paper paling lambat diterima pada tanggal 1 Februari 2018. Tanggapan dikirimkan ke: Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang:

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang: AGENDA Pengantar Pengertian dasar Akuntansi Pajak Penghasilan sesuai SAK 46 Implementasi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan Penyajian Pajak Kini dan Pajak Tangguhan dalam Laporan Keuangan Komersial Aset dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70 AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70 Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak.,

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

Koreksi Editorial SAK

Koreksi Editorial SAK Koreksi Editorial SAK Koreksi editorial berisi amandemen yang diperlukan karena adanya kesalahan penulisan atau proses penataan dokumen. Koreksi editorial dapat berisi koreksi atas kesalahan pengejaan

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP Nia Herlina Program Studi Akuntansi STIE STEMBI, niaherlina01@gmail.com Abstrak Tujuan_Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Standar

Lebih terperinci

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah )

PT SURYA TOTO INDONESIA Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 30 Juni 2010 dan 2009 ( Dalam Rupiah ) 1 UMUM a. Pendirian Perusahaan PT. Surya Toto Indonesia Tbk. ("Perusahaan") didirikan tanggal 11 Juli 1977 dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1, tahun 1967 berdasarkan akte yang dibuat

Lebih terperinci

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan BAB 1 Apa itu AKUNTANSI? Akuntansi adalah seni yg menurut kepercayaan luas pertama kali ditemukan oleh Fra Luca Bartolomeo de Pacioli, seorang ahli matematika Italia dan friar Franciscan di abad ke 16

Lebih terperinci

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP SAK UMUM vs SAK ETAP No Elemen PSAK SAK ETAP 1 Penyajian Laporan Keuangan Laporan posisi keuangan Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan Pembedaan asset lancar dan tidak lancar dan laibilitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat. BAB 2 LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Pengertian Akuntansi menurut Weygant, Kieso dan Kimmel (2011) adalah suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi, relevansi, dan keseragaman agar dapat diperbandingkan. dengan laporan keuangan perusahaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi, relevansi, dan keseragaman agar dapat diperbandingkan. dengan laporan keuangan perusahaan lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahanperubahannya, serta hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap tanaman menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa

Lebih terperinci

PERSIAPAN PENERAPAN PSAK ETAP Oleh : Syarief Basir, CPA, SH, MBA

PERSIAPAN PENERAPAN PSAK ETAP Oleh : Syarief Basir, CPA, SH, MBA Edisi : Juli 2010 PERSIAPAN PENERAPAN PSAK ETAP Oleh : Syarief Basir, CPA, SH, MBA Tidak lama lagi, atau pada 1 Januari 2011, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (PSAK

Lebih terperinci

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998) Jurnal Ilmiah ESAI Volume 6, Nomor 2, April 2012 ISSN No. 1978-6034 Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998) A Review of PSAK No.

Lebih terperinci

DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR AMENDEMEN PSAK 71: INSTRUMEN KEUANGAN TENTANG FITUR PERCEPATAN PELUNASAN DENGAN KOMPENSASI NEGATIF

DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR AMENDEMEN PSAK 71: INSTRUMEN KEUANGAN TENTANG FITUR PERCEPATAN PELUNASAN DENGAN KOMPENSASI NEGATIF DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR AMENDEMEN PSAK 71: INSTRUMEN KEUANGAN TENTANG FITUR PERCEPATAN PELUNASAN DENGAN KOMPENSASI NEGATIF DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IAI Grha Akuntan/ Jumat, 8 Desember

Lebih terperinci

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi.

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi. Berikut adalah isi dari PSAK 28 Revisi 2012 dan PSAK 36 Revisi 2012 berikut Dasar Kesimpulan yang disadur dari website IAI: www.iaiglobal.or.id. PT Padma Radya Aktuaria tidak bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur, aset tetap merupakan bagian penting dari kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan pada umumnya perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1. Definisi Aset Tetap Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang cukup bagi pengguna laporan keuangan agar mampu membuat keputusan. Untuk itu, laporan keuangan tidak

Lebih terperinci

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Laporan No. AR/L-099/12 Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi PT Sidomulyo Selaras Tbk Kami telah mengaudit laporan posisi keuangan konsolidasian PT Sidomulyo Selaras Tbk

Lebih terperinci

PT TUNAS ALFIN Tbk LAPORAN KEUANGAN DENGAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN TANGGAL 31 DESEMBER 2016 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT

PT TUNAS ALFIN Tbk LAPORAN KEUANGAN DENGAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN TANGGAL 31 DESEMBER 2016 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT LAPORAN KEUANGAN DENGAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN TANGGAL 31 DESEMBER 2016 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT Daftar Isi Halaman Surat Pernyataan Direksi Laporan Auditor Independen Laporan

Lebih terperinci

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015 DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Properti investasi adalah properti berupa tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya yang dikuasai oleh pemilik (lessee) melalui sewa pembiayaan

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN/ATAU PENAMBAHAN INFORMASI ATAS INFORMASI TAMBAHAN

PERBAIKAN DAN/ATAU PENAMBAHAN INFORMASI ATAS INFORMASI TAMBAHAN PERBAIKAN DAN/ATAU PENAMBAHAN INFORMASI ATAS INFORMASI TAMBAHAN INFORMASI INI MERUPAKAN PERBAIKAN DAN/ATAU PENAMBAHAN INFORMASI ATAS INFORMASI TAMBAHAN YANG TELAH DIPUBLIKASIKAN DI WEBSITE BURSA EFEK INDONESIA

Lebih terperinci

ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN

ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. (revisi 00) PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ASET TIDAK LANCAR YANG DIMILIKI UNTUK DIJUAL DAN OPERASI YANG DIHENTIKAN Desember 00 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Lebih terperinci

Standar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal

Standar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal SA 0 Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal SA paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN AUDIT 0 PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

Taufik Hidayat,SE,Ak,MM

Taufik Hidayat,SE,Ak,MM PSAK 13 Properti Investasi Taufik Hidayat,SE,Ak,MM 1 Agenda 1. Ruang Lingkup 2. Klasifikasi Properti Investasi 3. Pengakuan 4. Pengukuran Awal 5. Pengukuran setelah Pengakuan Awal 6. Transfer 7. Pelepasan

Lebih terperinci

DISCUSSION PAPER REVIU KOMPREHENSIF ATAS SAK ETAP

DISCUSSION PAPER REVIU KOMPREHENSIF ATAS SAK ETAP DISCUSSION PAPER REVIU KOMPREHENSIF ATAS SAK ETAP Tanggapan tertulis atas discussion paper paling lambat diterima pada tanggal 1 Februari 2018. Tanggapan dikirimkan ke: Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SPR 00 Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 00 PERIKATAN UNTUK REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk reviu atas laporan keuangan

Lebih terperinci

01FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

01FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani Modul ke: AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I Fakultas 01FEB STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani Program Studi S1 Akuntansi Fitri Indriawati, SE., M.Si Apa

Lebih terperinci

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk Laporan Keuangan Pada Tanggal 30 Juni 2017 (tidak diaudit) dan 31 Desember 2016 (diaudit) Serta Periode Enam Bulan yang Berakhir 30 Juni 2017 dan 30 Juni 2016 (tidak diaudit)

Lebih terperinci

PSAK 5 : SEGMEN OPERASI IFRS 8 : Operating Segments. Presented by: Dwi Martani

PSAK 5 : SEGMEN OPERASI IFRS 8 : Operating Segments. Presented by: Dwi Martani PSAK 5 : SEGMEN OPERASI IFRS 8 : Operating Segments Presented by: Dwi Martani Agenda 1 Tujuan dan Ruang Lingkup 2 Kit Kriteriai Segmen 3 Pengungkapan segmen 4 Ilustrasi 2 Perspektif Pemakai Penyusunan

Lebih terperinci

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk Laporan Keuangan Pada Tanggal 31 Maret 2018 (tidak diaudit) dan 31 Desember 2017 (diaudit) Serta Periode Tiga Bulan yang Berakhir 31 Maret 2018 dan 31 Maret 2017 (tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA AUDIT LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP) DAN INTERNATIONAL STANDARD ON AUDITING ( ISA

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA AUDIT LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP) DAN INTERNATIONAL STANDARD ON AUDITING ( ISA ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA AUDIT LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP) DAN INTERNATIONAL STANDARD ON AUDITING ( ISA ) Riska Merdekawati 1, HariPurnomo 2, Ahmad Mukoffi

Lebih terperinci

PT Graha Sarana Duta dan Entitas Anak

PT Graha Sarana Duta dan Entitas Anak PT Graha Sarana Duta dan Entitas Anak Laporan keuangan konsolidasian beserta laporan auditor independen dan tahun yang berakhir pada tanggal tersebut LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN BESERTA LAPORAN AUDITOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika BAB 2 LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Penggolongan dan Perolehan Aset Tetap 1. Pengertian Aset Tetap Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika suatu aset digunakan untuk

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 26

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 26 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. BIAYA PINJAMAN Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus dibaca dalam kaitannya dengan paragraf penjelasan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA Agenda 1. 2. 3. 4. Perkembangan Standar ISAK 29 Pengupasan Tanah PSAK Terkait Diskusi PSAK Pertambangan Umum Tidak ada standar akuntansi khusus industri pertambangan

Lebih terperinci

IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA

IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA PERTANYAAN DAN JAWABAN TJ 04 IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA PELAPORAN AUDIT TERKAIT PENERAPAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA

Lebih terperinci

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK PERTANYAAN DAN JAWABAN TJ 07 IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK KOMITE ASISTENSI DAN IMPLEMENTASI STANDAR PROFESI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Standar Akuntansi Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan ED PSAK (revisi 2011) 4 Oktober 2011 exposure draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Biaya Pinjaman Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Tanggapan atas exposure draft

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Akuntansi Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan properti cukup berkembang pesat di beberapa negara. Pasar properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan. Kecuali ditentukan lain, entitas harus menerapkan amandemen dalam

Lebih terperinci