BAB III PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE"

Transkripsi

1 BAB III PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE A. Perkembangan Kawasan Heritage di Kecamatan Kota Surakarta Kecamatan berkembang dengan sangat pesat karena adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat pula. Sehingga, tempat-tempat yang dahulu menjadi tempat tinggal bagi para petinggi, sekarang dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata heritage yang dapat dinikmati oleh wisatawan.berbagai macam keunikan dan keragaman dapat dari tempat tersebut dapat menarik wisatawan yang berkunjung terutama di Kecamatan yang sekarang sudah berkembang dengan cepat dari tahun ke tahun, mulai dengan jalur transportasi yang lawas hingga obyek-obyek wisata yang masih berdiri kokoh dari awal tempat tersebut berdiri. Kecamatan memiliki banyak sekali kawasan heritage dari yang masih masih seperti aslinya, hingga direvitalisasi secara bertahap agar lebih menarik dan indah untuk dikunjungi. Oleh karena itu, bangunan-bangunan atau obyek wisata heritage memiliki hak paten mengenai cagar budaya, sehingga bangunan-bangunan tersebut dapat dipelihara dan dilestarikan dengan baik dan benar oleh masyarakat Kota Surakarta. B. Potensi Kawasan Heritage di Kecamatan Kota Surakarta Kecamatan Kota Surakarta memiliki potensi wisata heritage tangible dan heritage intangible. Heritage tangible adalah tinggalan fisik yang berupa bangunan atau toponimi yang sebenarnya merupakan data arkeologi perkotaan. Sedangkan heritage intangible yang ditegaskan oleh UNESCO, meliputi tradisi oral bahasa, proses kreasi kemampuan dan pengetahuan, seni pertunjukkan, festival, religi dan kepercayaan, kosmologi, serta sistem pembelajaran dan kepercayaan, serta praktik-praktik kepercayaan, yang di dalamnya termasuk musik dan lagu, seni pertunjukkan, kuliner tradisional 41

2 42 (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Tahun Kota Surakarta, 2016). Kecamatan memiliki banyak potensi heritage tangible dan heritage intangible dimana saat ini masih dijumpai oleh masyarakat, seperti banguanan cagar budaya dan atraksi wisata yang terdapat pada obyek-obyek tersebut. Seperti halnya bangunan cagar budaya yang memiliki potensi wisata heritage tentu harus memiliki syarat atau kategori agar dapat dikatakan sebagai bangunan cagar budaya. Berikut tabel yang menjelaskan bangunan heritage merupakan cagar budaya. Tabel 3. Kategori Obyek Heritage yang Merupakan Bangunan Cagar Budaya di Kecamatan Kota Surkarta No. Nama Obyek Jenis Obyek Lama Berdirinya Arti Khusus Bangunan 1. Stasiun Solo Balapan Bangunan Fasilitas ±143 Tahun Merupakan stasiun tua di Kota Surakarta. Transportasi 2. Stasiun Radio Republik Bangunan Kolonial ±80 Tahun Stasiun radio pertama di Kota Surakarta. Indonesia (RRI) 3. Ponten Bangunan ±80 Tahun MCK tertua di Kota Surakarta. 4. Villa Park Taman ±90 Tahun Kawasan elite Kota Surkarta pada eranya. 5. Monumen 45 Tugu / Monumen ±67 Tahun Tugu untuk memperingati peristiwa Serangan Umum Empat Hari di Kota Surkarta. 6. Pasar Antik Windujenar Triwindu Kawasan Tradisional ±77 Tahun Sebagai salah satu peninggalan sejarah Istana Pura Mangkunegaran. 7. Istana Pura Kawasan ±259 Merupakan bangunan

3 43 Mangkunegaran Tradisional Tahun bersejarah berupa kadipaten (kantor pemerintahan) pada eranya. 8. Masjid Al- Wustho Bangunan Ibadah ±138 Tahun Tempat ibadah tertua selain Masjid Agung. 9. Monumen Pers Inventarisasi Balai Pelestarian ±98 Tahun Sebagai sumber tentang jurnalistik atau beritaberita pada eranya. Peninggalan Purbakala (BP3) 10. Taman Balekambang Taman ±95 Tahun Merupakan peninggalan sejarah milik Istana Pura Mangkunegaran Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Tahun , 2016 dengan beberapa tambahan Sedangkan untuk heritage intangible dari Kecamatan adalah sebagai berikut. Tabel 4. Heritage Intangible Kecamatan Kota Surakarta Jenis Macam Alamat Adat Pawiyatan Jawi Mawar Pringgading RW 07, Setabelan, Kecamatan Wedang Dongo RW 01, Keprabon, Kecamatan Serabi RW 01, Keprabon, Kecamatan Kuliner Nasi Pecel Bu RW 01, Keprabon, Kecamatan Hadi Soto Bu Yoso RW 01, Keprabon, Kecamatan

4 44 Nasi Liwet Bu Wongso Lemu Nasi Gudeg Mangkunegaran Sate Pak Bejo Wedangan Singat Ganep s Snack Lenjongan Tenong Jogobayan Soto Sumur Es Kutir Soto Mbah Jarot Sate Tambak Segaran Intip Pringgading Soto Pak Man Gudeg Kue Gembukan Jenang Ayu Sate Pak Kardi RW 02, Keprabon, Kecamatan RW 02, Keprabon, Kecamatan RW 04, Timuran, Kecamatan RW 04, Setabelan, Kecamatan RW 05, Setabelan, Kecamatan RW 05, Setabelan, Kecamatan RW 05, Setabelan, Kecamatan RW 06, Setabelan, Kecamatan RW 07, Setabelan, Kecamatan RW 07, Setabelan, Kecamatan RW 08, Setabelan, Kecamatan RW 09, Setabelan, Kecamatan RW 01, Kestalan, Kecamatan RW 04, Kestalan, Kecamatan RW 04, Kestalan, Kecamatan RW 05, Kestalan, Kecamatan

5 45 Musik Kerajinan Swe Ke Makanan Gudeg Ayu Keroncong Puspa Prabu Paguyuban Karawitan Kusuma Laras Karawitan Langen Praja Kesenian Hadrah Keroncong Keroncong Gita Puspa Sanggar Lukis Produksi Busana Jawi Sepatu Sadinoe Kerajinan Kaca Risang Aji Glass Mebel Lukis Kanvas Blangkon RW 01, Ketelan, Kecamatan RW 01, Ketelan, Kecamatan RW 01, Keprabon, Kecamatan RW 06, Keprabon, Kecamatan RW 06, Keprabon, Kecamatan RW 01, Kestalan, Kecamatan RW 03, Kestalan, Kecamatan RW 04, Kestalan, Kecamatan RW 04, Timuran, Kecamatan RW 02, Keprabon, Kecamatan RW 05, Keprabon, Kecamatan RW 01, Kestalan, Kecamatan RW 04, Kestalan, Kecamatan RW 05, Kestalan, Kecamatan RW 06, Kestalan, Kecamatan

6 46 Paguyuban Wayang Bocah RW 06, Keprabon, Kecamatan Surya Kusuma Sanggar Tari Soeryo RW 06, Keprabon, Kecamatan Soemirat Pertunjukkan Sanggar Tari dan Karawitan RW 06, Keprabon, Kecamatan Pakarti Tari Tradisi RW 06, Keprabon, Kecamatan Wayang Orang RW 04, Kestalan, Kecamatan Wiyosan Jumenengan Wayang Bocah Mangkunegaran Festival Performing Art Istana Pura Mangkunegaran Mangkunegaran Art Festival Kirab Pusaka Festival Jenang Ngarsopuro Sumber : Data Lapangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2014, Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, 2014 Dari data di atas, sudah dapat disimpulkan, bahwa Kecamatan memiliki banyak kawasan heritage yang keberadaannya sampai sekarang masih kokoh dan dijadikan salah satu tujuan wisata di Kota Surakarta. Maka dari itu, tentu saja bangunan-bangunan heritage tersebut berpotensi sebagai slaah satu destinasi wisata heritage yang berlokasi di Kecamtan. Berikut

7 47 penjelasan mengenai potensi wisata dari masing-masing obyek heritage tersebut dengan berdasarkan observasi secara langsung maupun tidak langsung. 1. Stasiun Solo Balapan Kestalan Stasiun Solo Balapan adalah stasiun tua dan terbesar yang ada di Kota Surakarta. Stasiun ini terletak di Jalan Mongonsidi Nomor 112, Kestalan, Surakarta. Stasiun ini terletak pada ketinggian +93 meter dan termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta. Nama Balapan diambil dari nama kampung sebelah utara komplek stasiun. Stasiun ini terletak di jalur kereta api yang menghubungkan Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Pembangunan stasiun dilakukan oleh jaringan kereta api masa kolonial Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada abad ke-19 (tepatnya 1873). Pembangunan dilakukan pada masa pemerintahan Mangkunegara IV dan merupakan stasiun untuk wilayah Kadipaten Praja Mangkunegaran ( Gambar 5. Stasiun Solo Balapan Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri Stasiun Balapan merupakan bangunan bergaya kolonial yang berfungsi sebagai stasiun kereta api. Saat ini masih berfungsi secara baik dan merupakan stasiun terbesar dibandingkan dengan dua stasiun lainnya, yaitu Stasiun Purwosari

8 48 dan Stasiun Jebres. Bangunan ini dirancang oleh Ir. Thomas Karsten dengan desain atap teritisan bersusun yang memperhatikan karakter iklim tropis dan berfungsi secara optimal pada fisika bangunannya (pencahayaan dan penghawaan alami). Secara fungsi dan fisik bangunan Stasiun Balapan merupakan salah satu monumen sejarah perkeretaapian baik di Surakarta maupun Indonesia (Dinas Tata Ruang Kota Surakarta, 2013). Potensi wisata heritage yang dimiliki Stasiun Solo Balapan dan dapat menarik pengunjung atau wisatawan adalah sebagai berikut. a. Letak yang strategis; b. Merupakan salah satu bangunan cagar budaya di Kota Surakarta; c. Sebagai salah satu fasilitas moda transportasi tertua di Kota Surakarta; d. Memiliki desain terititsan bersusun yang menjadi ciri khas dari obyek ini; e. Memiliki nilai sejarah. 2. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Kestalan Gambar 6. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) pertama terletak di Jalan Abdul Rachman Saleh No. 51, Kestalan, Surakarta. Awal mulanya muncul radio di Indonesia, yaitu pada tahun Badan Pemerintah yang mengelola siaran radio

9 49 saat itu adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij). Dengan berdirinya NIROM, lalu pihak Istana Pura Mangkunegaran juga menyiarkan klenengan dan wayang orang secara tetap pada tahun Lalu, selanjutnya karena sender tersebut rusak termakan usia, maka di belilah sender baru pada tanggal 1 April 1933 dengan didirikannya Solosche Radio Vereneging (SRV) yang merupakan seperangkat alat siaran baru dan selanjutnya pada tahun 1936 pindah menjadi Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) hingga sekarang ( Potensi yang dimiliki dari obyek ini adalah : a. Merupakan stasiun radio pertama di Kota Surakarta dan di Indonesia; b. Merupakan bangunan cagar budaya; c. Berlokasi strategis. Dari potensi yang disebutkan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa obyek ini memiliki potensi wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Tentu, wisata ini termasuk kategori wisata minat khusus, karena daya tarik yang diinformasikan menonjolkan nilai-nilai sejarah yang ada pada obyek ini. 3. Ponten Kestalan Ponten adalah bangunan yang dibangun pada masa pemerintahan Magkunegara VII pada tahun 1936 yang didesain oleh arsitek Belanda, Thomas Karsten. Berlokasi di antara Jalan Kalimantan, Kestalan, Surakarta. Berfungsi sebagai tempat mandi cuci kakus (MCK). Ponten terdiri dari tiga ruang, di sebelah timur digunakan untuk laki-laki, di sebelah barat untuk wanita, dan di tengahtengah terdapat pancuran untuk mandi anak-anak. Di bagian depan terdapat taman sebagai tempat bermain atau bersantai. pada awalnya bangunan ini sudah menggunakan sistem aliran air mandiri (bukan dari sumur). Kondisi tersebut berlangsung hingga tahun 1959, namun setelah itu Ponten menggunakan air sumur. Sanitasinya sudah dirancang dengan baik dan dialirkan langsung ke Kali Pepe yang berseberangan langsung dengan Ponten. Pada tahun 2007, Ponten dipugar (KRT. H. Kistuboko) (

10 50 Gambar 7. Ponten Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri Potensi wisata heritage yang dimiliki dari Ponten ini adalah : a. Merupakan bangunan yang memiliki nilai sejarah; b. Termasuk dalam bangunan cagar budaya; c. Memiliki bentuk bangunan yang unik; d. Sebagai salah satu peninggalan sejarah Istana Pura Mangkunegaran; e. Merupakan tempat sumber kehidupan bagi masyarakat zaman dulu. Potensi wisata yang diperoleh dari Ponten tersebut, merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Karena, Ponten ini hanya dapat ditemukan di Kota Surakarta. Selain itu, wisatawan ynag berkunjung juga dapat mengetahui bagaimana zaman dahulu masyarakat mendapat sumber air untuk kehidupan sehari-harinya.

11 51 4. Villa Park Setabelan Di sisi sebelah selatan Monumen 45 yang juga menjadi gerbang pintu masuk Taman terdapat tulisan Villa Park. Gerbang ini diapit oleh dua tugu lilin dan sebuah gazebo di sisi barat. Villa Park terletak di Jalan Setabelan, Surakarta. Taman ini sangat dekat dengan Pasar Legi merupakan salah satu pasar tradisional yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Ke arah barat monumen dekat dengan Stasiun Solo Balapan, sedangkan ke arah selatan menuju ke kawasan Mangkunegaran dan ke arah utara menuju Terminal Tirtonadi (solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1). Gambar 8. Villa Park Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri Potensi yang dimiliki obyek ini adalah : a. Letak yang strategis; b. Merupakan salah satu aset bagunan cagar budaya; c. Mempunyai nilai sejarah.

12 52 Dari potensi tersebut, obyek ini memiliki daya tarik yang dapat dikembangakan untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung. Dengan cara menambahkan fasilitas pendukung dan menjelaskan sejarah asal-muasal tempat ini kepada wisatawan. Sehingga, wisatawan yang berkunjung dapat berwisata dan belajar sekaligus. 5. Monumen 45 Setabelan Monumen 45 merupakan sebuah monumen yang dibangun untuk memperingati peristiwa bersejarah di Kota Solo, yaitu Serangan Umum Empat Hari yang terjadi pada tanggal 7 sampai 10 Agustus Monumen ini didirikan di Taman dimana serangan tersebut terjadi. Penggagas serangan tersebut adalah Letkol Slamet Riyadi dan rekannya Mayor Ahmadi yang kemudian diangkat menjadi pahlawan nasional. Jasa Letkol Slamet Riyadi di abadikan dalam tugu yang ada di Rumah Sakit Slamet Riyadi dan patung raksasa di bundaran Gladag. Sedangkan Mayor Ahmadi jasadnya dikenang lewat patung yang didirikan di Poroliman yang lokasinya tidak jauh dari Monumen 45 (solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1). Monumen 45 dibangun Pemerintah Kota Surakarta pada tanggal 31 Oktober 1973 guna mengenang perjuangan rakyat Solo pada peristiwa melawan tentara Belanda. Setelah 3 tahun pembangunan, Monumen 45 di resmikan oleh Gubernur Jawa Tengah (masa itu) Soepardjo Roestam pada tanggal 10 November 1976 bertepatan dengan Hari Pahlawan (solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1). Banyak hal di setiap sudut dari Monumen 45 yang bisa diulas. Sebelum melihat dari dekat Monumen 45, ada gerbang yang dibangun menyerupai gerbang Keraton Kasunanan. Gerbang ini adalah pintu masuk Taman dimana monumen ini dibangun di tengah-tengahnya. Monumen 45 dibangun dengan patung dua pejuang, yaitu ulama pejuang dengan membawa keris dan pejuang rakyat jelata yang membawa bambu runcing, pemandangan ini tampak dari sisi sebelah utara (solo.renyah.com/2012/07/monumen-45-banjarsari-meniliksejarah.html?m=1). Tugu Monumen 45 berbentuk seperti atap rumah Joglo dan berketinggian 17 meter, melambangkan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Sedangkan di sisi

13 53 sebelah selatan dibangun tiga patung pejuang, yaitu prajurit, pemuda pejuang, dan wanita yang membawa bakul (tempat nasi) dan obat-obatan. Di atasnya terdapat simbol Garuda Pancasila di dalam tugu. Selain itu, di sisi ini juga dibangun tangga naik dimana bisa melihat deretan relief yang dibuat melingkari dinding tugu. Relief-relief ini menceritakan rangkaian kejadian penting perjuangan rakyat Solo sejak perang kemerdekaan hingga Orde Baru. Monumen 45 ini terletak di Jalan Setabelan, Setabelan, Surakarta (solo.renyah.com/2012/07/monumen-45- banjarsari-menilik-sejarah.html?m=1). Gambar 9. Monumen 45 Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri Potensi yang ada dalam obyek ini, adalah sebagai berikut. a. Merupakan tugu peringatan untuk mengenang jasa para pahlawan yang pada masa itu membela negara; b. Merupakan cagar budaya; c. Memiliki nilai sejarah.

14 54 Potensi wisata dari obyek ini merupakan potensi yang berpeluang sebagai pengembangan kawasan wisata heritage karena memiliki nilai-nilai sejarah yang di kota-kota lain belum tentu ada. 6. Pasar Antik Windujenar Triwindu Keprabon Pasar Antik Windujenar Triwindu terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, Keprabon, Surakarta. Pasar ini berdiri sejak tahun 1939 dengan nama Triwindu yang berasal dari peristiwsa ulang tahun ke-24 istri Mangkunegara VII, dengan arti tri yaitu tiga dan windu yang berarti delapan, lalu angka 3 dan 8 menjadi 24 yang berarti Triwindu. Lalu pada tahun 2011 pasar ini diresmikan kembali oleh pemerintah kota dengan nama Pasar Windujenar. Pasar ini memiliki 257 kios. Pada awal berdiri hingga tahun 1966 barang dagangan masih bercampur dengan onderdil motor / mobil, alat pertukangan, alat-alat rumah tangga serta warung makan. Sejak tahun 1970 barang dagangan berubah menjadi barang antik (barang yang memiliki umur lebih dari 50 tahun) tetapi kondisinya masih bagus. Pasar ini buka pada pukul (pwk.ft.uns.ac.id/pasarsolo/pasar-windujenartriwindu/). Gambar 10. Pasar Antik Windujenar Triwindu

15 55 Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri Potensi dari pasar antik ini adalah : a. Merupakan pasar antik yang keberadaannya masih eksis sampai sekarang; b. Memiliki berbagai macam barang antik yang legal untuk dijual; c. Dapat difungsikan sebagai media terselenggaranya event kota; d. Merupakan bangunan bersejarah. Pasar Antik Windujenar Triwindu ini memang memiliki daya tarik tersendiri. Karena, hadirnya barang-barang antik di pasar ini. Barang-barang antik di sini sangat menarik minat wisatawan, karena belum tentu ditemukan di kota lain. Selain itu, barang-barang antik yang dijual di sini juga memiliki legalitas, sehingga tidak akan menyalahi aturan hukum yang berlaku. 7. Istana Pura Mangkunegaran Keprabon Istana Pura Mangkunegaran berada di Jalan Ronggowarsito, Keprabon, Surakarta. Dibangun oleh Raden Mas Said, atau Mangkunegara I yang dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa pada tahun Dahulu kawasan ini merupakan kawasan kadipaten atau pemerintahan Kota Surakarta, dan sekarang dijadikan tempat wisata dan memiliki barang-barang peninggalan kerajaan Mangkunegaran yang masih disimpan hingga saat ini (melalui penjelasan guide dari Istana Pura Mangkunegaran).

16 56 Gambar 11. Istana Pura Mangkunegaran Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri Potensi wisata yang di dapat dari obyek ini, antara lain : a. Merupakan kadipaten yang saat ini masih berdiri kokoh keberadaannya; b. Merupakan bangunan cagar budaya; c. Sebagai peninggalan sejarah mengenai pemerintahan kota pada zaman penjajahan; d. Terletak di lokasi yang strategis untuk dikunjungi. Dari potensi wisata tersebut, dapat dijadikan sebagai salah satu obyek yang dikembangkan lebih maju lagi bagi wisatawan. Karena, obyek ini merupakan salah satu destinasi wisata bagi wisatawan yang berkunjung di Kota Surakarta. Selain itu, fasilitas di obyek ini juga sudah baik, namun perlu peningkatan karena terdapatnya guide untuk menjelaskan semua informasi mengenai obyek ini. Namun, tidak ada salahnya apabila obyek ini dekembangkan menjadi wisata yang lebih baik dan menarik lagi untuk wisatawan. 8. Masjid Al-Wustho Ketelan Masjid Al-Wustho terletak di Jalan Kartini, Ketelan, Surakarta. Masjid ini sudah ada sejak tahun 1878 untuk pembukaan tanah dan selesai pada tahun Nama Wustho diberikan pada tahun 1949 oleh kepala takmir Istana Pura Mangkunegaran Raden Tumenggung K. H. Imam Rosidi ( Gambar 12. Masjid Al-Wustho Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

17 57 Potensi wisata yang terdapat dari bangunan ini adalah : a. Merupakan saah satu bangunan cagar budaya; b. Letak masjid yang strategis; c. Merupakan salah satu tempat peribadatan tertua di Kota Surakarta; d. memiliki beberapa fasilitas lain di dalamnya. Potensi wisata kawsan heritage ini dapat dikembangkan dengan baik dan benar, apabila semua lapisan masyarakat sekitar membantu pengembangan kawasan wisata heritage ini sebagai salah satu minat wisatawan berkunjung ke Kota Surakarta. 9. Monumen Pers Timuran Monumen Pers merupakan gedung bersejarah yang dikenal dengan nama Societeit Sasana Soeka yang dibangun pada tahun 1918 atas prakarsa KGPAA. Sri Mangkunegara VII. Monumen ini berlokasi di Jalan Gajah Mada 59, Timuran, Surakarta ( Gambar 13. Monumen Pers Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri Potensi yang dimiliki monumen ini, antara lain : a. Lokasi yang strategis;

18 58 b. Merupakan sumber informasi ter-up date di Kota Surakarta, bagi masyarakat luas; c. Merupakan monumen satu-satunya di Kota Surakarta yang menyimpan berita-berita lawas; d. Salah satu bangunan cagar budaya. Dari potensi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, sebenarnya Monumen Pers ini merupakan bangunan heritage yang perlu dikembangkan lebih baik lagi, agar wisatawan minat untuk mengunjungi monumen ini. 10. Taman Balekambang Manahan Taman ini dibangun oleh KGPAA Mangkunegara VII untuk kedua putrinya yaitu GRAy Partini dan GRAy Partinah pada tanggal 26 Oktober Pada tahun 2008 dilakukan revitalisasi oleh pemerintah kota. Dan sampai sekarang taman ini banyak dikunjungi, karena difungsikan sebagai taman seni dan budaya, taman botani, taman edukasi, dan taman rekreasi. Taman ini berlokasi di Jalan Ahmad Yani, Manahan, Kota Surakarta ( Gambar 14. Taman Balekambang Sumber : Dokumen Anas Erindra Putri

19 59 Potensi wisata yang dapat diambil dari obyek ini adalah : a. Merupakan kawasan cagar budaya; b. Memiliki gedung pertunjukkan in door dan out door; c. Sering digunakan sebagai terselenggaranya event kota; d. Terletak di kawasan strategis. Bangunan ini merupakan bangunan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata yang cukup unik, karena di dalamnya memiliki berbagai fungsi yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung. Potensi wisata dari bangunan-bangunan heritage tersebut tidak cukup apabila hanya dilaksanakan dengan cara observasi, oleh karena itu dibuatlah kuesioner untuk membantu tanggapan masyarakat sekitar mengenai potensi wisata yang ada pada obyek tersebut. Responden untuk menjawab pertanyaan dari kuesioner ini adalah Kelompok Sadar Wisata dari masing-masing kelurahan yang memiliki obyek-obyek heritage tersebut. Berikut merupakan tanggapan dari masing-masing responden dengan menggunakan data kuantitatif. 1) Kestalan (5 Respoden) Dengan pertanyaan sebagai berikut. Untuk 1 (satu) responden menjawab sangat baik dan 1 (satu) responden menjawab cukup. Sedangkan 2 (dua) responden menjawab kurang dengan alasan karena masih banyak kekurangan baik dalam daya tarik, perawatan, dan promosi.

20 60 2) Setabelan (2 Responden) Dengan pertanyaan sebagai berikut. Dari 2 (dua) responden tersebut memilih baik dengan alasan sangat prospek di tengah destinasi wisata dan bagus sekali namun perlu pembenahan. 3) Keprabon (1 Responden) Dengan pertanyaan sebagai berikut. Dari 1 (satu) responden tersebut menjawab baik, dengan alasan untuk di Pasar Antik Windujenar Triwindu menjadi kurang menarik minat pengunjung karena bangunannya sudah direvitalsiasi tidak seperti aslinya dan untuk Istana Pura Mangkunegaran sudah baik.

21 61 4) Ketelan (7 Responden) Dengan pertanyaan sebagai berikut. Dari kuesioner tersebut, 1 (satu) responden menjawab sangat baik, 1 (satu) rsponden menjawab kurang, dan 5 (lima) responden menjawab baik dengan alasan karena merupakan amsjid tertua dan merupakan sumber pengetahuan. 5) Timuran (3 Responden) Dengan pertanyaan sebagai berikut. Dari pertanyaan tersebut, didapatkan data bahwa 1 (satu) responden menjawab cukup, 1 (satu) responden menjawab kurang, dan 2 (dua) responden menjawab baik dengan alasan karena monumen tersebut merupakan gedung bersejarah yang perlu dilestarikan keberadaannya.

22 62 6) Manahan (3 Responden) Dengan pertanyaan sebagai berikut. Hasil dari tanggapan responden pada kelurahan ini adalah imbang, yaitu 1 (satu) responden menjawab sangat baik, 1 (satu) responden menjawab baik, dan 1 (satu) responden menjawab cukup dengan alasan merupakan tempat untuk berekreasi dan menjadi media kesseian tradisional berlangsung. Sedangkan untuk data kualitatif dari masing-masing responden adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan dari data yang diperoleh dari 5 (lima) respoden yang menjawab mengenai obyek wisata yang ada di Kestalaan (Stasiun Solo Balapan, Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI), Ponten) memberikan pendapat sebagai berikut. a. Potensi wisata dari obyek-obyek tersebut, sangat baik karena stasiun, RRI, dan Ponten, semua merupakan heritage yang harus dilestarikan, karena sebagai pusat perhatian masyarakat secara luas. b. Potensi wisata dari ketiga obyek tersebut, kurang karena kurang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, alasan : Ponten hanya sekedar sebagai monomentre saja bahwa bangunan tersebut merupakan peninggalan Mangkunegara ke VII. RRI kurang terawat barang / dokumen kuno, yang sebenarnya perlu untuk dilestarikan. c. Potensi wisata di sini menurut saya kurang, karena sangat jarang dikunjungi wisatawan dan kurang direkomendasikan sebagai tempat wisata atau promosi

23 63 kurang. Bahkan untuk studi wisata dalam kota juga belum pernah direkomendasikan. d. Potensi wisata di sini, cukup siap tempat / heritage-nya, karena sudah tertata walau masih banyak yang harus dibenahi, mulai dari promosi, penyiapan SDM masyarakatnya, jaringan transportasinya. 2. Berdasarkan dari data yang di dapat dari kuesioner (2) responden di Setabelan, mengemukakan pendapat bahwa potensi dari kedua obyek wisata tersebut (Villa Park dan Monumen 45) adalah sebagai berikut. a. Potensi wisata dari obyek tersebut baik, karena sangat prospek di tengah destinasi wisata lain di Kota Solo. b. Potensi wisata dari kedua obyek tersebut baik, karena sangat bagus sekali tapi ada beberapa yang perlu dibenahi. 3. Berdasarkan dari hasil kuesioner dari 1 (satu) responden di Keprabon mengemukakan pendapat, bahwa potensi wisata dari kedua obyek tersebut adalah baik, karena para pedagang di Pasar Antik Windujenar Triwindu pendapatannya tidak seperti dulu, saat pasar ini berwujud seperti aslinya, karena sekarang pasar antik ini sudah mengalami perombakan maka kurang menarik minat daya tarik wisatawan. Sedangkan untuk di Istana Pura Mangkunegaran sudah baik, karena di sana sudah banyak guide yang ahli dalam beberapa bahasa, sehingga menarik wisatawan yang berkunjung. 4. Berdasarkan hasil dari kuesioner mengenai potensi wisata dengan obyek yang terkait (Masjid Al-Wustho), ada 7 (tujuh) responden yang memberikan pendapat, berikut hasil yang diperoleh dari responden tersebut : a. Potensi wisata di obyek ini, baik karena merupakan masjid tertua dan merupakan masjid peninggalan kerajaan dan masuk cagar budaya. b. Potensi wisata dari obyek ini, baik karena selain bis sholat di masjid, kita juga bisa mengetahui sejarah dari masjid Al-Wustho. c. Potensi wisata di destinasi ini, kurang karena tidak adanya atau kurangnya sosialisasi dan pengenalan masjid Al-Wustho ke luar daerah, harus adanya pemasaran dan pengenalan melalui Pokdarwis / Kecamatan / Dinas Pariwisata ke masyarakat kota / luar kota / antar provinsi dan ke mancanegara.

24 64 d. Potensi wisata di sini, sangat baik karena perkembangan potensi dan daya tarik wisata di Solo sangat baik, banyak event-event yang sudah dikerjakan dan menarik wisatawan seperti SBC, festival gethuk, selikuran, dan lain-lain. Di Ketelan sendiri banyak potensi budaya baik peninggalan maupun aktivitas. e. Potensi wisata di masjid Al-Wustho, baik karena bila ada wisata di Solo khususnya di Ketelan bisa menambah penghasilan di wilayah sekiar. f. Potensi wisata untuk obyek ini, baik karena kemajuan Ketelan sangat bagus karena kemajuan nomor 1 untuk nomor 1. Good job. 5. Berdasarkan hasil kuesioner mengenai potensi wisata dari obyek ini (Monumen Pers) didapati (3) responden, antara lain sebagai berikut. a. Potensi wisata di obyek ini, baik dan kurang. Baik, karena semenjak Joko Widodo menjabat Walikota, adanya batik carnival, munculnya potensi wisata di sebagian kelurahan dengan masing-masing acara gerebegnya. Sedangkan kurang karena (Monumen Pers)? Sekarang untuk apa tidak tahu?! b. Potensi wisata di obyek ini, cukup karena Monumen Pers merupakan gedung bersejarah (khususnya untuk jurnalistik) tetapi tidak adanya informasi dari pihak terkait sehingga masyarakat tidak mengetahui keunikan dari gedung tersebut. c. Potensi wisata dari Monumen Pers, baik karena gedung itu bersejarah (khususnya untuk jurnalisme), tempat itu menarik, semua gedung / bangunan tua supaya dilestarikan. 6. Berdasarkan hasil kuesioner mengenai potensi wisata dari obyek Taman Balekambang didapati (3) responden, antara lain sebagai berikut. a. Potensi wisata dari obyek ini, cukup baik karena sebagai taman rekreasi dan tempat bermain anak-anak, sebagai hutan kota, wadah seni. b. Potensi wisata yang diperoleh dari obyek ini, baik karena Taman Balekambang merupakan taman bermain bagi anak-anak di Manahan, ada wisata hewan-hewan langka, tempatnya sejuk dan masih asri, ada tempat keseniannya juga seperti kethoprak dan tempat terbuka untuk drama dan musik. c. Potensi wisata dari Taman Balekambang, sangat baik karena taman rekreasi, taman budaya, kesenian tradisional.

25 Kestalan Setabelan Nama Keprabon Ketelan Timuran Manahan 65 Dari ke sepuluh obyek wisata heritage yang ada di Kecamatan dapat disimpulkan bahwa tanggapan masyarakat dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) pada setiap kelurahan ( Kestalan, Setabelan, Keprabon, Ketelan, Timuran, Manahan) menjawab baik dengan jumlah 11 responden yang berpendapat bahwa kawasan heritage tersebut memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan sebagi destinasi wisata heritage. Untuk mengetahui hasil kuesioner dari masing-masing responden, maka dibuatlah data kuantitatif sebagai berikut. Tabel 5. Hasil Jawaban Kuesioner dari Masing-masing Responden No. Pertanyaan Jawaban 1. Menurut Anda, bagaimana perkembanga n potensi dan daya tarik wisata di Kota Solo? Khususnya di.? a. Sangat Baik b. Baik c. Cukup d. Kurang e. Tidak Baik *masingmasing jawaban diberi alasan : A B C D E Jumlah Total 20

26 Kestalan Setabelan Nama Keprabon Ketelan Timuran Manahan 66 No. Pertanyaan Jawaban a b c 2. Bagaimana menurut pendapat Anda, apabila di Kota Surakarta dibentuk wisata dengan mengunjungi kawasan heritage di Kecamatan, melalui titiktitik di kelurahan yang berpotensi sebagai bangunan cagar budaya? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju *masing-masing jawaban diberi alasan : Jumlah Total 21

27 Kestalan Setabelan Nama Keprabon Ketelan Timuran Manahan 67 No. Pertanyaan Jawaban a b c 3. Selanjutnya, agar obyekobyek wisata tersebut dapat menarik wisatawan yang berkunjung, bagaimana menurut Anda bila ditambahkan konsep sejarah, budaya, dan adat-istiadat tempo dulu? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju *masing-masing jawaban diberi alasan : Jumlah Total 22

28 Kestalan Nama Setabelan Keprabon Ketelan Timuran 68 No. Pertanyaan Jawaban 4. Konsep tempo dulu dimaksudkan agar wisatawan yang berkunjung akan merasa sensasi yang berbeda dengan berkunjung ke obyek wisata lainnya, dimana diajak masuk ke dunia tempo dulu dan bisa melihat aktivitas sehari-hari A B C D E

29 Manahan 69 penduduk sekitar tentu disertai dengan bahasa Jawa di sekitar obyek wisata tersebut. Apakah menurut Anda, hal tersebut dapat berjalan baik dan lancar apabila dikerjakan secara perlahan dengan bantuan sumber daya manusia yang aktif dalam pelestarian wisata heritage di kawasan Kecamatan, khususnya di? a. Sangat Baik b. Baik c. Cukup d. Kurang e. Tidak Baik *masingmasing jawaban diberi alasan : Jumlah Total 20

30 Kestalan Setabelan Keprabon Ketelan Nama Timuran Manahan 70 No. Pertanyaan Jawaban Konsep tempo dulu tersebut terdiri dari berbagai macam komponen, seperti masyarakat yang beraktivitas saat masa sebelum dan pasca kemerdekaan, jajanan khas tradisional pada zaman tersebut, souvenir atau cenderamata yang dijual pada masa itu, dan atraksi wisata yang disajikan kepada wisatawan, selain itu wisatawan yang berkunjung juga dapat mencoba hal tersebut. Apakah konsep tersebut dapat diterapkan dengan baik dalam pengembangan kawasan heritage di Kecamatan ini? a. Ya b. Tidak *masing-masing jawaban diberi alasan : Jumlah

31 Kestalan Setabelan Keprabon Nama Ketelan Timuran Manahan 71 No. Pertanyaan Jawaban a b c 6. Apabila hal tersebut kurang mendukung daya tarik wisata pada obyek wisata ini, dapat ditambahkan miniatur mengenai kegiatan masyarakat tersebut dituangkan dalam bentuk gambar, video, atau patung serta aksesoris pendukung lainnya seperti papan nama kegiatan dengan berbagai bahasa (bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Belanda, bahasa Inggris). Bagaimana menurut Anda? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju *masing-masing jawaban diberi alasan : Jumlah Total 21

32 Kestalan Nama Setabelan Keprabon Ketelan Timuran 72 No. Pertanyaan Jawaban 7. Selain itu, ditambahi pula dengan jalur atau rute yang saling keterkaitan antar satu obyek ke obyek wisata lain di Kecamatan, khusunya di kawasan heritage ini. Melalui trasnportasi tradisional seperti pada zaman dahulu, dengan mengendarai A B C D E

33 Manahan 73 andong, apabila wisatawan ingin sedikit modern, bisa dengan menggunakan transportasi becak. Bagaimana menurut Anda dengan hal tersebut, dalam upaya meningkatkan daya tarik wisatawan? a. Sangat Baik b. Baik c. Cukup d. Kurang e. Tidak Baik *masingmasing jawaban diberi alasan : Jumlah Total 22

34 Kestalan Setabelan Nama Keprabon Ketelan Timuran Manahan 74 No. Pertanyaan Jawaban Dengan adanya konsep tempo dulu dalam titik-titik obyek wisata ini, menurut Anda apakah hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung? a. Ya b. Tidak *masing-masing jawaban diberi alasan : Jumlah Keterangan : A B C D E a b C 1 2 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Tidak Baik Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Ya Tidak Kesimpulan, dari data kuesioner tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden sejumlah 11 responden menjawab Baik pada pertanyaan pertama, dan untuk pertanyaan kedua mayoritas responden menjawab Setuju sejumlah 14

35 75 responden. Untuk pertanyaan ketiga sejumlah 15 responden menjawab Setuju. Sedangkan pertanyaan keempat responden menjawab Baik dengan jumlah 12 responden. Pertanyaan kelima dijawab oleh 19 responden dengan memilih Ya. Pertanyaan keenam 12 responden menyatakan Setuju. Untuk pertanyaan ketujuh 10 responden menjawab Baik dan untuk pertanyaan kedelapan sejumlah 19 responden menjawab Ya. Untuk pertanyaan nomor 10 hingga 12 merupakan pertanyaan kalimat jawab, maka tidak dicantumkan dalam tabel tersebut. Namun, banyak pula responden yang menjawab lebih dari satu jawaban tersebut, bahkan ada pula yang tidak menjawab. Jadi, dapat diketahui bahwa pengembangan potensi wisata heritage di Kecamatan Kota Surakarta sebenarnya dapat dibentuk dengan baik oleh masyarakat dengan bantuan pihak-pihak yang terkait dan dengan dibentuklah strategi-strategi malalui analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) dan analisis 4A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, dan Ancillary) yang menjadi acuan strategi dalam menagmbangkan potensi wisata heritage di kawasan ini. C. Pengembangan Destinasi Wisata Heritage Melalui Analisis SWOT dan Analisis 4A Berdasarkan dari data yang dapat diambil dalam kuesioner dan observasi, dengan jumlah responden sebanyak kurang lebih 20 responden, melalui analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) serta analisis 4A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, dan Ancillary) untuk menganalisis dan mengetahui strategi pengembangan potensi wisata heritage yang terkait. 1. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) a. Kestalan (Stasiun Solo Balapan, Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI), dan Ponten). Tabel 6. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Stasiun Solo Balapan, Faktor Internal Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI), dan Ponten) Strengths a) Masih terawatnya bangunan bersejarah tersebut. b) Sudah diakui sebagai cagar budaya di Kota Surakarta. c) Terletak di lokasi yang Weakness a) Kurang sadarnya masyarakat sekitar terhadap potensi wisata yang dimiliki dari kawasan heritage tersebut. b) Kurangnya informasi kepada

36 76 Faktor Eksternal strategis. d) Memiliki arsitektur yang menarik. e) Adanya akomodasi di sekitar tersebut. f) Memiliki nilai sejarah yang sangat lama dan sampai sekarang masih dilestarikan keberadaannya. g) Memiliki sarana komunikasi dan teknologi yang memadai. h) Banyaknya pengunjung (Stasiun Solo Balapan dan Monumen Pers). i) Memiliki potensi wisata yang sangat menarik karena merupakan wisata minat khusus. j) Memiliki jam berkunjung setiap hari dan gratis. Opportunities a) Dapat dijadikan obyek wisata alternatif di Kota Surakarta. b) Menjadi salah satu obyek dengan cagar budaya. c) Merupakan salah bangunan bersejarah yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisatawan (wisata minat khusus). d) Potensi wisata yang cukup banyak. e) Dapat menambah penghasilan masyarakat sekitar, apabila dikelola dengan baik dan benar. f) Dijadikan peluang bagi stakeholders yang ingin bekerjasama. g) Berfungsi sebagai tempat atau obyek wisata yang bisa dimanfaatkan dengan baik, apabila mengetahui potensi masyarakat sekitar. c) Belum mengetahui letak potensi wisata yang menguntungkan berbagai pihak. d) Masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai obyek tersebut. e) Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. f) Banyaknya masyarakat yang kurang peduli dengan sadar wisata di lingkungan sendiri. g) Bertambah banyaknya bangunan-bangunan lain, sehingga kurang diminati. h) Lokasi yang kurang strategis (Ponten) karena masuk di dalam kampung. i) Sudah dirubahnya bangunan tidak seperti aslinya (Ponten). j) Masyarakat yang belum mengerti manfaat dari kawasan heritage tersebut. Threats a) Adanya masyarakat yang kontra. b) Belum sadarnya masyarakat sekitar mengenai potensi wisata yang ada dari obyek ini. c) Banyak yang sudah dikelola oleh pihak swasta, sehingga masyarakat segan untuk bekerjasama. d) Kurangnya tingkat keamanan. e) Banyak masyarakat yang malas dan bosan untuk datang.

37 77 wisata apa yang perlu dijalankan. h) Kawasan heritage yang bersejarah dan bermanfaat sebagai media promosi dan pengenal terhadap kampung sekitar di Kecamatan. i) Adanya kelompok sadar wisata di kelurahan ini, dapat menjembatani dalam pengembangan destinasi wisata. j) Dapat memperkenalkan obyek wisata ini secara luas, sehingga dikenal. b. Setabelan (Villa Park dan Monumen 45). Tabel 7. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Villa Park Faktor Internal Strengths dan Monumen 45) a) Terletak di jalan yang strategis b) Merupakan cagar budaya. c) Masih dilestarikannya peninggalan sejarah tersebut sampai sekarang. d) Memiliki daya tarik sebagai taman yang asri untuk dikunjungi. e) Memiliki halaman yang cukup luas apabila digunakan sebagai kegiatan. f) Adanya taman bermain untuk anak-anak. g) Sebagai saksi sejarah dari Serangan Umum Empat Hari di Kota Surakarta pada tahun h) Memiliki sarana umum seperti toilet. i) Adanya jajanan pedagang kaki lima di sekitar obyek. j) Memiliki empat pintu untuk akses di taman dan monumen tersebut. Weakness a) Masih banyak masyarakat yang kurang peduli dengan kebersihan taman, sehingga membuang sampah tidak pada tempatnya. b) Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dibentuknya taman tersebut. c) Banyaknya bangunanbangunan kuno di sekitar obyek, namun tidak difungsikan dengan baik (rumah kosong). d) Kurangnya sistem penjagaan dan keamanan yang baik. e) Belum difungsikan dengan baik. f) Masih kurangnya minat masyarakat untuk berkunjung ke taman, apabila tidak ada atraksi apa yang harus dilakukan. g) Kurangnya atraksi wisata.

38 78 Faktor Eksternal Opportunities a) Dapat difungsikan sebagai taman bermain, edukasi, dan rekreasi bagi masyarakat. b) Adanya kelompok sadar wisata di kelurahan ini, dapat menjadi fasilitator dalam pengembangan destinasi wisata. c) Dapat digunakan sebagai penyelenggaraan event sekitar obyek. d) Dapat difungsikan sebagai sarana edukasi bagi pelajar untuk outing class. e) Dapat ditambahkan penerangan yang lebih baik dari sebelumnya. f) Bisa ditambahkan fasilitas pendukung lainnya, seperti arena outbound. g) Bisa digunakan kegiatan bagi masyarakat kampung sekitar untuk menarik pengunjung. h) Dapat mempercantik taman tersebut dengan bantuan pihak dari luar, supaya menarik pengunjung. i) Memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk menikmati keindahan taman ini secara gratis. j) Dapat ditambahkan jenisjenis tanaman yang beragam agar lebih menarik. h) Perlu ditambahkannya papan penunjuk arah di sekitar obyek. i) Perlu adanya promosi dan pemasaran mengenai obyek wisata ini. j) Banyak pedagang kaki lima, yang kadang merusak pemandangan taman. Threats a) Apabila kurangnya sistem penjagaan dan keamanan dapat menyebabkan rusaknya kembali taman ini. b) Bisa dilalui dengan empat pintu, tanpa adanya penjagaan. c) Adanya masyarakat yang pro dan kontra. d) Banyak masyarakat yang tidak sadar mengenai buang sampah pada tempatnya. e) Dapat terbengkalai kembali apabila tidak dikelola dengan baik dan benar.

39 79 c. Keprabon (Pasar Antik Windujenar Triwindu dan Istana Pura Mangkunegaran). Tabel 8. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Pasar Antik Faktor Internal Windujenar Triwindu dan Istaana Pura Mangkunegaran) Strengths a) Terletak di jantung kota. b) Memiliki cagar budaya. c) Sebagai salah satu ikon Kota Surakarta. d) Memiliki nilai sejarah, seni, dan budaya yang masih dijaga dan dilestarikan. e) Pengunjung atau wisatawan yang datang dari berbagai daerah dan negara. f) Adanya promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. g) Memiliki sistem keamanan yang cukup baik. h) Adanya local guide di Istana Pura Mangkunegaran. i) Mudah dilalui akses transportasi. j) Memiliki ciri khas dari masing-masing obyek. Weakness a) Kurangnya minat pengunjung untuk datang ke Pasar Antik Windujenar Triwindu, karena bentuk pasar sudah mengalami perombakan tidak seperti aslinya. b) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya. c) Banyak obyek wisata pilihan lain bagi masyarakat. d) Kurangnya lahan parkir (Pasar Antik Windujenar Triwindu) e) Harga souvenir yang terlalu mahal (Istana Pura Mangkunegaran. f) Direvitalisasinya Pasar Antik Windujenar Triwindu, sehingga mengurangi jumlah wisatawan yang berkunjung. g) Belum adanya local guide di kawasan Pasar Antik Windujenar Triwindu. h) Kurangnya promosi dan pemasaran yang luas. i) Banyak para pedagang Pasar Antik Windujenar Triwindu yang mulai pesimis untuk berdagang. j) Perlu ditambahnya aksesoris untuk menarik minat wisatawan, seperti lampu (penerangan), dan sebagainya (Pasar Antik Windujenar Triwindu).

40 80 Faktor Eksternal Opportunities a) Sebagai media promosi yang baik mengenai barang antik yang ada di Kota Surakarta. (Pasar Antik Windujenar Triwindu). b) Menambah penghasilan masyarakat sekitar. c) Pertumbuhan ekonomi semakin baik. d) Dapat dikemas menjadi paket wisata yang menarik. e) Menjadikan obyek wisata yang unggul, khususnya di Kecamatan. f) Mengurangi pengangguran di sekitar obyek. g) Mempertahankan obyek wisata cagar budaya. h) Melestarikan warisan sejarah yang masih terjaga hingga sekarang. i) Promosi yang lebih menarik minat wisatawan. j) Adanya konsep dan strategi dalam mengembangkan obyek heritage yang memiliki potensi wisata. Threats a) Lama kelamaan Pasar Antik Windujenar Triwindu, dapat terancam keberadaannya apabia tidak dikelola dengan benar dan baik. b) Daya saing antar obyek di Kota Surakarta semakin tinggi. c) Kurangnya kesadaran dalam kebersihan. d) Banyak wisatawan yang tidak mematuhi peraturan (Istana Pura Mangkunegaran) seperti memfoto di Dalem Ageng. e) Toilet yang kurang bersih, dapat menimbulkan bibit penyakit. d. Ketelan (Masjid Al-Wustho). Tabel 9. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Masjid Al-Wustho) Faktor Internal Strengths a) Letak yang strategis. b) Merupakan masjid yang bersejarah. c) Sebagai salah satu bangunan cagar budaya di Kota Surakarta. d) Masih terdapatnya bedug. e) Adanya sarana pendukung di sekitar masjid, seperti klinik, dan sebagainya. f) Adanya ciri khas dari masjid tersebut, yaitu dari bentuk dan warna. g) Dibuka untuk umum setiap Weakness a) Masjid yang seharusnya dijadikan tempat ibadah, namun dapat dijadikan tempat tidur sementara bagi para jamaah yang datang. b) Banyaknya transportasi umum yang memenuhi arena masjid, pada hari Minggu. c) Kurang luasnya halaman parkir masjid. d) Kurangnya sistem penjagaan dan keamanan di sekitar masjid.

41 81 Faktor Eksternal hari. h) Berseberangan dengan Istana Pura Mangkunegaran. i) Dekat dengan rumah sakit, restoran, dan hotel. j) Memiliki jarak yang cukup dekat dengan pusat kota. Opportunities a) Menarik minat masyarakat luas. b) Menyadarkan semangat dan membangkitkan minat masyarakat sekitar terhadap obyek heritage. c) Memberikan peluang bagi masyarakat sekitar, untuk mendapatkan pekerjaan. d) Menambah penghasilan masyarakat sekitar. e) Nama kampung dan nama kelurahan akan lebih dikenal masyarakat luas. f) Mempertahankan obyek sebagai cagar budaya. g) Sudah memiliki label cagar budaya, sehingga merupakan kawasan yang benar-benar bersejarah untuk dikunjungi. h) Perlu adanya fasilitas pendukung untuk mempercantik kawasan heritage ini. i) Bisa disediakan local guide di kawasan sekitar. e) Kurangnya promosi secara luas, baik melalui media cetak ataupun internet. f) Kurangnya sosilisasi dan pengenalan terhadap masjid Al-Wustho. g) Tidak banyak masyarakat yang mengetahui akan masjid ini. h) Bangunan yang perlu dijaga dan dilestarikan dengan baik, sehingga apabila parkir, diharap lebih tertib dan rapi. i) Banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari potensi wisata di obyek ini. j) Perlunya informasi secara luas dari masjid ini. Threats a) Masih terbatasnya pengetahuan masyarakat megenai masjid ini. b) Di Kota Surakarta banyak masjid yang bersejarah pula. c) Tempat parkir yang perlu dikaji kembali. d) Kurangnya keamanan, menyebabkan was-was pengunjung. e) Adanya masyarakat yang pro dan kontra.

42 82 j) Menjaga nama baik daerah kampung sekitar melalui wisata. e. Timuran (Monumen Pers). Tabel 10. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Monumen Pers) Faktor Internal Faktor Eksternal Strengths a) Letak lokasi yang strategis. b) Merupakan kawasan cagar budaya. c) Sebagai sumber informasi bagi masyarakat Kota Surakarta. d) Dapat difungsikan sebagai ruang pameran. e) Adanya fasilitas perpustakaan dan media center. f) Memiliki sistem keamanan yang baik. g) Dapat dikunjungi setiap hari dan tanpa tiket masuk (gratis). h) Memiliki koleksi yang bersejarah, yang berkaitan dengan berita. i) Adanya struktur organisasi. j) Dapat difungsikan sebagai seminar. Opportunities a) Bisa dijadikan tempat untuk edukasi. b) Sebagai sarana dalam pembuatan pameran. c) Sebagai monumen yang dikelola secara terstruktur sehingga lebih mudah untuk dipelajari. d) Memberikan kesempatan bagi masyarakat yang gemar membaca. e) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk Weakness a) Perlu adanya local guide di kawasan tersebut. b) Tidak adanya penjaga loket yang tetap. c) Kurangnya informasi kepada masyarakat mengenai obyek ini. d) Kurangnya lahan untuk parkir. e) Sistem kunjungan yang masih manual. f) Kurangnya pencahayaan di dalam monumen. g) Banyak masyarakat yang kurang minat dengan monumen ini. h) Banyaknya pilihan obyek wisata lain di Kota Surakarta. i) Kurang menariknya monumen ini untuk dikunjungi wisatawan. j) Terlalu luas bangunan, namun koleksi kurang banyak. Threats a) Tidak adanya penjaga loket tetap. b) Dikelola oleh pemerintah, sehingga susah untuk bekerjasama dengan pihak luar. c) Kurangnya penjagaan di dalam monumen. d) Koleksi yang sedikit, membuat wisatawan yang berkunjung berkurang. e) Kurang menarik apabila dibandingkan dengan

43 83 mengetahui informasi yang ada di koran setiap harinya. f) Memiliki jam buka yang baik, sehingga pengunjung yang datang bisa setiap hari. g) Memberikan kesempatan bagi masyarakat yang ingin melakukan riset dan kunjungan ilmiah di monumen ini. h) Memberikan peluang bagi masyarakat sekitar untuk membantu mengelola obyek. i) Memiliki visi dan misi yang jelas. j) Memiliki tugas pokok dan fungsi yang jelas. monumen yang ada di luar Kota Surakarta. f. Manahan (Taman Balekambang). Faktor Internal Tabel 11. Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) (Taman Strengths Balekambang) a) Sebagai cagar budaya. b) Memiliki tempat yang luas sebagai taman. c) Melestarikan hewan-kewan yang hampir punah, seperti rusa. d) Dapat mengenal hewanhewan reptil. e) Dapat dijadikan tempat menyelenggarakan event kota, seperti festival dan sendratari. f) Adanya papan penunjuk arah. g) Dapat digunakan sebagai outbound. h) Memiliki fasilitas umum, seperti toilet. i) Dapat digunakan sebagai tempat pemancingan. j) Dapat digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga. Weakness a) Lebih berfungsinya pintu belakang, di banding dengan pintu utama obyek. b) Kurang terawatnya papan nama pada pohon, banyak yang sudah lepas. c) Kurangnya kebersihan akan membuang sampah pada tempatnya. d) Kurangnya penataan taman yang rapi. e) Banyak masyarakat sekitar yang sudah bosan. f) Perlu update mengenai wisata, sehingga menambah daya tarik yang lebih untuk wisatawan. g) Kurangnya sistem keamanan dan penjagaan di taman ini. h) Di dalam papan informasi, kurang mnarik untuk dibaca para pengunjung. i) Kurang ramainya kawasan

44 84 Faktor Eksternal Opportunities a) Sebagai media edukasi. b) Sebagai tempat untuk sarana seni dan budaya. c) Dapat digunakan sebagai venue event yang diselenggarakan oleh Kota Surakarta. d) Di bawah kelembagaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta. e) Dekat dengan jantung kota. f) Bisa membantu penghasilan masyarakat sekitar. g) Dapat menyadarkan masyarakat akan pelestarian lingkungan hidup. h) Diberinya tempat photo booth, untuk menambah daya tarik wisatawan. i) Bisa digunakan sebagai tempat terselenggaranya sendratari, baik out door atau pun in door. j) Buka setiap hari, sehingga pengunjung bisa datang sewaktu-waktu dan gratis. sekitar obyek, seperti rumah makan yang sepi pengunjung. j) Tingkat kesadaran masyarakat akan wisata belum merata. Threats a) Kurang adanya sistem keamanan dan penjagaan, dapat menyebabkan mudahnya akses bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk masuk ke obyek ini. b) Banyak hewan-hewan yang meminta makanan kepada pengunjung dapat mengganggu aktivitas wisatawan. c) Belum adanya kesadaran untuk memelihara fasilitas dengan baik. d) Dapat mengurangi jumlah wisatawan, apabila banyak fasilitas yang belum diperbaiki. e) Wisatawan lokal yang sudah mulai bosan dengan keberadaan taman ini. Dari data analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari dibentuknya strategi SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kekuatan dan peluang potensi wisata pada obyek-obyek heritage ini apabila dibentuknya destinasi wisata heritage dengan kekuatan dan peluang heritage yang dimiliki dari tiap-tiap obyek yang dikaji. Selanjutnya, data-data dari analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) tersebut diringkas sebagai berikut. a. Strengths (Kekuatan) :

ANALISIS POTENSI WISATA HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

ANALISIS POTENSI WISATA HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA ANALISIS POTENSI WISATA HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Penelitian tentang kampung kota dari pakar teknik arsitektur pada umumnya lebih banyak yang mengupas masalah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar,

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian judul DP3A Revitalisasi Kompleks Kavallerie Sebagai Hotel Heritage di Pura Mangkunegaran Surakarta yang mempunyai arti sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki ciri dan kebiasaan yang disebut kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1974), Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Solo berdiri tahun 1745. Kota Solo pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram, Solo menjadi pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor menjanjikan bagi pendapatan devisa negara. Melalui pariwisata keragaman potensi di setiap daerah dapat disorot untuk dipromosikan baik bagi

Lebih terperinci

Kampoeng Lawas Maspati.

Kampoeng Lawas Maspati. Kampoeng Lawas Maspati www.kampunglawas.com Latar belakang Eksisting : RW VIII Bubutan (maspati) terdiri dari 6 RT, 350 KK dan 1.350 jiwa, >300 rumah padat penduduk dan terkesan kumuh Jumlah penduduk asli

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk mencapai tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya tercepat. Banyak sekali sektor yang menopang perekonomian Kota

BAB I PENDAHULUAN. ekonominya tercepat. Banyak sekali sektor yang menopang perekonomian Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang perkembangan ekonominya tercepat. Banyak sekali sektor yang menopang perekonomian Kota Solo, ada perdagangan, industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang banyak diandalkan oleh negara-negara di dunia. Pariwisata juga merupakan salah satu faktor ekonomi yang penting

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : id.wikibooks.org/wiki/wisata:solo PUSAT KULINER KHAS SOLO

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : id.wikibooks.org/wiki/wisata:solo PUSAT KULINER KHAS SOLO BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek I.1.1 Perkembangan Pariwisata di Kota Solo Kota Solo terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Lokasinya strategis, yaitu pada pertemuan jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN BLORA TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN BLORA TUGAS AKHIR STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN BLORA TUGAS AKHIR Oleh : MOHAMAD ARIF HIDAYAT L2D 300 368 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah, BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membangun sumber daya diberbagai bidang pembangunan. Peran remaja pada usia produktif sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental seperti Tamansari, Panggung Krapyak, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, dan Stasiun Kereta api Tugu (Brata: 1997). Beberapa

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Gondang Winangoen. Mengelola

BAB IV PENUTUP. dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Gondang Winangoen. Mengelola BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Unsur-unsur destinasi wisata yang ada dalam suatu tempat tujuan wisata merupakan salah satu tolak ukur pengelolaan sebuah destinasi wisata. Semakin lengkap unsur destinasi wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Semarang merupakan salah satu daerah yang kaya akan obyek wisata baik wisata alamnya yang sangat menarik, wisata budaya, peninggalan sejarah maupun sejarah

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

BAB V PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP SULAMAN KARAWO. kebutuhan para wisatawan selama mereka berwisata. Ketika wisatawan memiliki

BAB V PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP SULAMAN KARAWO. kebutuhan para wisatawan selama mereka berwisata. Ketika wisatawan memiliki BAB V PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP SULAMAN KARAWO Wisatawan merupakan target dari suatu destinasi wisata. Berbagai fasilitas dan infrastruktur diciptakan untuk menunjang suatu daya tarik wisata demi memenuhi

Lebih terperinci

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Yogyakarta beberapa orang menyebutnya Jogja, Jogjakarta, atau Yogya adalah kota yang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KECAMATAN CILIMUS. Friolintina, ¹ Lilis Sri Mulyawati, ² Ichwan Arief, ³ ABSTRAK

IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KECAMATAN CILIMUS. Friolintina, ¹ Lilis Sri Mulyawati, ² Ichwan Arief, ³ ABSTRAK IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KECAMATAN CILIMUS Friolintina, ¹ Lilis Sri Mulyawati, ² Ichwan Arief, ³ ABSTRAK Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta merupakan kota budaya yang dipadu dengan unsur tradisional yang masih kental. Tidak mengherankan bahwa Yogyakarta merupakan salah satu tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beraneka ragam wisata dan budaya yang terbentang dari sabang sampai marauke, mulai dari tempat wisata dan obyek wisata yang kaya akan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk berwisata akan terus meningkat sesuai peradabanan era modern. Hal ini disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga orang akan mencari

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN 68 BAB VI RENCANA PENGELOLAAN Konsep dasar rencana pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung adalah mempertahankan dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN 5.1 Analisis Sektor Kawasan 5.1.1 Analisis Sarana dan Prasarana 1. Analisis jaringan jalan Sarana transportasi merupakan sarana umum yang sangat penting untuk masyarakat.

Lebih terperinci

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era otonomi daerah saat ini, setiap daerah dituntut kemandiriannya dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan daerahnya. Dengan kata lain, setiap daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dapat didefinisikan suatu perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, biasanya dilakukan oleh orangorang yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang memiliki prospek dan potensi cukup besar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang sangat besar, dimana terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014 LKPJ WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2014 4.1.17 URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 4.1.17.1 UMUM Keberadaan seni dan budaya memerlukan pelestarian agar tidak punah, dalam hal ini Pemerintah Kota Semarang melakukan fasilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut: a. Kesimpulan Bentuk Implementasi Fisik Program Pengembangan Wisata Ziarah di

Lebih terperinci

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh : GRETIANO WASIAN L2D 004 314 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di Indonesia sudah semakin berkembang. Perkembangan bisnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di Indonesia sudah semakin berkembang. Perkembangan bisnis tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bisnis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dikerjakan oleh perusahaan untuk mencari keuntungan atau nilai tambah. Saat ini perkembangan bisnis di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehari-hari membutuhkan refreshing dengan salah satu jalannya adalah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata menjadi suatu kebutuhan yang mendominasi kehidupan manusia sekarang ini di era globalisasi. Seseorang yang sibuk akan rutinitas sehari-hari membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA. A. Deskripsi Lokasi. Taman Balekambang Surakarta berlokasi di Jalan Balekambang No.

BAB II GAMBARAN UMUM TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA. A. Deskripsi Lokasi. Taman Balekambang Surakarta berlokasi di Jalan Balekambang No. BAB II GAMBARAN UMUM TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA A. Deskripsi Lokasi Taman Balekambang Surakarta berlokasi di Jalan Balekambang No. 1, Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Taman Balekambang

Lebih terperinci

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : ADIB SURYAWAN ADHIATMA L2D 000 394 JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

PONTEN MANGKUNEGARAN SEBUAH TINJAUAN SEJARAH TENTANG REVOLUSI HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI RAKYAT

PONTEN MANGKUNEGARAN SEBUAH TINJAUAN SEJARAH TENTANG REVOLUSI HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI RAKYAT PONTEN MANGKUNEGARAN SEBUAH TINJAUAN SEJARAH TENTANG REVOLUSI HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI RAKYAT KUSUMASTUTI PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA, JURUSAN ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari ribuan pulau,

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari ribuan pulau, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Budaya merupakan salah satu wajah dari suatu bangsa. Budaya memiliki peran penting dalam aspek sejarah terbentuknya suatu bangsa, sehingga budaya merupakan kata

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dapat mengakses informasi tentang destinasi wisata yang ingin dikunjungi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dapat mengakses informasi tentang destinasi wisata yang ingin dikunjungi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini industri pariwisata di Indonesia sedang berkembang dengan pesat. Banyak tempat wisata yang baru disertai dengan tumbuhnya fasilitas penunjang seperti;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

BAB I PENDAHULUAN. sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (Yoeti, 1997, p.194). Wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan

Lebih terperinci