DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA INDAH KHARINA BANGUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA INDAH KHARINA BANGUN"

Transkripsi

1 DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA INDAH KHARINA BANGUN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, 2 Agustus 2010 Indah Kharina Bangun C

3 ABSTRAK INDAH KHARINA BANGUN, C Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN. Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan memiliki prospek yang sangat bagus sebagai tempat pemasaran ikan di Sumatera Utara baik untuk pemasaran lokal, regional maupun internasional. Kegiatan distribusi hasil tangkapan memiliki karakteristik dan pemetaan distribusi hasil tangkapan antara lain: pasar, kuantitatif, kualitas, harga. Keempat karakteristik tersebut akan menentukan pemetaan pendistribusian hasil tangkapan, kondisi hasil tangkapan yang akan didistribusikan, harga hasil tangkapan di pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas distribusi hasil tangkapan, mendeskripsikan karateristik distribusi hasil tangkapan dan menentukan kapasitas fasilitas yang berkaitan dengan distribusi hasil tangkapan. Penelitian ini dilaksanakan Juli-Agustus 2009 di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera. Metode yang dipergunakan untuk ketiga analisis tersebut adalah metode deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa kegiatan aktivitas distribusi hasil tangkapan tidak dilakukan di PPS Belawan melainkan di tangkahan yang berada di kawasan PPS Belawan. Sarana PPS Belawan hanya sedikit pihak yang memanfaatkan. Hasil tangkapan yang didaratkan berasal dari laut dan darat dimana angkutan yang paling banyak digunakan mobil pick up. Daerah asal hasil tangkapan didistribusikan sebanyak ton yang terdiri dari 44,1 % dari lokal, 46,5 % dari regional dan 9,4 % dari internasional sedangkan berdasarkan daerah tujuan hasil tangkapan didistribusikan sebanyak ton yang terdiri dari 31,3 % untuk lokal, 30,4 % untuk regional, dan 38, 4 % dari internasional. Dimana diperoleh hasil tangkapan yang memiliki kualitas yang tinggi dengan karakteristik standarisasi mutu hasil tangkapan yang ketat adalah Negara Eropa dengan harga hasil tangkapan yang paling tinggi dimana harga ikan segar US$/kg dan harga ikan beku 9 80 US$/kg. Fasilitas distribusi hasil tangkapan yang ada di PPS Belawan yaitu tempat pelelangan ikan (TPI), pabrik es, cold storage dan area parkir. Tingkat pemanfaatan fasilitas yang ada di PPS Belawan belum optimal dikarenakan banyaknya fasilitas milik pribadi dari pihak swasta sehingga tidak memanfaatkan fasilitas pelabuhan. Kata kunci: distribusi, karakteristik, kapasitas fasilitas, PPS Belawan

4 Hak Cipta IPB Tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

5 DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA INDAH KHARINA BANGUN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP Mayor : Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara : Indah Kharina Bangun : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui: Pembimbing Iin Solihin S.Pi, M.Si NIP Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP Tanggal lulus: 2 Agustus 2010

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 5 Desember 1988 dari Bapak H.John Party Bangun dan Hj.Delviana H Sembiring. Penulis merupakan putri kelima dari enam bersaudara. Penulis lulus dari SD Muhammaddiyah 12 Medan pada tahun 2000, melanjutkan ke SLTP Negeri 30 Medan dan lulus pada tahun Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Kartika I-2 Medan dan pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Pada tahun 2007/2008, penulis aktif di BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai Bendahara Divisi PPSDM dan aktif di Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan sebagai anggota Departemen Infokom. Pada tahun 2008/2009, aktif di Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan sebagai Kepala Departemen Infokom. Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Analisis Hasil Tangkapan pada tahun 2009/2010 dan asisten praktikum mata kuliah Teknik Perencanaan Pembangunan dan Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan pada tahun Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Mayor Teknologi Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2009 ini adalah Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iin Solihin, S.Pi, M.Si. selaku pembimbing yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan di kemudian hari. Bogor, 2 Agustus 2010 Indah Kharina Bangun

9 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada: 1. Bapak Iin Solihin, S.Pi, M.Si sebagai pembimbing yang memberikan pengarahn dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan; 3. Ibu Retno Muninggar S.Pi, ME sebagai penguji tamu pada sidang ujian skripsi; 4. Bapak Ir. Asifus Zahid, B.Sc sebagai Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Bapak Rudy Suharman, A. Pi (Kepala Bidang Tata Operasional), Bapak Ir. Mangasi Siagian (Kepala Seksi Pemasaran dan Informasi), dan Bapak Jatmoko, A.Pi (Kepala Seksi Kesyahbandaran Perikanan); 5. Bapak Merlantua Sihombing, Iswandi, Angga Nugraha S.Pi, Thomas Romano Putra S.Pi yang telah memberikan data-data informasi dalam penelitian ini; 6. Muhammad Taufiq, Kresna Handoyo, dan Dedy Putra Wahyudi yang telah membantu dalam pembuatan peta skripsi ini; 7. Orang tuaku tercinta, Bapak H Jhon Party Bangun dan Ibu Hj Delviana H Sembiring atas segala doa, kasih sayang, motivasi kepada penulis; 8. Abang tercinta (Hendra Sanatra Bangun, Nala Sanata Bangun, Tri Mesahta Bangun, Iwan Rakitta Bangun) dan adik tercinta (Arti Kurniaty Bangun) yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini; 9. Teman-teman PSP 43 yang telah memberikan bantuan, motivasi, kenangan yang tidak terlupakan; 10. Seluruh civitas PSP yang telah memberikan kebersamaan yang tidak terlupakan; 11. Pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Bogor, Agustus 2010 Indah Kharina Bangun

10 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman DAFTAR LAMPIRAN... xiv 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan Tipe dan kriteria pelabuhan perikanan di Indonesia Fasilitas pelabuhan perikanan Distribusi Jenis distribusi Unsur-unsur distribusi Peranan distribusi Penanganan (Handling) Transportasi (pengangkutan) Penyimpanan (warehousing) Pendaratan Saluran dan skema distribusi Pemetaan Karakterisik Distribusi Hasil Tangkapan Pasar Kuantitatif Kualitas Harga Fasilitas Distribusi Hasil Tangkapan Tempat pelelangan ikan (TPI) Pabrik es Cold storage Area parkir METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Metode pengumpulan data Jenis data yang dikumpulkan Analisis Data ix xii xiii

11 3.4.1 Aktivitas distribusi hasil tangkapan Karakteristik distribusi hasil tangkapan Tingkat pemanfaatan kapasitas fasilitas distribusi hasil tangkapan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Lokasi PPS Belawan Sejarah PPS Belawan Pengaruh Tangkahan Terhadap Operasional PPS Belawan Sarana dan Prasarana PPS Belawan Unit Pengelola PPS Belawan Keadaan Umum Perikanan di PPS Belawan Kapal Alat tangkap Nelayan Volume dan nilai produksi perikanan periode AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5.1 Penanganan Hasil Tangkapan Pendaratan hasil tangkapan Penyimpanan hasil tangkapan Pengangkutan hasil tangkapan Sarana Penunjang Aktivitas Distribusi Hasil Tangkapan Jalur Distribusi Hasil Tangkapan PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Daerah Pasar Hasil Tangkapan Pasar lokal Pasar regional Pasar Internasional Kuantitatif Hasil Tangkapan Pasar lokal Pasar regional Pasar Internasional Proporsi Hasil Tangkapan Kualitas Hasil Tangkapan Harga Hasil Tangkapan TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat pelelangan ikan (TPI) Pabrik Es Cold Storage Area Parkir Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Berkaitan Distribusi Hasil Tangkapan... 78

12 8 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 83

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Pengelompokkan pelabuhan perikanan Jenis data yang dikumpulkan Jumlah kapal perikanan laut periode Jumlah unit penangkapan perikanan laut menurut jenis alat penangkap di PPS Belawan periode Jumlah nelayan di PPS Belawan periode Produksi perikanan laut menurut jenis alat tangkap Produsi perikanan laut menurut komoditas utama hasil tangkapan Nilai produksi perikanan laut menurut komoditas utama hasil tangkapan Penyaluran es pada tahun Volume ikan asal hasil tangkapan daerah lokal pada tahun Volume ikan tujuan hasil tangkapan daerah lokal pada tahun Volume ikan asal hasil tangkapan daerah regional pada tahun Volume ikan tujuan hasil tangkapan daerah regional pada tahun Volume produksi ikan ekspor di PPS Belawan periode Volume ikan asal hasil tangkapan negara internasional pada tahun Volume ikan tujuan hasil tangkapan negara internasional pada tahun Proporsi hasil tangkapan di PPS Belawan tahun Kapasitas fasilitas distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan tahun

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi Peta lokasi penelitian PPS Belawan Sumatera Utara Bagan struktur organisasi PPS Belawan Sumatera Utara Pertumbuhan kapal perikanan laut periode Pertumbuhan jumlah nelayan di PPS Belawan periode Pertumbuhan produksi perikanan menurut jenis alat tangkap Jalur distribusi hasil tangkapan ikan segar Jalur distribusi hasil tangkapan ikan olahan Jumlah pedagang dan lokasi pasar tradisional di Medan tahun Daerah lokal asal hasil tangkapan didistribusikan ke PPS Belawan Daerah lokal tujuan hasil tangkapan didistribusikan ke luar PPS Belawan Daerah regional asal hasil tangkapan didistribusikan ke PPS Belawan Daerah regional tujuan hasil tangkapan didistribusikan ke luar Sumatera Utara Negara asal hasil tangkapan didistribusikan ke PPS Belawan Negara tujuan hasil tangkapan didistribusikan ke negara lain Proporsi hasil tangkapan berdasarkan daerah asal Proporsi hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan Peta karakteristik standarisasi mutu hasil tangkapan dari PPS Belawan Perkembangan harga komoditi utama hasil tangkapan tahun Volume ikan segar dan ikan beku didistribusikan dari PPS Belawan berdasarkan harga

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Gambar layout PPS Belawan (penyebaran tangkahan) Produksi perikanan laut menurut jenis ikan di PPS Belawan tahun Nilai produksi perikanan laut menurut jenis ikan di PPS Belawan tahun Produksi perikanan laut menurut alat penangkapan di PPS Belawan tahun Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Perhitungan tingkat pemanfaatan kapasitas fasilitas distribusi hasil tangkapan Dokumentasi penelitian... 93

16 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara merupakan daerah pengkomsumsi ikan segar dan ikan olahan. Masyarakat banyak mengkomsumsi ikan segar maupun ikan olahan baik masyarakat Sumatera Utara dan luar Sumatera Utara. Konsumen ini meningkatkan kebutuhan bahan baku ikan menyebabkan pemasokan ikan yang berasal dari Sumatera Utara juga meningkat. Hasil tangkapan ini umumnya berasal dari daerah-daerah Sumatera Utara. Hasil tangkapan dipasarkan ke daerah lokal, regional, dan internasional. Di Sumatera Utara terdapat salah satu pelabuhan yaitu PPS Belawan dimana pelabuhan ini merupakan salah satu tempat pendaratan kapal-kapal ikan yang cukup ramai dan terletak di bagian timur Sumatera Utara yang sangat strategis sebagai pelabuhan perikanan dengan daerah penangkapan di Selat Malaka. PPS Belawan mempunyai potensi yang sangat besar dalam mendistribusikan hasil tangkapan karena PPS Belawan memiliki potensi perikanan terbesar di Sumatera Utara. PPS Belawan memiliki prospek yang sangat bagus sebagai tempat pemasaran ikan di Sumatera Utara baik untuk pemasaran lokal maupun untuk ekspor dimana terdapat tangkahan sebagai tempat kegiatan pendaratan ikan. Tangkahan ini berfungsi seperti tempat pelelangan ikan tetapi tangkahan ini dimiliki oleh pihak swasta. Berdasakan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.06/MEN/2007 tentang organisasi dan tata kerja pelabuhan perikanan tanggal 25 Januari 2007, PPS Belawan mempunyai tugas memfasilitasi produksi pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan dan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan. Karena hasil tangkapan mudah busuk maka diperlukan aktivitas distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan. Aktivitas distribusi yang penting antara lain penanganan hasil tangkapan, sarana penunjang aktivitas distribusi hasil tangkapan dan jalur distribusi hasil tangkapan. Ketiga aspek tersebut sangat menentukan cara pendistribusian hasil tangkapan, kondisi hasil tangkapan yang akan

17 2 didistribusikan dari PPS Belawan, jumlah hasil tangkapan dan harga hasil tangkapan di pasar. Agar aktivitas distribusi berjalan dengan lancar maka dibutuhkan sarana yang mendukung aktivitas distribusi hasil tangkapan juga dibangun untuk mempelancar proses pendistribusian. Sarana-sarana yang mendukung aktivitas distribusi yang terdapat di PPS Belawan antara tempat pelelangan ikan (TPI), pabrik es dan area parkir. Perhatian terhadap mutu hasil tangkapan yang layak ekspor juga semakin meningkat seiring dengan dikeluarkannya sertifikat (health certficate) oleh Badan Standar Nasional sejak tahun Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk hasil tangkapan sebelum diekspor ke negara tujuan harus diuji terlebih dahulu sesuai permintaan negara pembeli sebelum dikirim ke negara yang bersangkutan. Kualitas hasil tangkapan layak diekspor yang baik akan menentukan harga jual hasil tangkapan. Semakin baik kualitasnya semakin tinggi harganya. Harga jual yang cukup tinggi saat ini masih dipegang oleh negara-negara Uni Eropa dengan persyaratan uji mutu yang harus dipenuhi. Indonesia memiliki hasil tangkapan yang beraneka ragam jenisnya. Tidak semua hasil tangkapan ini dapat dipasarkan untuk ekspor. Masing-masing negara memiliki tingkat kesukaan terhadap jenis ikan tertentu. Pada umumnya negaranegara Uni Eropa, Amerika dan Jepang hanya meminta jenis-jenis ikan tertentu seperti udang dan tuna dengan standarisasi pengujian mutu yang cukup tinggi. Keragaman aktivitas yang terjadi dalam proses pendistribusian hasil tangkapan ini dapat digambarkan dalam bentuk peta informasi distribusi hasil tangkapan. Peta informasi distribusi ini akan memuat beberapa hal antara lain skema penyaluran hasil tangkapan (jalur distribusi), volume dan nilai hasil tangkapan di daerah distribusi dan harga hasil tangkapan ekspor. Kegunaan dari pemetaan ini adalah sebagai alat bantu dalam strategi distribusi secara lokal, regional, dan internasional terutama bagi PPS Belawan yang diorientasikan untuk dapat memenuhi ketiga pasar di atas. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan Sumatera Utara.

18 3 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan aktivitas distribusi hasil tangkapan; 2. Mendeskripsikan pemetaan karakteristik distribusi hasil tangkapan dan; 3. Menentukan tingkat pemanfaatan kapasitas fasilitas distribusi hasil tangkapan. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai informasi mengenai distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan Sumatera Utara kepada pihak pengambilan keputusan dan instansi terkait yang dapat digunakan dalam perbaikan sistem distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan Sumatera Utara.

19 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pengertian pelabuhan menurut Departemen Perhubungan adalah suatu daerah tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan lainnya untuk menaikkan dan menurunkan menumpang, bongkar muat barang yang semuanya merupakan daerah lingkungan kerja aktivitas ekonomi, secara juridis terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan untuk kegiatan-kegiatan di pelabuhan tersebut (Lubis, 2000). Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang berfungsi untuk berlabuh dan bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau mengisi bahan perbekalan melaut. Departemen Perhubungan menggolongkan pelabuhan perikanan termasuk pelabuhan khusus. Arti pelabuhan khusus yaitu pelabuhan yang penggunaannya khusus untuk kegiatan sektor perindustrian, pertambangan atau pertanian dalam arti luas pembangunan dan pengoperasiannya dilakukan oleh instansi bersangkutan untuk bongkar muat barang (bahan baku atau hasil produksi atau hasil eksploitasi) yang tidak dapat ditampung oleh pelabuhan umum (Lubis, 2000) Fungsi pelabuhan perikanan Fungsi pelabuhan perikanan dapat ditinjau berdasarkan berbagai kepentingan, salah satunya yaitu sebagai fungsi komersil. Fungsi ini timbul karena pelabuhan perikanan sebagai tempat awal untuk mempersiapkan pendistribusian produksi ikan melalui transaksi pelelangan ikan. Proses pendistribusian dapat dilakukan sebagai berikut : bahwa ikan-ikan yang telah didaratkan dibawa ke gedung pelelangan ikan untuk dicatat jumlah dan jenisnya, setelah itu ikan disortir

20 5 dan diletakkan pada keranjang atau bak plastik selanjutnya dilaksanakan pelelangan dan dicatat hasil transaksinya (Lubis, 2000) Tipe dan kriteria pelabuhan perikanan di Indonesia Menurut Direktorat Jenderal Perikanan mengelompokkan pelabuhan perikanan menjadi 4 tipe yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Pengelompokkan pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 Pelabuhan (Tipe) Kriteria Samudera (A) 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas; 2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT; 3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3m; 4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000GT kapal perikanan sekaligus; 5. Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; 6. Terdapat industri perikanan. Nusantara (B) Pantai (C) Pangkalan Pendaratan (D) Ikan 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; 2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT ; 3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya GT kapal perikanan sekaligus; 5. Terdapat industri perikanan. 1.Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial; 2.Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT; 3.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4.Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. 1.Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; 2.Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT; 3.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4.Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus. Sumber :

21 Fasilitas pelabuhan perikanan Dalam pelaksanaan peranannya, PP/PPI harus dilengkapi dengan fasilitas, diantaranya (Lubis, 2000) : 1. Fasilitas pokok Fasilitas pokok yang berfungsi untuk melindungi kegiatan umum di pelabuhan perikanan dari segenap gangguan alam seperti gelombang, arus, angin, pengendapan lumpur/pasir dan sebagainya. Fasilitas pokok dapat berbentuk alur pelayaran, kolam pelabuhan, penahan gelombang (breakwater), dermaga/jetty dan tanah utuk industri. 2. Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional merupakan pelengkap fasilitas pokok guna memperlancar pekerjaan/memberikan pelayanan jasa di pelabuhan perikanan serta meninggikan nilai guna fasilitas pokok. Fasilitas tersebut terdiri dari tempat pelelangan ikan (TPI), balai pertemuan nelayan, tangki BBM, tangki air, alat komunikasi, instalasi listrik, pabrik es, cold storage, dock kapal dan bengkel. 3. Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang memiliki fungsi secara tidak langsung menunjang kelancaran fungsi pelabuhan perikanan seperti kantor untuk administrasi pelabuhan, syahbandar, beacukai, aparat keamanan, jalan di dalam komplek, perumahan lokal/warung serba ada (waserba), MCK umum dan tempat beribadat. 2.2 Distribusi Distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi konsumen. Distribusi meliputi kegiatan pergudangan, transportasi, persediaan, penanganan pesanan. Salim (2000) mengemukakan bahwa dalam industri terdapat dua kategori, yaitu : 1. Pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakan alatalat angkut. 2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

22 7 Berdasarkan kategori tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi distribusi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Distribusi secara umum adalah rangkaian kegiatan memindahkan atau mengangkut barang dari produsen ke konsumen dengan menggunakan salah satu transportasi yang meliputi transportasi darat, laut, sungai maupun udara. Rangkaian kegiatan yang dimulai dari produsen sampai ke konsumen lazim disebut rantai transportasi (chain of transportation). Menurut Sinaga (1988) distribusi adalah manajemen pemindahan, pengendalian persediaan, perlindungan dan penyimpanan bahan mentah. Evans dan Berman (1982) menyebutkan fungsi distribusi adalah menyebarkan produk atau jasa melalui jalur distribusi yang terdiri dari seluruh institusi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pemindahan dan pertukaran produk atau jasa tersebut. Institusi atau pihak-pihak di dalam proses distribusi adalah perantara. Disamping itu, distribusi merupakan suatu cara memperluas tersedianya suatu produk, distribusi juga merupakan alat yang dapat digunakan oleh manajemen pemasaran (marketing management) untuk meningkatkan atau memperluas persaingan keuntungan antara permintaan konsumen dengan produkproduk yang ditawarkan oleh perusahaan (Darmawan, 2006) Jenis distribusi Hanafiah dan Saefuddin (1983) membedakan fasilitas distribusi menjadi empat kelompok : 1. Distribusi melalui darat Kereta api dan truk yang dilengkapi dengan pendingin merupakan alat angkutan jarak jauh terpenting di darat. Keuntungan utama penggunaan utama kereta api dibandingkan dengan alat angkutan lainnya adalah pelayanan pengangkutan lebih lengkap dan bervariasi. Tetapi pengangkutan dengan menggunakan truk mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan menggunakan kereta api, yaitu : 1. Kecepatan dapat lebih tinggi, 2. Fleksibel, dapat diselenggarakan kapan saja dan arah dapat diubah-ubah, 3. Tarif dan biaya lebih rendah,

23 8 4. Sanggup mengangkut barang tanpa banyak pengerjaan dan pemindahan sehingga resiko pemindahan kecil. 2. Distribusi melalui perairan pantai dan terusan atau sungai Distribusi dilakukan dengan menggunakan kapal air (water carries). Distribusi melalui perairan mempunyai beberapa keuntungan antara lain biaya distribusi lebih rendah dan dapat memuat volume yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan kereta api atau truk. Kerugian dari distribusi melalui perairan adalah lebih lambat 3. Distribusi melalui laut Distribusi ini dilakukan dengan menggunakan kapal (pelayaran tetap dan pelayaran tramp). Pelayaran tetap (dinas) adalah pelayaran antara tempat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan oleh pemerintahan yang harus diadakan secara kontinu dengan tidak bergantung pada ada atau tidak adanya muatan. Pelayaran tramp (kapal tambang) adalah pelayaran yang jurusan dan waktunya tidak tetap, pelayaran ini dilakukan apabila ada muatan. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pelayaran tramp dibandingkan dengan penggunaan pelayaran tetap adalah : 1. Ongkos angkutan yang lebih rendah ; 2. Dapat menggunakan barang dalam jumlah besar ; 3. Dapat mengangkut barang dengan cepat (langsung) ke pelabuhan yang dituju. 4. Distribusi melalui udara Distribusi melalui udara merupakan pengangkutan paling cepat dengan menggunakan pesawat udara. Tetapi terdapat beberapa kerugian diantaranya biaya distribusi yang mahal dan terbatasnya ruangan sehingga distribusi dalam volume besar tidak dapat dilakukan Unsur-unsur distribusi Menurut Siregar (1990) terdapat tiga hal yang menjadi persyaratan bagi berlangsungnya proses distribusi, yaitu: 1. Ada muatan yang diangkut 2. Tersedianya kendaraan sebagai angkutannya; 3. Ada jalan yang dilalui.

24 9 Dalam melaksanakan kegiatan distribusi diperlukan dua jenis peralatan yang merupakan unsur-unsur transportasi (Siregar, 1990), yaitu: 1. Peralatan operasi atau sarana angkutan berupa peralatan yang dipakai untuk mengangkut barang dan penumpangnya yang digerakkan oleh mesin motor atau penggerak lainnya. 2. Peralatan basis atau prasarana angkutan yang terdiri dari: a. Jalanan sebagai tempat bergeraknya peralatan operasi. b. Terminal sebagai tempat memberikan pelayanan kepada penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum dan sesudah melakukan operasi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dalam distribusi ikan yaitu mengenai pola saluran pemasaran. Pada proses pemasaran hasil tangkapan ini dapat melibatkan beberapa golongan perantara, seperti: 1. Tengkulak desa, 2. Pedagang pengumpul di pasar lokal, 3. Pedagang besar (grosir), 4. Agen, 5. Pedagang eceran,dan 6. Eksportir Peranan distribusi Distribusi mempunyai peranan yang sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah pemukiman sebagai tempat konsumen. Distribusi juga mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat pembangunan ekonomi dan sosial politik suatu negara (Salim, 2000). Distribusi merupakan sarana dan prasarana bagi pembangunan ekonomi negara yang bisa mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi (Rate of Growth). 1. Distribusi dan kehidupan masyarakat Distribusi bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri. Hasil-hasil barang jadi yang diproduksi oleh pelabuhan atau pabrik dijual oleh

25 10 produsen kepada masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran. Untuk mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi dibutuhkan jasa-jasa distribusi (darat, laut, dan udara). 2. Produksi yang ekonomis Suatu produksi akan bermanfaat dan ekonomis bila tersedia cukup transportasi, dimana ada kaitannya distribusi dengan produksi dalam arti untuk pengiriman komoditi tersebut ke pasar. 2.3 Penanganan (Handling) Dalam melakukan kegiatan distribusi hasil tangkapan hal yang pertama kali dilakukan adalah menangani hasil tangkapan untuk mencegah kebusukan. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) kegiatan penanganan hasil tangkapan dalam proses distribusinya adalah transportasi (pengangkutan) dan penyimpanan Transportasi (pengangkutan) Transportasi atau pengangkutan merupakan bergeraknya atau pemindahan produk dari tempat produksi dan tempat penjualan ke tempat dimana produk tersebut akan dipakai. Untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat oleh pihak produsen salah satunya perlu dilakukan pemilihan alternatif jeni transportasi yang digunakan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Transportasi dikatakan sebagai derived demand, karena keperluan jasa angkutan bertambah dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan berkurangnya jika terjadi kelesuan ekonomi (Siregar, 1990). Terdapat dua resiko apabila kegiatan pengangkutan hasil tangkapan perikanan terlambat yaitu dapat menurunkan harga barang di tempat yang dituju dan menurunkan kualitas barang. Sehingga ketepatan waktu perlu diperhatikan disamping pemilihan jenis transportasi yang baik untuk menekan biaya pendistribusian hasil tangkapan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Alat tranportasi yang memiliki ruang pendingin (cool room) akan lebih efektif digunakan karena distribusi dapat dilakukan pada siang hari dan kualitas ikan akan terjamin, dimana suhu dalam ruang pendingin dapat dikontrol dan diatur sesuai kebutuhan. Pendistribusian untuk jarak jauh juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat transportasi seperti kereta api, truk, kapal laut dan

26 11 pesawat terbang. Suhu optimum selama transportasi harus dapat dipertahankan dan semakin cepat ikan sampai di tempat tujuan distribusi akan semakin baik dalam mempertahankan kualitas ikan (Aryadi, 2007) Penyimpanan (warehousing) Penyimpanan merupakan kegiatan menahan produk dalam jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dijual. Terdapat empat alasan untuk melakukan penyimpanan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983), yaitu : 1. Sifat musiman dari kebanyakan poduksi; 2. Permintaan untuk berbagai produk berlangsung sepanjang tahun; 3. Alasan-alasan yang terdapat pada waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan berbagai pelayanan distribusi; dan 4. Mendapatkan harga yang lebih baik Pendaratan Sistem pendaratan ikan di pangkalan pendaratan ikan meliputi proses antara lain pembongkaran ikan, penyortiran ikan dan pengangkutan ikan ke TPI. Pendistribusian ikan baik dilakukan dengan alat transportasi tertutup seperti truk atau kendaraan lain yang tertutup. Selama perjalanan suhu ikan dipertahankan dingin dengan cara menambah es. Ikan yang disimpan dalam kotak yang ditutupi terpal atau bahan lainnya agar suhu dingin dapat dipertahankan secara efektif dan efisien(departemen Pertanian, 1997) Saluran dan skema distribusi Menurut Kotler (1992) vide Jajang (2006) terdapat empat macam saluran distribusi : 1. Saluran tingkat nol (produsen-konsumen), disebut pula saluran pemasaran langsung terdiri dari produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan lewat toko perusahaan. 2. Saluran tingkat satu (produsen-pengecer-konsumen), mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus merupakan pengecer. Dalam pasar industri sering kali ia bertindak sebagai agen penjualan atau makelar.

27 12 3. Saluran tingkat dua (produsen-grosir-pengecer-konsumen), mempunyai dua perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer. Dalam pasar industri mereka mungkin merupakan sebuah penyalur tunggal dan penyalur industri. 4. Saluran tingkat tiga (produsen-grosir-distributor-pengecer-konsumen), mempunyai tiga perantara penjualan. Dari kacamata produsen, masalah pengawasan semakin meningkat sesuai dengan angka tingkat saluran, walaupun biasanya produsen tersebut hanya berhubungan dengan saluran yang berdekatan dengannya. Agen Pedagang besar Pengecer Agen Pedagang besar Pengecer Pengecer k o n s u m e n Pabrik/Produsen Pengecer a k h i r Sumber : (Pieter, 1982 vide Firman, 2008) Gambar 1 Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi. Pada aktivitas pendistribusian hasil tangkapan terdapat beberapa istilah yang sering digunakan yaitu (Darmawan, 2006) : 1. Pasar (market) yaitu suatu tempat atau rangkaian kegiatan dari penjual dan pembeli, baik berhadapan satu sama lain secara langsung atau melalui suatu alat penghubung maupun dengan perantaraan agen atau pedagang perantara untuk melakukan pembelian, penjualan, tukar-menukar barang dan jasa; 2. Perdagangan besar (whole sale), cara penjualan barang komoditi perikanan secara besar-besaran atau dalam jumlah besar 3. Pedagang besar (whole saler), pengusaha atau badan usaha yang melakukan penjualan barang dagangan atau komoditi perikanan secara langsung kepada pedagang eceran atau orang lain untuk dijual kembali;

28 13 4. Perdagangan eceran (retail), cara penjualan dalam jumlah yang kecil untuk konsumsi; dan 5. Pedagang eceran (retailer), pedagang kecil yang menjual langsung kepada konsumen akhir. Panjang pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh suatu hasil perikanan tergantung pada beberapa faktor (Hanafiah dan Saefuddin, 1983), antara lain: 1. Jarak antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk. 2. Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat rusak harus cepat diterima oleh konsumen. Dengan demikian produk menghendaki saluran yang cepat dan pendek. a. Skala produksi. Bila produksi dalam ukuran yang kecil-kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal mana akan tidak menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian pedagang perantara sangat dibutuhkan. Dengan demikian saluran yang akan dilalui produk akan cenderung panjang. b. Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran distribusi. Pedagang yang posisi keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi ditribusi lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi keuangannya lebih lemah. Dengan perkataan lain, pedagang yang memiliki modal yang kuat cenderung untuk memperpendek saluran ditribusi. 2.4 Pemetaan Karakteristik Distribusi Hasil Tangkapan Pasar Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan penawaran dapat berupa barang atau jasa (Anonim, 2009). Dalam pemetaan wilayah pasar, langkah pertama yang dapat memberikan gambaran struktur geografis dalam distribusi adalah pembuatan peta (map) yang dapat menggambarkan secara jelas mengenai batas-batas geografisnya. secara

29 14 ideal suatu wilayah dapat dibagi-bagi ke dalam struktur geografis yang menunjukkan luas areal penawaran untuk semua ukuran dari barang niaga. Peta ini dapat digunakan untuk merencanakan areal penjualan dan melihat kemungkinan proses pengolahan (Departemen Perdagangan, 1977). Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) informasi pasar berfungsi sebagai: 1. Pengumpulan informasi (fakta-fakta dan gejala-gejala yang timbul sekitar arus hasil tangkapan di pasar); 2. Komunikasi (penyampaian serta penyebaran informasi kepada pihak yang membutuhkan); 3. Penafsiran/interpretasi secara hati-hati atas informasi sehubungan dengan problema yang dipecahkan oleh pihak yang bersangkutan dan 4. Pengambilan keputusan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan perusahaan, badan atau orang yang bersangkutan Kuantitatif Kuantitatif adalah dapat diartikan sebagai bobot, massa, atau jumlah (Anonim, 2009). Dalam pemetaan kuantitatif digunakan untuk mengetahui berapa banyak, dari mana, dan kemana hasil tangkapan dijual. Data kuantitatif ini dapat ditambahkan pada wilayah pasar geografis yang telah dibuat. Membandingkan peta untuk waktu-waktu yang berbeda dalam setahun akan menunjukkan variasi musiman dalam pola distribusi yang ada. Membandingkan keadaan peta antar tahun akan memberikan indikasi peningkatan atau penurunan suplai barang niaga di dalam pasar (Departemen Perdagangan, 1977) Kualitas Kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan. Konsep kualitas berorientasi pada kepuasan total pelanggan (Feigenbaum, 1992 vide Aryadi, 2007). Pengendalian mutu adalah mengembangkan, mendesain, memproduksi dan memberikan jasa produk berkualitas yang paling ekonomis, paling berguna, dan selalu memuaskan konsumen (Ishikawa, 1992 vide Aryadi 2007). Menurut Hill

30 15 (1994) vide Aryadi (2007), pengendalian mutu adalah aspek dan pemeliharaan kualitas yang menyangkut cara praktis untuk menjamin bahan mutu barang sesuai dengan spesifikasi. Pengendalian mutu secara statistik merupakan penggunaan metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisa data dalam menetukan dan mengawasi kualitas hasil produksi yang akan didistribusi. Model-model pemecahan masalah yang ada dapat menghasilkan keputusan yang baik apabila keputusan didasari oleh fakta atau data yang ada Harga Menurut Saladin (2003), harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen. Pemetaan harga berguna untuk perbaikan efisiensi pemasaran sehingga perlu dilakukan pencatatan satuan dan kualitas hasil tangkapan sebagai komoditi distribusi. Barang niaga perikanan biasanya tidak sama satuan dan kualitasnya, sehingga suatu keharusan untuk mencatat satuan dan kualitas yang disesuaikan dengan harga. Membandingkan peta-peta harga pada waktu yang berbeda bertujuan untuk mengetahui perubahan dalam struktur harga geografis. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap fluktusi harga geografis ini, misalnya pola panen musiman, kondisi cuaca dan iklim yang tidak normal, keadaan tranportasi yang tidak lancar, dan lain-lain. Penentuan harga untuk komoditas perikanan tujuan ekspor sangat dipengaruhi faktor kualitas hail tangkapan itu sendiri. Semakin baik kualitasnya aka semakin tinggi harga penjualan (Departemen Perdagangan, 1977). 2.5 Fasilitas Distribusi Hasil Tangkapan Tempat pelelangan ikan (TPI) Fungsi gedung TPI adalah sebagai tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan). Selain sebagai tempat melelang hasil tangkapan, TPI juga berfungsi untuk melindungi ikan hasil tangkapan ikan agar tidak terkena sinar matahari secara langsung yang dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. TPI melindungi hasil tangkapan sejak sebelum dilakukan pelelangan, saat pelelangan dan saat setelah pelelangan (Lubis, 2006).

31 16 Gedung TPI yang baik harus memiliki persediaan air bersih, wadah (peti atau keranjang) untuk melelang hasil tangkapan serta lantai TPI harus miring pada kedua sisinya agar tidak ada air yang menggenang di TPI setelah terjadinya proses pelelangan. TPI juga harus memiliki saluran air untuk menampung air ataupun kotoran yang dihasilkan dari proses pelelangan. Kebersihan TPI harus dijaga setiap saat karena jika TPI tidak terawat kebersihannya maka akan memberikan pengaruh terhadap penurunan mutu ikan hasil tangkapan yang dilelang di gedung TPI tersebut (Lubis, 2006). Letak dan pembagian ruang di gedung TPI juga harus direncanakan supaya aliran produk perikanan dapat berjalan dengan cepat. Hal ini dengan pertimbangan bahwa produk perikanan cepat mengalami penurunan mutu (Lubis, 2006). Ruangan yang terdapat pada gedung TPI dibagi menjadi: a. Ruang sortir, yaitu tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan hasil tangkapan ke dalam peti atau keranjang; b. Ruang pelelangan, yaitu tempat menimbang, memperagakan dan melelang hasil tangkapan; c. Ruang pengepakan, yaitu tempat memindahkan hasil tangkapan ke dalam peti lain dengan diberi es dan atau garam, selanjutnya siap untuk dikirim; d. Ruang administrasi pelelangan terdiri atas loket-loket untuk pembayaran transaksi hasil tangkapan, gudang peralatan lelang, ruang duduk untuk peserta lelang, toilet dan ruang cuci umum Pabrik es Pabrik es merupakan suatu elemen sangat penting dalam pengoperasian pelabuhan. Es tidak hanya diperlukan untuk pendinginan ikan di atas kapal saja tetapi diperlukan juga untuk hasil tangkapan ikan yang dipersiapkan untuk dilelang dan pengangkutan selanjutnya. Pada tahap perencanaan sebuah proyek pelabuhan perikanan mungkin tidak perlu membuat rencana pembangunan pabrik es secara detail, tetapi perlu mengalokasikan suatu areal tertentu pada alokasi yang direncanakan dalam pembangunan pabrik es tersebut. Pada keadaan tertentu perlu memasukkan pula mesin pembangkit tenaga listik atau menyediakan tempat penampungan air tawar di dalam pabrik es. Berat es balok bervariasi antara 10 sampai 150 kilogram, dimana yang terakhir dianggap ukuran balok es terbesar

32 17 yang masih dapat ditangani secara cukup baik oleh tenaga manusia. Sebelum digunakan untuk pengawetan es, balok harus dihancurkan. Suatu perbedaan karakteristik mengenai tata letak masing-masing jenis pabrik es ialah pabrik es balok mempunyai tata letak yang horisontal dengan sistem transportasi, sedangkan pabrik es berskala kecil sering kali mempunyai mesin pembuat es yang dipasang di atas tempat penyimpanan sehingga es jatuh langsung dari mesin ke dalam tempat penyimpanan tersebut (Maharbhakti, 2003) Cold Storage Penanganan ikan segar biasanya dilakukan penyimpanan ikan dengan diberi es, dilakukan di dalam ruang dingin (chill room) yang didinginkan beberapa derajat di bawah nol, untuk mencegah menyusutnya jumlah es. Sementara untuk ikan beku perlu dilakukan penyimpanan di dalam ruang pembekuan dengan suhu 20 derajat atau lebih rendah lagi. Kegiatan yang berlangsung dalam satu cold storage adalah sebagai berikut a. Menjalankan mesin pendingin b. Melayani transportasi untuk menempatkan ikan di dalam gudang dingin c. Mengatur penyimpanan ikan di gudang dingin d. Melayani administrasi, untuk penyimpanan ikan di gudang dingin. Di samping itu mungkin perlu pula menyediakan ruangan untuk kegiatankegiatan seperti penyimpanan produk, pembekuan cepat dan penyimpanan bahan perbekalan. Pada awalnya cold storage dibangun sebagai gedung dengan beberapa tingkat, namun dengan pengoperasian forklit sebagai sarana pengangkutan di dalam gudang mengakibatkan sejumlah perubahan terhadap tata letak cold storage (Murdiyanto, 2003) Area parkir Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Parkir yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu dimana area parkir memiliki daya tampung dalam per harinya (Anonim, 2009).

33 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara dan tangkahan-tangkahan di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara pada bulan Juli-Agustus Bahan dan Alat Bahan dan alat yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai bahan wawancara dan data sekunder yang berkaitan dengan pendistribusian hasil tangkapan. Alat yang digunakan adalah alat tulis dan kamera. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yaitu dengan mengamati dan mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan distribusi hasil tangkapan yaitu aktivitas distribusi, alat transportasi yang digunakan, jalur-jalur pemasaran, volume dan jenis ikan yang didaratkan, asal dan tujuan distribusi, kualitas hasil tangkapan, harga hasil tangkapan, fasilitas distribusi Metode pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan responden dengan sengaja (tidak secara acak) dimana terdapat pertimbangan bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dan memiliki informasi yang dapat mewakili keseluruhan data yang ingin diperoleh dalam pengisian kuesioner. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara berdasarkan kuesioner yang dibuat terhadap pemilik tangkahan, distributor, kepala pemasaran dan informasi, pedagang pasar tradisional. Data sekunder diperoleh dengan pengambilan data dari UPT Pelabuhan khususnya bidang Tata Operasional. Data yang diambil melalui wawancara dengan responden dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 2.

34 Jenis data yang dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini : Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan No Kelompok Data Data Yang Diambil 1 Data Primer Jumlah hasil tangkapan yang didaratkan Daerah asal hasil tangkapan Daerah tujuan hasil tangkapan Harga hasil tangkapan Kualitas dan kuantitas hasil tangkapan Alat pengangkut hasil tangkapan Cara Pegambilan Data Pengamatan dan wawancara Tempat Pengambilan Data Tangkahan di PPS Belawan, pasar tradisional, pusat pemasaran ikan PPS Belawan Responden Pemilik tangkahan, distributor kepala pemasaran PPS Belawan, pedagang pasar tradisional 2 Data Sekunder Karakteristik unit penangkapan ikan tahun Daerah pemasaran hasil tangkapan lokal, regional dan internasional Data harga penjualan hasil tangkapan di PPS Belawan Standarisasi kualitas hasil tangkapan layak ekspor Peta lokasi PPS Belawan Data tahunan jumlah kapal di PPS Belawan tahun Literatur UPT PPS Belawan UPT PPS Belawan Petugas UPT PPS Belawan bidang Tata Operasional Data tahunan volume ikan yang didaratkan di PPS Belawan tahun Data tahunan hasil tangkapan yang masuk melalui darat dari daerah ke PPS Belawan tahun

35 20 Kelompok Data Data Yang Diambil Data penyaluran es tahun 2008 Peta dunia dan peta Indonesia Lokasi pasar tradisional di Medan Data keadaan umum daerah Sumatera Utara Data ekpor hasil tangkapan Cara Pegambilan Data Literatur, internet Literatur Literatur, Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara Tempat Pengambilan Data Responden 3.4 Analisis data Pada kegiatan yang berlangsung di PPS Belawan secara umum dilakukan di tangkahan-tangkahan yang ada di sekitar PPS Belawan. Jadi data-data yang mendukung kegiatan distribusi hasil tangkapan diperoleh dari data-data yang ada di tangkahan yang juga dimiliki oleh PPS Belawan Aktivitas distribusi hasil tangkapan Aktivitas distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan dianalisis dengan analisis deskriptif terhadap aktivitas yang ada di tangkahan sekitar kawasan PPS Belawan. Aktivitas distribusi hasil tangkapan meliputi kegiatan penanganan yang terdiri dari: pendaratan, penyimpanan dan pengangkutan, sarana penunjang aktivitas distribusi hasil tangkapan, dan jalur distribusi hasil tangkapan Pemetaan karakteristik distribusi hasil tangkapan Karakteristik distribusi hasil tangkapan yang ada di tangkahan sekitar PPS Belawan menggunakan analisis deskriptif terhadap data-data daerah yang menjadi asal hasil tangkapan, daerah-daerah tujuan hasil tangkapan, kuantitatif hasil tangkapan, kualitas hasil tangkapan, harga hasil tangkapan. Data-data daerah yang menjadi asal hasil tangkapan, daerah-daerah tujuan hasil tangkapan dibuat ke dalam bentuk pemetaan. Analisis deskriptif dalam bentuk pemetaan ini dibantu dengan menggunakan software Arc View 3.3.

36 21 Adapun tahap-tahap pembuatan peta: 1. Membuka program 2. Membuka view 3. Menggeser peta 4. Mengaktifkan theme 5. Identifikasi feature 6. Membuat label 7. Menambahkan text 8. Merubah ukuran dan lokasi text 9. Bermain-main dengan legend editor 10. Pilih tipe legenda 11. Bermain-main dengan palette 12. Membuat label otomatis 13. Membuat layout dari template Tingkat pemanfaatan kapasitas fasilitas distribusi hasil tangkapan Tingkat pemanfaatan fasilitas distribusi hasil tangkapan dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif. Analisis dilakukan terhadap kapasitas aktual (KA) atau terpakai pada masing-masing fasilitas tersebut dibandingkan dengan kapasitas terpasangnya (KT), sehingga dari perbandingan tersebut diperoleh tingkat pemanfaatannya (TP). Berikut perhitungan kapasitas fasilitas distribusi hasil tangkapan: 1. Tempat pelelangan ikan (TPI) Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah perumusan sederhana, dimana kapasitas terpasang di TPI diperoleh dari penentuan jumlah tangkapan rata-rata per hari (ton) dengan menggunakan rumus yang diperoleh dari T. Yano dan M. Nado, 1970 vide Direktorat Jenderal Perikanan, 1981: KA Tingkat Pemanfaatan (TP) = x 100 % KT S = N.P R. α

37 22 Dimana: S: luas gedung pelelangan (m 2 ) N: jumlah hasil tangkapan rata-rata per hari (ton) P: daya tampung produksi (m 2 /ton) R: intensitas lelang per hari (kali), dan α: perbandingan ruang lelang dengan gedung lelang (0,217-0,394) Dimana untuk memperoleh kapasitas aktual juga diperoleh dari penentuan jumlah tangkapan rata-rata per hari (ton) dengan menggunakan rumus: N = Rata-rata produksi tahunan Jumlah hari dalam 1 tahun 2. Pabrik es Perhitungan kapasitas terpasang pada pabrik es diperoleh dari hasil bagi volume ruang pabrik es (m3) dengan volume balok es (m3), sedangkan perhitungan kapasitas aktual dihitung berdasarkan rata-rata jumlah balok es yang disimpan di pabrik es per hari (Priyaza, 2008). 3. Cold Storage Kapasitas yang ada di cold storage dilihat berdasarkan kapasitas yang dimanfaatkan pada saat ini. Kapasitas dilihat dari kapasitas cold storage yang dikelola oleh Perum Prasarana PPS Belawan. 4. Area parkir Luas area parkir yang diperlukan dihitung dengan menggunakan rumus: L = P.R D Dimana : P : jumlah produksi rata-rata per hari (ton) D : daya angkut tiap kendaraan (ton) R : ruang gerak yang dibutuhkan untuk tiap kendaraan (m 2 ) L : luas area parkir (m 2 )

38 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Lokasi PPS Belawan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan terletak pada koordinat geografis 03º LU dan BT, posisi yang cukup strategis bila ditinjau dari segi potensi sumberdaya ikan maupun aspek pemasarannya, yakni terletak diantara Perairan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka), Perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) dan Laut China Selatan serta merupakan pintu masuk bagi kegiatan ekonomi beberapa negara di Asia khususnya Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura dan Hongkong. Pelabuhan Belawan berada di dalam wilayah Kotamadya Medan yang memiliki jarak tempuh ± 27 km atau hanya sekitar 30 menit melalui jalan tol (UPT PPS Belawan, 2009) Sumber: UPT PPS Belawan, 2009 Gambar 2 Peta lokasi penelitian PPS Belawan Sumatera Utara.

39 24 Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.06/MEN/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, dijelaskan bahwa pelabuhan perikanan mempunyai tugas melaksanakan fasilitas produksi dan pemasaran hasil perikanan wilayahnya, pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk pelestariannya dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan. Kehadiran Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan berbasis perikanan tangkap serta pelayanan perizinan dan kesyahbandaran perikanan daerah. Pembangunan pelabuhan perikanan dilaksanakan dalam rangka menunjang usaha serta pengembangan ekonomi perikanan secara menyeluruh terutama dalam menunjang perkembangan industri perikanan baik hulu maupun hilir, sehingga akan tercapai pemanfaatan sumberdaya perikanan yang seimbang, merata dan proporsional. Pembangunan pelabuhan perikanan bertujuan memberikan kemudahan bagi para pengguna jasa dan nelayan dalam mengembangkan usahanya, sehingga akan meningkatkan pendapatan melalui efektifitas dan efisiensi usaha yang pada gilirannya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya (UPT PPS Belawan, 2009). 4.2 Sejarah PPS Belawan Sekitar tahun 1974 daerah Belawan mulai didatangi kapal-kapal ikan dengan alat tangkap trawl atau yang lebih dikenal di daerah dengan nama pukat harimau. Jenis usaha perikanan trawl ini sangat menguntungkan sehingga menarik pengusaha pada waktu itu dimana udang yang menjadi sasaran utamanya. Hal tersebut mengakibatkan perkembangan usaha penangkapan ikan tumbuh dengan sangat pesat di sekitar perairan Belawan. Kapal-kapal trawl ini berpangkalan di dalam perairan pelabuhan umum Belawan dengan membangun bangunan pangkalan yang disebut tangkahan. Pada tahun 1975 ratusan trawl telah berpangkalan di Belawan dan berlabuh serta mendaratkan ikannya di perairan pelabuhan umum Belawan sehingga dalam perkembangannya sangat mengganggu kepentingan kapal-kapal niaga. Untuk melindungi kapal-kapal niaga dari kapal-kapal perikanan, maka Adpel Belawan pada tahun yang sama menetapkan lokasi khusus bagi kegiatan

40 25 kapal perikanan bersama tangkahannya di muara sungai Deli daerah Gabion Kel. Bagan Deli Belawan. Guna melaksanakan perpindahan dimaksud melalui keputusan Adpel Belawan No. P B/W 30/13/75 tertanggal 25 Desember 1975 dibentuk suatu badan yang bernama: Proyek Pembinaan Kenelayanan (PK) Gabion Belawan yang berfungsi mengelola aktivitas tangkahan perikanan di Gabion. Namun perkembangan selanjutnya pelaksanaan pengendalian kurang baik, sehingga timbul berbagai kegiatan yang merugikan negara. Atas dasar keadaan ini maka diiinstruksikan dari kementerian kelautan dan perikanan agar lokasi PK Gabion diserahkan kepada Departemen Pertanian dimana tindak lanjut dilaksanakan penyerahan dari kementerian kelautan dan perikanan pada tanggal 16 Januari 1978 atas nama masing-masing Menteri, dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut kepada Direktorat Jenderal Perikanan. Penyerahan yang dilaksanakan meliputi segenap aset yang ada, antara lain areal tanah seluas kurang lebih 22 Ha. Pelimpahan asset negara ini telah disetujui oleh Menteri Keuangan melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Moneter No: S-340/A/ 1998 tertanggal 26 Maret Penyerahan PK Gabion dari Menteri Perhubungan kepada Menteri Pertanian telah dilengkapi dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No: KM. 8LL/PHB/78 tertanggal 13 Januari 1978 antara lain menetapkan: 1. Membubarkan Proyek Pembinaan Kenelayanan (PK) Gabion yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Adpel Belawan No. P.BLW 30/20/13/75 tertanggal 29 Desember 1975 dan merubah status menjadi Pelabuhan Khusus Perikanan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Departemen Pertanian cq Direktorat Jenderal Perikanan. 2. Memberikan izin kepada Departemen Pertanian cq Direktorat Jenderal Perikanan untuk membangun dan mengusahakan sebuah Pelabuhan Khusus Perikanan di Belawan, yang posisinya menurut titik-titik koordinat yang telah ditentukan dalam Surat Keputusan tersebut. Atas dasar penyerahan tersebut maka lahirlah Pelabuhan Perikanan Nusantara Belawan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian melalui surat Keputusan No. 310 Tahun 1978 tertanggal 22 Mei 1978, yang berlokasi di Gabion

41 26 Bagan Deli Kecamatan Belawan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. Kemudian dalam perkembangannya Pelabuhan Perikanan Nusantara Belawan melakukan pembebasan lahan guna memperluas areal pelabuhan, sehingga luar areal pelabuhan sekarang telah mencapai 54, 95 Hektar. Dua puluh lima thun kemudian tepatnya tanggal 1 Mei 2001 terbitkah Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang perubahan status/klasifikasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Belawan menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan yang selanjutnya disingkat PPS Belawan sesuai SK No. 26.I/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan. Hingga saat ini PPS Belawan telah mengalami pergantian kepemimipinan (Kepala Pelabuhan) sebanyak 7 kali yakni : (1) Tjuk Hadi Suwarno, (2) Sudirman, BSc, (3) Ir. RB. Sihombing, (4) Ir. Yulistiyo, M.Sc, (5) Anton K. Karsin, MM, (6) W. Haryomo, A.Pi.SE, (7) Ir. Asifus Zahid, BSc (UPT PPS Belawan, 2009). 4.3 Pengaruh Tangkahan Terhadap Operasional PPS Belawan Suatu pelabuhan kelas samudera, aktifitas yang berlangsung setiap harinya sangat ramai. Tercatat hingga saat ini kurang lebih 40 kapal perikanan dari berbagai ukuran keluar masuk setiap harinya di pelabuhan ini. Ramainya aktifitas di pelabuhan ini belum dikawal dengan sistem pengelolaan yang baik, terutama dari sistem pendataan perikanan yang mencakup jumlah produksi perikanan, jumlah armada penangkap ikan dan jumlah nelayan yang ada. PPS Belawan memiliki karakter khusus bila dibandingkan dengan pelabuhan perikanan lainnya. Sistem operasional di pelabuhan ini berjalan dengan sistem tangkahan. Proses ini sudah berjalan sejak awal mula pelabuhan ini didirikan. Tercatat terdapat sekitar 23 tangkahan yang beroperasi di PPS Belawan hingga saat ini. Dengan segala karakteristiknya yang berbeda ini, maka diperlukan suatu pengelolaan pelabuhan yang tepat terutama sistem pengelolaan data. Sesuai dengan PP nomor 19 tahun 2006, sewa jasa tanah pelabuhan dikenakan Rp.1.200/m 2 tiap tahunnya untuk biaya pengembangan dan Rp. 800/m 2 tiap tahunnya untuk sumbangan pemeliharaan prasarana. Biaya sewa ini diberikan kepada pihak Perum PPS Belawan (UPT PPS Belawan, 2009).

42 Sarana dan Prasarana PPS Belawan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) tergolong kedalam Pelabuhan Perikanan tipe A dengan spesifikasi menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 yang telah dicantumkan pada Tabel 1. Fasilitas yang dimiliki oleh PPS Belawan Sumatera Utara dalam memenuhi fungsi di atas sebagian belum optimal dikarenakan adanya tangkahantangkahan milik swasta. Untuk melengkapi dan meningkatkan pelayanan kepada pengguna pelabuhan, PPS Belawan meyediakan penyaluran BBM Solar, penyaluran air bersih untuk melancarkan kegiatan distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan. Fasilitas-fasilitas yang berperan dalam mendukung kelancaran kegiatan pendistribusian hasil tangkapan di PPS Belawan yaitu : TPI, pabrik es, cold storage dan area parkir. Kelengkapan fasilitas yang ada di lokasi suatu pelabuhan sangat menentukan kelancaran pendistribusian hasil tangkapan. Kondisi mutu yang tinggi juga dapat dijaga sehingga harga jual hasil tangkapan tetap tinggi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan fasilitas yang ada di PPS Belawan Sumatera Utara antara lain (UPT PPS Belawan, 2009) : 1. TPI yang tidak berfungsi sehingga tidak ada kegiatan pelelangan karena di sekitar pelabuhan sudah ada gudang-gudang tangkahan. 2. Beberapa fasilitas pokok seperti dermaga/jetty yang tersedia masih sangat terbatas, sehingga sering menyebabkan keterlambatan kelancaran kegiatan bongkar muat ikan dan memuat perbekalan melaut; 3. Rendahnya mutu/kualitas ikan yang didaratkan, tidak terlepas dari cara penangkapan dan penanganan ikan diatas kapal maupun didarat yang belum sempurna mengakibatkan produk yang dihasilkan kualitasnya sangat rendah, sehingga belum dapat menembus permintaan pasar internasional; 4. Masih banyak terdapat lahan tidur dan tidak terawat dan adanya dualisme tarif (UPT dan PERUM); 5. Pelaksanaan K3 (Keamanan, Ketertiban dan Kebersihan) di kawasan pelabuhan, khususnya kebersihan perlu ditingkatkan dalam rangka menuju Pelabuhan Perikanan yang mampu menghasilkan produk kualitas ekspor;

43 28 6. Belum tersedianya sarana pengolahan air bersih (water treatment) yang standar, menyebabkan air yang digunakan untuk pembuatan es dan pengolahan ikan belum memenuhi persyaratan baku mutu. Hal ini berpotensi menimbulkan kontaminasi bakteri dan logam berat bagi produk olahan yang dihasilkan; 7. Belum tersedianya Sistem Pengolahan Air Limbah (IPAL), dimana air limbah hasil pengolahan ikan oleh perusahaan langsung dibuang ke laut, kondisi ini belum memprihatinkan namun untuk beberapa tahun kedepan berpotensi mencemari lingkungan perairan. 4.5 Unit Pengelola PPS Belawan Susunan Organisasi Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.06/MEN/2007 tanggal 25 Januari 2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan terdiri dari (UPT PPS Belawan, 2009): 1. Kepala Pelabuhan 2. Kepala Bagian Tata Usaha a. Kepala Sub Bagian Keuangan b. Kepala Sub Bagian Umum 3. Kepala Bidang Pengembangan : a. Kepala Seksi Sarana b. Kepala Seksi Pelayanan dan Pengembangan Usaha 4. Kepala Bidang Tata Operasional : a. Kepala Seksi Kesyahbandaran Perikanan b. Kepala Seksi Pemasaran dan Informasi 5. Kelompok Jabatan Fungsional. Khusus bagi kelompok jabatan fungsional hingga saat ini belum ada personal yang mendudukinya.

44 29 Selanjutnya bagan struktur organisasi Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dapat dilihat di bawah ini : KEPALA PELABUHAN Ir. Asifus Zahid, B. Sc KABAG TATA USAHA AA. CHOLIEQ SYAHID, A. Pi KASUBAG KEUANGAN Hermin, SE KASUBAG UMUM Maria HJ Silaen, KABID PENGEMBANGAN Ir. MARTEN B. SADIPUN KABID. TATA OPERASIONAL RUDY SUHARMAN, A. Pi KASI SARANA T. Johansyah KASI PELAYANAN & PENG. USAHA Chairul KASI KESYAHBANDARAN PERIKANAN Jatmoko, A.Pi KASI PEMASARAN & INFORMASI Ir. Mangasi Siagian KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 3 Bagan struktur organisasi PPS Belawan Sumatera Utara.

45 Keadaan Umum Perikanan di PPS Belawan Kapal Pada umumnya armada kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan adalah kapal motor. Perkembangan armada penangkapan yang masuk ke PPS Belawan Sumatera Utara berdasarkan ukuran kapal (Gross Tonage ) dapat dilihat dari Tabel 4. Armada kapal penangkap ikan terdiri dari kapal yang berukuran < 5 GT sampai dengan 200 GT dimana alat tangkap yang digunakan seperti pukat cincin, pukat ikan, jaring insang, pancing, dan lampara dasar. Tabel 3 Jumlah kapal perikanan laut periode Kategori dan Ukuran Kapal Tahun < 5 GT GT GT GT GT GT GT JUMLAH Pertumbuhan (%) - 6,81-11,44 7,2-0,99 Sumber: PPS Belawan 2009 (data diolah kembali) Tabel 3 menunjukkan jumlah kapal perikanan laut menurut kategori kapal yang ada di PPS Belawan. Pada tahun 2004, jumlah kapal ikan yang masuk ke PPS Belawan Sumatera Utara sebanyak 499 kapal dan pada tahun 2005, jumlah kapal yang masuk ke PPS Belawan meningkat sekitar 6,81 %. Tetapi pada tahun 2006 terjadi penurunan sekitar 11, 44 %. Namun di tahun 2007 naik dari 472 unit menjadi 506 unit dan kembali turun di 2008 menjadi 501 unit, akibat naiknya harga BBM kapal perikanan dan gangguan OTK seperti tahun 2005 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa kapal yang paling banyak yang mendarat di PPS Belawan adalah jenis kapal 5-10 GT. Kapal yang paling sedikit mendarat di PPS Belawan adalah jenis kapal GT.

46 Jumlah Kapal Tahun Gambar 4 Pertumbuhan kapal perikanan laut periode Gambar 4 menunjukkan bahwa jumlah kapal yang masuk ke PPS Belawan pada periode secara umum mengalami penurunan, hal itu disebabkan semakin jauhnya daerah penangkapan sehingga menambah waktu beroperasi di laut. Penurunan drastis terjadi pada tahun 2005 ke 2006 dari 533 kapal turun hingga 472 kapal Alat Tangkap Ada lima jenis alat tangkap yang ada di PPS Belawan, yaitu pukat cincin, pukat ikan atau pukat tarik, jaring insang, pancing dan lampara dasar. Jenis alat tangkap yang terbanyak jumlahnya adalah pukat cincin. Perkembangan jumlah alat tangkap yang ada di PPS Belawan dilihat di Tabel 4. Tabel 4 Jumlah unit penangkapan perikanan laut menurut jenis alat penangkap di PPS Belawan periode Tahun Jenis Alat Penangkap Ikan Pukat Cincin Pukat Ikan Jaring Insang Pancing Lampara Dasar Jumlah Sumber: PPS Belawan 2009 Tabel 4 menunjukkan jumlah alat tangkap di PPS Belawan sejak tahun Dalam waktu 5 tahun tersebut terjadi perubahan jumlah alat tangkap yang dioperasikan. Pukat cincin atau purse seine merupakan alat tangkap yang

47 32 paling banyak jumlahnya dengan peningkatan tertinggi terjadi pada Tahun yaitu, sebanyak 43 unit. Alat yang paling sedikit jumlahnya ialah pancing dimana selalu mengalami penurunan di setiap tahun Nelayan Nelayan di PPS Belawan dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan kepemilikan sarana penangkapan, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik dan buruh berdasarkan waktu kerjanya terbagi atas tiga kategori yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Nelayan penuh merupakan nelayan yang hanya melakukan pekerjaan menangkap ikan. Waktu senggang yang dimiliki nelayan penuh digunakan untuk perawatan atau perbaikan kapal dan alat tangkap. Nelayan sambilan utama biasanya memiliki pekerjaan lain, misalnya berdagang. Nelayan pemilik sebagian besar merupakan nelayan sambilan utama, karena memiliki usaha lain yang dirasa lebih utama, misalnya berdagang. Perkembangan jumlah nelayan PPS Belawan dapat dilihat di Tabel 5. Tabel 5 Jumlah nelayan di PPS Belawan periode Jenis Alat Penangkap Ikan Tahun Pukat Cincin Pukat Ikan Jaring Insang Pancing Lampara Dasar Jumlah Pertumbuhan (%) - 7,21 12,51 2,88 0,23 Sumber: PPS Belawan 2009 (data diolah kembali) Tabel 5 menunjukkan jumlah nelayan yang ada di PPS Belawan Sumatera Utara pada periode Jumlah nelayan yang paling banyak adalah nelayan pukat cincin dimana jumlah alat tangkap yang paling banyak yang ada di PPS Belawan Sumatera Utara adalah pukat cincin. Jumlah alat tangkap yang ada di PPS Belawan pada tahun 2004 sebanyak orang dimana pada tiap tahunnya selalu terjadi peningkatan pada jumlah nelayan.

48 Jumlah Nelayan Tahun Gambar 5 Pertumbuhan jumlah nelayan di PPS Belawan Periode Gambar 5 menunjukkan pertumbuhan jumlah nelayan yang ada di PPS Belawan pada periode yang selalu menunjukkan peningkatan. Dapat dilihat jumlah nelayan yang ada di PPS Belawan semakin banyak, dapat disimpulkan terdapat persaingan yang tinggi antara nelayan PPS Belawan di daerah penangkapan ikan. Jumlah nelayan terbanyak di PPS Belawan adalah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pukat cincin sebesar orang pada tahun 2004 dan terus meningkat sebesar orang pada tahun Jumlah nelayan pukat cincin sangat mempengaruhi peningkatan pada jumlah nelayan yang ada di PPS Belawan Volume dan nilai produksi perikanan periode Volume dan nilai produksi perikanan merupakan jumlah yang dihasilkan oleh PPS Belawan Sumatera Utara dalam menghasilkan hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan PPS Belawan Sumatera Utara. Volume dan nilai produksi perikanan di PPS Belawan dapat digolongkan dalam 3 bagian, yaitu: produksi perikananl menurut jenis alat tangkap periode , produksi perikanan laut menurut komoditas utama hasil tangkapan di PPS Belawan periode , nilai produksi perikanan laut menurut jenis ikan periode

49 Jumlah Produksi Perikanan Laut 34 Tabel 6 Produksi perikanan laut menurut jenis alat tangkap Tahun Jenis Alat tangkap Pukat Cincin Pukat Ikan Jaring Insang Pancing Lampara Dasar Jumlah (ton) Pertumbuhan (%) - 8,69-40, ,57 Sumber: PPS Belawan 2009 (data diolah kembali) Tabel 6 menunjukkan volume produksi perikanan laut menurut jenis alat tangkap yang ada di PPS Belawan Sumatera Utara. Pada tahun , produksi mengalami penurunan. Dapat disimpulkan jumlah produksi perikanan semakin menurun. Volume produksi perikanan laut tertinggi menurut alat tangkap adalah pukat cincin. Dimana pukat cincin menangkap ikan-ikan pelagis seperti ikan layang yang termasuk komoditas tinggi Tahun Gambar 6 Pertumbuhan produksi perikanan menurut jenis alat tangkap. Gambar 6 menunjukkan perkembangan produksi perikanan menurut jenis alat tangkap periode Selama periode dapat dilihat di gambar 6 adanya penurunan volume produksi perikanan. Hal ini dapat dilihat dari penurunan yang terjadi pada tahun 2004 sebesar ton turun menjadi ton pada tahun 2006.

50 35 Tabel 7 Jenis Ikan Produksi perikanan laut menurut komoditas utama hasil tangkapan (satuan:ton) Tahun Layang Selar Kembung Biji Nangka Cumi-Cumi Sumber: PPS Belawan 2009 (data diolah kembali) Tabel 7 menunjukkan volume produksi perikanan laut menurut komoditas utama hasil tangkapan yang ada di PPS Belawan Sumatera Utara. Dapat dilihat selama tahun , komoditas utama yang paling banyak dihasilkan adalah ikan selar dari ton dan pada tahun 2008 mencapai ton. Komoditas utama yang sangat mengalami penurunan adalah cumi-cumi. Dari ton menurun hingga 849 ton. Tabel 8 Nilai produksi perikanan laut menurut komoditas utama hasil tangkapan (satuan : Rp ) Tahun Jenis Ikan Layang Selar Kembung Biji Nangka Cumi-Cumi Sumber: PPS Belawan 2009 (data diolah kembali) Tabel 8 menunjukkan nilai produksi perikanan laut menurut komoditas utama hasil tangkapan yang ada di PPS Belawan Sumatera Utara. Dapat dilihat selama tahun , nilai produksi perikanan komoditas utama yang paling banyak dihasilkan adalah layang. Tetapi selama tahun , nilai produksi ikan layang menurun, dari Rp turun hingga Rp Selama tahun , nilai produksi perikanan yang selalu mengalami penurunan yang drastis adalah ikan biji nangka dari Rp turun hingga Nilai produksi perikanan terjadi peningkatan yang drastis pada ikan selar pada tahun dari Rp meningkat hingga Rp Pada ikan biji nangka sendiri juga mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun

51 dari Rp menurun hingga Rp Pada komoditas utama cumi-cumi dapat dilihat tidak terlalu ada perubahan nilai produksi perikanan yang drastis. Sehingga dapat disimpulkan selama tahun , nilai produksi cenderung mengalami penurunan.

52 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas hasil tangkapan. Kualitas hasil tangkapan ini juga bergantung pada waktu penangkapan hasil tangkapan dan cara penanganan hasil tangkapan setelah ikan tertangkap dan setelah didaratkan. Kualitas hasil tangkapan yang sangat menentukan harga di pasar. 5.1 Penanganan Hasil Tangkapan Penanganan hasil tangkapan di PPS Belawan Sumatera Utara terhadap hasil tangkapan setelah tertangkap dan didaratkan terbagi empat tahap. Dimulai sejak hasil tangkapan tertangkap, disimpan, didaratkan, dan diangkut ke daerah tujuan. ketiga aktivitas ini saling terkait untuk menjaga kualitas hasil tangkapan agar tidak menurun. Penanganan hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan PPS Belawan dilakukan di atas kapal dengan cara menambahkan es ke palkah yang ada di kapal agar kualitas hasil tangkapan tetap segar. Hasil tangkapan tersebut lalu didaratkan di gudang-gudang atau tangkahan. Hasil tangkapan tersebut disortir menurut jenis dan ukuran. Lalu dimasukkan ke dalam keranjang atau box yang sudah diisi dengan es. Lalu hasil tangkapan tersebut diangkut ke daerah tujuan. Hasil tangkapan yang di ekspor ke luar negara seperti ikan tuna, mendapat penanganan yang berbeda. Setelah ikan tuna didaratkan, kepala, isi perut, sirip dan ekor ikan tuna dipotong lalu dibuang. Hal ini dikarenakan, negara-negara ekspor hanya mengkonsumsi daging ikan utuh sehingga bagian tubuh-tubuh ikan yang tidak penting dibuang. Setelah itu ikan tuna dibersihkan dari sisa-sisa darah dengan menggunakan kain, ikan tuna dimasukkan ke dalam fyber box yang telah diisi dengan es yang sudah diserut. Lalu diangkut ke daerah tujuan Pendaratan hasil tangkapan Hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Belawan langsung didaratkan ke tangkahan-tangkahan yang sudah ditentukan oleh pemilik kapal mau mendaratkan hasil tangkapannya ke tangkahan yang mana. Sebelum hasil tangkapan didaratkan, pemilik kapal dan pemilik tangkahan sudah melakukan perjanjian dan

53 38 negosiasi harga. Sehingga hasil tangkapan tidak perlu didaratkan di tempat pelelangan ikan (TPI) karena di PPS Belawan tidak ada terjadi pelelangan. Karena hasil tangkapan yang telah didapat oleh nelayan sebelum didaratkan sudah dibeli oleh pemilik tangkahan. Ketika kapal mendarat di PPS Belawan Sumatera Utara, para awak kapal melakukan pembongkaran hasil tangkapan dan mendaratkan hasil tangkapannya. Aktivitas pendaratan hasil tangkapan dimulai dengan membongkar hasil tangkapan dari palkah sampai ikan diangkut ke tangkahan. Pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan oleh kapal-kapal ikan di PPS Belawan Sumatera Utara dimulai dengan mengeluarkan hasil tangkapan dari dalam palkah. Kemudian hasil tangkapan tersebut dimasukkan ke dalam keranjang dan didorong menggunakan troli yang dijalankan di atas rel. lalu hasil tangkapan dituang ke bak untuk disortir menurut jenis hasil tangkapan. Setelah disortir, hasil tangkapan dimasukkan ke dalam keranjang Penyimpanan hasil tangkapan Hasil tangkapan yang didaratkan di tangkahan-tangkahan kecil biasanya langsung diangkut ke pasar-pasar atau dijual kepada pedagang yang akan memasarkan kembali di sekitar PPS Belawan dimana pembelinya merupakan konsumen yang mengkonsumsi langsung. Hasil tangkapan yang didaratkan di tangkahan-tangkahan besar biasanya langsung diangkut juga ke pasar-pasar. Namun apabila hasil tangkapan ada yang belum dibeli, maka hasil tangkapan akan disimpan di tempat khusus seperti cold storage untuk menjaga kualitas hasil tangkapan. Hasil tangkapan ekspor didaratkan di tangkahan, lalu disimpan di cold storage sampai tiba waktunya diangkut ke negara tujuan. Cold storage merupakan salah satu fasilitas dimiliki tangkahan-tangkahan besar yang ada di Belawan Sumatera Utara yang digunakan sebagai alat pendingin dan tempat penyimpanan hasil tangkapan. Cold storage membantu agar kualitas hasil tangkapan tidak berkurang sehingga harga hasil tangkapan juga tidak menurun. Cold Storage yang berada di tangkahan Belawan memiliki suhu C Ruang penyimpanan berpendingin merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan yang tidak memerlukan pembekuan. Jenis-jenis hasil tangkapan yang umumnya masuk ke dalam cold storage adalah cumi-cumi, udang.

54 39 Terdapat 8 cold storage yang ada di sekitar PPS Belawan dimana 7 cold storage milik swasta dan 1 cold storage yang dikelola oleh Perum Prasarana PPS Belawan. Dimana dari 7 cold storage ini terdiri dari 4 cold storage yang dibangun bersama tangkahan dan 3 cold storage yang berdiri sendiri. Tetapi terdapat 1 cold storage milik swasta yang tidak dioperasikan lagi dan cold storage yang dikelola oleh Perum Prasarana PPS Belawan juga tidak dioperasikan lagi. Hal ini disebabkan banyaknya cold storage milik swasta yang telah dibangun. Kapasitas yang dimiliki cold storage yang ada di tangkahan sekitar ton/hari Pengangkutan hasil tangkapan Pengangkutan hasil tangkapan di PPS Belawan terbagi menjadi pengangkutan melalui darat,laut dan udara. Alat transportasi darat yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan berupa, becak motor, mobil pick up, truk, mobil berpendingin dan kontainer. Becak motor digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan ke pasar-pasar tradisional yang ada di medan. Mobil pick up sebagai alat transportasi dimana sebelumnya hasil tangkapan dimasukkan di kotak fiber yang berisi es. Mobil berpendingin digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan di sekitar Sumatera Utara dan luar Sumatera Utara. Mobil berpendingin ini mampu mempertahankan mutu hasil tangkapan agar tetap baik sampai ke daerah pemasaran. Truk sendiri digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan ke daerah-daerah Sumatera Utara dimana sebelumnya hasil tangkapan dimasukkan di kotak fiber yang berisi es. Kontainer sendiri digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan yang diekpor ke negara-negara lain. Transportasi darat berupa mobil pick up rata-rata mampu membawa muatan mencapai 4 ton. Mobil pick up ini biasanya digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dari tangkahan-tangkahan yang ada di pelabuhan dibawa menuju ke daerah pemasaran. Mobil pick up juga digunakan sebagai sarana pengangkut hasil tangkapan dari tangkahan menuju gudang pengolahan ikan, KUD dan cold storage. Alat transportasi laut yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan menggunakan kapal penangkap ikan. Hasil tangkapan yang didistribusikan dengan kapal ditujukan ke luar Sumatera Utara dan diekspor.

55 40 Alat transportasi udara yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan yang akan diekspor ke luar negeri seperti negara eropa. Dimana hasil tangkapan dikirim dari Bandara Udara Polonia melalui Bandara Soekarno-Hatta terlebih dahulu lalu diekspor ke negara tujuan. 5.2 Sarana Penunjang Aktivitas Distribusi Hasil Tangkapan Sarana yang mendukung kelancaran aktivitas pendistribusian hasil tangkapan di PPS Belawan Sumatera Utara antara lain: TPI, KUD, cold storage, pabrik es. Dimana terdapat tangkahan milik swasta sebagai tempat pendaratan dan kegiatan pembongkaran hasil tangkapan. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa pendistribusian hasil tangkapan melalui laut menggunakan kapal penangkap ikan. Sarana angkutan lainnya berupa truck kontainer, mobil pick up atau kendaraan lainnya dimana dilengkapi dengan cold box. Tempat Pelelangan Ikan di PPS Belawan Sumatera Utara dibangun di areal seluas 800 m 2. Gedung TPI ini tidak berfungsi dikarenakan sebelum dibangunnya PPS Belawan, tangkahan-tangkahan milik swasta telah dibangun sebelumnya. sehingga konsumen-konsumen tetap membeli hasil tangkapan kepada tangkahan-tangkahan yang sudah menjadi langganannya selama ini. KUD berada di dekat pintu masuk PPS Belawan Sumatera Utara. KUD digunakan sebagai tempat penjualan ikan dari kapal-kapal penangkap ikan, dari tangkahan-tangkahan dan dari luar daerah Medan. KUD ini merupakan tempat terbuka yang terdapat drum-drum dan keranjang-keranjang yang berisi hasil tangkapan. drum-drum dan keranjang-keranjang ini terlihat kotor dan jarang dilakukan pembersihan dengan cara menyikat. Lantai KUD ini juga terlihat kotor karena KUD ini terbuka selama 24 jam yang menyebabkan lantai sulit untuk dibersihkan. Cold storage merupakan sarana penunjang yang dibangun dengan tujuan menjaga mutu hasil tangkapan. yang ada di PPS Belawan Sumatera Utara terdiri dari 3 unit yang masih beroperasi dimana dikelola oleh pihak swasta. cold storage memiliki luas antara m m 2. ada beberapa tangkahan yang sudah terdapat cold storage sebanyak 4 tangkahan yang memiliki luas antara m m 2.

56 41 Pabrik es merupakan sarana penunjang lainnya. pabrik es yang terdapat di PPS Belawan Sumatera Utara. Produksi dan penyaluran es untuk kebutuhan pengawetan ikan hasil tangkapan dalam kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan disuplai oleh 4 (empat) perusahaan swasta dan 1 (satu) pabrik es milik Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Belawan dengan total kapasitas terpasang berjumlah 406 ton/hari. Adapun rincian kapasitas produksi dari masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: PT. GISS 50 ton/hari, PT. Mina Jaya 120 ton/hari, PT. CSA 150 ton/hari, Bin Cuan 36 ton/hari (untuk dipakai sendiri) dan Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Belawan 320 ton/hari. Selain itu, pasokan kebutuhan es diperoleh dari 4 (empat) perusahaan yang berlokasi di luar kawasan dengan harga jual antara Rp ,-/balok (@ 50 kg/balok) Total penyaluran es selama tahun 2008 tercatat sebanyak ton dan bila dibandingkan dengan penyaluran es tahun 2007 sebanyak ton terdapat peningkatan sebesar ton ( 26,41 %). Terjadinya peningkatan penyaluran es ini disebabkan karena produksi ikan yang meningkat, selain itu para pedagang ikan dan pengusaha perikanan mulai menyadari akan pentingnya es guna mempertahankan mutu ikan. Perkembangan penyaluran es selama tahun 2008, dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Penyaluran es Tahun 2008 NO Bulan Penyaluran Es (Ton) 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah

57 42 Tangkahan ikan yang ada di PPS Belawan sebanyak 23 unit dimana memiliki luas antara m m 2. Tangkahan ini dibangun terbuka sehingga banyak serangga yang menghinggapi hasil tangkapan pada saat proses penyortiran dan pembelian berlangsung. Tangkahan ini bukan milik PPS Belawan melainkan milik swasta. Tetapi telah disebutkan sebelumnya bahwa pemilik tangkahan membayar biawa sewa tanah setiapnya tahunnya ke Perum Prasarana PPS Belawan. 5.3 Jalur Distribusi Hasil Tangkapan Panjang pendeknya suatu jalur distribusi hasil tangkapan berpengaruh terhadap biaya pendistribusian, kualitas hasil tangkapan dan harga produk di pasar. Semakin pendek jalur distribusi yang ditempuh maka semakin rendah biaya transportasi yang harus dikeluarkan dan kerugian akibat penurunan mutu ikan sehingga tidak layak konsumsi juga dapat diatasi. Jalur distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan dibagi menjadi dua yaitu ikan segar dan ikan olahan. Sementara jalur distribusi hasil tangkapan berdasarkan tujuan pemasaran terbagi menjadi dua yaitu tujuan pemasaran lokal dan regional/ekspor. Seluruh aktivitas distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan jalur distribusi tidak langsung. Hasil tangkapan yang akan dipasarkan tidak langsung sampai ke konsumen. Nelayan terlebih dahulu menjual hasil tangkapannya melalui gudang/tangkahan. Selanjutnya grosir, agen, pedagang akan membeli ikan hasil tangkapan tersebut kemudian dijual ke pasar ikan, Pasar KUD Gabion dan ada yang langsung ke konsumen. Jalur distribusi hasil tangkapan berorientasi regional/ekspor memiliki perbedaan dengan jalur distribusi hasil tangkapan yang dipasarkan lokal. Pedagang grosir atau perantara merupakan industri perikanan yang berhubungan langsung dengan pembeli. Hasil tangkapan yang diekspor tidak melalui pedagang pengecer tetapi melalui agen dan eksportir lalu dijual ke negara-negara pembeli. Hasil tangkapan untuk tujuan pemasaran regional dan ekspor disimpan di cold storage untuk mempertahankan kualitasnya. Jalur distribusi ikan segar dapat dilihat di Gambar 7 di bawah ini.

58 43 KAPAL HASIL TANGKAPAN DARI DARAT TPI/ TANGKAHAN COLD STORAGE AGEN GROSIR PEDAGANG PENGUMPUL/ EKSPORTIR PASAR IKAN PASAR KUD GABION DAERAH REGIONAL/EKSPOR KONSUMEN Gambar 7 Jalur distribusi hasil tangkapan ikan segar. Bagan di atas menunjukkan jalur distribusi dan juga proses penanganan yang harus dilalui oleh hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Belawan berdasarkan ikan segar. Hasil tangkapan yang akan diekspor dan untuk daerah regional beberapa disimpan terlebih dahulu di cod storage. Hasil tangkapan ikan segar didatangkan melalui jalur laut dan darat. Jalur hasil tangkapan ikan segar melalui laut didaratkan di tangkahan. Jalur ikan segar melalui laut didistribusi dengan lima cara. Cara pendistribusian yang pertama adalah hasil tangkapan dari laut yang didaratkan di tangkahan yang akan dipasarkan ke daerah regional dan diekspor akan dijual ke agen. Lalu agen-agen ini membawa hasil tangkapan ke cold storage agar mutu hasil tangkapan yang akan diekspor tidak berkurang. dimana hasil tangkapan tersebut akan dijual ke negara-negara pembeli beberapa dalam bentuk

59 44 ikan beku. Jika hasil tangkapan sudah dalam bentuk ikan beku dan sudah dikemas maka hasil tangkapan sudah siap diekspor. Hasil tangkapan yang diekspor dalam bentuk ikan beku seperti: ikan tuna, udang, cumi dan tongkol. Cara pendistribusian yang kedua adalah hasil tangkapan dari laut yang juga akan dipasarkan ke daerah regional dan diekspor tetapi dalam bentuk ikan segar campur. Hasil tangkapan yang didaratkan di tangkahan yang akan diekspor akan dijual ke agen. Lalu agen-agen ini akan menjual hasil tangkapan ke eksportir atau pengumpul. Eksportir akan melalukan penanganan agar mutu hasil tangkapan bertahan dan mereka melakukan penanganan sesuai negara-negara pembeli yang diinginkan. Setelah melakukan tahap penanganan, hasil tangkapan siap untuk diekspor. Cara pendistribusian yang ketiga adalah hasil tangkapan dari laut yang didaratkan di tangkahan dijual ke grosir. Biasanya pasar-pasar ikan membeli hasil tangkapan ke grosir ini. Contoh pasar-pasar yang membeli hasil tangkapan ke grosir adalah pasar-pasar ikan yaitu: pasar cemara dan pusat pasar. Lalu hasil tangkapan ini dibeli oleh konsumen. Cara pendistribusian yang keempat adalah hasil tangkapan dari laut yang didaratkan di tangkahan akan dijual ke pedagang yang berdagang sekitar PPS Belawan. Mereka menjual hasil tangkapan ini di Pasar KUD Gabion. Konsumenkonsumen yang berasal dari Medan juga membeli ikan-ikan di pasar ini karena hasil tangkapan lebih segar dan bermutu dibandingkan di pasar-pasar lain. Cara pendistribusian yang kelima adalah hasil tangkapan yang berasal dari darat akan dipasarkan ke agen dan ke grosir. Dimana setelah ikan sampai di tangan agen dan grosir, jalur distribusi sama seperti jalur distribusi yang pertama, kedua, dan ketiga. Jalur distribusi ikan segar yang terdapat di PPS Belawan Sumatera Utara adalah jenis saluran tingkat satu, saluran tingkat dua, dan saluran tingkat tiga. Saluran tingkat satu (produsen-pengecer-konsumen) yang mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus pengecer. Saluran tingkat dua (produsen-grosir-pengecer-konsumen) yang mempunyai dua perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer. Saluran tingkat tiga (produsen-grosir-

60 45 distributor-pengecer-konsumen) yang mempunyai tiga perantara penjualan. Dari kacamata produsen, masalah pengawasan semakin meningkat sesuai dengan angka tingkat saluran, walaupun biasanya produsen tersebut hanya berhubungan dengan saluran yang berdekatan dengannya. KAPAL TPI/ TANGKAHAN PEDAGANG PABRIK PENGOLAHAN SKALA KECIL TEPUNG IKAN IKAN ASIN PASAR IKAN KONSUMEN Gambar 8 Jalur distribusi hasil tangkapan ikan olahan. Bagan di atas menunjukkan jalur distribusi dan juga proses penanganan yang harus dilalui oleh hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Belawan berdasarkan ikan olahan. Hasil tangkapan ikan olahan didatangkan melalui jalur

61 46 laut. Jalur hasil tangkapan ikan olahan melalui laut didaratkan di tangkahan. Jalur ikan olahan melalui laut didistribusi dengan dua cara. Cara pendistribusian yang pertama adalah hasil tangkapan yang didaratkan di tangkahan dijual ke pedagang untuk diolah menjadi ikan asin. Peongolahan skala kecil mengolah ikan-ikan tersebut menjadi ikan asin yang sebelumnya mengalami beberapa tahapan. Lalu ikan asin dijual ke pasar-pasar ikan dan ada yang langsung dijual ke konsumen. Cara pendistribusian yang kedua adalah pendistribusian ikan-ikan yang berkualitas rendah biasanya didistribusikan ke pabrik untuk diolah kembali menjadi tepung ikan. Sehingga ikan-ikan ini masih bisa dimanfaatkan tanpa harus dibuang. Lalu tepung ikan ini dapat dipasarkan ke pasar untuk dijual ke konsumen. Jalur distribusi ikan olahan yang terdapat di PPS Belawan Sumatera Utara adalah jenis saluran tingkat dua, dan saluran tingkat tiga. Saluran tingkat dua (produsen-grosir-pengecer-konsumen) yang mempunyai dua perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer. Saluran tingkat tiga (produsen-grosir-distributor-pengecerkonsumen) yang mempunyai tiga perantara penjualan. Dari kacamata produsen, masalah pengawasan semakin meningkat sesuai dengan angka tingkat saluran, walaupun biasanya produsen tersebut hanya berhubungan dengan saluran yang berdekatan dengannya.

62 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan secara lokal, regional dan ekspor sesuai dengan permintaan pasar. Cara kedua yaitu PPS Belawan menerima hasil tangkapan dari daerah melalui jalur darat dan didistribusikan secara lokal, regional, dan impor. Berdasarkan kedua jenis distribusi ini didapat beberapa karakteristik penting yang dapat disajikan dalam bentuk peta tematik. Karakteristikkarakteristik tersebut antara lain: daerah pasar hasil tangkapan, kuantitatif hasil tangkapan, kualitas hasil tangkapan, dan harga hasil tangkapan. 6.1 Daerah Pasar Hasil Tangkapan PPS Belawan Sumatera Utara mendistribusikan hasil tangkapan yang didaratkan melalui laut oleh armada penangkapan ke daerah di Sumatera Utara maupun luar Sumatera Utara dengan menggunakan sarana transportasi darat berupa mobil pick up atau truk container dan alat transporasi laut berupa kapal pengangkut. Pelabuhan ini juga menerima distribusi hasil tangkapan dari daerah di luar Sumatera Utara. Hasil tangkapan yang didaratkan oleh armada penangkapan yang berbasis di PPS Belawan Sumatera Utara terlebih dahulu akan dijual di tangkahan dimana sudah ada kesepakatan antara juragan pemilik tangkahan dengan nelayan pemilik hasil tangkapan. setelah dijual ke tangkahan, maka pedagang-pedagang grosir pasar akan membeli hasil tangkapan di tangkahan. Lalu hasil tangkapan akan didistribusikan ke pasar. hasil tangkapan yang dikirim dari luar daerah Sumatera Utara ke PPS Belawan Sumatera Utara langsung dijual ke KUD yang merupakan pasar yang berada di PPS Belawan Sumatera Utara. Pasar yang menjadi daerah tujuan pendistibusian hasil tangkapan dari PPS Belawan Sumatera Utara terbagi menjadi pasar lokal, regional dan internasional.

63 Pasar lokal Hasil tangkapan untuk pasar lokal biasanya didistribusikan ke daerahdaerah yang termasuk Provinsi Sumatera Utara seperti Tebing Tinggi, Kisaran, Pematang Siantar, Pangkalan Brandan, Pangkalan Susu, Sibolga, dan Kabanjahe. Pendistribusian hasil tangkapan ke pasar lokal dimana lokasi distribusinya adalah pasar-pasar tradisional di Medan. Pasar tradisional menerima pasokan hasil tangkapan dari PPS Belawan untuk memenuhi kebutuhan permintaan konsumen terhadap ikan. Hasil tangkapan yang dipasarkan berupa produk ikan segar. Produk ikan segar yang dominan dijual di pasar lokal adalah ikan tongkol, kembung, selayang, selar, cumi-cumi dan udang. Keenam komoditi perikanan ini dijual hampir di setiap pedagang yang ada di pasar tradisional Medan. Seiring dengan meningkatnya konsumsi ikan di Medan menyebabkan peningkatan permintaan produk perikanan laut. Masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan protein hewani salah satunya dari ikan dengan membelinya di pasar tradisional yang terdekat dengan hunian mereka. Lokasi pasar tradisional dan jumlah pedagang pengecer penjual ikan yang ada di pasar tradisional Medan merupakan indikator pasar terhadap peningkatan dan penurunan permintaan masyarakat terhadap ikan. Penurunan jumlah permintaan ikan akan mengurangi pendapatan yang diperoleh oleh nelayan, perusahaan bahkan penjual ikan. Lokasi pasar tradisional di Medan dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.

64 49 Gambar 9 Jumlah pedagang dan lokasi pasar tradisional di Medan tahun Pasar tradisional yang terdapat di Kota Medan berjumlah 8 pasar. Masing masing pasar tersebut memiliki jumlah pedagang pengecer sebagai berikut: Pusat Pasar berjumlah 35 orang, pasar Petisah berjumlah 20 orang, pasar Helvetia berjumlah 10 orang, pasar Simpang Limun berjumlah 8 orang, pasar Ramai berjumlah 14 orang, pasar Simpang Melati berjumlah 17 orang, pasar Sei Sikambing berjumlah 15 orang dan pasar Pagi berjumlah 8 orang Pasar regional Hasil tangkapan untuk pasar regional biasa beberapa langsung didistribusikan ke daerah tujuan pemasaran dan beberapa disimpan di cold storage. Hasil tangkapan biasanya didistribusikan ke daerah-daerah di luar Provinsi Sumatera Utara seperti Aceh, Padang, Riau, Jambi, Palembang, Lampung, Bengkulu, dan Jakarta. Hasil tangkapan yang biasa didistribusi ke pasar regional adalah selar, tongkol, selayang, kembung.

65 Pasar internasional Hasil tangkapan kualitas ekspor biasa beberapa langsung didistribusikan ke daerah tujuan pemasaran dalam bentuk ikan segar campur dan beberapa disimpan di cold storage yang dipasarkan dalam bentuk ikan beku. Hasil tangkapan biasanya didistribusikan ke negara-negara tetangga di dunia seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Korea, Jepang, Saudi Arabia, Mesir, Eropa, dan Amerika Serikat. 6.2 Kuantitatif Hasil Tangkapan Pemetaan kuantitatif merupakan pemetaan volume hasil tangkapan di PPS Belawan Sumatera Utara terdiri dari volume hasil tangkapan berdasarkan pasar lokal, pasar regional dan pasar internasional. Pendistribusian hasil tangkapan ditampilkan dalam bentuk pemetaan berdasarkan daerah asal hasil tangkapan, daerah tujuan hasil tangkapan dan volume hasil tangkapan Pasar lokal Hasil tangkapan yang terdapat di PPS Belawan didatangkan dari daerah lo juga dan didistribusikan di daerah lokal baik melalui jalur laut dan jalur laut. Penyalur yang ada di PPS Belawan membeli dari penjual dari daerah tersebut dan membawa hasil tangkapan tersebut ke Pusat Pemasaran Ikan di PPS untuk dijual lagi ke pengumpul untuk memenuhi permintaan ikan yang tidak dapat dipenuhi oleh PPS Belawan Sumatera Utara. Salah satu komoditi yang tidak dapat dipenuhi adalah ikan darat sehingga PPS Belawan Sumatera Utara perlu mendatangkan ikan darat dari daerah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Ikan-ikan yang didatangkan berasal dari daerah Sumatera Utara pada umumnya berbentuk produk ikan segar. Ikan-ikan darat yang sering dikomsumsi masyarakat seperti: selayang, manyung, tongkol, pari, cumi-cumi, kembung, dan lain-lain.

66 Gambar 10 Daerah lokal asal hasil tangkapan didistribusikan ke PPS Belawan 51

67 52 Tabel 10 Volume ikan asal hasil tangkapan daerah lokal pada tahun 2008 Nama Daerah Volume Pemasukan (ton)/tahun Kab. Deli Serdang Kab. Simalungun Kab. Asahan Kab. Toba Samosir Kab. Labuhan Batu Kab. Tapanuli Tengah Sumber: UPT PPS Belawan, 2009 (data diolah kembali) Tabel 10 menunjukkan volume ikan yang didatangkan dari luar PPS Belawan Sumatera Utara menurut daerah lokal pada tahun Ikan-ikan ini yang sangat dibutuhkan di pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Daerah lokal dengan volume pemasukan ikan lokal yang terbesar di PPS Belawan Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar ton. Dimana beberapa hasil tangkapan yang dipasok ke PPS Belawan adalah pari dan tongkol pada tahun Peta penyebaran asal hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 10. Dalam pemetaan volume ikan asal hasil tangkapan dilakukan pemetaan berdasarkan daerah asal hasil tangkapan dan volume hasil tangkapan yang didistribusikan dari daerah lokal ke PPS Belawan. Pembagian volume hasil tangkapan dibagi menjadi 3 dimana warna kuning menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan ton. Warna oranye menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan ton. Warna merah menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan ton. Hasil tangkapan yang paling banyak didistribusikan ke PPS Belawan berasal dari Kabupaten Tapanuli Tengah yang ditunjukkan pada peta warna merah.

68 Gambar 11 Daerah lokal tujuan hasil tangkapan didistribusikan ke luar PPS Belawan 53

69 54 Hasil tangkapan yang terdapat di PPS Belawan Sumatera Utara didistribusikan ke daerah-daerah di Sumatera Utara yaitu : Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Tapanuli Tengah. Daerah-daerah lokal dimana hasil tangkapan juga didistribusikan yaitu Aceh, Padang, Riau Jambi, Palembang, Jakarta. Negara yang mengekspor hasil tangkapan dari PPS Belawan Sumatera Utara adalah Malaysia, AS, Korea, Italia, Jepang, Thailand, Mesir, Saudi Arabia, Singapura, Eropa.Ikan-ikan yang didistribusikan dapat berupa ikan segar maupun ikan beku. Tabel 11 Volume ikan tujuan hasil tangkapan daerah lokal pada tahun 2008 Nama Daerah Volume Pengiriman (ton)/tahun Kab. Langkat Kab.Karo Kab. Simalungun Kab. Asahan Kab. Tapanuli Tengah Sumber: UPT PPS Belawan, 2009 (data diolah kembali) Tabel 11 menunjukkan volume ikan yang didistribusi ke luar PPS Belawan Sumatera Utara menurut daerah lokal pada tahun Ikan-ikan yang didistribusi dari daerah-daerah ini sangat dibutuhkan di pasar-pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Daerah lokal dengan volume ikan lokal yang terbesar di PPS Belawan Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah Kabupaten Langkat sebesar ton. Dimana daerah ini merupakan daerah pegunungan yang tidak menghasilkan hasil tangkapan untuk dikonsumsi. Peta penyebaran tujuan hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 11. Dalam pemetaan volume ikan tujuan hasil tangkapan dilakukan pembagian volume hasil tangkapan dibagi menjadi 3 dimana warna kuning menunjukkan hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. Warna oranye menunjukkan menunjukkan hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. Warna merah menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. hasil tangkapan yang paling banyak didistribusikan dari PPS Belawan ke Kabupaten Langkat yang ditunjukkan pada warna merah sebanyak ton. dan

70 Pasar regional Hasil tangkapan untuk pasar regional biasanya didistribusikan ke daerahdaerah yang termasuk Indonesia dan di luar Sumatera Utara. Hasil tangkapan ini biasanya didistribusikan ke Aceh, Padang, Riau, Jambi, Bengkulu, Palembang, Lampung, dan Jakarta. Pendistribusian hasil tangkapan ke pasar regional merupakan pendistribusikan ke daerah-daerah yang menerima hasil tangkapan dari luar PPS Belawan dan didistribusikan ke luar PPS Belawan. Hasil tangkapan yang biasa dipasarkan ke pasar regional seperti tongkol, kembung, selayang, kerapu, kakap, udang, cumi-cumi, tenggiri dan lain-lain. Seiring dengan meningkatnya konsumsi ikan yang ada di Indonesia menyebabkan peningkatan produk perikanan laut Indonesia. Masyarakat Indonesia berusaha memenuhi kebutuhan protein hewani salah satunya produk perikanan yang dapat dikonsumsi setiap kalangan. Daerah-daerah asal hasil tangkapan dan tujuan hasil tangkapan ditampilkan dalam bentuk pemetaan.

71 Gambar 12 Daerah regional asal hasil tangkapan didistribusi ke PPS Belawan 56

72 57 Tabel 12 Volume ikan asal hasil tangkapan daerah regional pada tahun 2008 Nama Daerah Volume Pemasukan (ton)/tahun Aceh Sumatera Barat Bengkulu Lampung Jakarta Sumber: UPT PPS Belawan, 2009 (data diolah kembali) Tabel 12 menunjukkan volume ikan yang didatangkan dari luar PPS Belawan Sumatera Utara menurut daerah pada tahun Ikan-ikan ini yang sangat dibutuhkan di pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Daerah lokal dengan volume pemasukan ikan regional yang terbesar di PPS Belawan Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah Bengkulu sebesar ton. Dimana beberapa hasil tangkapan yang dipasok ke PPS Belawan adalah pari, manyung, dan kembung pada tahun Peta penyebaran asal hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 12. Dalam pemetaan volume ikan asal hasil tangkapan dilakukan pemetaan berdasarkan daerah asal hasil tangkapan dan volume hasil tangkapan yang didistribusikan dari daerah lokal ke PPS Belawan. Pembagian volume hasil tangkapan dibagi menjadi 3 dimana warna kuning menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan ton. Warna oranye menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan ton. Warna merah menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan ton. Dimana hasil tangkapan yang paling banyak didistribusikan ke PPS Belawan berasal dari Bengkulu yang ditunjukkan pada peta warna merah.

73 Gambar 13 Daerah regional tujuan hasil tangkapan didistribusi ke luar Sumatera Utara 58

74 59 Tabel 13 Volume ikan tujuan hasil tangkapan daerah regional pada tahun 2008 Nama Daerah Volume Pengiriman (ton)/tahun Aceh Sumatera Barat Riau Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Jakarta Sumber: UPT PPS Belawan, 2009 (data diolah kembali) Tabel 13 menunjukkan volume ikan yang didistribusi ke luar PPS Belawan Sumatera Utara menurut daerah regional pada tahun Ikan-ikan yang didistribusi dari daerah-daerah ini sangat dibutuhkan di pasar-pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Daerah regional dengan volume ikan didistribusi yang terbesar di PPS Belawan Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah Jakarta sebesar ton. Dimana daerah ini merupakan daerah yang mempunyai PPS terbesar di Indonesia yaitu PPS Nizam Zachman Jakarta. Peta penyebaran asal hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 13. Dalam pemetaan volume ikan tujuan hasil tangkapan dilakukan pemetaan berdasarkan daerah tujuan hasil tangkapan dan volume hasil tangkapan yang didistribusikan dari PPS Belawan ke daerah lokal. Pembagian volume hail tangkapan dibagi menjadi 3 dimana warna kuning menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. Warna oranye menunjukkan menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. Warna merah menunjukkan bahwa hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. Dimana hasil tangkapan yang paling banyak didistribusikan dari PPS Belawan ke Jakarta yang ditunjukkan pada warna merah sebanyak ton.

75 Pasar internasional Hasil tangkapan beberapa didistribusikan ke negara-negara lain. Hasil tangkapan ini biasanya didistribusikan ke Malaysia, Thailand, Singapura, Eropa, USA, Saudi Arabia, Mesir, Korea, dan Jepang. Volume ekspor hasil tangkapan terbagi dua berdasarkan bentuk yang diekspor yaitu volume ekspor produk ikan beku dan ikan segar campur. Tabel 14 Volume produksi ikan ekspor di PPS Belawan (satuan: ton) Tahun Jenis Ikan Segar Campur Beku Total Sumber: UPT PPS Belawan, 2009 (data diolah kembali) Volume ikan yang diproduksi oleh PPS Belawan pada tahun 2008 mengalami perubahan yang positif dari tahun-tahun sebelumnya dimana jumlah ikan yang diproduksi dari PPS Belawan selalu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Volume ikan yang terbesar adalah volume ikan yang telah dibekukan dengan jumlah ton pada tahun 2008 dimana pada tahun ini volume ikan beku yang diekspor sangat meningkat. Hasil tangkapan yang diekspor ke negara lain seperti udang, cumi-cumi, kerapu, kakap, tongkol, dan lain-lain.

76 Gambar 14 Negara asal hasil tangkapan didistribusi ke PPS Belawan. 61

77 62 Tabel 14 Volume ikan asal hasil tangkapan negara internasional pada tahun 2008 Nama Daerah Volume Pemasukan (ton)/tahun Malaysia Cina 988 Sumber: UPT PPS Belawan, 2009 (data diolah kembali) Tabel 14 menunjukkan volume ikan yang didatangkan dari luar PPS Belawan Sumatera Utara menurut daerah internasional pada tahun Ikanikan ini yang sangat dibutuhkan di pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Daerah internasional dengan volume pemasukan ikan yang terbesar di PPS Belawan pada tahun 2008 adalah Malaysia sebesar ton. Dimana beberapa hasil tangkapan yang dipasok ke PPS Belawan adalah pari, manyung, dan kembung pada tahun Negara lain yang mengimpor hasil tangkapan ke PPS Belawan adalah Cina. Dimana Cina banyak menghasilkan ikan sardine yang juga dikonsumsi oleh masyarakat Sumatera Utara. Negara cina mengimpor hasil tangkapan ke PPS Belawan sebanyak 988 ton pada tahun Peta penyebaran asal hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 14 Dalam pemetaan volume ikan asal hasil tangkapan dilakukan pemetaan berdasarkan daerah asal hasil tangkapan dan volume hasil tangkapan yang didistribusikan ke PPS Belawan. Pembagian volume hasil tangkapan dibagi menjadi 2 dimana warna oranye menunjukkan hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton Warna hijau menunjukkan hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. Hasil tangkapan yang paling banyak didistribusikan dari negara Malaysia ke PPS Belawan yang ditunjukkan pada warna hijau.

78 Gambar 15 Negara tujuan hasil tangkapan didistribusi ke negara lain 63

79 64 Tabel 15 Volume ikan tujuan hasil tangkapan negara internasional pada tahun 2008 Nama Daerah Volume Pengiriman (ton)/tahun Malaysia Eropa USA Korea Italia Jepang Thailand Mesir Saudi Arabia Singapura Sumber: UPT PPS Belawan, 2009 (data diolah kembali) Tabel 15 menunjukkan volume ikan yang didistribusi ke luar PPS Belawan Sumatera Utara menurut negara internasional pada tahun Ikan-ikan yang didistribusi dari negara-negara ini sangat dibutuhkan di pasar-pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Negara internasional dengan volume ikan didistribusi yang terbesar dari PPS Belawan Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah Eropa sebesar ton. Peta penyebaran asal hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 15. Dalam pemetaan volume ikan tujuan hasil tangkapan dilakukan pemetaan berdasarkan daerah tujuan hasil tangkapan dan volume hasil tangkapan yang didistribusikan ke negara lain. Pembagian volume hasil tangkapan dibagi menjadi 4 dimana warna hijau muda menunjukkan hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak 0 ton. Warna hijau tua menunjukkan hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. Warna hijau menunjukkan hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. Warna oranye menunjukkan hasil tangkapan yang didistribusikan sebanyak ton. Hasil tangkapan yang paling banyak didistribusikan dari PPS Belawan ke negara Eropa yang ditunjukkan pada warna oranye.

80 Proporsi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan yang ada di PPS Belawan merupakan hasil tangkapan berasal dari laut dan didatangkan dari daerah-daerah lain melalui darat. Hasil tangkapan tersebut dipasarkan ke daerah-daerah dan negara-negara tujuan. Beberapa hasil tangkapan juga berasal dari daerah-daerah dan negara-negara lain. Hasil tangkapan berdasarkan daerah asal dan daerah tujuan dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16 Proporsi hasil tangkapan di PPS Belawan Hasil Jumlah (ton) % lokal % regional % internasional Tangkapan Asal ,1 46,5 9,4 Tujuan ,3 30,4 38,4 Sumber: PPS Belawan 2009 (data diolah kembali) Hasil tangkapan yang ada di PPS Belawan berasal dari darat dan dari laut. Hasil tangkapan dari laut berasal dari penangkapan oleh kapal-kapal tangkahan yang ada di PPS Belawan. Dimana langsung didaratkan di tangkahan. Setiap tahunnya tangkahan PPS Belawan mengalami masa paceklik. Pada masa inilah diperlukan hasil tangkapan yang dipasok dari luar PPS Belawan baik dari pasar lokal, pasar regional maupun pasar internasional atau impor. Hal ini dilakukan agar PPS Belawan masih menjadi potensi perikanan terbesar yang ada di Indonesia. Pada tahun 2008, hasil tangkapan yang didaratkan di tangkahan PPS Belawan yang berasal dari luar PPS Belawan sebanyak ton. Dapat dilihat pada tabel 18 persentasi hasil tangkapan yang berasal dari lokal, regional dan internasional. Hasil tangkapan yang berasal dari luar PPS Belawan paling banyak dipasok dari pasar regional yaitu 46, 5 % dengan jumlah ton. Hasil tangkapan yang dipasok dari pasar lokal yaitu 44,1 % dengan jumlah ton dan pasar internasional dengan persentasi 9,4 % dengan jumlah ton. Hasil tangkapan yang dipasok adalah hasil tangkapan yang sulit diperoleh nelayan tangkahan PPS Belawan. Hasil tangkapan yang dipasok dari luar PPS Belawan seperti bawal, senangin, tongkol, lidah, dan udang.

81 66 65 Internasional 9% Regional 47% Lokal 44% Gambar 16 Proporsi hasil tangkapan berdasarkan daerah asal. Hasil tangkapan yang ada di PPS Belawan juga dipasarkan ke daerah-daerah atau negara-negara tujuan lain. Banyaknya hasil tangkapan yang ada di PPS Belawan menjadi daya tarik pedagang, distributor dan eksportir memasok hasil tangkapan dari PPS Belawan. Hasil tangkapan ini memiliki pasar tujuan hasil tangkapan berdasarkan lokal, regional, dan internasional (ekspor). Pada tahun 2008, hasil tangkapan yang paling banyak didistribusikan ke pasar internasional, hal ini dikarenakan PPS Belawan merupakan potensi perikanan yang terbesar di Sumatera Utara sehingga negara lain memasok hasil tangkapan dari PPS Belawan. Hasil tangkapan yang didistribusikan ke pasar internasional sebanyak 38, 4 % dengan jumlah ton. Hasil tangkapan yang didistribusikan ke pasar lokal memiliki persentasi 31,3 % dengan jumlah ton dan pasar regional memiliki persentasi 30,4 % dengan jumlah ton. Hasil tangkapan yang didistribusikan dari PPS Belawan seperti: cumi-cumi, tenggiri, layur, kerapu, selayang, kembung, dan kakap.

82 67 65 Internasional 39% Lokal 31% Regional 30% Gambar 17 Proporsi hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan.

83 6.3 Kualitas Hasil Tangkapan Hasil tangkapan yang diekspor ke beberapa negara di dunia harus memenuhi standar kualitas sesuai permintaan negara tersebut dan memenuhi standar mutu organisasi atau ketentuan yang lainnya. PPS Belawan Sumatera Utara tidak mengeluarkan standarisasi mutu tertentu bagi hasil tangkapan yang akan diekspor. Namun produk yang akan diekspor sudah diuji kualitasnya oleh si pemilik/prusahaan terkait. Karakteristik standarisasi mutu hasil tangkapan memiliki perbedaan di tiap negara. Perbedaan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga karakteristik standarisasi mutu yaitu ketat, kurang ketat dan tidak ketat. Standarisasi mutu hasil tangkapan yang berasal dari PPS Belawan Sumatera Utara tergolong ketat karena biasanya negara pembeli hasil tangkapan meminta dilakukan pengujian mutu tertentu yaitu uji logam berat dan pemberian laporan harian berupa catatan penanganan hasil tangkapan sejak ditangkap hingga hasil tangkapan tersebut diekspor ke negara pembeli. Contohnya adalah negara maju seperti negara Uni Eropa sangat memperhatikan kualitas hasil tangkapan yang akan dikomsumsi sehingga mereka menetapkan pengujian mutu yang ketat. Standarisasi mutu untuk hasil tangkapan dari PPS Belawan Sumatera Utara tergolong kurang ketat karena negara pembeli hanya meminta persyaratan uji mutu berupa bebas logam berat tanpa dibuat laporan harian. Negara-negara di Cina, Korea, Jepang tergolong ke dalam kelompok standarisasi mutu kelompok kedua. Kelompok yang ketiga yaitu tidak ada standarisasi mutu karena negara pembeli tidak memberikan persyaratan uji mutu sebelum ikan dijual namun mereka hanya memperhatikan tingkat kesegaran dan kondisi kelayakan hasil tangkapan untuk dikomsumsi. Biasanya negara-negara yang termasuk ke dalam kelompok ini merupakan negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara contoh negara pembeli hasil tangkapan di PPS Belawan Sumatera Utara yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Malaysia. Uji mutu dilakukan untuk produk-produk hasil tangkapan dalam keadaan segar maupun produk-produk olahan. Masing-masing negara mempunyai standar uji 68 65

84 mutu yang harus dilaksanakan. Negara-negara Uni Eropa memiliki beberapa prosedur uji mutu yang harus dilakukan terhadap hasil tangkapan dan produk olahannya sebelum diekspor ke negara-negara Uni Eropa. Produk-produk tersebut harus dibuat jurnal mutu dimulai dari penanganan di atas kapal hingga siap makan dan selama rantai pendistribusian harus dibuat laporan harian. Negara-negara Asia dan Amerika yang mengimpor hasil tangkapan dari Indonesia lebih tolerir ketika membeli hasil tangkapan Indonesia khususnya dari Sumatera Utara. Peta penyebaran negara tujuan hasil tangkapan didistribusikan berdasarkan karakteristik standarisasi mutu hasil tangkapan dari PPS Belawan dapat dilihat pada Gambar

85 Gambar 18 Peta karakteristik standarisasi mutu hasil tangkapan dari PPS Belawan. 70

86 Nilai Produksi (Rp) 6.4 Harga Hasil Tangkapan Harga produk hasil tangkapan yang diekspor atau dijual lokal bervariasi dan bergantung negara pembeli atau pasar yang meminta. Harga dasar dalam penjualan hasil tangkapan ke pasar lokal merupakan harga ikan hasil pelelangan kemudian harga akan disesuaikan dengan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer. Harga ikan di gudang atau tangkahan PPS Belawan Sumatera Utara untuk ikan kerapu sebesar Rp /kg, ikan kakap Rp /kg, ikan cucut sebesar Rp /kg, ikan tongkol sebesar Rp /kg, cumi-cumi sebesar Rp /kg Tahun Ikan Selar Ikan Layang Cumi-Cumi Ikan Kembung Ikan Biji Nangka Gambar 19 Perkembangan harga komoditi utama hasil tangkapan Tahun Ketentuan harga di beberapa negara sangat dipengaruhi oleh kualitas produk perikanan. Semakin baik kualitasnya maka semakin tinggi harganya. Hingga saat ini pasar Jepang merupakan pasar yang paling tinggi dalam memberikan harga per jenis produk perikanan dibandingkan negara lain yang mengimpor hasil tangkapan dari PPS Belawan Sumatera Utara. Harga ini juga sebanding dengan penanganan dan pengujian mutu yang harus dilakukan untuk menjaga agar produk perikanan tersebut dalam keadaan yang baik dan layak komsumsi. Produk-produk ikan beku memiliki nilai ekspor yang tinggi dan permintaan yang tinggi pula disebabkan kualitas produk tersebut bisa dipertahankan dalam jangka waktu yang lama. Biasanya hasil tangkapan tersebut terlebih dahulu disimpan

87 di ruangan yang berinsulasi dengan suhu yang rendah. Fasilitas tangkahan di PPS Belawan Sumatera Utara yang mendukung pembuatan produk beku ini adalah cold storage yang dapat membekukan hasil tangkapan yang akan diekspor dengan cepat. Umumnya hasil tangkapan yang dibekukan adalah ikan tuna, udang, tongkol dan cumi. Pengangkutan produk ini dari PPS Belawan dilakukan dengan menggunakan kendaraan berpendingin atau menggunakan box yang diberi es. Perlakuan khusus saat ikan dibawa ke daerah tujuan ini juga mempengaruhi tinggi rendahnya harga penawaran yang ditetapkan oleh penjual. Ekspor produk ikan segar di PPS Belawan tidak terlalu beragam. Hasil tangkapan yang biasa diekspor adalah udang, tongkol, cumi-cumi dan sotong. Harga masing-masing produk perikanan tersebut juga bervariasi dan lebih rendah dibandingkan produk ikan beku. Penanganan yang dilakukan juga relatif murah walaupun masih harus lulus uji mutu. Pemetaan harga ikan beku dan ikan segar di PPS Belawan Sumatera Utara dapat dilihat di Gambar 20. Mutu hasil tangkapan dapat bertahan sesuai perlakuan atau penanganan. Hal ini yang dapat mempengaruhi tingkat harga suatu hasil tangkapan. Upaya mempertahankan mutu biasanya menggunakan peralatan dan bahan yang lebih banyak. Salah satu contohnya seperti untuk mempertahankan mutu dibutuhkan es. Hasil tangkapan agar lebih segar makanya dibutuhkan es yang banyak. Dalam hal penanganan, hasil tangkapan yang baik membutuhkan penanganan yang baik. Agar penanganan hasil tangkapan baik maka diperlukan tenaga kerja yang terampil sehingga hasil tangkapan yang akan dijual memiliki mutu dan fisik yang bagus. Sehingga tidak ada hasil tangkapan yang cacat. Penanganan yang diperhatikan dan peralatan yang digunakan untuk mempertahankan mutu ini membutuhkan biaya yang lebih besar. Hal ini yang menyebabkan harga juga menjadi lebih tinggi. Hasil tangkapan yang memiliki penanganan merupakan hasil tangkapan yang memiliki karakteristik mutu yang ketat. Negara yang memiliki karakteristik mutu yang ketat ini biasanya berlaku pada negara Eropa. Sehingga harga hasil tangkapan segar maupun hasil tangkapan dalam bentuk beku merupakan harga tertinggi yang dijual ke negara ekspor adalah negara Eropa

88 Dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 20 terdapat hubungan yang positif. Dimana harga ikan untuk Negara Eropa merupakan harga yang tertinggi. Dengan harga ikan segar US$/kg dan harga ikan beku sebesar 9 80 US$/kg. Hal ini disebabkan Negara Eropa memiliki karakteristik standarisasi mutu yang ketat dimana terdapatnya perhatian penanganan yang tinggi. Berbeda pula untuk Negara Jepang, USA, Korea, Mesir, dan Saudi Arabia yang memiliki standarisasi kurang ketat sehingga harga ikan pada negara tersebut lebih murah dibanding negara Eropa. Negara-negara bagian Asia Tenggara memiliki harga yang paling rendah dimana harga ikan terendah pada Negara Singapura yaitu 8 40 untuk ikan segar dan 7 80 untuk ikan beku. Negara-negara bagian Asia Tenggara memiliki harga paling rendah disebabkan negara ini tidak memiliki standarisasi dalam mutu hasil tangkapan dan penanganan tidak terlalu diperhatikan

89 Gambar 20 Volume ikan segar dan ikan beku didistribusikan dari PPS Belawan berdasarkan harga. 74

90 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan). Di PPS Belawan Sumatera Utara terdapat 1 unit TPI yang kurang berfungsi. Hal ini dikarenakan tidak ada kegiatan pendaratan dan pelelangan ikan. Dimana adanya tangkahan-tangkahan milik swasta yang dibangun sebelum dibangun PPS Belawan Sumatera Utara. Sehingga hasil tangkapan yang berasal dari laut ataupun darat didaratkan atau dijual langsung ke tangkahantangkahan milik swasta. Tempat pelelangan ikan (TPI) ini dikelola oleh pihak Perum Prasarana PPS Belawan. Tempat pelelangan ikan (TPI) yang ada di PPS Belawan luas 800 m 2. tanpa ada pembagian tempat-tempat lain seperti kantor TPI, ruang lelang, ruang lapak, dan ruang timbang. Di TPI tersebut juga tidak terdapat perlengkapan atau sarana untuk pelelangan ikan. Tetapi tidak ada hasil tangkapan yang didaratkan sehingga kapasitas terpasang sebesar 111, 044 ton/hari dimana kapasitas aktual sebesar 0 ton/hari. Berdasarkan antara kebutuhan dan kapasitas maka dapat disimpulkan bahwa luas gedung TPI sangat mencukupi dan perlu ada kegiatan pelelangan sehingga tempat pelelangan ikan dapat dimanfaatkan dengan baik. Tingkat pemanfaatan tempat pelelangan ikan (TPI) sebesar 0 % dimana tingkat pemanfaatan tempat pelelangan ikan yang ada di PPS Belawan Sumatera Utara kurang baik sehingga diperlukan adanya tindak lanjut dari PPS Belawan agar TPI segera difungsikan. 7.2 Pabrik Es Pabrik es merupakan tempat pembuatan dan penyimpanan es sementara sebelum disalurkan kepada nelayan. Fasilitas ini cukup penting dalam kelancaran aktivitas perbekalan karena penghasil balok-balok es yang digunakan nelayan untuk mengawetkan ikan dan menjaga kualitas mutu hasil tangkapan, selain itu balok es ini juga dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Di PPS Belawan Sumatera Utara sendiri memiliki 1 pabrik es yang dikelola oleh Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan Samudera dan 3 pabrik es yang dikelola oleh pihak swasta.

91 76 Pabrik es yang tersedia di PPS Belawan dimana yang dikelola oleh PPS Belawan memiliki luas m 2 dimana es yang dihasilkan memiliki berat 50 kg. Dimana es balok memiliki panjang 0,8 m, lebar 0,25 m dan tinggi 0,25 m dimana volume pabrik es yang dimanfaatkan 320 m 3. Dari ukuran pabrik es dan balok es dapat dihitung jumlah jumlah balok es maksimal yang dapat di tampung di pabrik es yaitu buah/hari atau 320 ton/hari. Dapat diketahui bahwa kapasitas aktual pabrik es sebesar 217,55 ton/hari. Tetapi melalui proses wawancara dan pengamatan kapasitas terpasang sebesar 320 ton/ hari. Harga jual balok es adalah Rp Penyimpanan es berkisar 1-3 hari dan mencapai maksimal selama 1 minggu. Aktivitas kendaraan yang mengangkut es keluar masuk dari pabrik es dikontrol oleh pihak pelabuhan dikarenakan pabrik es sendiri juga dimiliki oleh Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan Samudera. Es diangkut dengan truk-truk pengangkut yang beroperasi setiap hari. Balokbalok es disalurkan langsung ke armada-armada penangkapan yang akan beroperasi, tangkahan yang membutuhkan balok es jika balok es mereka tidak mencukupi dan ke distributor ikan untuk menjaga ikan agar sampai ke konsumen dengan mutu yang baik. Truk-truk yang mengangkut balok-balok es tidak beroperasi setiap hari tergantung pemesanan yang datang, biasanya nelayan, distributor atau pemilik tangkahan memesan es melalui pihak pelabuhan yang kemudian pihak pelabuhan memesan kembali ke pabrik es tersebut dan barulah pihak dari pabrik es menyuplai es ke armada-armada penangkapan atau yang memesan balok es tersebut. Pemesanan balok es di PPS Belawan tidak setiap hari karena dipengaruhi oleh sedikit atau jarangnya nelayan- nelayan yang melakukan kegiatan perbekalan melaut, distributor yang mengirim hasil tangkapan tiap harinya. Aktivitas pengangkutan balok es di PPS Belawan Sumatera Utara berlangsung ramai tetapi tidak setiap harinya. Adanya aktivitas pengangkutan balok es tergantung pemesanan kapal yang akan melakukan kegiatan perbekalan melaut. Berdasarkan pengamatan penyuplaian balok es ke armada penangkapan berlangsung antara 1-2 jam tergantung banyaknya pemesanan balok es yang dibutuhkan. Tingkat pemanfaatan pabrik es ini dapat dikatakan baik karena nelayan, distributor di PPS Belawan cukup sering mengakses pabrik es tersebut.

92 Cold Storage Cold storage merupakan salah satu fasilitas dimiliki tangkahan-tangkahan besar yang ada di Belawan Sumatera Utara yang digunakan sebagai alat pendingin dan tempat penyimpanan hasil tangkapan. Cold storage membantu agar kualitas hasil tangkapan tidak berkurang sehingga harga hasil tangkapan juga tidak menurun. Cold Storage yang berada di tangkahan Belawan memiliki suhu C Ruang penyimpanan berpendingin merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan yang tidak memerlukan pembekuan. Jenis-jenis hasil tangkapan yang umumnya masuk ked ala cold storage adalah cumi-cumi, udang, kerapu, kakap, dan lain-lain. Cold storage merupakan sarana penunjang yang dibangun dengan tujuan menjaga mutu hasil tangkapan. Berdasarkan pengamatan, cold storage yang ada di kawasan PPS Belawan terdiri dari 6 unit yang masih beroperasi dimana dikelola oleh pihak swasta. Dimana terdapat 3 cold storage yang dibangun sendiri dengan luas antara m m 2. Beberapa tangkahan yang sudah terdapat cold storage sebanyak 3 tangkahan yang memiliki luas antara m m 2. Sehingga tangkahan yang tidak memiliki cold storage pribadi sebanyak 20 tangkahan menyewa ke cold storage pemilik tangkahan lain atau cold storage swasta lainnya. Sedangkan cold storage yang dikelola oleh Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan Samudera terdiri dari 1 cold storage yang memiliki luas m 2. Cold storage ini tidak beroperasi dikarenakan sudah banyaknya cold storage yang dimiliki oleh tangkahan milik swasta. Hal ini yang menyebabkan cold storage di PPS Belawan tidak beroperasi. Sehingga kapasitas aktual dari cold storage diperoleh 0 ton/hari. Karena kapasitas cold storage di PPS Belawan sebesar 0 ton/hari maka tingkat pemanfaatannya sebesar Area Parkir Parkir merupakan keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Area parkir merupakan tempat atau kawasan dimana kendaraan yang berhenti sementara. Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang. Area parkir yang tersedia di kawasan PPS Belawan salah satunya berfungsi untuk menaikkan hasil tangkapan untuk didistribusikan dan untuk menurunkan hasil

93 78 tangkapan yang berasal dari luar PPS Belawan. Sehingga perlu diketahui berapa jumlah kendaraan maksimal yang mampu menampung kendaraan di area parkir PPS Belwan. Kapasitas area parkir PPS Belawan memiliki luas sekitar m 2. Rata-rata daya angkut tiap kendaraan sekitar 4 ton dimana ruang gerak yang dibutuhkan untuk tiap kendaraan berkisar 10 m 2. Dimana daya tampung kendaraan sekitar 423 kendaraan. Jadi, kapasitas terpasang luas tempat parkir sebesar 277,61 m 2. Sehingga dari luas yang diperoleh dapat diketahui kendaraan yang memanfaatkan area parkir sekitar 27 kendaraan. Dapat dikatakan cukupnya area parkir tidak terjadi penumpukan atau antrian hasil tangkapan yang didaratkan ataupun hasil tangkapan yang akan didistribusikan ke luar PPS Belawan. 7.5 Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Distribusi Hasil Tangkapan Fasilitas berkaitan distribusi hasil tangkapan yang diamati pada PPS Belawan Sumatera Utara adalah TPI, pabrik es, dan area parkir. Dari ketiga fasilitas tersebut dapat diketahui pabrik es yang paling banyak dipakai dengan tingkat pemanfaatan 83,05 %, sedangkan yang paling sedikit adalah fasilitas TPI dan cold storage yang tingkat pemanfaatannya sebesar 0%. Tabel 18 Kapasitas fasilitas distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan tahun 2008 No Fasilitas Fungsional Kapasitas Terpasang Kapasitas Aktual Tingkat Pemanfaatan (%) 1 TPI 111,044 ton/hari 0 ton/hari 0 % 2 Pabrik es 320 ton/hari 217,55 ton/hari 67,98 % 3 Area parkir m 2 277,61 m % (Sumber: Hasil pengamatan di lapangan dan wawancara, 2009) Berdasarkan hasil perbandingan antara kapasitas terpasang dengan kapasitas aktual diperoleh tingkat pemanfaatan TPI sebesar 0%, hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan TPI sangat kurang. Tingkat pemanfaatan TPI masih sangat jauh dari nilai 100%, hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya kegiatan pelelangan di TPI tersebut sehingga tidak tercipta pasar antara pedagang sekitar, tetapi di TPI tersebut terdapat aktivitas namun hanya sebatas pendaratan, penimbangan dan pencatatan jumlah hasil tangkapan saja. Karena tingkat pemanfaatannya yang masih kurang maka diperlukan adanya aktivitas pelelangan agar tercipta aktivitas pasar yang

94 79 dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dan meningkatkan aktivitas yang ada di TPI tersebut. Tingkat pemanfaatan pabrik es berdasarkan perbandingan antara kapasitas terpasang dengan kapasitas aktual bernilai 67,98 %. Nelayan, distributor atau pemilik tangkahan masih mengakses fasilitas tersebut dan penggunaannya cukup sering. Pabrik es ini dimiliki Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan Samudera. Pabrik ini tiap harinya memenuhi permintaan balok es dengan rata-rata per harinya sebanyak 217,55 ton/hari. Berdasarkan pengamatan pabrik ini mampu memenuhi permintaan balok es armada penangkapan yang ada di PPS Belawan. Pabrik es terletak di daerah PPS Belawan. Pabrik es sudah baik walaupun begitu pabrik es tersebut tetap membutuhkan pengelolaan yang baik serta pengawasan dari pihak pelabuhan agar aktivitas pemesanan dan pengiriman balok es berjalan dengan baik. Tingkat pemanfaatan pada cold storage sebesar 0 % dikarenakan cold storage yang dikelola oleh Perum Prasarana PPS Belawan tidak berfungsi. Hal ini disebabkan banyaknya cold storage yang telah dimiliki oleh tangkahan sehingga mereka tidak perlu menyewa cold storage yang dikelola oleh Perum Prasarana PPS Belawan. Tingkat pemanfaatan luas area parkir berdasarkan perbandingan antara kapasitas terpasang dengan kapasitas aktual bernilai 6,56 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan luas area parkir tersebut tergolong kurang baik. Hal ini dikarenakan tidak banyak kendaraan yang mendaratkan hasil tangkapan juga kendaraan yang digunakan untuk mengirim hasil tangkapan. Dikarenakan nelayan yang banyak memproduksi hasil tangkapan menggunakan kapal untuk mendaratkan hasil tangkapan ke tangkahan-tangkahan milik swasta. Dapat dilihat tingkat pemanfaatan fasilitas yang ada di PPS Belawan sangat kurang. Hal ini disebabkan banyaknya tangkahan-tangkahan swasta yang dibangun di sekitar PPS Belawan. Tangkahan-tangkahan ini juga memiliki fasilitas pribadi tanpa harus memanfaatkan fasilitas yang ada di PPS Belawan.

95 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1. Kegiatan aktivitas distribusi hasil tangkapan tidak dilakukan di PPS Belawan melainkan di tangkahan yang berada di kawasan PPS Belawan dimana Sarana PPS Belawan hanya sedikit pihak yang memanfaatkan sehingga kurang optimal. Jalur distribusi ikan didistribusikan berdasarkan ikan segar dan ikan olahan dimana hasil tangkapan ini umumnya didaratkan di tangkahan. 2. Daerah asal hasil tangkapan didistribusikan sebanyak ton yang terdiri dari 44,1 % dari lokal, 46,5 % dari regional dan 9,4 % dari internasional sedangkan berdasarkan daerah tujuan hasil tangkapan didistribusikan sebanyak ton yang terdiri dari 31,3 % untuk lokal, 30,4 % untuk regional, dan 38, 4 % dari internasional. Dimana diperoleh hasil tangkapan yang memiliki kualitas yang tinggi dengan karakteristik standarisasi mutu hasil tangkapan yang ketat adalah Negara Eropa dengan harga hasil tangkapan yang paling tinggi dimana harga ikan segar US$/kg dan harga ikan beku 9 80 US$/kg. 3. Tingkat pemanfaatan fasilitas yang ada di PPS Belawan belum optimal dikarenakan banyaknya fasilitas milik pribadi dari pihak swasta sehingga tidak memanfaatkan fasilitas pelabuhan. 8.2 Saran 1. Perlu diadakan penelitian yang spesifik terhadap daerah pendistribusian yang terkait dengan karakteristik hasil tangkapan dan karakteristik daerah pemasaran; 2. Peningkatan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pendistribusian hasil tangkapan agar hasil tangkapan mutunya terjaga; 3. Perbaikan sanitasi dan higienis fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan pendistribusian hasil tangkapan; 4. Perbaikan alat transportasi untuk mendistribusikan hasil tangkapan

96 DAFTAR PUSTAKA Anonim Kuantitas dan Kualitas. http: //frontcompie.wordpress.com /2007/ 11 / 24 / pilih-mana-kuantitas-atau-kualitas/. 7 Juni Anonim Parkir. http: //id.wikipedia.org/wiki/parkir. 7 Juni Anonim Pasar. Sosial-Ekonomi. 7 Juni Aryadi, O Manajemen Kualitas Ikan Pada Distribusi Hasil Tangkapan di PPP Cilauteureun Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Darmawan, T.R.A Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman Jakarta [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Departemen Perdagangan Buku 1 Analisis Pemasaran Konsepsi Dasar Pembinaan Efisiensi Pemasaran Hasil Pertanian Rakyat. Hasil-hasil workshop pembinaan efisiensi pemasaran hasil pertanian rakyat. Departemen Perdagangan, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Jakarta. Hal: Evans, J.R. dan Barry Berman Marketing. Macmillan Publishing Co.,Inc. 866 Third Avenue, New York. Hal: Hanafiah, A. M dan A. M. Saefuddin Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit UI (UI Press). Lubis, E Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bahan Kuliah m.a. Pelabuhan Perikanan. Laboratorium Pelabuhan Perikanan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Maharbhakti, Harlym M Sistem Informasi Avant Pays Meritime Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Malik, J.S Kajian Distribusi Hasil Tangkapan Ikan di PPI Muara Angke Jakarta Utara [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

97 82 Murdiyanto, B Pelabuhan perikanan : Fungsi, Fasilitas, Panduan, Operasional, Antrian Kapal. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Priyaza, Harry Kajian Aktivitas dan Kapasitas Fasilitas Fungsional Di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kronjo, Tanggerang. Skripsi ( Tidak Dipublikasikan ). Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Saladin, D Harga. indoskripsi. com/ node / Juni Salim, H.A. Abbas Manajemen Transportasi. Edisi I, Cetakan 5. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 226 hal. Santoso, F Studi Pendistribusian Ikan Segar dan Ikan Olahan dari Pangkalan Pendaratan Ikan Cituis Tangerang [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Sinaga, M Manajemen Transportasi dan Distribusi Fisis. Terjemahan. Jilid I Edisi ke 7. Jakarta : Erlangga. 226 hal. Siregar, M Beberapa Masalah Ekonomi dan Managemen Pengangkutan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. 187 hal.

98 Lampiran 1 Gambar layout PPS Belawan (penyebaran tangkahan) Sumber:UPT PPS Belawan,

99 84 Lampiran 2 Produksi perikanan laut menurut jenis ikan di PPS Belawan tahun Jenis Ikan Tahun Kerapu Kakap Cucut Bawal Hitam Bawal Putih Selayang Selar Senangin Tamban Kembung Tenggiri Layur Tongkol Aji-aji Manyung Pari Pisangpisang Lidah Gulama Biji nangka Teri Swanggi Cincaro Ikan lainnya Udang tiger Udang putih Udang lainnya Cumi-cumi Sotong Jumlah Sumber:UPT PPS Belawan, 2009

100 85 Lampiran 3 Nilai produksi perikanan laut menurut jenis ikan di PPS Belawan tahun Tahun Jenis Ikan Kerapu Kakap Cucut Bawal Hitam Bawal Putih Selayang Selar Senangin Tamban Kembung Tenggiri Layur Tongkol Aji-aji Manyung Pari Pisangpisang Lidah Gulama Biji nangka Teri Swanggi Cincaro Ikan lainnya Udang tiger Udang putih Udang lainnya Cumi-cumi Sotong Sumber: PPS Belawan Sumatera Utara, 2009

101 Lampiran 4 Produksi perikanan laut menurut alat penangkapan tahun Jenis Alat Tangkap Tahun Pukat Cincin Pukat Ikan Jaring Insang Pancing Lampara Dasar Total (Sumber: PPS Belawan Sumatera Utara, 2009) 86

102 88 Lampiran 5 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan NO FASILITAS FASILITAS POKOK JUMLAH/ UKURAN KONDISI DI LAPANGAN 1 Jetty 144 M 2 Baik 2 Dermaga M 2 Baik 3 Badan Jalan M 2 Baik 4 Turap / Revetment 265 M 2 Baik 5 Alur Pelayaran 1500 M Baik Lahan Kawasan Pelabuhan 6 Peruntukan 54,95 Ha 7 Drainase M 2 Baik 8 Sarana Bantu Navigasi (rambu suar) 9 Kantor PPS Belawan FASILITAS FUNGSIONAL 3 unit 1 unit / 852 M 2 Masih banyak berupa rawa ( 20 Ha) 1 Unit perlu diperbaiki Baik 1 TPI 1 unit / 800 M 2 Baik 2 Rumah Pompa 1 unit Baik 3 Rumah Genset 1 unit / 20 M 2 Baik 4 Sumur Bor 1 unit Baik 5 Transit Sheed 1 Unit / 670 M 2 Baik 6 Menara Tangki Air 2 unit 1 dikelola PERUM dan 1 milik PPSB 7 Gardu Listrik 1 unit / 24 M 2 Dikelola PERUM 8 Instalasi Pompa Air 1 unit Dikelola PERUM 9 Instalasi BBM 1 unit Dikelola PERUM 10 Lampu Dermaga 21 titik Baik 11 Lampu Jalan 14 tiitk Baik 12 Jaringan Listrik ( Kantor baru ) 1 paket / 63 x 3 x 220 AMP Baik 13 Mesin Genset 1 unit / 35 kva Baik 14 Mesin Pompa 1 unit Baik 15 Pelataran Parkir dan Pedestrian M 2 Baik 16 Pabrik Es M 2 Belum Optimal

103 89 FASILITAS PENUNJANG 1 Guess House 1 unit / 150 M 2 Baik 2 Mess Operator 1 unit / 120 M 2 Baik 3 Kantor Pengawasan 1 unit / 200 M 2 Baik 4 Balai Pertemuan Nelayan 1 unit / 150 M 2 Baik Gedung Serbaguna ( Kantor 5 SAMSAT Kelautan ) 1 unit / 200 M 2 Baik 6 Pos Jaga ( Pos masuk ) 1 unit / 54 M 2 Baik 7 Pos SATPAM ( Kantor Baru ) 1 unit / 20 M 2 Baik Pos SATPAM ( Kantor 8 pengawasan ) 1 unit / 9 M 2 Baik 9 Masjid 1 unit / 120 M 2 Baik 10 Musholla 1 unit / 30 M 2 Baik 11 Garasi 2 Unit / 142 M 2 Baik 12 Gudang Inventaris 1 unit / 40 M 2 Baik 28 Pintu / 452 M 2 Baik (dikelola Koperasi PPS Belawan) 13 Kios Waserda 14 Portal Gapura 2 unit Baik 15 Bangunan Pelimpah Sampah 8 unit Baik 16 MCK 1 Unit / 40 M 2 Baik 17 Sumur Bor + Tower Tangki air 1 Unit Baik Kendaraan Roda 6 ( Enam ) / Bus Pegawai 1 unit Baik Kendaraan Roda 4 ( Empat ) 4 unit Baik 20 Kendaraan Roda 2 ( Dua ) 10 unit Baik 21 Mesin Fotocopy 1 unit Baik 22 Over Head Projector ( OHP ) 1 unit Baik 23 Infokus Projector 1 unit Baik 24 Telephon Hunting System 1 unit Baik 25 Camera Digital 2 Unit Baik 26 Handy Talky 4 buah Baik 27 Radio SSB 1 unit Baik 28 Faximilie 1 unit Baik Baik ( 4 unit hibah ) 29 Komputer Lengkap 18 unit 30 Power Supplay (UPS) 5 unit Baik 31 Printer 18 unit Baik 32 Mesin Potong Rumput 3 unit Baik 33 Handy Cam 1 Unit Baik 34 CD Film Operasinal Pelabuhan 1 Set Baik 35 Tool Kit Set 1 unit Baik

104 90 36 Papan Visual / Operation Board 2 buah Baik 37 Note Book ( Lap Top ) 9 Unit Baik Meubelair Balai Pertemuan 38 Nelayan 1 paket Baik (Sumber: PPS Belawan Sumatera Utara, 2009)

105 91 Lampiran 6 Tingkat pemanfaatan kapasitas fasilitas distribusi hasil tangkapan di PPS Belawan 1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) a. Kapasitas Terpasang Diketahui: S: Luas gedung TPI (800 m 2 ) N= (S x R x α)/p N: Jumlah hasil tangkapan rata-rata per hari (ton/hari) P: Daya tampung produksi (0 m 2 /ton) R: Intensitas lelang per hari (0 kali) α: Perbandingan ruang lelang dengan gedung lelang (0) Ditanya: Kapasitas terpasang gedung TPI? Jawab: N = (S x R x α)/p N = 800 x 1 x 1/7,2 N = 111,044 ton /hari b. Kapasitas Aktual N= rata-rata produksi tahunan (tahun ) : jumlah hari dalam 1 tahun = 0/ 365 = 0 ton/hari c. Tingkat Pemanfaatan TPI = 0/110,044 x 100 % = 0 % 2. Pabrik es a. Kapasitas terpasang = volume pabrik es (m 3 ) : volume balok es (m 3 /buah) = (40 m x 10 m x 0,8 m)/ (0,8 m x 0,25 m x 0,25 m)

106 92 = 320/ 0,05 = buah/hari (1 es balok = 50 kg ton sehingga es yang dihasilkan per hari 320 ton/hari) b. Kapasitas aktual = rata-rata jumlah es/balok (hari) = 217,55 ton c. Tingkat Pemanfaatan pabrik es = 217,55/320 x 100 % = 67,98 % 3. Area Parkir a. Kapasitas terpasang sebesar m 2 dengan jumlah kendaraan yang tertampung sebanyak 423 kendaraan/hari b. Kapasitas aktual = ( P x R ) / D = ( 111,044 x 10 ) / 4 = 277,61 m 2 Dimana jumlah kendaraan yang tertampung sebanyak 27 kendaraan/hari c. Tingkat pemanfaatan dari luas area parkir = 277,61 / x 100 % = 6,56 %

107 93 Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian Pintu gerbang masuk lokasi PPS Belawan Sumatera Utara Kantor Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

108 94 Tempat Pelelangan Ikan Area Parkir Pabrik Es Pembuatan Es Balok Salah satu cold storage milik swasta Pusat Pemasaran Ikan di KUD Belawan

109 95 Pengangkutan Hasil Tangkapan Ke KUD Keranjang Hasil Tangkapan Penanganan Hasil Tangkapan Ekspor Penanganan Hasil Tangkapan Ekspor Kegiatan di Cold Storage Kegiatan di Cold Storage

110 96 Penanganan Hasil Tangkapan Ekspor Pembuatan Kotak Pengepakan Penimbangan Hasil Tangkapan Cold Box Kotak Pengepakan Hasil Tangkapan Penyimpanan di Cold Storage

111 97 Beberapa Contoh Hasil Tangkapan di PPS Belawan Cumi-cumi Udang Ikan Kakap Ikan Selar Ikan Biji Nangka Ikan Kerapu

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara dan tangkahan-tangkahan di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi 2.1.1 Pengertian distribusi Salim (2000) mengemukakan bahwa dalam distribusi terdapat dua kategori, yaitu: 1. Pemindahan bahan dan hasil produksi dengan menggunakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Lokasi PPS Belawan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan terletak pada koordinat geografis 03º 47 00 LU dan 98 42 BT, posisi yang cukup strategis bila ditinjau dari

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

Lebih terperinci

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain LEmBRGn PEHELITinn STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR Jonny Zain ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 di Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 pasal 1, Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 1-11 EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA Jonny Zain 1), Syaifuddin 1), Yudi Aditya 2) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I 1.1 Tinjauan Umum Indonesia adalah negara kepulauan yang mana luas wilayah perairan lebih luas dibanding luas daratan. Oleh karena itu pemerintah saat ini sedang mencoba untuk menggali potensi

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 009. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMASARAN HASIL PERIKANAN DI PASAR IKAN TERINTEGRASI PADA PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di Tempat Pendaratan Ikan (TPI)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan

Lebih terperinci

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4.1 DESKRIPSI PPSC Gagasan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap diawali sejak dekade 1980-an oleh Ditjen Perikanan dengan mengembangkan PPI Sentolokawat, namun rencana

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 44 6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan 6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang perekonomian nasional, Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Manajemen, Pemasaran, dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

6. FUNGSI PPI MUARA BATU 6. FUNGSI PPI MUARA BATU Fungsi pelabuhan perikanan yang optimal merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari pembangunan perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat secara nyata jika pembangunan perikanan

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terletak di Teluk Jakarta tepatnya di Kelurahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT ANALISIS SUPPLY CHAIN DALAM AKTIVITAS DISTRIBUSI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU (PPNP) Supply Chain Analysis on the Distribution Activity in Palabuhanratu Archipelago Fishing Port Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam tata surya yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran pada saat perusahaan ingin memuaskan kebutuhannya melalui sebuah proses transaksi. Pemasaran juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir BAB 4 ANALISIS Dalam bab ini akan membahas analisis komoditas ikan mulai dari hulu ke hilir berdasarkan klasifikasi inventarisasi yang sudah di tentukan pada bab selanjutnya dengan menggunakan skema pendekatan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan tuna

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan tuna I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2004, kegiatan perikanan tangkap khususnya perikanan tuna mendapatkan perhatian internasional. Hal ini terkait dengan maraknya kegiatan penangkapan ikan tuna

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km. Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran nelayan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 53 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengelolaan Aktifitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke 6.1.1 Aktivitas pra pelelangan ikan Aktivitas pra pelelangan ikan diawali pada saat ikan berada di atas dermaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 81.000 km panjang garis pantai, memiliki potensi beragam sumberdaya pesisir dan laut yang

Lebih terperinci