RESUME HASIL AUDIT VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

Transkripsi

1 RESUME HASIL AUDIT VERIFIKASI LEGALITAS KAYU A. Identitas LVLK Nama Nomor Akreditasi Alamat PT. GARDA MUTU PRIMA LVLK-024-IDN Bukit Cimanggu City Blok R2A No.4, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat Nomor Telepon/Faks/ Telp : kontak@gardamutuprima.com Website : Direktur Standar Audit Ir. Sugeng Hariyadi, MM Lampiran 2.6 Perdirjen PHPL Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 jo. P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 Tim Audit 1. Edi Wilson, S.Hut. (Lead Auditor) 2. Dede Sopyandi, SP. (Auditor Magang) Pengambil Keputusan Ir. Sugeng Hariyadi, MM B. Identitas Auditee Nama Nomor & Tanggal SK Kapasitas Izin Lokasi Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks/ - Pengurus Nomor Sertifikat PO. RACHMAT HIDAYAT Keputusan Kepala Desa Kalongsawah Kec. Jasinga Kab. Bogor No: 001/X/KS/IPKR/2016, Tanggal 12 Oktober m 3 /tahun (Kayu Gergajian) Jl. Raya Bogor Jasinga, Km 42, Desa Kalongsawah, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Jl. Raya Bogor Jasinga, Km 42, Desa Kalongsawah, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Rachmat Hidayat, Syarif Hidayat GMP/2017/30001 Masa berlaku Sertifikat 6 (enam) tahun, terhitung dari tanggal 10 April 2017 s.d. 09 April 2023 C. Tahapan Audit Tahapan Waktu dan Tempat Catatan Pertemuan Pembukaan 24/01/2017, Lokasi industri IPKR Rachmat Hidayat, Jl. Raya Bogor Jasinga, Km 42, Desa Kalongsawah, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat - Dihadiri oleh Tim Audit PT Garda Mutu Prima, Assesor KAN, Wakil Manajemen/MR dan perwakilan karyawan Auditee. - Materi Pertemuan Pembukaan diantaranya: Perkenalan peserta; konfirmasi rencana, ruang lingkup, tujuan dan sasaran, standar audit; penjelasan metodologi dan tahapan audit; konfirmasi bahasa yang digunakan; Konfirmasi terkait kerahasiaan dan kesediaan auditee untuk menyediakan data/informasi secara lengkap dan transparan; informasi mengenai ketentuan yang QC : 13/09/2016 Halaman 1

2 Verifikasi Dokumen dan Observasi Lapangan Pertemuan Penutupan 24/01/2017, Lokasi industri IPKR Rachmat Hidayat, Jl. Raya Bogor Jasinga, Km 42, Desa Kalongsawah, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat 25/01/2017, Lokasi industri IPKR Rachmat Hidayat, Jl. Raya Bogor Jasinga, Km 42, Desa Kalongsawah, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dapat menyebabkan audit dihentikan; konfirmasi Perwakilan Manajemen (MR); Tanya jawab; penandatangan BA Pertemuan Pembukaan. Melakukan verifikasi dokumen dan observasi lapangan, serta klarifikasi melalui wawancara dengan Auditee sesuai dengan ruang lingkup dan standar audit mengacu kepada Perdirjen PHPL No. P.14/PHPL/SET/4/2016 jo. P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016, Lampiran 2.6 Standar Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang IUIPHHK Kapasitas 6000 M 3 /tahun dan IUI dengan Nilai Investasi 500 Juta. - Dihadiri oleh Tim Audit PT Garda Mutu Prima, Assesor KAN, Wakil Manajemen/MR dan perwakilan karyawan Auditee. - Materi Pertemuan Penutupan diantaranya: Pemaparan kesimpulan hasil audit secara ringkas; penjelasan dan konfirmasi temuan ketidaksesuaian dan observasi serta waktu pemenuhannya; penjelasan tahapan sertifikasi selanjutnya; tanya jawab; penandatanganan Berita Acara Pertemuan Penutupan. Pengambilan Keputusan 06/02/2017, Kantor PT Garda Mutu Prima, Bogor Provinsi Jawa Barat. Keputusan Sertifikasi VLK IPKR PO. Rachmat Hidayat adalah Memenuhi. Diterbitkan Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK), dengan masa berlaku 6 (enam) tahun, dan penilikan selambat-lambatnya setiap 24 (dua puluh empat) bulan sekali selama masa berlaku S-LK. D. Resume P 1 Pemegang izin usaha mendukung terselenggaranya perdagangan kayu yang sah. 1.1 Unit usaha dalam bentuk: (a) Industri memiliki izin yang sah, dan (b) Eksportir produk olahan memiliki izin yang sah Unit usaha adalah produsen yang memiliki izin yang sah a Akta pendirian perusahaan dan/atau perubahan terakhir untuk perusahaan yang berbadan hukum atau KTP bagi usaha perorangan. Memenuhi Auditee perusahaan milik perorangan. Tersedia KTP Pemilik Usaha a.n. Rachmat Hidayat, dengan NIK: dan alamat: Kp. Kalongsawah RT/RW 004/006, Desa Kalongsawah, Kec. Jasinga b Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Izin Perdagangan yang tercantum dalam izin industri. Memenuhi Auditee masih dalam proses pengurusan SIUP. Tersedia bukti pengurusan SIUP dari instansi yang berwenang berupa bukti tanda terima pengurusan dokumen dari BPMTP Kab. Bogor, tanggal 14 November QC : 13/09/2016 Halaman 2

3 1.1.1.c Izin HO (izin gangguan lingkungan sekitar industri). Memenuhi Auditee masih dalam proses pengurusan Izin Gangguan (HO). Tersedia bukti tanda terima pengurusan Izin Gangguan (HO) dari instansi berwenang, dan surat pernyataan tidak keberatan dari warga sekitar lokasi IPKR d e f g h Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dokumen lingkungan hidup (UKL- UPL/SPPL/DPLH/SIL/DELH / dokumen lingkungan hidup lain yang setara). IUIPHHK, Izin Usaha Industri (IUI) atau Izin Usaha Tetap (IUT). Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) untuk IUIPHHK. Memenuhi Auditee masih dalam proses pengurusan TDP. Tersedia bukti tanda terima pengurusan TDP dari BPMTP Kab. Bogor, tanggal 14 November Memenuhi Tersedia NPWP pemilik usaha dengan No NPWP tersebut telah sesuai dengan dokumen terkait lainnya. Memenuhi Tersedia dokumen SPPL Auditee yang telah disahkan oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kab. Bogor, tanggal 17 November Memenuhi Tersedia dokumen Izin industri yaitu Keputusan Kepala Desa Kalongsawah Kec. Jasinga Kab. Bogor No: 001/X/KS/IPKR/2016, tanggal 12 Oktober 2016 Tentang Izin IPKR Rachmat Hidayat dengan kapasitas m 3 /tahun. SK tersebut telah sesuai dengan dokumen terkait lainnya. Jenis usaha yang dijalankan sesuai dengan izin yang diberikan. Memenuhi RPBBI tahun 2016 telah telah dilaporkan secara manual kepada Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor, dan RPBBI tahun 2017 telah dilaporkan ke Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Realisasi pemenuhan bahan baku Auditee sesuai dengan RPBBI yang telah dilaporkan. 1.2 Importir Kayu dan Produk Kayu Importir adalah importir yang memiliki izin yang sah. Dokumen identitas importir Importir memiliki sistem uji tuntas (due diligence). Panduan/pedoman/prosed ur pelaksanaan dan bukti pelaksanaan sistem uji tuntas (due diligence) importir. Auditee tidak memiliki dokumen pengenal importir yang sah dan tidak melakukan kegiatan impor. Bahan baku kayu Auditee seluruhnya berasal dari sumber domestik (hutan hak). Auditee tidak memiliki dokumen pengenal importir yang sah dan tidak melakukan kegiatan impor. 1.3 Unit Usaha Dalam Bentuk Kelompok. Tidak berlaku untuk IUIPHHK kapasitas >6.000 m 3 /tahun. QC : 13/09/2016 Halaman 3

4 1.3.1 Kelompok memiliki akte notaris pembentukan kelompok atau dokumen pembentukan kelompok a Akte notaris pembentukan kelompok atau dokumen pembentukan kelompok. Auditee bukan kegiatan usaha dalam bentuk kelompok b Internal audit anggota kelompok. Auditee bukan kegiatan usaha dalam bentuk kelompok. P 2 Unit usaha mempunyai dan menerapkan sistem penelusuran kayu yang menjamin keterlacakan kayu dari asalnya. 2.1 Keberadaan dan penerapan sistem penelusuran bahan baku (termasuk kayu impor) dan hasil olahannya Unit usaha mampu membuktikan bahwa bahan baku yang diterima berasal dari sumber yang sah a Dokumen jual beli/nota atau Kontrak suplai bahan baku dilengkapi bukti pembelian. Memenuhi Seluruh penerimaan/pembelian bahan baku kayu rakyat selama periode Oktober 2016 s.d. Januari 2017 telah dilengkapi dengan dokumen jual beli berupa nota/kwitansi pembelian b Daftar Pemeriksaan Kayu Bulat (DPKB). Auditee tidak menggunakan bahan baku kayu bulat dari hutan negara. Kayu bulat/bahan baku industri Auditee seluruhnya berasal dari kayu bulat hutan rakyat yang berlokasi di Kab. Bogor c Bukti serah terima kayu selain kayu bulat dari hutan negara, dilengkapi dengan dokumen angkutan hasil hutan yang sah. Memenuhi Seluruh penerimaan kayu hutan rakyat selama periode November 2016 s.d. Januari 2017 telah dilengkapi dengan bukti serah terima kayu berupa nota/kwitansi dan dilengkapi dengan nota angkutan dan DKP d Dokumen angkutan hasil hutan yang sah. Memenuhi 1. Seluruh penerimaan bahan baku kayu Auditee selama periode Oktober 2016 s.d. Januari 2017 berasal dari hutan rakyat yang berlokasi di Kab. Bogor dan telah didukung dengan dokumen angkutan yang sah berupa Nota Angkutan. 2. uji petik stok bahan baku di lapangan menunjukkan kesesuaian antara fisik kayu (jenis dan perkiraan volume) dengan dokumen. 3. Jumlah volume di dalam Nota Angkutan sesuai dengan LMKB pada periode yang sama e Nota dan Dokumen Keterangan (Berita Acara dari petugas kehutanan atau dari Aparat Desa /Kelurahan) yang dapat menjelaskan asal usul untuk kayu bekas/hasil bongkaran/sampah kayu bukan dari kayu lelang, serta DKP. Auditee tidak menggunakan kayu bekas/hasil bongkaran/sampah kayu maupun kayu lelang. Seluruh bahan baku Auditee berasal dari kayu bulat hutan rakyat yang berlokasi di Kab. Bogor. QC : 13/09/2016 Halaman 4

5 2.1.1.f Dokumen angkutan berupa Nota untuk kayu limbah industri. Auditee tidak menggunakan kayu limbah industri. Seluruh bahan baku Auditee berasal dari kayu bulat hutan rakyat yang berlokasi di Kab. Bogor g Dokumen S-LK/ S-PHPL yang dimiliki pemasok dan/atau DKP dari Pemasok. Memenuhi 1. Seluruh pemasok bahan baku kayu Auditee adalah pemilik/pengelola hutan rakyat dan telah menerbitkan DKP. 2. Auditee telah memiliki prosedur pengecekan DKP dan tersedia personel pemeriksa DKP yang ditunjuk melalui surat No. 05/RH/10/2016, tanggal 10 Oktober Tersedia laporan hasil pemeriksaan DKP pemasok selama periode audit h Informasi terkait VLBB untuk pemasok yang belum memiliki S-LK/S- PHPL/DKP. Seluruh pemasok kayu bulat Auditee adalah pemilik hutan hak yang telah menerbitkan DKP i Dokumen pendukung RPBBI. Memenuhi RPBBI terakhir (tahun berjalan) yang telah dilaporkan didukung dokumen sumber bahan baku sesuai dengan sumber bahan baku yaitu LMKB per 31 Desember Importir mampu membuktikan bahwa kayu yang diimpor berasal dari sumber yang sah a Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Seluruh bahan baku industri Auditee berasal dari Hutan Rakyat, dan tidak terdapat penerimaan bahan baku kayu impor b Bill of Lading (B/L). Auditee tidak menggunakan bahan baku impor c Packing List (P/L). Auditee tidak menggunakan bahan baku impor d Invoice. Auditee tidak menggunakan bahan baku impor e Deklarasi. Auditee tidak menggunakan bahan baku impor f Bukti pembayaran bea masuk (bila terkena bea masuk). Auditee tidak menggunakan bahan baku impor g Dokumen lain yang relevan (diantaranya CITES) untuk jenis kayu yang dibatasi perdagangannya. Auditee tidak menggunakan bahan baku impor h Bukti penggunaan kayu dan produk turunannya. Auditee tidak menggunakan bahan baku impor Unit usaha menerapkan sistem penelusuran kayu a Tallysheet penggunaan bahan baku dan hasil produksi. Memenuhi Tersedia tallysheet/catatan penggunaan bahan baku dan hasil produksi harian selama periode audit. Informasi yang terdapat pada catatan tersebut dapat memberikan informasi ketelusuran asal usul bahan baku. QC : 13/09/2016 Halaman 5

6 2.1.3.b Laporan produksi hasil olahan. Memenuhi 1. Laporan produksi Auditee selama periode audit sesuai Laporan Mutasi kayu. Selama periode tersebut hasil produksi kayu gergajian adalah sebesar ±208 m Terdapat hubungan yang logis antara inputoutput dengan rendemen c Produksi industri tidak melebihi kapasitas produksi yang diizinkan. Memenuhi 1. Jenis produk Auditee sesuai dengan izin industri yaitu kayu gergajian. 2. Realisasi produksi Auditee tidak melebihi kapasitas izin. Ratio realisasi produksi Auditee selama tiga bulan terakhir adalah sekitar 9 % dari kapasitas izin d produksi yang berasal dari kayu lelang dipisahkan. Seluruh bahan baku kayu yang digunakan Auditee s.d. bulan Januari 2017 berasal dari hutaan rakyat dan tidak terdapat penggunaan bahan baku yang berasal dari kayu lelang e Dokumen catatan/ laporan mutasi kayu. Memenuhi Tersedia catatan mutasi bahan baku dan hasil produksi bulanan Auditee selama periode audit. Laporan mutasi tersebut sesuai dengan dokumen pendukungnya (laporan penggunaan bahan baku dan laporan hasil produksi) pada periode yang sama Proses pengolahan produk melalui jasa dengan pihak lain (industri lain atau pengrajin/ industri rumah tangga) a Dokumen S-LK atau DKP. Verifier tidak berlaku bila penyedia jasa bukan industri pengolahan kayu. Auditee melakukan sendiri proses produksinya dan tidak melakukan mekanisme kontrak kerjasama atau kontrak jasa pengolahan produk dengan pihak lain b Kontrak jasa pengolahan produk antara auditee dengan pihak penyedia jasa (pihak lain). Auditee tidak melakukan kontrak jasa pengolahan produk dengan pihak lain c Berita acara serah terima kayu yang dijasakan. Auditee tidak melakukan kontrak jasa pengolahan produk dengan pihak lain d Ada pemisahan produk yang dijasakan pada perusahaan penyedia jasa. Auditee tidak melakukan kontrak jasa pengolahan produk dengan pihak lain e Adanya pendokumentasian bahan baku, proses dan produksi dan ekspor apabila ekspor dilakukan melalui industri penyedia jasa. Auditee tidak melakukan kontrak jasa pengolahan produk dengan pihak lain. P 3 Keabsahan perdagangan atau pemindahtanganan hasil produksi. 3.1 Perdagangan atau pemindahtanganan hasil produksi dengan tujuan domestik. QC : 13/09/2016 Halaman 6

7 3.1.1 Unit usaha menggunakan dokumen angkutan hasil hutan yang sah untuk perdagangan atau pemindahtanganan hasil produksi dengan tujuan domestik. Dokumen angkutan hasil hutan yang sah. Memenuhi Seluruh pemindahtanganan produk Kayu gergajian Auditee dengan tujuan domestik/lokal telah didukung dengan dokumen angkutan berupa Nota Angkutan. 3.2 Pengapalan kayu olahan untuk ekspor Pengapalan kayu olahan untuk ekspor harus memenuhi kesesuaian dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) a Produk hasil olahan kayu yang diekspor. Seluruh produk hasil olahan/kayu gergajian Auditee dipasarkan dengan tujuan domestik (lokal) dan tidak diekspor b Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) c Packing list (P/L) d Invoice e Bill of Lading (B/L) f Dokumen V-Legal untuk produk yang wajib dilengkapi dengan Dokumen V-Legal g verifikasi teknis (Laporan Surveyor) untuk produk yang wajib verifikasi teknis h Bukti pembayaran bea keluar bila terkena bea keluar i Dokumen lain yg relevan (diantaranya CITES) untuk jenis kayu dibatasi perdagangannya. 3.3 Pemenuhan Penggunaan Tanda V-Legal Implementasi Tanda V-Legal. P 4 Tanda V-Legal yang dibubuhkan sesuai ketentuan. Auditee belum mendapatkan S-LK, sehingga belum berhak untuk membubuhkan Tanda V- Legal pada produk atau dokumen. Pemenuhan terhadap peraturan ketenagakerjaan bagi industri pengolahan. 4.1 Pemenuhan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Prosedur dan implementasi K a Pedoman/prosedur K3. Memenuhi Tersedia prosedur K3 dan tersedia personel yang ditunjuk untuk bertanggung jawab dalam rangka QC : 13/09/2016 Halaman 7

8 implementasi K3 di lapangan yang ditetapkan melalui surat pimpinan Auditee b Implementasi K3. Memenuhi 1. Tersedia peralatan K3 dengan jumlah sesuai kebutuhan dan dan berfungsi baik yaitu: APD (sepatu Boot, helm, sarung tangan, masker), APAR, dan perlengkapan P3K. 2. Tersedia tanda/jalur evakuasi dan titik kumpul keadaan darurat di sekitar lokasi pabrik, serta terdapat spanduk himbauan K c Catatan kecelakaan kerja. Memenuhi Tersedia laporan Kecelakaan Kerja yang menyatakan bahwa selama periode audit tidak pernah terjadi kecelakaan kerja. 4.2 Pemenuhan hak-hak tenaga kerja Kebebasan berserikat bagi pekerja. Serikat pekerja atau kebijakan perusahaan (auditee) yang membolehkan untuk membentuk atau terlibat dalam kegiatan serikat pekerja. Upaya pencegahan dan penangananan kecelakaan kerja yang dipersiapkan Auditee adalah dengan menyediakan peralatan K3 dan perlengkapan P3K. Jika terjadi kecelakaan kerja yang memerlukan penanganan lebih lanjut, maka akan dibawa ke Puskesmas terdekat. Memenuhi Terdapat pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa Auditee membolehkan para pekerja untuk membentuk atau terlibat dalam serikat pekerja. wawancara dengan perwakilan karyawan menyatakan bahwa Auditee tidak pernah menghalang-halangi kebebasan berserikat/ berkumpul dan berpendapat para pekerja Adanya Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Peraturan Perusahaan (PP) yang mengatur hak-hak pekerja untuk IUIPHHK dan IUI yang mempekerjakan karyawan > 10 orang. Ketersediaan Dokumen KKB atau PP yang mengatur hak-hak pekerja. Jumlah tenaga kerja Auditee adalah sebanyak 7 orang Tidak mempekerjakan anak di bawah umur (di luar ketentuan). Pekerja yang masih di bawah umur. Keterangan : N/A (Not applicable/tidak diterapkan) Sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka Auditee tidak wajib membuat Peraturan Perusahaan (PP). Memenuhi Auditee tidak mempekerjakan pekerja yang masih dibawah umur. QC : 13/09/2016 Halaman 8