POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA ORGANISASI DAN SOSIAL DENGAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN STUDI KASUS DI PPP DADAP KABUPATEN INDRAMAYU FATHUROHIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA ORGANISASI DAN SOSIAL DENGAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN STUDI KASUS DI PPP DADAP KABUPATEN INDRAMAYU FATHUROHIM"

Transkripsi

1 POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA ORGANISASI DAN SOSIAL DENGAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN STUDI KASUS DI PPP DADAP KABUPATEN INDRAMAYU FATHUROHIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2012 Fathurohim

3 ABSTRAK FATHUROHIM, C , Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu. Dibimbing oleh THOMAS NUGROHO dan IIN SOLIHIN. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Dadap merupakan salah satu pangkalan yang produktif di Kabupaten Indramayu sampai tahun 2007 sehingga menaikan statusnya menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP). Akan tetapi, setelah dinaikan statusnya PPP Dadap mulai mengalami penurunan kinerja. Penelitian dilakukan untuk mengetahui aktivitas operasional PPP Dadap, faktor-faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap, dan pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan PPP Dadap. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif untuk mengetahui aktivitas operasional PPP Dadap dan faktor-faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap serta analisis statistik parametrik untuk mengetahui pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap. Hasil analisis diperoleh bahwa aktivitas pendaratan ikan di PPP Dadap dari tahun 2001 sampai tahun 2011 cenderung mengalami penurunan, mempunyai kisaran pertumbuhan -89,98 % - 254,64 % dan aktivitas pelayanan kebutuhan melaut PPP Dadap tahun cenderung meningkat dan mempunyai kisaran pertumbuhan -18,38% - 90,86%. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPP Dadap mulai tahun 2008 tidak terjadi aktivitas pelelangan, tetapi hasil tangkapan tersebut mengalami pendataan di TPI PPP Dadap oleh petugas TPI. Faktor-faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap berupa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal: fasilitas pelabuhan, bakul ikan, jumlah armada penangkapan, dan sedimentasi. Faktor eksternal: dukungan aparatur desa, serta sumberdaya ikan (SDI) dan daerah penangkapan Ikan (DPI). Pola hubungan kinerja PPP Dadap untuk pemilik kapal diperoleh persamaan Y = 11,0 + 0,048 X 1 + 0,263 X 2, sedangkan untuk anak buah kapal (ABK) diperoleh persamaan Y = 18,7 + 0,0906 X 1 0,005 X 2. Kata kunci: aktivitas operasional, PPP Dadap, analisis regresi linier berganda

4 ABSTRACT FATHUROHIM, C Relationship Pattern Between Organization and Social Performance with Fishing Port Performance, Case Study in PPP Dadap Indramayu District. Superviced by THOMAS NUGROHO dan IIN SOLIHIN. Fish Landing Base (PPI) Dadap is one of productive fishing port in Indramayu district until 2007, it caused the status raise into Fishery Harbour Beach (PPP). However, after the status raised, performance of PPP Dadap started to decline. Research conducted to determine operational activity in PPP Dadap, influence factors decline operational activity in PPP Dadap, and relationship pattern between the organization performance and social performance in PPP Dadap. The descriptive analysis is used to knows operational activity and influence factors decline operational activity in PPP Dadap and statistical parametrik analyses to know relationship pattern between social and the organization performance with PPP Dadap performance. The result of analysis obtained that fish landing activity in PPP Dadap from 2001 to 2011 tended to decline have range growth -89,98 % to 254,64 % and service fishing activity needs from tending to rise and have range growth -18,38 % to 90,86 %. Fish Auction Place (TPI) in PPP Dadap started in 2008 did not occur activity auction but the catch has had a survey in PPP Dadap by TPI officers. Factors influential to decrease operational activity in PPP Dadap form of factor internal and external factors. The internal factors: port facilities, middleman, the fleet catching, and sedimentation. The external factors: apparatus village support, fish resources (SDI) and the region of catching fish (DPI). Relationship pattern performance in PPP Dadap for the ship owner obtained an equation Y = 11,0 + 0,048 X 1 + 0,263 X 2, while the crew members obtained an equation Y = 18,7 + 0,0906 X 1 0,005 X 2. Key words: operational activity, PPP Dadap, multiple linier regression analysis.

5 Hak Cipta IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

6 POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA ORGANISASI DAN SOSIAL DENGAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN STUDI KASUS DI PPP DADAP KABUPATEN INDRAMAYU FATHUROHIM Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

7 Judul Penelitian Nama Mahasiswa NRP Program Studi : : : : Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu. Fathurohim C Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui Komisi Pembimbing Ketua, Anggota, Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si NIP Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si NIP Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP Tanggal ujian: 10 Agustus 2012 Tanggal lulus :

8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pembuatan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul penelitian ini adalah Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Thomas Nugroho, S.Pi, M.Si. dan Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si. selaku komisi pembimbing, atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini; 2. Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan dan Akhmad Solihin, S.Pi, MH sebagai penguji tamu pada sidang ujian skripsi; 3. Bapak Oni (Divisi Kelautan), Ibu Erna (Divisi Kelautan), Bapak Edi (KCD Kecamatan Juntinyuat dan Sliyeg), dan H. Jaeni (Manajer PPP Dadap) yang telah memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini; 4. Ayahanda (Kaerudin), Ibunda (Naipah), Kakak tersayang (Fadhliatun), Adik tercinta (Fania), dan Erny Hernawati yang selalu memberikan semangat, dukungan, serta doanya kepada penulis; 5. Teman-teman seperjuangan (PSP 45) dan semua civitas PSP yang telah memberikan kebersamaan yang tidak terlupakan; dan 6. Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi penulis dan pihak-pihak yang memerlukannya. Bogor, September 2012 Fathurohim

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 28 Juni Penulis adalah anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Kaerudin dan Naipah. Tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 1 Sindang Kabupaten Indramayu dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) yang terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Departemen Pendidikan dan Pengembangan Suberdaya Manusia (PPSDM) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun , anggota Departemen Pengembangan Suberdaya Manusia (PSDM) Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Indramayu (IKADA) pada tahun , serta anggota Departemen Bina Jaringan (Binjar) Ikatan Keluarga dan Mahasiswa Indramayu (IKADA) pada tahun Pada tahun 2012, penulis melakukan penelitian dengan judul Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja Pelabuhan Perikanan, Studi Kasus Di PPP Dadap Kabupaten Indramayu sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan Fasilitas Pelabuhan Perikanan Aktivitas Operasional Pelabuhan Aspek Sosial Ekonomi dalam Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan Kinerja Kinerja sosial Kinerja organisasi Kinerja pelabuhan METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Analisis Data Aktivitas operasional PPP Dadap Faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap Pola hubungan Antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap ix

11 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografi, dan Iklim Keadaan Umum Perikanan Kondisi umum Pantai Indramayu Unit penangkapan ikan Kabupaten Indramayu Keadaan Umum PPP Dadap Letak geografis, topografi, dan iklim Unit penangkapan ikan PPP Dadap Fasilitas pelabuhan perikanan HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aktivitas Operasional PPP Dadap Pendaratan ikan Kunjungan kapal Aktivitas pelelangan ikan Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut Faktor Berpengaruh Terhadap Penurunan Aktivitas Operasional PPP Dadap Faktor internal Faktor eksternal Pola Hubungan Antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja PPP Dadap Pemilik kapal Anak Buah Kapal (ABK) KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian Rincian indikator pada setiap variabel Contoh tabulasi data Pangkalan pendaratan ikan di Kabupaten Indramayu Data nelayan di Kabupaten Indramayu tahun Data kapal di Kabupaten Indramayu tahun Jumlah dan jenis alat tangkap di Kabupaten Indramayu tahun Jumlah nelayan Desa Dadap tahun Jumlah kapal perikanan di Desa Dadap tahun Jumlah alat tangkap di Desa Dadap tahun Jumlah produksi yang didaratkan di PPP Dadap sebelas tahun terakhir Jumlah penjualan BBM (solar) di PPP Dadap tahun Harga ikan di Kabupaten Indramayu tahun Hasil wawancara pemilik kapal payang Hasil analisis ANOVA kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan untuk pemilik kapal Hasil uji-t pengaruh kinerja sosial dan kinerja organisasi terhadap kinerja pelabuhan untuk pemilik kapal Hasil analisis ANOVA kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan untuk ABK Hasil uji-t pengaruh kinerja sosial dan kinerja organisasi terhadap kinerja pelabuhan untuk ABK xi

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Pola kelembagaan dalam pelabuhan perikanan Kapal yang berlabuh di PPP Dadap Proses penimbangan ikan di bakul ikan Alat yang digunakan untuk menyalurkan air bersih Jumlah tangkapan 5 (lima) trip terakhir responden xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Lokasi penelitian Fasilitas PPP Dadap Hasil perhitungan validitas Tahapan dalam mengolah data xiii

15 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan perikanan mempunyai peran penting sebagai prasarana pendukung perkembangan perikanan di suatu daerah. Keberadaan pelabuhan perikanan di suatu daerah diharapkan dapat mendukung aktivitas perikanan dan juga dapat meningkatkan perekonomian daerah. Pelabuhan perikanan sebagai pusat aktivitas perikanan tangkap mulai dari perijinan berlayar, tambat labuh kapal perikanan, pelayanan kebutuhan melaut, pendaratan hasil tangkapan, pelelangan hasil tangkapan, penanganan mutu hasil tangkapan, pengolahan hasil tangkapan, sampai distribusi/pemasaran hasil tangkapan. Pelabuhan perikanan merupakan suatu organisasi publik yang melayani masyarakat umum khususnya nelayan. Pelabuhan perikanan perlu dukungan kelembagaan yang baik dalam mengelola fasilitas yang tersedia untuk mendukung usaha perikanan tangkap. Manajemen organisasi akan menentukan tingkat pelayanan dan kinerja pelabuhan perikanan. Kepuasan para pengguna pelabuhan dapat dilihat dari kinerja pelabuhan tersebut. Oleh karena itu, kinerja pelabuhan sangat menentukan keberhasilan sebuah pelabuhan. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap semula merupakan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang dibangun pada tahun 2000 di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu dan posisinya terletak diantara PPI Glayem dan PPI Tegalagung. Tahun PPI Dadap merupakan salah satu yang produktif di Kabupaten Indramayu dan cukup diakui di Provinsi Jawa Barat, karena pada tahun tersebut produksinya bisa mencapai 4.737,33 ton. Pada tahun 2008 PPI Dadap berubah status menjadi PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai). Kemudian mulai tahun 2009 sampai sekarang PPP Dadap mengalami penurunan aktivitas dan kinerja operasionalnya disebabkan banyaknya permasalahan yang terjadi di PPP Dadap tersebut, salah satunya adalah perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purseseine ke Pandeglang-Banten yang berdampak pada penurunan produksi PPP Dadap. Perubahan status PPI menjadi PPP kinerja pelabuhan tidak meningkat tetapi justru menurun.

16 2 Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian mengenai Pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan perikanan, studi kasus di PPP Dadap Kabupaten Indramayu sangat perlu dilakukan. Hal ini beguna untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional di PPP Dadap dan bagaimana pola hubungan kinerja pelabuhan tersebut. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan aktivitas operasional PPP Dadap; 2) Menentukan faktor yang berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap; 3) Mencari pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktorfaktor apa saja yang berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional di PPP Dadap dan bagaimana pola hubungan kinerja pelabuhan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Indramayu, pihak pengelola PPP Dadap dan instansi terkait sehingga dapat digunakan sebagai tolok ukur atau pedoman dalam upaya perbaikan dan peningkatan kinerja PPP Dadap untuk ke depannya.

17 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan bab I Pasal 1). Departemen Pertanian dan Departemen Perhubungan (1996) dalam Murdiyanto (2004) mendefinisikan pelabuhan perikanan sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh, bertambat, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan. Menurut Anonimous (1983) dalam Lubis (2010), pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pelabuhan perikanan adalah pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional maupun internasional (Direktorat Jenderal Departemen Pertanian R.I., 1981 dalam Murdiyanto, 2004). Aspek-aspek tersebut secara terperinci yaitu (Lubis, 2010): 1) Aspek produksi: bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat pemusatan armada penangkapan untuk mendaratkan hasil tangkapannya, menyediakan tempat berlabuh yang aman, menjamin kelancaran membongkar hasil tangkapan, dan menyediakan suplai logistik. 2) Aspek pengolahan: bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk membina peningkatan mutu serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari kerugian dari pasca tangkap.

18 4 3) Pemasaran: bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang dapat menguntungkan nelayan melalui aktivitas pelelangan ikan. 2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 bab VII Pasal 16, pelabuhan perikanan diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelas, yaitu: 1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS); 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN); 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP); 4) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Kriteria teknis untuk 4 (empat) kelas pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 bab VII Pasal 17 Pasal 20, yaitu: 1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan laut lepas; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya GT kapal perikanan sekaligus; (5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; (6) Terdapat industri perikanan. 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT;

19 5 (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya GT kapal perikanan sekaligus; (5) Terdapat industri perikanan. 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan, dan laut teritorial; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. 4) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) (1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; (2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT; (3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m; (4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus. 2.3 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan dalam menjalankan semua aktivitas dan kegiatannya bila ditinjau dari fungsinya, pelabuhan perikanan tentunya berbeda dengan jenis pelabuhan-pelabuhan pada umumnya karena pelabuhan perikanan dikhususkan untuk bidang perikanan. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 bab IV Pasal 4, pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dengan lingkungannya mulai dari praproduksi,

20 6 produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran. Berikut fungsi pelabuhan perikanan tersebut: 1) Pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan; 2) Pelayanan bongkar muat; 3) Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan; 4) Pemasaran dan distribusi ikan; 5) Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan; 6) Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan; 7) Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan; 8) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan; 9) Pelaksanaan kesyahbandaran; 10) Pelaksanaan fungsi karantina ikan; 11) Publikasi hasil riset kelautan perikanan; 12) Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; 13) Pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), kebakaran, dan pencemaran). Menurut Lubis (2010) mengatakan bahwa, secara umum pelabuhan perikanan mempunyai fungsi yang dapat dikelompokan sebagai berikut: 1) Fungsi maritim Pelabuhan perikanan mempunyai aktivitas-aktivitas yang bersifat kemaritiman, yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut, dan daratan untuk semua aktivitasnya. 2) Fungsi komersial Fungsi ini timbul karena pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat awal untuk mempersiapkan pendistribusian produksi perikanan dengan melakukan transaksi pelelangan ikan. 3) Fungsi jasa Fungsi ini meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan perikanan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi jasa dapat dikelompokan menjadi: (1) Jasa-jasa yang melayani pendaratan ikan, antara lain penyediaan alat-alat pengangkut ikan, keranjang-keranjang atau basket plastik, dan buruh untuk membongkar ikan;

21 7 (2) Jasa-jasa yang melayani kapal-kapal penangkap ikan antara lain dalam penyediaan bahan bakar, air bersih, dan es; (3) Jasa-jasa yang menangani mutu ikan, antara lain terdapatnya fasilitas cold storage, cool room, pabrik es, dan penyedia air bersih; (4) Jasa-jasa yang melayani keamanan pelabuhan, antara lain adanya jasa pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan; (5) Jasa-jasa pemeliharaan kapal dan pelabuhan, antara lain adanya fasilitas docking, slipways, dan bengkel. Peranan pelabuhan perikanan sangat penting dalam perikanan tangkap karena pelabuhan perikanan merupakan pusat perekonomian mulai ketika ikan selesai ditangkap dari fishing ground-nya maupun ketika akan dipasarkan lebih lanjut. Menurut Lubis (2010) secara rinci pelabuhan perikanan berperan terhadap: 1) Hasil tangkapan yang didaratkan: (1) Mampu mempertahankan mutu ikan dan dapat memberikan nilai tambah; (2) Mampu melakukan pembongkaran secara cepat dan menseleksi ikan secara cermat; (3) Mampu memasarkan ikan yang menguntungkan baik bagi nelayan maupun pedagang melalui aktivitas pelelangan ikan; (4) Mampu melakukan pendataan produksi hasil tangkapan yang didaratkan secara akurat melalui sistem pendataan yang benar; 2) Para pengguna di pelabuhan perikanan: (1) Sebagai pusat dan tukar menukar informasi antar pelaku di pelabuhan; (2) Mampu meningkatkan pendapatan para pelaku di pelabuhan dengan pelaksanaan pelelangan ikan; (3) Mampu menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi para pelaku untuk beraktivitas di pelabuhan; 3) Perkembangan wilayah, baik dari aspek ekonomi maupun sosial budaya: (1) Mampu meningkatkan perekonomian kota/kabupaten sehingga menambah pendapatan asli daerah; (2) Terdapatnya beragam sosial budaya akibat keheterogenan penduduk karena urbanisasi;

22 8 (3) Mampu menyerap tenaga kerja berkaitan dengan aktivitas kepelabuhanan perikanan dan aktivitas terkait di sekitarnya. 2.4 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan harus dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan baik seperti apa yang sudah disebutkan di atas, agar dapat memenuhi fungsi dan perannya tersebut pelabuhan harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 bab VIII Pasal 22, fasilitas yang terdapat pada pelabuhan perikanan meliputi: fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. 1) Fasilitas pokok, sekurang-kurangnya meliputi: (1) Pelindung seperti breakwater, revetment, dan groin dalam hal teknis diperlukan; (2) Tambat seperti dermaga dan jetty; (3) Perairan seperti kolam dan alur pelayaran; (4) Penghubung seperti jalan, drainase, gorong-gorong, dan jembatan; (5) Lahan pelabuhan perikanan. 2) Fasilitas fungsional, sekurang-kurangnya meliputi: (1) Pemasaran hasil perikanan seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI); (2) Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telefon, internet, rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas; (3) Suplai air bersih, es, dan listrik; (4) Pemeliharaan kapal dan alat penangkap ikan seperti dock/slipway, bengkel, dan tempat perbaikan jaring; (5) Penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan Laboratorium pembinaan mutu; (6) Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan; (7) Transportasi seperti alat-alat angkut ikan dan es; dan (8) Pengolahan limbah. 3) Fasilitas penunjang, sekurang-kurangnya meliputi: (1) Pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan;

23 9 (2) Pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga, dan pos pelayanan terpadu; (3) Sosial/umum seperti tempat peribadatan dan MCK; (4) Kios IPTEK; (5) Penyelenggaraan fungsi pemerintahan seperti keselamatan pelayaran, kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), bea dan cukai, pengawas perikanan, kesehatan masyarakat, dan karantina ikan. Menurut Lubis (2010) mengatakan bahwa, secara umum pelabuhan perikanan mempunyai fasilitas sebagai berikut: 1. Fasilitas pokok Fasilitas pokok adalah fasilitas dasar atau pokok yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas pokok di pelabuhan perikanan antara lain (Lubis, 2010): 1) Dermaga Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat labuh dan tambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut. 2) Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga. 3) Alat bantu navigasi Alat bantu navigasi adalah alat yang berfungsi: (1) Memberikan peringatan atau tanda-tanda terhadap bahaya yang tersembunyi misalnya batu karang di suatu perairan; (2) Memberikan petunjuk/bimbingan agar kapal dapat berlayar dengan aman di sepanjang pantai, sungai, dan perairan lainnya; (3) Memberikan petunjuk dan bimbingan pada waktu kapal akan keluar masuk pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang jangkar. 4) Breakwater atau pemecah gelombang Breakwater suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut.

24 10 2. Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini tidak harus ada di pelabuhan perikanan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut. Fasilitas fungsional dikelompokkan menjadi (Lubis, 2010): 1) Penanganan hasil tangkapan dan pemasaran, yaitu: (1) Tempat Pelelangan Ikan (TPI), berfungsi untuk melelang ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan); (2) Fasilitas pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan ikan, seperti gedung pengolahan, tempat penjemuran ikan, dan lain-lain; (3) Pabrik dan gudang es, dipergunakan untuk mempertahankan mutu ikan pada saat operasi penangkapan dan pengangkutan ke pasar atau pabrik; (4) Gudang es, diperlukan apabila produksi kemungkinan tidak terserap pasar secara keseluruhan, pabrik es jauh dari dermaga perbekalan (out fitting) atau kemungkinan mendatangkan es dari luar; (5) Refrigerasi/fasilitas pendinginan, seperti cool room, cold storage; (6) Gedung-gedung pemasaran, dimana tempat ini biasanya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti alat sortir, timbangan, pengepakan, dan lain-lain. 2) Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat penangkap ikan, yaitu: (1) Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan; (2) Ruangan mesin; (3) Tempat penjemuran alat penangkap ikan; (4) Bengkel: fasilitas untuk memperbaiki mesin kapal; (5) Slipway: tempat untuk memperbaiki bagian lunas kapal; (6) Gudang jaring: tempat untuk penyimpanan jaring; (7) Vessel lift: fasilitas untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke lapangan perbaikan kapal. 3) Fasilitas perbekalan: tangki dan instalasi air minum, tangki bahan bakar. 4) Fasilitas komunikasi: stasiun jaringan telepon, radio SSB.

25 11 3. Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan. Fasilitas ini berupa (Lubis, 2010): 1) Fasilitas kesejahteraan antara lain MCK, poliklinik, mess, kantin, dan musholla; 2) Fasilitas administrasi meliputi kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar, kantor beacukai, dan lainnya. 2.5 Aktivitas Operasional Pelabuhan Operasionalisasi pelabuhan perikanan dan Pangkalan Pendaratan Ikan adalah tindakan atau gerakan sebagai pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan untuk memanfaatkan fasilitas pada PP/PPI agar berdaya guna dan bernilai guna (efektif dan efisien) secara optimal bagi fasilitas itu sendiri atau fasilitas lainya yang terkait. Kegiatan operasional PP/PPI yang dilakukan tersebut hendaknya berorientasi pada kepentingan masyarakat pengguna jasa PP/PPI. Ini berarti operasionalisasi PP/PPI mengacu pada pelayanan prima (Murdiyanto, 2004). Aktivitas di Pelabuhan perikanan sangat banyak, untuk memudahkanya maka keseluruhan aktivitas yang ada harus dikelompokan. Menurut Pane (2002) dalam Hadiyanto (2004), aktivitas di pelabuhan perikanan dibagi menjadi 7 (tujuh) kelompok, yaitu: 1) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan: pendaratan hasil tangkapan (pembongkaran dan pengangkutan hasil tangkapan ke TPI), pelelangan ikan hasil tangkapan, pendistribusian hasil tangkapan, dan penanganan hasil tangkapan; 2) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan hasil tangkapan: pembekuan, pengolahan, dan distribusi hasil tangkapan; 3) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan: tambat labuh, perbaikan, pembuatan kapal, pembuatan alat, dan perbaikan alat; 4) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan: penyediaan air, penyediaan es, penyediaan BBM, penyediaan garam,

26 12 penyediaan kebutuhan konsumsi, penyediaan sparepart kapal, penyediaan mesin, dan penyediaan bahan alat tangkap; 5) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan pelaku aktif: koperasi, asosiasi pelaku aktif, himpunan pelaku aktif, dan paguyuban pelaku aktif; 6) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan kelembagaan penunjang: syahbandar, perbankan, dan keamanan; 7) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan pelabuhan perikanan: pengelolaan fasilitas komersial, pengelolaan fasilitas nonkomersial, dan pengelolaan TPI. 2.6 Aspek Sosial Ekonomi dalam Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan Berdasarkan fungsi dan peranan serta fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, bisa dikatakan pelabuhan perikanan merupakan salah satu organisasi publik sehingga di dalam pelabuhan perikanan pasti terdapat aspek sosial ekonomi yang terjadi dan mempengaruhi kegiatan di dalamnya. Menurut Nugroho (2011), aspek sosial dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan di dalamnya mencakup: 1) Demografi (kependudukan) Keberadaan pelabuhan perikanan menjadi daya tarik ekonomi sehingga banyak orang mendekatinya sehingga menyebabkan terjadinya mobilitas penduduk (nelayan, pedagang, dan pengolah). 2) Mata pencaharian Keberadaan pelabuhan perikanan dapat menjadi tempat bekerja masyarakat terutama penduduk lokal dan sekitarnya dengan berbagai jenis pekerjaan misalnya nelayan, bakul ikan, dan pedagang warung. (1) Pola kerja Sistem kerja pelaku ekonomi/stakeholder yang terlibat dalam aktivitas di pelabuhan perikanan meliputi waktu kerja, pembagian kerja, kerjasama, penghasilan, keterampilan, modal, dan teknologi. (2) Produksi Output usaha yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Termasuk siklus kegiatan produksi harian.

27 13 3) Menciptakan lapangan kerja Keberadaan pelabuhan perikanan dapat membuka lapangan kerja berupa kesempatan usaha dan kerja masyarakat terutama penduduk lokal dan sekitarnya serta pendatang sehingga dapat mengatasi pengangguran. (1) Kesempatan bisnis Meliputi jenis dan tipe bisnis yang dikelola masyarakat, jumlah usaha, kompetisi usaha antar penduduk lokal dan pendatang, serta perijinan usaha. (2) Kesempatan pekerjaan Kesempatan kerja berada disektor formal maupun informal yaitu meliputi jumlah orang yang bekerja atau menggantungkan hidupnya di pelabuhan perikanan. Jumlah dan jenis pekerjaan baik formal maupun informal yang ada di pelabuhan perikanan. 4) Kelembagaan Kelembagaan merupakan pola hubungan antar individu atau kelompok masyarakat baik hubungan formal maupun non formal. Dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan yang termasuk hubungan formal seperti koperasi perikanan (KUD Mina), kelompok usaha bersama, dan HNSI. Sedangkan yang termasuk hubungan non formal adalah hubungan antara nelayan dan pemilik modal. Pola Hubungan Antar Individu atau Kelompok Masyarakat Hubungan Formal Hubungan Non Formal 1. Koperasi Perikanan (KUD Mina) 2. Kelompok Usaha Bersama 3. dll Hubungan nelayan dengan pemilik modal Gambar 1 Pola kelembagaan dalam pelabuhan perikanan Aspek ekonomi dalam pemanfaatan pelabuhan perikanan di dalamnya meliputi (Nugroho, 2011):

28 14 1) Penyerapan tenaga kerja Keberadaan pelabuhan perikanan dapat menciptakan kesempatan kerja yang bersifat formal maupun informal sehingga mampu menyerap tenaga kerja lokal di institusi pemerintah, industri pengolahan, perdagangan/pemasaran, dan buruh. 2) Tumbuhnya industri pengolahan Keberadaan pelabuhan perikanan dapat mendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan. Faktor pendorong tumbuhnya industri pengolahan ikan antara lain: (1) Bahan baku Ketersediaan bahan baku dengan kontinuitas yang terjamin khususnya ikan sangat menentukan tumbuhnya industri pengolahan produk perikanan. (2) Peluang pasar Peluang pasar ditandai oleh tingginya animo/permintaan masyarakat terhadap produk olahan produk perikanan. (3) Dukungan pemerintah Meliputi bantuan pelatihan keterampilan teknis, pembiayaan, kemudahan perijinan, dan insentif pajak. 3) Pusat pemasaran Keberadaan pelabuhan perikanan menjadi pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan nelayan dengan adanya: (1) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) menjadi tempat pertemuan antara nelayan dengan calon pembeli. Melalui mekanisme pelelangan, pemasaran hasil tangkapan nelayan serta harga ikan lebih terjamin. (2) Pasar ikan Di sekitar PP dapat berkembang menjadi pasar ikan. Pasar ikan merupakan tempat pertemuan antara nelayan, pedagang, dan calon konsumen/pembeli. 4) Pertumbuhan ekonomi regional/lokal Keberadaan pelabuhan perikanan akan mendorong pertumbuhan ekonomi regional/lokal. Indikator pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari perkembangan

29 15 usaha jasa dan non jasa kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) serta mobilitas penduduk. (1) Usaha jasa dan non jasa Meliputi jenis dan jumlah usaha, bentuk interaksi usaha dengan masyarakat serta keterlibatan penduduk lokal. (2) Kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dengan adanya pelabuhan perikanan akan meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB. (3) Mobilitas penduduk Meliputi frekuensi keluar masuk pendatang, jumlah pendatang, jenis usaha yang dikembangkan oleh pendatang serta interaksi pendatang dengan penduduk lokal. 5) Peluang investasi Keberadaan pelabuhan perikanan akan membuka peluang investasi di sektor perikanan yakni dibidang penangkapan, perdagangan ikan, dan industri pengolahan. Investasi di sektor perikanan akan menciptakan multiplier effect berupa: (1) Membuka lapangan kerja; (2) Memacu pertumbuhan ekonomi. 2.7 Kinerja Kinerja merupakan suatu konstruk (construct) yang bersifat multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya (Mahmudi, 2010). Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi (Bastian (2001) dalam Herinugrah (2010). Menurut Mudzakir (2009), kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu Kinerja sosial Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Mudzakir, 2009). Sedangkan sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam

30 16 masyarakat, seperti kehidupan nelayan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa, kinerja sosial adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan manusia dalam masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan nelayan selama kurun waktu tertentu. Pencapaian kinerja yang tinggi merupakan suatu prestasi, oleh karenanya setiap organisasi dituntut untuk dapat selalu meningkatkan kinerjanya. Semakin tinggi kinerja organisasi, maka semakin tinggi pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Konsep kinerja menurut Rummler dan Brache dalam Mudzakir (2009) dapat diterapkan pada 3 (tiga) tingkatan dalam organisasi, yaitu: tingkatan organisasi (organization level), tingkat proses (process level), dan tingkat tugas atau pelaksanaan tugas (job performer level). Tingkat organisasi menekankan pada hubungan organisasi dan fungsi-fungsi utamanya yang tergambar dalam kerangka dasar struktur organisasi serta mekanisme kerja yang ada, tingkat proses menekankan pada proses kegiatan antara fungsi, dan tingkat tugas atau pelaksanaan tugas menekankan pada individu-individu yang melaksanakan proses pekerjaan. Menurut Mahmudi (2010), secara umum kinerja sosial akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu; 2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan; 3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan, dan keeratan anggota tim; 4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur dalam organisasi; 5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan serta perubahan lingkungan ekternal dan internal.

31 Kinerja organisasi Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan suatu organisasi, serta merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota organisasi. Kinerja organisasi bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input) (Herinugrah, 2010). Hasil kerja yang dicapai oleh suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh instansi dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Berikut adalah indikator kinerja organisasi menurut (Sobandi (2006) dalam Herinugrah (2010)): 1) Keluaran (Output) Keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik ataupun non fisik. Suatu kegiatan yang berupa fisik maupun non fisik yang diharapkan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Kelompok keluaran (output) meliputi dua hal. Pertama, kualitas pelayanan yang diberikan, indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan. Kedua, kuantitas pelayanan yang diberikan yang memenuhi persyaratan kualitas tertentu. Indikator ini mengukur kuantitas fisik pelayanan yang memenuhi uji kualitas. 2) Hasil Hasil adalah mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan. Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Kelompok hasil, mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan, kelompok ini mencakup ukuran persepsi publik tentang hasil. Ukuran itu mencakup akibat tidak langsung yang signifikan, dimaksud atau tidak dimaksud, positif atau negatif, yang terjadi akibat pemberian pelayanan yang diberikan.

32 18 3) Kaitan usaha dengan pencapaian Kaitan usaha dengan pencapaian adalah ukuran efisiensi yang mengkaitkan usaha dengan keluaran pelayanan. Indikator yang mengaitkan usaha dengan pencapaian, meliputi dua hal. Pertama, ukuran efisiensi yang mengaitkan usaha dengan keluaran pelayanan, indikator ini mengukur sumber daya yang digunakan atau biaya per unit keluaran, dan memberi informasi tentang keluaran ditingkat tertentu dari penggunaan sumber daya di lingkungan organisasi. Kedua, ukuran biaya hasil yang menghubungkan usaha dan hasil pelayanan, ukuran ini melaporkan biaya per unit hasil, dan mengaitkan biaya dengan hasil sehingga managemen publik dan masyarakat bisa mengukur nilai pelayanan yang telah diberikan. 4) Informasi penjelas Informasi penjelas adalah suatu informasi yang harus disertakan dalam pelaporan kinerja yang mencakup informasi kuantitatif dan naratif. Membantu pengguna untuk memahami ukuran kinerja yang dilaporkan, menilai kinerja suatu organisasi, dan mengevaluasi signifikansi faktor yang akan mempengaruhi kinerja yang dilaporkan. Ada dua jenis informasi penjelas yaitu pertama, faktor substansial yang ada diluar kontrol seperti karakteristik lingkungan dan demografi. Kedua, faktor yang dapat dikontrol seperti pengadaan staf. Kinerja organisasi tidak lepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi (Ruky, 2001 dalam Herinugrah (2010)): 1) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut; 2) Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi; 3) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan; 4) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan;

33 19 5) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi; 6) Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi dan lainnya Kinerja pelabuhan Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu (Mudzakir, 2009). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa, kinerja pelabuhan adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan yang terjadi di dalam pelabuhan selama kurun waktu tertentu. Menurut Muis, (2010), indikator performace pelabuhan atau kinerja pelabuhan adalah prestasi dari output atau tingkat keberhasilan pelayanan, penggunaan fasilitas maupun peralatan pelabuhan pada suatu periode waktu tertentu, yang ditentukan dalam ukuran satuan waktu, satuan berat, ratio perbandingan (prosentase). Indikator performance pelabuhan dapat dikelompokkan sedikitnya atas 3 (tiga) kelompok indikator (Muis, 2010), yaitu: 1) Indikator output (kinerja pelayanan kapal dan barang serta produktivitas barang) indikator yang erat kaitannya dengan informasi mengenai besarnya throughput lalu-lintas barang (daya lalu) yang melalui suatu peralatan atau fasilitas pelabuhan dalam periode waktu tertentu; 2) Indikator service (kinerja trafik), dasarnya merupakan indikator yang erat kaitannya dengan informasi mengenai lamanya waktu pelayanan kapal selama di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan; 3) Indikator utilisasi (utilisasi fasilitas pelabuhan dan alat produksi) dipakai untuk mengukur sejauh mana fasilitas dermaga dan sarana penunjang dimanfaatkan secara intensif. Menurut (Dwiyanto (2008) dalam Herinugrah (2010)) mengemukakan bahwa indikator-indikator dalam pengukuran kinerja organisasi publik adalah: 1) Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

34 20 2) Kualitas layanan Kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk penilaian. 3) Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyakat. 4) Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanakan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. 5) Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjukan seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada peraturan pemerintah.

35 21 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2012, adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera, komputer/laptop, kuesioner, serta peralatan lainnya yang digunakan dalam membantu pengumpulan data dan pengolahan data. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus dengan aspek yang akan diteliti adalah pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan perikanan. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penellitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfieid (1930) dalam Nazir (1983)). Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung di tempat penelitian. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Metode sampling ini mengambil sampel secara sengaja yang dirasa dapat mewakili populasi sehingga tujuan yang diinginkan tercapai (Sugiyono, 2009). Adapun untuk penentuan besarnya sampel adalah 10% dari jumlah populasi yang diteliti (Pane (2008) dalam Gigentika (2010)). Populasi yang diteliti adalah nelayan purse-seine, nelayan arad, dan nelayan payang yang terdapat di wilayah PPP Dadap. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan cara pengamatan langsung di PPP Dadap, serta wawancara

36 22 pengguna PPP Dadap dan pihak PPP Dadap serta pengisian kuisioner oleh responden yang digunakan sebagai sampel. Tabel 1 Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian Tujuan Sumber Data Jenis Data Data Mendeskripsikan operasional PPP Dadap. Pengamatan langsung di PPP Dadap Primer - Kegiatan operasional - Fasilitas yang digunakan - Keberadaan pelelangan. Menentukan faktor yang berpengaruh terhadap penurunan aktivitas di PPP Dadap. Wawancara dengan nelayan Primer - Alasan nelayan tidak mendaratkan hasil tangkapanya di PPP Dadap. Mencari pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan Pihak pengelola PPP Dadap Sekunder - Kondisi fasilitas PPP Dadap - Sistem pelayanan PPP Dadap - Kelancaran aktivitas operasional PPP Dadap - Sistem pengelolaan PPP Dadap Wawancara pengguna PPP Dadap Primer - Produktivitas nelayan (teknologi, pendapatan, produksi) - Profil nelayan (pendidikan, kesehatan, pengalaman) - Relasi antara pengguna PP Tambahan Pihak BPS Indramayu, Pemerintah Daerah Indramayu, Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu, dan Instansi terkait Sekunder - Kondisi umum Indramayu - Letak Geografis - Sarana dan prasarana umum - SDI yang tersedia - Dll.

37 23 Metode penelitian yang akan dilakukan untuk memperoleh informasi atau data dari responden dalam penelitian ini adalah: 1) Wawancara (Kuesioner) Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan pengguna PPP Dadap dan pihak pengelola PPP Dadap. Wawancara yang dilakukan tersebut mengacu pada kuesioner yang telah dibuat agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saat wawancara tidak keluar dari penelitian yang dilakukan. Jumlah responden yang diwawancara sebanyak 92 orang, dimana rincianya adalah nelayan purse-seine sebanyak 10 orang yang terdiri atas 5 pemilik kapal dan 5 nahkoda, nelayan arad sebanyak 30 orang yang terdiri atas 10 pemilik kapal dan 20 Anak Buah Kapal (ABK), dan nelayan payang sebanyak 50 orang yang terdiri atas 12 pemilik kapal dan 40 Anak Buah Kapal (ABK). 2) Pengamatan langsung Pengamatan langsung dilakukan terhadap kondisi dan keberadaan fasilitasfasilitas pelabuhan yang terdapat di PPP Dadap. Selain itu, dilakukan pula pengamatan mengenai beberapa aktivitas operasional yang dilakukan pengguna pelabuhan, khususnya nelayan yang terdapat di PPP Dadap. 3) Studi pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data dari pihak PPP Dadap, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Indramayu, Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kabupaten Indramayu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Indramayu, instansi terkait, buku, jurnal, karya ilmiah, internet, dan lain sebagainya yang dapat mendukung penelitian ini. Data-data yang dikumpulkan tersebut yaitu data-data mengenai kondisi fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPP Dadap, sistem pelayanan dan sistem pengelolaan PPP Dadap, kegiatan-kegiatan yang terdapat di PPP Dadap, layout PPP Dadap, posisi PPP Dadap, serta kondisi umum mengenai wilayah Kabupaten Indramayu, Desa Dadap, dan PPP Dadap. 3.5 Analisis Data Aktivitas operasional PPP Dadap Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, atau mempersepsikan kegiatan, ataupun

38 24 memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut (Nazir, 1983). Dalam hal ini, operasional pelabuhan perikanan berkaitan dengan semua kegiatan atau aktivitas perikanan yang berlangsung di pelabuhan perikanan, mulai dari pendaratan sampai pendistribusian hasil tangkapan. Operasional pelabuhan perikanan dinilai dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif tersebut membahas tentang aktivitas-aktivitas operasional apa saja yang masih berlangsung di PPP Dadap. Adapun data yang digunakan untuk melakukan analisis aktivitas operasional PPP Dadap adalah data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di PPP Dadap dan wawancara terhadap pengguna pelabuhan, khususnya nelayan (pemilik kapal,nahkoda dan Anak Buah Kapal (ABK)). Dalam penelitian ini terdapat beberapa aktivitas yang akan diamati antara lain: 1) Aktivitas tambat labuh/pendaratan ikan: jumlah produksi, jumlah kunjungan kapal per tahun; 2) Aktivitas pelelangan hasil tangkapan: keberadaan dan pelaksanaan pelelangan hasil tangkapan; 3) Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut: pelayanan kebutuhan es, Bahan Bakar Minyak (BBM), dan air bersih Faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap Faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap dinilai dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptis tersebut membahas tentang alasan-alasan kenapa nelayan tidak mendaratkan hasil tangkapanya di PPP Dadap. Adapun faktor-faktor yang akan dianalisis adalah faktor teknis (fasilitas pelabuhan, bakul ikan, dan jumlah armada), faktor kebijakan (dukungan aparatur desa), dan faktor lingkungan (sedimentasi, sumberdaya ikan (SDI) dan daerah penangkapan ikan (DPI)). Data yang digunakan untuk melakukan analisis faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional PPP Dadap adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara kepada nelayan purse-seine yang terdiri atas pemilik kapal dan nahkoda.

39 Pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap Pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja PPP Dadap dianalisis menggunakan metode statistik parametrik. Statistik parametrik biasa digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Menurut (Sugiyono, 2009) mengatakan bahwa, statistik parametrik merupakan analisis data yang merubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola hubungan antara kinerja organisasi dengan kinerja sosial untuk memperoleh kinerja pelabuhan. Analisis data dan proses perhitungan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: analisis data untuk pemilik kapal dan Anak Buah Kapal (ABK). Hal tersebut dikarenakan dalam mengolah data dengan menggunakan analisis statistik parametrik, sebelumnya harus memenuhi syarat tertentu. Menurut (Sugiyono, 2009) syarat menggunakan analisis statistik parametrik sebagai berikut: 1) Data penelitiannya harus terdistribusi normal; 2) Data berskala interval atau rasio; 3) Homogenitas varian; 4) Informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui. Berdasarkan syarat tersebut, maka analisis data dan perhitungan antara pemilik kapal dan Anak Buah Kapal (ABK) harus dibedakan. Hal tersebut dilakukan agar dapat memenuhi syarat yang ke-3 (homogenitas varian), dengan demikian proses analisis dan perhitungan pun bisa dilanjutkan. Dalam penentuan variabel untuk penyebaran kuesioner juga terdapat variabel yang tidak bisa digunakan oleh keduanya secara bersama-sama. Oleh karena itu, analisis data dan perhitungan antara pemilik kapal dan Anak Buah Kapal (ABK) harus dipisahkan. Menurut (Sugiyono, 2009), tahap-tahap analisis data dengan menggunakan metode statistik parametrik sebagai berikut: 1 Penentuan varibel penelitian Variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: kinerja sosial (X 1 ) dan kinerja organisasi (X 2 ) sebagai variabel bebas (independen) dan kinerja

40 26 pelabuhan (Y) sebagai varibel terikat (dependen). Rincian indikator masingmasing variabel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Rincian indikator pada setiap variabel Variabel Indikator Kinerja pelabuhan - Pelayanan yang diberikan pelabuhan (perawatan fasilitas, (Y) kebersihan PP, sistem pengelolaan, dan sistem perijinan (Surat Laik Operasi (SLO) dan Surat Izin Berlayar (SIB)) - Relasi antara pengguna pelabuhan (nelayan, bakul ikan, dan petugas pelabuhan). Kinerja sosial (X 1 ) kinerja organisasi (X 2 ) 2 Penentuan paradigma penelitian - Produktivitas nelayan (teknologi, pendapatan, produksi) - Profil nelayan (pendidikan, kesehatan, pengalaman). - Keberadaan fasilitas pelabuhan yang ada di PPP Dadap: a. fasilitas pokok (dermaga, kolam pelabuhan, breakwater). b. fasilitas fungsional (tempat pelangan ikan (TPI), pabrik es, alat bantu navigasi (mercusuar), tempat pengisian perbekalan, stasiun pengisian air bersih, kantor pengelola pelabuhan, stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), dan Syahbandar). c. fasilitas pendukung (toilet umum, tempat parkir, kantin, dan mushola). Asumsi/paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola hubungan antara kinerja organisasi dan sosial dengan kinerja pelabuhan perikanan. X 1 Y X 2 Keterangan X 1 X 2 Y : kinerja organisasi : kinerja sosial : kinerja pelabuhan perikanan 3 Penentuan populasi dan sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna PPP Dadap (khususnya nelayan arad dan nelayan payang). Adapun untuk penentuan besarnya

41 27 sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi yang akan diteliti (Pane (2008) dalam Gigentika (2010)). 4 Penentuan instrumen penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert dengan skala 1-5. Menurut Sugiyono (2009) Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial, kemudian fenomena sosial tersebut dijadikan variabel penelitian. Adapun penetapan rentang skala yang digunakan adalah hasil dari data yang terbesar dan data terkecil yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dibagi sesuai dengan yang diinginkan. 5 Tabulasi data hasil penelitian Berdasarkan data yang terkumpul dari responden, kemudian data tersebut dilakukan proses tabulasi. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah dalam proses pendataan sampel. Tabel 3 Contoh tabulasi data Pengguna PP Pemilik kapal Anak buah kapal (ABK) Status Kapal payang Kapal arad Kapal payang Kapal arad Resp n n n n Skor untuk setiap varibel n Total skor 6 Uji normalitas data Data yang diperoleh, setelah ditabulasi kemudian dilakukan uji normalitas data, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data

42 28 mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan software SPSS Uji validitas data Data yang telah diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada responden, sebelum dilakukan proses perhitungan data tersebut harus dilakukan uji validitas terlebih dahulu. Menurut Sekaran (2003) dalam Wijaya (2011), suatu variabel dinyatakan valid jika dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan menggunakan software SPSS 16, pada tingkat kesalahan 0,05. 8 Analisis data Pola hubungan kinerja pelabuhan dianalisis menggunakan analisis regresi linier dengan software SPSS 16. Analisis regresi mampu memberikan penjelasan secara statistik tentang pengaruh variabel-variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda disebabkan terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Persamaan umum dari analisis regresi linier berganda menurut Walpole (1997) sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X b n X n Dimana : Y : variabel terikat (dependen) a : koefesien intercept regresi b 1... b n : koefesien slope regresi b 1 X 1 : variabel bebas (independen)

43 29 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografi, dan Iklim Secara geografis wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada koordinat bujur timur dan lintang selatan. Adapun batasbatas wilayah Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut: 1) Sebelah Barat : Kabupaten Subang; 2) Sebelah Timur : Kabupaten Cirebon; 3) Sebelah Utara : Laut Jawa; 4) Sebelah Selatan : Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Sumedang. Luas wilayah Kabupaten Indramayu adalah km 2 atau 15,5% dari luas Provinsi Jawa Barat yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang. Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Indramayu mencakup 31 kecamatan (Pasekan, Indramayu, Sindang, Balongan, Juntinyuat, Karangampel, Krangkeng, Arahan, Patrol, Cantigi, Lohbener, Lelea, Losarang, Kandanghaur, Sukra, Anjatan, Haurgeulis, Gantar, Bangodua, Cikedung, Trisi, Kertasmaya, Widasari, Sliyeg, Gabus Wetan, Kedokan Bunder, Kroya, Tukdana, Sukagumiwang, Bongas, dan Jatibarang), 307 desa, dan 8 kelurahan). Berdasarkan topografinya Kabupaten Indramayu merupakan daerah pantai dengan permukaan tanah landai dengan ketinggian tanahnya berkisar m di atas permukaan laut dan sebagian besar wilayah (89,70%) dari luas wilayahnya berada pada ketinggian 0-3 m di atas permukaan laut dengan kemiringan 0-2%. Secara garis besar topografi Kabupaten Indramayu dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: dengan ketinggian berkisar 0-7 m di atas permukaan laut terdapat di bagian Utara, bagian tengah memiliki ketinggian berkisar 7-25 m di atas permukaan laut, dan sebagian kecil di bagian Selatan memiliki ketinggian berkisar m di atas permukaan laut (Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2011). Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pantai dibagian utara Pulau Jawa membuat iklim di Kabupaten Indramayu panas dan suhu udaranya menjadi cukup tinggi berkisar antara 22,9-30 C. Kabupaten Indramayu memiliki suhu udara rata-rata harian berkisar antara C, suhu udara harian

44 30 tertinggi mencapai 30 C, dan suhu udara harian terendah mencapai 18 C. Kelembaban udara di Kabupaten Indramayu berkisar 70-80%. Kabupaten Indramayu memiliki curah hujan rata-rata tahunan mm/tahun dengan jumlah hari hujan 91 hari dalam setahun, curah hujan tertinggi sekitar mm/tahun dengan jumlah hari hujan 84 hari dalam setahun, dan curah hujan terendah sekitar mm/tahun dengan jumlah hari hujan 68 hari dalam setahun (Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2011). 4.2 Keadaan Umum Perikanan Kegiatan perikanan di Kabupaten Indramayu meliputi perikanan laut, perikanan perairan umum (sungai dan danau), dan perikanan budidaya. Pada sub bab ini akan dibahas tentang perikanan laut (kondisi umum Pantai Indramayu dan unit penangkapan ikan Kabupaten Indramayu) Kondisi umum Pantai Indramayu Kabupaten Indramayu terletak di pantai utara Pulau Jawa yang memiliki luas kawasan pesisir sebesar km 2 atau 35% dari luas seluruh kabupaten dan garis pantai terpanjang di Provinsi Jawa Barat dengan panjang pantai sebesar 114 km yang terbentang dari Kecamatan Sukra sampai Kecamatan Kerangkeng dan dikenal sebagai daerah maritim. Profil melintang pantai dari garis pantai ke arah laut relatif landai dan pantainya berpasir halus. Tipe pasang-surut pesisir di wilayah Kabupaten Indramayu adalah campuran semi diurnal, dimana dalam sehari semalam terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan ketidaksamaan dalam tinggi oleh pasang harian tunggal serta memiliki proses sedimentasi yang cukup besar. Kabupaten Indramayu memilki arus maksimum pada kondisi menuju pasang (flood tide) dengan magnitudo sebesar 0,65 knots dan arah 299º (Barat-Barat laut). Arus maksimum pada kondisi menuju surut (Ebb tide) memiliki magnitudo sebesar 0,4 knots dengan arah 145º (Tenggara-Selatan). Kabupaten Indramayu memiliki 3 (tiga) musim dalam setahun, yaitu: musim Timur yang terjadi pada bulan Mei-September, musim Barat yang terjadi pada bulan Desember-Februari, dan musim peralihan yang terjadi pada bulan Maret- April dan Oktober-November (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011).

45 31 Kabupaten Indramayu memiliki 14 (empat belas) aliran sungai yang mengalir. Sungai tersebut dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana pendukung bagi kegiatan PPI yang ada di Kabupaten Indramayu, lebih lengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Pangkalan pendaratan ikan di Kabupaten Indramayu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Lokasi PPI Eretan Wetan Muara Sungai Cilanang PPI Eretan Kulon Muara Sungai Cilanang PPI Ujung Gebang Muara Sungai Sewo PPI Cangkring Muara Sungai Cipanas PPI Juntinyuat Muara Sungai Glayem PPI Limbangan Muara Sungai Gabus PPI Bugel Muara Sungai Bugel PPI Bedahan/Brondong Muara Sungai Pancer Song/Pancer Payang PPI Karangsong Muara Sungai Praja Gumiwang PPI Singaraja Muara Sungai Prawira Kepolo PPI Majakerta Muara Sungai Gebang Sawit PPI Lombang Muara Sungai Gabus PPI Tegal Agung Muara Sungai Tegal Agung PPI Dadap Muara Sungai Kamal Sumber : (2007) dalam Fitriyah (2008) Unit penangkapan ikan Kabupaten Indramayu. Keberhasilan operasional penangkapan ikan tidak lepas dari pengaruh unit penangkapan ikan. Komponen tersebut saling berhubungan dan tidak dapat berdiri sendiri dan dipisahkan satu sama lain. Adapun komponen unit penangkapan ikan tersebut terdiri atas nelayan, kapal, dan alat tangkap. 1) Nelayan Kabupaten Indramayu dalam bidang perikanan tangkapnya dapat menyerap tenaga kerja/nelayan sebanyak orang. Nelayan Indramayu terdiri atas nelayan pemilik dan nelayan buruh (nahkoda dan Anak Buah Kapal (ABK)). Kegiatan perikanan laut pada tahun 2010 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak orang atau naik 2,78% dari tahun sebelumnya. Tahun 2011 nelayan di Indramayu mengalami kenaikan sebesar 3,94% atau sebanyak orang dari tahun Jumlah nelayan Indramayu berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

46 32 Tabel 5 Data nelayan di Kabupaten Indramayu tahun 2011 Kecamatan Jumlah nelayan (orang) < 5 GT 6-10 GT GT GT > 50 GT Jumlah Pasekan Indramayu Sindang Balongan Juntinyuat Karangampel Arahan Cantigi Losarang Kandanghaur Patrol Sukra Lohbener Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada Berdasarkan Tabel 5, jumlah nelayan terbanyak terdapat di Kecamatan Juntinyuat karena Kecamatan Juntinyuat merupakan daerah perikanan paling potensial di Kabupaten Indramayu kemudian disusul oleh Kecamatan Indramayu dan Kandanghaur, dan jumlah nelayan paling sedikit terdapat di Kecamatan Losarang. Jumlah penduduk Indramayu tahun 2011 yang bermata pencaharian sebagai nelayan sebanyak orang. Mata pencaharian sebagai nelayan sangat diminati di Indramayu diantaranya karena tidak membutuhkan batas pendidikan, keahlian khusus, dan tidak membutuhkan modal yang banyak. 2) Kapal Kapal merupakan unit penangkapan ikan yang digunakan sebagai alat transportasi menuju daerah penangkapan ikan. Jenis kapal di Indramayu berdasarkan ukuranya, diklasifikasikan menjadi enam jenis yaitu kapal berukuran 0-5 GT, 6-10 GT, GT, GT, GT, dan GT. Berdasarkan ukuran tersebut, pada umumnya di Indramayu kapal yang berukuran < 20 GT memiliki mesin yang dapat dilepas dari badan kapal atau biasa disebut kapal motor tempel dan kapal yang berukuran > 30 GT memiliki mesin yang permanen atau biasa disebut kapal motor. Jumlah armada kapal di Indramayu pada tahun secara berurutan sebanyak unit, unit, dan unit. Jumlah dan jenis kapal di Kabupaten Indramayu berdasarkan kecamatan pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

47 33 Tabel 6 Data kapal di Kabupaten Indramayu tahun 2011 Kecamatan Jumlah Kapal (unit) 0-5 GT 6-10 GT GT GT GT GT Pasekan Indramayu Sindang Balongan Juntinyuat Karangampel Arahan Cantigi Losarang Kandanghaur Patrol Sukra Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada Tabel 6 tersebut menunjukan bahwa kecamatan yang memiliki semua jenis kapal dengan ukuran GT adalah Kecamatan Indramayu. Kemudian disusul oleh Kecamatan Juntinyuat. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan di Kecamatan Indramayu dan Juntinyuat merupakan daerah paling potensial di Kabupaten Indramayu dalam bidang perikanan tangkapnya. Jenis kapal yang paling banyak terdapat di Kabupaten Indramayu pada tahun 2011 adalah kapal yang berukuran 0-5 GT sebesar 51,4% dari total kapal yang terdapat di Indramayu, yaitu 3118 unit. Jumlah kapal terbanyak terdapat pada Kecamatan Kandanghaur yaitu mencapai unit. Umumnya, kapal yang digunakan di Indramayu adalah kapal yang berukuran 0-5 GT dan 6-10 GT. Lama trip kapal-kapal tersebut cuma satu hari (one day fishing), berangkat pagi (jam 03.00) dan pulang sore (jam ) karena daerah penangkapan ikannya hanya di sekitar Perairan Indramayu. 3) Alat tangkap Jenis alat tangkap yang digunakan pada setiap daerah pasti berbeda-beda, hal itu tergantung pada kondisi daerah tersebut. Tahun berturut-turut jumlah alat tangkap di Kabupaten Indramayu adalah unit dan unit, kemudian mengalami kenaikan yang sangat signifikan sebesar 25% menjadi unit pada tahun Berikut adalah jumlah dan jenis alat tangkap yang ada di Kabupaten Indramayu berdasarkan kecamatan tahun 2011.

48 34 Tabel 7 Jumlah dan jenis alat tangkap di Kabupaten Indramayu tahun 2011 Jumlah Jenis Alat Tangkap Kecamatan Payang Dogol Pukat Pantai Pukat Cincin Gillnet Jaring Kelitik Bubu Pancing Sero Alat Lainya Pasekan Indramayu Sindang Balongan Juntinyuat Karangampel Arahan Cantigi Losarang Kandanghaur Patrol Sukra Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah alat tangkap tertinggi terdapat pada Kecamatan Indramayu yaitu mencapai unit. Hal tersebut dapat terjadi karena di Kecamatan Indramayu terdapat semua jenis ukuran kapal, oleh karena itu semua alat yang digunakan di Kabupaten Indramayu terdapat di Kecamatan Indramayu. Alat tangkap yang paling banyak digunakan dan hampir terdapat disetiap kecamatan adalah gillnet, dengan jumlah sebanyak unit. Gillnet banyak digunakan oleh nelayan Indramayu, antara lain karena dalam operasi penangkapannya tidak membutuhkan kapal yang besar, orang yang banyak, dan metode pengoperasiannya juga mudah. 4.3 Keadaan Umum PPP Dadap Letak geografis, topografi, dan iklim. PPP Dadap terletak di Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Letak yang strategis dan fasilitas yang mendukung membuat PPP Dadap menjadi pilihan bagi nelayan-nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya. PPP Dadap merupakan satu-satunya pelabuhan perikanan yang mempunyai konstruksi menjorok ke laut serta memiliki fasilitas yang memadai, membuat kapal-kapal perikanan merasa aman dan nyaman untuk bersandar di PPP Dadap. Secara geografis Desa Dadap terletak pada titik koordinat Lintang Selatan dan Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah Desa Dadap adalah sebagai berikut: 1) Sebelah Barat : Desa Juntikebon dan Desa Juntinyuat,

49 35 2) Sebelah Timur : Desa Benda, 3) Sebelah Selatan : Desa Sendang, dan 4) Sebelah Utara : Laut Jawa Desa Dadap memiliki luas sebesar 215 ha yang terdiri atas 86 ha tanah darat (6 ha pekarangan dan 80 ha lain-lain) dan 129 ha tanah sawah. Desa Dadap merupakan dataran rendah karena memiliki ketinggian hanya 1 m di atas permukaan laut (dpl). Curah hujan rata-rata Desa Dadap sebesar 185,17 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak 11,3 hari dalam setahun. Jarak Desa Dadap ke Ibukota Kecamatan sejauh 2 km, dengan Ibukota Kabupaten sejauh 22 km, dengan ibukota provinsi sejauh 207 km. Letak Desa Dadap berada tepat di pinggir laut menyebabkan mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu, 2011) Unit penangkapan ikan PPP Dadap Faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan perikanan di suatu daerah adalah unit penangkapan ikan. Dimana unit penangkapan ikan terdiri atas nelayan, kapal, dan alat tangkap. 1) Nelayan Nelayan merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan. Nelayan di PPP Dadap terdiri atas nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki kapal perikanan, sedangkan nelayan buruh adalah nelayan yang melakukan operasi penangkapan dengan menggunakan kapal orang lain yang terdiri atas nahkoda dan anak buah kapal (ABK). Jumlah nelayan pemilik dan nelayan buruh yang ada di PPP Dadap tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Jumlah nelayan Desa Dadap tahun Tahun Jumlah Nelayan (orang) Pemilik Buruh Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada data

50 36 Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa jumlah nelayan pemilik dan nelayan buruh pada tahun tidak mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan untuk memiliki kapal perikanan memerlukan modal besar. Begitu juga dengan nelayan buruh karena jumlah nelayan pemilik tidak berubah sehingga tidak ada penyerapan tenaga menyebabkan jumlah nelayan buruh juga tidak berubah. Jumlah nelayan pemilik PPP Dadap pada tahun 2010 mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar 64,42%, diantaranya karena banyak nelayan pemilik yang mengalami kerugian dan terlilit hutang sehingga untuk menutupinya mereka menjual kapal perikanan yang dimilikinya. Berbanding lurus dengan nelayan pemilik, nelayan buruh juga mengalami penurunan yang signifikan juga sebesar 64,55 %. Hal ini dikarenakan banyaknya kapal perikanan yang dijual, jadi kebutuhan tenaga kerja pun semakin berkurang sehingga banyak nelayan buruh berubah profesinya. menjadi wiraswasta,, pedagang, Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dll. 2) Kapal Kapal merupakan unit penangkapan ikan yang digunakan nelayan sebagai alat transportasi menuju daerah penangkapan ikan. Kapal di PPP Dadap berbahan dasar dari kayu untuk semua ukuran. Jenis kapal di PPP Dadap berdasarkan ukurannya, diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu kapal yang berukuran < 10 GT, GT, dan > 30 GT. Seperti pada umumnya di Kabupaten Indramayu, di PPP Dadap juga sama kapal yang berukuran < 10 GT termasuk jenis kapal motor tempel. Kapal motor tempel berarti kapal tersebut memiliki mesin yang dapat dilepas dari badan kapal (out board) yang terdiri atas Kapal Gemplo (alat tangkap payang), Kapal Ngrakad (alat tangkap pukat pantai), Kapal Nyilir (alat tangkap Gillnet), dan Kapal Arad (alat tangkap mini trawl). Kapal yang berukuran GT, dan > 30 GT termasuk jenis kapal motor berarti kapal tersebut memiliki mesin yang permanen (in board) dan terdiri atas Kapal Unyil/Lowang (alat tangkap Gillnet), Kapal Dogol, dan Kapal Purse-seine (alat tangkap Purse-seine). Kapal > 10 GT mulai tahun 2008 statusnya saja kepemilikan orang Dadap, akan tetapi kapalnya berbasis di tempat lain. Jumlah kapal perikanan di PPP Dadap selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

51 37 Tabel 9 Jumlah kapal perikanan di Desa Dadap tahun Tahun Jumlah kapal perikanan (unit) < 10 GT GT > 30 GT Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada data Berdasarkan Tabel 9 di atas menunjukan bahwa pada tahun 2009 kapal yang berukuran > 30 GT mengalami penurunan signifikan sebesar 86,83% atau sebesar 435 unit. Penurunan tersebut dikarenakan pada tahun sebelumnya pemilik kapal banyak yang mengalami kerugian, hasil yang didapat tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk perbekalan melaut sehingga pemilik kapal tidak ada pemasukan. Sedangkan biaya perawatan kapal dan lain-lain harus tetap ada dan tidak sedikit juga pemilik kapal yang terlilit hutang. Oleh sebab itu untuk menutupi hutang tersebut, mereka menjual kapalnya karena sudah tidak menguntungkan. Sebaliknya, kapal yang berukuran < 10 GT mengalami kenaikan yang signifikan. Persentase kenaikannya sebesar 58,7% atau bertambah 294 unit. Hal ini disebabkan pada tahun sebelumnya hasil tangkapan yang didapat melimpah dan rata-rata pemilik kapal memperoleh keuntungan besar. Armada berukuran < 10 GT dipandang lebih memberikan keuntungan dan ditambah lagi untuk membuatnya tidak memerlukan modal besar sehingga banyak orang yang memiliki modal, menginvestasikan uangnya untuk membuat armada tersebut. 3) Alat tangkap Alat tangkap merupakan unit penangkapan yang digunakan untuk menangkap ikan. Dimana jenis alat di setiap daerah berbeda-beda, tergantung bentuk dasar laut, jenis substrat, dan kebutuhan di daerah tersebut. Alat tangkap yang terdapat di PPP Dadap adalah pukat cincin, pukat pantai, payang, dan gillnet. Alat tangkap pukat cincin di Desa Dadap mulai tahun 2008 statusnya saja kepemilikan orang Dadap, akan tetapi kapalnya berbasis di Pandeglang-Banten. Alat tangkap pukat cincin untuk dapat melakukan operasi penangkapan ikan di Pandeglang-Banten terlebih dahulu harus membuat Surat Andon di Dinas

52 38 Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang-Banten dengan syarat membawa surat pengantar dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. Jumlah alat tangkap di Desa Dadap tahun tidak mengalami perubahan yaitu 801 unit, dan pada tahun 2010 jumlah alat tangkap mengalami penurunan sebesar 32,6% menjadi 540 unit. Berikut adalah tabel yang menjelaskan tentang jumlah alat tangkap yang ada di Desa Dadap tahun Tabel 10 Jumlah alat tangkap di Desa Dadap tahun Tahun Alat Tangkap (unit) Pukat Cincin Pukat Pantai Payang Gillnet Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Keterangan: - = tidak ada Berdasarkan Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa jumlah alat tangkap pukat cincin, payang, dan gillnet yang terdapat di PPP Dadap dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mengalami penurunan. Namun jumlah alat tangkap pukat pantai mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2007 di PPP Dadap hanya terdapat 24 unit meningkat menjadi 193 unit pada tahun Penurunan dan peningkatan jumlah alat tangkap berbanding lurus dengan jumlah kapal yang terdapat di Desa Dadap Fasilitas pelabuhan perikanan Fasilitas yang terdapat di PPP Dadap umumnya dalam kondisi kurang terawat dan ada juga yang rusak. Adapun fasilitas yang kondisinya masih dalam keadaan baik adalah dermaga, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN), tempat parkir, dan mushola. Berikut rincian fasilitas yang terdapat di PPP Dadap (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011): 1. Fasilitas pokok 1) Breakwater PPP Dadap memiliki dua breakwater, pada sisi Barat dengan panjang 176 m dan pada sisi Timur memiliki panjang 200 m. Konstruksi breakwater PPP Dadap

53 39 adalah kombinasi tumpukan tetrapod dan tembok beton vertikal, jika dilihat secara melintang berbentuk trapesium. Adapun kondisi breakwater kurang terawat dan sedikit rusak. 2) Revetment/Talud Revetment/Talud PPP Dadap memiliki panjang 600 m yang membentang di sisi kanan dan sisi kiri wilayah pelabuhan. Revetment/Talud PPP Dadap untuk sekarang dalam kondisi tidak baik. 3) Dermaga Berdasarkan bentuk dan konstruksinya, dermaga PPP Dadap merupakan dermaga tipe T-jetty, memiliki konstruksi terbuat dari beton dengan panjang 120 m dan lebar 6 m. Kondisi dermaga masih dalam keadaan baik, tetapi kurang terawat. 4) Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan yang terdapat di PPP Dadap memiliki luas 500 m 2. Kolam pelabuhan tersebut berupa cekungan yang terletak di antara 2 (dua) buah Breakwater dan memilki kedalaman 0 2 m. Adapun kondisi kolam pelabuhan kurang bagus karena banyak terjadi sedimentasi. 5) Jalan Akses jalan di dalam PPP Dadap dari gerbang masuk pelabuhan sampai dermaga adalah sekitar 300 m dan beraspal. Kondisi jalan sekarang sedikit rusak dan banyak terdapat lubang di tengah-tengahnya. 6) Drainase Drainase adalah fasilitas yang berfungsi menyalurkan air bersih untuk kebutuhan kapal. Drainase PPP Dadap memiliki dimensi lebar 30 cm, tinggi 40 cm, dan panjang 800 m. Kondisi fasilitas Drainase PPP Dadap sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi untuk sekarang. 2. Fasilitas fungsional 1) Gedung TPI Luas gedung/bangunan TPI Dadap adalah 375 m 2 yang terdiri atas tempat/ruang lelang, kantor TPI, dan tempat/ruang sortir ikan. Bangunan TPI terbuat dari konstruksi beton dengan rangka besi dan lantai keramik. Kemiringan

54 40 lantai TPI sebesar 2 o. Kondisi gedung/bangunan TPI sedikit rusak dan kurang terawat karena sudah tidak digunakan lagi. 2) Alat bantu navigasi PPP Dadap memiliki alat bantu navigasi berupa dua buah lampu suar (mercusuar) yang terletak di kedua ujung breakwater. Tinggi tiang lampu suar sekitar 3 m. Kondisi lampu suar sedikit rusak dan kurang terawat. 3) Kantor pengelola pelabuhan Kantor pengelola Pelabuhan Dadap masih berada di kantor pengelola pelabuhan lama dan menyatu dengan KUD Ngupaya Mina. Letaknya sekitar 700 m dari PPP Dadap dan memiliki luas sebesar 256 m 2. Kondisi kantor pengelola pelabuhan sedikit rusak dan kurang terawat. 4) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) PPP Dadap memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) sendiri, dimana tangki Bahan Bakar Minyak (BBM) berkapasitas liter. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) ini masih dalam kondisi yang baik. 5) Instalasi air bersih PPP Dadap memiliki 3 unit instalasi air bersih, 1 unit berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan 2 unit dari tangki air yang berukuran 1 m 3 dengan kapasitas 1000 liter. Kondisi Instalasi air bersih PPP Dadap sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. 6) Pagar keliling Komplek PPP Dadap dipagari oleh pagar keliling sepanjang 172,76 m 2 terdiri atas pagar besi dan tembok, yang mengelilingi semua wilayah pelabuhan. Pagar keliling ini berfungsi sebagai pengaman batas-batas tanah pelabuhan. Pagar keliling dalam kondisi kurang terawat dan banyak bagian yang rusak. 3. Fasilitas penunjang 1) Balai Pertemuan Nelayan (BPN) Luas BPN di PPP Dadap sekitar 150 m 2 yang terlatak di belakang KUD Ngupaya Mina. Model ruangannya terbuka dengan lantai keramik. Kondisi BPN sedikit rusak dan kurang terawat.

55 41 2) Toilet umum/mck Bangunan toilet umum/mck di PPP Dadap terdapat 5 unit, 2 unit terletak di samping gedung TPI dan 3 unit lainya terletak di belakang tempat sortir ikan. Kondisi toilet umum/mck PPP Dadap sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. 3) Tempat parkir PPP Dadap memiliki tempat parkir berukuran 300 m 2 yang dapat menampung 90 kendaraan. Kondisinya masih dalam kondisi baik. 4) Mushola Mushola di PPP Dadap memiliki ukuran sebesar 15 m 2 dan dalam kondisi yang baik dan terawat.

56 42 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aktivitas Operasional PPP Dadap Pendaratan ikan Jumlah ikan yang didaratkan di PPP Dadap setiap tahunnya berbeda-beda. Tahun 2001 jumlah ikan yang didaratkan yaitu 3.918,219 ton dan kemudian jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 26,7%, 52,18% pada tahun 2002 dan 2003, sehingga jumlah ikan yang didaratkan pada tahun tersebut mencapai 2.871,987 ton dan 1.873,877 ton. Kemudian pada tahun 2004 terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 152,81% dari tahun sebelumnya menjadi 4.737,334 ton. Adanya perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapannya armada purse-seine ke Pandeglang-Banten menyebabkan berkurangnya jumlah armada purse-seine yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Dadap sehingga pada tahun 2005 terjadi penurunan produksi sebesar 1.996,997 ton atau 42,15% dan berangsur menurun pada tahun berikutnya sebesar 83,42% dibandingkan dengan tahun Tahun 2007 PPP Dadap mengalami penurunan jumlah produksi yang sangat signifikan mencapai 96% dibandingkan pada tahun Kisaran pertumbuhan Jumlah produksi yang didaratkan di PPP Dadap sebelas tahun terakhir -89,98-254,64 %. Tabel 11 Jumlah produksi yang didaratkan di PPP Dadap sebelas tahun terakhir Tahun Total produksi (ton) Kisaran pertumbuhan (%) , ,99-26, ,88-34, ,33 152, ,34-42, ,87-26, ,59-60, ,199-75, ,954-89, , , ,839-45,19 Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Berdasarkan Tabel 11, jumlah ikan yang didaratkan di PPP Dadap mengalami penurunan dari tahun 2002 hingga tahun 2003 dan mengalami

57 43 peningkatan pada tahun 2004, kemudian mengalami penurunan yang signifikan pada tahun Penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya frekuensi pembongkaran ikan di PPP Dadap dan adanya proses pembangunan fasilitas pelabuhan pada tahun 2003, jadi sebagian kapal yang hendak melakukan proses pembongkaran hasil tangkapan dipindahkan ke PPI terdekat. Proses pembangunan fasilitas pelabuhan PPP Dadap selesai tahun 2004 sehingga PPP Dadap bisa menampung kembali semua kapal yang akan melakukan pembongkaran hasil tangkapan. Oleh karena itu, pada tahun 2004 terjadi peningkatan yang signifikan sebesar 152,81% dari tahun sebelumnya. Tahun di PPP Dadap terjadi penurunan jumlah produksi yang sangat signifikan menjadi 36,839 ton. Hal tersebut disebabkan semua armada purse-seine yang ada di PPP Dadap sudah berpindah Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapannya ke Pandeglang-Banten sehingga tidak ada armada purse-seine yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Dadap Jenis ikan yang didaratkan di PPP Dadap tahun antara lain: Selar (Selaroides leptolepis), Layang (Decapterus macrosoma), Bawal hitam (Formio niger), Tembang (Sardinella gibbosa), Peperek/Pepetek (Leiognathus dussummieri), Tenggiri (Scomberomorus commerson), Tongkol (Auxis thazard), Layur (Trichiurus lepturus), Pari (Dasyatis sp.), Ekor kuning (Caesio crythogaster), Teri (Paedocypris progenetica) dan lainnya. Akan tetapi, dari tahun ikan yang didaratkan di PPP Dadap hanya ikan Teri (Paedocypris progenetica) (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, 2011). Hal tersebut disebabkan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Dadap mulai tahun 2008 hanya Kapal Payang, dimana hasil tangkapan utamanya adalah ikan Teri (Paedocypris progenetica) Kunjungan kapal Kapal-kapal yang berkunjung di PPP Dadap terdiri atas kapal penangkapan ikan yang membongkar ikan dan kapal yang singgah untuk mengisi perbekalan (muat es, air tawar, bahan bakar, dan lain-lain) atau untuk perbaikan mesin. Pada tahun kapal-kapal yang berlabuh di PPP Dadap masih beragam, dari kapal yang berukuran < 10 GT sampai dengan 30 GT terdiri atas Kapal Purseseine (alat tangkap Purse-seine), Kapal Unyil/Lowang (alat tangkap Gillnet),

58 44 Kapal Gemplo (alat tangkap payang), dan Kapal Arad (alat tangkap mini trawl), sesuai dengan jenis alat tangkap yang ada di PPP Dadap (Tabel 10). Kunjungan kapal di PPP Dadap mulai mengalami penurunan pada tahun 2007, pada tahun 2008 sampai sekarang kapal yang berlabuh di PPP Dadap hanya kapal yang berukuran < 10 GT. Hal tersebut dapat terlihat pada (Tabel 11) di atas bahwa jumlah produksi pada tahun mengalami penurunan yang sangat signifikan disebabkan adanya perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purse-seine ke Pandeglang Banten. Berdasarkan pengamatan dilapangan dan data sekunder yang diperoleh, kapal- kapal yang berlabuh di PPP Dadap hanya kapal yang berukuran < 10 GT, yaitu : Kapal Gemplo dan Kapal Arad. Sedangkan kapal yang berukuran > 10 GT hampir tidak ada yang berlabuh di PPP Dadap. Adapun kapal yang berukuran > 10 GT berlabuh di PPP Dadap, kapal tersebut hanya singgah untuk mengisi perbekalan (muat es, air tawar, bahan bakar, dan lain-lain). Gambar 2 Kapal yang berlabuh di PPP Dadap (16 April 2012) Aktivitas pelelangan hasil tangkapan PPP Dadap memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang posisinya kira-kira 500 meter dari dermaga dan memiliki luas 375 m 2. Tahun TPI PPP Dadap berfungsi dengan baik dan hampir setiap hari terjadi proses pelelangan ikan. Proses pelelangan ikan dimulai jam Hampir semua ikan yang terdapat di TPI PPP Dadap adalah hasil tangkapan armada purse-seine. Oleh karena itu, semenjak adanya perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purse-seine ke Pandeglang-Banten TPI PPP Dadap berangsur mulai berkurang aktivitasnya. Tahun 2008 merupakan

59 45 puncak perpindahan armada purse-seine ke Pandeglang-Banten. Hal tersebut menyebabkan mulai tahun 2008 di TPI PPP Dadap tidak terjadi proses pelelangan. Ikan hasil tangkapan Kapal Payang dan Kapal Arad adalah ikan Teri dan Udang. Hasil tangkapan tersebut telah dimiliki oleh bakul ikan langganan dan perusahaan pengolah ikan yang berada di sekitar wilayah PPP Dadap (Surya Marina dan CV Sumber Rejeki). Ikan-ikan yang didaratkan di PPP Dadap akan masuk ke TPI namun hanya mengalami pencatatan oleh petugas TPI dan tidak mengalami proses pelelangan. Hal ini ditujukan agar seluruh hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Dadap terdata. Setelah dilakukanya pencatatan, kemudian ikan tersebut langsung dibawa nelayan ke bakul ikan dan perusahaan pengolah ikan langganan masing-masing. Adapun pendataan yang dilakukan lebih kepada bobot ikan tersebut. Gambar 3 Proses penimbangan ikan di bakul ikan (16 April 2012) Tidak adanya kegiatan pelelangan hasil tangkapan di PPP Dadap menyebabkan harga jual ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan tersebut ditentukan oleh para bakul atau pengusaha. Tidak jarang harga jual ikan-ikan yang didaratkan tersebut menjadi rendah dan tidak sesuai dengan harapan nelayan Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut 1. Pelayanan air bersih Pelayanan air bersih di PPP Dadap pada tahun berasal dari sumber air tawar milik PPP Dadap. Air bersih tersebut digunakan untuk beberapa kegiatan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kapal-kapal yang akan berangkat ke laut dan melayani kebutuhan air untuk kebersihan di TPI. Nelayan yang akan melaut biasanya membawa air bersih untuk perbekalan di kapal, kebutuhan air

60 46 tersebut dapat dipenuhi oleh pihak PPP Dadap. Air bersih tersebut tidak diperoleh secara cuma-cuma, nelayan harus membayar untuk mendapatkan air bersih tersebut. Akan tetapi bila kebutuhan air tersebut tidak dapat dipenuhi oleh pihak PPP Dadap, nelayan biasanya membeli air bersih ke penjual air yang ada disekitar pelabuhan. Kekurangan air tersebut disebabkan penggunaan air bersih di TPI cukup besar yang digunakan untuk membersihkan lantai TPI setelah proses pelelangan ikan. Selain itu, air bersih di TPI digunakan untuk menyiram dan membasahi ikan-ikan yang akan dan telah dilelang. Kondisi sekarang sudah berbeda, semenjak adanya perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purseseine pada tahun 2008 ke Pandeglang-Banten menyebabkan tidak adanya proses pelelangan ikan dan pelayanan air bersih sehingga fasilitas tersebut tidak pernah digunakan lagi. Kondisi fasilitas pemenuhan air bersih sekarang sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Adapun jika terdapat kapal yang singgah untuk mengisi air bersih, kebutuhan tersebut akan langsung dipenuhi oleh pemasok air bersih yang terdapat di sekitar PPP Dadap. Air tersebut akan diangkut menggunakan kendaraan yang disebut Minicar, dimasukan kedalam Blong/Drum plastik dan dirigen kemudian disalurkan menggunakan selang air dengan bantuan mesin pompa air. Adapun harga air bersih adalah 500 rupiah untuk satu derigen. Gambar 4 Alat yang digunakan untuk menyalurkan air bersih (16 April 2012) 2. Pelayanan Bahan Bakar Minyak (BBM) PPP Dadap memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) sendiri yang dibangun pada tahun 2006 untuk memenuhi kebutuhan melaut nelayan, dimana tangki Bahan Bakar Minyak (BBM) berkapasitas liter dan bahan bakar minyak (BBM) tersebut berupa solar. Namun, persediaan BBM

61 47 tersebut bukan murni berasal dari PPP Dadap. Persediaan BBM yang terdapat di PPP Dadap dilakukan dengan adanya kerjasama antara pihak KUD Ngupaya Mina, Pertamina dan pihak swasta (PT. Bahari Mina Sejahtera). Keberadaan pihak swasta dalam pemasokan persediaan BBM (solar) di PPP Dadap tidak membuat harga solar menjadi mahal. Harga solar yang berlaku di PPP Dadap saat ini mencapai Rp per liter sama seperti harga solar di luar PPP Dadap. Jumlah solar yang disalurkan oleh pihak PPP Dadap mengalami peningkatan antara tahun 2007 hingga tahun Namun, terjadi penurunan jumlah solar yang disalurkan antara tahun 2009 hingga tahun Kisaran pertumbuhan jumlah solar yang disalurkan selama 5 tahun ( ) yaitu - 18,38% 90,86%. Tabel 12 Jumlah penjualan BBM (solar) di PPP Dadap tahun Tahun Penjualan solar (kilo) Kisaran pertumbuhan (%) , , , ,34 Sumber : SPBN PPP Dadap, 2011 Jumlah penyaluran BBM berupa solar di PPP Dadap mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun Namun, pada tahun 2009 sampai tahun 2011 terjadi penurunan penyaluran BBM solar karena kapal-kapal berukuran besar (10 30 GT) mulai berkurang beroperasi di PPP Dadap dan kapal-kapal berukuran kecil (< 10 GT) mendominasi kunjungan kapal di PPP Dadap. Adapun kapal-kapal berukuran kecil tersebut tidak membutuhkan bahan bakar yang banyak dalam setiap operasi penangkapanya. 5.2 Faktor Berpengaruh Terhadap Penurunan Aktivitas Operasional PPP Dadap Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, aktivitas operasional di PPP Dadap mengalami penurunan dari tahun yang menyebabkan produksi hasil tangkapan dan penggunaan fasilitas menurun (Tabel 11). Hal ini terlihat pada saat pengamatan, sedikit sekali aktivitas yang berlangsung di PPP Dadap, mulai dari pendaratan sampai dengan pemasaran hasil tangkapan.

62 48 Pada dasarnya penurunan aktivitas opersional di PPP Dadap disebabkan oleh perpindahan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) dan tempat pendaratan hasil tangkapan armada purse-seine ke Pandeglang-Banten, karena hampir 75% produksi di PPP Dadap berasal dari hasil tangkapan armada purse-seine dan salah satu tujuan dibangunnya PPP Dadap pun adalah untuk menanpung banyaknya armada purse-seine yang terdapat di Desa Dadap. Penurunan aktivitas operasional dapat diduga karena faktor internal dan eksternal yang terdapat di PPP Dadap. Berdasarkan hasil wawancara, berikut merupakan faktor yang menyebabkan penurunan aktivitas operasional di PPP Dadap Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas opersional PPP Dadap yang terdapat di dalam pelabuhan. Berdasarkan hasil wawancara faktor internal yang mempengaruhi penurunan aktivitas opersional di PPP Dadap adalah: fasilitas pelabuhan, bakul ikan, jumlah armada penangkapan, dan sedimentasi. 1. Fasilitas pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga. Berdasarkan fungsinya kolam pelabuhan terbagi menjadi dua, yaitu alur pelayaran dan kolam putar (Lubis, 2010). Kolam pelabuhan merupakan fasilitas yang menentukan kelancaran kapal dalam bersandar ke dermaga dan pembongkaran hasil tangkapan. Kolam pelabuhan di PPP Dadap apabila dilihat dari fungsinya masih belum maksimal karena banyak terdapat sedimentasi berupa endapan lumpur dan sampah rumah tangga. Proses sedimentasi yang cukup tinggi mengganggu kapal-kapal yang akan keluar-masuk pelabuhan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pemilik kapal yang berukuran > 10 GT (Kapal Purse-seine) menyatakan bahwa sedimentasi di kolam pelabuhan PPP Dadap sangat mengganggu, apabila kapal-kapal akan keluar-masuk atau mendaratkan dan membongkar hasil tangkapan harus menunggu sampai air laut pasang. Hal tersebut sangat meresahkan dan menghambat semua aktivitas

63 49 nelayan, tidak sedikit pemilik kapal yang memutuskan untuk mendaratkan dan membongkar hasil tangkapannya di tempat lain apabila air laut sedang surut. 2. Bakul ikan Bakul ikan adalah orang yang pekerjaan sehari-harinya membeli ikan hasil tangkapan dari nelayan dan terlibat langsung dalam proses pelelangan ikan di TPI. Orang yang secara langsung menentukan harga ikan adalah bakul ikan. Oleh karena itu, orang yang membuat tinggi atau rendahnya harga ikan dalam proses pelelangan adalah bakul ikan. Belum adanya penentuan harga minimum untuk produk perikanan secara nasional mengakibatkan harga ikan di setiap daerah akan berbeda-beda. Tabel 13 Harga ikan di Kabupaten Indramayu tahun 2011 Jenis ikan Harga ikan per Kg (Rupiah) Selar (Selaroides leptolepis) Layang (Decapterus macrosoma) Bawal hitam (Formio niger) Tembang (Sardinella gibbosa) Peperek (Leiognathus dussummieri) Tenggiri (Scomberomorus commerson) Tongkol (Auxis thazard) Layur (Trichiurus lepturus) Pari (Dasyatis sp.) Kuniran (Upeneus sulphureus) Kembung (Rastrelliger kanagurta) Cucut (Carcharhinus longimanus) Cumi-cumi (Loligo spp) Bawal putih (Pampus argenteus) Manyung (Arius thalassinus) Sotong (Sepia officinalis) Belanak (Mugil cephalus) Kuro (Eletheronema tetradactylum) Kakap Putih (Lates calcallifer) Ikan Lidah (Cynoglossus lingua) Kakap Merah (Lutjanus bitaeniatus) Rajungan (Portunus pelagicus) Lemuru (Sardinella gibbosa) Sumber : (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu, 2011) Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik kapal, nahkoda, dan ABK kapal purse-seine mengatakan bahwa harga ikan di PPP Dadap lebih rendah dibandingkan pelabuhan lain yang ada di sekitarnya. Perbedaan harga ikan tersebut bisa mencapai rupiah per kilogram. Hal tersebut dapat terjadi

64 50 disebabkan bakul ikan yang ada di PPP Dadap bekerjasama dalam proses pelelangan. Berikut kerjasama yang dilakukan bakul ikan di PPP Dadap: 1) Menentukan harga ikan Sebelum proses pelelangan ikan dimulai bakul ikan di PPP Dadap sudah berunding untuk menentukan harga maksimum ikan yang akan dilelang. 2) Mengatur pembagian ikan Selain menentukan harga ikan, bakul ikan yang ada di PPP Dadap sebelum proses pelelangan ikan dimulai sudah membagi siapa saja yang akan mendapatkan hasil tangkapan yang akan di lelang tersebut. 3) Mencegah bakul ikan dari daerah lain masuk ke PPP Dadap. Bakul ikan di PPP Dadap untuk menghindari terjadinya persaingan, hal yang dilakukan adalah mencegah masuknya bakul ikan dari daerah lain. Bakul ikan melakukan berbagai cara untuk membuat jera bakul ikan dari daerah lain tersebut suypaya tidak masuk lagi ke PPP Dadap. Jika ada bakul ikan dari daerah lain ingin membeli ikan dari PPP Dadap, bakul ikan tersebut hanya bisa membeli melalui salah satu bakul ikan yang ada di PPP Dadap. Kerjasama yang dilakukan bakul ikan tersebut membuat harga ikan di PPP Dadap menjadi rendah dibandingkan pelabuhan lain yang ada di sekitarnya. Harga ikan yang rendah menyebabkan tidak sedikit nelayan dan pemilik kapal yang mengalami kerugian. Selain itu, sistem pembayaran yang dilakukan bakul ikan di PPP Dadap merugikan nelayan karena tidak menggunakan sistem bayar kontan. Bakul ikan hanya memberikan uang muka kepada nelayan sebagai tanda jadi, kemudian hasil tangkapan yang sudah terlelang dibawa untuk dijual kembali. Kelancaran proses pembayaran ke nelayan tergantung kelancaran bakul ikan tersebut dalam menjual kembali hasil tangkapan tersebut. Pembayaran penuh akan dilakukan setelah semuanya laku terjual. Hal tersebut membuat semua kegiatan nelayan menjadi terhambat dan tidak sedikit pemilik kapal yang uangnya masih menunggak di bakul ikan. Kondisi tersebut membuat kapal-kapal lebih memilih mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan lain. 3. Jumlah armada penangkapan Keberadaan armada penangkapan ikan di suatu pelabuhan perikanan merupakan faktor yang sangat berperan dalam menentukan banyak sedikitnya

65 51 jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan dan aktivitas operasional di pelabuhan perikanan. Jumlah armada penangkapan yang ada di PPP Dadap berdasarkan (Tabel 9), armada yang berukuran < 10 GT mengalami fase naikturun. Sedangkan jumlah armada yang berukuran GT, dan > 30 GT cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan hasil wawancara kepada pemilik kapal, peningkatan jumlah armada penangkapan ikan yang berukuran < 10 GT disebabkan pada tahun sebelumnya hasil tangkapan yang diperoleh sangat melimpah dan rata-rata pemilik kapal memperoleh keuntungan besar dan ditambah lagi untuk membuat armada berukuran < 10 GT tidak memerlukan banyak modal. Jadi banyak orang yang memiliki modal, menginvestasikan uangnya untuk memmbuat armada tersebut. Sedangkan penurunan jumlah armada penangkapan ikan yang berukuran GT, dan > 30 GT dikarenakan banyak pemilik kapal yang mengalami kerugian. Hasil yang didapat tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk perbekalan melaut, sedangkan biaya perawatan kapal dan lain-lain harus tetap ada sehingga pemilik kapal tidak ada pemasukan serta tidak sedikit juga pemilik kapal yang terlilit hutang. Oleh sebab itu, untuk menutupinya mereka menjual kapalnya karena sudah tidak menguntungkan lagi. Penurunan jumlah armada penangkapan ikan di PPP Dadap mengakibatkan aktivitas operasional PPP Dadap menjadi lebih berkurang. Penurunan aktivitas operasional PPP Dadap tidak hanya disebabkan berkurangnya jumlah armada, tetapi juga karena semua armada yang berukuran GT dan > 30 GT di PPP Dadap berpindah tempat mendaratkan hasil tangkapannya. 4. Sedimentasi Masalah serius yang sedang dihadapi PPP Dadap adalah proses sedimentasi yang cukup tinggi di pintu masuk pelabuhan, kolam pelabuhan, dan disekitar wilayah pelabuhan. Sedimentasi tersebut berupa lumpur yang mengendap dan sampah-sampah rumah tangga yang dibawa oleh arus laut, dimana sampah tersebut berasal dari Sungai Kamal (sungai yang muaranya dekat dengan PPP Dadap). Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu tahun 2005, karakteristik sedimen dasar dan tersuspensi wilayah Kabupaten

66 52 Indramayu didominasi oleh material dasar oleh pasir yang agak kasar di kawasan pantai, pasir berbutir halus di daerah dekat pantai (nearshore), dan lumpur di daerah lepas pantai (offshore). Dimana diameter partikel rata-rata sedimen dasar pantai berkisar antara μm dan cenderung meningkat di kedalaman 2 m. Dari kedalaman 4 m ke arah laut jumlah partikel berdiameter <45 μm berkisar antara 35% hingga 60%. Sedimentasi tersebut menyebabkan kapal-kapal yang berukuran besar (> 20 GT) tidak dapat keluar ataupun masuk ke PPP Dadap dengan mudah terutama pada waktu air laut sedang surut. Apabila ada kapal yang berukuran besar (> 20 GT) yang akan keluar ataupun masuk ke PPP Dadap harus menunnggu sampai air laut pasang terlebih dahulu, hal tersebut membuat semua aktifitas nelayan menjadi terhambat. Sedimentasi juga sangat mengganggu kapal yang akan mendaratkan hasil tangkapannya di PPP dadap, karena kapal tersebut harus menungggu sampai air laut pasang terlebih dahulu baru bisa membongkar hasil tangkapannya. Hal tersebut akan berdampak terhadap kualitas ikan dan bisa membuat harga ikan turun. Kondisi ini membuat kapal-kapal memilih mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan perikanan terdekat Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas opersional PPP Dadap yang berasal dari luar pelabuhan. Berdasarkan hasil wawancara faktor eksternal yang mempengaruhi penurunan aktivitas opersional di PPP Dadap adalah : dukungan aparatur desa, serta sumberdaya ikan (SDI) dan lokasi penangkapan Ikan (DPI). 1. Dukungan Aparatur Desa Dadap Perkembangan suatu pelabuhan sangat dipengaruhi oleh dukungan pemerintah daerah. Dukungan pemerintah daerah tersebut biasanya dalam bentuk kebijakan yang diberikan untuk mengembangkan suatu pelabuhan. Dalam penerapan kebijakan tersebut dibutuhkan kerjasama antara pemerintah daerah (pembuat kebijakan) dan kepala desa (penerima kebijakan). Kerjasama yang baik antara keduanya dan instansi terkait akan membuat sebuah pelabuhan berkembang pesat. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi di PPP Dadap.

67 53 Berdasarkan hasil wawancara, sudah banyak kebijakan yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Indramayu untuk mengembangkan PPP Dadap. Namun, dalam proses penerapan kebijakan tersebut mengalami banyak kendala. Pemerintah daerah, dalam hal ini dipegang oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu sudah berusaha menjalin hubungan kerjasama dengan aparatur Desa Dadap untuk dapat menerapkan kebijakan tersebut. Akan tetapi, aparatur Desa Dadap menolak bahkan tidak memberi ijin untuk menerapkan kebijakan tersebut kalau dirasakan kebijakan tersebut tidak menguntungkan bagi oknum-oknum tertentu. Banyak usaha yang sudah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu bahkan sudah berkali-kali untuk mencoba menerapkan kebijakan tersebut di PPP Dadap, akan tetapi semuanya tidak berhasil. Susahnya proses menerapkan kebijakan di PPP Dadap mengakibatkan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu mencari alternatif lain supaya kebijakan yang sudah dicanangkan tidak sia-sia. Akhirnya, kebijakan yang telah dicanangkan tersebut dialihkan ke PPI Karangsong. Kurangnya kerjasama dan dukungan dari aparatur Desa Dadap terhadap PPP Dadap mengakibatkan PPP Dadap menjadi tidak berkembang dan membuat keadaanya semakin terpuruk karena perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu menjadi berkurang. 2. Sumberdaya Ikan (SDI) dan Daerah Penangkapan Ikan (DPI) Berdasarkan Tabel 11 dapat menunjukan bahwa produksi di PPP Dadap setiap tahunnya semakin menurun, hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa sumberdaya ikan (SDI) yang terdapat di wilayah perairan Indramayu dan sekitarnya semakin sedikit. Menurunnya hasil tangkapan di daerah-daerah penangkapan ikan (DPI) yang biasa digunakan oleh para nelayan tersebut, maka kapal-kapal yang tadinya menangkap ikan di DPI tersebut akan mencari DPI lain. DPI tersebut letaknya lebih jauh dari DPI yang biasa digunakan oleh nelayan tersebut. Hal ini terlihat dengan semakin lamanya waktu operasi kapal-kapal yang berbasis di PPP Dadap. Contohnya kapal payang yang biasa operasi penangkapanya hanya 10 jam sekarang menjadi 14 jam. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara kepada pemilik kapal payang tentang hasil yang diperoleh pada 5 (lima) trip terakhir.

68 54 Tabel 14 Hasil wawancara pemilik kapal payang Responden Jumlah tangkapan (Kg) Lama Trip (jam) Jarak DPI (mil) Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa, dalam 5 (lima) kali operasi penangkapan terakhir untuk mendapatkan jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak, nelayan rata-rata harus menambah jarak tempuhnya untuk sampai ke DPI yang baru. Hal tersebut otomatis akan mengakibatkan lama trip (jam) yang dijalani akan semakin bertambah juga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut. 15 Lama Trip (jam) Jumlah Tangkapan (Kg) Gambar 5 Jumlah tangkapan 5 (lima) trip terakhir responden Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam 5 (lima) kali operasi penangkapan terakhir tren mengalami peningkatan dan bergerak kearah kanan. Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan jumlah hasil tangkapan yang lebih banyak nelayan rata-rata harus menambah jarak tempuhnya. Hal tersebut otomatis akan mengakibatkan lama trip (jam) yang dijalani akan semakin bertambah juga. Lama operasi penangkapan yang semakin bertambah akan menyebabkan jumlah penggunaan BBM, es, air bersih, juga akan meningkat sehingga

69 55 pengeluaran untuk memenuhi perbekalan melaut bertambah besar. Pengeluaran lebih besar daripada pendapatan yang diterima menyebabkan tidak sedikit pemilik kapal mengalami kerugian. Hal tersebut membuat nelayan mencari pelabuhan lain yang dekat dengan DPI nya untuk mendaratkan hasil tangkapan untuk sedikit mengurangi pengeluaran. 5.3 Pola Hubungan antara Kinerja Organisasi dan Sosial dengan Kinerja PPP Dadap Kinerja sebuah pelabuhan seharusnya berkaitan dengan kinerja organisasi dan kinerja sosial, yang mengakibatkan jika salah satu mengalami perubahan akan berpengaruh terhadap yang lainnya. Agar dapat mengetahui pola hubungan antara kinerja pelabuhan, kinerja organisasi, dan kinerja sosial di PPP Dadap maka harus dilakukan perhitungan. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat dan signifikanya hubungan antara ketiga kinerja tersebut. Indikator kinerja pelabuhan yang dilihat adalah pelayanan yang diberikan pelabuhan seperti (perawatan fasilitas, kebersihan PP, sistem pengelolaan, dan sistem perijinan) dan relasi antara pengguna PP (nelayan, bakul ikan, dan petugas PP). Indikator kinerja organisasi adalah keberadaan fasilitas pelabuhan yang ada di PPP Dadap, baik fasilitas pokok, fasilitas fungsional, maupun fasilitas pendukung. Indikator kinerja sosial yang diambil adalah produktivitas nelayan (teknologi, pendapatan, produksi) dan profil nelayan (pendidikan, kesehatan, pengalaman). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Software SPSS 16 digunakan untuk mempermudah proses perhitungan. Sebelum dilakukannya proses perhitungan perlu dilakukan uji validitas terhadap data yang telah diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada responden tersebut. Menurut (Sekaran (2003) dalam Wijaya (2011)), suatu variabel dinyatakan valid jika dapat melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Pertanyaan atau variabel yang tidak valid akan dihilangkan dan tidak dimasukan ke dalam perhitungan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16. Berdasarkan uji validitas terhadap 28 varibel, diperoleh variabel yang valid dengan jumlah yang berbeda pada setiap kinerja. Terdapat 7 (tujuh) varibel yang valid untuk penilaian kinerja pelabuhan, yaitu: pelayanan yang diberikan

70 56 pelabuhan (perawatan fasilitas, kebersihan pelabuhan, sistem pengelolaan, sistem perijinan (Surat Laik Operasi (SLO) dan Surat Izin Berlayar (SIB))), dan relasi antara pengguna pelabuhan (nelayan dengan bakul ikan, bakul ikan dengan petugas pelabuhan, petugas pelabuhan dengan nelayan). Terdapat 10 (sepuluh) varibel valid untuk penilaian kinerja organisasi, yaitu: fasilitas pokok (dermaga, kolam pelabuhan, breakwater), fasilitas fungsional (alat bantu navigasi (mercusuar)), kantor pengelola pelabuhan, stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN), dan fasilitas pendukung (toilet umum, tempat parkir, kantin, mushola). Terdapat 6 (enam) varibel valid untuk penilaian kinerja sosial, yaitu: produktivitas nelayan (teknologi, pendapatan, produksi), dan profil nelayan (pendidikan, kesehatan, pengalaman). Semua varibel tersebut dinyatakan valid karena nilai r s hitung lebih besar daripada nilai r s tabel dan nilainya tidak konstan (Lampiran 3) Pemilik kapal Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 11,0 + 0,048 X 1 + 0,263 X 2 Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi Y : kinerja pelabuhan Untuk melihat pengaruh kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan dapat dilakukan dengan menggunakan uji-f dan uji-t. Uji-F dilakukan untuk mengetahui apakah kinerja organisasi dan kinerja sosial mempengaruhi kinerja pelabuhan. Hasil analisis uji-f kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15 Hasil analisis ANOVA kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan untuk pemilik kapal DF SS MS F hitung F tabel Regresi 2 3,288 1,644 0,66 0,527 Standar error 19 47,075 2,478 Total 21 50,364 Dimana : DF : derajat bebas SS : jumlah kuadrat MS : kuadrat tengah α : 0,05

71 57 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai F hitung yang diperoleh sebesar 0,66 dan F tabel sebesar 0,527. Hal ini menunjukan bahwa pada selang kepercayaan 95% diperoleh F hitung > F tabel sehingga tolak H 0 yang berarti bahwa nilai kinerja pelabuhan (Y) dapat dipengaruhi oleh nilai kinerja sosial (X 1 ) dan kinerja organisasi (X 2 ). Jadi besar-kecilnya nilai kinerja sosial (X 1 ) dan kinerja organisasi (X 2 ) yang diperoleh dapat mempengaruhi nilai kinerja pelabuhan (Y) tersebut. Uji-t dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas (independen) terhadap varibel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja sosial dan kinerja organisasi, sedangkan varibel terikat (dependen) adalah kinerja pelabuhan. Hasil uji-t untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16 Hasil uji-t pengaruh kinerja sosial dan kinerja organisasi terhadap kinerja pelabuhan untuk pemilik kapal X 1 X 2 Koefesien regresi 0,048 0,263 t hitung 0,40 1,06 t tabel 0,690 0,302 Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi Tabel 16 menjelaskan bahwa pada selang kepercayaan 95% diperoleh nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel untuk kinerja sosial (t hitung < t tabel ) sehingga gagal tolak H 0. Hal ini berarti bahwa untuk nilai kinerja sosial yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Sedangkan untuk kinerja organisasi diperoleh nilai t hitung sebesar 1,06 dan nilai t tabel sebesar 0,302. Hal ini menunjukan bahwa t hitung > t tabel sehingga untuk nilai kinerja organisasi yang didapat akan berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Hasil perhitungan menggunakan uji-t untuk pemilik kapal pada selang kepercayaan 95% menyatakan bahwa hasil yang diperoleh untuk kinerja sosial tidak berbeda nyata, sedangkan hasil yang diperoleh untuk kinerja organisasi berpengaruh nyata terhadap nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Kinerja organisasi memiliki koefesien regresi sebesar 0,263 dengan nilai positif, hal ini bisa diartikan bahwa nilai kinerja organisasi dapat mempengaruhi besarnya

72 58 kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Bila nilai kinerja organisasi bertambah satu, maka nilai untuk kinerja pelabuhan akan mengalami penambahan sebesar 0,263. Berdasarkan persamaan yang diperoleh dan uji-t untuk pemilik kapal dapat dilihat bahwa pola hubungan kinerja PPP Dadap tersebut sangat dipengaruhi oleh kinerja organisasi. Akan tetapi dalam persamaannya memiliki nilai koefesien regresi positif semua, hal ini bisa diartikan jika nilai kinerja sosial dan kinerja organisasi mengalami perubahan maka untuk nilai kinerja pelabuhan akan mengalami perubahan juga. Pemilik kapal payang di PPP Dadap sudah memiliki ikatan dengan bakul ikan langganan masing-masing. Oleh karena itu, hasil tangkapan yang diperoleh akan dijual langsung kepada bakul ikan tersebut. Jadi hasil tangkapan kapal payang tidak mengalami proses pelelangan di TPI, hanya mengalami proses pencatatan saja. Hal tersebut berarti meskipun produksi kapal payang meningkat tidak akan mempengaruhi kinerja pelabuhan karena kapal payang tersebut tidak memanfaatkan fasilitas pelabuhan menyebabkan di pelabuhan tidak terjadi aktivitas operasional (pelelangan ikan). Pelayanan pengelola PPP Dadap akan mempengaruhi kinerja pelabuhan, jadi untuk meningkatkan kinerja pelabuhan pengelola PPP Dadap harus meningkatkan pelayanannya terhadap nelayan dengan cara meningkatkan perawatan fasilitas PPP Dadap. Hal tersebut sesuai dengan persamaan yang diperoleh untuk pemilik kapal bahwa kinerja PPP Dadap sangat dipengaruhi oleh kinerja organisasi Anak Buah Kapal (ABK) Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 18,7 + 0,0906 X 1 0,005 X 2 Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi Y : kinerja pelabuhan Uji yang digunakan untuk Anak Buah Kapal (ABK) sama seperti pada analisis pemilik kapal yaitu dengan menggunakan uji-f dan uji-t. Hasil analisis uji-f dapat dilihat pada tabel berikut.

73 59 Tabel 17 Hasil analisis ANOVA kinerja organisasi dan kinerja sosial terhadap kinerja pelabuhan untuk ABK DF SS MS F hitung F tabel Regresi Standar error Total Dimana : DF : derajat bebas SS : jumlah kuadrat MS : kuadrat tengah α : 0,05 Tabel 17 menunjukan bahwa nilai F hitung yang diperoleh setelah dilakukannya perhitungan lebih besar daripada F tabel, dimana nilai F hitung sebesar 0,84 dan F tabel sebesar 0,435. Hal ini menunjukan bahwa pada selang kepercayaan 95% diperoleh F hitung > F tabel sehingga tolak H 0 yang berarti bahwa kinerja pelabuhan dipengaruhi oleh kinerja organisasi atau sosial. Jadi besarkecilnya nilai kinerja sosial (X 1 ) dan kinerja organisasi (X 2 ) yang diperoleh mempengaruhi nilai kinerja pelabuhan (Y). Uji selanjutnya adalah uji-t. Hasil uji-t untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 18 Hasil uji-t pengaruh kinerja sosial dan kinerja organisasi terhadap kinerja pelabuhan untuk ABK X 1 X 2 Koefesien regresi 0,091-0,005 t hitung 1,28-0,03 t tabel 0,205 0,975 Dimana : X 1 : kinerja sosial X 2 : kinerja organisasi Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai t hitung kinerja sosial yang diperoleh sebesar 1,28 dan t tabel sebesar 0,205. Hal ini berarti bahwa pada selang kepercayaan 95% diperoleh nilai t hitung lebih besar daripada t tabel (t hitung > t tabel ) sehingga tolak H 0. Jadi untuk nilai kinerja sosial yang diperoleh akan berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Sedangkan untuk kinerja organisasi diperoleh nilai t hitung < t tabel sehingga untuk nilai kinerja organisasi yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap karena gagal tolak H 0.

74 60 Hasil perhitungan uji-t pada selang kepercayaan 95% untuk anak buah kapal (ABK) menunjukan bahwa hasil yang diperoleh untuk kinerja sosial berbeda nyata sehingga berpengaruh terhadap nilai kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Kinerja sosial memiliki koefesien regresi sebesar 0,091 dengan nilai positif, hal ini bisa diartikan bahwa nilai kinerja sosial dapat mempengaruhi besarnya kinerja pelabuhan di PPP Dadap. Bila nilai kinerja sosial bertambah satu, maka nilai untuk kinerja pelabuhan akan mengalami penambahan sebesar 0,091. Sedangkan hasil yang diperoleh untuk kinerja organisasi tidak berbeda nyata. Berdasarkan persamaan yang diperoleh dan uji-t untuk anak buah kapal (ABK) dapat dilihat bahwa pola hubungan kinerja PPP Dadap sangat dipengaruhi oleh kinerja sosial. Akan tetapi dalam persamaan model yang diperoleh memiliki nilai koefesien regresi negatif untuk kinerja organisasi. Hal ini bisa diartikan jika nilai kinerja organisasi bertambah satu, maka nilai untuk kinerja pelabuhan akan mengalami penurunan sebesar 0,005. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk nelayan payang tingkat pemanfaatan fasilitasnya sangat rendah. Kapal payang tidak melakukan proses pelelangan ikan karena sudah ada ikatan dengan bakul ikan langganan. Aktivitas yang dilakukan di pelabuhan hanya pendaratan kapal dan pengisian BBM. Kurangnya aktivitas nelayan di pelabuhan menyebabkan hubungan antara nelayan dan petugas pelabuhan tidak baik. Jadi, meskipun tingkat pelayanan pengelola pelabuhan ditingkatkan, tanpa adanya pemanfaatan fasilitas dari nelayan dan tingkat kebutuhan nelayan akan pelayanan tersebut rendah. Hal tersebut tidak akan meningkatkan kinerja pelabuhan. Sebagaimana yang disebutkan di atas bahwa PPP Dadap semula merupakan PPI yang dibangun pada tahun 2000 di desa Dadap. Masyarakat Desa Dadap mayoritas mata pencaharianya sebagai nelayan dan sudah sejak dulu menggantungkan hidupnya pada pekerjaan tersebut. Keahlian nelayan Dadap diperoleh dari turun temurun dan pengalaman, baik keahlian dalam melaut maupun beradaptasi dengan lingkungan. Jadi nelayan Desa Dadap tanpa adanya pelabuhan juga sudah bisa berkembang karena watak nelayan Desa Dadap sudah terbentuk sejak lama. Jadi untuk beradaptasi dengan keberadaan PPP Dadap juga sangat mudah.

75 61 Pembangunan PPP Dadap diatas komunitas (nelayan) yang sudah berkembang menyebabkan naik atau turunnya kinerja pelabuhan tidak akan mempengaruhi kinerja komunitas (kinerja sosial) tersebut. Akan tetapi, berdampak sebaliknya kinerja pelabuhan akan dipengaruhi oleh kinerja komunitas tersebut (kinerja sosial). Hal tersebut sesuai dengan persamaan yang diperoleh untuk ABK, kinerja PPP Dadap sangat dipengaruhi oleh kinerja sosial.

76 62 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Aktivitas operasional yang terdapat di PPP Dadap antara lain aktivitas pendaratan ikan dan kunjungan kapal, aktivitas pelelangan hasil tangkapan, dan aktivitas pelayanan kebutuhan melaut: 1) Aktivitas pendaratan ikan di PPP Dadap dari tahun 2001 sampai tahun 2011 cenderung mengalami penurunan dan mempunyai kisaran pertumbuhan produksi mulai dari -89,98 % sampai dengan 254,64 %; 2) Tempat pelelangan ikan (TPI) di PPP Dadap dari tahun 2008 tidak terjadi aktivitas pelelangan hasil tangkapan. Hasil tangkapan tersebut hanya mengalami pendataan saja di TPI PPP Dadap; 3) Aktivitas pelayanan kebutuhan melaut yang terdapat di PPP Dadap berupa pelayanan air bersih dan pelayanan BBM. Penjualan BBM dari tahun mengalami peningkatan dan mempunyai kisaran pertumbuhan mulai dari -18,38% sampai dengan 90,86%. 2. Faktor-faktor berpengaruh terhadap penurunan aktivitas operasional di PPP Dadap berupa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah fasilitas pelabuhan, bakul ikan, jumlah armada penangkapan, dan sedimentasi. Sedangkan faktor eksternal adalah dukungan aparatur desa, serta sumberdaya ikan (SDI), dan daerah penangkapan Ikan (DPI). 3. Pola hubungan kinerja PPP Dadap untuk pemilik kapal diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 11,0 + 0,048 X 1 + 0,263 X 2, dimana variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan adalah kinerja organisasi (X 2 ). Sedangkan untuk Anak Buah Kapal (ABK) diperoleh persamaan Y = 18,7 + 0,0906 X 1 0,005 X 2, dimana variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya nilai kinerja pelabuhan adalah kinerja sosial (X 1 ), akan tetapi untuk kinerja organisasi (X 2 ) memiliki nilai koefesien korelasi negatif.

77 Saran 1. Perlu dilakukannya penelitian yang lebih lanjut tentang pola hubungan kinerja pelabuhan ini dan mengambil variabel lebih detail dan banyak supaya hasil yang diperoleh lebih baik lagi; 2. Pihak pengelola PPP Dadap perlu memperbaiki sistem pegelolaan pelabuhan (khususnya sistem pengelolaan pelelangan ikan), sistem pelayanan, dan perawatan fasilitas yang dibutuhkan oleh nelayan agar kegiatan yang dilakukan oleh nelayan berjalan dengan lancar; 3. Pihak pengelola PPP Dadap perlu hubungan dengan nelayan agar nelayan yang berada di sekitar PPP Dadap mau meningkatkan aktivitasnya di PPP Dadap; 4. Perlu ditingkatkan koordinasi antara pihak pengelola PPP Dadap, aparatur Desa Dadap, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu agar PPP Dadap bisa lebih berkembang.

78 64 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Indramayu. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. [BPS] Badan Pusat Statistik Geografi dan Iklim Kecamatan Juntinyuat. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu Rencana Zonasi Kawasan Pesisir dan Laut Kabupaten Indramayu. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu Kondisi Fisik Sampai dengan Tahun Anggaran 2008 Di Wilayah Kabupaten Indramayu. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu Data Produksi Lelang Kabupaten Indramayu Tahun Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu Data Produksi Perikanan Tangkap di Laut Menurut Perjenis Ikan dan Jenis Alat Penangkapan Ikan Tri Wulan II Tahun 2011 Kabupaten Indramayu. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu Data Potensi Armada Penangkapan Ikan Di Laut Kabupaten Indramayu Tahun Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu Laporan Akhir Kinerja dan Evaluasi UPTD Perikanan dan Kelautan Kecamatan Juntinyuat dan Sliyeg. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. Fitriyah P Pemanfaatan Fasilitas dan Efektivitas Aktivitas PPI Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu [skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gigentika S Kinerja Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai Labuhan Lombok, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

79 65 Hadiyanto S R Industri Perikanan dan Pengaruhnya Terhadap Berbagai Aktivitas Kepelabuhanan Terkait dengan Hasil Tangkapan Di Pelabuhan perikanan Samudera Jakarta [skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Herinugrah Kinerja Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga dalam Penyajian Informasi Pariwisata Di Kabupaten Subang Melalui Sistem Informasi Geografis (SIG). ac.id/files/dis1/535/jbptunikompp-gdl-herinugrah babii.pdf. [16 Agustus 2012] Lubis E Diktat Pelabuhan perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Mahmudi Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Muis Kinerja pelabuhan. [16 Agustus 2012] Mudzakir K A Peranan dan Kinerja Sektor Perikanan pada Perekonomian Jawa Tengah [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Murdiyanto B Pelabuhan perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nazir M Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Nugroho T Bahan Kuliah: Aspek Sosial Ekonomi dalam Pemanfaatan Pelabuhan perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Peraturan Menteri Jenderal Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/Men/ Pelabuhan Perikanan. Jakarta. Remaja dp1.html. [14 November 2011] [SPBN] Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan Data Realisasi Penerimaan dan Penjualan BBM di SPBN PPP Dadap tahun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan PPP Dadap.

80 66 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Walpole E R Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Wijaya T Cepat Menguasai SPSS 19. Yogyakarta : Cahaya Atma.

81 LAMPIRAN 67

82 68 Lampiran 1 Lokasi penelitian Sumber : (Remaja, 2011)

83 69 Lampiran 2 Fasilitas PPP Dadap Kantor pengelola PPP Dadap Tempat Pelelangan Ikan (TPI) PPP Dadap Dermaga PPP Dadap Kolam pelabuhan PPP Dadap SPBN PPP Dadap Gedung perbengkelan PPP Dadap

84 70 Alat bantu navigasi PPP Dadap Gedung sortir hasil tangkapan Alat bantu distribusi BBM (solar) Bak pencucian hasil tangkapan Toilet umum PPP Dadap Mushola PPP Dadap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2012, adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kecamatan Juntinyuat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 pasal 1, Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LABUHAN LOMBOK, KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT SORAYA GIGENTIKA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain LEmBRGn PEHELITinn STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR Jonny Zain ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 di Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan bab 1 pasal 1 adalah tempat yang

Lebih terperinci

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4.1 DESKRIPSI PPSC Gagasan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap diawali sejak dekade 1980-an oleh Ditjen Perikanan dengan mengembangkan PPI Sentolokawat, namun rencana

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENENTU KINERJA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) DADAP DI KABUPATEN INDRAMAYU

FAKTOR-FAKTOR PENENTU KINERJA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) DADAP DI KABUPATEN INDRAMAYU Marine Fisheries ISSN 87-43 Vol. 3, No., Mei Hal: 9- FAKTOR-FAKTOR PENENTU KINERJA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) DADAP DI KABUPATEN INDRAMAYU Determinants the Performance of Dadap Fishing Port Beach

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) terletak di Teluk Jakarta tepatnya di Kelurahan

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 1-11 EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA Jonny Zain 1), Syaifuddin 1), Yudi Aditya 2) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Elemen 2.2 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Elemen 2.2 Perikanan Tangkap 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Elemen Elemen adalah unsur (entity) yang mempunyai tujuan dan atau realitas fisik. Setiap elemen mengandung atribut yang dapat berupa nilai bilangan, formula intensitas

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS FAHMI FAHRIZAL

AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS FAHMI FAHRIZAL AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS FAHMI FAHRIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 009. Tempat pelaksanaan kegiatan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain THE STUDY of SPATIAL PLANNING FACILITIES BRONDONG FISHING PORT LAMONGAN DISTRICT EAST JAVA PROVINCE (Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung 2. TINJAUAN PUSTAKA Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung dari badai atau ombak sehingga kapal dapat berputar (turning basin), bersandar atau membuang sauh sedemikian rupa sehingga bongkar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

Oleh: Diterima: 18 Februari 2009; Disetujui: 1 September 2009 ABSTRACT

Oleh: Diterima: 18 Februari 2009; Disetujui: 1 September 2009 ABSTRACT PRIORITAS PEMILIHAN LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN DI KABUPATEN REMBANG Location Selection Priority of Fishing Port Development at Rembang Regency Oleh: Iin Solihin 1* dan Muhammad Syamsu Rokhman

Lebih terperinci

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province By Sumitri 1), Ir. Syaifuddin, M.Si 2), Ir. Jonny Zain, M.Si 2) 1) Student

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan digolongkan sebagai pelabuhan khusus, yang mengandung pengertian bahwa suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28 APRIL 2015 NAMA DOSEN BAGIAN : : THOMAS NUGROHO, S.Pi,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT RENY YULIASTUTI

KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT RENY YULIASTUTI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT RENY YULIASTUTI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Riduwan (2004) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu LAMPIRAN 155 Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu Keterangan gambar: 1. Rumah Dinas 2. Kantor 3. Aula 4. PT. Fan Marine Shipyard 5. Tangki Solar 6. Bengkel 7. Bak Air 8. Pabrik Es 9. Sumur

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERADAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITARNYA ARIF NUGRAHA

PENGARUH KEBERADAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITARNYA ARIF NUGRAHA PENGARUH KEBERADAAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT SEKITARNYA ARIF NUGRAHA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT. 1 THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE Oleh : Rendra Triardi 1), Jonny Zain, M.Si 2), dan Syaifuddin, M.Si 2) ABSTRACT Rendra_triardi@yahoo.com This

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU 7.1. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu Identifikasi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai kepentingan

Lebih terperinci

Geliat MINAPOLITAN KABUPATEN PACITAN. Pemerintah Kabupaten Pacitan

Geliat MINAPOLITAN KABUPATEN PACITAN. Pemerintah Kabupaten Pacitan Geliat MINAPOLITAN KABUPATEN PACITAN Pemerintah Kabupaten Pacitan VISI Terwujudnya Masyarakat Pacitan yang Sejahtera MISI 4 Meningkatkan Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi yang Bertumpu pada potensi Unggulan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 pasal 1, pelabuhan perikanan

Lebih terperinci

TINGKAT PELAKSANAAN FUNGSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA AMNIHANI

TINGKAT PELAKSANAAN FUNGSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA AMNIHANI TINGKAT PELAKSANAAN FUNGSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA AMNIHANI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG DEDE SEFTIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

6. FUNGSI PPI MUARA BATU 6. FUNGSI PPI MUARA BATU Fungsi pelabuhan perikanan yang optimal merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari pembangunan perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat secara nyata jika pembangunan perikanan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di Muara

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPI MUARA ANGKE FIFI DEWI RESTI

PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPI MUARA ANGKE FIFI DEWI RESTI PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPI MUARA ANGKE FIFI DEWI RESTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan PP selain menunjang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat

Lebih terperinci

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No.1, Mei 2012 Hal: 15-21 PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE (Value for money Approach For The Fish Auction Performance

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMASARAN HASIL PERIKANAN DI PASAR IKAN TERINTEGRASI PADA PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port

Keywords: Agam regency, contribution, fisheries sector, Tiku fishing port Contributions of Tiku Fishing Port (PPI Tiku) for fisheries sector at Agam regency, West Sumatera province, Indonesia Erly Novida Dongoran 1), Jonny Zain 2), Syaifuddin 2) 1) Student of Fisheries and Marine

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perikanan purse seine di pantai utara Jawa merupakan salah satu usaha perikanan tangkap yang menjadi tulang punggung bagi masyarakat perikanan di Jawa Tengah, terutama

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 35 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan Juli 2011. Proses pengambilan data dilakukan di PPN Pekalongan. Lokasi PPN Pekalongan dapat dilihat

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara dan tangkahan-tangkahan di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Sumatera Utara

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Perikanan dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI Pendaratan hasil tangkapan merupakan pemindahan hasil tangkapan dari atas kapal ke daratan pelabuhan, yang nantinya akan didistribusikan ke

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir Arahan Strategi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan yang Berdaya saing di Kabupaten Indramayu sebagai kawasan

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci