BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Penelitian tentang kampung kota dari pakar teknik arsitektur pada umumnya lebih banyak yang mengupas masalah tata ruang kota, tipologi ruang, urbanitas. Sedangkan definisi kota menurut Basundoro adalah sebuah kawasan yang di tempat tersebut ada aktivitas penghuninya. Manual Castells menyebutkan bahwa kota seperti halnya seluruh realitas sosial adalah produk sejarah, tidak hanya pada materials fisiknya, tetapi juga makna budayanya. Seperti halnya Kota Surakarta (Sumintarsih dan Ambar Adrianto, 2014 : 23). A. Geografis Kota Surakarta Kota Surakarta yang terletak di daratan rendah di ketinggian 105 meter dari permukaan laut dan di pusat kota 95 meter dari permukaan laut, dengan luas 44,04 km² (0,14% luas Jawa Tengah). Kota Surakarta berada di Provinsi Jawa Tengah, terletak di antara Bujur Timur dan Lintang Selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Kota Surakarta juga dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu (tinggi meter) di bagian barat dan Gunung Lawu (tinggi meter) di bagian timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini cukup subur, karena dikelilingi oleh sungai terpanjang di Pulau Jawa yaitu Sungai Bengawan Solo, dan sungai-sungai yang dilewati seperti Kali Anyar, Kali Pepe, dan Kali Jenes (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2016 : 6). Wilayah-wilayah yang ada di Kota Surakarta sangatlah bagus dan menarik apabila dijadikan salah satu destinasi alternatif bagi wisatawan. Yaitu berwisata dengan sejarah dan budaya Kota Solo melalui toponimi Solo heritage dengan mengetahui daya tarik dan potensi apa saja yang ada pada daerah-daerah yang memiliki potensi tersebut. 31

2 32 Pemerintah Kota Surakarta juga telah melakukan perlindungan Cagar Budaya dengan menerbitkan Keputusan Walikota Nomor : 646/116/I/1997 tanggal 31 November 1997 Tentang Penetapan Bangunan dan Kawasan Kuno Bersejarah di Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2016 : 9). Kota Surakarta memiliki berbagai macam nama kampung yang dimiliki. Seperti kampung-kampung yang berada di Kecamatan Banjarsari. Dimana, kampung tersebut memiliki nilai sejarah dan budaya serta menjadi kawasan heritage di Kota Surakarta. Sebelum bernama Kecamatan Banjarsari, kawasan ini bernama daerah Mangkunegaran. Lalu, pada tahun 1933 teciptalah nama Kecamatan Banjarsari sampai sekarang (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2016 : 9). B. Toponimi Kota Surakarta Toponimi menurut Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dalam bukunya Toponimi Kutha Sala Bagian I, 2012, isinya antara lain mendefiniskan kata toponimi diturunkan dari bahasa Inggris yang memiliki pengertian toponimy is the study of toponyms (Random House Dictionary, 1968 : 1386) atau toponimie : plaatsnamen kunde (MJ Koenens, 1938 : 1038). Dari kedua pengertian tersebut bila dirangkum menjadi pengertian bahwa toponimi adalah ilmu yang bergerak dalam penelitian pemetaan dan penggambaran namanama tempat. Oleh karena itu, dengan bekal pengetahuan tentang toponimi itu kita dapat menunjukkan asal-usul atau sejarah terjadinya nama-nama dari tempattempat tertentu, desa, kota, negara, gunung, sungai, dan sebagainya, serta menentukan tempatnya di dalam peta geografis serta dalam tempatnya yang sebenarnya, hingga akhirnya dapat membuat peta geografisnya (topografi) mengenai tempat-tempat tersebut. Di samping itu, dengan pengetahuan toponimi dapat memperoleh pengetahuan tentang kegiatan dan hasil kegiatan serta sikap dan pandangan hidup penduduk di tempat-tempat tersebut pada zaman dahulu hingga sekarang, khususnya dalam tradisi pemberian nama orang, tempat, dan bangunan atau benda.

3 33 Pengetahuan tentang peta-peta lama (topografi dan toponimi) sering dilupakan dalam kegiatan penelitian dan penulisan yang bersangkut pun dengan letak, situasi, dan kondisi serta sejarah terjadinya sesuatu tempat, daerah, kota, atau negara tertentu bahkan sejarah pemberian nama orang sejak dahulu hingga sekarang. Penemuan atau penentuan peta lama akan sangat bermanfaat sebagai alat penerang bagi masalah atau peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di dalam kehidupan manusia di sesuatu tempat tertentu. Untuk menandai sesuatu, maka orang memberi tanda yang mengandung ciri-ciri dan atau sifat-sifat dari sesuatu itu. Tanda ini biasa disebut nama. Manusia, hewan, tumbuhan, sesuatu tempat desa, kota, negara diberi nama. Bahkan bangunan pun diberi nama sebagai tanda pengenal berdasarkan ciri-ciri dan kondisi letaknya serta fungsinya. Sebagai contoh Desa Pereng diberikan nama tersebut karena letak tempat itu di lereng bukit, gunung atau di bawah jurang. Sama juga dengan nama Jurang Jero, Prapatan, Bukit Barisan, Gunung Merapi, Sala, dan sebagainya. Lain lagi nama Pringgalayan, Kusmadilagan, Purwapuran, Reksaniten, Wiragunan, Wirapaten, Yasadipuran dan sejenisnya untuk menunjukkan tokoh penting yang bertempat tinggal di kampung tersebut. Atau Mertalulutan, Saragenen, Gandekan, Miji Pinilihan untuk menunjukkan tempat sekelompok abdi dalem bertempat tinggal di situ. Pembahasan terhadap tradisi pemberian nama dan pemetaan tempat-tempat dan letak bangunan akan menyangkut usaha untuk menemukan gejala-gejala masa lampau yang berproses menjadi hasil karya dalam bidang budaya masyarakat, terutama masyarakat orang Jawa khususnya di Kota Surakarta (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 16). C. Mata Pencaharian Penduduk di Kota Surakarta Masyarakat di Kota Surakarta memiliki mata pencaharian yang bermacammacam karena pengaruh dari lingkungan perkotaan. Mata pencaharian tersebut terdiri dari petani sendiri, pekerja tani, usahawan, pekerja industri, pekerja bangunan, angkutan, pensiunan (pesara), dan lain-lain. ( Masyarakat Kota Surakarta sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, dan wirausahawan.

4 34 D. Demografis Kota Surakarta 1. Jumlah penduduk di Kota Surakarta Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta pada tahun 2014 (terbaru), Kota Surakarta memiliki jumlah penduduk perempuan ( ) lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk laki-laki ( ), bila di total bisa mencapai jiwa. 2. Tingkat pendidikan di Kota Surakarta Menurut data Badan Pusat Statistik 2014, tingkat pendidikan di Kota Surakarta cukup tinggi untuk kalangan tingkat Sekolah Dasar dibandingan dengan kalangan Perguruan Tinggi. Berikut data persentase tingkat pendidikan Kota Surakarta dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum hingga Perguruan Tinggi. Tabel 2. Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tingkat Pendidikan Persentase Sekolah Dasar 99.60% Sekolah Menengah Pertama 97.21% Sekolah Menengah Umum 78.10% Perguruan Tinggi 42.05% Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2014 E. Administratif Kota Surakarta Pemerintahan Kota Surakarta di bagi menjadi 5 kecamatan dan terbagi ke dalam 51 kelurahan. Kelima kecamatan yang ada di Kota Surakarta adalah: 1. Kecamatan Jebres terdapat 11 Kelurahan 2. Kecamatan Banjarsari terdapat 13 Kelurahan 3. Kecamatan Laweyan terapat 11 Kelurahan 4. Kecamatan Pasar Kliwon terdapat 9 Kelurahan 5. Kecamatan Serengan terdapat 7 Kelurahan

5 35 Pembagian letak administratif Kota Surakarta adalah sebagai berikut. Gambar 3. Peta Kecamatan di Kota Surakarta Sumber : Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan yang tercatat : Kecamatan Serengan dengan luas wilayah terkecil yaitu 319,40 ha. Disusul Kecamatan Pasar Kliwon seluas 481,52 ha dan Kecamatan Laweyan seluas 863,86 ha. Sementara kecamatan dengan wialayah terluas adalah Kecamatan Banjarsari yaitu 1.481, 10 ha dan disusul Kecamatan Jebres 1.258, 18 ha. Sehingga, luas total kecamatan di Kota Surakarta mencapai 4.404,06 ha. (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan , 2016). F. Pariwisata Kota Surakarta Kota Surakarta sekarang merupakan kota yang memiliki unggulan mengenai pariwisata. Banyak obyek wisata dan atraksi wisata, serta event wisata yang ada di Kota Surakarta ini. Dari obyek wisata yang memiliki nilai sejarah hingga wisata minat khusus. Banyak wisatawan dari luar Kota Surakarta yang mengunjungi kota ini untuk berwisata. Oleh karena itu, sektor pariwisata di Kota Surakarta perlu dikembangkan agar lebih maju dan menarik wisatawan lebih banyak, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Selain itu, dapat menambah sektor perekonomian setempat bila kawasan yang dijadikan obyek wisata dapat mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah hingga negara. Tidak hanya obyek wisata, namun atraksi wisata dan event tahuanan Kota Surakarta,

6 36 juga dapat dijadikan potensi dan daya tarik, mengingat Kota Surakarta sendiri merupakan kota yang memiliki beberapa nilai sejarah, adat-budaya, bangunan cagar budaya dan kawasan heritage. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, potensi dan daya tarik di Kota Surakarta dikelompokkan atau dikategorikan dalam tiga peringkat, yaitu : 1. Peringkat A Peringkat A merupakan obyek dan daya tarik wisata yang menjadi andalan, sangat terkenal bahkan menjadi salah satu icon Kota Surakarta. obyek dan daya tarik yang tergolong dalam kategori ini adalah Pura Mangkunegaran karena dilihat dari berbagai aspek, obyek wisata ini memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan obyek wisata lainnya. 2. Peringkat B Peringkat B adalah obyek dan daya tarik wisata unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan, dilihat dari kondisi obyek, keunikan, lingkungan, dan skala kunjungan. Jenis obyek ini dapat memunculkan daya tarik yang baru yaitu obyek wisata yang sedang berkembang, sebagian sudah ada pengelola dan sebagian belum di kelola seperti obyek wisata Taman Balekambang. 3. Peringkat C Peringkat C merupakan obyek dan daya tarik yang potensial, namun masih belum berkembang karena kualitas sumber daya wisata yang masih kurang nilainya dilihat dari berbagai aspek, sepeerti obyek wisata Taman Sriwedari. Pengembangan obyek wisata kategori pertama sebagai unggulan diharapkan dapat mengangkat prospek pengembangan obyek dan daya tarik wisata untuk kategori kedua dan ketiga yang saat ini belum berkembang. (Mayar Mayasari, 2010). G. Sekilas tentang Dinamika Wisata di Kota Surakarta Sejak berdirinya Kota Surakarta, kota ini selalu mengalami kemajuan dan modernisasi yang cepat. Sehingga muncul berbagai macam kebutuhan masyarakat saat ini. Apalagi di sektor pariwisata yang sedang naik daun seperti sekarang. Banyak rancangan dan rencana untuk membuat destinasi wisata baru di Kota

7 37 Surakarta, seperti dibentuknya Kota Pusaka dengan membuat Museum Keris di kawasan Sriwedari, lalu direncanakannya program wisata air di sepanjang sungai yang ada di kota-kota Solo. Hal-hal tersebut merupakan salah satu bentuk pengembangan destinasi wisata kota yang sadar akan potensi wisata yang dimiliki. Perkembangan mengenai wisata di Kota Surakarta, juga tidak luput dengan banyaknya makanan atau jajanan khas yang populer dari resep lama hingga dapat disajikan ke masa sekarang. Tentu hal tersebut juga merupakan bentuk berkembangnya makanan khas kota masa lalu yang masih sama dengan saat ini, sehingga dapat menunjang wisatawan untuk berkunjung ke kota Surakarta. Selain menikmati obyek wisata yang ada, juga dapat mencicipi kuliner khas Kota Surakarta yang masih dilestarikan keberadaannya. Kurang lebih berjalan 10 tahun, Kota Surakarta menjadi berkembang di aspek pariwisata, terutama dengan adanya event tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kota Surakarta, dengan mengenalkan tempat-tempat bersejarah sebagai venue-nya, sehingga menambah daftar obyek wisata minat khusus bagi wisatawan, seperti dengan bangunan Benteng Vasternburg yang sering digunakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan kota. Tidak hanya itu, sekarang pun di Kota Surakarta, juga sudah mulai banyak menjadikan kampung-kampung kuno sebagai destinasi wisata minat khusus di Kota Surakarta. Seperti Kampung Baluwarti yang sudah mulai berjalan dengan wisata susur kampungnya. Tentu hal ini sangat menarik bagi wisatawan luar ataupun setempat yang berkunjung, karena konsep tersebut berbeda dengan destinasi wisata lainnya. Tidak hanya dapat menyaksikan keindahan kampung tersebut, akan tetapi dapat belajar sekaligus mengenal toponimi (asal-usul) nama kampung yang dijajaki. Namun, hal tersebut akan lebih menarik lagi, apabila ditambahi faktor-faktor penunjang atau fasilitas lain, supaya wisatawan merasa sangat puas untuk berkunjung ke destinasi wisata tersebut.

8 38 H. Kecamatan Banjarsari Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Banjarsari Sumber : Kecamatan Banjarsari memiliki 13 kelurahan, antara lain : Kelurahan Keprabon, Kelurahan Timuran, Kelurahan Setabelan, Kelurahan Ketelan, Kelurahan Kestalan, Kelurahan Punggawan, Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Manahan, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Sumber, Kelurahan Banyuanyar, dan Kelurahan Kadipiro. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan terbesar di Kota Surakarta, yaitu 33,63% dari luas wilayah Kota Surakarta dengan luas wilayah ± 1.481,10 ha. Secara geografis terletak pada 1100 BT 1110 BT dan 7,60 LS LS - 80 LS. Kecamatan Banjarsari terletak di sebelah utara di Jalan Letjen S. Parman 133 Surakarta, (

9 39 I. Kawasan Heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Kawasan heritage di Kota Surakarta beragam letaknya. Namun, pada laporan ini akan membahas mengenai kawasan heritage di kawasan Kecamatan Banjarsari. Kecamatan Banjarsari pada mulanya bernama Kawedanan Distrik Kota Mangkunegaran, kemudian setelah tahun 1933 dijadikan daerah Kecamatan Banjarsari (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 76). Daerah Kecamatan Banjarsari dahulu menjadi daerah Kota Mangkunegaran. Adapun batas-batas daerah Kadipaten Mangkunegaran dengan daerah Keraton Kasunanan adalah : dari kampung Jurug ke utara mengikuti aliran Bengawan Solo sampai pertemuan dengan Sungai Susukan, ke barat mengikuti aliran sungai Susukan tersebut sampai di kampung Debegan, ke selatan kampung Kandangsapi, sampai Panggung, belok ke barat sampai di kampung Margoyudan. Ke selatan sampai di sungai Pepe dan seterusnya (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 76). Banjarsari dahulu bernama kampung Balapan, sebab daerah tersebut merupakan tanah lapang luas untuk pacuan kuda. Pada zaman Mangkunegara IV memerintahkan untuk membuat tempat pacuan kuda di sebelah utara Pasar Legi (sekarang merupakan tempat berdirinya Monumen Perjuangan 45). Kemudian, di bangun pula tribune (panggung) tempat duduk para pembesar kerajaan (Mangkunegaran) yang menyaksikan pacuan kuda tersebut. Sekarang, nama Balapan sendiri merupakan nama stasiun kereta api pusat di Surakarta (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 76). Sejak zaman Mangkunegara V, tempat pacuan tersebut dibangun rumahrumah mewah untuk para pembesar Belanda yang dinamakan Villa Park. Rumahrumah tersebut dibangun berbanjar dan kelihatan sangat indah (sari) maka kemudian disebut dengan nama Banjarsari (banjar berarti rumah besar), dan kelihatan indah (asri, sari). Sekarang rumah-rumah tersebut masih berdiri dengan megah dan satu di antaranya digunakan sebagai tempat Residen Surakarta, dan

10 40 sekarang merupakan tempat berdirinya Monumen 45 dan Villa Park Banjarsari (Tim Peneliti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, 2012 : 77). Berikut merupakan obyek heritage di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta antara lain adalah : 1. Stasiun Solo Balapan Kelurahan Kestalan 2. Stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) Kelurahan Kestalan 3. Ponten Kelurahan Kestalan 4. Villa Park Banjarsari Kelurahan Setabelan 5. Monumen 45 Kelurahan Setabelan 6. Pasar Antik Windujenar Triwindu Kelurahan Keprabon 7. Istana Pura Mangkunegaran Kelurahan Keprabon 8. Masjid Al-Wustho Kelurahan Ketelan 9. Monumen Pers Kelurahan Timuran 10. Taman Balekambang Kelurahan Manahan

ANALISIS POTENSI WISATA HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

ANALISIS POTENSI WISATA HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA ANALISIS POTENSI WISATA HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN IV. KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1. Letak Administrasi Kota Surakarta Kota Surakarta terletak di Provinsi Jawa Tengah dan dibatasi oleh empat Kabupaten di sekitarnya, yaitu Sukoharjo, Karanganyar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pusat : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal dan sebagainya (Wikipedia, 2015). Informasi : Sekumpulan data/ fakta yang diorganisasi atau

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 km 2 dan terletak di Propinsi Jawa Tengah (central java) yang terdiri ata satu) kelurahan, 606 (enam ratus enam) Rukun Warga (RW) serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai. ekonomi.meminimalkan risiko atau kerugian bagi manusiadiperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai. ekonomi.meminimalkan risiko atau kerugian bagi manusiadiperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir menurut Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah

Lebih terperinci

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH TAHUN 2016-2026 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor menjanjikan bagi pendapatan devisa negara. Melalui pariwisata keragaman potensi di setiap daerah dapat disorot untuk dipromosikan baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kota Surakarta yang juga sangat dikenal sebagai Kota Solo, merupakan sebuah dataran rendah yang terletak di cekungan lereng Gunung Lawu dan Gunung Merapi dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SURAKARTA JAWA TENGAH KOTA SURAKARTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas Kota Surakarta. Eksistensi Keraton

Lebih terperinci

PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2016 PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta No.Telp. (0271) 639554,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian judul DP3A Revitalisasi Kompleks Kavallerie Sebagai Hotel Heritage di Pura Mangkunegaran Surakarta yang mempunyai arti sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Solo telah banyak mengalami bencana ruang kota dalam sejarah perkembangannya. Setidaknya ada tiga peristiwa tragedi besar yang tercatat dalam sejarah kotanya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM WILAYAH PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN UMUM WILAYAH PERANCANGAN BAB III TINJAUAN UMUM WILAYAH PERANCANGAN 3.1. DEFINISI KOTA SURAKARTA 3.1.1. Aspek Fisik Kota Surakarta Gambar 3. 1. Peta Surakarta Sumber : Google, Peta Surakarta, 2017 Kota Surakarta yang juga sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN

BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN BAB III GEOGRAFI DAN PEMERINTAHAN A. Geografi Dari sisi letak geografis, Kota Surakarta atau Kota Solo berada di cekungan antara lereng pegunungan Lawu dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SURAKARTA A. Deskripsi Kota Surakarta 1. Letak kota Surakarta Secara Geografis, Kota Surakarta berada diantara dataran rendah dan terletak diantara beberapa sungai kecil seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE

BAB III PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE BAB III PENGEMBANGAN KAWASAN HERITAGE DI KECAMATAN BANJARSARI SEBAGAI DESTINASI WISATA HERITAGE A. Perkembangan Kawasan Heritage di Kecamatan Kota Surakarta Kecamatan berkembang dengan sangat pesat karena

Lebih terperinci

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB VI INFRASTRUKTUR BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar

Lebih terperinci

2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA TAHUN

2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA TAHUN BAB 2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011-2031 Bab ini berisi muatan RTRW Kota Surakarta Tahun 2011-2031 yang terdiri dari tujuan penataan ruang, kebijakan dan strategi, rencana struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya, suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang pencipta. Tak heran negara

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas

Lebih terperinci

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng BAB I A. Latar Belakang Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng Samudera Pasifik. lempeng Samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk mencapai tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obyek wisata adalah sesuatu yang ada didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat berupa bangunan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Kota Surakarta atau dikenal juga dengan sebutan Solo secara administratif terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta terletak antara 110 0 45 14 BT - 110 0 45 35 BT dan 7 0 36 LS -7 0 56 LS. Kota Surakarta yang terkenal dengan sebutan Solo ini merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber :  diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pariwisata Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY sendiri dikenal sebagai

Lebih terperinci

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata bahari merupakan salah satu jenis wisata andalan yang dimiliki oleh Indonesia, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri di Indonesia yang prospeknya memiliki nilai yang cerah dimana industri pariwisata di Indonesia ini memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial. Kota selalu

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PERKOTAAN:

MENGENAL SISTEM PERKOTAAN: MENGENAL SISTEM PERKOTAAN: SEBUAH PENGANTAR TENTANG KOTA SOLO 3 Sekilas tentang Solo 7 Memahami Sistem Perkotaan 13 Mencari Bentuk 17 Memahami Kelurahan Kita BANJARSARI JEBRES KOTA SOLO LAWEYAN SERENGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional sudah berkembang sedemikian rupa dan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BANGUNAN KANTOR KELURAHAN DI KOTA SURAKARTA

KARAKTERISTIK BANGUNAN KANTOR KELURAHAN DI KOTA SURAKARTA KARAKTERISTIK BANGUNAN KANTOR KELURAHAN DI KOTA SURAKARTA Suryaning Setyowati Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun membuka kesempatan kerja dan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, berada antara 110045'15'' - 110045'35'' Bujur Timur dan antara 7036'00''-

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak dan kondisi Geografis a. Batas Administrasi Daerah Secara geografis Kabupaten Magetan terletak pada 7 o 38` 30 LS dan 111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islamic : Islamic (bahasa Inggris) yang artinya berhubungan dengan Islam (Echols & Shadily, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Islamic : Islamic (bahasa Inggris) yang artinya berhubungan dengan Islam (Echols & Shadily, 2006) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Penulis menyusun laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) dengan judul Solo Islamic Park, agar dapat lebih memahami judul tersebut, maka diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut penelitian Citra Pariwisata Indonesia pada tahun 2003, budaya menjadi elemen yang paling menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

Lebih terperinci

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : TITIS WULANDARI

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dapat didefinisikan suatu perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, biasanya dilakukan oleh orangorang yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir bukanlah fenomena baru di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Sudah menjadi pemandangan rutin tahunan di Ibu Kota dan beberapa kota di Indonesia ketika musim

Lebih terperinci

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: WINARSIH L2D 099 461 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Medan merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Pada awalnya kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang menjadi faktor penting dalam peningkatan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K 5410012 Prodi Geografi FKIP UNS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya air merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

Bhagyashri, Pranav, & Achaliyaparag, 2012).

Bhagyashri, Pranav, & Achaliyaparag, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir terjadi sebuah revolusi dalam informasi dan teknologi komunikasi, yang tidak hanya mengubah perilaku keseharian masyarakat tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pariwisata di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pariwisata di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pariwisata di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan terus berkembang secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN GALERI WAYANG KULIT KI ANOM SUROTO DI SURAKARTA

BAB III TINJAUAN GALERI WAYANG KULIT KI ANOM SUROTO DI SURAKARTA BAB III TINJAUAN GALERI WAYANG KULIT KI ANOM SUROTO DI SURAKARTA 3.1.TINJAUAN UMUM KOTA SURAKARTA ARTA 3.1.1.Kondisi Administratif Kota Surakarta Gambar 3.1.Peta Administratif Kota Surakarta Sumber : Surakarta.bps.go.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang mempunyai keindahan alam yang pantas untuk diperhitungkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada bidang pendidikan. Perubahan dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada bidang pendidikan. Perubahan dalam dunia pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini telah membawa pengaruh perubahan di dalam kehidupan manusia disegala bidang terutama pada bidang pendidikan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata telah mengalami perkembangan yang pesat dalam satu dekade belakangan ini. Saat ini, pariwisata merupakan industri jasa terbesar di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari 5 pulau besar serta banyak pulapu-pulau kecil di sekitarnya. Yang terbagi menjadi 34 provinsi dan 511 kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Solo berdiri tahun 1745. Kota Solo pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram, Solo menjadi pusat

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN. Gambar Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016)

BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN. Gambar Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016) 49 BAB 3 GAMBARAN UMUM SITE PERENCANAAN 3.1. Lokasi/Data fisik Gambar 3.1.1 Peta Surakarta Sumber : (Bappeda, 2016) Kota Surakarta merupakan kota budaya dengan status kota dibawah Provinsi jawa tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya yang beragam, corak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan sektor paling strategis untuk menaikan atau menambah devisa bagi negara dan dapat membuka lapangan pekerjaan. Pariwisata merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

MEMBACA PETA RBI LEMBAR SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K MEMBACA PETA RBI LEMBAR 1408-343 SURAKARTA MATA KULIAH KARTOGRAFI DASAR OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K 5410012 PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan panjang sekitar 548,53 km. Wilayah Sungai Bengawan Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sarana yang tepat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan global. Pariwisata mempunyai

Lebih terperinci