TINJAUAN PUSTAKA Ikan gabus (Channa stirata)
|
|
- Siska Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 TINJAUAN PUSTAKA Ikan gabus (Channa stirata) Ikan gabus (Channa stirata) adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di berbagai daerah, seperti aruan, haruan, kocolan, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris disebut dengan berbagai nama common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Channa striata, merupakan jenis ikan perairan umum dengan habitat utama di muara-muara sungai, danau bahkan ikan ini dapat hidup dalam kondisi air kotor dan kekeringan karena memiliki alat pernapasan yang disebut labyrinth. Ikan gabus tersebar diseluruh Indonesia, terutama di perairan Kalimantan Selatan. Data tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah ikan gabus (Channa striata) yang tertangkap dari perairan Kalimantan Selatan setiap tahunnya semakin meningkat dari tahun 2000 sebanyak ,2 ton menjadi ,2 ton pada 2001 dan tahun 2002 sebanyak ,5 ton (BPS Kalimantan Selatan 2005). Menurut Khairuman & Amin (2003), ikan gabus terdiri dari berbagai jenis spesies yakni: (1) ikan gabus (Ophiocephalus striatus) dengan ciri utamanya punggung yang berwarna coklat dan dapat mencapai ukuran panjang tubuh maksimal 90 cm; (2) ikan kehung (Ophiocephalus melanoptus) cirri-ciri spesies ini adalah warna tubuh agak coklat kehitaman, bobot tubuhnya dapat mencapai 750 gram dan ukuran panjang tubuh maksimum adalah 65 cm; (3) ikan kerandang (Ophiocephalus pleurophtalmus) ciri spesies ini adalah warna tubuhnya agak kuning dan coklat kehitaman dengan perut warnanya agak putih. Bobot tubuh maksimal 0,5 kg panjang tubuh maksimal 40 cm; (4) Ikan unggui (Ophicephalus bankanensis) dikenal di Palembang dan memiliki punggung berwarna coklat sementara perutnya warnanya lebih terang. Bobot maksimumnya adalah 1 kg per ekor dengan panjang 24 cm; (5) Spesies yang terakhir adalah ikan toman (Ophicepalus micropeltes) banyak terdapat di Sumatera Utara, di Palembang dan di pulau Jawa ikan ini disebut dengan ikan buhung atau tobang. Saat muda ikan ini berwarna merah namun jika sudah dewasa berganti warna hijau kebiruan dan bercampur ungu serta ikan jenis ini dapat mencapai 3 kg per ekor dengan panjang sekitar 64 cm. Secara umum kondisi fisiologis ikan dari lima species ikan dari Ikan gabus memiliki isi usus yang didominasi oleh sisa daging ikan dan udang (99,9%, 100%) hal ini menunjukkan bahwa mereka karnivora murni. Tingkat kematangan
2 5 gonad pada ikan gabus mencapai tingkat III-IV, ikan bujuk dan serandang mencapai tingkat IV. Jumlah telur ikan gabus antara butir/g dengan berat antara ,3 g. Habitat ikan gabus di Kabupaten Muba berupa hutan rawa, sedangkan di Kabupaten Muara Enim berupa tanaman air (graminea) dengan sedikit tumbuhan tingkat tinggi. Ikan serandang mempunyai habitat pada perairan air gambut yang berwarna hitam (Litbang 2010). Tepung Ikan Tepung ikan merupakan produk hasil olahan daging ikan yang berbentuk padat yang dihasilkan melalui proses pengeluaran sebagian besar kadar air dan seluruh atau sebagian dari kadar lemak daging ikan tersebut (Hutuely 2001). Tujuan pengurangan kadar air adalah untuk menghambat proses pembusukan sebab penurunan kadar air berkorelasi dengan aktivitas mikroba. Prinsip dasar yang digunakan dalam pengolahan tepung ikan adalah pemasakan, pemisahan air dan lemak, pengeringan dan penggilingan (Trisnohardjokusumo 2001). Pada tahap pemasakan akan terjadi koagulasi protein yang menyebabkan air dan minyak mudah dikeluarkan dari bahan, apabila dalam proses perebusan terjadi ketidaksempurnaan seperti kurang matang ataupun terlalu matang maka proses pengeluaran air dan minyak akan menjadi lebih sulit. Setelah mengalami pemasakan ikan akan di press untuk mengeluarkan air dan minyak yang terkandung di dalamnya, pada tahap ini akan terjadi penurunan kadar air sekitar 50% dan penurunan kadar minyak sekitar 4 5%, apabila proses pengepresan tidak maksimal maka akan terjadi ketengikan dalam kurun waktu yang lebih cepat demikian juga dengan aktivitas mikroba yang akan menjadi lebih cepat. Pengeringan merupakan proses lanjutan untuk mengurangi kadar air padatan yang diperoleh pasca pengepresan, pada skala industri digunakan suhu mencapai C namun pemanasan pada suhu lebih dari C sudah dapat menguapkan air yang terkandung dalam padatan tersebut, pengeringan dilakukan hingga kadar air mencapai kisaran 6%-9%. Tahap akhir dari pembuatan tepung ikan adalah penggilingan merupakan proses penghalusan padatan yang diperoleh dari rangkaian proses sebelumnya, pada tahap inilah padatan akan berubah bentuk menjadi tepung (Trisnoharjono 2001). Mutu tepung ikan dinilai berdarkan tiga aspek utama yaitu kandungan kimia, mikrobiologi, dan organoleptik (Trisnoharjono 2001). Mutu tepung yang dihasilkan sangatlah bergantung terhadap mutu bahan baku sebab nilai gizi produk tepung ikan tidak berbeda jauh dengan nilai gizi daging ikan yang menjadi
3 6 bahan baku tepung tersebut. Namun adanya proses pengolahan menyebabkan adanya perubahan komposisi senyawa kimia (Hutuely 2001). Standar mutu tepung ikan telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia, yang dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1 Standar Nasional Indonesia tepung ikan Parameter Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3 Air Protein kasar (%) min serat kasar (%) min 1,5 2,5 3 Abu (%) maks Lemak (%)maks Ca (%) 2,5-5,0 2,5-6,0 2,5-.0 P (%) 1,6-3,2 NaCl (%) maks Salmonella ( per 25 g sampel ) negatif negatif negatif Nilai minimum organoleptik Sumber : Standar Nasional Indonesia (1992) Cookies Cookies merupakan kue kering yang manis dan memiliki ukuran yang kecil. Cookies dapat diklasifikasikan berdasarkan konsistensi adonannya, yaitu press cookies dan bar cookies. SNI menyatakan bahwa cookies merupakan salah satu jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, relatif renyah jika dipatahkan, dan penampang potongannya bertekstur padat (BSN 1992). Berdasarkan ketetapan Badan Standarisasi Nasional (1992) SNI cookies harus memenuhi syarat mutu. Syarat mutu cookies dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Syarat mutu cookies Komponen Syarat Mutu Kadar air Maksimum 5% Kadar protein Minimum 9% Kadar lemak Minimum 9,5% Kadar karbohidrat Minimum 70% Kadar abu Maksimum 1,5% Logam berbahaya Negatif Serat kasar Maksimum 0,5% Kalori per 100 g Minimum 400 Jenis tepung Terigu Bau dan rasa Normal, tidak tengik Warna Normal Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1992)
4 7 Komposisi utama dalam pembuatan cookies adalah gula, lemak telur dan tepung. Secara umum bahan penyusun cookies dapat dikelompokkan menjadi bahan pengikat yaitu tepung, air, susu, dan telur serta produk cokelat dan bahan pelembut meliputi gula, shortening, baking powder dan kuning telur (Annova 1989). Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan cookies seperti pada tahap pencampuran adonan, jumlah adonan, lama pengadonan, dan kecepatan pengadukan (Annova 1989). Sebelum pemasukan tepung sebaiknya dibentuk adonan berkonsistensi krim yaitu campuran lemak telur dan gula. Lama pemanggangan ideal adalah pada suhu C selama menit (Manley 2001). Fortifikasi Seng dan Besi Fortifikasi pangan adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan tertentu, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi makanan (Rosanna 2009). Fortifikasi pangan merupakan metode yang umum digunakan sebagai upaya dalam menanggulangi masalah gizi, terutama zat gizi mikro. Amerika merupakan negara pertama yang melakukan fortifikasi, yaitu pada tahun 1920 dengan dikeluarkannya peraturan tentang fortifikasi garam dengan zat iodium (Rosanna 2009). Kelebihan metode fortifikasi pangan dalam mengatasi masalah gizi adalah populasi sasarannya luas, tidak diperlukan sarana program khusus dalam pemberian, serta tingkat penerimaan dan tingkat kesinambungannya tinggi (Rosanna 2009). Fortifikasi zat besi sendiri telah berhasil menurunkan prevalensi anemia defisiensi besi secara drastis di Swedia dan Eropa dengan menggunakan tepung sebagai bahan pangan pembawa. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan fortifikasi antara lain pemilihan pangan pembawa, bentuk fortifikan, penetapan dosis, stabilitas dan interaksi dalam pangan, bioavailabilitas fortifikan, absorpsi fortifikan dalam tubuh, pertimbangan toksisitas, biaya fortifikasi dan daya terima pangan yang difortifikasi serta monitoring dan evaluasi program fortifikasi tersebut (Muchtadi et al 1995). Produk pembawa fortifikan, harus mempunyai beberapa syarat tertentu, antara lain: kecil kemungkinan dikonsumsi secara berlebihan, mempunyai stabilitas yang bagus selama penyimpanan, ukuran penyajian dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan fortifikan yang ditambahkan dan dikonsumsi secara teratur dalam jumlah yang relatif konstan (Fitriani 2001). Pangan pembawa harus
5 8 bersifat stabil terkait warna, rasa dan penampilannya setelah difortifikasi. Selain itu, harus dapat menahan dosis dari zat gizi yang ditambahkan setelah pangan mengalami proses lanjut ataupun saat dimasak tidak menimbulkan resiko keracunan bagi orang yang mengkonsumsinya (Fitriani 2001). Selain syaratsyarat tersebut Muchtadi et al (1995) menyatakan berdasarkan AMA/FNB (American Medical Association/Food and Nutrition Board ) syarat yang harus dipenuhi oleh zat gizi yang akan difortifikasikan adalah dapat dimanfaatkan tubuh secara maksimal oleh tubuh, penambahannya tidak mengganggu keseimbangan zat gizi esensial lainnya, harganya relatif murah, dan tidak terpengaruh inhibitor yang mungkin terdapat dalam bahan pangan pembawa. Variabel lain yang perlu diperhatikan adalah pangan pembawa hendaknya harus dapat dikonsumsi secara merata oleh kelompok sasaran (Mutchadi et al 1995). Dalam melakukan fortifikasi Fe dan Zn terdapat sejumlah bentuk kimia dari mineral ini yang dapat digunakan sebagai fortifikan, seperti fero sulfat, fero fumarat, fero sakarat, seng sulfoksida, seng fumarat, seng sulfat, dan seng glukonat. Pemilihan bentuk senyawa dari mineral tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan, seperti bioavailabilitas, harga, keamananan, kelarutan, dan pengaruhnya terhadap organoleptik (Muchtadi et al 1995). Selain itu perlu dipertimbangkan interaksinya dengan zat gizi dan fortifikan lainnya. bioavailabilitas berbagai senyawa Fe dapat dilihat dalam Tabel 3 Tabel 3 Bioavailabilitas berbagai senyawa Fe No Klasifikasi Senyawa besi Ketersediaan tikus Manusia 1 Larut air Fero Sulfat Larut air Fero Glukonat Larut air Feri Amonium Sitrat 107 NA 4 Larut air Feri Amonium Sulfat 99 NA 5 Sedikit larut air Fero Suksinat Sedikit larut air Fero Fumarat Sedikit larut air Fero Sakarat Tidak Larut air Feri Ortofosfat Tidak larut air Fero Pirofosfat Tidak larut air Besi Elemental Sumber Mutchadi et al 1995 Senyawa Fe yang akan digunakan dalam fortifikasi ini adalah Fero Sulfat, hal ini didasarkan pada Zimmermann (2005) yang menyatakan bahwa
6 9 berdasarkan kriteria harga dan pengaruhnya terhadap penampakan maka Fero Sulfat merupakan bentuk senyawa kimia yang paling sesuai digunakan sebagai fortifikan terutama untuk produk olahan tepung seperti cookies, mie dan pasta. Senyawa Zn yang digunakan adalah Zn sulfat hal ini sesuai dengan pernyataan Herman et al 2002 yang menyatakan bahwa berdasarkan kelarutan dalam adonan dan penyerapannya Zn dalam bentuk senyawa Zn sulfat lebih baik digunakan sebagai fortifikan jika dibandingkan dengan bentuk senyawa Zn oksida, hal ini terkait juga dengan interaksinya dengan bentuk senyawa Fe yang digunakan. López de Romaña, Lönnerdal, dan Kenneth H Brown (2003) yang menyatakan bahwa Zn sulfat dapat digunakan dalam fortifikasi terhadap produk yang mengandung terigu dan aman untuk dikonsumsi oleh orang sehat. Fortifikasi Fe dan Zn akan dilakukan terhadap cookies dengan didahului dengan mikrokapsulasii untuk meminimalisir dampak fortifikan terhadap mutu organoleptik pangan pembawa fortifikan. Kebutuhan dan peranan protein, Fe dan Zn pada anak Protein merupakan salah satu dari beberapa zat gizi makro yang dibutuhkan oleh manusia terutama anak untuk dapat bertahan hidup, hal ini terkait dengan sejumlah fungsi protein di dalam tubuh, protein merupakan komponen struktural dan fungsional dalam tubuh. Almatsier 2006 menyatakan bahwa semua enzim, zat pembawa, hormon, dan matriks ekstraselular tersusun atas protein, selain itu protein juga berperan dalam sistem pertahanan tubuh (immunoglobulin dan fibrinogen). Terkait dengan fungsinya sebagai komponen struktural dan fungsional maka pada periode anak kebutuhan protein hendaknya terpenuhi dengan baik, sebab pada tahap anak akan terjadi pertumbuhan fase cepat (Arisman 2004). Kekurangan zat gizi menyebabkan keterlambatan pertumbuhan yang dapat bersifat permanen hingga kematian (Manan 2004). Apabila terjadi kekurangan asupan protein dan hal ini berkepanjangan maka akan timbul masalah gizi berupa KEP yang akan bermanifestasi terhadap munculnya penyakit infeksi (Arisman 2004). Sebagaimana peran vital zat gizi makro protein, Fe dan Zn juga memiliki peranan penting di dalam pemeliharaan fungsi tubuh. Marliyati dan Kustiah (2008) menyatakan bahwa Fe merupakan salah satu elemen kunci dalam proses metabolisme tubuh. Di dalam tubuh Fe memiliki sejumlah peranan seperti pembawa oksigen dan karbondoksida, pembentukan sel darah merah, katalisasi dalam sintesis vitamin A, sintesis purin, sintesis jaringan kolagen, dan
7 10 detoksifikasi toksik di hati (Murray 2009). Defisiensi dari mineral ini dapat bermanifestasi pada anemia gizi besi. Seperti halnya Fe, Zn juga memiliki peranan yang vital di dalam tubuh. Beberapa aktivitas vital tubuh seperti respon imun, fungsi neurologi, sintesis DNA dan RNA, pembentukan jaringan mata, intergritas fungsi lambung dan pembentukan sel darah putih dan reproduksi memerlukan Zn di dalam prosesnya. Defisiensi mineral ini dapat menyebabkan kekurangan mineral Pb, hambatan perumbuhan, hambatan perkembangan, hambatan, kematangan seks, kurangnya nafsu makan, rendahnya daya tahan tubuh, dan gangguan sistem syaraf (WNPG 2004) Formulasi suatu bahan pangan hendaknya memperhatikan kebutuhan zat gizi pada kelompok target, hal ini untuk mencegah terjadinya masalah gizi. Di Indonesia sendiri dalam standarisasi penentuan kebutuhan zat gizi mengacu pada WNPG, dalam hal ini digunakan WNPG Angka kecukupan zat gizi untuk kelompok anak dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4 Angka kecukupan zat gizi rata-rata yang dianjurkan untuk bayi dan anak balita (per orang per hari) Balita (per orang per hari) 0 6 bulan 7 11 bulan 1 3 tahun 4 6 tahun Berat Badan (kg) Tinggi badan (cm) Enegi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE,µg) Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Piridoksin (mg) Niacin (mg) Vitamin B12 (mg) Asam Folat (mg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Iodium (µg) Sumber: Widyakarya Nasional (2004)
8 11 Wuehler et al (2008) menyatakan dosis suplementasi Zn pada anak usia pra sekolah sebesar 3 mg/hari memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kadar Zn plasma dan menurunkan angka diare dan penyakit infeksi pada kelompok usia ini. Angka toksisitas Zn dikhawatirkan adalah pada tingkat suplementasi 23 mg/hari (Wuehler et al 2008). Mikrokapsulasi Mikrokapsulasi adalah suatu proses penyalutan bahan-bahan inti yang berbentuk cair atau padat dengan menggunakan suatu bahan penyalut khusus yang membuat partikel-partikel inti mempunyai sifat fisika dan kimia seperti yang dikehendaki. Bahan penyalut yang berfungsi sebagai dinding pembungkus bahan inti tersebut dirancang untuk melindungi bahan-bahan terbungkus dari faktor-faktor yang dapat menurunkan kualitas bahan tersebut (Rossana 2009). Zat aktif yang terkurung di dalam mikrokapsul disebut inti atau core, dimana inti ini dapat berwujud padat atau cair dengan sifat permukaan hidrofilik atau hidrofobik, sedangkan dinding penyalut mikrokapsul disebut skin atau shell, atau film pelindung. Zlotkin et al (2001) menyatakan bahwa proses mikrokapsulasi bahan-bahan inti tersebut dibungkus oleh dinding polimer tipis. Proses mikrokapsulasi umumnya bertujuan untuk menghasilkan partikel-partikel padatan yang telah dilapisi oleh bahan penyalut tertentu. Terminologi mikrokapsulasi kadang-kadang dipakai untuk menggantikan istilah enkapsulasi yang berarti proses atau mekanisme perlindungan atau penyelaputan. Kedua terminologi tersebut menunjukkan mekanisme penyelaputan material inti (core) dengan suatu dinding. Dikatakan sebagai mikrokapsulasi karena bentuknya yang kecil, yang berukuran kurang dari atau sama dengan 100 mikron Pada umumnya mikrokapsul mempunyai ukuran antara 5 sampai 200 mikrometer (Desai KGh dan Park 2005). Industri makanan menerapkan teknik enkapsulasi ini dengan berbagai alasan yaitu untuk menjaga kestabilan dari bahan inti. Mikrokapsul merupakan food processor yang berarti mikrokapsul digunakan untuk melindungi komponen-komponen yang sensitif (mudah menguap), melindungi flavor dan aromanya, dan mengubah bahan berbentuk cairan menjadi padatan dengan tujuan mempermudah penanganannya (Fitriani 2001). Proses enkapsulasi yang telah dikembangkan saat ini sangat banyak, antara lain metode spray drying, penyelaputan dengan suspensi udara, extrusion dan spray cooling atau spray chilling (Yudha 2008).
9 12 Pada pembuatan mikrokapsulasi biasanya digunakan anticaking agent yang bertujuan untuk mencegah penggumpalan pada padatan (produk) yang dihasilkan oleh proses. Anticaking agent adalah padatan berbentuk bubuk atau kristal yang ditambahkan ke dalam produk pangan bubuk yang bersifat higroskopis menghambat kecenderungan untuk menggumpal. Anticaking agent ini umumnya merupakan bahan kimia yang bersifat inert dan sebagian besar tidak larut dalam air, tetapi mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menyerap uap air. Konsentrasi efektif dari anticaking agent umumnya maksimum sebesar 2%. Penambahan dilakukan dengan pencampuran ke dalam produk yang sudah berbentuk bubuk (Yudha 2008). Anticaking yang efektif adalah yang mampu melekat pada produk bubuk dan mempengaruhi sifat permukaannya. Pola pelekatan dari anticaking tersebut dapat berupa penutupan permukaan secara lengkap sampai dengan penutupan yang menyebar. Mekanisme dari anticaking diantaranya adalah (1) mengabsorbsi kelebihan uap air, (2) membentuk lapisan pada permukaan produk, dan (3) mencegah terbentuknya jembatan diantara molekul-molekul air pada produk. Umumnya penambahan anticaking dalam suatu produk bubuk tidak mengganggu penampakan dari produk dan sulit untuk dilihat secara visual. Hal ini dikarenakan konsentrasi anticaking yang ditambahkan sangat kecil dibandingkan dengan campuran bubuk yang dimasuki atau produk memiliki penampakan opaque (Yudha 2008).
METODE. Waktu dan Tempat
13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Cookies Fungsional Berbasis Tepung Ikan Gabus Formulasi Cookies
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Cookies Fungsional Berbasis Tepung Ikan Gabus Cookies dalam penelitian ini ditujukan untuk balita dengan usia 4-5 tahun. Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa persentase anak dengan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya
I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang
I PENDAHULUAN Cookies merupakan salah satu produk yang banyak menggunakan tepung. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang dihasilkan. Tepung kacang koro dan tepung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ceker ayam Ceker adalah bagian dari tubuh ayam yang berhubungan langsung dengan benda-benda kotor. Meski demikian, tanpa ceker ayam tidak mungkin menjadi gemuk untuk diambil
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini
I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya
Lebih terperinciPeluang Aplikasi Mikroenkapsulat Vitamin A dan Zat Besi sebagai. Chance of Microencapsulat Application of Vitamin A and Iron as
Peluang Aplikasi Mikroenkapsulat Vitamin A dan Zat Besi sebagai Chance of Microencapsulat Application of Vitamin A and Iron as D ABSTRAK Vitamin A dan zat besi termasuk salah satu zat gizi mikro yang dibutuhkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hemoglobin merupakan salah satu komponen sel darah merah yang berfungsi. pembentukan Hb yang mengakibatkan kondisi anemia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah rendah. Hemoglobin merupakan salah satu komponen sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan
Lebih terperinciFORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI
PKMI-1-03-1 FORTIFIKASI Fe ORGANIK DARI BAYAM (Amaranthus tricolor L) DALAM PEMBUATAN COOKIES UNTUK WANITA MENSTRUASI Dian Sukma Kuswardhani, Yaniasih, Bot Pranadi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis organisme laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Berdasarkan data DKP (2005), ekspor rajungan beku sebesar
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia
4. PEMBAHASAN Biskuit adalah salah satu makanan ringan yang disukai oleh masyarakat, sehingga dilakukan penelitian untuk mengembangkan produk biskuit yang lebih sehat. Pembuatan biskuit ini menggunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciPERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN
PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi makanan beranekaragam yang dapat memberikan sumber zat gizi yang cukup bagi tubuh, dengan adanya program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I. PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,
PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup, khususnya manusia pasti membutuhkan zat gizi sebagai penunjang kelancaran pertumbuhan dan perkembangan. Apabila zat gizi yang dibutuhkan tidak
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)
I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air
4. PEMBAHASAN Produk snack bar dikategorikan sebagai produk food bar, dan tidak dapat dikategorikan sama seperti produk lain. Standart mutu snack bar di Indonesia masih belum beredar sehingga pada pembahasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biskuit Menurut SNI 2973-2011, biskuit merupakan salah satu produk makanan kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari bahan dasar tepung terigu atau
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang dengan gejala awal kurang dapat melihat pada malam hari (rabun senja).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur pembangunan. Peningkatan kemajuan teknologi menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk bahan dasar olahan pangan sangat tinggi. Hal ini terjadi karena semakin beragamnya produk olahan pangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik
TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik Indeks Glikemik pertama dikembangkan tahun 1981 oleh Dr. David Jenkins, seorang Profesor Gizi pada Universitas Toronto, Kanada, untuk membantu menentukan pangan yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu dekat adalah tepung yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi sangat penting bagi kehidupan. Kekurangan gizi pada balita dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur
TINJAUAN PUSTAKA Tempe Tempe adalah bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur Rhizopus oligosporus. Mempunyai
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koya adalah bubuk atau serbuk gurih yang digunakan sebagai taburan pelengkap makanan (Handayani dan Marwanti, 2011). Bubuk koya ini pada umumnya sering ditambahkan pada
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis,
Lebih terperinciTekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.
Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, karena pangan merupakan salah satu faktor utama yang dibutuhkan mahluk hidup khususnya manusia
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia belum optimal dilakukan sampai dengan memanfaatkan limbah hasil pengolahan, padahal limbah tersebut dapat diolah lebih lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan
Lebih terperinciTELUR ASIN PENDAHULUAN
TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan menggunakan tepung terigu, namun tepung terigu adalah produk impor. Untuk mengurangi kuota impor terigu tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kesumba (Bixa orellana) merupakan salah satu tanaman yang berupa pohon, tanaman tersebut biasa ditanam di pekarangan rumah atau di pinggiran jalan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,
Lebih terperinciGambar 1. Beberapa varietas talas Bogor
II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman umbi umbian yang dikenal luas di masyarakat Indonesia. Pada tahun 2013 produksi singkong di Indonesia mencapai 23 juta ton
Lebih terperinciGIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7
GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan telur dan gula. Terdapat banyak macam kue bolu, misalnya kue tart yang biasa dihidangkan
Lebih terperinciPENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU DALAM BISKUIT
PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU DALAM BISKUIT Mashfufatul Ilmah (1112016200027) Eka yuli Kartika, Eka Noviana Nindi Astuti, Nina Afria Damayanti PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Gizi Beras Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, beras dapat digantikan/disubsitusi oleh bahan makanan lainnya, namun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah berkembang dengan cepat. Pangan fungsional yang merupakan konvergensi antara industri, farmasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK
PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan buah-buahan dengan jenis yang banyak di Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok dan masih banyak lagi. Menurut Kementrian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cookies merupakan alternatif makanan selingan yang cukup dikenal dan digemari oleh masyarakat. Cookies dikategorikan sebagai makanan ringan karena dapat dikonsumsi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbukti berperan penting dalam menunjang kesehatan tubuh.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam. Salah satu hasilnya adalah sayuran. Seperti yang kita ketahui sayuran dan buahbuahan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat, arakat, mulai dari buah, daun, batang, pelepah, sampai jantungnya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara penghasil pisang terbesar ketujuh di dunia, yang mampu menghasilkan 6,3 juta ton pisang per tahunnya (Furqon, 2013). Pada dasarnya, semua komponen
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitan pengaruh variasi dosis tepung ikan gabus terhadap pertumbuhan dan hemoglobin ikan lele, dengan beberapa indikator yaitu pertambahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada
Lebih terperinciPENENTUAN JENIS DAN KOMPOSISI PRODUK
PENENTUAN JENIS DAN KOMPOSISI PRODUK A. TUJUAN Sebagai acuan dalam menentukan jenis kompoisi produk yang meliputi komposisi bahan, jumlah jenis fortifikan yang digunakan dalam pembuatan produk. B. BAHAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya
II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cake merupakan adonan panggang yang dibuat dari empat bahan dasar yaitu tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake banyak digemari masyarakat terutama bagi anak-anak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Tepung Daging-Tulang Leher Ayam Pedaging Penelitian tahap pertama ini adalah pembuatan tepung daging-tulang leher ayam (TDTLA) Pedaging. Rendemen TDTLA Pedaging
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan sangat digemari terutama oleh anak-anak, karena es lilin memiliki warna yang menarik
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia bayi dibawah tiga tahun merupakan fase emas pertumbuhan yang harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. Winarno dan Rika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Kerangka Pemikiran, dan (7) Hipotesis Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Kerangka Pemikiran, dan (7) Hipotesis
Lebih terperinciPEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi
Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat
Lebih terperincidenaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses
BAB III PEMBAHASAN Pembuatan mie kering umumnya hanya menggunakan bahan dasar tepung terigu namun saat ini mie kering dapat difortifikasi dengan tepung lain agar dapat menyeimbangkan kandung gizi yang
Lebih terperincimi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung
Lebih terperinci