BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kecamatan Medan Selayang dengan jumlah LPJU yang terpasang ada sebanyak 3869 lampu di daerah seluas 9,01 km². Dimana ada sebanyak 1935 lampu terpasang dengan daya 150 watt. Pada umumnya lampu ini terpasang di jalan-jalan kecil (daerah sekitar perumahan penduduk). LPJU ini biasa terpasang di salah satu ruas jalan, kiri ataupun kanan. Sementara sisanya, yakni 1934 lampu, terpasang dengan daya 250 watt. Pada umumnya penempatan LPJU di median jalan di jalan dua arah. Keseluruhan lampu yang terpasang masih berupa penerangan jalan umum konvensional (sumber energi dari PLN). Pengumpulan data lapangan dibantu oleh Dinas Pertamanan Kota Medan. 3.2 Data-Data Yang Dibutuhkan Data-data yang dibutuhkan merupakan data yang diambil dari survey langsung ke lapangan dan data dari Dinas Pertamanan Kota Medan, seperti : a. gambar dan kondisi lokasi Jalan (Lebar jalan, kelas jalan, dan panjang jalan) b. jenis lampu penerangan jalan c. jenis dan bentuk tiang d. kabel yang digunakan 48

2 e. besaran-besaran listrik yang diperlukan untuk penerangan jalan umum konvensional (seperti, besaran pengaman dan pembatas) f. besaran-besaran listrik yang diperlukan untk penerangan jalan umum solar cell (seperti, panel surya, baterai, solar charge controller, dll). 3.3 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Penelitian Perencanaan Penggunaan LPJU Solar Cell Sebagai Upaya Efisiensi Penggunaan Listrik di Kota Medan menggunakan metode rekayasa nilai (value engineering). Pendekatan yang digunakan dalam analisis dengan cara kualitatif dan kuantitatif dari berbagai sumber data yang diperoleh. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka dan studi lapangan, yaitu : 1) Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan upaya mempelajari dan mengumpulkan data sekunder untuk menunjang penelitian. Data yang dikumpulkan berasal dari buku referensi, jurnal, prosiding, dokumen-dokumen dan artikel dari internet, serta bahan kuliah yang mendukung dan berkaitan dengan topik tugas akhir ini. 2) Studi Lapangan Pengumpulan data melalui studi lapangan adalah untuk mendapatkan data primer, dilakukan dengan cara : a) Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti, yakni LPJU konvensional yang berada di kecamatan Medan Selayang. Penempatan dan pemasangan LPJU di kecamatan Medan Selayang. 49

3 b) Wawancara, dalam penelitian lapangan dilakukan wawancara terhadap beberapa responden untuk mengumpulkan data-data mengenai lampu jalan solar cell dan lampu jalan konvensional. Wawancara ini dilakukan di Dinas Pertamanan Kota Medan dan pegawai di Dinas Pertamanan sebagai respondennya. 3.4 Teori Analisa Data Dalam penelitian ini dilakukan dua analisis data yang meliputi analisa teknis dan analisa ekonomis terhadap penggunaan jalan umum solar cell dengan penerangan jalan umum konvensional Analisa Teknis Analisa teknis merupakan sebuah analisa yang sifatnya observatif serta perhitungan rumus yang ada dengan menyesesuaikan kriteria dan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan tertera pada PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik). Menganalisis hal teknis terhadap LPJU dilakukan untuk mendapatkan sistem penerangan yang baik, aman, handal, tahan lama, dan sesuai dengan spesifikasi pabrikasinya dan terlebih sesuai SNI. Adapun analisis teknik dilakukan terhadap komponen-komponen PJU yang meliputi lampu, penerangan, tiang, stang ornamen, penghantar, dll. Berikut penjelasan masing-masing komponen yang dianalisa dalam tugas akhir berikut Lampu dan Penerangan Lampu adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya (lampu/luminer), elemen-elemen optik (pemantul/reflector, pembias/refractor, penyebar/diffuser). elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber tenaga/power 50

4 supply. dll.). Untuk itu lampu memerlukan daya (sumber listrik) untuk membuatnya bekerja (hidup) dan akan menghabiskan energi selama lampu tersebut bekerja (dihidupkan). Berikut rumus yang digunakan untuk mencari besar energi yang dipakai pada lampu: (3.1) dimana : = energi yang dibutuhkan atau beban (Wh/watt.hour) = daya beban atau lampu (watt) = lama pemakaian beban atau lampu dalam satu hari (hour) Dalam merencanakan instalasi penerangan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan penerangan yang baik, yang memenuhi fungsinya agar mata dapat melihat dengan jelas dan nyaman. Maka dari itu diperlukan beberapa perhitungan penerangan, diantaranya adalah: i. Intensitas cahaya Intensitas cahaya adalah fiuks cahaya per satuan sudut ruang dalarn arah pancaran cahaya yang dapat ditulis dengan persamaan : (3.2) dimana : = intensitas cahaya (candela) = fluks cahaya dalam lumen (lm) w = sudut ruang dalam steridian (sr) ii. Luminasi Luminasi adalah fluks cahaya per satuan sudut ruang per satuan luas terproyeksi dari arah yang diberikan, atau intensitas cahaya dari suatu permukaan 51

5 persatuan luas hasil proyeksi dari arah yang diberikan seperti tampak pada Gambar 3.2. Luminasi merupakan ukuran terang suatu benda. Luminasi yang terlalu besar akan menyilaukan mata. Persamaan untuk menghitung besar luminasi adalah sebagai berikut : (3.3) Subtitusikan pers (3.2) dengan persamaan (3.3), maka didapat : (3.4) dimana : = luminasi (cd/m 2 ) A = luas bidang (m 2 ) w = sudut ruang dalam steridian (sr) = sudut antara sinar datang dengan garis normal objek iii. Iluminasi (Intensitas Penerangan) lluminasi atau intensitas penerangan adalah kerapatan fiuks cahaya yang mengenai suatu permukaaan, secara matematis dirumuskan : (3.5) dimana : = intensitas penerangan/iluminasi (lux atau lm/ m 2 ) A = luas bidang (m 2 ) = fluks cahaya dalam lumen (lm) Intensitas penerangan pada suatu titik umumnya tidak sama untuk setiap titik pada bidang tersebut. Intensitas penerangan suatu bidang karena suatu sumber cahaya dengan intensitas (I), berkurang dengan kuadrat dari jarak antara 52

6 sumber cahaya dan bidang itu (invers square law). Untuk memastikan intensitas penerangan di seluruh bagian bidang memenuhi syarat minimal yang telah ditetapkan (seperti yang tertera pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.6), digunakan perhitungan metode titik. Gambar 3.1 Perhitungan Iluminasi Metode Titik Dengan menggunakan diagram intensitas cahaya, maka perhitungan iluminasi dengan mensibtusikan persamaan 3.2 dengan persamaan 3.5 menjadi sebagai berikut: (3.6) dimana : dengan mensubstitusikan kedua hal diatas dengan persamaan (3.6) didapatlah : (3.7) dimana : = sudut yang dibentuk oleh sisi depan luminer dengan garis lurus antara luminer dengan titik yang dituju 53

7 = sudut yang dibentuk dari garis normal luminer dengan garis lurus antara luminer dengan titik yang dituju h = tinggi sumber cahaya/tiang tiang PJU (meter) = intensitas cahaya pada sudut, iv. Efikasi cahaya Efikasi cahaya merupakan perbandingan antara fiuks cahaya yang dihasilkan larnpu dengan daya listrik yang dipakainya, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : 0 (3.8) dimana : = efikasi cahaya (lm/watt) = daya lampu (watt) 0 = fluks cahaya (lumen) v. Efisiensi Penerangan Efisiensi penerangan adalah perbandingan antaran fluks cahaya yang dipancarkan oleh armatur atau dapat juga diartikan sebagai fluks cahaya yang sampai ke objek dengan fluks cahayayang dipancarkan oleh sumber cahaya atau fluks cahaya awal, secara matematis dirumuskan : g 0 (3.9) dimana : = efisiensi cahaya penerangan 0 = fluks cahayayang dipancarkan oleh sumber cahaya(lumen) g = fluks cahayayang dipancarkan oleh armatur (lumen) 54

8 Efisiensi penerangan juga dapat dihitung melalui perhitungan indeks ruang atau indeks bentuk(k). p x l k (3.10) h ( p l) dimana : = indek ruang atau bentuk p = panjang permukaan jalan (m) l = lebar permukaan jalan (m) h = tinggi tiang PJU (m) Lalu melalui Tabel 3.1 dapat dilihat indeks bentuk (k) dan efisiensi penerangan maksimum dan minimumnya. (3.11) Sistem penerangan yang dipakai untuk penerangan jalan adalah sistem penerangan langsung. Tabel 3.1 Efisiensi Penerangan dari Armatur Penerangan Langsung (PJU) Melalui Perhitungan Indeks Ruang (k) r p 0,7 0,5 0,3 % r w 0,5 0,3 0,1 0,5 0,3 0,1 0,5 0,3 0,1 r m 0,1 0,1 0,1 K 0,5 0,28 0,23 0,19 0,27 0,23 0,19 0,27 0,22 0,19 0,6 0,33 0,28 0,24 0,32 0,28 0,24 0,32 0,27 0,24 0,8 0,42 0,36 0,33 0,41 0,36 0,32 0,40 0,36 0,32 1,0 0,48 0,43 0,40 0,47 0,43 0,39 0,46 0,42 0,39 1,2 0,52 0,48 0,44 0,51 0,47 0,44 0,50 0,46 0,43 1,5 0,56 0,52 0,49 0,55 0,52 0,49 0,54 0,51 0,48 0 2,0 0,61 0,58 0,55 0,60 0,57 0,54 0,59 0,56 0,54 2,5 0,64 0,61 0,59 0,63 0,60 0,58 0,62 0,59 0, ,66 0,64 0,61 0,65 0,63 0,61 0,64 0,62 0,60 4 0,69 0,67 0,65 0,68 0,66 0,64 0,66 0,65 0, ,71 0,69 0,67 0,69 0,68 0,66 0,68 0,66 0,65 Keterangan : r p = faktor refleksi dinding r m = faktor refleksi bidang pengukurannya 55

9 r w = faktor refleksi langit-langit Dimana : 0.1 = warna gelap 0.3 = warna sedang 0,5 = warna muda 0,7 = warna putih dan warna sangat muda Tiang dan Stang Ornament Tiang merupakan salah satu dari komponen penting pada penerangan jalan umum. Fungsinya sebagai tempat untuk meletakkan lampu (beserta armaturnya), stang ornament, panel surya, baterai, inverter, dan lain sebagainya. Untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen, agar titik penerangan mengarah ketengah - tengah jalan: (a) (b) Gambar 3.2 Perencanaan Penerangan Jalan Umum (a) Tampak atas ; (b) Tampak depan Maka, untuk menentukan sudut kemiringan stang ornamen,agar titik penerangan mengarah ketengah tengah jalan (3.12) (3.12) (3.13) 56

10 dimana: h T c = tinggi tiang = jarak lampu ke tengah jalan = jarak horizontal lampu ke tengah jalan w 1 = jarak tiang ke horizontal lampu w 2 = jarak horizontal lampu ke ujung jalan b o T φ = lebar batu jalan = jarak batu jalan ke horizontal lampu = batas kemiringan stang ornamen = sudut kemiringan stang ornamen Penghantar Listrik Kabel merupakan rakitan satu penghantar atau lebih, baik penghantar itu pejal maupun pintalan, masing-masing dilindungi isolasi, dan keseluruhannya dilengkapi dengan selubung pelindung bersama.dimana pada umumnya bagianbagian untuk kabel tegangan rendah adalah: penghantar isolasi lapisan pembungkus inti pelindung mekanis selubung luar Pada proses pemasangan instalasi untuk penghantar lsitrik penerangan jalan umum konvensional menggunakan kabel tegangan rendah, penggunaan kabel menurut tempat pemakaiannya terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu : a. Kabel yang dipasang dari SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah) yang sudah ada menuju panel penerangan jalan umum atau disebut juga kabel induk. 57

11 b. Kabel yang dipasang dari Perangkat Hubung Bagi penerangan jalan umum ke titik- titik sambung LPJU. Biasanya PHB diletakkan dalam bawah tanah, sehingga penghantar listrik dengan kabel tanam. c. Kabel yang dipasang dari titik sambung penerangan jalan umum menuju lampu. Tembaga dan alumunium. Termasuk ke dalam bahan penghantar listrik yang baik. Untuk kabel tanah umumnya digunakan penghantar tembaga, sedangkan alumunium digunakan untuk penghantar udara. Untuk mengetahui ukuran luas penampang kabel berpenghantar yang dibutuhkan, digunakan persamaan dibawah ini : untuk tegangan 3 fasa : (3.14) untuk tegangan 1 fasa : (3.15) persentase jatuh tegangan : (3.16) dimana : = luas penampang penghantar (m 2 ) = panjang penghantar (m) = faktor daya = tahanan jenis logam penghantar = drop tegangan (volt) = tagangan jala-jala/sumber = persentase drop tegangan = arus beban 58

12 Nomenklatur kabel adalah tata cara pemberian nama suatu kabel dengan kode - kode tertentu, Beberapa arti huruf-huruf kode yang biasa digunakan pada kabel : N = kabel jenis standar dengan penghantar tembaga NA = kabel jenis standar dengan penghantar alumunium Y 2X 2Y F R Gb Re = selubung isolasi dari PVC = selubung isolasi dari XLPE = selubung isolasi dari polyethylene = perisai kawat baja pipih = perisai kawat baja bulat = spiral pita baja = penghantar pejal (solid) Rm = penghantar pintalan Pembatas dan Pengaman Listrik Pembatas dan pengaman listrik biasanya diletakkan di dalam suatu box yang disebut PHB. PHB adalah panel/box yang merupakan perlengkapan untuk mengendalikan dan membagi tenaga listrik dan atau mengendalikan dan melindungi rangkaian (circuit) listrik. Berdasarkan penempatannya PHB terbagi dua yaitu: a) PHB Pasangan Dalam PHB yang ditempatkan dalam ruangan bangunan tertutup sehingga terlindung dari pengaruh cuaca secara langsung. b) PHB Pasangan Luar 59

13 PHB yang ditempatkan di luar ruangan bangunan sehingga terkena pengaruh dari cuaca secara langsung. Alat pembatas yang digunakan adalah MCB (Mini Circuit Breaker) 3 fasa. Untuk mendapatkan spesifikasi MCB yang sesuai, digunakan rumus berikut : (3.17) Dan alat yang digunakan sebagai pengaman pada instalasi PJU adalah menggunakan fuse dengan jenis NH Fuse. Sedangkan besar pengaman yang digunakan dapat dihitung dengan rumus : arus nominal pada masing fasa : (3.18) maka arus rating pengaman : (3.19) dimana : = besar daya yang digunakan (watt) = arus nominal pada masing-masing fasa (amper) = besar arus yang dibutuhkan atau arus rating pengaman (amper) = tegangan fasa-netral (volt) = faktor beban lebih Perencanaan LPJU Solar Cell Dalam merencanakan LPJU solar cell yang sesuai dengan SNI digunakan perhitungan perhitungan yang tepat dan sesuai kebutuhan. Beberapa kmponen penting LPJU solar cell akan dijelaskan satu per satu di bawah ini. a. Lampu LED (Light Emitting Diode) Secara sederhana LED dapat didefinisikan sebagai salah satu semikonduktor yang mengubah energi listrik menjadi cahaya. LED merupakan 60

14 perangkat keras dan padat (solid-state component) sehingga unggul dalam hal ketahanan (durability). Lampu pijar dan neon tidak berguna lagi setelah bohlamnya pecah, namun tidak demikian dengan lampu LED. Lampu ini merupakan jenis solid-state lighting (SSL), artinya lampu yang menggunakan kumpulan LED sebagai sumber pencahayaannya. Sehingga lampu tidak akan mudah rusak bila terjatuh atau bohlamnya pecah. Kumpulan LED diletakkan dengan jarak yang rapat untuk memperterang cahaya. Satu buah lampu LED dapat bertahan lebih dari 30 ribu jam, bahkan ada yang mencapai 100 ribu jam. LED hanya memiliki 4 macam warna yang tampak oleh mata, yakni warna merah, kuning, hijau, dan biru. Untuk menghasilkan sinar putih yang sempurna, spektrum cahaya dari warna-warna tersebut digabungkan. Hal paling umum adalah penggabungan antara warna merah, hijau, dan biru, yang disebut RGB. Sampai saat ini, pengembangan terus dilakukan untuk menghasilkan lampu LED dengan komposisi warna seimbang dan berdaya tahan lama. b. Panel surya Panel surya adalah alat yang yang terdiri dari sel surya (photovoltaik) yang fungsinya mengubah energi cahaya menjadi menjadi energi listrik. Efisiensi dari sel surya merupakan perbandingan antara daya keluaran (Pout) dan daya masukannya (Pin). Daya keluaran (Pout) adalah perkalian antara tegangan waktu open circuit (Voc) dengan arus short circuit (Isc) dan faktor pengisian (fill factor, FF) dari sebuah modul surya. Persamaanya adalah : besar fill factor sel surya : (3.20) 61

15 Maka efisiensi sel surya : (3.21) dimana : = faktor pengisian/fill factor = tegangan nominal panel surya (volt) = arus nominal panel surya (volt) = tegangan open cicuit panel surya (volt) = arus short circuit panel surya (volt) = intensitas radiasi matahari yang diterima (watt/m 2 ) = luas permukaan modul sel surya (m 2 ) Daya nominal pada panel surya tidak dapat diperbesar lagi, kecuali panel surya diganti dengan panel surya lain yang spesifikasi daya nominalnya lebih besar. Maka untuk mendapatkan energi yang besar yang dihasilkan oleh panel surya tergantung pada lamanya penyinaran matahari. Lamanya panel surya mendapatkan sinar : (3.22) Dimana untuk mencari jumlah sinar global yang datang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Hukum Stefan-Boltzmann, dimana besarnya fluks radiasi yang dipancarkan suatu benda setara dengan pangkat empat suhu mutlak benda tersebut. (3.23) 62

16 Maka untuk mencari jumlah sinar global yang datang dapat dihitung dengan mengalikan besarnya flux radiasi dengan lamanya penyinaran dalam satu hari. Dirumuskan : ( ) (3.24) dimana : = Daya (watt) = luas (m 2 ) = tetapan Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 watt/m 2 K 4 ) = koefisien emisivitas (0-1) = suhu permukaan ( o K) = lamanya penyinaran (hours) Energi yg dihasilkan panel surya : (3.25) Sehingga jumlah minimum modul yang digunakan untuk dapat melayani energi pada beban (lampu) yang dibutuhkan, dengan menggunakan persamaan diatas adalah : banyak panel surya: (3.26) dimana : = lamanya panel surya mendapatkan sinar global (hour/jam) = energi yang dihasilkan modul (Wh/hari) = daya nominal panel surya (watt) = jumlah minimum modul yang diperlukan 63

17 ɳ baterai = efisiensi baterai (%) c. Solar charge controller Merupakan peralatan elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi dan diambil dari baterai ke beban. Solar charge controller mengatur overcharging (kelebihan pengisian karena baterai sudah penuh) dan kelebihan tegangan dari panel surya. Ukuran atau rating untuk alat pengontrol aliran masuk dan keluar dari aki ditentukan dalam satuan Ampere, yakni dengan rumus : (3.27) dimana : = arus rating solar charge controller (ampere) = banyak panel surya x P nom (watt) d. Baterai Baterai adalah alat penyimpanan tenaga lsitrik arus searah (DC) yang dibangkitkan oleh panel surya. Kapasitas baterai yang tertulis dalam satuan Ah (ampere hour), yang menyatakan kekuatan baterai, seberapa lama baterai dapat bertahan mensuplai arus untuk beban (lampu). Maka untuk menentukan total kapasitas baterai berdasarkan periode penyimpanan yang diinginkan sebagai berikut : ( ) (3.28) dimana : = kapasitas baterai (Ah/Ampere.hour) = tegangan baterai (volt) = deep of discharge (%) 64

18 = banyak panel surya x Gambar 3.3 di bawah ini menunjukkan hubungan kerja antara satu komponen dengan komponen lain yang ada pada LPJU solar cell. Gambar 3.3 Diagram Kerja LPJU Solar Cell Analisa Ekonomi Penerangan jalan umum solar cell adalah penerangan yang menggunakan energi matahari sebagai sumber energi dan energinya dapat dibangkitkan sendiri ataupun sebuah perusahaan. PJU sistem solar cell mempunyai biaya operasi dan perawatan yang rendah dan bahkan terkadang tidak ada pada suatu periode, ini dikarenakan PJU solar cell tidak memerlukan bahan bakar dalam pengoperasiannya. Namun sistem pembangkitannya memerlukan biaya investasi yang sangat besar. Sedangkan PJU konvensional sebaliknya, biaya investasi yang rendah, namun biaya operasionalnya besar dan selalu ada setiap periode Biaya Investasi Yaitu biaya yang ditanamkan dalam rangka menyiapkan kebutuhan usaha untuk siap beroperasi dengan baik. Biaya ini biasanya dilakukan pada awal-awal kegiatan usaha dalam jumlah yang relatif besar ya berdampak jangka panjang 65

19 untuk berkesinambungan usaha tersebut. Investasi sering dianggap juga sebagai modal dasar usaha yang dibelanjakan untuk penyiapan dan pembangunan sarana prasarana dan fasilitas usaha termasuk pembangunan dan peningkatan sumber daya manusianya Biaya operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka menjalankan aktifitas usaha tersebut sesuai dengan tujuan. Biaya ini biasanya dikeluarkan secara rutin atau periodik pada waktu tertentu dan dalam jumlah yang relatif sama atau sesuai dengan jadwal produksi. Biaya operasional pada PJU konvensional sangat bergantung pada TDL (Tarif Dasar Listrik) yang telah ditetapkan pemerintah. Tarif dasar listrik sendiri ditentukan pemerintah melihat kondisi harga dan pasokan BBM (Bahan Bakar Minyak). Biaya pemakaian listrik PJU konvensional selama satu bulan didapat dengan mengalikan Eload dengan banyak hari dalam sebulan (30) dan dikali besar TDL yang ditetapkan pemerintah untuk penerangan jalan : (3.29) dimana : TDL = Tarif dasar listrik yang ditetapkan pemerintah untuk penerangan jalan (Rp /Kwh) waktu pemakaian lampu jalan dalam satu periode (hours) Sedangkan pada PJU solar cell, karena biaya bahan bakar tidak ada jadi hanya biaya operasi seperti persediaan air accu (baterai) dan biaya pengawas modul surya (membersihkan panel surya) yang ada. Karena biaya kegiatan operasional dilakukan secara berkala dan akan terus naik biayanya setiap beberapa periode, maka untuk menghitung total keseluruhan 66

20 biaya operasional PJU konvensional dan solar cell sampai pada waktu periode yang diinginkan, digunakan metode nilai masa depan (future value annuity): (3.31) FVAn = A (FVAn/A, i%, N) dimana : FVAn = Nilai mendatang (future worth), nilai ekuivalen satu atau lebih aliran kas (cash flow) pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu mendatang A = Aliran kas akhir pada periode yang besarnya sama untuk bebeapa periode yang berurutan (annual worth) N = Jumlah periode pemajemukan i = Tingkat bunga efektif per periode Biaya Perawatan Untuk tetap mempertahankan kualitas dan kemampuan dari LPJU perlu dilakukan perawatan yang rutin salah satunya adalah pergantian material. Pergantian material dilakukan ketika material LPJU sudah rusak atau sudah tidak layak dipakai, baik yang disebabkan oleh alam (bencana alam), ulah manusia (pencurian atau perusakan) maupun karena umur dari material tersebut. Harga suatu material dari LPJU tidak akan selalu sama dengan ketika awal pendirian LPJU (biaya investasi), ada kenaikan harga tiap material tersebut setiap suatu periode. Sehingga untuk menentukan harga material pada masa yang akan datang digunakan metode Future Value, dimana rumusnya adalah : (3.32) Fv = Pv (Fv / Pv, i%, N) 67

21 Total biaya suatu material didapat dengan menjumlahkan setiap nilai mendatang dengan periode yang telah ditentukan (usia material), pada suatu jumlah periode yang diinginkan. Dirumuskan : (3.33) dimana : = Nilai sekarang (present worth) atau nilai ekuivalen satu atau lebih aliran kas (cash flow) pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu saat ini = Nilai mendatang (future worth),nilai ekuivalen satu atau lebih aliran kas (cash flow) pada satu titik yang didefenisikan sebagai waktu mendatang = Jumlah periode pemajemukan ditentukan (Usia Material) = Jumlah periode pemajemukan yang diinginkan (10 tahun) = Tingkat bunga efektif per periode Seluruh material dari penerangan jalan memiliki umur yang berbeda-beda, sehingga untuk mendapatkan biaya perawatan dari LPJU adalah dengan mengalikan harga untuk tiap satu material dengan total pergantian satu material pada selutuh LPJU tersebut, kemudian ditotalkan dengan pergantian materialmaterial yang lain Break Even Point (BEP) LPJU Break even point merupakan suatu kondisi dimana penghasilan yang diterima perusahaan sama dengan biaya yang dikelurkan dengan mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan dari komposisi produk yang diperlukan selama periode tertentu. Sehingga dari pengertian diatas break even point terjadi apabila 68

22 TR (Total Revenue/Pendapatan Total) = TC (Total Cost/Biaya Total). Beberapa manfaat analisa break even point untuk memanajemen suatu proyek atau perusahaan, yaitu : a) Hubungan antara penjualan biaya dan laba. b) Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel. c) Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi. d) Untuk mengetahui hubungan antara volume, harga dan laba. Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Sekalipun Analisa break even point ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. 69

23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Eksisting PJU di Kecamatan Medan Selayang PJU di Kecamatan Medan Selayang merupakan jalan perkotaan yang jenis jalannya adalah jalan lokal dan jalan kolektor, jenis tiang lampu lengan ganda dan penempatan lampu jalan di median jalan dua arah (seperti pada Gambar 2.5) untuk jenis jalan kolektor, sementara untuk jalan lokal jenis tiang lampu tunggal dan penempatan lampu jalan di tepi (seperti pada gambar 2.2). Sampai saat ini kondisi LPJU yang terpasang di kecamatan Medan Selayang seluruhnya masih konvensional. Tabel 4.1 Data Kondisi Eksisting PJU Konvensional Simbol Keterangan PJU Konvensional h Tinggi tiang 8,5 m l Lebar jalan 8,0 m w Panjang ornament (horizontal) 1,5 m b Lebar batu jalan 1,0 m S Jarak antar tiang 45,0 m Sudut kemiringan ornament Jenis Tiang dan Kemiringan Stang Ornamen Tiang PJU berjenis octagonal hot dip galvanize dengan konstruksi base plate, dimana ornament lengan tunggal dan ganda. Angkur dan murnya harus diproses dengan proteksi hot dipped galvanized. Fondasi tiang lampu harus terbuat dari konstruksi beton K 225 (dimana anchor/baut tiang tertanam di fondasi tiang dengan ukuran yang disesuaikan). 70

24 Sudut kemirangan stang ornament menurut perhitungan rumus Berdasarkan Gambar 3.2 dan data Tabel 4.1 diatas, maka: a. Kemiringan stang ornament PJU konvensional φ (pada data Tabel 4.1, φ ) 4.2 Perhitungan Daya Lampu dan Penerangan Konvensional Perhitungan dilakukan melalui persamaan-persamaan yang ada pada Bab melalui data berikut. Tabel 4.2 Data PJU Konvensional Keterangan Lampu PJU Konvensional Tiang Lengan Ganda Tiang Lengan Tunggal Jenis lampu SON T SON T Daya 250 watt 150 watt Tegangan 220 volt 220 volt Arus 1,42 Amp 0,85 Amp Warna cahaya Kuning Kuning Umur jam jam Lumen lm Temperatur PF 0,8 0,8 Jenis lampu yang digunakan pada PJU konvensional adalah jenis lampu SON T sebesar 250 watt untuk jenis lampu yang di letakkan di median jalan dua arah (daerah kota). Sementara untuk LPJU yang terpasang di tepian jalan biasanya memakai lampu jenis SON T sebesar 150 watt. Biasanya lampu jenis ini terpasang di jalan umum sekitar pemukiman warga. Lama pemakaian lampu pada umumnya dari pukul sampai dengan pukul atau sekitar 12 jam. Maka besar energi yang dipakai pada lampu SON T 250 Watt adalah : (watt.hour) 71

25 SON T 150 Watt adalah : (watt.hour) a) Intensitas cahaya: PJU Konvensional 250 Watt, PJU Konvensional 150 Watt, b) Luminansi rata-rata: PJU Konvensional 250 Watt cd/m 2 (( ) ) cd/m 2 cd/m 2 PJU Konvensional 150 Watt cd/m 2 (( ) ) cd/m 2 cd/m 2 c) Efisiensi cahaya : PJU Konvensional ; sehingga dan maka efisiensi dari Tabel 3.1dengan r p =0,3;r m =0,1;r w = 0,1: g 0 g 0 72

26 d) Iluminasi atau intensitas penerangan: PJU Konvensional g ( ) g e) Efikasi cahaya dapat dihitung dengan pers 3.6 : PJU Konvensional 250 watt, lm/watt PJU Konvensional 150 watt, lm/watt Catatan : * Intensitas penerangan minimum ( ) harus dikalikan dua karena titik terjauh pada permukaan jalan yang akan disinari lampu berada diantara tiang atau lampu PJU sebelahnya. * Luminansi rata-rata memiliki sudut sebesar 60 0 karena pada sudut itu jatuh cahaya tepat pada pertengahan permukaan jalan. * Jarak (r) titik terjauh dan terdekat pada perhitungan luminansi dan iluminasi adalah sama. * Besar sudut ( ) pada titik terjauh dan terdekat pada perhitungan luminansi dan iluminasi adalah sama. 73

27 Menurut Tabel 2.1, didapat perhitungan kemerataan iluminasi dan luminansi dari PJU konvensional dan solar cell: Tabel 4.3 Kemeratan Iluminasi dan Luminansi Iluminasi Luminansi Jenis PJU PJU Konvensional 250W lux 0,14 0,402 0,67 PJU Konvensional wwatt 150W 33 lux 0,14 2 9,95 0,402 0, Pembatas dan Pengaman Listrik PJU Konvensional Pembatas dan pengaman listrik hanya ada pada PJU konovensional, sedangkan untuk PJU solar cell tidak memerlukan pembatas dan pengaman listrik karena PJU solar cell tidak berhubungan dengan sumber listrik dari PLN dan antara tiang PJU satu dengan yang lain tidak berhubungan sehingga pada PJU solar cell tidak dibutuhkan pembagian grup daya. Perhitungan dilakukan melalui persamaan-persamaan yang ada pada Bab melalui data berikut: Tabel 4.4 Data Pembatas Daya MCB (Mini Circuit Breaker) Keterangan MCB 1 phasa MCB 3 phasa Rating arus 10 amp 63 amp Tegangan kerja 220 volt 380 volt Frekuensi 50 Hz 50 Hz Pembatas dapat berguna dalam pembagian grup daya pada PHB (Panel Hubung Bagi).Pembagian grup daya sendiri dilakukan untuk meminimalisir gangguan pada suatu titik sehingga tidak seluruh terkena gangguan. Untuk mencari arus nominal MCB dengan pers 3.17, dimana spare untuk arus pengaman biasanya +25% arus nominalnya sehingga nilai k = 125%. 74

28 satu phasa (1 ), tiga phasa (3 ), ampere ampere Maka untuk mencari pembagian grup daya MCB dengan pers 3.14 dan pers 3.15 : satu phasa (1 ), maksimal arus nominal MCB 1 adalah 8,0 ampere, banyak lampu yang dapat dibebani dalam satu grup: - Lampu SON T 250 watt = 5 lampu - Lampu SON T 150 watt = 9 lampu Tetapi untuk menyeimbangkan daya pada setiap phasa maka satu grup juga akan dibebani 8 lampu untuk tiang PJU lengan tunggal dan 4 lampu untuk tiang PJU lengan ganda. Maka : - Tiang PJU lengan tunggal (150 watt) : i) ampere ii) ampere - Tiang PJU lengan ganda (250 watt) : i) ampere ii) ampere tiga phasa (3 ), maksimal arus nominal MCB 3 adalah 50,4 ampere, arus nominal untuk seluruhnya adalah: - LPJU 150 watt : amp 75

29 Karna satu MCB arus nominalnya adalah 50,4 ampere maka dibutuhkan sekitar 25 MCB 3. - LPJU 250watt : amp Untuk LPJU 250watt dibutuhkan 32 MCB karna tiap MCB maksimal arus nominalnya adalah sekitar 50,4 ampere. 4.4 Penghantar Listrik Perhitungan dilakukan melalui persamaan-persamaan yang ada pada Bab melalui data berikut: Tabel 4.5 Data Penghantar Listrik PJU Konvensional Spesifikasi Kabel tanam Kabel induk Kabel dalam tiang Jenis kabel NYFGbY NYFGbY NYM Banyak Penghantar per kabel Luas penampang 10 mm 2 16 mm 2 2,5 mm 2 Diameter kabel 21,2 mm 25,9 mm 11,3 mm Massa Kabel 1089 Kg/Km 1637 Kg/Km 152 Kg/Km Tahanan jenis penghantar (ρ) 0,0177 Ω.mm 2 /m 0,0177 Ω.mm 2 /m 0,0177 Ω.mm 2 /m Kemampuan Hantar Arus (KHA) 60 Ampere 80 Ampere Dalam hal ini Panel PHB diletakkan di tengah-tengah jalan antara 24 (dua puluh empat) tiang PJU, sehingga 12 tiang ke kanan dan 12 tiang ke kiri, begitu seterusnya untuk tiang double ornament. Sementara untuk tiang PJU single ornament PHB diletakkan diantara 96 tiang PJU, sehingga 48 lampu ke kiri dan 48 lampu ke kanan. Untuk menghubungkan satu lampu dengan lampu lainnya digunakan kabel tanah, agar terlihat lebih rapi. Kabel tanah yang aman digunakan adalah kabel NYFGbY dimana spesifikasinya 76

30 tertulis pada Tabel 4.5. Maka panjangnya kabel NYFGbY yang digunakan ditambah dengan toleransi 10% dapat dihitung sebagai berikut : Panjang kabel tanah ke kanan panel = Panjang kabel tanah ke kiri panel { } { } meter Sementara panjang kabel untuk tiang PJU single ornament adalah : Panjang kabel tanah ke kanan panel = Panjang kabel tanah ke kiri panel { } { } meter Maka dapatlah dicari drop tegangan pada kabel (1 phasa dan 3 phasa) dan persentase jatuh tegangan dari pers 3.16: a) Kabel Tanam yang berjenis NYFGbY 4 x 10 mm 2 menurut nomenklatur kabel (pada Bab ) berarti : Memiliki empat inti (penghantar) yg memiliki luas penampang 10 mm 2, dimana tiga inti untuk phasa (R,S,T) dan satu untuk netral. Kabel jenis standar dengan penghantar tembaga Pintalan bentuk sector Berisolasi dan berselubung PVC Dengan perisai kawat baja pipih dan spiral pita baja Tampak seperti Gambar 4.1 di bawah 77

31 Copper PVC Insulation PVC Filter Steel Plate Binder Tape PVC Outer Filter Rope Gambar 4.1 Kabel NYFGbY Dengan panjang kabel 1.163,25 meter dan 569,2 5 meter dan arus beban satu grup (1 ) 7,1 dan 5,7 ampere, untuk beban lampu tiang PJU double ornament dan arus beban 7,7 dan 6,8 ampere untuk tiang PJU single ornament maka drop tegangannya adalah : - Single Ornament volt Dan persentase drop tegangannya adalah : = 5,7% = 4,2% - Double Ornament V volt Dan persentase drop tegangannya adalah : = 5,2% = 4,17% 78

32 b) Kabel Induk yang berjenis NYFGbY 4 x 16 mm 2. Panjang kabel induk NYFGbY 4 x 16 mm 2 : [ ] Arus beban : meter amp. Jatuh tegangannya adalah : volt Prersentase jatuh tegangannya adalah : Menurut PUIL 2000, toleransi persentase drop tegangan pada suatu kabel yang diizinkan maksimal sebesar 5%. 4.5 Rancangan Penggunaan LPJU Solar Cell di Kecamatan Medan Selayang dengan Menerapkan Metode Rekayasa Nilai Seluruh LPJU yang terpasang pada saat ini di kecamatan Medan Selayang masih konvensional. Karena ketidaktersediaan data PJU solar cell di lapangan, maka penulis melakukan studi untuk perencanaan penggunaan LPJU solar cell di kecamatan Medan Selayang dengan menerapkan metode value engineering. Untuk mencari alternatif paling ekonomis sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan tidak mengesampingkan kualitas dan manfaat LPJU itu sendiri. Data yang dipakai penulis didapat dari berbagai sumber seperti jurnal- 79

33 jurnal ataupun buku-buku yang membahas mengenai solar cell dan juga dari artikel yang berkaitan di internet. Seperti yang telah diungkapkan penulis di bagian latar belakang tugas akhir ini, bahwa penggunaan LPJU solar cell di kecamatan Medan Selayang perlu dilakukan sebagai upaya efisiensi penggunaan listrik di kota Medan. Sehingga jumlah konsumsi listrik di Kota Medan dari PLN dapat ditekan. Kecamatan Medan Selayang hanya satu contoh yang diambil penulis dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan untuk menunjukkan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan LPJU solar cell. 4.6 Material Penerangan Jalan Umum Solar Cell Adapun material-material pada PJU solar cell adalah tiang PJU, lampu LED, panel sel surya, baterai,dan solar charge controller. Tabel 4.6 Data Kondisi Perencanaan PJU Solar Cell Simbol Keterangan PJU Solar cell H Tinggi tiang 8,0 m L Lebar jalan 8,0 m W Panjang ornament (horizontal) 1,5 m B Lebar batu jalan 1,0 m S Jarak antar tiang 45,0 m Sudut kemiringan ornament Jika besar daya lampu yang terpasang pada PJU konvensional adalah 250 watt untuk tiang lampu jalan berlengan ganda (double ornament) dan 150 watt untuk tiang lampu jalan berlengan tunggal (single ornament) serta jenis lampu yang digunakan adalah SON T, maka untuk penerangan jalan umum solar cell akan dipasang lampu jenis LED dengan daya 20 watt untuk tiang lampu jalan 80

34 berlengan tunggal dan lampu LED 40 watt untuk tiang lampu jalan berlengan ganda. Tabel 4.7 Data LPJU Solar Cell Keterangan Lampu PJU Konvensional Double Ornament Single Ornament Jenis lampu LED LED Daya 40 watt 20 watt Tegangan 12 volt 12 volt Arus 3,33 Amp 1,67 Amp Warna cahaya Putih Putih Umur jam jam Lumen 4500 lm 3500 lm a. Panel Surya Material pertama PJU solar cell yag dibahas Tabel 4.8 Data/Spesifikasi Panel Surya Single Ornament Keterangan Jenis Tiang Single Ornament Double Ornament Daya modul (Pnom) 60 Wp (watt peaks) 80 Wp (watt peaks) Tegangan maks (Vm) 18,07 volt 18,00 volt Arus maks (Im) 3,33 ampere 4,45 ampere Tegangan tanpa beban (Voc) 21,92 volt 21,81 volt Arus hubung singkat (Isc) 3,55 ampere 4,75 ampere Beban angina maksimum 2,4 k 2,4 k Lifetime (umur) 25 tahun 25 tahun Panel surya atau yang juga disebut photo voltaic terbuat dari sel surya silicon poli-crytalline yang memilikii efisiensi yang tinggi (Gambar 4.2). Ratarata panel surya dapat bertahan hingga 25 tahun. Ketika mencapai umur tersebut tingkat daya panel surya akan turun hingga 20%. Panel surya dilengkapi dengan junction box yang tahan air (water proof) dan konektor IP

35 (a) (b) Gambar 4.2 Photo voltaic 60wp (a) dan 80wp (b) Untuk mencari efesiensi sel surya dari pers 3.21, maka kita harus mencari dahulu faktor pengisian (fill factor) dengan menggunakan pers 3.20, yaitu : - Single Ornament - Double Ornament Luas permukaan panel surya (menurut Gambar 4.2a) = (700 x 670) = mm 2 = 0,469 m 2 Luas permukaan panel surya (menurut Gambar 4.2b) = (955 x 670) = mm 2 = 0,63985 m 2 Dimana besar intensitas sinar global matahari yang diterima ketika radiasi dalam keadaan maksimum (S) sebesar 1000 watt/m 2. 82

36 Maka efisiensi sel surya adalah : - Single Ornament - Double Ornament Menurut data Badan Meteorologi dan Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu kota Medan yang terletak pada 3,30-3,43 LU dan 98,35-98,44 BT berkisar antara 24 o C - 34 o C ketika penyinaran berlangsung. Dengan menggunakan persamaan 3.23 dan 3.24 akan diperoleh besarnya jumlah sinar global, dimana e = 1, T = 30 o C = 303 o K, dengan lama penyinaran dari = 9 jam adalah : ( ) ( ) Untuk mendapatkan lamanya panel surya mendapatkan sinar matahari dengan pers 3.22, dimana maksimum sinar global sebesar 1000 watt/m 2 /hari adalah : Energi yang dihasilkan panel surya dengan pers 3.25 adalah : - Single ornament (watt.hours) 83

37 - Double ornament (watt.hours) Jumlah minimum modul yang digunakan untuk dapat melayani beban (lampu LED) yang dibutuhkan dengan pers 3.26 adalah: - Single ornament - Double ornament satu beban lampu LED. b. Baterai modul modul Maka digenapkan menjadi 2 modul panel surya untuk melayani Baterai yang digunakan adalah baterai khusus untuk solar system dari jenis seak lead acid (SLA) atau valve regulated lead acid (VRLA). Ukuran baterai ditentukan berdasarkan tegangan dalam satuan volt dan daya dalam satuan ampere-hour (Ah). Pada umumnya yang digunakan adalah baterai dengan daya 12V/24V. Dalam pemenuhan kebutuhan baterai juga harus diperhatikan faktor efisiensi baterai dan pada saat pemakaian baterai tidak disarankan untuk menggunakan baterai hingga daya baterai tersebut habis. Tabel 4.9 Data/Spesifikasi Baterai Keterangan Spesifikasi Single Ornament Double Ornament Type GEL-Electrolyte Valve Regulated Lead Acid (VRLA) GEL-Electrolyte Valve Regulated Lead Acid (VRLA) Tegangan pengenal 12 volt 12 volt Kapasitas arus 120 Ah 150 Ah Efesiensi baterai 90% 90% 84

38 Umur Suhu kerja pada saat beroperasi 10 tahun (pada suhu lingkungan 20 o C) atau 6 tahun (pada suhu lingkungan 25 o C) a. Discharge -20 o C ~ 55 o C b. Charge -10 o C ~ 55 o C c. Storage -20 o C ~ 55 o C 10 tahun (pada suhu lingkungan 20 o C) atau 6 tahun (pada suhu lingkungan 25 o C) a. Discharge -20 o C ~ 55 o C b. Charge -10 o C ~ 55 o C c. Storage -20 o C ~ 55 o C Syarat baterai bekerja secara normal adalah, arus tersimpan di baterai tidak boleh terkuras lebih dari 25%, sehingga DOD (deep of discharge) = 100% - 25% = 75%. Cadangan beban adalah cadangan daya untuk beban (lampu) apabila panel surya tidak dapat menerima sinar matahari atau dalam satu hari cuaca dalam keadaan mendung, biasanya dibuat cadangan untuk beban dalam satu hari. Cadangan beban dalam satu hari = = = 43 Ah Maka untuk mencari kapasitas baterai LPJU solar cell sehingga dipilih baterai kapasitas 120 Ah untuk single ornament dan 150 Ah untuk double ornament adalah sebagai berikut. - Single ornament ( ) ( ) = 119,4 Ah Sehingga minimal kapasitas arus baterai 119,4 Ah, dan diambil baterai yang berkapasitas 120 Ah. 85

39 Gambar 4.3 Baterai Panasonic VRLA 120AH - Double ornament ( ) ( ) 143,4 Ah Sehingga minimal kapasitas arus baterai 143,4 Ah, dan diambil baterai yang berkapasitas 150 Ah. Gambar 4.4 Baterai Panasonic VRLA 150Ah c. Solar charge controller Berikut data solar charge controller yang akan digunakan untuk perencanaan penggunaan LPJU solar cell di kecamatan Medan Selayang. Tabel 4.10 Data solar charge controller Keterangan Spesifikasi Type PWM/MPPT Tegangan nominal 12 volt (sesuai beban) Arus Input/Output 10A -20A Temperatur Kerja -35 o C - 55 o C Ingress Proteksi (IP) IP 22 86

40 Solar charge controller dengan tipe ini dapat diprogram untuk memiliki kemampuan dual load atau dimmable load output. Tipe pengisian solar charge controller dengantipe pulse width modulation (PWM), mempunyai 4 tingkat pencas-an yakni : main, float, boost dan Equalization Gambar 4.5 Solar Charge Controller Ukuran atau rating untuk alat pengontrol aliran masuk dan keluar dari aki dengan pers 3.27 dalam satuan Ampere adalah: ampere 20 ampere. 4.7 Perhitungan Ekonomis PJU Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan LPJU solar cell dan konvensional antara lain : biaya investasi, biaya perawatan, dan biaya operasional. Di bawah ini akan dilakukan analisa untuk melihat rincian-rincian biaya yang dikeluarkan masing-masing LPJU. Dari hasil analisa tersebut akan terlihat seberapa banyak biaya yang dapat dihemat dengan mengganti LPJU konvensional yang terpasang sekarang denga soalr cell. Tentunya biaya yang dapat dihemat tidak hanya untuk pemakaian saat ini tetapi juga untuk pemakaian jangka panjang hinga ke tahun-tahun berikutnya. 87

41 4.7.1 Biaya Investasi Biaya investasi pada PJU solar cell dan PJU konvensional meliputi biaya pembelian keseluruhan material PJU dan biaya pemasangan (instalasi) material. a. PJU Konvensional Berikut data harga per unit material PJU konvensional dan perhitungannya sehingga didapat total biaya investasi atau biaya awal yang dipakai untuk membuat/mendirikan PJU konvensional di kecamatan Medan Selayang : Tabel 4.11 Harga Keseluruhan Material dalam satu Tiang dari PJU Konvensional Jenis Material Harga Jumlah Harga Total Single Ornament Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Lampu Sodium High Presure 150 watt Rp Rp Rp Rp Balast Sodium 150 watt Rp Rp Ignitor SN 58 Rp Rp Kapasitor 20 mf Rp Rp Armatur Lampu Rp Rp Total per Tiang Rp Dikalikan jumlah tiang sebanyak 1935 tiang 1935 x Rp Double Ornament Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Rp Rp Lampu Sodium High Presure 250 watt Rp Rp Balast Sodium 250 watt Rp Rp Ignitor SN 58 Rp Rp Kapasitor 20 Mf Rp Rp Armatur Lampu Rp Rp Total per Tiang Rp

42 Dikalikan jumlah tiang sebanyak 967 tiang 967 x Rp Total Pengeluaran untuk Tiang LPJU Rp Panel APP Rp Rp MCB 1 (10 ampere) MCB 3 (63 ampere) Rp Rp Rp Rp Kabel NYM 2 x 2.5 mm 2 KabelNYFGbY 4x10 mm 2 Kabel NYFGbY 4 x 16 mm 2 Biaya Penyambungan kwhmeter untuk LPJU 150 watt (Listrik dari PLN) Biaya Penyambungan kwhmeter untuk LPJU 250 watt (Listrik dari PLN) Biaya instalasi material pertiang + Panel APP (gaji & sewa peralatan) Rp 8.900/meter Rp /meter Rp /meter m m m Rp Rp Rp Rp 1.500/VA 362,8125kVA Rp Rp 1.500/VA 604,375 kva Rp Rp tiang Rp Biaya Total Rp keterangan : * Panjang kabel NYM = tinggi tiang x jumlah tiang * Panjang kabel NYFGbY 4 x 10 mm2 = jarak antara tiang x jumlah tiang * Panjang kabel NYFGbY 4 x 16 mm2 didapat dari perhitungan penghantar listrik pada bagian Bab 4.4Penghantar Listrik Sedangkan biaya penyambungan atau pemasangan kwh-meter (listrik dari (PLN) ke beban, yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 1.500,00/VA seperti yang tertera di Lampiran. Maka biaya penyambungan atau pemasangan kwhmeter untuk PJU konvensional di kecamatan Medan Selayang adalah : 89

43 b. PJU Solar Cell Berikut data harga perunit material PJU konvensional dan perhitungannya sehingga didapat total biaya investasi atau biaya awal yang dipakai untuk merencanakan/mendirikan PJU solar cell di kecamatan Medan Selayang : Tabel 4.12 Harga Keseluruhan Material dalam satu Tiang dari PJU Solar Cell Jenis Material Harga Jumlah Harga Total Single Ornament Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Rp Rp Panel surya 60 watt peaks Rp Rp Lampu LED 20 watt Rp Rp Armatur Lampu Rp Rp Baterai 120 Ah Rp Rp Solar Charge Controller Rp Rp Box (Baterai, Solar Charge Controller & ) Rp Rp Total per tiang Rp ,00 Dikalikan jumlah tiang sebanyak 1935 tiang 1935 x Rp Double Ornament Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Rp Rp Panel surya 80 watt peaks Rp Rp Lampu LED 40 watt Rp Rp Armatur Lampu Rp Rp Baterai 150 Ah Rp Rp

44 Solar Charge Controller Rp Rp Box (Baterai, Solar Cherge Controller & ) Rp Rp Total per Tiang Rp Dikalikan jumlah tiang sebanyak 967 tiang 967 x Rp Total keselurahan tiang PJU Rp Biaya instalasi material pertiang + Panel APP (gaji & sewa peralatan) Rp tiang Rp Biaya Total Rp Maka total biaya investasi atau biaya awal untuk membuat/mendirikan penerangan jalan umum solar cell pada kecamatan Medan Selayang adalah sebesar Rp , Biaya Operasional Biaya operasional penerangan jalan umum adalah biaya yang terusmenerus dikeluarkan dalam setiap periode, biaya ini dikeluarkan untuk mengoperasi atau menghidupkan lampu penerangan jalan sesuai fungsinya. a. PJU Konvensional Biaya operasional PJU konvensional tergantung pada harga TDL (Tarif Dasar Listrik), dimana harga TDL (tahun 2014) tertera pada Lampiran 1, Sehingga dapat dihitung biaya operasional PJU konvensional dalam satu tahun melalui pers 3.29 adalah : 91

45 Tabel 4.13 Biaya Beban Keterangan E load / cosφ (KVA) Biaya (Rp /KVA) Biaya Beban [ ] Single Ornament 362, Rp ,00 Double Ornament 604, Rp ,00 Biaya Total Rp ,00 Tabel 4.14 Biaya Pemakaian Listrik Keterangan E load (Kw) t (hours) TDL (Rp /Kwh) Biaya Pemakaian Listrik Single Ornament 362, Rp ,00 Double Ornament 604, Rp ,00 Biaya Total Rp ,00 Maka total biaya rekening listrik yang harus dibayar Dinas Pertamanan kepada PLN dalam setahun (tahun 2015) adalah sebesar: Biaya rekening yg harus dibayar =Rp Rp Rp = Rp ,00/tahun Untuk mencari berapa biaya operasional PJU selama 10 tahun mendatang dapat dicari dengan menggunakan persamaan Dengan memeperkirakan tahun-tahun berikut (setelah tahun 2014) kenaikan harga TDL berkisar 10%/tahun dan tingkat kenaikan harga TDL sebesar 5% / tahun, dimana FVAn = A (FVAn/A, i%, N) = Rp (FVAn/ Rp , 5%, 10tahun) Rp (selama 10 tahun) 92

46 b. PJU Solar Cell Biaya operasional pada PJU solar cell adalah biaya untuk persediaan airaccu (baterai) dan biaya pembersih panel surya setiap 3 bulan yang berkisar Rp ,00 dan dalam setahun sebesar Rp ,00/tahun. Dengan pers 3.31 dapat dicari biaya operasional dimana kenaikan harga air accu dan pembersih panel surya 10% / tahun. FVAn = A (FVAn/A, i%, N) Rp ,00 (selama 10 tahun) Maka perkiraan biaya operasional setiap tahunnya dengan pers 3.32 adalah: Tabel 4.15 Biaya Operasional per Tahun (a) PJU Konvensional Tahun Biaya per Tahun ke Total Rp (b) PJU Solar Solar Cell Tahun Biaya per Tahun ke Total Rp

47 4.7.3 Biaya Perawatan Biaya perawatan pada PJU adalah biaya pergantian material karena rusak atau tidak layak digunakan lagi.pada tugas akhir ini, pergantian material untuk perhitungan biaya perawatan PJU hanya dikarenakan umur material tersebut. a. PJU Konvensional Berikut material PJU Konvensional beserta umur materialnya : Tabel 4.16 Umur Material PJU Konvensional Jenis Material Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Lampu SodiumHigh Presure 250 watt Balast Sodium 250 watt Ignitor SN 58 Kapasitor 20 mf Armatur Lampu MCB Kabel Panel APP Umur 30 tahun jam = 3,4 tahun 3 tahun 3 tahun 3 tahun 10 tahun 3 tahun 12 tahun 30 tahun Maka untuk mencari biaya material PJU konvensional dalam kurung waktu 10 tahun dengan pers 3.32 dan pers 3.33, dengan tingkat kenaikan harga material 10% / tahun, : - Single Ornament Lampu SON T 150 watt + Balast Sodium 150 watt + Ignitor SN 58 + Kapasitor 20 mf + MCB (1 & ) ( ) x = Rp ,00 81

48 Fv = Fv = Rp Armatur Lampu + MCB = ( x 1935) = Rp Rp Total biaya perawatan PJU konvensional untuk tiang single ornament = Rp Rp = Rp Double Ornament Lampu SON T 250 watt + Balast Sodium 250 watt + Ignitor SN 58 + Kapasitor 20 mf ( ) x 1934 = Rp Fv = Fv = Rp Armatur Lampu + MCB = ( x 1934) = Rp Rp Total biaya perawatan PJU konvensional untuk tiang double ornament = Rp Rp = Rp Total Biaya Perawatan PJU Konvensional dalam waktu sepuluh tahun, = Rp ,00 (selama 10 tahun) 82

49 b. PJU Solar Cell Berikut material PJU Solar Cell beserta umur materialnya : Tabel 4.17 Umur Material PJU Solar Cell Jenis Material Tiang PJU (tiang, ornament, klem & baut) Panel surya Lampu LED Armatur Lampu Baterai 150 Ah Solar Charge Controller Box (Baterai, Solar Charge Controller ) Umur 30 tahun 25 tahun jam = 13,7 tahun 10 tahun 7 tahun 10 tahun 30 tahun Maka untuk mencari biaya perawatan PJU solar cell dalam kurung waktu 10 tahun dengan pers 3.31 dan pers 3.32, dengan tingkat kenaikan harga material 10% / tahun. - Single Ornament Armatur lampu + Solar charge controller = ( ) x 1935 = Rp Rp Double Ornament Armatur lampu + Solar charge controller = ( ) x 1934 = Rp Rp Single Ornament Baterai 150 Ah = x 1935 = Rp

PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL

PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL Daniel Bimbingan LimbongSurya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik Departemen

Lebih terperinci

BAB III 3 METODE PENELITIAN. b) Pengambilan data Klimatologi lokasi penelitian

BAB III 3 METODE PENELITIAN. b) Pengambilan data Klimatologi lokasi penelitian BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pengambilan Data a) Studi lapangan Dilakukan di Taman Departemen Teknik Elektro dan Halaman Gedung Administrasi FT USU, yaitu mengukur lokasi yang akan dipasangi penerangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PENAMBAHAN PEMASANGAN BARU LPJU KONVENSIONAL DENGAN LPJUTS DI JALAN TOL BELMERA DENGAN PENDEKATAN VALUE ENGINEERING

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PENAMBAHAN PEMASANGAN BARU LPJU KONVENSIONAL DENGAN LPJUTS DI JALAN TOL BELMERA DENGAN PENDEKATAN VALUE ENGINEERING TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PENAMBAHAN PEMASANGAN BARU LPJU KONVENSIONAL DENGAN LPJUTS DI JALAN TOL BELMERA DENGAN PENDEKATAN VALUE ENGINEERING Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL TUGAS AKHIR PERBANDINGAN TEKNIS DAN EKONOMIS PENGGUNAAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL DENGAN PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL (Studi Terhadap Penerangan Jalan Umum Di Jalan Ir.H Juanda Medan) Diajukan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI METODE REKAYASA NILAI PADA PERENCANAAN PENGGUNAAN LPJU SOLAR CELL

TUGAS AKHIR STUDI METODE REKAYASA NILAI PADA PERENCANAAN PENGGUNAAN LPJU SOLAR CELL TUGAS AKHIR STUDI METODE REKAYASA NILAI PADA PERENCANAAN PENGGUNAAN LPJU SOLAR CELL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PENGGUNAAN LISTRIK DI KOTA MEDAN (Studi Terhadap PJU Di Kecamatan Medan Selayang) Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

PERENCANAAN KOMPARATIF SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS SISTEM KELISTRIKAN PADA PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL DAN SOLAR CELL

PERENCANAAN KOMPARATIF SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS SISTEM KELISTRIKAN PADA PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL DAN SOLAR CELL PERENCANAAN KOMPARATIF SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS SISTEM KELISTRIKAN PADA PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL DAN SOLAR CELL (Aplikasi Jalan by Pass Padang) Emi Safria (1310017111032) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN SISTEM PHOTOVOLTAIK SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA LISTRIK SKALA RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI GEDUNG VEDC MALANG)

KAJIAN KELAYAKAN SISTEM PHOTOVOLTAIK SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA LISTRIK SKALA RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI GEDUNG VEDC MALANG) 13 KAJIAN KELAYAKAN SISTEM PHOTOVOLTAIK SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA LISTRIK SKALA RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI GEDUNG VEDC MALANG) Teguh Utomo Abstract Pemakaian sistem photovoltaik di gedung VEDC Malang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan energi listrik merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas manusia. Oleh karena itu, penyediaan tenaga listrik harus menjadi prioritas dalam

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S. SOAL DAN PEMBAHASAN SEKOLAH : SMK Negeri Nusawungu MAPEL : MIPLBS KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik Oleh : Siswanta, S.Pd 1. Syarat-syarat instalasi listrik adalah...

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI E-Journal SPEKTRUM Vol. 2, No. 3 September 20 ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGOPERASIAN PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN BY PASS I GUSTI NGURAH RAI I.W.H.

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH :

Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro OLEH : PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Diajukan untuk memenuh salah satu persyaratan dalam

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2.

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2. PERENCANAAN SISTEM PENERANGAN JALAN UMUM DAN TAMAN DI AREAL KAMPUS USU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TENAGA SURYA (APLIKASI DI AREAL PENDOPO DAN LAPANGAN PARKIR) Donny T B Sihombing, Ir. Surya Tarmizi Kasim

Lebih terperinci

Oleh: UMI KHOIRIYAH D

Oleh: UMI KHOIRIYAH D PERENCANAAN DAN ANALISIS PEMBIAYAAN PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) (Studi Kasus: Jl. Tangkil-Ngeluk Kec. Gesi Kab. Sragen) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN

BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN SUPLY PLN SHS MCB 2 MCB 1 BEBAN Gambar 3.10 Panel daya (kombinasi solar home system dengan listrik PLN) BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN 4.1 ANALISA SOLAR HOME SYSTEM Analisa

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENERAPAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN TOL DARMO SURABAYA

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENERAPAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN TOL DARMO SURABAYA ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENERAPAN PENERANGAN JALAN UMUM SOLAR CELL UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN DI JALAN TOL DARMO SURABAYA Engga Kusumayogo 1, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 2, Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D

Lebih terperinci

Proposal PJU Tenaga Surya

Proposal PJU Tenaga Surya TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 54 C, Bandung, Jawa Barat W: www.tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id T: +62 22 732233 TMLEnergy We can make a better world together Proposal PJU Tenaga Surya 2

Lebih terperinci

Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal

Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal Pengantar Presentasi ini dipersiapkan oleh Azhar Kamal untuk acara Sesi Info Listrik Tenaga

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.. Spesifikasi Sistem 4... Spesifikasi Panel Surya Model type: SPU-50P Cell technology: Poly-Si I sc (short circuit current) = 3.7 A V oc (open circuit voltage) = 2 V FF (fill

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data yang Didapat Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk menunjang sebagai analisis perbandingan lampu yaitu menggunakan data jenis lampu yang digunakan pada area

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboraturium Daya dan Alat Mesin Pertanian (Lab DAMP) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT ANALISIS INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DENGAN SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA PADA SOLAR WATER PUMP Muhamad Fahri Iskandar 24411654 Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT Latar Belakang Konversi energi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, rancangan alat, metode penelitian, dan prosedur penelitian. Pada prosedur penelitian akan dilakukan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi khususnya energi listrik untuk memenuhi kebutuhan manusia terus meningkat. Khususnya di Indonesia kebutuhan energi listrik sebagian besar dipenuhi

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN I.W.G.A Anggara 1, I.N.S. Kumara 2, I.A.D Giriantari 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

A D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N. Nomor : LU / Pokja-9/ULP-JTG/V/2015 Tanggal : 22 Mei Untuk Pengadaan BELANJA MODAL

A D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N. Nomor : LU / Pokja-9/ULP-JTG/V/2015 Tanggal : 22 Mei Untuk Pengadaan BELANJA MODAL A D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : LU. 14.03/ Pokja-9/ULP-JTG/V/2015 Tanggal : 22 Mei 2015 Untuk Pengadaan BELANJA MODAL PENGADAAN DAN PEMASANGAN PLTS PJU DI KABUPATEN BLORA TAHUN

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

PANEL SURYA dan APLIKASINYA

PANEL SURYA dan APLIKASINYA PANEL SURYA dan APLIKASINYA Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sebenarnya sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 10 24 joule pertahun. Jumlah energi sebesar

Lebih terperinci

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System P R O P O S A L CV. SURYA SUMUNAR adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengadaan dan penjualan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya (matahari) sebagai sumber energi utamanya. Kami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI Rabu, 25 Maret 2015 Oleh: Nelly Malik Lande POKOK BAHASAN TUJUAN DAN SASARAN PENDAHULUAN PENGERTIAN, PRINSIP KERJA, JENIS-JENIS INVERTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG ANALISIS TEKNIS PENATAAN ULANG PENERANGAN JALAN UMUM PADA JALUR MAKAM NASIONAL DI KABUPATEN JOMBANG Ruditta Devianti 1, Teguh Utomo, Ir., MT. 2, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 3 ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ²

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR Muchammad dan Hendri Setiawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Kampus Undip Tembalang, Semarang 50275, Indonesia

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE 5.1. Jenis Pekerjaan yang Dilaksanakan Setelah mengetahui kinerja simpang empat Jalan Brigjend Sudiarto Jalan KH. Wahid Hasyim Jalan Kahayan I Serengan Kota

Lebih terperinci

BAB III KOMPONEN DAN PROSES PEMASANGAN. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan mengurangi

BAB III KOMPONEN DAN PROSES PEMASANGAN. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan mengurangi BAB III KOMPONEN DAN PROSES PEMASANGAN INSTALASI PJU 3.1 Deskripsi Kondisi Lapangan Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan mengurangi permasalahan yang timbul setelah pekerjaan diperlukan sebuah

Lebih terperinci

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE A. Handjoko Permana *), Ari W., Hadi Nasbey Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No. 10 Rawamangun, Jakarta 13220 * ) Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang ada saat ini sebagian besar masih mengandalkan kepada sumber energi yang tidak terbarukan dalam arti untuk mendapatkannya

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS 4.1 Perancangan UPS 4.1.1 Menghitung Kapasitas UPS Uninterruptible Power Supply merupakan sumber energi cadangan yang sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh filter warna kuning terhadap efesiensi Sel surya. Dalam penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: 2355-3553 STUDI PENGARUH PENGGUNAAN BATERAI PADA KARAKTERISTIK PEMBANGKITAN DAYA SOLAR CELL 50 WP Ambo Intang Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Tamansiswa,

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal MIZZA FAHRIZA RAHMAN 4107100082 DOSEN PEMBIMBING Ir. TRIWILASWANDIO WP., M.Sc. 19610914 198701

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Spesifikasi Sistem 4.1.1. Spesifikasi Baterai Berikut ini merupakan spesifikasi dari baterai yang digunakan: Merk: MF Jenis Konstruksi: Valve Regulated Lead Acid (VRLA)

Lebih terperinci

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE 5.1. Jenis Pekerjaan yang Dilaksanakan Setelah mengetahui kinerja Simpang Empat Jalan Slamet Riyadi Jalan Wimboharsono Kartasura Kabupaten Sukoharjo, maka

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1. Sistem Kelistrikan Dalam mengevaluasi kelistrikan yang ada di gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara hal yang harus diperhitungkan adalah jumlah

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL

RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA MENGGUNAKAN MODUL SURYA 50 WP SEBAGAI ENERGI CADANGAN PADA RUMAH TINGGAL LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu tumbuh terciptanya sarana dan prasarana insfrastuktur yang harus memadai untuk kegiatan

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN 1 Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkenaan dengan suatu lampu penerangan jalan umum atau dikenal dengan lampu PJU, khususnya lampu PJU yang dilengkapi

Lebih terperinci

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED TMLEnergy TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat Jl Soekarno Hatta no. W: 541 www.tmlenergy.co.id C, Bandung, Jawa Barat W: www.tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER Oleh: Muhammad Anwar Widyaiswara BDK Manado ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

Lebih terperinci

TMLEnergy We can make a better world together Proposal PJU Smart

TMLEnergy We can make a better world together Proposal PJU Smart TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat W: www.tmlenergy.co.id E: T: TMLEnergy We can make a better world together Proposal PJU Smart 2 www.tmleergy.co.id 2 Smart Solar Street Light?

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

PROPOSAL INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM TENAGA SURYA (PJUTS) JALAN TOL PROBOLINGGO-BANYUWANGI

PROPOSAL INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM TENAGA SURYA (PJUTS) JALAN TOL PROBOLINGGO-BANYUWANGI PROPOSAL INSTALASI PENERANGAN JALAN UMUM TENAGA SURYA (PJUTS) JALAN TOL PROBOLINGGO-BANYUWANGI Anggota : Putri Sundari 23116306 Niar Suwiarti S 23117024 Amma Muliya R 23116016 Toto Wardoyo 23116024 FAKULTAS

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

Perancangan dan Realisasi Kebutuhan Kapasitas Baterai untuk Beban Pompa Air 125 Watt Menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Perancangan dan Realisasi Kebutuhan Kapasitas Baterai untuk Beban Pompa Air 125 Watt Menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Juli 2015 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.3 No.2 Perancangan dan Realisasi Kebutuhan Kapasitas Baterai untuk Beban Pompa Air 125 Watt

Lebih terperinci

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG 3.1 RANGKAIAN SOLAR HOME SISTEM Secara umum sistem pemabangkit daya listrik fotovoltaik dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis[2]: a. Sistem langsung, yaitu

Lebih terperinci

Sistem PLTS Off Grid Komunal

Sistem PLTS Off Grid Komunal PT. REKASURYA PRIMA DAYA Jl. Terusan Jakarta, Komp Ruko Puri Dago no 342 kav.31, Arcamanik, Bandung 022-205-222-79 Sistem PLTS Off Grid Komunal PREPARED FOR: CREATED VALID UNTIL 2 2 mengapa menggunakan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMAKASIH... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMAKASIH... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Solar Cell, Media pembelajaran berbasis web, Intensitas Cahaya, Beban, Sensor Arus dan Tegangan PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Solar Cell, Media pembelajaran berbasis web, Intensitas Cahaya, Beban, Sensor Arus dan Tegangan PENDAHULUAN Rancang Bangun Sistem Kontrol dan Monitoring Sel Surya dengan Raspberry Pi Berbasis Web Sebagai Sarana Pembelajaran di Akademi Teknik dan Penerbangan Surabaya Hartono Indah Masluchah Program Studi Diploma

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA Ema Kartika Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB 2 II DASAR TEORI

BAB 2 II DASAR TEORI BAB 2 II DASAR TEORI 2.1 Lampu Penerangan Jalan Lampu penerangan jalan merupakan bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri / kanan jalan dan atau di tengah (dibagian

Lebih terperinci

PJU Tenaga Surya. Penerangan Jalan Umum Mandiri

PJU Tenaga Surya. Penerangan Jalan Umum Mandiri PJU Tenaga Surya Penerangan Jalan Umum Mandiri Mengenal PJUTS PJUTS adalah aplikasi Penerangan Jalan Umum (PJU) yang menggunakan Tenaga Surya (matahari) sebagai sumber energi mandirinya. Komponen PJUTS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN Diajukan Oleh: ABDUR ROZAQ D 400 100 051 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS

NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN PANEL SURYA (SOLAR CELL) SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK ALTERNATIF UNTUK POMPA AKUARIUM DAN PEMBERI MAKAN OTOMATIS TUGAS AKHIR Disusun untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel

BAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel BAB IV SIMULASI Pada bab ini simulasi serta analisa dilakukan melihat penghematan yang ada akibat penerapan sistem pembangkit listrik energi matahari untuk rumah penduduk ini. Simulasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh kualitas lampu yang tahan lama dengan kuat cahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh kualitas lampu yang tahan lama dengan kuat cahaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi, banyak penelitian yang dilakukan untuk memperoleh kualitas lampu yang tahan lama dengan kuat cahaya yang tinggi dan tentunya

Lebih terperinci

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV) PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV) Muamar Mahasiswa Program Studi D3 Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bengkalis E-mail : - Jefri Lianda Dosen Jurusan Teknik Elektro Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitianinimenggunakanmetodeeksperimendanlokasipenelitianberte mpat di LAB Listrik Tenaga jurusanpendidikanteknikelektro, FPTK UPI.Adapunlangkah langkahpenelitian

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN PERANCANGAN HYBRID SISTEM PHOTOVOLTAIC DI GARDU INDUK BLIMBING-MALANG Irwan Yulistiono 1, Teguh Utomo, Ir., MT. 2, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 3 ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

PENGUJIAN PANEL FOTOVOLTAIK DENGAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

PENGUJIAN PANEL FOTOVOLTAIK DENGAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN PENGUJIAN PANEL FOTOVOLTAIK DENGAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Dohardo P.H. Simanullang 1, Azriyenni Azhari Zakri 2 1 TeknikElektro S1, FakultasTeknik, Universitas Riau 2 Dosen JurusanTeknik Elektro, FakultasTeknik,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL Abdullah Iskandar 1), Agus Supriyadi 2) 1) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan 2) Program Studi Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel

BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA. Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel BAB III PERANCANGAN MINI REFRIGERATOR THERMOELEKTRIK TENAGA SURYA 3.1 Tujuan Perancangan Pada perancangan ini akan di buat pendingin mini yang menggunakan sel surya sebagai energy tenaga surya. Untuk mempermudah

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK

Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK RANCANG BANGUN PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED FORWARD REVERSE MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20DR-A Hilman Herdiana Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI 4.1 UMUM Proses distribusi adalah kegiatan penyaluran dan membagi energi listrik dari pembangkit ke tingkat konsumen. Jika proses distribusi buruk

Lebih terperinci

PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING

PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING Oleh : FARHAN APRIAN NRP. 2207 100 629 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari,

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI EKONOMI METERISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA MEDAN O L E H JOY SOPATER WASIYONO NIM :

TUGAS AKHIR STUDI EKONOMI METERISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA MEDAN O L E H JOY SOPATER WASIYONO NIM : TUGAS AKHIR STUDI EKONOMI METERISASI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA MEDAN O L E H JOY SOPATER WASIYONO NIM : 040402001 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 STUDI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL 3.1 Survey Lokasi Langkah awal untuk merancang dan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA

BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA 61 BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN PANEL SURYA Sebuah sel PV terhubung dengan sel lain membentuk sebuah modul PV dan beberapa modul PV digabungkan membentuk sebuah satu kesatuan (array) PV, seperti terlihat

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP Novio Mahendra Purnomo (L2F008070) 1, DR. Ir. Joko Windarto,MT. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

BAB V SPESIFIKASI TEKNIS

BAB V SPESIFIKASI TEKNIS BAB V SPESIFIKASI TEKNIS 1.1 Modul Surya Modul Surya berfungsi sebagai catudaya yang menghasilkan energi listrik dari energi matahari. Spesifikasi Modul Surya : Jenis Module : Polycristaline Type : LEN

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL 16 Jurnal Program Studi Teknik Elektro JE-Unisla EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL Suharijanto 1), Abdullah Iskandar 2), Agus Supriyadi 3) 11) Dosen Fakultas Teknik Prodi

Lebih terperinci

Table 1 Aliran dana dengan dana kumulatifnya

Table 1 Aliran dana dengan dana kumulatifnya ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) DI KABUPATEN JEMBER Ahmad Fadly Irawan¹, Moch. Dhofir², Hadi Suyono ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

SIMULASI PHOTOVOLTAIC DAN KINCIR ANGIN SAVONIUS SEBAGAI SUMBER ENERGI PENGGERAK MOTOR KAPAL NELAYAN

SIMULASI PHOTOVOLTAIC DAN KINCIR ANGIN SAVONIUS SEBAGAI SUMBER ENERGI PENGGERAK MOTOR KAPAL NELAYAN SIMULASI PHOTOVOLTAIC DAN KINCIR ANGIN SAVONIUS SEBAGAI SUMBER ENERGI PENGGERAK MOTOR KAPAL NELAYAN Adam Daniary Ibrahim (2410105003) Dosen Pembimbing : Dr. Ridho Hantoro, ST, MT & Dr. Gunawan Nugroho,

Lebih terperinci