Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Muh. Faisal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Muh. Faisal"

Transkripsi

1 Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA Muh. Faisal P ada unit IV dalam bahan ajar cetak mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD ini dibahas mengenai Struktur Fonologi dan Morfologi Bahasa Indonesia. Unit ini terdiri atas 2 subunit yaitu: (1) Struktur Fonologi Bahasa Indonesia, dan (2) Struktur Morfologi Bahasa Indonesia. Saudara, mungkin ada yang bertanya, untuk apa mempelajari struktur fonologi dan morfologi bahasa Indonesia. Pemahaman struktur fonologi dan morfologi bahasa Indonesia bagi guru, selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa. Dalam kaitannya dengan materi Kajian Bahasa Indonesia SD yang lain, pemahaman mengenai struktur fonologis dan morfologis akan bermanfaat untuk mempelajari materi sintaksis, semantik dan apresiasi bahasa dan sastra. Untuk itu, maka setelah mempelajari uni ini, Anda diharapkan mampu: 1. menjelaskan pengertian fonologi; 2. membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi; 3. mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia; 4. menjelaskan pengertian morfologi bahasa Indonesia; 5. mengidentifikasi morfem bahasa Indonesia. 6. mengidentifikasi jenis kata ulang bahasa Indonesia 7. menjelaskan makna kata ulang. Untuk mencapai kemampuan yang diharapkan di atas, maka pelajarilah dengan baik materi yang disajikan pada setiap subunit. Setiap subunit disertai dengan latihan/tugas. Kerjakanlah latihan/tugas itu dengan cermat, sehingga Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-1

2 Anda dapat mengukur sejauh mana pemahaman Anda terhadap materi yang baru Anda pelajari. Selanjutnya, ada rangkuman yang dapat membantu Anda memahami garis besar dari uraian yang telah Anda pelajari. Pada akhir unit, juga disediakan tes formatif. Silakan kerjakan. Periksa jawaban Anda dan cocokkan dengan kunci jawaban. Selamat belajar, semoga sukses. 4-2 Unit 4

3 Subunit 1 Struktur Fonologi Bahasa Indonesia K alau kita perhatikan dengan baik, dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat kita yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan/ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi. Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah huruf walaupun yang dimaksud adalah fonem. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan; begitu pula pemakaian istilah huruf dan fonem perlu dibedakan, lebih-lebih bagi Anda karena akan memberikan pengaruh kepada siswa. Ingat, Anda adalah model dalam berbahasa bagi siswa. Pengertian Fonologi Sebelum diuraikan mengenai fonologi, terlebih dahulu apa yang dimasud dengan struktur. Yang dimaksud dengan struktur di sini adalah penyusunan atau penggabungan unsur-unsur bahasa menjadi suatu bahasa yang berpola. Apakah yang dimaksud dengan fonologi? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian, fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-3

4 Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni (a) fonetik dan (b) fonemik. Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan: bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Selanjutnya, fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1) bidang linguistik tentang sistem fonem; (2) sistem fonem suatu bahasa; (3) prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa. Selain pengertian fonetik dan fonemik, Anda perlu pula memahami apa yang dikasud dengan fonem. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan dalam penggunaan istilah fonem dan huruf. Supriyadi (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan kebahasaan yang terkecil. Pendapat tersebut dibuktikan dengan dengan cara menganalisis struktur fonologis kata dasar baca dengan menggunakan diagram pohon seperti berikut. buku bu ku atau b a c a kata dasar suku suku fonem fonem fonem fonem 4-4 Unit 4

5 Selain pendapat di atas, Santoso (2004) menyatakan bahwa setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Tidak berbeda dengan pendapat tadi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem: satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna, misalnya /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda karena bara dan para beda maknanya. Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari jika satu unsur diganti dengan unsur lain, maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti. Hal ini dapat pula terjadi jika diucapkan dengan salah, maka akan mengakibatkan perubahan arti juga. Lalu, apa yang dimaksud dengan huruf? Dalam bidang linguistik, huruf sering diistilahkan dengan grafem. Untuk membantu Anda dalam memahami struktur fonem, dan perbedaan antara fonem dan huruf (grafem) perhatikan contoh yang tertera dalam tabel berikut. Susunan Fonem Jumlah Fonem Susunan Huruf Jumlah Huruf Kata yang Terbentuk /adik/ 4 Adik 4 Adik /iηat/ 4 Ingat 5 Ingat /N an i/ 4 Nyanyi 6 Nyanyi /pantay/ 5 Pantai 6 Pantai (Santoso, 2004) Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa antara fonem dan huruf (grafen) berbeda. Sudah dikemukakan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti. Sedangkan huruf (grafem) adalah gambaran dari bunyi (fonem), dengan kata lain, huruf adalah lambang fonem. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) bahwa huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjaad yang melambangkan bunyi bahasa. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-5

6 Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda mengenai perbedaan fonem dengan huruf, perhatikan kata-kata yang tercetak miring pada kalimat berikut (Supriyadi, dkk, 1992). (1) Andi sedang belajar menyanyi. (2) Anak itu menganga di depan dokter gigi. (3) Dia sangat bersyukur atas prestasi yang diraihnya. (4) Orang itu sedang berkhotbah. Kata-kata yang dicetak miring pada kalimat di atas berkata dasar nyanyi, nganga, syukur, dan khotbah. Struktur fonologis keempat kata dasar itu sebagai berikut. (1) nyanyi nya nyi ny a ny i (2) nganga nga nga ng a ng a (1) syukur syu kur sy u k u r (2) khotbah khot bah kh o t b a h 4-6 Unit 4

7 Dari tabel di atas jelas bahwa a, i, u, k, r, o, t, b, h tidak dapat diuraikan lagi atas unsur-unsurnya yang lebih kecil. Karena itu, masing-masing adalah fonem. Bagaimana halnya dengan ny, ng, sy, dan kho? Dapatkah masing-masing diuraikan lagi atas unsur-unsurnya? Anda pasti tahu jawabannya, bukan? Kalau perlu, cobalah ucapkan atau dengarkan bunyi bahasanya. Bukankah ternyata ny, ng, sy, dan kho masing-masing terjadi dalam satu peristiwa ucapan? Karena itu, ny, ng, sy, dan kho tidak dapat diuraikan lagi atas peristiwa ucapan yang lebih kecil. Sistem Fonologi dan Alat Ucap Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah, (b) fonem diftong 3 buah, dan fonem konsonan 23 buah. Sebelum lanjut membaca uraian selanjutnya, kerjakan dahulu tugas berikut: Latihan Tuliskanlah semua fonem resmi bahasa Indonesia! Rambu-rambu pengerjaan latihan. Tugas di atas akan mudah Anda kerjakan jika menghafal urutan abjad bahasa Indonesia. Tuliskan semua abjad tersebut, kemudian kelompokkan (dapat menggunakan tabel berikut. Vokal Diftong Konsonan Selanjutnya, pelajari baik-baik uraian mengenai fonetik berikut ini. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-7

8 Sebagaimana yang sudah dikemukakan pada bagian awal subunit ini bahwa bentuk-bentuk fonem suatu bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dibahas dalam bidang fonetik. Terkait dengan hal itu, Samsuri (1994) menyatakan bahwa secara fonetis bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga cara atau jalan, yaitu: (a) bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia, (b) bagaiamana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut dan/atau rongga hidung si pembicara merupakan gelombang-gelombang bunyi udara, dan (c) bagaimana bunyi itu diinderakan melalui alat pendengaran dan syaraf si pendengar. Cara pertama disebut fisiologis atau artikuler, yang kedua disebut akustis, dan yang ketiga impresif atau auditoris (menurut pendengaran). Dalam bahasan struktur fonologis cara pertamalah yang paling mudah, praktis, dapat diberikan bukti-bukti datanya. Mengapa? Hampir semua gerakan alat-alat ucap itu dapat kita periksa, paru-paru, sekat rongga dada, tenggorokan, lidah, dan bibir. Alat ucap dibagi menjadi dua macam: (1) Artikulator; adalah alat-alat yang dapat digerakkan/digeser ketika bunyi diucapkan. (2) Titik Artikulasi; adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau didekati. 4-8 Unit 4

9 Untuk mengetahui alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bahasa, perhatikan bagan berikut. 1. paru-paru 2. batang tenggorokan 3. pangkal tenggorok 4. pita-pita suara 5. rongga kerongkongan 6. akar lidah 7. pangkal lidah 8. tengah lidah 9. daun lidah 10. ujung lidah 11. anak tekak 12. langit-langit lunak, langit-langit tekak 13. langit-langit keras 14. lengkung gigi, gusi 15. gigi atas 16. gigi bawah 17. bibir atas 18. bibir bawah 19. mulut 20. rongga mulut 21. hidung 22. rongga hidung (Verhaar, dalam Supriyadi, dkk, 1992). Fonem-fonem dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-9

10 atau fonem yang dihasilkan adalah vokal. Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal berikut. (a) Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi). (b) Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan bunyi. (c) Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan lengkung kaki gigi). Berdasarkan gerakan lidah ke depan dan ke belakang, vokal dibedakan atas: (a) vokal depan: /i/ dan /e/, (b) vokal tengah /a/ dan /ə/, (c) vokal belakang: /o/ dan /u/. Berdasarkan tinggi rendahnya gerakan lidah, vokal dibedakan atas: (a) vokal tinggi: /i/ dan /u/, (b) vokal madya: /e/, /ə/, dan /o/; (c) vokal rendah: /a/. Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas: (a) vokal bundar: /a/, /o/, dan /u/; (b) vokal tak bundar: /e/, /ə/, dan /i/. Menurut renggang tidaknya ruang antara lidah dengan langit-langit, vokal dibedakan atas: (a) vokal sempit: /ə/, /i/, dan /u/; (b) vokal lapang: /a/, /e/, /o/. Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah, bundar, dan lapang. Selanjutnya, jika bunyi ujaran ketika udara ke luar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan. Halangan yang dijumpai bermacam-macam, ada halangan yang bersifat seluruhnya, dan ada pula yang sebagian yaitu dengan menggeser atau mengadukkan arus suara sehingga menghasilkan konsonan bermacam-macam pula. Karena itu, dikenal klasifikasi konsonan seperti berikut. (a) Konsonan bibir (bilabial): /p/, /b/, /m/. (b) Konsonan bibir gigi (labiodental): /f/, /v/, /w/. (c) Konsonan gigi (dental): /t/, /d/, /s/, /z/, /l/, /r/, /n/. (d) Konsonan langit-langit (palatal): /c/, /j/, /ŝ/, /y/, /ň/ 4-10 Unit 4

11 (e) Konsonan langit-langit lembut (velar): /g/, /k/, /x/, /ŋ/ (f) Konsonan pangkal tenggorok (laringal): /h/. Selain di atas, berikut ini klsifikasi lain dari konsonan adalah: (a) Konsonan letupan atau eksplosif, apabila aliran udara tertutup rapat, konsonan yang dihasilkan adalah: /p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, /g/. (b) Konsonan geseran atau spiran, bila udara masih bisa keluar dalam aliran yang demikian sempit, konsonan yang muncul adalah: /f/, /s/, /ŝ/, /z/, /x/. (c) Konsonan sengau atau nasal, jika udara keluar sebagian melalui hidung: /m/, /n/, / ň /, /ŋ/ (d) Konsonan lateral, kalau udara yang keluar melalui bagian kiri dan kanan lidah serta mengenai alur gigi: /l/. (e) Konsonan getar, bila terjadi letupan berturut-turut: /r/. Ada juga yang dinamakan konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara. Konsonan bersuara terjadi karena bergetarnya selaput suara: /b/, /m/, /w/, /d/, /n/, /z/, /j/, /ň/, /g/, /x/, /y/, /ŋ/. Sedangkan konsonan tak bersuara adalah konsonan yang terjadi tampa bergetarnya selaput suara: /p/, /t/, /s/, /c/, /k/, /h/, /r/, /l/ (Samsuri, 1994, Supriyadi, dkk. 1992, Santoso, 2004 dan Depdikbud, 1988). Berdasarkan klasifikasi di atas, /b/ misalnya, termasuk konsonan bibir, letupan, dan bersuara. Coba Anda sebutkan sifat konsonan lainnya berdasarkan klsifikasi di atas. Sekarang, coba perhatikan kata-kata berikut: pulau pantai amboi kicau belai sepoi lampau cerai sekoi Bagaimana pengucapan akhir kata-kata di atas? Fonem tersebut ditulis dengan dua buah huruf (grafem). Walaupun demikian, masing-masing dinyatakan sebagai sebuah fonem. Inilah yang disebut diftong. Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan sebagai vokal yang berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan, diftong dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada kata pulau adalah diftong, sehingga <au> pada suku kata lau tidak dapat dipisahkan menjadi la-u seperti pada kata mau. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-11

12 Bagaimana? Anda sudah memahami uaraian di atas? Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi ini cobalah kerjakan latihan berikut. Latihan Jelaskan setiap vokal bahasa Indonesia menurut atau sifat fonetisnya. Rambu-rambu pengerjaan latihan. Latihan tersebut dapat Anda lakukan dengan langkah-langkah berikut. 1. Buat kolom berdasarkan klasifikasi vokal menurut gerak lidah ke depan dan ke belakang. 2. Buatlah baris tabel berdasarkan klasifikasi vokal menurut gerak lidah ke atas dan ke bawah. 3. Bagilah setiap kolom berdasarkan klasifikasi vokal menurut bentuk bibir. 4. Bagilah setiap baris berdasrkan klasifikasi vokal menurut segi kerenggangan lidah dengan langit-langit. 5. Bentuk tabel yang akan diperoleh seperti berikut. Sifat Vokal Depan Tengah Belakang B TB B TB B TB Tinggi S L Madya S L Rendah S L /a/* 6. Masukkan setiap vokal bahasa Indonesia ke dalam baris dan kolom yang sesuai dengan sifat vokal. Contoh: /a/(*) Unit 4

13 Rangkuman Struktur adalah penyusunan atau penggabungan unsur-unsur bahasa menjadi suatu bahasa yang berpola. Fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa. Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian yakni (a) fonetik dan (b) fonemik. Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Selanjutnya, fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Sedangkan yang dimaksud dengan fonem satuan kebahasaan yang terkecil yang dapat membedakan arti. Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah, (b) fonem diftong 3 buah, dan fonem konsonan 23 buah. Secara fonetis, bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga cara atau jalan, yaitu: (a) bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia (fisiologis atau artikuler), (b) bagaiamana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut dan/atau rongga hidung si pembicara merupakan gelombanggelombang bunyi udara (akustis), dan (c) bagaimana bunyi itu diinderakan melalui alat pendengaran dan syaraf si pendengar (impresif atau auditoris). Alat ucap dibagi menjadi dua macam: (1) artikulator; adalah alat-alat yang dapat digerakkan/digeser ketika bunyi diucapkan dan (2) titik artikulasi; adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau didekati. Fonem-fonem dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah vokal. Selanjutnya, jika bunyi ujaran ketika udara ke luar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan. Fonem vokal yang dihasilkan tergantung dari beberapa hal yaitu: (a) posisi bibir, (b) tinggi rendahnya lidah, dan Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-13

14 (c) maju-mundurnya lidah. Atas dasar itu dikenal istilah: vokal depan, vokal belakang, vokal tinggi, vokal rendah, vokal bundar, vokal tak bundar, vokal sempit dan vokal lapang. Vokal yang yang memiliki perubahan kualitas diklasifikasikan sebagai diftong; misalnya au, ai, dan oi pada kata harimau, pantai, dan amboi. Klasifikasi konsonan adalah: (a) konsonan bibir (bilabial), (b) konsonan bibir gigi (labiodental), (c) konsonan gigi (dental), (d) konsonan langit-langit (palatal), (e) konsonan langit-langit lembut (velar), (f) konsonan pangkal tenggorok (laringal). Selain itu, klsifikasi lain dari konsonan adalah: (a) konsonan letupan atau eksplosif, (b) konsonan geseran atau spiran, (c) konsonan sengau atau nasal, (d) konsonan lateral, dan (e) konsonan getar. Ada juga yang dinamakan konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara. Konsonan bersuara terjadi karena bergetarnya selaput suara. Sedangkan konsonan tak bersuara adalah konsonan yang terjadi tampa bergetarnya selaput suara Unit 4

15 Tes Formatif 1 Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan! 1. Satuan fonologis yang terkecil adalah... A. suku. B. kata. C. fonem. D. huruf. 2. Ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia disebut... A. fonem. B. fonetik. C. fonemik. D. fonologi. 3. Perbedaan bentuk-bentuk setiap fonem dapat dimati dengan cara bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia. Cara tersebut dipelajari dalam fonetik... A. akustis B. auditoris C. artikuler D. impresif 4. Kata pantai pada kalimat Mereka rekreasi di pantai Losari terdiri atas... fonem. A. 5 B. 6 C. 7 D Yang termasuk artikulator adalah... A. gigi atas B. bibir atas C. langit-langit lunak D. lidah 6. Bagian dari alat ucap manusia yang menjadi tujuan sentuh disebut... A. titik artikulator B. artikulator C. titik artikulasi D. batang tenggorok Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-15

16 7. Fonem vokal yang termasuk vokal atas dan depan adalah... A. /e/ B. /u/ C. /o/ D. /i/ 8. Bila udara masih bisa keluar dalam aliran yang demikian sempit, konsonan yang muncul adalah... A. konsonan letupan B. konsonan geseran atau spiran C. konsonan sengau atau D. konsonan lateral 9. Konsonan yang terjadi karena bergetarnya selaput suara disebut... A. konsonan tak bersura B. konsonan lateral C. konsonan spiran D. konsonan bersuara 10. Fonem pertama pada kata dasar tari, duduk, sukses, dan zakat, termasuk fonem... A. dental B. labiodental C. palatal D. velar 4-16 Unit 4

17 Apakah semua soal sudah Anda kerjakan. Kalau Anda telah mempelajari materi dengan baik, pasti tidak akan sukit menjawab soal-soal tes formatif sub unit 1. Nah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 1 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit IV ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 1. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = x 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: % = baik sekali 80 89% = baik 70 79% = cukup < 70% = kurang Apakah tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda sukses! Anda dapat meneruskan mempelajari unit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, jangan putus asa. Ulangilah mempelajari subunit 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-17

18 Subunit 2 Struktur Morfologi Bahasa Indonesia S audara, pada subunit ini Anda akan mempelajari tataran bahasa yang setingkat lebih kompleks daripada fonem yakni morfologi. Morfologi merupakan bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk-bentuk kata. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa dalam bahasa ada bentuk (seperti kata) yang dapat dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil yang kemudian dapat diceraikan menjadi bagian yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang, jika dipotong lagi, tidak mempunyai makna. Kata memperhalus, misalnya, dapat dipotong sebagai berikut. mem-perhalus per-halus Jika halus diceraikan lagi, maka ha- dan lus secara terpisah tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per- dan halus disebut morfem. Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih kecil. Sudah jelas? Kalau belum, perhatikan paparan Supriyadi (1992) berikut ini yang dapat lebih memudahkan Anda memahami morfem. Perhatikan katakata bergaris pada kalimat di bawah ini. (1) Bajunya putih. (2) Baju ini sudah memutih. (3) Putihkan baju itu. (4) Ia memutihkan baju itu. Kata putih, adalah unsur gramatis (telah mengandung makna tersendiri) yang sama yang terdapat pada setiap kalimat di atas. Unsur itu merupakan unsur gramatis yang terkecil. Artinya, unsur ini tidak dapat dibagi lagi menjadi unsurunsurnya yang bermakna. Unsur pu dan tih tidak bermakna. Karena itu, putih merupakan unsur gramatis yang terkecil, sedangkan pu dan tih bukan unsur gramatis terkecil. Berdasarkan perangkat satuannya, putih merupakan satuan morfologis, sedangkan pu dan tih adalah satuan fonologis. Selain terdapat pada kata-kata di atas, unsur atau satuan putih tentu sering dijumpai pula kata-kata 4-18 Unit 4

19 lainnya, misalnya: pemutih, diputihkan, memperputih, diperputih, keputihan, terputih, seputih, dan sebagainya. Unsur atau satuan morfologis seperti itu diklasifikasikan sebagai morfem. Bagaimana dengan me- atau kan pada kata-kata di atas, apakah termasuk morfem juga? Satuan ini belum mengandung makna tersendiri, karena itu, tidak dapat langsung membentuk kalimat. Satuan seperti ini menurut Santoso (2004) disebut satuan non-gramatis. Untuk membentuk kalimat, maka satuan nongramatis seperti me- dan kan harus digabung dengan satuan gramatis lain. Kedua macam satuan itu yakni gramatis dan non-gramatis disebut morfem. Mengapa yang non-gramatis termasuk juga morfem? Karena, me- dan kan mempunyai makna juga yang biasa disebut dengan istilah makna struktural. Morfem seperti ini berfungsi sebagai pembentuk kata dasar dan hanya akan berfungsi atau bermakna bila dimbuhkan kepada kata dasar. Karena itu, morfem semacam ini disebut: tambahan, imbuhan, atau afiks. Morfem dalam bahasa Indonesia berdasarkan bentuknya ada dua macam yaitu: (1) morfem bebas, dan (2) morfem terikat. Morfem Bebas dan Morfem Terikat Menurut Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat. Dengan demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan tersendiri; seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya. Morfem bebas sudah termasuk kata. Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas, morfem dasar dengan morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar. Morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti, maka morfem ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Menurut Samsuri (1994), morfem terikat tidak pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan tersendiri. Morfem-morfem ini, selain contoh yang telah diuraikan pada bagian awal, umpanya: ter-, per-, -i, -an. Di samping itu ada juga bentuk-bentuk seperti juang, -gurau, -tawa, yang tidak pernah juga diucapkan tersendiri, melainkan selalu dengan salah satu imbuhan atau lebih. Tetapi sebagai morfem terikat, Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-19

20 yang berbeda dengan imbuhan, bisa mengadakan bentukan atau konstruksi dengan morfem terikat yang lain. Morfem terikat dalam bahasa Indonesia menurut Santoso (2004) ada dua macam, yakni morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis. Morfem terikat morfologis yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar, adalah sebagai berikut: (a) prefiks (awalan): per-, me-, ter-, di-, ber- dan lain-lain (b) infiks (sisipan): -el-, -em, -er- (c) sufiks (akhiran): -an, kan, -i (d) konfiks (imbuhan gabungan senyawa) mempunyai fungsi macammacam sebagai berikut. (a) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata kerja, yaitu: me-, ber-, per-, -kan, -i, dan ber-an. (b) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata benda, yaitu: pe-, ke-, -an, ke-an, per-an, -man, -wan, -wati. (c) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata sifat: ter-, -i, -wi, -iah. (d) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata bilangan: ke-, se-. (e) Imbuhan yang berfungsi membentuk kata tugas: se-, dan se-nya. Dari contoh di atas menunjukkan bahwa setiap kata berimbuhan akan tergolong dalam satu jenis kata tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya sebagai pembentuk jenis kata. Untuk lebih jelasnya unsur langsung pembentuk kata dapat dilihat pada diagram berikut. Ber Pakaian Berpakaian benda kerja Berkemauan kerja Kemauan benda Ber- ke-an mau keterangan (Santoso, 2004) Dari diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan imbuhan yang berbeda, morfem dasar yang sama, akan berbeda maknanya. Tetapi bagaimana jika imbuhannya sama, morfem dasarnya berbeda, apa yang dapat terjadi? 4-20 Unit 4

21 Contoh, akhiran an pada morfem dasar tepi, darat, lapang; membentuk kata tepian, daratan, lapangan; ternyata menunjukkan persamaan makna imbuhan, yaitu tempat. Berarti dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya berbeda, dapat menghasilkan persamaan makna imbuhan yaitu menghasilkan jenis benda. Morfem terikat sintaksis adalah morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata. Perhatikan contoh berikut. Anak yang pintar dan sabar itu membaca buku. Dari deretan morfem yang menjadi unsur kata dalam kalimat di atas, jika diklasifikasikan berdasarkan morfemnya adalah: anak, pintar, sabar, baca, buku, adalah morfem bebas. Mem- adalah morfem terikat morfologis. Sedangkan morfem yang, dan morfem dan dalam kalimat di atas belum dapat berdiri sendiri sebagai kata karena tidak mengandung makna tersendiri. Gejala inilah yang tergolong morfem terikat sintaksis (Santoso, 2004). Latihan Kerjakanlah latihan berikut! Lukiskan struktur morfologis kata-kata pada kalimat berikut. Dia memperlakukan teman sepermainannya seperti saudaranya. Rambu-rambu pengerjaan latihan. Latihan tersebut dapat Anda lakukan dengan langkah-langkah berikut. 1. Uraikan kata-kata menurut unsur langsungnya. 2. Bila salah satu di antaranya merupakan satuan yang dapat diuraikan atas unsur-unsur morfologisnya, lakukanlah sehingga ditemukan unsur morfologis terkecilnya. 3. Lukiskan struktur kata-kata yang ditemukan pada langkah 2 dengan jalan: a. menuliskan kata yang diuraikan b. menuliskan unsur-unsur morfologis terkecil kata itu dengan jarak yang diperhitungkan menurut banyaknya uraian yang Anda lakukan pada butir 1 dan 2 c. menghubungkan unsur-unsur dari bawah ke atas hingga akhirnya bertemu pada kata yang diuraikan dengan menggunakan diagram Proses Perulangan Bahasa Indonesia Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-21

22 Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan bentuk yang diulang merupakan bentuk dasar (Ramlan, 1980). Pengulangan merupakan pula suatu proses morfologis yang banyak terdapat pada bahasa Indonesia. Perhatikan pemakaian kata yang tercetak miring berikut. (1) Dia membeli rumah di Makassar. (2) Rumah-rumah di perkampungan itu akan digusur. (3) Anak itu membuat rumah-rumahan untuk adiknya. (4) Perumahan-perumahan yang dibangun oleh pengembang banyak yang tidak layak huni. Berpatokan pada pendapat Ramlan di atas, maka jelas bahwa kata ulang yang terdapat pada kalimat (2), (3), dan (4) semuanya dibentuk dari bentuk atau unsur dasar rumah. Makna kata pada kalimat (1) dengan kalimat berikutnya berbeda. Pada kalimat (1) kata rumah berarti satu. Kata rumah-rumah dan perumahan-perumahan pada kalimat (2) dan (4) berarti banyak atau jamak. Sedangkan kata rumah-rumahan pada kalimat (3) berarti menyerupai. Perbedaan makna ini disebabkan oleh adanya rumah dan perumahan sebagai morfem pertama dan rumah, rumahan, dan perumahan pada morfem kedua. Morfem rumah adalah morfem yang bermakna leksis, sedangkan morfem kedua merupakan morfem yang bermakna struktural. Berdasarkan fungsinya, morfem rumah dan perumahan merupakan unsur dasar atau morfem dasar kata rumah-rumah, rumah-rumahan, dan perumahanperumahan. Morfem kedua merupakan unsur pembentuk kata atau morfem pembentuk rumah-rumah, rumah-rumahan, dan perumahan-perumahan. Contoh yang disajikan di atas memang mudah untuk menetukan bentuk dasarnya, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk dasar kata ulang sebagai berikut. (1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah jenis kata. Unsur dasar kata ulang sejenis dengan kata ulangnya. Dengan prinsip ini, dapat diketahui bahwa bentuk dasar kata ulang yang termasuk jenis kata benda berupa kata benda, bentuk dasar kata ulang yang termasuk jenis kata kerja berupa kata kerja, demikian pula bentuk dasar kata ulang kata sifat juga berupa kata sifat Unit 4

23 Contoh: anak-anak (kata benda) perumahan-perumahan (kata benda) melempar-lempar (kata kerja) menari-nari (kata kerja) cepat-cepat (kata sifat) kecil-kesil (kata sifat) bentuk dasarnya anak (kata benda) bentuk dasarnya perumahan (kata benda) bentuk dasarnya melempar (kata kerja) bentuk dasarnya menari (kata kerja) bentuk dasarnya cepat (kata sifat) bentuk dasarnya sifat (kata sifat) (2) Bentuk dasar dapat berdiri sendiri sebagai kata yang terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Contoh: rumah-rumahan bentuk dasarnya rumah bukan rumahan mengatangatakan berdesakdesakan memegangmegang bentuk dasarnya mengatakan atau mengata bukan ngatakan bentuk dasarnya berdesakan bukan berdesak bentuk dasarnya memegang bukan megang Kata-kata ulang yang dicontohkan di atas tidak sulit menentukan bentuk dasarnya, tetapi coba perhatikan contoh-contoh berikut. (1) tanam-tanaman lempar-melempar karang-mengarang tembak-menembak tulis-menulis (2) membagi-bagikan berkejar-kejaran bersalam-salaman dipanas-panasi Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-23

24 Pada contoh (1), bentuk dasar kata ulang tanam-tanaman bukan tanam tetapi tanaman, perulangan diucapkan di muka bentuk dasarnya. Dengan kata lain, bentuk dasarnya berada pada unsur kedua. Begitu pula dengan contoh kata ulang yang berikutnya Kata Ulang lempar-melempar karang-mengarang tembak-menembak tulis menulis Bentuk Dasar melempar mengarang menembak menulis Sedangkan kata ulang pada contoh (2) bentuk dasarnya bukan pada unsur kedua tetapi pada unsur pertama ditambah akhiran (sufiks) yang terdapat pada unsur kedua, yaitu seperti berikut. Kata Ulang membagi-bagikan berkejar-kejaran bersalam-salaman dipanas-panasi Bentuk Dasar membagikan berkejaran bersalaman dipanasi Macam-macam Kata Ulang Berdasarkan macamnya, menurut Keraf (1978) bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat bentuk seperti berikut. (1) Kata ulang suku kata awal. Dalam bentuk perulangan macam ini, vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan bergeser ke posisi tengah menjadi ê (pepet). Contoh: tangga tanaman pohon laki luhur tatangga tatanaman popohon lalaki luluhur tetangga tetanaman pepohonan lelaki leluhur 4-24 Unit 4

25 (2) Kata ulang seluruh kata dasar. Bentuk kata ulang terjadi dengan mengulang seluruh unsur dasar secara utuh. Kata ulang seperti ini biasa disebut kata ulang utuh. Contoh: buku bangku rumah pedagang rumah sakit pasangan buku-buku bangku-bangku rumah-rumah pedagang-pedagang rumah sakit-rumah sakit pasangan-pasangan (3) Kata ulang yang terjadi atas seluruh suku kata, tetapi pada salah satu unsur kata ulang tersebut mengalami perubahan bunyi fonem. Kata ulang semacam ini biasa disebut kata ulang salin suara atau kata ulang berubah bunyi. Contoh: gerak sayur balik porak gerak-gerak sayur-sayur balik-balik porak-porak gerak-gerik sayur-mayur bolak-balik porak-parik (4) Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata ulang berimbuhan. Contoh: anak main rajin kuda gila anak-anakan main-mainan serajin-rajinnya kuda-kudaan tergila-gila Makna Kata Ulang Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, makna struktural kata ulang menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut. (1) Perulangan mengandung makna banyak yang tak tentu. Perhatikan contoh berikut: - Kuda-kuda itu berkejaran di padang rumput. - Buku-buku yang dibelikan kemarin telah dibaca. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-25

26 (2) Perulangan mengandung makna bermacam-macam. Contoh: - Pohon-pohonan perlu dijaga kelestariannya. (banyak dan bermacammacam pohon) - Daun-daunan yang ada dipekarangan sekolah sudah menumpuk. (banyak dan bermacam-macam daun) - Ibu membeli sayur-sayuran di pasar. (banyak dan bermacam-macam sayur) - Harga buah-buahan sekarang sangat murah. (banyak dan bermacammacam buah) (3) Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu kata ulang adalah menyerupai atau tiruan dari sesuatu. Contoh: - Anak itu senang bermain kuda-kudaan. (menyerupai atau tiruan kuda) - Mereka sedang bermain pengantin-pengantinan di pekarangan rumah. (menyerupai atau tiruan pengantin) - Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan ayam-ayaman. (menyerupai atau tiruan ayam) (4) Mengandung makna agak atau melemahkan ari. Contoh: - Perilakunya kebarat-baratan sehingga tidak disenangi oleh temantemanya. - Sifatnya masih kekanak-kanakan. - Mukanya kemerah-merahan. (5) Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari: (a) intensitas kualitatif, contohnya: - Pukullah kuat-kuat. - Anak itu belajar sebaik-baiknya. - Burung itu terbang setinggi-tingginya. - Agar tidak terlambat, ia berjalan secepat-cepatnya. (b) intensitas kuantitatif, contohnya: - Kuda-kuda itu berlari kencang. - Anak-anak bermain bola di pekarangan sekolah. - Ayah membawa buah-buahan dari Malang. - Rumah-rumah di kampung itu tertata dengan rapi. (c) Intensitas frekuentatif. Contoh: - Ia mengeleng-gelengkan kepalanya Unit 4

27 - Ia mondar-mandir saja sejak tadi. - Anak itu menyanyi sambil memukul-mukul meja. (6) Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yang berbalasan. Contoh: - Kita harus tolong-menolong. - Tentara sedang tembak-menembak dengan seru. - Mereka tendang-menendang dan tinju-meninju saat sedang berkelahi. - Saat pertama kali bertemu mereka bersalam-salaman lalu berpelukpelukan dengan eratnya. (7) Perulangan pada kata bilangan mengandung makna kolektif. Contoh: - Anak-anak berbaris dua-dua sebelum masuk kelas. Rangkuman Morfologi merupakan bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk-bentuk kata. Sedangkan morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih kecil. Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya morfem yang disebut satuan non-gramatis. Satuan ini belum mengandung makna tersendiri, karena itu, tidak dapat langsung membentuk kalimat. Untuk membentuk kalimat, maka satuan nongramatis seperti me- dan kan harus digabung dengan satuan gramatis lain. Morfem semacam ini disebut: tambahan, imbuhan, atau afiks. Morfem dalam bahasa Indonesia berdasarkan bentuknya ada dua macam yaitu: (1) morfem bebas, dan (2) morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat. Morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti, maka morfem ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Morfem terikat dalam bahasa Indonesia ada dua macam, yakni morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis. Morfem terikat morfologis yakni morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar. Morfem ini meliputi prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Sedangkan morfem terikat sintaksis adalah morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata, misalnya dan, yang, dari, di dan sebagainya. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-27

28 Proses perulangan atau reduplikasi adalah pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk dasar kata ulang adalah: (1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah jenis kata. (2) Bentuk dasar dapat berdiri sendiri sebagai kata yang terdapat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Berdasarkan macamnya, bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat bentuk, yaitu: (1) Kata ulang suku kata awal. (2) Kata ulang seluruh kata dasar kata ulang utuh. (3) Kata ulang salin suara atau kata ulang berubah bunyi. (4) Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata ulang berimbuhan. Sesuai dengan fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, makna struktural kata ulang adalah: (1) Mengandung makna banyak yang tak tentu. (2) Mengandung makna bermacam-macam. (3) Mengandung makna menyerupai atau tiruan dari sesuatu. (4) Mengandung makna agak atau melemahkan arti. (5) Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari: (a) intensitas kualitatif, (b) intensitas kuantitatif, dan (c) intensitas frekuentatif. (6) Perulangan pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yang berbalasan. (7) Perulangan pada kata bilangan mengandung makna kolektif Unit 4

29 Tes Formatif 2 Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan! 1. Bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk-bentuk kata adalah pengertian... A. semantik B. sintaksis C. morfem D. morfologi 2. Satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih kecil, pengertian dari... A. semantik B. sintaksis C. morfem D. morfologi 3. Kata berikut yang di dalamnya terdapat satuan non-gramatis, adalah... A. kemudian B. pengemudi C. perawan D. kelelawar 4. Morfem dasar yang bersifat terikat, terdapat pada kata... A. perjuangan B. bertemu C. berlalu D. permintaan 5. Kata berimbuhan yang bermorfem dasar tua, terdapat pada kata... A. tua-tua B. tertua C. ketua D. bantuan 6. Yang tidak termasuk morfem bebas adalah...kecuali: A. pergi B. dia C. telah D. mandi 7. Contoh kalimat yang didalamnya terdapat morfem terikat sintaksis adalah... Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-29

30 A. Anak yang pintar dan sabar itu membaca buku. B. Anak pintar senang membaca buku. C. Ani anak sabar. D. Ani membaca buku. 8. Konfiks di bawah ini yang berfungsi membentuk kata benda... A. ke an B. per an C. ber an D. se nya 9. Anak yang pintar dan sabar itu membaca buku. Morfem terikat morfologis yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah... A. anak B. yang C. pintar D. mem- 10. Kata ulang berikut yang mengandung makna intensitas kualitatif... A. Belajarlah sebaik-baiknya sebelum mengikuti ujian. B. Buah-buahan sangat baik manfaatnya bagi tubuh. C. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya setelah melihat perilaku anaknya yang nakal. D. Anak itu menangis saat kuda-kudaannya hilang Unit 4

31 Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Bagaimana? Apakah semua soal sudah Anda kerjakan. Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 2 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit 4 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 2. Rumus: Jumlah jawaban Anda yang benar Tingkat penguasaan = x 100% 5 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: % = baik sekali 80 89% = baik 70 79% = cukup < 70% = kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda sukses! Anda dapat meneruskan mempelajari subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, jangan putus asa. Ulangilah mempelajari subunit 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-31

32 Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1. C: 2. B: 3. C: 4. A: 5. D: 6. C: 7. D: 8. B: 9. D: 10.A: Fonem adalah satuan fonologis yang terkecil. Fonetik ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia Secara artikuler setiap fonem dapat diamati dengan cara bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia. Diftong ditulis dengan dua buah huruf (grafem tetapi dinyatakan sebagai sebuah fonem. Artikulator adalah alat-alat yang dapat digerakkan/digeser ketika bunyi diucapkan. Titik artikulasi adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau didekati. /i/ vokal yang termasuk vokal atas dan depan. Bila udara masih bisa keluar dalam aliran yang demikian sempit, konsonan yang muncul adalah geseran atau spiran. Konsonan bersuara terjadi karena bergetarnya selaput suara Konsonan gigi (dental): /t/, /d/, /s/, /z/, /l/, /r/, /n/. Tes Formatif 2 1. D: 2. C: 3. B: 4. A: 5. B: Morfologi adalah bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk-bentuk kata Morfem merupakan satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih kecil Pengemudi mendapat imbuhan pe-, pe- belum mengandung makna tersendiri, karena itu, tidak dapat langsung membentuk kalimat (termasuk satuan non-gramatis). Perjuangan di dalamnya terdapat morfem dasar yang bersifat terikat yaitu juang yang tidak dapat berdiri sendiri. Tertua bermorfem dasar tua Unit 4

33 6. C: 7. A: 8. C: 9. D: 10. A: Yang tidak dapat berdiri sendiri hanya morfem telah. Morfem yang, dan dan itu dalam kalimat tidak dapat berdiri sendiri Konfiks yang berfungsi membentuk kata kerja, yaitu: me-, ber-, per-, -kan, -i, dan ber-an. mem- termasuk morfem terikat morfologis. sebaik-baiknya: intensitas kualitatif buah-buahan: intensitas kuantitatif menggeleng-gelengkan: intensitas frekuentatif kuda-kudaan: menyerupai atau tiruan dari sesuatu (8) Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari: (d) intensitas kualitatif, contohnya: - Pukullah kuat-kuat. - Anak itu belajar sebaik-baiknya. - Burung itu terbang setinggi-tingginya. - Agar tidak terlambat, ia berjalan secepat-cepatnya. (e) intensitas kuantitatif, contohnya: - Kuda-kuda itu berlari kencang. - Anak-anak bermain bola di pekarangan sekolah. - Ayah membawa buah-buahan dari Malang. - Rumah-rumah di kampung itu tertata dengan rapi. (f) Intensitas frekuentatif. Contoh: - Ia mengeleng-gelengkan kepalanya. - Ia mondar-mandir saja sejak tadi. - Anak itu menyanyi sambil memukul-mukul meja. Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-33

34 Glosarium afiks fonologi fonologi fisiologis gramatikal prefiks sufiks : : : : : : : imbuhan; bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar akan mengubah makna gramatikal bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi bunyi bahasa menurut fungsinya mengenai (berdasarkan, secara) fonologi bersifat fisiologi; berkenaan dengan fisiologi sesuai dengan tata bahasa; menurut tata bahasa awalan; imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar akhiran; afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar 4-34 Unit 4

35 Daftar Pustaka Depdikbud Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Samsuri Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga Santoso, Puji Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Pusat Penerbitan UT Supriyadi, dkk Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 4. Jakarta: Depdiknas Kajian Bahasa Indonesia di SD 4-35

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi

Lebih terperinci

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( ) LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi.

Lebih terperinci

Konsep Dasar Artikulasi

Konsep Dasar Artikulasi Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Konsep Dasar Artikulasi Pengertian artikulasi berasal dari kata articulation yang artinya adalah pengucapan, maksudnya pengucapan lambang bunyi bahasa

Lebih terperinci

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Pertuturan ialah bunyi-bunyi yang bermakna kerana apabila dua

Lebih terperinci

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan.

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan. pelajaran 9 ulang tahun Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan. Kompetensi Dasar 1.1 Membedakan berbagai bunyi bahasa. 1.2. Melaksanakan sesuatu sesuai dengan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA PETUNJUK KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI 1. Bibir atas 2. Bibir bawah 3. Gigi atas 4. Gigi bawah 5. Gusi 6. Lelangit keras 7. Lelangit lembut 8. Anak tekak

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1 IDENTITAS MATA KULIAH Mata kuliah Kode mata kuliah Jumlah SKS Prodi/jurusan : Artikulasi : PLB221 : 2 SKS : Pend. Luar Biasa 16/03/2008 HERMAN 1 KOMPETENSI Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575

Lebih terperinci

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN D PENDAHULUAN Modul 1 Hakikat Fonologi Achmad H.P. Krisanjaya alam modul linguistik umum, Anda telah mempelajari bahwa objek yang dikaji oleh linguistik umum adalah bahasa. Bidang-bidang kajian dalam linguistik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan.

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan. pelajaran 8 kegiatan sehari hari Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan. Kompetensi Dasar 1.1 Membedakan berbagai bunyi bahasa. 1.2. Melaksanakan sesuatu sesuai

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA 1. Nama Mata kuliah : Fonologi Bahasa Nusantara 2. Kode/SKS : BDN 120 1/2 SKS 3. Prasyarat : Pengantar

Lebih terperinci

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 153 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap perubahan fonem pelafalan lirik lagu berbahasa Indonesia dengan menggunakan karakter suara scream dan growl

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip

ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip tiani.riris@gmail.com Abstrak Bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dapat diketahui struktur fonologi, morfologi,

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa persamaan dan perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang

Lebih terperinci

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: )

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: ) Bahasa Melayu Kertas 1 STPM FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: 2006-2010) 01 Udara dari paru-paru keluar melalui rongga mulut. Udara tersekat pada dua bibir yang dirapatkan. Udara dilepaskan

Lebih terperinci

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang FONETIK Pengantar Linguistik Jepang Fonetik 10 Maret 2014 DEFINISI Definisi dari Para Linguis Harimurti Kridalaksana Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana 1. Ilmu yang

Lebih terperinci

FONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra

FONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra FONOLOGI Pengantar Linguistik Umum 13 November 2013 Nadya Inda Syartanti PENGANTAR 1 2 Aspek Fisiologis Bahasa Bagaimana bunyi ujaran terjadi; Darimana udara diperoleh; Bagaimana udara digerakkan; Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.pada bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis,dan membicarakan

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Analisis Kontrastis Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia Riris Tiani

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Analisis Kontrastis Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia Riris Tiani HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN 1412-9418 ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Undip ABSTRACT Dari pemaparan dalam bagian pembahasan di atas, dapat disimpulkan

Lebih terperinci

TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI

TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI Membaca Suatu proses yang dilakukan Tata bahasa dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD merupakan standar umum yang ditetapkan oleh Pemerintah,

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia 1. Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas X. Mokhamad Irman Tri Wahyu Prastowo Nurdin

Bahasa Indonesia 1. Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas X. Mokhamad Irman Tri Wahyu Prastowo Nurdin Bahasa Indonesia 1 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas X Mokhamad Irman Tri Wahyu Prastowo Nurdin Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta ada Pada Departemen Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) Debby Yuwanita Anggraeni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI peacoy@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA TUGAS KELOMPOK CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA MATA KULIAH : FONOLOGI DOSEN : Yuyun Safitri, S.Pd DISUSUN OLEH: ANSHORY ARIFIN ( 511000228 ) FRANSISKA B.B ( 511000092 ) HAPPY

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : 1402408022 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam suasana resmi maupun tidak resmi, selalu terikat oleh suatu alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini. Hasil penelitian ini akan dipertanggung jawabkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

Fonologi Dan Morfologi

Fonologi Dan Morfologi Fonologi Dan Morfologi 4. 2 Fonologi Fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Pada Bab 2 ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan penulis pakai dalam menganalisa data pada Bab 4. Teori-teori ini adalah teori fonologi, teori fonetik dan teori fonem.

Lebih terperinci

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M.

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. FONOLOGI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. Pd oleh: Konsentrasi Bahasa Indonesia Semester 7 Kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF REDUPLIKASI BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Ria Anggari Putri SMA Negeri 4 Tambun Selatan

ANALISIS KONTRASTIF REDUPLIKASI BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Ria Anggari Putri SMA Negeri 4 Tambun Selatan ANALISIS KONTRASTIF REDUPLIKASI BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Ria Anggari Putri SMA Negeri 4 Tambun Selatan Anggari.farried@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai

Lebih terperinci

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun FONETIK DAN FONOLOGI Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun FONETIK DAN FONOLOGI Pengenalan Fonetik dan Fonologi. FONETIK FONOLOGI BIDANG ILMU FONETIK FONETIK Fonetik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang untuk berkomunikasi. Bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIKULASI : 720925135253001 NO. KAD PENGNEALAN : 720925135253 NO. TELEFON : 012-8832169 E-MEL : aubrey_austin@oum.edu.my

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

MATERI KELAS 1. B. Indonesia

MATERI KELAS 1. B. Indonesia MATERI KELAS 1 TEMA 1 SUB TEMA 1 : Diriku : Aku dan Teman Baru B. Indonesia 1. Mengenal huruf a-z melalui lagu. a. Mengenal dan melafalkan huruf vokal : a, i, u, e, o b. Mengenal dan melafalkan huruf konsonan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan 94 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses morfologi yang ditemukan dalam penelitian ini ada dua yaitu afiksasi dan reduplikasi. Afiksasi yang ditemukan berupa prefiksasi, sufiksasi, konfiksasi dan simulfiksasi.

Lebih terperinci

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd

DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Bicara Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pengertian Bicara suatu proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat ucap manusia. merupakan produksi suara secara

Lebih terperinci

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar

Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar Bab 4 Kecakapan Komunikasi Dasar Orang biasanya berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata atau isyarat. Tetapi anak-anak mulai berkomunikasi jauh sebelum mereka mempelajari kecakapan-kecakapan ini. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Morfologis Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain (Samsuri, 1983:25). Proses morfologis juga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008 KABULARASI GRAFEM DAN FONEM DALAM AKSARA JAWI (ARAB MELAYU) INDONESIA KARYA ILMIAH Dra. Fauziah, M.A. NIP : 131 882 283 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008 KATA PENGANTAR Alhamdulillah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2007 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Afiks dan Afiksasi Ramlan (1983 : 48) menyatakan bahwa afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan

Lebih terperinci