BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. homoseksual sebagai penyimpangan seksual yang belum berlaku secara umum (Pujileksono &

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. homoseksual sebagai penyimpangan seksual yang belum berlaku secara umum (Pujileksono &"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan homoseksual merupakan salah suatu fenomena sosial yang mendapatkan suatu penolakan dari sebagian besar masyarakat, karena masyarakat masih menganggap homoseksual sebagai penyimpangan seksual yang belum berlaku secara umum (Pujileksono & Puspitosari, 2005). Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama. Menurut Oetomo (2008), homoseksual merupakan suatu pilihan atau orientasi seksual yang diarahkan pada orang atau ketertarikan dari jenis kelamin sama. Pada masyarakat dikenal dua macam bentuk homoseksual, yaitu gay yang berarti laki-laki yang secara seksual tertarik terhadap sesama laki-laki dan lesbi berarti perempuan yang secara seksual tertarik terhadap sesama perempuan (Pujileksono & Puspitosari, 2005). Secara keilmuan psikologi, homoseksual sudah tidak dianggap sebagai sebuah gangguan kejiwaan sejak tahun 1973 hingga sekarang. Hal tersebut berdasarkan acuan terbaru dari DSM V (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) yaitu buku acuan diagnostik secara statistikal untuk menentukan gangguan kejiwaan yang dibuat oleh American Psychiatric Association (2013), maupun dalam panduan milik Indonesia yang dikenal dengan istilah PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) bahwa homoseksual sudah tidak masuk ke dalam kategori gangguan kejiwaan. Salah satu alasannya karena syarat bagi sebuah perilaku untuk diklasifikasikan sebagai gangguan jiwa dalam DSM jika perilaku tersebut mengganggu kehidupan orang yang menderitanya. Temuan di lapangan 1

2 2 menyatakan bahwa para homoseksual dapat hidup dengan normal dan bahagia seperti halnya kaum heteroseksual (Mustika, 2014). Secara kajian psikologis homoseksual bukan suatu gangguan jiwa, namun keberadaan homoseksual ditengah-tengah masyarakat masih dianggap perilaku yang menyimpang karena melanggar ajaran agama, norma, serta nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Situasi tersebut berpotensi menghasilkan reaksi dan perlakuan yang bermacam-macam kepada homoseksual yang berada di lingkungan sekitarnya. Ada yang bersikap biasa dan mampu menerima, ada pula yang memandang sebelah mata dan mendapatkan penghinaan maupun perlakuan yang tidak menyenangkan (Pujileksono & Puspitosari, 2005). Dalam kehidupan lesbi dikenal istilah-istilah untuk membedakan apakah lesbi tersebut memiliki peran selaku laki-laki yang biasa disebut butch atau butcy, dan selaku perempuan yang disebut femme, dan ada juga yang bisa berperan sebagai laki-laki maupun perempuan disebut andro. Biasanya yang berperan sebagai butcy dapat dilihat dan dibedakan dari cara berpakaian yang cenderung seperti laki-laki, bahkan lesbi butcy sudah merasa seperti laki-laki baik dalam berpakaian maupun bertingkah laku, sedangkan pada lesbi femme biasanya seperti perempuan yang pada umumnya berpenampilan feminin, suka berdandan dan tampak seperti perempuan heteroseksual lainnya. Lesbi andro dalam berpakaian lebih fleksibel, tergantung dari peran yang dilakoni pada saat itu, apakah dia sebagai perempuan atau laki-laki pada hubungan lesbi tersebut (Agustine, 2008). Masyarakat Indonesia pada umumnya menjunjung adanya orientasi seksual yang heteronormatif sebagai orientasi yang normal. Heteronormatif merupakan norma, hukum, atau aturan dan pandangan yang hanya mengutamakan kepentingan heteroseksual, sehingga di luar hubungan heteroseksual adalah hal yang tabu, terlarang dan pantas mengalami diskriminasi maupun penyingkiran (Kadir, 2007). Heteronormatif mengasumsikan bahwa heteroseksual

3 3 merupakan satu-satunya norma yang normal dan pantas berperan penting dalam pembentukan negara. Nilai heteronormatif tersebut membuat homoseksual menjadi tertutup dan tidak ingin menonjolkan diri terlebih untuk seorang lesbi. Sekelompok atau kaum lesbi cenderung tertutup, akibatnya lesbi kurang begitu dikenal dan dipahami dibanding gay, sehingga banyak masyarakat yang menolak keberadaan lesbi dan menganggap tabu pola pikir dan tatanan seksual dari lesbi (Tarigan, 2011). Hasil survey dari LSI (Lingkaran Survey Indonesia) tahun 2012 menemukan fakta sebesar 80,6 persen dari populasi sampel yang keberatan memiliki tetangga dari kaum gay dan lesbi (Galih & Tofler, 2012). Selain itu, adanya ketakukan dan kebencian yang diterima oleh kaum gay dan lesbi yang mengakui orientasi seksualnya dengan menjadi objek pelecehan dan kekerasan. Sebuah artikel berjudul Pemukulan Lesbi di Makassar memberitakan adanya kekerasan dan diskriminasi yang dialami oleh lesbi. Berikut kutipan dari artikel tersebut (Ariyanto & Triawan, 2008): Setelah puas memukul ketiganya, Papi menyeret Mami keluar dengan paksa sambil berteriak keras, hingga menarik perhatian warga sekitar. Dasar kalian semua lesbi anjing, sundal, iblis tidak tahu untung! Lalu, dia menuduh Linda dan Wilma yang telah menjerumuskan Mami menjadi seorang lesbi. Banyak alasan yang diungkapkan mengapa seorang perempuan memilih untuk menjalani kehidupan lesbi. Ada yang mengatakan karena faktor genetik, lingkungan sosial, sakit hati kepada laki-laki, mengalami pelecehan seksual oleh laki-laki, maupun menjadi lesbi hanya sekedar coba-coba atau ikut teman. Berikut kutipan pendapat dari Chris seorang lesbi yang bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Hongkong: (Tabloid Nova edisi 1004/XX, 2007): Adanya alasan kesepian, trauma pada lelaki, Ada juga yang sudah bawaannya lesbi. Tapi banyak pula yang cuma ikut-ikutan tren anak tomboi, eh, lama-lama jadi ketularan jadi lesbi betulan. Chris juga berkata bahwa, awalnya kami sembunyisembunyi. Dua tahun belakangan saya mengaku pada orangtua. Mereka jelas kaget.

4 4 Tapi lama-lama mereka bisa terima. Saya berhubungan sesama jenis bukan karena seks. Kami merasa sama-sama disakiti. dikutip dari kalimat Chris dalam artikel di Tabloid Nova (2007). Kisah lainnya dari sebuah novel berjudul Tabula rasa, mengenai kehidupan lesbi yang menggambarkan bagaimana polemik dan kebingungan yang dirasakan saat memilih jadi lesbi. Berikut kutipan dari Novel karya Ratih Kumala (2004): Kalau memang kaum kami berdosa besar, lalu kenapa kaum kami harus diciptakan? Apakah kaum kami berdosa besar, lalu kenapa kaum kami harus diciptakan? Apakah dulu malaikat salah taruh jiwa laki-laki ke tubuh perempuan dan jiwa perempuan ke tubuh laki-laki?aku tidak pernah minta dilahirkan untuk menjadi homoseksual, semua orang juga maunya lahir normal. Banyak hal yang membuat kaum lesbi lebih memilih untuk menutup identitas seksualnya sebagai lesbi, seperti pada sebuah penelitian kaum lesbi yang mengungkapkan orientasi seksualnya kepada orangtua dan teman-teman cenderung menerima perlakuan yang buruk (Cramer & Roach, 1998). Sekitar 46% dari kaum lesbi kehilangan teman dekat setelah membeberkan orientasi seksualnya dan sekitar 48% dari kaum lesbi mendapat penolakan, siksaan bahkan diusir dari rumah dan banyak orangtua kaum lesbi menolak bahkan menghindari untuk berhubungan dengan anaknya yang lesbi. Selain itu, terkadang kaum lesbi berusaha berpura-pura menjadi heteroseksual dengan berpacaran bahkan menikah dengan lakilaki, namun kaum lesbi yang hidup dalam keberpura-puraan merupakan salah satu cerminan tidak dapat menikmati kehidupan dan menerima keadaan diri (D Augelli & Hershberger, 2008). Di Indonesia, lesbi menjadi individu yang paling bawah dikarenakan dua hal utama, yaitu kuatnya budaya patriarki yang menjadikan laki-laki sebagai yang pertama dan karena homoseksual masih dianggap penyakit dan menyimpang. Berikut kutipan dari Damon mengenai lesbi (Jackson & Jones, 1998):

5 5 Lesbi lebih dirugikan daripada laki-laki homoseksual. Sebagai lesbi, kami bahkan berada lebih rendah dalam lubang pasir; kami adalah perempuan (yang merupakan status minoritas) dan kami adalah lesbi Bali merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang sangat terkenal baik di dalam negeri maupun mancanegara. Hal tersebut mempengaruhi Bali untuk terus membangun tempat-tempat hiburan untuk menghibur para wisatawan maupun masyarakat Bali sendiri, demikian juga dengan wisatawan dari kaum gay, waria, maupun lesbi. Seiring dengan itu makin banyak pula bisnis di bidang pariwisata yang diperuntukan khusus untuk memfasilitasi dan menghibur kaum yang menyukai sesama jenis, mulai dari bar, spa, hotel, vila dan tempat-tempat berkumpul lainnya. Kebanyakan tempattempat berkumpul kaum sesama jenis tersebut berada di daerah Kuta, Legian dan Seminyak. Bali Joe Bar, Mixwell Bar, Dix Bar, maupun Face Bar yang terletak di daerah Seminyak merupakan bar yang paling terkenal dan ramai dikunjungi oleh kaum sesama jenis baik dari tamu domestik maupun mancanegara (Gaya Dewata, 2015). Bali terkenal dengan budaya dan adat istiadat yang melekat dan mempengaruhi perilaku maupun pola pikir pada masyarakat Bali. Paham patriarki merupakan salah satu paham dan nilai yang dianut masyarakat Bali khususnya yang beragama Hindu. Paham patriarki yang menjadikan perempuan Bali merasa minoritas dan dianggap lebih rendah keberadaannya dibandingkan laki-laki (Darma, 2003). Pada budaya Bali, laki-laki disimbolkan sebagai purusa, pewaris, pelanjut garis keturunan, atau maskulinitas (tegar, melindungi). Berbeda halnya pada perempuan Bali yang sering disimbolkan sebagai pradana atau feminitas (lembut, memelihara), sehingga perempuan Bali dituntut menjadi figur pradana yang sempurna. Perempuan Bali diakui keberadaannya ketika mampu menjadi seorang istri, dan menjadi ibu yang melahirkan anak laki-laki, namun apabila perempuan Bali tidak bisa

6 6 melakukan kedua hal ini maka prestasi dan konstribusinya tidak akan dihargai dan diakui keberadaanya dalam keluarga maupun lingkungan sosial. Ada tiga kategori perempuan yang dianggap tidak sempurna di Bali yaitu perempuan yang tidak menikah, tidak punya keturunan dan tidak memiliki keturunan laki-laki. Hal yang sangat mendasar tersebut menjadikan perempuan Bali lebih giat untuk mempertahankan hak dan harga dirinya, yang terkadang membuat perempuan Bali memiliki peran ganda dan harus memilih antara tidak menikah dan sukses berkarier atau menikah dan menjadi ibu rumah tangga yang baik (Suryani, 2003). Pada sebuah artikel berjudul: Gay, Lesbi dan Waria di Usir Dari Denpasar yang berisi keluhan kepada ibu-ibu dan para aktivis LSM di Wantilan DPRD Bali atas perlakuan tidak adil yang dialami kepada para gay, waria, dan lesbi di Bali sebagai pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia). Pada artikel berita tersebut, waria berinisal S meminta agar diskriminasi terhadap para waria, gay, lesbi di Bali agar segera dihentikan dan selebihnya diberi kesempatan sama dengan kelompok masyarakat lainnya. S bersama rekan-rekannya yang aktif di Yayasan Gaya Dewata, berharap pemerintah di Bali bisa lebih menerima kehadiran waria, gay, dan lesbi (Okezone, 2010). Lesbi di Bali tidak dapat dipungkiri keberadaannya, namun keberadaan lesbi seringkali tidak diketahui dibandingkan kaum gay. Kaum lesbi lebih banyak memilih untuk tidak membuka diri, padahal di Bali sendiri menyediakan tempat-tempat hiburan malam khusus kaum homoseksual, namun hal tersebut tidak mempengaruhi kaum lesbi dalam mengungkapkan diri. Masih adanya ancaman dan pertentangan negatif dari masyarakat mengenai yang membuat kaum lesbi takut dan semakin kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat, sehingga embuat kaum lesbi tidak ingin membuka diri atau yang dikenal dengan istilah non coming out (Constanti, 2012). Selain itu, di Bali tidak ada sebuah yayasan khusus untuk kaum lesbi saja, berbeda halnya dengan kaum gay di Bali yang

7 7 sudah memiliki yayasan resmi bernama Yayasan Gaya Dewata. Pernyataan tersebut didukung dari hasil wawancara peneliti, tanggal 27 September 2013 kepada Pimpinan Yayasan Gaya Dewata berinisial C. C mengungkapkan bahwa, kaum lesbi lebih banyak menutup diri pada lingkungan sosial dan perkiraan keberadaan kaum lesbi di Bali pun tidak dapat dipastikan jumlahnya dibandingkan kaum gay. Berdasarkan preliminary study yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 Oktober 2013 pada salah satu lesbi di Bali berinisial OG, ikut memperkuat pernyataan keberadaan kaum lesbi di Bali lebih banyak menutup diri dibandingkan kaum gay: orang-orang seperti ini ga mau terbuka, malunya lebih besar daripada kemaluannya. Apalagi adat orang Bali malu nya itu loh, baru tau anaknya lesbi langsung dipaksa nikah, toh setelah menikah ada yang akhirnya bercerai, kembali lagi sama cewek. Ya mungkin itu dah malu, mereka tertutup karena keluarga ga mungkin nerima, takut, jadinya ga berani terbuka. Banyak mbak masih banyak yang tertutup, yang saya kenal ada 100an. Melakukan pengungkapan diri atau dalam istilah homoseksual disebut coming out merupakan suatu proses bagaimana seorang homoseksual mampu mengungkapkan identitas seksualnya kepada siapapun, yang nantinya akan berimbas pada suatu penerimaan diri identitasnya sebagai seorang homoseksual yang lebih positif. Coming out merupakan suatu penegasan identitas seksual sebagai lesbi atau gay terhadap diri sendiri dan orang lain (Oetomo, 2008). Proses ini merupakan proses yang paling memberatkan bagi seorang lesbi atau gay, karena seorang gay dan lesbi harus menghadapi yang namanya sexual prejudice (prasangka seksual) dengan istilah heterosexixm dan homophobia. Heterosexism yaitu keyakinan bahwa semua orang yang memiliki orientasi seksual yang heteroseksual adalah normal, sedangkan setiap orang yang memiliki orientasi seksual yang homoseksual dianggap tidak normal dan pantas direndahkan (Herek, 2009). Homophobia yaitu adanya ketakutan

8 8 yang kuat, perasaan irasional dan sikap atau reaksi negatif terhadap homoseksual (Hyde & Delamater, 2008). Melakukan coming out berarti menerima identitas seksual sebagai homoseksual yang dapat meningkatkan suatu penghargaan diri, dan menunjang terjadinya penyesuaian psikologis pada seorang lesbi (Kelly, 2001). Disisi lain, banyak kaum lesbi yang tidak melakukan coming out, karena seorang lesbi harus memutuskan kepada siapa saja untuk mengungkapkan identitas seksual sebagai lesbi. Pada umumnya seorang lesbi takut untuk melakukan coming out terhadap keluarga, teman-teman heteroseksual, dan rekan kerja karena berbagai faktor-faktor penghambat dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal). Faktor-faktor penghambat tersebut datang, karena adanya risiko yang harus dihadapi oleh kaum lesbi setelah melakukan coming out seperti diusir, dihina maupun dikucilkan oleh lingkungan sosialnya. Melakukan coming out bukanlah hal yang mudah khususnya pada lesbi femme yang diakui sangat pandai sekali menyembunyikan identitasnya sebagai lesbi, karena tidak bisa begitu saja menafsirkan seorang perempuan yang feminim tersebut adalah seorang lesbi. Dalam kehidupan percintaan, lesbi femme akan bersikap dan berperan sebagai perempuan walau secara kodrat memang seperti perempuan. Menurut Rain (2007), dalam situs jejaring sosial sepocikopi diungkapkan juga bahwa lesbi femme yang bersembunyi dibalik rok dan sepatu hak tinggi, sangat sulit dilihat ditempat umum sebagai seorang lesbi, dan biasanya lesbi femme lebih menutup jati dirinya. Berbeda halnya dengan lesbi butcy yang lebih membuka diri dengan berpenampilan tomboy bahkan menyerupai laki-laki dan lebih mudah distreotipkan sebagai seorang lesbi. Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara peneliti kepada seorang lesbi berinisial OG. Yang femme lebih menutup diri, terutama sama keluarga. Kalau yang cewek masih bisa untuk nikah sama cowok, femme masih kecewek-cewekkan, ga keliatan lesbi. Kalau yang kayak saya ini (butch) % ga mungkin.

9 9 Berdasarkan preliminary study yang sudah peneliti paparkan, peneliti mengubah fokus penelitian yang awalnya mengambil topik mengenai lesbi femme yang telah coming out, menjadi berfokus pada hambatan-hambatan yang dialami lesbi femme dalam proses coming out. Hal tersebut berdasarkan preliminary study yang didapatkan bahwa sangat sedikit diketahui lesbi femme yang telah coming out, namun bukan berarti dalam penelitian ini peneliti memberikan kesimpulan bahwa lesbi femme tidak bisa melakukan coming out. Hal tersebut membuat peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang menghambat coming out pada lesbi, khususnya lesbi femme di Bali. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada faktor-faktor yang menghambat coming out pada lesbi femme di Bali. C. Signifikansi dan Keunikan Penelitian Keberadaan kaum lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak bisa dipungkiri lagi keberadaannya dan ditinjau dari sisi psikologi pada DSM V bahwa orientasi seksual yang homoseksual bukan lagi suatu gangguan jiwa, namun tetap saja keberadaan lesbi masih dianggap hal yang menyimpang dari sisi agama, norma, budaya dan nilai-nilai masyarakat. Adanya anggapan yang masih menyimpang membuat kaum lesbi sebagai kaum minoritas banyak mengalami diskriminasi secara fisik maupun verbal dari lingkungan sekitar. Fenomena lesbi khususnya di Bali patut dikaji dari berbagai sudut pandang bidang ilmu. Di Indonesia memang pernah dilakukan penelitian mengenai lesbi maupun coming out, namun sejauh yang peneliti ketahui belum ada penelitian yang secara spesifik yang melihat faktor-faktor yang menghambat lesbi khususnya lesbi femme dalam melakukan coming out

10 10 yang menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi baik di Indonesia, khususnya di Bali. Adapun beberapa penelitian yang digunakan sebagai tinjauan dalam penelitian ini, dan sebagai bahan pertimbangan dalam hal keaslian penelitian untuk dapat memiliki perbedaan mendasar dari beberapa penelitian sebelumnya di Indonesia. Beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan terkait dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian oleh Sutanto (2010), yang meneliti tentang self disclosure lesbi kepada sahabat (heteroseksual) mengenai orientasi seksualnya. Penelitian ini membahas mengenai kesulitan kaum lesbi untuk mengungkapkan dengan hasil penelitian diketahui bahwa pengungkapan orientasi seksualnya sebagai lesbi tidak mudah dan mempunyai tahapan yang berbeda-beda. 2. Penelitian oleh Budiarty (2011) dengan judul: Gaya Hidup Lesbi (Studi Kasus di Kota Makassar). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lesbi dalam menjalani hidupnya sehari-hari hampir sama dengan orang-orang yang normal pada umumnya, yang membedakan hanyalah perilaku seksual sebagai lesbi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penampilan dan gaya hidup lesbi butch berbeda dengan lesbi femme. 3. Penelitian oleh Ika (2009), yang meneliti tentang perilaku komunikasi interpersonal dalam perjalanan hidup lesbi di Sidoarjo. Penelitian ini menggali tentang pengalaman hidup yang dialami seorang lesbi dan mengamati perilaku komunikasi interpersonal dalam perjalanan hidup seorang lesbi yang bisa dilihat dari diri partisipan, keterbukaan, dialog, dan pengalaman partisipan tersebut. 4. Penelitian oleh Olivia (2012) dengan judul: Perbedaan Proses Coming Out Antara Gay dan Lesbi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

11 11 proses coming out antara gay dan lesbi, dan menunjukkan bahwa varians dari kedua kelompok adalah sama atau tidak terdapat perbedaan. 5. Penelitian yang dibuat oleh Constanti (2012) dengan judul; Hubungan Penerimaan Diri dan Proses Coming out pada Gay Di Jakarta. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan positif antara penerimaan diri dengan coming out, semakin seorang gay memiliki penerimaan diri yang tinggi semakin tinggi pula proses coming out. Selain itu dalam penelitian ini ditemukan prediktor terpenting dalam proses coming out adalah acceptance dan prediktor terpenting dalam penerimaan diri adalah awareness. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Trida Cynthia (2005) dengan judul: Gambaran Kebutuhan Afeksi (Need of Affection) dan Proses Coming out pada Wanita Lesbi. Hasil penelitian menemukan bahwa wanita lesbi membutuhkan kehadiran rasa percaya, kelembutan, afeksi dan penerimaan diri sebagai lesbi yang akan mempengaruhi coming out pada keluarga dan orang lain. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pengungkapan diri (coming out) pada lesbi femme di Bali. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu dan menambah literatur penelitian studi psikologi khusus psikologi sosial mengenai fenomena lesbi terkait faktor-faktor yang menghambat coming out pada lesbi di Bali.

12 12 b. Penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan minat dikalangan akademisi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai homoseksual khususnya lesbi yang ditinjau dari bidang ilmu lainnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi responden yang telah diwawancarai nantinya dapat mengetahui kesulitan atau hambatan-hambatan yang dialami dalam coming out, sehingga nantinya ketika responden memutuskan untuk melakukan coming out dapat mengetahui risiko maupun solusi dari hambatan yang dialaminya. b. Bagi kaum lesbi lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai faktor-faktor yang menghambat coming out pada lesbi. c. Bagi masyarakat umum, sebagai informasi dan pengetahuan mengenai kondisi kaum lesbi bahwa banyak faktor yang membuat seseorang menjadi lesbi, sehingga diharapkan masyarakat bisa terbuka dan tidak memberikan diskriminasi mengenai keberadaan kaum lesbi yang berkembang di lingkungan masyarakat. d. Bagi para praktisi yang berkecimpung dalam bidang psikologi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi untuk melakukan analisa dalam penelitian yang akan datang pada bidang yang ada kaitannya dengan penelitian ini, yaitu faktor-faktor yang menghambat coming out pada lesbi.

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT COMING OUT PADA LESBI FEMME DI BALI

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT COMING OUT PADA LESBI FEMME DI BALI Jurnal Psikologi Udayana 2016, Vol. 3 No. 1, 20-34 Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana ISSN: 2354 5607 FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT COMING OUT PADA LESBI FEMME DI BALI I Gst

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia orientasi seksual yang umum dan diakui oleh masyarakat kebanyakan adalah heteroseksual. Namun tidak dapat dipungkiri ada sebagian kecil dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik sama dan tidak menyukai orang yang memiliki karakteristik berbeda dengan mereka (Baron, Byrne

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan kepribadian masing-masing. Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam kehidupannya pasti menjalani tahapan perkembangan, salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock (1996)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyakitkan (Carroll, 2005). Balsam dan Beauchaine (2005) meyakini

BAB I PENDAHULUAN. menyakitkan (Carroll, 2005). Balsam dan Beauchaine (2005) meyakini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH...dalam hatiku yang terdalam aku menjerit, tak pernah sedetikpun dalam hidupku aku menginginkan perasaan ini, aku berusaha membuang naluri gila ini akan tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis. BAB 2. SEKSUALITAS Apa itu Seks dan Gender? Sebelum kita melangkah ke apa itu seksualitas, pertanyaan mengenai apa itu Seks dan Gender serta istilah lain yang berkaitan dengan nya sering sekali muncul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksual merupakan suatu realitas sosial yang semakin berkembang dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan homoseksual telah muncul seiring dengan sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodratnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara lakilaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengakui setiap perbedaan yang ada pada diri manusia, baik itu perbedaan jenis kelamin, asal ras atau etnis, dan agama, yang pada dasarnya semua perbedaan itu

Lebih terperinci

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : ANDRI SUCI LESTARININGRUM F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Orientasi seksual heteroseksual merupakan orientasi seksual yang dianggap normal di kalangan masyarakat, namun seiring berkembangnya waktu muncul satu orientasi seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksualitas merupakan rasa tertarik pada orang-orang berjenis kelamin sama baik secara perasaan ataupun secara erotik, dengan atau tanpa hubungan fisik. Disebutkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya sama dan dari bahasa Latin yaitu sex yang artinya jenis kelamin. Homoseksual biasanya dikonotasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial sekaligus menarik untuk didiskusikan. Di Indonesia sendiri, homoseksualitas sudah meranah

Lebih terperinci

ditawarkan, dimana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang batasan bisa mengakses internet. Kemunculan internet juga membawa kita mengenal me

ditawarkan, dimana saja, kapan saja, dan siapa saja tanpa memandang batasan bisa mengakses internet. Kemunculan internet juga membawa kita mengenal me BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain untuk hidup bersama dalam suatu kelompok atau masyarakat. Setiap orang tidak mampu hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memiliki pola pikir yang dikotomis, seperti hitam-putih, kayamiskin,

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memiliki pola pikir yang dikotomis, seperti hitam-putih, kayamiskin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejatinya jalan hidup setiap manusia berbeda-beda termasuk dalam hal orientasi seksualnya. Secara ekstrim, sebagian besar masyarakat pada umumnya memiliki pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual dan romantik terhadap orang yang memiliki jenis kelamin yang sama. Homoseksual yang berjenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam kehidupannya. Salah satu tahapan yang harus dilewati adalah masa dewasa awal. Masa dewasa awal (young

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 174 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan mengenai selfesteem dua wanita dewasa muda yan pernah melakukan hubungan seksual pranikah di Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masih belum kita lupakan kasus yang menimpa Very Idham. Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan dimana Ryan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masih belum kita lupakan kasus yang menimpa Very Idham. Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan dimana Ryan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masih belum kita lupakan kasus yang menimpa Very Idham Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan dimana Ryan adalah seorang tersangka pembunuhan berantai di Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

tersisih , mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun keluarga melalui pernikahan lalu memiliki keturunan dan terkait dengan kecenderungan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV di Indonesia telah berkembang dari sejumlah kasus kecil HIV dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko tinggi yang memiliki angka

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan mengenai kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual sejenis, didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya informasi diterima dan diakses oleh setiap orang, yang berada di belahan bumi berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi seksual dalam kehidupannya dari kecil. Orientasi seksual ada beberapa jenis yaitu heteroseksual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB 5. SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN. Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out

BAB 5. SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN. Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out 59 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN 5.1 Simpulan Ha : Subjek dengan penerimaan diri tinggi akan lebih memilih coming out secara signifikan dari pada subjek dengan penerimaan diri rendah. Ha pada penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yayasan Srikandi Pasundan, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum seseorang menjadi waria, atau ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dunia mempengaruhi banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya media Eropa ke Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator dengan menggunakan berbagai media dan sarana sehingga dapat diterima oleh sang penerima pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orientasi seksual yang dikenal dan diketahui masyarakat Indonesia pada umumnya hanya ada satu jenis saja, yakni heteroseksual atau pasangan yang terdiri dari dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orientasi seksual sesama jenis atau biasa disebut homoseksual, tentu saja bukan merupakan suatu fenomena yang baru. Hal ini telah lama ada di setiap budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman modern ini, banyak sekali waria yang hidup di dalam masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu paparan nyata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah norma dan nilai sosial didalamnya yang tujuannya untuk menata keteraturan dalam masyarakat

Lebih terperinci

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani * Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 24 Oktober 2015; disetujui: 29 Oktober 2015 Perilaku seks menyimpang hingga saat ini masih banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Subjek berasal dari keluarga tidak harmonis, sejak kecil subjek berada dalam 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.1 Interaksi Dengan Anggota Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh Indonesia, antara lain dengan adanya Peraturan Menteri Sosial No.8 / 2012 yang memasukan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan

BAB 1 : PENDAHULUAN. manusia lainnya sebagai makhluk yang selalu digerakkan oleh keinginan-keinginan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang unik, sangat berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Pada manusia dalam memenuhi dorongan biologis atau seksnya tersebut dikendalikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditariklah suatu kesimpulan yaitu : 5.1.1 Indikator kepuasan Seksual Subyek A, B dan C menyatakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan

UKDW BAB I. Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah Kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transjender (LGBT) merupakan kelompok seksual minoritas di Indonesia yang dianggap menyimpang dan melanggar aturan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam proses berkehidupan suatu kelompok masyarakat, dalam hal ini di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam proses berkehidupan suatu kelompok masyarakat, dalam hal ini di Indonesia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses berkehidupan suatu kelompok masyarakat, dalam hal ini di Indonesia, kita banyak diberikan pilihan atas apa yang kita kenakan, apa yang kita makan,

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu

berbeda saat ia berada di SMA, ia sadar bahwa ia merasakan ketertarikan dengan teman-teman perempuannya, informan merasa wanita itu perlu 63 BAB V PENUTUP 5.1. Pembahasan Identitas seksual adalah apa yang orang katakan mengenai kita berkaitan dengan perilaku atau orientasi seksual kita, kita benarkan dan percaya sebagai diri kita. Jika seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendapatkan pasangan hidup yang terbaik, tentu menjadi harapan setiap manusia. Pasangan hidup saling membutuhkan kasih sayang, perhatian dan kecukupan pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tren hidup masyarakat modern. Di Indonesia, budaya samen leven dianggap

BAB I PENDAHULUAN. tren hidup masyarakat modern. Di Indonesia, budaya samen leven dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang wanita dan pria hidup bersama tanpa ikatan pernikahan (samen leven) menjadi fenomena yang sudah biasa yang sulit diberantas. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual

Lebih terperinci

KOMUNIKASI NONVERBAL PADA LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan) Nurhasanah Harahap

KOMUNIKASI NONVERBAL PADA LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan) Nurhasanah Harahap KOMUNIKASI NONVERBAL PADA LESBIAN (Studi Deskriptif Pada Organisasi Cangkang Queer Medan) Nurhasanah Harahap 110904070 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Komunikasi Nonverbal Pada Lesbian (Studi Deskriptif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari ketiga subyek, mereka memiliki persamaan dan perbedaan dalam setiap aspek yang diteliti. Khususnya dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kita cenderung berpikiran oposisi biner, yaitu hanya mengakui hal-hal yang sama sekali bertentangan, misalnya hitam dan putih, baik dan buruk, kaya dan miskin,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung) 107 PEDOMAN WAWANCARA Hari, tanggal : Sabtu, 3 juli 2010 Waktu : 15.15 Tempat : Kostan, Sekeloa Nara Sumber : Diana Umur : 20 tahun pendidikan terakhir Pekerjaan : SMA : Mahasiswi Eksistensi Komunitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological 15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit

BAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada seorangpun yang dapat memilih oleh siapa dan menjadi apa ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit terang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria merupakan salah satu jenis manusia yang belum jelas gendernya. Kehidupan waria sama dengan manusia lainnya. Selaras dengan kodrat manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keluarga pada dasarnya adalah suatu kelompok kecil yang berhubungan dan berinteraksi dengan individu sejak dilahirkan. Keluarga juga merupakan suatu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan perbaikan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibicarakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal ini tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. dibicarakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal ini tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena homoseksualitas di Indonesia merupakan hal yang masih tabu dibicarakan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal ini tidak dapat disangkal bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tujuan hidup seorang manusia (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah keluarga (Blood & Blood,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian tentang Faktor dan Dampak Maraknya Fenomena Hamil di Luar Nikah pada Masyarakat Desa wonokromo Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen ini menunjukan bahwa: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.A Validitas Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena menurut Azwar (1996), suatu item dikatakan valid apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius) setelah mendapat bentuk yang jelas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia diatas enam belas tahun berpendapat sama mengenai hubungan sesama jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia diatas enam belas tahun berpendapat sama mengenai hubungan sesama jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Homoseksual (Lesbian) merupakan masalah yang kompleks, menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia baik sosial maupun agama. Hawari (2009) menyatakan bahwa istilah

Lebih terperinci

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan. Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa SMA di Klaten Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa

Lebih terperinci