UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008"

Transkripsi

1 KABULARASI GRAFEM DAN FONEM DALAM AKSARA JAWI (ARAB MELAYU) INDONESIA KARYA ILMIAH Dra. Fauziah, M.A. NIP : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008

2 KATA PENGANTAR Alhamdulillah wa syukrillah atas segala apa yang di karuniakan Allah selama ini dan yang akan datang kepada makhluk-nya dimuka bumi ini, karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul KABULARASI GRAFEM DAN FONEM DALAM AKSARA JAWI (ARAB MELAYU) INDONESIA. Seiring salawat dan salam kepada junjungan-nya yang telah menerangi umat dari alam jahiliyah ke arah kehidupan yang penuh petunjuk. Pembahasan dalam penelitian ini berkaitan dengan Bahasa lisan adalah bahasa primer dan bahasa tulis adalah bahasa sekunder, tetapi peran atau fungsi bahasa tulis didalam kehidupan modern sangat besar sekali. Bahasa tulis sebenarnya merupakan rekaman bahasa lisan, sebagai usaha manusia untuk menyimpan bahasanya atau untuk bisa disampaikan kepada orang lain yang berada di ruang dan waktu yang berbeda. Hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis sangat berkaitan dalam analisa bahasa, kalau bahasa lisan berkaitan dengan bunyi sedangkan bahasa tulis berkaitan dengan huruf. Analisa satu bahasa diantara bahasa-bahasa itu yang nantinya akan berhubungan dengan bunyi dan lambang yaitu aksara arab melayu indonesia (aksara jawi). Dengan terwujudnya karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu bahasa dan pengetahuan kita dalam khasanah ilmu bahasa khusunya dalam bidang ilmu tata bahasa, dan dengan segala kerendahan hati, penelitian ini dipersembahkan kepada pembaca. Semoga bermanfaat untuk pengembangan pendidikan khususnya di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Amin YA Rabbal Alamin. Medan, 2008 Penulis Dra. Fauziah, M.A. NIP :

3 KABULARASI GRAFEM DAN FONEM DALAM AKSARA JAWI (ARAB MELAYU) INDONESIA 1. PENDAHULUAN Bahasa lisan adalah bahasa primer dan bahasa tulis adalah bahasa sekunder, tetapi peran atau fungsi bahasa tulis didalam kehidupan modern sangat besar sekali. Dalam studi Linguistik serta penganalisaan bahasa, bahasa lisan adalah bahasa primer, sedangkan bahasa tulis adalah bahasa sekunder. Bahasa lisan lebih dahulu ada dari pada bahasa tulis. Malah hingga saat itu hanya digunakan secara lisan, tetapi tidak secara tulisan. Dalam bahasa itu belum dikenal ragam bahasa tulis yang ada ragam bahasa lisan. (Chaer,1994:82). Bahasa tulis sebenarnya merupakan rekaman bahasa lisan, sebagai usaha manusia untuk menyimpan bahasanya atau untuk bisa disampaikan kepada orang lain yang berada di ruang dan waktu yang berbeda. Hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis sangat berkaitan dalam analisa bahasa, kalau bahasa lisan berkaitan dengan bunyi sedangkan bahasa tulis berkaitan dengan huruf. Berbicara tentang bunyi secara umum dalam linguistik disebut fonologi, yang didalamnya dibahas tentang fonetik dan fonemik. Sedangkan pembahasan tentang huruf digarap bidang grafologi, dengan bahasan graf dan grafen. Hubungan keduanya adalah bagaimana nantinya bunyi diucapkan dan bagaimana dilambangkan dengan huruf. Penganalisaan ini dapat dilakukan terhadap semua bahasa, karena setiap bahasa dapat dianalisa sejak ia tercipta sampai perkembangannya yang paling akhir. Setiap bahasa didunia ini mempunyai perbedaan-perbedaan disamping adanya persamaanpersamaan. Perbedaan perbedaan itu akan kelihatan unik apabila dianalisa dari bidang linguistik, diantaranya berkenaan dengan bunyi dan lambang. Analisa satu bahasa diantara bahasa-bahasa itu yang nantinya akan berhubungan dengan bunyi dan lambang yaitu aksara arab melayu indonesia (aksara jawi). Pembahasan itu cukup menarik sebab secara lambang aksara ini menggunakan huruf hijaiyah sedangkan kaidah bahasanya adalah mengacu pada bahasa indonesia, yang mana didalamnya didapat huruf yang melambangkan bunyi lafaz arabiyah dan disamping itu terdapat huruf yang melambangkan bunyi bahasa indonesia. Selain itu terdapat hurufhuruf melayu indonesia yang berbeda dengan huruf hijaiyah.

4 Adapun bunyi vokal dalam bahasa indonesia terdiri dari lima fonem yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ yang dalam aksara arab melayu dilambangkan dengan tiga grafen yang dikenal dengan huruf saks yaitu و- ا - ي sedangkan untuk bunyi vokal [e ] dan /o/ tidak memiliki huruf tersendiri cukup menggunakan grafem [ي] dan [و] atau menambahkan tanda pada grafem dengan fonem /e/ dan /o/. Penggunaaan bunyi vokal itu tidak selamanya menggunakan huruf saksi. Ia hanya berlaku pada suku kata dimana puncak kenyaringan itu di tempatkan. Contoh : با بت = babat = bibit بيبت 2. RUMUSAN MASALAH Bunyi-bunyi bahasa lisan tidak selalu sama jumlahnya dengan lambang bahasa tulis. Meskipun punya lambang yang sama bisa pula terjadi bunyi yang berbeda. Hal ini terdapat dalam bahasa-bahasa yang sama lambangnya tetapi berbeda bunyi. Contohnya huruf /a/, lambang ini banyak dimiliki bahasa-bahasa tetapi berbeda cara pengucapannya. Telah dikemukakan terdahulu bahwa dalam linguistik, ilmu yang membahas tentang bunyi disebut fonologi sedangkan pembahasan tentang huruf adalah grafologi. Pembahasan fonologi meliput bagian fonetik, sedangkan fonemik dan bagaimana nanti keduanya dilambangkan disebut dengan grafen atau huruf yang dibicarakan dalam grafologi. Secara etimologi fonologi terbentuk dari kata fon yaitu dan logos adalah ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik bisa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. (Chaer,1994:102). Dalam pembahasan ini tidak dibahas bunyi secara fonetis karena dalam tulisan fonetis setiap bunyi dilambangkan secara akurat meskipun perbedaannya hanya sedikit. Sedangkan fonemik hanya perbedaan bunyi yang distingtif saja yaitu yang berbeda

5 maknanya maka diperbedakan lambangnya. Bunyi-bunyi yang mirip tetapi tidak membedakan makna kata tidak berbeda lambangnya. Sementara grafologi adalah ilmu yang membahas tentang huruf yang berasal dari graf yaitu satuan terkecil dalam aksara yang belum ditentukan statusnya. Sedangkan grafen adalah satuan terkecil dalam aksara yang menggambarkan fonem. (Chaer,1994:93). Kemudian Nurhadi (1995:332) mengatakan bahwa grafen adalah perlambang fonem yang berbentuk huruf. Untuk lebih jelas, grafen harus dibedakan dengan fonem. Fonem lebih merujuk ke bunyi bahasa. Kata pintu misalnya terdiri atas lima grafen yaitu <p>, <i>, <n>, <t>, <u> dan kebetulan terdiri dari lima fonem, yaitu /p/, /i/, /n/, /t/, /u/. Tetapi perhatikan contoh kata berikut pulang. Kata ini terdiri dari enam grafem, tetapi terdiri dari lima fonem. Grafem kata pulang adalah <p>, <u->, <i>, <a>, <n>, <g> sedangkan fonemnya adalah /p/, /u/, /l/, /a/, /ŋ/. Sedangkan menurut Sabaruddin (1994:1) Grafem aksara arab melayu Indonesia (aksara jawi) diciptakan berdasarkan huruf arab yang lazim disebut Hija iyah. Huruf hija iyah itu terdiri dari 28 huruf, dari 28 huruf itu hanya 15 huruf yang terpakai untuk menulis kata kata bahasa Melayu Indonesia ditambah 5 huruf yang bentukan baru yang tidak terdapat dalam huruf hija iyah. Sedangkan 13 huruf yang lain hanya dipakai khusus untuk melukiskan kata kata bahasa Arab asli. Kaedah bahasa dalam aksara arab melayu Indonesia ( aksara jawi ) merujuk kepada bahasa Indonesia. Penulisan aksara arab melayu ini, telah diciptakan dan berkembang menjadi lebih baik sehingga menjadi kaidah arab melayu itu sendiri. Selanjutnya dalam aksara arab melayu Indonesia ( aksara jawi ) itu ditemukan hal hal sebagai berikut, fonem /r/ hanya punya satu bunyi dan satu grafem yaitu <,> contoh kata ورن = warna dan راون = rawan. Dan adapula satu grafem lebih dari satu bunyi, seperti pada kata وفمرت = rumput dan فسنا = insyaf grafem <ف> ditemukan dua buah bunyi yaitu /p/ dan /t/ kemudian adapula satu bunyi lebih dari satu grafem contoh <ا> = ubah di dapat satu fonem yaitu fonem /u/ tapi dua grafem yaitu grafem هبوا kata alif dan و> > waw. Sementara dua grafem < ا > alif dan و> > waw dapat melahirkan

6 3. Fonem Fonem adalah kumpulan kesan kesan akustis dan gerakan artikulasi dari satuan yang terdengar dan satuan yang dituturkan, yang satu menentukan yang lain. Sehingga fonem sudah merupakan satu kompleks, yang satu kakinya berada di dalam setiap rangkaian ( Sausure, 1998 : 13 ). Sedangkan menurut Verhaar ( 1993 :36 ) sesuatu bunyi yang mempunyai fungsi untuk membedakan kata dengan kata yang lain disebut fonem. Definisi lain diungkapkan oleh Nurhadi ( 1995 : 297 ) bahwa satuan terkecil dari ciri ciri bunyi bahasa yang membedakan arti dinamakan fonem. Selanjutnya Chaer ( 1994 : 125 ) mengatakan fonem adalah bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi untuk membedakan makna kata. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa yang berfungsi untuk membedakan makna kata dari kata yang lain Identifikasi Fonem Menurut Verhaar ( 1993 : 36 ) dan Chaer ( 1994 : 125 ) untuk mengetahui apakah sebuah bunyi berupa fonem atau bukan harus mencari sebuah satuan bahasa atau sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa yang lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Satuan bahasa itu setidaknya membuat pasangan minimal ( minimal fair ). Karena definisi pasangan minimal itu menurut Verhaar adalah seperangkat kata yang sama kecuali dalam dalam hal satu bunyi saja. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, berarti bunyi tersebut adalah fonem, karena ia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa itu, Misalnya kata Indonesia murah dan lurah. Kedua kata itu sangat mirip masing masing terdiri dari lima bunyi, yang pertama adalah bunyi [m]. [u], [r], [a], dan [h] dan yang kedua mempunyai bunyi [l], [u], [r], [a], dan [h[ jika kita bandingkan ternyata perbedaannya hanya pada [m] dan [l] pada dua kata itu namun kata itu menjadi berbeda artinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bunyi [m] dan [l] adalah fonem yang

7 berbeda dalam bahasa Indonesia. Tetapi kadang-kadang pasangan minimal ini tidak mempunyai jumlah bunyi yang persis sama. Misalnya kata dalam bahasa Indonesia yaitu muda dan mudah juga merupakan pasangan minimal, sebab tiadanya bunyi [h] pada kata kedua menyebabkan kedua kata berbeda maknya. Jadi hal itu bunyi [h] adalah sebuah fonem Alofon Pengertian alofon menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah varian bunyi (Kridalaksana, 1993 : 10). Sedangkan Chaer (1994 : 127) mengemukakan bahwa alofon adalah bunyi bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem. Bahkan ia menambahkan pernyataannya, kalau alofon adalah realisasi dari sebuah fonem, maka fonem bersifat abstrak karena fonem itu adalah abstraksi dari alofon atau alofon-alofon lain. Dengan kata lain yang konkrit dalam bahasa adalah alofon. Sebab alaofon-alofon itulah yang diucapkan Klasifikasi Fonem Bunyi bunyi bahasa Indonesia umumnya terdiri dari dua golongan besar yaitu bunyi bunyi segmental dan supra segmental (Nurhadi : 292). Sama halnya seperti yang diungkapkan Chaer (1994 : 128) klasifikasi fonem sama dengan klasifikasi bunyi yaitu adanya fonem segmental dan supra segmental. Yaitu fonem fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran disebut fonem segmental. Sebaliknya fonem yang berupa unsur suprasegmental atau fonem non segmental Bunyi Segmental Vokal Secara fonetis lahirnya bunyi vokal dihasilkan dengan cara mengeluarkan udara dari paru paru tanpa mendapat hambatan atau gangguan di dalam rongga hidung (Nurhadi, 1995 : 292). Ia juga menerangkan bahwa vokal ini tidak tergantung dari kuat lembutnya udara, tapi tergantung beberapa hal, seperti : posisi bibir, tinggi rendahnya lidah, dan maju mundurnya lidah.

8 Kemudia Chaer (1994 : 113) mengatakan bahwa vokal biasanya diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan mulut. Posisi lidah bisa vertikal bisa horizontal. Kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Sedangkan bunyi vokal dalam bahasa Arab dikenal dengan menunjukkan tanda yang disebut dengan harkat. Ia tidak dinyatakan dengan huruf dan ia terdapat tiga bunyi vokal yaitu /a/ dengan nama fathah, /i/ dengan nama kasrah dan /u/ dengan nama dhomnah. Contoh kata ب = ضرب = fathah = ba ر = kasrah = ri ض = dhomnah = du ( Sulaiman, 1981 : 16 ) Kemudian harkat ini juga ada yang ditandai dengan huruf namun ia tidak menyatakan bahwa kata itu berbunyi harkat panjang, Huruf itu adalah ا = harkat panjang untuk bunyi /a/, و = harkat panjang untuk bunyi /u/, dan ي = harkat panjang untuk bunyi /i/ : Contoh : راج = ا = jaar = thuur طور = و = tiin تين = ي Konsonan Nurhadi (1995 : 293 ) mengemukakan bahwa bunyi konsonan dihasilkan dari keluarnya udara dari paru paru yang kemudian mendapat hambatan atau gangguan pada rongga mulut dan hidung. Sedangkan Chaer (1994 : 116) menyatakan bahwa konsonan dibedakan berdasarkan tiga kriteria yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Berdasarkan tempat artikulasi tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu. Pembagiannya adalah sebagai berikut : 1. Bilabial, konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir yang termasuk di dalamnya adalah konsonan [p], [b], [m], dan [w]. 2. Labodental, konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas, yang termasuk adalah konsona [f] dan [v].

9 3. Laminoalveolar, konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, yang termasuk adalah konsonan [t], [d], dan [n]. 4. Dorsovelar, konsonan yang terjadi pada pangkal dan velum atau langit lunak, dan yang termasuk adalah konsonan [k], [g], dan [n]. 5. Palatal, dihasilkan oleh bagian tengah lidah dan langit langit keras, misalnya [c], dan [j]. 6. Apikovelar, dihasilkan oleh ujung lidah dan lengkung kaki gigi, misalnya [t] dan [n]. 7. Hamzah glotal stop posisi pita tertutup sama sekali, misalnya [?]. 8. Laringal, posisi pita suara terbuka agak lebar, contoh [h]. Selanjutnya berdasarkan cara artikulasi, yaitu bagaiman gangguan dan hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu. Bagian ini dapat dibedakan adanya konsonan. 1. Hambat ( letupan, plosif, dan stop ), di sini artikulator menutup aliran udara. Sehingga udara mampat di belakang penutupan ini. Kemudian penutupan ini dibuka secara tiba tiba sehingga menyebabkan terjadinya letupan seperti bunyi [p], [b], [t], [d], [k], dan [g]. 2. Geseran atau frikatif, di sini artikulator aktif mendekati artikulator pasif, membentuk celah sempit sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu seperti [f], [s], dan [z]. 3. Paduan atau afrikat, di sini artikulator menghambat seluruh aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan artikulator pasif, ini merupakan gabungan antara hambatan dan frikatif seperti [c] dan [j]. 4. Sengauan atau nasal, di sini artikulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut tetapi membiarkannya keluar melalui rongga hidung dengan beda seperti [m], [n], dan [ŋ]. 5. Getaran atau triil, di sini artikulator aktif kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang, seperti [r]. 6. Sampingan atau lateral, di sini artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah seperti [l]. 7. Hampiran atau aproksimon, di sini artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal tetapi tidak cukup sempit

10 untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh karena itu bunyi yang dihasilkan sering disebut semi vokal seperti [w] dan [y]. Berdasarkan pita suara dibedakan adanya bunyi konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara dengan keterangan sebagai berikut : 1. Bunyi konsonan bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit. Sehingga terjadilah getaran pada pita suara contohnya adalah [m], [ņ], [ŋ], [ń], [ň], [b], [d], [j], [g], [v], [z], [l], [r], [ŗ], [R]. 2. Konsonan tak bersuara, contohnya adalah [p], [t], [ţ], [c], [k], [f], [x], [h], [s], [š] Bunyi Suprasegmental Tekanan atau Stress Tekanan adalah menyangkut masalah keras lunaknya bunyi suara yang diucapkan sehingga ia menghasilkan makna yang berbeda-beda. Contohnya dalam bahasa Inggris kata black board bila tekanannya pada unsur black maka artinya papan tulis kalau tekanannya pada unsur board maka berarti papan hitam. Kalau dalam bahasa arab tekanan kata seperti yang dikemukakan oleh Sulaiman (1981:19) di bawah ini : 1. Kata yang mempunyai dua suku kata mendapat aksentuasi (tekanan suara) pada suku pertama. Contoh : السم (ismun) dan رحب (bahrun). 2. Kata yang mempunyai tiga suku kata mendapat aksentuasi (tekanan suara) pada suku pertama kecuali jika suku tengahnya berharkat sukun (mati) dan suku inilah بعل (qotala) dan لتق : Contoh yang mendapat tekanan suara (aksentuasi). (la iba). 3. Apabila huruf mati digandakan (yang pertamanya tanpa harkat) maka dalam tulisannya hanya satu saja dan diberi tanda, yang dinamakan tasydid atau syaddah. Jadi huruf yang mempunyai tanda ini dibaca ganda seperti : qoddama قدم allama علم Nada

11 Nada ini berkenaan dengan tinggi rendahnya suara atau bunyi yang apabila terdapat pengucapan dengan fonem yang sama tetapi nada ucapannya berbeda maka akan berbeda makna. Dan bisa ditandai dengan / / untuk nada naik, / / untuk nada turun, / / untuk nada turun naik, / / untuk nada naik turun Jeda (persendian) Jeda (persendian) berkenaan dengan hentian bunyi arus ujar. Disebut juga karena adanya hentian itu dengan kesendian karena ditempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara segmen yang satu dengan segmen yang lain. Jeda ini dapat bersifat penuh juga dapat bersifat sementara, biasanya dibedakan adalah sendi dalam arus (internal juncture) dan sendi luar (open juncture). Sendi dalam menunjukkan batas antara satu silabel dengan silabel yang lain yang menjadi batas silabel biasanya diberi tanda tambah (+) misalnya : / min + ta / / an + dai / / ma + ta + ha + ri / Sendi luar menunjukkan batas lebih besar dari segmen silabel dalam hal ini biasanya dibedakan : 1. jeda antar kata dalam frase diberi tanda berupa garis miring tunggal ( / ) 2. jeda antar frase dalam klausa diberi tanda berupa garis miring ganda ( // ) 3. jeda antar kalimat dalam wacana diberi tanda berupa silang ganda ( # ) contoh kalimat # dosen // bahasa/ modern # dan # dosen / bahasa// modern # Dalam kata itu harus jelas pengucapannya dimana letak jedanya, sehingga tercapai makna yang dimaksud Silabel Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtunan. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal dan konsonan atau lebih. Silabel sebagai satuan ritmis mempunyai puncak kenyaringan yang biasanya jatuh pada sebuah vokal. Menurut Chaer (1995 :124) menentukan batas silabel memang agak sukar karena penentuan batas itu juga menyangkut beragam persoalan bahasa diantaranya fonetik,

12 fonemik, morfologi dan ortografi misalkan kata makanan apabila dipisahkan secara fonemik pemisahannya adalah [ma], [ka] dan [nan], padahal secara ortografi pemisahannya adalah ma+ka+nan Khasanah Fonem Chaer (1995 : 131) menyatakan yang dimaksud dengan khasanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Menurut catatan para pakar yang tersedikit jumlah fonemnya adalah bahasa asli penduduk hawai yaitu hanya 13 buah fonem, dan yang jumlah fonemnya terbanyak yaitu 75 fonem adalah sebuah bahasa di Kaukasus Utara. Begitu juga dengan perimbangan jumlah fonem vokal fonem konsonannya. Bahasa arab hanya mempunyai tiga buah fonem vokal, bahasa Inggris dan bahasa Prancis mempunyai lebih dari 10 buah fonem vokal. Ada kemungkinan juga karena perbedaan tafsiran, maka jumlah fonem dalam suatu bahasa menjadi tidak sama banyaknya menurut pakar yang satu dengan pakar yang lain. Ini karena cara penganalisaan yang berbeda dengan mengaitkan unsur segmental dan suprasegmental. 4. Grafem Menurut Nurhadi (1995 : 332) bahwa grafem adalah bagian dari garapan ortografi (segala sesuatu yang berhubungan dengan tulisan). Dia mengungkapkan pembahasan ortografi itu terbagi kepada tiga yaitu : (1). Grafem-grafem (2). Konvensi-konvensi ejaan, (3). Konvensi-konvensi fungtuasi atau tanda baca. Pembahasan dalam analisis ini adalah bagian pertama yaitu grafem. Ia mendefinisikan grafem adalah pelambang dari fonem yang berbentuk huruf. Grafem berasal dari kata graf yaitu huruf, grafem itu sendiri pengertiannya adalah lambang dari fonem (Kridalaksana 1993 : 66). Selanjutnya Chaer (1994 : 93) mengungkapkan graf adalah satuan terkecil dalam aksara yang belum ditentukan statusnya. Kemudian pernyataan tentang grafem adalah

13 atuan terkecil dalam aksara yang menggambarkan fonem, suku kata atau morfem, tergantung dari sistem aksara yang bersangkutan. Jadi dari ungakapan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa grafem itu adalah huruf tetapi ia gambaran dari fonem. Jadi hubungan fonem dengan grafem sangat berkaitan. Setelah menganalisa keterangan Chaer (1994 : 93-95) maka bagian dari grafem adalah tiga yaitu unsur-unsur grafem yang sama dengan fonem yaitu grafem yang terbentuk adanya fonem segmantal dan suprasegmental, kemudia bentuk-bentuk penulisannya yang disebut dengan alograf, serta penggunaan huruf menurut jumlahnya yang akan dibahas sebagai berikut Unsur-Unsur Grafem Mengingat grafeam itu adalah pelambang dari fonem maka unsur segmental dan suprasegmental fonem itupun akan terlihat dalam grafem. Unsur-unsur itu secara keseluruhan adalah vokal, konsonan, stress, nada dan jeda. Maka grafemnyapun akan sesuai penulisannya seperti bunyi yang dihasilkan oleh fonem. Contoh fonem vokal /a/ maka grafemnya adalah <a> Alograf Alograf adalah anggota dari satuan aksara yang merupakan grafem yang berbedabeda menurut posisinya atau pelbagai bentuk dari huruf tulis. (Kridalaksana 1993 : 10). Sedangkan Chaer (1994 : 93) menyatakan alograf adalah varian dari grafem. Jadi, alograf itu adalah bagian dari grafem yang tulisannya diatur menurut bentuk dan posisinya. Chaer mencontohkan posisi huruf arab dapat berdiri sendiri, diawal, di > ج> tengah, dan di akhir. Contoh grafem bila berdiri sendiri ج bila di awal ج bila di tengah ج bila di akhir ج

14 Contoh lain dalam bahasa Indonesia misalkan huruf <b> bila di awal kalimat menjadi huruf kapital <B> atau dalam tulisan grafem sambung dapat ditulis dengan : B huruf kapital b bila berdiri sendiri bila di awal bila di tengah bila di akhir 4.2. Penggunaan Huruf/ Grafem Menurut Jumlah Grafem atau huruf tidak selalu sama jumlahnya dengan fonem dalam satu bahasa atau sebaliknya. Dalam bahasa Fin dan bahasa Turki setiap huruf melambangkan satu fonem. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa fonem yang dilambangkan dengan gabungan dua buah huruf. Contoh gabungan huruf <ng> untuk melambangkan fonem / / ada juga dalam bahasa Indonesia sebuah huruf digunakan untuk melambangkan dua buah fonem yang berbeda yaitu huruf <e> yang dipakai untuk melambangkan fonem <e> dan / / (Chaer 1994 : 95). Muchtar (1988 : 43) mengatakan bahwa bahasa Inggris terkenal dengan sebuah bahasa dimana pengejaan dan pengucapan jauh berbeda, rangkaian suara yang sama dapat dieja dalam beberapa cara yang berbeda dari seri huruf yang sama dapat dirangkaikan dalam beberapa rangkaian suara yang berbeda. Seperti fonem /i/ ada yang dilambangkan dengan huruf <i>, ada yang dilambangkan dengan <y>, dan ada juga yang dilambangkan dengan gabungan huruf <ee> atau <ea>. Demikian pula halnya apabila suatu bahasa itu ditulis secara sylabis maka akan terlihat pula perbedaannya dalam penulisannya, seperti yang dicontohkan oleh Muchtar (1998 : 141) bahasa yang dilambangkan secara sylabis adalah bahasa di India dan bahasa Jawa, akan tetapi masih banyak bahasa-bahasa lain yang ditulis secara sylabis. Jadi penggunaan huruf yang berbeda jumlahnya banyak terjadi dalam suatu bahasa di dunia. Ini karena fonem-fonem yang diucapkan tidak selalu sama atau grafemgrafemnya tidak selalu sama selamanya Hubungan Fonem dengan Grafem Setelah penulis menerangkan fonem dengan grafem maka telah diketahui hubungan keduanya sangat erat. Sebab grafem itu sendiri maknanya adalah gambaran

15 dari fonem. Meskipun dalam linguistik secara umum nantinya ada simbol untuk menyatakan unsur fonemis seperti bunyi [ ] yang di dalam bahasa Indonesia grafemnya tetap <ng>. Kemudian kalau didalam penuturan apabila dilihat berbeda berupa alofon-alofon maka yang dilambangkan adalah fonemnya, baik dia meliputi unsur segmental atau unsur suprasegmantal. Selanjutnya mengingat adanya persamaan dan perbedaan penggunaan fonem dengan grafem dalam setiap penuturan yang dituliskan maka berbeda pula jumlahya dalam bahasa itu.

16 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Sabaruddin, dkk Pedoman Sistem Ejaan Huruf Arab Melayu Indonesia. Medan : Departemen P & K Arsyad Thoib Lubis, Muhammad Riwayat Nabi Muhammad SAW. Medan : Islamiyah Bloom Field, Leonard Language. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama Cahyono, Bambang Yudi Kristal Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Airlangga University Press Chaer, Abdul Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta De Sausure, Ferdinand Pengertian Linguistik Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Kridalaksana, Hari Mukti Kamus Linguistik. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama Lass, Rober Fonologi. Semarang : IKIP Semarang Press Muchtar, Muhijar Linguistik Umum Sebuah Survei Pengantar. Medan : Departemen P & K Muda, Iskandar, T Kesusastraan Klasik Melayu Sepanjang Abad. Jakarta : Penerbit Libra. Nurhadi Tata Bahasa Pendidikan. Semarang : IKIP Semarang Press

17 Pasaribu, Daud, dkk. Tanpa Tahun. Aksara Arab Melayu Indonesia. Jilid I, II, dan III. Medan : Budi Utomo Samsuri Analisa Bahasa. Jakarta : Erlangga Sulaiman, Kasim Prama Sastra Arab. Jakarta : Penerbit Prakarsa Belia Tarigan, H.B Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Angkasa Verhaar, J.W.M Pengantar Linguistik. Yogyakarta : Jakarta University Press Vikov, Lars, S Penyempurnaan Ejaan. Jakarta : Intermasa Yock Fang, Liau Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Jakarta : Erlangga Zubersyah, Nurhayati Lubis Bahasa Indonesia Dan Teknis Penyusunan Karangan Ilmiah. Medan : USU Press

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi

Lebih terperinci

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi

Lebih terperinci

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,

Lebih terperinci

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.pada bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis,dan membicarakan

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah

Lebih terperinci

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( ) LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman

Lebih terperinci

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : 1402408022 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / 2012 HBML1203 FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIKULASI : 720925135253001 NO. KAD PENGNEALAN : 720925135253 NO. TELEFON : 012-8832169 E-MEL : aubrey_austin@oum.edu.my

Lebih terperinci

MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI

MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 2B: 1. ENDANG FITRIANI (312010121) 2. MIFTHAHUL JANNAH (312010107) 3. PUTRIANA (312010131) DOSEN PEMBIMBING : HADI PRAYITNO, S.pd., M.pd. PROGRAM

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008 PENGGUNAAN GRAFEM DALAM PELAMBANGAN BUNYI AKSARA JAWI ( ARAB MELAYU ) INDONESIA KARYA ILMIAH Dra. Fauziah, M.A. NIP : 131 882 283 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA MEDAN 2008 KATA PENGANTAR Alhamdulillah

Lebih terperinci

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

Lebih terperinci

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun FONETIK DAN FONOLOGI Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun FONETIK DAN FONOLOGI Pengenalan Fonetik dan Fonologi. FONETIK FONOLOGI BIDANG ILMU FONETIK FONETIK Fonetik

Lebih terperinci

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)

TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) Debby Yuwanita Anggraeni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI peacoy@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Pada Bab 2 ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan penulis pakai dalam menganalisa data pada Bab 4. Teori-teori ini adalah teori fonologi, teori fonetik dan teori fonem.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa merupakan pengalaman universal yang dimiliki oleh manusia. Bahasa adalah sistem bunyi ujar. Bunyi bahasa yang tidak sesuai diucapkan oleh seorang pengguna

Lebih terperinci

FONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra

FONOLOGI Aspek Fisiologis Bahasa FONETIK Definisi Fonetik Jenis Fonetik Harimurti Kridalaksana Sheddy N. Tjandra FONOLOGI Pengantar Linguistik Umum 13 November 2013 Nadya Inda Syartanti PENGANTAR 1 2 Aspek Fisiologis Bahasa Bagaimana bunyi ujaran terjadi; Darimana udara diperoleh; Bagaimana udara digerakkan; Bagaimana

Lebih terperinci

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA

CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA TUGAS KELOMPOK CIRI-CIRI PROSODI ATAU SUPRASEGMENTAL DALAM BAHASA INDONESIA MATA KULIAH : FONOLOGI DOSEN : Yuyun Safitri, S.Pd DISUSUN OLEH: ANSHORY ARIFIN ( 511000228 ) FRANSISKA B.B ( 511000092 ) HAPPY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 153 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap perubahan fonem pelafalan lirik lagu berbahasa Indonesia dengan menggunakan karakter suara scream dan growl

Lebih terperinci

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN D PENDAHULUAN Modul 1 Hakikat Fonologi Achmad H.P. Krisanjaya alam modul linguistik umum, Anda telah mempelajari bahwa objek yang dikaji oleh linguistik umum adalah bahasa. Bidang-bidang kajian dalam linguistik

Lebih terperinci

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA 1. Nama Mata kuliah : Fonologi Bahasa Nusantara 2. Kode/SKS : BDN 120 1/2 SKS 3. Prasyarat : Pengantar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M.

FONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. FONOLOGI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. Pd oleh: Konsentrasi Bahasa Indonesia Semester 7 Kelompok

Lebih terperinci

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1

IDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1 IDENTITAS MATA KULIAH Mata kuliah Kode mata kuliah Jumlah SKS Prodi/jurusan : Artikulasi : PLB221 : 2 SKS : Pend. Luar Biasa 16/03/2008 HERMAN 1 KOMPETENSI Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM Nota Kuliah BBM3202 Pendahuluan Fitur Distingtif (ciri pembeza) ialah unit terkecil nahu yang membezakan makna. Cth: Pasangan minimal [pagi] dan [bagi] yang dibezakan maknanya pada fitur tak bersuara [p]

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA PETUNJUK KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI 1. Bibir atas 2. Bibir bawah 3. Gigi atas 4. Gigi bawah 5. Gusi 6. Lelangit keras 7. Lelangit lembut 8. Anak tekak

Lebih terperinci

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang FONETIK Pengantar Linguistik Jepang Fonetik 10 Maret 2014 DEFINISI Definisi dari Para Linguis Harimurti Kridalaksana Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana 1. Ilmu yang

Lebih terperinci

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Pertuturan ialah bunyi-bunyi yang bermakna kerana apabila dua

Lebih terperinci

SILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002. Ardhana Reswari, MA.

SILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002. Ardhana Reswari, MA. Halaman : Page 1 of 5 SILABUS FONOLOGI BAHASA INDONESIA BIL002 Ardhana Reswari, MA. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG 1 Halaman

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan 94 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses morfologi yang ditemukan dalam penelitian ini ada dua yaitu afiksasi dan reduplikasi. Afiksasi yang ditemukan berupa prefiksasi, sufiksasi, konfiksasi dan simulfiksasi.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Muh. Faisal

Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Muh. Faisal Unit 4 STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA Muh. Faisal P ada unit IV dalam bahan ajar cetak mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD ini dibahas mengenai Struktur Fonologi dan Morfologi Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2007 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA PROGRAM SARJANA MUDA PENGAJARAN SEMESTER/TAHUN: MEI / 2012 KOD KURSUS: HBML1203

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA PROGRAM SARJANA MUDA PENGAJARAN SEMESTER/TAHUN: MEI / 2012 KOD KURSUS: HBML1203 FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA PROGRAM SARJANA MUDA PENGAJARAN SEMESTER/TAHUN: MEI / 2012 KOD KURSUS: HBML1203 TAJUK KURSUS: PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIK : 701113035210001 NO.

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / TAHUN 2012 HBML1203 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / TAHUN 2012 HBML1203 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI / TAHUN 2012 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NO. MATRIKULASI : 001 NO. KAD PENGNEALAN : 750630-12 - 5717 NO. TELEFON : 0138576005 E-MEL : pang5tausug@yahoo.com

Lebih terperinci

FONOLOGI FONEM SUPRASEGMENTAL / CIRI-CIRI PROSODI. Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Oleh: Ni Kadek Mega Ratnawati ( ) 1/A

FONOLOGI FONEM SUPRASEGMENTAL / CIRI-CIRI PROSODI. Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Oleh: Ni Kadek Mega Ratnawati ( ) 1/A FONOLOGI FONEM SUPRASEGMENTAL / CIRI-CIRI PROSODI Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Oleh: Ni Kadek Mega Ratnawati (1512011041) Anak Agung Ngurah Bagus Janitra Dewanta (1512011034) 1/A JURUSAN

Lebih terperinci

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK

SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK SISTEM FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SINGKARAK KECAMATAN X KOTO SINGKARAK KABUPATEN SOLOK Deni Nofrina Zurmita 1, Ermanto 2, Zulfikarni 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI HBML 1203 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI HBML 1203 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA SEMESTER MEI 2012 HBML 1203 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU NAMA : AHMAD RAZALI BIN BAHARAN NO MATRIKULASI : 830504105141002 NO KAD PENGENALAN : 830504105141

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575

Lebih terperinci

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: )

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: ) Bahasa Melayu Kertas 1 STPM FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: 2006-2010) 01 Udara dari paru-paru keluar melalui rongga mulut. Udara tersekat pada dua bibir yang dirapatkan. Udara dilepaskan

Lebih terperinci

MAKALAH. Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fitri Wijayanti

MAKALAH. Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fitri Wijayanti MAKALAH Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Fitri Wijayanti 111-13-098 Kurnia Luthfiyani 111-13-099 Fina Luthfina Aldian 111-13-100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat untuk membentuk hidup masyarakat. Bahasa merupakan sarana pikir bagi manusia. Berbagai unsur kelengkapan hidup manusia seperti kebudayaan,

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1), dalam

Bab 2. Landasan Teori. terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1), dalam Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Fonetik dan Fonologi Fonetik dan fonologi sangat berkaitan dan keduanya berhubungan dengan satuan terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1),

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

اللغة هي اصوات يعب ر بها كل قوم عن اغراضهم

اللغة هي اصوات يعب ر بها كل قوم عن اغراضهم BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 PERBANDINGAN BUNYI UJARAN KONSONAN BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA ARAB MELALUI BACAAN AL-QUR AN OLEH KELOMPOK PENGAJIAN ANAK-ANAK DI MASJID AL-IHSAN MEDAN SKRIPSI Oleh: MARDIANA 070701027 DEPARTEMEN SASTRA

Lebih terperinci

Unit ini memberi tumpuan kepada definisi pengantar fonetik dan fonologi

Unit ini memberi tumpuan kepada definisi pengantar fonetik dan fonologi TAJUK 1 PENGENALAN FONETIK DAN FONOLOGI SINOPSIS Unit ini memberi tumpuan kepada definisi pengantar fonetik dan fonologi HASIL PEMBELAJARAN Pada akhir Unit 2.1 ini pelajar dapat i. Mentakrif dan mengkategori

Lebih terperinci

Konsep Dasar Artikulasi

Konsep Dasar Artikulasi Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Konsep Dasar Artikulasi Pengertian artikulasi berasal dari kata articulation yang artinya adalah pengucapan, maksudnya pengucapan lambang bunyi bahasa

Lebih terperinci

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA FON PENDAHULUAN Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas retno.hdyn@gmail.com Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi terasa mudah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah

BAB V PENUTUP. Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur. segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian yang dilakukan dengan membanding-bandingkan unsur segmental BDN dan BI, serta BBK dan BInd sebagai bahasa pendukung, telah membuktikan bahwa adanya persamaan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik yang sedang dibahas agar dapat membantu melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fonologi adalah suatu kajian bahasa yang berusaha mengkaji bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah pembentukan fonem-fonem

Lebih terperinci

Unit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA. Munirah. Pendahuluan

Unit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA. Munirah. Pendahuluan Pendahuluan Unit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA Munirah Dalam pengajaran bahasa, hendaknya linguistik sebagai ilmu dasarnya perlu diperkuat dan diperhatikan. Fonologi merupakan bagian dari subdisiplin linguistik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab V terbagi menjadi dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV sebelumnya. 5.1 Simpulan Tujuan utama penelitian

Lebih terperinci

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih

KONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam melakukan sebuah penelitian, tentu harus ada acuan atau teori-teori yang digunakan oleh peneliti. Begitu pula dalam penelitian ini. Penelitian tentang gejala kelainan pelafalan

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang dapat digunakan dimasa depan. Keahlian itu bisa berupa keahlian dalam bidang non-akademik

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip

ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip tiani.riris@gmail.com Abstrak Bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dapat diketahui struktur fonologi, morfologi,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu

Bab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Setiap bahasa yang digunakan di masing-masing negara memiliki bunyi yang berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu bahasa,

Lebih terperinci

Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA

Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA i KATA PENGANTAR DARI REKTOR Merujuk pada PP 55 tahun 2007 dan Kepmendiknas No 16 tahun 2007, Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Penyusunan Kurikulum Pendidikan

Lebih terperinci

TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39

TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39 TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39 DISTRIBUSI FONEM BAHASA DI PULAU SAPARUA: DATA NEGERI SIRISORI ISLAM (Phoneme Distribution of Language in Saparua Island) Erniati, S.S. Kantor Bahasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa persamaan dan perbedaan perubahan fonem yang terjadi pada proses

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Kalimat berperan penting sebagai wujud tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia. Penutur

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

Tahap Pemrolehan Bahasa

Tahap Pemrolehan Bahasa Tahap Pemrolehan Bahasa Setelah Anda mempelajari KB 2 dengan materi teori pemerolehan bahasa, Anda dapat melanjutkan dan memahami materi KB 3 mengenai tahapan pemerolehan bahasa. Tahapan ini biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti Bab 5 Ringkasan Seperti kita ketahui bahwa di seluruh dunia terdapat berbagai bahasa yang berbedabeda baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti terdapat beberapa

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA INDONESI SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN DI PERUMAHAN GRIYA MAYANG PERMAI, KECAMATAAN GATAK, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467 adityawicak_02@yahoo.com ABSTRACT Speech uttered by bus conductors has an interesting phenomenon because there is a change

Lebih terperinci

ANALISIS FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN SILONGO KABUPATEN SIJUNJUNG. Jimy Zulfihendri

ANALISIS FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN SILONGO KABUPATEN SIJUNJUNG. Jimy Zulfihendri ANALISIS FONOLOGI BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN SILONGO KABUPATEN SIJUNJUNG Jimy Zulfihendri Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh bunyi semivokoid / w / yang banyak digunakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah : Konsep Dasar Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : KSD -224

Nama Mata Kuliah : Konsep Dasar Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : KSD -224 Nama Mata Kuliah : Konsep Dasar Bahasa Indonesia Kode Mata Kuliah : KSD -224 SKS : 2 SKS Dosen : S M.Pd Program Studi : S1 PGSD Prasyarat : - Waktu Perkuliahan : Semester Genap I. Deskripasi Mata Kuliah:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN.... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING.... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI.. i ii iii iv v vi viii ix xii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sarana utama dalam berkomunikasi antar sesama manusia. Sebagian besar mengambil bentuk lisan/ tertulis, dan verbal/ ucapan. Tanpa bahasa, manusia akan

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI..

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI.. DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN.... PERSETUJUAN PEMBIMBING.... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI.. i ii iii iv v vi viii xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia (Chaer dan Agustina,2010:11). Bahasa Jawa (BJ) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga 2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. a. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. a. Latar Belakang BAB I Pendahuluan a. Latar Belakang Dalam premis telah disebutkan bahwa bunyi bunyi lingual condong berubah karena lingkungannya. Dengan demikian, perubahan bunyi tersebut bias berdampak pada dua kemungkinan.

Lebih terperinci

MAKALAH. Hamzah di Akhir Kalimat. Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I.

MAKALAH. Hamzah di Akhir Kalimat. Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla. Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. MAKALAH Hamzah di Akhir Kalimat Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowa idul Imla Dosen : Muhammad Mas ud, S.Pd.I. Disusun Oleh : Hamidah Nur Vitasari 111-13-262 Lailia Anis Afifah 111-13-264

Lebih terperinci