PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 TINGKAT KETERBACAAN WACANA DALAM BUKU TEKS KOMPETEN BERBAHASA INDONESIA DAN BUKU TEKS PANDUAN BELAJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA TAHUN 2007 UNTUK SMA KELAS XI BERDASARKAN GRAFIK FRY SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh: Merryta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013

2 TINGKAT KETERBACAAN WACANA DALAM BUKU TEKS KOMPETEN BERBAHASA INDONESIA DAN BUKU TEKS PANDUAN BELAJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA TAHUN 2007 UNTUK SMA KELAS XI BERDASARKAN GRAFIK FRY SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh : Merryta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i

3

4

5 PERSEMBAHAN Tuhan Yesus yang senantiasa memberkati, melindungi, mengasihi, dan menuntun setiap langkah hidupku dengan kuat kuasa-nya yang luar biasa. Terima kasih Tuhan untuk kemenangan ini. Ibuku tercinta, M. Titik Wahyudiati yang tak pernah lelah mendoaku, menyemangati, dan menyayangiku dengan kasih tulusnya. Ayahku, Eddy Hariyanto Sutomo yang mengajariku untuk kuat dan selalu menjadi yang terhebat dalam hidup. Aku selalu merindukanmu Kedua adikku, Theodora Destyka dan Benediktus Yuda Kesawa. Terima kasih untuk selalu memotivasiku menjadi kakak dan pribadi yang lebih baik. Yusuf Davit Palma dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kasihnya. dan saya sendiri. iv

6

7 MOTTO Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Matius 6: 34) Bersukacita senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itu yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (2 Tesalonika 5: 16-18) Mulailah membangun dari mimpi, berusahalah untuk melakukan yang terbaik, dan andalkan DIA dalam segala hal. (Merryta) vi

8

9 ABSTRAK Merryta Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia dan Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2007 Untuk SMA Kelas XI Berdasarkan Grafik Fry. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana dalam dua buku teks bahasa Indonesia, yaitu buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis yang ditujukan untuk siswa SMA kelas XI. Ada tiga pokok permasalahan dalam penelitian ini, yakni (a) a pakah wacana pada buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia sesuai untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry, (b) apakah wacana pada buku teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia sesuai untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry, dan (c) bagaimana perbandingan wacana dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai bahan pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berasal dari wacana-wacana yang terdapat di dalam dua buku teks bahasa Indonesia yang keseluruhannya berjumlah 38. Ada empat langkah yang ditempuh setelah memperoleh data penelitian, yaitu (a) mengelompokkan wacana dari dua buku teks, (b) menghitung jumlah kalimat dan suku kata pada setiap wacana, (c) memasukkan jumlah kalimat dan suku kata untuk masing-masing wacana pada grafik Fry, dan (d ) menafsirkan tingkat keterbacaan wacana berdasarkan grafik Fry. Untuk memperoleh hasil penelitian yang benar maka dilakukan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat dua wacana yang cocok untuk siswa SMA kelas XI dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga. Berdasarkan pemplotan grafik Fry, titik pertemuan antara titik 4, 6 dari baris jumlah kalimat dengan titik 163 dari baris jumlah suku kata jatuh pada tingkat/kelas 11, 12, 13. Hal itu berarti wacana dengan kode teks Er. 5 berjudul Penerapan Manajemen untuk Kemajuan Koperasi cocok digunakan untuk siswa SMA kelas XI dan XII serta mahasiswa sebagai bahan pembelajaran. Untuk wacana dengan kode teks Er. 10 dengan judul Kualitas Penduduk Indonesia Memprihatinkan berdasarkan pemplotan grafik Fry, titik pertemuan dari titik 4 untuk jumlah kalimat dengan titik 154 untuk jumlah suku kata jatuh pada tingkat/kelas 10, 11, 12. Artinya, wacana tersebut dapat digunakan untuk siswa pada semua kelas di SMA. Dari buku teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia terbitan Esis hanya ditemukan satu wacana yang cocok untuk siswa kelas XI. Wacana dengan judul Kerangka Kemanan RI-Australia berkode Es. 9 berdasarkan pemplotan grafik Fry, titik pertemuan antara titik 5 untuk jumlah kalimat dengan titik 156 untuk jumlah suku kata jatuh pada tingkat/kelas 9, 10, viii

10 11. Itu artinya wacana ini dapat digunakan untuk siswa kelas IX pada jenjang pendidikan SMP dan siswa kelas X dan XI SMA. Melalui hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada guru maupun calon guru Bahasa Indonesia memperhatikan wacana yang hendak digunakan sebagai bahan pembelajaran. Selain itu, guru dituntut lebih kreatif memanfaatkan sumber bahan bacaan dari media surat kabar, internet, majalah dan sumber pembelajaran lainnya. Untuk editor atau penulis naskah, peneliti menyarankan lebih memperhatikan kosakata, bahasa, susunan wacana, serta tingkat keterbacaan yang sesuai dengan tingkatan pembacanya. ix

11 ABSTRACT Merryta The Readibility Level of The Reading Passages in the Textbooks Kompeten Berbahasa Indonesia and Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia in 2007 for Eleventh Grade Senior High School Students Based on the Fry Graph. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Study Program, of Local and Indonesian Literature and Language Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. This study aims to analyze the readibility level of the reading passages found in two Indonesian language textbooks, namely Kompeten Berbahasa Indonesia published by Erlangga and Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia published by Esis are designed for eleventh grade senior high school students. There are three problems formulated in this study, namely (a) are the reading passages in the textbook Kompeten Berbahasa Indonesia appropriate with the readibility level of eleventh grade senior high school students based on the fry graph, (b) are the reading passages in the textbook Panduan Belajar dan Sastra Indonesia appropriate with the readibility level of elventh grade senior high school students based on the Fry graph, (c) how is the comparison of the readibility level of the reading passages found in the textbooks Kompeten Berbahasa Indonesia published and Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia as a learning material. The type of research in this study is descriptive qualitative. The data of the study is derived from the reading passages found in two Indonesian language textbooks which comprises of 38 texts in total. There are four steps to be taken after obtaining the research data, namely (a) classifying the reading text from the two textbooks, (b) counting the numbers of sentences and syllables in each reading text, (c) assigning the number of sentences and syllable s from each reading text in the Fry graph, and (d) interpreting the readibility level of the reading passages based on the Fry graph. In order to validate the results, triangulation is conducted. The results show that there are only two reading passages which are suitable for eleventh grade senior high school students found in the textbook Kompeten Berbahasa Indonesia. Based on the plots in the Fry graph, the intersection between the line from dot 4,6 for the number of sentences with the line from dot 163 for the number of syllables falls on level/grade 11, 12, 13. They indicate the reading passages with the code Er. 5 entitled The Management Application for the Development of Cooperative Assosiactions is suitable as a learning material for eleventh and twelfth grade senior high school students as well as college students. Based on the plots in the Fry graph, the reading passages with the code Er. 10 entitled The Poor Qualities of Indonesian Citizens shows the intersection between the line from dot 4,6 for the number of sentences with the line from dot 163 for the number of syllables falls on level/grade 11, 12, 13. They signify that those reading passages are suitable for students of all grades of senior x

12 high school. There is only one reading passage in the textbook Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia which is appropriate for eleventh grade senior high school students. Based on the Fry graph, the reading passage entitled The Indonesian-Australian Security Framework with the code Es. 9 shows the intersection between the line from dot 5 for the number of sentences with the line from dot 156 for the number of syllables falls on the level/grade 9, 10, 11. They indicate that the reading passage is suitable for ninth grade junior high school students and tenth and eleventh grade senior high school students. Through the results of this study, the researcher suggests for Indonesian language teachers and teacher candidates to pay more attention to the reading passages used as learning materials. In addition, teachers are required to be more creative in utilizing reading passages from other sources such as newspapers, the internet, and magazines. The researcher also suggests for editors or writers to pay more attention to the vocabulary, composition of the passage, and readibility level which is appropriate to the grade level of the readers. xi

13 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia, rahmat, berkat, dan cinta kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia dan Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2007 Untuk SMA Kelas XI Berdasarkan Grafik Fry dengan baik. Penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk, dan nasehat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang dengan bijaksana dan sabar telah meluangkan waktu, membimbing, menasehati, menguatkan, dan mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Yuliana Setyaningsih, selaku Ketua Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah sekaligus dosen pembimbing II yang dengan sabar membimbing, menasehati, memberikan arahan yang berguna serta mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini 4. L. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., yang telah bersedia menjadi penyidik dan memberikan pengarahan yang berguna dalam skripsi ini. 5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan yang berguna bagi penulis dalam skripsi ini. 6. R. Marsidiq selaku karyawan PBSID yang telah memberikan bantuan dan pelayanan kesekretariatan kepada penulis dengan ramah dan sabar. xii

14

15 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... MOTTO... i ii iii iv v vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii viii x xii xiv xviii xix xx BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Penelitian... 7 xiv

16 1.3 Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Istilah Sistematika Penyajian BAB II LANDASAN TEORI Penelitian Relevan Kerangka Pustaka Pengertian Buku Teks Fungsi Buku Teks Penyusunan Buku Teks Kriteria Telaah Buku Teks Wacana Jenis-jenis Wacana Pengertian Keterbacaan Cara Mengukur Keterbacaan Grafik Fry Petunjuk Penggunaan Grafik Fry Beberapa Catatan Penting Tentang Grafik Fry Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian xv

17 3.2 Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Triangulasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Hasil Penelitian Tingkat Keterbacaan Wacana Pada Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga Berdasarkan Grafik Fry Tingkat Keterbacaan Wacana Pada Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Berdasarkan Grafik Fry Tingkat Keterbacaan Wacana Dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia dan Buku Teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia Sebagai Bahan Pembelajaran Pembahasan Hasil Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana Dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia Hasil Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana Untuk Buku Teks Panduan Belajar Bahasa Indonesia Hasil Analisis Wacana yang Sesuai untuk Siswa Kelas XI SMA Dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa dan Buku Teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia Sebagai Bahan Pembelajaran xvi

18 4.4 Triangulasi BAB V PENUTUP Kesimpulan Implikasi Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA PENULIS xvii

19 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Tabel Analisis Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga Berdasarkan Jumlah Kalimat dan Jumlah Suku Kata Tabel Analisis Wacana dalam Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis Berdasarkan Jumlah Kalimat dan Jumlah Suku Kata 115 Grafik Fry untuk Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga Grafik Fry untuk Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis 134 Lampiran Triangulasi Penyidik. 141 Lampiran 2 Data Asli Wacana dari Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan Wacana dari Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia 145 xviii

20 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1: Analisis Data Tabel 2: Analisis Tingkat Keterbacaan Berdasarkan Grafik Fry Tabel 3: Daftar Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga Tabel 4: Daftar Wacana dalam Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Tabel 5: Analisis Wacana dalam Buku Teks Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga Berdasarkan Jumlah Kalimat dan Suku Kata Tabel 6: Analisis Wacana dalam Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Berdasarkan Jumlah Kalimat dan Suku Kata Tabel 7: Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga Berdasarkan Fry Tabel 8: Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Berdasarkan Grafik Fry Tabel 9: Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga dan Buku Teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis Berdasarkan Grafik Fry xix

21 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1: Contoh Gambar Grafik Fry Gambar 2: Grafik Fry untuk Kode Teks Er Gambar 3: Grafik Fry untuk Kode Teks Er Gambar 4: Grafik Fry untuk Kode Teks Er Gambar 5: Grafik Fry untuk Kode Teks Es Gambar 6: Grafik Fry untuk Kode Teks Es xx

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kemampuan membaca menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki oleh siswa dalam memahami suatu bacaan. Dalam kegiatan membaca, siswa-siswa SMA diharapkan berubah dalam perilaku membaca, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak sadar menjadi sadar, atau dari tidak bisa menjadi bisa. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1983: 7). Kata-kata yang sederhana akan mudah dipahami oleh para siswa, sehingga isi atau makna yang dimaksudkan oleh penulis akan mudah ditangkap oleh para siswa. Kridalaksana dalam Suladi, dkk (2 000: 1) menyebutkan bahwa membaca mempunyai arah bagaimana seseorang memahami informasi melalui kegiatan menggali informasi dari wacana (teks). Dalam kehidupan masyarakat keragaman bahan membaca untuk konsumsi baca ini terasa sangat beragam, dapat berupa teks, buku ilmiah, surat kabar, majalah, dan lain-lain. Salah satu profesi yang sangat membutuhkan bahan bacaan adalah guru. Sebagai seorang guru, bahan bacaan merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. Pemilihan bahan bacaan yang tepat berpengaruh terhadap minat baca 1

23 2 siswa. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru dalam menentukan kriteria materi bacaan bagi siswanya. Salah satu kriteria pemilihan materi bacaan dapat menggunakan keterbacaan. Keterbacaan merupakan istilah dalam bidang pendidikan membaca yang memperhatikan tingkat kesulitan materi yang harus dibaca (Hardjasujana, dkk. 1999: 41). Tingkat keterbacaan dalam sebuah materi harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Pentingnya tingkat keterbacaan dalam suatu buku teks akan berpengaruh terhadap motivasi dan minat siswa untuk membaca. Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana) bagi siswa sesuai dengan jenjang kemudahan membaca, bentuk tulisan atau topografi, lebar spasi, dan aspek-aspek grafika lainnya, kemenarikan bahan ajar sesuai dengan minat pendidikannya. Keterbacaan yang tinggi artinya kalimat-kalimatnya mudah dipahami; paragraf-paragrafnya memiliki kesatuan, kelengkapan, kesetalian, dan isi yang memadai, bab-babnya tersusun runtut, dan daya bahasanya sederhana (Hardjasujana, dkk., 1999: 10). Tingkat keterbacaan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan bahan pengajaran. Hal ini berguna untuk menyesuaikan dengan tingkat kemampuan membaca para siswa. Buku merupakan penunjang yang penting dalam proses belajar mengajar di sekolah. Buku yang berisi bahan pembelajaran ialah buku teks (Hardjasujana, dkk., 1990: 1). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11/25 tentang Buku Teks Pelajaran, pasal 2 ayat (2) dikatakan bahwa Selain buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), guru menggunakan buku panduan

24 3 pendidik dan dapat menggunakan buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran. Pada kenyataannya, buku-buku yang digunakan di sekolahsekolah di Indonesia terdiri atas empat jenis, berdasarkan klasifikasi buku pendidikan, maka terdiri atas (1) buku teks pelajaran; (2) buku pengajaran; (3) buku pengayaan; dan (4) buku rujukan (Pusat Perbukuan Depdiknas, 2004: 4). Buku teks pelajaran merupakan buku yang berfungsi sebagai pedoman bagi siswa untuk belajar. Buku pengajaran dinamakan pula buku panduan pendidik (Permendiknas No. 11/2005). Buku ini berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam mengajarkan suatu materi pelajaran. Buku teks pelajaran muatan lokal yang digunakan pada satuan pendidikan dasar dan menengah dipilih dari bukubuku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangan masing-masing dengan berpedoman pada standar buku teks yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Buku teks harus dapat dimengerti dan dipahami oleh para siswa guna menunjang suatu program pengajaran. Tingkat penyebaran buku pelajaran, khususnya untuk SMA semakin meningkat. Beragam jenis buku teks Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh pihak pemerintah maupun swasta, baik dalam satu penerbit atau penerbit yang lain di antaranya adalah buku-buku teks yang direkomendasikan oleh pemerintah yang menyajikan bahan bacaan dengan beragam jenis serta bentuk penyajian yang semenarik mungkin. Bahan bacaannya yang ada di dalam buku teks diambil dari berbagai sumber. Buku teks yang sekarang banyak beredar berpeluang untuk dijadikan bahan pengajaran, tetapi tidak semua buku teks sesuai dengan kemampuan siswa dalam memperoleh informasi. Di sini dapat dilihat apakah

25 4 penggunaan bahasanya wajar, menarik, dan sesuai dengan perkembangan siswa atau tidak. Walau sebenarnya penulisan buku tersebut telah menggunakan bahasa yang benar, namun dalam kenyataannya, para siswa terkadang masih kesulitan dalam memahami isi bacaan yang terdapat dalam buku teks. Seiring perkembangan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah saat ini, maka buku teks pun disesuaikan dengan kurikulum yang dilaksanakan di sekolah. Terdapat dua buku teks yang banyak digunakan di sekolah-sekolah sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain buku Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga tahun 2007 dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis tahun 2007 dengan menggunakan kurikulum KTSP Standar Isi 2006 yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. KTSP Standar Isi 2006 memuat kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Sejauh pengamatan peneliti kedua buku ini merupakan buku pengayaan yang digunakan di sekolahsekolah sebagi sarana belajar mengajar. Keterbacaan dapat diukur dengan menggunakan sejumlah formula (rumus) keterbacaan seperti, Spache, Guning s, Fog Index, SMOG Grading, Raygor Readability Estimate, dan Fry Readability Graph. Semua formula tersebut dipergunakan sebagai alat untuk mengukur dan mengetahui tingkat kesulitan memahami suatu bahan bacaan. Dalam jenis ini, kalimat, kata, dan suku kata menjadi sasaran uji (Depdikbud, 1999: 16).

26 5 Adapun buku teks Bahasa Indonesia yang dipilih untuk diteliti oleh peneliti, yaitu Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Esis dikarenakan kedua buku teks tersebut digunakan dibeberapa sekolah sebagai buku pegangan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Beberapa sekolah yang menggunakan buku Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga antara lain: SMA N 6 Yogyakarta, SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, SMA N 1 Pakem, sedangkan buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Esis digunakan di sekolah-sekolah seperti: SMA N 6 Yogyakarta, SMA N 1 Cangkringan. Peneliti juga menilai bahwa kedua buku teks Bahasa Indonesia, yaitu Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Esis sudah berlabelkan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Standar Isi Dari segi penampilan fisik, buku Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Esis dinilai lebih bagus dan menarik daripada buku-buku teks Bahasa Indonesia sejenis sebelumnya. Muatan isi dan materi di dalam kedua buku teks tersebut juga sesuai dengan kebutuhan para siswa SMA kelas XI berdasarkan

27 6 KTSP Standar Isi Selain itu, belum ada penelitian yang mengkaji tingkat keterbacaan pada kedua buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis tersebut menggunakan grafik Fry. Bertolak dari latar belakang yang dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks Bahasa Indonesia karena materi bacaan yang digunakan oleh guru Bahasa Indonesia sebagian besar diperoleh dari buku teks. Selain itu, peneliti ingin mengetahui apakah wacanawacana yang terdapat dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI yang diterbitkan oleh penerbit Esis sudah memenuhi syarat keterbacaan. Penelitian tentang tingkat keterbacaan buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam memilih buku teks yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dalam memperoleh informasi dengan baik. Peneliti memilih penggunaan grafik Fry sebagai penguji tingkat keterbacaan buku teks, bukan tes klos seperti penelitian sebelumnya dengan tujuan agar penggunaan grafik Fry menjadi tolak ukur baru untuk menguji tingkat keterbacaan. Maka, penelitian ini berjudul Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2007 Untuk SMA Kelas XI Berdasarkan Grafik Fry.

28 7 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: (1) Apakah wacana pada buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga sesuai untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry? (2) Apakah wacana pada buku teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia terbitan Esis sesuai untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry? (3) Wacana apa sajakah yang sesuai untuk siswa kelas XI SMA dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis sebagai bahan pembelajaran? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga untuk para siswa kelas XI SMA. (2) Mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis untuk para siswa kelas XI SMA.

29 8 (3) Mendeskripsikan wacana yang sesuai untuk para siswa kelas XI SMA dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis sebagai bahan pembelajaran. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki lima ruang lingkup yaitu pertama, tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks. Kedua, peneliti memilih dua buah buku teks bahasa Indonesia, yaitu Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis sebagai sumber penelitian. Ketiga, peneliti memilih buku teks yang digunakan untuk kelas XI SMA. Keempat, pemilihan wacana yang representatif berdasarkan jumlah kalimat dan suku kata. Kelima, peneliti memilih grafik Fry untuk menguji tingkat keterbacaan. 1.5 Manfaat Penelitian Dari penelitian terhadap tingkat keterbacaan buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis manfaat yang diharapkan sebagai berikut.

30 9 (1) Informasi mengenai tingkat keterbacaan buku teks dapat menambah khazanah pengetahuan bagi penulis dalam penyusunan buku teks. (2) Informasi mengenai tingkat keterbacaan buku teks dapat menjadi pertimbangan bagi guru dan calon guru Bahasa Indonesia dalam memilih buku teks yang tepat sebagai sumber pengajaran dalam proses belajar mengajar. (3) Informasi mengenai tingkat keterbacaan dapat menjadi salah satu rujukan dalam memilih buku teks untuk pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. (4) Informasi mengenai tingkat keterbacaan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi kalangan pendidik sebagai sumber belajar. (5) Informasi mengenai tingkat keterbacaan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya. 1.6 Batasan Istilah Berikut ini akan disajikan istilah untuk menghindarkan kesalahpahaman, yaitu (1) keterbacaan, (2) wacana, (3) buku teks (1) Keterbacaan Dalam KBBI (2003:83), keterbacaan adalah perihal dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dipahami dan diingat. Keterbacaan berhubungan

31 10 dengan pembaca maka keterbacaan yang dimaksud adalah ukuran tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari tingkat kemudahan atau kesukaran wacananya. (2) Tingkat Keterbacaan Tingkat keterbacaan adalah tingkat kesulitan atau kemudahan sebuah wacana atau buku. Tingkat keterbacaan biasanya dinyatakan dengan peringkat kelas (Hardjasujana, dkk., 1999: 4.2). (3) Wacana Wacana adalah suatu kebahasaan yang terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar, direalisasikan dalam bentuk karangan utuh (novel, buku, seri, ensiklopedia, dsb), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat lengkap (Kridalaksana, 1993: 23). (4) Buku teks Buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran (Tarigan, 1990: 13).

32 Sistematika Penyajian Penelitian ini akan disajikan ke dalam tiga bab sebagai berikut. Di dalam bab I akan diuraikan pendahuluan berupa (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup, (5) manfaat penelitian, (6 ) batasan istilah, dan (7) sistematika penyajiannya. Di dalam bab II akan diuraikan landasan teori berupa (1) penelitian yang seje nis dan (2) kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini. Di dalam bab III kan diuraikan metodologi penelitian yang terdiri atas (1) jenis penelitian, (2) instrumen penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) teknik analisis data penelitian, dan (5) triangulasi.

33 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang mendukung terhadap penelitian yang hendak dilakukan. Beberapa penelitian itu antara lain, pertama, penelitian yang dilakukan Dewi (2001) yang berjudul Uji Keterbacaan Wacana Buku Teks Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMU Karangan A. Rumadi, dkk, kedua, Emanuel Rastomo Jati dengan topik Tingkat Keterbacaan Teks-Teks Bacaan dalam Buku Teks Penuntun Terampil Berbahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II cawu 1, 2, dan 3 Karangan Ambary, dkk. Terbitan Trigenda Karya Bandung yang dilakukan tahun 2003, dan ketiga, penelitian Suryani (2007) berjudul Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Dua Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas VIII. Dewi (2001) memfokuskan pada uji keterbacaan wacana buku teks Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMU karangan A. Rumadi, dkk. terbitan Kanisius. Penelitian tersebut menghasilkan data tingkat keterbacaan wacana buku teks Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia jilid II cawu II berkategori instruksional. Hal ini berarti wacana-wacana dalam buku teks itu termasuk wacana yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah karena siswa masih memerlukan bantuan guru untuk dapat memahami isi wacana-wacana tersebut. Tingkat keterbacaan wacana buku teks Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia jilid II cawu III berkategori 12

34 13 instruksional. Hal ini berarti bahwa siswa masih memerlukan bantuan guru untuk dapat memahami isi wacana. Penelitian Jati (2003) bertujuan (1) mendeskripsikan tingkat keterbacaaan teks-teks bacaan dalam buku teks Penutur Terampil Berbahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II cawu 1, 2, dan 3 karangan Ambary, dkk. terbitan Trigenda Karya Bandung pada siswa SLTPN I dan II Kretek Bantul berdasarkan tes pemahaman, (2) mendeskripsikan tingkat keterbacaaan teks-teks bacaan dalam buku teks Penutur Terampil Berbahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II cawu 1, 2, dan 3 karangan Ambary, dkk. terbitan Trigenda Karya Bandung pada siswa SLTPN I dan II Kretek Bantul berdasarkan Fox Index. Hasil penelitian tingkat keterbacaaan teks-teks bacaan dalam buku teks Penutur Terampil Berbahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II cawu 1, 2, dan 3 karangan Ambary, dkk. terbitan Trigenda Karya Bandung berdasarkan tes pemahaman menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan wacana buku teks siswa kelas II tergolong sedang. Namun tidak semua teks dapat dipakai sebagai bahan pembelajaran. Tingkat keterbacaan buku teks berdasarkan Fox Index menunjukkan bahwa teks-teks dalam wacana tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu teks keterbacaan tinggi, sedang, dan rendah. Teks-teks yang dapat dipakai sebagai bahan pembelajaran adalah teks-teks yang berketerbacaan tinggi dan sedang. Penelitian yang dilakukan Suryani (2007) mendeskripsikan tingkat keterbacaan buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP kelas VIII karangan Nurhadi, dkk. terbitan Erlangga tahun 2004 dan buku teks Mampu Berbahasa Indonesia SMP dan MTs Kelas VIII karangan Asul Wiyanto, dkk.

35 14 terbitan PT Grasindo tahun Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa soal-soal cloze test. Soal-soal cloze test dibuat dengan cara peneliti mengosongkan kata keenam dan mengutuhkan paragraf pertama dan paragraf terakhir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP kelas VIII karangan Nurhadi, dkk. terbitan Erlangga tahun 2004 untuk siswa pada satu sekolah termasuk kategori frustasi, sedangkan untuk siswa pada empat sekolah yang lain termasuk dalam kategori instruksional. Buku teks Mampu Berbahasa Indonesia SMP dan Mts Kelas VIII karangan Asul Wiyanto, dkk. terbitan PT Grasindo tahun 2006 menunjukkan bahwa siswa pada tiga sekolah termasuk kategori frustasi dan siswa pada dua sekolah yang lain termasuk dalam kategori instruksional. Berdasarkan relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti adalah sama-sama merupakan penelitian kualitatif yang mendeskripsikan tentang tingkat keterbacaan buku teks. Hal yang membedakan adalah cara mengukur tingkat keterbacaannya, meskipun beberapa penelitian yang ditemukan menggunakan tes klos sebagai alat pengujinya. Dari hal inilah, peneliti mendapat inspirasi untuk melakukan penelitian sejenis terhadap buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Esis dengan menggunakan grafik Fry.

36 Kerangka Pustaka Dalam penelitian ini, teori yang digunakan meliputi pengertian buku teks, fungsi buku teks, penyusunan buku teks, kriteria buku teks, wacana, jenis-jenis wacana, pengertian keterbacaan, dan cara mengukur keterbacaan. Masing-masing dijabarkan sebagai berikut Pengertian Buku Teks Dalam bukunya Tarigan (1990), beberapa ahli menjelaskan pengertian mengenai buku teks. Hall-Ouest (1915) mengatakan buku teks adalah rekama n pikiran rasial yang disusun buat maksud-maksud dan tujuan-tujuan instruksional. Sementara itu, Lange (1940) mengemukakan buku teks adalah buku standar atau buku setiap cabang khusus studi dan dapat terdiri dari dua tipe yaitu buku pokok atau utama dan suplemen atau tambahan. Bacon (1935) berpendapat bahwa buku teks adalah buku yang dirancang buat penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan saran-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi. Menurut Buckingham (1958) buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran. Dari berbagai pendapat ahli yang terdapat dalam bukunya, Tarigan dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu pertama, buku teks itu selalu merupakan buku pelajaran yang ditujukan bagi siswa pada jenjang pendidikan tertentu. Kedua, buku teks itu selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu, misalnya buku teks mengenai matematika atau bahasa Indonesia. Ketiga, buku

37 16 teks itu selalu merupakan buku yang standar. Standar yang dimaksud adalah baku, menjadi acuan, berkualitas, dan biasanya ada tanda pengesahan dari badan berwenang. Keempat, buku teks itu biasanya disusun dan ditulis oleh para pakar (ahli, ekspert) di bidangnya masing-masing. Kelima, buku teks itu ditulis untuk tujuan instruksional tertentu. Keenam, buku teks biasa juga dilengkapi sarana pengajaran, misalnya pita rekaman dalam pelajaran menyimak. Ketujuh, buku teks itu ditulis untuk jenjang pendidikan tertentu. Kedelapan, buku teks itu selalu ditulis untuk menunjang sesuatu program pengajaran. Secara garis besar, buku teks adalah buku pelajaran. Buku pelajaran yang dibuat oleh para ahli dari bidang studi tertentu dengan tujuan instruksional tertentu yang dilengkapi dengan sarana pengajaran sesuai dengan standar pada jenjang pendidikan tertentu guna menunjang proses pengajaran Fungsi buku Teks Buku teks memegang peranan penting dalam proses pengajaran. Adanya kesempatan untuk mengulang atau meninjau kembali, waktu dan lamanya membaca tidak terbatas, membantu menyegarkan ingatan, dapat membuat catatancatatan penting, sarana-sarana penunjang yang dapat membantu dalam proses memahami suatu buku teks merupakan peranan yang dapat diambil dari buku teks bagi siswa dalam proses pengajaran. Greene dan Petty dalam bukunya Tarigan (1990: 17) menjelaskan beberapa peranan atau fungsi buku teks sebagai berikut pertama, mencerminkan suatu sudut pandangan. Kedua, menyajikan suatu sumber pokok masalah kaya,

38 17 mudah dibaca, dan bervariasi sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Ketiga, menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap. Keempat, menyediakan aneka metode dan sarana pengajaran. Kelima, fiksasi (perasaan yang mendalam) awal bagi tugas dan latihan. Keenam, menyajikan sumber bahan evaluasi dan remedial menyajikan (Greene dan Petty, 1971: 540-2) Penyusunan Buku Teks Seorang guru tidak begitu saja menggunakan suatu buku teks berdasarkan penampilan fisik atau kemenarikan sampul depannya saja. Tujuan pengajaran yang sesuai, bahan bacaan yang relevan, metode dan sarana penunjang yang tepat menjadi beberapa faktor dalam pemilihan buku teks. Berdasarkan hal tersebut, maka penyusunan buku teks yang tepat dan sesuai perlu diperhatikan. Sedikitnya ada empat hal yang perlu diperhatikan pada waktu menyusun buku teks, yaitu: (1) informasi yang lengkap tentang pendidikan, motivasi, dan pengalaman pembaca (siswa), (2) pemilihan dan penentuan tujuan yang hendak dicapai secara mantap, (3) pemilihan kata, yaitu mulai kata yang paling akrab, (4) penyusunan kalimat yang tepat, gaya bahasa yang sederhana (Depdikbud, 1999: 13). Selain keempat hal di atas, dalam penyusunan buku teks digunakan dua patokan. Patokan pertama bersifat umum yang berlaku bagi setiap buku teks meliputi pendekatan, tujuan, bahan pengajaran, program, metode, saran dan

39 18 sumber, penilaian, dan bahasa. Patokan kedua bersifat khusus yang berlaku bagi buku teks tertentu saja, misalnya buku teks bahasa Indonesia. Patokan umum biasanya bersumber dari kurikulum (Depdikbud, 1999: 69-70). Dengan memperhatikan dasar-dasar penyusunan buku teks di atas, diharapkan guru lebih mudah dalam memilih dan menentukan buku teks yang akan digunakan dalam proses pengajaran. Hal ini juga tentunya akan mendukung keberhasilan proses pengajaran Kriteria Telaah Buku Teks Kriteria menurut KBBI merupakan ukuran yg menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu. Kriteria telaah (menilai) buku teks merupakan acuan yang dapat digunakan oleh guru atau peneliti yang ingin mengetahui kesesuaian suatu buku teks dengan kebutuhan penggunanya. Kriteria menilai buku teks juga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan suatu buku teks yang akan dijadikan bahan pengajaran bagi siswa. Adapun beberapa sumber acuan yang dapat digunakan dalam penyusunan pedoman penelaahan buku teks antara lain: (1) Kurikulum; (2) Karakteristik mata pelajaran (ilmu yang relevan); (3) Hubungan antara kurikulum, mata pelajaran, dan buku teks; (4) Dasar-dasar penyusunan buku teks; (5) Kualitas buku teks;

40 19 (6) Prisnsip-prinsip penyusunan buku teks; (7) Penyeleksian buku kerja (Dekdipbud, 1999: 81). Dasar umum penyusunan buku teks adalah kurikulum. Dasar penyusunan buku teks dibagi menjadi 2 sifat, yaitu umum dan khusus. Dasar penyusunan buku teks yang bersifat umum berlaku bagi setiap mata pelajaran, sedangkan dasar penyusunan buku teks bersifat khusus hanya berlaku bagi mata pelajaran tertentu. Untuk menyusun kriteria penelaahan buku teks dalam mata pelajaran tertentu yang dilakukan adalah menyesuaikan butir-butir dalam pedoman umum dengan ciri khas atau tuntutan mata pelajaran yang bersangkutan. BSNP ( Badan Standar Nasional Pendidikan) menetapkan beberapa kriteria kualitas buku teks pelajaran bahasa Indonesia yang memenuhi syarat kelayakan yang meliputi sebagai berikut: 1. Kelayakan Isi Kelayakan isi menyangkut materi apa yang disajikan dalam buku teks. Ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi agar buku teks dapat dikatakan memiliki isi yang layak untuk dipakai. Kelayakan isi terlihat dari kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD, keakuratan materi, dan materi pendukung. a. Kesesuaian Uraian Materi dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Materi yang termuat dalam buku teks harus jelas dan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh

41 20 BSNP dalam standar isi. SK dan KD merupakan tolok ukur pedoman dalam pembelajaran dan merupakan tujuan ketercapaian pembelajaran. Uraian materi yang ada di dalam buku secara implisit memuat materi yang mendukung tercapainya minimum SK-KD yang lengkap dengan ketentuan sebagai berikut: 40 KD 60, masuk kedalam kategori sangat baik 21 KD 40, masuk kedalam kategori baik KD 20, masuk kedalam kategori cukup baik Dan jika tidak memenuhi ketentuan di atas masuk kedalam kategori kurang baik. Keluasan materi berkenaan dengan materi yang disajikan harus mencerminkan jabaran yang mendukung pencapaian semua Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik. b. Kesesuaian materi dengan kurikulum Buku teks bahasa Indonesia yang memenuhi syarat kriteria kelayakan berdasar BSNP haruslah sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Kurikulum 2006/KTSP). Kurikulum merupakan suatu usaha untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh guru di sekolah. Kurikulum yang berlaku untuk bahasa Indonesia 2006 mencakup keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan kesastraan. Aspek keterampilan kebahasaan meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

42 21 Aspek kebahasaan meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik, sedangkan aspek kemampuan kesastraan meliputi sejarah sastra, teori sastra, dan kritik sastra. c. Kelengkapan Materi Dalam buku teks Bahasa Indonesia setidaknya kelengkapan materi mencakup beberapa hal yaitu wacana, pemahaman wacana, fakta kebahasaan/kesastraan, dan aplikasi. (1) Wacana dapat berupa 1) percakapan; 2) karangan atau laporan utuh: cerpen, novel, buku, artikel, pidato, khotbah; atau puisi merupakan materi utama yang harus ada dalam buku teks pelajaran Bahasa Indonesia. Wacana biasanya mengawali uraian materi setiap bab. Berdasarkan pada wacana itulah uraian materi, pemahaman wacana, fakta kebahasaan/kesastraan, dan implikasi wacana, dibahas. Wacana yang disajikan mencakup ruang lingkup yang ada dalam standar isi berupa empat aspek keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) mulai dari pengenalan konsep sesuai dengan tuntutan yang ada di Standar Komptensi maupun Kompetensi Dasar pelajaran Bahasa Indonesia. (2) Pemahaman wacana merupakan tahapan lanjut setelah membaca dan menyimak wacana. Pemahaman wacana berisi perintah, tugas atau pelatihan yang mengarahkan peserta didik untuk memahami isi atau pesan wacana.

43 22 (3) Uraian materi berisi fakta kebahasaan: kalimat, kosa kata, istilah, ungkapan, peribahasa, atau kesastraan sesuai tuntutan SK dan KD. (4) Implikasi wacana merupakan unsur di luar wacana, bisa berupa analogi, perbandingan, kesejajaran wacana yang mampu memperkuat penyampaian materi sesuai dengan tuntutan SK dan KD. Implikasi wacana berisi konsep dasar keluasan materi melalui pelatihan, tugas, dan kegiatan mandiri sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik mampu menggali dan memanfaatkan informasi, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan dalam kerja ilmiah 2. Kedalaman Materi Selain kelengkapan, kedalaman materi sebuah buku teks juga harus diperhatikan. Kedalaman materi merupakan uraian materi yang mendukung tercapainya minimum KD yang sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik. Harus jelas pembagian kedalaman materi pada tiap tingkatan kelas. Hal yang diperhatikan dalam poin kedalaman materi yaitu kesesuaian, kuantitas, dan kualitas wacana. a. Kesuaian wacana Mengacu pada ruang lingkup yang ada dalam pada standar isi (empat aspek keterampilan berbahasa). Empat aspek keterampilan bahasa dimaksudkan meliputi: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Wujud uraian, mulai pengenalan konsep sampai dengan interaksi

44 23 antarkonsep, dan memperhatikan tuntutan SK dan KD. Tingkat kesulitan disesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik yang lebih menekankan pada concrete-operational dan system of operations. b. Kuantitas wacana Ditunjukkan oleh jumlah minimal yang sesuai dengan tuntutan SK dan KD. Untuk mencapai kedalaman materi, maka kuantitas wacana ditentukan oleh pengembangan atau penambahan dengan jenis wacana lain yang dapat berfungsi sebagai pembanding, penjelas, analogi, atau kebutuhan lain yang sejalan dengan tuntutan materi. Dengan demikian, materi yang disajikan memuat sumber-sumber tambahan itu mencerminkan kontinuitas, dengan kedalaman spiralitas mengembangkanan materi. Materi yang ditampilkan menjadi lebih menarik dan inovatif, serta memotivasi peserta didik senang belajar. c. Kualitas wacana Mencerminkan kedalaman materi yang ditentukan oleh keaktualan, kemutakhiran, kefaktualan, dan kevariasian topik. Kualitas wacana mencerminkan kedalaman isi atau pesan dengan spiralitas pengembangan materi pelajaran bahasa. 3. Keakuratan Materi Setelah materi memiliki kesesuaian dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan pemilihan materi yang digunakan juga harus

45 24 akurat. Keakuratan materi dalam buku teks Bahasa Indonesia tercermin dari halhal berikut, yaitu: a. Keakuratan dalam pemilihan wacana Wacana yang disajikan berdasarkan kenyataan yang ada (fa ktual) serta sedang hangat dibicarakan (aktual) dengan menyebutkan sumber yang jelas sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik. b. Keakuratan dalam konsep dan teori Konsep dan teori yang disajikan untuk mencapai KD sesuai dengan definisi sesuai dengan bidang keilmuan (linguistik tidak menimbulkan banyak tafsir dan ilmu sastra, digunakan secara tepat sesuai dengan fenomena yang dibahas dan tidak menimbulkan banyak tafsir). c. Keakuratan dalam pemilihan contoh Uraian dan contoh menanamkan keruntutan konsep: yang mudah, sukar, konkret, abstrak, yang sederhana, kompleks yang telah dikenal dan yang belum dikenal. Contoh yang disajikan mengandung keunggulan nilai-nilai moral seperti keteladanan, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, kerja sama, dan toleransi. d. Keakuratan dalam pelatihan Pelatihan yang disajikan diawali dari konsep yang sederhana berkembang ke yang kompleks; konkret ke abstrak, mudah ke sulit,

46 25 lingkungan dekat ke yang jauh secara bertahap dan berkesinambungan (continuity) sesuai dengan prinsip proses belajar. 4. Materi Pendukung Pembelajaran Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan materi pendukung dalam buku teks yaitu: a. Kesesuaian dengan perkembangan ilmu Materi yang disajikan dalam buku up to date, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) yang relevan dengan tingkat kognisi peserta didik. b. Kesesuaian fitur, contoh, dan rujukan Wacana dan pengembangannya memperlihatkan fitur, gambar, contoh, atau ilustrasi yang mencerminkan peristiwa atau kejadian nyata, diutamakanan yang mutakhir ( up to date) yang dapat dilihat dan dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. c. Pengembangan wawasan kebinekaan Wawasan kebinekaan dalam pengembangan wacana dicerminkan oleh hal-hal berikut antara lain, apresiasi terhadap keanekaragaman budaya dan agama. Wacana dan pengembangannnya misalnya tugas, pelatihan, gambar, contoh atau ilustrasi yang disajikan dapat membuka wawasan peserta didik mengenal dan menghargai perbedaan suku, budaya, dan

47 26 agama. Apresiasi terhadap kemajemukan masyarakat, misalnya tugas, pelatihan, gambar, contoh atau ilustrasi yang disajikan dapat membuka wawasan peserta didik mengenal dan menghargai perbedaan perilaku, pendapat, penampilan, dan adat istiadat. Apresiasi terhadap keanekaan produk dan jasa, misalnya tugas, pelatihan, gambar, contoh atau ilustrasi yang disajikan dapat membuka wawasan peserta didik mengenal dan menghargai perbedaan dan persebaran produk dan jasa. Apresiasi terhadap potensi kekayaan budaya dan alam, misalnya tugas, pelatihan, gambar, contoh atau ilustrasi yang disajikan dapat membuka wawasan peserta didik mengenal, menghargai dan memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan setempat. d. Pengembangan wawasan kebangsaan dan integrasi bangsa Pengembangan wawasan kebangsaan dan integrasi bangsa meliputi wacana dan pengembangannya mengembangkan cinta tanah air misalnya dalam pemberian tugas pelatihan, dilengkapi gambar, contoh atau ilustrasi yang disajikan itu dapat membuka wawasan peserta didik menumbuhkan kebanggaan sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Wacana dan pengembangannya memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa, misalnya dalam pemberian tugas pelatihan dilengkapi gambar, contoh atau ilustrasi yang disajikan itu dapat membuka wawasan peserta didik menumbuhkan kebanggaan sebagai bagian dari masyarakat Indonesia.

48 27 5. Kelayakan Penyajian berikut: Teknik penyajian sebuah buku teks setidaknya memiliki pedoman sebagai (1) Kekonsistenan sistematika penyajian Sistematika penyajian disampaikan secara jelas, fokus, dan taat asas dalam setiap bab, yakni ada bagian pendahuluan (berisi tujuan penulisan buku teks pelajaran, sistematika buku, cara belajar yang harus diikuti, serta hal-hal lain yang dianggap penting bagi peserta didik), bagian isi (uraian, wacana, pelatihan, ilustrasi, gambar, dan pendukung lain), serta bagian penutup (rangkuman, ringkasan), serta relevan dengan pokok bahasan sehingga mampu membangkitkan rasa senang siswa dalam belajar. (2) Keruntutan konsep Uraian, latihan, contoh dalam hal materi kebahasaan dan kesastraan yang disajikan ada hubungan satu dengan yang lain sehingga peserta didik mampu mengaplikasikan konsep-konsep dasar keilmuan secara terintegrasi dan holistik sesuai tuntutan KD. (3) Keseimbangan antarbab Uraian substansi antarbab (te rcermin dalam jumlah halaman), proporsional dengan mempertimbangkan KD yang didukung dengan

49 28 beberapa pelatihan, contoh, ilustrasi, atau gambar secara seimbang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pokok bahasan. (4) Penyajian pembelajaran Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian pembelajaran dalam buku teks antara lain: (1) Keterpusatan pada peserta didik Sajian materi menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran sehingga uraian dalam buku perlu didukung oleh kegiatan yang mampu membentuk kemandirian belajar peserta didik, misalnya dengan tugas-tugas mandiri. Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan emosional dalam pencapaian SK dan KD sehingga antarpeserta didik termotivasi untuk belajar secara komprehensif tentang berbagai persoalan kebahasaan dan kesastraan. (2) Keterangsangan metakognisi peserta didik Sajian materi dapat mengembangkan motivasi belajar peserta didik dan merangsang peserta didik untuk berpikir kreatif tentang apa, mengapa, dan bagaimana mempelajari materi pelajaran dengan rasa senang.

50 29 (3) Kerangsangan daya imajinasi dan kreasi berpikir peserta didik Penyajian materi dapat merangsang daya imajinasi dan kreasi berpikir peserta didik melalui ilustrasi, analisis kasus, dan latihan. (4) Bagian pendahulu berisi pengantar materi setiap bab serta memuat tujuan yang hendak dicapai melalui sajian bab, materi, dan pelatihan yang akan dibahas pada bab tersebut. (5) Bagian isi adalah bagian yang memuat keseluruhan materi yang memuat SK dan KD mulai dari bab, subbab sampai subbab-subbab dengan pengembangannya serta rangkuman setiap bab. (6) Bagian penyudah berisi rujukan, daftar pustaka, indeks, glosarium, dan evaluasi. 6. Kelayakan Bahasa Dalam kelayakan buku teks yang perlu diperhatikan adalah penggunaan bahasa. Bahasa yang digunakan adalah sebagai berikut. a. Lugas Bahasa yang digunakan dalam BTBI haruslah lugas (apa adanya), tidak berbelit-belit, hanya mencantumkan penjabaran materi yang pokok, penting, dan yang perlu saja. Misalnya yang berkenaan dengan: (1) Ketepatan struktur kalimat Kalimat yang dipakai mewakili isi pesan dan informasi yang ingin disampaikan dengan tetap mengikuti tata kalimat Bahasa Indonesia.

51 30 (2) Keefektifan kalimat Kalimat yang dipakai sederhana dan langsung ke sasaran. (3) Kebakuan istilah Istilah yang digunakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan istilah teknis yang telah baku digunakan dalam TIK. Padanan istilah teknis yang masih cukup asing diberikan penjelasannya pada glosarium. b. Komunikatif BTBI yang memenuhi kelayakan yaitu yang menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh siswa. Pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa yang menarik dan lazim dalam komunikasi tulis Bahasa Indonesia. (1) Diaologis dan interaktif BTBI yang baik mengunakan bahasa yang dapat memotivasi siswa, bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika peserta didik membacanya dan mendorong mereka untuk mempelajari buku tersebut secara tuntas.selain itu buku teks juga harus mendorong siswa untuk berpikir kritis, bahasa yang digunakan mampu merangsang peserta didik untuk mempertanyakan suatu hal lebih jauh, dan mencari jawabnya secara mandiri dari buku teks atau sumber informasi lain. (2) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik BTBI harus sesuaian dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik, Bahasa yang digunakan dalam menjelaskan suatu konsep

52 31 harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional peserta didik juga merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam BTBI, bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan emosional peserta didik. (3) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia Dalam penulisan buku teks terutama BTBI haruslah memperhatikan kaidah bahasa Indonesia baik dan benar, sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan, dan KBBI. (4) Penggunaan istilah, simbol, dan ikon Dalam BTBI, penggunaan istilah dan penggambaran simbol atau ikon yang menggambarkan suatu konsep harus konsisten antar-bagian dalam buku konsisten. Buku ajar yang baik memiliki kriteria tertentu atau standar tertentu seperti tentang relevansinya dengan kurikulum yang sedang berlaku saat ini, kesesuaian metode dengan materi yang disampaikan serta isi buku secara keseluruhan. Seorang guru profesional tentunya mempertimbangkan beberapa hal dalam menentukan buku teks apa yang sesuai dengan kemampuan siswanya. Butir-butir pedoman kriteria buku teks di atas bisa dijadikan pegangan bagi para guru dalam menelaah buku teks yang hendak digunakan dalam proses pengajaran. Dengan memperhatikan butir-butir kriteria telaah buku teks di atas, diharapkan meningkat pula pengetahuan guru dalam pemilihan buku teks yang tepat dan sesuai untuk siswanya. Pemilihan buku teks yang tepat berdasarkan

53 32 kriteria telaah buku teks yang ada tentunya akan menunjang dalam peningkatan motivasi dan minat siswa dalam proses pembelajaran Wacana Menurut Edmondson (dalam Tarigan 1987: 25) wacana adalah suatu peristiwa yang terstruktur yang dimanifestasikan dalam perilaku linguistik (atau yang lainnya), sedangkan teks adalah suatu urutan ekspresi-ekspresi linguistik yang terstruktur yang membentuk suatu keseluruhan yang padu atau uniter. Masing dalam bukunya Tarigan (1987: 25), Stubbs mendefinisikan wacana sebagai organisasi bahasa di atas kalimat atau klausa; dengan perkataan lain unitunit linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti pertukaranpertukaran percakapan atau teks tertulis. Secara singkat: apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran (utterence). Pendapat yang serupa dengan Stubbs dikemukakan oleh Kridalaksana (1984: 208) menyebutkan wacana ( discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat lengkap. Wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan atau penguturaan wacana itu (Deese dalam Tarigan 1987: 25).

54 33 Lubis (1993: 21) mengistilahkan wacana ( discourse) yaitu sama dengan teks, yakni kesatuan bahasa yang diucapkan atau tertulis panjang atau pendek, itulah yang dinamakan teks atau discourse. Teks adalah satu kesatuan semantik dan bukan kesatuan gramatikal. Kesatuan yang bukan lantaran bentuknya (morfem, klausa, kalimat) tetapi kesatuan artinya. Menurut Syamsuddin (1992: 5) menyimpulkan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Sedangkan menurut Tarigan (1987: 27) menyimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. Definisi yang disimpulkan oleh Tarigan yang diambil dari definisi beberapa ahli telah secara lengkap dan jelas menguraikan pengertian wacana. Hal ini bisa dijadikan landasan teori wacana dalam penelitian ini. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa wacana adalah kesatuan bahasa yang lengkap dan tertinggi yang tersusun rapi dan berkesinambungan yang direalisasikan dalam bentuk lisan maupun tulis Jenis-jenis Wacana Menurut Tarigan (1987: 52), wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung dari sudut pandang kita antara lain:

55 34 1. Berdasarkan Tertulis atau Tidaknya Berdasarkan tertulis atau tidaknya, wacana dapat diklasifikan atas wacana tulis dan wacana lisan. a. Wacana Tulis atau written discourse Wacana Tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis (Tarigan, 1993: 52). Penerima pesan wacana tulis adalah pembaca. Sehubungan dengan hal tersebut, maka keterampilan menulis merupakan pokok penting dalam menyampaikan pesan. Ia juga menyatakan bahwa untuk menerima, memahami, atau menikmati wacana tulis maka sang penerima pesan harus membacanya. Untuk sampai kepada penerimaan, pemahaman, atau penikmatan pesan yang disampaikan dalam wacana tulis, maka kalimat yang digunakan harus efektif. Kefektifan kalimat mencerminkan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna (Tarigan, 1993: 52). b. Wacana Lisan Tarigan (1987: 55) mengatakan bahwa wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan. Untuk menerimanya, memahami, atau menikmati wacana ini maka sang penerima harus menyimak atau mendengarkannya. Dengan kata lain, penerima adalah penyimak. Wacana lisan sering dikaitkan dengan interactive discourse atau wacana interaktif.

56 35 2. Berdasarkan Langsung atau Tidaknya Pengungkapan Berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan, wacana dapat dibedakan atas wacana langsung dan wacana tidak langsung. a. Wacana Langsung atau direct discourse adalah kutipan yang sebenarnya dibatasi oleh oleh intonasi atau fungtuasi (Kridalaksana, 1993: 231). Wacana langsung berhubungan dengan istilah kalimat langsung, yakni kalimat yang diungkapkan secara langsung dalam bentuk lisan atau tertulis dari pembicara atau penulis. b. Wacana Tidak Langsung atau indirect discourse adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip secara harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan menggunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata bahwa dan sebagainya (Kridalaksana, 1993: 231). Kata-kata yang disampaikan oleh pembicara secara tidak langsung mengungkapkan pesan kepada pendengar. 3. Berdasarkan Cara Membeberkan atau Cara Menuturkannya Berdasarkan cara membeberkan atau menuturkannya, wacana dapat diklasifikasikan atas wacana pembeberan dan wacana penuturan. a. Wacana Pembeberan atau expository discourse adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis (Kridalaksana, 1993: 231). Wacana pembeberan dapat disamakan dengan bentuk tulisan eksposisi,

57 36 yakni tulisan atau karangan yang membeberkan pokok permasalahan agar pendengar atau pembaca luas pengetahuannya. b. Wacana Penuturan atau narratif discourse adalah wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikat oleh kronologi (Kridalaksana, 1993: 231). Wacana penuturan merupakan wacana yang mementingkan urutan peristiwa dalam waktu dan ruang. Wacana ini biasa disebut juga dengan karangan atau tulisan narasi yaitu karangan yang menceritakan suatu peristiwa secara kronologis atau berurutan dalm ruang dan waktu. 4. Berdasarkan Bentuknya drama. Berdasarkan bentuknya, wacana dapat dibedakan atas prosa, puisi, dan a. Wacana Prosa Dalam media cetak, wacana yang paling banyak ditemukan adalah wacana prosa. Menururt Tarigan (1987: 57) wacana prosa adalah sebagai berikut. Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana ini dapat tertulis atau lisan, dapat berupa wacana langsung atau tidak langsung, dapat pula dengan pembeberan atau penuturan. Novel, novelet, cerita pendek, artikel, kertas kerja, skripsi, tesis, disertasi, surat, dan sebagainya merupakan contoh wacana prosa. Berdasarkan definisi di atas, wacana prosa dapat dibedakan atas wacana fiksi dan nonfiksi.

58 37 Perbedaan wacana fiksi dan nonfiksi dapat dilihat dari ciri-ciri yang membentuknya. Salah satu ciri yang membedakannya adalah bahasa. Bahasa wacana fiksi cenderung konotatif dan khayalan, sedangkan wacana nonfiksi bersifat denotatif dan ilmiah. b. Wacana Puisi merupakan wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi, baik secara tertulis maupun lisan (Tarigan, 1993: 57). Wacana ini dibentuk dengan menggunakan pilihan kata yang singkat, padat, dan jelas. Selain itu, wacana puisi mementingkan pilihan bunyi, irama, serta unsur keindahan. c. Wacana Drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik secara tertulis maupun secara lisan (Tarigan, 1993: 59). Karya sastra yang mementingkan dialog ini termasuk wacana karena dibangun oleh kalimat-kalimat yang tersusun dan membentuk satu kesatuan yang lengkap dan mengandung pesan atau makna. Pada penelitian ini, wacana yang akan dijadikan bahan penelitian adalah wacana yang dijadikan bahan pembelajaran membaca. Jenis wacana yang digunakan umumnya berjenis pembeberan, ditinjau dari cara membeberkan atau menuturkannya, atau wacana prosa ditinjau dari bentuknya Pengertian Keterbacaan Menurut Hardjasujana (1999: 10), keterbacaan merupakan padanan readability dalam bahasa Inggris. Istilah ini berarti: pertama, kejelahan tipografi

59 38 atau tulisan tangan, kedua kemudahan membaca yang disebabkan oleh daya tarik bahan bacaan dan tingkat minat baca, atau ketiga kemudahan memahami bahan bacaan yang disebabkan ketedasan bahasanya. Definisi lain yang sedikit berbeda dikemukakan Tampubolon (1990: 213) menurutnya, keterbacaan ( readability) adalah sesuai tidaknya suatu wacana bagi pembaca tertentu dilihat dari aspek/tingkat kesukarannya. Dari istilah asing yang sama, muncul dua definisi yang berbeda, tetapi ada persamaannya yaitu keterbacaan berkaitan dengan mudah atau sukarnya suatu wacana. Menurut Suladi (2000: 4), salah satu cara untuk mendapatkan wacana yang sesuai dengan yang diharapkan adalah dengan studi keterbacaan. Untuk mengukur tingkat keterbacaan, perlu mempertimbangkan beberapa variabel, seperti struktur bahasa, isi wacana, tipografi, dan minat baca. Menurut Adjat Sakri (1994), menjelaskan bahwa keterbacaan merupakan perpaduan antara ketedasan dan kejelahan. Ketedasan berhubungan dengan keterbacaan bahasa, sedangkan kejelahan berhubungan dengan keterbacaan tata huruf. Kedua istilah ini muncul karena dalam proses membaca, siswa akan dihadapkan pada wacana yang beragam. Penggunaan bahasa yang mudah, sederhana, dan tipografi atau tata huruf yang baik akan mempengaruhi minat baca siswa. Hal ini membantu siswa dalam proses pemahaman suatu bacaan. Keterbacaan juga dapat diartikan sebagai keseluruhan unsur di dalam materi cetak tertentu yang mempengaruhi keberhasilan pembaca yang meliputi pemahaman dan kecepatan membaca yang optimal (Rusyana, 1984: 213). Rusyana dalam Sudali (2000: 2) menganjurkan agar melakukan studi keterbacaan

60 39 terhadap bahan-bahan bacaan untuk sekolah karena keberadaan bahan bacaan memegang peranan penting dalam kegiatan pengajaran. Ketepatan pemilihan bacaan akan menentukan keberhasilan proses pengajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988: 62), keterbacaan itu merupakan perihal dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dimengerti, dipahami, dan mudah pula diingat. Kridalaksana (1994) pun memaknai keterbacaan sebagai taraf dapat tidaknya suatu karya tulis dibaca oleh orang yang mempunyai kemampuan membaca yang berbeda-beda. Suatu buku teks bukan hanya dilihat dari segi penampilan fisik saja, tetapi isi yang terdapat di dalamnya sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Pemilihan bahan bacaan yang tepat bagi pembaca, khususnya siswa menjadi kunci keberhasilan proses pengajaran. Berpedoman dari pengertian keterbacaan yang dikemukakan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia, agar bahan bacaan dapat dimengerti siswa sehingga penggunaan bahasa yang baik, sederhana, dan mudah dimengerti menjadi sangat penting. Adanya studi keterbacaan berguna dalam penentuan wacana yang sesuai terhadap minat baca siswa Cara Mengukur Keterbacaan Tingkat keterbacaan harus serasi dengan tingkat kemampuan siswa. Menurut Hafni (1981: 14) ada tiga jenis metode yang biasa digunakan untuk mengukur keterbacaan wacana, yaitu formula, grafik dan prosedur klos. Formulaformula keterbacaan yang dipilih berdasarkan kepraktisan dan kesederhanaan

61 40 pemakaian, yaitu Reading Ease Formula, Human Interest Formula, Dale and Chall Formula, dan Fog Index (Hafni, 1981: 15). Keterbacaan suatu teks berkaitan erat dengan untaian- untaian kalimat yang membangun wacana dalam teks itu (Suladi, 2000: 12). Menurut Naga dalam Suladi (2000: 13), banyak hal yang turut mempengaruhi keterbacaan suatu tulisan. Salah satunya adalah panjang kalimat dan panjang kata. Makin panjang suatu kalimat, makin sulit dipahami, demikian juga dengan panjang kata. Untuk mengukur keterbacaan berbagai faktor perlu dipertimbangkan, seperti struktur bahasa (kosak ata dan kalimat), jenis isi bacaan, tipografi, dan minat baca (Tampubolon dalam Suladi, 2000: 13). Adanya usaha untuk mempermudah siswa dalam memahami suatu wacana dilakukan oleh Thorndike (1921) dengan memusatkan perhatian pada kata -kata sulit berdasarkan kekerapan pemakaian sebuah kata. Sementara itu, menurut Krause, Robinson, dan Sakri (1976, 1979, 1994) menyebutkan mengenai kriteria penentuan keterbacaan, yaitu: (1) Kepadatan konsep tidak boleh membuat pembaca mengalami frustrasi. Artinya kalimat dalam wacana tidak boleh dipadati dengan banyak gagasan. (2) Tingkat kekompleksan kalimat tidak boleh tinggi. Artinya tidak membuat kalimat-kalimat yang terlalu panjang yang sulit dipahami siswa. Sebagai salah satu usaha untuk menyerdahanakan prosedur penilaian keterbacaan dikembangkan suatu model yang lain dari formula, yaitu metode

62 41 dengan menggunakan grafik dan carta. Ada beberapa macam grafik dan carta, antara lain Fry (1968), McLaughlin (1968), dan Mugford (1969). Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan grafik Fry Grafik Fry Formula Grafik Fry merupakan suatu instrumen yang sederhana dan efisien untuk menentukan tingkat keterbacaan buku teks. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam instrumen Grafik Fry meliputi panjang kalimat dan tingkat kesulitan kata. Kata yang sulit tersebut disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah suku kata, sedangkan tingkat kesulitan kalimat disebabkan oleh terlalu kompleksnya kalimat (Depdikbud, 1999: 5). Grafik Fry merupakan hasil upaya untuk menyerdahanakan dan mengefisienkan teknik penentuan tingkat keterbacaan. Fry (1969) menjelaskan bahwa grafik Fry dan formula Spache berkorelasi 0.90, sedangkan dengan formula Dale-Chall 0,94 (Harjasujana, dkk, 1998). Formula ini mendasarkan pengukuran keterbacaan pada dua faktor utama, yaitu panjang-pendeknya kalimat dan tingkat kesulitan kosakata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kosakata dalam wacana tersebut. Berikut ini contoh gambar grafik Fry.

63 42 Jumlah suku kata per seratus perkataan, yakni jumlah kata dari wacana sampel yang dijadikan sampel pengukuran keterbacaan wacana. Pertimbangan penghitungan suku kata pada grafik ini merupakan cerminan dari pertimbangan faktor kata sulit. Di sisi lain, jumlah kalimat per seratus perkataan merupakan perwujudan dari landasan lain faktor penentu formula keterbacaan yaitu faktor panjang-pendek kalimat. Angka-angka yang berderet di bagian tengah grafik dan berada di antara garis-garis penyekat dari grafik tersebut menunjukkan perkiraan peringkat keterbacaan wacana yang diukur. Angka 1 menunjukkan peringkat 1, artinya wacana tersebut cocok untuk pembaca dengan level

64 43 peringkat baca 1 SD; angka 2 untuk peringkat baca 2 SD, angka 3 untuk peringkat baca 3 SD, dan seterusnya hingga universitas. Daerah yang diarsir pada grafik yang terletak di sudut kanan atas dan di sudut kiri bawah grafik merupakan wilayah invalid. Maksudnya, jika hasil pengukuran keterbacaan wacana jatuh pada wilayah gelap tersebut, maka wacana tersebut kurang baik karena tidak memiliki peringkat mana pun. Oleh karena itu, wacana yang demikian sebaiknya tidak digunakan dan diganti dengan wacana lain. Seratus perkataan merupakan jumlah angka yang dianggap sebagai jumlah yang representatif untuk mewakili sebuah wacana Petunjuk Penggunaan Grafik Fry Menurut Harjasujana dan Yetti (1999) petunjuk penggunaan grafik Fry adalah sebagai berikut: (1) Pilih penggalan yang representatif dari wacana dengan mengambil 100 buah perkataan. Kata adalah sekelompok lambang yang di kiri dan kanannya berpembatas misalnya Budi, IKIP, 2000 masingmasing dianggap kata. Wacana tabel diselingi dengan gambar, kekosongan halaman, tabel, dan atau rumus-rumus yang mengandung banyak angka-angka tidak dihitung. (2) Hitung jumlah kalimat dari seratus buah perkataan hingga persepuluhan terdekat. Maksudnya, jika kata yang ke-100 (wacana sampel) tidak jatuh diujung kalimat, maka sisa kata yang termasuk hitungan keseratus itu diperhitungkan dalam bentuk desimal

65 44 (persepuluhan). Misalnya, jika wacana sampel itu terdiri atas 13 kalimat dan kalimat terakhir yaitu kalimat ke-13 terdiri dari 18 kata dan kata ke-100 jatuh pada kata ke-8, kalimat itu dihitung sebagai 8/16 atau 0,5. Sehingga jumlah seluruh kalimat dari wacana sampel adalah ,5 atau 12,5 kalimat. (3) Hitung jumlah suku kata dari wacana sampel hingga kata ke-100. Suku kata yang dimaksud adalah suku kata fonetis. Kelompok lambang yang terdiri atas angka atau singkatan, diperhitungkan satu suku kata. Misalnya 196 terdiri atas 3 suku kata dan IKIP terdiri atas empat suku kata. (4) Untuk wacana bahasa Indonesia, penggunaan grafik Fry masih harus ditambah satu langkah, yakni mengalikan hasil peghitungan suku kata dengan angka 0,6 (Harjasujana, 1998). Karena itu, angka 228 x 0,6 = 136,8 dibulatkan menjadi 137 suku kata. (5) Plotkan angka-angka itu ke dalam Grafik Fry. Kolom tegak lurus menunjukkan jumlah suku kata per seratus kata dan baris mendatar menunjukkan jumlah kalimat per seratus kata. Tingkat keterbacaan ini bersifat perkiraan. Penyimpangan mungkin terjadi, baik ke atas maupun ke bawah. Oleh karena itu, peringkat keterbacaan wacana hendaknya ditambah satu tingkat dan dikurangi satu tingkat. Sebagai contoh, jika titik pertemuan dari persilangan baris vertikal untuk data suku kata dan baris horizontal untuk data jumlah kalimat jatuh di wilayah 6, maka peringkat keterbacaan wacana yang diukur tersebut harus

66 45 diperkirakan dengan tingkat keterbacaan yang cocok untuk peringkat 5 yakni (6-1), 6, dan 7 (6 + 1). Berikut ini merupakan contoh dari penggunaan grafik Fry. 10 Hal yang Tak Bisa Dibeli dengan Uang Kita sering membicarakan tentang uang; bagaimana mendapatkan banyak uang, bagaimana mengatur pengeluaran, berapa yang ditabung, serta diinvestasikan di mana. Kita sibuk merencanakan, memikirkan, dan mengkhawatirkan uang yang kita miliki, sehingga seolah-olah uang adalah hal paling penting di dunia. Uang memang penting dalam kehidupan. Tanpa alat tukar ini, kita tak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup. Uang membuat kita bisa melakukan banyak hal dibandingkan jika kita tak memilikinya. Tetapi, sepenting-pentingnya uang, sebanyak apa pun pundi-pundi uang Anda, ada hal-hal yang tak bisa dibeli olehnya, seperti kehilangan waktu, kebahagiaan, kebahagiaan anak, cinta, penerimaan ( diterima oleh lingkungan pergaulan), kesehatan, kesuksesan, bakat, sikap yang baik, dan kedamaian. Wacana Kata Kalimat Suku Kata Kita sering membicarakan tentang uang; bagaimana mendapatkan banyak uang, bagaimana mengatur pengeluaran, berapa yang ditabung, serta diinvestasikan di mana. Kita sibuk merencanakan, memikirkan, dan mengkhawatirkan uang yang kita miliki, sehingga seolah-olah uang adalah hal paling penting di dunia. Uang memang penting dalam kehidupan. Tanpa alat tukar ini, kita tak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup. Uang membuat kita bisa melakukan banyak hal dibandingkan jika kita tak memilikinya. Tetapi, sepenting-pentingnya uang, sebanyak apa pun pundi-pundi uang Anda, ada hal-hal yang tak bisa dibeli olehnya, seperti kehilangan waktu, kebahagiaan, kebahagiaan anak, cinta, penerimaan ( diterima oleh lingkungan pergaulan), kesehatan, kesuksesan, bakat, sikap yang baik, (catatan: kata ke-100) dan kedamaian. Jumlah

67 46 Kesimpulan: a. Jumlah kalimat utuh = 5 kalimat, b. 262 suku kata 262 x 0,6= 157,2 dibulatkan menjadi 157, c. Jumlah kalimat terakhir: 2 kata setelah kata ke 100 = 34/38 = 0,89 dibulatkan menjadi 0,9, d. Jumlah kalimat = 5 + 0,9 = 5,9. Setelah diketahui hasil perhitungan jumlah kalimat dan jumlah suku kata, Maka hasil tersebut diplotkan ke dalam grafik Fry seperti di bawah ini. Berdasarkan grafik Fry di atas, wacana tersebut jatuh di wilayah peringkat 10. Sesuai dengan teori maka peingkat tersebut dikurangi satu tingkat 10 1 = 9 dan ditambah satu peringkat = 11. Jadi, wacana tersebut dapat digunakan untuk kelas 9, 10, Beberapa Catatan Penting tentang Grafik Fry Pertama, untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah buku (yang biasanya relatif tebal jumlah halamnnya), pengukuran keterbacaan ini hendaknya sekurang-kurangnya dilakukan sebanyak tiga kali percobaan

68 47 dengan pemilihan sampel yang berbeda-beda, yakni wacana dari bagian awal buku, bagian tengah buku, dan bagian akhir buku. Untuk artikel dan jurnal, atau surat kabar, pengkuran keterbacaan wacananya cukup dilakukan satu kali, kecuali jika penulisnya berbeda-beda. Dalam mengukur tingkat keterbacaan sebuah buku setelah menempuh langkah-langkah petunjuk penggunaan Grafik Fry, selanjutnya hitunglah hasil rata-ratanya. Data hasil rata-rata inilah yang kemudian akan dijadikan dasar untuk menentukan tingkat keterbacaan wacana buku tersebut. Kedua, Grafik Fry merupakan hasil penelitian terhadap wacana bahasa Inggris. Seperti kita ketahui, struktur bahasa Inggris sangat berbeda dengan struktur bahasa Indonesia, terutama dalam hal sistem suku katanya. Sistem pola suku kata dalam bahasa Indonesia pada umumnya mempunyai ciri dwisuku atau bahkan lebih. Keadaan ini sangat berbeda dengan sistem persukukataan dalam bahasa Inggris. Dari 100 buah perkataan dalam bahasa Indonesia, pada umumnya akan diperoleh jumlah suku kata di atas 200-an. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapatlah dipastikan bahwa berdasarkan grafik Fry tidak akan pernah didapati wacana bahasa Indonesia yang cocok untuk peringkat peringkat kelas rendah, seperti kelas 1 dan 2, sebab titik pertemuan antara garis yang menunjukkan rata-rata jumlah kalimat dan ratarata jumlah suku kata akan selalu jatuh pada daerah yang diarsir (Harjasujana, 1998).

69 48 Ketiga, kadang-kadang guru perlu mengevaluasi bacaan yang terdiri atas kata-kata yang jumlahnya kurang dari seratus buah, seperti pertanyaan-pertanyaan dalam tes, petunjuk untuk melakukan kegiatan tertentu, pengumuman-pengumuman singkat, atau petunjuk-petunjuk penggunaan obat-obatan tertentu. Untuk menentukan tingkat keterbacaan wacana-wacana yang demikian, yang jumlah katanya kurang dari seratus perkataan, para ahli telah menemukan jalan pemecahan yang cukup sederhana. Mereka telah melakukan penyesuaian terhadap prosedur penggunaan Grafik Fry dengan mengajukan daftar konversi Grafik Fry. Prosedur kerja yang disarankan ialah dengan menempuh langkahlangkah berikut ini: (1) Hitunglah jumlah kata dalam wacana dan bulatkan pada bilangan puluhan yang terdekat. Jika wacana tersebut terdiri atas 54 buah kata, misalnya, maka jumlah tersebut diperhitungkan sebagai 50; jika jumlah wacana itu ada 26 buah, maka bilangan kebulatannya ialah 30. (2) Hitunglah jumlah suku kata dan kalimat yang ada dalam wacana tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan cara yang sama seperti langkah 2 dan 3 pada petunjuk penggunaan Grafik Fry. (3) Perbanyak jumlah kalimat dan suku kata (hasil perhitungan langkah 2 tersebut) dengan angka-angka yang ada dalam Daftar Konversi. Dengan demikian, guru dapat menggunakan lagi Grafik Fry menurut tata tertib seperti yang sudah dijelaskan terdahulu. Dengan kata lain,

70 49 data yang diplotkan ke dalam grafik adalah data yang telah diperbanyak dengan daftar konversi. 2.3 Kerangka Berpikir Setelah mengkaji berbagai teori dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menyusun kerangka berpikir sebagai dasar untuk menganalisis masalah penelitian. Beberapa teori yang digunakan akan dibandingkan dengan hasil penelitian ini, hal itu dapat dilihat pada kerangka berpikir sebagai berikut.

71 50 Skema Kerangka Berpikir Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis Rumusan Masalah: 1. Apakah wacana pada buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga sesuai untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry? 2. Apakah wacana pada buku teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia terbitan Esis sesuai untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry? 3. Wacana apa sajakah yang sesuai untuk siswa kelas XI SMA dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis sebagai Kualitas bahan pembelajaran? Penduduk Indonesia Memprihatinkan Analisis data melalui 4 langkah yaitu identifikasi, klasifikasian data, pengkodean, mendeskripsikan. Teori yang digunakan untuk menganalisis 38 wacana adalah teori Harjasujana (1999) yaitu mengenai petunjuk pengunaan Grafik Fry dalam mengukur tingkat keterbacaan, yaitu (1) pilih penggalan wacana yang representatif dengan mengambil 100 buah kata, (2) hitung jumlah kalimat, (3) hitung jumlah suku kata dan kalikan 0,6, (4) memplotkan ke dalam grafik Fry. Dari hasil analisis ke-38 wacana berdasarkan grafik Fry ditemukan dua wacana yang cocok untuk siswa SMA kelas XI dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan satu wacana yang cocok dari buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis. Dalam hasil analisis juga ditemukan (1) terdapat delapan variasi kemunculan tingkat baca dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan tujuh variasi kemunculan tingkat baca dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis, (2) berdasarkan bentuk wacananya terdapat 13 wacana fiksi dan 25 wacana non fiksi. Kesimpulan berdasarkan grafik Fry, buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis tidak sesuai untuk siswa SMA kelas XI. Wacana yang sesuai untuk siswa kelas XI SMA sebagai bahan pembelajaran adalah Penerapan Manajemen untuk Kemajuan Koperasi, Kualitas Penduduk Indonesia Memprihatinkan, dan Kerangka Keamanan RI-Australia

72 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan memaparkan uraian mengenai: (1) jenis penelitian, (2 ) instrumen penelitian, (3 ) teknik pengumpulan data, (4) teknik analisis data, dan (5) triangulasi. Berikut ini penjelasan masing-masing kelima hal di atas. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian tentang Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia dan Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2007 Untuk SMA Kelas XI Berdasarkan Grafik Fry merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta yang ada berupa perian bahasa tanpa mempertimbangkan benar salahnya penggunaan bahasa pleh penuturnya (Sudaryanto, 1992: 62). Menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong, (2007: 4), penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Statistika deskriptif adalah suatu metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan data yang telah terkumpul. Dalam statistik deskriptif penyajian datanya melalui table, grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan modus, median, mean, desil, persentil, penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standard deviasi, perhitungan prosentase dll. (Moleong, 2007: 15). Penelitian ini bersifat ilmiah dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tertulis atau 51

73 52 lisan, dari orang-orang, perilaku, atau data-data lain yang dapat diamati oleh peneliti. Melalui penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga dan buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis berdasarkan grafik Fry. Selain itu, penelitian ini juga dapat dikategorikan sebagai penelitian kepustakaan karena bahan penelitian diperoleh diambil dari proses membaca dan mengolah data dari buku-buku teks bahasa Indonesia yang sudah ada yaitu buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga dan buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis. Penelitian kepustakaan yakni serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Mestika, 2004:3). Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan (I Gusti Ngurah, 1992: 9). 3.2 Instrumen Penelitian Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2003: 177). Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Meleong, 2006: 9).

74 53 Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong (2007: 168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri adalah peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi si pelapor hasil penelitiannya. Dalam penelitian kepustakaan sebagai instrumen penelitian adalah alat bantu bibliografis (Mestika, 2004: 10). Jadi, instrumen pengumpul data adalah alat bantu bibliografis yang berupa buku referensi berupa wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia berjudul Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik adalah cara untuk memperoleh data. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik baca dan teknik catat. Teknik adalah cara, metode atau sistem mengerjakan sesuatu (KBBI, 2008: 1422) dan membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) (KBBI, 2008: 109). Jadi teknik baca adalah cara atau sistem dengan melihat buku atau bacaan kemudian memahami isi bacaan tersebut. Sedangkan teknik pencatatan adalah teknik yang dilakukan dengan cara meneliti buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang akan dicari pemecahannya, kemudian hasil yang diperoleh kemudian dicatat.

75 54 Adapun teknik lain yang digunakan adalah teknik simak. Teknik simak adalah teknik yang menjadi objek penelitian, tujuannya adalah untuk mendapatkan data secara konkret (S udaryanto, 1993: 135). Metode simak merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data dengan cara melakukan penyimakan penggunaan bahasa (Mahsun 2005: 92). Metode ini memiliki teknik lanjutan yaitu teknik catat, dikatakan demikian karena pada praktik penelitian sesungguhnya penyimakan itu dilakukan dengan melakukan pencatatan fenomena kebahasaan yang telah disimak, lalu dari transkrip iklan diperoleh data tulis yang selanjutnya dapat diidentifikasi. Berdasarkan kedua teknik di atas, peneliti menggunakan sumber tertulis. Sumber tertulis adalah buku teks bahasa Indonesia yaitu Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga dan buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menandai setiap wacana yang terdapat dalam buku teks. Berbekal teori yang digunakan, wacana-wacana yang sudah sesuai difotokopi. Wacana-wacana yang terdapat di dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dikumpulkan menjadi satu. Begitu pula wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan. Peneliti tidak membuat instrumen sendiri karena data-data yang dibutuhkan sudah tersedia dalam bentuk wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga dan buku teks

76 55 Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis. 3.4 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Hasan (2002: 98), analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model matematika, model statistik, dan ekonometrik atau model-model tertentu lainnya. Data-data yang yang ada hanya akan diolah dan dilakukan uraian dan penafsiran. Sesudah memperoleh data, peneliti akan menganalisis secara kualitatif. Adapun cara menganalisisnya akan dilakukan menjadi beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut ini. (1) Menentukan buku teks yang dijadikan subjek penelitian, yaitu buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis. Kedua buku tersebut digunakan untuk kelas XI SMA. (2) Mengklasifikasikan wacana yang dalam 2 kelompok, yaitu wacana yang terdapat buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan wacana yang terdapat dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis. Untuk wacana yang terdapat dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesi untuk terbitan Erlangga diberi kode

77 56 Er. Untuk wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis kodenya Es. Wacana yang diperoleh dipilah berdasarkan kriteria yang terdapat dalam landasan teori pada bab II. (3) Setelah pengelompokan dan pengkodean, peneliti memperoleh jumlah kalimat dan suku kata untuk setiap wacana. Hasil data dicatat dalam tabel analisis data (Tabel 1). (4) Mendeskripsikan hasil temuan berupa tingkat keterbacaan wacana dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis menggunakan langkah-langkah grafik Fry. (5) Mendeskripsikan hasil analisis wacana berdasarkan grafik Fry yang terdapat dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis (Tabel 2). (6) Menarik kesimpulan dari hasil temuan. (7) Menyajikan dalam bentuk laporan. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan tabel analisis data untuk memudahkan dalam hal pengklasifikasian data. Tabel analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

78 57 Tabel 1. Analisis Data Penelitian Kode Teks: Teks Kalimat Jumlah Suku Kata Jumlah Tabel 2. Analisis Tingkat Keterbacaan Buku Teks Berdasarkan Grafik Fry Kode Teks Jumlah Kalimat Jumlah Suku Kata Penafsiran (Kelas) Keterangan

79 Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Meleong, 2006 : 330). Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2006: 330). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi penyidik dan teori. Triangulasi penyidik merupakan jalan pemanfaatan peneliti atau pengamat lain untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari ahli yang kompeten dibidang buku teks dan keterbacaan. Dalam hal ini, ahli atau pengamat lain tersebut bernama Rishe Purnama D., S. Pd, M. Hum. Rishe Purnama D., S. Pd, M. Hum merupakan dosen tetap yang mengajar di Universitas Sanata Dharma dan beliau pernah melakukan penelitian mengenai tingkat keterbacaan. Langkah kedua, peneliti memberikan data penelitian berupa wacana yang telah dianalisis beserta hasil pemplotan ke dalam grafik Fry untuk masing-masing wacana yang terdapat dalam kedua buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis.

80 59 Selain dari triangulasi penyidik, peneliti juga menggunakan triangulasi teori dengan cara membandingkan hasil penelitiannya dengan teori-teori yang ada pada teori-teori yang terdapat dalam bab 2 (Tinjauan Pustaka) untuk mengecek kebenarannya. Langkah yang diambil oleh peneliti adalah mengoreksi setiap hasil analisis berdasarkan teori yang ada berulang-ulang. Triangulasi dilakukan untuk menghilangkan perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai kejadian dan pandangan. Dengan kata lain, bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat mengecek temuannya dengan jalan membandingkannya dengan sumber, metode, dan teori.

81 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Bagian pertama, dijelaskan mengenai deskripsi data penelitian. Bagian kedua, dijelaskan mengenai hasil temuan penelitian dari tiga rumusan masalah, yaitu (1) tingkat keterbacaan wacana pada buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry, (2) tingkat keterbacaan wacana pada buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry, dan (3) wacana yang sesuai untuk siswa kelas XI SMA dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis sebagai bahan pembelajaran. Untuk bagian ketiga, dipaparkan pembahasan hasil-hasil temuan dari analisis data, yaitu (1) tingkat keterbacaan wacana pada buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry, (2) tingkat keterbacaan wacana pada buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis untuk siswa kelas XI SMA berdasarkan grafik Fry, dan (3) wacana yang sesuai untuk siswa kelas XI SMA dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis sebagai bahan pembelajaran. 60

82 Deskripsi Data Data yang dikumpulkan berasal dari wacana-wacana yang terdapat dalam dua buku teks bahasa Indonesia, yaitu Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis tahun 2007 untuk SMA kelas XI, yang jumlah keseluruhan wacana adalah 38 wacana. Wacana yang berasal dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga berjumlah 24 wacana, sedangkan wacana yang terdapat dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis berjumlah 14 wacana. Wacana diperoleh dan dipilah sesuai kerepresentatifan wacana berdasarkan teori tingkat keterbacaan. Wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA kelas XI terbitan Erlangga sebagai berikut. Tabel 3 Daftar Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga Bab Tema No Judul Wacana Halaman Bab 1 Memberi Makna Kehidupan 1 2 Ibunda yang Merawat Alam Semesta Cerita Nabi Sulaiman Mendengar Kata Landak Bab 2 Peduli Lingkungan 3 Malapetaka akan Datang, AS! Bab 4 Ekonomi Kuat, Rakyat Sejahtera 4 Barang Impor Menjajah Negeri Ini 59-60

83 62 Bab 5 Bab 6 Bab 7 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Energi Terbarukan, Mengapa Tidak Hiburan, Tontonan, dan Tuntutan Bab 8 Khasiat Tanaman Herbal 16 Bab 9 Bab 10 Menumbuhkan Demokrasi Bioteknologi bagai Dua Mata Pisau 5 Penerapan Manjemen untuk Kemajuan Koperasi 6 Membayangkan Indonesia Masa Depan 7 Dari Sang Gadis Pemburu Senja 8 Bidan Susah, Terpaksa Anak Lahir di Tengah Hutan 9 Peluang dan Tantangan Kependudukan 10 Kualitas Penduduk Indonesia Memprihatikan 11 Miranda: Jangan Ambil Nyawaku (Cloning Miranda) 12 Bako 13 Biji Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 14 Wayang, Karya Agung Dunia 15 Saat Hantu Jadi Selebritis Problem Kesehatan dan Herbal 17 Sungai 18 Dialog Lintas Agama 19 Heboh Senjata Biologis 20 Tiga Ribu Enam

84 63 Bab 11 Mencegah Kerusakan Lingkungan Bab 12 Kegiatan Para Remaja Ratus Detik Antara Rawasari dengan Cililitan Ronggeng Dukuh Paruk Johar Manikam Dilarikan Zenggi Susi Susanti, Peraih Emas Pertama Olimpiade Wonder Boy Menuju Kandidat Juara Dunia Wacana yang terdapat pada bab 1 sampai bab 6 merupakan wacana untuk semester 1, sedangkan wacana yang terdapat pada bab 7 sampai bab 12 merupakan wacana untuk semester 2. Wacana-wacana yang terdapat pada buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis adalah sebagai berikut. Tabel 4 Daftar Wacana dalam Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Bab Tema No Judul Wacana Halaman Bab 1 Alam dan Lingkungan 1 2 Manusia Berlebihan Mengeksploitasi Bumi Meluruskan Arah Pelestarian Keanekaragaman Hayati dan

85 64 Pembangunan di Indonesia Bab 2 Seni dan Budaya 3 4 Mengaca Diri Lewat Kisah Orang Jelata Mural, Karya Publik dan Risikonya Bab 4 Ekonomi dan Bisnis 5 Hikayat Tikus dan Kucing Hitam Bab 6 Profesi dan Karier 6 Eiffel, I m In Love Bab 8 Flora dan Fauna 7 Ketika Pra Mau Bercerai Bab 9 Perdamaian 8 Eksekusi Mati Saddam Hussein 9 Kerangka Keamanan RI- Australia Bab 10 Manajemen 10 Hikayat Pelanduk Jenaka 11 Burung-Burung Manyar 12 Undangan Bab 12 Kepahlawanan 13 Sukarno M. Noor: Ingin Jadi Aktor, Bukan Bintang Film 14 Ahmadinejad, Soekarno Persia Wacana-wacana untuk semester 1 terdapat dalam bab 1 sampai bab 9. Untuk wacana-wacana semester 2 dimuat dalam bab 10 sampai bab 12. Data penelitian ini diperoleh dari jumlah kalimat dan jumlah suku kata dari masing-masing wacana yang terdapat dalam dua buku teks bahasa Indonesia.

86 65 Wacana yang dianalisis merupakan wacana yang terdiri dari 100 kata sesuai teori tingkat keterbacaan. Hasil dari jumlah kalimat dan suku kata untuk masingmasing wacana ditabulasikan ke dalam Tabel 5 dan Tabel 6 sehingga memudahkan peneliti dalam menganalisis data. Tabel 5 adalah contoh data untuk wacana dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga, sedangkan Tabel 6 adalah contoh data untuk wacana dalam buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis. Berikut contoh tabelnya. Tabel 5 Analisis Wacana dalam Buku Teks Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga Berdasarkan Jumlah Kalimat dan Suku Kata Kode Teks: Er. 1 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Merekalah, para ibu dan perempuan, yang tahu benar bahwa selain harus dimanfaatkan alam harus terus 1 36 dijaga dan dirawat. Bukan semata demi alam itu sendiri, melainkan justru bagi kepentingan kemanusiaan Di Tasikmalaya, seorang perempuan setengah tua mencatatkan namanya dalam sejarah dengan cara yang 1 35 spektakuler. Dia, seorang diri, memapras bukit cadas liat yang panjangnya 45 meter Dengan bergelantungan di tali rotan, ia memahat bukit cadas di timur laut Gunung Galunggung Ia hanya bersenjatakan cangkul dan sebuah linggis Keinginannya sederhana; ia ingin membuat saluran yang dapat mengalirkan air dari Sungai Cilutung ke kampungnya. 1 31

87 66 Keinginan itu terkabul setelah Mak Eroh, demikian nama perempuan setengah 0,5 23 Jumlah 7,5 214 Tabel 6 Analisis Wacana dalam Buku Teks Panduan Belajar Bahasa Dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Berdasarkan Jumlah Kalimat dan Suku Kata Kode Teks: Es. 1 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Manusia sudah mengeksploitasi bumi secara berlebihan WWF memperkirakan, dalam 50 tahun mendatang eksploitasi terhadap sumber daya alam dibumi akan 1 38 meningkat dua kali lipat. Bumi terancam kehabisan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, kecuali manusia mau mengubah pola 1 35 hidup. Kita sudah berlebihan mengeksploitasi alam Manusia mengonsumsi sumber daya alam lebih cepat daripada bumi menghasilkannya Generasi masa depan bisa kehabisan sumber daya jika pola hidup manusia saat ini tidak diubah, papar James Leape, Direktur Jenderal WWF dalam laporan bertajuk 1 57 Living Planet. Laporan tersebut merupakan neraca keseimbangan lingkungan hidup yang diterbitkan setiap tahun Laporan itu mengungkapkan pertumbuhan terusmenerus akan permintaan kapasitas bumi untuk 0,5 28 Jumlah 7,5 248 Tabel data penelitian di atas merupakan tabel data yang memuat wacana per seratus kata berdasarkan petunjuk yang dipaparkan dalam Landasan Teori (Bab II). Setelah mengetahui hasil jumlah kalimat dan suku kata, maka

88 67 berdasarkan tabel di atas selanjutnya dilakukan analisis data untuk masing-masing wacana pada kedua buku teks Bahasa Indonesia tersebut. 4.2 Hasil Penelitian Dalam subbab ini, peneliti memaparkan tiga hasil temuan yang diperoleh dari analisis data. Pemaparan dilakukan berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan metodologi pada bab III. Berikut ini pemaparan hasil penelitiannya Tingkat Keterbacaan Wacana Pada Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga Berdasarkan Grafik Fry Analisis tingkat keterbacaan wacana yang dilakukan pada wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga berjumlah 24 wacana. Berikut ini tabel hasil analisisnya. TABEL 7 Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga Berdasarkan Fry Kode Teks Jumlah Jumlah Kalimat Suku Kata Penafsiran Keterangan Er. 1 7, , 5, 6 Tidak Cocok Er. 2 5, , 6, 7 Tidak Cocok Er. 3 4, , 9, 10 Tidak Cocok Er. 4 10, , 6, 7 Tidak Cocok Er. 5 4, , 12, 13 Cocok Er. 6 5, , 6, 7 Tidak Cocok Er. 7 2, , 9, 10 Tidak Cocok Er. 8 6, , 7, 8 Tidak Cocok Er. 9 7, , 9, 10 Tidak Cocok Er , 11, 12 Cocok

89 68 Er , , 2, 3 Tidak Cocok Er. 12 7, , 4, 5 Tidak Cocok Er , 6, 7 Tidak Cocok Er. 14 7, , 8, 9 Tidak Cocok Er. 15 7, , 6, 7 Tidak Cocok Er , 8, 9 Tidak Cocok Er , , 4, 5 Tidak Cocok Er. 18 6, , 8, 9 Tidak Cocok Er. 19 4, , 7, 8 Tidak Cocok Er , , 1, 2 Tidak Cocok Er. 21 9, , 2, 3 Tidak Cocok Er. 22 6, , 5, 6 Tidak Cocok Er , 6, 7 Tidak Cocok Er. 24 7, , 7, 8 Tidak Cocok Dari analisis terhadap 24 wacana yang terdapat dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga yang disajikan dalam Tabel 7 diperoleh hasil bahwa hanya terdapat dua teks yang cocok digunakan untuk siswa kelas XI, yaitu wacana dengan kode Er. 5 yang berjudul Penerapan Manajemen untuk Kemajuan Koperasi dan Er. 10 yang berjudul Kualitas Penduduk Indonesia Memprihatinkan, sedangkan 22 wacana lainnya menunjukkan bahwa wacana tersebut tidak cocok digunakan untuk siswa kelas XI. Adapun teks-teks yang tidak cocok digunakan untuk siswa kelas XI adalah teks yang berkode Er.1 berjudul Ibunda yang Merawat Alam Semesta, Er. 2 berjudul Cerita Nabi Sulaiman Mendengar Kata Landak, Er. 3 berjudul Malapetaka akan Datang, AS!, Er. 4 berjudul Barang Impor Menjajah Negeri Ini, Er. 6 berjudul Membayangkan Indonesia Masa Depan, Er. 7 berjudul Dari Gadis Sang Pemburu Senja, Er. 8 berjudul Bidan Susah, Terpaksa Anak Lahir

90 69 di Tengah Hutan, Er. 9 berjudul Peluang dan Tantangan Kependudukan, Er. 11 berjudul Miranda: Jangan Ambil Nyawaku (Cloning Miranda), Er. 12 berjudul Bako, Er. 13 berjudul Biji Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif, Er. 14 berjudul Wayang, Karya Agung Dunia, Er. 15 berjudul Saat Hantu Jadi Selebritis, Er 16 berjudul Problem Kesehatan dan Herbal, Er. 17 berjudul Sungai, Er. 18 berjudul Dialog Lintas Agama, Er. 19 berjudul Heboh Senjata Biologis, Er. 20 berjudul Tiga Ribu Enam Ratus Detik Antara Rawasari dengan Cililitan, Er. 21 berjudul Ronggeng Dukuh Paruk, Er. 22 berjudul Johar Manikam Dilarikan Zenggi, Er. 23 berjudul Susi Susanti, Peraih Emas Pertama Olimpiade, dan teks dengan kode Er. 24 berjudul Wonder Boy Menuju Kandidat Juara Dunia. Semua wacana tersebut memiliki tingkat keterbacaan yang berbeda-beda dan menunjukkan kelas baca yang berbeda pula. Untuk wacana berkode teks Er. 5 dengan judul Penerapan Manajemen untuk Kemajuan Koperasi analisis datanya dapat dilihat pada lampiran. Dari analisis data menyebutkan kata ke-100 pada wacana tersebut jatuh pada kata ke- 13 dari 20 kata. Perhitungan kalimat tidak utuh adalah 13 : 20 = 0,65 dibulatkan menjadi 0,6. Dengan demikian perhitungan kalimat utuhnya adalah 4 + 0,6 = 4,6. Berdasarkan perhitungan jumlah suku katanya adalah 272. Kemudian jumlah suku kata dikalikan 0,6 sehingga diperoleh hasilnya adalah 272 x 0,6 = 163,3 dibulatkan menjadi 163. Angka yang diplotkan ke dalam grafik Fry adalah 4,6 dan 163. Maka Grafik Frynya seperti berikut ini.

91 70 Grafik Fry 1 Untuk Kode Teks: Er. 5 Dalam grafik Fry, angka yang tertera dalam pada baris tegak lurus menunjukkan jumlah suku kata per 100 kata dan angka yang tertera pada garis mendatar menunjukkan jumlah kalimat per 100 kata. Pertemuan antara baris tegak lurus dengan baris mendatar menunjukkan tingkatan atau kelas-kelas pembaca. Kolom yang diarsir hitam/daerah hitam menunjukkan bahwa wacana tersebut tidak bis digunakan/tidak absah. Berdasarkan pemplotan pada Grafik Fry di atas untuk kode teks Er. 5 berjudul Penerapan Manajemen untuk Kemajuan Koperasi, dari kolom jumlah suku kata yaitu 4,6 pada baris tegak lurus ditarik garis bertemu dengan garis dari baris mendatar yaitu 163 pada kolom jumlah kalimat sehingga titik pertemuannya jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 12. Sesuai dengan teori penggunaan Grafik Fry, maka hendaknya peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat

92 71 dan ditambah satu tingkat. Sehingga, hasil yang diperoleh adalah 12 1 = 11 dan = 13. Jadi wacana Er. 5 cocok untuk kelas 11, 12, dan 13 atau mahasiswa. Teks dengan kode Er. 10 (Lihat Tabel 7) juga dianggap cocok untuk siswa kelas 11. Berdasarkan tabel analisis data (terlampir), teks yang berjudul Kualitas Penduduk Indonesia Memprihatinkan menyatakan kata ke-100 pada wacana tersebut jatuh pada kata ke-24 dari 25 kata. Perhitungan kalimat tidak utuh adalah 24 : 25 = 0,96 dibulatkan menjadi 1. Dengan demikian, perhitungan kalimat utuhnya adalah = 4. Berdasarkan perhitungan jumlah suku katanya adalah 257. Kemudian jumlah suku kata dikalikan 0,6 sehingga diperoleh hasilnya adalah 257 x 0,6 = 154,2 dibulatkan menjadi 154. Angka yang diplotkan ke dalam grafik Fry adalah 4 dan 154. Maka Grafik Frynya seperti berikut ini. Grafik Fry 2 Untuk Kode Teks Er. 10

93 72 Berdasarkan pemplotan pada Grafik Fry di atas, titik pertemuan antara kolom jumlah suku kata yaitu angka 4 pada baris tegak lurus ditarik garis bertemu dengan garis dari baris mendatar yaitu angka 154 pada kolom jumlah kalimat sehingga jatuh pada pada tingkatan atau kelas pembaca 11. Sesuai dengan teori penggunaan Grafik Fry, maka hendaknya peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat. Sehingga, hasil yang diperoleh adalah 11 1 = 10 dan = 12. Jadi wacana Er. 10 cocok untuk kelas 10 (kelas 1 SMA), 11, dan 12. Wacana Er. 10 sesuai dengan tingkat keterbacaan yang diharapkan dimana wacana tersebut menunjukkan kelas yang cocok bagi pembacanya, yaitu kelas 11. Sebagian besar wacana dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga yang dianalisis menunjukkan kelas pembaca yang berbeda-beda atau tidak sesuai dengan tingkatan pembaca untuk kelas XI SMA. Teks yang dianggap tidak cocok contohnya adalah wacana dengan kode teks Er. 1 yang berjudul Ibunda yang Merawat Alam Semesta. Hasil analisis data (Lihat Lampiran) menunjukkan bahwa kata ke-100 pada wacana tersebut jatuh pada kata ke-10 dari 21 kata. Perhitungan kalimat tidak utuh adalah 10 : 21 = 0,47 dibulatkan menjadi 0,5. Dengan demikian perhitungan kalimat utuhnya adalah 7 + 0,5 = 7,5. Berdasarkan perhitungan jumlah suku katanya adalah 214. Kemudian jumlah suku kata dikalikan 0,6 sehingga diperoleh hasilnya adalah 214 x 0,6 = 128,4 dibulatkan menjadi 128. Angka yang diplotkan ke dalam grafik Fry adalah 7,5 dan 128.

94 73 Berdasarkan pemplotan pada Grafik Fry, titik pertemuan antara baris tegak lurus dengan baris mendatar yaitu 7,5 dan 128 jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 5. Sesuai dengan teori penggunaan Grafik Fry, maka hendaknya peringkat kelas pembaca ini dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat. Sehingga, hasil yang diperoleh adalah 5 1 = 4 dan = 6. Jadi wacana Er. 1 cocok digunakan untuk kelas pembaca 4, 5, dan 6 pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Grafik Fry 3 Untuk Kode Teks Er. 1 Ketidak cocokkan wacana untuk siswa kelas XI SMA juga ditunjukkan oleh wacana berkode Er. 16. Wacana ini berjudul Problem Kesehatan dan Herbal. Kata ke-100 pada wacana tersebut jatuh pada kata terakhir yang merupakan satu kalimat utuh. Dengan demikian perhitungan kalimat utuhnya adalah 6. Berdasarkan perhitungan jumlah suku katanya adalah 242. Kemudian

95 74 jumlah suku kata dikalikan 0,6 sehingga diperoleh hasilnya adalah 242 x 0,6 = 145,2 dibulatkan menjadi 145. Angka yang diplotkan ke dalam grafik Fry adalah 6 dan 145. Dari pemplotan Grafik Fry (Lihat Lampiran) menunjukkan titik pertemuan antara baris tegak lurus yaitu dari angka 6 yang berasal dari jumlah kalimat dengan baris mendatar yang menunjukkan jumlah suku kata yaitu angka 145 jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 8. Sehingga, hasil yang diperoleh adalah 8 1 = 7 dan = 9. Dengan demikian, wacana Er. 16 cocok digunakan untuk kelas pembaca 7, 8, dan 9. Kelas pembaca ini merupakan kelas pembaca untuk siswa SMP Tingkat Keterbacaan Wacana Pada Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Berdasarkan Grafik Fry Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, maka berdasarkan deskripsi data peneliti melakukan analisis data tingkat keterbacaan wacana yang berjumlah 14 wacana. Hasil analisis wacana berdasarkan Grafik Fry tertuang pada tabel di bawah ini. Tabel 8 Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Berdasarkan Grafik Fry Kode Jumlah Jumlah Suku Penafsiran Keterangan Teks Kalimat Kata Es. 1 7, , 8, 9 Tidak Cocok

96 75 Es. 2 5, , 9, 10 Tidak Cocok Es. 3 5, , 8, 9 Tidak Cocok Es. 4 7, , 7, 8 Tidak Cocok Es. 5 7, , 8, 9 Tidak Cocok Es. 6 14, , 1, 2 Tidak Cocok Es. 7 11, , 1, 2 Tidak Cocok Es. 8 9, , 6, 7 Tidak Cocok Es , 10, 11 Cocok Es. 10 7, , 6, 7 Tidak Cocok Es. 11 8, , 5, 6 Tidak Cocok Es. 12 6, , 4, 5 Tidak Cocok Es. 13 6, , 9, 10 Tidak Cocok Es. 14 5, , 9, 10 Tidak Cocok Berdasarkan Tabel 8 di atas hasil analisis wacana yang terdapat dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis menunjukkan 13 wacana dianggap tidak cocok dan 1 wacana cocok digunakan untuk siswa kelas XI SMA. Wacana yang dianggap cocok berjudul Kerangka Keamanan RI-Australia berkode teks Es. 9. Hasil analisis data untuk wacana dengan kode teks Es. 9 (Lihat Lampiran) adalah sebagai berikut. Kata ke-100 pada wacana berjudul Kerangka Keamanan RI-Australia tersebut jatuh pada kata yang terakhir. Hal ini berarti kalimat tersebut merupakan kalimat utuh. Dengan demikian perhitungan kalimat utuh per seratus kata adalah 5. Berdasarkan perhitungan jumlah suku katanya adalah 260. Kemudian jumlah suku kata dikalikan 0,6 sehingga diperoleh hasilnya adalah 260 x 0,6 = 156. Angka yang diplotkan ke dalam grafik Fry adalah 5 dan 156. Hasil pemplotan wacana Es. 9 berdasarkan Grafik Fry seperti di bawah ini.

97 76 Grafik Fry 4 Untuk Kode Teks Es. 9 Dari pemplotan Grafik Fry di atas, pertemuan garis angka 5 pada jumlah kalimat dengan garis angka 156 pada jumlah suku kata jatuh pada daerah peringkat 10. Sesuai dengan teori penggunaan Grafik Fry untuk wacana Bahasa Indonesia, maka peringkat kelasnya hendaknya dikurangi satu tingkat dan ditambah satu tingkat. Jadi, wacana tersebut cocok untuk 10-1 = 9, 10, dan = 11 yang artinya wacana berkode Es. 9 dapat digunakan untuk pembaca kelas 9 SMP dan kelas 10 serta 11 SMA. Wacana yang termuat di dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis seharusnya berisi wacana-wacana yang sesuai dengan kelas pembacanya, yaitu siswa kelas XI. Untuk kategori teks yang dianggap tidak cocok, salah satunya adalah wacana yang berkode Es. 6 dengan judul Eiffel, I m In Love. Dari wacana ini

98 77 diperoleh data yaitu kata ke-100 jatuh pada kata ke-6 dari 7 kata. Perhitungan kalimat tidak utuh adalah 6 : 7 = 0,8. Dengan demikian, perhitungan kalimat utuh per seratus kata adalah ,8 = 14, 8. Berdasarkan perhitungan jumlah suku katanya adalah 185. Selanjutnya, jumlah suku kata dikalikan 0,6 sehingga diperoleh hasilnya adalah 185 x 0,6 = 111. Maka, angka yang diplotkan ke dalam grafik Fry adalah 14, 8 dan 111. Hasil pemplotannya adalah seperti di bawah ini. Grafik Fry 5 Untuk Kode Teks Es. 6 Berdasarkan pemplotan pada Grafik Fry di atas untuk wacana dengan kode teks Es. 6 berjudul Eiffel, I m In Love, titik pertemuan antara angka 14,8 untuk jumlah kalimat dari baris tegak lurus dengan angka 111 untuk jumlah suku kata dari baris mendatar jatuh pada tingkatan atau kelas pembaca 1. Hasil yang diperoleh dari peringkat kelas tersebut adalah 1 1 = 0 dan = 2. Jadi, wacana Es. 6 cocok untuk kelas pembaca 0, 1, dan 2. Kelas pembaca 0 dapat

99 78 diartikan wacana ini tidak cocok digunakan untuk anak-anak yang berada pada jenjang Taman Kanak-Kanak. Tetapi, wacana Es. 6 dimungkinkan digunakan untuk siswa kelas 1 dan 2 SD Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga dan Buku Teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis Sebagai Bahan Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh tingkat keterbacaan wacana untuk masing-masing buku teks (Lihat T abel 7 dan 8). Dari kedua tabel tersebut dapat diketahui tingkat keterbacaan wacana yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dikelompokkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 9 Perbedaan Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga dan Buku Teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis Berdasarkan Grafik Fry Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Kode Teks Penafsiran Keterangan Kode Teks Kelas Penafsiran Er. 1 4, 5, 6 Tidak Cocok Es. 1 7, 8, 9 Tidak Cocok Er. 2 5, 6, 7 Tidak Cocok Es. 2 8, 9, 10 Tidak Cocok Er. 3 8, 9, 10 Tidak Cocok Es. 3 7, 8, 9 Tidak Cocok Er. 4 5, 6, 7 Tidak Cocok Es. 4 6, 7, 8 Tidak Cocok Er. 5 11, 12, 13 Cocok Es. 5 7, 8, 9 Tidak Cocok Er. 6 5, 6, 7 Tidak Cocok Es. 6 0, 1, 2 Tidak Cocok Er. 7 8, 9, 10 Tidak Cocok Es. 7 0, 1, 2 Tidak Cocok Er. 8 6, 7, 8 Tidak Cocok Es. 8 5, 6, 7 Tidak Cocok Er. 9 8, 9, 10 Tidak Cocok Es. 9 9, 10, 11 Cocok Er , 11, 12 Cocok Es. 10 5, 6, 7 Tidak Cocok

100 79 Er. 11 1, 2, 3 Tidak Cocok Es. 11 4, 5, 6 Tidak Cocok Er. 12 3, 4, 5 Tidak Cocok Es. 12 3, 4, 5 Tidak Cocok Er. 13 5, 6, 7 Tidak Cocok Es. 13 8, 9, 10 Tidak Cocok Er. 14 7, 8, 9 Tidak Cocok Es. 14 8, 9, 10 Tidak Cocok Er. 15 5, 6, 7 Tidak Cocok Er. 16 7, 8, 9 Tidak Cocok Er. 17 3, 4, 5 Tidak Cocok Er. 18 7, 8, 9 Tidak Cocok Er. 19 6, 7, 8 Tidak Cocok Er. 20 0, 1, 2 Tidak Cocok Er. 21 1, 2, 3 Tidak Cocok Er. 22 4, 5, 6 Tidak Cocok Er. 23 5, 6, 7 Tidak Cocok Er. 24 6, 7, 8 Tidak Cocok Tabel di atas menunjukkan bahwa dari jumlah wacana yang berbeda dari dua buku teks yang berbeda menghasilkan tingkat keterbacaan wacana yang berbeda pula untuk masing-masing wacana. Jumlah wacana yang dianalisis yang dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga lebih banyak dari jumlah wacana yang dianalisis dari buku teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis. Dengan demikian, standar kompetensi membaca yang disajikan oleh buku Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga lebih banyak termuat. Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengasah kemampuan membacanya. Tentu saja, wacana-wacana yang dipilah dan dianalisis tersebut sudah sesuai dengan kriteria kerepresentatifan wacana dalam teori tingkat keterbacaan. Dari total keseluruhan wacana yang dianalisis dari kedua buku teks tersebut hanya terdapat tiga wacana yang cocok untuk siswa kelas XI SMA. Dua

101 80 wacana yang cocok berasal dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga dan hanya ada satu wacana yang cocok dari buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis. Hal ini menunjukkan buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga layak diberikan kepada siswa SMA kelas XI. Selain itu, buku teks tersebut dapat dijadikan pertimbangan guru dalam memilih buku teks sebagai bahan pembelajaran. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa hasil analisis tingkat keterbacaan wacana menunjukkan tingkatan atau kelas pembaca yang berbeda-beda. Ada 8 kemungkinan tingkatan/kelas pembaca yang muncul dari wacana-wacana yang diambil dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga. Kemungkinan ini dapat terjadi karena wacana yang dianalisis dapat digunakan dalam kelas pembaca yang berbeda. Hal ini sesuai dengan teori pengukuran tingkat keterbacaan berdasarkan grafik Fry yang terdapat dalam Landasan Teori (Bab II). Kode teks Er. 11 berjudul Miranda: Jangan Ambil Nyawaku ( Cloning Miranda) dan kode teks Er. 20 berjudul Tiga Ribu Enam Ratus Detik Antara Rawasari dengan Cililitan dapat digunakan untuk kelas pembaca 0, 1, 2. Untuk kelas 1, 2, 3 muncul dari wacana yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk dengan kode teks Er. 21. Kelas pembaca 3, 4, 5 muncul dari wacana yang berkode Er. 14, Er. 16, dan Er. 18. Masing-masing wacana tersebut berjudul Wayang, Karya Agung

102 81 Dunia, Problem Kesehatan dan Herbal, dan Dialog Lintas Agama. Selanjutnya kelas 4, 5, 6 diperoleh dari wacana Er. 1, Er. 13, dan Er. 22 yang masing-masing judulnya adalah Ibunda yang Merawat Alam Semesta, Biji Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif, dan Johar Manikam Dilarikan Zenggi. Wacana yang termasuk dalam kelas pembaca 1 sampai 6 merupakan wacana yang cocok digunakan untuk siswa-siswa di Sekolah Dasar. Selain itu, muncul juga kelas pembaca 5, 6, 7. Titik pertemuan antara garis angka jumlah kalimat dengan garis angka jumlah suku kata jatuh pada tingkatan 6, tetapi berdasarkan teori tingkat keterbacaan berdasarkan grafik Fry, maka wacana yang berjudul Cerita Nabi Sulaiman Mendengar Kata Landak, Barang Impor Menjajah Negeri Ini, Membayangkan Indonesia Masa Depan, dan Saat Hantu Jadi Selebritis juga dapat digunakan untuk siswa kelas 5 dan 7 (SMP Kelas 1). Kode teksnya adalah Er. 2, Er. 4, Er. 6, Er. 15 dan Er. 23. Untuk kelas 6, 7, 8 didapat dari wacana berkode teks Es. 8, Er. 19, Er.24. Judulnya adalah Bidan Susah, Terpaksa Anak Lahir di Tengah Hutan, Heboh Senjata Biologis, serta Wondey Boy Menuju Kandidat Juara Dunia. Tiga wacana lain yang merupakan isi buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga justru tidak cocok untuk kelas XI, tetapi wacana tersebut justru dapat digunakan peringkat baca 7, 8, 9. Ketiga wacana itu adalah Er. 14 berjudul Wayang, Karya Agung Dunia, Er. 16 berjudul Problem Kesehatan dan Herbal, dan Er. 18 berjudul Dialog Lintas Agama.

103 82 Tingkatan pembaca terakhir yang muncul berdasarkan pemplotan grafik Fry adalah 8, 9, 10. Kelas pembaca tersebut dari teks Malapetaka akan Datang, AS! berkode Er. 3, Dari Gadis Sang Pemburu Senja berkode Er. 7, serta wacana terakhir, Pelauang dan Tantangan Kependudukan berkode Er. 9. Berdasarkan Tabel 9 di atas, untuk buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis, dari 14 wacana yang dianalisis hanya ditemukan satu wacana yang cocok dan tiga belas wacana lainnya dianggap tidak cocok. Hal ini berarti bahwa kurang banyak wacana yang terdapat dalam buku teks tersebut. Selain itu, wacana-wacana yang dipilah untuk dijadikan data analisis juga terbatas karena wacana yang ada dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis tidak semuanya sesuai dengan kriteria tingkat keterbacaan. Dengan kata lain, kesempatan siswa untuk memperoleh bahan bacaan yang sesuai dengan kemampuan membacanya juga sedikit. Berdasarkan pemplotan grafik Fry, wacana yang terdapat dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis memperlihatkan 7 peringkat baca. Berbeda satu peringkat dengan buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga. Kelas 0, 1, 2 muncul dari wacana berkode Es. 6 dan Es. 7. Judul wacananya adalah Eiffel, I m In Love dan Ketika Pra Mau Bercerai. Kelas baca 3, 4, 5 dan kelas baca 4, 5, 6 diperoleh dari masing-masing satu wacana, yaitu Es. 12 berjudul Undangan dan Es. 11 berjudul Burung-Burung Manyar. Wacanawacana tersebut cocok digunakan untuk siswa atau pembaca di kelas-kelas

104 83 Sekolah Dasar. Selain itu, dua wacana dengan kode Es. 8 dan Es. 10 yang dapat digunakan untuk pembaca di kelas 5, 6 SD serta SMP kelas 7, yaitu Eksekusi Mati Saddam Hussein dan Hikayat Pelanduk Jenaka. Ada kelas lainnya yang muncul, yaitu kelas baca 6, 7, 8 dari satu wacana yang berjudul Mural, Karya Publik dan Risikonya dengan kode teks Es. 4. Wacana-wacana dengan judul Manusia Berlebihan Mengeksploitasi Bumi, Mengaca Diri Lewat Kisah orang Jelata, dan Hikayat Tikus dan Kucing Hutan dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk siswa kelas 7, 8, 9 SMP. Dari tiga wacana yang berbeda dapat digunakan pada kelas-kelas yang berbeda pada satu jenjang pendidikan yang sama. Sedangkan tiga wacana lainnya, yaitu Meluruskan Arah Pelestarian Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan di Indonesia, Sukarno M. Noor: Ingin Jadi Aktor, Bukan Bintang Film, Ahmadinejad, Soekarno Persia, yang masing-masing ditandai dengan kode teks Es. 2, Es. 13, dan Es. 14 jatuh pada titik pertemuan kelas 8, 9, 10. Ini berarti teks tersebut dapat digunakan untuk SMP kelas 8 dan 9 serta untuk SMA kelas 10. Selain dari jumlah wacana, kemunculan kelas baca berdasarkan grafik Fry, memperoleh temuan lain dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis tampak dari jenis wacananya. Keseluruhan wacana yang dianalisis merupakan wacana prosa yang dibedakan menjadi wacana fiksi dan nonfiksi. Dari kedua buku teks tersebut, peneliti menemukan tiga puluh delapan wacana prosa. Dalam analisis wacana dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga

105 84 terdapat tujuh wacana termasuk wacana fiksi dan tujuh belas wacana termasuk wacana nonfiksi. Untuk buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis, peneliti menemukan enam wacana yang termasuk wacana fiksi dan delapan wacana termasuk wacana nonfiksi. Ciri yang membedakan wacana fiksi dan nonfiksi adalah dari bahasanya. Bahasa wacana nonfiksi menggunakan diksi dan baku serta bersifat ilmiah, sedangkan bahasa wacana fiksi cenderung khayalan, mungkin diksi tapi belum tentu baku Pembahasan Pada bagian ini, peneliti menguraikan hasil analisis dari skrispsi berjudul Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis Tahun 2007 Untuk SMA Kelas XI Berdasarkan Grafik Fry. Berdasarkan hasil analisis di atas, ditemukan tiga wacana yang cocok dan tiga puluh lima wacana yang dianggap tidak cocok pada kedua buku teks tersebut. Pembahasan hasilnya sebagai berikut Hasil Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga

106 85 Dari wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga diperoleh temuan mengenai tingkat keterbacaan wacana sebagai berikut. 1. Hasil analisis tingkat keterbacaan wacana berdasarkan jumlah wacana yang cocok dan wacana tidak cocok Dari dua puluh empat wacana yang dianalisis, hanya terdapat dua wacana yang dianggap cocok untuk siswa SMA kelas XI. Judul wacananya adalah Penerapan Manajemen untuk Kemajuan Koperasi dan Kualitas Penduduk Indonesia Memperihatinkan. Berdasarkan pemplotan jumlah suku kata dan jumlah kalimat pada grafik Fry untuk masingmasing wacana tersebut berada di peringkat baca 11, 12, 13 dan peringkat baca 10, 11, 12. Menurut Klare (1984: 726), bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan yang baik akan mempengaruhi pembacanya dalam meningkatkan minat belajar dan daya ingat, menambah kecepatan dan efisiensi membaca, dan memelihara kebiasaan membacanya. Harjasujana (1995: 1-2) menjelaskan bahwa sebagai pegangan siswa, buku teks harus memiliki tingkat keterbacaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Menurut Naga dalam Suladi (2000: 13), banyak hal yang turut mempengaruhi keterbacaan suatu tulisan. Salah satunya adalah panjang kalimat dan panjang kata. Untuk wacana yang bisa dimengerti oleh siswa tentunya wacana itu tidak menggunakan kata-kata sulit dengan kalimat-

107 86 kalimat yang panjang. Diperoleh dua wacana yang cocok mungkin disebabkan wacana tersebut memiliki jumlah kalimat yang tidak terlalu panjang dengan kata-kata yang mudah dipahami. Makin panjang suatu kalimat disertai dengan kata-kata sukar, wacana tersebut makin sulit dipahami siswa. Dari analisis berdasarkan jumlah kalimat dan jumlah suku kata, ketiga wacana yang dianggap cocok jumlah kalimatnya terdiri dari 4 sampai 5 kalimat dengan jumlah suku kata sekitar suku kata per seratus perkataan. Dengan jumlah kalimat yang tidak terlalu banyak, siswa akan lebih mudah memahami isi wacana. Kata-kata yang digunakan dalam ketiga wacana tersebut juga bukan merupakan kata-kata sulit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah suku katanya. Menurut Hardjajsujana (1998), s istem pola suku kata dalam Bahasa Indonesia pada umumnya mempunyai ciri dwisuku atau bahkan lebih. Dari 100 buah perkataan dalam bahasa Indonesia, pada umumnya akan diperoleh jumlah suku kata di atas 200-an. Jumlah kalimat yang cenderung padat/tidak banyak dengan kata-kata yang sederhana, maka wacana tersebut akan mudah dipahami siswa. Teks-teks yang berjumlah dua puluh dua lainnya dianggap tidak cocok untuk siswa SMA kelas XI. Contohnya wacana dengan kode Er. 12 dan Er. 14. Masing-masing dari wacana tersebut berdasarkan pemplotan grafik Fry jatuh pada peringkat baca 3, 4, 5 serta peringkat baca 7, 8, 9. Artinya wacana tersebut cocok digunakan untuk siswa pada jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) disemua kelas.

108 87 Ketidakcocokan wacana-wacana tersebut diperkirakan karena bahan bacaan yang tersedia sulit dipahami dilihat dari bahasa yang dipergunakan dan konsep (isi) yang disampaikan terlalu sukar untuk dipahami. 2. Hasil analisis tingkat keterbacaan wacana berdasarkan variasi kemunculan tingkat/kelas baca Berdasarkan tabel analisis tingkat keterbacaan wacana (Lihat Tabel 7), ditemukan ada delapan peringkat baca dari masing-masing wacana. Peringkat-peringkat baca yang muncul adalah kelas baca 0, 1, 2 dari dua wacana, peringkat baca kelas 1, 2, 3 dari satu wacana, kelas baca 3, 4, 5 dari dua wacana, kelas baca 4, 5, 6 dari tiga wacana, kelas baca 5, 6, 7 dari lima wacana, kelas baca 6, 7, 8 dari tiga wacana, kelas baca 7, 8, 9 dari tiga wacana, dan kelas baca 8, 9, 10 dari tiga wacana. Kemunculan peringkat kelas baca yang berbeda-beda untuk masing-masing wacana diperkirakan karena variasi wacana yang disediakan oleh buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga. Banyaknya jumlah wacana yang dianalisis juga memungkinkan banyaknya peringkat baca yang muncul. Namun demikina, justru banyaknya wacana yang ada justru tidak banyak yang sesuai dengan peringkat baca yang diharapkan. 3. Hasil analisis tingkat keterbacaan wacana berdasarkan bentuk wacana Terdapat dua jenis wacana berdasarkan bentuk wacananya yang ditemukan dari dua puluh empat wacana yang dianalisis dari buku

109 88 Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga, yaitu wacana fiksi dan nonfiksi. Wacana-wacana yang dianalisis merupakan wacana prosa. Menurut Tarigan (1987: 57), wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana ini dapat tertulis atau lisan, dapat berupa wacana langsung atau tidak langsung, dapat pula dengan pembeberan atau penuturan. Novel, novelet, cerita pendek, artikel, kertas kerja, skripsi, tesis, disertasi, surat. Wacana prosa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu wacana nonfiksi dan wacana fiksi. Untuk buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga terdapat tujuh wacana termasuk wacana fiksi dan tujuh belas wacana termasuk wacana nonfiksi. Hal ini dapat dilihat dari segi penggunaan bahasanya Hasil Analisis Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis Dari wacana-wacana yang terdapat dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis diperoleh temuan mengenai tingkat keterbacaan wacana sebagai berikut. 1. Hasil analisis tingkat keterbacaan wacana berdasarkan jumlah wacana yang cocok dan wacana tidak cocok Dari empat belas wacana yang dianalisis, hanya ditemukan satu wacana yang dianggap cocok untuk siswa SMA kelas XI. Judul

110 89 wacananya adalah Kerangka Keamanan RI-Australia. Berdasarkan pemplotan jumlah suku kata dan jumlah kalimat pada grafik Fry untuk masing-masing wacana tersebut berada di peringkat baca 9, 10, 11. Selain dapat digunakan untuk kelas XI seperti tujuan dari skripsi ini, yaitu mendeskripsikan tingkat keterbacaan wacana untuk siswa SMA kelas XI, wacana ini juga dimungkinkan untuk digunakan di kelas baca 9 SMP dan SMA kelas 10. Teks-teks yang berjumlah tiga belas lainnya dianggap tidak cocok untuk siswa SMA kelas XI. Contohnya wacana dengan kode Es. 6 dan Er. 13. Masing-masing dari wacana tersebut berdasarkan pemplotan grafik Fry jatuh pada peringkat baca 0, 1, 2 serta peringkat baca 8, 9, 10. Artinya wacana Eiffel, I m In Love cocok digunakan untuk siswa pada jenjang Sekolah Dasar kelas 1 dan 2, sedangkan kelas baca 0 menandakan bahwa wacana tidak cocok untuk pembelajaran membaca di kelas manapun. Hal ini mungkin dikarenakan bahasa yang digunakan tidak baku dan cenderung memakai bahasa sehari-hari sehingga tidak cocok dijadikan untuk bahan bacaan untuk pembelajaran di sekolah, sedangkan untuk wacana yang berjudul Sukarno M. Noor: Ingin Jadi Aktor, Bukan Bintang Film cocok digunakan sebagai bacaan untuk siswa di kelas Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMA, tetapi tidak cocok untuk untuk bahan pembelajaran di kelas XI. Selain itu, ketidak cocokkan wacana ini juga dipengaruhi jumlah kalimat dan kata yang merangkai wacana-wacana tersebut. Semakin banyak jumlah kalimatnya, maka akan

111 90 semakin banyak kata yang digunakan. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap jumlah suku katanya. Ini akan berdampak bagi siswa dalam proses memahami suatu wacana. 2. Hasil analisis tingkat keterbacaan wacana berdasarkan variasi kemunculan tingkat/kelas baca Berdasarkan tabel analisis tingkat keterbacaan wacana (Lihat Tabel 7), ditemukan ada tujuh peringkat baca untuk masing-masing wacana dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis. Peringkat-peringkat baca yang muncul adalah kelas baca 0, 1, 2 dari dua wacana, kelas baca 3, 4, 5 dari satu wacana, kelas baca 4, 5, 6 dari satu wacana, kelas baca 5, 6, 7 dari dua wacana, kelas baca 6, 7, 8 dari satu wacana, kelas baca 7, 8, 9 dari tiga wacana, dan kelas baca 8, 9, 10 dari tiga wacana. Dengan jumlah wacana yang sedikit, maka jumlah kemunculan kelas baca untuk buku teks tersebut juga cenderung sedikit. Ada beberapa kelas baca yang muncul dari satu wacana saja. Semakin banyak variasi bacaan yang tersedia dalam buku teks akan memunculkan banyak kelas baca yang berbeda. Tetapi yang harus diperhatikan adalah pemilihan wacana yang tepat yang akan digunakan sebagai bahan pembelajaran di kelas-kelas. Wacana yang tepat hendaknya sesuai dengan tingkatan kemampuan pembacanya. 3. Hasil analisis tingkat keterbacaan wacana berdasarkan bentuk wacana Dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia

112 91 terbitan Esis juga ditemukan wacana fiksi dan nonfiksi. Ada enam wacana yang termasuk wacana fiksi dan delapan wacana termasuk wacana non fiksi. Sekalipun jumlah wacana nonfiksi lebih banyak daripada wacana fiksi, tetapi hanya ada satu wacana fiksi yang dianggap cocok untuk siswa kelas XI, sedangkan yang lainnya cocok bagi kelas pembaca di kelas lain Hasil Analisis Wacana yang Sesuai untuk Siswa Kelas XI SMA dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga dan Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis Sebagai Bahan Pembelajaran Dapat diketahui bahwa kedua buku teks bahasa Indonesia yang dianalisis memiliki beberapa kesamaan antara lain, kedua buku teks merupakan buku teks pelajaran bahasa Indonesia, sama-sama ditujukan untuk siswa kelas XI SMA, menggunakan kurikulum yang sama, dan tahun cetak yang sama. Menurut Tarigan (1990) ada beberapa kesimpulan mengenai buku teks. Pertama, buku teks itu buku teks itu selalu merupakan buku pelajaran yang ditujukan bagi siswa pada jenjang pendidikan tertentu. Kedua, buku teks itu selalu berkaitan dengan bidang studi tertentu, misalnya buku teks mengenai matematika atau bahasa Indonesia. Ketiga, buku teks itu selalu merupakan buku yang standar. Keempat, buku teks itu biasanya disusun dan ditulis oleh para pakar (ahli, ekspert) di bidangnya masingmasing. Kelima, buku teks itu ditulis untuk tujuan instruksional tertentu. Keenam, buku teks biasa juga dilengkapi sarana pengajaran, misalnya pita rekaman dalam pelajaran menyimak. Ketujuh, buku teks itu ditulis untuk jenjang pendidikan

113 92 tertentu. Kedelapan, buku teks itu selalu ditulis untuk menunjang sesuatu program pengajaran. Berdasarkan hasil analisis data, dari kedua buku teks tersebut juga memiliki wacana yang sesuai dan wacana yang tidak sesuai untuk siswa kelas XI SMA. Berdasarkan grafik Fry, buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga menghasilkan dua wacana yang sesuai untuk siswa kelas XI SMA, yaitu Penerapan Manajemen untuk Kemajuan Koperasi dan Kualitas Penduduk Indonesia Memprihatinkan. Untuk buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis diperoleh satu wacana yang sesuai, yaitu wacana yang berjudul Kerangka Keamanan RI-Australia. Dari jumlah wacana yang dianalisis, buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga lebih banyak, yaitu 24 wacana, sedangkan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis hanya berjumlah 14 wacana. Ini berarti buku teks terbitan Erlangga lebih banyak memuat bahan bacaan untuk standar kompetensi membaca dibandingkan buku teks terbit Esis. Menurut BSNP ( Badan Standar Nasional Pendidikan), ada yang perlu dipenuhi buku teks untuk layak dipakai, salah satunya kelayakan isi yang meliputi kesesuaian uraian materi dengan SK dan KD, keakuratan materi, dan materi pendukung. Dari segi aspek keterampilan berbahasa terutama keterampilan membaca, buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga cukup baik dilihat dari jumlah wacana yang dianalisis. Ini menandakan dalam buku teks terbitan Erlangga

114 93 memberikan banyak bahan bacaan dan kesempatan membaca untuk siswa kelas XI sebagai tingkatan pembacanya. Indikator yang digunakan dalam pengukuran tingkat keterbacaan berdasarkan grafik Fry, yaitu jumlah suku kata dan jumlah kalimat menunjukkan perbandingan tingkatan pembaca yang berbeda untuk masing-masing wacana kedua buku teks tersebut. Wacana yang diambil dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga memunculkan delapan kelas baca, sedangkan buku teks Panduan Belajar dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI memunculkan tujuh peringkat baca. Dengan demikian, teks-teks yang terdapat dalam buku teks Bahasa Indonesia terbitan Erlangga dimungkinkan untuk lebih banyak digunakan sebagai bahan bacaan untuk tingkatan pembaca di kelas lain. Buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga memuat wacana dengan aspek kebahasaan yang lebih banyak daripada aspek kesusastraannya. Ditemukan ada tujuh wacana yang termasuk wacana fiksi dan tujuh belas wacana termasuk wacana nonfiksi. meskipun jumlah wacananya lebih sedikit daripada buku teks terbitan Erlangga, tapi di dalam buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI terbitan Esis juga diperoleh enam wacana yang termasuk wacana fiksi dan delapan wacana termasuk wacana nonfiksi. Menurut Tarigan (1987: 57), perbedaan wacana fiksi dan nonfiksi dapat dilihat dari ciri-ciri yang membentuknya, salah satu ciri yang membedakannya adalah bahasa. Bahasa wacana fiksi cenderung konotatif dan khayalan, sedangkan wacana nonfiksi bersifat denotatif dan ilmiah.

115 94 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ditemukan bahwa tingkat keterbacaan wacana berdasarkan grafik Fry dalam dua buku teks bahasa Indonesia hanya memperoleh tiga wacana yang cocok untuk siswa kelas XI SMA. Ini artinya kedua buku teks Bahasa Indonesia tersebut tidak sesuai untuk siswa SMA kelas XI. Jika hasil penelitian ini dihubungkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rishe Purnama Dewi (2001) yang menghasilkan data tingkat keterbacaan wacana buku teks Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia berkategori frustasi, instruksional, dan independen dengan pengujian cloze test. Hal ini menandakan bahwa setiap buku memiliki tingkat keterbacaan yang berbeda berdasarkan alat pengukuran atau pengujian datannya. Dalam penelitian yang dilakukan Rastomo Jati (2003) berdasarkan tes pemahaman menunjukkan bahwa buku teks Penutur Terampil Berbahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II cawu 1, 2, dan 3 karangan Ambary, dkk. terbitan Trigenda Karya Bandung tingkat keterbacaan wacana buku teks tergolong sedang. Pada siswa SLTPN I dan II Kretek Bantul tingkat keterbacaan berdasarkan Fox Index menunjukkan tiga kategori keterbacaan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Teks-teks yang dapat dipakai sebagai bahan pembelajaran adalah teks-teks yang tergolong kategori sedang dan tinggi. Suryani (2007) meneliti tingkat keterbacaan pada buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP kelas VIII karangan Nurhadi, dkk. terbitan Erlangga tahun 2004 dan buku teks Mampu Berbahasa Indonesia SMP dan Mts Kelas VIII karangan Asul Wiyanto, dkk. terbitan PT Grasindo tahun 2006 menemukan bahwa buku teks bahasa Indonesia terbitan Erlangga untuk satu sekolah termasuk

116 95 kategori frustasi, sedangkan untuk empat sekolah yang lain termasuk dalam kategori instruksional. Untuk buku teks bahasa Indonesia terbitan PT Grasindo menunjukkan pada tiga sekolah termasuk kategori frustasi dan pada dua sekolah yang lain termasuk dalam kategori instruksional. Dengan demikian, penelitian ini semakin menguatkan dan memberikan temuan baru yang diperoleh dari buku teks yang berbeda-beda. Berdasarkan alat ukur atau pengujinya, setiap buku teks memiliki tingkat keterbacaan yang berbeda sehingga dapat dijadikan pertimbangaan dalam menentukan wacana yang akan digunakan sebagai bahan pembelajaran sesuai dengan tingkatan pembacanya. 4.4 Triangulasi Berdasarkan langkah-langkah yang terdapat dalam metodologi pada bab III maka peneliti melakukan triangulasi penyidik. Triangulasi penyidik dilakukan untuk kepentingan pengecekan data. Peneliti memberikan hasil analisis data beserta grafik Fry untuk dicek oleh Rishe Purnama Dewi, S. Pd, M. Hum. selaku triangulator. Pengecekan data dilakukan sebanyak dua kali. Pengecekan pertama dilakukan pada hari Senin, 13 Mei Triangulator menanyakan perhitungan pemerolehan jumlah kalimat dan jumlah suku kata yang tertuang dalam tabel. Untuk memastikan perhitungan jumlah kalimat dan jumlah suku kata untuk setiap wacana benar, triangulator menggunakan alat hitung kalkulator. Setelah meneliti perhitungan sudah benar, pengecekan dilanjutkan pada grafik Fry untuk masing-

117 96 masing hasil analisis wacana. Pada tahap ini, triangulator menemukan beberapa kesalahan yang hampir sama, yaitu penarikan garis antara kolom jumlah kalimat dengan garis dari kolom jumlah suku kata pada tahap memasukkan data ke dalam grafik Fry. Ditemukan pada beberapa grafik Fry, penentuan titik garisnya kurang tepat, antara lain kurang bahkan melebihi satu angka pada baris jumlah suku kata. Pengecekan kedua dilakukan pada hari Kamis, 16 Mei Pada pengecekan yang kedua, peneliti telah melakukan perbaikan dari hasil koreksian grafik Fry oleh penyidik pada pengecekan pertama. Dalam tahap kedua, triangulator tidak menemukan kesalahan lagi, baik dari tabel analisis data maupun grafik Fry sehingga semua data yang diberikan peneliti sudah benar dan sesuai.

118 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan di bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Kesimpulan ini juga merupakan jawaban dari permasalahan pada bab I. Pertama, buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga tidak sesuai untuk siswa kelas XI SMA karena hanya terdapat dua wacana yang dianggap sesuai/cocok untuk siswa kelas XI SMA. Kedua, buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis tidak sesuai untuk siswa kelas XI SMA karena hanya ditemukan satu wacana yang dianggap sesuai/cocok untuk siswa kelas XI SMA. Ketiga, wacana yang sesuai untuk siswa kelas XI SMA dari buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga berjudul Penerapan Manajemen untuk Kemajuan Koperasi dan Kualitas Penduduk Indonesia Memperihatinkan., sedangkan untuk buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis wacana yang sesuai untuk siswa kelas XI SMA berjudul Kerangka Keamanan RI- Australia. Ketiga wacana tersebut sesuai digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk siswa kelas XI SMA. 97

119 Implikasi Setelah mengetahui tingkat keterbacaan wacana buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga dan buku teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI terbitan Esis dapat ditarik implikasi sebagai berikut. (1) Guru dapat menggunakan buku teks Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI terbitan Erlangga sebagai bahan pembelajaran di kelas dengan memperhatikan kemampuan membaca siswa. Sebelum memberikan wacana-wacana tersebut, hendaknya guru memeriksa apakah wacana tersebut sesuai dengn SK-KD yang hendak dicapai dalam suatu pembelajaran, memperhatikan panjang-pendeknya kalimat serta banyaksedikitnya kata yang tersusun di dalamnya. (2) Guru dituntut lebih mampu mengembangkan bahan pembelajaran sehingga tidak berpatokan pada buku teks yang sudah tersedia saja. Guru dapat menggunakan sumber dari majalah, surat kabar, atau bahan dari internet sebagai bahan bacaan. (3) Guru pun setidaknya telah meneliti keterbacaan bahan belajar sebelum dipergunakan oleh siswa. Hal ini berguna untuk memastikan wacana yang akan digunakan sudah sesuai dengan kemampuan siswa, tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

120 Saran Berikut ini disampaikan beberapa saran berkaitan dengan penelitian ini yang diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan calon guru Bahasa Indonesia, para editor maupun penulis naskah, dan bagi peneliti lain. Adapun kesimpulannya sebagai berikut. Pertama, bagi guru dan calon guru Bahasa Indoensia. Diharapkan melalui penelitian ini, bagi guru Bahasa Indonesia lebih memperhatikan lagi buku pegangan/pelajaran yang akan digunakan sebagai sumber dalam proses belajar mengajar. Guru hendaknya memeriksa terlebih dahulu wacana-wacana yang termuat di dalamnya, bagaimana tipografinya, kosa kata, kalimat, paragraf, serta bahasa yang digunakan di dalamnya. Hal ini dilakukan, agar ketika siswa diberikan wacana tersebut tidak mengalami kesulitan. Perlu diperhatikan juga mengenai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari buku teks yang digunakan, terutama yang berkaitan dengan aspek keterampilan membaca. Sebagai bahan bacaan, guru ataupun calon guru hendaknya mempertimbangkan mengenai konsep, ide dan isi yang termuat dalam buku teks maupun wacanawacana yang terdapat di dalamnya. Dengan mempertimbangkan hal tersebut diharapkan dari wacana yang diberikan nantinya akan menumbuhkan minat baca, ketertarikan, dan kesenangan untuk siswa. Kedua, bagi penulis dan editor. Dalam sebuah buku teks, dimana buku teks itu merupakan media cetak, tingkat keterbacaan wacananya dipengaruhi oleh kosa kata, struktur isi dan kalimat, isi, tipografi, dan ilustrasi yang dipergunakan. Oleh karena itu, penulis bahan belajar agar membuat bahan belajar itu mudah

121 100 dibaca dilihat dari kemampuan pembaca. Penulis dan editor naskah bahan belajar cetak diharapkaan menyadari benar pentingnya unsur keterbacaan dan berusaha agar bahan belajar itu disajikan dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti. Sebaiknya jika penulis atau editor/penerbit akan melakukan revisi buku tersebut dapat mengganti penggunaan kosakata yang jarang didengar dan belum dikenal oleh siswa; mengganti penggunaan kalimat yang belum intim dengan siswa dan kalimat yang kompleks; menata kembali paragraf-paragraf yang dapat diubah menjadi paragraf deduktif dan melengkapinya dengan gambar dan ilustrasi; menyesuaikan bentuk wacana dengan jenis wacana yang memiliki keterbacaan tinggi bagi siswa. Ketiga, bagi peneliti lain. Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang sejenis yaitu mengenai tingkat keterbacaan wacana dengan jenis buku teks dan wacana yang berbeda. Diharapkan pula peneliti lain dapat mengembangkan alat uji/ukur yang lainnya karena sudah banyak beredar bukubuku teks sejenis di kalangan dunia pendidikan. Semua buku teks yang diterbitkan berpotensi digunakan sebagai sumber pengajaran.

122 101 DAFTAR PUSTAKA Agung, I Gusti Ngurah Metode Penelitian Sosial: Pengertian dan Pemakaian Praktis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, Suharsini Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Perbukuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran. Depdikbud Evaluasi Keterbacaan Buku Teks Bahasa Sunda untuk SD di Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dewi, Rishe Purnama Uji Keterbacaan Wacana Buku Teks Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMU Karangan A. Rumadi, dkk. (Studi Kasus di SMU Stella Duce I Yogyakarta, SMU Shanti Dharma Sleman, dan SMU Dharma Putra Tangerang). Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Hafni Pemilihan dan Pengembangan Bahan. Jakarta: Depdikbud. Harjasujana, dkk Membaca. Modul. Yogyakarta: Universitas Terbuka. Jati, Emanuel Rastomo Tingkat Keterbacaan Teks-Teks Bacaan dalam Buku Teks Penuntun Terampil Berbahasa Indonesia untuk SLTP Kelas II Cawu I, 2, dan 3 Karangan Ambary, dkk. Terbitan Trigenda Karya Bandung (Studi Kasus di SLTP N I dan II Kretek Bantul. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Kountour, Ronny Metode Penlitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM. Mafrukhi, dkk. Kompeten Berbahasa Indonesia Jilid 1 untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga. Mestika, Zed Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Moleong, Lexy. J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nugraha, Tri C pemimpi.html. Diakses 20 Maret Pukul WIB. Pribadini, Andini Putri

123 102 anak-karya-aesop-sebuah-tinjauan-keterbacaan-wacana.html. Diakses 21 Juni Pukul WIB. Pusat Perbukuan Pedoman Pengembangan Standar Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional. Rengga Diakses 24 Juni Pukul WIB. Soewandi, Slamet Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Modul. PBSID, USD. Suladi Keterbacaan Kalimat Bahasa Indonesia dalam Buku Pelajaran SLTP. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sulastri, Isna Diakses 24 Juni Pukul WIB. Suryani Tingkat Keterbacaan Wacana dalam Dua Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas VIII (Studi Kasus pada Lima SMP Katolik di Bawah Perkumpulan Dharmaputri Tahun Ajaran 2006/2007). Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Suryanto, Alex Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Esis. Tampubolon, D.P Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Telaah Buku Teks Indonesia. Bandung: Angkasa. Tim Edukatif Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Diakses 21 Juni Pukul WIB.

124

125 103 Tabel 1. Analisis Wacana dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia terbitan Erlangga Berdasarkan Jumlah Kalimat dan Jumlah Suku Kata Kode Teks: Er. 1 Teks Merekalah, para ibu dan perempuan, yang tahu benar bahwa selain harus dimanfaatkan alam harus terus dijaga dan dirawat. Bukan semata demi alam itu sendiri, melainkan justru bagi kepentingan kemanusiaan. Di Tasikmalaya, seorang perempuan setengah tua mencatatkan namanya dalam sejarah dengan cara yang spektakuler. Dia, seorang diri, memapras bukit cadas liat yang panjangnya 45 meter. Jumlah Kalimat Suku Kata Dengan bergelantungan di tali rotan, ia memahat bukit cadas di timur laut Gunung Galunggung Ia hanya bersenjatakan cangkul dan sebuah linggis Keinginannya sederhana; ia ingin membuat saluran yang dapat mengalirkan air dari Sungai Cilutung ke kampungnya Keinginan itu terkabul setelah Mak Eroh, demikian nama perempuan setengah 0,5 23 Jumlah 7,5 214 Kode Teks: Er. 2 Jumlah Teks Kalimat Suku Kata Alkisah Bayan berhikayat. 1 9 Maka kata Bayan, Sekali peristiwa Nabi Sulaiman alaihi'salam dipersembahkan oleh Raja Jin air ma'alhayat pada suatu bejana kecil. Maka Nabi Allah Sulaiman pun bertanyakan khasiat air ma;al hayat itu kepada seorang menteri baginda yang bernama Asad. Maka sembah menteri Asad itu, Ya, Tuanku Syah Alam! Baiklah tuanku minum, supaya kekal hidup Syah Alam hingga akhir kiamat Maka Nabi Allah Sulaiman pun bertanya pula kepada menteri baginda Jin yang bernama Afrit itu, Baiklah, supaya segala penyakit di dalam tubuh Syah Alam habis 1 47 hilang. Maka Nabi Sulaiman pun bertanya kepada menteri baginda bernama Burung Ukab, demikianlah titah 0,6 35 baginda, Hai Jumlah 5,6 203

126 104 Kode Teks: Er. 3 Teks Datangnya pemikiran baru maupun teknologi baru ke dalam suatu wilayah, diyakini akan memberi nilai lebih terhadap suatu kebudayaan. Akan tetapi, jika tak ada persiapan mental dan intelektual di wilayah yang menerimanya, hal itu akan membawa disorientasi dan diskontinuitas kebudayaan bagi mereka yang posisi tawarnya lebih lemah. Tampaknya, inilah plot yang dipilih Ngarto Februana untuk novelnya yang berjudul Menolak Panggilan Pulang. Novel ini bercerita tentang kisah manusia di Loksado, suatu wilayah yang dihuni oleh suku Dayak Meratus (ini meminjam istilah Anna Tsing). Jumlah Kalimat Suku Kata Masyarakat penghuninya digambarkan sebagai daerah pedalaman yang kurang bersentuhan dengan budaya luar, penduduknya masih memeluk autocthonous 0,7 61 religion, kepercayaan setempat Jumlah 4,7 236 Kode Teks: Er. 4 Teks Pusat perbelanjaan semakin subur setahun belakangan ini. Mal, pusat grosir, maupun tempat perkulakan baru berdiri di setiap sudut kota. Pusat-pusat konsumsi ini dibangun dari ukuran kecil, menengah, hingga sangat besar. Jumlah Kalimat Suku Kata Seharusnya, kita gembira melihat kenyataan ini karena berarti perekonomian kita tumbuh Akan tetapi, apakah demikian kenyataannya? 1 14 Pantaskah kita bersukacita? 1 10 Sayangnya, menjamurnya pusat konsumsi itu belum dibarengi dengan pertumbuhan sektor produksi-sektor yang seharusnya mengisi barang-barang di mal, pusat perbelanjaan, dan pusat perkulakan Kenyataannya, industri yang memproduksi beberapa jenis barang justru tenggelam Contohnya adalah industri mainan anak dan tekstil Barang-barang impor untuk produk tersebut menjajah negeri ini Hal ini dapat kita lihat 0,4 6 Jumlah 10,4 242

127 105 Kode Teks: Er. 5 Teks Di tengah gejolak perekonomian yang semakin lama semakin kompetitif, koperasi diharapkan dapat menempatkan diri sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang sejajar dengan kekuatan ekonomi lain yang telah ada. Untuk mendukung gagasan ini, diperlukan suatu tekad untuk merombak organisasi yang seringkali dianggap berbentuk sosial. Jumlah Kalimat Suku Kata Oleh karena itu, koperasi sebagai organisasi harus dapat menyatukan pelaku-pelaku ekonomi yang lemah dan masih terpencar-pencar dalam koperasi tani, koperasi nelayan, koperasi kerajinan, dan sebagainya menjadisuatu kekuatan ekonomi yang nyata. Selain rasa solidaritas, kebersamaan, atau kekeluargaan untuk mewujudkan harapan tersebut, koperasi menghendaki rasa individualitas Dalam hal ini, individualitas dapat diartikan sebagai kesadaran akan harga diri sendiri serta 0,6 31 Jumlah 4,6 272 Kode Teks: Er. 6 Teks Novel genre fiksi-sains (science-fiction) karya novelis kita tergolong sangat langka. Jika tidak salah, baru novel berjudul Area X (baca: area sepuluh): Hymne Angkasa Raya ini serta Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh (karya Dewi Lestari) yang berjenis fiksi-ilmiah. Inilah salah satu hal yang membuat karangan Eliza terasa unik. Novel ini juga memiliki gereget tersendiri karena sifatnya yang futuristik. Dengan mengkaji sejarah, mempertimbangkan kondisi politik dan sosial budaya saat ini, masalah krisis energi yang menghantui dunia hingga energi nuklir tampaknya menjadi pilihan favorit penulis. Jumlah Kalimat Suku Kata Begitu juga implikasi sains dan teknologi garda depan bagi peradaban manusia, dipadu dengan isu Unidentified Flying 0,7 40 Object Jumlah 5,7 212

128 106 Kode Teks: Er. 7 Teks Novel Supernova: Petir - buku serial ketiga dari Supernova - karya Dee (nama asli Dewi Lestari) ini bisa dikatakan bagian paling rileks sekaligus paling cemerlang dibandingkan kedua bagian sebelumnnya. Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh tampil menggebrak dunia perbukuan tiga tahun silam karena ditulis dengan bakat yang lumayan, yang ditandingi oleh semangat menggebu seorang pemula yang takjub akan sains. Jumlah Kalimat Suku Kata Jika pada Supernova pertama, istilah ilmiah yang bertebaran lebih menunjuly pergulatan seorang amatir yang mabuk kepayang sehingga kehadiran teori-teori sains yang 0,6 100 membludak itu bisa memukau, dan bisa jadi mengintimidasi maka Supernova: Petir ini berhasil menampilkan sebuah kisah - sebagaimana fitrah sebuah Jumlah 2,6 227 Kode Teks: Er. 8 Teks Tidak semua orang dapat menikmati perjalanan selama 16 jam bolak-balik Pontianak-Entikong, Kalimantan Barat (Kalbar). Selain medan yang masih hutan belantara, jalanan pun berkelok-kelok dan naik turun. Sejumlah wartawan yang mengikuti kunjungan Menteri Kesehatan (Menkes) ke daerah itu sempat mabuk pada paruh perjalanan dan mengeluh bosan. Terbayanglah susahnya melayani kesehatan masyarakat di pedalaman Kalimantan Barat ini. Jumlah Kalimat Suku Kata Untuk mencapai daerah-daerah tertentu, misalnya, para bidan harus menggunakan pesawat capung dan longboat 1 40 (perahu panjang). Sewa pesawat saja sudah Rp 1,5 juta Oleh karena itu, tidak jarang pasien harus melahirkan dalam perjalanan di tengah hutan, kata Kepala Suku Dinas 0,6 51 Pelayanan Kesehatan Kecamatan Landak, Sophia Jumlah 6,6 238

129 107 Kode Teks: Er. 9 Teks Jika kita berbicara masalah kependudukan, akan berujung pada satu hal, yaitu mencapai kesejahteraan manusia Indonesia. Terbayangkah aneka macam kebutuhan pangan, sandang, dan papan yang harus tersedia bagi penduduk secara memadai pada tahun 2030? Jumlah Kalimat Suku Kata Menurut perhitungan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, jumlah penduduk tahun diperkirakan mencapai 250 juta jiwa. Tahun 2050 dapat mencapai 290 juta Tentu saja gambaran penduduk sebanyak itu mampu bercerita banyak, jika dilihat dari segi apapun. Salah satunya, mereka bisa dilihat sebagai peluang pasar yang sangat besar untuk produk industri jasa dan manufaktur Andaikan penduduk berusia 0-14 tahun pada tahun 2015 mencapai 63,6 juta Inilah potret 0,2 4 Jumlah 7,2 258 Kode Teks: Er. 10 Teks Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nasional, Dr. Sumarjati Arjoso, S. K. M., menyatakan, Kualitas penduduk Indonesia saat ini sangat memprihatinkan dibanding negara tetangga seperti Vietnam. Kepada wartawan di Manokwari, Selasa (13/1), Arjoso mengatakan, Peringkat indeks pembangunan manusia telah menempatkan Indonesia di urutan bawah, yakni 112 dari 175 negara di dunia. Jumlah Kalimat Suku Kata Oleh sebab itu, pembangunan Keluarga Berencana Nasional sangat penting sebagai program sosial dasar yang merupakan fondasi dalam proses pembentukan sumber daya manusia 1 56 yang handal. Bagi Provinsi Irian Jaya Barat, dengan jumlah penduduk yang masih sedikit, jika tidak dibarengi upaya peningkatan kualitas masyarakatnya, akan tetap terbelakang dan menjadi 1 56 beban Jumlah 4 257

130 108 Kode Teks: Er. 11 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Miranda, boleh aku bicara secara pribadi dengan orang tuamu sebentar? tanya Dr. Mullen Tentu. 1 2 Aku mengangkat bahu. 1 5 Aku tidak peduli. 1 5 Mereka bertiga meninggalkan kamar Aku menelepon Emma dengan ponselku Bagaimana? katanya. 1 7 Mereka masih berbohong, kataku, merasa mual Mereka agak kedodoran sehingga aku langsung tahu. Tapi, kenapa mereka bohong, Emma? Aku sangat ketajutan. Satu-satunya hal yang kupikir bisa diandalkan adalah orang 1 64 tuaku, dan betapa terbukanya sikap kami selama ini. Aku menghela nafas. 1 5 Anak itu aneh sekali. Ia meracau. Ia menyebut orang tuaku penciptanya Pencipta? Seperti Tuhan. 1 8 Yah, kurasa seperti itulah orang tua kita.tapi, tambahku tiba-tiba teringat, ia juga menyebutkan Dr. 0,9 30 Jumlah 12,9 207 Kode Teks: Er. 12 Teks Pagi-pagi bangun, suamiku langsung mengambil air wudu, kadang ke pancuran, tetapi lebih sering di rusuk rumah saja. Pada tahun-tahun yang silam, ia selalu bersalat subuh di mesjid. Jumlah Kalimat Suku Kata Tapi, pada saat-saat belakangan, ia sudah kurang mampu menghadang udara dingin pagi hari Sesudah salat, ia langsung ke dapur. 1 9 Jikalau ibuku sudah memasak air dan seringkali demikian, ia menyalinkannya ke cerek, dan beranjak dari rumah sebelum kami berangkat ke sekolah Dan, rumah tidaklah ia kunci ketika kemudian ia, misalnya, pergi ke sawah, mengantarkan nasi dan minuman untuk 1 34 kakek. Di kampung, keamanan terjamin. 1 9 Sebelum kami pulang dari sekolah, ia sudah akan berada di rumah 0,6 19 Jumlah 7,6 196

131 109 Kode Teks: Er. 13 Teks Ketika Perang Dunia II, banyak kapal laut logistik Jepang ditenggelamkan oleh armada perang Amerika. Keadaan itu membuat negeri matahari terbit itu melirik minyak jarak untuk menggerakkan mesin-mesin perangnya. Tidak hanya truk dan tank, bahkan pesawat terbang pun mengggunakan bahan bakar minyak jarak. Jumlah Kalimat Suku Kata Kebijakan yang diterapkan Jepang itu akhirnya sampai juga ke Indonesia Rakyat diminta menanam pohon jarak sebagai tanaman pagar Tanaman jarak pun selanjutnya dikenal sebagai jarak pagar Tanaman ini diyakini dapat menggantikan bahan bakar fosil yang selama ini dipakai secara luas di seluruh dunia Itulah sekelumit sejarah pemakaian minyak jarak di Indonesia Penelitian ilmah pun mulai dilakukan secara intensif 1 20 Jumlah Kode Teks: Er. 14 Teks Dewasa ini, pengaruh kebudayaan industri telah melanda kehidupan masyarakat kita dalam segala bidang. Seni pertunjukan wayang yang awalnya masih mengutamakan nilai-nilai adiluhung, kini telah bergeser dan mengalami pendangkalan mutu. Pertunjukan wayang kini cenderung melayani selera pasar sebagai sarana hiburan sehingga estetikanya terabaikan. Filsafat wayang yang sarat dengan pesan-pesan moral, tidak lagi menyentuh hati nurani penontonnya. Jumlah Kalimat Suku Kata Penonton lebih tertarik dengan penampilan para pelawak dan penyanyi dangdut yang disisipkan dalam adeganadegan 1 43 limbuk-cangik dan goro-goro. Acara hiburan ini berlangsung sampai berjam-jam Sesudah itu, penonton banyak yang meninggalkan arena pertunjukan Adapun sisa waktu yang hanya sedikit, tidak cukup untuk membentangkan jalannya cerita sesuai dengan 0,8 32 Jumlah 7,8 251

132 110 Kode Teks: Er. 15 Teks Sekitar akhir tahun lalu, Jalan Raya Pondok Indah, Jakarta Selatan, tiba-tiba macet total selama beberapa waktu. Jumlah Kalimat Suku Kata 1 40 Setiap orang yang lewat berusaha memperlambat laju kendaraannya demi menikmati pemandangan sebuah 1 39 bangunan terbengkalai. Tak ada yang istimewa dari bangunan tersebut Akan tetapi, konon, bangunan itu berhantu Berita ini menyebar dari mulut ke mulut bagaikan bensin tersulut api. Banyak pengemudi kendaraan datang dari berbagai kota di luar Jakarta, seperti Bandung, Semarang, atau Yogyakarta. Semua penasaran dengan fenomena misteri rumah hantu yang ditayangkan Antv lewat program Percaya Nggak Percaya (PNP) Karena begitu hebohnya, waktu itu banyak pemirsa yang meminta PNP episode Rumah Hantu Pondok Indah 0,9 33 Jumlah 7,9 229 Kode Teks: Er. 16 Teks Kalimat Jumlah Suku Kata Menteri Kesehatan (Menkes) RI mengakui terus terang perihal ruwetnya persoalan kesehatan di Indonesia. Disebutkannya, belum selesai satu persoalan kesehatan, ternyata sudah muncul lagi kasus kesehatan lainnya. Bangsa Indonesia pun menghadapi beberapa problem kesehatan dalam waktu yang tak jauh berbeda, seperti penyakit antraks pada hewan, flu burung, heboh zat pengawet formalin, keracunan, busung lapar, dan sebagainya. Salah satu upaya menghadapi persoalan kesehatan tersebut, yakni back to basic Prinsip back to basic tampaknya juga bisa diterapkan tatkala sebagian besar masyarakat menghadapi dampak dari 1 43 perubahan gaya hidup. Ya, konon gaya hidup kini ditandai dengan kemodernan pola makan dan minum seseorang dalam kehidupan sehariharinya Jumlah 6 242

133 111 Kode Teks: Er. 17 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Dua bulan setelah tiba di Yogya, Acep dilahirkan Matanya hitam tajam meskipun badannya sangat kecil Rambutnya lebat seperti hutan-hutan di Priangan Tapi untuk melahirkan anaknya, Aminah telah menggunakan sisa tenaga rapuhnya yang terakhir Ia meninggal sehari kemudian, karena kepayahan Acep dapat dipertahankan hidupnya berkat rawatan khusus para dokter dan juru rawat di Rumah Sakit 1 32 Tentara. Kini, Sersan Kasim berjalan kembali ke Jawa Barat Kali ini, jarak Yogya-Priangan harus ditempuh berjalan kaki Tidak ada truk Belanda yang mengangkut, tidak ada kereta api Republik yang menjemput Mereka sama sekali berjalan kaki, menempuh jarak lebih dari 300 kilo Turun lembah, naik gunung, menyeberangi sungai 0,7 14 Jumlah 10,7 216 Kode Teks: Er. 18 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Prakarsa Indonesia untuk menjadi tuan rumah Dialog Lintas Agama Asia-Eropa yang berlangsung di Bali Internasional Convention Center (BICC), Denpasar, tanggal Juli 2005, patut disambut positif. Sebagai negara demokrasi dan pluralis, Indonesia memang harus mengambil prakarsa bagi pertemuan lintas agama dan budaya tersebut. Hal ini sangat penting sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki citra Indonesia di mata internasional. Kita berharap lewat dialog dan kerja sama antarbudaya dan agama dapat menjadi andil Indonesia dalam proses perdamaian dunia. Manfaat positif lainnya adalah perbaikan citra Indonesia di mata dunia Akan tetapi, jangan hanya berhenti pada dialog dalam ruangan Kita perlu menindaklanjuti dengan langkah-langkah 0,5 15 Jumlah 6,5 246

134 112 Kode Teks: Er. 19 Teks Membahas senjata biologis, tidak akan lepas dari rentetan peristiwa yang terjadi pada 11 September 2001, saat teror menghancurkan gedung World Trade Center (WTC) di New York. Menyusul tragedi itu, muncul bentuk serangan teror yang baru berupa pengiriman surat-surat gelap dalam amplop berisi bakteri berbahaya ke sejumlah alamat di AS. Sejauh ini, di AS, surat berbahaya ini sudah menewaskan satu jiwa dan puluhan korban lainnya yang tertular. Senjata biologis yang paling banyak dikenal masyarakat adalah bakteri yang terdapat di dalam amplop suratsurat gelap itu, yakni bakteri antraks yang berbahaya. Jumlah Kalimat Suku Kata Umumnya, bakteri yang di Indonesia lebih sering dipicu oleh penularan secara alami 0,7 25 Jumlah 4,7 205 Kode Teks: Er. 20 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Jam sebelas. 1 3 Saat paling naas. 1 6 Narik dari Cililitan ke Rawasari pada jam segini paling malas Paling banyak penumpang empat. 1 9 Trayek paling padat kendaraan Uang setoran belum pas. 1 5 Jalan terus, boros. 1 6 Mau, ngetem, rejeki siapa tahu? 1 10 Pagi tadi, ketika jam sekolah dan jam kerja, mobil miring terus Bolak-balik di trayek, penuh terus Satu rit, dua rit, tiga rit, sampai pukul sembilanan penumpang masih lumayan banyak Dari Petak Tiga, Pisangan Lama, ada tiga anak SD naik Mereka turun di Gronggongan, Rumah Sakit Persahabatan, 150 perak Lumayan. 1 3 Dari Kebon Nanas naik ibu berambut blondie, seperti biasa, memakai sepatu hak tinggi, 1 27 Turun di DKN, 0,5 5 Jumlah 15,5 194

135 113 Kode Teks: Er. 21 Teks Tidak sulit membuat Warta mau bertembang bila orang mau menyediakan setumpuk kata pujian baginya. Di antara sesama anak Dukuh Paruk, Warta dikenal mempunyai suara paling bagus. Tembang kegemarannya juga menjadi kegemaran setiap anak di pedukuhan itu, sebuah lagu duka bagi yatimpiatu. Orang takkan menemukan siapa penggubah lagu itu yang mampu mewakili nestapa anak-ank yang di dunia tanpa ayah dan emak. Jumlah Kalimat Suku Kata Lagu yang menjadi terkenal di Dukuh Paruk semenjak belasan anak kehilangan kedua orang tua akibat racun 1 39 tempe bongkrek sebelas tahun yang lalu. Beduk tiga datan arsa guling 1 10 Padang bulan kekencar ing latar 1 9 Thenguk-thenguk lungguh dhewe 1 8 Angine ngidid mangidul 1 5 Saya nggreges 0,5 4 Jumlah 9,5 192 Kode Teks: Er. 22 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Johan Manikam hendak mengunjungi ayah-bundanya di Baghdad Akan tetapi, di tengah jalan, Perdana Menteri yang mengiring dia khianat sehingga putri itu melarikan 1 30 dirinya. Seorang saudagar membawa dia ke rumahnya Syah Johan, suami Johar Manikam, menyuruh hambanya, Ishak, mencari putri itu. Sebermula, diceritakan oleh yang empunya cerita ini, setelah berapa lamanya Ishak mencahari Putri Johar Manikam itu, ia pun sampailah ke kampaung saudagar tempat tuan putri menumpang itu. Maka berjalanlah ia pada jalan raya, melihat-lihat ke sana-kemari sehingga sampai ke rumah saudagar itu Adapun pada masa itu, saudagar Putri Johar Manikam kebetulan lagi duduk dihadapan pintu peranginan itu 0,9 42 dengan berselubung, sebab Jumlah 6,9 208

136 114 Kode Teks: Er. 23 Teks Para penggemar olahraga bulu tangkis pasti tidak asing dengan Susi Susanti. Jumlah Kalimat Suku Kata 1 23 Dia dapat dikatakan sebagai maestro bulu tangkis wanita Indonesia yang memiliki prestasi mengagumkan 1 40 sepanjang kariernya. Masa keemasannya berlangsung cukup panjang Semua prestasi yang diraihnya berpuncak pada Olimpiade Barcelona, Spanyol, Kala itu, Susi Susanti berhasil meraih medali emas Itu sekaligus merupakan medali emas pertama yang berhasil diraih Indonesia di ajang olahraga tingkat dunia Prestasi yang mengharumkan nama bangsa juga diukir oleh Susi dengan meraih sederetan kejuaraan. Dia menjuarai All England sebanyak empat kali (1990, 1991, 1993, 1994) Juga di Kejuaraan Dunia tahun 1993, serta puluhan gelar seri grand prinx Jumlah Kode Teks: Er.24 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Sebagai pecatur, prestasinya luar biasa untuk ukuran Indonesia Julukan Anak Ajaib pun melekat padanya Ia mengaku sudah berhadapan dengan semua pecatur beken kecuali Garry Kasparov. Targetnya hanya sampai kandidat penantang juara dunia. Kalau saya ada di sana, saya sudah meninggalkan jejak yang jauh, katanya. Tahun 1986, Utut Adiatnto baru saja duduk di bangku kuliah jurusan hubungan internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Padjajaran, Bandung Akan tetapi, kepiawaiannya bermain catur telah mengantar anak muda kelahiran Jakarta, 16 Maret 1965 ini meraih gelar Grand Master (sebutan pecatur dengan 1 61 peringkat tertinggi) di Dubai, Uni Emirat Arab. Kala itu, ia memberanikan diri menghadap 0,2 12 Jumlah 7,2 226

137 115 Tabel 2. Analisis Wacana dalam Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia terbitan Esis Berdasarkan Jumlah Kalimat dan Jumlah Suku Kata Kode Teks: Es. 1 Jumlah Teks Kalimat Suku Kata Manusia sudah mengeksploitasi bumi secara berlebihan WWF memperkirakan, dalam 50 tahun mendatang eksploitasi terhadap sumber daya alam dibumi akan meningkat dua kali lipat 1 38 Bumi terancam kehabisan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, kecuali manusia mau mengubah pola hidup Kita sudah berlebihan mengeksploitasi alam Manusia mengonsumsi sumber daya alam lebih cepat daripada bumi menghasilkannya. Generasi masa depan bisa kehabisan sumber daya jika pola hidup manusia saat ini tidak diubah, papar James Leape, Direktur Jenderal WWF dalam laporan bertajuk Living Planet. Laporan tersebut merupakan neraca keseimbangan lingkungan hidup yang diterbitkan setiap tahun Laporan itu mengungkapkan pertumbuhan terus-menerus akan permintaan kapasitas bumi untuk 0,5 28 Jumlah 7,5 248 Kode Teks: Es. 2 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Di seluruh dunia, para pemimpin nasional sudah menyadari bahwa melindungi sumber daya hayati, melestarikan keanekaragaman alam, dan mengelola sumber daya hutan dan habitat laut dengan bijaksana amatlah penting. Tujuan mengembangkan pelestarian dan pembangunan sudah luas diterima. Akan tetapi, persoalannya adalah bagaimana cara mewujudkan tujuan itu. Bagaimana lembaga-lembaga pemerintah dan swasta menyelaraskan pelestarian sumber daya alam dengan pembangunan berlanjutan dan merata? Buku ini membentangkan berbagai upaya yang dilakukan untuk memadu keanekaragaman hayati dan pembangunan di Indonesia, serta berbagai tantangan dan persoalan yang masih harus dihadapi dan diatasi Dalam buku ini, dipaparkan masalah-masalah yang dihadapi pemerintah dan masyarakat luas di Indonesia dalam 0,6 33 Jumlah 5,6 253

138 116 Kode Teks: Es. 3 Teks Selama ini, kita banyak mendengar anekdot-anekdot yang menggelikan tentang orang Madura. Cerita-cerita itu, di samping menunjukkan cara berpikir yang khas Madura, juga menghadirkan kesegaran yang membuat kita tertawa terpingkal-pingkal. Sekarang, kita bisa membaca kisah-kisah kecil tentang orang Madura dari sudut hidup lain, yaitu dari segi rohani. Hal itu semua terdapat dalam buku Sate Rohani dari Madura: Kisah-Kisah Religius Orang Jelata. Jumlah Kalimat Suku Kata Dalam buku ini, menariknya, penulis tidak bercerita tentang kemegahan, kekayaan, dan impian-impian duniawi yang kerap membutakan pencarinya, tetapi memilih untuk mengangkat suara-suara parau yang tak bergema di lorong sejarah Rupanya, Zawawi mau mengajak pembaca merenungkan dan menikmati hikmah dari cerita 0,4 26 Jumlah 5,4 234 Kode Teks: Es. 4 Teks Beberapa tahun terakhir, kota Yogya dihiasi dengan lukisan dinding atau sering disebut mural. Jumlah Kalimat Suku Kata 1 30 Hanya saja, karya yang dibuat menghabiskan dana jutaan rupiah tersebut ternyata tidak aman dari corat-coret dari tangan-tangan 1 43 jahil. Pembuat mural sering dibuat jengkel dan kesal Apakah tidak mungkin karya mural mendapat perlindungan hukum atau dibuatkan Perda (peraturan daerah)? Saat seniman berkarya, memang hanya berpikir membuat karya sebaik-baiknya dan ingin direspons masyarakat seluas-luasnya Jarang sekali seniman berpikir tentang pemeliharaan dan perlindungan Apalagi sampai berpikir tentang perlindungan hukum, kata Arya Panjalu, seniman mural yang berkarya di Gardu Listrik Kotabaru Akan tetapi, kalau tidak memikirkan perlindungan hukum, bisabisa karya yang 0,6 23 Jumlah 7,6 243

139 117 Kode Teks: Es. 5 Teks Sudah mengerti pula kita akan perumpamaan itu, titah Raja Dabsyalim, setelah Baidaba selesai berbicara. Jumlah Kalimat Suku Kata 1 34 Sekarang hendaklah guru ceritakan perumpamaan seseorang yang banyak musuhnya, pada suatu ketika dikelilingi dia oleh musuh-musuhnya itu, tetapi berkat kecerdikannya dapat mengikat damai dengan seorang di antaranya, akhirnya terlepas daripada bahaya. Kepada musuhnya yang telah diajaknya berdamai itu, dipenuhi janjinya Adapun permusuhan, Tuanku, begitu pula persahabatan, jawab pendeta Baidaba Tiadalah kekal selama-lamanya Kadang-kadang permusuhan berubah jadi persahabatan dan kadang-kadang pula kebalikannya Tiap-tiap perubahan itu tentu ada sebabnya Oleh sebab itu, orang yang cerdik tiada segan berdamai dengan musuhnya kalau ada keperluannya, tiada malu mengharap 0,8 38 pertolongan musuh Jumlah 7,8 256 Kode Teks: Es. 6 Teks Jumlah Kalimat Suku Kata Trus, trus? 1 4 Nanda makin bersemangat mendengarkan cerita Tita Dia bahkan tidak berkedip dan mulutnya setengah menganga Trus Adit nonjok Ergi sampe jatuh Kasihan deh dia berdarah. 1 6 Berdarah? 1 3 Jago juga suami lo. 1 9 Iyalah, Adit kan lebih gede dari Ergi wajar aja Ergi langsung jatuh Tapi gue jadi ngga enak sama Fara Jangan-jangan mereka ngga ada hubungan apa-apa Gue uda mitnah dia kemaren. 1 9 Lo sih, maen nyemprot aja. 1 8 Eh orangnya dateng, kata Nanda sambil melirik ke arah pintu kelas Tita langsung melihat ke arah pintu dan Fara memang baru dateng dengan tas ranselnya yang besar Wajahnya langsung berubah murung begitu melihat 0,8 16 Jumlah 14,8 185

140 118 Kode Teks: Es. 7 Teks Diva baru saja mau masuk kamar kos ketika dilihatnya ada sebuah pesan tertempel di pintunya. Jumlah Kalimat Suku Kata 1 28 Tulisan itu pendek saja dengan tulisan tangan yang sangat dikenal oleh Diva Itu tulisan tangan Pra. 1 5 Aku mau bertemu. 1 3 Ada waktu kan? Pls call me! 1 3 Ada tanda tangan Pra di bawah pesan itu. 1 8 Diva tersenyum kecil. 1 7 Andai Pra tahu, tanpa tanda tangan pun Diva akan segera mengenali tulisan tangannya Sambil membuka pintu, Diva merobek pesan itu Dihempaskan tubuhnya di atas tempat tidur berseprei warna biru langit kesukaannya Hari ini sungguh melelahkan, meeting yang berlarutlarut, proyek yang tidak selesai-selesai dan selalu 1 41 berubah-ubah sesuai permintaan klien. Diva 0,3 2 Jumlah 11,3 182 Kode Teks: Es. 8 Jumlah Teks Kalimat Suku Kata Saddam Hussein akhirnya dihukum mati Inilah eksekusi mati yang harus dicatat sebagai lembaran hitam dalam sejarah. Lembaran hitam, sangat hitam, karena sesungguhnya tidak ada alasan untuk mengeksekusi mati Saddam Hussein. Kematian Saddam jelas lebih merupakan kehendak Presiden Amerika, George Walker Bush. Justru George Bushlah yang seharusnya diadili sebagai penjahat perang. Di bawah perintahnya, Amerika Serikat menyerang Irak dengan korban manusia yang tidak berdosa. Irak hancur dan hingga sekarang Amerika Serikat belum menyelesaikan kewajibannya merehabilitasi dan merekonstruksi Irak. Kejahatan lain, Bush menggulingkan pemerintahan yang sah Saddam Hussein merupakan presiden sah yang ditumbangkan dengan kekerasan perang Sebuah bukti tersendiri bahwa Amerika Serikat 0,3 18 Jumlah 9,3 232

141 119 Kode Teks: Es. 9 Teks Keinginan Indonesia-Australia meningkatkan kerja sama keamanan telah diikat dalam Perjanjian Kerangka Kerja Sama Keamanan awal pekan ini. Jumlah Kalimat Suku Kata 1 47 Perjanjian yang ditandatangani Menteri Luar Negeri Indonesia, Hassan Wirajuda dan Menlu Australia, Alexander Downer, Senin 13 November di Lombok itu, antara lain mengatur kerangka informasi dan konsultasi keamanan yang menjadi kepentingan kedua negara. Sekalipun Perjanjian Lombok itu bukan pakta militer, kerangka kerja sama itu sangat penting untuk menghadapi berbagai bahaya keamanan, termasuk ancaman terorisme. Perjanjian Lombok semakin menarik karena juga ditegaskan tentang penghormatan dan dukungan terhadap kedaulatan, integritas wilayah, kesatuan nasional, dan kemerdekaan politik Sering muncul kecurigaan Australia mendukung gerakan separatis di Papua Jumlah Kode Teks: Es. 10 Jumlah Teks Kalimat Suku Kata Alkisah, ini hikayat orang dahulu kala Diceritakan orang yang empunya cerita ini kisah pelanduk jenaka pri bijaksana pandai ia berbuat dusta segala binatang di dalam hutan rimba belantara. Demikianlah bunyinya, sekali peristiwa ada seekor pelanduk, maka ia duduk pada suatu rimba hampir dengan Gunung Indrakali namanya disebut orang dan pandang itupun terlalu luasnya. Maka, banyaklah pada tempat itu segala binatang marga satwa sekaliannya berhimpun di sana Karena banyak ada pada tempat itu segala buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan Jadi, pada hutan akan jadi rezeki pertikaian Maka, beberapa lamanya diamnya Pelanduk Jenaka itu pada rimba hampir Gunung Indrakali itu Maka, adalah pada suatu 0,1 9 Jumlah 7,1 220

142 120 Kode Teks: Es. 11 Teks Masa kecil Setadewa (Teto) sungguh merupakan masa bahagia. Jumlah Kalimat Suku Kata 1 21 Sebagai anak tunggal Letnan Brajabasuki, Teto hidup dalam bayangan ayahnya yang lulusan Breda di Belanda 1 44 dan keturunan Kraton, serta ibu yang Indo-Belanda. Di Magelang, tempat ayahnya bertugas di Garnisun Divisi II, Teto merasakan nikmatnya hidup sebagai anak tentara kolonial yang bebas bergaul dengan anak-anak 1 47 inlander. Tiba-tiba saja segala berubah dengan cepat Jepang datang dan Belanda hanya mampu memperlihatkan kekalahan dirinya dengan cara yang sangat memalukan; dalam sekejap Jepang dapat 1 50 menguasai segalanya. Dunia serba gemilang kami telah cepat runtuh Jepang datang. 1 4 KNIL kalah dan bubar. 1 8 Belakangan Letnan Brajabasuki tertangkap di Jakarta dan istrinya 0,4 19 Jumlah 8,4 224 Kode Teks: Es. 12 Teks Kalimat Jumlah Suku Kata He, Jupe! Coba terka, kau dicari-cari siapa! kata Pete Crenshaw sambil mendorong pintu tingkap yang terpasang di lantai, lalu memanjat masuk ke dalam karavan tua yang dijadikan kantor Trio Detektif. Aku tidak usah menerka, karena sudah tahu siapa yang kau maksudkan, kata Jupiter Jones. Ia bersandar di kursinya, yang berdecit tertindih tubuhnya yang gempal. Bibi Mathilda tadi pagi bangun pukul enam, kata remaja itu dengan gayanya yang lugas Ia menghidangkan sarapan yang sedap dan mantap lalu menyuruh Paman Titus mendatangi salah satu alamat di Oxnard, yang hari ini mengadakan penjualan barangbarang 1 44 bekas. Jupiter melirik arlojinya Sekarang ini, tepat pukul satu 0,5 9 Jumlah 6,5 184

143 121 Kode Teks: Es. 13 Teks Sukarno gagal menang pada FFI 1974 maupun FFI 1975, masing-masing lewat Jembatan Merah dan Raja Jin Penjaga Pintu Kereta. Namun, dalam kedua film itu Sukarno merebut piala best actor versi Persatuan Wartawan Indonesia pada dan Sejak FFI diadakan pada 1973, baru pada 1979 dimulai sistem nominasi. Salah seorang Dewan Juri FFI 1979, Gayus Siagan ( ) menjelaskan, nominasi dipakai sebagai perangsang. Walau calon pemenang akhirnya tidak memperoleh piala, tetap termasuk sebagai karya atau pemain yang baik. Jumlah Kalimat Suku Kata Setelah nominasi FFI 1979 diumumkan, ada tulisan yang meramalkan film atau aktor yang bakal menang Sukarno M. Noor dalam Kemelut Hidup adalah saingan 0,4 16 Jumlah 6,4 252 Kode Teks: Es. 14 Teks Sejak dipilh sebagai Presiden Iran dalam Pemilu 24 Juni 2005 lalu, nama Ahmadinejad selalu menjadi sorotan media di seluruh penjuru dunia. Sosoknya yang sederhana dan dekat dengan rakyat mampu mengantarkannya ke kursi kepresidenan setelah mengalahkan pesaingnya, Ali Akbar Hashemi Rafsanjani. Sementara itu, sikapnya yang tegas dan lugas menjadi simbol perlawanan atas kesewenang-wenangan negaranegara Barat. Jumlah Kalimat Suku Kata Terpilihnya Ahmadinejad sebagaipresiden keenam Iran membuat Amerika Serikat dan negara Barat lainnya 1 44 seperti kebakaran jenggot. Amerika bertambah geram lagi ketika Presiden ini secara terbuka menentang campur tangan negara adidaya itu dalam upaya penyelesaian masalah nuklir 1 52 Iran yang memanas. Peringatan keras dan ancaman dari AS yang didukung 0,3 16 Jumlah 5,3 246

144 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122

145 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123

146 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124

147 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 125

148 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126

149 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127

150 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128

151 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129

152 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130

153 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131

154 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132

155 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133

156 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134

157 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135

158 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136

159 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 137

160 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 138

161 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 139

162 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 140

163 141

164 142

165 143

166 144

167 145 TABEL DAFTAR WACANA DALAM DUA BUKU INDONESIA N O Kompeten Berbahasa Indonesia Penerbit Erlangga 1 Ibunda yang Merawat Alam Semesta 2 Cerita Nabi Sulaiman Mendengar Kata Landak 3 Malapetaka akan Datang, AS! Bab 2 4 Barang Impor Menjajah Negeri Ini 5 Penerapan Manajemen untuk Kemajuan Koperasi 6 Membayangkan Indonesia Masa Depan 7 Dari Sang Gadis Pemburu Senja Bab 4 8 Bidan Susah, Terpaksa Anak Lahir di Tengah Hutan 9 Peluang dan Tantangan Kependudukan 10 Kualitas Penduduk Indonesia Memprihatinkan 11 Miranda: Jangan Ambil Nyawaku (Cloning Miranda) 12 Bako Bab 5 13 Biji Jarak Sebagai Bahan Bakar Alternatif 14 Wayang, Karya Agung Dunia Bab 7 ( ) 15 Saat Hantu Jadi Selebritis Bab 7 ( ) 16 Problem Kesehatan dan Herbal Bab 8 ( ) 17 Sungai Bab 8 ( ) 18 Dialog Lintas Agama Bab 9 ( ) 19 Heboh Senjata Biologis Bab 10 ( ) 20 Tiga Ribu Enam Ratus Detik Antara Rawasari dengan Cililitan Judul Wacana Panduan Belajar Bahasa dan Bab/Hal. Sastra Indonesia Penerbit Bab/Hal. Esis Bab 1 Manusia Berlebihan Bab 1 (1-2) Mengekplotasi Bumi (8-9) Bab 1 Meluruskan Arah Pelestarian Bab 1 (16-18) Keanekaragaman Hayati dan (15-16) Pembangunan di Indonesia Mengaca Diri Lewat Kisah Orang Bab 2 (34-36) Jelata (20-21) Bab 4 Mural, Karya Publik dan Bab 2 (59-60) Risikonya (34-35) Bab 4 Hikayat Tikus dan Kucing Hutan Bab 4 (64-65) (65-68) Bab 4 Eiffel I m In Love Bab 6 (67-69) ( ) Ketika Pra Mau Bercerai Bab 8 (70-71) ( ) Bab 5 Eksekusi Mati Saddam Hussein Bab 9 (75-76) ( ) Bab 5 Kerangka Keamanan RI-Australia Bab 9 (76-77) ( ) Bab 5 Hikayat Pelanduk Jenaka Bab 10 (77-78) (166) Bab 5 Burung-burung Manyar Bab 10 (89-90) ( ) Undangan Bab 10 (90-92) ( ) Bab 6 Sukarno M.Noor: Ingin Jadi Bab 12 (99-100) Aktor, Bukan Bintang Film (202) Bab 10 (206) 21 Ronggeng Dukuh Paruk Bab 11 ( ) 22 Johar Manikam Dilarikan Zenggi Bab 11 ( ) 23 Susi Susanti, Peraih Emas Pertama Olimpiade Bab 12 ( ) 24 Wonder Boy Menuju Kandidat Juara Dunia Bab 12 ( ) Ahmadinejad, Soekarno Persia Bab 12 ( )

168 DAFTAR KODE YANG DIGUNAKAN: Er = ERLANGGA Es = ESIS Angka 1, 2, 3, dst. = Nomor urut wacana untuk masing-masing buku Huruf a, b, c = Penanda jumlah bagian dari wacana (Sambungan dari halaman sebelumnya)

169 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 147

170 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 148

171 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 149

172 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 150

173 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 151

174 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 152

175 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 153

176 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 154

177 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 155

178 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 156

179 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 157

180 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 158

181 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 159

182 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 160

183 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 161

184 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 162

185 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 163

186 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 164

187 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 165

188 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 166

189 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 167

190 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 168

191 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 169

192 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 170

193 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 171

194 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 172

195 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 173

196 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 174

197 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 175

198 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 176

199 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 177

200 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 178

201 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 179

202 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 180

203 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 181

204 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 182

205 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 183

206 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 184

207 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 185

208 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 186

209 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 187

210 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 188

211 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 189

212 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 190

213 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 191

214 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 192

215 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 193

216 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 194

217 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 195

218 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 196

219 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 197

220 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 198

221 199 BIODATA PENULIS Merryta lahir di Sleman pada tanggal 28 Maret Menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2000 di Sekolah Dasar Katolik Santa Maria Rembang, setelah itu menempuh pendidikan sekolah menengah pertama di SMP K OV. Slamet Riyadi Rembang dan lulus pada tahun Pendidikan sekolah menengah atas ditamatkan di SMA Santa Maria Rembang pada tahun Setamat SMA melanjutkan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri dengan penulisan skripsi yang berjudul Tingkat Keterbacaan Wacana Dalam Buku Teks Kompeten Berbahasa Indonesia dan Buku Teks Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun 2007 Untuk SMA Kelas XI Berdasarkan Grafik Fry.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI TINGKAT KETERBACAAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK TAHUN 2013 UNTUK SMK NEGERI 1 CILACAP KELAS X BERDASARKAN GRAFIK FRY, CLOZE TEST, DAN SMOG Skripsi Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian .

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sebagai lembaga satuan pendidikan, keberhasilan sekolah dapat diukur dengan kelengkapan sarana dan prasarana dalam menunjang proses belajar mengajar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada empat komponen utama dan saling berpengaruh dalam proses pembelajaran, di antaranya, sarana, siswa, lingkungan, dan hasil belajar. Hasil belajar sebagai dampak

Lebih terperinci

ANALISIS KETERBACAAN WACANA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK BAHASA INDONESIA JENJANG SMP. Sitti Natasya Isabela

ANALISIS KETERBACAAN WACANA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK BAHASA INDONESIA JENJANG SMP. Sitti Natasya Isabela ANALISIS KETERBACAAN WACANA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK BAHASA INDONESIA JENJANG SMP Sitti Natasya Isabela Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia Surel : Natasya.isabela@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang mengatakan bahwa buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang mengatakan bahwa buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Definisi Buku Teks Sejak dahulu, telah banyak ahli yang menaruh perhatian pada buku teks dan juga mengemukakan pengertiannya. Berikut ini beberapa diantaranya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan ajar menurut Pannen (1997:7) adalah bahan-bahan atau materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bahan ajar menurut Pannen (1997:7) adalah bahan-bahan atau materi pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan ajar memiliki posisi yang sangat penting dalam pembelajaran. Bahan ajar menurut Pannen (1997:7) adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Bahasa sebagai lambang mampu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh: SRI LESTARI K1212066 FAKULTAS

Lebih terperinci

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal UPEJ 2 (2) (2013) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej ANALISIS BUKU PELAJARAN FISIKA SMA KELAS XI YANG DIGUNAKAN DI SALATIGA Hartono, Ihdina I.M. dan H.Susanto

Lebih terperinci

: AYU PERDANASARI K

: AYU PERDANASARI K UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : AYU PERDANASARI K7413024

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, setidaknya ada empat komponen

I. PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, setidaknya ada empat komponen 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, setidaknya ada empat komponen utama yang saling memengaruhi. Komponen-komponen tersebut adalah sarana, siswa, lingkungan,

Lebih terperinci

TELAAH ISI DAN BAHASA BUKU MAHIR BERBAHASA INDONESIA KELAS VIII TERBITAN YUDHISTIRA. Oleh

TELAAH ISI DAN BAHASA BUKU MAHIR BERBAHASA INDONESIA KELAS VIII TERBITAN YUDHISTIRA. Oleh TELAAH ISI DAN BAHASA BUKU MAHIR BERBAHASA INDONESIA KELAS VIII TERBITAN YUDHISTIRA Oleh Lisda Syary Iqbal Hilal Edy Suyanto Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: lisda_syary@yahoo.co.id abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. Sinar Ilfat Nursal Hakim Charlina sinarilfat@ymail.com 0853555523813 Education of Indonesian Language and

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY DENGAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI-IIS 6 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang. warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang. warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi perubahan di segala bidang. Salah satu bidang yang mengalami perubahan yaitu bidang pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025 KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017/2018 KEMAMPUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: keterbacaan, wacana, grafik fry, tes klos, SMOG

ABSTRAK. Kata kunci: keterbacaan, wacana, grafik fry, tes klos, SMOG KETERBACAAN WACANA BUKU TEKS EKSPRESI DIRI DAN AKADEMIK UNTUK SMK DENGAN GRAFIK FRY, TES KLOS, DAN SMOG: STUDI KASUS DI SMK N 1 CILACAP DAN SMK N 4 YOGYAKARTA B. Widharyanto; Rishe Purnama Dewi; Septina

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS III SDN 1 KROBOKAN JUWANGI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: Antonius Hari Suharto X7109126 FAKULTAS

Lebih terperinci

TINGKAT KETERBACAAN BUKU TEKS BAHASA INDONESIA JENJANG SMP MENGGUNAKAN TEORI FRY. Vita Ika Sari

TINGKAT KETERBACAAN BUKU TEKS BAHASA INDONESIA JENJANG SMP MENGGUNAKAN TEORI FRY. Vita Ika Sari Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) TINGKAT KETERBACAAN BUKU TEKS BAHASA INDONESIA JENJANG SMP Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Banyaknya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pada proses belajar-mengajar tidak hanya terlibat pengajar dan peserta didik,

PENDAHULUAN. Pada proses belajar-mengajar tidak hanya terlibat pengajar dan peserta didik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada proses belajar-mengajar tidak hanya terlibat pengajar dan peserta didik, melainkan juga diperlukan sebuah alat pembelajaran, salah satunya adalah buku

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 11 MANGKUYUDAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: ZAHRA SALSABILA K7110183 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Buku Ajar Ekonomi Untuk SMA Kelas XII IPS Semester Ganjil

Analisis Kelayakan Buku Ajar Ekonomi Untuk SMA Kelas XII IPS Semester Ganjil 1 Analisis Kelayakan Buku Ajar Ekonomi Untuk SMA Kelas XII IPS Semester Ganjil Suliyanah, Bambang Hari Purnomo, Titin Kartini Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

TESIS KAJIAN TEORETIS UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh: ISNAINI NIM

TESIS KAJIAN TEORETIS UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh: ISNAINI NIM TESIS KAJIAN TEORETIS UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) 2015 Oleh: ISNAINI NIM 1320104026 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user PENINGKATAN SIKAP DAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN MODEL EXAMPLE NON-EXAMPLE PADA SISWA KELAS XI KP SMK MURNI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO

Lebih terperinci

KOMPARASI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

KOMPARASI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) KOMPARASI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN METODE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa dan keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN SAMPUL... i. PENGESAHAN KELULUSAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii. MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv. SARI...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN SAMPUL... i. PENGESAHAN KELULUSAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii. MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv. SARI... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i PENGESAHAN KELULUSAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv SARI... v ABSTRACT... vi PRAKATA... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA Skripsi Oleh : Anantyas Kusuma D K2311006 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bahan ajar yang digunakan oleh guru adalah buku teks. Buku mengandung informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa lalu,

Lebih terperinci

KELAYAKAN ISI DAN BAHASA PADA BUKU TEKS BUPENA BAHASA INDONESIA KELAS VII. Oleh

KELAYAKAN ISI DAN BAHASA PADA BUKU TEKS BUPENA BAHASA INDONESIA KELAS VII. Oleh KELAYAKAN ISI DAN BAHASA PADA BUKU TEKS BUPENA BAHASA INDONESIA KELAS VII Oleh Yulia Kartikasari Mulyanto Widodo Karomani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: kyulia6@gmail.com Abstract Formulation

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS 7 SMP

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS 7 SMP -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS 7 SMP Ra ika Fajrin Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siswa. Melalui menulis siswa bisa mengekspresikan kekayaan ilmu, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

TELAAH BAHAN AJAR KETERAMPILAN MENULIS DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS VII

TELAAH BAHAN AJAR KETERAMPILAN MENULIS DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS VII TELAAH BAHAN AJAR KETERAMPILAN MENULIS DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS VII Nur Aminatus Sholichah, Kusubakti Andajani, Indra Suherjanto Universitas Negeri Malang E-mail:

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh:

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH DENGAN PEMBELAJARAN METODE DRIL PADA KELAS XI MIA 3 DI SMA KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN ISI BUKU TEKS IPS KELAS V SD TERBITAN YUDHISTIRA

ANALISIS KELAYAKAN ISI BUKU TEKS IPS KELAS V SD TERBITAN YUDHISTIRA ANALISIS KELAYAKAN ISI BUKU TEKS IPS KELAS V SD TERBITAN YUDHISTIRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

Ahmad Syukron et al., Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas 4 Terbitan Erlangga Berdasarkan Teknik Cloze

Ahmad Syukron et al., Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas 4 Terbitan Erlangga Berdasarkan Teknik Cloze Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas (Discourse Readabilty in Indonesian Textbook for Elementary School 4th Class Published by Erlangga Based on Cloze Tehnique)

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENEMUKAN (INQUIRY) JURNAL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENEMUKAN (INQUIRY) JURNAL ILMIAH KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENEMUKAN (INQUIRY) JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013.

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013. PENGGUNAAN ALAT PERAGA SEMPOA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN KELAS IV TUNAGRAHITA SEDANG DI SDLB DAWE KUDUS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh DALIMIN

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI WILAYAH SURAKARTA

ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI WILAYAH SURAKARTA ANALISIS INSTRUMEN TES AKHIR SEMESTER II MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI WILAYAH SURAKARTA Skripsi Oleh: Unik Nela Sintiasari K2308125 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF FISIKA SMA KELAS X SEMESTER GENAP KURIKULUM 2013 Skripsi Oleh: Istiqomah Nur Hidayah K 2310053 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I JATIPURO TRUCUK KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Oleh: Risa Hartati K1206036 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IIS 2 SMA NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Mei 2015

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Mei 2015 POLA PENYAJIAN KEGIATAN PENDEKATAN SAINTIFIK BUKU MAHIR BERBAHASA INDONESIA TERBITAN ERLANGGA Oleh Yunita Fitri Yanti Farida Ariyani Eka Sofia Agustina Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

TESIS. oleh NUNUNG ESTININGRUM NIM

TESIS. oleh NUNUNG ESTININGRUM NIM i TESIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR ACTIVITY UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PESERTA DIDIK KELAS V SEMESTER 2 DI SD NEGERI 3 KARANGKLESEM, KECAMATAN PURWOKERTO

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA SKRIPSI Oleh: Dwi Yuliani K2309017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI OLEH : FRISKA AMBARWATI K2311029 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta

BAB I PENDAHULAN. bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta 1 BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda tentang kurikulum. Namun demikian, dalam penafsiran

Lebih terperinci

Disusun Oleh: ENDANG HARIYANTI X

Disusun Oleh: ENDANG HARIYANTI X UPAYA PENINGKATAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI MEDIA GAMBAR DAN KARTU KATA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III SDLB SARTIKA NGAWEN BLORA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS III SEKOLAH DASAR TERBITAN PUSAT PERBUKUAN TAHUN 2008

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS III SEKOLAH DASAR TERBITAN PUSAT PERBUKUAN TAHUN 2008 ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS III SEKOLAH DASAR TERBITAN PUSAT PERBUKUAN TAHUN 2008 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: RIAS ANJANI K

SKRIPSI. Oleh: RIAS ANJANI K PENGGUNAAN METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI CERITA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PESANTREN BANYUMAS TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: RIAS ANJANI K7110138 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS BERITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS BERITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS BERITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh : Wisnu Suharto Catur Wijaya K1212074 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun oleh: INDAH WAHYU NINGRUM K7109103 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

TESIS KOMPETENSI KEWACANAAN MAHASISWA

TESIS KOMPETENSI KEWACANAAN MAHASISWA TESIS KOMPETENSI KEWACANAAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO DALAM PENULISAN LATAR BELAKANG MASALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dilakukan melalui pendidikan bermutu yang diatur dalam

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI PENYUSUNAN INSTRUMEN TES FISIKA TENGAH SEMESTER GASAL UNTUK SISWA SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh: Imam Mustofa K2308038 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2015

Lebih terperinci

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK 1 PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK Nofriani 1, Abdul Razak 2, Charlina 3 riaa111194@gmail.com Hp: 082173887766, encikabdulrazak25@gmail.com, charlinahadi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

THE ABILITY OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP DAREL HIKMAH PEKANBARU IN READING SEQUENCES AND READING COMPREHENSION

THE ABILITY OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP DAREL HIKMAH PEKANBARU IN READING SEQUENCES AND READING COMPREHENSION 1 THE ABILITY OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP DAREL HIKMAH PEKANBARU IN READING SEQUENCES AND READING COMPREHENSION Erlina¹, Abdul Razak², Hermandra³ Email: erlinaerlina94@gmail.com, encikabdulrazak25@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan

Lebih terperinci

mengungkapkan gagasan-gagasan matematis secara tulisan atau lisan, menggunakan pendekatan bahasa matematis untuk menyatakan informasi matematis, mengg

mengungkapkan gagasan-gagasan matematis secara tulisan atau lisan, menggunakan pendekatan bahasa matematis untuk menyatakan informasi matematis, mengg ABSTRAK Skripsi dengan judul Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Materi Komposisi Fungsi di MA Al-Hikmah Langkapan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan cara, perbuatan atau proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Interaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: KISWADI A

Diajukan Oleh: KISWADI A KODE, BAHASA, DAN JENIS KALIMAT BAHASA LISAN DOSEN PADA SITUASI RESMI : SEBUAH KAJIAN SINTAKSIS SERTA IMPLEMENTASI SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMPN 2 KARTASURA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI TESIS

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI TESIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI ( STUDI KASUS PADA KD BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 NGADIROJO PACITAN) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

KELAYAKAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN

KELAYAKAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN KELAYAKAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS VII WAHANA PENGETAHUAN SKRIPSI Oleh: YUSUF MUFLIKH RAHARJO K1210064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Setara Satu (S.1) oleh: Efa Kurniasih

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Setara Satu (S.1) oleh: Efa Kurniasih 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 PURWOKERTO TAHUN PELAJARAN 2014-2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC. ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.MLARAK Oleh: Ihda Afifatun Nuha 13321696 Skripsi ini ditulis untuk

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan ARTIKEL ILMIAH Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014 Oleh: Pebrina Pakpahan A1B110064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi sehingga bahasa

I. PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi sehingga bahasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sarana interaksi sosial karena bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang

Lebih terperinci

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ARAB SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ARAB SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ARAB SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA) I. KELAYAKAN ISI A. KESESUAIAN MATERI DENGAN KI DAN KD Butir 1 Butir 2 Butir 3 Kelengkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD Oleh: Imam Syah H.R. 1), Suhartono 2), Warsiti 3) e-mail: imamsyah12@gmail.com Abstract: The using of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SKRIPSI

ANALISIS KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SKRIPSI ANALISIS KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermutu. Untuk menjamin pencapaian mutu tujuan pendidikan di masing-masing

I. PENDAHULUAN. bermutu. Untuk menjamin pencapaian mutu tujuan pendidikan di masing-masing I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 dilakukan melalui pendidikan bermutu. Untuk menjamin pencapaian

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN GARIS LURUS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 WONOGIRI

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN GARIS LURUS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 WONOGIRI ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN GARIS LURUS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 WONOGIRI Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Matematika Oleh: Nurul

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: JURIT YULIANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2016.

SKRIPSI. Oleh: JURIT YULIANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2016. PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS RANGKUMAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KUANTUM DENGAN TEKNIK TUMPAHAN KATA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII G SMP Negeri Kartasura

Lebih terperinci

TEXT WRITING SKILLS CLASS PERSONAL LETTER VII MTs AL-ITTIHAD RUMBAI

TEXT WRITING SKILLS CLASS PERSONAL LETTER VII MTs AL-ITTIHAD RUMBAI 1 TEXT WRITING SKILLS CLASS PERSONAL LETTER VII MTs AL-ITTIHAD RUMBAI M.Ridho.AR¹, Nursal Hakim², Charlina³ ridhoar67@gmail.com, nursalhakim@yahool.com,charlinahadi@yahoo.com No. Hp 082384355409 Study

Lebih terperinci

ANALISIS MISKONSEPSI DAN TINGKAT KETERBACAAN BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XII PADA MATERI LISTRIK STATIS

ANALISIS MISKONSEPSI DAN TINGKAT KETERBACAAN BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XII PADA MATERI LISTRIK STATIS Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains, Vol.5 No. 2, Desember 2016 ANALISIS MISKONSEPSI DAN TINGKAT KETERBACAAN BUKU AJAR FISIKA SMA KELAS XII PADA MATERI LISTRIK STATIS Matsun 1, Dwi Fajar Saputri 2,

Lebih terperinci

SKRIPSI : NENIE PRASTYANINGRUM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI : NENIE PRASTYANINGRUM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI KELAS X-1 SMA MUHAMMADIYAH 2 KLATEN DI DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Oleh : NENIE PRASTYANINGRUM

Lebih terperinci

TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS

TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP Ninis Sukma Dahlianti, Syambasril, Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Untan, Pontianak

Lebih terperinci

Bahasa dan Sastra Indonesia 3. untuk. SMP/MTs Kelas IX. Maryati Sutopo. Kelas VII. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Bahasa dan Sastra Indonesia 3. untuk. SMP/MTs Kelas IX. Maryati Sutopo. Kelas VII. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bahasa dan Sastra Indonesia 3 untuk SMP/MTs Kelas IX Kelas VII Maryati Sutopo PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP KRISTEN 4 SURAKARTA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP KRISTEN 4 SURAKARTA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP KRISTEN 4 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: Angel Kurnia Wulansari K1212005 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

KETERBACAAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (TEXT BOOK READABILITY OF INDONESIAN LANGUAGE IN JUNIOR HIGH SCHOOL)

KETERBACAAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (TEXT BOOK READABILITY OF INDONESIAN LANGUAGE IN JUNIOR HIGH SCHOOL) KETERBACAAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (TEXT BOOK READABILITY OF INDONESIAN LANGUAGE IN JUNIOR HIGH SCHOOL) Akhmad Yazidi Universitas Pakuan Bogor Lilis Selestyawati SMK Harapan

Lebih terperinci

KUALITAS ISI BUKU TEKS BAHASA INDONESIA PASTI BISA PEMBAHASAN TUNTAS KOMPETENSI BAHASA INDONESIA UNTUK SMP DAN

KUALITAS ISI BUKU TEKS BAHASA INDONESIA PASTI BISA PEMBAHASAN TUNTAS KOMPETENSI BAHASA INDONESIA UNTUK SMP DAN KUALITAS ISI BUKU TEKS BAHASA INDONESIA PASTI BISA PEMBAHASAN TUNTAS KOMPETENSI BAHASA INDONESIA UNTUK SMP DAN MTs KELAS VII ASPEK MENULIS TERBITAN ESSIS THE INNOVATIVE LEARNING SKRIPSI untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA TEKS DALAM BUKU PAKET BAHASA INDONESIA KELAS X SMA KURIKULUM 2013

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA TEKS DALAM BUKU PAKET BAHASA INDONESIA KELAS X SMA KURIKULUM 2013 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA TEKS DALAM BUKU PAKET BAHASA INDONESIA KELAS X SMA KURIKULUM 2013 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci