CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang
|
|
- Ida Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang difokuskan pada teori tentang perilaku seks yang menyimpang terutama pada wanita dimana topik tersebut merupakan topik batasan pembahasan yang dipilih oleh penulis. Dan tidak hanya itu, penulis juga menggunakan teori teori pendekatan psikologi untuk mendapatkan analisa yang lebih dalam dan akurat dalam penelitian tentang tokoh-tokoh dalam novel Gerhana Kembar karya Clara NG ini. 2.1 Pengertian Perilaku Seks yang Menyimpang Frase perilaku seks yang menyimpang terbentuk dari tiga kata yaitu perilaku, seks, dan menyimpang. Inilah definisi ketiga kata tersebut menurut kamus bahasa Indonesia online: perilaku pe.ri.la.ku [n] tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan seks [n] (1) jenis kelamin; (2) hal yg berhubungan dengan alat kelamin, seperti senggama: -- merupakan bagian hidup manusia; (3) berahi: -nya timbul ketika menonton film percintaan. 8
2 9 Menyimpang me.nyim.pang [v] (1) membelok menempuh jalan yang lain atau jalan simpangan: sampai ke perempatan, kita -- ke kiri; (2) membelok supaya jangan melanggar atau terlanggar (oleh kendaraan dsb); menghindar: jika tidak -- ke kanan, tentu ia akan tertabrak mobil; (3) tidak menurut apa yang sudah ditentukan; tidak sesuai dengan rencana dsb: usahakan jangan sampai -- dari rencana; (4) menyalahi (kebiasaan dsb): tindakannya -- dari adat di negeri itu; (5) menyeleweng (dari hukum, kebenaran, agama, dsb): ajarannya -- jauh dari agama. Dari definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku seks yang menyimpang adalah reaksi individu dalam hubungannya dengan jenis kelamin atau kelamin itu sendiri yang menyalahi dan menyeleweng dari adat, hukum, kebenaran, dan agama yang berlaku dalam masyarakat. Masyarakat Indonesia masih menganggap hubungan heteroseksual (hubungan antara jenis kelamin berbeda) sebagai hubungan sosial yang sah menurut norma adat dan agama. Sebaliknya, hubungan homoseksual (hubungan dengan jenis kelamin yang sama), dimana pada sesama pria disebut gay dan pada sesama wanita disebut lesbian, dipandang sebagai hubungan sosial yang tercela dan melanggar aturan sehingga homoseksual belum dapat diterima dalam masyarakat Indonesia. Kata lesbian berawal dari sebuah nama pulau di Yunani, pulau Lesbos. Di pulau Lesbos itulah lahir penyair ternama pada zaman Yunani, Sappho, yang di yakini cikal bakal lahirnya wanita pecinta sesama. Sappho lahir 620 SM dan dia begitu terkenal dengan puisi-puisinya yang menceritakan ketertarikannya pada
3 10 sesama wanita, dan puji-pujian untuk seorang wanita. Bahkan Plato memuji dia dengan mengatakan "Dewi Kesenian Kesepuluh" karena karyanya. Pulau Lesbos sendiri kini menjadi tempat ziarah bagi para lesbian. Mereka tertarik untuk menghadiri festival wanita internasional yang diadakan setiap tahun sekali. Festival ini awalnya di adakan untuk menghormati Sappho. Di saat itu para lesbian akan melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan bersama pasangan mereka, termasuk menonton film tentang mereka (lesbian). 2.2 Teori Tentang Perilaku Seks yang Menyimpang Perilaku seks yang menyimpang umumnya terjadi pada orang yang memiliki rasa traumatis yang tinggi, yang diakibatkan masa lalu yang buruk. Sebagai contohnya pelaku lesbian kebanyakan pada masa lalu pernah disakiti oleh laki-laki yang dicintainya, lahir dalam keluarga yang berantakan sehingga merasa tidak ada yang memperhatikannya, seseorang yang ditinggal mati suaminya dan karena dalih kesetiaan pada sang suami sedangkan hasrat biologisnya masih ingin terpenuhi sehingga melampiaskannya pada sesama perempuan, atau bisa juga karena sudah mempunyai gangguan seksual pada masa kanak-kanak dan karena pergaulan atau faktor dari lingkungan itu sendiri. Lesbian bisa terjadi pada perempuan mana saja, dalam artian perempuan remaja, dewasa atau pun tua, tidak peduli kaya atau miskin bahkan tanda-tanda lesbian bisa muncul ketika masih kanak-kanak. Berikut ini penjelasan tentang perilaku menyimpang atau lesbian dalam berbagai sudut pandang, diantaranya :
4 Penjelasan Biologis Perilaku seks yang menyimpang pada wanita atau lesbian merupakan sebuah perilaku seks yang tidak pada tempatnya, karena dilakukan pada perempuan dengan perempuan dimana dalam normanorma yang ada dalam masyarakat sangatlah dilarang atau bahkan dikutuk bagi siapa saja yang melakukannya. Perilaku seks yang meyimpang pada wanita atau lesbian menurut Susan Alice Watkins, Marisa Rueda, dan Marta Rodrieguez disebabkan karena perempuan tersebut ingin bisa mengekspresikan seksualitasnya secara bebas dan tidak dibedakan oleh jenis kelamin. Susan Alice Watkins, Marisa Rueda dan Marta Rodrieguez berteori bahwa perempuan merasa nyaman dengan gaya seksualitas yang diinginkannya meskipun itu tidaklah pada tempatnya. Dalam rangka meniadakan perasaan kesepian, ia berteori bahwa beberapa perempuan lesbi melakukan hubungan seksual dengan sesama perempuan bukan hanya karena rasa traumatis masa lalu melainkan karena dari perempuan itu sendiri yang ingin berekspresi melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis karena rasa ingin mendapatkan kebebasan yang amat besar dalam bersenggama. Dengan demikian, Susan Alice Watkins, Marisa Rueda dan Marta Rodrieguez menyatakan bahwa rasa nyaman dan bebas dalam melakukan hubungan senggama pada perempuan lesbi itu adalah salah satu faktor yang sangat diperhitungkan, sehingga bisa membuat perempuan itu selalu ingin melakukannya.
5 Pendekatan Psikologis Penulis dalam meneliti teori perilaku seks yang menyimpang pada wanita atau lesbi ini juga menggunakan pendekatan psikologis, yang bertujuan untuk menganalisa kondisi psikologis dari perilaku seks menyimpang yang dialami oleh tokoh utama dalam novel Gerhana Kembar karya Clara NG dengan menggunakan teori psikologi atau psikologi teoritis yaitu psikologi yang berdasar pada teori. Seperti dalam penjelasan Drs. Alex Sobur, M.Si. dalam bukunya Psikologi Umum Psikologi teoritis terbagi menjadi dua kelompok yaitu psikologi umum dan psikologi khusus Psikologi Umum Psikologi umum ialah psikologi yang mempelajari, menguraikan dan menyelediki berbagai kegiatan atau aktivitas psikis manusia pada umumnya, antara lain pengamatan, inteligensi, perasaan, emosi, kehendak dan motif-motif. Psikologi umum mencari dalil-dalil yang bersifat umum dari kegiatan-kegiatan yang bersifat psikos dan melahirkan teori-teori psikologi Psikologi Khusus Psikologi khusus ialah psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi-situasi khusus. Psikologi khusus meliputi berikut ini:
6 Psikologi Perkembangan Psikologi perkembangan ialah psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai masa tua. Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai person, yang artinya manusia hanya tempat berkembanganya person tersebut. Psikologi perkembangan ini mencakup: psikologi anak (termasuk bayi), psikologi puber dan adolensi (psikologi pemuda), psikologi orang dewasa dan psikologi orang tua Psikologi Sosial Psikologi social ialah subdisiplin dari psikologi yang mencari pengertian tentang hakikat yang mencari sebab-sebab dari perilaku dan pikiran-pikiran individu dalam situasi social Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan ialah subdisiplin psikologi yang mempelajari tingkah laku individu dalam situasi pendidikan, yang meliputi pula pengertian tentang proses belajar dan mengajar Psikologi Kepribadian dan Tipologi Psikologi kepribadian dan tipologi adalah psikologi yang menguraikan tentang structure kepribadian manusia sebagai suatu kesulurahan dan jenis-jenis atau tipe-tipe kepribadian.
7 Psikopatologi Psikopatologi adalah psikologi yang khusus mempelajari kegiatan atau tingkah laku individu yang abnormal (tidak normal) Psikologi Diferensial dan Psikodiagnostik Psikologi ini menguraikan perbedaan-perbedaan antara individu dalam tarafinteligensi, kecakapan, cirri-ciri kepribadian lainnya, dan tentang cara-cara guna menentukan perbedaanperbedaan tersebut Psikologi Kriminal Psikologi criminal adalah psikologi yang khusus berhubungan dengan tindak kejahatan atau kriminalitas Parapsikologi Parapsikologi ialah subdisiplin psikologi yang mempelajari fenomena supernormal dengan alat-alat eksperimen atau alat-alat sistematis lain Psikologi Komparatif Psikologi komparatif adalah psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia yang dibandingkan dengan tingkah laku hewan atau sebaliknya.
8 Psikologi Penyesuaian Psikologi tentang penyesuaian adalah suatu cabang psikologi yang menggambarkan sejumlah cabang ilmu lainnya, termasuk psikologi perkembangan, klinis, kepribadian, sosial dan eksperimental. Dari sekian banyak macam dan bentuk psikologi, penelitian ini yang penulis maksud ialah cenderung ke psikologi khusus dan mengerucut kepada psikologi perkembangan, psikologi sosial, psikologi kepribadian dan tipologi serta psikopatologi. 2.4 Jenis - jenis Lesbian Manusia tidak selamanya lurus dan normal, karena pasti ada saja yang memiliki kecenderungan tidak normal/tidak wajar dalam menjalani hidup di dunia. Salah satu ketidakwajaran manusia dapat dilihat dari perilaku seksual menyimpang yang ada pada dirinya. Kelainan seks terjadi pada kejiwaan seseorang walaupuan dari segi fisik sama dengan orang-orang normal yang lain. Pada umumnya perilaku seks menyimpang ada dua macam yaitu homo atau gay dan lesbian. Homo atau gay adalah perilaku seks yang menyimpang yang terjadi pada laki-laki sedangkan lesbian adalah perilaku seks yang menyimpang yang terjadi pada perempuan. Lesbian sendiri juga terbagi menjadi dua jenis lesbian yaitu lesbian yang menyembunyikan atau merahasiakan status lesbiannya dan lesbian yang mengumbar jati dirinya atau secara terang-terangan dan sangat mencolok menunjukkan bahwa dirinya adalah ternyata seorang lesbian.
9 Character Novel menyajikan pemikiran melalui wujud penggambarannya. Pengalaman kongkret manusia dalam bentuk cerita yang cukup panjang dan akan terdapat pula pelaku yang bertugas pokok membawa tema cerita ke sasaran tertentu. Tanpa ada pelaku yang melakukan perbuatan tidak mungkin terbentuk sebuah cerita. Pelaku dalam sebuah novel biasanya disebut dengan tokoh atau karakter. Tokoh yang ditampilkan dalam cerita, diberi watak tersendiri oleh pengarang. Perbedaan watak inilah yang menimbulkan pertentangan-pertentangan atau konflik dalam diri tokoh-tokoh itu. Pertentangan tersebut dapat berupa pertentangan antara tokoh dengan tokoh, tokoh dengan lingkungan, atau pertentangan yang terjadi pada diri tokoh itu sendiri. Cara menampilkan tokoh inilah yang disebut sebagai penokohan atau karakterisasi. 2.6 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Menyimpang Dari pengertian dan penjelasan tentang perilaku menyimpang dalam beberapa sudut pandang diatas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang berperilaku menyimpang. Beberapa diantaranya adalah: 1. Memiliki kecenderungan homoseksualitas. 2. Masalah hubungan dengan orang tua atau keluarga. 3. Contoh kehidupan pernikahan orang tua yang sengsara.
10 17 4. Dibesarkan tanpa disiplin yang baik. 5. Gangguan seksual pada masa kanak-kanak. 6. Senang masturbasi dan mengkhayal seks. 7. Takut menikah atau tidak mau menikah. 8. Faktor lingkungan atau pergaulan. Dari beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang berperilaku menyimpang, adapun dampaknya bagi orang-orang sekitar yang menghadapi seseorang yang berperilaku mnyimpang yaitu orang lain akan merasa risih dan perasaan tidak nyaman akan timbul sehingga menyebabkan orang lain akan lambat laun menjauh. Tapi bagi orang yang berpikiran modern dan berprinsip dalam kehidupan, menghadapi seseorang yang berperilaku menyimpang akan merasa biasa saja atau rasa nyaman akan tetap ada karena tidak merasa takut bahwa akan terpancing, terjerumus, atau terpengaruh dalam kondisi atau keadaan yang sama. Seperti apa yang telah dijelaskan oleh Susan Alice Watkins, Marisa Rueda dan Marta Rodrieguez bahwa perempuan ingin bisa mengekspresikan seksualitasnya secara bebas dan tidak dibedakan oleh jenis kelamin. Alice Watkins, Marisa Rueda dan Marta Rodrieguez berteori bahwa perempuan merasa nyaman dengan gaya seksualitas yang diinginkannya meskipun itu tidaklah pada tempatnya. Dengan alasan, disadari dan didasari oleh kata cinta, hal tersebut seperti apa yang tergambar pada karakter kedua tokoh utama Fola dan Henrietta dalam novel Gerhana Kembar karya Clara NG.
11 18 Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis akan mencoba meneliti tentang perilaku menyimpang yang dialami oleh Fola dan Henrietta dilihat dari pendekatan Psychological, dan pada Bab IV penulis akan membahas lebih lanjut tentang perilaku menyimpang yang ditemukan dalam novel Gerhana Kembar karya Clara NG tersebut. Dalam menjawab pertanyaan didalam analisis ini penulis akan menggunakan teori dari Susan Alice Watkins, Marisa Rueda dan Marta Rodrieguez.
BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman
Lebih terperinciCHAPTER I INTRODUCTION
CHAPTER I INTRODUCTION 1.1 Background of the Study Psikologi sastra merupakan hubungan antara ilmu sastra dan psikologi. Menurut Rene Wellek dan Austin Warren, istilah psikologi sastra mempunyai empat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Gambaran Perilaku seksual Perkembangan seksual seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orangtua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang diterima
Lebih terperinciBAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual
BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.
Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadian masing-masing. Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap
BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Seksualitas merupakan pemberian dari Allah. Artinya bahwa Allah yang membuat manusia bersifat seksual. Masing-masing pribadi merupakan makhluk seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-21 yaitu dimana remaja tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra terbentuk dari hasil cipta rasa, dan karsa manusia atau pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil pemikirannya mengenai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa pemilihan yang akan menentukan masa depan seseorang. Tidak sedikit dari remaja sekarang yang terjerumus dalam berbagai permasalahan.tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah norma dan nilai sosial didalamnya yang tujuannya untuk menata keteraturan dalam masyarakat
Lebih terperinciCOPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA
COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100
Lebih terperinciKUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014
KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi pada nilai, norma sosial, serta pola interaksi dengan orang lain. Pada perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual memiliki nilai simbolik yang sangat besar sehingga dapat menjadi barometer masyarakat. Dari dahulu sampai sekarang, seksualitas bukan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat penting dan krisis sehingga memerlukan dukungan serta pengarahan yang positif dari keluarganya yang tampak pada pola asuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai hiburan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial sekaligus menarik untuk didiskusikan. Di Indonesia sendiri, homoseksualitas sudah meranah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya
BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Deskripsi toleransi..., Dias Rifanza Salim, FIB UI, 2008
71 BAB 4 KESIMPULAN Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat menghindari interaksi dengan manusia atau kelompok lain dalam kehidupan ini sebab semua orang berbagi dunia ini dengan sesamanya. Meskipun
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS PERKAWINAN SESAMA JENIS BERDASARKAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM. A. Faktor Faktor Penyebab Perkawinan Sesama Jenis
BAB IV HASIL ANALISIS PERKAWINAN SESAMA JENIS BERDASARKAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM A. Faktor Faktor Penyebab Perkawinan Sesama Jenis Perkawinan sesama jenis adalah perkawinan yang dilangsungkan oleh
Lebih terperinciSosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan
Lebih terperinciBab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends
Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. fungsi yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur, dan
BAB IV ANALISIS DATA A. Pendahuluan Film merupakan salah satu media komunikasi massa mempunyai fungsi yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Tetapi film lebih mengutamakan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa perkembangan dimana manusia berada pada rentan umur 12 hingga 21 tahun. Masa transisi dari kanak-kanak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam pendidikan Islam sudah diajarkan bagaimana bergaul yang benar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang fitrah. Ajarannya menghendaki agar umatnya menjalani kehidupan sejalan dengan aturan Allah dan sejalan dengan ketentuan ajaran Islam.
Lebih terperinciPENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN Diana Dewi Wahyuningsih Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dianadewi_81@yahoo.com Kata Kunci: Pendidikan Seksualitas, Aspek Psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,
Lebih terperinciTrauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu
Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Oleh: Esa Putri Yohana 1 Abstrak Skripsi ini berjudul Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi seksual dalam kehidupannya dari kecil. Orientasi seksual ada beberapa jenis yaitu heteroseksual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 5.1.1. Indikator Identitas Diri Menurut subjek SN dan GD memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap individu tentunya akan mengalami pertambahan usia. Pertambahan usia setiap individu itu akan terbagi menjadi masa kanak kanak kemudian masa remaja dan yang terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan penelitian secara observasi partisipasi pasif yaitu. Faktor Lingkungan Keluarga
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian secara observasi partisipasi pasif yaitu 1. Dari berbagai kasus yang ditemui penulis dilapangan, penulis menyimpulkan faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya
Lebih terperinciPERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT
Artikel PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT Oleh: Drs. Mardiya Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa penyelenggaraan program Keluarga Berencana
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada
144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia memiliki naluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan sosiologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda, tetapi mampu menjadi bidang ilmu baru yaitu sosiologi sastra. Sosiologi sastra berarti mengkaji karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada seorangpun yang dapat memilih oleh siapa dan menjadi apa ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit terang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra
Lebih terperinciREPRESENTASI MAKNA LESBIANISME DALAM PESAN NOVEL GERHANA KEMBAR KARYA CLARA Ng Oleh : Damai Ryanti Purba
REPRESENTASI MAKNA LESBIANISME DALAM PESAN NOVEL GERHANA KEMBAR KARYA CLARA Ng Oleh : Damai Ryanti Purba 090904041 Abstrak Penelitian ini berjudul Representasi Makna Lesbianisme dalam Pesan Novel Gerhana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh Indonesia, antara lain dengan adanya Peraturan Menteri Sosial No.8 / 2012 yang memasukan kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang
Lebih terperinci