KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI DEPAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) VIAN PUPUT WIJAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI DEPAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) VIAN PUPUT WIJAYA"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI DEPAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) VIAN PUPUT WIJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Anatomi Skelet Kaki Depan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Vian Puput Wijaya B

4

5 ABSTRAK VIAN PUPUT WIJAYA. Karakteristik Anatomi Skelet Kaki Depan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). Dibimbing oleh NURHIDAYAT dan CHAIRUN NISA. Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik anatomi skelet kaki depan badak jawa dibandingkan dengan badak sumatra (Dicerhorinus sumatrensis) dan hewan domestik lain, dikaitkan dengan fungsi dan kebiasaan hidupnya. Penelitian dilakukan dengan mengamati satu set skelet kaki depan badak jawa dan membandingkannya dengan skelet kaki depan badak sumatra maupun literatur terkait skelet kaki depan hewan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skelet kaki depan badak jawa relatif pendek dan kompak. Os scapula memiliki tuber spinae scapulae yang besar menyerupai segitiga dan facies serrata yang tidak terbagi menjadi dua oleh fossa subscapularis. Os humerus memiliki tuberositas deltoidea yang besar dan crista humeri relatif tidak berkembang subur. Ossa radius et ulna memiliki spatium interosseum antebrachii yang sempit, sedangkan olecranon dari os ulna besar berbentuk bulat dan tidak terbagi dua. Facies palmaris dari ossa carpi memiliki penjuluran yang mengarah ke mediodistal. Secara umum, skelet kaki depan badak jawa mirip pada badak sumatra, sapi, dan babi. Kondisi ini diduga merupakan hasil adaptasi terhadap ukuran tubuh, habitat, dan perilakunya. Kata kunci: badak jawa, skelet kaki depan ABSTRACT VIAN PUPUT WIJAYA. The anatomical characteristics of the forelimbs skeleton of javan rhino (Rhinoceros sondaicus). Supervised by NURHIDAYAT and CHAIRUN NISA. The study was aimed to observe the anatomical characteristics of forelimbs skeleton of javan rhino. The study was conducted by observing one set of the forelimbs skeleton of javan rhino and then compared with sumatran rhino (Dicerorhinus sumatrensis) and other animal from literature, related to the function and behaviour. The results showed that the forelimbs skeleton of the javan rhino was relatively short and compact. The scapula had a large tuber spinae scapulae that triangular-shape and the facies serrata was not separated into two parts by the fossa subscapularis. The humerus had a large tuberositas deltoidea with undeveloped crista humeri. The radial and ulnar were had narrow spatium interosseum antebrachii, while olecranon of the ulnar was a single tuber. Facies palmaris of the carpal bone had an extension which leads to mediodistal. In general, forelimbs skeleton of javan rhino was resemble to forelimbs skeleton of sumatran rhino, cows, and pigs. This condition were presumed to be related to the adaptation of body size, habitat, and their behaviour. Keywords: forelimbs skeletons, javan rhino

6

7 KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI DEPAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) VIAN PUPUT WIJAYA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni sampai Agustus 2014 ini ialah Karakteristik Anatomi Kaki Depan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Drh. Nurhidayat, MS, PAVet dan Dr. Drh. Chairun Nisa, MSi, PAvet sebagai dosen pembimbing atas segala bimbingan, masukan, dukungan, nasihat, serta kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Keluarga besar Laboratorium Anatomi: Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet (K), Prof. Dr. Drh. Srihadi Agungpriyono, PAVet (K), Dr. Drh. Savitri Novelina, MSi, PAVet, dan Drh. Supratikno, MSi, PAVet. 3. Kepala dan staf Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) atas pinjaman skelet badak jawa yang akan dirangkai di Laboratorium Anatomi FKH IPB. 4. Drh. Marcellus Adi CRT dan Drh. Kurnia Oktavia Khairani yang telah memfasilitasi peminjaman skelet badak jawa. 5. Dr. Bambang Kiranadi, M.Sc sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam kegiatan akademik. 6. Keluarga tercinta, Bapak Parmuji, Ibu Rohyati, Mba Jauhari Oka Reuwpassa, Adek Tangkas Hary Murti, dan Adek Venissa Hanum Azzahra atas dukungan dan doa kepada penulis selama ini. 7. Teman-teman penelitian : Tita, Wiwit, Eling, Singgih, Suwardi, Halim, dan Kak Hiro dan Mira. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih belum sempurna sehingga kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat diharapkan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2014 Vian Puput Wijaya

12

13 DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Klasifikasi dan Morfologi Badak Jawa 2 Habitat dan Perilaku Badak Jawa 3 Skelet Appendikular 4 METODE PENELITIAN 6 Tempat dan Waktu Penelitian 6 Bahan dan Alat 6 Metode Penelitian 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Hasil 6 Pembahasan 12 SIMPULAN DAN SARAN 15 Simpulan 15 Saran 15 DAFTAR PUSTAKA 16 RIWAYAT HIDUP 18

14

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Morfologi eksterior badak jawa (Rhinoceros sondaicus) 3 Gambar 2 Struktur os scapula kiri badak jawa tampak lateral (A) dan 7 medial (B) Gambar 3 Struktur os humerus kiri badak jawa tampak kranial (A) 8 dan kaudal (B) Gambar 4 Struktur ossa radius et ulna kiri badak jawa tampak lateral 9 (A) dan medial (B) Gambar 5 Struktur skeleton manus kiri badak jawa tampak dorsal (A & C) dan volar (B) 11

16

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan satwa liar yang sangat langka dengan jumlah populasi kurang dari 100 ekor di dunia (Muntasib 2000). Badak jawa memiliki tiga subspesies, yaitu Rhinoceros sondaicus inermis yang sudah dinyatakan punah pada tahun 1900-an, Rhinoceros sondaicus annamiticus yang terdapat di Vietnam juga dinyatakan punah pada tahun 2009, serta Rhinoceros sondaicus sondaicus yang terdapat di Indonesia (Brook et al. 2011). Badak jawa yang masih tersisa saat ini hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon (Indonesia) dan jumlahnya diduga sekitar 58 ekor (TNUK 2014). Hilangnya habitat dan perburuan liar menyebabkan penurunan jumlah populasi badak jawa. Sejak tahun 1978, badak jawa dimasukkan ke dalam redlist data oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) atau termasuk ke dalam kategori sangat terancam (critically endangered) (IUCN 2013). Badak jawa juga termasuk ke dalam Appendix I menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), yang berarti tidak boleh diperdagangkan karena jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah (CITES 2013). Pemerintah juga menetapkan badak jawa sebagai satwa yang dilindungi oleh Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Muntasib 2000) dan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar (TNUK 2014). Badak jawa termasuk golongan hewan ungulata yang menggunakan kuku sebagai tumpuan saat bergerak atau berjalan (Myers 2001), dengan jumlah kuku ganjil atau Perissodactyla. Selain memiliki kuku, badak jawa juga menapak dengan footpad, yaitu berupa bantalan lemak dan jaringan ikat yang tebal untuk membantu jari kaki saat menumpu. Tinggi badan badak jawa sekitar cm dan satu buah cula di dorsal os nasale dengan panjang sekitar 27 cm. Berat tubuh badak jawa dewasa dapat mencapai 2280 kg (Hoogerwerf 1970). Walaupun ukuran tubuhnya besar, badak jawa dapat bergerak cepat dan lincah, seperti pada badak sumatra (Lestari 2009). Wilayah jelajah harian badak jawa jantan sekitar km 2, sedangkan badak jawa betina sekitar km 2 (Suhono dan Muntasib 2001). Namun berdasarkan penelitian Muntasib (2000), pergerakan badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon hanya berkisar km tergantung dari kondisi lingkungannya. Dalam menopang tubuhnya yang berat, badak jawa memiliki kaki depan dan kaki belakang yang relatif pendek dan kokoh. Kaki depan berfungsi sebagai penunjang tubuh dan alat gerak pasif terutama untuk gerakan maju. Pada keadaan statis, kaki depan badak jawa mendapat beban yang lebih besar dengan adanya leher dan kepala, dibandingkan dengan kaki belakang. Dalam keadaan dinamis, beban kaki belakang menjadi lebih besar untuk protraktor tubuh ke depan. Informasi mengenai anatomi skelet badak jawa belum dilaporkan terutama skelet kaki depan, oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai skelet kaki depan yang dikaitkan dengan fungsi dan perilakunya.

18 2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik anatomi skelet kaki depan badak jawa dibandingkan dengan skelet kaki depan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) dan hewan domestik lain yang memiliki kedekatan secara anatomis dan filogenetik. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya data biologi badak jawa khususnya mengenai karakteristik anatomi skelet kaki depan. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Badak Jawa Badak jawa termasuk ke dalam ordo Perissodactyla. Ordo ini terdiri atas 3 famili, 6 genus, dan 17 spesies. Ordo Perissodactyla dibagi menjadi 2 subordo, yaitu Hippomorpha (famili Equidae) dan Ceratomorpha (famili Tapiridae dan Rhinocerotidae) (Nowak 1999). Famili Rhinocerotidae awalnya tersebar di Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika Utara (Hillson 2005). Klasifikasi badak jawa adalah sebagai berikut (Lekagul dan McNelly 1977): Ordo : Perissodactyla Super famili : Rhinocerotidea Famili : Rhinocerotidae Genus : Rhinoceros Spesies : Rhinoceros sondaicus Menurut etiologinya, Rhinoceros berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhino yang berarti hidung dan ceros yang berarti cula, sedangkan Sondaicus berasal dari kata Sunda yang berarti Jawa dan icus berarti lokasi (Endah 2009). Badak jawa memiliki tiga subspesies, yaitu Rhinoceros sondaicus annamiticus, Rhinoceros sondaicus inermis, Rhinoceros sondaicus sondaicus. Namun, dua subspesies badak jawa sudah dinyatakan punah, yaitu Rhinoceros sondaicus inermis dan Rhinoceros sondaicus annamiticus (Brook et al. 2011). Ciri khas badak jawa, yaitu memiliki satu cula di dorsal os nasale dengan panjang sekitar 27 cm (Hoogerwerf 1970). Cula badak jawa jantan berbentuk kerucut yang disebut cula melati, sedangkan pada betina berupa tonjolan yang disebut cula batok (TNUK 2013). Tubuhnya ditutupi oleh kulit dengan pola mozaik mirip baju baja, dengan panjang kurang lebih 392 cm dan tingginya mencapai cm (Hoogerwerf 1970). Berat badak jawa dapat mencapai kg (WWF 1986), dengan daya hidup dapat mencapai 30 tahun (Hoogerwerf 1970). Hewan ini memiliki indera penciuman dan pendengaran yang baik, tetapi penglihatannya relatif kurang.

19 3 Gambar 1 Morfologi eksterior badak jawa (Rhinoceros sondaicus). Memiliki satu cula dan lipatan kulit pada daerah leher sebagai ciri khasnya (WWF 2008) Habitat dan Perilaku Badak Jawa Habitat hidup badak jawa di hutan tropis dataran rendah sampai ketinggian 100 m di atas permukaan laut, tempat basah banyak kubangan lumpur, dan rawarawa (Hoogerwerf 1970). Namun di Taman Nasional Ujung Kulon, badak jawa dapat ditemukan sampai di ketinggian 600 m, yaitu di daerah Gunung Honje. Kondisi habitat yang disukai oleh badak jawa antara lain hutan yang rimbun, daerah semak, dan perdu yang rapat, tetapi jarang ditemukan di tempat yang terbuka (Muntasib et al. 2013). Hewan ini memiliki sifat yang pemalu dan soliter (Muntasib 2000). Kadang-kadang badak jawa ditemukan dalam bentuk kelompok kecil, yang terdiri atas dua atau tiga ekor badak, terutama pada musim kawin dan mengasuh anaknya. Badak jawa jantan mencapai dewasa kelamin pada sekitar umur 6 tahun, sedangkan pada badak jawa betina terjadi sekitar umur 3-4 tahun. Saat musim kawin, pada sekitar bulan Agustus (Daryan 2013) badak jawa betina dewasa mengalami peningkatan urinasi dan kontak fisik dengan badak jawa jantan dewasa (Riyanto et al. 2013). Badak jawa sering melakukan aktivitas berkubang pada siang hari dengan ketinggian tempat kubangan pada m di atas permukaan laut, suhu udara o C dengan kelembaban antara 75-82% (Santosa et al. 2010a), dan kerapatan pohonnya individu/ha (Santosa et al. 2010b). Umumnya, kubangan yang digunakan untuk satu ekor badak jawa berukuran panjang sekitar 3-4 m dan lebar 2-3 m (Santosa et al. 2010a). Aktivitas berkubang ini bertujuan untuk menjaga kelembaban kulit, mencegah gigitan serangga (Hoogerwerf 1970), tempat istirahat, dan tempat minum (Muntasib 2000).

20 4 Badak jawa termasuk ke dalam hewan browser, yang mendapatkan makanannya dengan cara memangkas (tumbuhan perdu), merobohkan (tumbuhan tinggi), dan menarik (tumbuhan merambat) (Daryan 2013) dan dilakukan pada pagi dan sore hari (Muntasib 2000). Makanan badak jawa berupa pucuk-pucuk daun, tunas-tunas pohon, kulit kayu, dan beberapa jenis buah (Hoogerwerf 1970; Suhono dan Muntasib 2001). Selain itu, badak jawa juga melakukan saltlick (mengasin) untuk mendapatkan mineral yang diperoleh dari air laut, menjilat tanah atau lumpur, kulit pohon, dan permukaan daun (Daryan 2013). Perilaku defekasi dan urinasi pada badak jawa dapat digunakan sebagai penanda batas wilayahnya. Tempat defekasi yang paling sering ditemukan di daerah aliran sungai, jalur pergerakan, dan tempat makan. Cara urinasi badak jawa, yaitu dengan membuang urin ke belakang yang mengarah ke semak-semak dan kaki belakangnya menggaruk-garuk tanah sehingga pada semak-semak tersebut ditemukan urin bercampur tanah (Riyanto et al. 2013). Skelet Appendikular Sistem skeletal memiliki fungsi untuk penunjang tubuh, tempat penyimpanan mineral, tempat produksi sel darah, serta pelindung organ vital (Colville dan Bassert 2002; Akers dan Denbow 2008). Skelet appendikular terdiri atas tulang ekstremitas, yaitu kaki depan dan kaki belakang. Skelet kaki depan (ossa membri thoracici) mempunyai fungsi sebagai penunjang tubuh serta sebagai alat gerak pasif, terutama gerakan maju. Tulang-tulang penyusun kaki depan dikelompokkan menjadi empat, yaitu cingulum membri thoracici (tulang gelang bahu), skeleton brachii (tulang lengan atas), skeleton antebrachii (tulang lengan bawah), dan skeleton manus (tulang telapak tangan). Cingulum membri thoracici terdiri atas os scapula, os coracoideus, dan os clavicula. Skeleton brachii terdiri atas os humerus, sedangkan skeleton antebrachii terdiri atas ossa radius et ulna. Skeleton manus meliputi ossa carpi, ossa metacarpalia, serta ossa digitorum manus. Ossa digitorum manus terdiri atas ossa phalanges dan ossa sesamoidea (Getty 1975). Os scapula merupakan tulang paling proksimal dari kaki depan yang berbentuk pipih menyerupai segitiga (Colville dan Bassert 2002; Akers dan Denbow 2008). Badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) memiliki os scapula yang kokoh dan kompak. Fossa supraspinata pada badak sumatra memiliki permukaan yang bergelombang, sedangkan fossa infraspinata menjulur ke kaudal (Lestari 2009). Pada badak sumatra (Lestari 2009), kuda, ruminansia, dan babi (Getty 1975) memiliki fossa supraspinata lebih sempit dibandingkan dengan fossa infraspinata. Sebaliknya, pada anjing dan kucing fossa supraspinata lebih lebar dibandingkan dengan fossa infraspinata (Akers dan Denbow 2008). Di ujung distal spina scapulae terdapat penjuluran, yang disebut acromion. Acromion ini absen pada badak sumatra, kuda, dan babi (Akers dan Denbow 2008). Di bagian medial (facies costalis) os scapula terdapat fossa subscapularis yang berupa lekuk dan memisahkan dua permukaan yang kasar dan berbentuk segitiga, yaitu facies serrata (Akers dan Denbow 2008). Namun, pada badak sumatra facies serrata tidak terbagi dua dan terletak di dorsal fossa subscapularis (Lestari 2009).

21 Os humerus merupakan tulang paling besar dari kaki depan yang disebut juga dengan tulang brachial (Akers dan Denbow 2008). Pada badak sumatra (Lestari 2009), ruminansia, karnivora, dan babi (Getty 1970) tidak terdapat tuberculum intermedium. Berbeda pada kuda yang memiliki tuberculum intermedium dan terletak di antara tuberculum majus pars cranialis dan tuberculum minus (Colville dan Bassert 2002). Extremitas distalis terdapat dua condylus, yaitu condylus medialis et lateralis yang dipisahkan oleh trochlea humeri (bentukan mirip katrol). Os radius bersama os ulna, mengadakan persendian dengan os humerus pada bagian proksimal, sedangkan bagian distal membentuk sendi antebrachiocarpal joint dengan ossa carpi. Ossa radius et ulna dipisahkan oleh suatu lekah yang disebut dengan spatium interosseum antebrachii. Lekah ini pada badak sumatra memanjang dari proksimal sampai ke sepertiga distal ossa radiusulna (Lestari 2009). Pada kuda lekah ini hanya memanjang di sepertiga proksimal dari ossa radius-ulna (Budras et al. 2005), sedangkan pada karnivora lekah ini luas yang memanjang dari proksimal sampai ke distal ossa radius-ulna (Akers dan Denbow 2008). Jumlah ossa carpi setiap spesies berbeda-beda. Badak sumatra (Lestari 2009) dan babi memiliki delapan tulang dan pada ruminansia mempunyai enam tulang (Getty 1970). Anjing dan kucing memiliki tujuh tulang, sedangkan pada kuda memiliki tujuh sampai delapan tulang (Akers dan Denbow 2008). Ossa carpi tersusun dalam dua baris, yaitu proksimal dan distal. Baris proksimal secara berurutan dari medial adalah os carpi radiale, os carpi intermedium, os carpi ulnare, dan os carpi accessorium. Di baris distal dari medial adalah os carpale I, os carpale II, os carpale III, dan os carpale IV. Pada kerbau susunan ossa carpi adalah empat tulang di baris proksimal dan dua tulang di baris distal (Getty 1975). Os metacarpale terletak di antara ossa carpi dan ossa digitorum manus. Badak sumatra memiliki os metacarpale sebanyak empat buah (Lestari 2009), seperti pada babi. Kuda mempunyai tiga os metacarpale, tetapi hanya satu yang fungsional (Budras et al. 2005). Karnivora mempunyai lima os metacarpale, dan ruminansia mempunyai dua os metacarpale (Colville dan Bassert 2002; Akers dan Denbow 2008). Ossa digitorum manus terdiri atas ossa phalanges proximalis, media et distalis. Ossa sesamoidea pada setiap hewan berbeda-beda. Badak sumatra memiliki dua ossa sesamoidea yang terletak di kaudal ossa metacarpalia pada persendian gelang puyuh (Lestari 2009). Kuda memiliki dua tulang ossa sesamoidea, yaitu ossa sesamoidea proximale et distale (Akers dan Denbow 2008). Pada babi memiliki tiga ossa sesamoidea yang terletak pada articulationes metacarpophalangeae III et IV dan dua ossa sesamoidea pada articulationes interphalangeae distales manus (Getty 1975). 5

22 6 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan satu set preparat tulang kaki depan badak jawa. Badak jawa yang digunakan berjenis kelamin jantan dengan umur sekitar 8-12 tahun yang diperoleh dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten. Alat yang digunakan adalah alat bedah minor, penggaris, kamera Canon EOS 700D, dan software Adobe Photoshop CS3. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengamati, mencatat hasil pengamatan serta membandingkan preparat skelet kaki depan badak jawa dengan skelet kaki depan badak sumatra dan hewan domestik lain, dikaitkan dengan fungsi serta kebiasaan hidupnya. Data dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan skelet kaki depan badak jawa meliputi bentuk bagian skelet yang khas dan pengukuran bagian tulang yang terpanjang dan terlebar. Masing-masing skelet selanjutnya dipotret menggunakan kamera Canon EOS 700D dan gambar yang diperoleh diolah menggunakan Adobe Photoshop CS3. Penamaan skelet kaki depan badak jawa dilakukan berdasarkan Nomina Anatomica Veterinaria HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Badak jawa memiliki susunan tulang kaki depan yang kokoh dan kuat. Kaki depan badak jawa tersusun oleh beberapa tulang, yaitu cingulum membri thoracici (os scapula), skeleton brachii (os humerus), skeleton antebrachii (ossa radius et ulna), dan skeleton manus (ossa carpi, ossa metacarpalia, dan ossa digitorum manus). Tulang Gelang Bahu (Cingulum Membri Thoracici) Os scapula badak jawa memiliki bentuk yang pipih menyerupai kipas dengan panjang 40.7 cm, lebar 28.8 cm dan mengarah ke cranioventral. Margo cranialis os scapula memiliki permukaan yang kasar dan di bagian proksimal berbentuk konveks, sedangkan di bagian distal berbentuk konkaf. Margo dorsalis os scapula badak jawa menyatu dengan cartilago scapulae, sedangkan margo

23 caudalisnya tebal berbentuk konveks di bagian proksimal dan konkaf di bagian distal. Spina scapulae membagi facies lateralis menjadi fossa supraspinata dan fossa infraspinata. Fossa supraspinata memiliki permukaan yang halus dan lebih sempit dibandingkan fossa infraspinata. Pada spina scapulae terdapat bungkul yang sangat besar berbentuk menyerupai segitiga, yaitu tuber spinae scapulae. Di facies medialis os scapula ditemukan fossa subscapularis yang memiliki permukaan halus dan bergelombang. Bagian dorsal fossa subscapularis terdapat facies serrata dengan permukaan yang kasar dan bergerigi. Fossa subscapularis badak jawa tidak memisahkan facies serrata menjadi dua permukaan. Di bagian distal os scapula terdapat cavitas glenoidalis yang memiliki permukaan licin dan relatif dangkal. Selain itu, ditemukan juga tuberculum supraglenoidale yang relatif besar dan kasar. Di medial bungkul ini terdapat processus coracoideus yang kurang subur (Gambar 2). 7 Gambar 2 Struktur os scapula kiri badak jawa tampak lateral (A) dan medial (B) 1. fossa supraspinata; 2. fossa infraspinata; 3. tuber spinae scapulae; 4. spina scapulae; 5. tuberculum supraglenoidale; 6. cavitas glenoidalis; 7. fossa subscapularis; 8. facies serrata; 9. processus coracoideus (bar : 5 cm) Tulang Lengan Atas (Skeleton Brachii) Os humerus badak jawa memiliki bentuk yang kompak dan berukuran besar dengan panjang 45.2 cm serta lebar 14.4 cm. Di facies lateralis ditemukan sulcus musculi brachialis yang beraspek halus dengan lekukan seperti spiral. Selain itu, ditemukan juga tuberositas deltoidea, berupa bungkul besar dan kasar yang mengarah ke distolateral. Di bagian proksimal tuberositas ini terdapat crista humeri berupa rigi yang kasar. Crista humeri pada badak jawa relatif tidak berkembang. Facies medialis memiliki permukaan kasar dan ditemukan tuberositas teres major yang relatif tidak berkembang. Caput humeri os humerus

24 8 A B B Gambar 3 Struktur os humerus kiri badak jawa tampak kranial (A) dan kaudal (B) Bˈ: caput humeri tampak proksimal 1. Caput humeri, 2. tuberculum minus, 3. tuberculum majus pars cranialis, 3. tuberculum majus pars caudalis, 4. sulcus intertubercularis, 5.tuberositas deltoidea; 6. sulcus musculi brachialis; 7. foramen nutrisia; 8. condylus medialis et lateralis; 9. epicondylus lateralis; 10. epicondylus medialis; 11. crista epicondylus lateralis; 12. fossa olecrani; 13. fossa radialis (bar : 5 cm). mengadakan persendian dengan cavitas glenoidalis os scapula. Caput humeri memiliki permukaan luas, licin, dan berbentuk konveks. Pada ekstremitas proksimal os humerus ditemukan dua tuberculum, yaitu tuberculum minus dan tuberculum majus. Tuberculum minus os humerus berada di bagian medial yang melengkung ke arah craniolateral. Tuberculum majus os humerus terdiri atas dua bagian, yaitu pars cranialis dan caudalis. Tuberculum majus pars cranialis sedikit meninggi dan melengkung ke craniomedial, sedangkan tuberculum majus pars caudalis relatif lebar dan mengarah ke proximolateral. Badak jawa tidak memiliki tuberculum intermedium. Di antara tuberculum minus dan tuberculum majus pars cranialis terdapat sulcus intertubercularis yang lebar. Ekstremitas distalis os humerus terdiri atas dua bungkul, yaitu condylus medialis et lateralis. Condylus medialis et lateralis ini membentuk lekukan seperti katrol, yaitu trochlea humeri. Condylus medialis ini memiliki permukaan yang halus dan berukuran lebih besar daripada condylus lateralis. Di tepi kedua condylus ini terdapat penebalan, yaitu epicondylus medialis et lateralis, yang memiliki bungkul besar dan kasar.

25 Di bagian proksimal dari epicondylus lateralis terdapat rigi, yaitu crista epicondylus lateralis. Selain itu, ditemukan fossa olecrani yang terletak di antara epicondylus lateralis et medialis berupa legok dangkal dan kasar, sedangkan fossa radialis ditemukan di proksimal condylus lateralis et medialis yang berupa legok dangkal (Gambar 3). Tulang Lengan Bawah (Skeleton Antebrachii) Skeleton antebrachii terdiri atas os radius dan os ulna, pada badak jawa kedua tulang ini terpisah dari proksimal sampai ke distal. 1. Os radius Os radius atau tulng pengumpil pada badak jawa memiliki panjang 32.3 cm, lebar 10.8 cm, dan berbentuk bulat. Facies cranialis et caudalis tulang ini memiliki permukaan yang halus, di bagian proksimal relatif kasar, sedangkan di bagian distalnya menempel dengan os ulna. Fovea capitis radii dari os radius mengadakan persendian dengan os humerus. Tuberositas radii relatif kurang subur pada badak jawa (Gambar 4). 9 A 2 B a b B 2 b a Gambar 4 Struktur ossa radius et ulna kiri badak jawa tampak lateral (A) dan medial (B) Bˈ: Ekstremitas proksimalis ossa radius et ulna tampak dorsal a. os ulna; b. os radius; 1. olecranon; 2. tuber olecrani; 3. processus anconeus; 4. incisura trochlearis; 5. toberositas radii; 6. spatium interosseum antebrachii; 7. extremitas distalis os ulna; 8. processus styloideus (bar : 5 cm).

26 10 2. Os ulna Os ulna badak jawa terpisah dengan os radius. Os ulna memiliki panjang 44.3 cm dan lebar 14.1 cm. Ekstremitas proksimal os ulna memiliki olecranon berupa penjuluran yang besar ke arah medial. Pada olecranon terdapat bungkul yang kasar, yaitu tuber olecrani. Di kranial olecranon terdapat penjuluran yang runcing, yaitu processus anconeus, sedangkan di distal procesuss anconeus terdapat lekukan setengah lingkaran, yaitu incisura trochlearis. Bersama-sama dengan os radius, lekah ini mengadakan persendian dengan os humerus, sedangkan ekstremitas distalis os ulna dengan os radius membentuk persendian dengan ossa carpi (Gambar 4). Tulang Telapak Kaki Depan (Skeleton Manus) Ossa carpi badak jawa terdiri dari delapan tulang. Pada baris proksimal dari medial, yaitu os carpi radiale (os scaphoideum), os carpi intermedium (os lunatum), os carpi ulnare (os triquetrum), os carpi accessorium (os pisiforme). Di baris distal dari medial, yaitu os carpale I (os trapezium), os carpale II (os trapezoideum), os carpale III (os capitatum), dan ossa carpale IV et V yang bergabung (os hamatum). Os carpi accessorium memiliki bentuk pipih yang menempel pada os carpi ulnare dan menjulur mengarah ke medial. Os carpale I berada di bagian volar dari os carpi radiale. Os carpale III dan ossa carpale IV et V memiliki penjuluran yang mengarah ke mediodistal. Ossa metacarpalia badak jawa terdiri dari empat buah tulang secara berurutan dari mediovolar, yaitu os metacarpale II, os metacarpale III, os metacarpale IV, dan os metacarpale V. Os metacarpale II memiliki panjang 15.4 cm yang terletak di bagian mediovolar. Os metacarpale III terletak di medial yang memiliki panjang 16.9 cm dan berukuran paling besar. Os metacarpale IV memiliki panjang 12.8 cm yang terletak di bagian laterovolar. Ossa metacarpale II et III et IV memiliki bentuk pipih. Os metacarpale V mengalami rudimenter yang berukuran kecil seperti segitiga dan melekat di kaudal os metacarpale IV dan os carpale IV et V. Os metacarpale V memiliki panjang 3.1 cm dan lebar 2.7 cm. Ossa digitorum manus badak jawa terdiri dari tiga buah tulang, yaitu digit II, digit III, dan digit IV. Setiap digit dibentuk oleh tiga tulang, yaitu os phalanx proximalis (os compedale), os phalanx media (os coronale), dan os phalanx distalis (os ungulare). Os phalanx proximalis memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan os phalanx media. Os phalanx proximalis dan os phalanx media berbentuk menyerupai kubus dan lebar. Os phalanx distalis dari digit III berbentuk radius di dorsal dan melebar ke lateral dan medial, sedangkan os phalanx distalis dari digit II dan digit IV berbentuk segitiga, menjulur masing-masing ke medial dan lateral. Selain itu, terdapat dua ossa sesamoidea yang terletak di kaudal masing-masing persendian gelang puyuh (articulationes metacarpophalangeae) (Gambar 5).

27 11 A B C a b c Gambar 5 Struktur skeleton manus kiri badak jawa tampak dorsal (A & C) dan volar (B) a. digit II; b. digit III; c. digit IV 1. os carpi radiale; 2. os carpi intermedium; 3. os carpi ulnare; 4. os carpi accessorium; 5. os carpale II; 6. os carpale III; 7. os carpale IV et V; 8. os metacarpale II; 9. os metacarpale III; 10. os metacarpale IV; 11. os metacarpale V; 12. os phalanx proximalis; 13. os phalanx media; 14. os phalanx distalis (bar : 5 cm).

28 12 Pembahasan Badak jawa merupakan salah satu badak Asia bercula satu, ukuran tubuh yang besar dengan bobot badan dapat mencapai 2280 kg (Hoogerwerf 1970). Untuk menopang tubuhnya yang besar ini, badak jawa didukung oleh skelet kaki yang relatif pendek dan kuat dalam melakukan berbagai aktivitas seperti berjalan, berlari, mendaki daerah yang curam, berkubang, serta kawin. Secara umum, struktur skelet kaki depan badak jawa mirip pada badak sumatra (Lestari 2009), sapi, dan babi (Getty 1975). Skelet kaki depan badak jawa berfungsi sebagai penunjang tubuh dan alat gerak pasif terutama untuk gerakan maju. Selain itu, kaki depan juga menopang leher dan kepala yang berat sehingga memerlukan bidang tumpu yang lebih lebar dibandingkan pada kaki belakang. Skelet kaki depan badak jawa merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan dengan ukuran tubuh yang besar, leher, dan kepala. Kaki depan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kaki belakang pada saat berdiri. Oleh karena itu, badak jawa diduga memiliki otot-otot kaki depan yang juga berkembang subur dan kuat pada pertautannya, seperti pada badak sumatra (Susanti 2012). Os scapula badak jawa memiliki bentuk yang pipih menyerupai kipas dengan panjang 40.7 cm, lebar 28.8 cm, dan mengarah ke cranioventral. Pada badak sumatra, os scapula difiksasi oleh otot-otot penahan yang lebar dan tebal, yaitu m. rhomboideus, m. trapezius, m. latissimus dorsi, dan m. serratus ventralis (Susanti 2012). Otot-otot tersebut diduga juga berkembang subur pada badak jawa dengan strukturnya yang mirip. Musculus rhomboideus pada badak sumatra menutupi cartilago scapulae di sisi lateral dan medialnya sehingga dapat memfiksir os scapula lebih kuat (Susanti 2012), dan m. trapezius yang berinsersio di tuber spinae scapulae, kedua otot ini diduga juga berkembang subur pada badak jawa. Tuber spinae scapulae badak jawa berupa bungkul besar yang menyerupai segitiga. Struktur bungkul ini mirip pada badak sumatra (Lestari 2009) dan babi (Getty 1975), sedangkan pada kuda bungkul ini kecil (Budras et al. 2005), tetapi karnivora tidak memiliki bungkul ini (Getty 1975). Selain memfiksasi os scapula, otot-otot ini juga mencegah penguakan os scapula ke lateral. Otot-otot fiksator os scapula yang kuat ini menyebabkan pergerakan os scapula dan persendian bahu relatif terbatas, tetapi kokoh. Hal ini diduga untuk mendukung badak jawa dalam aktivitas berjalan dengan jarak yang jauh, sebagai hewan penjelajah, seperti halnya badak sumatra. Wilayah jelajah harian badak jawa jantan sekitar km 2, sedangkan badak jawa betina sekitar km 2 (Suhono dan Muntasib 2001). Namun, menurut Muntasib (2000), pergerakan badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon hanya sejauh km tergantung kondisi lingkungannya. Pada badak sumatra, aktivitas berjalan ini didukung oleh m. biceps brachii yang berorigo pada tuberculum supraglenoidale dan insersionya pada tuberositas radii dari os radius. Otot ini merupakan otot yang tebal, berbentuk bulat, kuat, dan banyak ditemukan daun urat di antara serabut ototnya (Susanti 2012). Seperti pada badak sumatra, hal ini diduga juga berperan dalam membantu badak jawa saat berjalan jauh agar tidak cepat lelah.

29 Persendian bahu badak jawa yang dibentuk oleh cavitas glenoidalis dari os scapula dengan caput humeri diduga lebih mendukung gerakan fleksor dan ekstensor bahu dibandingkan gerakan abduksi dan adduksi. Cavitas glenoidalis dari os scapula memiliki permukaan licin dan relatif dangkal, sedangkan caput humeri memiliki permukaan luas, licin, dan berbentuk konveks. Hal ini menyebabkan pergerakan sendi bahu relatif terbatas sehingga gerakan hewan ini relatif kaku. Seperti badak sumatra (Lestari 2009), badak jawa memiliki gerakan maju yang relatif lurus dan jarang berjalan berbelok-belok. Pergerakan lurus pada badak jawa juga diduga berkaitkan dengan lekah spatium interosseum antebrachii yang sempit dan persendian occipitoatlantis yang relatif kaku. Lekah yang sempit ini menyebabkan fleksibilitas gerakan supinasio dan pronasio menjadi terbatas. Ossa radius et ulna badak jawa terpisah dari proksimal sampai ke distal membentuk spatium interosseum antebrachii berupa lekah yang sempit. Keadaan lekah ini mirip pada badak sumatra yang memanjang dari proksimal sampai 1/3 distal ossa radius-ulna (Lestari 2009). Kondisi lekah ini pada kuda sangat sempit dan terletak di sepertiga proksimal ossa radius-ulna (Budras et al. 2005), seperti yang ditemukan pada babi (Getty 1975). Lekah ini pada hewan karnivora relatif luas yang memanjang dari proksimal sampai distal ossa radius-ulna, sedangkan pada sapi memiliki dua spatium, yaitu spatia interossea antebrachii proximale et distale (Dyce et al. 1996). Selain persendian bahu dan persendian siku yang relatif terbatas, gerakan lurus badak jawa juga diduga dipengaruhi oleh otot-otot fiksator persendian bahu, seperti pada badak sumatra. Otot-otot fiksator persendian bahu badak sumatra, yaitu m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. biceps brachii, dan m. subscapularis (Susanti 2012). Otot-otot tersebut sebagian memiliki origo di os scapula serta insersio pada os humerus dan os radius. Os humerus badak jawa berukuran besar dan kompak. Tuberculum majus dari os humerus terdiri dari dua bagian, yaitu pars cranialis dan pars caudalis. Pada badak sumatra, tuberculum majus merupakan insersio dari m. supraspinatus dan m. infraspinatus. Kedua otot ini berfungsi sebagai ekstensor dan fiksator persendian bahu dari sisi lateral, sedangkan tuberculum minus dari os humerus merupakan insersio m. supraspinatus dan m. subscapularis yang juga memfiksator persendian bahu dari sisi medial (Susanti 2012). Bobot tubuh badak jawa ditopang oleh keempat kakinya saat berdiri. Kaki depan menerima beban yang lebih besar dibandingkan dengan kaki belakang karena kaki depan menopang tubuh bagian depan, leher dan kepala pada saat berdiri. Badak jawa dalam menopang bobot tubuhnya yang berat dibantu oleh m. biceps brachii yang diduga berkembang subur, seperti pada badak sumatra. Musculus biceps brachii badak sumatra memiliki banyak daun urat yang kuat dan tebal di antara serabut ototnya (Susanti 2012). Tendo origo otot ini melewati sulcus intertubercularis yang lebar dan terletak di antara tuberculum majus pars cranialis dan tuberculum minus. Badak jawa tidak memiliki tuberculum intermedium. Hal ini mirip pada badak sumatra (Lestari 2009), sapi, babi, dan anjing (Colville dan Bassert 2002), tetapi berbeda pada kuda yang memiliki tuberculum intermedium (Budras et al. 2005). Selain itu, tubuh ditopang oleh otot-otot penggantung tubuh yang diduga berkembang subur dan kuat pada badak jawa, seperti yang ditemukan pada badak sumatra (Susanti 2012). Otot-otot penggantung tubuh pada badak sumatra, yaitu m. serratus ventralis dan 13

30 14 mm. pectoralis. Musculus serratus ventralis memiliki daun urat yang kuat di antara serabut ototnya dan berinsersio di facies serrata (Susanti 2012). Facies serrata pada badak jawa memiliki permukaan yang lebar, kasar, bergerigi serta tidak dibagi menjadi dua oleh fossa subscapularis. Keadaan ini mirip pada badak sumatra (Lestari 2009) sehingga pertautan m. serratus ventralis yang luas menjadi sangat kuat dalam menopang tubuhnya bagian depan, leher dan kepala yang berat. Tuberositas deltoidea badak jawa berupa bungkul besar dan kasar yang mengarah ke distolateral. Keadaan ini mirip pada badak sumatra yang memiliki tuberositas deltoidea dengan ukuran besar dan menjulur ke kaudolateral dengan permukaan yang kasar (Lestari 2009). Bungkul yang besar ini diduga berperan mendukung aktivitas badak jawa saat mendaki daerah yang curam. Kondisi yang sama ditemukan pada badak sumatra, saat mendaki daerah yang curam, kaki depan badak jawa ditekuk dan diduga melibatkan kontraksi otot-otot fleksor kaki (Susanti 2012). Sebaliknya, saat menuruni daerah yang curam, badak sumatra melibatkan kerja otot-otot ekstensor persendian bahu dan siku (Susanti 2012) untuk meluruskan kaki depan, hal ini diduga juga pada badak jawa. Olecranon dari os ulna yang berupa penjuluran besar ke arah medial juga diduga mendukung aktivitas badak jawa saat mendaki daerah yang curam. Di proksimal olecranon terdapat bungkul yang kasar, yaitu tuber olecrani. Bungkul ini pada badak jawa berukuran besar dengan bentuk relatif bulat, memiliki permukaan kasar dan mengarah ke medial, tetapi berbeda pada badak sumatra yang memiliki tuber olecrani berukuran besar serta terbagi menjadi dua, yaitu ke lateral dan medial (Lestari 2009). Olecranon badak sumatra merupakan insersio dari m. triceps brachii (Susanti 2012) yang berfungsi sebagai fleksor persendian bahu, ekstensor dan fiksator persendian siku. Keadaan ini diduga memperkuat gerakan maju kaki depan badak jawa saat mendaki daerah yang curam dan saat berlari, khususnya sebagai tuas penggerak, seperti pada badak sumatra (Susanti 2012). Kekuatan kaki depan badak jawa juga ditunjang oleh persendian skeleton manus yang kuat dan fleksibel. Daerah carpus badak jawa memiliki persendian yang luas untuk mendukung aktivitasnya saat mendaki daerah yang curam. Facies palmaris dari ossa carpale III et IV et V memiliki penjuluran-penjuluran yang mengarah ke mediodistal. Penjuluran ini mirip pada badak sumatra (Lestari 2009) yang berfungsi sebagai tempat pertautan otot-otot fleksor persendian carpus yang berkembang subur dan kompak (Khotimah 2014). Keadaan ini didukung oleh otot fleksor dan abduktor digit serta tendo fleksor metacarpophalangeal yang tebal pada badak sumatra untuk mencengkeram tanah dengan kuat saat mendaki daerah yang curam. Seperti pada badak sumatra, persendian skeleton manus yang fleksibel dengan otot-otot fleksor carpus, otot fleksor dan abduktor digit (Khotimah 2014), otot-otot ini diduga juga berkembang subur pada badak jawa untuk mendukung aktivitas berlari serta memperluas kubangan. Aktivitas kawin badak jawa mirip dengan aktivitas kawin pada badak india (Rhinoceros unicornis) (Rahmat 2009). Badak jantan akan mengangkat kaki depan dan bertumpu pada punggung badak betina (Zahari et al. 2004). Kaki depan badak jantan akan ditekuk dengan memfleksio persendian carpus dan digit. Persendian carpus dan digit pada badak jawa sangat fleksibel yang diduga didukung oleh otot-otot fleksor carpus dan digit yang berkembang subur, seperti

31 pada badak sumatra (Khotimah 2014). Hal ini diduga untuk menjaga keseimbangan sewaktu kaki depan badak jantan menaiki tubuh badak betina. Di samping itu, telapak kaki badak jawa dilengkapi dengan footpad. Menurut Hutchinson (2012), footpad berfungsi sebagai pengukur jumlah gaya yang mampu ditahan oleh tiap digit saat menumpu. Seperti halnya pada badak sumatra, footpad bersama otot fleksor digit (Khotimah 2014), diduga membantu badak jawa saat berlari agar kakinya mudah diangkat dan diayunkan. Dalam melakukan aktivitasnya badak jawa ditunjang dengan struktur skelet kaki depan yang kuat, kompak, dan relatif pendek. Aktivitas tersebut diantaranya berjalan, berlari, mendaki daerah yang curam, berkubang, dan kawin. Skelet kaki depan badak jawa ini merupakan hasil adaptasinya dengan lingkungan dan berat tubuhnya yang besar. 15 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Skelet kaki depan badak jawa relatif pendek yang tersusun secara kokoh dan kuat. Karakteristik skelet kaki depan badak jawa, yaitu tuberositas deltoidea dari os humerus yang besar dan crista humeri yang kurang berkembang. Ossa radius et ulna terpisah dari proksimal sampai ke distal dengan spatium interosseum antebrachii yang sempit. Olecranon dari os ulna berukuran besar dan kasar dengan bentuk relatif bulat, serta facies palmaris dari ossa carpi memiliki penjuluran yang mengarah ke mediodistal. Secara umum, skelet kaki depan badak jawa mirip pada badak sumatra, sapi, dan babi. Kondisi ini merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan dengan ukuran tubuh, leher dan kepala yang besar. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mempelajari perilaku dan cara handling badak. Namun, masih membutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai struktur skelet kepala, sumbu tubuh, dan otot secara keseluruhan.

32 16 DAFTAR PUSTAKA Akers RM, Denbow DM Anatomy & Physiology of Domestic Animals. Iowa (US): Blackwell. hlm Brook S, Groot PVC, Mahood S, Long B Extinction of the Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) from Vietnam. WWF report. hlm Budras KD, Sack WO, Röck S Anatomy of the Horse. 5 th Ed. Hannover (DE): Schlütersche. hlm [CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora Appendix animal: spesies [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 29] Tersedia pada Colville T, Bassert JM Clinical Anatomy & Physiology for Veterinary Technicians. Amerika (US): Mosbi. hlm Daryan Perilaku pokok badak jawa [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 28] Tersedia pada perilakupokokbadakjawa Dyce KM, WO Sack, CJG Wensing Textbook of Veterinary Anatomy. 2 nd Ed. Philadelphia (US): W.B. Saunders. Endah A Badak jawa satwa terlangka di dunia [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 29] Tersedia pada Getty R Sisson and Grossman the Anatomy of the Domestic Animal. 5 th Ed. Philadelphia (US): W.B. Saunders. Hillson S Teeth. 2 nd Ed. New York (US): Cambridge Univ Press. hlm Hoogerwerf A Udjung Kulon the Land of The Last Javan Rhinoceros. Leiden: E.J. Brill. Hutchinson Rhino s feet tested to see how they support heavy loads [Internet]. [diunduh pada 2014 Nov 3] Tersedia pada [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources Rhinoceros sondaicus [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 27] Tersedia pada Khotimah AK Anatomi otot-otot kaki depan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis): daerah antebrachii dan digit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lekagul B, McNeely J Mammals of Thailand. The Association for the Conservation of Wildlife. Bangkok (TH): Cornell Univ Press. Lestari EP Anatomi skelet tungkai kaki badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Muntasib H Laporan penelitian: studi persaingan antara banteng (Bos javanicus) dengan badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di taman nasional ujung kulon, Jawa Barat [laporan penelitian]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

33 Muntasib H, Alikodra HS, Sectionov Habitat badak jawa. Di dalam: Alikodra HS, dkk, editor. Teknik Konservasi Badak Indonesia. Tangerang (ID): Literati. hlm Myers P Perissodactyla [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 29] Tersedia pada Nowak RM Walker s Mammals of the World Volume II. 6 th Ed. New York (US): Johns Hopkins Univ Press. hlm Rahmat UM Genetika populasi dan strategi konservasi badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822). Jurnal Manajemen Hutan Tropis. 15(1): hlm Riyanto MACT, Rustandi J, Rusdianto, Sectionov, Suhaery A Perilaku badak. Di dalam: Alikodra HS, dkk, editor. Teknik Konservasi Badak Indonesia. Tangerang (ID): Literati. hlm Santosa Y, Wulan C, Hikmah A. 2010a. Studi karakteristik kubangan badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) di Taman Nasional Ujung Kulon. Media konservasi. 15(1): hlm Santosa Y, Wulan C, Hikmah A. 2010b. Analisis faktor ekologi dominan pemilihan kubangan oleh badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest l822) di Taman Nasional Ujung Kulon. Media konservasi. 15(2): hlm Suhono S, Muntasib H Penggunaan sumberdaya air, pakan, dan cover oleh badak jawa (Rhinoceros sondaicus, desmarest 1822) dan banteng (Bos javanicus, d'alton 1832) di daerah Cikeusik dan Citadahan, Taman Nasional Ujung Kulon. Media Konservasi. 7(2): hlm Susanti H Anatomi otot daerah bahu dan lengan atas badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [TNUK] Taman Nasional Ujung Kulon Seputar badak jawa 2 [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 28] Tersedia pada [TNUK] Taman Nasional Ujung Kulon Siaran pers hasil monitoring badak jawa tahun 2013, peluncuran tnukpedia dan pengukuhan duta wisata ujung kulon [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 28] Tersedia pada [WWF] World Wildlife Fund Badak jawa [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 16] Tersedia pada ocare/badakjawa/wwf [WWF] World Wildlife Fund Javan rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) [Internet]. [diunduh pada 2014 Mei 30] Tersedia pada Zahari ZZ, Rosnina Y, Wahid H, Yap KC, Jaenuddeen MR Reproductive behaviour of captive sumatran rhinoceros (Dicerorhinus sumatrensis). J Ani Rep Sci. 85: doi: /j.anireprosci

34 18 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kebumen pada tanggal 19 Januari 1992 dari ayah Parmuji dan ibu Rohyati. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri 1 Sawangan, SMP Negeri 1 Kebumen, dan SMA Negeri 1 Kebumen. Tahun 2010, penulis masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tulis dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Anatomi Veteriner 1 dan asisten praktikum Parasitologi: Endoparasit. Selain itu, penulis pernah aktif di DPM TPB IPB 47, DPM FKH IPB, DPM KM IPB, dan MPM KM IPB. Penulis tercatat sebagai anggota Himpunan Profesi Ornithologi dan Unggas FKH IPB. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa yang dibiayai dikti pada tahun 2013 dengan judul Sabun Tanah Berbentuk Kertas Ramah Lingkungan sebagai Alternatif Praktis Penghilang Najis Air Liur Anjing.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai Skelet tungkai MEP memiliki ukuran tulang yang kecil namun kompak dengan permukaan yang halus dan tidak banyak dijumpai rigi ataupun penjuluran.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil.

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. Ordo Perissodactyla ini terdiri dari dari dua subordo, tiga

Lebih terperinci

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar PEMBAHASAN Lokomosi pada MEP ditandai dengan perpindahan dari satu posisi ke posisi lainnya. Saat melakukan perpindahan, MEP mampu melakukan perpindahan baik secara quadrupedalism maupun bipedalism (Napier

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kulit di daerah bahu beruk ditutupi oleh rambut yang relatif panjang dan berwarna abu-abu kekuningan dengan bagian medial berwarna gelap. Morfologi tubuh beruk daerah bahu

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MUSCLE OF UPPER EXTREMITY DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OTOT-OTOT EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Kelompok otot pada gelang bahu 2. Kelompok otot regio brachii (lengan atas)

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis)

ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) 1 ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ENI PUJI LESTARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 Populasi badak Sumatera kini semakin berkurang...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Monyet Ekor Panjang

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Monyet Ekor Panjang TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Monyet Ekor Panjang MEP merupakan spesies monyet dengan nama latin Macaca fascicularis yang termasuk ke dalam sub famili Cercopithecinae dari famili Cercopithecidae. Seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) HILDA SUSANTI

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) HILDA SUSANTI ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) HILDA SUSANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK HILDA SUSANTI. Anatomi Otot Daerah

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (Study of Wallow Characteristics of Javan Rhinoceros - Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822 in

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH

ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET TUNGKAI MONYET EKOR PANJANG

ANATOMI SKELET TUNGKAI MONYET EKOR PANJANG ANATOMI SKELET TUNGKAI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) Miko Saputra FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK MIKO SAPUTRA. Anatomi Skelet Tungkai Monyet Ekor Panjang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53 SIARAN PERS Populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon Jakarta, 29 Desember 2011 Badak jawa merupakan satu dari dua jenis spesies badak yang ada di Indonesia dan terkonsentrasi hanya di wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Badak Jawa Di dunia terdapat lima jenis badak, badak hitam (Diceros bicornis), badak putih (Ceratotherium simum), badak india (Rhinoceros unicornis),

Lebih terperinci

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON 51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822) merupakan spesies paling langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia sehingga dikategorikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung proses-proses ekologis di dalam ekosistem. Kerusakan hutan dan aktivitas manusia yang semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM ADAPTASI LOKOMOSI BERLARI Melibatkan gerakan cyclic dan berulang anggota gerak (stride=satu siklus anggota gerak pada gait tertentu) Gait = satu kali

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS TRENGGILING JAWA (Manis javanica) CATUR FAJRIE DIAH ASTUTI

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS TRENGGILING JAWA (Manis javanica) CATUR FAJRIE DIAH ASTUTI ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS TRENGGILING JAWA (Manis javanica) CATUR FAJRIE DIAH ASTUTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI

ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT OTOT KAKI BELAKANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) : DAERAH CRURIS DAN DIGIT FEBRYANA PERMATA FANAMA

ANATOMI OTOT OTOT KAKI BELAKANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) : DAERAH CRURIS DAN DIGIT FEBRYANA PERMATA FANAMA ANATOMI OTOT OTOT KAKI BELAKANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) : DAERAH CRURIS DAN DIGIT FEBRYANA PERMATA FANAMA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI BELAKANG BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) DIANA ASRIASTITA

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI BELAKANG BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) DIANA ASRIASTITA KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI BELAKANG BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) DIANA ASRIASTITA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

OSTEOLOGI

OSTEOLOGI ANATOMI EXTREMITAS SUPERIOR TIM (Dra. Endang Rini Sukamti, M.S.) FIK Universitas Negeri Yogyakarta OSTEOLOGI TULANG-TULANG TULANGEXTREMITAS SUPERIOR TERDIRI DARI: 1. Os clavicula 2. Os scapula 3. Os humerus

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis)

ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) 1 ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ENI PUJI LESTARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 Populasi badak Sumatera kini semakin berkurang...

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET APENDIKULAR BUAYA SENYULONG (Tomistoma schlegelii) ALIF RAHMAN RAHIM PUARADA

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET APENDIKULAR BUAYA SENYULONG (Tomistoma schlegelii) ALIF RAHMAN RAHIM PUARADA KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET APENDIKULAR BUAYA SENYULONG (Tomistoma schlegelii) ALIF RAHMAN RAHIM PUARADA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DESKRIPSI PEMBANGUNAN JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA (Areal Studi dan Konservasi Badak Jawa) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan dikenal sebagai salah satu Megabiodiversity Country. Pulau Sumatera salah

Lebih terperinci

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EKO CAHYONO. Kajian Anatomi Skelet Trenggiling Jawa (Manis javanica).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN. gunaan bersama tempat-tempat tersebut oleh badak jawa dan banteng.

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN. gunaan bersama tempat-tempat tersebut oleh badak jawa dan banteng. Media Konservasi Vol. VII, No. 2, Juni 2001 : 69-74 PENGGUNAAN SUMBERDAYA AIR, PAKAN DAN COVER OLEH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus, Desmarest 1822) DAN BANTENG (Bos javanicus, d'alton 1832) DI DAERAH

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama terus mengalami pergeseran dan lebih membuka diri bagi aktor non-state

BAB I PENDAHULUAN. utama terus mengalami pergeseran dan lebih membuka diri bagi aktor non-state BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Studi Hubungan Internasional mengalami banyak perkembangan dan perubahan seiring dengan berjalannya waktu. Studi yang awalnya hanya membahas mengenai politik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Beruk Morfologi Beruk

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Beruk Morfologi Beruk 4 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Beruk Beruk merupakan spesies primata yang telah banyak dipelajari. Beruk sering digunakan sebagai hewan percobaan dalam berbagai penelitian biomedik. Beruk mempunyai beberapa

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI

ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Anatomi Veteriner I

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Anatomi Veteriner I RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Anatomi Veteriner I Program Studi : Kedoktera Hewan Mata Kuliah (MK) : Anatomi Veteriner I Kode MK : KHP 113 Semester : 1 (Satu) SKS : 3 (2-1) Nama Dosen: 1. Dr. drh. I Nengah

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari ANATOMI PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM by : Hasty Widyastari Posisi Posisi Anatomi : Berdiri tegak, kedua lengan disamping lateral tubuh, kedua telapak tangan membuka kedepan Posisi Fundamental : Berdiri

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BERUK (Macaca nemestrina) WAHID FAKHRI HUSEIN

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BERUK (Macaca nemestrina) WAHID FAKHRI HUSEIN ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BERUK (Macaca nemestrina) WAHID FAKHRI HUSEIN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

Persentase positif

Persentase positif ISSN : 1411-8327 Kecacingan Trematoda pada Badak Jawa dan Banteng Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon PREVALENCE OF TREMATODES IN JAVAN RHINOCROS AND BANTENG AT UJUNG KULON NATIONAL PARK Risa Tiuria 1,

Lebih terperinci

Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Bagian Ekologi Satwaliar, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB,

Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Bagian Ekologi Satwaliar, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LOKASI CAMERA TRAP DENGAN KEBERHASILAN PEREKAMAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (Correlation between Characteristic of Camera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

BADAK JAWA (Rhinoceros Sondaicus) Salah satu titipan Tuhan bagi Bangsa Indonesia Oleh : Sudarsono Djuri *)

BADAK JAWA (Rhinoceros Sondaicus) Salah satu titipan Tuhan bagi Bangsa Indonesia Oleh : Sudarsono Djuri *) Seri : Mengenal Fauna Langka. BADAK JAWA (Rhinoceros Sondaicus) Salah satu titipan Tuhan bagi Bangsa Indonesia Oleh : Sudarsono Djuri *) Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sepatutnya harus bersyukur,

Lebih terperinci

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EKO CAHYONO. Kajian Anatomi Skelet Trenggiling Jawa (Manis javanica).

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK

PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK LABORATORIUM BASIC ANIMAL JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR 2016 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRAE I

OSTEOLOGI VERTEBRAE I OSTEOLOGI VERTEBRAE I Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae coccygealis costae sternum Columna

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 LESTARIKAN SATWALIAR INDONESIA AGAR MEREKA DAPAT TETAP HIDUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olahraga, Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha)

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) 86 Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) M. tensor fascia latae M. biceps femoris M. gluteus medius M. vastus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. Otot-otot panggul dan paha terdiri atas dua kelompok otot,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan sebagai habitat mamalia semakin berkurang dan terfragmentasi, sehingga semakin menekan kehidupan satwa yang membawa fauna ke arah kepunahan. Luas hutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Stroke Tungkai Stroke tungkai atau gerakan tungkai merupakan gerakan tungkai ke atas dan bawah secara bergantian dan terus menerus. Gerakan tungkai gaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di Malaysia (Semenanjung Malaya) H. syndactylus continensis (Gittin dan Raemaerkers, 1980; Muhammad,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT-OTOT TUBUH BADAK SUMATRA (Dicerorhinus sumatrensis) ANDI HIROYUKI

ANATOMI OTOT-OTOT TUBUH BADAK SUMATRA (Dicerorhinus sumatrensis) ANDI HIROYUKI ANATOMI OTOT-OTOT TUBUH BADAK SUMATRA (Dicerorhinus sumatrensis) ANDI HIROYUKI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

Lebih terperinci

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan

Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan Otot Penyusun Tubuh Manusia dan Hewan A. Otot Manusia Pada kegiatan belajar ini Anda akan mempelajari materi yang masih berkaitan dengan alat gerak. Bila tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif maka

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Struktur Anatomi Tangan

PEMBAHASAN. Struktur Anatomi Tangan PEMBAHASAN Struktur Anatomi Tangan Struktur anatomi tangan disusun dari tulang tangan, otot tangan, sendi tangan, dan saraf tangan. Keempat panyusun anatomi tangan tersebut bersama-sama menciptakan gerakan

Lebih terperinci

MATERI PERKULIAHAN. Pengantar Anatomi - Overview. Pengantar Anatomi - Istilah Anatomi Syndesmology - Skeleton & Joint. Skeleton Axiale - Ossa Cranii

MATERI PERKULIAHAN. Pengantar Anatomi - Overview. Pengantar Anatomi - Istilah Anatomi Syndesmology - Skeleton & Joint. Skeleton Axiale - Ossa Cranii ANATOMI VETERINER I DOSEN PENGAMPU drh. Analis Wisnu Wardana, M.Biomed drh. Handayu Untari drh. Herlina Pratiwi PENILAIAN: Keaktifan 10% Tugas 20% Kuis 20% UTS 25% UAS 25% MATERI PERKULIAHAN Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk kepentingan keseimbangan ekosistem, ekonomi, maupun sosial budaya (Alikodra, 2002).

Lebih terperinci

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh: sendi pergelangan tangan dibentuk oleh: sendi radiocarpal, sendi intercarpal dan sendi radioulnar distal. Persendian antara lengan bawah dan tangan terutama melalui sendi radiocarpal dan sendi radioulnar

Lebih terperinci

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI Individual Density of Boenean Gibbon (Hylobates muelleri)

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS)

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) Oleh: drh. Herlina Pratiwi Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Alikodra, 2002). Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Alikodra, 2002). Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Rusa Sambar Perilaku satwa liar merupakan gerak gerik satwa liar untuk memenuhi rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan yang diperoleh dari lingkungannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber keanekaragaman hayati dan memilki banyak kawasan konservasi. Cagar Alam (CA) termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Lembaga konservasi dunia yaitu IUCN (International

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tinjauan Umum Kerbau Kerbau rawa memberikan kontribusi positif sebagai penghasil daging, terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air 3 5 m

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 LESTARIKAN SATWALIAR INDONESIA AGAR MEREKA DAPAT TETAP HIDUP

Lebih terperinci

KECACINGAN TREMATODA Schistosoma spp. PADA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

KECACINGAN TREMATODA Schistosoma spp. PADA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS KECACINGAN TREMATODA Schistosoma spp. PADA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS Sulinawati 1), Saputra, I G.N.A. W.A 2), Ediwan 3), Priono, T.H. 4), Slamet 5), Candra,

Lebih terperinci

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus INDIKASI PEMERIKSAAN RADIOGRAFI Trauma / cidera Fraktur, fisura, dislokasi, luksasi, ruptur Pathologis Artheritis, Osteoma, dll. Benda asing (corpus

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

OSTEOLOGI UMUM DAN KHUSUS

OSTEOLOGI UMUM DAN KHUSUS Nama dosen : Dr.dr.Sitti Rafiah, M.Si Judul mata kuliah : Biomedik 1 Standar kompetensi : Area kompetensi 5 : Landasan ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Memahami ilmu kedokteran dasar pada sistem

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK Asep

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah cecah (Presbytis melalophos). Penyebaran cecah ini hampir di seluruh bagian pulau kecuali

Lebih terperinci

Konig, HE., Liebich, HG., Veterinary Anatomy of Domestic Mammals Texbook and Color Atlas, Schattauer, Stuugart Budras, KD., Sack, WO.

Konig, HE., Liebich, HG., Veterinary Anatomy of Domestic Mammals Texbook and Color Atlas, Schattauer, Stuugart Budras, KD., Sack, WO. Static and Dinamyc Konig, HE., Liebich, HG., 2004. Veterinary Anatomy of Domestic Mammals Texbook and Color Atlas, Schattauer, Stuugart Budras, KD., Sack, WO., Rock, S., Horowitz, A., Berg. R., 2009, Anatomy

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR EKOLOGI DOMINAN PEMILIHAN KUBANGAN OLEH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

ANALISIS FAKTOR EKOLOGI DOMINAN PEMILIHAN KUBANGAN OLEH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ANALISIS FAKTOR EKOLOGI DOMINAN PEMILIHAN KUBANGAN OLEH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (Analysis of Dominant Ecological Factors of Wallow Selection By Javan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Gajah Sumatera Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub species gajah asia (Elephas maximus). Dua sub species yang lainnya yaitu Elephas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Satwa Langka Satwa langka atau yang biasa disebut hewan langka adalah hewan yang masuk dalam daftar IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource)

Lebih terperinci

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot

OTOT DAN SKELET Tujuan 1. Mengidentifikasi struktur otot 2. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi 3. Mengetahui macam-macam otot OTOT DAN SKELET Tujuan. Mengidentifikasi struktur otot. Mempelajari mekanisme otot pada saat berkontraksi. Mengetahui macam-macam otot berdasarkan lokasi 4. Mengetahui macam-macam kerja otot yang menggerakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah hutan yang tergabung

II. TINJAUAN PUSTAKA. lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah hutan yang tergabung 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas disisihkan sebagai daerah hutan lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah hutan yang tergabung didalamnya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut Landak Hystrix javanica memiliki tiga macam bentuk rambut: rambut halus (seperti rambut pada mamalia lain), rambut peraba, dan duri. Rambut halus dan duri terdapat di

Lebih terperinci

kupersembahkan untuk ayah, ibu, kakak-kakakku. serta almamater tercinta

kupersembahkan untuk ayah, ibu, kakak-kakakku. serta almamater tercinta kupersembahkan untuk ayah, ibu, kakak-kakakku. serta almamater tercinta PENELITIAN PENDAHULUAN TENTANG PEMBULUH DARAH DAN SARAF PADA KAKI MUKA KAMBING (Capra sp.) Po/H!~/ /&i5? /fo~ 1 SKRIPSI oleh AGUS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LOKASI PEMASANGAN CAMERA-VIDEO TRAP

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LOKASI PEMASANGAN CAMERA-VIDEO TRAP HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LOKASI PEMASANGAN CAMERA-VIDEO TRAP DENGAN KEBERHASILAN PEREKAMAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON INTANNIA EKANASTY DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT Pengenalan Salah satu sistem yang penting dalam badan. Pergerakan terhasil daripada penguncupan dan pemanjangan otot. Selain itu ia juga menentukan magnitud pergerakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

Fisiologi Tulang (Humerus) 1. Anatomi Humerus

Fisiologi Tulang (Humerus) 1. Anatomi Humerus Fisiologi Tulang (Humerus) 1. Anatomi Humerus Humerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banteng (Bos javanicus) merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PENCERNAAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) EVALINA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EVALINA. Kajian Morfologi Saluran Pencernaan Burung

Lebih terperinci