ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis)"

Transkripsi

1 1 ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ENI PUJI LESTARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 2 Populasi badak Sumatera kini semakin berkurang... Lestarikan satwa asli Indonesia - SAVE OUR RHINO -

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SUMBER SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Anatomi Skelet Tungkai Kaki Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2009 Eni Puji Lestari NIM B

4 4 ABSTRAK ENI PUJI LESTARI. Anatomi Skelet Tungkai Kaki Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Dibimbing oleh NURHIDAYAT dan CHAIRUN NISA. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur anatomi skelet tungkai kaki badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang berusia sekitar 26 tahun, dibandingkan dengan struktur skelet tungkai kaki hewan domestik lain yang berdekatan secara filogenetik, anatomis dan perilakunya. Anatomi skelet tungkai kaki badak Sumatera diamati dan dipelajari secara mendetail, dilakukan pengukuran pada bagian tulang terpanjang dan terlebar, serta dibandingkan dengan hewan domestik lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skelet tungkai kaki badak Sumatera relatif pendek dan kokoh. Struktur tulang kaki yang pendek dan kokoh ini ditunjang dengan penjuluran yang panjang dan bungkul yang besar, permukaan yang relatif kasar serta legok yang lebih dalam, sebagai tempat bertautnya otot-otot kaki yang kuat dan tebal. Konstruksi kaki depan membentuk sudut persendian siku yang lebih kecil disertai bidang tumpuan yang lebih lebar. Hal ini diduga terkait dengan fungsi kaki depan sebagai penahan dan penumpu beban tubuh badak Sumatera yang besar. Adapun pada kaki belakang, sudut persendian lutut dan tarsus relatif sempit, untuk dapat menghasilkan tenaga dorong yang kuat. Oleh karena itu, konstruksi tungkai kaki badak Sumatera relatif pendek, dengan bungkul-bungkul yang besar dan penjuluran-penjuluran yang relatif panjang serta bidang tumpu yang lebih luas untuk mendukung beban tubuh yang berat dalam melakukan aktivitasnya. Kata kunci : Skeleton, tungkai kaki, badak

5 5 ABSTRACT ENI PUJI LESTARI. The Appendicular Skeleton of Sumatran Rhinoceros. Under direction by NURHIDAYAT and CHAIRUN NISA. A complete skeleton of 26 years old Sumatran rhinoceros (Dicerorhinus sumatrensis) was studied with aim to describe the gross anatomy and morphometry of its appendicular skeleton. The appendicular skeleton of the Sumatran rhinoceros was relatively short and firm when compared to those of the domestic animals such as horse, buffalo and pigs. The bones of the forelimb and hindlimb were equipped with long processes and large tubercles. Furthermore, the bones also showed rough surface and deep grooves. These structures might reflect sturdier and thicker appendicular muscles in the Sumatran rhinoceros. The angles of elbow joint the forelimb and the stifle and hock joints of the hindlimb of the Sumatran rhinoceros were narrow and the soles of foot were wide. In overall, the appendicular skeleton of the Sumatran rhinoceros seemed to provide a suitable adaptation and structure to support both the heavy body weight and the dynamic movement of the body. Key word: Skeleton, appendicular, rhinoceros

6 6 ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ENI PUJI LESTARI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

7 7 Judul Skripsi Nama NIM : Anatomi Skelet Tungkai Kaki Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) : Eni Puji Lestari : B Disetujui Dr. Drh. Nurhidayat, MS Pembimbing I Dr. Drh. Chairun Nisa, MSi Pembimbing II Diketahui Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB Dr. Nastiti Kusumorini NIP Tanggal Lulus :..

8 8 PRAKATA Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Anatomi Skelet Tungkai Kaki Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) ini. Proses penyusunan skripsi ini merupakan sebuah proses dan perjalanan panjang yang tidak lepas dari dukungan banyak pihak, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT 2. Dr. Drh. Nurhidayat, MS dan Dr. Drh. Chairun Nisa, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan nasehat dengan penuh kesabaran dan rasa semangat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Drh. Supratikno, MS sebagai moderator dalam seminar hasil penelitian atas masukan dan penjelasan untuk perbaikan tulisan ini. 4. Drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D sebagai dosen penilai dalam seminar hasil penelitian atas masukan dan arahan untuk perbaikan tulisan ini. 5. Dr. Drh. Ligaya ITA Tumbelaka, SpMP, MSc dan Drh. Titiek Sunartatie, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan pengarahan untuk perbaikan tulisan ini. 6. Drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberi nasehat dan bimbingannya selama perkuliahan di FKH IPB. 7. Yayasan Suaka Rhino Sumatera (SRS) yang telah membantu dalam penyediaan preparat tulang Badak Sumatera, Yayasan Badak Indonesia (YABI), terutama Mas Yangky dan Puslitbang Biologi LIPI Bagian Zoologi, Cibinong Bogor yang telah memberikan banyak informasi. 8. Seluruh staf Dosen dan Karyawan Bagian Anatomi yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. 9. Keluarga tercinta (Bapak, Mama, Ummi, Bi Jijah, A Wawan, De Asep, De Nisa) atas segala dukungan moril dan materiil, doa, perhatian dan cinta yang tanpa batas selama penulis menempuh hidup ini.

9 9 10. Sahabat sepenelitian yang tiada duanya (Desna) yang telah banyak memberikan dukungan dengan penuh kesabaran dan semangat selama penyusunan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku Goblet 42, penulis ucapkan terima kasih, terutama Uthe, Teh Zeni, Iga, Acil, Dephil, Rista, Nisa, Eva, Citra, Sari, Rezi, Denik, Mbak Iyax, Agus, Ferdi, Hage, Charjo, Fatri, Dicky PE atas dukungan dan kebersamaannya selama di FKH IPB. 12. Seseorang yang senantiasa memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis. 13. Keluarga HMI Komisariat Fakultas Kedokteran Hewan IPB, terutama Ka Kuga, Ka Tio, Ka Bama, Novi, Anggun, Okta, Yevi, Icha, Tommy, Umar yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis, 14. Keluarga Himpro Satwa Liar (SATLI), terutama Cipie, Tatha, Lia, Firda, Alen, Melon, Ka Uwi, Ka Combo atas dukungan dan arahannya kepada penulis. 15. Tim fotokopi Tri Mulya, terutama Mas Yongkru yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini secara teknis. Penulis sadar tulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Bogor, September 2009 ENI PUJI LESTARI

10 10 Tulisan ini ku persembahkan untuk ayah dan bunda yang sangat ku cintai dan ku sayang

11 11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 03 September 1987 dari ayah Nana Suryana dan ibu Kokom Komariah. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di TK Pertiwi, Parung Bogor pada tahun 1993, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Duren Seribu 04, Sawangan Depok. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 06 Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 06 Bogor. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI). Penulis memilih program studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Himpunan Minat Profesi (HIMPRO) Satwa Liar (SATLI) periode , Sekretaris Departemen Kebijakan Publik Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode , Sekretaris Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode , Ketua Korps HMI Wati Komisariat FKH IPB periode

12 12 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... Halaman 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ordo Perissodactyla Badak Sumatera Klasifikasi dan Distribusi Evolusi Kerangka Ciri Morfologi Struktur Tubuh Habitat dan Perilaku Skelet Appendiculare Ossa Membri Thoracici (Tulang kaki depan) Cingulum Membri Thoracici Os scapula Os clavicula Skeleton Brachii Os humerus Skeleton Antebrachii Os radius Os ulna Skeleton Manus Ossa carpi Ossa metacarpalia Ossa digitorum manus Ossa Membri Pelvini (Tulang kaki belakang) Cingulum Membri Pelvini Os ilium Os pubis Os ischii Skeleton Femoris Os femoris Os patella Skeleton Cruris Os tibia Os fibula Skeleton Pedis Ossa tarsi Ossa metatarsalia x xi

13 Ossa digitorum pedis METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Karakteristik Skelet Tungkai Skelet Tungkai Kaki Depan (Ossa membri thoracici) Gelang Bahu (Cingulum membri thoracici) Tulang Lengan Atas (Skeleton brachii) Tulang Lengan Bawah (Skeleton antebrachii) Tulang Telapak Kaki Depan (Skeleton manus) Skelet Tungkai Kaki Belakang (Ossa membri pelvini) Gelang Panggul (Cingulum membri pelvini) Tulang Paha (Skeleton femoris) Tulang Kaki Bawah (Skeleton cruris) Tulang Telapak Kaki (Skeleton pedis) Pembahasan KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

14 14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Proses evolusi kerangka ekstremitas pada skeleton manus Morfologi tubuh badak Sumatera Kerangka badak Sumatera Perbandingan panjang tungkai kaki belakang dari beberapa hewan Skeleton manus pada ordo Artiodactyla dan Perissodactyla Morfologi skelet tungkai kaki badak Sumatera, skelet ossa membri thoracici kiri tampak lateral (A), dan ossa membri pelvini kiri tampak lateral (B) Morfologi os scapula kiri tampak lateral (A), medial (B), dan inset B (B 1 ) Morfologi os humerus kiri tampak dorsal (A), volar (B), inset A tampak dorsal (A 1 ), dan inset B tampak cranial (B 1 ) Morfologi tulang-tulang penyusun skeleton antebrachii tampak lateral (A), medial (B), inset B tampak dorsal (B 1 ), dan inset B tampak cranial (B 2 ) Morfologi tulang-tulang penyusun regio manus kiri tampak dorsal (A), volar (B), medial (C), dan lateral (D) Morfologi tulang-tulang penyusun ossa digitorum manus kiri tampak dorsal Morfologi os coxae tampak dorsal (A), inset tuber coxae tampak lateral (A 1 ) dan inset facies acetabuli dari acetabulum tampak lateral (A 2 ) Morfologi os femoris tampak dorsal (A) dan plantar (B) Morfologi os patella kanan tampak cranial (A) dan caudal (B) Morfologi os tibia-fibula kiri tampak plantar (A), dorsal (B), dan inset B (B 1 ) Morfologi ossa tarsi tampak dorsal (A), plantar (B), lateral (C), dan medial (D) Morfologi ossa digitorum pedis kanan tampak dorsal... 46

15 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi badak di dunia dewasa ini semakin berkurang, salah satunya adalah badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), sehingga hewan ini dikategorikan sebagai hewan langka yang dilindungi. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, angka penurunan populasi badak Sumatera meningkat hingga mencapai 50%. Populasi badak Sumatera yang ada di Taman Nasional Gunung Lauser dan Bukit Barisan, diperkirakan tinggal sekitar 250 sampai 300 ekor (Antara 2008). Badak Sumatera yang tinggal di Sabah, Malaysia diperkirakan hanya ekor (IRF 2002). Berdasarkan daftar merah (red list) badan konservasi dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resource), badak Sumatera termasuk dalam kategori sangat terancam (critically endangered) dan berada dalam Appendix 1 CITES (Convention on International Trade in Endangered Species), yang berarti tidak boleh diperdagangkan karena jumlahnya yang sangat sedikit dan hampir punah. Selain itu, menurut Mitteirmeir et al. (1997), badak Sumatera dinyatakan sebagai satu dari 12 hewan kategori kritis di dunia. Oleh karena itu, upaya perlindungan dan pelestarian hewan ini telah banyak dilakukan pemerintah bersama masyarakat yang diatur dalam Undang-Undang No.5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No.7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Badak Sumatera merupakan hewan herbivora yang termasuk ke dalam ordo Perissodactyla dan famili Rhinocerotidae. Semua anggota famili Rhinocerotidae mempunyai tiga jari kaki dengan struktur kuku yang lunak dan berlapis (Van Strien 1974). Selain itu, ordo Perissodactyla termasuk ke dalam kelompok ungulata yaitu hewan yang menggunakan kuku untuk menumpu sewaktu bergerak, digit tengah menjadi poros penyangga tungkai yang menyangga tubuh (Van Hoeve 2003). Pada ordo ini, digit ketiga merupakan digit yang paling berkembang, sedangkan digit kedua dan keempat berukuran relatif lebih kecil, bahkan pada kuda tidak berkembang (De Blasé dan Martin 1981). Berat tubuh badak Sumatera bisa mencapai kg (Van Strien 1974). Walaupun badak Sumatera memiliki ukuran tubuh yang relatif besar, tetapi spesies ini merupakan spesies paling kecil dan primitif dalam famili Rhinocerotidae (Van Strien 1974). Untuk menunjang tubuhnya yang berat, kaki badak Sumatera relatif pendek dan menumpu pada ketiga kuku jarinya. Secara umum, kaki depan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kaki

16 2 belakang karena berperan menahan berat leher dan kepala, sehingga bidang tumpu kaki depan lebih lebar (De Blasé dan Martin 1981). Kehidupan badak Sumatera sering mengalami ancaman yang diakibatkan oleh perburuan liar dan perambahan hutan serta illegal logging yang merusak habitat alami badak tersebut. Untuk memperbaiki status hidup satwa ini dan mencegah penurunan angka populasi secara terus-menerus, maka upaya konservasi baik in-situ dan ex-situ menjadi sangat penting dilakukan. Informasi mengenai anatomi skelet yang terkait kebiasaan dan pola aktivitas keseharian serta perilaku hewan sangatlah diperlukan. Dengan mengetahui perilakunya, dapat diketahui bagaimana cara mengendalikan (restrain) hewan tersebut dan penerapan tingkah laku alaminya (animal behaviour) dalam menunjang upaya konservasi yang dilakukan. Bolen dan Robinson (1995) menyatakan bahwa pengetahuan tentang perilaku hewan merupakan komponen yang esensial dalam manajemen populasi satwa liar Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur skelet tungkai kaki badak Sumatera dibandingkan dengan struktur skelet hewan domestik lain yang berdekatan secara filogenetik, anatomis dan perilakunya Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu memberikan informasi mengenai struktur anatomis skelet tungkai kaki badak Sumatera, diharapkan dapat menjadi dasar dalam mempelajari fisiologi, perilaku dan adaptasi badak terhadap lingkungan hidupnya dan sebagai dokumentasi kekayaan fauna Indonesia untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

17 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ordo Perissodactyla Ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki jumlah kuku ganjil (De Blasé dan Martin 1981). Ordo Perissodactyla ini tercatat telah hidup di bumi sejak 58 juta tahun yang lalu (Foead 2005). Menurut Nowak (1999), ordo ini terdiri dari tiga famili, enam genus dan 17 spesies yang hidup di Eropa Timur, Asia Tengah dan Selatan, sebagian India Timur, dan Meksiko Selatan hingga Argetina. Simpson (1945), mengklasifikasikan ordo Perissodactyla ini menjadi dua sub ordo yaitu sub ordo Hippomorpha dan Ceratomorpha. Sub ordo Hippomorpha hanya memiliki satu famili yaitu Equidae (kuda), sedangkan sub ordo Ceratomorpha terdiri dari famili Tapiridae (tapir) dan Rhinocerotidae (badak). Ketiga famili ini bukan keluarga besar, Equidae hanya memiliki 7 spesies, Tapiridae terdiri dari empat spesies dan Rhinocerotidae mempuyai lima spesies. Ordo ini dikelompokkan berdasarkan cara bergerak, sejarah kehidupan dan morfologinya (Feldhamer et al. 1999). Selain itu, seluruh hewan yang termasuk ordo Perissodactyla merupakan hewan herbivora (De Blasé dan Martin 1981; Vaughan 1986) Badak Sumatera Klasifikasi dan Distribusi Badak Sumatera merupakan hewan herbivora dengan klasifikasi sebagai berikut (IRF 2002): Kelas : Mamalia Ordo : Perissodactyla Family : Rhinocerotidae Genus : Dicerorhinus Spesies : Dicerorhinus sumatrensis Di dunia hanya terdapat lima spesies badak yang berhasil bertahan hidup sampai sekarang. Tiga spesies diantaranya berada di benua Asia yaitu badak India (Rhinoceros unicornis) yang bercula satu, badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang bercula satu, dan badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang bercula dua. Sedangkan dua jenis lainnya yang hidup di benua Afrika yaitu badak hitam Afrika (Diceros bicornis) yang bercula dua, badak putih Afrika atau badak bibir lebar (Rhinoceros simus) yang bercula dua (Parker dan Haswell 1949; Van Hoeve 2003).

18 4 Fischer (1814) memberi nama ilmiah badak Asia cula dua, yaitu Dicerorhinus sumatrensis (sumatranus), dengan berbagai sinonim Ceratorhinus sumatrensis (sumatranus), Didermocerus sumatrensis (sumatranus), Ceratorhinus crosii, Rhinoceros crosii, Ceratorhinus lasiotis, Ceratorhinus niger, Ceratorhinus blythii. Menurut Van Strien (1974), Dicerorhinus sumatrensis memiliki 3 subspesies yaitu D. s. sumatrensis, tersebar di Sumatera dan Semenanjung Malaya, D. s. horrissoni, ditemukan di Kalimantan, dan D. s. lasiotis, daerah distribusinya di Burma Selatan sampai Asia dan Pakistan. Subspesies yang terakhir (D. s. lasiotis) dianggap telah punah sehingga tinggal dua spesies yang masih bertahan hidup sampai saat ini (IRF 2002) Evolusi Kerangka Proses evolusi terjadi dalam waktu yang panjang dengan melewati seleksi alam. Setiap proses yang terjadi memiliki karakteristik yang berkelanjutan sesuai dengan kegunaan dan kebutuhan setiap hewan pada masa itu. Sejak jenis badak pertama ada, sekitar 50 juta tahun yang lalu, keluarga badak sebenarnya menjadi jenis mamalia yang penyebarannya paling luas (Hildebrand dan Goslow 2001). Menurut Vaughan (1986), Perissodactyla berkembang dari herbivora ordo Condylartha, famili Phenacodentidae. Ordo ini muncul pada akhir Paleocene di Amerika Utara dan mengalami pengelompokkan famili dengan cepat, delapan dari 12 famili muncul pada zaman Eocene. Pada masa awal Eocene, ordo Perissodactyla terbagi menjadi 5 garis evolusi famili utama yaitu famili Equidae, Rhinocerotidae, Tapiridae, Titanotheroidae dan Chalicotheroidea (Parker dan Haswell 1949) Evolusi famili Rhinocerotidae yang ada sekarang berasal tiga genus badak yaitu Hyracodon, Balutchitherium dan Coelodonta. Pada awal zaman Tertiary, terdapat dua genus yang mengalami perkembangan dengan baik yaitu Hyracodon dan Balutchitherium. Hyracodon (Hyracodontidae) adalah badak pelari yang hidup pada zaman Oligocene di Amerika Utara. Hewan ini memiliki kaki yang langsing, tridactyl dan memiliki kemampuan yang sama dengan kuda zaman Oligocene. Hyracodon punah pada akhir Oligocene, hal ini dikarenakan mengalami kompetisi dengan kuda zaman Oligocene. Pada zaman Oligocene, di Asia muncul Baluchiterium (Rhinocerotidae) yang merupakan mamalia terbesar dengan tinggi badan dari bahu sekitar 6,0 m, bentuk kaki tridactyl yaitu digit medial berukuran terbesar dan digit lateral berukuran terkecil dibandingkan badak lainnya, serta memiliki panjang kepala sekitar 1,3 m. Selain itu, hewan ini

19 5 memiliki leher yang panjang sehingga diduga sebagai hewan yang makan dengan memilih pakan yang disukai pada ranting pohon, seperti jerapah. Baluchiterium mengalami kepunahan pada dunia baru zaman Pliocene, tetapi masih ada yang bisa bertahan hidup dan mengalami perkembangan pada zaman Eurasia hingga Pleistocene. Kemudian pada zaman Pleistocene, muncul Coelodonta yaitu badak yang memiliki bulu tebal seperti wool yang mengalami adaptasi pada iklim dingin (Vaughan 1986). Badak yang hidup sekarang berukuran besar, memiliki bobot badan sekitar kg dan kaki depan tersusun dari tiga atau empat jari sedangkan kaki belakang terdiri dari tiga jari. Selain itu, memiliki os nasale yang tebal dan sering meluas ke os premaxilare, sehingga dapat menopang cula (Vaughan 1986). Badak terdiri dari empat genus dan lima spesies yang hidup di Afrika (Selatan Sahara), Afrika Utara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara (Nowak 1999). A B C D Gambar 1 Proses evolusi kerangka ekstremitas pada skeleton manus A. Ancestor, B. Eocene (Hyracotherium), C.Miocene Horse (Miohippus), D. Kuda Sekarang (Equus) (Hildebrand dan Goslow 2001). Dalam perkembangan evolusi, digit-digit kaki hewan yang termasuk ordo Perissodactyla sedikit atau banyak mengalami kemunduran. Perissodactyla termasuk ke dalam kelompok ungulata yaitu hewan yang menggunakan kuku untuk menahan berat badannya sewaktu bergerak, digit tengah menjadi poros penyangga tungkai dan menjadi penyangga tubuh (Van Hoeve 2003). Kuda, zebra, tapir dan badak memiliki struktur tubuh yang mesaxonic, yaitu memiliki kuku besar sebagai pusat penahan bagian terbesar dari berat/beban hewan. Perkembangan kaki setiap hewan terjadi secara berbeda. Perkembangan yang terjadi pada kuda sangat baik, sehingga memungkinkan kuda untuk menjadi pelari cepat dan kuat dalam jarak yang relatif jauh (Nowak 1999). Struktur kaki

20 6 dari kuda telah berevolusi menjadi monodactyl yaitu hanya satu digit yang fungsional pada setiap kaki. Meskipun secara anatomis famili ini memiliki tiga digit, namun digit kedua dan keempat tidak berkembang (Gambar 1) (Ricci 1985). Tetapi pada kaki tapir dan badak tidak mengalami perkembangan hingga sedemikian baik seperti halnya pada kuda, sehingga badak dan tapir dapat berlari dengan cepat hanya dalam jarak terbatas. Hewan yang tergolong dalam ordo Perissodactyla ini, kebanyakan merupakan pelari yang cepat dikarenakan jumlah jari yang ganjil dan sedikit (Nowak 1999) Ciri Morfologi Dicerorhinus berasal dari bahasa Yunani yaitu di berarti "dua", cero berarti "cula" dan rhinus berarti "hidung", serta Sumatrensis, merujuk pada habitat hidupnya yaitu Pulau Sumatera. Oleh karena itu, Dicerorhinus sumatrensis sering dikenal dengan sebutan badak Sumatera bercula dua (Borner 1979). Hewan ini merupakan badak terkecil dan paling primitif diantara kelima spesies badak yang ada di dunia dengan tubuh yang pendek dan relatif membulat (Van Strien 1974). Badak Sumatera mempunyai kepala yang besar dengan dua buah cula dan bentuk mata yang kecil dengan panjang kepala cm (Van Strien 1974). Cula ini dibentuk dari serat berkeratinisasi yang kompak, kokoh dan struktur yang padat. Cula berkembang dari dasar epidermis, yang terus tumbuh dan tidak mudah patah (Hildebrand dan Goslow 2001). Cula merupakan derivat dari papiladermal epidermis dengan folikel-folikel rambut yang berfungsi sebagai senjata untuk menghadapi musuh (Hildebrand dan Goslow 2001; Van Hoeve 2003). Cula anterior memiliki ukuran tinggi antara inci (25-79 cm), berukuran lebih besar dibandingkan dengan cula posterior yang tingginya hanya 3 inci (± 10 cm). Badak jantan memiliki ukuran cula yang lebih besar dibandingkan dengan badak betina (IRF 2002). Cula badak tidak berhubungan langsung dengan tulang tengkorak, walaupun tulang tengkorak menjadi dasar landasannya. Cula ini terus tumbuh selama hidupnya dan akan segera diganti bila patah atau dipotong. Secara umum, cula badak Sumatera memiliki warna yang sama dengan warna tubuhnya yaitu keabuan gelap atau hitam (Van Strien 1974).

21 7 Gambar 2 Morfologi tubuh badak Sumatera (Huffman 1999). Badak Sumatera mempunyai daya penciuman dan pendengaran yang sangat tajam dan sensitif, tetapi daya penglihatannya kurang baik. Keistimewaan lain badak Sumatera adalah kulit yang licin terlihat garis-garis berbentuk polygonal dan ditumbuhi rambut halus (Gambar 2). Rambut banyak ditemukan di dalam liang telinga, garis tengah punggung, bagian bawah flank dan bagian dorsal paha dan bagian kulit yang melipat tidak didapatkan rambut. Badak Sumatera yang masih muda mempunyai rambut yang banyak dan lebat dengan warna coklat kemerahan. Bila dibandingkan dengan badak Asia lainnya, badak Sumatera memiliki kulit yang lebih lembut dan tipis dengan ketebalan kulit hanya 16 mm dengan rambut panjang berwarna lumpur (Van Strien 1974) Struktur Tubuh Badak Sumatera memiliki ukuran tubuh paling kecil dan paling primitif dari famili Rhinocerotidae, dengan tinggi antara 1,0-1,5 m dan panjang relatif 2,0-2,3 m. Badak Sumatera jantan memiliki tinggi badan 1,2-1,37 m dibandingkan badak betina, sekitar 1,2-1,44 m (Van Strien 1974; IRF 2002). Sebagai hewan ungulata yang berjalan dan menumpukan tubuhnya pada kuku, kaki badak Sumatera relatif pendek (Gambar 3). Pada ordo Perissodactyla ini, digit ketiga merupakan digit yang paling berkembang. Kaki depan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan kaki belakang karena untuk menahan berat badan serta menahan berat leher dan kepala, sehingga bidang tumpu kaki depan lebih lebar (De Blasé dan Martin 1981).

22 8 Gambar 3 Kerangka badak Sumatera (Anonim 2008). Secara umum, bentuk kaki depan dan kaki belakang sebetulnya hampir sama, yang membedakan keduanya hanyalah lebar dan besarnya serta lebar kukunya sebagai landasan tubuh (Gambar 3) (Van Strien 1985) Habitat dan Perilaku Badak Sumatera hidup di hutan primer, hutan hujan tropis, dataran rendah sampai di pegunungan, dan berbukit-bukit dengan semak-semak yang rimbun oleh pohon-pohon muda. Hewan ini lebih menyukai daerah-daerah yang bertanah kering atau tanah liat. Sering pula badak hidup di pertemuanpertemuan sungai dengan sungai-sungai kecil di sekitarnya. Kebanyakan badak bergerak di lintasan yang dibuat sendiri (Borner 1979). Mereka menerobos seperti kendaraan tank untuk membuat jalan, menembus tumbuhan yang lebat dan sering berduri. Semua badak mempunyai kulit yang tebal seperti baju baja sehingga dapat memberi perlindungan pada waktu terjadi perkelahian antar badak, terhadap serangan singa atau macan dan pada waktu berjalan melewati semak-semak berduri (Van Hoeve 2003). Badak Sumatera merupakan hewan yang bersifat soliter. Sangat kecil kemungkinan dua ekor badak berjalan bersamaan pada lintasan yang sama, kecuali pada saat induk mengasuh anaknya serta pada saat badak jantan mendatangi badak betina untuk kawin (Durrel 1984). Hewan ini memiliki daerah jelajah yang jauh. Dalam sehari badak dapat menempuh perjalanan antara 2-10 km (Nowak 1999). Hewan ini berjalan diantara semak, hutan belantara ataupun hutan lebat, dapat mencapai puncak-puncak gunung sampai ketinggian

23 9 kira-kira m di atas permukaan laut dan juga di daerah pantai. Kemampuan badak melewati tanah-tanah terjal sangatlah baik (Borner 1979). Aktivitas rutin terpenting badak Sumatera adalah mandi dan berkubang. Hewan ini biasa menghabiskan waktunya pada siang atau waktu panas dan tengah malam untuk berkubang atau berteduh, kemudian aktif kembali pada sore dan pagi hari dengan kulit penuh lumpur untuk mencari makan (Penny 1987). Lumpur yang menempel di kulit badak ini berfungsi untuk membantu pengaturan suhu tubuhnya, mempertahankan kelembaban kulitnya sekaligus sebagai lapisan pelindung dari gigitan serangga hutan (Van Hoeve 2003; Foead 2005). Aktivitas ini pada umumnya dilakukan satu sampai dua kali sehari, dengan letak kubangan di daerah yang relatif sejuk dan tersembunyi (Siswandi 2005). Hewan ini melakukan aktivitas berkubang antara 2-3 jam dalam sehari (Kurniawanto 2007). Aktivitas lain yang dilakukan badak adalah menggosokkan bagian kepala atau wajah ke pohon dan biasanya dilakukan berulang. Aktivitas ini merupakan salah satu cara lain untuk mengusir ektoparasit di tubuhnya, biasanya dilakukan saat makan di hutan, jalan dan ketika bangun dari berkubang (Borner 1979). Badak Sumatera tergolong satwa browser yaitu mencari pakan yang disukai sambil melewati lintasan yang menjadi daerah jelajah atau membuka jalan di hutan (Van Strien 1985). Makanannya bervariasi terdiri dari berbagai jenis semak dan pohon, tetapi badak tidak menyukai rumput, walaupun menyukai bambu dan rotan. Badak Sumatera memakan 108 jenis daun, 17 jenis buah, 7 jenis kulit kayu, dan 2 jenis bunga. Pohon yang sangat disukai badak Sumatera yaitu pohon yang mengandung gum atau getah seperti nangka (Artocarpus integra) dan semak mania (Urophyllum spp). Hewan ini menyukai hutan alam, dan jika makanannya cukup tersedia akan tinggal cukup lama sampai dengan satu bulan, setelah itu baru bergerak untuk pindah tempat (Hoogerwerf 1970). Di daerah tropis seperti Indonesia, ketersediaan mineral di alam seperti Natrium sangatlah rendah dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan hewan herbivora (Van Strien 1985). Untuk melengkapi kebutuhan mineralnya, badak-badak ini mencari tempat-tempat sumber garam yang relatif sukar ditemukan (Borner 1979).

24 10 Badak Sumatera berdefekasi di tanah maupun di dalam air (Van Strien 1974). Selain itu, defekasi terkadang dilakukan pada tempat-tempat tertentu, umumnya dekat daerah air, kubangan, rawa atau daerah becek, dan kadang pada tempat defekasi sebelumnya. Aktivitas mengeluarkan kotoran dimulai dengan menggali tanah di sekitar tempat mereka akan berdefekasi dengan kaki belakangnya (Penny 1987). Kadang-kadang disertai dengan perilaku seperti menyibak-nyibakkan kotoran dengan kaki belakang, kepala menyibak-nyibakkan semak-belukar dan cula memilin-milin pohon kecil (Borner 1979). Setiap tumpukan kotoran badak Sumatera terdiri lebih dari 10 bolus dengan diameter 7 sampai 9 cm dan berat 2,5 sampai 6,5 kg. Feses segar badak Sumatera berwarna kuning kecoklatan atau seperi warna kulit kerbau (Van Strien 1985). Sedangkan urinasi biasanya diikuti dengan perilaku-perilaku tertentu, seperti menyemburkan urin ke belakang berupa percikan-percikan kecil dan semburan. Tetapi terkadang, urin dibiarkan jatuh mengalir ke bawah (Borner 1979) Skelet Appendiculare Skeleton adalah susunan tulang yang membentuk rangka keras dari seekor hewan yang saling berhubungan pada berbagai sendi, mempunyai peranan dalam menunjang tubuh, sebagai alat gerakan pasif, melindungi jaringan yang lunak seekor hewan, tempat asal (origo) dan tempat melekatnya (insersio) otot-otot rangka serta sebagai tempat deposit kalsium (Montagua 1963; Getty 1975; Laksana et al. 2003). Skelet appendiculare secara keseluruhan terdiri dari beberapa susunan tulang yang terbagi antara ossa membri thoracici (kaki depan) dan ossa membri pelvini (kaki belakang) (Getty 1975; WAVA 2005). Secara umum, susunan tulang pada spesies tertentu memiliki variasi sesuai umur dan jenis kelamin hewan (Getty 1975). Perbedaan bentuk kaki beserta ototnya pada setiap hewan secara keseluruhan mengalami modifikasi sesuai dengan perilaku, fungsi dan kebiasaan hewan tersebut (Hildebrand 1960). Adaptasi hewan terhadap lingkungannya dipengaruhi oleh motorik dan modifikasi struktur skeletonnya (Scott 1958). Perubahan struktur tulang setiap hewan secara evolusinya sesuai dengan posisi otot dan pergerakan hewan (Walker 1987).

25 11 A B Gambar 4 Perbandingan panjang tungkai kaki belakang dari beberapa hewan A. Plantigradi, B. Digitigradi dan C. Unguligradi (Hildebrand 1960; Vaughan 1986). C Hewan pelari dengan kecepatan yang tinggi berkaitan dengan tulang yang panjang, cara menapak pada bidang tanah (Gambar 4) dan tingkat melangkah yang tinggi (Hildebrand 1960). Tenaga-tenaga kekuatan pada tulang berasal dari kontraksi otot yang bertaut padanya ataupun dari berat tubuh hewan (Soesetiadi 1977a). Menurut Soesetiadi (1977a), faktor yang mempengaruhi struktur dan cara bergerak serta berjalan hewan adalah ukuran dan bobot tubuh hewan. Pada hewan besar, tenaga otot yang dikeluarkan relatif kecil dibandingkan tenaga yang dikeluarkan untuk menunjang tubuh. Agar dapat menunjang pergerakan, maka skelet tubuh hewan besar ditunjang dengan kontruksi khusus seperti skelet dan ligamentum yang berkembang subur, penjuluran dan bungkul pada tulang yang lebih panjang, sehingga memperpanjang batang tenaga pada sistem tuas, serta tegak kaki yang hampir lurus pada tanah.

26 Ossa Membri Thoracici (Tulang kaki depan) Tulang-tulang kaki depan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu cingulum membri thoracici (gelang bahu), skeleton brachii (lengan atas), skeleton antebrachii (lengan bawah) dan skeleton manus (tulang telapak kaki depan) (Getty 1975; WAVA 2005). Ossa membri thoracici berfungsi sebagai penunjang tubuh, penahan bobot badan dan sebagai alat gerak pasif (Soesetiadi 1977c). Salah satu tugas ossa membri thoracici pada waktu hewan berjalan adalah untuk menerima kembali beban tubuh secara elastis dan tanpa guncangan keras di tanah (Dyce et al. 1996) Cingulum Membri Thoracici Cingulum membri thoracici terdiri dari os scapula dan os clavicula (Getty 1975; WAVA 2005). Persendian yang terjadi pada daerah ini yaitu antara cavitas glenoidalis dari os scapula dan caput humeri dari os humerus disebut persendian bahu. Persendian ini dihubungkan oleh cairan synovial dan kapsula persendian yang tipis dan luas. Kapsula ini bersatu dengan tendo m. supraspinatus, tendo m. infraspinatus dan tendo m. subscapularis. Pada karnivora, kapsula ini juga bersatu dengan tendo origo m. biceps brachii. Pergerakan yang terjadi pada persendian ini meliputi pergerakan fleksio, ekstensio, sedikit pergerakan abduksi, adduksi dan memungkinkan pergerakan rotasi (Skerritt dan Lelland 1984) Os scapula Os scapula merupakan tulang kaki depan yang berada paling proksimal, tulang ini berbentuk datar, dan bagian distalnya mengadakan persendian dengan os humerus (Getty 1975; Colville 2002). Bagian yang berbatasan dengan dinding dada memiliki bentuk yang telah diadaptasikan sesuai dengan permukaan dinding dada yaitu sedikit membengkok dan membentuk cekungan (Getty 1975). Menurut Vaughan (1986), pergerakan os scapula dan collumna vertebralis sangat mempengaruhi tingkat kelebaran langkah dan total pergerakan kecepatan kaki setiap hewan. Os scapula menempati permukaan lateral dari bahu, dengan permukaan kasar pada persendian yang bertaut dengan dinding dada (Smith 1999). Pada sapi, posisi dan kemiringan tulang ini dapat ditentukan dengan palpasi di bagian cranial, angulus caudalis dan spinae scapulae (Dyce et al. 2002). Pada bagian dorsal tulang ini terdapat tulang rawan yaitu cartilago scapulae yang merupakan insersio dari m. rhomboideus (Way and Lee 1983). Cartilago ini akan terus mengalami perkembangan kalsifikasi dan akan menjadi rigid sesuai dengan perkembangan usia (Dyce et al. 2002).

27 13 Permukaan lateral os scapula terbagi menjadi dua lekuk yaitu fossa supraspinata dan fossa infraspinata (Getty 1975; Dyce et al. 2002). Fossa supraspinata dan fossa infraspinata merupakan tempat bertautnya m. supraspinatus dan m. infraspinatus. Pada anjing, fossa supraspinata dan fossa infraspinata memiliki ukuran yang sama lebar. Sedangkan fossa supraspinata pada kuda, pemamah biak dan babi lebih sempit dibandingkan dengan fossa infraspinata (Colville 2002; Getty 1975). Permukaan medial os scapula disebut juga facies medialis scapulae atau facies costalis. Facies ini memiliki sebuah lekuk yang dangkal yaitu fossa subscapularis, merupakan tempat origo m. subscapularis. Pada hewan domestik, seperti kuda, kerbau dan karnivora, fossa ini diapit oleh permukaan yang kasar yaitu facies serrata yang merupakan tempat bertautnya m. serratus ventralis (Getty 1975). Setiap hewan memiliki ukuran os scapula yang berbeda, babi memiliki ukuran os scapula yang sangat lebar, berbentuk segitiga, ditunjang oleh angulus caudalis yang meluas ke kaudad dan memiliki tuber spinae scapulae yang besar, namun acromionnya mengalami rudimenter. Hal ini berlainan dengan keadaan acromion pada kerbau yang sangat berkembang. Acromion pada kucing berbentuk datar dan pada bagian caudal mengalami peninggian. Sedangkan kuda tidak memiliki acromion (Getty 1975) Os clavicula Tulang ini merupakan tulang yang mengalami rudimenter menjadi jaringan fibrosa yang bertaut pada m. brachiocephalicus (Dyce et al. 2002). Hal ini terjadi pada karnivora dan ungulata, dengan tidak adanya tulang ini, maka dapat menunjang pergerakan dan panjang langkah hewan. Selain itu, os scapula dan persendian bahu dapat dibebaskan dari pertautan tulang dengan os sternum dan os scapula, sehingga dapat merubah posisi pergerakan dan perputaran tulang menjadi lebih luas (Vaughan 1986). Menurut Hildebrand dan Goslow (2001), os clavicula dimiliki oleh monyet ekor panjang yang menyebabkannya tidak dapat berlari cepat dengan keempat kakinya Skeleton Brachii Skeleton brachii merupakan tulang lengan atas yang disusun oleh os humerus. Tulang ini merupakan satu-satunya tulang lengan atas yang tergolong tulang panjang (Getty 1975). Persendian yang terbentuk pada skeleton brachii adalah articulatio humeri dan articulatio cubiti (WAVA 2005). Persendian ini dihubungkan oleh synovial, merupakan sendi engsel pada

28 14 articulatio humeroulnaris dan articulatio humeroradialis. Pada anjing, poros persendian ini terletak pada proksimal articulatio radioulnaris. Ligamentum yang bertaut pada skeleton brachii adalah ligamentum collaterale cubiti mediale, ligamentum collaterale cubiti laterale, ligamentum coracohumerale, ligamentum glenohumerale dan ligamentum olecrani yang hanya ada pada anjing. Pergerakan yang terjadi pada persendian ini adalah pergerakan fleksio dan ekstensio, sedangkan anjing dapat melakukan pergerakan rotasi (pronasio dan supinasio) (Skerritt dan Lelland 1984) Os humerus Menurut Getty (1975), os humerus terdiri dari corpus humeri dan dua ekstremitates. Corpus humeri berbentuk silinder dan memiliki empat permukaan, yaitu facies cranialis, facies caudalis, facies lateralis, dan facies medialis. Facies cranialis memiliki permukaan yang lebar dan aspek halus (bagian proksimal) serta aspek kasar (bagian distal). Facies ini terpisahkan dengan permukaan lateral oleh perbatasan yang jelas yaitu crista humeri, dimana pada crista ini terdapat bungkul yang merupakan tempat bertautnya otot deltiodeus yaitu tuberositas deltoidea. Bungkul ini hampir tidak kelihatan pada kucing dan babi. Facies caudalis memiliki aspek halus dan berbentuk melingkar. Facies lateralis membentuk spiral dengan permukaan yang halus, merupakan lekukan berjalannya m. brachialis disebut juga lekuk musculospiral. Facies medialis memiliki bentuk yang relatif tegak lurus, terdapat suatu bungkul yaitu tuberositas teres major yang merupakan tempat bertautnya tendo m. latissimus dorsi dengan m. teres major (Getty 1975). Extremitas proximalis merupakan ujung proksimal yang terdiri dari caput, collum dan beberapa bungkul yaitu tuberculum majus, tuberculum minus dan tuberculum intermedium. Caput humeri merupakan bagian yang berbentuk hampir hemispherical, seperti tiang yang menghadap ke kaudad dan melakukan persendian dengan cavitas glenoidalis dari os scapula (Smith 1999). Collum humeri merupakan leher os humerus, hanya tampak di caudal. Tuberculum majus et minus terdiri dari dua bungkul yaitu pars cranialis et caudalis. Tuberculum intermedium terdapat di antara tuberculum majus et minus. Diantara ketiga bungkul ini terdapat suatu sulcus yaitu sulcus intertubercularis. Sulcus ini tidak dimiliki oleh babi dan karnivora. Extremitas distalis merupakan ujung distal tulang ini. Pada bagian ini terdapat dua buah bungkul yang melakukan

29 15 persendian dengan os radius-ulna, yaitu condylus lateralis et medialis. Condylus medialis memiliki ukuran lebih besar dari condylus lateralis. Di proksimal bungkul ini terdapat suatu lekuk yaitu fossa radialis, sedangkan di proksimovolar masing-masing bungkul tersebut terdapat suatu penebalan yaitu epicondylus lateralis et medialis. Di bagian distal diantara kedua epicondylus ini terdapat suatu lekuk yang melakukan persendian dengan olecranon dari os ulna yaitu fossa olecrani Skeleton Antebrachii Os radius bersama os ulna membentuk skeleton antebrachii. Pergerakan yang terjadi pada skeleton antebrachii sangat sedikit karena kedua tulang ini membentuk kesatuan persendian yang kuat oleh ikatan sendi. Pada karnivora, pergerakan yang terjadi memungkinkan pergerakan rotasi yaitu terjadi pada extremitas proximalis dan extremitas distalis dari os radius yang bersatu dengan os ulna. Sedangkan pada ungulata, seperti babi, kerbau, dan kuda, pergerakan yang terjadi antara kedua tulang ini hampir tidak ada (Dyce et al. 2002) Os radius Tulang ini disebut juga tulang pengumpil, terdiri dari corpus dan dua ekstremitates. Pada ungulata, tulang ini lebih kokoh dibandingkan os ulna, sedangkan pada karnivora tulang ini lebih berperan besar (Dyce et al. 2002). Corpus radii memiliki bentuk yang membulat dan langsing, menyerupai tangkai. Facies cranialis tulang ini memiliki bentuk yang sedikit konveks, bulat dengan aspek halus, bagian distal facies ini terdapat sebuah lekuk untuk bertautnya tendo m. extensorius. Sedangkan facies caudalis, lebih konkaf dengan permukaan yang kasar dan melakukan persendian dengan facies cranialis dari os ulna. Extremitas proximalis mempunyai bidang persendian dengan os humerus yaitu facies articularis humeralis yang kemudian disilang oleh suatu crista yang berjalan sagital. Ujung anterior dari crista ini menjulur ke kraniad menjadi processus coronoideus. Di dorsomedial tulang ini ditemukan suatu bungkul, tuberositas radii. Di medial dan lateral ekstremitas ini terdapat dua bungkul yaitu tuberculum proximalis medialis et lateralis. Extremitas distalis mempunyai tiga bidang persendian dengan ossa carpi. Permukaan dorsal ekstremitas ini terdapat tiga sulci untuk perjalanan otot ekstensor carpus dan jari (Getty 1975).

30 16 Pada hewan karnivora dengan posisi normal yang benar, os radius dan os ulna terletak saling menyilang pada pertengahan lengan bawah. Pemamah biak, karnivora dan babi, memiliki os ulna dengan ukuran jauh lebih panjang dari os radius hingga mencapai bagian distal os radius (Getty 1975). Kuda memiliki os radius yang lebih besar dibandingkan os ulna (Way dan Lee 1983) Os ulna Os ulna disebut juga tulang hasta, bersatu dengan os radius di laterovolar. Diantara os radius dan os ulna terdapat suatu lekah yang membatasi kedua tulang ini yaitu spatium interosseum antebrachii. Pada karnivora lekah ini panjang, sedangkan pada babi dan kuda lekah ini sangat sempit. Persendian yang sempit antara os ulna dengan os radius meyebabkan ketidakmungkinan terjadinya pergerakan supinasio dan pronasio pada kuda dan babi (Dyce et al. 2002). Pada kerbau terdapat dua buah spatium interosseum antebrachii yaitu di proksimal (spatium interosseum antebrachii proximale) dan di distal (spatium interosseum antebrachii distale). Extremitas proximalis tulang ini memiliki suatu bungkul kasar yang merupakan pusat persendian siku, disebut olecranon. Bagian ini adalah tempat insersio m. triceps brachii yang kuat. Ekstremitas ini melakukan persendian dengan condylus medialis et lateralis dari os humerus yaitu pada lekukan yang licin berbentuk setengah lingkaran, incisura trochlearis (incisura semilunaris). Bagian dorsal lekukan ini mengalami suatu penjuluran runcing yaitu processus anconeus (Getty 1975). Extremitas distalis os radius-ulna bersendi dengan ossa carpi, sisi medial ossa carpi bersendi pada distal os radius (Getty 1975) Skeleton Manus Menurut WAVA (2005), skeleton manus tersusun atas ossa carpi, ossa metacarpalia I-V dan ossa digitorum manus. Modifikasi skeleton manus biasanya melibatkan peleburan tulang. Modifikasi yang jelas terjadi yaitu pengurangan jumlah digit yang terjadi pada ungulata, karena terkait dengan kebutuhan hewan untuk bisa berlari cepat (Dyce et al. 2002). Hewan unguligradi berjalan pada empat, tiga, dua atau bahkan hanya satu jari pada setiap kaki dengan pergelangan tangan dan mata kaki terangkat di atas tanah (Gambar 5) (Kent dan Miller 1997).

31 17 Rusa Unta Badak Kuda A B Gambar 5 Skeleton manus pada ordo Artiodactyla (A) dan Perissodactyla (B) (Kent dan Miller 1997) Ossa carpi Ossa carpi tersusun atas dua baris, terdiri dari os carpi radiale (os scaphoideum), os carpi intermedium (os lunatum), os carpi ulnare (os triquetrum), os carpi accessorium (os pisiforme), os carpale I (os trapezium), os carpale II (os trapezoideum), os carpale III (os capitatum), os carpale IV (os hamatum), atau gabungan tulang-tulang carpi yaitu os carpi intermedioradiale (os scapholunatum), os carpale II et III (os trapezoideocapitatum), dan ossa sesamoidea palmaria (Getty 1975; WAVA 2005). Meskipun terdapat variasi ossa carpi antar spesies, pada umumnya tetap memiliki os carpi radiale, os carpi ulnare, dan beberapa spesies selalu memiliki os carpi intermedium (Colville 2002). Setiap tulang memiliki struktur, fungsi, dan ciri khas tersendiri. Ossa carpi pada kuda terdapat tujuh atau delapan tulang, tersusun menjadi dua baris. Kerbau hanya memiliki enam buah tulang ossa carpi, os carpale I tidak ada, sedangkan os carpale II dan os carpale III bersatu menjadi tulang yang bentuknya segi empat (os trapezoideocapitatum) sedangkan pada babi terdapat delapan buah tulang. Anjing memiliki ossa carpi sebanyak tujuh buah tulang, os carpi radiale dan os carpi intermedium bersatu (Getty 1975).

32 18 Pergerakan yang terjadi pada ossa carpi memungkinkan terjadinya pergerakan fleksio dan ekstensio. Permukaan dorsal dan palmar ossa carpi diselubungi oleh kapsula persendian yang tebal dan halus, ligamentum tendo m. flexor digitalis profundus et superfiscialis. Susunan ini membentuk suatu saluran yang disebut canalis carpale, saluran ini berfungsi dalam pergerakan fleksio sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjepitnya pembuluh darah dan syaraf yang berjalan dari distal skeleton antebrachii dan mencegah terjadinya pergerakan ekstensio yang berlebihan (Skerritt dan Lelland 1984; Dyce et al. 2002) Ossa metacarpalia Ossa metacarpalia merupakan tulang panjang dan penamaan tulang ini sesuai dengan penomoran tulang yang dihitung mulai dari mediad ke laterad, yaitu os metacarpale I-V. Menurut Dyce et al. (1996), os metacarpale mempunyai bentuk dan struktur yang tidak jauh berbeda dengan os metatarsale. Perbedaannya terletak pada bentuk corpus (badannya). Os metatarsale mempunyai bentuk corpus yang lebih bulat dibandingkan os metacarpale. Pada kuda, ossa metacarpalia terdiri dari tiga tulang yaitu os metacarpale II, III, dan IV dengan bentuk silindris, untuk menahan sebagian besar berat tubuh kuda. Os metacarpale III kuda merupakan os metacarpale yang paling berkembang, fungsional dan kuat sehingga bentuknya lebih besar dibanding yang lain. Pada anjing terdapat lima ossa metacarpalia yaitu os metacarpale I berukuran paling kecil, os metacarpale III et IV berbentuk kotak dan berukuran terbesar dan diapit oleh os metacarpale II et V. Os metacarpale V berukuran paling lebar dan lebih pendek dari os metacarpale II. Babi memiliki empat ossa metacarpalia, yaitu os metacarpale II et V lebih kecil dan os metacarpale III et IV berukuran besar. Ossa metacarpalia pada pemamah biak berjumlah tiga tulang. Os metacarpale III et IV menyatu, sedangkan os metacarpale V memiliki ukuran sangat kecil dan terletak lebih lateral (Getty 1975; Dyce et al. 2002) Ossa digitorum manus Ossa digitorum manus dibentuk oleh tiga tulang yaitu os phalanx proximalis/os compedale (tulang pergelangan), os phalanx media/os coronale (tulang tajuk), dan os phalanx distalis/os unguiculare (tulang kuku) (Getty 1975; WAVA 2005). Tulang ini akan meregangkan ikatan persendian pada saat menumpu berat badan hewan (Vaughan 1986).

33 19 Anjing memiliki lima ossa digitorum manus, sama halnya dengan jumlah ossa metacarpalia, digit ke I terdiri dari dua ossa phalanges, os phalanx proximale menyatu dengan os phalanx media. Digit ke II hingga ke V masing-masing terdiri dari tiga ossa phalanges (Getty 1975; Smith 1999). Setiap articulatio metacarpophalangeae anjing terdapat dua ossa sesamoidea proximale yang bersendi pada ossa metacarpalia dan proksimal masing-masing os phalanx proximalis. Babi memiliki empat digit, masing-masing terdiri dari tiga ossa digitorum manus, tiga ossa sesamoidea pada articulatio metacarpophalangeae III dan IV serta dua ossa sesamoidea pada articulationes interphalangeae distales manus. Pemamah biak mempunyai dua digit pada setiap kakinya, digit ke III dan IV tumbuh subur dan masing-masing terdiri atas tiga ossa phalanges. Sedangkan digit ke II dan V berukuran sangat kecil, masing-masing terdiri atas satu atau dua tulang-tulang kecil yang tidak mengadakan hubungan dengan tulang-tulang skelet lainnya. Kuda hanya memiliki satu digit dengan struktur yang homolog dengan digit ke III karnivora (Getty 1975; Skerritt dan Lelland 1984) Ossa Membri Pelvini (Tulang kaki belakang) Menurut WAVA (2005), ossa membri pelvini terdiri dari beberapa bagian yaitu cingulum membri pelvini (gelang panggul), skeleton femoris (daerah paha), skeleton cruris (daerah kaki bawah) dan skeleton pedis (tulang telapak kaki belakang). Pada kuda, ossa membri pelvini berfungsi sebagai pendorong saat berjalan dan berlari (Dyce et al. 1996). Oleh karena itu, otot-otot kaki belakang kuda lebih subur dan kuat dari otot kaki muka. Persendian di kaki belakang dapat lebih bebas begerak seperti gerakan mempertahankan diri, menggaruk kulit dan sebagainya. Kaki belakang sebagai tenaga pendorong disalurkan melalui pelvis ke sumbu badan (collumna vertebralis). Sudut antara collumna vertebralis dan os ilium harus sekecil mungkin, sehingga penyaluran tenaga dari kaki belakang ke sumbu badan dapat berlangsung efektif (Soesetiadi 1977a) Cingulum Membri Pelvini Cingulum membri pelvini secara langsung berkaitan dengan skeleton aksial melalui articulatio sacroiliaca membentuk panggul dengan tulang belakang. Os ilium, os pubis dan os ischii sepenuhnya membentuk os coxae, dipadukan ke dalam cingulum membri pelvini pada bagian ventral oleh persendian tulang rawan yaitu pada symphysis pelvis (Montagua 1963; Colville 2002).

ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis)

ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) 1 ANATOMI SKELET TUNGKAI KAKI BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ENI PUJI LESTARI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 Populasi badak Sumatera kini semakin berkurang...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai Skelet tungkai MEP memiliki ukuran tulang yang kecil namun kompak dengan permukaan yang halus dan tidak banyak dijumpai rigi ataupun penjuluran.

Lebih terperinci

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar PEMBAHASAN Lokomosi pada MEP ditandai dengan perpindahan dari satu posisi ke posisi lainnya. Saat melakukan perpindahan, MEP mampu melakukan perpindahan baik secara quadrupedalism maupun bipedalism (Napier

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil.

TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. TINJAUAN PUSTAKA Ordo Perissodactyla Badak Sumatera diklasifikasikan dalam ordo Perissodactyla yaitu bangsa hewan yang memiliki kuku ganjil. Ordo Perissodactyla ini terdiri dari dari dua subordo, tiga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Monyet Ekor Panjang

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Monyet Ekor Panjang TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Monyet Ekor Panjang MEP merupakan spesies monyet dengan nama latin Macaca fascicularis yang termasuk ke dalam sub famili Cercopithecinae dari famili Cercopithecidae. Seperti

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI DEPAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) VIAN PUPUT WIJAYA

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI DEPAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) VIAN PUPUT WIJAYA KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI DEPAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) VIAN PUPUT WIJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kulit di daerah bahu beruk ditutupi oleh rambut yang relatif panjang dan berwarna abu-abu kekuningan dengan bagian medial berwarna gelap. Morfologi tubuh beruk daerah bahu

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MUSCLE OF UPPER EXTREMITY DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OTOT-OTOT EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Kelompok otot pada gelang bahu 2. Kelompok otot regio brachii (lengan atas)

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET TUNGKAI MONYET EKOR PANJANG

ANATOMI SKELET TUNGKAI MONYET EKOR PANJANG ANATOMI SKELET TUNGKAI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) Miko Saputra FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK MIKO SAPUTRA. Anatomi Skelet Tungkai Monyet Ekor Panjang

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) HILDA SUSANTI

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) HILDA SUSANTI ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) HILDA SUSANTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK HILDA SUSANTI. Anatomi Otot Daerah

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 LESTARIKAN SATWALIAR INDONESIA AGAR MEREKA DAPAT TETAP HIDUP

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung proses-proses ekologis di dalam ekosistem. Kerusakan hutan dan aktivitas manusia yang semakin meningkat

Lebih terperinci

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM

ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM ANATOMI TERAPAN LOKOMOSI LABORATORIUM ANATOMI FKH UGM ADAPTASI LOKOMOSI BERLARI Melibatkan gerakan cyclic dan berulang anggota gerak (stride=satu siklus anggota gerak pada gait tertentu) Gait = satu kali

Lebih terperinci

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari ANATOMI PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM by : Hasty Widyastari Posisi Posisi Anatomi : Berdiri tegak, kedua lengan disamping lateral tubuh, kedua telapak tangan membuka kedepan Posisi Fundamental : Berdiri

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI

ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH

ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH ANATOMI OTOT-OTOT KAKI DEPAN BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis): DAERAH ANTEBRACHII DAN DIGIT AMALIA KHUSNUL KHOTIMAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh otot tubuh dan memberikan hasil keseluruhan yang paling baik. 11,12 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Renang Renang merupakan jenis olahraga yang dilakukan di air dan dapat dilakukan baik putra maupun putri. 10 Dibandingkan dengan olahraga-olahraga lainnya, renang merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EKO CAHYONO. Kajian Anatomi Skelet Trenggiling Jawa (Manis javanica).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI

ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA. (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI ANATOMI SKELET SUMBU TUBUH BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) ALDA SYAFYENI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET APENDIKULAR BUAYA SENYULONG (Tomistoma schlegelii) ALIF RAHMAN RAHIM PUARADA

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET APENDIKULAR BUAYA SENYULONG (Tomistoma schlegelii) ALIF RAHMAN RAHIM PUARADA KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET APENDIKULAR BUAYA SENYULONG (Tomistoma schlegelii) ALIF RAHMAN RAHIM PUARADA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3 1. Tempat perlindungan Orang utan yang dilindungi oleh pemerintah banyak terdapat didaerah Tanjung

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT OTOT KAKI BELAKANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) : DAERAH CRURIS DAN DIGIT FEBRYANA PERMATA FANAMA

ANATOMI OTOT OTOT KAKI BELAKANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) : DAERAH CRURIS DAN DIGIT FEBRYANA PERMATA FANAMA ANATOMI OTOT OTOT KAKI BELAKANG BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) : DAERAH CRURIS DAN DIGIT FEBRYANA PERMATA FANAMA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan dikenal sebagai salah satu Megabiodiversity Country. Pulau Sumatera salah

Lebih terperinci

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya

31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya 31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Badak Jawa Di dunia terdapat lima jenis badak, badak hitam (Diceros bicornis), badak putih (Ceratotherium simum), badak india (Rhinoceros unicornis),

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAPASAN TRENGGILING (Manis javanica) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKHEA DAN PARU-PARU ASEP YAYAN RUHYANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK Asep

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pada hasil pengamatan didapatkan otot-otot panggul dan paha badak Sumatera memiliki struktur yang kompak dan teba l. Otot-otot panggul dan paha terdiri atas dua kelompok otot,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI BELAKANG BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) DIANA ASRIASTITA

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI BELAKANG BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) DIANA ASRIASTITA KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET KAKI BELAKANG BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) DIANA ASRIASTITA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gaya punggung menyerupai gerakan tungkai gaya crawl dengan bersumber BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Stroke Tungkai Stroke tungkai atau gerakan tungkai merupakan gerakan tungkai ke atas dan bawah secara bergantian dan terus menerus. Gerakan tungkai gaya

Lebih terperinci

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS TRENGGILING JAWA (Manis javanica) CATUR FAJRIE DIAH ASTUTI

ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS TRENGGILING JAWA (Manis javanica) CATUR FAJRIE DIAH ASTUTI ANATOMI OTOT DAERAH BAHU DAN LENGAN ATAS TRENGGILING JAWA (Manis javanica) CATUR FAJRIE DIAH ASTUTI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Gajah Sumatera Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu dari sub species gajah asia (Elephas maximus). Dua sub species yang lainnya yaitu Elephas

Lebih terperinci

OSTEOLOGI

OSTEOLOGI ANATOMI EXTREMITAS SUPERIOR TIM (Dra. Endang Rini Sukamti, M.S.) FIK Universitas Negeri Yogyakarta OSTEOLOGI TULANG-TULANG TULANGEXTREMITAS SUPERIOR TERDIRI DARI: 1. Os clavicula 2. Os scapula 3. Os humerus

Lebih terperinci

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR

TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satwa liar mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk kepentingan keseimbangan ekosistem, ekonomi, maupun sosial budaya (Alikodra, 2002).

Lebih terperinci

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

JENIS_JENIS TIKUS HAMA JENIS_JENIS TIKUS HAMA Beberapa ciri morfologi kualitatif, kuantitatif, dan habitat dari jenis tikus yang menjadi hama disajikan pada catatan di bawah ini: 1. Bandicota indica (wirok besar) Tekstur rambut

Lebih terperinci

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON 51 INDIVIDU BADAK JAWA DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Badak jawa (Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822) merupakan spesies paling langka diantara lima spesies badak yang ada di dunia sehingga dikategorikan

Lebih terperinci

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA

ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA ANATOMI SKELET KEPALA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) CUT DESNA APTRIANA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 LESTARIKAN SATWALIAR INDONESIA AGAR MEREKA DAPAT TETAP HIDUP

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRAE I

OSTEOLOGI VERTEBRAE I OSTEOLOGI VERTEBRAE I Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae coccygealis costae sternum Columna

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah Tulang hasta, tulang paha, tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak? Belajar IPA itu asyik, misalnya saat mempelajari tentang astronomi dan benda-benda langit, kita bisa mengenal lebih dekat tentang planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya. Pelajaran seperti ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53 SIARAN PERS Populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon Jakarta, 29 Desember 2011 Badak jawa merupakan satu dari dua jenis spesies badak yang ada di Indonesia dan terkonsentrasi hanya di wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1 1. fungsi tulang bagi tubuh kita antara lain... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1 memberi bentuk tubuh tempat peredaran darah membentuk otot tempat melekatnya organ

Lebih terperinci

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO

KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO KAJIAN ANATOMI SKELET TRENGGILING JAWA (Manis javanica) EKO CAHYONO FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK EKO CAHYONO. Kajian Anatomi Skelet Trenggiling Jawa (Manis javanica).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah cecah (Presbytis melalophos). Penyebaran cecah ini hampir di seluruh bagian pulau kecuali

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam termasuk cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam, dan taman

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi BAHAN AJAR Mata Kuliah : Kinesiologi Kode Mata Kuliah : IOF 219 Materi : Sendi A. Pengertian Sendi, Persambungan, atau artikulatio adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS)

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) Oleh: drh. Herlina Pratiwi Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae

Lebih terperinci

OSTEOLOGI UMUM DAN KHUSUS

OSTEOLOGI UMUM DAN KHUSUS Nama dosen : Dr.dr.Sitti Rafiah, M.Si Judul mata kuliah : Biomedik 1 Standar kompetensi : Area kompetensi 5 : Landasan ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Memahami ilmu kedokteran dasar pada sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya

31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya 31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu Fisiologi khususnya Fisiologi Olahraga, Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Struktur Anatomi Tangan

PEMBAHASAN. Struktur Anatomi Tangan PEMBAHASAN Struktur Anatomi Tangan Struktur anatomi tangan disusun dari tulang tangan, otot tangan, sendi tangan, dan saraf tangan. Keempat panyusun anatomi tangan tersebut bersama-sama menciptakan gerakan

Lebih terperinci

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Gambar Kerangka Manusia Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Rangka mempunyai fungsi sebagai berikut : Penopang dan penunjang tegaknya tubuh. Memberi bentuk tubuh. Melindungi alat-alat atau bagian

Lebih terperinci

Konig, HE., Liebich, HG., Veterinary Anatomy of Domestic Mammals Texbook and Color Atlas, Schattauer, Stuugart Budras, KD., Sack, WO.

Konig, HE., Liebich, HG., Veterinary Anatomy of Domestic Mammals Texbook and Color Atlas, Schattauer, Stuugart Budras, KD., Sack, WO. Static and Dinamyc Konig, HE., Liebich, HG., 2004. Veterinary Anatomy of Domestic Mammals Texbook and Color Atlas, Schattauer, Stuugart Budras, KD., Sack, WO., Rock, S., Horowitz, A., Berg. R., 2009, Anatomy

Lebih terperinci

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha)

Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) 86 Lampiran 4 Jenis otot pada kelompok otot 1 (otot proksimal paha) No. Kelompok Otot Jenis Otot 1. Kelompok Otot 1 (Otot Proksimal Paha) M. tensor fascia latae M. biceps femoris M. gluteus medius M. vastus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, Indonesia menyimpan kekayaan alam tropis yang tak ternilai harganya dan dipandang di dunia internasional. Tidak sedikit dari wilayahnya ditetapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah... Tulang hasta, tulang paha, tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017

CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017 CARNIVOR-1 (Osteology) Anatomi Veteriner Makro-3 Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2017 SKELETON AXIALIS Ossa Craniofascialis Ossa Cranii Ossa Fasciei V. Cervicalis V. Thoracalis Columna

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya, BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang beragam. Wilayahnya yang berada di khatuistiwa membuat Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga

Lebih terperinci

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah asli Indonesia serta turunan asli dari banteng ( Bibos banteng) yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah asli Indonesia serta turunan asli dari banteng ( Bibos banteng) yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali dan Kukunya Sapi bali merupakan salah satu jenis sapi lokalyang merupakan plasma nutfah asli Indonesia serta turunan asli dari banteng ( Bibos banteng) yang telah

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DESKRIPSI PEMBANGUNAN JAVAN RHINO STUDY AND CONSERVATION AREA (Areal Studi dan Konservasi Badak Jawa) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di Malaysia (Semenanjung Malaya) H. syndactylus continensis (Gittin dan Raemaerkers, 1980; Muhammad,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkiraan Tinggi Badan Secara sederhana Topmaid dan Rollet membuat formula perkiraan tinggi badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun 1923. Formula tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tinjauan Umum Kerbau Kerbau rawa memberikan kontribusi positif sebagai penghasil daging, terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air 3 5 m

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkiraan Tinggi Badan. Secara sederhana Topmaid dan Rollet membuat Formula perkiraan tinggi badan yang kemudian di populerkan oleh Hewing pada tahun 1923. Formula tersebut

Lebih terperinci

PEMBULUH NADI ANGGOTA BELAKANG

PEMBULUH NADI ANGGOTA BELAKANG PEMBULUH NADI ANGGOTA BELAKANG A. femoralis A.femoralis merupakan nadi di bagian proximal dari pembuluh nadi pada anggota belakang. Nadi merupakan lanjutan extra-abdominal dari a,iliaca externa, mulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Beruk Morfologi Beruk

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Beruk Morfologi Beruk 4 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Beruk Beruk merupakan spesies primata yang telah banyak dipelajari. Beruk sering digunakan sebagai hewan percobaan dalam berbagai penelitian biomedik. Beruk mempunyai beberapa

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM OTOT Pengenalan Salah satu sistem yang penting dalam badan. Pergerakan terhasil daripada penguncupan dan pemanjangan otot. Selain itu ia juga menentukan magnitud pergerakan.

Lebih terperinci

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah... Tulang hasta, tulang paha tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung dalam ilmu biologi adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa MILLI-PEET, kunci identifikasi dan diagram alur, Page 1 F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa 1A Tubuh lunak, tergit mengandung rambut seperti kuas atau rambut sikat, sepasang kuas terdapat bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Macan tutul (Panthera pardus) adalah satwa yang mempunyai daya adaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Macan tutul (Panthera pardus) adalah satwa yang mempunyai daya adaptasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Macan tutul (Panthera pardus) adalah satwa yang mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap berbagai tipe habitat. Berdasarkan aspek lokasi, macan tutul mampu hidup

Lebih terperinci