PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPI MUARA ANGKE FIFI DEWI RESTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPI MUARA ANGKE FIFI DEWI RESTI"

Transkripsi

1 PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPI MUARA ANGKE FIFI DEWI RESTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di PPI Muara Angke adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2012 Fifi Dewi Resti

3 ABSTRAK FIFI DEWI RESTI, Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di PPI Muara Angke. Dibimbing oleh RETNO MUNINGGAR dan IIN SOLIHIN. Tempat pelelangan ikan (TPI) Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke merupakan suatu kelembagaan ekonomi yang didalamnya terdapat transaksi jual beli antara nelayan dan pedagang yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan nelayan. Namun demikian, sebagai suatu sektor publik, TPI PPI Muara Angke harus diukur pengelolaannya agar dapat dilihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan guna mencapai tujuan awal pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas yang terdapat di TPI, kepuasan pengguna pelelangan serta kinerja pengelolaan TPI. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan tujuan untuk mengidentifikasi aktivitas pelelangan yang terjadi dengan menggunakan analisis deskriptif, mengetahui kepuasan pengguna pelelangan menggunakan metode Importance and Performance Analysis (IPA) dan mengukur kinerja pengelolaan TPI dari segi ekonomi dan efisiensi dengan menggunakan metode value for money. Hasil analisis menunjukkan bahwa aktivitas di tempat pelelangan ikan PPI Muara Angke sudah berjalan dan dikelola oleh seksi pelelangan serta koperasi. Berdasarkan pengukuran kepuasan pengguna pelelangan diketahui bahwa kepuasan pengguna pelelangan masih berada di bawah kriteria puas yaitu agen merasa cukup puas terhadap pengelolaan yang terdapat di TPI sedangkan pedagang merasa kurang puas terhadap pengelolaan yang terdapat di TPI PPI Muara Angke tersebut. Adapun untuk kinerja TPI dinilai tidak ekonomis dari segi input karena memiliki nilai rataan sebesar 33% dan kinerja dinilai cukup efisien dengan nilai rataan sebesar 100%. Nilai tersebut dapat digunakan oleh pengelola TPI PPI Muara Angke sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja TPI, agar dapat mencapai tujuan awal pembangunannya serta meningkatkan kepuasan pengguna pelelangan. Kata kunci: aktivitas, kepuasan, kinerja dan tempat pelelangan ikan.

4 Hak cipta IPB, Tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk tanpa seizin IPB.

5 PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPI MUARA ANGKE FIFI DEWI RESTI C Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

6 Judul Skripsi Nama : Fifi Dewi Resti NRP : C : Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di PPI Muara Angke Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Disetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Retno Muninggar, S.Pi, ME Dr. Iin Solihin, S.Pi., M.Si NIP NIP Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP Tanggal Lulus : 20 Februari 2012

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Adapun judul skripsi ini adalah Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di PPI Muara Angke. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1) Retno Muninggar, S.Pi, ME sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Iin Solihin, S.Pi., M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini; 2) Dr. Ir. Mohammad Imron M.Si sebagai Ketua Komisi Pendidikan dan Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi, MT sebagai dosen penguji tamu atas arahan dan masukan untuk skripsi ini; 3) Bapak Mahad, Bapak Ahmad Junaedi dan Bapak Eman Sulaeman selaku Kepala Seksi Pelabuhan, Kepala TPI dan Wakil Kepala Pelelangan yang telah banyak membantu dalam penelitian ini; 4) Kedua orangtua, Bapak Bambang Maryono dan Ibu Dedeh Mintarsih yang setiap saat mendoakan dan memberikan yang terbaik. Kedua kakakku, Hery Yanto dan Fery Yansah atas doa dan dukungannya; 5) Beasiswa dari Give2Asia dan Karya Salemba Empat yang memberikan bantuan materiil yang berguna dalam penyelesaian skripsi ini; dan 6) Teman-teman PSP 45 yang telah berjuang bersama dalam kurun waktu empat tahun ini, khususnya Dwi Rizky Gustina dan Yasinta Anugerah yang menemani dalam penelitian dan proses penulisan skripsi ini. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang memerlukannya. Bogor, Februari 2012 Fifi Dewi Resti

8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara yang dilahirkan di Palembang pada tanggal 24 Juli 1991 dari pasangan Bambang Maryono dan Dedeh Mintarsih. Setelah lulus dari SMA PGRI 109 Tangerang tahun 2008, penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis mendapatkan beasiswa SUPERSEMAR tahun Selain itu pada tahun mendapatkan beasiswa dari Give2Asia Karya Salemba Empat (KSE) Institut Pertanian Bogor. Penulis juga aktif dalam organisasi seperti Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) sebagai staf Divisi Penelitian dan Pengembangan Keprofesian pada tahun ajaran dan staf Divisi Kesekertariatan pada tahun ajaran Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di PPI Muara Angke.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Fasilitas pelabuhan perikanan Pangkalan pendaratan ikan (PPI) Muara Angke Tempat Pelelangan Ikan Pengertian dan fungsi TPI Pengelolaan aktivitas di tempat pelelangan ikan Tipe pelelangan ikan Landasan hukum penyelenggaraan pelelangan ikan di Indonesia Sarana dan prasarana tempat pelelangan ikan Kinerja dan Pengukurannya Kinerja dan penilaian kinerja Pengertian dan fungsi indikator kinerja Konsep dasar dan pengukuran value for money Kepuasan Pelanggan Definisi kepuasan pelanggan Tingkat kepentingan pelanggan Pengukuran kepuasan pelanggan KERANGKA PENDEKATAN STUDI METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Analisis Data Analisis deskriptif Kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) i iii iv v i

10 5 KEADAAN UMUM HASIL PENELITIAN Keadaan Umum Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Topografis PPI Muara Angke Pengelolaan PPI Muara Angke Kondisi dan potensi kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke Kondisi perikanan tangkap PPI Muara Angke HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Aktivitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke Aktivitas pra pelelangan ikan Pelelangan ikan Aktivitas pasca pelelangan ikan Pengelola pelelangan ikan PPI Muara Angke Kinerja Pengelolaan TPI PPI Muara Angke Perhitungan tingkat kepuasan pengguna pelelangan Tujuan pembangunan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke Indikator kinerja tempat pelelangan ikan Indikator kinerja input Indikator kinerja output Pengukuran kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka pendekatan studi Diagram kartesius Struktur organisasi UPT PKPP dan PPI Muara Angke Jakarta Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Muara Angke Pertumbuhan alat penangkap ikan di PPI Muara Angke tahun Pertumbuhan jumlah nelayan di PPI Muara Angke tahun Jumlah produksi TPI Muara Angke tahun Nilai produksi TPI Muara Angke tahun Harga rata-rata hasil tangkapan tahun Ikan hasil tangkapan dalam trays di dermaga Kegiatan penimbangan dan pendataan hasil tangkapan di PPI Muara Angke Troli di TPI PPI Muara Angke Tanda peserta lelang di TPI PPI Muara Angke Kegiatan pelelangan hasil tangkapan di PPI Muara Angke Kegiatan pembersihan lantai lelang di TPI PPI Muara Angke Kegiatan distribusi cumi tanpa melalui proses pelelangan Kegiatan distribusi setelah melakukan pelelangan di TPI PPI Muara Angke Skema alur pra pelelangan, pelelangan dan pasca pelelangan Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan agen terhadap fasilitas, aktivitas dan pelayanan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan pedagang terhadap fasilitas, aktivitas dan pelayanan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke Alat penimbangan dengan jenis (a) Timbangan geser, duduk (b) timbangan gantung di PPI Muara Angke Troli di TPI PPI Muara Angke Keranjang (trays) di TPI PPI Muara Angke iii

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Objek pengamatan Objek wawancara Data utama Data tambahan Dasar penentuan parameter input dan output Tingkat kepentingan pelayanan aktivitas pelelangan Tingkat kinerja aktivitas tempat pelelangan ikan (TPI) Penilaian kinerja dan kepentingan pengguna pelayanan aktivitas TPI Penilaian responden terhadap atribut tingkat kinerja dan kepentingan Skala penilaian perbandingan berpasangan Kertas kerja penilaian pembobotan Jenis olahan dan jumlah pengolah di PHPT Muara Angke Jumlah armada penangkapan ikan di PPI Muara Angke Jenis alat penangkap ikan di PPI Muara Angke tahun Jumlah nelayan di PPI Muara Angke tahun Jumlah produksi, nilai dan harga rata-rata tahun Penilaian kinerja dan kepentingan agen Pembagian atribut berdasarkan kepuasan agen Tingkat kepuasan agen Penilaian kinerja dan kepentingan pedagang Pembagian atribut berdasarkan kepuasan pedagang Tingkat kepuasan pedagang Kertas kerja kinerja tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke iv

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Perhitungan kebutuhan jumlah trays dan troli Perhitungan kebutuhan luas lantai lelang tahun Rata-rata nilai retribusi hasil tangkapan yang dilelang di TPI PPI Muara Angke Perhitungan nilai retribusi, pendapatan nelayan, pendapatan Pemerintah Daerah dan pendapatan koperasi Nilai pembobotan dengan metode Saaty Perhitungan input dan output Perhitungan nilai ekonomis dan efisiensi Persentase pembagian dana sosial Biaya-biaya yang dikeluarkan koperasi Validitas kepentingan agen Validitas kinerja agen Validitas kepentingan pedagang Validitas kinerja pedagang Peta lokasi penelitian PPI Muara Angke v

14 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan perikanan merupakan tempat yang penting bagi aktivitas perikanan, mulai dari pendaratan, pembongkaran sampai dengan pemasaran. Aktivitas ini terjadi hampir di semua tipe pelabuhan baik skala besar yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) sampai dengan tipe pelabuhan skala kecil yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Salah satu PPI yang memiliki aktivitas perikanan tersebut adalah PPI Muara Angke. PPI Muara Angke merupakan pelabuhan perikanan yang terletak di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. PPI ini memiliki produksi hasil tangkapan yang terus meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Menurut laporan tahunan yang dimiliki oleh PPI Muara Angke, jumlah produksi yang didaratkan di PPI Muara Angke pada tahun 2009 sebesar ton. Hal ini menjadikan PPI Muara Angke sebagai pelabuhan perikanan yang efektif untuk kegiatan perekonomian. Kegiatan perekonomian yang berlangsung di PPI Muara Angke sangatlah penting untuk dikembangkan. Pengembangan ini diutamakan pada sektor pemasaran. Hal ini dikarenakan aktivitas pemasaran dapat meningkatkan pendapatan PPI, nelayan maupun aspek-aspek yang turut berada dalam kegiatan perikanan tersebut. Oleh sebab itu, PPI Muara Angke memerlukan mekanisme penjualan untuk menciptakan keteraturan dan kelancaran dalam berinteraksi antara penjual dengan pembeli. Mekanisme tersebut adalah pelelangan ikan agar pemasaran dapat dilakukan dengan lancar. Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan suatu kelembagaan ekonomi yang didalamnya terdapat transaksi jual beli antara nelayan dan pedagang. PPI Muara Angke sendiri telah memiliki TPI yang terletak berdekatan dengan darmaga pendaratan. Aktivitas pelelangan di TPI PPI Muara Angke dilakukan setiap hari jam WIB oleh pihak TPI. Aktivitas tersebut terdiri dari kegiatan penimbangan, transaksi jual beli oleh juru lelang dan pencatatan data oleh pihak TPI. TPI merupakan fasilitas publik yang memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk

15 2 dilakukan pengukukuran mengenai kinerja agar dapat diketahui seberapa besar kinerja yang dilakukan TPI saat ini sesuai dengan tujuan awal pembangunan TPI itu sendiri. Pengukuran kinerja dapat diukur dari segi ekonomi dan efisiensi TPI dalam melakukan kegiatan pelelangan dan pengelolaan fasilitas. Pengukuran kinerja ini juga sangat penting agar dapat mengetahui kepuasan dari pihak pengguna jasa pelelangan, karena kepuasan pengguna pelelangan berdampak pada aktifnya kegiatan pelelangan dan pengembangan ekonomi pelabuhan. Penelitian ini sangat penting dilaksanakan untuk mengukur kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) terhadap ekonomi dan efisiensi tempat pelelangan ikan (TPI) serta mengukur tingkat kepuasan pengguna tempat pelelangan ikan (TPI) tersebut. Penelitian mengenai TPI di Muara Angke telah dilakukan sebelumnya oleh Simarmata (2010) dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Kriteria tersebut berdasarkan Pane (2009), sedangkan penelitian ini menggunakan pengukuran kinerja dengan pendekatan value for money berdasarkan Mahmudi (2010). 1.2 Perumusan Masalah Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat dimana nelayan dan konsumen bertemu untuk melakukan transaksi jual beli. Tempat ini sebagai sarana pemasaran di pelabuhan perikanan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, maka TPI harus diukur kinerja pengelolaan aktivitasnya. Saat ini pengukuran kinerja TPI telah banyak dilakukan dengan menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis), namun belum banyak yang menerapkan metode value for money dalam pengukuran kinerja TPI yang menekankan pada segi ekonomi dan efisiensi. Selain itu, tingkat kepuasan pengguna pelelangan di TPI PPI Muara Angke harus diketahui agar dapat mendukung aktivitas pelelangan dan kinerja TPI selanjutnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah gambaran pengelolaan aktivitas TPI PPI Muara Angke? 2. Bagaimanakah tingkat kepuasan pengguna pelelangan TPI PPI Muara Angke? 3. Bagaimanakah kinerja pengelolaan TPI dari sisi ekonomi dan efisiensi?

16 3 1.3 Tujuan 1. Mendeskripsikan pengelolaan aktivitas TPI PPI Muara Angke; 2. Mengukur tingkat kepuasan pengguna pelelangan TPI PPI Muara Angke; dan 3. Mengukur tingkat kinerja pengelolaan TPI dilihat dari segi ekonomi dan efisiensi TPI Muara Angke. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada semua pihak yang terkait dengan pengelolaan TPI di PPI Muara Angke mengenai kinerja pengelolaan TPI, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja TPI di PPI Muara Angke selama ini.

17 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 pasal 1, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan adalah pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Aspek-aspek pelabuhan perikanan secara terperinci menurut Direktorat Jenderal perikanan 1994 adalah (Lubis, 2006): 1) Produksi : Pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya. 2) Pengolahan: Pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya. 3) Pemasaran : Pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapannya. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan BAB VII pasal 16, pelabuhan perikanan diklasifikasikan kedalam 4 (empat) kelas, yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi empat kategori utama yaitu: 1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) adalah pelabuhan perikanan tipe A yang biasa disebut sebagai pelabuhan perikanan kelas 1. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) memiliki kemampuan beroperasi di samudera dan lepas pantai

18 5 yang sifatnya nasional dan internasional. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan BAB VII pasal 17- pasal 20 tentang pelabuhan perikanan, Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) memiliki kriteria sebagai berikut: (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Esklusif Indonesia dan laut lepas; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya minus 60 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya GT kapal perikanan sekaligus; (5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; dan (6) Terdapat industri perikanan. 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) adalah pelabuhan perikanan tipe B yang biasa disebut sebagai pelabuhan perikanan kelas II. Pelabuhan perikanan ini memiliki kemampuan beroperasi di lepas pantai yang sifatnya regional dan nasional. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan BAB VII pasal tentang pelabuhan perikanan, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) memiliki kriteria sebagai berikut: (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Esklusif Indonesia; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya GT kapal perikanan sekaligus; dan (5) Terdapat industri perikanan.

19 6 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) adalah pelabuhan perikanan tipe C. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) ini memiliki kemampuan beroperasi di pantai yang sifatnya regional. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan BAB VII pasal tentang pelabuhan perikanan, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) memiliki kriteria sebagai berikut: (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 2 m; dan (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. 4) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah pelabuhan perikanan tipe D. Pelabuhan ini dikelola oleh daerah untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di daerah pantai. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan BAB VII pasal tentang pelabuhan perikanan, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) memiliki kriteria sebagai berikut: (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 2 m; dan (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus.

20 7 Lubis (2010) menyatakan bahwa fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan terbagi menjadi 3 fungsi, diantaranya: 1) Fungsi maritim; 2) Fungsi komersial; dan 3) Fungsi jasa. Selain fungsi pelabuhan berdasarkan kepentingannya, terdapat juga fungsi pelabuhan ditinjau dari segi aktivitasnya yaitu sebagai pusat kegiatan ekonomi perikanan baik ditinjau dari aspek produksi, pengolahan, pemasaran. Aspek-aspek tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Lubis, 2010): 1) Aspek produksi; 2) Aspek pengolahan; dan 3) Aspek pemasaran Fasilitas pelabuhan perikanan Menurut Lubis (2006) dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan dilengkapi berbagai fasilitas. Kapasitas dan jenis fasilitas yang terdapat di suatu pelabuhan perikanan umumnya akan menentukan skala atau tipe dari suatu pelabuhan dan akan berkaitan pula dengan skala perikanannya. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang pelabuhan perikanan menyatakan bahwa fasilitas pelabuhan perikanan merupakan sarana dan prasarana yang tersedia di pelabuhan perikanan untuk mendukung operasional pelabuhan. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa fasilitas pokok, fungsional, dan fasilitas penunjang. 1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok merupakan fasilitas dasar yang diperlukan oleh suatu pelabuhan perikanan guna menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas pokok ini disebut juga dengan fasilitas infrastruktur suatu pelabuhan perikanan. Fasilitas-fasiltas tersebut antara lain: (1) Fasilitas pelindung seperti breakwater, revertment, dan groin; (2) Fasilitas tambat seperti dermaga dan jetty; (3) Fasilitas perairan seperti kolam dan alur pelayaran; (4) Fasilitas penghubung seperti jalan, drainase, dan jembatan; dan

21 8 (5) Fasilitas lahan pelabuhan perikanan. 2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional dapat disebut juga suprastruktur yaitu fasilitas yang berfungsi meningkatkan nilai guna dari fasilitas pokok dengan cara memberikan pelayanan yang dapat menunjang kegiatan yang ada di pelabuhan perikanan. Fasilitas ini tidak harus ada pada suatu pelabuhan perikanan, disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional perikanan tersebut. Fasilitas fungsional tersebut antara lain: (1) Fasilitas pemasaran hasil perikanan seperti tempat pelelangan ikan (TPI); (2) Fasilitas navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, SSB, rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas; (3) Fasilitas suplai air bersih, es dan listrik; (4) Fasilitas pemeliharaan kapal dan alat penangkap ikan seperti dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jaring; (5) Fasilitas penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu; (6) Fasilitas perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan; (7) Fasilitas transportasi seperti alat-alat angkut ikan dan es; dan (8) Fasilitas pengolahan limbah seperti PAL. 3) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan, fasilitas penunjang diantaranya adalah: (1) Fasilitas pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan; (2) Fasilitas pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga, dan pos pelayanan terpadu; (3) Fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan MCK; (4) Fasilitas kios IPTEK; dan (5) Fasilitas penyelenggaran fungsi pemerintah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke merupakan pelabuhan perikanan tipe D. Pelabuhan ini dikelola oleh daerah untuk mendukung kegiatan

22 9 penangkapan ikan di daerah pantai. PPI Muara Angke terletak di delta Muara Angke disebelah barat dan selatan berbatasan dengan kali Angke, disebelah selatan berbatasan dengan Jalan Pluit dan disebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 598 tentang Pangkalan Pendaratan Ikan Daerah dan Pusat Pembinaan Kegiatan Perikanan DKI Jakarta, Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke seluruhnya seluas ± m 2, sedangkan berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1263 tentang Panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Terpadu Muara Angke memiliki rencana reklamasi Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke seluruhnya menjadi seluas ±71,72 ha. Kondisi saat ini kawasan Muara Angke secara eksisting telah dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan nelayan yang secara garis besarnya terbagi kedalam empat kawasan, yaitu: 1) Perumahan nelayan; 2) Pengolahan hasil perikanan tradisional (PHPT); 3) Tambak uji coba air payau; dan 4) Pangkalan Pendaratan Ikan. PPI Muara Angke memiliki fasilitas yang menunjang kegiatannya. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa: 1) Tempat pelelangan ikan (TPI); 2) Pasar grosir; 3) Pasar pengecer; 4) Pabrik es; 5) Cold storage; 6) SPBU/SPBB; 7) Tempat pengepakan ikan; 8) Pusat jajanan serba ikan; dan 9) Instansi lain, Fasos dan Fasum. 2.2 Tempat Pelelangan Ikan Pengertian dan fungsi TPI Berdasarkan Keputusan Bersama 3 Menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor:

23 Tahun 1997;902/Kpts/PL.420/9/97;03/SKB/M/IX/1997 tertanggal 12 September 1997 tentang Penyelengaraan Tempat Pelelangan Ikan, bahwa yang disebut dengan tempat pelelangan ikan adalah tempat para penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses penjualan ikan dilakukan di hadapan umum dengan cara penawaran bertingkat. Ikan hasil tangkapan para nelayan harus dijual di TPI kecuali: 1) ikan yang digunakan untuk keperluan lauk keluarga; 2) Ikan jenis tertentu yang diekspor dan ikan hasil tangkapan pola kemitraan dengan pertimbangan dan atas dasar persetujuan dari Kepala Daerah. Fungsi tempat pelelangan ikan adalah untuk melelang ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan), sedangkan menurut Mogohito vide Priyaza (2008), fungsi tempat pelelangan ikan adalah sebagai pusat pendaratan ikan, pusat pembinaan mutu hasil perikanan, pusat pengumpulan data, pusat kegiatan para nelayan dibidang pemasaran. Menurut Hardani (2008), pelelangan ikan merupakan suatu kegiatan dimana penjual dan pembeli bertemu dalam satu tempat (gedung TPI), di dalamnya terdapat proses tawar menawar harga ikan sehingga diperoleh harga yang mereka sepakati bersama. Pelelangan ikan merupakan mata rantai pemasaran nelayan sebagai produsen dengan pembeli dan konsumen lainnya atau disebut juga mata rantai tata niaga ikan. Kegiatan pelelangan berperan dalam menentukan harga hasil tangkapan yang dilelang (Bustami, 2007) Pengelolaan aktivitas di tempat pelelangan ikan Aktivitas pelelangan ikan di TPI merupakan salah satu aktivitas di suatu pelabuhan perikanan yang termasuk dalam kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pendaratan dan pemasaran ikan. Pelelangan ikan memiliki peran yang cukup penting untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pemasaran ikan. Pelelangan ikan adalah suatu kegiatan di tempat pelelangan ikan guna mempertemukan penjual dan pembeli sehingga terjadi tawar-menawar harga ikan yang disepakati bersama (Dwiyanti, 2010). Menurut Lubis (2010), tipe pengelolaan tempat pelelangan ikan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) termasuk kepada tipe pengelolaan oleh Pemerintah Daerah. Pengelolaan tempat pelelangan ikan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah TK

24 11 I/Propinsi c/q Dinas Perikanan dan Kelautan setempat atau adanya otonomi daerah, Pemerintah Daerah Propinsi menyerahkan lagi pengelolaan lelang ikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten melalui Dinas Perikanan dan Kelautan setempat dan beberapa Pemda Propinsi atau Kabupaten menyerahkan lagi ke KUD. Kemudian hasil retribusi yang dikenakan kepada nelayan dan pembeli diserahkan ke kas Pemerintah Daerah. Menurut UPT PPI Muara Angke (2007) vide Faubiany (2008), prosedur pelelangan ikan di PPI Muara Angke adalah sebagai berikut: 1) Kapal melaporkan kedatangannya ke pengawas perikanan (WASKI), dicatat dokumen dan mendapatkan nomor urut lelang; 2) Proses pembongkaran ikan dengan menyortir ikan berdasarkan jenis dan mutu lalu ditempatkan di dalam keranjang (trays); 3) Penimbangan hasil tangkapan di dermaga dan diawasi oleh juru timbang dari koperasi Mina Jaya kemudian diberi label volume ikan dan nama kapal; 4) Ikan disusun di lantai TPI berdasarkan nomor urut lelang yang didapatkan oleh setiap kapal; 5) Juru lelang mengumumkan dan memanggil peserta lelang untuk memulai proses pelelangan; 6) Ikan dilelang oleh juru lelang dimana jumlah peserta lelang kurang lebih 70 orang dan harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Penawaran yang dilakukan bersifat meningkat sampai tercapai harga penawaran tertinggi; 7) Seluruh hasil transaksi dicatat oleh juru bakul. Pencatatan hasil transaksi lelang meliputi: jenis, ukuran, berat dan harga ikan, nama nelayan dan nama pemenang lelang. Setelah proses pelelangan selesai, maka data diserahkan kepada petugas operator pelelangan; 8) Peserta pemenang lelang umumnya melakukan pencatatan hasil transaksi pemenang lelang yang biasanya langsung mengemasi ikannya. Setelah mencatat hasil transaksi ikan, pemilik kapal menerima uang dari petugas kasir; dan 9) Pembayaran oleh pemenang lelang dan penerimaan hasil penjualan.

25 Tipe pelelangan ikan Aktivitas pelelangan ikan di Indonesia umumnya masih dilakukan dengan cara-cara sederhana. Hal ini dikarenakan pihak pengelola pelelangan belum mampu berkoordinasi secara optimal dengan pengelola pelabuhan maupun Dinas Perikanan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang memadai serta upaya untuk menarik minat masyarakat agar ikut serta dalam proses pelelangan ikan. Klemperer (1999) vide DKP (2006) menerangkan bahwa terdapat empat tipe pelelangan ikan (fish action) yang umum dikenal. Keempat tipe pelelangan tersebut, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Keempat tipe pelelangan tersebut adalah: 1) Tipe Inggris (english type auction); 2) Tipe Belanda (dutch type auction); 3) Tipe lelang tertutup (first-price sealed bid auction); dan 4) Tipe Vickrey (vickrey type auction) atau yang lebih umum dikenal adalah second-price sealed bid auction. Tipe Inggris (English type auction) memiliki karateristik harga lelang ditentukan secara meningkat (ascending-bid auction). Harga lelang mengalami kenaikkan hingga menyisakan seorang pelelang yang menentukan harga tertinggi. Pemenang lelang inilah yang kemudian mendapatkan barang yang dilelang. Lelang dilakukan secara terbuka dengan cara mengucapkan langsung harga lelang (call out). Mekanisme lelang ini, biasanya melalui sistem elektronik dimana peserta lelang menekan tombol elektronik berdasarkan harga yang ditawarkan. Tipe pelelangan kedua yaitu tipe Belanda, pada tipe pelelangan dilakukan dengan sistem penurunan harga (descending-bid auction). Harga ditentukan pada level yang sangat tinggi kemudian menurun secara kontinyu sampai ada peserta lelang yang menerima harga tersebut pertama kali. Peserta lelang ini kemudian ditentukan sebagai pemenang lelang (Klemperer, 2000 vide DKP, 2006) Tipe pelelangan ketiga termasuk tipe pelelangan tertutup, lelang dilakukan secara tertutup oleh peserta lelang secara independen peserta lelang tidak mengetahui harga lelang yang ditawarkan satu sama lain. Harga lelang diputuskan dari harga tertinggi (first price) yang ditawarkan peserta lelang. Tipe keempat yaitu vickrey type action memiliki karateristik yang hampir sama dengan tipe

26 13 lelang tertutup, namun perbedaannya terletak pada penentuan harga lelang, dimana harga lelang ditetapkan berdasarkan harga kedua (second highest price) bukan berdasarkan harga tertinggi. Tipe pelelangan keempat sangat jarang dilakukan bila dibandingkan dengan ketiga tipe lelang yang lain (Klemperer, 2000 vide DKP, 2006). Sistem lelang yang digunakan di tempat pelelangan ikan pelabuhan perikanan Indonesia pada umumnya adalah tipe Inggris (English type auction), dimana harga ditetapkan secara meningkat, disampaikan secara terbuka dan peserta lelang dengan penawaran tertinggi ditetapkan sebagai pemenang (Klemperer, 2000 vide DKP, 2006) Landasan hukum penyelenggaraan lelang ikan di Indonesia Pelelangan di Indonesia memiliki aturan dan landasan hukum dalam pengaturan kegiatan maupun cara pelelangan. Landasan hukum penyelenggaraan pelelangan ikan di Indonesia diatur oleh beberapa ketentuan yang berlaku, yaitu: 1) PP No 64 Tahun 1957 pasal 7, tentang Penyerahan Sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat di Lapangan Perikanan laut, Kehutanan dan Karet Rakyat kepada Daerah-Daerah Swantantra Tingkat 1; 2) PP No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 3) Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor: 139 Tahun 1997/902/Kpts/PL.420/9/97/03/SKB/M/IX/1997 tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan; dan 4) SK Gubernur Nomor 2074/2000 tanggal 10 Agustus 2000 Tentang Penetapan Presentase Pengenaan Retribusi Pemakaian Tempat Pelelangan Ikan dan Biaya Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Perikanan Mina Jaya yang dipungut dari nelayan sebesar 3% dan bakul sebesar 2%, sedangkan bagian Koperasi Perikanan Mina Jaya sebesar 2% dari 5% retribusi yang diterima.

27 Sarana dan prasarana tempat pelelangan ikan Tempat pelelangan ikan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana yang menunjang untuk dilakukannya pelelangan. Sarana yang terdapat di tempat pelelangan dapat berupa keranjang (trays), timbangan, alat hitung dan alat pengangkut ikan, sedangkan prasarana tempat pelelangan ikan (TPI) dapat berupa gedung tempat pelelangan ikan (TPI). Menurut Lubis (2006) ruangan yang terdapat pada gedung pelelangan adalah: 1) Ruang sortir, yaitu tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan ikan ke dalam peti atau keranjang; 2) Ruang pelelangan, yaitu tempat menimbang, memperagakan dan melelang ikan; 3) Ruang pengepakan, yaitu tempat memindahkan ikan ke dalam peti lain dengan diberi es, garam, dan lain-lain selanjutnya siap dikirim; dan 4) Ruang administrasi pelelangan, terdiri dari loket-loket, gudang peralatan lelang, ruang duduk untuk peserta lelang, toilet dan ruang cuci umum. Luas gedung pelelangan ikan ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Jumlah produksi yang harus ditampung oleh gedung pelelangan; 2) Jenis ikan yang ditangkap; dan 3) Cara penempatan ikan untuk diperagakan. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per. 04/Men/2008 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 01/Men/2007 Tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Menteri Kelautan Tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, bahwa persyaratan tempat pelelangan ikan (TPI) adalah: 1) Terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan; 2) Mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higienis; 3) Dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan penyaring sekali pakai;

28 15 4) Mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan pengawasan hasil perikanan; 5) Kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada dalam TPI; 6) Dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan, wadah harus dibersihkan dan dibilas dengan air bersih atau air laut bersih; 7) Dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas; 8) Mempunyai pasokan air bersih dan air laut bersih yang cukup; dan 9) Mempunyai wadah khusus yang tahan karat dan kedap air untuk menampung hasil perikanan yang tidak layak untuk dimakan. Satu hal yang perlu diperhatikan yaitu lantai tempat pelelangan harus miring kearah saluran pembuangan sekitar 2 o. Hal ini dimaksudkan agar air dari penyemprotan kotoran sisa-sisa ikan setelah selesai aktivitas pelelangan dapat mengalir ke saluran pembuangan dengan mudah sehingga kebersihan tempat pelelangan senantiasa terpelihara (Lubis, 2006). 2.3 Kinerja dan Pengukurannya Kinerja dan penilaian kinerja Menurut Bernadin dan Russel (1993) vide Gigentika (2010), kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. Pencapaian kinerja yang tinggi merupakan suatu prestasi bagi setiap organisasi dan bagian (unit) organisasi yang oleh karenanya setiap organisasi dituntut untuk dapat selalu meningkatkan kinerjanya. Semakin tinggi kinerja organisasi, maka semakin tinggi pencapaian tujuan organisasi. Kinerja merupakan suatu konstruksi multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Mahmudi (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: 1) Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu;

29 16 2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader; 3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakkan dan keeratan anggota tim; 4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi; dan 5) Faktor konstekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal. Pada sistem penilaian kinerja tradisional, kinerja hanya dikaitkan dengan faktor personal, namun dalam kenyataannya, kinerja sering diakibatkan oleh faktor-faktor lain di luar faktor personal, seperti sistem, situasi, kepemimpinan, atau tim. Proses penilaian kinerja individual tersebut harus diperluas dengan penilaian kinerja tim dan efektivitas manajernya. Hal itu karena yang dilakukan individu merupakan refleksi perilaku anggota grup dan pimpinan (Mahmudi, 2010). Sistem penilaian kinerja dilakukan dalam sebuah proses manajemen dimana harus terjadi dan dimulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, kemudian tahap pembuatan rencana, pengoperasian, penggerakan atau pengarahan dan akhirnya evaluasi atas hasilnya. Secara teknis penilaian kinerja harus dimulai dengan menetapkan tujuan dan sasaran yaitu kinerja dalam bentuk apa dan bagaimana yang ingin dicapai dalam hal ini yang menjadi objek adalah kinerja operasional (Widiastuti, 2010) Pengertian dan fungsi indikator kinerja Indikator kinerja merupakan sarana atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses, dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri (ends). Peran indikator kinerja bagi organisasi sektor publik adalah memberikan tanda atau rambu-rambu bagi manajer dan pihak luar untuk menilai kinerja organisasi. Indikator kinerja akan bermanfaat apabila digunakan untuk mengukur

30 17 sesuatu. Dengan demikian peran utama indikator kinerja adalah alat sebagai pengukur kinerja (Mahmudi, 2010). Menurut Widiastuti (2010) secara umum, indikator kinerja memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: 1) Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan; 2) Menciptakan consensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kebijakan/program dan dalam menilai kinerjanya termasuk kinerja satuan organisasi/kerja yang melaksanakannya; dan 3) Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja satuan organisasi/kerja Konsep dasar dan pengukuran value for money Menurut Mahmudi (2010) value for money (VFM) merupakan konsep penting dalam organisasi sektor publik. Value for money memiliki pengertian penghargaan terhadap nilai uang. Hal ini berarti bahwa setiap rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan sebaik-baiknya. Konsep value for money terdiri dari: 1) Ekonomi, memiliki pengertian bahwa sumber daya input hendaknya diperoleh dengan harga lebih rendah (spending less), yaitu harga yang mendekati harga pasar. Secara matematis, ekonomi merupakan perbandingan antara input dengan nilai rupiah untuk memperoleh input tersebut; dan 2) Efisiensi, terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Secara matematis, efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau dengan istilah lain output per unit input. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well). Pembuatan indikator input dan output memerlukan pemahaman mengenai konsep dasar input dan output sebagai komponen dasar kedua dari sistem

31 18 pengukuran kinerja, untuk itu dapat diketahui mengenai deskripsi dari ketiga unsur tersebut, yaitu: 1) Input Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu proses tertentu untuk menghasilkan output. Input tersebut dapat berupa bahan baku untuk proses, orang (tenaga, ketrampilan dan keahlian), infrastruktur seperti gedung dan peralatan, teknologi (hardware dan software). Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu proses dalam rangka menghasilkan output. Proses tersebut dapat berbentuk program atau aktivitas. Ukuran input mengindikasikan jumlah sumber daya yang dikonsumsi untuk suatu program, aktivitas dan organisasi. Pengukuran input dilakukan dengan cara membandingkan input sekunder dengan input primer. Dengan kata lain, pengukuran input adalah untuk mengetahui harga per unit input. 2) Output Output adalah hasil langsung dari suatu proses. Pengukuran output merupakan pengukuran keluaran langsung dari suatu proses. Ukuran output menunjukkan hasil implementasi program atau aktivitas. Pengukuran output ini berbentuk kuantitatif dan keuangan atau kuantitatif nonkeuangan. Setelah penentuan indikator input dan output selesai dilakukan tahap berikutnya, yaitu mendesain pengukuran ekonomi dan efisiensinya. Ukuran ekonomi mengindikasikan alokasi biaya, yaitu mengukur biaya input (cost of input). Ukuran ekonomi berupa beberapa anggaran yang dialokasikan. Pemanfaatan sumber daya di bawah anggaran menunjukkan adanya penghematan, sedangkan melebihi anggaran menunjukkan adanya pemborosan. Ukuran efisiensi mengukur biaya output (cost of output). Ukuran efisiensi didasarkan pada dua ukuran, yaitu input dan output. Ukuran efisiensi dapat dinyatakan dalam bentuk biaya per unit output (Mahmudi, 2010). 2.4 Kepuasan Pelanggan Definisi kepuasan pelanggan Menurut Rangkuti (2002) vide Nurhayati (2007), kepuasan konsumen sebagai respon konsumen terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Apabila

32 19 persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan konsumen, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan konsumen. Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli, dimana persepsi terhadap kinerja produk atau jasa yang dipilih sekurang-kurangnya memenuhi atau bahkan melebihi harapan prapembelian. Jika persepsi terhadap kinerja tidak sesuai dengan harapan, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan (Tjiptono, 2000 vide Shanticka, 2008). Kepuasan pelanggan memiliki lima driver (Irawan, 2003 vide Panggabean, 2008) antara lain: 1) Kualitas produk; 2) Harga; 3) Kualitas pelayanan; 4) Emotional factor; dan 5) Biaya dan kemudahan mendapat produk dan jasa Tingkat kepentingan pelanggan Menurut Panggabean (2008), tingkat kepentingan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli produk atau jasa yang akan dijadikannya standar acuan dalam menilai kinerja produk jasa tersebut. Terdapat dua tingkat kepentingan pelanggan yaitu: 1) Adequate service adalah tingkat kinerja jasa minimal yang masih dapat diterima berdasarkan perkiraan jasa yang mungkin akan diterima dan tergantung pada alternatif yang tersedia. 2) Desired service adalah tingkat kinerja jasa yang diharapkan pelanggan akan diterimanya yang merupakan gabungan dari kepercayaan pelanggan mengenai apa yang dapat dan harus diterimanya. Desired service dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga pelanggan yang mendapatkan jasa merasa puas yaitu: (1) Keinginan untuk dilayani dengan baik dan benar; (2) Kebutuhan perorangan; (3) Janji secara langsung; (4) Janji secara tidak langsung; (5) Komunikasi mulut ke mulut; (6) Pengalaman masa lalu; dan

33 20 (7) Keadaan darurat; Sedangkan adequate service dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: (1) Keadaan darurat; (2) Ketersediaan alternatif; (3) Derajat keterlibatan pelanggan; (4) Faktor-faktor yang tergantung situasi; dan (5) Pelayanan yang diperkirakan Pengukuran kepuasan pelanggan Menurut Rangkuti (2006) vide Panggabean (2008), kepuasan pelanggan dapat diukur dengan cara berikut: 1) Traditional approach, yaitu dengan meminta konsumen memberikan penilaian atas masing-masing indikator produk atau jasa yang mereka nikmati dengan cara memberikan rating dari sangat tidak puas sampai sangat puas sekali, kemudian konsumen juga diminta memberikan penilaian atas produk atau jasa tersebut secara keseluruhan. 2) Analisis secara deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisis statistik secara deskriptif. 3) Structured approach. Semantic differential merupakan salah satu teknik yang popular dengan menggunakan prosedur scaling. Caranya dengan meminta responden untuk memberikan penilaiannya terhadap suatu produk atau fasilitas. 4) Analisis importance dan performance matrix, yaitu pendekatan dimana tingkat kepentingan pelanggan (customer expectation atau importance) diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan agar menghasilkan produk yang berkualitas baik. Pengukuran kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan enam konsep, yaitu (Umar, 2003 vide Panggabean, 2008): 1) Kepuasan pelanggan secara keseluruhan. Caranya yaitu dengan menanyakan pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan serta menilai dan membandingkan dengan kepuasan pelanggan secara kesuluruhan terhadap jasa yang mereka terima dari pesaing;

34 21 2) Dimensi kepuasan pelanggan. Dilakukan dengan empat proses yaitu pertama terlebih dahulu mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua, dengan meminta pelanggan menilai jasa perusahaan berdasarkan beberapa faktor seperti kecepatan dalam proses pelayanan atau keramahan pelayanan jasa yang diberikan terhadap pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai jasa pesaing berdasarkan faktor-faktor yang sama. Keempat, meminta pelanggan menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka ada di kelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan; 3) Konfirmasi harapan. Kepuasan pelanggan tidak diukur secara langsung, tetapi berdasarkan kesesuaian dan ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual jasa yang dijual perusahaan; 4) Minat pembelian ulang. Kepuasan pelanggan diukur berdasarkan apakah mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama yang dia konsumsi; 5) Kesediaan untuk merekomendasi. Hal ini merupakan suatu cara yang memiliki ukuran penting, apalagi bagi jasa yang pembelian uangnya relatif lama, seperti jasa pendidikan tinggi; dan 6) Ketidakpuasan pelanggan. Cara mengetahui ketidakpuasan ini dapat dilakukan dengan hal komplain pelanggan, biaya garansi serta kerusakan barang.

35 22 3 KERANGKA PENDEKATAN STUDI TPI PPI Muara Angke berada di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Tempat pelelangan ikan tersebut dibangun oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) bagi Pemerintah Daerah Jakarta Utara. Pengelolaan TPI ini harus dilakukan secara ekonomis dan efisien agar aktivitas pelelangan dapat berjalan dengan lancar dan memuaskan pengguna pelelangan. Hal tersebut menjadi dasar pengukuran kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan di PPI Muara Angke guna meningkatkan aktivitas yang terdapat di TPI tersebut agar menjadi lebih ekonomis dan efisien. Selain itu, dengan kinerja pengelolaan TPI yang baik, maka akan meningkatkan kepuasan pengguna pelelangan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan beberapa pengukuran. Analisis deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menjelaskan aktivitas pelelangan yang terjadi di PPI Muara Angke pada saat penelitian, sehingga dapat diketahui alur aktivitas yang berlangsung di TPI tersebut. Selain analisis deskriptif terdapat pengukuran lainnya yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pengukuran kinerja pengelolaan. Pengukuran kinerja pengelolaan TPI dilakukan dengan menggunakan metode value for money. Metode ini memiliki keunggulan berupa bentuk pengukuran kinerja yang spesifik serta unik pada sektor publik dan mengukur kinerja dari segi ekonomi dan efisiensi. Namun sebelum melakukan pengukuran kinerja tersebut, harus dilakukan penilaian kinerja terlebih dahulu yang terbagi ke dalam dua kategori yaitu input dan output serta mengukur tingkat kepuasan pengguna pelelangan yang terdapat di TPI PPI Muara Angke. Pengukuran tingkat kepuasan pengguna pelelangan ini menggunakan metode Importance and Performance Analysis (IPA). Metode IPA tersebut melihat tingkat kinerja dan kepentingan dari tempat pelelangan ikan (TPI). Data yang digunakan yaitu data kuesioner yang diberikan kepada pengguna pelelangan

36 23 seperti agen dan pedagang. Pengukuran ini dilakukan agar pengelola TPI dapat mengetahui sejauh mana kepuasan pengguna pelelangan terhadap kinerja serta pelayanan yang diberikan TPI terhadap pengguna pelelangan itu sendiri. Ketiga analisis tersebut berkaitan erat dengan tempat pelelangan ikan, sehingga bila hasil ketiga analisis diketahui maka pengelolaan TPI PPI Muara Angke selanjutnya diharapkan akan lebih baik. Berikut kerangka pendekatan studi dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 1. Kinerja Pengelolaan aktivitas TPI TPI Analisis deskriptif deskriptif Sarana dan prasarana Sarana TPI dan prasarana TPI Pelayanan TPI Pelayanan Kegiatan pelelangan TPI Peraturan Kegiatan yang ditetapkan pelelangan oleh TPI Pengukuran Kinerja Pengukuran kepuasan dengan metode Importance Performance Analysis (skala likert) Ekonomi Efisiensi Kinerja Pengelolaan TPI Gambar 1 Kerangka pendekatan studi.

37 24 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus Adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke. 4.1 Alat Alat yang digunakan yaitu kuisioner, komputer/laptop, kamera, serta peralatan lainnya yang digunakan dalam membantu pengumpulan data dan pengolahan data. 4.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus terhadap kinerja tempat pelelangan ikan di PPI Muara Angke. Batasan yang akan diteliti adalah kinerja pengelolaan aktivitas tempat pelelangan ikan (TPI) dan kepuasan pengguna jasa TPI, untuk itu maka akan diteliti: 1) Ketersediaan fasilitas pelelangan ikan (sarana dan prasarana) untuk mendukung berlangsungnya pelelangan; 2) Aktivitas pelelangan (ketika ikan di letakkan di TPI, ditimbang, kegiatan jual beli, serta distribusi); 3) Kebersihan tempat pelelangan ikan; 4) Pendapatan dari kegiatan pelelangan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang didapatkan oleh pihak penyelenggara pelelangan yang kemudian berdampak pada anggaran dari pusat ke pihak TPI Muara Angke; dan 5) Kepuasan pengguna jasa pelelangan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Metode sampling ini dilakukan dengan cara mengambil sampel sebanyak 5 orang secara sengaja yang dapat mewakili populasi sehingga tujuan yang diinginkan tercapai. Populasi yang diteliti merupakan agen, pedagang, pihak TPI PPI Muara Angke dan anggota koperasi yang menjalankan pelelangan di PPI Muara Angke.

38 25 Tabel 1 dan 2 menjelaskan tentang pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan dan wawancara. 1) Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan cara melihat kondisi fisik TPI maupun aktivitas yang terdapat di TPI tersebut. Berikut merupakan Tabel 1 Objek pengamatan: Tabel 1 Objek pengamatan No Objek pengamatan Hal yang diamati 1. Tempat pelelangan ikan Kondisi fasilitas yang digunakan dalam proses penanganan dan pelelangan ikan meliputi kebersihan peralatan dan lantai TPI, penggunaan air bersih, tersedianya sarana penunjang kegiatan pelelangan (speaker, trolly, kursi petugas lelang, tempat cuci tangan, lampu, timbangan, keranjang (trays), tanda dilarang merokok, dan tempat sampah). 2. Aktivitas pelelangan ikan Kegiatan selama pelelangan (frekuensi dan waktu pelelangan), penimbang, pendataan dan distribusi. 2) Wawancara Wawancara dilakukan disertai dengan pengisian daftar pertanyaan (kuesioner) terhadap responden. Berikut Tabel 2 wawancara berdasarkan narasumber dan materi wawancara. Tabel 2 Objek wawancara No Narasumber Materi wawancara 1. Pengelola TPI Peran pihak TPI dalam proses pelelangan ikan; Ketersediaan fasilitas untuk menunjang aktivitas pelelangan; Anggaran untuk fasilitas pelelangan dan aktivitas pelelangan dari pemerintah daerah; Pemahaman pengelola TPI terhadap ikan/hasil tangkapan; Pemahaman tentang sanitasi di TPI; Pemahaman tentang fasilitas yang dibutuhkan untuk pelelangan ikan;

39 26 Tabel 2 Lanjutan No Narasumber Materi wawancara 2. Koperasi Peran koperasi dalam proses pelelangan ikan; Sistem pengelolaan penjualan ikan; Sistem bagi hasil kepada pihak TPI atau pemerintah daerah; dan Kebersihan tempat pelelangan ikan dan biaya operasional gedung tempat pelelangan ikan. 3 Agen Jenis dan jumlah ikan yang diperjualbelikan Harga ikan per Kg untuk tiap jenisnya Pemahaman terhadap pelelangan Pemahaman terhadap kualitas ikan yang dijual Keuntungan-kerugian pelelangan; Persepsi nelayan/agen terhadap aktivitas pelelangan; Retribusi yang harus dibayarkan dalam setiap kali proses lelang; dan Kepuasan nelayan terhadap kegiatan pelelangan, fasilitas TPI, dan pelayanan pihak TPI. 4. Pedagang/bakul Persepsi pedagang terhadap kegiatan pelelangan; Persepsi pedagang terhadap fasilitas TPI; Persepsi pedagang terhadap kebersihan TPI dan kualitas ikan yang dilelang; Keuntungan-kerugian pelelangan; Kepuasan pedagang terhadap kegiatan pelelangan dan fasilitas TPI; dan Retribusi yang harus dibayarkan dalam setiap kali proses lelang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung kondisi TPI, hasil wawancara dengan pihak pengelola TPI, pihak koperasi yang mengurusi pelelangan, nelayan/agen yang melakukan pelelangan, serta pedagang yang membeli ikan yang dilelang (kuesioner oleh responden yang digunakan sebagai sampel). Adapun data sekunder diperoleh dari data hasil pelelangan oleh pihak TPI dan koperasi PPI Muara Angke serta studi pustaka dan internet. Berikut ini

40 27 adalah data utama dan data tambahan yang masing-masing berisi data primer pada Tabel 3 dan data sekunder pada Tabel 4: 1) Data utama Tabel 3 Data utama Data Primer Data Sekunder Kondisi aktivitas tempat pelelangan ikan; Produksi dan nilai produksi hasil Kondisi kebersihan di TPI ; tangkapan yang dilelang; Kondisi fasilitas TPI; Jenis dan jumlah fasilitas yang berada Kinerja pengelolaan TPI dilihat dari segi di TPI; ekonomi dan efisiensi; dan Data pendapatan yang diterima pihak Kepuasan pengguna tempat pelelangan ikan; koperasi dan TPI dari hasil retribusi; Data pendapatan Pemda dari hasil retribusi; dan Jumlah nelayan, alat tangkap dan kapal bongkar 2) Data tambahan Tabel 4 Data tambahan Data Primer Gambar/foto-foto proses pelelangan hasil tangkapan ; dan Gambar/foto-foto fasilitas TPI; Data Sekunder Kondisi umum PPI Muara Angke; Kondisi umum TPI PPI Muara Angke; Letak geografis dan luas wilayah; dan Layout PPI Muara Angke. 4.3 Analisis Data Analisis deskriptif Kegiatan pelelangan ikan dan TPI dinilai dengan menggunakan analisis deskriptif terhadap aktivitas tempat pelelangan ikan (TPI) di PPI Muara Angke. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Selain itu, metode ini menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat berlangsungnya proses penelitian (Nazir, 1988). Metode analisis deskriptif digunakan untuk melihat karateristik umum responden terhadap kegiatan di tempat pelelangan ikan (TPI). Adapun data yang digunakan untuk

41 28 melakukan analisis aktivitas TPI PPI Muara Angke adalah data primer dan sekunder yang berhubungan dengan kegiatan TPI PPI Muara Angke pada tahun Data-data tersebut berupa hasil pengamatan di lapangan, tabel dan grafik yang kemudian dideskripsikan. Adapun pada penelitian ini, terdapat beberapa aktivitas yang akan diamati antara lain: 1) Keadaan umum dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TPI; 2) Pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelolatpl; dan 3) Kegiatan pelelangan (ketika ikan diletakkan di TPI, ditimbang, kegiatan jual beli dan kegiatan distribusi) Kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) Kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) diukur dengan pengukuran terhadap ekonomi dan efisiensi TPI, tetapi sebelum melakukan pengukuran kinerja terlebih dahulu mengetahui tujuan pembangunan TPI, penentuan parameter input dan output, mengetahui tingkat kepuasan pengguna TPI, pembobotan serta pengukuran kinerja menurut input dan output TPI. 1) Tujuan pembangunan TPI Menurut Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor: 139 Tahun 1997 Pasal 3 tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan maka tujuan pembangunan TPI PPI Muara Angke dalam hal ini adalah: (1) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan; (2) Mendapatkan kepastian pasar dan harga ikan yang layak bagi nelayan maupun konsumen; (3) Meningkatkan pendapatan daerah; (4) Memberdayakan koperasi nelayan; dan (5) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan nelayan. 2) Penentuan parameter input dan output Penentuan parameter input dan output dilakukan agar dapat mengetahui variabel apa yang akan diukur dalam penghitungan kinerja. Parameter tersebut berdasarkan hasil diskusi bersama kelompok hibah pasca (2007) vide widayati (2008). Berikut Tabel 5 dasar penentuan parameter input dan output:

42 29 Tabel 5 Dasar penentuan parameter input dan output No Kriteria Parameter Subparameter Dasar penentuan parameter 1 Input SDM Personil TPI Peraturan daerah di Jakarta tidak ada untuk jumlah kuantitatif personil TPI dan KUD sehingga memakai perbandingan dengan Perda Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 1984 (Widayati, 2008) Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 71 Tahun 2006 mengenai petugas Koperasi secara kualitatif Fasilitas TPI Timbangan Peraturan Daerah di Jakarta tidak ada sehingga memakai perbandingan dengan Perda Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 1984 (Widayati,2008) Lori Perhitungan dengan menggunakan rumus JK= JHT/Kebutuhan (Aulia, 2010) untuk jumlah Trays trays dan troli Luas lantai lelang Luas lantai lelang (m 2 ) Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca, 2007 vide Widayati, 2008) dan perhitungan luas lantai lelang. Volume produksi ikan hasil tangkapan yang dilelang Volume produksi ikan hasil tangkapan yang dilelang (ton) 2 Output Pendapatan Nelayan Pendapatan nelayan (Rupiah) Pemasukan daerah Pemasukan daerah dari retribusi (Rupiah) Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca, 2007 vide Widayati, 2008) dan Laporan tahunan UPT PKPP PPI Muara Angke Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca, 2007 vide Widayati, 2008). Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca, 2007 vide Widayati, 2008). Kepuasan pengguna pelelangan Fasilitas TPI Aktivitas TPI Pelayanan TPI Pelayanan koperasi Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Lelang dan Perceived Quality Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta (Nurhayati,. et al). Penghitungan kepuasan untuk kinerja berdasarkan Gigentika (2010) 29

43 30 3) Pengukuran tingkat kepuasan pengguna jasa pelelangan Tingkat kepuasan nelayan terhadap jasa pelelangan dapat diketahui dengan menggunakan metode penilaian kepentingan dan kepuasan pengguna TPI (Importance and Performance Analysis). Metode Importance and Performance Analysis merupakan metode yang melihat tingkat kinerja dan kepentingan suatu pelayanan jasa. Berikut ini merupakan metode penghitungan kepuasan pengguna pelelangan: (1) Importance and Performance Analysis (IPA) Metode tingkat kepentingan dan kinerja dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kepuasan pengguna jasa pelelangan terhadap pelayanan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan pelaksanaannya, sehingga dapat diketahui tingkat kesesuaian antara kebutuhan pemberi dan penerima jasa. Penilaian pelanggan terhadap tingkat kepentingan dan pelaksanaan atribut-atribut kepuasan pelanggan yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner dikonversikan ke dalam skala 5 tingkat (skala likert) (Shanticka, 2008). Tingkat kepentingan pengguna jasa pelelangan diukur berdasarkan apa yang seharusnya dikerjakan oleh pihak TPI agar menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tinggi. Untuk penentuan bobot tingkat kepentingan, responden diminta menilai seberapa penting atribut pelayanan menurut penilaian mereka dengan cara memberi penilaian dengan rentang 1-5. Kelima penilaian tersebut diberi bobot sebagaimana disajikan pada Tabel 6 (Nurhayati, 2007). Tabel 6 Tingkat kepentingan pelayanan aktivitas pelelangan Jawaban Nilai A Tidak penting 1 B Kurang penting 2 C Cukup penting 3 D Penting 4 E Sangat penting 5 Tingkat kinerja diukur berdasarkan kinerja aktual dari pelayanan yang diberikan pihak TPI yang dirasakan pengguna jasa TPI untuk menentukan bobot tingkat pelaksanaan digunakan skala likert (rentang 1-5) dalam memberi penilaian

44 31 terhadap jawaban pengguna jasa TPI. Kelima penilaian tersebut diberi bobot sebagaimana terdapat pada Tabel 7 (Nurhayati, 2007). Tabel 7 Tingkat kinerja aktivitas tempat pelelangan ikan (TPI) Jawaban Nilai A Tidak puas 1 B Kurang puas 2 C Cukup puas 3 D Puas 4 E Sangat puas 5 Oleh karena itu, untuk mendapatkan gambaran lebih komprehensif mengenai Importance and Performance Analysis, digunakan diagram kartesius. Diagram ini merupakan suatu bangunan yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y), adapun tahapan yang dilakukan adalah (Nurhayati, 2007) : 1) Menghitung jumlah skor kinerja (X) dan jumlah skor kepentingan (Y) pada masing-masing atribut pelayanan. Berikut penilaian kinerja dan kepentingan pengguna pelayanan aktivitas TPI pada Tabel 8: Tabel 8 Penilaian kinerja dan kepentingan pengguna pelayanan aktivitas TPI No Atribut Jumlah Skor Kinerja (X) Jumlah Skor Kepentingan (Y) 1 2. I 2) Mengisi sumbu X pada diagram dengan tingkat kinerja dan sumbu Y dengan skor tingkat kepentingan. Setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa aktivitas TPI dihitung dengan (Nurhayati, 2007):

45 32 Keterangan: X : Skor rata-rata tingkat kinerja Y : Skor rata-rata tingkat kepentingan N : Jumlah responden Tabel 9 Penilaian responden terhadap atribut tingkat kinerja dan kepentingan Responden Atribut tingkat kinerja (X) Total I ( ) 1. N Xi N N N N N. N Responden Atribut tingkat kepentingan (Y) Total I ( ) 1. N Yi N N N N N. N 3) Menghitung letak batas dua garis berpotongan dengan rumus (Nurhayati, 2007): Keterangan: χ : Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kinerja γ : Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan i : Banyak atribut yang memepengaruhi kepuasan pengguna

46 33 Diagram kartesius seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2. Kepentingan (Y) X=χ γ A Prioritas utama C Prioritas rendah B Pertahankan prestasi D Berlebihan Y=γ Kinerja (X) Gambar 2 Diagram kartesius kepuasan. 4) Didapat titik-titik (X,Y) yang menggambarkan letak atribut pada diagram. Posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Kuadran A (Prioritas utama): Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pengguna, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakan sesuai keinginan pengguna sehingga mengecewakan atau tidak puas. (2) Kuadran B (Pertahankan prestasi): Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, sehingga wajib untuk dipertahankan. (3) Kuadran C (Prioritas rendah): Menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pengguna, pelaksanaanya oleh perusahaan biasa-biasa saja. (4) Kuadran D (Berlebihan): Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pengguna kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan.

47 34 (2) Analisis gap Gap atau kesenjangan merupakan nilai selisih yang terjadi antara nilai selisih yang terjadi antara nilai yang diberikan oleh produk, melalui atributnya dengan harapan yang diinginkan. Nilai kesenjangan ini akan memberikan informasi mengenai seberapa besar suatu atribut produk atau jasa memenuhi harapan konsumen. Informasi ini akan dimanfaatkan oleh produsen sebagai bahan masukan untuk memperbaiki kinerja produk atau jasanya (Panggabean, 2008). Tingkat kepuasan akan semakin tinggi apabila nilai gap tersebut semakin kecil. Bila nilai kinerja suatu atribut lebih besar dari harapan, maka berarti konsumen puas terhadap atribut tersebut. Sebaliknya, jika nilai harapan lebih besar dari nilai kinerjanya, maka konsumen kecewa terhadap atribut tersebut. Nilai gap dihitung pada masing-masing atribut dengan rumus berikut (Panggabean, 2008): Nilai gap = Rata-rata tingkat kinerja rata-rata tingkat kepentingan Dalam menentukan kriteria kepuasan harus dibuat selang frekuensi/kelas berdasarkan tingkat kesesuaian, selisih nilai kinerja dan kepentingan yang telah diolah. Pembuatan selang frekuensi/kelas bagi sekumpulan data yang besar dapat dilakukan dengan cara pengolahan statistik yaitu dengan menentukan banyaknya frekuensi dimana dalam perhitungan ini menggunakan 5 selang frekuensi (Walpole, 1995). 4) Penghitungan pembobotan Pembobotan ini dilakukan dengan menggunakan metode Saaty. Pembobotan tersebut diukur, karena saat ini belum terdapat standar bobot untuk pengelolaan aktivitas berdasarkan input dan output tempat pelelangan ikan. Adapun standar bobot yang sudah diketahui yaitu pada operasional pelabuhan (Gigentika, 2010). Oleh sebab itu, untuk mengukur kinerja yang memakai pembobotan harus dilakukan pengambilan kuisioner. Pengambilan kuisioner ini dilakukan terhadap 5 orang pakar pelabuhan perikanan. Metode Saaty ini dimisalkan jika dalam suatu sub sistem operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen-elemen A1, A2, A3...An, maka hasil perbandingan

48 35 secara berpasangan elemen elemen operasi akan membentuk matrik perbandingan. Skala nilai perbandingan berpasangan menurut Saaty dapat dilihat pada Tabel 10 berikut (Saaty, 1991): Tabel 10 Skala penilaian perbandingan berpasangan Intensitas Keterangan Penjelasan kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen memiliki pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan nilai yang berdekatan Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibanding elemen yang satunya Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai ini diberikan jika ada kompromi antara dua pilihan Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapatkan satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding i Model matematika yang digunakan untuk membandingkan tiap pasangan adalah model matriks bujur sangkar yang resiprokal. Misalnya dalam suatu subsistem operasi terdapat n unsur operasi, yaitu A1, A2,, An maka hasil perbandingan dari unsur-unsur operasi tersebut akan membentuk matriks perbandingan berukuran n x n. Matriks perbandingan tersebut dapat disajikan sebagai berikut (Saaty, 1991): A1 A2. An A1 1 a12. a1n A2 a21 1. a2n An an1 an2. 1

49 36 Matriks An x n merupakan matriks resiprokal. Diasumsikan terdapat n unsur yaitu a11, a12, a1n yang akan dinilai secara perbandingan. Aturan untuk memasukkan aij adalah sebagai berikut (Saaty, 1991): 1. Jika aij= a, maka aji=1/a, untuk aij 0; dan 2. Pada diagonal matriks, di mana unsur yang sama diperbandingkan, maka nilainya 1. Setelah nilai intensitas kepentingan telah masuk didalam matriks maka selanjutnya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Saaty, 1991): 1. Menjumlahkan nilai-nilai setiap kolom dalam matriks perbandingan berpasangan; 2. Membagi nilai aij pada setiap kolom dengan jumlah pada kolom bersangkutan sehingga didapat matriks yang dinormalisasi; dan 3. Menjumlahkan semua nilai setiap baris dari matriks yang dinormalisasi tersebut dan membaginya dengan jumlah unsur tiap baris. Hasil pembagian tersebut menunjukkan nilai prioritas menyeluruh untuk masing-masing unsur. 5) Penilaian kinerja input dan output Metode yang digunakan adalah value for money. Metode tersebut memiliki keunggulan berupa bentuk pengukuran kinerja yang spesifik serta unik pada sektor publik dan mengukur kinerja dari segi ekonomi dan efisiensi. Pengukuran kinerja lain selain value for money adalah DEA, tetapi pengukuran kinerja dengan menggunakan metode DEA ini merupakan pengukuran kinerja yang hanya mengukur efisiensi bersifat teknis, bukan ekonomis. DEA hanya menghitung nilai absolut dari suatu variabel (Sudaryanto, 2006). Oleh karenanya dalam penelitian ini menggunakan konsep value for money karena aspek yang dikajinya lebih banyak yaitu diukur dari segi ekonomi dan efisiensi. Berikut merupakan kinerja penilaian pembobotan pada Tabel 11.

50 37 Tabel 11 Kertas kerja penilaian pembobotan Indikator Kinerja Satuan Target Kinerja (rencana) Capaian kinerja (realisasi) Bobot Nilai kinerja Nilai akhir Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Input Output Jumlah : Total: 1) Nilai kinerja input dan output dihitung dengan rumus berikut (Mahmudi, 2010): 2) Penilaian Kinerja (ekonomi dan efisiensi) Pengukuran Kinerja dari segi ekonomi (Mahmudi, 2010): Ekonomi = Input capaian x 100% Input rencana Keterangan: >100% = ekonomis % = cukup ekonomis 65-84% = kurang ekonomis <65% = Tidak ekonomis Pengukuran kinerja dari segi efisiensi (Mahmudi, 2010): Keterangan: <90% = sangat efisien 90-99% = efisien 100% = cukup efisien >100% = tidak efisien.

51 38 5 KEADAAN UMUM HASIL PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke Topografis PPI Muara angke Kawasan Muara Angke terletak di delta Muara Angke di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan kali Angke, di sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Pluit tepatnya pada posisi BT dan 59 0 LS sedangkan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Kawasan Muara Angke mempunyai kontur permukaan tanah datar dengan ketinggian dari permukaan laut antara 0 1 meter. Geomorfologi kawasan pantainya lunak sehingga daya dukung tanah rendah dan proses intrusi air laut tinggi, sedimen dasar laut dominan oleh lumpur (lempung dan danau) (Anonim, 2006 vide Aulia, 2011). Dasar laut yang berlumpur menjadikan kawasan perairan Muara Angke menjadi daerah penangkapan ikan yang cukup strategis. Dasar laut dengan kontur tersebut merupakan tempat tinggal dari ikan-ikan dasar yang bernilai ekonomis tinggi. Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 598 tentang Penetapan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke Jakarta Utara sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan Daerah dan Pusat Pembinaan Kegiatan Perikanan DKI Jakarta, Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke memiliki luas ± m 2. Sedangkan berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1263 tentang Panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Terpadu Muara Angke Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, dengan adanya rencana reklamasi Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke seluruhnya menjadi seluas ±71,71 ha (UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2008). Sejak tahun 1976 kawasan Muara Angke secara keseluruhan dipersiapkan untuk menampung kegiatan perikanan yang tersebar dibeberapa lokasi dan dalam kawasan Muara Angke sampai dengan saat ini telah dimanfaatkan untuk: 1) Perumahan nelayan; 2) Pengelolaan hasil perikanan tradisional (PHPT); 3) Tambak uji coba; dan 4) Kawasan pelabuhan perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan beserta fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang lainnya.

52 Pengelolaan PPI Muara Angke Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan (UPT PKPP) merupakan UPT Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta dibidang pengelolaan kawasan pelabuhan perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 105 Tahun 2002, UPT PKPP dan PPI mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Mengatur, mengelola dan memelihara fasilitas pelabuhan perikanan, pelelangan ikan dan Pangkalan Pendaratan Ikan beserta sarana penunjangnya; 2) Mengelola pemukiman nelayan beserta fasilitas kelengkapannya; dan 3) Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban lingkungan kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, umumnya tugastugas yang dilakukan oleh UPT PKPP dan PPI untuk mengelola PPI Muara Angke telah terlaksana dengan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari kemudahan dalam melakukan aktivitas perikanan di kawasan PPI Muara Angke dengan tersedianya fasilitas dan sarana yang mendukung kegiatan perikanan khususnya perikanan tangkap. Selain memiliki tugas, UPT PKPP dan PPI memiliki fungsi, fungsi tersebut yaitu (UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2008): 1) Menyusun program dan rencana kegiatan operasional; 2) Perencanaan, pemeliharaan, pengembangan dan rehabilitasi dermaga dan pelabuhan; 3) Penertiban rekomendasi izin kapal perikanan yang masuk dan keluar pelabuhan perikanan dari aspek kegiatan perikanan; 4) Pelayanan tambat labuh dan bongkar muat kapal ikan; 5) Penyediaan fasilitas penyelenggaraan pelelangan ikan dan penyewaan fasilitas penunjang lainnya; 6) Pengelolaan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan usaha yang menunjang usaha perikanan;

53 40 7) Pengelolaan sarana fungsional, sarana penunjang dan pengusahaan barang dan atau pihak ketiga; 8) Pelayanan fasilitas sandar kapal, pasar grosir, pasar pengecer, pengolahan ikan, pengepakan ikan gudang hasil perikanan dan usaha pengolahan ikan; 9) Pengkoordinasian kegiatan operasional instansi terkait yang melakukan aktivitas di Pangkalan Pendaratan Ikan; 10) Penyelenggaraan keamanan, ketertiban dan kebersihan di kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan; dan 11) Pengelolaan urusan ketatausahaan. Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya UPT PKPP dan PPI memiliki struktur organisasi. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 105 tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Kelautan dan Pertanian Propinsi DKI Jakarta, susunan organisasi UPT PKPP dan PPI terdiri dari (UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2008): 1) Kepala Unit; 2) Sub Bagian Tata Usaha; 3) Seksi Kepelabuhanan Perikanan; 4) Seksi Pelelangan Ikan; 5) Seksi Fasilitas Usaha; 6) Seksi Pemukiman Nelayan, Keamanan dan Ketertiban; dan 7) Sub Kelompok Jabatan Fungsional.

54 41 Struktur organisasi UPT PKPP dan PPI Muara Angke Jakarta dapat dilihat pada Gambar 3. Kepala Unit Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Seksi Fasilitas Usaha Kepala Seksi Kepala Seksi Pelelangan Ikan Kepelabuhanan Kelompok Jabatan Fungsional Kepala Seksi Pemukiman, Keamanan dan Ketertiban Gambar 3 Struktur organisasi UPT PKPP dan PPI Muara Angke Jakarta. Gambar 3 menunjukkan bahwa Kepala Unit merupakan kepala yang mengatur bagian-bagian dibawahnya seperti fasilitas, pelelangan ikan, kepelabuhanan, pemukiman dan keamanan. Masing-masing bagian ini dikepalai dan memiliki anggotanya sendiri. Bagian pelelangan ikan juga memiliki divisi sendiri sehingga dapat diketahui bahwa pelelangan ikan merupakan unsur penting dari suatu pengelolaan pelabuhan perikanan untuk menunjang kegiatan di dalamnya khususnya di PPI Muara Angke Kondisi dan potensi kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke Saat ini kawasan Muara Angke telah banyak mengalami perkembangan dan secara eksisting telah dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan nelayan. Secara garis besar Muara Angke terbagi menjadi empat kawasan, yaitu: 1) Perumahan nelayan Sejak tahun 1978, kompleks perumahan nelayan dibangun pada lahan seluas 21,16 ha dengan jumlah rumah sebanyak unit. Sebanyak unit pengelolanya sama dengan BTN maupun Perumnas yaitu dengan cara sewa/beli

55 42 dengan jangka waktu antara tahun, sedangkan sebanyak 600 unit berupa rumah susun disalurkan nelayan dengan cara sewa. Di komplek perumahan nelayan tersebut telah dibangun pula fasilitas pendukung lainnya seperti: (1) TK, SD dan SMP; (2) Mushola dan Masjid; (3) Puskesmas; (4) Rumah sakit paru-paru; (5) Pasar Inpres; (6) Berbagai fasilitas lainnya. 2) Pengolahan hasil perikanan tradisional (PHPT) Pada tahun 1983 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun 201 unit pengolahan tadisional di atas lahan seluas ±5ha. Setiap unit pengolahan terdiri atas rumah kerja berlantai 2 ukuran 5 6 m dan tempat penjemuran ikan seluas 120 m² yang disalurkan dengan cara sewa yang besarnya sesuai peraturan daerah yang berlaku. Jenis ikan yang diolah antara lain: ikan bilis, bloso, cucut, cumi-cumi, layang, pari, pepetek, tenggiri, tongkol dengan produksi rata-rata perhari sebanyak ton. Hasil produksi para pengolah tersebut pada umumnya dipasarkan ke wilayah Jabodetabek. Jenis olahan dan jumlah pengolah ikan di PHPT tertera dalam Tabel 12 berikut: Tabel 12 Jenis olahan dan jumlah pengolah di PHPT Muara Angke, 2008 No Jenis olahan Unit pengolahan 1 Ikan asin Ikan pindang 1 3 Terasi 1 4 Kerupuk kulit pari 4 5 Pengolahan kulit pari 3 6 Pengolahan limbah ikan 3 Jumlah 201 Sumber: UPT PKPP dan PPI Muara Angke (2008)

56 43 3) Tambak uji coba air payau Luas lahan tambak uji coba ±9,12 ha, pada lahan ini dilakukan kaji terap budidaya ikan bandeng dan mujair selain dipergunakan pula untuk kegiatan rekreasi pemancingan. Melalui tambak uji coba air payau tersebut pemerintah memberikan alternatif bagi para pengusaha untuk mempelajari teknik budidaya dan mereka dapat memanfaatkan pengetahuan yang diperolehnya guna membangun usaha budidaya di daerah lain yang memiliki sumberdaya alam yang menungkinkan bagi pengembangan usaha budidaya ikan air payau (UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2008). 4) Pangkalan Pendaratan Ikan Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke telah tersedia berbagai fasilitas baik yang dibangun oleh UPT PKPP dan PPI, instansi terkait maupun pihak swasta, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Keputusan Menteri di Kelautan dan Perikanan Nomor 10 tahun 2004 tentang pelabuhan perikanan. Fasilitas yang telah tersedia/dibangun dimaksud yaitu sebagai berikut (UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2008): (1) Tempat Pelelangan Ikan Tempat pelelangan ikan (TPI) memiliki nilai yang strategis dalam upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan, karena di tempat ini pengelola pelelangan memberikan pelayanan lelang sehingga harga yang terjadi dalam proses lelang merupakan harga optimal yang dapat diperoleh nelayan. Tempat pelelangan ikan dalam satu hari melayani sekitar 15 kapal dan sekitar 45 perahu yang membongkar hasil tangkapannya dengan produksi ikan yang masuk ke DKI Jakarta dalam satu hari mencapai rata-rata ton. Tempat pelelangan ikan ini dikelola oleh Koperasi Mina Jaya beserta pihak UPT PKPP PPI Muara Angke. (2) Pasar grosir Pasar grosir merupakan salah satu mata rantai distribusi/pemasaran ikan yang berada di Muara Angke. Pasar grosir memiliki 870 lapak yang dimanfaatkan oleh 275 pedagang grosir. Aktivitas pasar grosir ini dilakukan pada malam hari dan ikan yang diperdagangkan selain dari hasil lelang di Muara Angke juga berasal dari luar daerah seperti: Tuban, Pekalongan, Tegal, Cilacap, dan

57 44 Lampung. Dalam satu malam perputaran perdagangan ikan di pasar grosir ratarata mencapai 35 ton dan untuk meningkatkan pelayanan kepada pedagang dan pembeli ikan pada tahun telah dibangun pasar grosir baru dengan 216 lapak. (3) Pasar pengecer Luas pasar pengecer m² dengan jumlah lapak 150 buah dan dimanfaatkan oleh 148 orang pedagang pengecer. Pasar pengecer ini melayani kebutuhan konsumen dan para pengunjung yang akan menkonsumsi ikan bakar di pusat jajan serba ikan yang masih berada di kawasan Muara Angke. Omzet penjualan di pasar pengecer dalam satu minggu mencapai 500 kg/pedagang dan puncak keramaian penjualan biasanya terjadi pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. (4) Pabrik es Guna memenuhi kebutuhan nelayan, pedagang dan pengolah ikan, di kawasan Muara Angke telah tersedia 1 unit pabrik es dengan kapasitas ton yang dibangun oleh PT AGB ICE pada tahun (5) Cold storage Ikan merupakan suatu produk yang cepat sekali mengalami penurunan kualitas apabila tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, kegiatan penanganan ikan seharusnya dilakukan sejak penangkapan, pembongkaran, pengangkutan, distribusi dan pemasaran. Dalam menjaga proses penanganan ikan maka PPI Muara Angke telah menyediakan 1 unit cold storage dengan kapasitas ton yang dibangun oleh PT AGB Tuna pada tahun 2003 di atas lahan seluas m². Pasokan ikan berasal dari nelayan Muara Angke, Palabuhanratu dan Muncar dengan jenis ikan yang disimpan adalah layur, bawal, cumi dan tenggiri dengan biaya penyewaan penitipan sebesar Rp.15,- per kg per hari. Namun melihat kapasitas cold storage tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan, maka UPT PKPP dan PPI sejak tahun telah membangun 1 unit cold storage dengan kapasitas 900 ton.

58 45 (6) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) /Stasiun Pengisisan Bahan Bakar (SPBB) Fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh nelayan untuk kegiatan operasional penangkapan adalah solar. Penyediaan kebutuhan bahar bakar minyak untuk kebutuhan kapal maupun kendaraan darat sejak tahun 1997 dilayani oleh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dwi fungsi yang dibangun di atas lahan seluas m². Sejalan dengan kebijakan pemerintah pada tahun 2008 SPBU dwi fungsi dipecah menjadi SPBU untuk memenuhi kebutuhan kendaraan darat dan stasiun pengisian bahan bakar (SPBB) untuk melayani kebutuhan kapal perikanan. Selain itu tersedia juga 2 unit SPBB terapung yang dikelola oleh swasta. (7) Tempat pengepakan ikan Tempat pengepakan merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah di kawasan Muara Angke terutama untuk memenuhi kebutuhan ikan segar di supermarket dan kebutuhan pasar ekspor. Kawasan Muara Angke memiliki 30 unit gedung pengepakan dengan luas masing-masing m², terdiri dari bangunan satu lantai dan dua lantai. Produksi tempat pengepakan ini rata-rata per bulan mencapai 75 ton dengan negara tujuan ekspor yaitu Singapura, Malaysia dan Hongkong. Jenis ikan yang diekspor meliputi bawal, ekor kuning, kakap merah, kerapu, tenggiri dan lain-lain. Ikan sebagai bahan baku diperoleh dari Muara Angke sebanyak 40% dan dari luar daerah sebanyak 60%. (8) Pusat jajan serba ikan Pusat jajan serba ikan merupakan fasilitas kios ikan bakar yang dibangun pada tahun 1996 dengan jumlah kios sebanyak 24 buah masing-masing berukuran 5 17 m. Tujuan pembangunan pusat jajan serba ikan ini adalah untuk merangsang minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan dan menciptakan peluang pasar produk hasil perikanan khususnya jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi. (9) Instansi lain, fasilitas sosial dan fasilitas umum Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang berada di kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke terdapat pula instansi

59 46 pemerintah maupun kelembagaan serta fasilitas sosial dan fasilitas umum (UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2008). Fasiltas fungsional yang dimiliki PPI Muara Angke sama halnya seperti di pelabuhan perikanan lainnya yaitu dibuat untuk memberikan pelayanan penggunanya dan memberikan kenyamanan serta kemudahan agar semakin banyak kegiatan perikanan yang dilakukan dan bertambahnya omset di daerah setempat Kondisi perikanan tangkap PPI Muara Angke 1) Armada penangkapan ikan di PPI Muara Angke Armada penangkapan ikan di PPI Muara Angke dibagi menjadi 3 jenis yaitu perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor. Armada penangkapan yang memiliki jumlah paling banyak di PPI Muara Angke adalah kapal motor. Kapal motor memiliki enam klasifikasi ukuran yang terbagi menjadi ukuran < 5 GT, 5-10 GT, GT, GT, GT dan 50 GT ke atas. Saat ini armada kapal perikanan yang ada di Muara Angke lebih didominasi oleh kapal motor yang berukuran antara 30 GT sampai di atas 50 GT. Perahu layar dan perahu motor tempel pada mulanya melakukan bongkar muat di PPI Muara Angke, tetapi saat ini kapal-kapal tersebut melakukan bongkar muat di daerah kali Adem. Pendaratan hasil tangkapan perahu nelayan kecil dan tradisional di sekitar kali Adem menyebabkan hasil penjualan hasil tangkapan nelayan tidak melalui proses lelang di TPI Muara Angke dan secara otomatis mengurangi pendapatan retribusi lelang. Kapal ikan di Muara Angke didominasi oleh kapal jaring cumi, gillnet, purse seine, jaring rampus, bubu dan pancing (Faubianny, 2008). Berikut jumlah armada penangkapan ikan di PPI Muara Angke (Tabel 13).

60 47 Tabel 13 Jumlah armada penangkapan ikan di PPI Muara Angke Tahun Jumlah Armada Kapal Motor Motor tempel Rata-rata Pertumbuhan (%) , , , ,32 Jumlah Sumber: UPT PKPP dan PPI Muara Angke (2010) (data diolah kembali) Armada jenis motor tempel masih terdapat di PPI Muara Angke pada tahun , sedangkan pada tahun setelah itu yaitu antara tahun tidak terdapat lagi motor tempel yang melakukan bongkar muat di PPI Muara Angke. Sebaliknya jumlah kapal motor lebih mendominasi dan terus berfluktuasi tiap tahunnya. Peningkatan dan penurunan jumlah armada penangkapan ini dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Pertumbuhan jumlah armada penangkapan ikan di PPI Muara Angke. Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah armada penangkapan ikan mengalami peningkatan pada tahun 2007 dan 2009, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2008 dan Jumlah armada pada tahun 2010 berjumlah unit yang mengalami penurunan sebesar 2,32% dari tahun sebelumnya dan

61 48 didominasi penuh oleh kapal motor dan tidak terdapat motor tempel yang melakukan bongkar muat. Kawasan PPI Muara Angke memiliki persentase setiap tahunnya untuk setiap jumlah armada penangkapan ikan dari tahun , yang masingmasing persentasenya secara berurutan yaitu, 19%; 19%; 14%, 24% ;24%. Dari tahun armada penangkapan ini memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 10,98% yang memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya atau mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan. 2) Alat Penangkap ikan di PPI Muara Angke Alat penangkap ikan yang terdapat di PPI Muara Angke terdiri dari berbagai jenis yang didominasi oleh bukoami, jaring cumi, pukat cincin, bubu, cantrang, dan gillnet, selain itu terdapat alat tangkap dalam jumlah kecil seperti muroami, jaring rampus, payang, lampara, pancing dan liongbun. Berikut jumlah alat tangkap pada tahun (Tabel 14). Tabel 14 Jenis alat penangkap ikan di PPI Muara Angke tahun Jenis alat tangkap Tahun 2005 (unit) 2006 (unit) 2007 (unit) 2008 (unit) Bukoami Bubu Jaring cumi Purse seine Gillnet Cantrang Lainnya Jumlah Rata-rata Pertumbuhan Tahunan (%) 3,57-14,94-5,70 Kisaran (%) -14,94 3,57 Sumber: UPT PKPP dan PPI Muara Angke (2008) (data diolah kembali) Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa alat tangkap yang dioperasikan nelayan PPI Muara Angke pada tahun 2008 didominasi oleh bukoami sebesar 52% dari total seluruh alat tangkap yang dioperasikan pada tahun tersebut di PPI Muara Angke. Kemudian diikuti oleh jaring cumi sebesar 20%, purse seine

62 49 sebesar 12%, gillnet 8%, bubu sebesar 6%, alat tangkap lainnya sebesar 2% dan cantrang yang mencapai 0,19%. Berikut ini merupakan pertumbuhan alat penangkapan ikan di PPI Muara Angke (Gambar 5). Gambar 5 Pertumbuhan alat penangkap ikan di PPI Muara Angke tahun Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa jumlah alat penangkap ikan mengalami peningkatan pada tahun 2006 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2007 sampai tahun Jumlah alat tangkap tahun 2005 sebesar unit, tahun 2006 sebesar unit, tahun 2007 sebesar unit dan tahun 2008 sebesar unit. Alat penangkap ikan ini mengalami penurunan pada tahun 2008 sebesar 5,70% dan kisaran pertumbuhannya selama tahun sebesar -14,94 3,57%. 3) Nelayan Nelayan yang beraktifitas di PPI Muara Angke pada tahun 2008 mencapai jiwa. Pada tahun , jumlah nelayan terbanyak yaitu pada tahun 2008 sedangkan jumlah nelayan terendah yaitu pada tahun 2005 sebesar jiwa. Jumlah nelayan ini dapat dilihat pada Tabel 15 berikut:

63 50 Tabel 15 Jumlah nelayan di PPI Muara Angke tahun Tahun Nelayan (jiwa) Rata-rata Pertumbuhan nelayan - 0,15 2,05 2,04 Kisaran (%) per tahun 0,15-2,04 Sumber: Anonim (2009e) vide Aulia (2011) (data diolah kembali) Tahun diketahui bahwa jumlah nelayan yang beraktifitas di PPI Muara Angke cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya. Rata-rata pertumbuhan nelayan pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,04% dan memiliki kisaran per tahun antara tahun sebesar 0,15-2,04%. Secara rinci pertumbuhan jumlah nelayan di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Pertumbuhan jumlah nelayan di PPI Muara Angke tahun ) Produksi hasil tangkapan Daerah perikanan dapat disebut berkembang apabila di daerah tersebut produksi perikanannya berkembang. Tahun 2010, Muara Angke merupakan penyumbang produksi perikanan terbesar kedua setelah Muara Baru untuk wilayah DKI Jakarta. Jumlah produksi pada tahun 2010 yaitu sebesar ton, jumlah ini menurun sebesar 3,14% dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah dan nilai produksi perikanan di PPI Muara Angke dapat dilihat pada Tabel 16.

64 51 Tabel 16 Jumlah produksi, nilai dan harga rata-rata tahun Tahun Jumlah Produksi (Ton) Nilai (Rp) Harga rata-rata , , , , ,50 Sumber: UPT PKPP,TPI dan PPI Muara Angke (2008) (data diolah kembali) Perkembangan produksi perikanan di PPI Muara Angke cenderung meningkat walaupun mengalami penurunan pada tahun dan tahun Jumlah produksi tertinggi yaitu pada tahun 2009 sebesar ton dengan nilai produksi Rp Jumlah ini meningkat sebesar 66,60% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 jumlah produksinya sebesar ton dengan nilai produksi sebesar Rp Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa walaupun jumlah produksi pada tahun 2010 lebih kecil dibandingkan pada tahun 2009 tetapi nilai produksinya lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 tersebut. Hal ini dikarenakan harga rata-rata tahun 2010 lebih besar 16,43% dibanding tahun 2009 dengan harga rata-ratanya sebesar Rp 4.200,- per kg. Gambar 7 Jumlah produksi TPI Muara Angke tahun

65 52 Gambar 8 Nilai produksi TPI Muara Angke tahun Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa jumlah produksi dan nilai produksi mengalami penurunan pada tahun 2008 dengan jumlah produksi sebesar ton dan nilai produksinya sebesar Rp Rata-rata pertumbuhan jumlah produksi pada tahun 2010 yaitu sebesar 3,14% cenderung mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya sedangkan rata-rata pertumbuhan dari tahun yaitu cenderung naik sebesar 5,03%. Dengan melihat jumlah dan nilai produksi, maka rata-rata harga hasil tangkapan tiap tahunnya dapat dihitung dengan cara membagi nilai produksi dengan jumlah produksinya. Gambar 9 Harga rata-rata hasil tangkapan tahun

66 53 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengelolaan Aktifitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke Aktivitas pra pelelangan ikan Aktivitas pra pelelangan ikan diawali pada saat ikan berada di atas dermaga dan ikan hasil tangkapan tersebut telah berada di dalam keranjang (trays). Ikan yang berada dalam trays biasanya sudah dilakukan pensortiran terlebih dahulu menurut jenis ikannya. Namun, untuk jenis ikan yang kecil biasanya sudah dimasukkan ke dalam plastik dan telah disortir ketika berada di laut. Ikan tersebut dimasukkan kedalam palka yang telah dilengkapi dengan sistem refrigator sehingga hasil tangkapan tersebut membeku. Ketika hasil tangkapan tersebut dikeluarkan dari dalam palka, maka hasil tangkapan tersebut tidak memerlukan es lagi untuk menjaga kualitasnya. Adapun jenis ikan yang berukuran sedang dan besar tidak dibekukan di dalam palka. Menurut pengamatan, ikan yang berukuran sedang dan besar setelah dimasukkan kedalam trays tidak diberi es dan setelah diturunkan ke dermaga ikan-ikan ini diletakkan di tempat yang terdapat sinar matahari. Ikan ini akan diberi es ketika berada di tempat pelelangan ikan (TPI) sehingga terjadi penurunan kualitas ikan hasil tangkapan. Hal ini sesuai dengan penuturan Departemen Pertanian (1997) vide Rusmali (2004), bahwa bila hasil tangkapan terkena sinar matahari baik dalam proses pembongkaran maupun pengangkutan ke TPI dan tidak diangkut melalui tempat yang teduh akan dapat menyebabkan kemunduran mutu ikan lebih cepat. Pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa proses pengangkutan ikan dari kapal ke TPI tidak dilengkapi dengan pelindung (atap) untuk membantu melindungi ikan agar tidak terkena sinar matahari langsung mulai dari dermaga bongkar sampai ke TPI. Berikut merupakan gambar ikan hasil tangkapan dalam trays yang diletakkan di dermaga (Gambar 10).

67 54 Gambar 10 Ikan hasil tangkapan dalam trays di dermaga. Setelah ikan berada di dermaga dan telah diletakkan dalam keranjang (trays), petugas pencatat dari koperasi Mina Jaya akan menimbang hasil tangkapan dan mencatat berat hasil tangkapan. Petugas pencatat tersebut juga menuliskan berat ikan hasil tangkapan ke secarik kertas dan diletakkan di atas ikan yang berada dalam keranjang. Ikan yang telah diberikan kertas tersebut kemudian diangkut ke dalam tempat pelelangan ikan (TPI). Berikut ini merupakan kegiatan penimbangan dan pendataan hasil tangkapan di PPI Muara Angke (Gambar 11). Gambar 11 Kegiatan penimbangan dan pendataan hasil tangkapan di PPI Muara Angke. Hasil tangkapan ini kemudian disortir kembali berdasarkan jenis ikan dan pemilik/nama kapal. Hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi tidak melalui proses pelelangan tetapi melaui sistem opouw. Sistem opouw merupakan sistem

68 55 yang terjadi apabila pemilik kapal atau agen menjadi penjual sekaligus pembeli dalam suatu proses jual beli ikan. Hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi langsung dijual kepada pedagang yang sudah biasa menampungnya namun pemilik kapal tetap dikenakan retribusi, sedangkan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis rendah langsung diangkut ke TPI untuk dilelang. Hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi langsung dijual ke market langganan dikarenakan agar tidak terjadi kemunduran kualitas hasil tangkapan akibat lamanya proses pelelangan yang dilakukan. Menurut pengamatan di lapangan, hasil tangkapan diangkut oleh buruh angkut yang sudah ada di dekat kapal pada saat kapal tersebut didaratkan. Buruh angkut tersebut mengangkat trays ke troli ataupun gerobak dan mengangkutnya ke dalam TPI (Gambar 12). Pengangkutan hasil tangkapan ke lantai TPI terlihat kurang memperhatikan kualitas dan mutu ikan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi alat angkut (troli ataupun lori) yang digunakan sudah kotor dan troli yang terbuat dari kayu terlihat sudah membusuk karena telah digunakan sejak lama. Buruh angkut tersebut dibayar dengan sistem upah berdasarkan banyak jumlah trays yang berhasil diangkut. Hasil tangkapan kemudian diangkut dan diletakkan di lantai lelang. Dalam peletakkannya di lantai lelang trays sering kali terlihat dibanting oleh buruh angkut tersebut, hal ini dapat pula merusak mutu ikan karena terjadi gesekan antara ikan yang terdapat di dalam keranjang (trays). Gambar 12 Troli di TPI PPI Muara Angke Pelelangan ikan Pelelangan merupakan proses yang terdapat pada suatu usaha penangkapan ikan. Kegiatan pelelangan ini biasanya dilaksanakan setelah kapal

69 56 mendaratkan hasil tangkapannya pada pelabuhan perikanan. Hal ini berkaitan dengan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor: 139 Tahun 1997 Tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan pasal 2 yang menyatakan bahwa ikan hasil penangkapan harus dijual secara lelang di TPI, kecuali: 1) ikan yang digunakan untuk keperluan lauk keluarga; 2) ikan jenis tertentu yang diekspor dan ikan hasil tangkapan pola kemitraan dengan pertimbangan dan atas dasar persetujuan dari Kepala Daerah. Menurut pengamatan di lapangan, pelelangan dimulai pada pukul WIB tergantung pada waktu kedatangan kapal dan jumlah peserta lelang. Pelelangan seharusnya dilakukan pada pagi hari agar hasil tangkapan tidak terkena sinar matahari dan agar terjaga kualitas serta mutu ikan tersebut. Para peserta lelang yang terdapat di PPI Muara Angke adalah para pedagang, baik pedagang pengumpul maupun pedagang eceran, perwakilan dari pemilik kapal atau yang sering disebut agen. Para pedagang yang ingin ikut proses pelelangan harus terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada penyelenggara lelang dan akan diberi tanda pengenal peserta lelang. Pedagang kemudian harus menyimpan uang di kasir lelang baru dapat mengikuti proses lelang. Penyetoran uang ke kasir dimaksudkan untuk mengurangi tingkat kerugian yang ditanggung oleh pihak TPI. Kerugian tersebut disebabkan oleh peserta lelang yang sering berhutang dalam proses pembelian hasil tangkapan. Secara rinci dapat dilihat bentuk tanda peserta lelang di TPI PPI Muara Angke pada Gambar 13. Gambar 13 Tanda peserta lelang di TPI PPI Muara Angke.

70 57 Ikan yang dilelang di PPI Muara Angke harus mengikuti prosedur pelelangan ikan. Berikut merupakan prosedur pelelangan ikan di PPI Muara Angke (UPT PPI Muara Angke, 2007): 1) Penimbangan hasil tangkapan di dermaga dan diawasi oleh juru timbang dari Koperasi Perikanan Mina Jaya kemudian diberi label volume ikan dan nama kapal; 2) Ikan disusun di lantai TPI berdasarkan nomor urut lelang yang didapatkan oleh setiap kapal; 3) Juru lelang mengumumkan dan memanggil peserta lelang untuk memulai proses pelelangan; 4) Ikan dilelang oleh juru lelang dimana jumlah peserta lelang kurang lebih 70 orang dan harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Penawaran yang dilakukan bersifat meningkat sampai tercapai harga penawaran tertinggi; 5) Seluruh hasil transaksi dicatat oleh juru bakul. Pencatatan hasil transaksi pelelangan meliputi: jenis, ukuran, berat dan harga ikan, nama nelayan dan nama pemenang lelang. Setelah proses pelelangan selesai, maka data diserahkan kepada petugas operator pelelangan; 6) Peserta pemenang lelang umumnya melakukan pencatatan hasil transaksi dan pemenang langsung mengemasi ikannya. Setelah mencatat hasil transaksi ikan, pemilik kapal menerima uang dari petugas kasir; dan 7) Proses pembayaran oleh pemenang lelang dan penerimaan hasil penjualan oleh pemilik kapal dilakukan sebagai berikut: (1) Setelah operator menerima seluruh hasil transaksi pelelangan dari juru bakul, kemudian membuat faktur lelang dengan cara melengkapi data dan menetapkan besarnya retribusi jasa pelelangan. Retribusi jasa pelelangan ikan yang dibebankan kepada nelayan pemilik kapal ditetapkan sebesar 3% dari nilai lelang dan yang dibebankan kepada pemenang lelang sebesar 2%. Setelah itu, faktur lelang tersebut diserahkan kepada petugas kasir; (2) Selanjutnya petugas faktur lelang memanggil pemenang transaksi dengan pengeras suara agar membayar nilai transaksi penjualan ikan ditambah biaya jasa pelelangan ikan 2% dan memanggil nelayan

71 58 pemilik kapal untuk mengambil hasil transaksi sebesar harga penawaran setelah dipotong biaya jasa retribusi 3%; (3) Setelah uang hasil retribusi diserahkan oleh kasir bendaharawan penerima UPT PKPP dan PPI (Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Pendaratan Ikan) Muara Angke. Proses lelang dilaksanakan bila semua hasil tangkapan sudah berada di lantai lelang dan pedagang maupun pemilik kapal/agen sudah berada di TPI. Dalam pengamatan di lapangan, jumlah orang yang masuk ke area pelelangan tidak dibatasi sehingga banyak orang yang berlalu lalang di dalam pelelangan termasuk buruh angkut yang telah di sewa oleh pedagang. Lelang dilakukan oleh juru lelang dari koperasi Mina Jaya. Juru lelang ini berjumlah dua orang dan memimpin lelang secara bergantian. Menurut hasil wawancara dengan pihak koperasi Mina Jaya, juru lelang ini akan digantikan oleh juru lelang lainnya bila juru lelang tersebut sakit atau berhalangan untuk memimpin jalannya lelang. Juru lelang tersebut melelang dengan berdiri dan membawa tongkat kayu untuk menunjuk hasil tangkapan yang berada dalam keranjang (trays). Juru lelang ini akan menyebutkan jumlah harga terendah tiap kilogramnya dari satu jenis ikan tertentu dan harganya akan terus meningkat. Sistem lelang ini biasa disebut dengan sistem Inggris. Saat pelelangan dilakukan beberapa pemilik kapal terlihat naik di atas trays dan ikut terlibat dalam proses tawar menawar. Kegiatan naik di atas trays ini sangat sering dilakukan oleh pemilik kapal untuk melihat jumlah berat hasil tangkapannya secara lebih jelas karena trays disusun berhimpit sehingga sulit untuk melihat jumlah berat yang sudah di letakkan dalam trays. Hal ini akan menyebabkan kualitas dan mutu ikan menjadi turun, karena kotoran sepatu agen-agen/pemilik kapal tersebut akan mencemari ikan hasil tangkapan. Berdasarkan wawancara dengan agen yang ditunjuk oleh pemilik kapal untuk melakukan proses lelang, di PPI Muara Angke ini terdapat sistem opouw dimana agen akan menjadi penjual dan sekaligus pembeli hasil tangkapan tersebut bila harga penawaran lelang tidak sesuai dengan keinginannya. Agen tersebut akan dikenakan retribusi sebesar 5% dengan rincian 3% untuk penjual dan 2% untuk pembeli. Wistati (1997) vide Rusmali (2004) mengemukakan bahwa

72 59 pelelangan ikan dengan sistem opouw akan merugikan pembeli karena mereka tidak dapat bersaing untuk mendapatkan harga ikan yang sesuai seperti pada sistem lelang murni. Berikut ini merupakan kegiatan pelelangan yang terjadi di TPI PPI Muara Angke (Gambar 14). Gambar 14 Kegiatan pelelangan hasil tangkapan di PPI Muara Angke. Setelah proses tawar menawar selesai dan juru lelang telah menentukan siapa pemenang lelang per keranjangnya, maka juru lelang akan memanggil pemilik ikan serta pemenang ikan tersebut untuk membayar retribusi lelang di kasir. Faubiany (2008) mengemukakan bahwa pelaksanaan pengambilan retribusi diatur oleh TPI, dimana setelah selesai melakukan pelelangan ikan, para pemilik ikan yang melakukan pelelangan ikan langsung menyetor kepada kasir TPI sebesar 3% dari hasil penjualan. Pihak TPI akan mengecek apabila ada pemilik ikan yang belum menyetorkan retribusi lelang ke kasir TPI. Proses retribusi selesai maka ikan akan diangkut oleh pemenang lelang dan akan didistribusikan. Setelah ikan tidak terdapat lagi di lantai TPI, petugas kebersihan akan membersihkan lantai TPI dengan menggunakan air dan alat pembersih. Air tersebut dialirkan memakai selang sehingga dapat menjangkau keseluruhan lantai TPI. Berikut ini merupakan kegiatan pembersihan lantai lelang di TPI PPI Muara Angke (Gambar 15).

73 60 Gambar 15 Kegiatan pembersihan lantai lelang di TPI PPI Muara Angke. Menurut pengamatan, proses pembersihan pada lantai lelang terlihat tidak cukup baik karena masih terdapat genangan air ketika proses pembersihan telah selesai. Selain itu, pada pembersihan keranjang (trays) juga terlihat masih terdapat kekurangan, karena masih dijumpai potongan ikan, ceceran darah dan lendir serta genangan air disekitar keranjang (trays). Keranjang yang sudah rusak pun masih tetap dipergunakan sehingga dapat merusak kulit ataupun daging ikan yang berada dalam keranjang tersebut. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas penanganan ikan yang dilakukan di PPI Muara Angke masih rendah karena tidak memperhitungkan masalah sanitasi. Penanganan ikan yang tidak memperhitungkan sanitasi akan membuat kemunduran pada mutu dan kualitas ikan hasil tangkapan Aktivitas pasca pelelangan ikan Pasca pelelangan ikan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengguna Tempat Pelelangan Ikan (nelayan dan pembeli) setelah pelelangan ikan tersebut selesai dilakukan. Kegiatan tersebut berupa pengangkutan ikan oleh pedagang untuk kegiatan distribusi ke konsumen diluar PPI Muara Angke atau masuk ke industri pengolahan di sekitar PPI Muara Angke. Ikan hasil tangkapan yang telah dibeli oleh pedagang kemudian akan dipasarkan kepada konsumen baik di sekitar kawasan PPI maupun daerah Jabodetabek. Menurut hasil wawancara di lapangan, sistem pemasaran di tempat pelelangan ikan (TPI) Muara Angke terbagi menjadi tiga sistem. Sistem pertama adalah ketika ikan selesai dibongkar dari kapal, ikan tersebut akan langsung dijual oleh pemilik kapal ke pelanggan/market yang sudah

74 61 dikenal setelah melalui proses penimbangan. Ikan yang langsung dijual ke pelanggan tersebut merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pengamatan di lapangan menunjukkan ikan yang langsung dijual ke pelanggan tersebut adalah cumi dan tenggiri. Pemilik kapal tersebut tetap membayar retribusi kepada pihak TPI sebesar 5%. Pemilik kapal ini menggunakan sistem opouw dimana pemilik kapal menjadi nelayan maupun pembeli. Ikan tersebut langsung dijual tanpa melalui pelelangan agar tidak terjadi kemunduran mutu ikan dan memperoleh pendapatan yang lebih baik. Berikut ini merupakan kegiatan distribusi cumi secara langsung ke pelanggan/konsumen tanpa melalui proses pelelangan (Gambar 16). Gambar 16 Kegiatan distribusi cumi tanpa melalui proses pelelangan. Sistem kedua terjadi setelah ikan dibongkar dari kapal lalu kemudian ditimbang oleh petugas. Ikan ini akan diangkut menggunakan troli ke dalam lantai TPI oleh buruh angkut. Setelah itu ikan tersebut akan melalui proses tawar menawar di pelelangan. Pedagang yang setuju dengan penawaran harga dari juru lelang akan menjadi pemenang lelang dari hasil tangkapan yang dipilihnya. Kemudian pemenang lelang akan membawa ikan tersebut untuk dijual kembali atau diolah di tempat pengolahan ikan yang dimilikinya. Selesai proses pelelangan tersebut pemenang lelang akan membayar retribusi yang telah ditentukan sebesar 2% kepada kasir. Berikut ini merupakan kegiatan distribusi setelah melakukan pelelangan di TPI PPI Muara Angke (Gambar 17).

75 62 Gambar 17 Kegiatan distribusi setelah melakukan pelelangan di TPI PPI Muara Angke. Sistem ketiga adalah setelah ikan dibongkar dari kapal dan telah melewati proses penimbangan oleh petugas. Ikan tersebut kemudian diangkut ke dalam TPI dan mengikuti proses pelelangan. Sistem ini hampir sama dengan sistem kedua tetapi pada sistem ini terjadi sistem opouw. Agen yang tidak setuju dengan penawaran harga dari pembeli karena nilainya terlalu rendah akan membeli ikan yang dijualnya tersebut, sehingga agen menjadi penjual dan sekaligus pembeli dalam kegiatan pelelangan tersebut. Sistem opouw ini akan membuat pedagang (pembeli) tidak mendapat harga ikan murni. Hal ini akan merugikan pedagang karena tidak dapat memperoleh harga yang sesuai dengan yang diinginkan, pedagang terpaksa membeli dengan harga yang cukup tinggi karena apabila menawar harga yang terlalu rendah, ikan akan dibeli kembali oleh agen yang menjual ikan tersebut. Skema sistem alur pra pelelangan sampai pasca pelelangan dapat dilihat pada Gambar 18 di bawah ini:

76 39 Gambar 18 Skema alur pra pelelangan, pelelangan dan pasca pelelangan Dermaga Pendaratan (Ikan di dalam trays) Poses Penimbangan dan pendataan Ikan dijual langsung ke pelanggan/market menggunakan sistem opouw Pemilik kapal membayar retribusi sebesar 5% ke TPI Sistem 1 Hasil tangkapan diangkut oleh buruh angkut ke lantai lelang kemudian di hasil tangkapan tersebut dilelang Pedagang membayar retribusi sebesar 2% dan pemilik kapal membayar 3% ke kasir Pedagang yang memenangkan lelang akan mengangkut hasil tangkapan Sistem 2 Agen membeli hasil tangkapannya kembali setelah dijual di pelelangan Agen membayar retribusi sebesar 5% ke TPI Sistem 3 63

77 Pengelola pelelangan ikan PPI Muara Angke Kegiatan pelelangan ikan yang terjadi di PPI Muara Angke dikelola seluruhnya oleh koperasi Mina Jaya dan diawasi oleh seksi pelelangan ikan dari UPT PKPP dan PPI Muara Angke. Koperasi Mina Jaya mengelola TPI Muara Angke setelah era reformasi, sebelumnya pengelolaan TPI Muara Angke dilakukan oleh Dinas Perikanan DKI Jakarta. Pengelolaan TPI PPI Muara Angke ini didasarkan pada: 1) Perda No.3 tahun 1999 tentang Retribusi Daerah; 2) Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 71 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Primer Perikanan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; dan 3) SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No: 1351/2008 tanggal 17 Juni 2002 tentang Penunjukan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta sebagai Penyelenggara Pelelangan Ikan di TPI Muara Angke. Koperasi Mina Jaya memiliki beberapa bagian divisi salah satunya adalah bagian otonom yang mengelola bagian tempat pelelangan ikan. Bagian tempat pelelangan ikan tersebut memiliki kepala pelelangan dan wakil kepala pelelangan yang mengatur kegiatan TPI di PPI Muara Angke. Kepala pelelangan ini memiliki pegawai atau petugas yang secara langsung bekerja untuk mengurusi kegiatan pelelangan. Petugas-petugas ini telah berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Petugas dari koperasi Mina Jaya tersebut terbagi menjadi juru bongkar, juru timbang, juru lelang, juru bakul, juru komputer, kasir dan statistik. Juru bongkar dan juru timbang melakukan tugasnya pada saat pra pelelangan, sedangkan juru lelang dan juru bakul melakukan tugasnya pada saat pelelangan terjadi. Juru lelang tersebut bertugas untuk memandu pelelangan dan membacakan harga ikan yang dilelang sedangkan juru bakul bertugas untuk mencatat transaksi yang dilakukan pada saat pelelangan ikan. Petugas koperasi Mina Jaya yang bertugas pada saat pasca pelelangan ikan salah satunya adalah petugas statistik. Statistik hasil tangkapan dibuat oleh petugas yang berada di kantor Koperasi Mina Jaya. Petugas tersebut tidak berada di tempat pelelangan ikan, melainkan hanya menunggu data dari petugas yang berada di TPI.

78 65 Selain bertugas untuk mengelola TPI, koperasi Mina Jaya juga mendapatkan pendapatan dari pungutan retribusi yang dibayarkan oleh nelayan dan pedagang. Berdasarkan SK Gubernur No: 2074/2000 tanggal 10 Agustus 2000, tentang Penetapan Presentase Pengenaan Retribusi Pemakaian Tempat Pelelangan Ikan Dan Biaya Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Perikanan Mina Jaya, Koperasi ini dapat memungut retribusi sebesar 5%. Pungutan tersebut berasal dari nelayan sebesar 3% dan bakul sebesar 2%, sedangkan bagian Koperasi Perikanan Mina Jaya sebesar 2% dari 5% retribusi yang diterima. Retribusi pelelangan yang diterima koperasi akan dikembalikan kepada nelayan sebagai dana sosial dalam berbagai bentuk seperti asuransi, dana paceklik dan tabungan. Dana sosial yang diberikan oleh pihak Koperasi Perikanan Mina Jaya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Adapun bagian retribusi yang lain yaitu, biaya pelaksanaan pelelangan serta biaya administrasi perkantoran Koperasi Mina Jaya. Tempat pelelangan ikan PPI Muara Angke tersebut diawasi pula oleh seksi pelelangan ikan. Seksi pelelangan ikan merupakan bagian kerja dari UPT PKPP dan PPI Muara Angke yang secara khusus membantu mengurus dan memantau proses pelelangan ikan di TPI Muara Angke. Sesuai dengan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 tahun 2001 tentang bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Sekretariat Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan pasal 40 Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 25 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, Pembentukan Susunan dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, tugas pokok seksi pelelangan ikan adalah (UPT PKPP dan PPI Muara Angke, 2008 vide Simarmata, 2010): 1) Melaksanakan pemantauan dan penyelenggaraan pelelangan ikan; 2) Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan tempat pelelangan ikan; 3) Melakukan pemeliharaan sanitasi tempat pelelangan ikan;

79 66 4) Melaksanakan pemantauan penanganan mutu hasil perikanan di lokasi pelelangan ikan; 5) Melaksanakan peningkatan kemampuan tata cara penyelenggaraan pelelangan ikan; 6) Melaksanakan pemantauan dan pencatatan pemasukan ikan dan hasil laut lainnya baik dari laut maupun dari luar daerah di pelabuhan dan Pangkalan Pendaratan Ikan; 7) Melaksanakan pemungutan retribusi pemakaian tempat pelelangan ikan; dan 8) Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional; Berdasarkan uraian tugas-tugas di atas, seksi pelelangan ikan UPT PKPP dan PPI Muara Angke memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap baik dan buruknya proses pelelangan di TPI Muara Angke. Jadi, seksi pelelangan ikan selain bekerja untuk mengawasi kegiatan pelelangan yang dikelola oleh Koperasi Mina Jaya juga bertugas untuk memelihara TPI, meningkatkan pelayanan serta kinerja TPI PPI Muara Angke. 6.2 Kinerja pengelolaan TPI PPI Muara Angke Perhitungan tingkat kepuasan pengguna pelelangan Kepuasan pengguna pelelangan dapat diukur dengan menggunakan metode Importance and Performance Analysis. Metode ini merupakan penentuan tingkat kepuasan yang dilakukan berdasarkan atribut-atribut pelayanan yang diberikan. Penilaian kepentingan dan kepuasan pengguna pelelangan dilakukan dengan menggunakan diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan dari atribut-atribut kepuasan pengguna pelelangan. Masing-masing atribut akan menempati salah satu kuadran yang terdapat dalam diagram berdasarkan rata-rata skor kinerja (RSK) dan rata-rata skor kepentingan (RSP) yang dimilikinya. Pengukuran tingkat kepuasan pengguna pelelangan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu, kepuasan agen dan kepuasan pedagang. 1) Kepuasan agen Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa nilai RSK dan RSP menurut agen sebagai berikut:

80 67 Tabel 17 Penilaian kinerja dan kepentingan agen Dimensi No Atribut RSK RSP Kesenjangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kebersihan fasilitas TPI 3,4 4-0,6 Fasilitas 2 Perbaikan fasilitas TPI 3,4 4-0,6 3 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas 3,8 4-0,2 4 Basket 3,4 4-0,6 5 Alat timbangan 3,8 4-0,2 6 Trolly/lori 3,8 4-0,2 7 Speaker 4 4,4-0,4 8 Lampu 2,8 4-1,2 9 Gedung pelelangan 3,8 4-0,2 10 Penyediaan air bersih 3,4 4,2-0,8 11 Tempat cuci tangan dan toilet 2,8 3,6-0,8 12 Kursi petugas lelang 1,8 1, Kantor 3,8 4-0,2 14 Koperasi Sortasi hasil tangkapan 3,8 4-0,2 16 Ketepatan penimbangan Ketepatan waktu pelaksanaan lelang 3,4 4-0,6 Aktivitas pelelangan 18 Kemudahan dalam pembayaran 3,6 4-0,4 19 Administrasi 3,8 4-0,2 20 Pendataan Pelayanan TPI pelayanan Koperasi 21 Kesesuaian harga ikan 3,6 4-0,4 22 pengelolaan dana kesejahteraan nelayan 3,4 4,2-0,8 23 Retribusi 3,2 4, Pelayanan TPI 3,8 4-0,2 25 Ketanggapan TPI 3,4 4,2-0,8 26 Penyampaian keluhan kepada TPI 3,2 4-0,8 Ketepatan dan ketanggapan juru 27 lelang 3,8 4-0,2 Ketepatan dan ketanggapan juru 28 timbang 3,6 4,2-0,6 29 Pelayanan kasir/bendaharawan 3,8 4-0,2 30 Sikap pegawai TPI 3,8 4-0,2 31 Pelayanan koperasi 4 3,8 0,2 32 Cara pelayanan pihak koperasi Sikap pegawai koperasi 3,8 4-0,2 34 Ketanggapan pihak koperasi 3,4 4,2-0,8 Sumber: Hasil wawancara dengan 5 orang agen TPI PPI Muara Angke

81 68 Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap agen pada Tabel 17 menempatkan masing-masing atribut ke dalam salah satu kuadran pada diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan agen terhadap kegiatan pelelangan di TPI PPI Muara Angke sebagaimana terlihat pada Gambar 19. Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa garis yang membatasi kuadran adalah garis X=3,57 yang merupakan nilai rata-rata kepentingan dari atribut yang dianalisis dan garis Y=3,96 yang merupakan nilai rata-rata kepuasan dari atribut yang dianalisis. 6 4 A C B D Keterangan kuadran: A: 1,2,4,8,10,17,22, 23, 25, 26 dan 34 B: 3,5,6,7,9,13,14,15, 16,18,19,20,21,24, 27,28,29,30,32 dan 33 C: 11 dan 12 D: 31 2 Fasilitas Aktivitas Pelelangan Pelayanan TPI Pelayanan Koperasi Gambar 19 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan agen terhadap fasilitas, aktivitas dan pelayanan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke. Berdasarkan diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan agen terhadap fasilitas, aktivitas dan pealayan TPI PPI Muara Angke tersebut diketahui bahwa atribut terbagi menjadi kuadran A, B, C dan D. Pembagian atribut tiap kuadran tersebut dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 18 berikut:

82 69 Tabel 18 Pembagian atribut berdasarkan kuadran kepuasan agen Dimensi No Atribut Keterangan (1) (2) (3) (4) 1 Kebersihan fasilitas TPI A 2 Perbaikan fasilitas TPI A 3 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas B 4 Basket A 5 Alat timbangan B 6 Tolly/lori B Fasilitas 7 Speaker B 8 Lampu A 9 Gedung pelelangan B 10 Penyediaan air bersih A 11 Tempat cuci tangan dan toilet C 12 Kursi petugas lelang C 13 Kantor B 14 Koperasi B 15 Sortasi hasil tangkapan B 16 Ketepatan penimbangan B 17 Ketepatan waktu pelaksanaan lelang A Aktivitas pelelangan 18 Kemudahan dalam pembayaran B 19 Administrasi B 20 Pendataan B 21 Kesesuaian harga ikan B 22 Pengelolaan dana kesejahteraan nelayan A 23 Retribusi A 24 Pelayanan TPI B 25 Ketanggapan TPI A Pelayanan TPI 26 Penyampaian keluhan kepada TPI A 27 Ketepatan dan ketanggapan juru lelang B 28 Ketepatan dan ketanggapan juru timbang B 29 Pelayanan kasir/bendaharawan B 30 Sikap pegawai TPI B 31 Pelayanan koperasi D Pelayanan Koperasi 32 Cara pelayanan pihak koperasi B 33 Sikap pegawai koperasi B 34 Ketanggapan pihak koperasi A Sumber: Hasil perhitungan matematis

83 70 Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran A merupakan atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan agen, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakan sesuai keinginan pengguna pelelangan sehingga mengecewakan atau tidak memuaskan. Oleh sebab itu, pihak penyedia layanan harus meningkatkan pelayanan kinerjanya agar agen atau nelayan merasa puas. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah atribut nomor 1, 2, 4, 8, 10, 17, 22, 23, 25, 26 dan 34 yaitu kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, lampu, penyediaan air bersih, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, retribusi, ketanggapan TPI, penyampaian keluhan kepada TPI dan ketanggapan pihak koperasi. Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran B merupakan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh pengelola tempat pelelangan ikan (TPI), sehingga wajib untuk dipertahankan. Atribut-atribut ini dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. Atribut yang masuk dalam kuadran ini cukup banyak yaitu nomor 3, 5, 6, 7, 9, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 24, 27, 28, 29, 30, 32 dan 33 Atribut ini adalah kemudahan dalam penggunaan fasilitas, alat timbangan, trolly/lori, speaker, gedung pelelangan, kantor, koperasi, sortasi hasil tangkapan, ketepatan penimbangan, kemudahan dalam pembayaran, administrasi, pendataan, kesesuaian harga ikan, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan dan ketanggapan juru timbang, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI, cara pelayanan koperasi dan sikap pegawai koperasi. Kuadran C menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pengguna pelelangan dan pelaksanaannya oleh pihak penyedia jasa biasa-biasa saja. Kuadran C merupakan kuadran yang menurut penggunanya dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah atribut nomor 11 dan 12 yaitu tempat cuci tangan dan toilet serta kursi petugas lelang. Kuadran D merupakan faktor yang dianggap oleh pengguna pelelangan kurang penting akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Atribut yang termasuk kedalam kuadran D yaitu pelayanan koperasi.

84 71 Setelah melakukan penentuan keempat kuadran tersebut, maka selanjutnya adalah penentuan analisis kesenjangan (gap). Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya kesenjangan antara kinerja dan kepentingan kepuasan agen atau nelayan. Nilai kesenjangan didapat dari hasil pengurangan antara rata-rata skor penilaian agen terhadap kinerja (RSK) dengan nilai rata-rata penilaian pedagang (RSP) dari tiap-tiap atribut. Semakin kecil nilai kesenjangan maka agen atau nelayan semakin merasa puas terhadap atribut tersebut, hal ini berarti kinerja dari TPI semakin mendekati nilai kepentingan yang diharapkan oleh agen atau nelayan sehingga tingkat kesesuaian semakin besar. Nilai kesenjangan dari berbagai atribut tersebut digolongkan atas 5 tingkatan yaitu tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas dan sangat puas. Penentuan tingkat kepuasan ini dilakukan berdasarkan skala tertentu yang diperoleh melalui penentuan selang frekuensi/kelas bagi masing-masing atribut. Berdasarkan nilai kesenjangan pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa kepuasan agen yang memiliki nilai kesenjangan antara (-1,2-0,9) termasuk kepada penilaian tidak puas terhadap atribut yang terdapat di TPI. Atribut tersebut adalah lampu dan retribusi. Atribut-atribut yang dinilai kurang memuaskan oleh agen dan nelayan memiliki nilai kesenjangan yang berkisar antara (-0,8-0,5). Atribut yang termasuk didalamnya adalah kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, penyediaan air bersih, tempat cuci tangan dan toilet, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, ketanggapan TPI, penyampaian keluhan kepada TPI, ketepatan dan ketanggapan juru timbang dan ketanggapan pihak koperasi. Atribut yang memiliki nilai kesenjangan berkisar antara (-0,4-0,1) termasuk kedalam penilaian cukup puas oleh nelayan atau agen terhadap TPI. Atribut tersebut adalah kemudahan dalam penggunan fasilitas, alat timbangan, troli/lori, speaker, gedung pelelangan, cold storage, kantor, sortasi hasil tangkapan, kemudahan dalam pembayaran, administrasi, kesesuaian harga ikan, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI dan sikap pegawai koperasi. Adapun atribut yang dinilai memuaskan oleh agen atau nelayan dan memiliki nilai

85 72 kesenjangan antara (0-0,3). Atribut yang termasuk didalamnya yaitu kursi petugas lelang, koperasi, ketepatan penimbangan, pendataan, pelayanan koperasi dan cara pelayanan pihak koperasi. Tabel 19 Tingkat kepuasan Agen Selang frekuensi Nilai Kesenjangan (gap) Tingkat Kepuasan -1,2-0,9 Tidak puas Lampu dan retribusi Atribut -0,8-0,5 Kurang puas Kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, penyediaan air bersih, tempat cuci tangan dan toilet, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, ketanggapan TPI, penyampaian keluhan kepada TPI, ketepatan dan ketanggapan juru timbang dan ketanggapan pihak koperasi. -0,4-0,1 Cukup puas Kemudahan dalam penggunan fasilitas, alat timbangan, troli/lori, speaker, gedung pelelangan, cold storage, kantor, sortasi hasil tangkapan, kemudahan dalam pembayaran, administrasi, kesesuaian harga ikan, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI dan sikap pegawai koperasi. 0 0,3 Puas Kursi petugas lelang, koperasi, ketepatan penimbangan, pendataan, pelayanan koperasi dan cara pelayanan pihak koperasi. 0,4 0,7 Sangat Puas - Sumber: Hasil pengolahan data Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa terdapat kesenjangan atau gap pada setiap atribut. Kesenjangan ini merupakan salah satu indikator tingkat kepuasan agen atau nelayan. Nilai kesenjangan (gap) yang didapat dari perhitungan selang frekuensi diketahui bahwa agen atau nelayan merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan TPI baik dari fasilitas, aktivitas, pelayanan TPI serta pelayanan koperasi. Hal ini terlihat dari banyaknya kesenjangan (gap) yang masuk kedalam selang -0,4-0,1. Agen atau nelayan menilai bahwa semua atribut yang terdapat di TPI sangat penting dan kinerja TPI yang ada saat ini dinilai cukup memuaskan. Penilaian yang cukup memuaskan menurut agen tersebut memperlihatkan bahwa TPI harus meningkatkan kinerjanya sehingga pemilik kapal atau agen

86 73 merasa lebih puas dengan pelayanan yang diberikan. TPI PPI Muara Angke harus meningkatkan pelayanan dalam penyediaan fasilitas, meningkatkan aktivitas pelelangan, meningkatkan pelayanan baik dari TPI sendiri dan koperasi yang mengurusi semua kegiatan di tempat pelelangan ikan tersebut. 2) Kepuasan pedagang Kepuasan pengguna pelelangan dapat diukur dengan menggunakan metode Importance and Performance Analysis dimana berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata skor kinerja (RSK) dan rata-rata skor kepentingan (RSP) seperti pada Tabel 20 berikut: Tabel 20 Penilaian Kinerja dan kepentingan pedagang Dimensi No Atribut RSK RSP Kesenjangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kebersihan fasilitas TPI 3,6 4-0,4 2 Perbaikan fasilitas TPI 3,8 4-0,2 3 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas 3,4 4-0,6 4 Basket 3,6 4-0,4 5 Alat timbangan 3,8 4-0,2 6 Trolly/lori ,4 Fasilitas 7 Speaker Lampu 2,8 3,2-0,4 9 Gedung pelelangan 3,6 4-0,4 10 Penyediaan air bersih 3,4 4-0,6 11 Tempat cuci tangan dan toilet 2,6 3, Kursi petugas lelang 2,8 1, Kantor Koperasi 4 4 0

87 74 Tabel 20 Lanjutan Dimensi No Atribut RSK RSP Kesenjangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Aktivitas pelelangan Pelayanan TPI Pelayanan koperasi 3 Sortasi hasil tangkapan 3,6 4-0,4 4 Ketepatan penimbangan 3,8 4-0,2 5 Ketepatan waktu pelaksanaan lelang 3,4 4-0,6 6 Kemudahan dalam pembayaran 3,4 4-0,6 7 Administrasi 3,8 4-0,2 8 Pendataan 3,8 4-0,2 9 Kesesuaian harga ikan 3,4 4,2-0,8 10 Pengelolaan dana kesejahteraan nelayan 3,8 4,2-0,4 11 Retribusi 3,8 4-0,2 12 Pelayanan TPI 4 4,2-0,2 13 Ketanggapan TPI 3,6 4-0,4 14 Penyampaian keluhan kepada TPI 3,4 4-0,6 15 Ketepatan dan ketanggapan juru lelang 3,8 4,2-0,4 16 Ketepatan dan ketanggapan juru timbang 3,6 4-0,4 17 Pelayanan kasir/bendaharawan Sikap pegawai TPI 4 3,8 0,2 19 Pelayanan Koperasi Cara pelayanan Koperasi Sikap pegawai Koperasi 4 4,2-0,2 22 Ketanggapan pihak Koperasi 3,6 4,2-0,6 Sumber: Hasil Wawancara dengan Pedagang TPI PPI Muara Angke Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap agen pada Tabel 20 menempatkan masing-masing atribut kedalam salah satu kuadran pada diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan agen terhadap kegiatan pelelangan di TPI PPI Muara Angke sebagaimana terlihat pada Gambar 20. Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa garis yang membatasi kuadran adalah garis X=3,64 yang merupakan nilai rata-rata kepentingan dari atribut yang dianalisis dan garis Y=3,93 yang merupakan nilai rata-rata kepuasan dari atribut yang dianalisis.

88 A C B D Keterangan kuadran: A: 1,3,4,6,9,10,15, 17,18,21,25,26, 28 dan 34 B: 2,5,7,13,14,16, 19,20,22,23,24, 27,29,31,32 dan 33 C: 8,11 dan 12 D: 30 Fasilitas Aktivitas pelelangan Pelayanan TPI Pelayanan Koperasi Gambar 20 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan pedagang terhadap fasilitas, aktivitas dan pelayanan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke. Berdasarkan diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan pedagang terhadap fasilitas, aktivitas dan pealayan TPI PPI Muara Angke tersebut diketahui bahwa atribut terbagi menjadi kuadran A, B, C dan D. Pembagian atribut riap kuadran tersebut dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 21 berikut: Tabel 21 Pembagian atribut berdasarkan kuadran kepuasan pedagang Dimensi No Atribut Keterangan (1) (2) (3) (4) 1 Kebersihan fasilitas TPI A 2 Perbaikan fasilitas TPI B 3 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas A 4 Basket A 5 alat timbangan B Fasilitas 6 trolly/lori A 7 Speaker B 8 Lampu C 9 gedung pelelangan A 10 penyediaan air bersih A 11 tempat cuci tangan dan toilet C

89 76 Tabel 21 Lanjutan Dimensi No Atribut Keterangan (1) (2) (3) (4) 12 kursi petugas lelang C Fasilitas 13 Kantor B 14 Koperasi B 15 Sortasi hasil tangkapan A 16 ketepatan penimbangan B 17 ketepatan waktu pelaksanaan lelang A Aktivitas pelelangan 18 kemudahan dalam pembayaran A 19 Administrasi B 20 Pendataan B Pelayanan TPI pelayanan Koperasi 21 kesesuaian harga ikan A 22 pengelolaan dana kesejahteraan nelayan B 23 Retribusi B 24 Pelayanan TPI B 25 Ketanggapan TPI A 26 Penyampaian keluhan kepada TPI A 27 Ketepatan dan ketanggapan juru lelang B 28 Ketepatan dan ketanggapan juru timbang A 29 Pelayanan kasir/bendaharawan B 30 Sikap pegawai TPI D 31 Pelayanan koperasi B 32 Cara pelayanan pihak koperasi B 33 Sikap pegawai koperasi B 34 Ketanggapan pihak koperasi A Sumber: Hasil perhitungan matematis Kuadran A merupakan atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan agen, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakan sesuai keinginan pengguna pelelangan sehingga mengecewakan atau tidak memuaskan. Oleh sebab itu, pihak penyedia layanan harus meningkatkan pelayanan kinerjanya agar agen atau nelayan merasa puas. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah atribut nomor 1, 3, 4, 6, 9, 10, 15, 17, 18, 21, 25, 26, 28 dan 34 yaitu kebersihan fasilitas TPI, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, basket, troli/lori, gedung pelelangan, penyediaan air bersih, sortasi hasil tangkapan, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, kesesuaian harga ikan, ketanggapan TPI, penyampaian keluhan kepada TPI, ketepatan/ketanggapan juru timbang dan ketanggapan pihak koperasi.

90 77 Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran B merupakan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan oleh pengelola tempat pelelangan ikan (TPI), sehingga wajib untuk dipertahankan. Atribut-atribut ini dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. Atribut yang masuk dalam kuadran ini yaitu nomor 2, 5, 7, 13, 14, 16, 19, 20, 22, 23, 24, 27, 29, 31, 32 dan 33. Atribut ini adalah perbaikan fasilitas TPI, alat timbangan, speaker, kantor, koperasi, ketepatan penimbangan, administrasi, pendataan, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, retribusi, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, pelayanan kasir/bendaharawan, pelayanan koperasi, cara pelayanan koperasi dan sikap pegawai koperasi. Kuadran C menunjukkan faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pengguna pelelangan dan pelaksanaannya oleh pihak penyedia jasa biasa-biasa saja. Kuadran C merupakan kuadran yang menurut penggunanya dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah atribut nomor 8, 11 dan 12 yaitu lampu, tempat cuci tangan dan toilet serta kursi petugas lelang. Kuadran D merupakan faktor yang dianggap oleh pengguna pelelangan kurang penting akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Atribut yang termasuk kedalam kuadran ini adalah nomor 30. Atribut tersebut yaitu sikap pegawai TPI. Nilai kesenjangan dari berbagai atribut tersebut digolongkan atas 5 tingkatan yaitu tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas dan sangat puas. Berdasarkan nilai kesenjangan pada Tabel 20 dapat diketahui bahwa kepuasan pedagang yang memiliki nilai kesenjangan antara (-1-0,6) termasuk kepada penilaian tidak puas terhadap atribut yang terdapat di TPI. Atribut tersebut adalah kemudahan dalam penggunaan fasilitas, penyediaan air bersih, tempat cuci tangan dan toilet, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, kesesuaian harga ikan, penyampaian keluhan kepada TPI dan ketanggapan pihak koperasi. Atribut-atribut yang dinilai kurang memuaskan oleh agen dan nelayan memiliki nilai kesenjangan yang berkisar antara (-0,5-0,1). Atribut yang termasuk didalamnya adalah kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, alat timbangan, troli/lori, lampu, gedung pelelangan, sortasi hasil

91 78 tangkapan, ketepatan penimbangan, administrasi, pendataan, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, retribusi, pelayanan TPI, ketanggapan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan dan ketanggapan juru timbang serta sikap pegawai koperasi. Atribut yang memiliki nilai kesenjangan berkisar antara (0 0,4) termasuk kedalam penilaian cukup puas oleh nelayan atau agen terhadap TPI. Atribut tersebut adalah speaker, kantor, koperasi, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI, pelayanan koperasi dan cara pelayanan koperasi. Adapun atribut yang dinilai sangat memuaskan oleh agen atau nelayan dan memiliki nilai kesenjangan antara (1-1,4). Atribut yang termasuk didalamnya yaitu kursi petugas lelang. Tabel 22 Tingkat kepuasan pedagang Selang frekuensi Nilai Kesenjangan Tingkat Kepuasan Atribut (gap) -1-0,6 Tidak puas Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, penyediaan air bersih, tempat cuci tangan dan toilet, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, kesesuaian harga ikan, penyampaian keluhan kepada TPI dan ketanggapan pihak koperasi. -0,5-0,1 Kurang puas Kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, basket, alat timbangan, troli/lori, lampu, gedung pelelangan, sortasi hasil tangkapan, ketepatan penimbangan, administrasi, pendataan, pengelolaan dana kesejahteraan nelayan, retribusi, pelayanan TPI, ketanggapan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan dan ketanggapan juru timbang serta sikap pegawai koperasi. 0 0,4 Cukup puas Speaker, kantor, koperasi, pelayanan kasir/bendaharawan, sikap pegawai TPI, pelayanan koperasi dan cara pelayanan koperasi. 0,5 0,9 Puas - 1 1,4 Sangat Puas Kursi petugas lelang Sumber: Hasil pengolahan data Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa terdapat kesenjangan atau gap pada setiap atribut. Kesenjangan ini merupakan salah satu indikator tingkat kepuasan pedagang. Nilai kesenjangan (gap) yang didapat dari perhitungan selang frekuensi

92 79 diketahui bahwa pedagang merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan TPI baik dari fasilitas, aktivitas, pelayanan TPI serta pelayanan koperasi. Hal ini terlihat dari banyaknya kesenjangan (gap) yang masuk kedalam selang -0,5-0,1. Pedagang menilai bahwa semua atribut yang terdapat di TPI sangat penting dan kinerja TPI yang ada saat ini dinilai kurang memuaskan. Penilaian yang kurang memuaskan menurut pedagang tersebut memperlihatkan bahwa TPI harus meningkatkan kinerjanya sehingga pedagang merasa lebih puas dengan pelayanan yang diberikan. TPI PPI Muara Angke harus meningkatkan pengelolaan pelayanan jasa yang berkualitas, pengadaan fasilitas yang rutin dan peningkataan aktivitas pelelangan Tujuan pembangunan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke Tempat pelelangan ikan (TPI) Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke mempunyai tujuan dalam pembangunannya yaitu, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, mendapatkan kepastian pasar dan harga ikan yang layak bagi nelayan maupun konsumen, meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan koperasi nelayan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan nelayan. Berdasarkan tujuan tersebut maka pihak tempat pelelangan ikan berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasa pelelangan khususnya pedagang dan nelayan/agen. Pelayanan ini dimaksudkan agar semua tujuan TPI terlaksana dan pihak-pihak yang terdapat di dalam kegiatan pelelangan ini, dari hulu hingga hilir mendapatkan manfaat dan keuntungan Indikator kinerja Tempat Pelelangan Ikan Pengukuran kinerja TPI PPI Muara Angke tahun 2010 menggunakan beberapa indikator kinerja yaitu input dan output. Indikator tersebut akan menentukan nilai kinerja berdasarkan ekonomi dan efisiensi tempat pelelangan ikan. Menurut Hasil Diskusi bersama Kelompok Hibah Pasca (2007) vide Widayati (2008), indikator kinerja input dari tempat pelelangan ikan adalah Sumberdaya Manusia (SDM), fasilitas TPI, luas lantai lelang dan volume

93 80 produksi sedangkan indikator kinerja output yaitu pendapatan nelayan, pemasukan daerah dan kepuasan pengguna pelelangan Indikator kinerja input 1) Sumberdaya Manusia (SDM) Sumberdaya manusia merupakan salah satu indikator kinerja input karena manusia mengelola suatu tempat agar dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan peranannya. Sumberdaya manusia yang mengelola tempat pelelangan ikan PPI Muara Angke berjumlah 19 orang. Jumlah ini merupakan gabungan antara pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai koperasi. Pegawai negeri sipil berjumlah 5 orang sedangkan pegawai koperasi berjumlah 14 orang. Menurut hasil wawancara di lapangan dengan pihak TPI dan koperasi, pegawai yang ditempatkan untuk mengelola TPI ini sudah ideal sehingga tidak terdapat penambahan jumlah pegawai pada tahun 2010 dan Jumlah pegawai yang terdapat di TPI dirasa telah bekerja dengan optimal untuk mengelola pelelangan dengan baik. Pihak koperasi mengatakan bahwa pembagian tugas untuk masing-masing bagian sudah cukup rata dengan juru lelang berjumlah 2 orang, juru timbang berjumlah 11 orang dan kasir berjumlah 1 orang. Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 1984 yang dijadikan standar indikator (target) untuk jumlah personil TPI dan koperasi secara kuantitatif diketahui personil TPI dan petugas koperasi untuk tempat pelelangan ikan yang memiliki nilai produksi sebesar milyar yaitu 12 orang untuk personil TPI dan 5 orang untuk petugas koperasi. Standar indikator tersebut dipakai karena Pemerintah Daerah propinsi Jakarta Utara tidak memiliki nilai kuantitatif untuk dijadikan target dalam penghitungan kinerja pengelolaan aktivitas TPI Muara Angke. 2) Fasilitas TPI Fasilitas TPI merupakan alat maupun fasilitas penunjang untuk berlangsungnya kegiatan operasional pelelangan dari suatu tempat pelelangan ikan (TPI). Fasilitas tempat pelelangan ikan yang menjadi indikator kinerja input, yaitu:

94 81 (1) Timbangan Timbangan berfungsi untuk menimbang ikan hasil tangkapan setelah didaratkan di dermaga PPI Muara Angke. Timbangan ini digunakan untuk mengetahui berat hasil tangkapan. Timbangan yang terdapat di TPI PPI Muara angke ini terdiri dari 4 jenis, yaitu: timbangan duduk 300 kg sebanyak 5 unit, timbangan duduk 500 kg sebanyak 2 unit, timbangan digital sebanyak 1 unit dan timbangan gantung sebanyak 25 unit. Menurut pengamatan di lapangan, timbangan yang sering dipakai saat ini adalah timbangan gantung. Pihak TPI mengatakan, timbangan duduk dan digital hanya dipakai untuk hasil tangkapan yang tidak memakai trays. Kedua timbangan tersebut masih berfungsi dengan baik walaupun sudah berkarat. Pengukuran kinerja TPI PPI Muara Angke saat ini hanya menggunakan timbangan gantung, karena timbangan ini yang dipakai dan disukai oleh nelayan. Timbangan gantung di tempat pelelangan ikan (TPI) saat ini berjumlah 25 unit. Timbangan tersebut masih berfungsi dengan baik dan dapat digunakan. Berdasarkan jumlah kuantitatif rata-rata timbangan dari TPI kelas II di Jawa tengah yang nilai efisiensinya 100% yaitu TPI Klidang Lor, Tanjungsari, dan Karanganyar (Sulistyani, 2005 dan Widayati, 2008) didapatkan standar indikator (target) yang dijadikan penghitungan kinerja yaitu sebanyak 3 unit timbangan. Berikut ini merupakan tipe-tipe timbangan yang terdapat di TPI PPI Muara Angke (Gambar 21). (a) (b) Gambar 21 Alat penimbangan dengan jenis (a) timbangan geser dan duduk, (b)timbangan gantung di TPI PPI Muara Angke. (2) Gerobak (troli) Gerobak (troli) digunakan untuk mengangkut ikan baik ikan yang akan masuk ke TPI maupun ikan yang akan diangkut untuk didistribusikan ke tempat

95 82 tujuan lain setelah selesai pelelangan. Jumlah troli yang terdapat di TPI Muara Angke saat ini sebanyak 50 unit. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus matematis pada Lampiran 1 didapatkan hasil bahwa jumlah troli yang dibutuhkan pada tahun 2010 sebanyak 96 unit. Hal ini terlihat bahwa TPI PPI Muara Angke belum dapat memenuhi jumlah troli, sehingga agar pelaksanaannya lebih efisien, jumlah troli harus ditambah sebesar 47,92%. Berikut ini merupakan alat pengangkut yang terdapat di TPI PPI Muara Angke (Gambar 22). Gambar 22 Troli di TPI PPI Muara Angke. (3) Keranjang (Trays) Keranjang (trays) digunakan untuk meletakkan hasil tangkapan agar tidak berceceran di lantai lelang setelah ikan dibongkar dari kapal. Menurut pengamatan di lapangan, keranjang (trays) kondisinya tidak cukup baik, karena keranjang tersebut kotor dan masih terdapat ceceran lendir ikan maupun potongan tubuh ikan. Jumlah keranjang (trays) saat ini yang dipakai yaitu 1200 unit. Berdasarkan hasil perhitungan matematis didapatkan bahwa kebutuhan trays pada tahun 2010 yaitu sebanyak 579. Perhitungan matematis tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara rinci trays dapat dilihat pada Gambar 23. Gambar 23 Keranjang (trays) di TPI PPI Muara Angke.

96 83 3) Luas lantai lelang Lantai lelang merupakan salah satu fasilitas penting yang harus ada pada suatu tempat pelelangan ikan. Luas lantai lelang berhubungan erat dengan volume produksi hasil tangkapan yang dapat ditampung oleh tempat pelelangan ikan. Menurut UPT PKPP TPI dan PPI Muara Angke (2011), luas lantai lelang sebesar 540 m 2 sedangkan menurut perhitungan matematis didapat bahwa pada tahun 2010 luas lantai lelang yang dibutuhkan adalah sejumlah 535 m 2. Perhitungan matematis untuk mengetahui kebutuhan luas lantai lelang tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 2. 4) Volume produksi Volume produksi merupakan bagian penting yang harus diketahui dalam suatu kegiatan pelelangan karena volume produksi merupakan bahan baku yang akan diperjualbelikan di tempat pelelangan ikan. Menurut TPI PPI Muara Angke (2011), volume produksi pada tahun 2010 yaitu ton sedangkan nilai ratarata volume produksi 9 tahun sebelumnya yaitu antara tahun didapatkan jumlah volume produksi sebesar ton. Perhitungan rata-rata volume produksi dapat dilihat pada Lampiran Indikator kinerja output Output merupakan hasil dari suatu input setelah mengalami sebuah proses. Indikator kinerja output tempat pelelangan ikan terbagi menjadi 3, yaitu: 1) Pendapatan nelayan Nelayan merupakan salah satu sentral dari kegiatan perikanan, karena nelayan adalah sumberdaya manusia yang dapat memasok ikan bagi kebutuhan masyarakat. Hal ini yang menjadikan nelayan merupakan salah satu objek yang harus memperoleh keuntungan dari suatu kegiatan perikanan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa yang ikut dalam kegiatan pelelangan bukan nelayan tetapi agen yang diutus oleh pemilik kapal untuk melakukan kegiatan pelelangan. Kegiatan pelelangan ini merupakan salah satu proses yang bertujuan agar pendapatan nelayan meningkat dibandingkan bila nelayan menjual hasil tangkapannya secara langsung kepada pembeli, karena diharapkan dengan adanya

97 84 pelelangan ini nelayan dapat mengkatrol harga hasil tangkapan tersebut sehingga nelayan tidak rugi. Pendapatan nelayan dihitung dari biaya lelang dikurangi dengan hasil dari biaya lelang dikali besarnya retribusi yang harus dibayarkan nelayan kepada koperasi sebesar 3%. Menurut hasil perhitungan didapatkan bahwa pendapatan nelayan pada tahun 2010 sebesar Rp sedangkan rata-rata pendapatan nelayan dari tahun sebesar Rp ) Pendapatan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan salah satu lembaga pemerintah yang mendapatkan hasil retribusi dari proses pelelangan yang terjadi di tempat pelelangan ikan (TPI). Hasil retribusi yang masuk ke Pemerintah Daerah akan menjadi pemasukan bagi kas daerah yang akan digunakan kembali untuk kesejahteraan masyarakat pada daerah tersebut. Pendapatan yang diperoleh Pemerintah Daerah adalah sebesar 60% dari hasil retribusi. Retribusi ini diperoleh dari pelaku pelelangan yaitu nelayan sebesar 3% dan pembeli sebesar 2%. Menurut perhitungan matematis diperoleh hasil pendapatan yang diterima Pemerintah Daerah pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp sedangkan rata-rata pendapatan Pemerintah Daerah pada tahun sebesar Rp ,4. Perhitungan rata-rata pemasukan daerah dapat dilihat pada Lampiran 4. 3) Kepuasan pengguna pelelangan Kepuasan dikategorikan sebagai tujuan tingkat tinggi dalam suatu sistem pengukuran kinerja. Oleh sebab itu, pembuatan indikator kinerja harus memasukkan indikator kepuasan pengguna pelelangan. Menurut jenisnya, kepuasan pengguna pelelangan terbagi menjadi dua yaitu kepuasan agen/nelayan dan kepuasan pembeli/pedagang sedangkan menurut atribut pengukuran kepuasan yang dilakukan di TPI PPI Muara Angke terbagi menjadi 4 yaitu fasilitas TPI, aktifitas pelelangan, pelayanan TPI dan pelayanan koperasi Pengukuran kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke Pengukuran kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke yang dipakai adalah pengukuran kinerja dengan menggunakan konsep

98 85 value for money. Menurut Mahmudi (2010), pengukuran kinerja value for money adalah pengukuran kinerja untuk mengukur ekonomi, efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program dan organisasi. Namun, pengukuran efektivitas sangat sulit ditentukan karena untuk mengukur efektivitas harus diketahui terlebih dahulu outcome. Menurut Mahmudi (2010), pengukuran outcome tidak dapat dilakukan sebelum hasil yang diharapkan dari suatu program atau aktivitas ditetapkan, karena pengukuran outcome berupa pembandingan hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk dapat mengukur outcome dengan baik biasanya membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga dalam pengukuran kinerja pengelolaan aktivitas TPI PPI Muara Angke tidak memperhitungkan outcome. Sebelum menentukan ekonomi dan efisiensi maka harus terlebih dahulu dilakukan perhitungan dari masing-masing indikator kinerja. Berikut merupakan hasil perhitungan kinerja pada Tabel 23 indikator kinerja tempat pelelangan ikan PPI Muara Angke.

99 39 Tabel 23 Kertas kerja kinerja tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke Indikator Kinerja Input Satuan Target Kinerja (rencana) Capaian kinerja (realisasi) Bobot Nilai Kinerja (%) Nilai akhir Keterangan SDM Orang , Fasilitas TPI Unit trays Unit Troli , Unit timbangan , Lantai lelang M² , Volume Produksi Ton , Output Pendapatan nelayan Rp , Pemasukan Daerah Rp , Kepuasan pengguna pelelangan Jumlah kepuasan 0,25 *kepuasan agen *kepuasan pedagang Rerata: 33 Jumlah: 2 Rerata: 33 Tidak ekonomis Cukup efisien 86

100 87 Indikator kinerja tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis yaitu perbandingan antara capaian (realisasi) dengan target kinerja (rencana). Rencana merupakan standar yang seharusnya dimiliki oleh sebuah lembaga atau pada awal pembangunan lembaga tersebut sudah memilikinya, sedangkan realisasi merupakan hasil yang telah tercapai oleh lembaga tersebut pada saat ini baik dari segi input dan output. Berdasarkan hasil perhitungan kinerja pada Tabel 22 diketahui sebagai berikut: 1) Input Rataan input sebesar 33% menunjukkan bahwa kinerja yang dimiliki TPI dari segi input pada tahun 2010 belum optimal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa indikator kinerja yang melebihi target dan terdapat juga beberapa indikator kinerja yang kurang dari target (standar indikator). Nilai kinerja yang lebih dari 100% mengindikasikan bahwa fasilitas TPI serta SDM yang ada saat ini melebihi dari standar indikator yang telah ditetapkan. Sumberdaya manusia yang melebihi target tersebut akan membuat pemborosan dalam hal pengeluaran gaji karyawan serta menyebabkan banyak karyawan yang tidak efektif dalam melakukan tugasnya. Jumlah pekerjaan yang seharusnya dikerjakan tidak sesuai dengan jumlah karyawan yang ada, sedangkan fasilitas TPI yang melebihi target akan membuat banyak fasilitas yang tidak digunakan dan akhirnya cepat rusak. Fasilitas TPI yang memiliki jumlah nilai yang melebihi target yaitu trays dengan nilai kinerja sebesar 207% dan timbangan gantung yang memiliki nilai kinerja sebesar 833%. Nilai kinerja dibawah 100% mengindikasikan bahwa input yang ada saat ini lebih kecil dari standar indikator yang telah ditetapkan. Beberapa diantaranya yang memiliki nilai kinerja dibawah dari target yaitu troli. Troli memiliki nilai kinerja sebesar 52%. Hal ini menyebabkan TPI kekurangan troli jika produksi hasil tangkapan yang dibongkar di dermaga dalam jumlah banyak, sehingga penangannya akan lebih lambat dan hasil tangkapannya akan menurun kualitasnya. Input berupa lantai lelang dan volume produksi memiliki nilai kinerja diatas 100%. Hal ini dikarenakan capaian pada tahun 2010 melebihi target yang ada. Lantai lelang yang memiliki luas melebihi target, menunjukkan

101 88 bahwa kapasitas lantai lelang TPI PPI Muara Angke masih dapat menampung jumlah produksi ikan yang ada, sehingga jumlah volume produksi pada tahun 2010 ini masih dapat ditampung di lantai lelang tersebut. Volume produksi yang melebihi target menunjukkan bahwa volume produksi pada tahun 2010 memiliki jumlah yang tinggi dibandingkan target. Jumlahnya meningkat secara signifikan hampir di setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa volume produksi atau bahan baku yang terdapat di PPI Muara Angke masih tinggi jumlahnya untuk dilelang serta dapat meningkatkan proses jual beli di TPI. Peningkatan proses jual beli ini akan menguntungkan banyak pihak terutama nelayan dan pedagang yang secara langsung mengikuti proses pelelangan. 2) Output Nilai rataan indikator kinerja output sebesar 33%. Nilai ini menunjukkan bahwa beberapa indikator output seperti pendapatan nelayan dan pendapatan Pemerintah Daerah lebih tinggi dibandingkan target. Pendapatan nelayan dan pendapatan Pemerintah Daerah mengalami peningkatan pada tahun 2010 dibandingkan dengan sembilan tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan dari proses pelelangan cukup optimal. Nilai kinerja untuk pendapatan nelayan dan pemasukan daerah yaitu sebesar 133%. Nilai kinerja ini di atas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pelelangan yang terjadi memberikan peningkatan pendapatan nelayan dan Pemerintah Daerah setiap tahunnya. Indikator kinerja output yang lain adalah kepuasan pengguna pelelangan. Kepuasan pengguna pelelangan memiliki nilai kinerja yang kecil yaitu berkisar di bawah 100%. Kepuasan agen memiliki nilai kinerja sebesar 62% dan kepuasan pedagang memiliki nilai kinerja sebesar 69%. Nilai kinerja yang di bawah 100% ini disebabkan karena banyak nelayan dan pedagang yang kurang puas akan kinerja tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke. Nelayan dan pedagang menganggap bahwa hampir semua fasilitas, kegiatan pelelangan, pelayanan koperasi dan TPI sangat penting. Namun kenyatannya pelayanan dan juga fasilitas yang ada di tempat pelelangan ikan (TPI) tidak mendukung kegiatan pelelangan. Walaupun demikian, nelayan dan pedagang

102 89 masih merasa ketidakpuasan ini dapat diatasi dengan masih lancarnya proses pelelangan sehingga nelayan dan pedagang masih memperoleh pendapatan setelah melakukan kegiatan pelelangan ikan di TPI PPI Muara Angke. Setelah melakukan pengukuran terhadap rataan masing-masing indikator kinerja yaitu input dan output kemudian tahap berikutnya dapat dilakukan pengukuran kinerja dari segi ekonomi dan efisiensi. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan rumus matematis yang telah ada. Sebagaimana dijelaskan pada metodologi bahwa ekonomi merupakan perbandingan antara capaian (realisasi) dengan target kinerja (rencana). Efisiensi adalah perbandingan antara output dengan input. Setelah melalui tahap perhitungan, hasil yang didapat menunjukkan bahwa: 1) Ekonomis Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kinerja tempat pelelangan ikan (TPI) tidak ekonomis. Hal ini terlihat pada nilai kinerjanya sebesar 33%. Nilai ini di bawah 65%. Nilai kinerja tersebut mengindikasikan bahwa capaian atau realisasi dari suatu input TPI tidak ekonomis dibandingkan rencana awalnya. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja TPI pada tahun 2010 terjadi pemborosan terutama dalam hal pengadaan fasilitas yang ada di TPI. Beberapa fasilitas yang terdapat di TPI banyak yang berada di atas target (standar indikator) sehingga pengelola pelabuhan dalam menyediakan fasilitas memerlukan biaya yang besar. Secara keseluruhan kinerja pengelolaan aktivitas TPI PPI Muara Angke tidak ekonomis, namun tidak semuanya dari sub parameter input bernilai tidak ekonomis. Hal ini terlihat dari beberapa input yang berada di bawah target. Input yang berada di bawah target tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi pemborosan biaya yang dikeluarkan untuk operasional tempat pelelangan ikan seperti troli. Troli memiliki nilai capaian di bawah target. Hal ini menunjukkan pengelola TPI tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar untuk pengadaan troli di tempat pelelangan ikan tersebut. Pihak pengelola mengatakan bahwa jumlah troli yang ada saat ini sudah mencukupi kebutuhan pengangkutan ikan. Selain itu, terdapat pula tambahan troli yang disewakan oleh pihak swasta.

103 90 Ketidakekonomisan input terdapat hampir di semua indikator kinerja input. Beberapa diantaranya adalah pengadaan fasilitas yang melebihi target. Pengadaan trays yang lebih tinggi dibandingkan target yang ada membuat pemborosan terjadi terutama dalam hal pengeluaran biaya, karena belum tentu trays tersebut dipakai semua ketika pelelangan dilakukan. Selain itu pemborosan juga terdapat pada sumberdaya manusia yang bekerja dan mengelola TPI. Sumberdaya manusia yang terlalu banyak akan mengakibatkan banyak pekerja yang menganggur dan tidak mengerjakan tugasnya sesuai dengan yang telah ditentukan. Pemborosan biaya tersebut lebih ditekankan pada penyediaan fasilitas serta sumberdaya. Hal ini dikarenakan dua aspek tersebut berhubungan secara langsung dengan kebutuhan pengeluaran biaya yang konstan setiap tahun. 2) Efisiensi Pengukuran yang kedua adalah terhadap efisiensi dari suatu tempat pelelangan ikan (TPI). Menurut Dyah (2005), efisiensi adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang diharapkan (output) dengan mengorbankan tenaga atau biaya (input) yang minimum atau dengan kata lain, suatu kegiatan telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan kegiatan telah mencapai sasaran (output) dengan pengorbanan (input) yang terendah. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa kinerja TPI PPI Muara Angke cukup efisien. Hal ini terlihat dari nilai kinerjanya sebesar 100%. Angka ini menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan aktivitas TPI secara keseluruhan dilihat dari output yang dihasilkan dan input yang ada di TPI tersebut kinerjanya cukup optimal. Hal ini dikarenakan pendapatan nelayan dan pemasukan daerah melebihi target yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Selain itu pendapatan nelayan dan pemasukan daerah terlihat mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa hasil keluaran dari proses pelelangan cukup optimal untuk para nelayan dan pemerintah daerah, karena nelayan dan Pemerintah Daerah memiliki pendapatan yang cukup besar dan meningkat hampir di setiap tahunnya. Peningkatan pendapatan nelayan dan pemasukan daerah ini disebabkan karena jumlah volume produksi yang meningkat hampir di setiap tahunnya. Peningkatan ini disebabkan karena jumlah kapal yang

104 91 mendarat dan membongkar hasil tangkapan di TPI PPI Muara Angke juga meningkat. Menurut pengelola TPI, hal ini disebabkan karena pihak pengelola TPI PPI Muara Angke selalu meningkatkan kualitas pelayanannya, sehingga banyak kapal yang tertarik untuk membongkar hasil tangkapannya disini. Output yang ada memiliki nilai rata-rata yang sama dengan nilai rata-rata input. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan sebanding dengan input yang ada. Kepuasan pengguna pelelangan memiliki nilai kinerja di bawah 100%. Hal ini menunjukan ketidakefisienan dari hasil keluaran proses pelelangan. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat banyak pengguna pelelangan yang merasa tidak puas dengan fasilitas, aktivitas dan pelayanan yang diberikan pihak TPI PPI Muara Angke walaupun terjadi peningkatan pendapatan nelayan dan pemasukan daerah per tahunnya. Hasil yang didapatkan pada output seharusnya memberikan hasil yang diharapkan oleh tujuan awal pembentukan TPI tersebut tetapi nyatanya pengelola TPI tidak memberikan hasil yang optimal seperti yang diharapkan oleh semua pihak yang berada di tempat pelelangan ikan (TPI) PPI Muara Angke.

105 92 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil dan pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas pelaksanaan pelelangan tempat pelelangan ikan di PPI Muara Angke dikelola oleh seksi pelelangan yang bertugas untuk mengawasi jalannya lelang dan koperasi yang bertugas melaksanakan kegiatan pelelangan; 2) Kepuasan pengguna pelelangan di TPI PPI Muara Angke secara keseluruhan masih dibawah kriteria puas karena dianggap belum memberikan pelayanan yang optimal bagi pengguna pelelangan. Kriteria tersebut adalah cukup puas bagi agen terhadap pelayanan yang diberikan, sedangkan pedagang menganggap kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan. 3) Kinerja tempat pelelangan ikan di PPI Muara Angke secara keseluruhan dinilai tidak ekonomis dari segi input karena memiliki nilai rata-rata 33%, sedangkan kinerja pengelolaan TPI dinilai cukup efisien dengan nilai ratarata 100%; 7.2 Saran Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 1) Pihak penyelenggara pelelangan ikan di PPI Muara Angke hendaknya lebih meningkatkan aktivitas pelelangan dan meningkatkan pengelolaan agar dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi pengguna pelelangan; 2) Pihak penyelenggara pelelangan ikan harus memperbaiki kinerja yang ada saat ini terutama dalam hal memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengguna pelelangan agar pengguna pelelangan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan; 3) Pihak penyelenggara pelelangan ikan di PPI Muara Angke hendaknya meningkatkan kinerja dengan melakukan penyediaan fasilitas dalam kondisi yang baik secara rutin, peningkatan aktivitas dengan pelaksanaan lelang yang

106 93 tepat waktu dan teratur, kemudian meningkatkan pelayanan jasa yang berkualitas dari TPI dan Koperasi Mina Jaya; 4) Penulis berharap terdapat penelitian selanjutnya mengenai pengelolaan TPI PPI Muara Angke, karena tempat pelelangan ikan PPI Muara Angke pada tahun 2011 telah mengalami perkembangan menjadi tempat pelelangan ikan higienis.

107 94 DAFTAR PUSTAKA [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Pedoman Umum Kelembagaan Tempat Pelelangan Ikan. Direktorat Pemasaran Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per. 04/Men/2008 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 01/Men/2007 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Menteri Kelautan tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Aulia F Kondisi Pelayanan dan Kebutuhan Fasilitas Kepelabuhanan Terkait Penanganan Hasil Tangkapan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bustami M Pola Pengembangan Pelabuhan Perikanan dengan Konsep Triptyque Portuaire: Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu [Disertasi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi Jakarta Profil Pelabuhan perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara angke. Jakarta: UPT. Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan. Dwiyanti H Kajian Pengelolaan Aktivitas Pelelangan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dyah P Analisis Efisiensi TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Kelas 1, 2 dan 3 di Jawa Tengah dan Pengembangannya untuk Peningkatan Kesejahteraan Nelayan [Tesis]. Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Dipenogoro Semarang. Faubiany Kajian Sanitasi di Tempat Pendaratan Ikan dan Pelelangan Ikan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke Serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Ikan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Febriarso P Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja dengan Metode Performance Prism (Studi Kasus di Hotel Arini Jl. Brigjen Slamet Riyadi No. 361 Solo) [Laporan tugas akhir]. Surakarta: Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta.

108 95 Gigentika S Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuhan Lombok Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hardani R Studi Hubungan Hasil Tangkapan dengan Ukuran Basket/Wadah Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor: 139 Tahun1997/ 902/Kpts/PL.420/9/97/03/SKB/M/IX/1997 tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan. Kimursih Pengkajian Upaya Peningkatan Kebersihan di Lingkungan Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Lubis E Pengantar pelabuhan perikanan. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Lubis E Pengantar pelabuhan perikanan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Mahmudi Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Malik JS Kajian Distribusi Hasil Tangkapan Ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nazir M Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurhayati, Diatin, Suyanto Analisis Tingkat Kepuasan Peserta Lelang dan Perceived Quality Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta. Buletin Ekonomi Perikanan. No. 1: Panggabean SRH Tingkat Kepuasan Nelayan terhadap Pelayanan Penyediaan Kebutuhan Melaut di PPN Sibolga Sumatera Utara [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 1999 tentang Retribusi Daerah. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 71 tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Primer Perikanan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

109 96 Peraturan Pemerintah No 64 Tahun 1957 pasal 7, tentang Penyerahan Sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat di Lapangan Perikanan laut, Kehutanan dan Karet Rakyat kepada Daerah-Daerah Swantantra Tingkat 1. Priyaza H Kajian Aktivitas dan Kapasitas Fasilitas Fungsional di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) kronjo, Tangerang [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rusmali K Analisis Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan dan Dampaknya Terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta, Muara Baru DKI Jakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Saaty T Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pt Pustaka Binaman Pressindo. Shanticka LO Tingkat Kepuasan Nelayan terhadap Pelayanan Penyediaan Kebutuhan Melaut di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Simarmata BT Kemampuan Pelelangan Hasil Tangkapan oleh Pengelola Tempat Pelelangan Ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke, Jakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Surat Keputusan Gubernur Nomor 2074/2000 tanggal 10 Agustus 2000 tentang Penetapan Presentase Pengenaan Retribusi Pemakaian Tempat Pelelangan Ikan dan Biaya Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh Koperasi Perikanan Mina Jaya. Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No: 1351/2008 Tanggal 17 Juni 2002 tentang Penunjukan Koperasi Perikanan Mina Jaya DKI Jakarta sebagai Penyelenggara Pelelangan Ikan di TPI Muara Angke. Sudaryanto B Analisis Efisiensi Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan Data Envelopment Analysis (DEA): Studi Di Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Empirika. No. 1: Walpole RE Pengantar Statistika, Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Widayati T Analisis Efisiensi Teknis Tempat Pelelangan Ikan dan Tingkat Keberdayaan Pengelola Tempat Pelelangan Ikan Serta Strategi Pemberdayaannya di Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah [Tesis]. Semarang: Program Pascasarjana, Universitas Dipenogoro Semarang. Widiastuti A Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

110 LAMPIRAN

111 98 Lampiran 1 Perhitungan kebutuhan jumlah trays dan troli Ket : JK = Jumlah kebutuhan (unit/hari) JHT = Jumlah hasil tangkapan yang dilelang (kg/hari) KB = Kapasitas basket (kg/unit) Contoh perhitungan: Trays Troli Catatan : untuk kapasitas troli dipakai kapasitas trays sebagai satuan. Troli dapat mengangkut 6 trays.

112 99 Lampiran 6 Perhitungan kebutuhan luas lantai lelang tahun 2010 Keterangan: S = Luas ruang lelang TPI (m2); p = Daya tampung produksi (kg/m2); α = Perbandingan ruang lelang dengan gedung lelang (0,217-0,394) N = Jumlah produksi per hari yang dilelang (kg/hari) R = Intensitas lelang per hari (kali/hari) Dimana nilai : Contoh perhitungan kebutuhan luas ruang lelang TPI tahun 2010: Tahun 2010 :

113 97 Lampiran 3 Rata-rata nilai retribusi, pendapatan nelayan, pendapatan Pemerintah Daerah dan pendapatan koperasi Tahun Volume produksi (Ton) Nilai produksi (Rp) Retribusi (Rp) Pendapatan nelayan (Rp) Pemda (Rp) Koperasi (Rp) Rata-rata

114 101 Lampiran 4 Perhitungan nilai retribusi, pendapatan nelayan, pendapatan Pemerintah Daerah dan pendapatan koperasi Cat: Untuk perhitungan Pemda dan Koperasi diasumsikan retribusi sebesar 100% Contoh Perhitungan tahun 2010 dengan nilai produksi Rp dan volume produksi Kg sebagai berikut:

115 102 Lampiran 5 Nilai pembobotan dengan metode Saaty Input SDM Trays Troli Timbangan Lantai lelang Volume produksi A 0,37 0,23 0,16 0,10 0,07 0,07 B 0,21 0,19 0,12 0,09 0,05 0,34 C 0,37 0,23 0,16 0,10 0,07 0,07 D 0,41 0,12 0,04 0,09 0,07 0,27 E 0,19 0,12 0,04 0,14 0,07 0,44 Rata-rata 0,31 0,18 0,10 0,10 0,07 0,24 Output Pendapatan nelayan Pemasukan daerah Kepuasan pengguna pelelangan A 0,63 0,11 0,26 B 0,63 0,11 0,26 C 0,60 0,14 0,26 D 0,66 0,10 0,23 E 0,66 0,10 0,23 Rata-rata 0,64 0,11 0,25 Keterangan: A: Kepala Seksi Pelabuhan B: Kepala Tempat Pelelangan Ikan C: Wakil Kepala Pelelangan D: Dosen Pelabuhan IPB E: Dosen Pelabuhan IPB

116 103 Lampiran 6 Perhitungan Input dan output Rumus perhitungan: Perhitungan input 1. Sumberdaya Manusia (SDM) Jadi, nilai kinerja indikator input untuk sumberdaya manusia adalah sebesar 112% dengan nilai akhir 35% 2. Fasilitas TPI (unit) (1) Keranjang (trays) Jadi, nilai kinerja indikator input untuk keranjang (trays) adalah sebesar 207% dengan nilai akhir 37% (2) Troli Jadi, nilai kinerja indikator input untuk troli adalah sebesar 52% dengan nilai akhir 5% (3) Timbangan Jadi, nilai kinerja indikator input untuk timbangan adalah sebesar 833% dengan nilai akhir 83% 3. Luas lantai lelang (m 2 ) Jadi, nilai kinerja untuk indikator input kebutuhan luas lantai lelang adalah 101% dengan nilai akhir dengan nilai akhir 7%

117 Volume produksi Jadi, nilai kinerja indikator output untuk volume produksi adalah 118% dengan nilai akhir 28%. Perhitungan nilai kinerja indikator input memiliki nilai rata-rata sebesar 33%. Perhitungan Output 1. Pendapatan nelayan Jadi, nilai kinerja indikator output untuk pendapatan nelayan adalah 133% dengan nilai akhir 85%. 2. Pemasukan daerah Jadi, nilai kinerja indikator output untuk pemasukkan daerah adalah 133% dengan nilai akhir 15%. 3. Kepuasan pengguna pelelangan 1) Kepuasan agen Jadi, nilai kinerja indikator output untuk kepuasan agen adalah 62% dengan nilai akhir 15,44%. 2) Kepuasan pedagang Jadi, nilai kinerja indikator output untuk kepuasan agen adalah 69% dengan nilai akhir 17%. Perhitungan nilai kinerja indikator output memiliki nilai rata-rata sebesar 33%.

118 105 Lampiran 7 Perhitungan nilai ekonomis dan efisiensi Ekonomis Nilai 33% ini termasuk kedalam rentang dibawah 65% yang berarti kinerja Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke tidak ekonomis terutama dari segi input. Efisiensi Nilai 100% berarti kinerja Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke cukup efisien terutama dari segi output.

119 106 Lampiran 8 Persentase pembagian dana sosial Jenis biaya Persentase dari 2% bagian koperasi (%) Persentase dari seluruh retribusi (%) a. Biaya penyelenggaraan lelang Biaya lelang 42,50 0,85 Biaya keamanan dan kebersihan 5,00 0,10 Biaya pembinaan dan pengawasan 7,50 0,15 b. Dana sosial Asuransi nelayan 7,50 0,15 Dana paceklik 7,50 0,15 Tabungan nelayan dan bakul 10,00 0,20 c. Biaya administrasi perkantoran Biaya kantor 7,50 0,15 Telepon, air dan listrik 2,50 0,05 Biaya pemeliharaan 10,00 0,2 Jumlah 100,00 2,00 Sumber: Koperasi Mina Jaya, 2010

120 107 Lampiran 9 Biaya-biaya yang dikeluarkan koperasi Biaya penyelenggaraan pelelangan Tahun Biaya Lelang Keamanan Pembinaan (Rp) (Rp) (Rp) , , , , , , , , , ,64 Dana sosial Tahun Asuransi Paceklik Tabungan Nelayan dan Bakul (Rp) (Rp) (Rp) , , , , , , , , , , , , , , ,85 Biaya administrasi dan kantor Tahun Biaya Kantor TAL Pemeliharaan , , , , , , , , , , , , , , ,85

121 108 Lampiran 10 Validitas kepentingan agen Jumlah No Atribut responden Jumlah x Rata-rata , ,2 3,6 4 3,8 1, Lampiran 10 Lanjutan No Atribut Jumlah Y ,2 4, , , , , ,2 108

122 109 Lampiran 11 Validitas kinerja agen Jumlah No Atribut responden Jumlah X Rata-Rata 3,4 3,4 3,8 3,4 3,8 3,8 4 2,8 3,8 3,4 2,8 3,8 3,4 1,8 3,8 4 3,8 3, Lampiran 11 Lanjutan No Atribut Jumlah y ,4 3,6 3,8 4 3,6 3,4 3, ,8 3,4 3,2 3,8 3,6 3,8 3, ,8 3,4 109

123 110 Lampiran 12 Validitas kepentingan pedagang Jumlah No Atribut responden Jumlah X Rata-rata , ,6 4 3,8 1, Lampiran 12 Lanjutan No Atribut Jumlah Y ,2 4, , , , , ,2 4,2 110

124 111 Lampiran 13 Validitas kinerja pedagang Jumlah No Atribut responden Jumlah x Rata-rata 3,6 3,8 3,4 3,6 3,8 3,6 4 2,8 3,6 3,4 2,6 4 3,8 2, ,6 Lampiran 13 Lanjutan No Atribut Jumlah y ,8 3,4 3,4 3,8 3,8 3,4 3,8 3, ,6 3,4 3,8 3,

125 97 Lampiran 14 Peta lokasi penelitian PPI Muara Angke 112

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 pasal 1, pelabuhan perikanan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 53 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengelolaan Aktifitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke 6.1.1 Aktivitas pra pelelangan ikan Aktivitas pra pelelangan ikan diawali pada saat ikan berada di atas dermaga

Lebih terperinci

4 METODOLOGI PENELITIAN

4 METODOLOGI PENELITIAN 24 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke. 4.1

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No.1, Mei 2012 Hal: 15-21 PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE (Value for money Approach For The Fish Auction Performance

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 pasal 1, Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara dan tangkahan-tangkahan di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG DEDE SEFTIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN BOJONGSALAWE, PANGANDARAN, JAWA BARAT DEWI OCTARIA ANGGRAINI

PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN BOJONGSALAWE, PANGANDARAN, JAWA BARAT DEWI OCTARIA ANGGRAINI PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN BOJONGSALAWE, PANGANDARAN, JAWA BARAT DEWI OCTARIA ANGGRAINI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain LEmBRGn PEHELITinn STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR Jonny Zain ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 di Pelabuhan

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Maret 2011. Lokasi penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peranan perikanan tangkap sebagai salah satu ujung tombak dari semua kegiatan perikanan disamping perikanan budidaya, menjadikan perikanan tangkap menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4.1 DESKRIPSI PPSC Gagasan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap diawali sejak dekade 1980-an oleh Ditjen Perikanan dengan mengembangkan PPI Sentolokawat, namun rencana

Lebih terperinci

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5.1 Proses pelelangan aktual di PPI Muara Angke Proses pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai rangkaian kegiatan usaha perikanan tangkap yang secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terletak di Teluk Jakarta tepatnya di Kelurahan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Bantul memiliki potensi kekayaan sumber

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44); LEMBARAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 5 HUBUNGAN AKTIVITAS PENDARATAN DAN PELELANGAN TERHADAP KEBUTUHAN FASILITAS DAN KONDISI KUALITAS HASIL TANGKAPAN ARMADA TRADISIONAL DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ROBBY MULYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG Menimbang BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT

Lebih terperinci

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA 5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA 5.1 Keadaan Umum 5.1.1 Letak dan sejarah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh secara geografis terletak pada 4 0 07 30 LU dan 96 0 30 BT dan terletak di wilayah

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENYELENGGARAAN PELELANGAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMASARAN HASIL PERIKANAN DI PASAR IKAN TERINTEGRASI PADA PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 009. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DAN DUKUNGAN PPP LABUAN WINY IRHAMNI

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DAN DUKUNGAN PPP LABUAN WINY IRHAMNI POTENSI PENGEMBANGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN PANDEGLANG DAN DUKUNGAN PPP LABUAN WINY IRHAMNI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SISTEM PEMASARAN HASIL PERIKANAN DAN KEMISKINAN NELAYAN (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara) SKRIPSI WINDI LISTIANINGSIH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu LAMPIRAN 155 Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu Keterangan gambar: 1. Rumah Dinas 2. Kantor 3. Aula 4. PT. Fan Marine Shipyard 5. Tangki Solar 6. Bengkel 7. Bak Air 8. Pabrik Es 9. Sumur

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA INDAH KHARINA BANGUN

DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA INDAH KHARINA BANGUN DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA INDAH KHARINA BANGUN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Dr.Ir. Anwar Bey Pane, DEA. Muhammad Syahrir R, S.Pi, M.Si

Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Dr.Ir. Anwar Bey Pane, DEA. Muhammad Syahrir R, S.Pi, M.Si MODEL PELELANGAN IKAN OPTIMAL DI PELABUHAN PERIKANAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN Dr.Ir. Ernani Lubis, DEA Dr.Ir. Anwar Bey Pane, DEA Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si Muhammad Syahrir R, S.Pi,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pelabuhan Perikanan Definisi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pelabuhan Perikanan Definisi pelabuhan perikanan 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Definisi pelabuhan perikanan Menurut (Alonze de F.Quin, 1970 vide Lubis et al., 2010) pelabuhan perikanan merupakan suatu kawasan perairan yang tertutup

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Tabel 25 Matriks perhitungan persepsi pengguna TPI terhadap kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010

Tabel 25 Matriks perhitungan persepsi pengguna TPI terhadap kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010 LAPIRAN Tabel 25 atriks perhitungan persepsi pengguna TPI terhp kegiatan di PPI uara Angke tahun 2010 Responden Keberan Keuntungan pelaksanaan Proses pelaksanaan Kean fasilitas Persepsi Waktu lelang Kontrol

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA ORGANISASI DAN SOSIAL DENGAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN STUDI KASUS DI PPP DADAP KABUPATEN INDRAMAYU FATHUROHIM

POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA ORGANISASI DAN SOSIAL DENGAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN STUDI KASUS DI PPP DADAP KABUPATEN INDRAMAYU FATHUROHIM POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA ORGANISASI DAN SOSIAL DENGAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN STUDI KASUS DI PPP DADAP KABUPATEN INDRAMAYU FATHUROHIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan Kebersihan terdiri dari dua aspek yang saling berkaitan yaitu sanitasi dan higienitas. Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA

KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010. Lokasi penelitian di pangkalan pendaratan ikan Muara Angke, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain THE STUDY of SPATIAL PLANNING FACILITIES BRONDONG FISHING PORT LAMONGAN DISTRICT EAST JAVA PROVINCE (Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa

Lebih terperinci