KAJIAN SELF-ORGANIZING MAPS (SOM) DALAM PENGELOMPOKAN OBJEK (studi kasus: pengelompokan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan) IRWAN THAHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN SELF-ORGANIZING MAPS (SOM) DALAM PENGELOMPOKAN OBJEK (studi kasus: pengelompokan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan) IRWAN THAHA"

Transkripsi

1 KAJIAN SELF-ORGANIZING MAPS (SOM) DALAM PENGELOMPOKAN OBJEK (studi kasus: pengelompokan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan) IRWAN THAHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Self-Organizing Maps (SOM) dalam Pengelompokan Objek (studi kasus: pengelompokan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Irwan Thaha NRP G

4

5 RINGKASAN IRWAN THAHA. Kajian Self-Organizing Maps (SOM) Dalam Pengelompokan Objek (studi kasus: pengelompokan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan). Dibimbing oleh ERFIANI dan I MADE SUMERTAJAYA. Penggerombolan adalah proses mengelompokkan objek ke dalam kelompokkelompok yang memiliki kemiripan. Hasil dari penggerombolan akan menunjukkan bahwa objek-objek yang dalam satu gerombol akan lebih homogen dibandingkan antar gerombol. Terdapat dua metode dalam analisis gerombol klasik yaitu metode penggerombolan berhirarki dan tak berhirarki. Penentuan jumlah gerombol yang terbentuk untuk dua metode ini dilakukan secara subjektif. Metode penggerombolan lain juga berkembang dengan menggunakan kecerdasan buatan. Jaringan syaraf tiruan (artificial neural network) adalah suatu paradigma pengolahan informasi yang diilhami oleh sistem biologi yaitu neuron, seperti otak yang memproses informasi. Self organizing maps (SOM) merupakan salah satu bentuk topologi dari Unsupervised Artificial Neural Network (Unsupervised ANN) yang dalam proses trainingnya tidak memerlukan pengawasan (target output). Penerapan penggerombolan menggunakan algoritme SOM diharapkan dapat dijadikan alat untuk menganalisis data sehingga diperoleh karakteristik dari data yang akan dikelompokkan. Penggerombolan digunakan untuk mengelompokkan data secara alamiah tanpa berdasarkan target kelas tertentu. Pada penelitian ini, SOM dibandingkan dengan metode penggerombolan dengan ukuran data besar yaitu two step cluster (TSC). Menurut Bacher (2004), metode two step cluster merupakan suatu metode penggerombolan yang dapat mengatasi masalah skala pengukuran, khususnya untuk data berukuran besar dengan peubah yang memiliki tipe data kategorik dan numerik. Kinerja penggerombolan SOM dan metode two step cluster dibandingkan melalui data simulasi, dan selanjutnya menerapkan metode SOM pada penggerombolan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu data simulasi dan data sekunder. Data simulasi berupa data bangkitan sebaran normal ganda (μ,ʃ) yang berguna untuk mengukur kinerja metode two step clster dan SOM dalam mengelompokkan objek. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data dari Badan Pusat Statistik (BPS) wilayah/desa di kecamatan di Kabupaten Wajo provinsi Sulawesi Selatan adalah data Potensi Desa (PODES) tahun Data simulasi merupakan data bangkitan dengan tipe data numerik (M) yang terdiri dari tiga bentuk populasi yaitu satu populasi yang beranggotakan tiga gerombol yang berpisah secara tegas, satu populasi yang beranggotakan tiga gerombol yang saling tumpang tindih (overlap) satu sama lain dalam jumlah kecil, dan satu populasi yang beranggotakan tiga gerombol yang saling tumpang tindih (overlap) satu sama lain dalam jumlah besar. Hasil dari metode SOM dan TSC untuk data simulasi, memiliki kemampuan untuk mengelompokkan data dengan baik, namun TSC memberikan hasil pengelompokan yang lebih baik untuk ukuran data yang besar dibandingkan dengan SOM. Selain itu, juga terlihat bahwa semakin besar jumlah data maka kesalahan

6 pengelompokan SOM akan berubah menjadi lebih besar, namun perubahannya relatif kecil. Sebaliknya, semakin besar jumlah data maka kesalahan pengelompokan metode TSC semakin kecil. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumentasi tertulis dan identifikasi peubah yang digunakan tentang desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan adalah data Potensi Desa (PODES) tahun 2011 yaitu: X1 (jumlah penduduk), X2 (keluarga tani), X3 (keluarga buruh tani), X4 (keluarga pengguna listrik), X5 (bahan bakar untuk memasak sehari-hari), X6 (fasilitas pendidikan), X7 (tenaga kesehatan), X8 (kematian penduduk). Objek dalam terapan penelitian ini adalah seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Wajo. Hasil penggerombolan dengan metode SOM desa/kelurahan di Kabupaten Wajo menghasilkan 3 gerombol. Gerombol yang terbentuk memiliki nilai deskriptif yang sama antar gerombol dan setiap gerombol yang terbentuk didominasi oleh beberapa kecamatan di daerah tersebut. Beberapa desa/kelurahan lain yang yang tergabung juga memiliki kemiripan dari peubah pencirinya, misalkan berada di sekitar kecamatan tersebut. Kata kunci: penggerombolan, self-organizing maps, two step cluster, Kabupaten Wajo

7 SUMMARY IRWAN THAHA. Studies of Self-Organizing Maps (SOM) In Grouping Objects (case study: grouping of villages/urbans in Wajo Regency, South Sulawesi). Supervised by ERFIANI and I MADE SUMERTAJAYA. Clustering is a process of classifying objects into groups which have similarity. The result of clustering will show that objects in one cluster will be more homogeneous than others. There are two methods in classic clustering analysis i.e. hierarchical cluster method and non-hierarchical cluster method. Determination of the number of clusters which formed by them is done subjectively. The cluster other methods also developed by using artificial intelligence. Artificial neural network is an information processing paradigm that inspired by the biology systems, it is neuron. Like brain which process information. Self-organizing maps (SOM) is one of the topology of Unsupervised Artificial Neural Network (Unsupervised ANN) which process does not require monitoring in his training. Application clustering using SOM algorithm is expected to be used as a tool to analyze the data in order to obtain the characteristics of the data that will be grouped. Clustering is used to group the data naturally without based on the specific class target. In this study, SOM compared with clustering method with large data sizes, it was two-step cluster. According to Bacher (2004), two-step cluster method (TSC) was a cluster method which can resolve the problem clustering measurement scale, especially for large data with variables which have categorical and numerical data types. Performance clustering SOM and two-step cluster method compared by the simulation data, afterwards, applying the method of SOM on clustering villages/urbans in Wajo regency, South Sulawesi. The data in this study consisted of two sources i.e. simulated data and secondary data. Simulated data was generated data multivariate distribution (μ,ʃ) which useful to measure the performance of two-step cluster method and SOM in classifying an object. Secondary data, which used in this study, BPS s data in Wajo regency, South Sulawesi, was Village Potential Data (VPD) in Simulation data was the generated data numeric type (M) which consisted of three forms of the population i.e. a). a population consisted of three clusters were clearly separated, b). a population which consisted of three clusters of overlapping (overlap) each other in small numbers, and c). a population that consisted of three clusters of overlapping (overlap) each other in large numbers. The results of methods SOM and TSC showed that simulation data has the good ability to classify data, however, TSC provides better clustering results for large data sizes than SOM. In addition, it is also showed that the larger the number of data, the misclassification of SOM would become larger, nevertheless, the changes were relatively smaller. In the other hand, the larger the number of data the misclassification of TSC method was become smaller. Secondary data, which used in this study, written documentation and identification of used variables about areas/villages in Wajo regency, South Sulawesi, was Village Potential Data (VPD) in 2011 i.e. : X1 (total population), X2 (family farm), X3 (family farm laborer), X4 (family power user), X5 (fuel for daily

8 cooking), X6 (educational facilities), X7 (health personnel), X8 (population mortality). Objects in this research were applied around the village/urbans in Wajo district. The results of clustering with SOM method, village/urbans in the Wajo regency produced 3 clusters. The formed clusters have the same descriptive value between clusters, and each clusters which formed, was dominated by a few districts in that area. Some other villages/urbanss incorporated also have similar caracteristic of variables, e.g. they being around the district. Keywords: clustering, self-organizing maps, two-step cluster, Wajo

9 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

10

11 KAJIAN SELF-ORGANIZING MAPS (SOM) DALAM PENGELOMPOKAN OBJEK (studi kasus: pengelompokan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan) IRWAN THAHA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Statistika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

12 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Farit Mochamad Afendi

13 Judul Tesis : Kajian Self-Organizing Maps (SOM) dalam pengelompokan objek (studi kasus: pengelompokan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan) Nama : Irwan Thaha NRP : G Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Erfiani, MSi Ketua Dr Ir I Made Sumertajaya, MSi Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Statistika Dekan Sekolah Pascasarjana Dr Ir Erfiani, MSi Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 15 Juli 2013 Tanggal Lulus:

14

15 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Kajian Self-Organizing Maps (SOM) dalam pengelompokan objek (studi kasus: pengelompokan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan) berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada 1. Ibu Dr Ir Erfiani, MSi selaku pembimbing I dan ketua program studi Pascasarjana Statistika dan Bapak Dr Ir I Made Sumertajaya, MSi selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan karya ilmiah ini. 2. Penguji luar komisi bapak Farit Mochamad Afendi, Ph D pada ujian tesis, yang telah memberikan kritik dan saran dalam perbaikan penyusunan karya ilmiah ini. 3. Kedua orangtua, papa dan mama, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. 4. Sahabat mahasiswa pascasarjana Statistika dan Statistika Terapan IPB 2011 atas kebersamaannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013 Irwan Thaha

16

17 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Analisis Gerombol 3 Self-Organizing Maps (SOM) 4 Indeks Davies-Bouldin 6 Two Step Cluster (TSC) 6 Penentuan Jumlah Gerombol TSC 8 Ukuran Jarak 9 3 METODE PENELITIAN 11 Data 11 Metode 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Simulasi 17 Perbandingan Kinerja SOM dan TSC 19 Penerapan Metode SOM 22 5 SIMPULAN DAN SARAN 26 Simpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 27 LAMPIRAN 28 RIWAYAT HIDUP 34 vi vi vi

18 DAFTAR TABEL 1 Eksplorasi data simulasi dan persentasi overlap 11 2 Learning Rate dan Penurunan LR setiap scenario dengan IDB terkecil 17 3 Eksplorasi data simulasi 18 4 Hasil penggerombolan dengan metode SOM dan TSC 19 5 Nilai koefisien korerasi antar peubah 23 6 Eksplorasi peubah tiap gerombol 25 DAFTAR GAMBAR 1 Ilustrasi sebaran gerombol yang terpisah secara tegas 11 2 Ilustrasi sebaran gerombol yang overlap dalam jumlah kecil 12 3 Ilustrasi sebaran gerombol yang overlap dalam jumlah besar 13 4 Diagram alir tahapan penelitian 16 5 CP dan U-matriks skenario I 20 6 CP dan U-matriks skenario II 21 7 CP dan U-matriks skenario III 22 8 Visualisasi U-matriks dan CP desa/kelurahan 23 9 Output dengan jumlah 3 gerombol 24 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kombinasi LR dan PLR dengan nilai IDB terkecil untuk masing-masing skenario 28 2 Nilai IDB terkecil masing-masing jumlah gerombol yang terpilih 31

19 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penggerombolan adalah proses mengelompokkan objek ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki kemiripan. Hasil dari penggerombolan akan menunjukkan bahwa objek-objek yang dalam satu gerombol akan lebih homogen dibandingkan antar gerombol. Terdapat dua metode dalam analisis gerombol klasik yaitu metode penggerombolan berhirarki dan tak berhirarki. Penentuan jumlah gerombol yang terbentuk untuk dua metode ini dilakukan secara subjektif. Pada metode penggerombolan berhirarki, penentuan besarnya pemotongan (cut off) pada dendogram masih ditentukan oleh peneliti. Sedangkan pada metode penggerombolan non hirarki, penentuan banyaknya jumlah gerombol akhir ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman peneliti (Hair et al. 1998). Kedua metode ini berbasis pada data yang berskala interval atau rasio. Metode penggerombolan lain juga berkembang dengan menggunakan kecerdasan buatan. Jaringan syaraf tiruan (artificial neural network) adalah suatu paradigma pengolahan informasi yang diilhami oleh sistem biologi yaitu neuron, seperti otak yang memproses informasi. Kunci jaringan syaraf tiruan (JST) adalah struktur sistem pengolahan informasi, yang terdiri atas sejumlah unsur-unsur (syaraf) yang bekerja saling berhubungan untuk memecahkan permasalahan spesifik. Proses pembelajaran terhadap perubahan bobot dalam jaringan syaraf tiruan ada dua, yaitu pembelajaran terawasi (supervised learning) dan pembelajaran tak terawasi (unsupervised learning) (Klobucar dan Subasic 2012). Self organizing maps (SOM) merupakan salah satu bentuk topologi dari Unsupervised Artificial Neural Network (Unsupervised ANN) yang dalam proses pembelajarannya tidak memerlukan pengawasan (target output). Penerapan penggerombolan menggunakan algoritme SOM diharapkan dapat dijadikan alat untuk menganalisis data sehingga diperoleh karakteristik dari data yang akan dikelompokkan. Penggerombolan digunakan untuk mengelompokkan data secara alamiah tanpa berdasarkan target kelas tertentu, sedemikian sehingga objek-objek dalam gerombol yang sama lebih mirip dibandingkan dengan objek-objek dalam gerombol yang lain. Metode pembelajarannya dilakukan dengan update weight berdasarkan input sensor yang terdapat pada vektor input. SOM diperuntukkan untuk ukuran data besar dan kecil serta mampu memvisualisasikan hasil penggerombolan tersebut dalam dimensi lebih rendah. Kemampuan dalam visualisasi ini dapat mengatasi masalah dalam metode cluster lain yang sulit jika ukuran data besar, misalnya penggunaan dendogram. Pada penelitian ini, SOM akan dibandingkan dengan metode penggerombolan dengan ukuran data besar yaitu two step cluster. Menurut Bacher (2004), metode two step cluster merupakan suatu metode penggerombolan yang dapat mengatasi masalah skala pengukuran, khususnya untuk data berukuran besar dengan peubah yang memiliki tipe data kategorik dan numerik. Fungsi jarak yang digunakan adalah jarak Euclidian atau jarak Log Likelihood. Hasil dari metode ini adalah mengetahui gerombol optimal yang terbentuk. Gerombol optimal memiliki jarak antar gerombol yang paling jauh, dan jarak antar obyek yang paling dekat. Persentasi salah klasifikasi dari metode two step cluster tidak

20 2 berbeda nyata dengan yang dihasilkan dari metode gerombol tak berhirarki misalnya k-means jika peubahnya kontinu (Lathifaturrahmah 2010). Beberapa penelitian yang menggunakan SOM dan two step cluster dalam penggerombolan objek, diantaranya: Fujino dan Yoshida (2006), Annas et al. (2007) menggunakan PCA dan SOM dalam bidang kehutanan untuk klasifikasi dan risiko kebakaran wilayah hutan, begitupun dengan Klobucar dan Subasic (2012). Hasil penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa SOM melakukan pengurangan dimensi nonlinear dan menghasilkan penggerombolan yang baik, dan merupakan dasar yang baik untuk hasil visualisasi data. Namun, SOM akan memberikan kinerja yang buruk jika terdapat hubungan linier antar variabelnya. Edward dkk (2006) menggunakan Indeks Davies-Bouldin (IDB) untuk validasi gerombol. Adapun penelitian yang menggunakan two step cluster untuk penggerombolan diantaranya Lathifaturrahmah (2010) membandingkan hasil penggerombolan metode k-means, fuzzy k-means dan two step cluster untuk menentukan jumlah gerombol yang ideal untuk masing-masing metode. Pada penelitian tersebut, hasil two step cluster relatif jauh berbeda dari metode lainnya diantaranya dipengaruhi oleh kesesuaian metode dengan jumlah data yang digunakan. He et al. (2005) dan Shih et al. (2010) menggunakan metode two step cluster untuk data numerik dan kategorik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pendekatan data yang diusulkan dengan tipe numerik dan kategorik dapat mencapai kualitas tinggi dari hasil penggerombolan. Pada penelitian ini akan dibandingkan kinerja penggerombolan SOM dan metode two step cluster melalui data simulasi, dan selanjutnya menerapkan metode SOM pada penggerombolan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Membandingkan hasil penggerombolan metode SOM dan two step cluster (TSC) 2. Menerapkan metode SOM pada penggerombolan kondisi sosial desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan

21 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan salah satu dari teknik penggerombolan peubah ganda (multivariate) yang tujuan utamanya adalah mengelompokkan objek berdasarkan atas kriteria yang dimiliki. Analisis gerombol mengelompokkan objek, sehingga antara satu objek dengan objek lainnya yang terletak dalam satu gerombol akan memiliki kesamaan tinggi yang sesuai dengan kriteria pemilihan yang ditentukan. Hasil dari penggerombolan harus memperlihatkan keragaman yang homogen di dalam gerombol dan keragaman yang heterogen antargerombol yang terbentuk (Hair et al. 1998). Ada dua metode dalam analisis gerombol satu tahap, yaitu: Metode berhirarki Metode pengelompokan berhirarki ditujukan untuk ukuran contoh kecil. Pengelompokan berhirarki menghasilkan seluruh kemungkinan terbentuknya gerombol. Metode pengelompokan berhirarki digunakan apabila banyak gerombol yang akan dibentuk belum diketahui sebelumnya. Pada dasarnya, terdapat dua prosedur pada pengelompokan berhirarki, yaitu prosedur penggabungan (agglomerative) dan prosedur pembagian (divisive). Metode agglomerative dimulai dengan n buah gerombol yang masingmasing beranggotakan satu objek. Kemudian dua gerombol yang paling dekat digabung dan ditentukan kembali kedekatan antargerombol yang baru. Proses ini berlanjut sampai didapatkan satu gerombol yang anggotanya adalah seluruh objek. Metode divisive dimulai dengan satu gerombol yang anggotanya adalah seluruh objek, kemudian objek-objek yang paling jauh dipisah dan membentuk gerombol lain. Proses ini berlanjut sampai semua objek masing-masing membentuk satu gerombol. Dalam metode berhirarki terdapat beberapa ukuran jarak antargerombol, antara lain metode pautan tunggal (single linkage), pautan lengkap (complete linkage), pautan rataan (average linkage), metode Ward, dan metode centroid. Fungsi jarak yang sering digunakan diantaranya adalah jarak Euclidean dan jarak Mahalanobis. Metode tak berhirarki Pada metode pengelompokan tak berhirarki, peneliti harus terlebih dahulu menentukan jumlah gerombol yang diinginkan. Salah satu contoh dari metode ini adalah metode K-means. Pada metode ini harus ditentukan terlebih dahulu besarnya k, yaitu banyaknya gerombol. Pemilihan k dapat ditentukan secara subjektif berdasarkan latar belakang bidang masing-masing. Jarak yang biasanya digunakan adalah jarak Euclidean. Penentuan pusat gerombol merupakan langkah awal pada metode ini. Langkah selanjutnya adalah menentukan gerombol dari tiap objek, yaitu berdasarkan atas kedekatan ukuran jarak Euclidean terhadap mean dari masing-masing gerombol.

22 4 Self-Organizing Maps (SOM) Kohonen Self Organizing Feature Maps, disingkat dengan SOFM atau lebih terkenal dengan istilah SOM ditemukan dan dikembangkan oleh Teuvo Kohonen 1982, seorang profesor di Academy of Finland. Metode ini memungkinkan untuk menggambarkan data multidimensi ke dalam dimensi yang lebih kecil, biasanya satu atau dua dimensi. Proses penyederhanaan ini dilakukan dengan mengurangi vektor yang menghubungkan masing-masing node. Cara ini disebut juga dengan Vektor Quantization. Teknik yang dipakai dalam metode SOM dilakukan dengan membuat jaringan yang menyimpan informasi dalam bentuk hubungan node dengan training set yang ditentukan (Annas et al. 2007). SOM merupakan salah satu bentuk topologi dari Unsupervised Artificial Neural Network (Unsupervised ANN) dimana dalam proses pelatihannya tidak memerlukan pengawasan (target output). SOM digunakan untuk mengelompokkan (penggerombolan) data berdasarkan karakteristik/fitur-fitur data. SOM menggunakan competitive unsupervised learning dengan bobot awal diberikan secara acak dan disesuaikan selama dalam proses pengelompokan. Nodes akan mengelompok ke dalam gerombol berdasarkan kemiripannya. Sampel yang paling umum dari SOM adalah Kohonen Self-organizing Maps dengan 1 lapisan input dan 1 lapisan khusus yang menghasilkan nilai-nilai keluaran yang saling berkompetisi. Nodes pada lapisan khusus ini dipandang sebagai grid 2 dimensi berisi nodes dengan fungsi aktivasinya yang masing-masing terhubung dengan tiap input node oleh satu arc yang memiliki suatu nilai bobot. Data dapat dimasukkan ke dalam banyak competitive nodes secara parallel (Klobucar and Subasic 2012). Penggunaan SOM dalam memvisualisasikan struktur gerombol data tidak memiliki kelemahan tertentu yang dimiliki oleh teknik gerombol lainnya. Meskipun SOM dapat digunakan untuk memvisualisasikan gerombol, kadangkadang diperlukan spesifikasi lebih lanjut dari gerombol SOM. Dalam hal lain bahwa semua algoritme penggerombolan termasuk SOM biasanya mempunyai masalah dalam menentukan batas-batas kelompok. Ini adalah masalah yang menyebabkan kesulitan untuk menghasilkan tingkat klasifikasi tinggi output SOM. Metode SOM lebih fleksibel terhadap berbagai asumsi, sehingga dapat digunakan untuk berbagai jenis data (Annas et al. 2007). Ada tiga jenis visualisasi dari SOM yang digunakan (Annas et al. 2007) yaitu: Unified distance matrix (U-matrix), Component Planes (CP), dan Color Coding. 1. U-matriks U-matriks menggambarkan jarak antara node terdekat pada peta SOM. Jika menggunakan algoritme SOM, ukuran jarak dapat dihitung antara vektor dari node dengan yang di sekitarnya. Nilai tertinggi yang berarti jarak antara node yang berdekatan pada U-matriks dan indikasi ini menjadi wilayah pembeda antara kelompok. Nilai terendah menggambarkan persamaan node pada wilayah kelompok tersebut. 2. Component Planes (CP) Component Planes (CP) menggambarkan bentuk awal tiap indikator nilai vektor pada node. Visualisasi CP mampu merealisasikan pola kelompok dari distribusi data pada grid node dan menghasilkan korelasi antara peubah input. U-

23 5 matriks dan CP dapat divisualisasikan secara simultan dengan menggunakan SOM. Visualisasi ini dapat digunakan untuk membuat pengertian dari peubah yang termasuk dalam kelompok. 3. SOM color-coding SOM color-coding juga ditambahkan untuk pembuatan informasi pada peta. Metode kombinasi seperti ukuran jarak dan kode warna mampu meningkatkan tampilan pengelompokan SOM. Nilai jarak digunakan untuk mendefinisikan node dengan perbedaan warna, yang memberikan kejelasan penggambaran kelompok. Code warna menandai node menurut struktur kelompok. Kelompok yang memiliki kesamaan nilai akan diwarnai seragam, jika wilayah dari peta tidak sesuai dengan kelompok, maka akan mempunyai warna yang berbeda. Sehingga, SOM color-coding menguraikan tanda node, yang menjadi masalah bagaimana membedakan wilayah antara kelompok yang dapat dijelaskan jika pewarnaannya tidak jelas untuk menyatakan batas dari kelompok. Algoritme SOM Algoritma SOM terdiri atas (Siang, 2005): 1. Mengisikan bobot antar neuron input dan output wji dengan bilangan random 0 sampai Menetapkan parameter learning rate (η) 3. Memilih salah satu input dari vektor input yang ada. 4. Menghitung jarak (dj) antarvektor input terhadap vektor output dengan masing-masing neuron output dengan rumus: n d j = (w ji x i ) 2 i=1 5. Mencari nilai terkecil dari seluruh bobot (dj). Index dari bobot (dj) yang paling mirip disebut winning neuron. 6. Memperbarui setiap bobot μij dengan menggunakan rumus: w ji new = w ji old + η(x i w ji old) 7. Memperbarui learning rate. 8. Menyimpan bobot yang telah konvergen. 9. Mengulangi langkah 6 sampai dengan langkah 7 hingga tidak ada perubahan pada bobot map atau telah mencapai iterasi atau epoch maksimal. Perubahan tingkat pembelajaran (LR/α/η) 0 < η < 1, dengan rumus α(t + 1) = θ α(t). Lambang θ adalah penurunan tingkat pembelajaran menurun seiring perubahan waktu t. Kriteria pemberhentian bisa berupa pembatasan jumlah iterasi, atau ketika η = 0. Apabila semua w ji hanya berubah sedikit saja, maka iterasi telah mencapai konvergensi sehingga dapat dihentikan. Pengelompokan vektor dilakukan dengan menghitung jarak vektor dengan jarak optimal.

24 6 Indeks Davies-Bouldin Validasi gerombol adalah prosedur evaluasi hasil analisis gerombol secara kuantitatif dan objektif. Indeks validitas digunakan sebagai metode validasi gerombol untuk evaluasi kuantitatif dari hasil penggerombolan. Salah satu indeks validitas ialah Indeks Davies-Bouldin (Salazar et al. 2002). Pengukuran ini memaksimalkan jarak antar-gerombol antara gerombol Ci dan Cj dan pada waktu yang sama mencoba untuk meminimalkan jarak antartitik dalam sebuah gerombol. Jarak intra-gerombol sc (Qk) dalam gerombol Qk ialah: sc(q k ) = i X i C k N k dengan Nk adalah banyak titik yang termasuk dalam gerombol Qk dan Ck adalah centroid dari gerombol Qk. Jarak antar-gerombol didefinisikan: d kl = C k C l dengan Ck dan Cl adalah centroid gerombol k dan l. Di lain pihak, Indeks Davies- Bouldin didefinisikan: DB(nc) = 1 nc nc k=1 max {sc(q k) + sc(q l ) } l k d kl (Q k, Q l ) dengan nc adalah banyak gerombol. Skema penggerombolan yang optimal menurut Indeks Davies-Bouldin ialah yang memiliki Indeks Davies-Bouldin minimal (Salazar et al. 2002). Two step cluster (TSC) Metode ini dapat mengatasi masalah skala pengukuran yang tidak sama, dalam hal ini bertipe kontinu dan kategorik, serta memiliki jumlah objek amatan relatif besar. Metode ini masih memiliki kelemahan yaitu sensitif terhadap data yang berupa urutan atau tingkatan, sehingga masih tidak mampu dalam menangani data ordinal. Apabila terdapat peubah yang bertipe ordinal, maka sebelum dianalisis peubah tersebut harus ditransformasi terlebih dahulu. Jarak antara dua gerombol didefinisikan sebagai jarak antar pusat dari masing-masing gerombol tersebut. Pusat dari suatu gerombol adalah vektor dari rataan masing-masing peubahnya. Jarak yang digunakan dalam metode two step cluster adalah jarak Log-Likelihood dan jarak Euclidean. Prosedur pengelompokan objek dalam metode two step cluster dilakukan melalui dua tahapan (Bacher et al. 2004), yaitu tahap pembentukan gerombol awal dan tahap pembentukan gerombol akhir (optimal). Pembentukan gerombol awal Tahap gerombol awal menggunakan pendekatan pengelompokan sekuensial. Pada tahap ini data yang ada dimasukkan satu per satu, kemudian ditentukan data

25 7 tersebut harus masuk pada gerombol yang telah terbentuk sebelumnya atau membentuk gerombol yang baru. Prosedur pada tahap ini diimplementasikan dengan membangun modifikasi Clustering Feature (CF) Tree. Misalkan diberikan N titik objek d dimensi pada suatu gerombol dimana i = 1,2,,N. Vektor penggerombolan feature dari gerombol didefinisikan sebagai quadriple: CF=(N,M,V,K) dimana N adalah banyaknya objek pada gerombol, M menyatakan rata-rata dari peubah kontinu dari N objek, V adalah variansi dari setiap peubah kontinu pada N objek, K adalah banyaknya taraf pada setiap peubah kategorik. CF-tree adalah keseimbangan tinggi pohon dengan dua parameter yaitu branching factor (B) dan threshold (T) (SPSS 2001). Outlier pada analisis two step cluster adalah data yang tidak dapat dimasukkan pada gerombol manapun. Pada saat CF Tree akan dibangun ulang, maka akan diperiksa daun entri yang berpotensi sebagai outlier. Daun entri yang anggotanya berpotensi sebagai outlier merupakan daun entri yang jumlah anggotanya kurang dari fraksi ukuran gerombol yang memiliki jumlah paling besar yang telah ditetapkan (SPSS Technical Support 2001). Pada saat pembangunan ulang, daun entri yang berpotensi sebagai outlier disimpan. Setelah CF Tree dibangun ulang, maka satu per satu data dalam daun entri yang berpotensi sebagai pencilan dimasukkan ke dalam CF Tree yang baru tanpa mengubah ukuran CF Tree tersebut. Jika masih ada data yang tidak masuk ke dalam daun entri manapun, maka data tersebut dikatakan sebagai outlier. Dan data-data yang dideteksi sebagai outlier dimasukkan ke dalam satu gerombol. Gerombol yang memiliki jarak terbesar dikatakan memiliki pencilan jika jarak antara gerombol tersebut lebih besar dari titik kritis c, dengan rumusnya sebagai berikut: c = log(v) dengan: V = Πk Rk Πm Lm Rk = range dari peubah kontinu ke-k Lm = jumlah kategori untuk peubah kategori ke-m Pada jarak Euclidean, data yang memuat pencilan memiliki prosedur yang sama dengan jarak Log-Likelihood. Dikatakan pencilan jika jarak Euclidean terbesar antara gerombol tersebut lebih besar dari titik kritis c, dengan rumus c sebagai berikut: dengan: K A = jumlah total peubah kontinu K A c = 2 ( σ kl 2 ) σ kl 2 = ragam dugaan untuk peubah kontinu ke-l dalam gerombol k i=1 Pembentukan CF Tree terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama yaitu tahap penyisipan (inserting) dan tahapan yang kedua adalah tahap pembentukan kembali (rebuilding). Pada tahap inserting, secara random dipilih satu objek lalu diukur jaraknya dengan objek yang lain. Jika jarak tersebut kurang dari jarak maksimum, maka objek tersebut dimasukkan ke dalam satu gerombol. Tetapi jika jarak tersebut melebihi jarak maksimum, maka objek tersebut dianggap pencilan dan K A 1 2

26 8 begitu seterusnya untuk objek selanjutnya. Dari pencilan tersebut akan dibuat suatu gerombol yang baru. Tahap ini merupakan tahap rebuilding. Batas jarak maksimum harus ditingkatkan sehingga dapat memasukkan lebih banyak objek. Peningkatan jarak ini dapat mengakibatkan objek-objek yang tadinya berasal dari gerombol yang berbeda bergabung menjadi satu gerombol CF Tree, sehingga menghasilkan CF Tree yang berukuran lebih kecil dari semula (Bacher et al. 2004). Pembentukan gerombol akhir (optimal) Pembentukan gerombol akhir ditandai dengan terbentuknya gerombol yang optimal. Suatu gerombol dikatakan optimal apabila memiliki jarak antar gerombol paling jauh dan jarak antarobjek dalam gerombol tersebut paling dekat. Semakin dekat jarak antarobjek maka semakin besar kemiripan antarobjek dalam satu gerombol. Pada tahapan ini, hasil dari tahap pertama yaitu daun entri (anak gerombol) dari Clustering Feature (CF) Tree dikelompokkan menggunakan metode gerombol berhirarki dengan prosedur penggabungan (agglomerative). Tiap-tiap daun entri akhir yang terbentuk pada tahap pertama akan digabungkan satu per satu sesuai dengan ukuran jarak yang telah ditetapkan. Prosedur ini berakhir sampai seluruh daun entri menjadi satu gerombol. Apabila pada tahap pertama terdeteksi daun entri yang beranggotakan outlier, maka daun entri tersebut tidak diikutsertakan pada tahap kedua. Penentuan jumlah gerombol TSC Dalam penentuan jumlah gerombol optimal, ada dua langkah yang harus dilakukan. Langkah yang pertama yaitu menghitung BIC (Bayesian Information Criterion) atau AIC (Akaike s Information Criterion) untuk tiap tiap gerombol. Kemudian hasil perhitungan tersebut digunakan untuk menduga jumlah gerombol. Langkah yang kedua yaitu mencari peningkatan jarak terbesar antara dua gerombol terdekat pada masing-masing tahapan pengelompokan. dengan: Rumus BIC dan AIC untuk gerombol J adalah sebagai berikut: K B m j = J {2K A + (L k 1) } k=1 J BIC(J) = 2 ξ j + m j log (N) j=1 AIC(J) = 2 ξ j + m j K A = jumlah total peubah numerik K B = jumlah total peubah kategorik Lk = jumlah kategori untuk peubah kategorik ke-k N = jumlah total data Kemudian hasil perhitungan tersebut digunakan untuk menduga jumlah gerombol. Langkah yang kedua yaitu mencari peningkatan jarak terbesar antara J j=1

27 9 dua gerombol terdekat pada masing-masing tahapan pengelompokan. Solusi gerombol yang terbaik memiliki BIC terkecil, tetapi ada beberapa kasus dalam pengelompokan dimana BIC akan terus menurun nilainya bila jumlah gerombol semakin meningkat. Maka dalam situasi tersebut, ratio BIC Changes (rasio perubahan BIC) dan ratio of Distance Measure Changes (rasio perubahan jarak) mengidentifikasi solusi gerombol terbaik. Menurut Bacher (2004) BICk atau AICk menghasilkan penduga awal yang baik bagi jumlah gerombol maksimum. Jumlah gerombol maksimum adalah banyaknya gerombol yang memiliki rasio BICk/BIC1 yang pertama kali lebih kecil dari c1 (SPSS menetapkan c1 = 0.04 yang didasarkan atas studi simulasi). Jumlah gerombol yang terbentuk dapat diketahui dengan menggunakan perbandingan antar jarak untuk k gerombol, dengan rumus perbandingannya sebagai berikut: R(k) = d k 1 d k d k = l k 1 l k dengan: l v = r v log n BIC v atau 2 l v = 2r v AIC v 2 v = k, k 1 dk 1 = jarak jika k gerombol digabungkan dengan k - 1 gerombol Jumlah gerombol diperoleh berdasarkan ketentuan ditemukannya perbedaan yang nyata pada rasio perubahan gerombol. Rasio perubahan gerombol dihitung sebagai berikut: R(k 1 ) R(k2 ) untuk dua nilai terbesar dari R(k) (k = 1,2,,kmax; kmax didapatkan dari langkah pertama). Jika rasio perubahan lebih besar daripada nilai batas c2 (SPSS menetapkan nilai c2 = 1.15 berdasarkan studi simulasi) jumlah gerombol ditetapkan sama dengan k1, selainnya jumlah gerombol sama dengan maksimum {k1,k2}. Ukuran jarak Ukuran kemiripan dan ketakmiripan yang digunakan dalam analisis gerombol adalah jarak antarobjek dan jarak antargerombol. Fungsi jarak yang digunakan pada analisis Two step cluster adalah: Jarak Euclidean Jarak Euclidean paling sering digunakan diberbagai metode dalam analisis gerombol, tetapi ukuran jarak ini hanya dapat digunakan apabila semua peubah

28 10 yang digunakan bertipe kontinu (numerik). Jarak Euclidean antara gerombol ke-i dan gerombol ke-j dari p peubah didefinisikan: p d(i, j) = [ (X j X i) 2 ] i=1 dengan: d(i, j) = jarak antara objek i ke objek j X i = nilai tengah pada gerombol ke-i untuk peubah ke-k X j = nilai tengah pada gerombol ke-j untuk peubah ke-k p = banyaknya peubah yang diamati 1 2 Jarak Log-Likelihood Jarak Log-Likelihood dapat digunakan untuk peubah kontinu maupun kategorik. Jarak antara gerombol j dan s didefinisikan sebagai berikut: dengan: K A d(j, s) = ξ j + ξ s ξ j,s ξ j = N ( 1 2 log(σ k2 + σ jk 2 ) + E jk ) L k k=1 K B k=1 E jk = N jkl log N jkl N j N j l=1 N = jumlah total data Njkl = jumlah data digerombol j untuk peubah kontinu ke-k dengan kategorik ke-l 2 σ jk = ragam dugaan untuk peubah kontinu ke-k untuk keseluruhan observasi dalam gerombol ke-j σ k2 = ragam dugaan untuk peubah kontinu ke-k untuk keseluruhan observasi 2 σ (sj)k = ragam dugaan untuk peubah kontinu ke-k untuk keseluruhan observasi dalam gerombol ke-s dan ke-j K A = jumlah total peubah kontinu K B = jumlah total peubah kategorik Lk = jumlah kategorik untuk kategori ke-k d(j,s) = jarak antara gerombol j dan s <j,s> = indeks kombinasi gerombol j dan s

29 11 3 METODE PENELITIAN Data Data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu data sekunder dan data simulasi. Data sekunder digunakan untuk menggerombolkan desa/kelurahan di Kabupaten Wajo dan data simulasi berguna untuk mengukur kinerja metode TSC dan SOM dalam mengelompokkan objek. Data simulasi Data simulasi merupakan data bangkitan dengan tipe data numerik (M) yang terdiri dari tiga bentuk populasi yaitu satu populasi yang beranggotakan tiga gerombol yang berpisah secara tegas, satu populasi yang beranggotakan tiga gerombol yang saling tumpang tindih (overlap) satu sama lain dalam jumlah kecil, dan satu populasi yang beranggotakan tiga gerombol yang saling tumpang tindih (overlap) satu sama lain dalam jumlah besar. Tabel 1 Kombinasi data simulasi dan persentasi overlap Model populasi Model komposisi Ukuran data % peubah (n) overlap Skenario I Numerik Skenario II Numerik Skenario III Numerik Skenario 1: satu populasi yang beranggotakan tiga gerombol yang berpisah secara tegas (jarak antar gerombol relative besar). Gambar 1 menunjukkan ilustrasi gerombol pada sebaran populasi model univariat X Gambar 1 Ilustrasi sebaran gerombol pada skenario I

30 12 Gerombol 1: μ(x1i) = -6.00; i=1,2,3,..., n1, (note: n1 = n/4) Gerombol 2: μ(x2i) = 0.00; i=1,2,3,..., n2, (note: n2 = n/2) Gerombol 3: μ(x3i) = +6.00; i=1,2,3,..., n3, (note: n3 = n/4) Pembangkitan data simulasi sesuai dengan kombinasi yang terlihat pada Tabel 1. Setiap gugus data terdiri atas 5 peubah yaitu X1, X2,, X5. Gugus data yang dibangkitkan n = 500, n = 1000 masing-masing diulang 100 kali dengan sebaran normal ganda Ng (μ,ʃ), dengan μ(x1i) = [-6,-6,-6,-6,-6], μ(x2i) = [0,0,0,0,0], μ(x3i) = [6,6,6,6,6], dan matriks peragamnya Ʃ = [ ] Skenario 2: satu populasi yang beranggotakan tiga gerombol yang saling tumpang tindih (overlap) satu sama lain (pemisahan antar gerombol tidak tegas). Gambar 2 menunjukkan ilustrasi gerombol pada sebaran populasi model univariat X Gambar 2 Ilustrasi sebaran gerombol pada skenario II Gerombol 1: μ(x1i) = -4.00; i=1,2,3,..., n1, (note: n1 = n/4) Gerombol 2: μ(x2i) = 0.00; i=1,2,3,..., n2, (note: n2 = n/2) Gerombol 3: μ(x3i) = +4.00; i=1,2,3,..., n3, (note: n3 = n/4) Pembangkitan data simulasi sesuai dengan kombinasi yang terlihat pada Tabel 1. Setiap gugus data terdiri atas 5 peubah yaitu X1, X2,, X5. Gugus data yang dibangkitkan n = 500, n = 1000 masing-masing diulang 100 kali dengan sebaran normal ganda Ng (μ,ʃ), dengan μ(x1i) = [-4,-4,-4,-4,-4], μ(x2i) = [0,0,0,0,0], μ(x3i) = [4,4,4,4,4], dan matriks peragamnya

31 Ʃ = [ ] Skenario 3: satu populasi yang beranggotakan tiga gerombol yang saling tumpang tindih (overlap) satu sama lain dalam jumlah yang besar. Gambar 3 menunjukkan ilustrasi gerombol pada sebaran populasi model univariat X Gambar 3 Ilustrasi sebaran gerombol pada skenario III Gerombol 1: μ(x1i) = -2.00; i=1,2,3,..., n1, (note: n1 = n/4) Gerombol 2: μ(x2i) = 0.00; i=1,2,3,..., n2, (note: n2 = n/2) Gerombol 3: μ(x3i) = +2.00; i=1,2,3,..., n3, (note: n3 = n/4) Pembangkitan data simulasi sesuai dengan kombinasi yang terlihat pada Tabel 1. Setiap gugus data terdiri atas 5 peubah yaitu X1, X2,, X5. Gugus data yang dibangkitkan n = 500, n = 1000 masing-masing diulang 100 kali dengan sebaran normal ganda Ng (μ,ʃ), dengan μ(x1i) = [-2,-2,-2,-2,-2], μ(x2i) = [0,0,0,0,0], μ(x3i) = [2,2,2,2,2], dan matriks peragamnya Ʃ = [ ] Data sekunder Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini data data Potensi Desa (PODES) tahun 2011 Kabupaten Wajo provinsi Sulawesi Selatan dengan peubah yang digunakan yaitu: X1 (jumlah penduduk), X2 (jumlah keluarga tani),

32 14 X3 (jumlah keluarga buruh tani), X4 (jumlah keluarga pengguna listrik), X5 (jumlah fasilitas pendidikan), X6 (jumlah tenaga kesehatan), X7 (jumlah kematian penduduk). Objek dalam terapan penelitian ini adalah seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Wajo. Metode Langkah-langkah analisis data yang dilakukan berkaitan dengan tujuan penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Eksplorasi dan deskriptif data bangkitan Tahapan ini dilakukan untuk melihat sebaran data bangkitan pada masingmasing skenario. Selain itu, juga untuk menunjukkan tingkat kekonsistenan rataan, korelasi, dan ragam-peragam data bangkitan. 2. Penggerombolan dengan metode SOM Penggerombolan dilakukan dengan membuat map pada masing-masing skenario, selanjutnya menetapkan jumlah gerombol untuk menguhitung nilai IDB gerombol tersebut. Jumlah iterasi yang digunakan adalah jumlah iterasi yang telah konsisten dengan nilai IDB terkecil. 3. Penggerombolan dengan metode two step cluster Tahapan dalam metode ini adalah sebagai berikut: a. Penggerombolan awal (prepenggerombolan). Algoritma pertama pada CF Tree adalah memasukkan data satu per satu. Data yang masuk dihitung jaraknya pada daun entri yang telah ada dengan menggunakan ukuran jarak yang telah ditentukan. Apabila jarak tersebut kurang dari kriteria ukuran penerimaan (threshold distance) maka data tersebut masuk ke dalam daun entri yang telah ada, tetapi jika sebaliknya maka data membentuk daun entri baru. Proses ini berlanjut sampai semua data selesai dimasukkan. Jika CF Tree berkembang melewati batas ukuran maksimum yang telah ditetapkan, maka CF Tree yang telah ada akan dibangun ulang dengan cara meningkatkan kriteria ukuran penerimaan. b. Penggerombolan akhir. Dalam penentuan jumlah gerombol optimal, ada dua langkah yang harus dilakukan. Langkah yang pertama yaitu menghitung BIC (Bayesian Information Criterion) atau AIC (Akaike s Information Criterion) untuk tiap tiap gerombol. Kemudian hasil perhitungan tersebut digunakan untuk menduga jumlah gerombol. Metode ini menggunakan software SPSS dalam analisis gerombolnya. 4. Mengevaluasi kinerja metode SOM dan two step cluster Perbandingan metode terbaik dilakukan dengan memeriksa kesalahan pengelompokan masing-masing metode. Tingkat kesalahan minimum pengelompokan merupakan metode terbaik dalam penggerombolan ini.

33 5. Penerapan metode SOM Tahapan yang dilakukan dalam analisis ini: a. Menstandarisasikan gugus peubah data di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan b. Menggerombolkan gugus data dengan metode SOM Pada tahap ini, hasil penggerombolan dicobakan pada berbagai jumlah gerombol yang terbentuk. Kemudian, mancari nilai IDB terkecil untuk masing-masing jumlah gerombol tersebut. c. Interpretasi dan eksplorasi daerah dari hasil penggerombolan metode SOM. 15

34 16 Data Data simulasi Data sekunder Standarisasi Penggerombolan Metode SOM TSC SOM k k Perbandingan kebaikan gerombol Pembahasan Simpulan Gambar 4 Skema penelitian

35 17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi Perbandingan kinerja metode SOM dan two step cluster (TSC) melalui data simulasi dimaksudkan untuk mencari metode yang memberikan hasil pengelompokan yang maksimal yaitu tingkat kesalahan pengelompokan paling minimum. Kinerja kedua metode diukur dengan berbagai kondisi populasi data yaitu, populasi dengan tiga gerombol yang terpisah, bercampur dalam jumlah yang sedikit, dan bercampur dalam jumlah yang besar. Pada metode SOM, pembelajaran diawali dengan memilih secara acak suatu vektor input kemudian menghitung jarak vektor input yang terpilih dengan satiap bobot input (centroid). Selanjutnya nilai bobot input pemenang akan diperbaharui berdasarkan nilai Learning Rate (LR) yang telah ditentukan. Untuk setiap iterasi, terjadi penurunan Learning Rate (PLR). Nilai dari LR dan PLR dipilih secara acak dari 0 < η/θ < 1. Parameter awal dari algoritme SOM yang digunakan yaitu: i. Learning rate (LR), η = 0.1, 0.5, 0.9 ii. Penurunan learning rate (PLR), θ = 0.1, 0.5, 0.9 iii. Jumlah iterasi/epoch: 50 iterasi Pada data simulasi, diperoleh kombinasi LR dan PLR dengan nilai IDB terkecil (lampiran 1) untuk masing-masing skenario sebagai berikut: Tabel 2 Learning Rate dan Penurunan LR setiap skenario dengan IDB terkecil Model populasi Ukuran data (n) LR PLR Skenario I Skenario II Skenario III Berdasarkan hasil di atas, selajutnya nilai LR dan PLR tersebut akan digunakan pada ulangan penggerombolan. Metode ini menggunakan software Matlab dalam penggerombolan. Pembangkitan data simulasi Data simulasi merupakan populasi yang dibagi ke dalam tiga skenario dan untuk setiap skenario populasi yang dibangkitkan Ng (μ,ʃ) sebanyak N = data yang dibagi ke dalam tiga gerombol n1, n2, n3 masing-masing 2500, 5000, dan Kemudian, dilakukan sampling dengan jumlah sampel yaitu n = 500 (125,250,125) dan n = 1000 (250,500,250), setiap skenario diulang 100 kali untuk masing-masing sampel. Berikut hasil eksplorasi data sampel setiap skenario:

36 18 Nilai matriks peragam setiap skenario sama untuk masing-masing jumlah sampel. Untuk jumlah sampel Ʃ = [ ] Untuk jumlah sampel Ʃ = [ ] Adapun nilai rataan sampel masing-masing skenario adalah sebagai berikut: Skenario I II III Tabel 3 Eksplorasi data simulasi Nilai tengah Ukuran data (n) μ(x1i) μ(x2i) μ(x3i) μ(x1i) μ(x2i) μ(x3i) μ(x1i) μ(x2i) μ(x3i) Hasil dari ketiga skenario memberikan matriks peragam yang sama pada setiap ukuran sampel, terlihat bahwa nilai ragam dan korelasi sampel telah mendekati nilai ragam dan korelasi dari populasi. Begitupun dengan nilai rataan sampel telah mendekati nilai rataan populasi untuk setiap skenario, yaitu: skenario I terpisah secara tegas dengan vektor rataan [-6, 0, 6], skenario II dengan besar overlap untuk masing-masing ukuran data 20% dan 23% dengan vektor rataan [-4, 0, 4], dan skenario III dengan besar overlap untuk masing-masing ukuran data 80% dan 85% vektor rataan [-2, 0, 2].

37 19 Perbandingan kinerja metode SOM dan TSC Perbandingan hasil penggerombolan metode SOM dan TSC terlihat pada tabel berikut: Tabel 4 Hasil penggerombolan dengan metode SOM dan TSC Model populasi Ukuran data % salah gerombol (n) SOM TSC Skenario I Skenario II Skenario III Tabel 3 menunjukkan perbandingan kinerja metode SOM dan TSC dalam mengelompokkan objek. Pada tabel di atas terlihat bahwa kedua metode mengelompokkan objek dengan tingkat kesalahan 0% untuk kondisi populasi terpisah secara tegas. Metode SOM maupun TSC dapat mengelompokkan data dengan tingkat kebaikan gerombol 100% jika populasi datanya terpisah secara tegas (tidak ada overlap). Pada kondisi populasi data yang overlap dalam jumlah kecil (skenario II), terdapat perbedaan hasil pengelompokan. Kedua metode tersebut memberikan hasil yang cukup baik dalam mengelompokkan objek. Metode SOM dapat mengelompokkan dengan benar data sekitar 99.6% dan 99.2% untuk masingmasing jumlah data 500 dan Tabel 4 juga terlihat hasil pengelompokan metode TSC, bahwa metode ini mampu mengelompokkan data sekitar 99.99% untuk masing-masing jumlah data. Skenario III juga memberikan hasil yang serupa bahwa kedua metode ini mampu melakukan pengelompokan dengan baik. Metode SOM dapat mengelompokkan dengan benar data sekitar 92.5% dan 90.0% untuk masing-masing jumlah data 500 dan Tabel 4 juga terlihat hasil pengelompokan metode TSC, bahwa metode ini mampu mengelompokkan data sekitar 99.3% untuk masing-masing jumlah data. Dengan demikian, hasil dari kedua metode ini memiliki kemampuan untuk mengelompokkan data dengan baik, namun TSC memberikan hasil pengelompokan yang lebih baik untuk ukuran data yang besar dibandingkan dengan SOM. Selain itu, juga terlihat bahwa semakin besar jumlah data maka kesalahan pengelompokan SOM akan berubah menjadi lebih besar, namun perubahannya relatif kecil. Sebaliknya, semakin besar jumlah data maka kesalahan pengelompokan metode TSC semakin kecil. Pada kondisi data yang overlap, metode SOM mengalami salah pengelompokan terjadi di gerombol 2 yang merupakan gerombol yang terjadi overlap dari ketiga gerombol, namun tidak terjadi pada gerombol 1 dan 2 untuk setiap skenario. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh metode TSC, kesalahan pengelompokan terjadi secara merata di setiap gerombol.

38 20 Berikut hasil penggerombolan dengan metode SOM untuk setiap skenario: Skenario I Gambar 5 CP dan U-matriks skenario I

39 21 Skenario II Gambar 6 CP dan U-matriks skenario II

40 22 Skenario III Gambar 7 CP dan U-matriks skenario III Penerapan metode SOM Pada bagian ini akan dibahas penerapan SOM untuk menggerombolkan dan mengidentifikasi desa/kelurahan di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan dengan mengunakan metode SOM. Untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan mempermudah pendeskripsian hasil pengelompokan, maka setiap desa/kelurahan dilakukan pengkodean. Pertama dilakukan standarisasi dari peudah-peubah, kemudian memeriksa asumsi multikolinier dari peubah-peubah tersebut. Hasilnya diperoleh bahwa terdapat multikolinier antar peubah, namun pada penelitian ini tidak digunakan penanganan untuk multikolinier. Hal ini menjadi salah satu keunggulan dari metode SOM yang mampu mendeteksi adanya multikolinier antar peubahnya (Annas et al. 2007). CP dapat memvisualisasi perbedaan antar input peubah sebagai berikut:

41 23 Gambar 8 Visualisasi U-matriks dan CP desa/kelurahan Gambar 8 menunjukkan visualisasi U-matriks dan CP dalam bentuk 2-D dengan ukuran map 20 x 25, tidak ada aturan dalam memilih ukuran map, tetapi satu keuntungan bahwa ukuran map dapat memudahkan dalam mendeteksi struktur dari SOM. CP dapat digunakan untuk visualisasi perbedaan antar peubah dan masing-masing CP mewakili peubah yang diukur. Gerombol yang terbentuk dapat dideteksi dengan melihat perbedaan warna untuk masing-masing CP, semakin gelap maka pengaruhnya akan semakin besar. Table 5 Nilai koefisien korerasi antar peubah X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X X X X X X X Visualisasi CP juga dapat digunakan untuk melihat korelasi antar peubah input data. Pada gambar 14, misalnya peubah X1(jumlah penduduk), X4(keluarga pengguna listrik), memiliki bentuk yang sama. Ini menunjukkan bahwa ada korelasi antar peubah dan berdasarkan table 5 terdapat peubah yang berkorelasi yaitu X1 dengan X4.

42 24 Hasil gerombol desa/kelurahan dengan metode SOM Pengerombolan data dengan SOM digambarkan oleh U-matriks yaitu dengan ukuran jarak dan SOM color-coding. Pada map SOM, kode dari desa dengan nilai yang sama, secara otomatis memiliki warna yang sama pada grid dan jarak yang dekat dengan yang lain. Ukuran jarak yang besar pada map, akan memiliki warna yang berbeda dan gerombol yang berbeda. Pembentukan gerombol berdasarkan warna pada node, sehingga jika terdapat kondisi bahwa daerah yang memiliki warna abu-abu (pertengahan) dapat diidetifikasi dari ukuran jaraknya untuk memperjelas kelompok. Selanjutnya ditentukan beberapa jumlah gerombol yang teridentifikasi yaitu 3 gerombol, 4 gerombol dan 5 gerombol. Gerombol yang memiliki nilai IDB terkecil merupakan gerombol yang terpilih (lampiran 2). Gerombol I Gerombol III Gerombol II Gambar 9 Output dengan jumlah 3 gerombol Hasil penggorombolan SOM dengan data dari 176 desa/kelurahan tersebut menghasilkan 3 gerombol dengan LR 0.9, PLR 0.5, dan nilai IDB terkecil yaitu Gerombol 1 adalah gerombol yang paling banyak anggotanya, terdiri dari 88 objek (desa/kelurahan) yang ada di Kabupaten ini. Gerombol 1 dipengaruhi oleh peubah X2 (keluarga tani) dan X5 (fasilitas pendidikan) yang terlihat pada gambar 8. Bagian gelap yang terlihat (gambar 8) menunjukkan pengaruh yang lebih besar. Gerombol ini pada umumnya terdiri dari desa/kelurahan dari kecamatan Bola, kecamatan Sabbangparu, kecamatan Majauleng, kecamatan Tanasitolo, kecamatan Gilireng, dan kecamatan Takkalalla. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan tersebut berada pada wilayah yang berdekatan dan memiliki tingkat kemiripan yang tinggi, sehingga memiliki hubungan persamaan ciri dari segi perekonomian. Adapun desa/kelurahan dari kecamatan lain yang menjadi anggota dari gerombol

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

Penggunaan Analisis Two Step Clustering untuk Data Campuran. Two Step Clustering Analysis for Combination Data

Penggunaan Analisis Two Step Clustering untuk Data Campuran. Two Step Clustering Analysis for Combination Data Penggunaan Analisis Two Step Clustering untuk Data Campuran Charles E. Mongi 1 1 PS Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado, charlesmongi@ymail.com Abstrak Penggerombolan adalah proses mengelompokkan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 016 p-issn : 550-0384; e-issn : 550-039 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 009-013 MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS DISKRIMINAN DALAM PENGELOMPOKAN DESA MISKIN DI KABUPATEN WAJO

PENERAPAN ANALISIS DISKRIMINAN DALAM PENGELOMPOKAN DESA MISKIN DI KABUPATEN WAJO 34 PENERAPAN ANALISIS DISKRIMINAN DALAM PENGELOMPOKAN DESA MISKIN DI KABUPATEN WAJO Suwardi Annas 1, Irwan 1 1 Program Studi Statistika FMIPA UNM Abstrak Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN K-MEANS, FUZZY K- MEANS, DAN TWO STEP CLUSTERING. Lathifaturrahmah

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN K-MEANS, FUZZY K- MEANS, DAN TWO STEP CLUSTERING. Lathifaturrahmah JPM IAIN Antasari Vol. 02 No. 1 Juli Desember 2014, h. 39-62 PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN K-MEANS, FUZZY K- MEANS, DAN TWO STEP CLUSTERING Abstrak Analisis gerombol merupakan salah satu metode peubah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Proses Pengelompompokan Saraf Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan Algoritme Self-Organizing Maps (SOM)

Proses Pengelompompokan Saraf Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan Algoritme Self-Organizing Maps (SOM) Prosiding Statistika ISSN: 2460-6456 Proses Pengelompompokan Saraf Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) dengan Algoritme Self-Organizing Maps (SOM) 1 Tantri Lestari, 2 Abdul Kudus, 2 Sutawanir Darwis

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN FASILITAS KESEHATAN DASAR MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTER

PENGGEROMBOLAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN FASILITAS KESEHATAN DASAR MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTER Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 121 129 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGGEROMBOLAN KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA BERDASARKAN FASILITAS KESEHATAN DASAR MENGGUNAKAN METODE TWO

Lebih terperinci

Lingkungan Implementasi Clustering Menggunakan SOM HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Perkembangan Anak Validasi Cluster Menggunakan

Lingkungan Implementasi Clustering Menggunakan SOM HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Perkembangan Anak Validasi Cluster Menggunakan sehingga dapat diproses dengan SOM. Pada tahap seleksi data, dipilih data perkembangan anak berdasarkan kategori dan rentang usianya. Kategori perkembangan tersebut merupakan perkembangan kognitif, motorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini, konsep data mining semakin dikenal sebagai tools penting dalam manajemen informasi karena jumlah informasi yang semakin besar jumlahnya. Data mining sendiri

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN DI PROVINSI BALI BERDASARKAN PERKEMBANGAN FASILITAS PARIWISATA

PENGELOMPOKKAN KABUPATEN DI PROVINSI BALI BERDASARKAN PERKEMBANGAN FASILITAS PARIWISATA E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, 53-58 ISSN: 2303-1751 PENGELOMPOKKAN KABUPATEN DI PROVINSI BALI BERDASARKAN PERKEMBANGAN FASILITAS PARIWISATA NOVA SARI BARUS 1, I PUTU EKA NILA KENCANA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. Bahan 15 BAHAN DAN METODE Bahan Model Populasi Hipotetik Pada penelitian ini akan digunakan pendekatan simulasi untuk mengevaluasi efektivitas algoritma TwoStep Cluster, sebagai mana dinyatakan pada tujuan penelitian.

Lebih terperinci

CLUSTERING MENGGUNAKAN K-MEANS ALGORITHM (K-MEANS ALGORITHM CLUSTERING)

CLUSTERING MENGGUNAKAN K-MEANS ALGORITHM (K-MEANS ALGORITHM CLUSTERING) CLUSTERING MENGGUNAKAN K-MEANS ALGORITHM (K-MEANS ALGORITHM CLUSTERING) Nur Wakhidah Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang Abstract Classification is the process of organizing

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain.

Lebih terperinci

KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS CLUSTER DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST

KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS CLUSTER DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU KELOMPOK TINGKAT LANJUT KAJIAN METODE BERBASIS MODEL PADA ANALISIS CLUSTER DENGAN PERANGKAT LUNAK MCLUST Oleh: Drs. Timbul Pardede, M.Si Drs. Budi Prasetyo, M.Si FAKULTAS

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Competitive Network Untuk Clustering Minat Mahasiswa Terhadap Topik-Topik Penelitian

Aplikasi Algoritma Competitive Network Untuk Clustering Minat Mahasiswa Terhadap Topik-Topik Penelitian Aplikasi Algoritma Competitive Network Untuk Clustering Minat Mahasiswa Terhadap Topik-Topik Penelitian Wiji Lestari, Singgih Purnomo STMIK Duta Bangsa Surakarta ABSTRAK Clustering adalah suatu metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600 Citra asli Citra ya Inisialisasi: Topologi jaringan, Bobot awal, Lebar tetangga, Nilai laju awal pembelajaran Kriteria pemberhentian Training Error> -6 Epoch< 4 Alpha> HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian

Lebih terperinci

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI Disusun Oleh: NANDANG FAHMI JALALUDIN MALIK NIM. J2E 009

Lebih terperinci

Analisis Klaster Kecamatan di Kabupaten Semarang Berdasarkan Potensi Desa Menggunakan Metode Ward dan Single Linkage

Analisis Klaster Kecamatan di Kabupaten Semarang Berdasarkan Potensi Desa Menggunakan Metode Ward dan Single Linkage Analisis Klaster Kecamatan di Kabupaten Semarang Berdasarkan Potensi Desa Menggunakan Metode Ward dan Single Linkage SKRIPSI Disusun oleh : Nama : Annisa Nur Fathia NIM : 24010212110050 DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

Disusun oleh MUHAMMAD NAJIB HILMI SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Jurusan Statistika

Disusun oleh MUHAMMAD NAJIB HILMI SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Jurusan Statistika PEMETAAN PREFERENSI MAHASISWA BARU DALAM MEMILIH JURUSAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) DENGAN ALGORITMA SELF ORGANIZING MAPS (SOM) (Studi Kasus di Fakultas Sains dan Matematika Universitas

Lebih terperinci

DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I

DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I DATA MINING DAN WAREHOUSE A N D R I CLUSTERING Secara umum cluster didefinisikan sebagai sejumlah objek yang mirip yang dikelompokan secara bersama, Namun definisi dari cluster bisa beragam tergantung

Lebih terperinci

A ALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA O AKTIF U IVERSITAS TERBUKA DE GA PE DEKATA CLUSTER E SEMBLE DYAH PAMI TA RAHAYU

A ALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA O AKTIF U IVERSITAS TERBUKA DE GA PE DEKATA CLUSTER E SEMBLE DYAH PAMI TA RAHAYU A ALISIS KARAKTERISTIK MAHASISWA O AKTIF U IVERSITAS TERBUKA DE GA PE DEKATA CLUSTER E SEMBLE DYAH PAMI TA RAHAYU SEKOLAH PASCASARJA A I STITUT PERTA IA BOGOR BOGOR 2009 PER YATAA ME GE AI TESIS DA SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot

Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier Bernhard M. Wongkar 1, John S. Kekenusa 2, Hanny A.H. Komalig 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, bernhard.wongkar2011@gmail.com

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DETEKSI OUTLIER PADA ALGORITMA HIERARCHICAL CLUSTERING

IMPLEMENTASI DETEKSI OUTLIER PADA ALGORITMA HIERARCHICAL CLUSTERING IMPLEMENTASI DETEKSI OUTLIER PADA ALGORITMA HIERARCHICAL CLUSTERING Yoga Bhagawad Gita 1, Ahmad Saikhu 2 1,2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM. M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM. M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika PERBANDINGAN METODE GRADIENT DESCENT DAN GRADIENT DESCENT DENGAN MOMENTUM PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN KURS TENGAH RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMUTUAN EDAMAME MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DEDY WIRAWAN SOEDIBYO

PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMUTUAN EDAMAME MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DEDY WIRAWAN SOEDIBYO PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMUTUAN EDAMAME MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DEDY WIRAWAN SOEDIBYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Modul II CLUSTERING TUJUA PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mempunyai pengetahuan dan kemampuan dasar dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM

SKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM PEMILIHAN CLUSTER OPTIMUM PADA FUZZY C-MEANS (Studi kasus: Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia) SKRIPSI Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS GEROMBOL BERBASIS MODEL PADA DATA YANG MENYEBAR NORMAL GANDA INDAH RATIH ANGGRIYANI

KAJIAN ANALISIS GEROMBOL BERBASIS MODEL PADA DATA YANG MENYEBAR NORMAL GANDA INDAH RATIH ANGGRIYANI KAJIAN ANALISIS GEROMBOL BERBASIS MODEL PADA DATA YANG MENYEBAR NORMAL GANDA INDAH RATIH ANGGRIYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UKURAN JARAK LOG-LIKELIHOOD DAN EUCLIDEAN PADA PEMBENTUKAN GEROMBOL DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TWO STEP CLUSTER NUR MILA SARI

PERBANDINGAN UKURAN JARAK LOG-LIKELIHOOD DAN EUCLIDEAN PADA PEMBENTUKAN GEROMBOL DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TWO STEP CLUSTER NUR MILA SARI PERBANDINGAN UKURAN JARAK LOG-LIKELIHOOD DAN EUCLIDEAN PADA PEMBENTUKAN GEROMBOL DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS TWO STEP CLUSTER NUR MILA SARI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN

KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.4, Nopember 2013, 17-22 ISSN: 2303-1751 KOMPARASI ANALISIS GEROMBOL (CLUSTER) DAN BIPLOT DALAM PENGELOMPOKAN I MADE ANOM ARIAWAN 1, I PUTU EKA NILA KENCANA 2, NI LUH PUTU

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Budi Susanto (versi 1.3) Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 2 Tujuan Memahami konsep analisis clustering Memahami

Lebih terperinci

PEMETAAN SEBARAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS

PEMETAAN SEBARAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS PEMETAAN SEBARAN MUTU PENDIDIKAN DASAR MENGGUNAKAN METODE SELF ORGANIZING MAPS Ahmad Mulla Ali Basthoh 1, Surya Sumpeno 2, dan I Ketut Eddy Purnama 3 Jurusan Teknik Elektro FTI, ITS, Surabaya Kampus ITS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang diteliti bersifat multidimensional dengan menggunakan tiga atau lebih variabel

Lebih terperinci

PEREDUKSIAN PEUBAH PADA METODE TWO STEP CLUSTER (Studi Kasus Penggerombolan Desa/Kelurahan di Jawa Barat) RANI KARLINA

PEREDUKSIAN PEUBAH PADA METODE TWO STEP CLUSTER (Studi Kasus Penggerombolan Desa/Kelurahan di Jawa Barat) RANI KARLINA PEREDUKSIAN PEUBAH PADA METODE TWO STEP CLUSTER (Studi Kasus Penggerombolan Desa/Kelurahan di Jawa Barat) RANI KARLINA DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELOMPOK DENGAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS DAN GUSTAFSON KESSEL CLUSTERING PADA INDEKS LQ45

ANALISIS KELOMPOK DENGAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS DAN GUSTAFSON KESSEL CLUSTERING PADA INDEKS LQ45 ANALISIS KELOMPOK DENGAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS DAN GUSTAFSON KESSEL CLUSTERING PADA INDEKS LQ45 SKRIPSI Disusun oleh: LAILLY RAHMATIKA J2E009007 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN

PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN E-Jurnal Matematika Vol. (), Mei, pp. - ISSN: - PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN Ni Wayan Aris Aprilia A.P, I Gusti Ayu Made Srinadi, Kartika Sari Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

SKRIPSI KLASIFIKASI CALON PEGAWAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLASSIFICATION OF PROSPECTIVE EMPLOYEES BY USING THE K-MEANS METHOD

SKRIPSI KLASIFIKASI CALON PEGAWAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLASSIFICATION OF PROSPECTIVE EMPLOYEES BY USING THE K-MEANS METHOD SKRIPSI KLASIFIKASI CALON PEGAWAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLASSIFICATION OF PROSPECTIVE EMPLOYEES BY USING THE K-MEANS METHOD DONY ENDRIYONO 135610017 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Plot Multivariate Menggunakan Kernel Principal Component Analysis (KPCA) dengan Fungsi Power Kernel

Plot Multivariate Menggunakan Kernel Principal Component Analysis (KPCA) dengan Fungsi Power Kernel Plot Multivariate Menggunakan Kernel Principal Component Analysis (KPCA) dengan Fungsi Power Kernel Vitawati Bawotong, Hanny Komalig, Nelson Nainggolan 3 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT, vbawotong@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang

BAB III PEMBAHASAN. Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang BAB III PEMBAHASAN Algoritma Self Organizing Map (SOM) merupakan suatu metode NN yang diperkenalkan oleh Professor Teuvo Kohonen pada tahun 1982. Self Organizing Map merupakan salah satu bentuk topologi

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Klasterisasi Data

Pengenalan Pola. Klasterisasi Data Pengenalan Pola Klasterisasi Data PTIIK - 2014 Course Contents 1 Konsep Dasar 2 Tahapan Proses Klasterisasi 3 Ukuran Kemiripan Data 4 Algoritma Klasterisasi Konsep Dasar Klusterisasi Data, atau Data Clustering

Lebih terperinci

2.1 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan

2.1 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Operasional Indikator Pemerataan Pendidikan Pendidikan di Indonesia diselenggarakan sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang ditetapkan dalam UU No. 20 tahun 2003

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL KLASIFIKASI ANALISIS DISKRIMINAN DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERBANDINGAN HASIL KLASIFIKASI ANALISIS DISKRIMINAN DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN TUGAS AKHIR - ST 1325 PERBANDINGAN HASIL KLASIFIKASI ANALISIS DISKRIMINAN DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ANANG SETIYO BUDI NRP 1303 100 060 Dosen Pembimbing Dra. Kartika Fitriasari, M.Si Adatul Mukarromah,

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

: Analisis Diskriminan pada Klasifikasi Desa di Kabupaten. Tabanan Menggunakan Metode K-Fold Cross Validation. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.

: Analisis Diskriminan pada Klasifikasi Desa di Kabupaten. Tabanan Menggunakan Metode K-Fold Cross Validation. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M. Judul : Analisis Diskriminan pada Klasifikasi Desa di Kabupaten Tabanan Menggunakan Metode K-Fold Cross Validation Nama : Ida Ayu Made Supartini Pembimbing : 1. Ir. I Komang Gde Sukarsa, M.Si 2. I Gusti

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERACANGAN APLIKASI SISTEM PENDETEKSI GANGGUAN JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN MULTILAYER DENGAN PELATIHAN FEEDFORWARD SKRIPSI

ANALISIS DAN PERACANGAN APLIKASI SISTEM PENDETEKSI GANGGUAN JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN MULTILAYER DENGAN PELATIHAN FEEDFORWARD SKRIPSI ANALISIS DAN PERACANGAN APLIKASI SISTEM PENDETEKSI GANGGUAN JARINGAN KOMPUTER MENGGUNAKAN MULTILAYER DENGAN PELATIHAN FEEDFORWARD SKRIPSI SISKA MELINWATI 061401040 PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode

BAB III K-MEANS CLUSTERING. Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode BAB III K-MEANS CLUSTERING 3.1 Analisis Klaster Analisis klaster merupakan salah satu teknik multivariat metode interdependensi (saling ketergantungan). Oleh karena itu, dalam analisis klaster tidak ada

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N Latar Belakang

P E N D A H U L U A N Latar Belakang KLASIFIKASI KEKERAPAN KUNJUNGAN LOKASI BERBASIS LOCATION BASED SERVICE (LBS) MENGGUNAKAN SELF-ORGANIZING MAP (SOM) Oleh : Dhanang Fitra Riaji (NRP : 2208205737) PROGRAM MAGISTER JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PIXEL- VALUE DIFFERENCING ( PVD) ROJALI

PERBAIKAN DAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PIXEL- VALUE DIFFERENCING ( PVD) ROJALI PERBAIKAN DAN EVALUASI KINERJA ALGORITMA PIXEL- VALUE DIFFERENCING ( PVD) ROJALI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KUALITAS UDARA AMBIEN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN ANALISIS KLASTER

PENGELOMPOKAN KUALITAS UDARA AMBIEN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN ANALISIS KLASTER PENGELOMPOKAN KUALITAS UDARA AMBIEN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN ANALISIS KLASTER SKRIPSI Disusun oleh RIZKI TAHER DWI KURNIAWATI 24010210141017 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen

Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen David Novyanto Candra/0322003 Email: dave_christnc@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jln.Prof.Drg.Suria

Lebih terperinci

DATA DAN METODE Sumber Data

DATA DAN METODE Sumber Data 14 DATA DAN METODE Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil simulasi dan data dari paket Mclust ver 3.4.8. Data simulasi dibuat dalam dua jumlah amatan yaitu 50 dan 150. Tujuan

Lebih terperinci

CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PPMB IPB)

CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PPMB IPB) CLUSTERING MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS (STUDI KASUS: DATA PPMB IPB) Irman Hermadi 1, Imas S. Sitanggang 1, Edward 2 1 Staf Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER ENSEMBLE

PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER ENSEMBLE Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 13 23 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat berdampak pada terjadinya penurunan substansial dalam biaya penyimpanan data, peningkatan pesat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE CLUSTER SOM IDB SEBAGAI ANALISA PENGELOMPOKAN PENERIMA BEASISWA

PEMANFAATAN METODE CLUSTER SOM IDB SEBAGAI ANALISA PENGELOMPOKAN PENERIMA BEASISWA IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 11 PEMANFAATAN METODE CLUSTER SOM IDB SEBAGAI ANALISA PENGELOMPOKAN PENERIMA BEASISWA Lilia Rahmawati 1, Andharini Dwi Cahyani 2, Sigit Susanto Putro

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

PEMETAAN PREFERENSI MAHASISWA BARU DALAM MEMILIH JURUSAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) DENGAN ALGORITMA SELF ORGANIZING MAPS (SOM)

PEMETAAN PREFERENSI MAHASISWA BARU DALAM MEMILIH JURUSAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) DENGAN ALGORITMA SELF ORGANIZING MAPS (SOM) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 53-60 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMETAAN PREFERENSI MAHASISWA BARU DALAM MEMILIH JURUSAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS GEROMBOL MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTER (Studi kasus : data Potensi Desa Sensus Ekonomi 2003 wilayah Jawa Barat)

ANALISIS GEROMBOL MENGGUNAKAN METODE TWO STEP CLUSTER (Studi kasus : data Potensi Desa Sensus Ekonomi 2003 wilayah Jawa Barat) Forum Statistika dan omputasi, pril 007, p: 8-3 ISSN : 0853-85 NLISIS GEROMOL MENGGUNN METODE TWO STEP CLUSTER (Studi kasus : data Potensi Desa Sensus Ekonomi 003 wilayah Jawa arat) I Made Sumertaaya dan

Lebih terperinci

JURNAL PENGELOMPOKAN SKRIPSI MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS CLUSTERING (STUDI KASUS : PRODI TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI)

JURNAL PENGELOMPOKAN SKRIPSI MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS CLUSTERING (STUDI KASUS : PRODI TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI) JURNAL PENGELOMPOKAN SKRIPSI MENGGUNAKAN SELF ORGANIZING MAPS CLUSTERING (STUDI KASUS : PRODI TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI) CLASSIFICATION OF THESIS USING SELF ORGANIZING MAPS CLUSTERING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis cluster merupakan salah satu alat yang penting dalam pengolahan data statistik untuk melakukan analisis data. Analisis cluster merupakan seperangkat metodologi

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENDEKATAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN HEWAN VETEBRATA MENGGUNAKAN KOHONEN SELF ORGANIZING MAP (SOM)

PENDEKATAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN HEWAN VETEBRATA MENGGUNAKAN KOHONEN SELF ORGANIZING MAP (SOM) PENDEKATAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN HEWAN VETEBRATA MENGGUNAKAN KOHONEN SELF ORGANIZING MAP (SOM) 1 Tursina 1 Prodi. Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI NOMOR POLISI KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SELF ORGANIZING MAPS (SOMS)

IDENTIFIKASI NOMOR POLISI KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SELF ORGANIZING MAPS (SOMS) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) IDENTIFIKASI NOMOR POLISI KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SELF ORGANIZING MAPS (SOMS) Inung Wijayanto¹, Iwan Iwut Tritoasmoro², Koredianto Usman³

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ASTRI ATTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

CLUSTERING DATA PENCEMARAN UDARA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH DENGAN KOHONEN NEURAL NETWORK

CLUSTERING DATA PENCEMARAN UDARA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH DENGAN KOHONEN NEURAL NETWORK CLUSTERING DATA PENCEMARAN UDARA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH DENGAN KOHONEN NEURAL NETWORK Budi Warsito, Dwi Ispriyanti dan Henny Widayanti Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Semarang ABSTRACT Industrial

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 2 NO. 1 SEPTEMBER 2010 PERBANDINGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (KNN) dan METODE NEAREST CLUSTER CLASSIFIER (NCC) DALAM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS BATIK TULIS Nesi Syafitri 1 ABSTRACT Various problem that are related to classification

Lebih terperinci

Pengelompokan Huruf Cetak Menggunakan Algoritma Adaptive Resonance Theory 1 (ART 1)

Pengelompokan Huruf Cetak Menggunakan Algoritma Adaptive Resonance Theory 1 (ART 1) Pengelompokan Huruf Cetak Menggunakan Algoritma Adaptive Resonance Theory 1 (ART 1) Elisabeth Lany Oktorina/0222135 Email: geffen_ladi@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jln.Prof.Drg.Suria

Lebih terperinci

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU v PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Pertemuan 14 HIERARCHICAL CLUSTERING METHODS

Pertemuan 14 HIERARCHICAL CLUSTERING METHODS Pertemuan 14 HIERARCHICAL CLUSTERING METHODS berdasar gambar berdasar warna A A A A Q Q Q Q K K K K J J J J 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 A K Q J (a). Individual

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA ADAPTIF K MEANS

PENGENALAN WAJAH DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA ADAPTIF K MEANS PENGENALAN WAJAH DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA ADAPTIF K MEANS Disusun oleh: Juan Elisha Widyaya (0822014) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri, MPH, no. 65, Bandung, Indonesia

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAPS UNTUK CLUSTERING KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DESA DI KABUPATEN MAGETAN 2014

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAPS UNTUK CLUSTERING KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DESA DI KABUPATEN MAGETAN 2014 IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAPS UNTUK CLUSTERING KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN DESA DI KABUPATEN MAGETAN 2014 Kanthi Wulandari, Akhmad Fauzy Program Studi Statistika, FMIPA Universitas Islam Indonesia

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD

MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD MODEL MATEMATIKA PERPINDAHAN KELOMPOK BELALANG DENGAN METODE GELOMBANG BERJALAN NURUDIN MAHMUD SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

METODE PAUTAN TERBAIK DALAM PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI

METODE PAUTAN TERBAIK DALAM PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI 35 METODE PAUTAN TERBAIK DALAM PENGELOMPOKAN DESA/KELURAHAN DI KOTA DENPASAR MENURUT INDIKATOR PENDIDIKAN KOMPETENSI STATISTIKA SKRIPSI NI WAYAN ARIS APRILIA A.P 1008405033 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TRANSFORMASI WAVELET SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI PADA KLASIFIKASI BERTINGKAT SINYAL EKG

PEMANFAATAN TRANSFORMASI WAVELET SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI PADA KLASIFIKASI BERTINGKAT SINYAL EKG PEMANFAATAN TRANSFORMASI WAVELET SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI PADA KLASIFIKASI BERTINGKAT SINYAL EKG T 610.28 PUT Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan suatu metoda pengenalan multi pola dari

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GUSTAFSON-KESSEL CLUSTERING UNTUK MENENTUKAN SEGMENTASI DEBITUR PADA BANK CIMB NIAGA

PENERAPAN METODE GUSTAFSON-KESSEL CLUSTERING UNTUK MENENTUKAN SEGMENTASI DEBITUR PADA BANK CIMB NIAGA PENERAPAN METODE GUSTAFSON-KESSEL CLUSTERING UNTUK MENENTUKAN SEGMENTASI DEBITUR PADA BANK CIMB NIAGA APPLICATION OF GUSTAFSON-KESSEL CLUSTERING METHODS FOR SEGMENTATION DETERMINING DEBTOR AT BANK CIMB

Lebih terperinci

Klasifikasi Citra Menggunakan Metode Minor Component Analysis pada Sistem Temu Kembali Citra

Klasifikasi Citra Menggunakan Metode Minor Component Analysis pada Sistem Temu Kembali Citra Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, Vol 15 No. 2, Desember 2010 : 38-41 Klasifikasi Citra Menggunakan Metode Minor Component Analysis pada Sistem Temu Kembali Citra Vera Yunita, Yeni Herdiyeni Departemen Ilmu

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTER SKRIPSI

PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTER SKRIPSI PENGELOMPOKAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT MENGGUNAKAN METODE K-MEANS CLUSTER SKRIPSI Disusun oleh: FITRA RAMDHANI NIM 24010210141044 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci