BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Kondisi Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Kota Bima berada di bagian timur Pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan posisi geografis terletak antara Bujur Timur dan Lintang Selatan. Batas administratif wilayah Kota Bima terdiri dari: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Wawo Kabupaten Bima Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima Sebelah Barat : Berbatasan dengan Teluk Bima Wilayah Kota Bima sebagian besar tanahnya berada pada kemiringan 0 2% yaitu dengan kemiringan sebesar 18,33% dari luas wilayah, untuk kemiringan tanah antara 3 15% mempunyai luas 24,28% dari luas wilayah. Sedangkan lahan dengan kemiringan 16 40% seluas 23,76% dan lahan dengan kemiringan lebih dari 40% sebesar 33,63%. Berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut, Kecamatan Rasanae Barat memiliki ketinggian 1-4 meter dpl, dimana wilayah tertinggi berada di Kelurahan Sarae dan terendah berada di Kelurahan Dara dan Kelurahan Tanjung. Rasanae Timur memiliki ketinggian meter dpl, dimana wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Oi Fo o dan Kelurahan Lelamese ( meter dpl) dan terendah adalah Kelurahan Kumbe. Kecamatan Raba memiliki ketinggian wilayah meter dpl, dengan wilayah tertinggi di Kelurahan Nitu dan terendah di Kelurahan Rite dan Penaraga (6 8 meter). Kecamatan Mpunda memiliki ketinggian meter dpl, wilayah tertinggi terdapat di Kelurahan Sambinae dan Panggi dan terendah terdapat di Kelurahan Penatoi dan Kelurahan Lewirato. Kecamatan Asakota, dengan ketinggian wilayah 2-6 meter dpl, wilayah terendah sebagian besar Kelurahan Melayu. Wilayah Kota Bima memiliki kedalaman efektif antara cm, yakni sebesar 61,77 Ha, dengan sebaran terbesar di Kecamatan Rasanae Timur, Kecamatan Asakota dan Kecamatan Raba. Sedangkan kedalaman efektif antara 0-30 cm seluas 4.227,16 Ha atau 19,46% merupakan daerah lembah dan pinggiran pantai yang tersebar di Kecamatan Asakota sebesar 1.262,23 Ha, Rasanae Barat 84,80 Ha, Mpunda 296,68 Ha, Kecamatan Raba dengan luas 1.772,45 Ha dan Kecamatan Rasanae Timur dengan luas 811,00 Ha. Kondisi Kota Bima adalah beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 122,86 mm dan hari hujan rata-rata 9,58 hari/bulan yang dihitung berdasarkan data 4 (empat) tahun terakhir. Puncak hari dan curah hujan terjadi sekitar Bulan Desember-Januari dengan temperatur berkisar 27,5 0 C sampai dengan 34,5 0 C. Matahari bersinar terik sepanjang musim dengan rata-rata intensitas penyinaran tertinggi pada Bulan Juni. Beberapa lokasi di wilayah pesisir kota Bima yang memiliki kerawanan terhadap gelombang pasang surut karena memiliki tingkat ketinggian antara 0-1 meter dari permukaan laut dan tingkat kemiringan lahan yang sangat landai sehingga menyulitkan dalam pengaturan drainase. Wilayah tersebut antara lain: lingkungan Binabaru yang berada di Kelurahan Dara (625 jiwa/155 kk), lingkungan sarata yang berada di Kelurahan Paruga (1.246 jiwa/312 kk), Kelurahan Tanjung (6.105 jiwa/1.416 kk), Kelurahan Melayu (6.135 jiwa/1130 kk) dan Kelurahan Kolo (4.548 jiwa/1.112 kk). Kota Bima dilalui oleh 7 (tujuh) sungai, 3 (tiga) diantaranya merupakan sungai besar, yaitu: Sungai Padolo, Sungai Romo, Sungai Jatiwangi/Melayu. Untuk itu dapat dikatakan bahwa Kota Bima memiliki potensi air permukaan yang cukup baik untuk kegiatan rumah tangga maupun untuk irigasi. Hampir keseluruhan sungai yang ada mengaliri daerah irigasi dengan luas total Ha. Adapun daerah aliran sungai yang ada di Kota Bima terlihat pada tabel 2.1 Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

2 Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) Di Wilayah Kota Bima No Nama Daerah Aliran Sungai (DAS) Luas (Ha) Debit (liter /dtk) Luas Daerah Irigasi Baku (Ha) 1 DAS Lampe (Padolo) DAS Dodu DAS Nungga DAS Kendo 22, DAS Ntobo DAS Jatiwangi (Melayu) DAS Romo 2,6 - - Sumber Data: Kota Bima Dalam Angka 2010 Sumber air bersih di Kota Bima dikelola oleh PDAM dengan sumber air dari Sori Nungga yang terletak di Kelurahan Nungga, lebih kurang 7,5 km dari Kota Raba Bima dengan kapasitas debit sebesar 40 liter/detik. Selain sumber air yang diperoleh dari Sori Nungga, sumber air lainnya adalah sumber Oi Si i yang terletak di Selatan Kelurahan Rontu, lebih kurang 5 km dari Kota Bima dengan kapasitas debit air sebesar 2,5 liter/detik. Sedangkan sumur bor terletak di Kelurahan Jatiwangi dengan kapasitas 10 liter/detik, Kelurahan Penaraga dengan kapasitas 10 liter /detik dan kelurahan Sadia dengan kapasitas 10 liter/detik. Sebagai daerah pesisir, wilayah administratif Kota Bima terdiri atas wilayah perairan sebesar 188,02 km2 dan wilayah daratan dengan luas sebesar 222,25 km2. Pada awal pembentukan Kota Bima, secara adminsitratif, wilayah adminsitratif Kota Bima terbagi atas 3 (tiga) Kecamatan dan 25 (dua puluh lima) Kelurahan. Sejak mengalami pemekaran wilayah kecamatan dan kelurahan pada tahun 2008 lalu, wilayah Kota Bima terbagi menjadi 5 (lima) Kecamatan dan 38 (tiga puluh delapan) Kelurahan. Nama kecamatan, luas wilayah dan jumlah kelurahan pada tiap kecamatan di Kota Bima terlihat pada tabel 2.2 dan peta 2.1. Tabel 2.2 Nama, Luas Wilayah per Kecamatan dan Jumlah Kelurahan No Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan (Ha) Luas Wilayah (%) thd Total 1 Rasanae Barat Mpunda Raba Asakota Rasanae Timur Jumlah Sumber Data : Kota Bima Dalam Angka Tahun 2010 Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

3 Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

4 2.2. Kondisi Demografi Jumlah penduduk Kota Bima hingga tahun 2010 tercatat sebesar jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 3,85% per tahun yang dihitung dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir. Penyebaran penduduk Kota Bima kurang merata dimana konsentrasi penduduk berada di pusat- pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Konsentrasi jumlah penduduk paling banyak berada di Kecamatan Raba ( jiwa), diikuti Kecamtan Mpunda ( jiwa), Kecamtan Rasanae Barat ( jiwa), Kecamatan Asakota ( jiwa) dan Rasanae Timur ( jiwa). Jika dilihat dari tingkat kepadatan, terlihat bahwa posisi ini agak berbeda dimana kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Rasanae Barat (3.070 jiwa/km 2 ), diikuti Kecamatan Mpunda (2.127 jiwa/km 2 ), Kecamatan Raba (547 jiwa/km 2 ), Kecamatan Asakota (404 jiwa/km 2 ), dan terakhir Rasanae Timur (253 jiwa/km 2 ). Proyeksi penduduk kota Bima hingga tahun 2016 dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan aritmathik (model linear) setelah dihitung terlebih dahulu rata-rata pertumbuhannya 5 tahun terakhir. Dengan menggunakan model ini diasumsikan bahwa laju pertumbuhan penduduk tiap tahunnya tetap. Model ini dapat digunakan untuk proyeksi jangka 5 tahun. Jumlah, kepadatan dan proyeksi penduduk Kota Bima 5 (lima) tahun kedepan terlihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk saat ini dan Proyeksinya untuk 5 Tahun N o Nama Kecamatan Penduduk Kota Bima Tahun 2010 Jumlah (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km2) Rata- rata Pertumbu han Tahun (%) Proyeksi Penduduk (jiwa) Rasanae Barat 31,126 3, % 32,324 33,569 34,861 36,203 37,597 39,045 2 Mpunda 32,498 2, % 33,749 35,049 36,398 37,799 39,254 40,766 3 Raba 34, % 36,187 37,580 39,027 40,529 42,089 43,710 4 Asakota 27, % 28,979 30,095 31,254 32,457 33,707 35,004 5 Rasanae Timur 16, % 16,829 17,477 18,150 18,848 19,574 20,328 Total 142, % 148, , , , , ,852 Sumber : Kota Bima Dalam Angka dan Hasil Perhitungan 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Realisasi pendapatan dalam APBD Kota Bima dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar 55,87% terutama yang bersumber dari lain-lain pendapatan yang sah, diikuti dana perimbangan dan terakhir dari PAD. Mengikuti peningkatan pendapatan tersebut, anggaran belanja daerah juga mengalami peningkatan sebesar 85,65% baik untuk belanja tidak langsung maupun belanja langsung. Belanja tidak langsung yang merupakan representasi dari kesejahteraan pegawai dan bantuan langsung kepada masyarakat (bantuan hibah dan bantuan sosial) mengalami peningkatan sebesar 100% sedangkan belanja langsung yang diperuntukkan belanja pembangunan mengalami peningkatan sebesar 73,3%. Realisasi APBD antara tahun mengalami surplus, sedangkan pada tahun 2011 mengalami defisit sebesar Rp ,00 yang diseimbangkan dengan anggaran yang bersumber dari SiLPA dalam penerimaan pembiayaan. Jika dilihat lebih rinci mengenai investasi sektor sanitasi dalam APBD Kota Bima untuk kurun waktu 5 tahun terakhir diketahui bahwa investasi belanja pembangunan pada sektor ini cukup fluktuatif dari tahun ke tahun baik jumlah maupun proporsinya terhadap total belanja APBD. Pada tahun 2008 nilai investasi pada sektor sanitasi sebesar Rp ,00 (2,35% dari total belanja APBD), pada tahun 2009 nilai investasi ini menurun cukup tajam menjadi sebesar Rp ,00 (hanya 1,33% dari total belanja APBD), sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp ,00 (1,47% dari total Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

5 belanja APBD), sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp ,00 (akan tetapi proporsi turun menjadi sebesar 1,27%). Terakhir pada tahun 2012 meningkat cukup pesat menjadi sebesar Rp ,00 (2,95% dari total belanja APBD). Tabel 2.4 Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir (Juta Rp.) No Anggaran A Pendapatan 1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 4.886, , , , ,528 2 Dana Perimbangan (Transfer) , , , , ,113 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah , , , , ,745 Jumlah Pendapatan , , , , ,387 B Belanja 1 Belanja Tidak Langsung , , , , ,691 2 Belanja Langsung , , , , ,219 Jumlah Belanja , , , , ,911 Surplus/(Defisit) Anggaran , , , ,088 (1.896,523) Sumber: LKPJ Walikota Bima Tahun 2007 s/d 2011 Belanja modal sektor sanitasi perkapita tiap tahunnya di kota Bima jika dibandingkan dengan standar rata-rata World Helath Organization (WHO), yakni Rp ,- perkapita per tahun juga memiliki tren yang sama dengan jumlah dan proporsinya terhadap APBD. Pada tahun 2008 nilai belanja modal sector sanitasi perkapita pertahun diatas standar WHO yakni sebesar Rp ,-. Pada kurun waktu tahun turun hingga dibawah standar WHO menjadi masing-masing sebesar Rp ,- pada tahun 2009, Rp ,-. Pada ahun 2010 dan 2011 mengalami peningkatan hingga diatas standar WHO, yakni menjadi sebesar Rp ,- pada tahun 2011 dan Rp ,- pada tahun Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

6 Tabel 2.5 Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk 5 Tahun Terakhir No Sub Sektor/SKPD (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) A Air Limbah 1 DPU Pengairan PU-CK (Juta Rp.) 2.328, , , , ,170 3 KLH (Juta Rp.) 714, , , , ,880 4 Kimtaru (Juta Rp.) 103, , , , ,754 B Persampahan (Juta Rp.) 740, , , , ,590 C Drainase (Juta Rp.) 3.591, , , , ,840 D E F Aspek PHBS (Pelatihan, Sosialisasi, Komunikasi, Pendampingan) (Juta Rp.) Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d D) (Juta Rp.) Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD Murni (Bukan Pendamping) (Juta Rp.) 173, , , , , , , , , , G Total Belanja APBD (Juta Rp.) , , , , ,490 H Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (9:10 x 100%) 2,35% 1,33% 1,47% 1,73% 2,12% I Jumlah Penduduk * * J Belanja Modal Sanitasi per Penduduk (E:I) Sumber: APBD Kota Bima Tahun 2008 s/d 2012 dan hasil perhitungan Kondisi fiskal Kota Bima dijelaskan melalui indikator kapasitas fiskal dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bima. Indeks kapasitas fiskal Kota Bima menurut Peraturan Menteri Keuangan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan. Dimulai dengan nilai indeks sebesar 1,0375 pada tahun 2007 dan 2008 termasuk dalam kategori tinggi menjadi 0,5758 pada tahun 2009 dan 0,7293 pada tahun 2010 termasuk dalam kategori sedang. Indeks ini kemudian menurun menjadi 0,3646 yang memasukkannya dalam kategori rendah. Dalam peraturan Menteri Keuangan mengenai peta kapasitas fiskal tersebut tidak disebutkan nilai komponen penyusun perhitungan kapasitas fiskal. Akan tetapi, dapat diperkirakan penurunan nilai indeks kapasitas fiskal ini terjadi karena beberapa kemungkinan yang perlu diteliti lebih lanjut, antara lain: a. Jumlah penduduk miskin yang meningkat. b. Jumlah pendapatan yang tidak meningkat secara signifikan dimana Kota Bima masih sangat bergantung secara fiskal kepada pusat sedangkan pertambahan Dana Alokasi Umum tiap tahunnya terbatas. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

7 c. Adanya pergeseran pada proporsi struktur belanja pegawai dibandingkan belanja lainnya dimana proporsi belanja pegawai mengalami peningkatan secara signifikan. Tabel 2.6 Data Mengenai Ruang Fiskal Kota Bima 5 Tahun Terakhir No Tahun Indeks Kapasitas Fiskal Kategori ,0375 Tinggi ,0375 Tinggi ,5758 Sedang ,7293 Sedang ,3646 Rendah Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan fiskal Kota Bima sangat terbatas khususnya untuk melaksanakan investasi dibidang infrastruktur. Dengan demikian peran serta pendanaan dari pemerintah pusat dan provinsi serta sektor swasta dan bantuan dari donor sangat diharapkan pada masa yang akan datang. Besaran PDRB Kota Bima pada tahun 2010 dihitung atas dasar harga konstan (constant price) tahun dasar 2000 adalah sebesar Rp.460,826 milyar pada tahun 2010, mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu masing-masing Rp.435,911 milyar pada tahun 2009, Rp.409,786 milyar tahun 2008, Rp.392,259,42 milyar tahun 2007, dan Rp.370,172,3 milyar tahun Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Kota Bima pada tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami kenaikan dan penurunan yang fluktuatif antara 4 6,5 persen. Tabel 2.7 Data Perekonomian Umum Daerah 5 Tahun Terakhir No Deskripsi PDRB Harga Konstan (Juta Rp.) , , , , ,40 2 Pendapatan Perkapita Kota Bima (Rp.) Upah Minimum Regional Kota Bima (Rp.) * 4 Inflasi (%) 6,74 7,62 9,16 7,97 6,67 5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,74 5,97 4,47 6,38 5,72 Sumber Data : Kota Bima Dalam Angka * merupakan Nilai Upah Minimum Regional (UMR) Provinsi NTB Menarik untuk diperhatikan bahwa pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi kota Bima berada pada titik terendah sedangkan tingkat inflasi berada pada titik tertinggi dalam kurun 5 tahun terakhir. Hal ini dapat menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bima pada tahun 2008 yang cukup rendah dipengaruhi oleh tingginya angka inflasi yang merupakan dampak langsung dari kenaikan BBM pada 24 Mei PDRB per kapita atas dasar harga konstan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 sebesar Rp ,00 mengalami peningkatan sebesar 4,83% menjadi Rp ,00 pada tahun 2007, 2,5% menjadi Rp ,00 pada tahun 2008 dan 4,4% menjadi Rp ,00 pada tahun 2009, akan tetapi mengalami penurunan 1,91% menjadi Rp ,00 pada tahun Hal ini Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

8 kemungkinan disebabkan menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi di saat pertumbuhan penduduk terus mengalami peningkatan pada tahun Perekonomian Kota Bima hingga tahun 2010 masih didominasi oleh kelompok tersier (kelompok sektor jasa) serperti, Sektor jasa-jasa; Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran; Sektor Angkutan dan Komunikasi; dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi pada tahun 2010 sebesar 72,41 persen. Sementara sektor primer yang terdiri dari Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan & Penggalian mempunyai peranan sebesar 17,14 persen, dan sektor sekunder yang terdiri dari Sektor Industri; Sektor Listrik dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi pada tahun 2010 hanya berperan sebesar 10,45 persen. Hal ini menunjukkan bahwa arah pertumbuhan dan kegiatan ekonomi di Kota Bima telah menunjukkan pada ciri perkotaan dimana serktor non pertanian, utamanya sektor perdagangan dan jasa telah mendominasi. 2.4 Tata Ruang Wilayah Tujuan penataan ruang wilayah Kota Bima adalah untuk mewujudkan ruang wilayah kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dalam rangka mendorong perkembangan wilayah kota sebagai kawasan pengembangan perdagangan dan jasa, serta pendidikan. Disamping tujuan umum tersebut, penataan ruang wilayah Kota Bima juga memiliki beberapa tujuan khusus yaitu : a) Mendorong pertumbuhan Kota Bima sebagai pusat kegiatan wilayah di bagian timur Pulau Sumbawa melalui pengalokasian ruang secara efektif dan efisien bagi kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata dan industri; b) Menciptakan keseimbangan alokasi pola ruang untuk peningkatan pelayanan perkotaan melalui penyediaan sarana dan prasarana wilayah yang baik dan berwawasan lingkungan; c) Menetapkan pengelolaan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya yang dapat menjamin keberlanjutan lingkungan perkotaan yang sehat dan pemanfaatan sumber daya alam perkotaan yang terkendali; d) Menetapkan kawasan-kawasan strategis kota yang mampu menjamin berlangsungnya fungsi lindung terhadap lingkungan maupun kawasan yang dapat menjadi mesin penggerak laju pertumbuhan ekonomi wilayah; dan d) Merumuskan arahan pemanfaatan ruang maupun ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh stakeholder pembangunan di Kota Bima dalam memanfaatkan potensi ruang dan lahan yang ada. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

9 Peta. 2.2 Rencana Pusat Layanan Kota Bima Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

10 Dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang, kebijakan penataan ruang wilayah kota meliputi: a. Penetapan dan pengembangan pusat-pusat pelayanan kota secara merata sesuai dengan hirarki pelayanannya. b. Pengembangan sistem jaringan dan infrastruktur lintas wilayah dalam sistem perkotaan wilayah kota, wilayah provinsi, dan nasional. c. Peningkatan kualitas pelayanan sistem jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah serta fungsi dan keterkaitan antara pusat pelayanan secara optimal. d. Pengembangan kualitas dan jangkuan pelayanan sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem prasarana penyediaan air minum kota, sistem pengelolaan air limbah kota, sistem persampahan kota, sistem drainase kota, penyediaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, dan jalur evakuasi bencana. e. Pelestarian fungsi lingkungan hidup secara berkesinambungan dan mendukung perkembangan wilayah kota. f. Pencegahan dampak negatif yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup akibat dari pemanfaatan ruang. g. Penetapan kawasan ruang terbuka hijau minimal 30 % (tiga puluh persen) dari luas wilayah kota. h. Perlindungan kawasan cagar budaya dan aktivitas yang memiliki nilai histroris dan spiritual. i. Pengembangan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana. j. pengembangan kawasan permukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan ruang dan jalur evakuasi bencana, kawasan sektor informal, kawasan pendidikan, kawasan kesehatan, kawasan peribadatan, kawasan pertahanan dan keamanan, kawasan pertanian, kawasan perikanan, dan kawasan pertambangan. k. Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. l. Pengembangan keterpaduan pengelolaan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi di wilayah kota. Berdasarkan kebijakan penataan ruang yang diuraikan diatas, berbagai permasalahan yang menjadi perhatian khusus untuk mewujudkan kebijakan dimaksud, antara lain daerah rawan bencana. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

11 Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Kota Bima Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

12 Daerah yang berpotensi banjir di wilayah Kota Bima teridentifikasi pada daerah-daerah di sepanjang aliran sungai. Bencana banjir di Kota Bima selalu terjadi setiap tahunnya pada musim hujan. Banjir bandang pernah terjadi pada musim penghujan tahun 2006 tepatnya 5 April 2006 yang meliputi seluruh kecamatan di Kota Bima. Bencana banjir selain disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, juga disebabkan oleh gundulnya kawasan hutan yang mengintari wilayah Kota Bima. Disamping itu juga dakibatkan oleh adanya banjir kiriman dari wilayah Kabupaten Bima terutama di sebelah timur dan sebelah utara. Bencana banjir juga disebabkan oleh masih kurang baiknya sistem drainase perkotaan. Daerah-daerah di wilayah kota Bima yang berpotensi terjadi banjir yaitu : a) Kecamatan Rasanae Barat meliputi Kelurahan Tanjung, Paruga, Sarae, Nae, dan Dara. b) Kecamatan Mpunda meliputi Kelurahan Monggonao, Penatoi, Lewirato, Sadia, dan Santi. c) Kecamatan Raba meliputi Keluarahan Penaraga dan Rontu. d) Kecamatan Asakota meliputi Kelurahan Melayu, Jatiwangi, Jatibaru, dan Kolo. f) Kecamatan Rasanae Timur meliputi Kelurahan Kumbe, Lampe, Kodo dan Dodu. Mengingat wilayah Kota Bima juga memiliki kawasan perairan laut, maka kawasan pesisir pantai yang berada di kecamatan Rasanae Barat dan Kecamatan Asakota berpotensi dilanda gelombang pasang. Gelombang pasang yang melanda wilayah pesisir kota Bima, lebih banyak dikarenakan pasang surut dan terjadinya angin topan/angin badai yang melanda perairan Kota Bima. Wilayah pesisir pantai bagian barat (Kecamatan Asakota dan Kecamatan Rasanae Barat) terlanda bencana. Abrasi pantai terjadi karena tergerusnya pantai oleh gelombang atau ombak yang menerus. Hal ini dikarenakan pantai tidak memiliki infrastruktur penahan gelombang, sehingga mempercepat proses terjadinya abrasi pantai. Infrastruktur dimaksud tidak hanya pemecah gelombang, tetapi dapat juga berupa kawasan hutan mangrove yang keberadaannya di wilayah kota Bima semakin berkurang. Kawasan yang rawan abrasi pantai adalah wilayah pesisir pantai bagian utara dan barat kota Bima. Salah satu dampak abrasi pantai adalah terjadinya intrusi air laut yang dapat mempengaruhi kondisi air tanah di wilayah daratan. 2.5 Sosial dan Budaya Kemajuan pendidikan di Kota Bima cukup menggembirakan, pelaksanaan program pembangunan pendidikan di daerah ini telah berkembang diberbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengan dilaksanakannya program pembangunan, pelayanan pendidikan telah dapat menjangkau ke semua wilayah. Gambaran keadaan fasilitas dan prasarana pendidikan di Kota Bima dapat diuraikan bahwa jumlah SD dan MI sebanyak 87 sekolah dengan total siswa SD/MI seluruhnya sebanyak siswa. Rata-rata setiap tahunnya dapat menampung siswa baru tingkat I sebanyak siswa, dan meluluskan sebanyak siswa. Kemampuan fasilitas pendidikan untuk menampung sejumlah siswa SD/MI tersebut, tersedia ruang kelas sebanyak 704 ruangan, dengan rincian 533 ruangan memiliki kondisi baik, 122 ruangan dengan kondisi rusak ringan, dan 49 ruangan dengan kondisi rusak berat, dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 686 sehingga terdapat shift sebesar 1 kali. Guru yang mengajar di SD/MI yaitu sebanyak 2089 orang guru, dengan rincian sebanyak orang guru (78,17%) adalah layak mengajar, 267 orang (12,80%) semi layak, dan 189 orang (9,03%) tidak layak mengajar. Untuk menunjang kegiatan belajar di SD dan MI terdapat fasilitas perpustakaan sebanyak 44 buah. Selain itu terdapat pula perpustakaan sebanyak 40 buah perpustakaan sekolah di tingkat SD/MI. Berdasarkan data yang ada pada tahun 2010/2011, jumlah SMP dan MTs di Kota Bima sebanyak 26 sekolah dengan jumlah siswa seluruhnya sebanyak orang siswa, setiap tahunnya rata-rata bisa menampung siswa baru Tk I sebanyak orang siswa, dan meluluskan sebanyak orang siswa. Fasilitas pendidikan untuk menampung sejumlah siswa tingkat SMP/MTs tersebut tersedia ruang kelas, dengan rincian 219 memiliki kondisi baik, 25 dengan kondisi rusak ringan, dan 15 kondisi rusak berat, dengan jumlah kelas sebanyak 259. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

13 Tenaga pengajar yang mengajar di SMP dan MTs sebanyak 881 orang diantaranya: yaitu sebanyak 734 orang ( %) adalah layak mengajar, 59 orang ( 6.74 %) semi layak mengajar, dan 88 orang ( 9.94% ) tidak layak mengajar. Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di SMP dan MTs terdapat fasilitas perpustakaan sebanyak 22 buah, Ruang UKS sebanyak 14 buah dan laboratorium sebanyak 36 buah. Tahun 2010/2011, jumlah SMA, SMK dan MA sebanyak 26 sekolah, dengan jumlah siswa seluruhnya sebanyak orang, dan setiap tahunnya rata-rata bisa menampung siswa baru tingkat I sebanyak orang, serta meluluskan sebanyak orang. Ketersedian Fasilitas pendidikan untuk menampung sejumlah siswa tingkat SMA/SMK/MA tersebut, tersedia ruang kelas sebanyak 308 ruangan, dengan rincian 248 ruang kondisi baik, 45 ruang kondisi rusak ringan dan 15 kondisi rusak berat dengan jumlah kelas sebesar 345 kelas sehingga terdapat shift 1 kali. Guru yang mengajar di SMA, SMK, dan MA sebanyak orang, dengan rincian layak mengajar 863 orang (71,38%), semi layak mengajar 242 orang (20,02 %), dan tidak layak mengajar 104 orang ( 8,60 %). Sarana penunjang kegiatan belajar mengajar di SMA, SMK dan MA terdapat fasilitas perpustakaan sebanyak 24 buah, ruang UKS sebanyak 13 buah, laboratorium sebanyak 59 buah, ruang keterampilan sebanyak 3 buah, ruang bimbingan konseling (BP) sebanyak 21 ruangan, ruang serbaguna sebanyak 13 ruangan, bengkel sebanyak 6 buah, ruang praktek sebanyak 5 ruangan. Tabel 2.8. Fasilitas Pendidikan Negeri dan Swasta Tk. SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kota Bima Jumlah Sarana Pendidikan No. Kecamatan Umum Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA 1 RasanaE Barat RasanaE Timur Asakota Mpunda Raba Jumlah Sumber : Profil Pendidikan Kota Bima 2011 Keheterogenitas suatu masyarakat dalam suatu daerah memiliki keunggulan serta berkorelasi positif terhadap pembangunan daerah. Keanekaragaman tingkat sosial, pekerjaan, tingkat pendapatan serta agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat justru membantu terbentuknya ide dan kreasi baru, serta menjadi nilai tambah yang terakumulasi untuk terciptanya inovasi dalam dinamika kehidupan masyarakat. Adat istiadat yang masih sampai sekarang hidup di kalangan masyarakat adalah masih menghormati mereka yang lebih tua darinya, rasa tenggang rasa, masih patuh pada orang yang sangat dihormati dan tidak mudah diprovokasi. Keadaan kesehatan masyarakat di Kota Bima dapat digambarkan bahwa gizi masyarakat pada umumnya bervariasi yaitu ada yang baik, kurang baik atau buruk dengan rincian 75% baik, 25% kurang, dan 0% buruk dengan angka harapan hidup 55 tahun, yang didukung oleh puskesmas induk sebanyak 5 buah, puskesmas pembantu 16 buah, puskesmas keliling 6 buah, polindes 26 buah, posyandu 148 buah dan rumah sakit sebanyak 1 buah serta laboratorium klinik 3 buah. Jumlah puskesmas terhadap kecamatan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

14 adalah 100%, bila setiap kecamatan diharuskan memiliki 1 puskesmas, maka tidak ada Kecamatan di wilayah Kota Bima yang belum memiliki puskesmas. Mata pencarian memiliki hubungan yang erat terhadap tingkat pendapatan seseorang. Di Kota Bima, sektor jasa kemasyarakatan dan lainnya (PNS dan lainnya) menjadi profesi masyarakat terbanyak yakni sebesar 27,95% dari angkatan kerja, sektor Perdagangan Besar/Eceran/ Rumah Makan dan Hotel menempati urutan kedua yaitu sebesar 23,35% dari angkatan kerja, sektor pertanian/kehutanan/perburuan dan perikanaan sebesar 15,87%, sektor angkutan/penggudangan dan komunikasi sebesar 14,15%, industri pengolahan sebesar 9,20%, dan bangunan sebesar 4,65% serta profesi lain dengan persentasenya masingmasing dibawah 4%. Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kota Bima dapat dilihat pada tabel 2.9 dan pada tabel 2.10 dijelaskan Jumlah Rumah Per Kecamatan di Kota Bima. Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Nama Kecamtan Jumlah keluarga miskin (KK) Raba 4861 Asakota 3447 Mpunda 2916 Rasanae Timur 2359 Rasanae Barat 3600 Sumber : Kecamatan Dalam Angka Tahun 2010 Tabel 2.10 Jumlah Rumah Per Kecamatan Nama Kecamatan Jumlah rumah (unit) Raba Asakota Mpunda Rasanae Timur Rasanae Barat Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bima Tahun Kelembagaan Pemerintah Daerah Secara institusi dan kelembagaan, Pemerintah Kota Bima terdiri lembaga eksekutif berkedudukan sebagai pelaksana roda pemerintahan yang dibantu oleh Sekretaris Daerah yang membawahi 2 sekretariat, 15 dinas, 8 badan dan 3 kantor Pelayanan, 5 kantor kecamatan dan 38 kantor kelurahan, serta lembaga legislatif yang berkedudukan sebagai pengawas jalannya roda pemerintahan daerah yang terdiri dari berbagai fraksi dengan anggota berdasarkan hasil pemilihan umum legislatif. Gambar 2.1 disajikan struktur organisasi Pemerintah Daerah Kota Bima. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

15 Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Bima Walikota/Wakil Walikota SEKRETARIAT DAERAH Perda Nomor 2 Tahun 2010 DPRD Kota STAF AHLI - Bid. Hukum & Politik; - Bid. Pemerintahan; - Bid. Pembangunan;. - Bid. Kemasyarakatan & SDM; - Bid. Ekonomi & Keuangan Asisten Pemerintahan & Kesra - Bag.Adm. Pem. Umum - Bag. Kesra - Bag. Hukum Asisten Perekonomian & Pembangunan - Bag.Adm. Pembangunan - Bag. Ekonomi & SDA Asisten Administrasi Umum - Bag.Organisasi - Bag. Umum & Perlengkapan - Bag. Humas & Protokol SEKRETARIAT DPRD Perda Nomor 2 Tahun 2010 a. Bagian Hukum dan Persidangan; b. Bagian Keuangan; c. Bagian Humas dan Protokol; d. Bagian Umum DINAS-DINAS DAERAH PERDA NOMOR 3 TAHUN 2010 a. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; b. Dinas Kesehatan; c. Dinas sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi; d. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; e. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; f. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; g. Dinas Pekerjaan Umum; h. Dinas Tata Kota dan Perumahan; i. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman; j. Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan; k. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan; l. Dinas Kelautan dan Perikanan; m. Dinas Kehutanan dan Perkebunan; n. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah; LEMBAGA TEKNIS DAERAH PERDA NOMOR 4 TAHUN 2010 a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; b. Inspektorat; c. Badan Lingkungan Hidup; d. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; e. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan; f. Kantor Arsip dan Perpustakaan; g. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Kelurahan; h. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; i. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan; j. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu; k. Satuan Polisi pamong Praja. LEMBAGA LAIN SEBAGAI BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PERDA NOMOR 5 TAHUN 2010 a. Badan Penanggulangan Bencana Daerah KECAMATAN Perda Nomor 5 TAHUN 2008 KELURAHAN Perda Nmr 5 TAHUN Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima 2012

16 Ringkasan tabel Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang memiliki keterkaitan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) langsung ataupun tidak langsung dalam pembangunan sanitasi di Kota Bima berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2,3,4 dan nomor 5 Tahun 2008 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 2 dan 3 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bima dan Peraturan Daerah Nomor 4 dan 5 Tahun 2010 tentang Lembaga Teknis Daerah Kota Bima dan Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF BIMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF BIMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF BIMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan pembangunan dan peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geogrfis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Minahasa Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang,

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 1 Tahun 2016 Tanggal : 8 Januari 2016 PEMERINTAH KOTA BOGOR RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE 1.01.01 DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Daerah Nomor : TAHUN 08 Tanggal : Januari 08 PEMERINTAH PROVINSI PAPUA RINGKASAN APBD Tahun Anggaran 08 NOMOR URUT URAIAN JUMLAH. PENDAPATAN.8..0.8,00 PENDAPATAN ASLI DAERAH.008.78..8,00..

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II Peraturan Daerah Nomor : 13 TAHUN 2016 Tanggal : 20 Desember 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE 1 1.01 Urusan Wajib Pelayanan Dasar 85.515.105.50 1.046.242.393.30 480.839.256.00

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BIMA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BIMA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BIMA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 78 ayat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II Raperda APBD TA. 2018 Nomor :... Tanggal : 13 Nopember 2017 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN ANGGARAN 2018 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG JUMLAH 1 1.01 Urusan Wajib Pelayanan Dasar 198.400.634.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II Raperda APBD TA. 2017 Nomor : --- Tahun 2016 Tanggal : 14 Nopember 2016 PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE 1 1.01 Urusan Wajib Pelayanan Dasar 85.515.105.50 790.283.942.30

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR : 26 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR : 26 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR : 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BIMA TAHUN 2016 WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Raperda APBD 2015 Nomor :.. Tanggal : 14 Nopember 2014 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 KODE TIDAK

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR Urusan Pemerintahan 1 - URUSAN WAJIB 1.20 - Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, 1.20.05 - BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR 15.090.246.60 5.844.854.40

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 1 Tahun 2016 Tanggal : 8 Januari 2016 PEMERINTAH PROVINSI PAPUA RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE 1.01.01 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN TANGGAP DARURAT DAN RENCANA PENANGANAN BANJIR BIMA NTB. Jakarta, 20 Januari 2017

LAPORAN TANGGAP DARURAT DAN RENCANA PENANGANAN BANJIR BIMA NTB. Jakarta, 20 Januari 2017 LAPORAN TANGGAP DARURAT DAN RENCANA PENANGANAN BANJIR BIMA NTB Jakarta, 20 Januari 2017 1 LAPORAN KEJADIAN BANJIR KRONOLOGIS Terjadi hujan dengan intensitas tinggi pada Rabu 21 Desember 2016 di lima kecamatan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Kepulauan Aru dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 dengan maksud mengoptimalkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. Ringkasan/Ikhtisar Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016 disusun dengan mengacu Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara Sejarah Singkat Sebutan Labuhanbatu bermula ketika pada tahun 1862 Angkatan Laut Belanda

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 8 TAHUN 2016 Tanggal : 30 December 2016 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE TIDAK

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 10 Tahun 2013 Tanggal : 31 Desember 2013 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE TIDAK

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 12 Tanggal : 31 Desember 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2015 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KOTA TASIKMALAYA A. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KOTA TASIKMALAYA A. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2008 TANGGAL : 24 JUNI 2008 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KOTA TASIKMALAYA A. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DAERAH WALIKOTA WAKIL WALIKOTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA SURAKARTA RENCANA KERJA ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG JUMLAH 1.01.01 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga 2.300.000.00 557.952.560.00 84.028.068.62 641.980.628.62

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

DAFTAR NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH KOTA BIMA BERDASARKAN PERDA KOTA BIMA TAHUN 2013

DAFTAR NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH KOTA BIMA BERDASARKAN PERDA KOTA BIMA TAHUN 2013 DAFTAR NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH KOTA BIMA BERDASARKAN PERDA KOTA BIMA TAHUN 2013 ESELON*) NO. NOMENKLATUR KETERANGAN I.b II.a II.b III.a III.b IV.a IV.b V.a V.b 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 I. SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH LAMPIRAN 1 BUPATI BANYUWANGI WAKIL BUPATI BANYUWANGI DAERAH STAF AHLI KELOMPOK JABATAN ASISTEN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN ASISTEN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DAN

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 07 Tahun 2012 Tanggal : 27 December 2012 PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2013 KODE TIDAK

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran II Peraturan Daerah Nomor : 1 tahun 2017 Tanggal : 9 Januari 2017 PEMERINTAH KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN 2017 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG JUMLAH 1 1.01 Urusan Wajib Pelayanan Dasar 153.072.100.00

Lebih terperinci

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95 PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKPD : 1.01.01. - DINAS PENDIDIKAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2016 dan 2015 Dalam Rupiah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 11 Tanggal : 30 Desember 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE 1.01.01 Dinas Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2017 BAGIAN ORGANISASI SETDA KABUPATEN INDRAMAYU 2016

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2017 BAGIAN ORGANISASI SETDA KABUPATEN INDRAMAYU 2016 PERANGKAT DAERAH TAHUN 2017 BAGIAN ORGANISASI SETDA 2016 DAERAH ========================================== SEKRETARIS DAERAH JABATAN FUNGSIONAL ASISTEN PEMERINTAHAN ASISTEN EKONOMI, PEMBANGUNAN, DAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada tanggal 30 Desember 2013 Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2013 tentang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG L PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Halaman

DAFTAR TABEL. Halaman v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota se-provinsi Bali... 6 1.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Jembrana tahun 2011...... 7 1.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana...

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 26 TAHUN 2012 Tanggal : 27 December 2012 KABUPATEN LAMANDAU RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2013 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 6 Tahun 2015 Tanggal : 21 Desember 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE TIDAK LANGSUNG

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada tanggal 29 Desember 2016 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 14 TAHUN 2016 Tanggal : 29 Desember 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE 1.01.01 Dinas

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BIMA TAHUN

WALIKOTA BIMA PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BIMA TAHUN WALIKOTA BIMA PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BIMA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 20 TAHUN 2013 Tanggal : 24 Desember 2013 KABUPATEN LAMANDAU RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE 1.01.01 Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI Lampiran IIb Peraturan Daerah Nomor : 6 Tahun 2015 Tanggal : 21 September 2015 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2015 PENDAPATAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur.

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur. BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BUKU PUTIH SANITASI Gambaran Umum Wilayah menjelaskan kondisi umum Kota Salatiga yang mencakup: kondisi fisik, kependudukan, administratif, keuangan dan perekonomian daerah,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 13 Tahun 2015 Tanggal : 31 December 2015 PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE 1.01.01

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI, TIPE, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA B U P A T I WAKIL BUPATI

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA B U P A T I WAKIL BUPATI LAMPIRAN I : PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA B U P A T I WAKIL BUPATI DPRD DAERAH STAF AHLI Keterangan : INSPEKTORAT BAPPEDA : Garis Hubungan Kemitraan SATUAN POLISI PAMONG PRAJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH

Lebih terperinci

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , ,

Anggaran (Sebelum Perubahan) , , ,00 98, , , Anggaran (Sebelum 21 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana Dan 4.654.875.000,00 18.759.324.259,00 15.731.681.490,00 83,86 Prasarana Rumah Sakit 22 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rumah 39.808.727.000,00

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA LANGSA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA LANGSA ADMINISTRASI Profil Wilayah Setelah Kota Langsa lepas dari Kabupaten Aceh Timur tahun 2001, struktur perekonomian dibnagun atas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 6 Tanggal : 27 Desember 2012 PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2013 KODE TIDAK LANGSUNG LANGSUNG

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci