KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL LAPS-H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL LAPS-H"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL LAPS-H (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Materi Geometri Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi) ARTIKEL Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh NITA HARRISAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016

2 Antologi UPI, Volume KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD YANG MEMPEROLEH PEMBELAJARAN MODEL LAPS-H Nita Harrisah 1, Komariah 2, Lely Halimah 3 Program Studi PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia nharrisah@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD khususnya dalam menemukan alternatif-alternatif jawaban dan ide-ide yang baru dalam memecahkan masalah yang bersifat terbuka. Adapun rumusan masalahnya adalah apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model LAPS-H dan pembelajaran konvensional?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model LAPS-H terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis yang dilihat dari rumusan masalah. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah proses kemampuan berpikir dengan memunculkan indikator fluency, flexibility, dan originality. Model LAPS-H adalah suatu model yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Tahapannya yaitu pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequevalent control group design dan teknik sampling purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas V-B SDN Cibiru 06 dengan jumlah 33 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas V Cintaasih 02 dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- rata posttest kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen sebesar 79,92 dan kelas kontrol sebesar 61,04. Maka dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran model LAPS- H dan pembelajaran konvesional dinyatakan berbeda hal ini ditunjukkan pada hasil uji perbedaan rerata sebesar 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model LAPS-H dan pembelajaran Konvensional, dan rata-rata terbesar diperoleh kelas ekpserimen.oleh karena itu, model LAPS-H dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sekolah dasar. Kata Kunci: Berpikir Kreatif Matematis, Model LAPS-H (Logan Avenue Problem Solving- Heuristic) 1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM ) Dosen Pembimbing 1, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing 2, Penulis Penanggung Jawab

3 Nita Harrisah, Komariah, Lely MATHEMATICAL CREATIVE THINKING SKILL OF ELEMENTARY SCHOOL S STUDENTS WHICH USE LAPS-H MODEL ABSTRACT The background of this research is the lack of mathematical creative thinking in elementary school, particulary in in finding alternatives answer and new ideas to solve the open-ended problem. Otherwise, statement of the problem in this research are is there any significant differents between student using LAPS-H model with student with convensional model?. The aim of this research is to see how influence LAPS-H model to mathematical creative thinking skill based on the statement of the research. Mathematical creative thinking in this research is a process of thinking skill with appearing the indicator of fluency, flexibility, and originality. There are solution for enchance the skill, that is a LAPS-H model with step of understand the problem, plan, solution, and check. Research methodology that is used is quasi experimental with non-equevalent control group design and purposive sampling technique. Sample of this research is 33 students of 5 th B Grade at Cibiru-06 elementary school as experimental class and 36 students of 5 th grade at Cintaasih 02 elementary school as control class. The research showed that posttest average of mathematical creative thinking ekxperiment class that is 79,92 and control class that is 61,04. So, we can say that Creative thinking skill between students that receive LAPS-H learning model and conventional teaching-learning is different which showed in mean difference test that is 0,000. Conclusion of the research is to know that there are improve skill and significant different between the student with LAPS-H and student convensional model and the largest average posttest obtained experiment class. Based on the statement, LAPS-H model can be able for alternative learning to improve mathematical creative thinking skill s elementary school student. Keywords: Mathematical creative thinking, LAPS-H (Logan Avenue Problem Solving- Heuristic) Model. Salah satu pembelajaran yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif yaitu pada pembelajaran matematika, karena selain matematika dikatakan sebagai seni berpikir kreatif, matematika juga merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas dan dipandang sebagai alat untuk menemukan solusi dari berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari- hari sehingga, implikasi dalam pembelajarannya dihadapkan pada soal- soal pemecahan masalah. Hal ini terkait dengan pandangan Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003, hlm. 253) mengenai lima alasan perlunya belajar matematika bahwa Matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari- hari, sarana mengenal pola- pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.yang menyatakan Terkait dengan tujuan pembelajaran matematika diatas, bahwa kondisi pembelajaran matematika di lapangan khususnya pada Sekolah Dasar yang berada di kecamatan Cileunyi masih memerlukan pembenahan yang lebih

4 Antologi UPI, Volume optimal agar tujuan dari pembelajaran matematika matematika di sekolah dasar dapat tercapai dengan baik. Hal ini didasarkan oleh hasil survei yang menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ini salah satunya disebabkan oleh strategi pembelajaran yang masih didominasi oleh guru sehingga kurang memberikan kesempatan siswa untuk memberikan ide-idenya dalam suatu pembelajaran. Pembelajaran cenderung bersifat hafalan rumus- rumus tanpa mengetahui dan memahami bagaimana rumus itu didapatkan sehingga ketika disajikan soal- soal yang berbeda dengan contoh atau dimodifikasi ke bentuk lain maka siswa akan mengalami kesulitan, siswa terbiasa dengan soal- soal yang rutin sehingga ketika disajikan soal- soal yang yang membutuhkan banyak jawaban dan banyak cara siswa mengalami kesulitan karena terpaku dengan jawaban- jawaban yang bernilai tunggal. Agar dapat menyelesaikan solusi permasalahan dengan baik, siswa harus dibekali ide-ide yang kreatif sehingga siswa dapat membuat berbagai solusi atas permasalahan matematis yang ada. Jika peningkatan kemampuan kreatif matematis siswa meningkat maka biasanya siswa dapat memecahkan masalah- masalah matematis yang tidak biasa ditemukan pada solusi- solusi siswa pada umumnya. Berdasarkan analisis permasalahan di atas, maka perlu adanya suatu solusi untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa salah satunya dengan penerapan strategi atau pendekatan yang efektif dan inovatif. Salah satu solusi yang akan digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yaitu dengan menggunakan model Logan Avenue Problem Solving- Heuristic (LAPS- H). Terkait dengan uraian permasalahan di atas, maka peneliti menyusun rumusan masalahnya yaitu Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model LAPS-H dan pembelajaran Konvensional?. Adapun tujuan masalahnya didasarkan pada rumusan masalah yang dibuat yaitu untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model LAPS-H dan pembelajaran Konvensional?. Model LAPS-H merupakan suatu model pembelajaran pemecahan matematika yang menekankan pada pencarian alternatif- alternatif jawaban dengan bantuan berupa pertanyaanpertanyaan heuristic baik dilakukan secara tertulis ataupun lisan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang disajikan, kemudian menentukan alternatif yang akan diambil sebagai solusi, dan menarik kesimpulan dari masalah yang telah diselesaikannya. Tahapan-tahapan pembelajaran pada model LAPS-H menurut Ngalimun (2014, hlm. 177) yaitu pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan. Perbedaan dari keduanya yaitu pada model LAPS-H ini lebih dikhususkan kembali pada penggunaan strategi heuristic dalam rangka mencari solusi penyelesaian masalahnya. Pada tahapan pemahaman masalah ini siswa diharapkan mampu untuk memahami masalah yang telah disajikan. Misalnya, siswa diberikan soal yang tidak rutin kemudian siswa sudah mampu mentranformasi kalimat dalam kehidupan sehari- hari ke dalam matematika sehingga siswa mengetahui permasalahan yang ada di dalam soal. Biasanya dalam tahap ini adanya langkah heuristic berupa pertanyaan dengan kata tanya apa masalahnya?. tahapan ini merupakan langkah awal untuk mempersiapkan siswa

5 Nita Harrisah, Komariah, Lely agar dapat melakukan langkah selanjutnya. Tahapan rencana ini dilakukan agar siswa dapat merencanakan solusi dari masalah yang telah dipahami sebelumnya. Biasanya tahapan ini berupa konjekturkonjektur siswa untuk mencari alternatif pemecahan masalahnya. Pada tahap ini diikuti dengan langkah heuristic berupa kata tanya adakah alternatif. Siswa dapat mencari alternatif pemecahan masalah melalui bantuan diagram, tabel, gambar, ataupun algoritma kemudian dianalisis alternatif jawaban tersebut dengan kata tanya apakah bermanfaat?. Kebermanfaatan disini dapat diartikan sebagai kesesuaian antara alternatif yang telah didapatkan siswa dengan permasalahan yang telah disajikan sehingga alternatif jawaban siswa ini akan terpakai dalam pencarian solusi dan langkah ini merupakan langkah prasyarat agar peserta dapat mencari solusi untuk memecahkan masalah yang ada. Tahapan Solusi dilakukan setelah menemukan alternatif dan menganalisis kebermanfaatan alternatifnya maka siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah dengan menjelaskan solusi permasalahannya. Biasanya dalam tahapan ini diikuti dengan langkah heuristic berupa kata tanya apa solusinya?. Tahapan ini merupakan tahapan yang paling penting untuk dilakukan. Jika dikaitkan dengan kemampuan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kreatif matematis maka dalam kegiatan penyelesaian masalah (solusi) dituntut untuk mencerminkan tiga indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan dalam penelitian ini yakni fluency, flexibility, dan originality. Tahapan Pengecekan dilakukan setelah siswa sudah mencari solusinya, langkah yang terakhir yaitu mengkomunikasikan solusi yang telah dibuatnya dan mengecek kembali alternatif jawaban yang lain. Kemudian siswa membandingkan solusi yang telah dibuatnya dengan alternatif lainnya untuk mencari solusi yang lebih baik. Pada tahapan ini diikuti dengan langkah heuristic berupa kata tanya bagaimana sebaiknya mengerjakannya?. Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu mengenai rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis di SD untuk itu perlu adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD. Adapun definisi berpikir kreatif yaitu kemampuan berpikir kreatif matematis adalah proses kemampuan berpikir yang divergent untuk menemukan atau menghasilkan sesuatu yang baru dalam menyelesaikan masalah matematis dengan cara memperolah cara yang beragam dan dapat mencari alternatif solusi terhadap suatu permasalahan atau dapat memunculkan indikator kemampuan berpikir kreatif. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang digunakan dalam penilaian TTCT tersebut yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), dan keaslian (originality) (Silver dalam Fidyawati, 2011). Kelancaran (Fluency) yang dapat diartikan sebagai kelancaran siswa dalam menyelesaikan masalah. Kelancaran siswa ini dapat dilihat dari menjawab banyaknya masalah dalam menyelesaikan masalah matematis biasanya masalah yang disajikan berupa masalah yang non rutin. Keluwesan (Flexibility) dapat diartikan sebagai keberagaman ide atau gagasan siswa dalam menjawab masalah, keluwesan siswa dapat dilihat dari banyaknya alternatif jawaban yang diberikannya biasanya masalah yang disajikan bersifat open ended. Kemudian Keaslian (originality) yang diartikan sebagai kebaruan ide atau gagasan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah yang disajikan. Biasanya ide ini merupakan hal yang baru atau unik dan

6 Antologi UPI, Volume berbeda artinya ide tersebut belum ditemukan sebelumnya. Implementasi model LAPS-H pada materi geometri dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Implementasi Model LAPS-H Tahapan Pemahaman Masalah Rencana Solusi Pengecekan Kegiatan Pembelajaran Guru memberikan permasalahan yang sesuai dengan materi yang dipelajari serta memberikan rangsangan kepada siswa berupa pertanyaan heuristik. Contoh pertanyaan adalah apa masalahnya?. Pertanyaan tersebut digunakan agar siswa mampu memahami masalah yang disajikan. Guru meminta siswa untuk merencanakan solusi yang sesuai dengan soal dengan memberikan rangsangan berupa pertanyaan heuristik adakah alternatif pemecahannya?. Rencana ini mengarahkan siswa untuk pada tahap solusi seperti memikirkan cara atau alternatif yang sesuai dengan masalah yang disajikan. Guru meminta siswa menjawab masalah yang disajikan dengan memberikan rangsangan berupa pertanyaan heuristik. Contoh pertanyaan yang digunakan misalnya adalah sebagai berikut: Bagaimana cara kamu untuk mengubah 3 buah kubus satuan agar menjadi bangun ruang yang berbeda? Selain cara yang kamu gunakan di atas adakah cara lain agar kubus itu menjadi bangun yang berbeda? Coba gambarkan ketiga kubus tersebut sesuai dengan kedua caramu! Semakin banyak siswa memberikan alternatif jawaban maka kemampuan flexibility siswa semakin bagus. Pada tahapan solusi ini merupakan tahapan yang dapat memunculkan kemampuan berpikir kreatif fluency, flexiblity, dan originality. Kemampuan tersebut dapat terlihat pada jawaban siswa. Setelah siswa memberikan solusi terhadap permasalahan yang disajikan, guru meminta siswa untuk mengecek atau memeriksa kembali hasil pekerjaannya. Dalam langkah ini siswa diberikan rangsangan berupa pertanyaan heuristik baik secara tulisan ataupun lisan yang diberikan oleh guru. Pertanyaan heuristik secara tertulis yang digunakan contohnya yaitu Dari kedua cara yang sudah kamu jelaskan dan gambarkan, cara manakah yang paling mudah? Berikan alasanmu!. Sementara itu, pertayaaan lisan dilakukan oleh guru kepada siswa pada saat setiap kelompok mempresentasikan ke depan kelas dengan menanyakan kepada siswa mengenai jawaban yang paling baik dari berbagai jawaban kelompok. METODE PENELITIAN Metode yang digunakannya adalah metode kuasi eksperimen. Dalam pelaksanaan metode ini yang peneliti tidak secara acak memasukkan (nonrandom asignment) sampel ke dalam dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Menurut Creswell (2013, hlm. 19) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen berusaha menentukan apakah suatu treatment mempengaruhi hasil sebuah penelitian. Artinya dalam hal ini yaitu berusaha menentukan apakah siswa yang memperoleh model LAPS-H dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah desain kuasi eksperimen nonequivalent control group design. Adapun gambaran dari desain kuasi eksperimen nonequevalent control group design adalah sebagai berikut: Kelompok A (Treathment Group) Kelompok B (Control Goup) O X O O - O Keterangan: O : Pretest/ Posttest X : Pembelajaran matematika dengan menggunakan model LAPS-H Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar tahun ajaran 2015/2016 yang berada di kecamatan Cileunyi kabupaten Bandung sedangkan sampel yang ada dalam penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar yang berasal dari SDN Cintaasih 02 dan SDN Cibiru 06. Pemgambilan sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu sampel diambil berdasarkan pertimbangan kemampuan kreatif matematis yang hampir sama dari

7 Nita Harrisah, Komariah, Lely kedua sampel. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peneliti menjadikan dua SD tersebut menjadi sampel penelitian yakni Kelas V- B SDN Cibiru 06 dijadikan sebagai kelas eksperimen yaitu dilakukan dengan pembelajaran matematika yang menggunakan model LAPS-H (Logan Avenue Problem Solving-Heuristic) sedangkan kelas V di SDN Cintaasih 02 dijadikan sebagai kelas kontrol yaitu N Minimum Maximum Sum Mean Eksperimen ,8 Kontrol ,6 dilakukan dengan pembelajaran matematika yang menggunakan pembelajaran konvensional. Instrumen Penelitian adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Adapun intsrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes. Jenis tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian dan prosedur yang digunakannya adalah pretest dan posttest dengan soal yang sama. Tes uraian ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dilakukan treatment dan sesudah dilakukan treatment yaitu dengan menggunakan model LAPS-H (Logan Avenue Problem Solving- Heuristic). Sebelum dibuatkan instrumen tes, terlebih dahulu dibuatkan kisi- kisi soal dan penilaian. Kisi-kisi soal dibuat sebanyak 20 soal kemudian diujicobakan. Uji coba soal ini dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2013 dan IBM SPSS Statistics 20. Berdasarkan perhitungan validitas tersebut didapatkan 17 soal yang valid dan dari soal yang valid tersebut dipilih 10 soal untuk dijadikan instrumen. Adapun penilaian yang digunakan diadaptasi dari penilaian Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif menurut Siswono yaitu dikhususkan dengan menilai tiga indikator kemampuan berpikir kreatif (Fluency, Flexibility, dan Originality). Pada setiap indikator tersebut diberikan skor dengan rentang 0-4. HASIL DAN PEMBAHASAN Perolehan Data Pretest Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh data hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut adalah perolehan data pretestnya: Tabel 2 Perolehan Data Pretest Berdasarkan Tabel 2 di atas, maka diperoleh rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 45,8 dan rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 45,6. Sehingga selisih rata-rata pretest kedua kelas tersebut adalah 0,27. Untuk mengetahui kesetaraan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kedua sampel maka dapat dilakukan dengan menggunakan independent sample t-test pada data pretest. Karena tes ini merupakan tes parametrik maka sebelumnya data harus berdistribusi normal. Berikut adalah hasil uji normalitas pretest kedua sampel: Tabel 3 Uji Normalitas pada Data Pretest Tests of Normality HASIL PRETEST GROUP Shapiro- Wilk Sig. EKSPERIMEN 0,732 KONTROL 0,144 Berdasarkan tabel 3, uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan Shapiro Wilk dikarenakan N > 30. Kelas eksperimen memperoleh nilai signifikansi sebesar sebesar 0,732 dan kelas kontrol sebesar 0,144 maka Sig dari kedua sampel tersebut > 0,05 sehingga H 0 diterima artinya data berdistribusi normal. Pernyataan tersebut berdasarkan rumusan hipotesisnya yaitu: H 0 = Data berdistribusi normal H 1 = Data tidak berdistribusi normal Dikarenakan data berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan dengan

8 Antologi UPI, Volume melakukan uji homogenitas. Berikut adalah hasil uji homogenitas pada data pretest kedua sampel: Tabel 4 Uji Homogenitas pada Data Pretest Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic Sig. Based on Mean 2,072 0,155 Berdasarkan Tabel 4 di atas, maka dapat dilihat hasil uji homogenitas dengan menggunakan Levene s Test yaitu diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,155 maka sig > 0,05 sehingga sehingga H 0 diterima artinya kedua sampel berasal dari varian yang sama atau homogen. Pernyataan tersebut berdasarkan rumusan hipotesisnya yaitu: H 0 = Tidak terdapat perbedaan varians dari kedua sampel H 1 = terdapat perbedaan varians dari kedua sampel. Setelah melakukan uji homogenitas dan uji normalitas maka dapat dilakukan uji-t sampel bebas (independent sample t- test) pada data pretest. Berikut ini adalah hasil dari independent sample t-test yang telah dilakukan: Tabel 5 Independent Sample t-test pada Data Pretest Independent Samples Test Equal variances assumed Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t Sig. (2- tailed) 2,072 0,155 0,141 0,888 Berdasarkan perhitungan uji-t perbedaan rerata pretest pada kedua sampel di atas maka diperoleh nilai F hitung sebesar 2,702 dengan nilai signifikansi 0,155 artinya nilai signifikansinya 0,05 sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan varians dari kedua sampel atau homogen. Karena datanya homogen maka nilai signifikansi uji dua sisi atau Sig (2- tailed) yang diambil adalah yang Equal Variances Assumed yaitu sebesar 0,888 artinya 0,05 sehingga H 0 diterima maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum memperoleh model LAPS- H (Logan Avenue Problem Solving- Heuristic) dengan siswa yang sebelum memperoleh pembelajaran konvensional. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada rumusan hipotesis sebagai berikut: H 0 = µ 1 = µ 2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum memperoleh model LAPS- H \ dengan siswa yang sebelum memperoleh pembelajaran konvensional. H 1 = µ 1 µ 2 Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sebelum memperoleh model LAPS- H dengan siswa yang sebelum memperoleh pembelajaran konvensional. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan awal berpikir kreatif matematis kedua sampel hampir sama atau setara. Perolehan Data Posstest Setelah diketahui kemampuan awal matematis siswa maka selanjutnya dilakukan posttest pada kedua sampel tersebut. Berikut adalah hasil data posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol: Tabel 6 Perolehan Data Posttest Descriptive Statistics N Minimum Maximum Sum Mean Eksperimen ,92 Kontrol ,04 Berdasarkan Tabel 6 di atas, diperoleh rata- rata posttest di kelas ekperimen sebesar 79,92 dan rata- rata posttest di kelas kontrol sebesar 61,04 sehingga di dapat selisih dari keduanya yaitu sebesar 18,88 artinya rata- rata nilai posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen lebih besar dibandingkan

9 Nita Harrisah, Komariah, Lely dengan rata- rata nilai posttest di kelas kontrol dan selisih rata- rata hasil posttest dari kedua sampelnya cukup besar. Setelah hasil posttest sudah diperoleh datanya, maka langkah selanjutnya adalah menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan sebelumnya. Adapun untuk menjawabnya yaitu dengan malakukan uji hipotesis yang sesuai dengan rumusan masalah yakni dengan menggunakan independent sample t-test pada data posttest. Dikarenakan rumusan masalahnya berkenaan dengan perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran model LAPS-H dengan pembelajaran konvensional sehingga data yang digunakannya adalah data posttest. Sebelum melakukan uji perbedaan rerata dengan menggunakan independent sample t-test maka sama halnya dengan pengolahan data pretest sebelumnya yaitu dilakukan uji pra syarat. Uji prasyaratnya adalah uji normalitas dan homogenitas. Berikut adalah hasil uji normalitas pada data posttest kedua sampel. Tabel 7 Hasil Uji Normalitas pada Data Posttest Hasil Posttest Tests of Normality Group Shapiro-Wilk Statistic Sig. Eksperimen 0,946 0,100 Kontrol 0,962 0,243 Berdasarkan Tabel 7 di atas, uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan Shapiro Wilk dikarenakan N > 30. Kelas eksperimen memperoleh nilai signifikansi sebesar sebesar 0,100 dan kelas kontrol sebesar 0,243 maka nilai signifikansi dari kedua sampel > 0,05 sehingga H 0 diterima artinya data berdistribusi normal. Pernyataan tersebut berdasarkan rumusan hipotesisnya yaitu: H 0 = Data berdistribusi normal H 1 = Data tidak berdistribusi normal Dikarenakan data berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji homogenitas. Berikut adalah hasil uji homogenitas pada data posttest kedua sampel: Tabel 8 Uji Homogenitas pada Data Posttest Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic Sig. Based on Mean 9,886 0,002 Berdasarkan Tabel 8 di atas, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene s Test yang menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for windows. Berdasarkan perhitungan homogenitas pada data posttest kedua sampel yaitu diperoleh nilai signifikansi homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,002 artinya nilai signifikansi (sig) yaitu 0,02 < 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa H 0 ditolak artinya terdapat perbedaan varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sejalan dengan pernyataan di atas maka dapat dinyatakan bahwa homogenitas kedua sampel berasal dari varians yang berbeda. Setelah mengetahui kedua data normal dan sudah diketahui homogenitas kedua sampel maka dapat dilakukan uji t dua sampel yaitu sebagai berikut: Tabel 9 Independent Sample t-test pada Data Posttest Independent Samples Test Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t Sig. (2- tailed) 9,886 0,002 9,593 0,000 Adapun rumusan hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut: H 0 = µ 1 = µ 2 Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran dengan model LAPS- H dan pembelajaryan konvensional. H 1 = µ 1 µ 2 Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan

10 Antologi UPI, Volume berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh model LAPS- H dan pembelajaran konvensional. Keterangan : µ 1 = rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model LAPS- H di kelas eksperimen. µ 2 = rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional di kelas kontrol. Berdasarkan Tabel 9 di atas, diperoleh nilai P-Value untuk Levene s test sebesar 0,002. Karena nilai tersebut lebih kecil dari α= 0,05, maka varians kedua data yakni data posttest kelompok eksperimen dan data posttest kelompok kontrol berbeda. pada kolom selanjutnya yaitu diperoleh nilai t, nilai t tersebut menunjukkan nilai t hitung, nilai t hitung pada baris pertama, yaitu 9,382 merupakan nilai hasil uji t jika varians kedua data homogen (equal varianced assumed), sementara nilai t pada baris kedua yaitu 9,593 merupakan nilai hasil uji t jika varians kedua data tidak homogen (equal varianced not assumed). Karena hasil uji Levene s test menyatakan kedua varians tidak homogen (P- Value < α) maka nilai t hitung yang digunakan adalah nilai t yang equal varianced not assumed yaitu sebesar 9,593 dengan sig. (2- tailed) atau nilai signifikansi uji dua sisi sebesar 0,000 artinya nilai P-value yang diperoleh lebih kecil dari α= 0,05, maka dari itu menunjukkan bahwa H 0 ditolak artinya pada taraf kepercayaan 95 % dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh model Logan Avenue Problem Solving-Heuristic dan pembelajaran konvensional. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa antara yang Memperoleh Pembelajaran Melalui Model LAPS-H dengan Pembelajaran Konvensional Perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dari kedua sampel yakni kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran dengan model LAPS- H dengan kontrol yang memperoleh pembelajaran konvensional dapat dilihat dari selisih rata- rata dari hasil pretest dan posttest pada masingmasing kelas. selisih rata- rata pretest dan posttest kelas eksperimen diperoleh sebesar 34,09 dan selisih rata- rata pretest dan posttest pada kelas kontrol diperoleh nilai sebesar 15,48. Jika dilihat dari ratarata selisih nilai pretest dan posttest pada masing- masing kelas maka dapat dilihat bahwa selisih rata- rata pretest dan posttest pada kelas eksperimen peningkatannya lebih besar. Berdasarkan rumusan masalah kedua yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran melalui model LAPS- H dengan pembelajaran Konvensional? sehingga dalam pengolahan analisis datanya melakukat uji- t perbedaan rerata (Independent Sampe Test) yang diperoleh dari data posttest di kelompok eksperimen dengan posttest di kelompok kontrol. Adapun hasil perhitungan uji-t dua sisi diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Maka H 0 diterima Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model LAPS- H dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh model LAPS- H dengan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada diagram sebagai berikut:

11 Nita Harrisah, Komariah, Lely Gambar 1 43% Rata- Rata 57% Kemampuan Berpikir Kreatif posttest kelas eksperimen posttest kelas kontrol Matematis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa rata- rata kemampuan berpikir kretif matematis siswa pada kelas eksperimen menunjukkan presentase sebesar 57% sedangkan rata- rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas kontrol menunjukkan presentase sebesar 43% artinya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen menunjukkan presentase yang yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen sehingga dapat diasumsikan bahwa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Keterkaitan Temuan dengan Teori Belajar yang Mendukung dan Penelitian yang Relevan dengan model LAPS-H Terkait dengan tahapan pada pembelajaran model LAPS-H maka model ini merupakan pengembangan dari strategi Polya yang dikhususkan lagi dengan menggunakan strategi heuristic yang merupakan penemuan murni Maier. Sementara itu, proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini secara berkelompok, hal ini sejalan dengan salah satu implikasi dari teori Vygostky (dalam Mulyati,, hlm. 9) yaitu menghadirkan tugas tantangan bagi siswa dalam kerangka pembelajaran kooperatif. Teori Vygostky menjelaskan dua konsep penting dalam belajar yang memiliki keterkaitan dengan model LAPS- H. Adapun dua konsep itu diperjelas oleh Vygostky (dalam Lestari & Yudhanegara, 2015, hlm ) yaitu terdapat dua konsep penting yang diterapkan dalam teori ini yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding. ZPD ini yaitu kemampuan penyelesaian terhadap sebuah masalah yang dilakukan melalui bimbingan dari guru ataupun dengan teman sekelompoknya. Sejalan dengan hal tersebut dalam proses ZPD juga adanya proses Scaffolding yaitu sebelum siswa melakukan penyelesaian masalah secara mandiri sebelumnya siswa mendapatkan bantuan dari guru terlebih dahulu berupa petunjuk kerja, contoh- contoh, ataupun pengaitan pada materi prasyarat. Peran media sangat penting dalam kelangsungan pembelajaran di sekolah dasar. Hal ini sejalan dengan Piaget (dalam MJ, 2012, hlm ) bahwa tahapan perkembangan kognitif anak SD berada pada tahap operasional konkrit. Pada pembelajaran dengan menggunakan model LAPS- H yang telah dilakukan juga siswa dilibatkan dengan memanipulasi media seperti siswa tidak hanya disajikan media bangun ruang saja tetapi mereka dilibatkan dengan membuat bangun ruang dari jaring- jaring yang telah diketahuinya. Selain melihat tahapan kognitifnya yang berada pada tahap operasional konkret bahwa ada beberapa komponen belajar yang harus dilibatkan dalam belajar. Adapun komponen tersebut berdasarkan Herman, dkk. (2011) menyatakan bahwa piaget memandang belajar sebagai proses Antologi adaptasi UPI, siswa Volume terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi dan akomodasi. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh pembelajaran dengan model LAPS- H dengan pembelajaran konvensional menunjukkan hasil yang berbeda bukan hanya dilihat dari hasil analisis data statistiknya saja tetapi juga dapat dilihat dari aktivitas siswa pada pembelajarannya. Siswa yang memperoleh pembelajaran LAPS-H dalam kegiatan pembelajarannya yaitu melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan mendiskusikan masalah yang ada dalam soal, merencanakan solusi yang

12 digunakannya, menjelaskan solusi yang telah dipikirkannya, dan memilih jawaban yang terbaik dari semua jawaban tiap kelompok. Tahapan tersebut tidak berjalan dengan begitu saja namun, dari setiap tahapannya siswa dibantu dengan pertanyaan heuristic atau pertanyaan terbimbing yang menyesuaikan dengan soal yang disediakan tetapi tetap merujuk pada pertanyaan heuristik sebagai berikut yaitu apa masalahnya, adakah alternatif, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Berdasarkan aktivitas siswa dalam pembelajarannya mengakibatkan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajarannya atau dapat dikatakan pembelajarannya bersifat student centered. Pembelajaran yang diterapkan pada kelas konvensional yaitu guru berperan aktif yaitu guru dominan dalam menjelaskan materi yang sedang diajarkan, kemudian siswa disajikan beberapa contoh soal soal untuk melakukan latihan dan dilanjutkan dengan mengerjakan soal latihan yang mirip dengan contoh yang diberikan. Sehingga, dari aktivitas kedua sampelnya dapat dinyatakan berbeda. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya yaitu mengenai perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh model LAPS- H dan model konvensional, maka diperoleh simpulan yaitu sebagai berikut: Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa antara yang memperoleh model LAPS- H dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional terdapat perbedaan. Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan rata- rata posttest pada kedua sampel. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran model LAPS- H diperoleh nilai rata- rata sebesar 79,92 sedangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional sebesar 61,04. Sementara itu, berdasarkan nilai signifikansi uji dua sisi pada independent sample t-test diperoleh nilai signifikansinya sebesar 0,000. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang memperoleh pembelajaran LAPS- H dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, M. (2003). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Creswell, John, W. (2013). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fidyawati, Vicky (2009). Kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran matematika dengan Herman, Tatang, dkk. (2007). Pendidikan matematika I. Bandung: UPI Press. Lestari & Yudhanegara (2015). Penelitian pendidikan Nita matematika. Harrisah, Karawang: Komariah, Lely Refika Aditama. MJ, Ustad (2012). Teori perkembangan kognitif dalam proses belajar mengajar: Jurnal Edukasi, 7 (2), hlm tugas pengajuan soal (problem posing). [Online]. Diakses dari af.%20pustaka.pdf. Mulyati, Yati, S. (tt). Bagaimana siswa berkembang dan belajar. [Online]. Diakses dari

13 / YATI_SITI_MULYATI/Becoming_ a_teacher.pdf. Ngalimun (2014). Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan 6162 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan komunikasi matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Arief, Yulis Jamiah, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENDEKATAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

PENDEKATAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA PENDEKATAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA Siti Nurjanah, Entang Kartika 1, Tita Mulyati 2 PROGRAM STUDI PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan pada siswa XI IPS 2 dan XI IPS 3 SMA Negeri I Pabelan semester 1. SMA Negeri I Pabelan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematis siswa dan data hasil skala sikap.

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH IDEAL SETTING NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH IDEAL SETTING NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH IDEAL SETTING NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Srinani, Rd. Deti Rostika 2, Didin Syahruddin 3 Program S- Pendidikan Guru

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs Nego Linuhung 1), Satrio Wicaksono Sudarman 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 585-592 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Treffinger dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Statistik Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kemampuan Awal Siswa Dalam penelitian ini seperti telah dijelaskan pada bab III, analisis tentang data kemampuan awal digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Tuntang, Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang beralamat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Di dalam sub bab ini akan memberikan penjelasan mengenai jenis penelitian yang dilakukan peneliti serta tempat / lokasi pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 04 dan SD Negeri Mangunsari 07 tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan

Lebih terperinci

PENGARUH CHALLENGE BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH CHALLENGE BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG PENGARUH CHALLENGE BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 GETASAN KABUPATEN SEMARANG Retno Nursanti, Kriswandani, Tri Nova Hasti Yunianta Progam Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperimen yaitu desain eksperimen dengan kelompok kontrol dan kelompok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam 18 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung tahun pelajaran

Lebih terperinci

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pamona Utara yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman no 21 Tentena, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN VISUAL, AUDITORY, KINESTETIK (VAK) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN VISUAL, AUDITORY, KINESTETIK (VAK) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA 1 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN VISUAL, AUDITORY, KINESTETIK (VAK) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Tajudin Akbar 1), Komariah 2), Ardiyanto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V di SD Negeri Sumberejo 01 yang berjumlah 21 orang dengan rincian 12 orang putra

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N I BERGAS yang beralamat di Karangjati, Kec. Bergas, Kab. Semarang. Populasi

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh data kuantitatif maupun data kualitatif. Data kuantitatif meliputi hasil pretes dan hasil postes pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen jenis quasi experimental. Quasi experiment atau eksperimen semu merupakan

Lebih terperinci

ASEP GUNAWAN. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta

ASEP GUNAWAN. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Yogyakarta EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 SEWON ASEP GUNAWAN Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada kelas VA dan VB. Populasi penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM PYTHAGORAS, 6(2): 151-160 Oktober 2017 ISSN Cetak: 2301-5314 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53

Lebih terperinci

Efektifitas Media Gambar untuk Meningkatkan Wawasan Karir Peserta Didik Sekolah Dasar

Efektifitas Media Gambar untuk Meningkatkan Wawasan Karir Peserta Didik Sekolah Dasar CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 2 (2) December 2014 CONSILIUM Efektifitas Media Gambar untuk Meningkatkan Wawasan Karir Peserta Didik Sekolah Dasar Dani Wijanarko,

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai temuan dari hasil penelitian dan pembahasan melalui proses tahapan-tahapan yang telah peneliti lakukan. Data yang dihasilkan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada siswa kelas IV SDN Gendongan 02 yang berjumlah 37 siswa yang menjadi kelas eksperimen. Jumlah siswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA OPEN ACCESS MES (Journal of Mathematics Education and Science) ISSN: 2579-6550 (online) 2528-4363 (print) Vol. 3, No. 1. Oktober 2017 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada uraian bab ini akan dipaparkan tentang hasil ujicoba instrumen, hasil penelitian, analisis data dan pembahasan. Data yang diolah adalah data hasil observasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini berisi analisis instrumen penelitian, uji keseimbangan pretest dan uji beda rerata posttest, deskripsi data hasil belajar, normalitas data hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Februari sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen

Lebih terperinci

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR Journal of EST, Volume 2 Nomor 2 Agustus 2016 hal. 91-97 91 p-issn: 2460-1497 e-issn: 2477-3840 PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen 01 dan SD Kristen 03 Kabupaten Woosobo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan penerapan pembelajaran melalui pendekatan Collaborative Problem Solving.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 579-584 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Cita Bhekti Laksana Ria (1), Rini Asnawati (2), M.Coesamin (2) Citabhekti24@gmail.com 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian. Hasil analisis data yang diperoleh merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan pemahaman matematis siswa dan data hasil skala sikap

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA Sulis Widarti 1, Tina Yunarti 2, Rini Asnawati 2 sulis_widarti@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga tahun ajaran 2013/2014 yang terbagi atas tiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model pembelajaran konvensional.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian menggunakan model Inquiri dan metode konvensional dilakukan di Gugus Kartini dengan 2 SD sebagai subjek penelitian yaitu SD N Mangunsari 04 dan SD N Mangunsari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Merujuk pada pendapat Sugiyono

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen Satya Wacana yang terletak di Jl. Yos Sudarso 1 Salatiga. Sekolah ini mempunyai luas

Lebih terperinci

METODE GUIDED DISCOVERY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

METODE GUIDED DISCOVERY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR METODE GUIDED DISCOVERY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR Fitri Rosyanti¹, Komariah², Entang Kartika³ Program Studi PGSD Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada dua SD Negeri yang terletak di Desa Balesari dan Desa Campuranom, Kecamatan Bansari Kabupaten

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW Tri Hendarti 1, Tina Yunarti 2, Rini Asnawati 2 Trihendarti33@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Diskripsi Data 4.1.1.1 Objek Dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kristen 1 Salatiga. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kristen 1 Salatiga Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa dan data hasil skala sikap siswa. Selanjutnya,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 611-615 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA Desti Anggistia*, Eko Suyanto, I Dewa Putu Nyeneng FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian Sampel yang diambil adalah 2 kelas yaitu kelas VIIA dan VIIB yang masing-masing kelas terdiri dari 23 siswa. Kelas VIIB ditetapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Deskripsi dari pelaksanaan pembelajaran menggunakan model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Bringin dan SDN 02 karanggeneng yang terletak di desa Bringin dan Desa karanggeneng kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di dua Sekolah Dasar Negeri Gendongan Kecamatan Tingkir. Subyek penelitian ini meliputi siswa kelas IV SD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa nilai pretest dan posttest siswa dan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran. Data tersebut kemudian dianalisis melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Data 4.1.1.1. Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 8A dan 8C SMP Stella Matutina

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian Sampel yang diambil adalah 2 kelas yaitu kelas X-1 yang terdiri dari 21 siswa dan X-2 yang terdiri dari 20 siswa. Siswa kelas X-1 ditetapkan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR ARTIKEL

PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH DASAR ARTIKEL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE REVIEW HORAY TERHADAP HASIL BELAJAR DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TINAMBUNG 1 Fitrah Razak, 2 Rezki Amaliyah AR 1,2 Universitas Sulawesi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS Mega Oktaviana, Nurhanurawati, Arnelis Djalil Pendidikan Matematika, Universitas Lampung megao@rocketmail.com

Lebih terperinci

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 5, No. 1, Ed. April 2017, Hal. 1-5 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Eksperimen dapat diartikan sebagai proses penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN OPEN-ENDED BERBASIS MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

PENDEKATAN OPEN-ENDED BERBASIS MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA PENDEKATAN OPEN-ENDED BERBASIS MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Jurnal e-dumath Volume No., Agustus 016 Hlm. 10-17 PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Siti Koyumah 1), Rukmono Budi Utomo ) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 3 Tuntang, suatu sekolah yang berlokasi di kampung Beran, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan

Lebih terperinci

1 Antologi UPI Volume No. Edisi Juni 2015

1 Antologi UPI Volume No. Edisi Juni 2015 1 Antologi UPI Volume No. Edisi Juni 2015 PENINGKATAN KEMEMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER Rangga Febrian 1, Komariah 2, Susilowati 3.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS Noviana Laksmi 1, Nurhanurawati 2, Rini Asnawati 2 novianalaksmi@yahoo.co.id 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandarlampung Tahun Ajaran 03/04 dengan jumlah siswa sebanyak 00 siswa yang terdistribusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Desain, dan Lokasi penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental Design). Sugiyono (2015:107)

Lebih terperinci

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN BANDUNGREJOSARI 3

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN BANDUNGREJOSARI 3 PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN BANDUNGREJOSARI 3 Nury Yuniasih nury_yuniasih@yahoo.com Dwi Agus Setiawan Universitas Kanjuruhan Malang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 02 yang menjadi kelas eksperimen dengan jumlah siswa 22 orang. Jumlah

Lebih terperinci

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro   Abstract PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT- OREOVOCZ DALAM PENINGKATAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP DITINJAU DARI PENGETAHUAN AWAL MATEMATIS (PAM) SISWA Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian adalah jenis penelitian quasi eksperimen atau eksperimen semu dimana ada dua kelompok yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Nampu dan Sekolah Dasar Negeri 01 Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan open-ended,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD pararel yaitu SD N 01 Maduretno semester II Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis data hasil penelitian yang diperoleh dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama penelitian. Pada penjelasan pada bab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pra Penelitian a. Sampel Penelitian Penelitian terkait dengan perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA ISSN 2502-5872 M A T H L I N E PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA Dian Nopitasari Universitas Muhammadiyah Tangerang, d_novietasari@yahoo.com

Lebih terperinci

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pengolahan Data Statistika (Manual) Setelah dilakukan penelitian di lapangan maka langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Pada penelitian eksperimen, terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen (Quasi-Experimental Research). Kuasi eksperimen merupakan sebuah eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis dan habit of thinking interdependently (HTI) siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang berlokasi di Desa Karangjati. Kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sampel Peneliitian Sampel yang diambil adalah 2 SD Negeri kelas V dari SD Negeri di Gugus Gatot Subroto yaitu SDN 03 Ngraho dan SDN 01 Nglandeyan. Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Setting Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Setting Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Setting Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2006: 3) penelitian eksperimen adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan jenis penelitian semu (quasi eksperimental research).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV ini berisi tentang analisis instrumen penelitian, uji keseimbangan pretest dan uji beda rerata posttest, deskripsi data amatan, normalitas data amatan,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HIMPUNAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HIMPUNAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HIMPUNAN ARTIKEL PENELITIAN OLEH: NURAISAH NIM F04210024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN PMIPA

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP Nego Linuhung FKIP Universitas Muhammadiyah Metro E-mail: nego_mtk@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR Sony Cornelis Lee dan Farida Nur Kumala Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNIKAMA sony.cornelis1994@gmail.com dan faridankumala@unikama.ac.id

Lebih terperinci

Nonequivalent Control Group Design

Nonequivalent Control Group Design BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Desain Eksperimen 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini eksperimen dengan tipe Quasi Experimental Design. Menurut Sugiyono

Lebih terperinci

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 526-533 PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED

Lebih terperinci