KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 27 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Cianjur termasuk dalam wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Secara administratif, kabupaten Cianjur berbatasan di sebelah Utara dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Garut, dan bagian Selatan merupakan wilayah Samudera Indonesia. Wilayah Kabupaten Cianjur meliputi areal seluas ha terdiri dari 32 Kecamatan, 6 Kelurahan dan 354 Desa. Secara geografis wilayah Kabupaten Cianjur terbagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu Cianjur Bagian Utara, Tengah dan Selatan. Cianjur Bagian Utara merupakan wilayah di kaki Gunung Gede dengan ketinggian M di atas permukaan laut, sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi pegunungan dan sebagian lagi merupakan dataran yang dipergunakan untuk areal perkebunan dan persawahan. Cianjur Bagian Tengah merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan struktur tanah yang labil sering terjadi tanah longsor dan merupakan daerah yang rawan terjadi gempa bumi. Sedangkan dataran lainnya merupakan areal perkebunan dan persawahan. Cianjur Bagian Selatan merupakan daerah dataran rendah, serta terdapat banyak bukit-bukit yang diselingi oleh pegunungan yang melebar sampai ke daerah pantai Samudera Indonesia. Seperti halnya daerah Cianjur Bagian Tengah, Bagian Selatanpun tanahnya labil dan sering terjadi longsor Iklim Iklim di Kabupaten Cianjur umumnya bertipe iklim Af, kecuali sebagian wilayah Kecamatan Cidaun beriklim Am dan wilayah Gunung Gede beriklim Cf (tipe iklim menurut Koppen). Keadaan curah hujan di Kabupaten Cianjur menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk pada iklim basah yaitu type A dan type B dan sebagian kecamatan mempunyai tipe C dan D.

2 Gambar 5. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur 28

3 DAS Kabupaten Cianjur memiliki banyak sungai yang terbagi menjadi dua Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Citarum dan DAS Cibuni-Cilaki. Sungai Citarum merupakan sungai utama yang mengalir ke bagian Utara dengan beberapa anak sungainya di Kabupaten Cianjur antara lain Sungai Cibebet, Sungai Cikundul, Sungai Cibalagung dan Sungai Cisokan. Sungai Citarum melintasi beberapa kecamatan mulai dari kecamatan Bojongpicung yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat sampai dengan Kecamatan Cikalongkulon yang berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta. Di beberapa daerah, air mengalir sepanjang tahun karena curah hujan cukup tinggi, sehingga pada musim kemarau tidak terlihat adanya kekeringan. Sungaisungai yang mengalir mempunyai pola dendritik. Waduk Cirata yang terdapat di wilayah Kabupaten Cianjur membendung Sungai Citarum dengan luas genangan mencapai Ha. Selain sebagai sumber air, air yang terkumpul dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas sekitar 550 MW jam/tahun. Zona mata air di Kabupaten Cianjur terutama bersumber pada bagian lereng timur Gunung Gede, Gunung Wayang bagian Barat, Gunung Sembul dan Gunung Simpang bagian Selatan, serta Gunung Kuda bagian Selatan dan dataran tinggi Sukanagara-Campaka Penggunaan Lahan Tipe penggunaan lahan yang dominan di Kabupaten Cianjur berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2007 adalah perkebunan dengan luas mencapai 91,901 ha atau %. Perkebunan tersebar merata hampir di seluruh kecamatan terutama di bagian Selatan, Barat dan Utara wilayah kabupaten. Tipe penggunaan lahan kedua yang dominan adalah ladang dan semak belukar dengan proporsi luas masing-masing 17 % dan 16.97%. Ladang dan semak belukar banyak tersebar di bagian Selatan dan Tengah wilayah kabupaten. Tipe penggunaan lahan hutan yang masih ada di Kabupaten Cianjur adalah seluas 46,793 ha dengan sebaran di bagian Timur-Selatan wilayah kabupaten. Sawah irigasi dan tadah hujan banyak tersebar di bagian Utara dan Selatan wilayah kabupaten dengan luas total 66,411 ha atau setara %. Tabel 8 dan gambar 6 di bawah ini menunjukkan luas dan sebaran penggunaan lahan di kabupaten Cianjur.

4 30 Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Cianjur tahun 2007 Penggunaan Lahan Luas Ha % Kebun/Perkebunan 91, Ladang 61, Semak/Belukar 61, Hutan 46, Sawah Tadah Hujan 36, Sawah 29, Permukiman 22, Tubuh Air 10, Rawa 1, Pasir Pantai Jumlah 361, Sumber: Peta Penggunaan Lahan 2007

5 Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Cianjur tahun

6 Kesesuaian Lahan Peta kesesuaian lahan untuk sawah menunjukkan sebaran area-area yang secara fisik dapat dibudidayakan untuk padi sawah. Kriteria kesesuaian lahan untuk sawah di kabupaten Cianjur mencakup criteria sesuai (S), agak Sesuai ($), dan tidak sesuai. Umumnya tanah-tanah di kabupaten Cianjur termasuk pada criteria cukup sesuai ($) yang banyak tersebar di bagian Utara dan Selatan Kabupaten Cianjur. Persawahan terdapat di daerah Cianjur-Ciranjang, daerah sepanjang jalur aliran sungai Citarum, Cikundul, Cisokan (Kadupandak) dan sedikit di Sindangbarang. Sebagian besar merupakan sawah berpengairan teknis dan pedesaan. Faktor ketersediaan air sangat mempengaruhi musim tanam. Umumnya sawah berpengairan teknis dan pedesaaan di Kabupaten Cianjur dapat ditanami minimal 2 x dalam setahun, bahkan di beberapa wilayah ada yang dapt ditanamai 3 x dalam setahun. Area yang termasuk pada kategori sesuai dimana kondisik biofisik mendukung bagi budidaya tanaman padi sawah hanya sedikit berada di bagian Selatan wilayah Kabupaten. Tabel 9. Status Kesesuaian Lahan Kabupaten Cianjur Status Luas ha % Sesuai 7, Cukup Sesuai 122, Tidak Sesuai 231, Jumlah 361, Berdasarkan tabel di atas luas kesesuaian lahan dengan criteria Cukup Sesuai merupakan status yang cukup dominan di Kabupaten Cianjur dengan proporsi % atau ha. Jika dibandingkan dengan total luas wilayah kabupaten, maka status tidak sesuai merupakan yang paling dominan dengan area ha atau setara 64,05%. Area-area dengan status Sesuai hanya seluas ha atau setara 1,97%.

7 Gambar 7. Peta Status Kesesuaian Lahan Kabupaten Cianjur (Sumber: Peta RePPProT) 33

8 Kawasan Hutan Kawasan hutan di Kabupaten Cianjur mencakup areal seluas 36% yang terdiri dari hutan lindung, taman nasional, cagar alam, taman wisata alam, hutan produksi terbatas dan hutan produksi. Kawasan hutan lindung tersebar di bagian timur wilayah kabupaten, yaitu di kecamatan Bojongpicung, Campaka Mulya, Pagelaran, Cikadu dan Naringgul dengan total hutan lindung 22,391 ha (6,19%). Kawasan cagar alam tersebar di bagian selatan wilayah kabupaten yaitu di kecamatan Naringgul dan Cidaun dengan luas area 14,117 ha. Kabupaten Cianjur memiliki taman nasional yaitu di kawasan sekitar Gunung Gede dengan luas 2,322 ha. Tabel berikut ini menunjukkan luas kawasan hutan di Kabupaten Cianjur. Tabel 10. Luas Kawasan Hutan Kabupaten Cianjur Peruntukan Kawasan Luas ha % Areal Penggunaan Lain 266, Hutan Produksi Terbatas 28, Hutan Produksi 26, Hutan Lindung 22, Taman Wisata Alam Cagar Alam 14, Tubuh Air 2, Taman Nasional 2, Jumlah 361, Pemanfaatan kawasan hutan berdasarkan ketetapan Menteri Kehutanan terutama untuk pemanfaatan di luar bidang kehutanan memerlukan mekanisme tertentu tergantung jenis peruntukannya, misalnya berupa ijin pinjam pakai kawasan hutan maupun berupa tukar menukar kawasan hutan.

9 Gambar 8. Peta Kawasan Hutan Kabupaten Cianjur 35

10 Perijinan Perkebunan Perijinan perkebunan dalam bentuk Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan di Kabupaten terdiri dari perkebunan dengan jenis tanaman Karet, Teh, Kina dan Coklat. Tanaman teh merupakan perkebunan dengan luas HGU yang paling dominan tersebar di kecamatan Pacet, Cugenang, Campaka, Cibeber, Sukanagara, Takokak, dan Warungkondang dengan luas total ha. Sedangkan untuk tanaman karet, banyak tersebar di kecamatan Agrabinta, Cibinong, Cikalong Kulon dan Sindang Barang dengan luas ha. HGU perkebunan Kina hanya terdapat di Cibinong dengan luas ha dan HGU coklat terdapat di kecamatan Mande dan Cikalong Kulon dengan luas 496 ha. Berdasarkan data inventarisasi HGU Jawa Barat tahun 2006, perijinan perkebunan di Kabupaten Cianjur dari sisi lama waktu hak penggunaan dengan rentang waktu pemberian hak sekitar 25 tahun, bervariasi dari sisi masa berakhirnya hak, dan beberapa hak sudah habis masa ijinnya. Berikut ini tabel contoh perijinan HGU dengan masa berlakunya di kecamatan Cianjur. Tabel 11. Contoh HGU Perkebunan dan Masa Berlakunya Ijin No. NAMA PEMEGANG HAK NOMOR SK TGL BERAKHIR LUAS (ha) 1 PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Persero) 08/HGU/DA/ /12/1997 3,141 2 PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Persero) 08/HGU/DA/ /12/1997 1,970 3 PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Persero) 124/HGU/BPN/ /12/2022 1,794 4 PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (Persero) 124/HGU/BPN/ /12/ PT. HARTINDO PRATAMA INDAH 01/HGU/DA/ /12/2008 1,592 6 NV. FARMASI BINEKA KINA FARMA 31/HGU/BPN/ /12/2023 1,007 7 PT. BANYU SEGARA TRAD COY 32/HGU/DA/ /12/ PT. CIBANCET 03/HGU/DA/ /12/ PT. BETA RAYA INDONESIA 67/HGU/DA/ /12/ PT. CIBOGO GEULIS 36/HGU/ /12/

11 Gambar 9. Peta Perijinan HGU Perkebunan di Kabupaten Cianjur 37

12 Penduduk Berdasarkan data Potensi Desa Tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Cianjur mencapai jiwa. Bila dirinci berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa dengan sex ratio persen. Kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten Cianjur 591 jiwa/km 2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Cianjur jiwa/km 2 terdapat di Kecamatan Naringgul 168 jiwa/km 2. dan kepadatan terendah Jika dilihat latar belakang pekerjaan penduduknya, maka dari total KK di Kabupaten Cianjur sebanyak 65.77% diantaranya merupakan kelompok rumah tangga yang memiliki pekerjaan utama di bidang pertanian dengan komoditi utama yang diusahakan umumnya adalah Padi. Jika dilihat berdasarkan status pekerjaan di bidang pertanian, maka sebanyak 60.33% diantaranya merupakan KK pertanian yang bekerja sebagai buruh tani Ekonomi Indikator pembangunan di Kabupaten Cianjur dapat dilihat dari perkembangan persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010, sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar yaitu % dimana sebanyak 28.03%. berasal dari sumbangan sub sektor tanaman bahan makanan, dan sisanya dari sub sektor lainnya. Nilai sumbangan sektor pertanian dari tahun ke tahun semakin menurun, hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB dalam kurun waktu tahun Tahun 2008 sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB sebesar %, kemudian menurun di tahun 2009 menjadi 38.58% dan tahun 2010 menjadi 37.05%. Penurunan ini terjadi juga pada sub sektor tanaman bahan makanan, dimana di tahun 2008 sumbangannya terhadap PDRB sebesar 29.95% dan menurun menjadi 28.03% di tahun Sektor kedua yang memberikan sumbangan paling besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 24.7% yang nilai terbesarnya merupakan sumbangan sub sektor perdagangan, yaitu sebesar 18.35%. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Cianjur khususnya untuk sektor pertanian terjadi penurunan dari 8.06 % di tahun 2006 menjadi 5.33% di tahun Nilai PDRB Kabupaten Cianjur pada triwulan IV tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai 4,673 trilyun, dengan PDRB terbesar dicapai oleh sektor pertanian sebesar 1,556 trilyun. Tabel berikut ini menunjukkan laju

13 39 pertumbuhan PDRB Kabupaten Cianjur menurut lapangan usaha periode tahun Tabel 12. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Cianjur atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun LAPANGAN USAHA ) 2009*) 2010**) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 01. Pertanian Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan (21.18) 1.5 Perikanan Pertambangan dan penggalian , Industri pengolahan , Listrik, gas dan air bersih , Bangunan , Perdagangan, hotel dan restoran , Pengangkutan dan komunikasi , Keuangan, persewaan dan jasa (0,54) perusahaan 09. Jasa-jasa ,17 Produk Domestik Regional Bruto ,66 Sumber : BPS Kab. Cianjur Tahun 2010 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Erosi Kerusakan yang timbul karena erosi dapat terjadi di dua tempat yaitu di lokasi erosi sendiri dan ditempat mengendapnya tanah karena erosi. Dampak di tempat kejadian erosi dapat berupa kehilangan lapisan tanah yang kaya akan hara sehingga terjadi penurunan kesuburan tanah. Turunnya kesuburan tanah berakibat turunnya produktivitas tanah, sehingga untuk menghasilkan output yang sama deiperlukan energy yang lebih besar. Akhirnya erosi mengakibatkan pemiskinan petani penggarap dan atau pemilik lahan (Arsyad, 2006). Tingkat erosi aktual di Kabupaten Cianjur umumnya berada di bawah 14 ton/ha/tahun. Sedangkan tingkat erosi yang dapat ditoleransikan maksimum mencapai angka 12 ton/ha/tahun.

14 Gambar 10. Peta Erosi Aktual di Kabupaten Cianjur (Sumber:hasil analisis) 40

15 41 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Derajat Kesesuaian Metode Boolean dan WLC Aspek Biofisik Wilayah Sub faktor evaluasi kesesuaian lahan untuk sawah (tanaman pangan lahan basah/tplb) menunjukkan sebaran kesesuaian lahan secara biofisik dimana untuk lahan sawah sebaran kelas S (sesuai) dan $ (agak sesuai) terdapat di bagian selatan dan utara kabupaten Cianjur serta sebagian lagi terdapat di bagian barat (Gambar 11a). Pada metode bolean combination, Kelas S dan $ diberi nilai 1 dan N diberi nilai 0, sedangkan pada metode WLC kelas S diberi nilai 5 dan $ dalam hal ini diberi nilai 3 yang keduanya menunjukkan derajat kesesuaian. Sedangkan kelas N (tidak sesuai) diberi nilai 0. Sub faktor akses lahan ke sumber air dihitung dengan kriteria jarak ke sungai. Hasil analisis menunjukkan nilai jarak terdekat - terjauh ke sungai adalah 20 m 2000 m (Gambar 11b). Derajat kesesuaian pada metode boolean dibatasi dengan memberi nilai 1 untuk nilai <=jarak maksimum, sedangkan pada metode WLC dinilai dengan klasifikasi equal interval 5 kelas dengan nilai minimum 20 m dan maksimum 2000 m. Aspek keberlanjutan dapat ditunjukkan salah satunya dengan jumlah erosi aktual (A) yang lebih kecil dari nilai erosi yang dapat ditoleransi (tolerable soil loss/tsl). Secara teknis peta area dengan erosi aktual yang lebih kecil dari TSL diperoleh dengan melakukan operasi aritmatika spasial (pembagian) antara peta erosi aktual (Gambar 13a) dengan TSL. Jika hasil yang diperoleh (A/TSL) <= 1, maka unit pengamatan dianggap sesuai untuk ketersediaan lahan, sebaliknya jika A/TSL > 1, maka unit pengamatan dianggap tidak sesuai (Gambar 13b). Pada metode Boolean derajat kesesuaiannya menjadi 1 (A/TSL) <= 1 yang berarti sesuai, sedangkan untuk untuk A/TSL > 1 nilainya menjadi 0, yang berarti tidak sesuai. Untuk metode WLC derajat kesesuaian diklasifikasikan dengan skala 1-5 pada peta erosi aktual (A).

16 42 (a) (b) Gambar 11. Peta Kesesuaian Lahan Sawah (a) dan Peta Akses Lahan ke Sumber Air (b) Secara spasial, tingkat erosi aktual yang tinggi tersebar di wilayah dengan bentuk lahan cenderung berbukit bergunung seperti yang pada gambar 12.a direpresentasikan dengan warna merah muda-merah, seperti di kaki gunung gede dan sebagian tersebar di bagian selatan dengan kondisi lahan yang berbukit. Gambar berikut ini menunjukkan grafik sebaran tingkat erosi, dimana erosi aktual dibawah 14 ton/ha/tahun merupakan erosi aktual yang dominan terjadi di Kabupaten Cianjur.

17 43 Gambar 12. Sebaran Statistik Tingkat Erosi Aktual di Kabupaten Cianjur (a) (b) Gambar 13. Peta Erosi Aktual (a) dan Peta Status Erosi (b)

18 Aspek Sosial Ekonomi Sub faktor penggunaan lahan yang terdiri dari 11 tipe penggunaan lahan, yang memiliki nilai bobot tertinggi 5 adalah sawah dan sawah tadah hujan, sedangkan yang memiliki nilai bobot terendah adalah hutan dan perkebunan. Gambar 14 menunjukkan peta penggunaan lahan dan hasil reklasifikasi-nya berdasarkan kesesuaian terhadap lahan pertanian. Gambar tersebut menunjukkan representasi peta dengan pewarnaan dari hijau merah yang berarti semakin mendekati warna merah menunjukkan derajat kesesuaian yang semakin rendah. Sebaran penggunaan lahan dengan derajat kesesuaian yang rendah banyak terlihat di bagian selatan yang merupakan daerah dengan tipe penggunaan lahan hutan. Sedangkan warna hijau dibagian Utara, Tengah dan Selatan menunjukkan derajat kesesuaian yang tinggi dimana umunya berupa tipe penggunaan lahan sawah dn sawah tadah hujan. Sub faktor akses lahan ke pasar, dengan asumsi pusat pasar berada di pusat kecamatan dan pusat kota kabupaten, menunjukkan nilai jarak lahan pertanian dengan jarak terjauh kurang lebih 20.5 km. Sub faktor akses lahan pertanian ke jalan dinilai dengan mengukur jarak lahan pertanian dengan jarak terjauh lahan pertanian ke jalan sekitar 7.5 km Aspek Legal Sub faktor RTRW yang memiliki nilai tertinggi (5) adalah pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering, sedangkan tipe alokasi yang terendah nilainya (1) diantaranya adalah kawasan perkebunan. Sub faktor perijinan terdiri dari dua, yaitu kawasan hutan dan HGU perkebunan. Untuk kawasan hutan yang diberi nilai tertinggi (5) adalah areal penggunaan lain, sedangkan untuk HGU perkebunan, semuanya diberi nilai 5 kecuali yang telah dilalokasikan untuk perkebunan diberi nilai 0. Kedua data ini kemudian digabungkan menjadi sub faktor perijinan seperti dapat dilihat pada

19 45 gambar dibawah ini. Sub faktor tanah adat untuk kabupaten Cianjur tidak ditemukan sehingga dapat diabaikan. Gambar 14. Peta Penggunaan Lahan dan Statusnya terhadap Ketersediaan Lahan Pertanian 5.2. Kendala Kendala menunjukkan kondisi yang tidak sesuai (bernilai nol) untuk semua sub faktor yang ada. Kendala yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah tubuh air (danau/situ/sungai) dan bangunan/permukiman dari sub faktor penggunaan lahan; kawasan lindung dari sub faktor RTRW, hutan lindung dari sub faktor perijinan kawasan hutan Hasil Analisis AHP untuk Nilai W dari Sub Faktor Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa sub faktor kesesuaian lahan merupakan sub faktor dengan bobot tertinggi (16,7%) dibandingkan dengan sub faktor lain. Sub faktor kedua adalah sub faktor akses lahan ke sumber air dengan bobot 12.4%. Sub faktor

20 46 yang memiliki bobot terendah adalah sub faktor penggunaan lahan. Tingginya bobot kesesuaian lahan menunjukkan bahwa dalam identifikasi ketersediaan lahan sawah, aspek fisik lahan memerlukan perhatian yang lebih banyak. Syarat kesesuaian lahan untuk sawah cenderung lebih spesifik jika dibandingkan dengan penggunaan lain, terutama dari sisi kemiringan lereng. Lahan sawah memerlukan area dengan bentuk lahan yang datar. Pada lokasi tertentu bentuk lahan dengan kemiringan lereng yang tidak datar akan memerlukan tindakan konservasi tertentu seperti pembuatan teras, dengan konsekuensi luas areal yang ditanami tidak dapat seluas jika berada di lahan datar (Arsyad, 2006). Selain itu faktor akses lahan terhadap sumber air juga memiliki bobot yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan faktor lain. Kondisi ini sangat sesuai dengan karakteristik lahan sawah yang memerlukan air yang lebih banyak dibandingkan tanaman pertanian lainnya. Hasil wawancara dengan petani di beberapa lokasi menunjukkan beberapa lokasi lahan sawah dengan jumlah musim tanam yang dipengaruhi oleh ketersediaan air. Semakin jauh jarak dari sumber air, kesempatan untuk mengolah tanah lebih dari satu kali musim tanam menjadi semakin berkurang. Nilai indeks konsistensi (CI) yang diperoleh adalah sebesar 0, sehingga nilai inkonsistensinya (CR) menjadi nol dan kriteria yang ditetapkan oleh Saati dimana CR < 10% menunjukkan bahwa inkonsistensi yang terjadi dianggap masih dapat diterima. Tabel berikut ini menyajikan rincian nilai bobot hasil analisis AHP. Tabel 13. Nilai Bobot Sub Faktor berdasarkan AHP Sub Faktor Nilai W Kesesuaian lahan RTRW Akses ke sumber air Akses ke jalan Tingkat erosi Akses ke pasar Perijinan Hak Tanah Adat 0.092

21 47 Penggunaan lahan aktual Jumlah Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka persamaan WLC dapat ditulis menjadi dimana WLC = weighted linear combination, W=bobot, C= kendala; X i =Nilai kesesuaian untuk setiap sub faktor, dengan rincian: X₁=Kemampuan/kesesuaian lahan, X₂=Akses lahan ke sumber air, X 3 =tingkat erosi,x 4 =penggunaan lahan saat ini, X 5 =akses lahan ke pasar,x 6 =akses lahan ke jalan, X 7 =RTRW, X 8 =Perijinan, X₉=Hak Tanah Adat 5.4. Analisis Ketersediaan dengan Model Booolean Combination Hasil analisis bolean combination dengan bentuk hubungan logikal AND menunjukkan sebaran ketersediaan lahan sawah dengan derajat kesesuaian 1 (Gambar 15). Secara spasial lahan-lahan yang tersedia untuk sawah dengan metode ini, tersebar di bagian utara, barat dan selatan wilayah Kabupaten Cianjur. Jika dilihat kondisi topografinya, area-area dimana lahan tersedia tersebut berada merupakan area dengan kelerengan cukup datar dengan bentuk lahan yang cenderung datar-landai. Pada area-area dengan bentuk lahan berbukit-bergunung terlihat secara jelas tidak terdapat lahan tersedia terutama di wilayah kabuaten bagian timur-selatan. Metode Boolean menunjukkan hasil analisis dengan hanya 1 kriteria untuk derajat kesesuaian menghasilkan area lahan tersedia yang relatif sedikit terutama karena faktorfaktor yang menjadi pendukung ketersediaan di nilai secara spasial dengan persyaratan logikal AND yang berarti mempersyaratkan setiap faktor harus bernilai 1 (sesuai) untuk menghasilkan satu unit spasial lahan tersedia. Jika ada satu saja faktor dari 9 faktor yang memiliki kriteria tidak sesuai (nilai 0) maka akan menghasilkan area dengan status tidak tersedia. Ditinjau dari sisi resiko dalam pengambilan keputusan metode ini cenderung menghasilkan keputusan dengan resiko terendah (menghindari resiko) (Eastmen, 2006).

22 48 Gambar 15. Peta Ketersediaan Lahan untuk Sawah Metode Boolean Luas total lahan tersedia yang dihasilkan dengan metode Boolean ini adalah 30,590 ha atau setara 8.45 % dari total luas wilayah kabupaten Cianjur. Angka ini menunjukkan hasil yang sangat jauh dengan luas areal sawah aktual yang menurut data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupten Cianjur mencapai luas sekitar 65 ribu

23 49 ha.. Hal ini berarti diantara lahan sawah aktual yang telah ada masih ada sekitar 35 ribu ha yang tidak dapat memenuhi syarat kesesuaian secara penuh, yang pada akhirnya dimungkinkan berimpilikasi pada tingkat produktivitas lahan yang cenderung lebih rendah. Gambar grafik berikut ini menunjukkan luas lahan tersedia berdasarkan kecamatan dengan metode Boolean Luas Analisis Luas Aktual Gambar 16 Luas Lahan Tersedia untuk Sawah (ha) dengan metode Boolean Grafik di atas menunjukkan bahwa sebaran luas lahan tersedia hasil analisis di 32 kecamatan cenderung lebih sedikit jika dibandingkan dengan luas lahan sawah aktual. Meskipun demikian masih ada 5 kecamatan di kabupaten Cianjur yang luas lahan hasil analisisnya lebih tinggi, seperti kecamatan Sindangbarang, Cidaun, Bojongpicung, Ciranjang dan Cugenang. Hasil ini juga menunjukkan bahwa dari ha lahan sawah aktual yang ada maka terdapat hampir 50% dari luas tersebut tidak dapat memenuhi syarat kesesuaian penuh dari 9 faktor yang dijadikan sebagai bahan analisis. Gambar berikut ini menunjukkan sebaran spasial yang membandingkan sebaran sawah (irigasi dan tadah hujan) aktual dengan sebaran sawah hasil analisis boolean.

24 Gambar 17. Perbandingan Sebaran Sawah Aktual dengan Sawah hasil Analisis 50

25 51 Warna merah muda menunjukkan sebaran sawah hasil analisis dan warna hijau (tua dan muda) menunjukkan sawah aktual. Jika dilihat sebaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masih ada sawah (irigasi dan tadah hujan) aktual yang tidak memenuhi seluruh syarat kesesuaian dari 9 faktor. Dan sawah tadah hujan menunjukkan luas yang dominan dari sisi ketidaksesuaian sempurna dari 9 faktor yang ada Analisis Ketersediaan dengan Model Weighted Linear Combination (WLC) Hasil analisis WLC dengan nilai bobot (weight) sesuai dengan analisis AHP menghasilkan luas lahan tersedia dengan derajat ketersediaan antara nilai nol sampai dengan Makin mendekati nilai 3.96 berarti makin tersedia. Berikut ini adalah hasil analisis WLC yang menunjukkan ketersediaan lahan pertanian sawah. Dengan menggunakan metode klasifikasi equal intervals dan jumlah kelas 5, maka diperoleh klasifikasi sebagai berikut. Tabel 14. Simbol dan keterangan klasifikasi ketersediaan lahan sawah Simbol Selang Keterangan Sangat Tersedia (ST) Tersedia (T) Cukup Tersedia (CT) Kurang Tersedia (KT) Sangat Kurang Tersedia (SKT) Gambar 18 menunjukkan sebaran lahan tersedia untuk lahan pertanian sawah hasil analisis WLC. Dari peta tersebut terlihat gambaran ketersediaan lahan untuk pertanian Sawah di Kabupaten Cianjur. Secara spasial lahan dengan derajat ketersediaan Sangat Tersedia (ST) banyak tersebar di bagian wilayah selatan, barat dan utara kabupaten yang ditunjukkan dengan warna hijau tua. Ketersediaan lahan dengan derajat Sangat Kurang Tersedia (SKT) terlihat tersebar terutama di daerah dengan bentuk lahan antara berbukitbergunung, seperti terlihat jelas di bagian utara merupakan bagian punggung dari Gunung Gede. Selain itu terdapat bagian peta yang tidak berwarna menunjukkan area yang sama sekali tidak dapat dialokasikan untuk lahan pertanian (termasuk pada kategori kendala).

26 52 Berdasarkan sudut pandang tingkat resiko dalam decision support, derajat ketersediaan ST dan T bisa dikategorikan low risk (LR), KT dan SKT bisa dikategorikan high risk, sedangkan CT termasuk kategori moderate risk (MR). Berdasarkan Gambar.18 menunjukkan bahwa luas lahan sawah yang ada menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur jika dibandingkan dengan luas lahan tersedia hasil perhitungan dengan MCE (gabungan 2 kelas: ST+T) secara total ha : Ha. Jadi luas hasil perhitungan dengan analisis MCE surplus sekitar ha. Jika dilihat perbandingan sebaran lahan per kecamatan, maka luas total lahan tersedia hasil analisis MCE umumnya jauh lebih besar, hanya di kecamatan Campaka dan Pagelaran yang luasnya lebih kecil. Luas lahan tersedia hasil analisis WLC yang menunjukkan angka lebih dari dua kali lipat areal lahan sawah aktual menunjukkan bahwa pada kondisi dimana kriteria kesesuaian dinilai dalam rentang bobot 1-5, maka areal tambahan di luar areal sawah aktual, jika akan diusahakan sebagai lahan sawah maka perlu diperhatikan konsekuensikonsekuensi yang harus dipenuhi sesuai dengan derajat kesesuaian yang akan dipilih. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan karakteristik dari setiap derajat kesesuaian hasil analisis WLC sehingga dapat dipertimbangkan resiko-resiko yang harus dihadapi ketika mengambil sebuah keputusan yaitu dalam menetapkan pilihan lahan tersedia hasil analisis yang akan dipakai (lihat Lampiran 7).

27 Gambar 18. Peta Ketersediaan Lahan untuk Sawah Metode WLC 53

28 LR=4+5 A - AGRABINTA BOJONGPICUNG CAMPAKA CAMPAKA MULYA CIANJUR CIBEBER CIBINONG CIDAUN CIJATI CIKADU CIKALONG KULON CILAKU CIPANAS CIRANJANG CUGENANG GEKBRONG HAURWANGI KADUPANDAK KARANGTENGAH LELES MANDE NARINGGUL PACET PAGELARAN PASIR KUDA SINDANGBARANG SUKALUYU SUKANAGARA SUKARESMI TAKOKAK TANGGEUNG WARUNGKONDANG Gambar 19 Perbandingan Luas Lahan Sawah menurut Dinas Pertanian dan Hasil Analsis WLC 5.6. Validasi Model Validitas model matematik WLC dilakukan untuk mengetahui validitas penggunaan model yang telah ditetapkan, yaitu dengan menumpangtindihkan (overlay) peta ketersediaan lahan hasil analisis WLC dengan gabungan peta kendala. Model dianggap sahih (valid) jika seluruh area dengan derajat ketersediaan tidak sama dengan nol tidak bertumpangtindih dengan gabungan peta kendala. Gambar berikut menyajikan hasil analisis validasi model. Gambar 20 dan Tabel 15 di bawah menunjukkan hasil analisis tabulasi silang (crosstab) antara gabungan peta kendala dengan peta WLC. Legenda kolom 1 menunjukkan nilai piksel dari peta WLC, dimana nilai 1-5 berarti lahan tersedia (kategori 3-7) dan nilai nol berarti area kendala (kategori 2). Kolom kedua menunjukkan nilai piksel peta kendala, dimana nilai nol merupakan kendala/tidak tersedia (kategori 2) dan nilai 1 berarti bukan kendala/tersedia (kategori 3-7)

29 55 Gambar 20. Hasil Tumpangtindih Analisis WLC dengan Peta Kendala Tabel 15. Luas Lahan tersedia hasil Analisis Tumpangtindih Kategori Luasan Keterangan (Hektar) Nilai piksel -1 pada kategori 1 merupakan background image/diabaikan. Validitas model dapat dilihat dengan membandingkan luas area kendala pada peta WLC (kategori 2: 0 0) dan luas pada peta kendala. Luas peta kendala disajikan pada tabel berikut.

30 56 Tabel 16. Luas Peta Kendala Kategori Luasan (Ha) Keterangan sama dengan luas kategori 2 pada peta hasil tumpangtindih Berdasarkan hasil tersebut di atas, model WLC yang diperoleh dapat digunakan untuk perhitungan/analisis selanjutnya Perbandingan Hasil Ketersediaan Lahan Metode Boolean dan WLC Uraian mengenai hasil analisis ketersediaan lahan dari dua metode (Boolean dan WLC) menunjukkan hasil yang cukup berbeda, dimana luas ketersediaan lahan yang dihasilkan oleh analisis WLC jauh lebih luas jika dibandingkan dengan metode Boolean. Metode Boolean dengan logika AND mensyaratkan terpenuhinya status kesesuaian (1) untuk 9 faktor yang digunakan dalam analisis. Sedangkan pada metode WLC logika boolean dengan operator AND hanya digunakan pada area-area yang secara mutlak tidak dapat dikategorikan sebagai area sesuai, seperti area terbangun, tubuh air, kawasan lindung, dan lain-lain. Pada sisi lain, area-area yang dinilai sesuai diberi derajat kesesuaian dengan skala 1 5 yang menunjukkan tingkat resiko dalam pengambilan keputusan. Semakin tinggi nilainya menunjukkan derajat kesesuaian yang semakin tingggi dengan tingkat resiko yang semakin rendah.

31 Luas Aktual Boolean WLC_ST AGRABINTA BOJONGPICUNG CAMPAKA CAMPAKA MULYA CIANJUR CIBEBER CIBINONG CIDAUN CIJATI CIKADU CIKALONG KULON CILAKU CIPANAS CIRANJANG CUGENANG GEKBRONG HAURWANGI KADUPANDAK KARANGTENGAH LELES MANDE NARINGGUL PACET PAGELARAN PASIR KUDA SINDANGBARANG SUKALUYU SUKANAGARA SUKARESMI TAKOKAK TANGGEUNG WARUNGKONDANG Gambar 21. Grafik Perbandingan Luas Lahan Sawah Aktual, Analisis Boolean dan WLC Sangat Tersedia (ST) (ha) Hasil analisis Boolean combination juga menunjukkan bahwa dari total luas lahan sawah eksisting 65 ribu ha, sekitar 35 ribu ha diantaranya berada pada lokasi yang jika dilihat berdasarkan 9 aspek yang menjadi dasar perhitungan ketersediaan lahan berada pada nilai kesesuaian di bawah 1. Demikian juga sebaliknya dengan hasil analisis WLC dimana luas lahan tersedia mencapai lebih dari 2 kali lahan sawah aktual. Hal ini juga menunjukkan bahwa masih ada areal potensial di luar area sawah aktual yang masih memungkinkan untuk diusahakan sebagai lahan sawah yang tentunya dengan tetap memperhatikan karakteristik yang ada pada area tersebut. 5.8 Aplikasi Analisis WLC dalam Redsitribusi Lahan Sawah Kabupaten Cianjur sebagai kabupaten lumbung beras di Jawa Barat jika dilihat dari sisi kecukupan supply/penawaran beras sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beras lokal. Sebaliknya jika dilihat dari sisi proporsi rumah tangga tani antara yang memiliki lahan dengan yang berprofesi sebagai buruh tani masih menunjukkan

32 58 angka yang cukup siginifikan. Berdasarkan data potensi desa tahun 2008, dari total KK di Kabupaten Cianjur sebanyak 65.77% diantaranya merupakan kelompok rumah tangga yang memiliki pekerjaan utama di bidang pertanian dengan komoditi utama yang diusahakan umumnya adalah Padi. Jika dilihat berdasarkan status pekerjaan di bidang pertanian, maka sebanyak 60.33% atau KK diantaranya merupakan KK pertanian yang bekerja sebagai buruh tani. Kondisi ini secara kasar dapat menggambarkan bahwa masih ada sekitar hampir 60% dari KK tani yang memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani, terutama bagi petani-petani yang belum memiliki lahan pertanian, akses petani terhadap lahan perlu ditingkatkan yang salah satunya dengan program redistribusi lahan pertanian. Lahan sebagai obyek redistrisbusi perlu diidentifikasi ketersediaan aktual dan potensinya. Berikut ini tabel yang menunjukkan croos tabulation antara penggunaan lahan aktual dengan lahan tersedia hasil analisis WLC dengan derajat kesesuaian 4 dan 5 (Tersedia dan Sangat Tersedia). Derajat Kesesuaian Penggunaan Lahan 4 5 Jumlah T ST Hutan 1, ,117 Ladang 25,532 11,961 37,493 Pasir Pantai Perkebunan 24,805 5,344 30,149 Rawa Sawah 7,985 19,017 27,001 Sawah Tadah Hujan 9,001 15,698 24,698 Semak / Belukar 9,628 2,373 12,001 Jumlah 79,053 55, ,056 Keterangan: T=Tersedia, ST=Sangat Tersedia Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa sawah (irigasi dan tadah hujan) aktual yang ada pada derajat kesesuaian 4 dan 5 seluas ha, maka lahan tersedia untuk sawah (potensial) untuk diredistribusikan adalah seluas ha. Potensi lahan sawah ini tentunya perlu diperhatikan kembali karakteristik biofisik, sosial ekonomi dan aspek legalnya. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa untuk lahan tersedia (potensial)

33 59 kondisi aktual penggunaan lahannya bervariasi, dimana ladang termasuk pada jenis penggunaan lahan yang dominan, kemudian diikuti oleh perkebunan, semak belukar, hutan, dan pasir pantai. Secara umum ladang dan semak belukar cenderung lebih mudah untuk diusahakan untuk dikonversi terlebih dahulu ke sawah jika dibandingkan dengan hutan dan perkebunan. Pada lahan dengan tipe penggunaan hutan dan perkebunan perlu diperhatikan aturan legal dalam pengalihan penguasaan/pengusahaan dengan memperhatikan tipe kawasan hutan untuk penggunaan hutan dan umur ijin HGU untuk perkebunan. Pada lahan perkebunan tentunya untuk perkebunan dengan umur ijin HGU yang telah habis dapat dipertimbangkan untuk dikonversi penguasaan maupun pengusahaanya menjadi lahan sawah. Jika diasumsikan semua aspek baik fisik, sosek dan aspek legal telah terpenuhi bagi pengusaahan lahan untuk sawah di area potensial tersebut di atas, maka dengan asumsi satuan luas lahan yang akan diredistribusi kepada petani seluas 1 ha/ KK, terdapat potensi peningkatan kesejahteraan petani sejumlah KK atau setara % dari total KK dengan profesi sebagai buruh. Tentu pada aplikasi yang sebenarnya akan banyak sekali aspek lain yang perlu dipertimbangkan.

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Cianjur mempunyai luas wilayah daratan 3.646,72 km2, secara geografis terletak di antara garis 6.036 8-7.030 18 LS serta di antara 106.046

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Deskripsi mengenai karakteristik Wilayah Utara Kabupaten Cianjur dikelompokkan dalam beberapa aspek, yaitu (1) keadaan geografi, (2) pertanian,

Lebih terperinci

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN 93 VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN Wilayah yang berperan sebagai pusat pertumbuhan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemukiman, pelayanan, industri,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR BUPATI CIANJUR KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG BESARNYA UANG PERSEDIAAN (UP) BAGI ORGANISASI PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI CIANJUR, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur 64 Lampiran. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan P.Keliling P.Keliling No. Nama Kecamatan Desa TK SD SLTP SMA SMK RA MI MTs MA RS Puskesmas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian Ketersedian lahan yang siap dan sesuai untuk diusahakan oleh petani (Lahan Tersedia) pada penelitian ini didefinisikan sebagai lahan yang

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jl. Selamet Riyadi No. 8 Telp. (0263) 261293 Jl. Arif Rahman Hakim No. 26 Telp.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kemampuan dalam menanggulangi bencana alam sangat diperlukan untuk bertahan hidup di wilayah yang rawan bencana. Kemampuan ini harus dimiliki oleh setiap individu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Nomor : 800/ 571 / BKPPD/2015 Cianjur, 21 Agustus 2015 Lampiran : 1 (satu) berkas Kepada Periahal : Pemberitahuan

Nomor : 800/ 571 / BKPPD/2015 Cianjur, 21 Agustus 2015 Lampiran : 1 (satu) berkas Kepada Periahal : Pemberitahuan PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH Jalan Raya Bandung KM 2 Sadewata Cianjur Telp/Fax. (0263) 265295 e-mail : bkd@cianjurkab.go.id Nomor : 800/ 571 / BKPPD/2015

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak 282.964 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Cianjur Tahun 2013 sebanyak 65 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 58 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Administrasi Pemerintahan dan Wilayah Pelayanan Kabupaten Cianjur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukota Cianjur. Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL 1 SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL a. Membangun 22 Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) b. Mengoptimalkan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) GOAL ( TUJUAN UMUM ) MENINGKATKAN KUALITAS

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur

Lampiran 1. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur Lampiran 1. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur 10 Lampiran 2. Peta Ketinggian Kabupaten Cianjur 11 Lampiran 3. Luas Wilayah dan Jumlah Desa 2003 Luas Wilayah (Ha) Jumlah Desa 1. Cianjur 2.344 11 2. Cilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di objek lokasi Wiasata Pantai Sereg yang terletak di Kampung Panglayungan, Desa Saganten, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) 264762, Fax. : (0263) 272371 Homepage : E-mail : bps3203@bps.go.id KABUPATEN CIANJUR DALAM ANGKA 2015 ISSN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) , Fax. : (0263) Homepage :

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) , Fax. : (0263) Homepage : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) 264762, Fax. : (0263) 272371 Homepage : http://cianjurkab.bps.go.id E-mail : bps3203@bps.go.id KEPALA BPS KABUPATEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat )

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) Oleh : Evy Syafrina Harahap A14302004 FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

KABUPATEN CIANJUR DALAM ANGKA 2013 ISSN : 0215-4196 Nomor Publikasi : 32.03.13.06 Katalog BPS : 1102001.3203 Ukuran Buku : 25,5 cm x 18 cm Jumlah Halaman : 356 + xi N a s k a h : Seksi IPDS BPS Kab.Cianjur

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Kecamatan Sukanagara secara administratif termasuk dalam Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cianjur secara geografis

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2OL6 TENTANG BUPATI CIANJUR, Undang-Undang Nomor 14 Tahun Tahun 1950

BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2OL6 TENTANG BUPATI CIANJUR, Undang-Undang Nomor 14 Tahun Tahun 1950 BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR NOMOR 8 TAHUN 2OL6 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN CIANJUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIANJUR,

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR

V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR 79 V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR Suatu wilayah memiliki potensi dan karakteristik wilayah yang berbeda dengan wilayah lain. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2014 Pusat Litbang Sumber Daya Air i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN CIANJUR Jl. Perintis Kemerdekaan No.3 Cianjur Telp. : (0263) 264762, Fax. : (0263) 272371 Homepage : E-mail : bps3203@bps.go.id KABUPATEN CIANJUR DALAM ANGKA 2014 ISSN :

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA 4.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak diwilayah Sulawesi Tenggara. Luas wilayah Kabupaten Muna adalah 488.700 hektar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penggunaan/Penutupan Lahan Aktual Jabodetabek Tahun 2010 Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat 11 tipe penggunaan/penutupan lahan wilayah Jabodetabek

Lebih terperinci