BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000, tahun 2001 oleh Lina Destiyani Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan berbahasa pada Surat Pembaca. Data penelitian ini adalah wawancara Surat Pembaca dan sumber data berupa Tabloid Mingguan Bintang, Nova, dan Nyata. Pada tabloid Bintang berjumlah 70 surat pembaca, Nova 42 surat pembaca, dan Nyata 62 surat pembaca. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif, sedangkan tahap penelitiannya terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan teknik simak catat, yang dilakukan dengan menyimak bacaan dengan mencatat kesalahan bahasa. Tahap analisis menggunakan metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan melihat data yang sudah diklasifikasikan. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca Suara Merdeka Edisi Maret sampai April 2012, tahun 2013 oleh Febrianto Nugroho mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantis pada Surat Pembaca surat kabar Suara Merdeka edisi Maret sampai April Tahun Data yang digunakan adalah wacana Surat Pembaca pada Suara Merdeka yang terdiri dari 28 surat pembaca yakni 12 wacana dengan jumlah 36 kalimat untuk bulan Maret dan 16 wacana dengan jumlah 7

2 9 92 kalimat untuk bulan April. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif kulitatif, sedangkan tahap penelitiannya terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan teknik baca catat, yang dilakukan dengan mencatat kesalahan berbahasa. Tahap analisis menggunakan metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan melihat data yang sudah diklasifikasikan. Berdasarkan dua penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedua penelitian itu berbeda dengan penelitian yang saya kaji mengenai analisis kesalahan morfologis dan sintaktis dalam karangan argumentasi pada siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto tahun pelajaran Perbedaan dalam penelitian yang saya kaji dengan penelitian sebelumnya terletak pada permasalahan yang dianalisis. Permasalahan tersebut adalah bagaimana kesalahan morfologis, dan sintaktis? kemudian perbedaan lainnya terletak pada objek penelitian. Objek yang dijadikan penelitian ini adalah siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto, dan data yang digunakan adalah kalimat-kalimat dalam karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto. Sumber data yang digunakan adalah wacana karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto Tahun pelajaran , yang di dalamnya terdapat kesalahan berbahasa secara morfologis dan sintaktis. Tahap pengumpulan data yang digunakan adalah peneliti meminta siswa untuk menyusun karangan argumentasi. Selanjutnya persamaan penelitian sebelumnya ialah terletak pada kajian yang digunakan yakni sama mengkaji analisis kesalahan berbahasa. Selain itu, persamaan lainnya terletak pada metode dan teknik analisis data yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan deskriptif kualitatif dengan tahap penelitian terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis

3 10 data. Tahap analisis data menggunakan teknik lesap, ganti dan tenik sisip, dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan penyajian informal. B. Bahasa 1. Pengertian Bahasa Bahasa merupakan sarana komunikasi. Segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu pengetahuan. Seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa. Hal ini, bahasa berarti berperan penting untuk menumbuhkan suatu komunikasi. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa (Keraf, 2004: 1). Bahasa adalah sistem bunyi lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu, masyarakat untuk bekerja sama, beriteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Depdiknas, 2008: 116). Para pakar linguistik deskriptif bahasa mendefinisikan sebagai lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambah dengan sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2012: 32). Jadi dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer. Bahasa yang digunakan oleh anggota suatu, masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Bahasa ialah kunci pokok dari sebuah kehidupan manusia. Karena fungsi bahasa untuk berinteraksi dengan orang lain dapat memperoleh ilmu berbagai bidang. Bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain

4 11 berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan penutur baik lisan maupun tulis. 2. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Suatu pemakaian bahasa dapat dikatakan salah, apabila pemakaian tersebut menyimpang dari pola umum bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering terjadi harus dikurangi. Jika bisa kesalahan tersebut dihapuskan sama sekali, sehingga tidak dapat digunakan kembali. Pengurangan dan penghapusan kesalahan akan tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang dinamakan dengan analisis kesalahan (anakes). Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur kerja, anakes mempunyai langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut ialah metodologi anakes. Anakes biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel dan penjelasan kesalahan tersebut. Pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebab, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Ellis dalam Tarigan, 1995: 68). 3. Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa atau language errors beraneka ragam jenisnya dan dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara kita memandangnya. Dengan kata lain, setiap sudut pandang akan menghasikan sudut pandang tertentu. Chomsky dalam Tarigan (1995: 143) membedakan jenis kesalahan menjadi dua yaitu kesalahan mistake dan error. Kesalahan pertama kesalahan yang disebabkan oleh faktor

5 12 kelelahan, keletihan, dan kurangnya permormasi kesalahan tersebut biasanya disebut mistakes. Kesalahan kedua kesalahan yang diakibatkan karena kurang pengetahuan mengenai kaidah bahasa yakni sering dibilang sebagai faktor kompetensi atau errors. Berdasarkan kedua kesalahan tersebut diantaranya kekeliruan (mistake) yang disebabkan oleh faktor keterbatasan mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam menghafal bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat. Kesalahan lain yakni kesalahan (errors) disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannnya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang dipelajarinya ternyata kurang maka kesalahan sering terjadi, dan kesalahan akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat. Penjelasan di atas mengenai kesalahan berbahasa peneliti hanya mengambil kesalahan berbahasa (errors). Kesalahan berbahasa itu diambil dari pemerolehan data karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan di SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto. Setelah data diperoleh kesalahan berbahasa tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu. Pengelompokan data kesalahan berbahasa pada bidang morfologi dan sintaksis dalam karangan argumentasi siswa, berdasarkan komponen taat bahasa. Berdasarkan komponen tata bahasa, kesalahan bahasa meliputi: morfologi dan sintaksis (Tarigan, 1995: ).

6 13 a. Morfologi 1) Pengertian Morfologi Morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana, 2009: 159). Bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem. Sedangkan Putrayasa (2010: 3) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk kata. Serta pembentukan kata terkecil dan seluk-beluk kata, serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. Menurut Ramlan (2012: 21) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan morfologi merupakan cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Pengertian lain bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan bentuk kata itu, baik secara gramatis maupun semantis. Kata morphologie terbentuk dari kata morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu jadi morfologi adalah ilmu tentang bentuk kata (Soegi, 1989: 4). 2) Bentuk-Bentuk Morfologis Bentuk-bentuk bahasa terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik (Chaer, 2012: ).

7 14 1) Bentuk linguistik yang berwujud morfem ialah bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya. Jika menentukan sebuah satuan bentuk morfem, harus membandingkan bentuk tersebut dengan bentuk lain. jika bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah morfem. Menurut Alwi (2003: 28) morfem ialah bentuk kata yang paling kecil yang tidak bisa dipotong. Artinya jika suatu kata dipotong-potong hingga tidak mempunyai makna dinamakan morfem. Ramlan (2012:32) morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. 2) Bentuk linguistik yang berwujud almorf ialah variasi bentuk suatu mofem. Artinya alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah morfem. Setiap morfem tentu mempunyai beberapa alomrf. Morf adalah nama semua bentuk yang diketahui statusnya. Sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk yang sudah diketahui status morfemnya. Bentuk-bentuk men-, mem, meng, dll disebut morf (Ramlan, 2005: 5). 3) Bentuk linguistik yang berwujud kata adalah satuan ujaran bebas terkecil yang bermakna. Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, dan mempunyai arti. Maksudnya terkecil ialah tidak dapat disegmentasikan lagi menjadi yang lebih kecil tanpa merusak makna dan bebas maksudnya satuan yang disebut kata tersebut dapat berdiri sendiri di dalam kalimat. Menurut Alwi (2003: 30) pengertian mengenai kata adalah terbentuk dari dasar tertentu dan dapat menjadi dasar pembentuk kata turunan lain. morfem adala satuan bebas yang paling kecil, dengan kata lain, setiap satu-satuan bebas merupakan kata (Ramlan, 2005).

8 15 3) Proses Morfologis Proses morfologik terdiri dari afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Ramlan, 2012: 53). a) Afiksasi Afiks adalah bentuk terikat. Artinya dalam bentuk tuturan biasa, bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis. Bentuk terikat ini selalu menempel pada bentuk lain. Chaer (2012: 177) mengatakan afiks adalah sebuah bentuk morfem terikat. Menurut Alwi (2003: 31) bentuk terikat yang dipakai untuk menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan. Morfem terikat selalu diikuti atau diimbuhkan pada bentuk dasar dalam proses pembentukan kata. Imbuhan morfem terikat sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya. Bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Morfem terikat secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain. Afiks dapat dibedakan menjadi empat: prefiks (awalan), infiks (sisipan), surfiks (akhiran), dan konfiks (gabungan awalan dan akhiran). Contoh prefiks menurut (Ramlan, 2012: 60) yang terletak di depan bentuk dasar (men-, ber-, di-, ter-, pen-, pe, se-, per-, pra-, ke- ), infiks ( -el-, -er-, -em-), dan Surfiks (-kan, -an, -i, -nya, -wan, -wati, -is, -man, -da, - w). b) Reduplikasi Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar. Macammacam reduplikasi di antaranya mengulang dalam bentuk secara keseluruhan, sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2012: 182). Ramlan (2012: 65) mengatakan reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak. Reduplikasi atau kata

9 16 ulang tidak semua dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Pertama pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata, maksudnya bahwa bentuk dasar bagi kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Berdasarkan bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat macam yakni: pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem (Ramlan, 2012: 70-76). a) Pengulangan seluruh: adalah pengulangan seluruh bentuk dasar. Pengulangan ini terjadi tanpa perubahan fonem. Pengulangan seluruh juga tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Contoh pada kata sepeda-sepeda, kata tersebut terbentuk dari pengulangan keseluruhan dari kata dasar sepeda. Pengulangan bentuk lainya yakni pada kata buku-buku juga merupakan terbentuk dari pengulangan kata seluruh dari kata dasar buku. b) Pengulangan sebagian: adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Pengulangan ini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk dasar kompleks. Bentuk dasar kompleks berupa bentuk tunggal kata lelaki di bentuk dari bentuk dasar laki. Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks kemungkinan-kemungkinan bentuk dasarnya sebagai berikut: a) Bentuk men-. misalnya: mengambil membaca mengambil-ambil membaca-baca b) Bentuk di-. misalnya: ditarik dikemasi ditarik-tarik dikemas-kemasis

10 17 c) Bentuk ber-. misalnya: berjalan berjalan-jalan bertemu bertemu-temu d) Bentuk ter-. misalnya: terbantuk tersenyum terbatuk-batuk tersenyum-senyum e) Bentuk ber-an. misalnya: berlarian berlari-larian berhamburan berhambur-hamburan f) Bentuk an. misalnya minuman minum-minuman makanan makan-makan g) Bentuk ke-. misalnya: kedua kedua-dua ketiga ketiga-tiga c) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks Pengulangan golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Berdasarkan penentuan bentuk dasar ialah bahwa bentuk dasar itu selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Contoh kata ulang kereta-keretaan dapat ditentukan bentuk dasar yakni bentuk dasar kereta diulang dan mendapat bubuhan afiks an. Jika kata ulang kereta-kereta berarti bermakna banyak, sedangkan kereta-keretaan bermakna sesuatu yang menyerupai kereta. Kemudian contoh kata ulang kehitam-hitaman dari bentuk dasar hitam. Kata hitam diulang dan mendapat afiks an. Jika kata ulang hitam-hitam berarti bermakna banyak, sedangkan hitamhitaman bermakna sesuatu yang seperti atau menyerupai warna hitam. d) Pengulangan dengan perubahan fonem: Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Contoh kata bolak-balik di

11 18 bentuk dari bentuk dasar bolak-balik yang diulang seluruh dengan perubahan fonem dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/. Kemudian kata gerak-gerik dari kata dasar gerak. Kata ulang gerak-gerik dibentuk dari bentuk dasar gerak yang diulang seluruh dengan perubahan fonem dari /a/ menjadi /i/. Kata ulang robak-rabek dari kata dasar robek. Kata ulang robak-robek dibentuk dari kata dasar robek, yang diulang seluruh dengan perubahan fonem /a/ menjadi /e/. c) Komposisi Menurut Chaer (2012, 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morferm dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Selanjutnya komposisi menurut Verhaar (2012: 154) merupakan proses morfemis yang menggabungkan dua morferm dasar (pradasar) menjadi satu kata, yang namanya kata majemuk atau kompaun. Komposisi selalu bersifat derivasional, tidak paradigmatis. Ramlan (2012: 77) mengatakan bahwa kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Contoh: mata kaki dan kursi malas. b. Sintaksis 1) Pengertian Sintaksis Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata dalam kalimat (Verhaar, 2012: 11). Kridalaksana (2008: 223) mengatakan bahwa sintaksis adalah pengaturan atau hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih itu dalam bahasa. Istilah secara langsung terambil dari bahasa Belanda syntaxis, sedangkan dalam bahasa Inggris

12 19 digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa dan frase (Ramlan 2005: 18). Tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut penyusunan kata dalam kalimat. Proses penyusunan tersebut berhubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar hingga menjadi kelompok kata. Hubungan antarkata dalam tuturan (bahasa) Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata. Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frasa, klausa, dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat. 2) Bentuk-bentuk Sintaktis a) Frasa Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 2005: 138). Frasa juga gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frasa atau frase tidak memiliki makna baru, melainkan makna sintaktis atau makna gramatikal bedanya dengan kata majemuk yaitu kata majemuk sebagai komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna. Batasan frasa di atas ialah mempunyai dua sifat yakni frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dua kata atau lebih dan frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Maksud dari tidak melebihi batas fungsi frasa adalah frasa itu termasuk dalam satu fungsi klausa yakni S, P, O, Pel, dan Ket. Cotohnya: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

13 20 b) Klausa Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak (Ramlan, 2005: 79). Unsur inti klausa ialah S dan P. Satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa, yang befungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa dapat berpotensi menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Contoh klausa: Luri makan c) Kalimat Kalimat adalah kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran atau perasaan; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (Depdiknas: 2008: 609). Sedangkan menurut Ramlan (2005: 23) kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Chaer (2009: 44) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Konstituen dasar dan intonasi final menjadi penting atau yang menjadi dasar kalimat, sedangkan konjungsi hanya ada kalau diperlukan. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu (1) intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, (2) intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya, dan (3) intonasi seru, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru. Contoh

14 21 kalimat: Luri ambilkan makan(.) Luri ambilkan makan(?) Luri ambilkan makan(!) d) Wacana (1) Pengertian Wacana Wacana sebagai satuan tertinggi dari kalimat. Wacana mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh, dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat. Wacana dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat artinya sebuah wacana mungkin hanya terdiri dari sebuah kalimat. Wacana mungkin juga terdiri sejumlah kalimat. Pembentukan sebuah wacana yang utuh, kalimat-kalimat dipadukan oleh alat-alat pemandu, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantik (Chaer, 2009: 46). Douglas dalam Mulyana (2005: 3) mengatakan wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak.vak, artinya berkata atau berucap. Kata wac dalam lingkup morfologi bahasa Sansekerta, termasuk kata kerja bersifat aktif yaitu melakukan tindakan ujar. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah surfiks (akhiran), yang bermakna membedakan jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Tarigan dalam Mulyana (2005: 4) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesis dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Dari penjelasan wacana di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap atau utuh. Satuan bahasanya tersebut lebih tinggi dari klausa dan kalimat, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, unsur semantik dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana argumentasi yang diteliti ini

15 22 merupakan bahasa dalam bentuk tulisan. Wacana argumentasinya adalah karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto. (2) Wacana Argumentasi Kedudukan wacana berada paling tinggi, artinya dalam satuan kebahasaan, kedudukan wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang ada di bawah seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat. jika wacana di lihat dari asal bahasanya berarti perkataan atau tuturan sering digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain untuk berbahasa. komunikasi itu dapat menggunakan bahan lisan dapat pula menggunakan bahan tulisan (Samsuri dalam Soburs, 2000: 10). Wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan proposisi satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya Tarigan dalam Mulayan (2005: 6) menjelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis. Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi alasan-alasan kuat untuk membuktikan data dan fakta (Iskak, 2006: 67). Berdasarkan media penyampaiannya wacana dapat dibagi menjadi dua yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Kedua jenis wacana tersebut dalam penelitian ini khususnya, peneliti hanya mengambil wacana tulis. Karena peneliti menganalisis data berupa karangan argumentasi pada siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto yaitu wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf, atau karangan yang utuh yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas

16 23 berorientasi pada jenis wacana tulis. Wacana tulis sendiri adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana argumentasi ialah satuan bahasa yang terdiri dari kalimat-kalimat guna memaparkan alasan-alasan mengenai sesuatu hal. C. Karangan 1) Pengertian karangan dan Jenis-Jenis Karangan Menurut Moelino (2007: 506) mengarang adalah perbuatan atau pekerjaan mengarang (tulis-menulis dsb). Sedangkan menurut Finoza (2009: 234) mengatakan bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkaian bunga). Menurut Widyamartaya dalam Damlan (2014: 85) mengarang adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia yang hendak menggunakan kandungan jiwanya kepada orang lain atau diri sendiri dalam tulisan. Karangan diartikan dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Mengarang dengan mengungkapkan suatu pendapat, gagasan yang disertai dengan bukti serta contohcontoh yang meyakinkan orang lain. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah suatu proses pengungkapan buah pikiran, perasaan, pengalaman, pelukisan, tentang suatu objek yang diinginkan. Suatu karya tulis dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikan perasaan tujuannya dalam bentuk tulisan

17 24 kepada pembaca. Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konversional yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh. Mengarang ini merupakan mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain untuk membacanya. a) Jenis-Jenis Karangan (1) Karangan Deskripsi Deskripsi atau lukisan adalah karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu peristiwa tertentu (Dalman, 2014: 135 ). Karangan ini melukiskan atau menggambarkan sesuatu yakni dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan oleh penulis. Deskripsi diambil dari bahasa inggris description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan bahasa). Deskripsi juga berupa uraian yang berusaha menggambarkan suatu masalah yang seolah-olah masalah tersebut di depan mata pembaca secara konkret. Contohnya adalah mendeskripsikan hewan atau seseorang. (2) Karangan Narasi Karangan narasi adalah cerita yang berusaha menciptakan mengisahkan sebuah peristiwa (Dalman, 2014: 135. Karangan narasi ini cerita yang merangkaikan tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu

18 25 ke waktu. Di dalam karangan narasi juga terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik. Peristiwa tersebut yang disusun dengan alur secara sistematis. Contoh narasi diantaranya biografi, novel, cerpen dan lain-lain. (3) Karangan Eksposisi Kata eksposisi diambil dari kata bahasa Inggris exposition yang berarti membuka atau memahami. Karangan eksposisi merupakan karangan yang menjelaskan atau memaparkan pendapat, gagasan, keyakinan, yang memerlukan fakta (Dalma, 2014: 136). Fakta-fakta tersbut dapat diperkuat dengan angka, stastistik, peta dan grafik, tetapi tidak bersifat memengaruhi pembaca. Karangan ini bertujuansematamata untuk menyampaikan informasi tertentu dan menambah wawasan pembaca. Contoh karangan eksposisi ialah artikel-artikel yang ada di surat kabar atau majalah. (4) Karangan Argumentasi Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, tingkah laku tertentu. Karangan argumentasi juga suatu karangan yang berisikan pendapat atau gagasan mengenai suatu hal. Pembuktian-pembuktian tersebut digunakan untuk mempengaruhi pembaca agar mengubah sikap merekan dan menyesuaikan dengan sikap penulis. Agar pembaca yakin dengan apa yang dikatakan, penulis membuktikan dengan bukti tabel, gambar dan lain sebagainya (Dalman, 2014: 137). Contoh jenis karangan ini adalah kampanye pemilihan umum, tulisan-tulisan tentang alasan pengangkatan, pemberitahuan, dan pengangkatan seseorang.

19 26 (5) Karangan Persuasi Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal (Dalma, 2014: 138). Karangan yang dikomunikasikan berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan atau perasaan seseorang. Jenis karangan ini isinya bertujuan membujuk, merayu, atau mengajak pihak pembaca. Karangan ini bertujuan agar pembaca mengikuti apa yang dikehendaki oleh pihak penulis. Contoh jenis karangan ini adalah uraian tentang penawaran jenis obat, kosmetik, atau jenis produk lain. 2) Karangan Argumentasi Untuk dapat menyusun karangan argumentasi orang perlu banyak membaca, khususnya bacaan yang berhubungan dengan penyususnan karangan argumentasi. Karangan argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain (Keraf, 2007: 3). Bentuk karangan tersebut agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang di inginkan oleh penulis. Selanjutnya menurut Iskak (2006: 67) mengatakan bahwa argumentasi merupakan jenis karangan yang berisi alasan-alasan kuat untuk membuktikan data dan fakta. Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingskah laku tertentu (Finoza dalam Dalman, 2014: 137). Argumentasi berasal dari kata argumen atau alasan. Melalui argumen penulis berusaha merangkaikan faktafakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan suatu pendapat yang benar atau tidak. Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa karangan argumentasi merupakan jenis karangan atau sebuah paragraf yang membentuk retorika untuk mempengaruhi

20 27 pembaca, dengan mengungkapkan berbagai alasan, contoh dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan pembaca. Penulis dapat mempengaruhi dan meyakinkan dengan bukti yang logis guna untuk membuktikan kebenaran atas suatu pendapat yang didasarkan data dan fakta melalui karangan argumentasi. Untuk dapat mempengaruhi dan meyakinkan pembaca, maka harus ada intruksi untuk membuat karangan tersebut diantaranya tema atau topik, kerangka karangan, pengembangan kerangka, dan yang paling penting mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dan fakta-fakta untuk menunjang karangan yang baik, benar dan dipercaya oleh pembaca. Dengan demikian pembaca ikut terdorong untuk melakukan dengan apa yang dibahas. 3) Ciri-ciri karangan Argumentasi Finoza dalam Dalman (2014: 139) mengatakan ciri-ciri karangan argumentasi adalah sebagai berikut. 1) Penulis mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya. 2) Penulis mengusahakan pemecahan suatu masalah, dan 3) Penulis mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian.

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Agar dapat membedakan penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, maka penliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Wacana 1. Pengertian Wacana Wacana adalah paparan ide atau pikiran secara teratur, baik lisan maupun tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan 1. Penelitian yang berjudul Bentuk Fungsi Makna Afiks men- dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar disusun oleh Rois Sunanto NIM 9811650054 (2001)

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia mampu melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diberikan anugerah yang luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa ilmu tauhid dalam dirinya. Hal ini dapat diurai melalui proses pendalaman dan penjabaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang sempurna. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran yang dimiliki,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh LISDA OKTAVIANTINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan masyarakat. Adanya suatu bahasa sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah satu dari empat aspek kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tapubolon, 1990:5).

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sangat erat hubungannya dengan berkomunikasi. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat indera yaitu mulut. Tanpa adanya

Lebih terperinci

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008 Zuly Qurniawati, Santi Ratna Dewi S. Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Majalah merupakan bagian dari

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep menurut Soedjadi (2000:14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

Lebih terperinci

KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG. Evawani Elisa

KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG. Evawani Elisa KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG Evawani Elisa Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP- UHAMKA Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia secara umum merupakan bahasa resmi negara Indonesia yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting dalam dunia

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A MTsN POPONGAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Proses pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. Dalam mengungkapkan ide atau gagasan itu diperlukan bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS KARANGAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN JURNAL ILMIAH

PROSES MORFOLOGIS KARANGAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN JURNAL ILMIAH PROSES MORFOLOGIS KARANGAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 JURNAL ILMIAH CLAUDI DOMINICO PANGGONING SALARASATI A310 080 057 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting oleh masyarakat. Surat kabar dikatakan sebagai sebuah simbol bagi peradaban masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam sepanjang hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS  SKRIPSI RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci