SKRIPSI. oleh DWI PRASTIYANI NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. oleh DWI PRASTIYANI NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BRETTSPIEL 4 GEWINNT DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh DWI PRASTIYANI NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2013

2

3

4

5 PERSEMBAHAN Bingkisan kecil ini aku persembahkan untuk: Allah SWT, alhamdulillah terimakasih atas segala rakhmat dan hidayahnya yang selalu mengalir. Bapakku tercinta terimakasih atas segala usaha yang begitu keras, pengorbanan, bimbingan, perhatian dan kasih sayangmu yang tiada terkira sungguh tanpamu aku tak akan pernah bisa menjadi pribadi yang sekuat ini. Ibuku tersayang terimakasih atas segala doa dan restumu yang selalu mempermudah jalanku. Keluargaku tersayang, mas Nug, dek Kembar, mb Ayu, terimakasih atas segala pengorbanan dan kebaikan kalian semua, serta ponakanku tercinta terimakasih atas keceriaan yang selalu kalian berikan di setiap harinya. Sahabat- sahabatku tercinta: Evi Wahyu Afriani, Ninik Darwanti, Gayuh Jatu Pinilih, Rhea yustitie, Afni Prawesti, Emy Fitriantini, Wahyu Widianto, Fakhriyan, dan Prasetyo Wimbadi terimakasih atas waktu dan kebersamaan yang telah kita lewati bersama. Kalian adalah sahabat-sahabat terbaik yang Allah berikan untukku. Semua kru JGV: mb Nita, mb Wulan, dek Desi, dek Nisa, mb Novi, dek Indri, dek Santi, dek Noni, dek Gita dan dek Dewi, terimakasih atas ilmu baru yang kalian berikan yang tak mungkin aku dapatkan dalam bangku akademik. Saudara-saudaraku: budhe Sri, dan om Nur terimakasih sudah memperlancar jalanku. Terimakasih atas segala bantuannya. Teman-teman di balik layar yang turut membantuku: Morvin Basunando,mb Tari, Bayu, kak Fell, dek Lyta, mb Yunita,dek Fina, dek Kiki, dek Delvi, dek Kofi, dan dek Susi terimakasih semuanya Dan untuk orang tercinta dan terkasih yang sampai pada saat ini masih bersamaku. Terimakasih untuk segalanya. Kamu yang terbaik untuku. Dan tetaplah begitu. Dan untuk semua keluarga serta teman-temanku yang selalu menemaniku, yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Terimakasih. v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunianya, karena dengan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata 1. Tugas Akhir Skripsi ini dapat terselesaikan tentunya juga karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya setulus hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat, 1. Bapak Prof. Dr. Zamzani, M.Pd., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNY. 2. Ibu Dr. Widyastuti Purbani, MA., Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan Seni UNY. 3. Ibu Dra. Lia Malia, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, FBS, UNY. 4. Bapak Drs. Subur, M.Pd., Pembimbing I sekaligus Penasehat Akademik yang telah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing, memberi masukan yang sangat membangun serta memberi pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang diberikan, bantuan, segenap dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis. 5. Ibu Dra. Retno Endah SM, M.Pd., Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hati membimbing, memberi pengarahan dan berbagai masukan secara rinci dan mendetail guna mendapatkan hasil terbaik dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Penulis sangat bersyukur mendapatkan seorang pembimbing yang tiada pernah bosan untuk memberikan berbagai masukan yang membangun serta memberikan banyak motivasi dalam upaya penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Bahasa Jerman, FBS, UNY atas berbagai bimbingan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Bapak Drs. H Sumiyono, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sedayu, Bantul. vi

7

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL. i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii MOTTO iv HALAMAN PERSEMBAHAN. v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL..... xii DAFTAR GAMBAR.... xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv ABSTRAK... xv KURZFASSUNG..... xvi Bab I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah.. 4 C. Batasan Masalah 5 D. Rumusan Masalah.. 5 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian. 6 Bab II KAJIAN TEORI.. 7 A. Deskripsi Teori 7 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Jerman sebagai Bahasa Asing 7 2. Hakikat Membaca Hakikat Media Pembelajaran Media Brettspiel 4 Gewinnt B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir. 55 D. Hipotesis Penelitian.. 64 x

9 xi Bab III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Desain Penelitian.. 66 C. Metode Penelitian.. 67 D. Variabel Penelitian E. Populasi dan Sampel 69 F. Tempat dan Waktu Penelitian.. 70 G. Metode Pengumpulan Data H. Instrumen Penelitian. 72 I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen J. Prosedur Penelitian 78 K. Teknik Analisis Data L. Hipotesis Statistik Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi Data Penelitian Prasyarat Analisis Data Pengujian Hipotesis Statistik 100 B. Pembahasan. 104 C. Keterbatasan Penelitian Bab V PENUTUP A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran 113 DAFTAR PUSTAKA. 114 LAMPIRAN

10 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Pengertian Leseziele dan Lesestile Tabel 2 : Desain Penelitian Tabel 3 : Sampel Penelitian Tabel 4 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 5 : Kisi-kisi Keterampilan Membaca Teks Bahasa Jerman Tabel6: Distribusi Frekuensi Skor Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen Tabel 7 : Kategori Skor Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Skor Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol Tabel 9 : Kategori Skor Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol Tabel 10 : Distribusi Frekuensi Skor Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen Tabel 11 : Kategori Skor Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen Tabel 12 : Distribusi Frekuensi Skor Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol Tabel 13 : Kategori Skor Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol Tabel 14 : Hasil Uji Normalitas Sebaran Tabel 15 : Uji Homogenitas Variansi xii

11 xiii Tabel 16 : Hasil Uji-t Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Tabel 17 : Hasil Uji-t Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Tabel 18 : Hasil Perhitungan Bobot Keefektifan...103

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Hubungan antar Variabel Gambar 2 : Histogram Distribusi Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen Gambar 3 : Histogram Distribusi Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol Gambar 4 : Histogram Distribusi Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen Gambar 5 : Histogram Distribusi Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol xiii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Instrumen Penelitian Rencana Pembelajaran dan Materi Perlakuan Daftar Nilai Pre-Test dan Post-Test Data Penelitian Perhitungan Bobot Keefektifan Surat Izin xiv

14 KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA BRETTSPIEL 4 GEWINNT DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL Oleh: Dwi Prastiyani NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) signifikansi perbedaan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul antara yang diajar menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan media konvensional dan (2) keefektifan penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt terhadap keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik di kelas XI SMA Negeri 1 Sedayu Bantul. Penelitian ini adalah penelitian quasi experiment. Variabel penelitian ini terdiri atas variabel bebas (X) berupa media Brettspiel 4 Gewinnt dan variabel terikat (Y) kemampuan membaca teks bahasa Jerman. Desain eksperimen menggunakan Pre-Posttest Control Group. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sedayu. Populasi penelitian ini berjumlah 280 orang. Sampel diambil secara simple random sampling. Jumlah anggota sampel keseluruhan berjumlah 64 orang, yaitu kelas eksperimen 33 orang dan kelas kontrol 31 orang. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan tes kemampuan membaca teks. Uji validitas instrumen menggunakan analisis butir tes. Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Product Moment oleh Arikunto. Hasilnya menunjukkan bahwa 27 dari 30 butir soal dinyatakan reliabel dengan nilai r-hitung 0, 391 0, 551 lebih tinggi dari r-tabel = 0,361. Reliabilitas dihitung dengan K-R 20. Hasilnya menunjukkan bahwa r-hitung, rh = 0,877 lebih tinggi dari 0,6. Analisis data menggunakan analisis uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t-hitung =3,851 lebih tinggi dari t-tabel pada taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini berarti bahwa: (1) ada perbedaan yang signifikan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul antara yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan menggunakan media konvensional; (2) media Brettspiel 4 Gewinnt lebih efektif digunakan dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul daripada pembelajaran dengan menggunakan media konvensional. Implikasi penelitian ini adalah media Brettspiel 4 Gewinnt perlu digunakan dalam pembelajaran membaca teks bahasa Jerman di SMA untuk meningkatkan kemampuan membaca teks bahasa Jerman peserta didik.

15 THE EFFECTIVENESS OF THE BRETTSPIEL 4 GEWINNT MEDIA IN THE TEACHING OF THE GERMAN TEXT READING SKILL OF XI th GRADE STUDENTS OF SMA N 1 SEDAYU BANTUL From: Dwi Prastiyani Student Number: ABSTRACT This study aimed to determine: (1) the significance of differences in the German language skills of reading texts in class XI students in SMA 1 Sedayu Bantul between the taught using media Brettspiel 4 Gewinnt and taught by conventional media and (2) the effectiveness of the use of media Brettspiel 4 Gewinnt the German language text reading skills of students in class XI SMA 1 Sedayu Bantul. This research is a quasi experiment. The variables of this study consists of the independent variable (X) in the form of media Brettspiel 4 Gewinnt and the dependent variable (Y) the ability to read German language text. Experimental design using Pre-Posttest Control Group. The research was conducted in SMA Negeri 1 Sedayu. The study population consists of 280 people. Samples were collected by simple random sampling. Number of sample members a total of 64 people, the experimental class 33 and class 31 controls. Instruments used in data collection is to test the ability to read text. Test the validity of the instrument using test item analysis. Test reliability of the instrument using the formula by Product Moment Arikunto. The results show that 27 of the 30 items revealed reliable with r counted 0, 391 0, 551 higher than r table = Reliability is calculated with K-R 20. The result shows that r-count, rh = higher than 0.6. Analyzed using t-test. The results showed that the calculated value of t counted = is higher than t-table at significance level = This means that: (1) there is a significant difference German language text reading skills of students in class XI SMA N 1 Sedayu Bantul between the taught using Brettspiel 4 Gewinnt media and who are taught using conventional media, (2) media Brettspiel 4 Gewinnt more effectively used in learning German language text reading in class XI student SMA N 1 Sedayu Bantul than learning by using conventional media. The implications of this study are Brettspiel 4 Gewinnt media need to be used in learning German language text reading in high school to improve literacy learners German subtitles.

16 DIE EFEKTIVITÄT DER VERWENDUNG BRETTSPIEL 4 GEWINNT MEDIEN BEIM DEUTSCHEN TEXTE LESEVERSTEHENSUNTERRICHT DER SCHÜLER IN DER ELFTEN KLASSE SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL Von: Dwi Prastiyani Studentennumer: KURZFASSUNG Die Ziele diese Untersuchung sind: (1) den signifikanten Unterschied des deutschen Leseverstehens Texte zwischen den Schülern, die mit Brettspiel 4 Gewinnt und traditioneller Lehrmedien unterrichtet werden, (2) die Benutzung der Brettspiel 4 Gewinnt Lehrmedien beim deutschen texte Leseverstehensunterricht von den Schülern in der elften Klasse SMA Negeri 1 Sedayu Bantul zu beschreiben. Diese Untersuchung ist ein Quasi Experiment, das aus einer freien Variable (X) und einer gebundenen Variable (Y) besteht. Die freie Variable ist die Brettspiel 4 Gewinnt Lehrmedien und die gebundene Variable ist das deutsche Texte Leseverstehen der Schüler. Die Untersuchung wurde in der SMA Negeri 1 Sedayu Bantul durchgeführt. Die Population besteht aus 280 Schülern von den Klassen XI. Das Sample wurde durch die Simple Random Sampling Technik genommen. Das Sample ist insgesamt 64 Schüler. Die Experimentklasse besteht aus 33 Schüler und die Kontrolklasse 31 Schülern. Die Daten wurde durch Leseverstehentest genommen. Die Validität des Instrumenten wurde durch Item Analysis geprüft. Die Validität des Instruments wurde durch Product Moment von Arikunto getestet. Das Rechnungsergebnis zeigt, dass von den 30 Aufgaben 27 gültig sind, mit r- Rechnung 0, 391 0, 551 höher als r-tabelle = 0,361. Die Reliabilität wurde durch K-R 20 analysiert. Das Rechnungsergebnis zeigt, dass r-rechnen, rh = 0,877 höher als 0,6 ist. Die Analyse der Daten wurde durch t-test geprüft. Das Untersuchungsergebnis zeigt, dass t-rechnen = 3,851 höher als t-tebelle mit Signifikanz α = 0,05 ist. Das bedeutet: (1) es gibt einen signifikanten Unterschied des deutsches Texte Leseverstehens zwischen den Schülern, die mit Brettspiel 4 Gewinnt und traditioneller Lehrmedien unterrichtet werden; (2) die Verwendung von Brettspiel 4 Gewinnt beim deutschen Texte Leseverstehensunterricht ist effektiver als traditioneller Lehrmedien. Die Implikation dieser Untersuchung ist die Lehrmedien Brettspiel 4 Gewinnt ist viel besser für den Texte Leseverstehensunterricht in der Oberschule, um deutschen Texte Leseverstehen der Schüler in der elften Klasse SMA Negeri 1 Sedayu Bantul zu steigern.

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penggunaan bahasa asing semakin banyak diperlukan dalam berbagai bidang pekerjaan. Karena meningkatnya kebutuhan akan bahasa asing, di setiap Sekolah Menengah Atas (SMA) kini mulai ditambahkan mata pelajaran bahasa asing sebagai mata pelajaran pokok serta bekal keterampilan para peserta didik. Penggunaan bahasa asing selain bahasa Inggris antara lain adalah, bahasa Prancis, bahasa Jerman, bahasa Mandarin, bahasa Arab, dan bahasa asing lainnya. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang mulai diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Terdapat empat keterampilan berbahasa Jerman yang mulai dikenalkan sejak dini kepada para peserta didik. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan menyimak (Hörverstehen), keterampilan berbicara (Sprechfertigkeit), keterampilan membaca (Leseverstehen), dan keterampilan menulis (Schreibfertigkeit). Keempat keterampilan berbahasa tersebut menjadi langkah awal dalam belajar bahasa asing, terutama membaca. Pemahaman sangat diperlukan ketika membaca sebuah teks. Tanpa pemahaman maksud atau isi yang terkandung dalam sebuah teks tidak akan terungkap. Namun pada kenyataannya proses belajar mengajar bahasa Jerman, khususnya dalam pembelajaran keterampilan membaca masih kurang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan 1

18 2 pada saat KKN-PPL di SMA N 1 Sedayu Bantul pada bulan Juli sampai September 2010 diketahui bahwa keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik masih rendah. Bahasa Jerman kurang mendapat perhatian dari peserta didik karena dianggap kurang penting, berbeda dengan pelajaran lainnya seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia atau Matematika. Dalam kegiatan belajar mengajar guru sering memberikan tugas-tugas kepada peserta didik, namun dalam mengerjakan atau menjawab tugas tersebut peserta didik terlihat kurang antusias dan malu-malu. Masih banyak peserta didik yang kesulitan memahami teks yang dibacanya. Peserta didik juga belum mampu menangkap isi bacaan secara keseluruhan. Selain itu peserta didik juga mengalami kesulitan ketika harus menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang dibaca. Mereka menganggap bahwa teks bahasa Jerman sulit untuk dipahami. Hal ini terjadi karena para peserta didik masih menggunakan cara yang lama untuk memahami sebuah teks. Peserta didik terbiasa memahami teks bacaan dengan cara mengartikan kata perkata tanpa melihat konteks dalam bacaan, sehingga mereka hanya terpaku pada kosakata yang belum bisa diartikan. Selain itu perhatian para peserta didik selalu tertuju pada isi teks tanpa berusaha untuk mencoba menebak apa isi teks tersebut dengan memanfaatkan unsur-unsur pendamping teks seperti gambar dan tulisan singkat selain judul. Cara yang salah dalam proses belajar tersebut mengakibatkan para peserta didik merasa bosan karena hanya monoton seperti ituitu saja ketika belajar keterampilan membaca teks bahasa Jerman. Kurangnya

19 3 latihan dalam membaca teks juga menjadi kendala peserta didik dalam memahami sebuah teks bahasa Jerman. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dicari solusi dengan memanfaatkan media yang tepat misalnya dengan menggunakan berbagai macam variasi media dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan membaca teks bahasa Jerman. Salah satu media yang bisa digunakan adalah Brettspiel 4 Gewinnt. Media tersebut digunakan karena diharapkan mampu menimbulkan kegembiraan dan dapat menambah kosakata peserta didik. Selain itu media tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pengusir kebosanan saat peserta didik mulai tampak lesu mengikuti pelajaran bahasa Jerman. Media Brettspiel 4 Gewinnt berfungsi untuk memudahkan peserta didik dalam memahami arti tentang suatu kata, sehingga peserta didik dapat menggunakan kata-kata tersebut sesuai dengan maknanya secara kontekstual. Permainan dalam media ini juga dapat memupuk rasa solidaritas terutama untuk permainan bahasa biasanya mengesankan sehingga sukar dilupakan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman. Dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt diharapkan mampu meningkatkan kemampuan membaca dan memudahkan peserta didik dalam memahami isi dari teks yang dibacanya serta mampu menunjang proses belajar mengajar dan merangsang daya pikir sehingga peserta didik mudah memahami sebuah teks bahasa Jerman. Dengan demikian hambatan-hambatan selama proses belajar mengajar bisa ditanggulangi dengan

20 4 penerapan media baru yang belum pernah digunakan sebelumnya dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt. Oleh karena itu tema tersebut dipilih sebagai kajian dalam penelitian ini. B. Identifikasi Masalah Dari uraian di atas, masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran membaca di sekolah dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Kemampuan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul masih rendah. 2. Pelajaran bahasa Jerman belum mendapat perhatian peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul karena dianggap kurang penting dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. 3. Peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul kurang antusias dan malumalu dalam mengerjakan dan menjawab tugas. 4. Peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul kesulitan dalam menjawab pertanyaan berdasarkan isi teks karena mereka tidak memahami isi dari teks yang yang telah dibaca sebelumnya. 5. Peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul beranggapan bahwa pelajaran bahasa Jerman sulit untuk dipahami karena mereka baru mendapatkan pelajaran tersebut dibangku SMA. 6. Peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul masih menggunakan cara lama dalam menterjemahkan teks, yaitu dengan cara menterjemahkan kata perkata tanpa memperhatikan konteks.

21 5 7. Peserta didik kelas XI SMA N Sedayu Bantul belum memanfaatkan unsurunsur yang mendampingi teks, misalnya gambar dan tulisan singkat selain judul untuk mencoba menebak isi dari sebuah teks. 8. Kurangnya kosakata bahasa Jerman, sehingga peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul cenderung tergantung pada kamus. 9. Peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul kesulitan memahami wacana atau teks sederhana bahasa Jerman secara keseluruhan karena mereka menterjemahkan teks kata perkata dengan bantuan kamus. 10. Media Brettspiel 4 Gewinnt belum pernah diterapkan di SMA N 1 Sedayu Bantul sebagai salah satu media pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman. C. Batasan Masalah Dari uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah dapat diketahui berbagai permasalahan yang terkait dalam pembelajaran membaca bahasa Jerman. Oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi, yakni penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul.

22 6 D. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah sebagai berikut. 1. Apakah ada perbedaan yang signifikan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI di SMA N 1 Sedayu Bantul antara yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan menggunakan media konvensional? 2. Apakah media Brettspiel 4 Gewinnt lebih efektif digunakan dalam pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah. 1. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul antara yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan menggunakan media konvensional. 2. Untuk mengetahui keefektifan media Brettspiel 4 Gewinnt terhadap keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik di kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul.

23 7 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut. 1. Penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan. 2. Bagi guru bidang studi bahasa Jerman, hasil penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan dapat menjadi masukan dalam mencari media alternatif dalam pembelajaran keterampilan bahasa Jerman. 4. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian sejenis dapat dijadikan bahan acuan dalam penyusunan penelitiannya.

24 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Jerman sebagai Bahasa Asing Bahasa merupakan sarana penting yang digunakan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat seseorang sangat erat kaitannya dan tidak bisa dipisahkan dari bahasa, tanpa menggunakan bahasa komunikasi akan sulit terjadi. Oleh karena itu bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang dapat mendukung lancarnya kegiatan berkomunikasi, yang berfungsi sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar anggota masyarakat. Alat komunikasi yang paling lengkap adalah bahasa. Banyak definisi yang telah diungkapkan oleh para pakar tentang definisi bahasa antara lain adalah, Pringgawidagda (2002: 4) mengungkapkan bahwa bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun kolektif sosial. Secara individual, bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan isi gagasan batin kepada orang lain, sedangkan secara kolektif sosial, bahasa merupakan alat berinteraksi dengan sesamanya. Lebih dalam tentang itu Webster s New Collegiate Dictionary dalam Nikelas (1988: 4) menyatakan, language is a systematic means of communicating ideas or feeling by the use of conventionalized signs, sounds, gestures, or marks having understood meanings. Kutipan tersebut mengandung pengertian bahwa bahasa merupakan suatu cara yang sistematik untuk mengkomunikasikan pendapat atau perasaan dengan menggunakan tanda- 8

25 9 tanda, bunyi-bunyi, isyarat-isyarat atau ciri-ciri konvensional yang mengandung makna. Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2004: 3) mengemukakan juga bahwa bahasa hadir dalam kehidupan sehari-hari untuk mengemban fungsi utama bahasa, yaitu fungsi komunikatif. Bahasa dipergunakan sebagai sarana berkomunikasi antar penutur untuk berbagai keperluan. Dalam hal ini, orang tidak secara langsung berpikir tentang system bahasa, melainkan berpikir bagaimana mempergunakan bahasa itu secara benar sesuai dengan sistem tersebut. Pandangan itu membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa harus lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa. Definisi dari bahasa asing seperti yang dikemukakan Parera (1993: 16) adalah bahasa yang dipelajari oleh seorang peserta didik disamping bahasa pengantar yang dipakai oleh peserta didik di sekolah. Bahasa asing merupakan bahasa ajaran yaitu bahasa yang diajarkan oleh pengajar dan dipelajari oleh peserta didik di sekolah. Lebih lengkap Schmidt (2002: 206) menyatakan bahasa asing (foreign language) adalah sebagai berikut. A language which is not the native language of large number of people in a particular country or region, is not used as a medium of instruction in school, and is not widely used as a medium of communication in government, media, etc. Foreign language are typically taught as school subjects for the purpose of communicating with foreigners or for reading printed materials in the language. Dari kutipan tersebut, bahasa asing diartikan sebagai satu bahasa yang bukan bahasa asli dari sebagian besar orang pada satu negara atau daerah tertentu, yang bukan dipergunakan sebagai satu bahasa pengantar di sekolah, dan secara luas

26 10 bukan dipakai sebagai sarana komunikasi dalam pemerintahan, media, dsb. Bahasa asing diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah dengan tujuan agar peserta didik dapat berkomunikasi dengan orang asing atau untuk membaca bacaan dalam bahasa asing tersebut. Seiring perkembangan zaman serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, penguasaan bahasa asing dirasakan sangat penting, karena banyak informasi baik di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ataupun ilmu di bidang sosial dan ekonomi bersumber dari luar negeri, dan biasanya ditulis dalam bahasa asing. Terkait dengan hal tersebut menyebabkan pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jerman sangat dibutuhkan di era global seperti sekarang ini. Saat ini sudah banyak sekolah menengah atas yang menerapkan pembelajaran bahasa Jerman sebagai salah satu mata pelajaran berbahasa asing selain bahasa Inggris. Untuk mempelajari bahasa asing tersebut, maka diperlukan adanya sebuah proses yang disebut dengan proses pembelajaran. Lebih jauh, Pringgawidagda (2002: 20) mengemukakan, learning is acquiring or getting of knowledge of a subject or skill by study, experience, or instruction. Pembelajaran adalah (proses) memperoleh atau mendapatkan pengetahuan tentang subjek atau keterampilan yang dipelajari, pengalaman, atau instruksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar bahasa berarti upaya memperoleh pengetahuan bahasa sebagai akibat dari pengalaman. Spears dalam Sadiman (2007: 20) memberi batasan bahwa belajar adalah learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. Kutipan tersebut secara umum mengemukakan bahwa belajar itu merupakan

27 11 perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru. Adapun definisi yang lebih khusus mengenai pembelajaran bahasa asing, seperti yang dikemukakan oleh Pringgawidagda (2002: 18) bahwa pembelajaran bahasa asing adalah usaha yang disadari untuk menguasai kaidah kebahasaan (about language/language usage). Pembelajaran bahasa asing merupakan kegiatan belajar berkomunikasi dengan bahasa lain. Melalui kegiatan ini diharapkan pembelajar mampu menggunakan bahasa asing tersebut dalam kegiatan sehari-hari. Nunan (1991: 13) juga menjelaskan, the ability to use a second language would develope automatically if the learner were required to focus of meaning in the process of using the language to communicate. Jadi kemampuan menggunakan bahasa kedua secara langsung dapat meningkat jika pembelajar bahasa diarahkan untuk lebih fokus pada proses penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Jika pembelajar menggunakan bahasa kedua untuk berkomunikasi dengan intensitas yang lebih sering, maka secara otomatis keterampilan bahasanya akan semakin meningkat. Oleh karena itu latihan-latihan secara bertahap dan rutin merupakan salah satu cara untuk dapat mencapai penguasaan keterampilan berbahasa. Dalam Kurikulum Sekolah SMU GBPP (1996: 1) disebutkan bahwa mempelajari bahasa Jerman yang kedudukannya sebagai bahasa asing, bukan berarti hanya mempelajari dan menguasai kosakata, struktur, dan penerapan polapola linguistik saja, melainkan juga menguasai materi pelajaran sedemikian rupa, sehingga para peserta didik mampu menggunakannya dalam interaksi sosial sesuai dengan situasi yang dihadapi. Maksud dari pernyataan ini menekankan pada fungsi

28 12 bahasa sebagai bahasa sebagai alat komunikasi. Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran bahasa asing di SMA memerlukan suatu pendekatan yang dapat mengajak peserta didik untuk aktif serta membawa peserta didik memahami dan mempunyai kemampuan yang menyeluruh terhadap empat aspek keterampilan berbahasa. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006: 8) tujuan pelaksanaan pembelajaran bahasa Jerman di SMA mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yakni menyimak (Hörverstehen), berbicara (Sprechfertigkeit), membaca (Leseverstehen), dan menulis (Schreibfertigkeit). Keempat aspek tersebut saling berkaitan dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA, sehingga diharapkan peserta didik mampu menguasai keempat aspek tersebut agar tujuan dari pembelajaran bahasa Jerman dapat tercapai. Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian dan Perkembangan Departemen Pendidikan Nasional (2004: 3) mengemukakan juga bahwa secara ringkas karakteristik pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa asing mencakup dua aspek, yakni (1) bahasa sebagai sebuah sistem keilmuan, aspek kompetensi kebahasaan, dan (2) bahasa sebagai sarana komunikasi, aspek performans (kinerja, unjuk kerja) kebahasaan. Selain aspek keterampilan berbahasa yang telah disebutkan di atas, pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa asing juga amat ditentukan oleh aspek pengetahuan tentang kebudayaan bangsa yang bahasanya dipelajari. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Sadtono (1987: 136) bahwa apabila kita mau mempelajari bahasa asing secara tuntas, maka kita perlu mengetahui pola-pola kebudayaan bahasa itu. Pengetahuan tentang latar belakang

29 13 dan pola kebudayaan bahasa yang sedang dipelajari itu penting agar pemahaman peserta didik tentang kosakata dan cara membawakan diri dalam pergaulan dengan penutur bahasa itu menjadi lebih baik dan mantap, sehingga diharapkan peserta didik terbiasa dalam berpikir dan berbicara dalam bahasa asing yang sedang dipelajari. Hardjono (1988: 27) menambahkan bahwa pengetahuan tentang kebudayaan bangsa yang bersangkutan akan menolong kita dalam memahami dengan benar ungkapan-ungkapan dan buah pikiran yang terkandung di dalamnya. Pengetahuan mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan serta proses-proses perkembangannya yang hanya dapat diajarkan dalam aspek kebudayaan akan menunjang tercapainya tujuan pengajaran bahasa asing yang mencakup segala aspek dan fungsinya. Untuk dapat menguasai aspek-aspek keterampilan berbahasa yang telah disebutkan di atas, pendekatan komunikatif adalah model pendekatan yang sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa saat ini, karena pada hakikatnya pendekatan komunikatif itu sendiri berorientasi pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Seperti yang dikemukakan Akhadiah (1991: 142) bahwa di dalam pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif, bahasa diajarkan sebagaimana fungsinya dalam berkomunikasi. Orientasi belajar mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi ini disebut dengan pendekatan komunikatif. Purwo (1990: 30) menyatakan pengajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif lazim pula disebut sebagai pengajaran dengan pendekatan pragmatik.

30 14 Walaupun hakikatnya sama akan tetapi pendekatan komunikatif yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi seluruh pokok bahasan dan merupakan suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang bertujuan agar siswa terampil dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa asing dengan menggunakan pendekatan komunikatif, yang dituju bukanlah pencapaian pengetahuan mengenai tata bahasa saja atau penggunaan sekian ribu kosakata secara tidak kontekstual, akan tetapi kemampuan komunikatif yang bertujuan akhir pada kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Lebih lanjut mengenai pendekatan ini, Finochiaro dan Brummfit via Pringgawidagda (2002: ) mengemukakan mengenai karakteristik dari pendekatan komunikatif, yaitu. (1) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi pembelajar, (2) menekankan pada makna secara utuh dan fungsional, penyajian bahan tidak terpotong-potong dalam satuan-satuan lepas, (3) berorientasi pada konteks, (4) mempertajam kepekaan sosial, (5) belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, (6) komunikasi yang efektif merupakan tuntutan, (7) latihan komunikasi dimulai sejak permulaan belajar bahasa, (8) kompetensi komunikatif merupakan tujuan utama, (9) urutan pembelajaran tidak selalu linear, didasarkan pada kebutuhan, (10) pembelajar sebagai pusat belajar, (11) kesalahan berbahasa merupakan sesuatu yang wajar, (12) materi senantiasa melibatkan aspek linguistik, makna fungsional, dan makna sosial. Celce (2001: 9) mengemukakan bahwa tujuan dari pendekatan ini adalah the purpose from communicative approach of language (and this the goal of language communication). Celce ingin menjelaskan bahwa tujuan dari pendekatan komunikatif pada akhirnya adalah komunikasi. Richards (2002: 3) juga mengungkapkan Communicative Language Teaching (CLT) sets as its goals the

31 15 teaching of communicative competence. Maksud yang dikemukakan Richards yakni pengajaran bahasa komunikatif dibuat sebagai tujuan dari kompetensi dalam komunikasi. Tujuan dari pendekatan ini seperti yang dikemukakan oleh Savignon dalam Pringgawidagda (2002: 131) yang menyatakan tujuan pendekatan ini adalah mengembangkan kompetensi komunikatif yang meliputi kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacan, dan kompetensi strategi. Pendapat di atas ditegaskan kembali oleh Sadtono (1987: 67) yang mengemukakan bahwa dalam pendekatan komunikatif yang menjadi acuan adalah kebutuhan siswa dan fungsi bahasa, dan bertujuan agar siswa dapat berkomunikasi dalam situasi yang sebenarnya. Penyusunan materi tidak selalu linear. Senada dengan pendapat tersebut, Pringgawidagda (2002: 139) menambahkan pula dalam pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif, baik tujuan dan materi didasarkan atas kebutuhan pembelajar. Jadi, urutan pelajaran tidaklah harus linear (dari mudah ke sulit atau sebaliknya, dari depan ke belakang) tetapi didasarkan atas kebutuhan. Jadi pendekatan komunikatif itu sendiri sebenarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan komunikatif dalam semua aspek keterampilan berbahasa seperti yang telah ditetapkan di dalam KTSP, sehingga kemampuan berbahasa Jerman secara komprehensif dapat tercapai dengan baik. Lebih jauh lagi mengenai pendekatan komunikatif, Nikelas (1988: 252) menjelaskan mengenai kekuatan dari pendekatan ini, yakni. (1) Bahasa dilihat sebagai alat komunikasi, (2) penggunaan bahasa yang aktual merupakan tekanan dan mendapat perhatian yang besar dalam pendekatan ini, (3) bahasa digunakan untuk mengkomunikasikan pikiran atau nosi antara lain: (a) dalam variasi dari situasi formal, informal, serius, dan lain-lain, (b) dengan beragam penggunaan bahasa menurut ragam pemakai, bentuk dan tingkatan hasil diharapkan, (4) tujuan bahasa

32 16 merupakan prioritas dan kosakata serta gramatika yang akan digunakan harus disesuaikan dengan tujuan komunikasi tersebut. Subyakto (1988: 77) juga menambahkan dalam pendekatan komunikatif terdapat dua hal yang paling mendasar yaitu. (a) kebermaknaan dari setiap bentuk bahasa yang dipelajari. Kebermaknaan berarti bahwa dalam mempelajari bahasa Jerman, bentuk bahasa (kata, frasa, dan kalimat) serta struktur bahasa (kosakata, imbuhan, dan struktur) harus selalu dikaitkan dengan arti atau makna karena bahasa adalah pengungkapan ide dan konsep, (b) bentuk, ragam, dan makna bahasa berhubungan dan terkait dengan situasi dan konteks berbahasa tersebut. Situasi dan konteks berarti bentuk dan makna bahasa itu bergantung pada faktor-faktor penentu yang ada dalam situasi dan penggunaan bahasa tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait pembelajaran bahasa asing, antara lain bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan instruksional yang direncanakan, dirancang, dan diorganisir sebagai suatu bentuk upaya untuk membantu peserta didik belajar dan mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu, sedangkan pembelajaran bahasa asing merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang bertujuan membantu pembelajar agar mampu menggunakan bahasa target sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai alat komunikasi. Terkait dengan fungsi tersebut, pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa asing di SMA lebih menekankan pada pencapaian kompetensi dasar bekomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis dalam bahasa Jerman, sementara itu pengetahuan sistem bahasa (kompetensi) diajarkan untuk menunjang kemampuan berkomunikasi dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penggunaan model pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa asing, terutama dalam bahasa Jerman juga sangatlah tepat. Dalam pendekatan

33 17 komunikatif peserta didik dituntut untuk selalu aktif, kreatif, dan komunikatif, karena pendekatan ini lebih menekankan pada kebermaknaan suatu proses, ragam dan bentuk bahasa yang terkait dengan situasi dan konteks. Selain penguasaan aspek keterampilan berbahasa, dalam suatu pembelajaran bahasa asing juga diperlukan penguasaan aspek kebudayaan bahasa yang sedang dipelajari, agar nantinya peserta didik dapat menjadi terampil dalam menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa asing yang dipelajarinya. Seseorang dikatakan telah berhasil menguasai bahasa asing apabila orang tersebut mampu menggunakan bahasa tersebut, mampu berpikir dan berbicara dalam bahasa yang dipelajarinya. 2. Membaca a. Hakikat Membaca Membaca merupakan salah satu bagian dari keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia. Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Apabila dalam berbahasa orang mau berpikir tenang dan menggunakan perasaan yang jernih, maka akan terciptalah komunikasi yang jelas. Berbagai definisi dan penjelasan tentang membaca ada di dalam hampir setiap buku tentang membaca. Para pakar dan ahli dalam bidang membaca berulang-ulang membuat definisi, bagan, model dan pola pemikiran tentang membaca. Menurut Harris dan Sipay (via Zuchdi, 2007: 19) membaca dapat didefinisikan sebagai penafsiran yang bermakna terhadap bahasa tulis. Hakikat kegiatan membaca adalah memperoleh makna yang tepat. Pengenalan kata

34 18 dianggap sebagai suatu prasyarat yang diperlukan bagi komprehensi bacaan, tetapi pengenalan kata tanpa komprehensi sangatlah kecil nilainya. Salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain juga kepada diri sendiri adalah dengan membaca. Pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi membaca akan memberikan pengalaman rokhani maupun pengetahuan kepada pembaca sehingga pengajaran yang efektif akan mempercepat peserta didik dalam belajar dan memberi motivasi peserta didik untuk gemar membaca. Kemampuan untuk menyerap intisari buku juga perlu dipelajari sebanyak-banyaknya, sehingga kemampuan membaca memberikan manfaat bagi pembacanya. Belajar membaca dan membaca untuk belajar akan menjadi satu kesenangan yang merupakan kegiatan paling berharga. Definisi lainnya tentang hakikat membaca juga dikemukakan oleh Iskandarwassid (2009: 246) yang menjelaskan bahwa membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca juga perlu mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang disampaikan oleh Dechant (via Zuchdi, 2007: 21) yang berpendapat bahwa membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Tampubolon (1993: 41) menyatakan membaca adalah suatu kegiatan fisik dan mental. Dikatakan kegiatan fisik karena melibatkan kerja mata dan dikatakan kegiatan mental karena menuntut kerja pikiran untuk memahami apa yang tertulis. Definisi lainnya dikemukakan oleh Smith, Goodman, dan Meredit dalam Harjasujana (1996: 3) mendefinisikan membaca sebagai suatu proses rekonstruksi

35 19 makna yang berasal dari bahasa yang dinyatakan dalam bentuk lambang (hurufhuruf). Rekonstruksi makna tersebut bersifat aktif. Dengan demikian proses membaca itu mirip dengan proses menyimak yang merupakan proses rekonstruksi makna dari lambang bunyi (fonem) dalam bahasa lisan. Dari kedua teori di atas, membaca mengandung unsur-unsur: (1) adanya suatu proses kegiatan yang aktifkreatif, (2) adanya objek sasaran kegiatan yaitu lambang-lambang tertulis sebagai penuangan gagasan atau ide orang lain, (3) adanya pemahaman yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Lebih dalam tentang definisi membaca, David Russel (dalam Zuchdi, 2007: 21-22) menyatakan bahwa membaca adalah tanggapan terhadap pengertian yang dinyatakan penulis dalam kata, kalimat, paragrap atau bentuk yang lebih panjang. Unsur-unsur dari membaca di atas diperkuat oleh pendapat Nurgiyantoro (2001: 244) yang juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Ditambahkan pula, bahwa dalam membaca tidak terlepas dari pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan. Lebih lanjut Zuchdi (2007: 15) mengemukakan bahwa membaca melibatkan proses identifikasi dan proses mengingat suatu bahan bacaan yang disajikan sebagai rangsangan untuk membangkitkan pengalaman dan membentuk pengertian baru melalui konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh pembaca. Ketika sebuah proses membaca berlangsung, maka seluruh aspek kejiwaan dapat dikatakan berproses. Seseorang yang sedang membaca sesungguhnya tidak hanya membangun kemampuan berpikir. Pada saat yang sama

36 20 sesungguhnya orang tersebut juga sedang mengasah perasaannya, sehingga secara keseluruhan seorang anak yang sedang membaca adalah anak yang sedang membangun kepribadian dan kemampuan intelektual sekaligus. Dengan demikian membaca berhubungan erat dengan perkembangan berpikir seseorang. Subyakto (1988: 145) mengatakan bahwa membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya. Pendapat yang hampir senada diungkapkan oleh Crawley dan Mountain dalam Rahim (2007: 3) yang mengatakan membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam katakata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis (critical reading), dan membaca kreatif (creative reading). Celce (2001: 154) berpendapat bahwa membaca adalah proses interaktif dan sosiokognitif. Membaca melibatkan teks, pembaca, dan konteks sosial yang menjadi ajang berlangsungnya kegiatan membaca. Tidak jauh berbeda, Mark A. Clark and Sandra Silberstein dalam Simanjuntak (1988: 15) mengungkapkan reading as an active cognitive process of interacting with print and monitoring comprehension to establish meaning. Kutipan singkat tersebut mendefinisikan membaca sebagai proses kognitif aktif dari interaksi dengan bahasa cetak dan pemantauan untuk membangun pemahaman makna.

37 21 Definisi lainnya tentang hakikat membaca juga dikemukakan oleh Klein, dkk via Rahim (2007: 4) yang mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Disebut suatu proses karena informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Merupakan suatu strategis karena pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca, sedangkan membaca adalah interaktif maksudnya keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Terkait dengan hal tersebut hal pertama yang perlu diperhatikan dalam proses membaca adalah proses pemahaman. Definisi pemahaman atau komprehensi itu sendiri menurut Soedarso (1999: 58-59) adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting dan seluruh pengertian. Untuk pemahaman itu maka diperlukan (1) menguasai perbendaharaan katanya, (2) akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, tata bahasa). Namun demikian, kemampuan tiap orang dalam memahami apa yang dibaca berbeda-beda. Hal ini tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban ide yang dibaca, dan tujuan membaca.

38 22 Lebih jauh mengenai proses pemahaman, Kustaryo (1988: 11-12) juga menambahkan bahwa. reading with comprehension means understanding what has been read. It is an active, thinking prosess that depends not only on comprehension skills but also on the student's experiences and prior knowledge. Comprehension involves understanding the vocabulary seeing the relationships among word and concepts, organizing ideas, recognizing the author's purpose, making judgments, and evaluating. Maksud dari kutipan di atas yakni membaca dengan pemahaman berarti memahami apa yang telah dibaca. Ini adalah, proses berpikir aktif yang tidak hanya tergantung pada kemampuan pemahaman tetapi juga pada pengalaman siswa dan pengetahuan sebelumnya. Pemahaman melibatkan memahami kosakata melihat hubungan antara kata dan konsep, pengorganisasian ide, mengenali tujuan penulis, membuat penilaian, dan evaluasi. Berdasarkan beberapa definisi di atas, meskipun terdapat beraneka ragam batasan mengenai membaca, semuanya memberi penekanan yang sama yaitu perihal memahami isi bacaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses berpikir yang termasuk didalamnya memahami isi bacaan, menafsirkan arti dan lambang-lambang tertulis dengan melibatkan penglihatan gerak mata, pembicaraan batin, dan ingatan. b. Pengertian Kemampuan Membaca Bahasa Jerman Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu judul buku dan berjuta surat kabar diterbitkan setiap harinya. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada pengajar untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk para peserta didik. Walaupun

39 23 tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kita tentu perlu dibaca. Sebelum diuraikan pengertian kemampuan membaca ada baiknya ditinjau terlebih dahulu pengertian kemampuan dan membaca itu sendiri. Menurut Poerwadarminta (2005: 628) mengungkapkan kemampuan adalah suatu kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Oleh sebab itu kemampuan mempunyai makna jauh di atas dari sekedar dapat membaca, karena di dalamnya telah tercakup makna sanggup melaksanakan sesuatu secara terlatih, baik, dan cermat. Adapun pengertian membaca seperti diungkapkan Smith via Zuchdi (2007: 21) mendefinisikan membaca sebagai proses komunikasi yang berupa pemerolehan informasi dari penulis oleh pembaca. Dapat juga dikatakan sebagai suatu kerja yang aktif dan interaktif. Dikatakan aktif karena pembaca akan secara aktif mencari informasi, baik yang tersirat atau pun tersurat dalam teks, sedangkan interaktif adalah timbulnya proses informasi antara penulis dengan pembaca. Pembaca akan menangkap dan memahami ide atau pesan penulis yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Kemampuan membaca itu sendiri adalah kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan. Jadi inti dari kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan oleh penulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami ide-ide tertulis baik yang tersurat maupun yang tersirat serta menarik kesimpulan melalui penafsiran yang penuh arti

40 24 yang bukan hanya sekedar proses membaca tanpa mengerti isi dari bacaan yang dibaca. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca teks berbahasa Jerman dapat diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan yang telah terlatih dengan baik dan cermat untuk memahami dan menangkap gagasan atau informasi baik yang tersurat maupun yang tersirat di dalam konteks bacaan secara menyeluruh, sehingga dapat memperoleh informasi-informasi yang terdapat dalam teks berbahasa Jerman. Dengan demikian maka yang paling esensial dalam kegiatan membaca adalah pemahaman isi bacaan. Untuk dapat sampai pada tahap pemahaman ini, tentu saja pada awalnya pembaca akan selalu berusaha untuk mengerti hubungan arti antar kata dalam kalimat. Selanjutnya pembaca akan berusaha untuk mengerti hubungan arti antar kalimat dalam suatu teks atau bacaan. Dalam aktivitas membaca diketahui adanya proses membaca yang sangat berkaitan dengan model membaca. Klein, dkk dalam Rahim (2007: 36) menyebutkan model-model proses membaca tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga klasifikasi model, yaitu: 1. Model Bottom Up Model membaca ini pada dasarnya merupakan proses penerjemahan, decoding, dan encoding. Yang memainkan peranan utama dalam proses membaca ini adalah unsur teks. Klein dkk dalam Rahim (2007: 36) mengungkapkan bahwa dalam model membaca ini, pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran kebahasaan yang paling rendah menuju ke yang tinggi. Pembaca model ini mulai

41 25 dari mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan terus bergerak ke tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami isi teks. Pemahaman dalam model membaca ini dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi. Model membaca ini umumnya juga digunakan dalam pembelajaran membaca awal. Pertama-tama peserta didik memproses simbol-simbol grafis secara bertahap kemudian mereka harus mengenali huruf, memahami rangkaian huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi frasa dan kalimat, kemudian membentuk sebuah teks. Dengan kata lain pemahaman diperoleh di saat pembaca berusaha untuk memfokuskan perhatian pada kata-kata atau gabungan kata. Oleh karena itu jelaslah bahwa pendekatan ini lebih menekankan pada membaca murni sebagai suatu proses menemukan tanpa mempertimbangkan sesuatu yang sebenarnya telah ada dalam benak pembaca. 2. Model Top Down Jika dalam model membaca bottom up pelaksanaan proses membaca sebuah teks bermula dari bawah ke atas dan yang lebih diutamakan adalah unsur teks, bukan dari otak atau pikiran pembacanya. Berbeda halnya dengan model membaca top down. Dalam model membaca ini kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa mempunyai peran pertama dan utama dalam penyusunan makna dalam proses membaca. Model ini membutuhkan suatu interaksi antara pikiran dan bahasa sehingga pengetahuan yang dimiliki seseorang menjadi sangat berpengaruh terhadap arah dan hasil kegiatannya dalam membaca. Pengetahuan yang selaras akan memberikan kontribusi yang positif sementara kurangnya

42 26 pengetahuan bawaan akan memperlambat proses pemahaman akan arti dan makna bacaan. Goodman dalam Harjasujana (1996: 33) berpendapat bahwa membaca model ini merupakan proses yang meliputi penggunaan isyarat kebahasaan yang dipilih dari masukan yang diperoleh melalui persepsi pembaca. Pemilihannya itu dilakukan dengan kemampuan memperkirakan atau menerka. Ketika informasi itu diproses, terjadilah keputusan-keputusan sementara untuk menerima, menolak, atau mungkin memperhalus masukan tersebut. Dalam proses membaca model ini, seorang pembaca akan membaca sebuah bacaan dengan membaca kalimat-kalimat kemudian untuk menemukan informasi yang terkandung adalah dengan menebak arti dari bacaan tersebut. Informasi grafis hanya digunakan untuk mendukung hipotesis mengenai makna yang sudah terbentuk ketika alat visual menangkap lambang-lambang cetak. Dengan kata lain fungsi mata untuk memperhatikan lambang-lambang secara seksama memainkan peranan minor dalam kegiatan membaca dengan model ini. 3. Model Interaktif Model interaktif ini adalah paduan antara model membaca bottom up dan model membaca top down. Seringkali teks yang dibaca memerlukan kombinasi dari kedua model tersebut. Membaca model ini akan dimulai pada model bottom up dan kemudian model top down yang dimulai dengan proses mengenali kata, kemudian berusaha untuk menganalisis kalimat-kalimat yang relatif sulit dipahami.

43 27 Model Interaktif meggambarkan model bottom up dan model top down berlangsung secara simultan. Artinya proses membaca tidak lagi menunjukkan suatu proses yang bersifat linier, tidak menunjukkan proses yang berurutberlanjut, melainkan suatu proses timbal balik yang bersifat simultan. Apabila belum juga memahami apa yang dibaca, orang akan terus-menerus melakukan proses membaca dengan menggunakan kedua model tersebut secara bergantian sehingga penerapan kedua model tersebut secara terpadu akan menjamin ketepatan dan kebenaran pemahaman. c. Tujuan Membaca Tujuan merupakan motivasi yang paling kuat untuk melakukan suatu tindakan. Setiap kegiatan pasti mempunyai arah atau tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga halnya dengan kegiatan membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung akan lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai dengan pembelajaran membaca di kelas. Rampilon (1996: 11) mengungkapkan tujuan membaca sebagai berikut. (1) membaca dengan tujuan mendapatkan informasi (Lesen zur Informationen), (2) membaca dengan tujuan memenuhi dorongan kejiwaan (Lesen aus Psychischemotionalen Anreiz), (3) membaca dengan tujuan meningkatkan perbendaharaan kebahasaaan (Lesen zur Spracherwerb). Subyakto (1988: 145) mengatakan tujuan orang membaca adalah untuk mengerti atau memahami isi atau pesan yang tekandung dalam satu bacaan seefisien mungkin, sedangkan Morrow (dalam Subyakto, 1988: 145) mengatakan bahwa tujuan membaca ialah untuk mencari informasi yang (1) kognitif dan

44 28 intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri, (2) referensial dan faktual, yaitu yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini, dan (3) afektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca. Dengan adanya tujuan, dapat mengarahkan pembaca dalam menentukan taraf pemahaman bacaan, menentukan cara serta waktu yang digunakan untuk membaca. Dengan ditetapkannya tujuan membaca yang jelas dapat memacu pembaca agar dapat membaca secara efektif dan efisien serta memperoleh hasil yang maksimal. Dengan demikian pembaca hanya akan melakukan kegiatan yang mendukung atau berguna dalam pencapaian tujuan. Dari uraian tentang tujuan membaca yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh informasi dan makna yang tepat terkait dengan suatu bacaan yang dibaca. d. Pengajaran Membaca Teks Berbahasa Jerman Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar dan pada tingkat penalarannya. Membaca tidak hanya suatu aktivitas menstransfer teks-teks tertulis ke dalam suatu bahasa lisan atau memahami isi teks saja. Umumnya bagi pembelajar awal bahasa Asing, kegiatan membaca teks bahasa asing merupakan usaha pemerolehan informasi melalui proses yang sedemikian kompleks dan rumit. Dalam arti suatu proses yang melibatkan berbagai keterampilan. Pengertian dasar tersebut harus dipahami terlebih dahulu karena dalam pengajaran membaca, umumnya peserta didik hanya dituntut untuk mengerti teks saja, tanpa

45 29 memperhitungkan faktor-faktor lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan membaca dalam arti sesungguhnya sehingga banyak hal atau informasi yang diterima mereka dari membaca tidak selalu langsung dapat dipahami maknanya. Sujanto (1988: 5-6) mengungkapkan hal tersebut disebabkan oleh beberapa kemungkinan. Pertama bahasanya yang tidak kita kuasai, kedua ada istilah-istilah yang tidak kita pahami, meskipun istilah itu hanya merupakan bagian kecil dari bahasa yang kita ketahui, akan tetapi penggunaan istilah-istilah yang tidak kita mengerti akan menjadi gangguan terhadap pemrosesan informasi, dan ketiga bahwa informasi itu sendiri terlalu sulit bagi kita sebagai pembaca, karena sama sekali belum ada apersepsinya atau informasi yang relevan untuk mengolahnya. Atas dasar itulah, melalui belajar membaca khusunya dalam bahasa asing seperti bahasa Jerman diharapkan peserta didik mendapat pengetahuan dan keterampilan, sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuan dan kompetensi membaca dengan lebih baik. Seperti penyataan yang dikemukakan oleh Hardjono (1988: 53) bahwa untuk dapat mengembangkan kompetensi membaca yang harus dikuasai oleh siswa sebagai dasar untuk dapat membaca teks/wacana perlu dikembangkan langkah-langkah kompetensi membaca, yakni. (1) penguasaan bahasa yang bersangkutan setaraf kesukaran yang terdapat dalam teks bacaan, (2) pengetahuan mengenai kebudayaan negara yang bersangkutan khususnya mengenai sistem komunikasi, fungsi bahasa, penggunaan aspek-aspek bahasa, dan (3) kemampuan membuat strategi operasional. Azies dan Alwasilah (1996: 11-12) juga berpendapat bahwa dalam pengajaran membaca dibutuhkan enam keterampilan, yaitu:

46 30 (1) keterampilan prediktif, (2) mencari informasi tertentu, (3) memperoleh gambaran umum, (4) memperoleh informasi rinci, (5) mengenali fungsi dan pola wacana, dan (6) menarik makna dari konsep. Lebih dalam mengenai pengajaran membaca, Harjasujana (1996: 81) mengatakan di dalam pengajaran membaca terdapat tiga ranah, yakni. (1) ranah kognitif yang berarti sebagai suatu aktivitas kognitif dalam memahami bacaan secara tepat dan kritis sehingga disebut juga dengan keterampilan kognisi, (2) ranah afektif yang berhubungan dengan sikap dan minat atau motivasi untuk membaca, (3) ranah psikomotorik yang berkaitan dengan aktivitas fisik pada saat membaca. Terkait dengan pengajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman, Neuer dkk (1981: 51) mengemukakan beberapa teknik yang digunakan dalam membaca teks berbahasa Jerman, yakni. (1) Vereinfachung atau penyederhanaan teks dengan cara menggarisbawahi kata-kata kunci dalam teks, membuat ringkasan kecil pada pinggir teks, membuat diskurstruktur dari kata-kata yang berkaitan dan mengubah teks ke dalam suatu situasi, (2) Verkürzung atau penyingkatan teks dengan cara membuat teks singkat yang lebih sederhana, (3) Aufgliederung atau penggolongan teks dengan cara mengelompokkan informasi dari teks ke dalam tabel, membagi teks menurut alinea, dan mengisi diagram, (4) Auβersprachliche Verdeutlichung atau Visualisierung dengan cara mengubah teks ke dalam bentuk situasi yang lebih konkret dengan disertai gambar dan menggunakan simbol atau tanda di luar bahasa verbal, (5) Aktivierung des Vorwissens atau pengaktifan kembali pengalaman atau pengetahuan yang pernah diperoleh sebelumnya. Lain halnya menurut Sukotjo (1988: 10-11) proses belajar untuk mencapai tujuan belajar keterampilan membaca dicapai secara bertahap melalui (1) tahap motivasi atau tahap pengalaman, dengan langkah-langkah yakni; penghayatan tema wacana melalui kata kunci yang diberikan artinya atau yang harus disimpulkan artinya oleh peserta didik, penyajian teks sesuai macam teks, latihan pemahaman untuk mengerti teks secara garis besar (Groβverständnis), (2) tahap pemantapan melalui latihan pemantapan yang dimulai atau diawali atau diakhiri dengan latihan penjabaran tata bahasa, (3) tahap penerapan melalui langkah seperti dalam tahap pemantapan tanpa penjabaran tata bahasa.

47 31 Macam atau bentuk latihan yang dapat menunjang langkah atau tahap tersebut antara lain. (1) pemahaman, yakni; pertanyaan tentang isi teks (Inhaltsfragen), membuat ringkasan (Zusammenfassungen), menyusun gambar berdasarkan isi teks (Zuordnungsbild), menyusun kembali anak judul yang urutannya tertukar (Zwischentitel), siapa mengatakan apa? (Wer sagt was?), mengisi tabel (Tabelleneintrag), menjodohkan (Was gehört zusammen), penyimpulan dari konteks (Erschlieβung aus dem Konteks), penyimpulan dari pembentukan kata (Erschlieβung aus der Zusammensetzung), (2) pemantapan, yakni; pengulangan / repetition (Wiederholungsübengen),subtitution,transformation(Umformungsübunge n), (3) penerapan, yakni; latihan melengkapi monolog (Monologisch Lückenübungen), latihan melengkapi percakapan (Dialogisch Lückenübungen), latihan mengenali (Erkennungsübung), pilihan ganda (Multiple-Choiceübung), latihan melengkapi ujaran (Redemittelsstraifen), siapa mengatakan apa? (Wer sagt was?), menjodohkan (Was gehört zusammen) Terkait dengan kegiatan pengajaran membaca teks bahasa Jerman yang dikemukakan di atas, maka perlu juga adanya efisiensi dalam kegiatan membaca sebuah teks. Agar kegiatan membaca lebih efisien diperlukan beberapa strategi membaca. Adapun strategi membaca tersebut antara lain. 1. Membaca Memindai (Scanning) Azies dan Alwasilah (1996: 113) mengemukakan bahwa membaca memindai (scanning) adalah membaca sangat cepat. Peserta didik yang menggunakan strategi membaca ini akan mencari beberapa informasi tertentu secepat mungkin. Pada tahap ini orang tidak membaca keseluruhan teks. Senada dengan teori pengertian membaca yang dikemukakan di atas, Simanjuntak (1988: 23) mengatakan scanning is the ability of glancing rapidly through a text to search for a specific of information. Kutipan tersebut

48 32 mengandung arti scanning adalah kemampuan melirik cepat melalui teks untuk mencari informasi yang spesifik. Secara lebih terperinci Mikulecky dan Jeffries dalam Rahim (2007: 52) menjelaskan bahwa membaca memindai umumnya digunakan untuk daftar isi buku atau majalah, indeks dalam buku teks, jadwal, buku petunjuk telepon, dan kamus. Membaca ini tidak digunakan untuk membaca teks yang agak rumit, surat-surat penting, denah (peta), pertanyaan tes, dan puisi. 2. Membaca Sekilas (Skimming) Membaca sekilas (skimming) adalah membaca dengan cepat untuk mengetahui gambaran umum tentang isi bacaan. Kustaryo (1988: 5) menyebutkan skimming is a technique used to look for the gist of what the author is saying without a lot of detail. Kutipan tersebut mengandung makna skimming adalah teknik yang digunakan untuk mencari inti dari apa yang penulis katakan tanpa banyak detail. Masih dalam Kustaryo (1988: 6) disebutkan bahwa skimming is a skill that requires concentration, adequate knowledge of vocabulary, and comprehension skills. Makna dari kutipan tersebut yakni skimming adalah keterampilan yang membutuhkan konsentrasi, pengetahuan yang memadai dari kosakata, dan keterampilan pemahaman. Simanjuntak (1988: 23) mengemukakan skimming is the ability of glancing rapidly through a text to determine its gist. For example, to get the main idea or to say briefly what a text is about. Artinya bahwa skimming adalah kemampuan melirik cepat melalui teks untuk menentukan intinya.

49 33 Misalnya, untuk mendapatkan ide utama atau untuk mengatakan secara singkat tentang apa inti dari sebuah teks. Simanjuntak (1988: 55) juga menambahkan mengenai skimming bahwa it is important to remember that skimming is a skill that requires concentration, a superior vocabulary, and adequate comprehension skills. Dalam hal ini, Simanjuntak ingin menegaskan penting untuk diingat bahwa skimming adalah keterampilan yang membutuhkan konsentrasi, kosakata unggul, pemahaman, dan keterampilan yang memadai. 3.Membaca Intensif Membaca intensif atau yang disebut dengan intensive reading adalah membaca secara seksama dan teliti demi memperoleh informasi secara rinci. 4.Membaca Ekstensif Membaca Ekstensif artinya membaca secara luas dan menyeluruh untuk memahami isi pada hal-hal pokok yang terpenting. Materi bacaannya meliputi sebuah teks yang panjang dalam waktu sesingkat mungkin sehingga kegiatan membaca dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. 5. Membaca untuk Tugas Komunikatif Kegiatan membaca komunikatif ini sangat cocok dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran membaca di kelas. Teknik yang digunakan untuk aktivitas ini misalnya menyusun kembali sebuah cerita yang sudah diacak, membaca suatu teks dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, membaca teks untuk menjawab pertanyaan tentang pemahaman teks dan membaca untuk bisa membagi informasi yang telah diperoleh kepada orang lain.

50 34 Lebih mendalam mengenai strategi membaca, dalam bahasa Jerman pun dikenal adanya strategi membaca yang disebut dengan Lesestrategien. Menurut Westhoff (1997: 101) dalam bukunya Fertigkeit Lesen mengemukakan bahwa Lesestrategien (strategi membaca) berhubungan sangat erat dengan Leseziele (tujuan membaca), sedangkan Lesestrategien itu sendiri dapat diartikan sebagai Lesestile (gaya membaca), karena gaya membaca tersebut menggambarkan cara seseorang menemukan informasi dalam aktivitas membaca dan keduanya samasama memiliki tujuan. Agar lebih jelas, pengertian Leseziele dan Lesestile beserta contohnya dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.

51 35 Tabel 1: Pengertian Leseziele dan Lesestile Leseziel Lesestil Beispiel genau wissen detailliertes Lesen (totales das Kleingedruck in Lesen) einem Vertrag sich einen Eindruck verschaffen eine gewisse, spezifische Information finden wollen globales Lesen ( =kursorisches Lesen oder auf Englisch Skimming ) suchendes Lesen (=selegierendes Lesen, selektives Lesen oder auf Englisch Scanning ) durch überfliegen eines Zeitungsartikel einen Eindruck bekommen, wie eine Sache gerade steht (z.b. ob die Regierung dafür ist oder dagegen) einen (manchmal recht umfangreichen Text) oder auch mehrere Texte möglichst schnell durchlesen, um z.b. herauszufinden, ob und wenn ja darin steht, wie viele Jahre Raucher im Durchschnitt eher sterben als Nichtraucher. Pengertian mengenai Leseziele dan Lesestile di atas dapat diuraikan lebih lengkap dengan penjelasan sebagai berikut. (1) Tujuan membaca untuk mengetahui secara tepat atau detail, gaya membaca tersebut disebut dengan membaca detail atau membaca total, contohnya dapat berupa penerapan praktis mengenai buku-buku petunjuk teknis, resep masakan atau resep obat maupun modul keterampilan. Gaya membaca ini digunakan misalnya pada saat seseorang ingin meminum obat yang sesuai dengan resep yang telah tercantum dalam resep

52 36 yang diberikan oleh dokter, hendaknya orang tersebut dapat membaca resep tersebut secara detail, seberapa banyak dosis atau takaran obat yang harus diminum, pada waktu kapan saja obat harus diminum dan bagaimana cara pemakaian obat tersebut secara keseluruhan agar dicapai suatu kesembuhan. (2) Tujuan membaca dengan mencari sebuah gambaran, gaya membaca ini disebut membaca global atau membaca sepintas yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Skimming, contohnya dapat berupa buku-buku teks, essai, jurnal ataupun dari sebuah artikel di surat kabar yang berisi berbagai kolom mengenai judul-judul berita baik berupa artikel bebas, iklan, undangan, puisi maupun info singkat tentang suatu hal. (3) Tujuan membaca secara teliti, yakni ingin menemukan informasi yang lebih spesifik dalam teks. Gaya membacanya disebut membaca selektif atau membaca dengan seksama yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Scanning, contoh membaca selektif dapat digunakan pada saat seseorang akan bepergian ke suatu tempat. Orang tersebut dapat melihat jadwal keberangkatan yang ada di bandara dengan langsung membaca negara tujuan, jam keberangkatan dan terminal keberangkatan. e. Pengukuran Kemampuan Membaca Pengukuran membaca merupakan kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar. Adapun proses belajar pembentukan kemampuan membaca peserta didik berlangsung di dalam proses belajar mengajar di sekolah. Terkait dengan hal tersebut, maka tingkat kemampuan membaca sebagai out put pelaksanaan program membaca dapat diukur.

53 37 Nurgiyantoro (2001: ) mengemukakan bentuk dan persyaratan tes kemampuan membaca adalah sebagai berikut. (1) Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekompleksan kosakata dan struktur, (2) Isi wacana yang baik adalah sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa, minat, kebutuhan atau menarik perhatian siswa, (3) Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang, (4) Wacana yang dipergunakan sebagai bahan untuk tes kemampuan membaca dapat berupa wacana berbentuk prosa (narasi), dialog (drama), ataupun puisi, (5) Tingkat tes kemampuan membaca terdiri dari tes ingatan, pemahaman, penerapan (aplikasi), analisis, sintesis, dan evaluasi. Lebih lanjut Hardjono (1988: 49-54) menyatakan bahwa pengukuran kemampuan membaca dapat dilihat dari. (1) taraf, kualitas dan kuantitas membaca. Membaca merupakan suatu aktifitas komunikatif, dimana ada hubungan antara si pembaca dengan isi teks tersebut, (2) kompetensi membaca dan komponennya. Komponen membaca terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen bahasa, isi teks dan pengalaman membaca, (3) langkah-langkah pengembangan kompetensi membaca. Selain Nurgiyantoro dan Hardjono, Bolton (1996: 16-26) juga menjelaskan secara lebih terperinci bahwa kriteria untuk tes kemampuan membaca adalah. (1) siswa-siswa seharusnya memahami isi teks secara global (Globalverständnis), (2) siswa-siswa seharusnya memahami isi teks detail (Detailverständnis), (3) siswa-siswa seharusnya memahami hanya inti-inti teks saja (Selektivesverständnis). Bentuk tesnya antara lain: (a) offene Fragen, yakni soal-soal yang terdapat dalam teks untuk kemudian dijawab siswa secara bebas tertulis, (b) multiple choice Aufgaben, dalam soal ini siswa harus memilih jawaban yang benar diantara beberapa jawaban yang ada, (c) Alternativantwort Aufgaben, yaitu bentuk soal dirumuskan dalam pernyataan inti teks baik benar ataupun salah, kemudian siswa harus memutuskan jawaban mana yang sesuai dengan isi teks dan mana yang tidak, dan (d) Zuordnungs Aufgaben, dimana dalam soal ini siswa harus mencocokan atau menjodohkan bagian-bagian yang sesuai satu sama lain.

54 38 Dari beberapa kriteria yang dirumuskan oleh para pakar mengenai pengukuran kemampuan membaca di atas, maka tes yang terpilih untuk tes kemampuan membaca pada penelitian ini adalah kriteria penilaian kemampuan membaca yang dikemukakan oleh Bolton, karena kriteria tes kemampuan membaca dari Bolton masih cukup sederhana dan mudah dipahami. Selain itu bentuk soal yang digunakan rata-rata menggunakan multiple choice dan Alternativantwort Aufgaben, sehingga sangat cocok untuk diterapkan pada peserta didik kelas XI yang sudah memiliki taraf pengetahuan kosakata yang lebih banyak. Selain itu dipilihnya bentuk tes objektif dalam penelitian ini, karena sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2001: 75) bahwa jawaban dari tes objektif bersifat pasti dan dikhomatis, hanya ada satu kemungkinan jawaban benar, sehingga dapat memudahkan juga dalam mengoreksi pekerjaan peserta didik. 3. Media Pembelajaran a. Hakikat Media Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media, sehingga peserta didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

55 39 Djamarah dan Zain (2006: 120) berpendapat bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Disisi lain Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika (dalam Sadiman, dkk, 2007: 6), membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Lebih dalam tentang definisi media, Gagne (via Sadiman, dkk, 2007: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang disampaikan oleh Briggs (dalam Sadiman, dkk, 2007: 6) mengungkapkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contohcontohnya. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) (via Sadiman, dkk, 2007: 7) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Kedudukan media pengajaran ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan peserta didik serta interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda,

56 40 ataupun peristiwa yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dari berbagai definisi tentang pengertian media dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat peserta didik sehingga proses belajar dapat terjadi dan dapat mencapai tujuan pengajan. b. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk membantu tugasnya dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap peserta didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau kompleks. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar peserta didik dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Sudjana dan Rivai (2002: 2) menyebutkan ada beberapa alasan mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar peserta didik berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar peserta didik antara lain. Alasan pertama adalah (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para peserta didik dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan lebih baik, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui

57 41 penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran, (4) peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tdak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Alasan kedua berkenaan dengan taraf berpikir peserta didik. Taraf berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Sadiman, dkk (2007: 17) menyebutkan bahwa secara umum media pendidikan mempunyai manfaat sebagai berikut. (1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya (a) objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model, (b) objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar, (c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (d) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal, (e) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, (f) konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain. (3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Sadiman, dkk (2007: 17-18) juga menambahkan bahwa manfaat lain dari media pendidikan antara lain. (1) menimbulkan kegairahan belajar, (2)

58 42 memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, (3) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. Lebih lanjut tentang peranan media dalam proses pengajaran, Sudjana dan Rivai (2002: 6-7) menyimpulkan bahwa manfaat dari media tersebut antara lain. (a) alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran, (b) alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa, (c) sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya. Sudjana (dalam Djamarah dan Zain, 2006: 134) menyebutkan bahwa fungsi media pengajaran dalam proses belajar mengajar antara lain. (1) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, (2) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar, ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru, (3) Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran, (4) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik pehatian peserta didik, (5)

59 43 Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap pengertian yang diberikan guru, (6) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan kata lain, menggunakan media hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama diingat peserta didik, sehingga mempunyai nilai tinggi. Sebagai media yang meletakan cara berpikir konkret dalam kegiatan belajar mengajar, pengembangannya diserahkan kepada guru. Guru dapat mengembangkan media sesuai dengan kemampuannya. Bertolak dari fungsi dan peranan media diharapkan pemahaman pengajar terhadap media menjadi jelas, sehingga tidak memanfaatkan media secara sembarangan. Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar peserta didik. c. Macam-macam Media Pembelajaran Dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional. Penyebaran perangkat teknologi masih sangat terbatas dan belum memasuki dunia pendidikan. Tetapi lain halnya sekarang, perangkat teknologi sudah ada di mana-mana. Pertumbuhan dan perkembangannya hampir tidak terkendali, sehingga wabahnya pun mulai menyusup ke dalam dunia pendidikan. Di setiap sekolah, terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan untuk mencapai tujuan. Ternyata teknologi yang disepakati sebagai media tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu

60 44 tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar. Saripuddin dan Winataputra (via Djamarah dan Zuchdi, 2006: 122) mengelompokkan sumbersumber belajar menjadi lima kategori yaitu. (1) manusia, (2) buku/perpustakaan, (3) media massa, (4) alam lingkungan dan (5) media pendidikan. Sudjana dan Rivai (2002: 3-4) menyebutkan bahwa ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran antara lain. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut dengan media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi, seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran. Penggunaan media di atas tidak dilihat dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. Lebih dalam tentang macam-macam media pembelajaran, Djamarah dan Zain (2006: ) mengelompokkan macam-macam media pembelajaran menjadi tiga kelompok, antara lain. (1) dilihat dari jenisnya, (2) dilihat dari daya liputnya, dan (3) dilihat dari bahan pembuatannya. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam. (a) media auditif (media yang mengandalkan suara saja, seperti radio, cassette recorder, dan piringan hitam), (b) media visual (media yang hanya mengandalkan indra penglihatan, seperti gambar diam berupa film strip, slide, foto, gambar, lukisan, dan cetakan

61 45 serta gambar atau simbol bergerak seperti film bisu dan film kartun). (c) media audiovisual (media yang mempunyai unsur suara dan gambar). Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam, (a) media dengan daya liput luas dan serentak (penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contohnya adalah radio dan televisi. (b) media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat ( media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap. (c) media untuk pengajaran individual (media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, yang termasuk ke dalam media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam. (a) media sederhana (media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit. (b) media kompleks (media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai. Media sebagai sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual. Anjuran agar menggunakan media dalam pengajaran terkadang sukar dilaksanakan. Hal ini disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Oleh sebab itu disarankan kembali kepada guru agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi cukup dengan membuat media pendidikan yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Cukup banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan media pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan

62 46 yang memadai. Untuk tercapainya tujuan pengajaran tidak harus dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adalah guru yang bisa memanipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar. d. Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di pihak lain ada bahan pelajaran yang sangat membutuhkan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, grafik, gambar, dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dicerna oleh peserta didik. Apalagi bagi peserta didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sudjana dan Rivai (2002: 4-5) menyebutkan bahwa dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut. (a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan, (b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa, (c) Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar, (d) Keterampilan guru dalam menggunakannya, (e) Tersedia waktu untuk menggunakannya, dan (f) Sesuai dengan taraf berfikir siswa. Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah

63 47 tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas pengajar, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar mengajar. Setiap media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, maka diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada setiap kali pertemuan pelajaran. Menurut Sudirman (dalam Djamarah dan Zain, 2006: ) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran antara lain (1) tujuan pemilihan, artinya dalam memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, informasi, hiburan, pengajaran kelompok, pengajaran individual dan lain-lain. (2) karakteristik media pengajaran, dengan memahami karakteristik pemilihan media pengajaran memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi, sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif. (3) alternatif pilihan, artinya guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih tetapi menggunakan apa adanya. Di sisi lain Sudjana (dalam Djamarah dan Zain, 2006: ) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip pemilihan media pengajaran antara lain. (1)

64 48 menentukan jenis media dengan tepat, (2) menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, (3) menyajikan media dengan tepat, (4) menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Sebagai alat bantu, media berfungsi untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar peserta didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar peserta didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. Walaupun demikian, penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut sekehendak hati guru. Tetapi harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan. Media yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran tentu lebih diperhatikan. Sedangkan media yang tidak menunjang tentu saja harus disingkirkan jauh-jauh untuk sementara. Kompetensi guru sendiri juga patut diperhitungkan. Apakah mampu atau tidak untuk mempergunakan media tersebut. Jika tidak, lebih baik tidak perlu menggunakan media pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar sebab hanya akan sia-sia dan bisa mengacaukan jalannya proses belajar mengajar.

65 49 4. Media Brettspiel 4 Gewinnt a. Hakikat Media Brettspiel 4 Gewinnt Media konvensional sudah sering dan sudah lama digunakan dalam dunia pendidikan. Pemakaian media konvensional secara terus menerus akan menimbulkan suasana belajar yang monoton. Lama kelamaan peserta didik akan merasa bosan dan perhatian serta konsentrasi peserta didik terhadap materi pelajaran pun akan berkurang. Hal ini akan berdampak pada motivasi belajar peserta didik yang akan memberikan kontribusi pada menurunnya hasil atau prestasi belajar peserta didik. Sehingga media Brettspiel 4 Gewinnt diharapkan mampu menjadi media baru yang dapat membantu jalannya proses belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Spier (1981: 129) menjelaskan tentang media Brettspiel 4 Gewinnt. Permainan ini menggunakan sebuah bidang permainan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Setiap pemain mulai bermain dari garis start yang sudah ditentukan. Pemain melempar dadu dan mendorong batu permainannya sesuai dengan mata dadu yang diperolehnya dan menerima kartu yang berisikan suatu teks kemudian membaca serta melaksanakan instruksi yang ada dalam kartu tersebut. Apakah pemain harus maju, mundur, atau berhenti untuk sementara waktu. Pemain yang mendapatkan mata dadu 6 boleh melempar dadu satu kali lagi. Akan tetapi pada lemparan dadu yang kedua pemain tidak boleh mengambil kartu lagi. Siapa yang pertama mencapai garis akhir atau tujuan, maka itu adalah pemenangnya. Di sisi lain Kurniawati (2006: 2) memberikan batasan lain tentang definisi dari media Brettspiel 4 Gewinnt. Media Brettspiel 4 Gewinnt merupakan

66 50 salah satu media yang menggunakan papan sebagai bahan utama dalam permainannya. Papan yang digunakan bisa bisa berupa papan kayu, papan yang berasal dari kertas karton atau papan yang dibuat dari bahan kertas tebal. Dalam pelaksanaannya media Brettspiel 4 Gewinnt memerlukan perlengkapan sebagai berikut. (1) Spielbrett, merupakan papan permainan. Papan yang digunakan bisa berupa papan kayu, papan dari kertas karton, dan papan dari kertas tebal atau kertas biasa. Ukuran papan bervariasi sesuai dengan banyaknya pertanyaan atau tugas yang akan diberikan kepada peserta didik. Pada papan digambar kotak atau bidang lainnya yang akan digunakan sebagai dasar meletakkan kartu permainan. Satu papan bisa digunakan oleh dua orang atau dua kelompok yang berlawanan. (2) Fragekarten, merupakan kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau dilaksanakan oleh peserta didik. Jumlah kartu disesuaikan dengan jumlah pertanyaan atau tugas yang akan diberikan. (3) Spielsteine/Spielkarten, merupakan kartu-kartu kecil untuk dua orang atau dua kelompok yang berlawanan. Ukuran dan bentuk kartu disesuaikan dengan bentuk bidang yang ada di papan. Masing-masing peserta didik atau kelompok memliki kartu-kartu yang berbeda warna dengan kelompok yang lain. Media Brettspiel 4 Gewinnt dapat digunakan untuk berbagai keterampilan berbahasa, seperti keterampilan berbicara, keterampilan menulis, tata bahasa dan kosakata (Struktur und Wortschatz), pengetahuan tentang kebudayaan dan sebagainya. Media permainan dengan menggunakan papan yang lazim digunakan adalah media permainan ular tangga. Selain itu jenis permainan yang hampir sama dengan media Brettspiel 4 Gewinnt adalah permainan bahasa kategori Bingo.

67 51 Soeparno (1988: 89) menjelaskan tentang jenis permainan tersebut. Kategori Bingo digunakan untuk melatih penguasaan kosakata. Dalam permainan ini peserta didik diminta untuk membuat kotak-kotak sebanyak 16 buah kotak pada sehelai kertas. Kemudian peserta didik diminta mengisi kotak-kotak tersebut dengan kata-kata yang sudah ditentukan kategorinya (nama cabang olah raga, nama perkakas dapur, nama buah-buahan dan sebagainya). Setelah batas waktu yang ditentukan, peserta didik berhenti menulis dan guru membacakan daftar kata yang telah dipersiapkan, peserta didik mencocokan pekerjaannya sambil memberi tanda silang pada kata yang cocok. Setelah mencapai empat kata peserta didik diminta mengangkat tangan sambil berteriak Bingo b. Aturan Permainan Media Brettspiel 4 Gewinnt Kurniawati (2006: 6-8) menjelaskan tentang aturan dalam permainan media Brettspiel 4 Gewinnt. Permainan media Brettspiel 4 Gewinnt biasanya berlangsung kurang lebih 20 menit. Permainan dapat berlangsung lebih lama atau lebih pendek, disesuaikan dengan jumlah tugas atau pertanyaan yang diberikan. Permainan ini melibatkan 2 orang pemain atau 2 kelompok yang berlawanan. Level kemampuan berbahasa (Sprachniveau) pembelajar yang dapat bermain pun dapat bervariasi, dimulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Ada dua tahapan yang harus dilaksanakan sebelum memulai permainan. Tahap pertama adalah tahap persiapan dan tahap kedua adalah tahap permainan itu sendiri. Dalam tahap persiapan hal yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan perlengkapan alat permainan yang akan digunakan seperti Spielbrett yang berupa papan dari kayu, kertas karton, kertas tebal atau bahkan dari kertas biasa, Fragekarten yang berupa

68 52 kartu-kartu yang berisi pertanyaan atau tugas, Spielsteine/Spielkarten yang berbeda warna untuk kelompok yang berlawanan. Selanjutnya adalah membagi peserta didik secara berpasangan atau secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat atau enam orang. Dalam kelompok ini peserta didik dibagi ke dalam kelompok kecil yang saling berlawanan, yakni kelompok A dan kelompok B. Pada tahap permainan peserta dari kelompok A mengambil dan membacakan satu kartu pertanyaan atau tugas untuk kelompok B. Selanjutnya kelompok B harus menjawab tugas atau pertanyaan yang diberikan, jika kelompok B mampu menjawab dengan benar atau melaksanakan tugas dengan benar maka kelompok B berhak meletakkan satu Spielkarten/Spielsteine warna dalam kotak di papan. Kemudian peserta dari kelompok B mendapat giliran untuk mengambil kartu dan membacakan pertanyaan atau tugas untuk kelompok A. Jika kelompok A mampu menjawab atau melaksanakan tugas atau pertanyaan dengan benar maka kelompok A berhak meletakan Spielkarten/Spielsteine berwarna dalam kotak di papan. Begitu seterusnya sampai semua kartu yang berisi tugas atau pertanyaan habis dibacakan dan dilaksanakan oleh kedua kelompok. Kelompok yang tidak bisa menjawab pertanyaan atau melaksanakan tugas denga benar tidak boleh meletakkan Spielkarten/Spielsteine berwarna ke dalam kotak papan. Pemenang dari permainan ini adalah kelompok yang paling cepat membuat empat baris warna yang sama baik secara horizontal, vertikal maupun diagonal. Selain aturan permainan seperti yang telah dijelaskan di atas. Guru juga dapat membuat variasi lain dari aturan permainan media Brettspiel 4 Gewinnt agar tidak monoton. Variasi tersebut antara lain. (1) memberi nomor pada kotak papan

69 53 dan kartu pertanyaan. Jika pertanyaan dapat dijawab dengan benar maka Spielkarte hanya boleh diletakkan pada kotak sesuai dengan nomor yang terdapat pada kartu pertanyaan. (2) permainan berlangsung terus sampai pertanyaan atau tugas habis. Pemenangnya ditentukan dengan cara menghitung jumlah Spielkarte warna yang ada dalam kotak papan. Kelompok yang mempunyai Spielkarte warna paling banyak adalah pemenangnya. c. Kelebihan dan Kelemahan Media Brettspiel 4 Gewinnt Kurniawati (2006: 8-9) menjelaskan tentang beberapa kelebihan dan kelemahan dari media Brettspiel 4 Gewinnt antara lain. Yang pertama, kelebihan dari media Brettspiel 4 Gewinnt adalah. (1) dapat digunakan untuk berbagai macam materi, misalnya tata bahasa dan kosakata, telaah pranata (pengetahuan budaya), keterampilan berbicara, dan lain-lain, (2) pemainnya hanya terdiri dari dua orang atau dua kelompok kecil, sehingga setiap pemain atau anggota kelompok mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan atau melaksanakan tugas, (3) waktu yang digunakan untuk melaksanakan permainan ini tidak lama sehingga tidak menghabiskan banyak waktu. Selain memiliki beberapa kelebihan permainan ini juga memiliki beberapa kelemahan antara lain. (1) guru harus menyiapkan media dalam jumlah banyak, karena jumlah pemainnya dalam setiap kelompok hanya dua orang atau dua kelompok kecil saja, sehingga guru harus menyiapkan alat permainan agar semua siswa dapat bermain secara bersama-sama, (2) guru harus selalu berkeliling agar dapat memantau jalannya permainan dengan baik dan tidak ada peserta didik yang bermain curang.

70 54 B. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh. 1. Ardi Ariyanto, pada tahun 1998 dengan penelitiannya yang berjudul Keefektifan Penggunaan Media Permainan Bahasa Kategori Binggo dalam Mengajarkan Kosakata Bahasa Jerman di SMU N 2 Banguntapan. Sampel yang digunakan adalah dua kelas, satu kelas diajar dengan media permainan bahasa kategori Binggo dan satu kelas lainnya diajar tanpa menggunakan media permainan bahasa kategori Binggo. Penelitian ini merupakan ini merupakan penelitian eksperimen semu. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis uji-t atau t-test. Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi penguasaan kosakata secara signifikan antara kelompok yang diajar dengan media permainan bahasa kategori Binggo dan kelompok yang diajar dengan media konvensional. Peningkatan prestasi penguasaan kosakata kelompok yang diajar dengan media permainan kategori Binggo lebih tinggi. Penggunaan media permainan bahasa kategori Binggo efektif untuk digunakan dalam pengajaran kosakata bahasa Jerman. Hasil pengujian dengan uji-t menunjukkan bahwa pada kelompok yang diajar dengan media permainan bahasa kategori Binggo peningkatan prestasi berbeda pada taraf signifikan 5% dan 1% sedang pada kelompok dengan tanpa menggunkan media permainan bahasa kategori Binggo peningkatan prestasi berbeda pada 5% dan tidak berbeda pada 1%. Variabel yang digunakan dalam penelitian penulis berbeda dengan variabel yang digunakan dalam penelitian yang relevan. Dalam penelitian penulis

71 55 variabel bebas yang digunakan adalah media Brettspiel 4 Gewinnt sedangkan dalam penelitian yang relevan variabel bebas yang digunakan adalah permainan bahasa kategori Bingo. Variabel tersebut mempunyai kesamaan dalam aturan permainan serta tujuan dalam meningkatkan pemahaman kosakata. Dalam media Brettspiel 4 Gewinnt juga berlaku demikian, pada dasarnya media tersebut digunakan untuk meningkatkan pengetahuan kosakata agar peserta didik mampu memahami sebuah teks bahasa Jerman dengan mudah, sehingga walaupun tidak menggunakan satu variabel yang sama, penelitian tersebut dapat digunakan sebagai penelitian yang relevan. C. Kerangka Pikir Setelah beberapa variabel diuraikan dalam kajian teori di atas, maka pada kajian ini akan dikemukakan kerangka pikir dari diadakannya penelitian ini. Dalam penelitian ini kerangka pikir berguna dalam hal pengajuan paradigma dan hipotesis penelitian. Pembahasan berikut adalah mengenai perbedaan hasil belajar keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik yang diajar menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dengan peserta didik yang diajar menggunakan media konvensional dan penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran keterampilan membaca teks dengan menggunakan media konvensional.

72 56 1. Perbedaan Hasil Belajar Keterampilan Membaca Teks Bahasa Jerman Peserta Didik yang Diajar Menggunakan Media Brettspiel 4 Gewinnt dengan Peserta Didik yang Diajar Menggunakan Media Konvensional Bahasa merupakan alat penting yang digunakan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dewasa ini penggunaan bahasa asing semakin banyak diperlukan dalam berbagai bidang pekerjaan. Karena meningkatnya kebutuhan akan bahasa asing, di setiap Sekolah Menengah Atas (SMA) kini mulai ditambahkan mata pelajaran bahasa asing sebagai mata pelajaran pokok dan bekal keterampilan para peserta didik. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang mulai diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tujuan pelaksanaan pembelajaran bahasa Jerman di SMA mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yakni menyimak (Hörverstehen), berbicara (Sprechfertigkeit), membaca (Leseverstehen), dan menulis (Schreibfertigkeit). Mempelajari bahasa Jerman yang kedudukannya sebagai bahasa asing, bukan berarti hanya mempelajari dan menguasai kosakata, struktur, dan penerapan polapola linguistik saja, melainkan juga menguasai materi pelajaran sedemikian rupa, sehingga para peserta didik mampu menggunakannya dalam interaksi sosial sesuai dengan situasi yang dihadapi. Maksud dari pernyataan ini menekankan pada fungsi bahasa sebagai bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan sarana yang sangat penting untuk berkomunikasi. Membaca menjadi langkah awal dalam belajar bahasa asing. Pemahaman sangat diperlukan ketika membaca sebuah teks berbahasa asing. Tanpa pemahaman maksud atau isi yang terkandung dalam sebuah teks tidak akan terungkap. Namun

73 57 pada kenyataannya proses belajar mengajar bahasa Jerman, khususnya dalam pembelajaran keterampilan membaca masih sangat kurang. Membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar dan pada tingkat penalarannya. Membaca tidak hanya suatu aktivitas menstransfer teks-teks tertulis ke dalam suatu bahasa lisan atau memahami isi teks saja. Umumnya bagi pembelajar awal bahasa Asing, kegiatan membaca teks bahasa asing merupakan usaha pemerolehan informasi melalui proses yang sedemikian kompleks dan rumit. Dalam arti suatu proses yang melibatkan berbagai keterampilan. Pengertian dasar tersebut harus dipahami terlebih dahulu karena dalam pengajaran membaca, umumnya peserta didik hanya dituntut untuk mengerti teks saja, tanpa memperhitungkan faktor-faktor lain yang diperlukan untuk mencapai tujuan membaca dalam arti sesungguhnya sehingga banyak hal atau informasi yang diterima mereka dari membaca tidak selalu langsung dapat dipahami maknanya. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, peserta didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.

74 58 Salah satu media yang dapat digunakan untuk membantu mempermudah memahami sebuah teks bahasa Jerman dalam keterampilan membaca adalah media Brettspiel 4 Gewinnt. Media Brettspiel 4 Gewinnt adalah media yang menggunakan papan sebagai bahan utama dalam permainannya. Papan yang digunakan bisa bisa berupa papan kayu, papan yang berasal dari kertas karton atau papan yang dibuat dari bahan kertas tebal. Dalam pelaksanaannya media Brettspiel 4 Gewinnt memerlukan perlengkapan sebagai berikut. (1) Spielbrett, merupakan papan permainan. Papan yang digunakan bisa berupa papan kayu, papan dari kertas karton, dan papan dari kertas tebal atau kertas biasa. Ukuran papan bervariasi sesuai dengan banyaknya pertanyaan atau tugas yang akan diberikan kepada peserta didik. Pada papan digambar kotak atau bidang lainnya yang akan digunakan sebagai dasar meletakan kartu permainan. Satu papan bisa digunakan oleh dua orang atau dua kelompok yang berlawanan. (2) Fragekarten, merupakan kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau dilaksanakan oleh peserta didik. Jumlah kartu disesuaikan dengan jumlah pertanyaan atau tugas yang akan diberikan. (3) Spielsteine/Spielkarten, merupakan kartu-kartu kecil untuk dua orang atau dua kelompok yang berlawanan. Ukuran dan bentuk kartu disesuaikan dengan bentuk bidang yang ada di papan. Masingmasing peserta didik atau kelompok memliki kartu-kartu yang berbeda warna dengan kelompok yang lain. Media Brettspiel 4 Gewinnt dapat digunakan untuk berbagai keterampilan berbahasa, seperti keterampilan berbicara, keterampilan menulis, tata bahasa dan kosakata (Struktur und Wortschatz), pengetahuan tentang kebudayaan dan sebagainya.

75 59 Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media permainan Brettspiel 4 Gewinnt diduga berpengaruh terhadap proses pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman sehingga diperkirakan bahwa hasil penguasaan teks bahasa Jerman pada kelas yang diajar menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt akan berbeda dibandingkan dengan kelas yang diajar dengan menggunakan media konvensional. 2. Penggunaan Media Brettspiel 4 Gewinnt dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca Teks Bahasa Jerman Lebih Efektif dibanding dengan Pembelajaran Keterampilan Membaca Teks dengan Menggunakan Media Konvensional Media konvensional sudah sering dan sudah lama digunakan dalam dunia pendidikan. Pemakaian media konvensional secara terus menerus akan menimbulkan suasana belajar yang monoton. Lama kelamaan peserta didik akan merasa bosan dan perhatian serta konsentrasi peserta didik terhadap materi pelajaran pun akan berkurang. Hal ini akan berdampak pada motivasi belajar peserta didik yang akan memberikan kontribusi pada menurunnya hasil atau prestasi belajar peserta didik. Terutama dalam pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman. Dimana bahasa Jerman merupakan sesuatu hal yang baru bagi peserta didik. Peserta didik akan merasa sulit dalam mempelajarinya, sedangkan membaca merupakan aspek yang paling penting dalam pembelajaran bahasa asing. Apabila media konvensional ini masih diterapkan dalam pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman kemungkinan besar peserta didik akan lekas melupakan materi yang telah didapatkan. Media Brettspiel 4 Gewinnt merupakan salah satu media yang menggunakan papan sebagai bahan utama dalam permainannya. Papan yang

76 60 digunakan bisa bisa berupa papan kayu, papan yang berasal dari kertas karton atau papan yang dibuat dari bahan kertas tebal. Dalam pelaksanaannya media Brettspiel 4 Gewinnt memerlukan perlengkapan sebagai berikut. (1) Spielbrett, merupakan papan permainan. Papan yang digunakan bisa berupa papan kayu, papan dari kertas karton, dan papan dari kertas tebal atau kertas biasa. Ukuran papan bervariasi sesuai dengan banyaknya pertanyaan atau tugas yang akan diberikan kepada peserta didik. Pada papan digambar kotak atau bidang lainnya yang akan digunakan sebagai dasar meletakan kartu permainan. Satu papan bisa digunakan oleh dua orang atau dua kelompok yang berlawanan. (2) Fragekarten, merupakan kartu-kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau dilaksanakan oleh peserta didik. Jumlah kartu disesuaikan dengan jumlah pertanyaan atau tugas yang akan diberikan. (3) Spielsteine/Spielkarten, merupakan kartu-kartu kecil untuk dua orang atau dua kelompok yang berlawanan. Ukuran dan bentuk kartu disesuaikan dengan bentuk bidang yang ada di papan. Masingmasing peserta didik atau kelompok memliki kartu-kartu yang berbeda warna dengan kelompok yang lain. Media Brettspiel 4 Gewinnt dapat digunakan untuk berbagai keterampilan berbahasa, seperti keterampilan berbicara, keterampilan menulis, tata bahasa dan kosakata (Struktur und Wortschatz), pengetahuan tentang kebudayaan dan sebagainya. Kelebihan dari media Brettspiel 4 Gewinnt adalah. (1) dapat digunakan untuk berbagai macam materi, misalnya tata bahasa dan kosakata, telaah pranata (pengetahuan budaya), keterampilan berbicara, dan lain-lain, (2) pemainnya hanya terdiri dari dua orang atau dua kelompok kecil, sehingga setiap pemain atau

77 61 anggota kelompok mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan atau melaksanakan tugas, (3) waktu yang digunakan untuk melaksanakan permainan ini tidak lama sehingga tidak menghabiskan banyak waktu. Permainan media Brettspiel 4 Gewinnt biasanya berlangsung kurang lebih 20 menit. Permainan dapat berlangsung lebih lama atau lebih pendek, disesuaikan dengan jumlah tugas atau pertanyaan yang diberikan. Permainan ini melibatkan 2 orang pemain atau 2 kelompok yang berlawanan. Level kemampuan berbahasa (Sprachniveau) pembelajar yang dapat bermain pun dapat bervariasi, dimulai dari tingkat dasar sampai tingakat lanjut. Ada dua tahapan yang harus dilaksanakan sebelum memulai permainan. Tahap pertama adalah tahap persiapan dan tahap kedua adalah tahap permainan itu sendiri. Dalam tahap persiapan hal yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan perlengkapan alat permainan yang akan digunakan seperti Spielbrett yang berupa papan dari kayu, kertas karton, kertas tebal atau bahkan dari kertas biasa, Fragekarten yang berupa kartu-kartu yang berisi pertanyaan atau tugas, Spielsteine/Spielkarten yang berbeda warna untuk kelompok yang berlawanan. Selanjutnya adalah membagi peserta didik secara berpasangan atau secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat atau enam orang. Dalam kelompok ini peserta didik dibagi ke dalam kelompok kecil yang saling berlawanan, yakni kelompok A dan kelompok B. Pada tahap permainan peserta dari kelompok A mengambil dan membacakan satu kartu pertanyaan atau tugas untuk kelompok B. Selanjutnya kelompok B harus menjawab tugas atau pertanyaan yang diberikan, jika kelompok B mampu menjawab dengan benar atau melaksanakan tugas dengan benar maka kelompok B

78 62 berhak meletakkan satu Spielkarten/Spielsteine warna dalam kotak di papan. Kemudian peserta dari kelompok B mendapat giliran untuk mengambil kartu dan membacakan pertanyaan atau tugas untuk kelompok A. Jika kelompok A mampu menjawab atau melaksanakan tugas atau pertanyaan dengan benar maka kelompok A berhak meletakan Spielkarten/Spielsteine berwarna dalam kotak di papan. Begitu seterusnya sampai semua kartu yang berisi tugas atau pertanyaan habis dibacakan dan dilaksanakan oleh kedua kelompok. Kelompok yang tidak bisa menjawab pertanyaan atau melaksanakan tugas denga benar tidak boleh meletakkan Spielkarten/Spielsteine berwarna ke dalam kotak papan. Pemenang dari permainan ini adalah kelompok yang paling cepat membuat empat baris warna yang sama baik secara horizontal, vertikal maupun diagonal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media Brettspiel 4 Gewinnt lebih efektif dalam membantu meningkatkan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan media konvensional yang dinilai kurang dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif.

79 63 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah penelitian. Hipotesis menjadi landasan guna mencari dan memperoleh data. Hipotesis juga merupakan dugaan sementara. Disebut sementara karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan. Belum berdasar pada fakta-fakta empiris yang didapatkan melalui pengumpulan data. Oleh karena itu hipotesis masih perlu dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan fakta-fakta yang mampu membenarkan atau menyalahkan hipotesis tersebut. Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka pikir penelitian ini, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut. 1. Ada perbedaan yang signifikan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul antara yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang menggunakan media konvensional. 2. Penerapan media Brettspiel 4 Gewinnt pada pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu Bantul lebih efektif daripada media konvensional.

80 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen (eksperimental research). Bungin (2008: 49) berpendapat bahwa apabila penelitian bertujuan meramalkan dan menjelaskan hal-hal yang terjadi atau hal-hal yang akan terjadi diantara variabel-variabel tertentu melalui upaya manipulasi atau pengontrolan variabel-variabel tersebut atau hubungan diantara mereka, agar ditemukan hubungan, pengaruh, atau perbedaan salah satu atau lebih variabel, maka penelitian yang demikian ini disebut penelitian eksperimen. Ali (1987: 81) mengungkapkan pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari perumusan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan. Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2009: 14) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dengan demikian pengolahan data hasil penelitian akan dilakukan secara statistik dan hasilnya berupa angka. Hasil perhitungan tersebut nantinya akan 64

81 65 dipergunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang meneliti adanya keefektifan yang terjadi setelah adanya perlakuan terhadap peserta didik yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan peserta didik yang diajar dengan menggunakan media konvensional. B. Desain Penelitian Dalam penelitian eksperimen terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sedapat mungkin sama (homogen) atau mendekati sama karakteristiknya. Pada kelompok eksperimen diberikan pengaruh atau perlakuan (treatment) tertentu, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Test, Post Test Control Group Design dengan dua kelompok subjek, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dalam desain ini sebelum memulai perlakuan, kedua kelompok diberi tes awal atau pre-test. Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (X) dan pada kelompok pembanding (kontrol) tidak diberi. Setelah diberikan perlakuan kedua kelompok diberi tes lagi sebagai post-test. Berikut adalah tabel desain penelitian (Suryabarata, 1988: 49)

82 66 Tabel 2: Desain Penelitian Group Pre-test Treatment Post-test Experiment Group T 1 X T 2 Control Group T 1 - T 2 Keterangan: Experiment Group Control Group X T 1 T 2 : kelompok eksperimen : kelompok kontrol : treatment : pre-test : post-test C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment (eksperimen semu), untuk mencari hubungan sebab akibat dengan memanipulasikan variabel-variabel pada kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan dengan kelompok kontrol. Treatment yang yang digunakan adalah penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sedayu. Dalam hal ini digunakan dua kelompok subjek yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pertama-tama dilakukan pengukuran, kemudian pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen dalam jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran yang kedua.

83 67 D. Variabel Penelitian Variabel adalah sebuah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, mutu standard dan sebagainya (Bungin, 2008: 59). Arikunto (1997: 135) mengemukakan bahwa variabel penelitian adalah sasaran atau obyek yang menjadi fokus perhatian peneliti. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Setiyadi (2006: 106), mengemukakan bahwa variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang dalam sebuah penelitian dijadikan penyebab atau berfungsi mempengaruhi variabel terikat, sedangkan variabel teikat (dependent variabel) merupakan variabel utama dalam sebuah penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media Brettspiel 4 Gewinnt dan variabel terikatnya adalah keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA N 1 Sedayu. Gambar hubungan antara kedua variabel dapat dilihat di bawah ini. X Y Gambar 1: Hubungan antar Variabel Keterangan: X : Media Brettspiel 4 Gewinnt sebagai variabel bebas. Y : Keterampilan membaca teks bahasa Jerman sebagai variabel terikat.

84 68 E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Menurut Bungin (2008: 99), populasi adalah serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Disisi lain Gülo (2002: 77) berpendapat bahwa keseluruhan satuan analisis yang merupakan sasaran penelitian disebut populasi. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sedayu. 2. Sampel Sampel adalah himpunan bagian dari suatu populasi (Gülo, 2002: 78). Sampel penelitian ini diambil dengan cara random sampling, yaitu proses pemilihan sampel dimana seluruh anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2008: 120). Pengambilan sampel dengan sistem tersebut bertujuan untuk menentukan kelas mana yang akan menjadi kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dari populasi yang ada peneliti mengambil dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diadakan random maka dapat diketahui bahwa kelas XI IPA 1 adalah kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 adalah kelas kontrol. Adapun kelas yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 3: Sampel Penelitian Kelas Jumlah Peserta Didik Keterangan XI IPA 1 33 Kelas eksperimen XI IPA 2 31 Kelas kontrol

85 69 F. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2011/2012, yaitu semester II pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012 dan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul yang beralamatkan di Jl. Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni. Adapun jadwal pelaksanaan secara rinci adalah sebagai berikut.

86 70 Tabel 4: Jadwal Pelaksanaan Penelitian No. Tanggal Materi Keterangan Kelas Pelaksanaan Februari 2012 XI IPA 1,2,3 - Penentuan Kelas Observasi Februari 2012 XI IPA 2 - Observasi Kelas Februari 2012 XI IPA 3 - Observasi Kelas 4. 6 Maret 2012 XI IPA 1 - Observasi Kelas 5. 7 April 2012 XI IPA 3 Instrumen Penelitian Uji Validitas Instrumen April 2012 XI IPA 1 Instrumen Pre-test Penelitian April 2012 XI IPA 2 Instrumen Pre-test Penelitian April 2012 XI IPA 2 Schule Kelas Kontrol April 2012 XI IPA 1 Schule Treatmen Kelas Eksperimen April 2012 XI IPA 2 Andrea Kelas Kontrol Mei 2012 XI IPA 1 Andrea Treatmen Kelas Eksperimen Mei 2012 XI IPA 2 Probleme in Kelas Kontrol der Familie Mei 2012 XI IPA 1 Probleme in der Familie Treatmen Kelas Eksperimen Mei 2012 XI IPA 1 Schülerinnen und Schüler sind aktiv Mei 2012 XI IPA 2 Schülerinnen und Schüler sind aktiv Mei 2012 XI IPA 1 Instrumen Penelitian Juni 2012 XI IPA 2 Instrumen Penelitian Treatmen Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Post-test Post-test

87 71 G. Metode Pengumpulan Data Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Menurut Arikunto (1997: ) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Arikunto (1997: 53) juga menyebutkan bahwa tes merupakan alat atau proses yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes akan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan sebelum diberikan perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui keterampilan awal membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sedayu Bantul. Setelah diterapkan perlakuan, maka dilakukan post-test guna mengetahui hasil akhir belajar peserta didik dalam keterampilan membaca teks bahasa Jerman. Perlakuan yang dimaksud tersebut adalah penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt. Pre-test dan post-test tersebut diberikan pada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

88 72 H. Instrumen Penelitian 1. Penetapan Instrumen Penelitian Menurut Purwanto (2008: 183) instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuan. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif pula. Menurut Sumanto (1995 : 57) instrumen dapat berupa tes, angket, wawancara dan sebagainya. Instrumen yang baik menguji/menilai secara obyektif, ini berarti bahwa nilai atau informasi yang diberikan individu tidak dipengaruhi oleh orang yang menilai. Ciri lain instrumen yang baik adalah bisa menyajikan data yang valid dan reliabel. Instrumen dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan daftar tema yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 pembelajaran bahasa Jerman. Materi pelajaran yang diberikan diambil dari buku Kontakte Deutsch 1 yang disesuaikan dengan silabus mata pelajaran bahasa Jerman. Adapun tes yang dipakai adalah tes tertulis.

89 73 Tabel 5: Kisi-kisi Keterampilan Membaca Teks Bahasa Jerman Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Indikator Keberhasilan Nomor Soal Jumlah Soal - Memahami - Mengiden Schule Peserta didik 1, 4, 7, tifikasi dapat 11, 21, wacana bentuk menentukan 28 tulis dan tema suatu teks berbentuk wacana (misal: surat, paparan sederhana dialog, atau secara wawancara) dialog tepat. dan tema sederhana teks. tentang 12, 13, 9 kehidup- 14, 15, an 16, 17, sekolah. 18, 19, 20, - Memper - oleh informasi umum, informasi tertentu dan atau rinci dari wacana tulis sederhana secara tepat. Peserta didik dapat mendapatkan informasi umum tentang isi teks. Menafsirkan informasi secara rinci dari teks sesuai tema. Peserta didik dapat menjawab pertanyaan mengenai informasi tertentu dan rinci dari teks. 8, 9, 10, 24, 25, 26, 27, 29, 30 2, 3, 5, 6, 22, 23 Jenis Tes 6 Pilihan ganda, menjodohkan serta benar/ salah. 9 6 Jumlah soal 30 Instrumen penelitian ini berupa tes keterampilan membaca teks bahasa Jerman. Instrumen keterampilan membaca teks bahasa Jerman ini berbentuk tes objektif sebanyak 30 butir soal dengan tipe soal pilihan ganda yang pada masing-

90 74 masing soal disediakan alternatif jawaban. Penskoran dilakukan dengan memberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah, sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai adalah 30 dan skor terendah adalah 0. Materi tes disesuaikan dengan tema-tema pelajaran yang telah diberikan oleh guru sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut. Dari hasil uji coba instrumen didapatkan 3 buah soal gugur pada nomor yang dicetak tebal dalam tabel kisi-kisi instrumen. 2. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dilakukan pada populasi di luar sampel. Uji coba dilakukan pada anggota populasi. Uji coba instrumen dilakukan di kelas XI IPA 3. Hal ini dilakukan berdasarkan pendapat Arikunto (1997: 218). Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Selanjutnya, instrumen penelitian ini dievaluasi. Evaluasi instrumen dilakukan dengan maksud agar validitas dan reliabel sebuah instrumen diketahui. I. Validitas dan Realibilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen Penelitian Setiyadi (2006: 22) berpendapat bahwa validitas adalah sejauh mana suatu alat ukur mengukur sesuatu yang harus diukur. Arikunto (2007: 167) mengemukakan sebuah instrumen memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan. Validitas logis dalam penelitian ini terdiri atas.

91 75 a. Validitas Isi Sugiyono (2009: 176) mengemukakan validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Para ahli berperan selain dalam proses pengkoreksian dan perbaikan item-item tes, juga menyangkut apakah semua aspek yang akan diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes. Nurgiyantoro ( 2001: 103) mengatakan suatu tes dikatakan memiliki validitas isi jika tes tersebut memiliki kesejajaraan (sesuai) dengan tujuan dan deskripsi bahan pelajaran yang diajarkan. Tujuan dan bahan pelajaran yang diberikan didasarkan pada kurikulum. b. Validitas konstruk Arikunto (1997: 167) mengungkapkan validitas konstruk adalah instrumen yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur. Nurgiyantoro (2001: 104) menjelaskan bahwa suatu tes memiliki validitas konstruk jika tes yang telah disusun telah sesuai dengan konsep bidang ilmu yang diteskan. Untuk memenuhi validitas konstruk tes penguasaan kemampuan membaca teks bahasa Jerman, soalsoal yang diteskan terlebih dulu dikonsultasikan kepada kedua dosen pembimbing serta guru mata pelajaran bahasa Jerman di sekolah sebagai expert judgement. Selanjutnya untuk instrumen tes dikembangkan berdasarkan teori yang disusun melalui kisi-kisi instrumen yang mencakup aspek-aspek yang terkait dengan keterampilan membaca teks bahasa Jerman yang sebelumnya juga telah

92 76 dikonsultasikan dengan expert judgement, dosen ahli pendidikan bahasa jerman Universitas Negeri Yogyakarta. c. Validitas Butir Soal Pengujian validitas butir soal dapat dilakukan dengan cara keseluruhan atau per butir tes. Validitas ini bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya validitas suatu butir soal. Jika melalui pengujian ditemukan bahwa tes tersebut dinyatakan valid secara keseluruhan, hal tersebut belum tentu berlaku sama pada validitas butir soal atau item (Nurgiyantoro, 2001: 115). Sebuah item atau butir soal dinyatakan valid apabila memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk mengetahui nilai validitas konkuren dan tingkat validitas masing-masing butir soal dilakukan analisis butir soal yang menggunakan formula korelasi product moment yang menurut Arikunto (1997: 72) adalah sebagai berikut.

93 77 signifikansi 5%. Apabila r xy harganya lebih besar dari r tabel maka soal dikatakan valid (Arikunto, 1997: 74). 2. Realibilitas Instrumen Penelitian Reliabilitas menunjukkan kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relatif tetap. Berbagai metode dapat digunakan untuk menguji reliabilitas hingga menghasilkan indeks reliabilitas. Indeks reliabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan hanya mempunyai arti untuk memaknai reliabilitas instrumen apabila dihubungkan dengan kriteria uji coba (Purwanto, 2008: 196). Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes (Arikunto, 1997: 86). Jadi, reliabilitas menunjukkan apakah instrumen tersebut secara konsisten memberikan hasil ukuran yang sama tentang sesuatu yang diukur pada waktu yang berlainan. Reliabel juga berarti dapat dipercaya. Adapun rumus uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-R. 20 (Arikunto, 1997: 100) yaitu: r 11 =

94 78 Selanjutnya angka penghitungan dikonsultasikan dengan tabel r pada taraf signifikansi 5%. Apabila koefisien reliabilitas hitung lebih besar daripada r tabel, maka soal dinyatakan reliabel dan layak digunakan untuk mengambil data penelitian. 3. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam eksperimen. Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam penelitian eksperimen ini akan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut. a. Tahap Pra Eksperimen Sebelum eksperimen dilakukan, lebih dahulu ditentukan sampel penelitian yang bersumber dari populasi. Selanjutnya peneliti menyiapkan materi atau bahan ajar untuk kelompok eksperimen. Untuk kelompok kontrol materi atau bahan ajar yang diberikan adalah materi dari buku Kontakte Deutsch 1 dan 2. Sebelum eksperimen dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji coba tes dengan menggunakan salah satu kelas dari populasi di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol, ditetapkan kelas XI IPA 3 sebagai kelas uji instrumen penelitian. Dengan menggunakan sistem random sampling, ditetapkan kelas XI IPA 1 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Kemudian dilakukanlah pre-test atau tes awal sebelum dilakukannya eksperimen. Tes ini diberikan kepada peserta didik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik pada kedua kelompok yang kemudian dibandingkan dengan hasil belajar yang

95 79 dicapai kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan. Hasil tes ini digunakan untuk menyeimbangkan keadaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga apabila terjadi perbedaan hasil belajar setelah diberikan tes akhir (posttest) berarti hasil tersebut disebabkan oleh adanya perlakuan yang diberikan. Selain itu pre-test juga berfungsi sebagai penyepadanan dalam menentukan keseimbangan sampel antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Tahap Eksperimen Setelah dilakukan tes awal (pre-test), tahap selanjutnya adalah pemberian perlakuan (treatment). Perlakuan dalam penelitian ini melibatkan media, peserta didik, guru dan peneliti. Dalam hal ini peneliti memanipulasi proses belajar mengajar dengan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam proses pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman di kelas eksperimen, sedangkan di kelas kontrol tidak mendapatkan perlakuan, dengan kata lain proses pembelajaran tidak dimanipulasi melainkan dibiarkan berlangsung apa adanya, akan tetapi mendapatkan materi dan waktu yang sama dengan kelas eksperimen. Materi yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diambil dari buku Kontakte Deutsch 1. Materi yang diberikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama, hanya dibedakan pada media pembelajaran yang dipakainya. Untuk kelompok eksperimen pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran Brettspiel 4 Gewinnt, sedangkan untuk kelompok kontrol dengan media konvensional.

96 80 c. Tahap Akhir Eksperimen Setelah kelompok eksperimen di berikan perlakuan, kemudian dilakukan post-test (tes akhir) terhadap kedua kelompok tersebut. Bentuk soal pre-test sama dengan soal post-test. Pemberian post-test ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt terhadap keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil pengukuran pada saat post-test antara kemampuan membaca teks bahasa Jerman peserta didik yang diajar dengan media Brettspiel 4 Gewinnt dan media konvensional. Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data, yang terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas varian. 1. Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas sebaran dilakukan untuk menguji apakah sampel yang diselidiki berdistribusi normal atau tidak. Tes statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah Chi-khuadrat (Arikunto, 1997: 313). Rumusnya adalah sebagai berikut.

97 = harga Chi-kuadrat yang dicari 81 Keterangan :

98 (Nurgiyantoro, 2001: 109) yang digunakan adalah sebagai berikut. Brettspiel 4 Gewinnt dan yang tidak diajar dengan media tersebut. Rumus uji-t kemampuan membaca teks bahasa Jerman peserta didik yang diajar dengan media mengetahui perbedaan yang signifikan hasil pengukuran dengan post-test, antara kesetaraan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, uji-t digunakan untuk penelitian ini nantinya adalah uji-t, apabila hasil pre-test menunjukkan adanya Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam 2. Analisis Data Penelitian kelompok. dan selisih dari kedua post-test dan pre-test data pada dikarenakan homogenitas Uji heterogen. atau ditolak varians, perbedaan menunjukkan tidak maka 5%, signifikasi taraf pada ttabel F dengan besar lebih hitung Fo apabila sebaliknya, pula Begitu homogen. atau diterima varians, perbedaan menunjukkan tidak maka 5%, signifikasi taraf pada ttabel F dengan sama kecil lebih hitung Fo Apabila F. nilai tabel dengan dikonsultasikan kemudian penghitungan Hasil subjek banyaknya : N kuadrat defiasi standar karena kuadrat, bentuk dalam ditulis selalu varians, : 82 S X : standar defiasi : simpangan X dari X, yang dicari X-X

99 = jumlah subjek kelas eksperimen 83 Keterangan: t X1 X2 = koefisien yang dicari = nilai rata-rata kelas eksperimen = nilai rata-rata kelas kontrol

100 84 5. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik disebut juga hipotesis nol (Ho). Rumusan hipotesis yang dikembangkan oleh peneliti antara lain sebagai berikut. 1. Ho : µ1 = µ2 Tidak ada perbedaan yang signifikan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul antara yang diajar menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dengan media konvensional. Ha : µ1 µ2 Ada perbedaan yang signifikan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul antara yang diajar menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dengan media konvensional. 2. Ho : µ1 = µ2 Penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul sama efektifnya dengan media konvensional. Ha : µ1 > µ2 Penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul lebih efektif daripada media konvensional.

101 85

102 86

103 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah prestasi keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA N 1 Sedayu Bantul yang diajar dengan media Brettspiel 4 Gewinnt lebih baik dari pada yang diajar menggunakan media konvensional, dan untuk mengetahui apakah penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu Bantul lebih efektif daripada pembelajaran dengan menggunakan media konvensional. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan dari pre-test dan posttest. Untuk membantu proses analisis data, maka proses analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows Adapun hasil penelitian pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1. Deskripsi Data Penelitian Data pada penelitian ini diambil dengan menggunakan penilaian yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre-test dan post-test terhadap sejumlah peserta didik kelas XI IPA SMA N 1 Sedayu Bantul. Pre-test dan post-test tersebut diberikan pada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pre-test dilakukan sebelum diberikan perlakuan dengan tujuan 85

104 86 untuk mengetahui keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik SMA Negeri 1 Sedayu Bantul. Setelah diterapkan perlakuan, maka dilakukan post-test untuk mengetahui hasil akhir belajar peserta didik dalam keterampilan membaca bahasa Jerman. Perlakuan yang dimaksud tersebut adalah penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt. Subjek pada pre-test kelas eksperimen sebanyak 33 peserta didik yang diberi perlakuan dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt, dan pada kelas kontrol 31 peserta didik diberi perlakuan dengan menggunakan media konvensional. Setelah hasil penilaian terkumpul, kemudian data dianalisis dengan statistik deskriptif dan uji-t. Untuk mempermudah proses analisis data dan untuk menghindari adanya kemungkinan terjadinya kesalahan, maka proses analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan komputer SPSS for Windows a. Skor Data Pre-test Kelas Eksperimen Kelas eksperimen merupakan kelas yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt. Sebelum diberikan perlakuan kepada peserta didik di kelas eksperimen, terlebih dahulu dilakukan pre-test. Data pre-test skor terendah sebesar 48,150, skor tertinggi sebesar 77,780, median sebesar 62,96000, modus sebesar 70,370, rerata (mean) sebesar 62,74000 dan standar deviasi 7, Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Penentuan jumlah dan interval kelas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus H.A Sturges (Sugiyono, 2009: 29) sebagai berikut.

105 87 Jumlah kelas interval = 1 + 3,3 log n Panjang kelas = Range/Jumlah kelas Menentukan rentang data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Rentang data (range) = Xmax Xmin Adapun distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6: Distribusi Frekuensi Skor Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen No. Interval F Absolut F Relatif 1 73,7-78, ,0% 2 68,6-73, ,3% 3 63,5-68, ,2% 4 58,4-63, ,2% 5 53,3-58, ,2% 6 48,2-53, ,1% Jumlah ,0% Persentase (%) Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Sturges menunjukkan bahwa distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen diperoleh jumlah kelas sebanyak 6 dengan panjang kelas 5. Berikut ini merupakan gambar diagram dari ditribusi frekuensi skor keterampilan membaca bahasa Jerman kelas eksperimen pada saat pre-test

106 88 Gambar 2: Histogram Distribusi Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa peserta didik yang mempunyai keterampilan membaca bahasa Jerman paling banyak terletak pada interval 68,55-73,55 dengan frekuensi 9 peserta didik atau sebanyak 27,3% dan peserta didik yang mempunyai keterampilan membaca bahasa Jerman paling sedikit terletak pada interval 73,65-78,65 dengan frekuensi 1 peserta didik atau sebanyak 3,0%. Pengkategorian berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut. Baik Sedang Rendah : X Mi + SDi : Mi SDi X < Mi + SDi : X< Mi Sdi Keterangan : Mi : Mean ideal Sdi : Standar Deviasi ideal Berdasarkan hasil perhitungan, Mean ideal (Mi) sebesar 62,74 dan

107 89 Standar Deviasi ideal (SDi) sebesar 7,57. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelas sebagai berikut. Tabel 7: Kategori Skor Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen No. Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori 1 >70, Baik 2 55,17-70, ,1 Sedang 3 < 55,17 3 9,1 Rendah Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor pre-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen yang berada pada kategori baik sebanyak 0 peserta didik (0%), kategori sedang sebanyak 30 peserta didik (90,9%), kategori rendah sebanyak 3 peserta didik (9,1%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor pre-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen dikategorikan dalam kategori sedang. b. Skor Data Pre-test Kelas Kontrol Kelas kontrol merupakan kelas yang diajar dengan menggunakan media konvensional. Berdasarkan hasil analisis dengan subjek 31 peserta didik diperoleh skor terendah sebesar 51,85 skor tertinggi sebesar 77,78, median sebesar 62,9600, modus sebesar 62,96, rerata (mean) sebesar 63,2019 dan standar deviasi 6, Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Penentuan jumlah dan interval kelas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus H.A Sturges (Sugiyono, 2009: 29) sebagai berikut.

108 90 Jumlah kelas interval = 1 + 3,3 log n Panjang kelas = Range/Jumlah kelas Menentukan rentang data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Rentang data (range) = Xmax Xmin Adapun distribusi frekuensi awal keterampilan membaca bahasa Jerman pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8: Distribusi Frekuensi Skor Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol No. Interval F Absolut F Relatif Persentase (%) 1 73,9-78, ,7% 2 69,5-73, ,9% 3 65,1-69, ,9% 4 60,7-65, ,0% 5 56,3-60, ,9% 6 51,9-56, ,6% Jumlah % Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Sturges menunjukkan bahwa distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol diperoleh jumlah kelas sebanyak 6 dengan panjang kelas 4,3. Berikut gambar diagram dari ditribusi frekuensi skor keterampilan membaca bahasa Jerman kelas kontrol pada saat pre-test.

109 91 Gambar 3: Histogram Distribusi Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa peserta didik yang mempunyai keterampilan membaca bahasa Jerman paling banyak terletak pada interval 66,8-72,3 dengan frekuensi 10 peserta didik atau sebanyak 32,3 % dan peserta didik yang mempunyai keterampilan membaca bahasa Jerman paling sedikit terletak pada interval 73,9-78,2 dengan frekuensi 3 peserta didik atau sebanyak 9,7 %. Pengkategorian berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut. Baik Sedang Rendah : X Mi + SDi : Mi SDi X < Mi + SDi : X< Mi Sdi Keterangan : Mi : Mean ideal Sdi : Standar Deviasi ideal

110 92 Berdasarkan hasil perhitungan, Mean ideal (Mi) sebesar 63,2 dan Standar Deviasi ideal (SDi) sebesar 6,62. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelas sebagai berikut. Tabel 9: Kategori Skor Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol No. Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori 1 >69, Baik 2 56,58-69, ,4 Sedang 3 <56, ,6 Rendah Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor pre-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol yang berada pada kategori baik sebanyak 0 peserta didik (0%), kategori sedang sebanyak 24 peserta didik (77,4%), kategori rendah sebanyak 7 peserta didik (22,6%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor pre-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol dikategorikan dalam kategori sedang. c. Skor Data Post-test Kelas Eksperimen Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt kemudian dilakukan post-test. Pemberian post-test ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt terhadap keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik di SMA Negeri 1 Sedayu. Jumlah subjek pada kelas eksperimen sebanyak 33 peserta didik. Data post-test eksperimen diperoleh skor terendah sebesar 59,26, skor tertinggi sebesar 96,30, median sebesar 77,7800, modus sebesar 74,07, rerata (mean) sebesar 77,4406 dan standart deviasi 10,07481.

111 93 Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas. Penentuan jumlah dan interval kelas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus H.A Sturges (Sugiyono, 2009: 29) sebagai berikut. Jumlah kelas interval = 1 + 3,3 log n Panjang kelas = Range/Jumlah kelas Menentukan rentang data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Rentang data (range) = Xmax Xmin Adapun distribusi frekuensi akhir keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10: Distribusi Frekuensi Skor Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen No. Interval F Absolut F Relatif Persentase (%) 1 90,8-97, ,1% 2 84,5-90, ,2% 3 78,2-84, ,2% 4 71,9-78, ,3% 5 65,6-71, ,2% 6 59,3-65, ,2% Jumlah % Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Sturges menunjukkan bahwa distribusi frekuensi skor post-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen diperoleh jumlah kelas sebanyak 6 dengan panjang kelas 6,2. Berikut gambar diagram dari ditribusi frekuensi skor keterampilan membaca bahasa Jerman kelas eksperimen pada saat post-test.

112 94 Gambar 4: Histogram Distribusi Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa peserta didik yang mempunyai keterampilan membaca bahasa Jerman paling banyak terletak pada interval 71,86-78,06 dengan frekuensi 9 peserta didik atau sebanyak 27,3 % dan 5 peserta didik yang mempunyai keterampilan membaca bahasa Jerman paling sedikit terletak pada interval 90,76-96,96 dengan frekuensi 4 peserta didik atau sebanyak 12,1 %. Pengkategorian berdasarkan pada nilai ratarata (mean) dan standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut. Baik Sedang Rendah : X Mi + SDi : Mi SDi X < Mi + SDi : X< Mi Sdi Keterangan : Mi : Mean ideal Sdi : Standar Deviasi ideal Berdasarkan hasil perhitungan, Mean ideal (Mi) sebesar 84,06 dan

113 95 Standar Deviasi ideal (SDi) sebesar 5,162. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelas sebagai berikut. Tabel 11: Kategori Skor Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Eksperimen No. Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori 1 >76, Baik 2 60,82-76, ,8 Sedang 3 <60, ,2 Rendah Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor post-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen yang berada pada kategori baik sebanyak 0 peserta didik (0%), kategori sedang sebanyak 27 peserta didik (81,8%), kategori rendah sebanyak 6 peserta didik (18,2%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor post-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen dikategorikan dalam kategori sedang. d. Skor Data Post-test Kelas Kontrol Seperti halnya kelas eksperimen, pada kelas kontrol juga dilakukan posttest untuk mengetahui keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik yang diberi perlakuan dengan menggunakan media konvensional. Jumlah subjek pada kelas kontrol 31 peserta didik. Data post-test kontrol diperoleh skor terendah sebesar 55,56, skor tertinggi sebesar 88,89, median sebesar 66,6700, modus sebesar 62,96, rerata (mean) sebesar 68,6974 dan standart deviasi 7, Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas.

114 96 Penentuan jumlah dan interval kelas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus H.A Sturges (Sugiyono, 2009: 29) sebagai berikut. Jumlah kelas interval = 1 + 3,3 log n Panjang kelas = Range/Jumlah kelas Menentukan rentang data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Rentang data (range) = Xmax Xmin Adapun distribusi frekuensi akhir keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik pada kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 12: Distribusi Frekuensi Skor Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol No. Interval F Absolut F Relatif Persentase (%) 1 83,6-89, ,5% 2 78,0-83, ,2% 3 72,4-77, ,4% 4 66,8-72, ,3% 5 61,2-66, ,8% 6 55,6-61, ,9% Jumlah % Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Sturges menunjukkan bahwa distribusi frekuensi skor post-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol diperoleh jumlah kelas sebanyak 6 dengan panjang kelas 5,5. Berikut gambar diagram dari ditribusi frekuensi skor keterampilan membaca bahasa Jerman kelas kontrol pada saat post-test.

115 97 Gambar 5: Histogram Distribusi Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa peserta didik yang mempunyai keterampilan membaca bahasa Jerman paling banyak terletak pada interval 66,8-72,3 dengan frekuensi 10 peserta didik atau sebanyak 32,3 % dan peserta didik yang mempunyai keterampilan membaca bahasa Jerman paling sedikit terletak pada interval 78,0-83,5 dengan frekuensi 1 peserta didik atau sebanyak 3,2 %. Pengkategorian berdasarkan pada nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut. Baik : X Mi + SDi Sedang : Mi SDi X < Mi + SDi Rendah : X< Mi Sdi Keterangan : Mi : Mean ideal Sdi : Standar Deviasi ideal Berdasarkan hasil perhitungan, Mean ideal (Mi) sebesar 68,69 dan

116 98 Standar Deviasi ideal (SDi) sebesar 7,87. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga kelas sebagai berikut. Tabel 13: Kategori Skor Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Kelas Kontrol No. Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori 1 >76, Baik 2 60,82-76, ,1 Sedang 3 <60, ,9 Rendah Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor post-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol yang berada pada kategori baik sebanyak 0 peserta didik (0%), kategori sedang sebanyak 27 peserta didik (87,1%), kategori rendah sebanyak 4 peserta didik (12,9%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor post-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas kontrol dikategorikan dalam kategori sedang. 2. Prasyarat Analisis Data Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang tediri dari uji normalitas sebaran dan uji homogenitas variansi. Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak, apabila data berdistribusi normal maka analisis dapat dilakukan. Berikut hasil dari uji normalitas sebaran dan uji homogenitas variansi. a. Uji Normalitas Sebaran Data pada uji normalitas sebaran ini diperoleh dari hasil pre-test dan post-test, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Uji normalitas diujikan pada masing-masing variabel penelitian yaitu pre-test dan post-test kelas

117 99 eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas sebaran dilakukan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai taraf signifikansi hitung lebih besar dari nilai taraf signifikansi α = 0,05. berikut ini. Hasil uji normalitas untuk masing-masing variabel penelitian disajikan Tabel 14: Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel P Ket Pre-test eksperimen 0,220 Normal Post-test eksperimen 0,767 Normal Pre-test kontrol 0,408 Normal Post-test kontrol 0,455 Normal Hasil uji normalitas variabel penelitian dapat diketahui bahwa semua variabel pre-test dan post-test kelas eksperimen maupun pre-test dan post-test kelas kontrol nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel pre-test dan post-test kelas eksperimen maupun pre-test dan post-test kelas kontrol berdistribusi normal. Secara lengkap perhitungan dapat dilihat pada lampiran uji normalitas. b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi berasal dari variansi yang sama dan tidak menunjukan perbedaan yang signifikan satu sama lain. Tes statistik yang digunakan adalah Uji F, yaitu dengan membandingkan variansi terbesar dan variansi terkecil. Syarat agar variansi bersifat homogen apabila nilai lebih kecil dari nilai pada taraf signifikansi α = 0,05. Hasil perhitungan uji homogenitas data dilakukan

118 100 dengan bantuan program SPSS for window 13.0 menunjukan bahwa F h <F t, berarti data kedua kelompok tersebut homogen. tabel berikut. Adapun rangkuman hasil uji homogenitas varian data disajikan dalam Tabel 15: Uji Homogenitas Variansi Kelompok Db F h F t P Keterangan Pre-test 1:62 2,241 3,15 0,139 F h <Ft = Homogen Post-test 1:62 2,188 3,15 0,144 F h <Ft = Homogen Data di atas menjelaskan bahwa untuk data pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dapat diketahui nilai (F h ) lebih kecil dari (F t ) dan nilai signifikansi lebih besar dari 5% (p>0,05), yang berarti bahwa data pre-test dan post-test kedua kelompok tersebut homogen, sehingga memenuhi persyaratan untuk dilakukan uji-t. 3. Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis alternatif (H a ) yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu Bantul antara kelas yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan menggunakan media konvensional. Untuk keperluan pengujian, hipotesis ini diubah menjadi hipotesis nol (H o ) yang berbunyi tidak ada perbedaan yang signifikan keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sedayu Bantul antara kelas yang diajar dengan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan media konvensional.

119 101 Hipotesis statistik dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji-t, dengan taraf signifikansi (α) 5%. Penghitungan uji-t tersebut diselesaikan dengan program SPSS for windows Kriteria hipotesis diterima apabila harga t hitung lebih kecil daripada t tabel pada taraf signifikansi 5% maka H o diterima dan H a ditolak. Sebaliknya jika harga t hitung lebih besar dari t tabel pada taraf signifikasi 5% maka H o ditolak dan H a diterima. Berdasarkan penghitungan uji-t diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu antara kelas yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan menggunakan media konvensional. Data selengkapnya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 16: Hasil Uji-t Pre-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Sumber Mean t hitung t tabel Sig. Keterangan Eksperimen 62,7400 t 0,259 2,000 0,796 hitung < t tabel (tidak Kontrol 63,2019 signifikan) Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat melalui perbedaan mean kelas eksperimen yang memiliki mean sebesar 62,7400 dan kelas kontrol sebesar 63,2019, hasil perhitungan t hitung kelompok membaca bahasa Jerman (post-test) sebesar 0,259 dengan nilai signifikansi sebesar 0,796. Kemudian nilai t hitung tersebut dikonsultasikan dengan nilai t tabel pada taraf signifikansi α = 0,05, diperoleh t tabel 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel (t hitung : 0,259 < t tabel : 2,000), dengan nilai signifikansi sebesar 0,796 lebih besar dari nilai taraf signifikansi 5% (0,796>0,05), maka hipotesis nol (Ho)

120 102 diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok membaca bahasa Jerman yang diajar dengan media Brettspiel 4 Gewinnt dengan kelompok yang diajar dengan media konvensional di SMA Negeri 1 Sedayu Bantul kelas XI. Tabel 17: Hasil Uji-t Post-test Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Sumber Mean t hitung t tabel P Keterangan Eksperimen 77,4406 t 3,851 2,000 0,000 hitung > t tabel Kontrol 68,6974 (signifikan) Berdasarkan hasil analisis tabel di atas dapat dilihat mean masing-masing kelas. Kelas eksperimen memiliki mean sebesar 77,4406 dan kelas kontrol sebesar 68,6974, maka mean kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol (77,4406 > 68,6974). Selain menggunakan nilai mean akan dijelaskan secara statistik, yaitu hasil perhitungan t hitung keterampilan membaca bahasa Jerman akhir (post-test) sebesar 3,851 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kemudian nilai t hitung tersebut dikonsultasikan dengan nilai t tabel pada taraf signifikansi α = 0,05, diperoleh t tabel 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar daripada t tabel (t hitung : 3,851 > t tabel : 2,000), apabila dibandingkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 5% (0,000<0,05), maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu Bantul antara kelas yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan menggunakan media konvensional.

121 Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis kedua dalam penelitian ini (Ha) yaitu penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu Bantul lebih efektif daripada pembelajaran dengan menggunakan media konvensional. Untuk menguji hipotesis kedua mengenai keefektifan penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dibandingkan media konvensional tersebut dicari dengan melihat bobot keefektifan. Hal ini untuk mengetahui bobot keefektifan dari penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt. Tabel 18: Hasil Perhitungan Bobot Keefektifan Kelas Skor Ratarata Ratarata Pre-test eksperimen 62,74 70,09 Post-test eksperimen 77,44 Pre-test kontrol 63,20 65,95 Post-test kontrol 68,69 Gain Skor 4,141 Bobot Keefektifan 13,8% Berdasarkan perhitungan diperoleh gain skor (nilai post-test dikurangi nilai pre-test) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebesar 4,141 lebih besar untuk kelas eksperimen, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil perhitungan bobot keefektifan sebesar 13,8% sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sedayu Bantul lebih efektif daripada pembelajaran dengan menggunakan media konvensional, hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima dengan bobot keefektifan sebesar 13,8% penggunaan

122 104 media Brettspiel 4 Gewinnt lebih efektif dibandingkan penggunaan media konvensional. B. Pembahasan 1. Perbedaan prestasi belajar keterampilan membaca bahasa Jerman antara kelas yang diajar dengan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan media konvensional Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hasil mean post-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada hasil post-test keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik pada kelompok kontrol (77,4406>68,6974). Dari mean data yang diperoleh dapat diketahui bahwa ada perbedaan prestasi belajar keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu Bantul antara kelas yang diajar dengan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan media konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji hipotesis yang menunjukkan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel pada taraf signifikansi 5%. Hasil perhitungan t hitung keterampilan membaca bahasa Jerman akhir (post-test) sebesar 3,851 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar daripada t tabel (t hitung : 3,851> t tabel : 2,000), apabila dibandingkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai taraf signifikansi 5% (0,000<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan prestasi belajar keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu Bantul antara kelas yang diajar dengan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan media konvensional.

123 105 Dari hasil analisis data yang dilakukan dengan pengujian statistik deskriptif berupa nilai mean pada masing-masing kelas diperoleh nilai mean kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol, rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dari nilai mean pre-test, sedangkan nilai akhir kelompok kontrol mengalami sedikit perubahan. Selain itu dibuktikan secara statistik berupa uji-t, diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca bahasa Jerman kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt mengalami peningkatan yang signifikan. Keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sedayu Bantul dengan menggunakan media konvensional dirasa masih kurang baik. Guru cenderung banyak berceramah dan pengajaran berlangsung secara deduktif dan juga belum menggunakan media pembelajaran yang kooperatif. Peserta didik cenderung hanya mendengar dan mencatat saja. Padahal tidak semua materi pelajaran dapat disampaikan secara efektif, sebagai contoh dalam melatih keterampilan membaca (Leseverstehen). Penggunaan media konvensional justru akan membuat peserta didik cenderung menjadi pasif karena kegiatan kelas hanya terpusat pada guru dan peserta didik akan lebih cepat bosan. Untuk itu harus digunakan media pembelajaran bahasa Jerman yang baik sehingga dapat digunakan di dalam kelas untuk membantu guru meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Media Brettspiel 4 Gewinnt merupakan media yang akan membantu peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil dalam

124 106 struktur kerja sama yang teratur dan membahas topik tetentu. Dengan media seperti ini memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka yang efektif di antara anggota kelompok. Melalui belajar dari teman sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman peserta didik akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari. 2. Keefektifan penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu Bantul Berdasarkan perhitungan diperoleh gain skor (nilai post-test dikurangi nilai pre-test) antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebesar 4,141 lebih besar untuk kelas eksperimen, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil perhitungan bobot keefektifan sebesar 13,8% sehingga hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu Bantul lebih efektif daripada pembelajaran dengan menggunakan media konvensional. Media Brettspiel 4 Gewinnt merupakan media pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu delapan orang yang terbagi lagi ke dalam dua kelompok, yang masing-masing terdiri dari empat orang anak yang memiliki latar belakang akademik yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasinya. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu

125 107 terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Dalam kelas besar peserta didik dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan cara-cara tersebut guru dapat membentuk kelompok kecil yang terdiri atas peserta didik yang aktif dan peserta didik yang pasif untuk berlatih bekerja sama dan saling menghargai, sehingga setiap anggota kelompok memiliki keberanian untuk mengungkapkan diri dan berkomunikasi dalam bahasa sasaran. Hal yang menarik dari media Brettspiel 4 Gewinnt selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada orang lain. Berdasarkan uraian di atas dan bukti analisis data, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Sedayu Bantul lebih efektif daripada pembelajaran dengan menggunakan media konvensional. Hasil perhitungan diketahui bobot keefektifan sebesar 13,8%, sedangkan sisanya sebesar 86,2% dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut diantaranya motivasi belajar peserta didik, kualitas guru sebagai fasilitator dan motivator, lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, sarana, prasarana serta fasilitas sekolah yang tersedia.

126 108 Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardi Ariyanto dengan skripsi yang berjudul Keefektifan Penggunaan Media Permainan Bahasa Kategori Binggo dalam Mengajarkan Kosakata Bahasa Jerman di SMU N 2 Banguntapan tahun ajaran 1997/1998. Penelitian tersebut menunjukan proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan media permainan bahasa kategori Bingo mampu meningkatkan kemampuan membaca peserta didik dengan menggunakan bahasa Jerman. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat perubahan yang positif dalam kegiatan pembelajaran membaca bahasa Jerman, dan peserta didik lebih bersemangat untuk berperan aktif dalam mengerjakan tugas kelompok. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu Bantul lebih efektif daripada pembelajaran dengan menggunakan media konvensional. C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan peneliti, sehingga menyebabkan hasil penelitian ini menjadi kurang maksimal. Adapun keterbatasan penelitian tersebut sebagai berikut. 1. Keterbatasan peneliti sebagai peneliti pemula, sehingga penelitian ini jauh dari sempurna. 2. Peserta didik masih kurang serius dalam mengerjakan soal-soal dari instrumen penelitian yang diberikan, karena mereka menganggap bahwa penilaian pada penelitian ini tidak mempengaruhi nilai rapor.

127 Adanya kemungkinan komunikasi antara kelas eksperimen dan kontrol, yang menyebabkan peserta didik dapat berkomunikasi mengenai materi yang telah diajarkan sebelumnya. 4. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan pengetahuan peneliti yang masih terbatas. 5. Penilaian yang digunakan dalam penelitian mengacu pada skor penilaian tertinggi (100 poin) bukan pada penilaian tertentu. 6. Media Brettspiel 4 Gewinnt masih sangat kompleks untuk peserta didik di tingkat SMA, untuk itu penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt hendaknya disampaikan dengan cara yang mudah dipahami dan sederhana. 7. Penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt membutuhkan waktu yang banyak, oleh karena itu sebaiknya guru mampu menggunakan waktu seefektif mungkin.

128 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, pengujian hipotesis, dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, 1. Ada perbedaan yang signifikan keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI di SMA N 1 Sedayu antara yang diajar dengan menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt dan yang diajar dengan menggunakan media konvensional. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung (t h ) sebesar 3,851 dengan df sebesar 62 dan lebih besar dari t tabel (t t ) sebesar 2,000 pada taraf signifikansi (α) 0,05 sebesar 0, Media Brettspiel 4 Gewinnt lebih efektif digunakan dalam pembelajaran keterampilan membaca teks bahasa Jerman peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sedayu daripada pembelajaran dengan menggunakan media konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan bobot keefektifan sebesar 13,8% 110

129 111 B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian di atas, media Brettspiel 4 Gewinnt dapat diimplikasikan ke dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman. Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh peserta didik yang mempelajari bahasa Jerman. Melalui pembelajaran menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt, keterampilan membaca bahasa Jerman peserta didik dapat ditingkatkan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu penggunaan media Brettspiel 4 Gewinnt juga efektif dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman. Hal ini terlihat dari perbedaan prestasi peserta didik, yaitu peserta didik yang diajar menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt mempunyai prestasi yang lebih baik daripada peserta didik yang diajar menggunakan media konvensional. Jadi media Brettspiel 4 Gewinnt dapat dijadikan salah satu alternatif untuk pembelajaran keterampilan membaca bahasa Jerman. Jika guru ingin mengajar menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Guru memberikan materi pelajaran yang akan disampaikan berupa sebuah teks kepada setiap peserta didik. Kemudian membagi peserta didik ke dalam 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 anak yang kemudian dibagi lagi dalam kelompok kecil, A dan B yang masing-masing terdiri dari 2 orang

130 112 anak. Banyaknya peserta didik dalam setiap kelompok tergantung kepada banyaknya jumlah tugas yang harus dikerjakan dalam setiap permainan. 2. Guru membagikan 1 papan permainan dan 2 jenis kartu yang berbeda kepada setiap kelompok. Kartu permainan terdiri dari 2 macam dengan warna yang berbeda, kartu yang pertama berisi kosakata yang terdapat dalam sebuah teks yang akan dibahas, di belakang kartu pertanyaan terdapat arti dari kosakata. Kartu yang kedua berupa kartu berwarna untuk ditempelkan pada papan jika peserta didik dapat menjawab pertanyaan dengan benar. 3. Masing-masing kelompok diberi waktu 20 menit untuk menyelesaikan permainan. Permainan bisa berlangsung lebih lama atau lebih singkat tergantung dari banyaknya jumlah pertanyaan dalam setiap permainan. 4. Masing-masing kelompok kecil harus menentukan terlebih dahulu siapa yang akan memulai permainan, kemudian kelompok kecil yang memenangkan undian berhak mengambil satu kartu kosakata kemudian kelompok yang kalah wajib menjawab pertanyaan, jika kelompok tersebut dapat menjawab pertanyaan maka kelompok tersebut berhak menempelkan satu kartu berwarna dalam papan. Begitu seterusnya secara bergantian sampai kartu kosakata berhasil dibacakan semuanya. 5. Kelompok yang dianggap menang adalah kelompok yang berhasil membuat satu garis warna yang sama dalam papan, baik berupa garis horizontal, vertikal maupun diagonal.

131 Setiap kelompok tidak diperbolehkan memperlihatkan kata kunci yang ada di balik kartu kosakata pada kelompok lawan. Setiap kelompok hanya diperbolehkan memberikan kata bantu untuk mempermudah kelompok lawan agar bisa menjawab pertanyaan dengan benar. 7. Demikian seterusnya pembacaan kartu kosakata secara bergiliran, sehingga setiap peserta didik mendapatkan giliran yang sama. Permainan diakhiri dengan membahas teks yang telah dibagikan sebelumnya. Media permainan bahasa Brettspiel 4 Gewinnt merupakan salah satu media permainan bahasa yang dapat membantu peserta didik untuk berpikir secara kritis, menemukan ide atau gagasan yang dapat merangsang peserta didik untuk mengemukakan ide atau gagasan secara terampil dan lebih menarik. Berdasarkan hal tersebut, maka media Brettspiel 4 Gewinnt ini hendaknya diterapkan dalam pembelajaran bahasa Jerman, terutama dalam melatih dan mengajarkan keterampilan membaca peserta didik. Selain itu, hendaknya guru dapat menerapkan penggunaan media-media pendidikan yang variatif dan inovatif dalam mengajarkan keterampilan membaca peserta didik. Dengan adanya variasi media pendidikan dalam pembelajaran sangat membantu peserta didik untuk mengatasi rasa bosan dan merangsang daya imajinasi peserta didik dalam ide pemahaman membaca teks, sehingga pada akhirnya dapat mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran dalam keterampilan membaca teks bahasa Jerman pada peserta didik.

132 114 C. Saran 1. Diharapkan sekolah dapat memfasilitasi dan mendukung pengembangan media pembelajaran, mengingat pentingnya dan bergunanya media pembelajaran dalam proses belajar mengajar karena dapat membantu peserta didik dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. 2. Guru hendaknya menggunakan media Brettspiel 4 Gewinnt sebagai salah satu alternatif pembelajaran bahasa Jerman. 3. Bagi peneliti lain sebagai bahan referensi apabila ingin mengembangkan penelitian ini.

133 DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti Bahasa Indonesia I. Depdikbud: Dirjen Dikti. Ali, Muhammad Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa. A.M. Sardiman Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar (ed. 1, cet.12). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arikunto, Suharsimi Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ariyanto, Ardi Keefektifan Penggunaan Media Permainan Bahasa Kategori Binggo dalam Mengajarkan Kosakata Bahasa Jerman di SMU N 2 Banguntapan. Skripsi S1. Yogyakarta: Pendidikan bahasa Jerman, FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Azies, Furqanul dan Alwasilah, A.C Pengajaran Bahasa Komunikatif. Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Bungin, Burhan Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana. Bolton, S Probleme der Leistungsmessung. Berlin: Langenscheidt. Celce. Marianne dan Murcia Teaching English as a Second of Foreign Language. USA: Thomson Learning. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kurikulum Sekolah SMU GBPP: Bidang Studi Bahasa Jerman. Jakarta: Depdikbud. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Gülo, W Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo. Hardjono, Sartinah Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). 115

134 116 Harjasujana, Akhmad Slamet dan Mulyati, Yeti Membaca 2. Jakarta: Depdikbud. Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Kurniawati, Heti Penggunaan Media Brettspiel 4 Gewinnt dalam Pengajaran.Bahasa.Jerman. eham Juec/preview.html. Di unduh pada tanggal 17 Februari Kustaryo, Sukirah Reading Techniques for College Students. Jakarta: Depdikbud, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Neuner, G. dkk Übungstypologie zum Kommunikativen Deutschunterricht. Berlin. Langenscheidt KG. Nikelas, Syahwin Pengantar Linguistik untuk Guru Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Nunan, David Language Teaching Methodologi. Sydney: Prentice Hill. Nurgiyantoro, Burhan Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. (edisi ketiga) Yogyakarta: BPFE. Parera, Jos Daniel Leksikon Istilah Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Poerwadarminta, W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Pringgawidagda, Suwarna Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta. Adicita Karya Nusa. Purwanto Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwo, Bambang Kaswanti. 1990a. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa Menyibak kurikulum Yogyakarta: Kanisius. Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian dan Perkembangan Departemen Pendidikan Nasional Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Jerman Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

135 117 Rahim, Farida Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Rampilon, Ute Lerntekhniken im Fremdsprachunterricht. München: Hueber. Richard, Jack dan Schmidt, Richard Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics. London: Pearson Education. Sadiman, Arief S. dkk Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sadtono, E Antalogi Pengajaran Bahasa Asing khususnya Bahasa Inggris. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setiyadi, Ag. Bambang Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif). Yogyakarta: Graha Ilmu. Siahaan, Bistok Pengembangan Materi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Simanjuntak, Edhithia Gloria Developing Reading Skill for EFL Students. Jakarta: Depdikbud. Soedarso Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Soeparno Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: PT Intan Pariwara. Spier, Anne Mitspielen Deutsch Lernen. Frankfurt am Main: Cornelsen Scriptor. Subyakto, Sri Utari-Nababan Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: CV. Alfabeta. Sujanto, J. CH Keterampilan Berbahasa, Membaca, Menulis, Berbicara untuk Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia.

136 118 Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sukotjo, Arikunto Usaha-usaha untuk memantapkan Penggunaan Buku Acuan KD dalam Pengajaran Bahasa Jerman SMA. PPM IKIP Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman (Lokakarya). Sumanto Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset. Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali. Tampubolon Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Angkasa: Bandung. Titisari, Riananda Keefektifan Penggunaan Media Permainan Bahasa Memori Pada Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman di SMA N 1 Pemalang. Skripsi S1. Yogyakarta: Pendidikan bahasa Jerman, FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Tukan, U.S. (1998). Kemampuan Membaca Teks Bahasa Jerman Bergambar dan tidak Bergambar Siswa kelas II SMU N 2 Yogyakarta. Skripsi SI. Yogyakarta: IKIP Westhoff, Gerard Fertigkeit Lesen. Goethe Institut. München: Langenscheidt. Wiryodijoyo, Suwaryono Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Zuchdi, Darmiyati Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca. Yogyakarta: UNY Press.

137 LAMPIRAN 119

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

246

247

248

249

250

251

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PQ4R PADA PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XII SMAN 1 SEDAYU BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS- TS) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

oleh Cindhy Dwi Meidany

oleh Cindhy Dwi Meidany KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERBAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN ANIMASI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh Dewi Uswatun Chasanah NIM

SKRIPSI. oleh Dewi Uswatun Chasanah NIM EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK GRAMMATIKVISUALISIERUNG DALAM PENGAJARAN GRAMATIKA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

RADEN RARA VIVY KUSUMA ARDHANI

RADEN RARA VIVY KUSUMA ARDHANI ABSTRAK RADEN RARA VIVY KUSUMA ARDHANI: Keefektifan Pembelajaran dengan Pendekatan Bottom-up dan Top-down dalam Pemahaman Membaca Teks Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMP N 3 Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca

BAB II KAJIAN TEORI. pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Membaca Menurut Dechant (melalui Zuchdi, 2008:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud penulis. Membaca pada hakikatnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : DEWI KUSUMA WATI K7412050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

E-JURNAL. oleh Septi Haryani

E-JURNAL. oleh Septi Haryani KEEFEKTIFAN STRATEGI ESTIMATE, READ, RESPOND, AND QUESTION DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS ULASAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WATES, D.I. YOGYAKARTA E-JURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP CRITICAL THINKING PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS 2 DI SMA NEGERI 1 BANYUDONO SKRIPSI Oleh: YASYFA NAFI ROSYIDA K5410065

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN TEKNIK QUANTUM WRITING DAN CONCEPT MAPPING DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PESERTA DIDIK SMA

KEEFEKTIFAN TEKNIK QUANTUM WRITING DAN CONCEPT MAPPING DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PESERTA DIDIK SMA KEEFEKTIFAN TEKNIK QUANTUM WRITING DAN CONCEPT MAPPING DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PESERTA DIDIK SMA ANGGIT ARUWIYANTOKO 10706251007 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEER LEARNING DENGAN PENDEKATAN MASTERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA MTS AL HIDAYAH PURWASABA

PENGARUH METODE PEER LEARNING DENGAN PENDEKATAN MASTERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA MTS AL HIDAYAH PURWASABA PENGARUH METODE PEER LEARNING DENGAN PENDEKATAN MASTERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA MTS AL HIDAYAH PURWASABA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION 1 TESIS PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATERI TEKS

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : RIZA RIZANDO K2510056 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ARTIKEL JURNAL. Oleh Anisa Agustina NIM

ARTIKEL JURNAL. Oleh Anisa Agustina NIM EFEKTIVITAS METODE SQ3R (SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW) TERHADAP KEMAMPUAN READING COMPREHENSION WACANA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari segala penjuru dunia, tidak hanya informasi dalam negeri tapi juga

BAB I PENDAHULUAN. dari segala penjuru dunia, tidak hanya informasi dalam negeri tapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut semua orang untuk mengetahui informasi dari segala penjuru dunia, tidak hanya informasi dalam negeri tapi juga mancanegara. Oleh

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN METODE COOPERTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN

KEEFEKTIFAN METODE COOPERTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN KEEFEKTIFAN METODE COOPERTIVE LEARNING TIPE TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN STRATEGI TIMBAL BALIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

KEEFEKTIFAN STRATEGI TIMBAL BALIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA KEEFEKTIFAN STRATEGI TIMBAL BALIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

GALIH PRIAMBADA NIM K

GALIH PRIAMBADA NIM K PENGARUH PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI PANCA INDERA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XII DI SLB C YPSLB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun oleh : GALIH PRIAMBADA

Lebih terperinci

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN Oleh: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang e-mail:

Lebih terperinci

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI Asmaul Husna Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MIND MAP PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MIND MAP PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN TEKNIK MIND MAP PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MULTIMEDIA PREZI PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN DI SMA N 2 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MULTIMEDIA PREZI PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN DI SMA N 2 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MULTIMEDIA PREZI PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN DI SMA N 2 BANGUNTAPAN BANTUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD DENGAN METODE PEMBELAJARAN GI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KOMPETENSI DASAR TATA SURYA DAN JAGAD RAYA KELAS X SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2013-2014

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA DI PURWODADI GROBOGAN Tesis Untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SEGERI KABUPATEN PANGKEP

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SEGERI KABUPATEN PANGKEP PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SEGERI KABUPATEN PANGKEP Miftahul Jannah 1 dan Hasmawati 2 Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MEDIA PERMAINAN SMART

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MEDIA PERMAINAN SMART SKRIPSI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MEDIA PERMAINAN SMART MONOPOLI UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SD NEGERI TUMENGGUNGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: AHMAD JAWANDI NIM K3109006 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITIONTERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF SISWA KELAS IV SD NEGERI SE-DABIN II PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: GALIH UTAMI

Lebih terperinci

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH : FIKI EKA SUGIANTO AHMAD MUHARAM

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN STRATEGI QUESTION-ANSWER RELATIONSHIP

KEEFEKTIFAN STRATEGI QUESTION-ANSWER RELATIONSHIP KEEFEKTIFAN STRATEGI QUESTION-ANSWER RELATIONSHIP (QAR) DALAM PEMBELAJARAN MEMAHAMI TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 KALASAN, SLEMAN E-JURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM KEGIATAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR PESERTA DIDIK SMP Oleh: RATNA WULANDARI NIM 10708259013 Tesis ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PERBANDINGAN ANTARA METODE MAKE A MATCH DENGAN METODE THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MOHAN TAUFIQ MASHURI NIM

MOHAN TAUFIQ MASHURI NIM PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION BERBASIS PEDAGOGICAL CHEMISTRY KNOWLEDGE TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA MOHAN TAUFIQ MASHURI NIM 10708251032

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Skripsi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N 2 PIYUNGAN TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH ARINA MUSTIKA NIM

SKRIPSI OLEH ARINA MUSTIKA NIM PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING ORGANIZING REFLECTING EXTENDING) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BALONG SKRIPSI

Lebih terperinci

TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : TRI YUNIATI K3109077 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA Skripsi Oleh: Triliana Nurprikawati K4306012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DILENGKAPI MEDIA VIRTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SMA/MA

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DILENGKAPI MEDIA VIRTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SMA/MA PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DILENGKAPI MEDIA VIRTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SMA/MA YUNITA KUSTYORINI NIM 10708251050 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk

Lebih terperinci

KOMPARASI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

KOMPARASI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) KOMPARASI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN METODE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh Yayan Antono

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh Yayan Antono KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SUGESTI-IMAJINASI BERBANTUAN MEDIA VIDEO KLIP DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 KALASAN, SLEMAN ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

TEKNIK PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA SISWA SD KELAS V DI SD N 02 PAPAHAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

TEKNIK PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA SISWA SD KELAS V DI SD N 02 PAPAHAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TEKNIK PERMAINAN EDUKATIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PADA SISWA SD KELAS V DI SD N 02 PAPAHAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh DWI SULISTYANINGSIH NIM K3109028 FAKULTAS

Lebih terperinci

: RISNA DIANTI K

: RISNA DIANTI K PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS- METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK MATERI POKOK SISTEM KOORDINASI KELAS XI MIPA SMAN 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

DANANG ASMORO NIM K

DANANG ASMORO NIM K EFEKTIFITAS METODE STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNALARAS KELAS II SD DI SLB E BHINA PUTERA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016. SKRIPSI Oleh : DANANG

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI TESIS PENGARUH PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI ( Kajian Eksperimen Quasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 4 Kranji Kecamatan Purwokerto

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IPA PESERTA DIDIK SMP KELAS VII

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IPA PESERTA DIDIK SMP KELAS VII PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH IPA PESERTA DIDIK SMP KELAS VII RIYANTI, S.Si NIM 10708251002 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SKRIPSI Oleh: SRI MEKARWATI K2309074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBEX TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 RAWALO MATA PELAJARAN BIOLOGI TAHUN AJARAN 2016/2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBEX TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 RAWALO MATA PELAJARAN BIOLOGI TAHUN AJARAN 2016/2017 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBEX TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 RAWALO MATA PELAJARAN BIOLOGI TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA SISWA KELAS VIII SMPN 1 MINGGIR ARTIKEL E-JOURNAL

KEEFEKTIFAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA SISWA KELAS VIII SMPN 1 MINGGIR ARTIKEL E-JOURNAL KEEFEKTIFAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA SISWA KELAS VIII SMPN 1 MINGGIR ARTIKEL E-JOURNAL oleh Kurniani Oktaviani NIM 12201241027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI Oleh: VALENT SARI DANISA K4308123 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KOSAKATA DAN MOTIVASI MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS XI SMK PGRI 1 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : Evitasari S. Siswoyo K1212025 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MAKASSAR ABSTRAK

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MAKASSAR ABSTRAK KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE DALAM KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 11 MAKASSAR Sudarmi 1 dan Burhanuddin 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas

Lebih terperinci

NADIA DEVINA ARYA PUTRI K

NADIA DEVINA ARYA PUTRI K EFEKTIVITAS METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PEMBAGIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV DI SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: NADIA

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KREATIVITAS GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KREATIVITAS GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN 2015 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG KREATIVITAS GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: MUFTIHAH RIZA FURAIZA K7411095 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP N 1 KEC.

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP N 1 KEC. PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP N 1 KEC. SIMAN Oleh: FITRIA HAPPY NOVITA DEWI 13321724 Skripsi ini Ditulis untuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X SMA N 2 KROYA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP KEMAMPUAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMA NEGERI 1 KEDUNGREJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL BANGUN RUANG PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL BANGUN RUANG PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL BANGUN RUANG PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI Oleh Muhani Anggraini Susanti NPM 12144600120 PROGRAM

Lebih terperinci

TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VII SMP N 1 KEBONARUM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VII SMP N 1 KEBONARUM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VII SMP N 1 KEBONARUM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Oleh : ANIS PRASTIWI NIM K3111010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM

SKRIPSI. Oleh Astri Risdiana NIM PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA MATERI GERAK BENDA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 MIRENG TRUCUK KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE DAN KONVENSIONAL (JURNAL) Oleh : Evi Mivtahul Khoirullah

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE DAN KONVENSIONAL (JURNAL) Oleh : Evi Mivtahul Khoirullah PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE DAN KONVENSIONAL (JURNAL) Oleh : Evi Mivtahul Khoirullah FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI TINGKAT PEROLEHAN KOSAKATA

STUDI KOMPARASI TINGKAT PEROLEHAN KOSAKATA STUDI KOMPARASI TINGKAT PEROLEHAN KOSAKATA SISWA TUNARUNGU KELAS PERSIAPAN ANTARA YANG MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DENGAN MEDIA MODEL DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : AYU WIJAYANTI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING GUNA PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KEMASAN I KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : SITI RASYIDAH

Lebih terperinci

MOTTO. 2. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah (Penulis).

MOTTO. 2. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah (Penulis). MOTTO 1. Barang siapa mengiginkan dunia maka dengan ilmu, barang siapa mengiginkan ahiratnya maka dengan ilmu, barang siapa mengiginkan keduanya juga dengan ilmu (hadist). 2. Ilmu yang tidak diamalkan

Lebih terperinci

SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2014/2015

SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2014/2015 digilib.uns.ac.id i SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh : DAY SHELLA ELQURAHMA CITRA PAMUDYA K3110017 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: HESTI OKTAVIA NIM. K6410031

Lebih terperinci

Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2, J. P. Buranda 3, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang

Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2, J. P. Buranda 3, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 KEDIRI Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2,

Lebih terperinci

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016 1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016 PERBEDAAN PARTISIPASI SISWA KELAS X ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL EVERYONE IS A TEACHER HERE DENGAN YANG MENGGUNAKAN TALKING STICK DALAM PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

TESIS. O l e h : NUR ROCHMAH S

TESIS. O l e h : NUR ROCHMAH S PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MODEL JIGSAW DAN MODEL STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TESIS O l e h : NUR ROCHMAH

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNIK BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGEMBANGAN TEKNIK BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENGEMBANGAN TEKNIK BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: WINDI ADMINI K3109080 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI THE LEARNING CELL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS DIPONEGORO, COLOMADU, KARANGANYAR

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI THE LEARNING CELL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS DIPONEGORO, COLOMADU, KARANGANYAR PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI THE LEARNING CELL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IV SD SE-GUGUS DIPONEGORO, COLOMADU, KARANGANYAR TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh : Wiwin Retno Damayanti K7109206

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN TEKNIK BRAINSTORMING DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGGUMINASA

KEEFEKTIFAN TEKNIK BRAINSTORMING DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGGUMINASA KEEFEKTIFAN TEKNIK BRAINSTORMING DALAM KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 SUNGGUMINASA Arlian Fachrul Syaputra 1 dan Mantasiah 2 Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Cerita Anak Siswa Kelas IV

Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Cerita Anak Siswa Kelas IV 1 Pengaruh Penerapan Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Cerita Anak Siswa Kelas IV SDN Brayublandong Mojokerto (The Effect Of Implementation Strategy

Lebih terperinci

RESTI AGISTIASARI NIM

RESTI AGISTIASARI NIM KEEFEKTIFAN TEKNIK ECOLA (EXTENDING CONCEPTS THROUGH LANGUAGE ACTIVITIES) TERHADAP PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 WONOSOBO ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO PENGARUH PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM ARTIKEL ILMIAH Diajukan Sabagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN STRATEGI PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS X SMA ARTIKEL E-JURNAL

KEEFEKTIFAN STRATEGI PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS X SMA ARTIKEL E-JURNAL KEEFEKTIFAN STRATEGI PEMODELAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS X SMA ARTIKEL E-JURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PERMAINAN KREATIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF

PERMAINAN KREATIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PERMAINAN KREATIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF (Penelitian Pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 4 Baturetno Kab. Wonogiri Tahun Ajaran 2015 / 2016) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta Abstrak

Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta   Abstrak EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD BAKALAN SEWON BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016 Ani Widyastuti PGSD Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

EKSPERIMEN PEMANFAATAN VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2016/2017

EKSPERIMEN PEMANFAATAN VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2016/2017 EKSPERIMEN PEMANFAATAN VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2016/2017 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ADNAN HUSADA PUTRA NIM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

SKRIPSI. Oleh: ADNAN HUSADA PUTRA NIM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN CIRC DAN METODE PEMBELAJARAN PBL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 GONDANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: ADNAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI SMP N 2 GAMPING SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI SMP N 2 GAMPING SKRIPSI EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI SMP N 2 GAMPING SKRIPSI Oleh: Chintiya Putri Pratiwi 12144100029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. membaca merupakan Salah satu cara pembelajaran, Masyarakat yang

Lebih terperinci

Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman melalui Media Gambar Siswa Kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Makassar

Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman melalui Media Gambar Siswa Kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Makassar PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN MELALUI MEDIA GAMBAR SISWA KELAS XI IPA 6 SMA NEGERI 1 MAKASSAR VOCABULARY CONTROL IMPROVEMENT THROUGH MEDIA IMAGES GERMAN LANGUAGE CLASS XI 6 SMA NEGERI 1

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PETA KONSEP TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAM KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMPN 3 KERTAK HANYAR KABUPATEN BANJAR

PENGARUH STRATEGI PETA KONSEP TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAM KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMPN 3 KERTAK HANYAR KABUPATEN BANJAR PENGARUH STRATEGI PETA KONSEP TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAM KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMPN 3 KERTAK HANYAR KABUPATEN BANJAR HJ. RAHMI ETIKA NIM 10708259037 Tesis ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN PACITAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN PACITAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN PACITAN TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs Nego Linuhung 1), Satrio Wicaksono Sudarman 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

SRI PUJI HIDAYATI NIM

SRI PUJI HIDAYATI NIM TESIS PENGARUH METODE KERJA LABORATORIUM DAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES DASAR IPA DAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK KELAS VII SMP DARUL HIKMAH KUTOARJO SRI PUJI HIDAYATI NIM 10708251023 Tesis

Lebih terperinci

K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA EFEKTIVITAS METODE PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM (PECS) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT BERBASIS EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIb SLB-B YRTRW SURAKARTA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF- PRODUKTIF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF- PRODUKTIF PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF- PRODUKTIF TERHADAP AKTIVITAS KOGNITIF DAN PSIKOMOTOR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY

PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-DABIN I KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : LAELA LUSI PALUPI K7109118

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN LAYANAN INFORMASI TENTANG BAHAYA BULLYING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 GEMOLONG TAHUN PELAJARAN

KEEFEKTIFAN LAYANAN INFORMASI TENTANG BAHAYA BULLYING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 GEMOLONG TAHUN PELAJARAN KEEFEKTIFAN LAYANAN INFORMASI TENTANG BAHAYA BULLYING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 GEMOLONG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 SKRIPSI Oleh: ITA RAHMAWATI K3109046 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK Ayu Sekar Rini 1, Haninda Bharata 2, Sri Hastuti Noer 2 ayusekarrini49@yahoo.com 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK MELENGKAPI PARAGRAF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK MELENGKAPI PARAGRAF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK MELENGKAPI PARAGRAF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL ILMIAH DEPPA SALTIA NPM 09080003 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HELDA WAHYUNI NIM:

HELDA WAHYUNI NIM: PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA NYATA DAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PENINGKATAN MINAT DAN KETERAMPILAN PROSES DASAR IPA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 1 ANGKINANG HELDA WAHYUNI NIM: 10708259027 Tesis Ditulis untuk

Lebih terperinci

TESIS PENGARUH METODE INKUIRI TERHADAP MINAT DAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA MADRASAH DI WONOSOBO. Oleh UMI HIDAYATI

TESIS PENGARUH METODE INKUIRI TERHADAP MINAT DAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA MADRASAH DI WONOSOBO. Oleh UMI HIDAYATI TESIS PENGARUH METODE INKUIRI TERHADAP MINAT DAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA MADRASAH DI WONOSOBO Oleh UMI HIDAYATI 1420104017 MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

Oleh: NURUL NA MATUL MUFIDA A

Oleh: NURUL NA MATUL MUFIDA A EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) DAN DIRECT INSTRUCTION (DI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI TINGKAT MOTIVASI SISWA KELAS VIII SMP

Lebih terperinci