BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki efek yang kuat dalam menurunkan tekanan intraokular (TIO)
|
|
- Hendra Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latanoprost merupakan salah satu obat anti glaukoma terkait prostaglandin yang memiliki efek yang kuat dalam menurunkan tekanan intraokular (TIO) dengan meningkatkan aliran keluar melalui jalur uveosklera. Tekanan intraokular, perfusi okular, dan produksi air mata diregulasi oleh sistem saraf autonom. Gangguan pada sistem saraf autonom mengakibatkan gangguan pada TIO dan produksi air mata basal. Aqueous tear-deficient dry eye (ADDE), adalah mekanisme yang mungkin mendasari terjadinya penurunan produksi air mata basal pada pasien glaukoma (Darhad, et al.,2007 ; Sitompul, et al., 2011). Glaukoma merupakan sekumpulan penyakit yang memiliki karakteristik neuropati optik dengan kelainan lapang pandang yang khas dimana peningkatan tekanan intraokular (TIO) merupakan faktor risiko utamanya. Tekanan intraokular tinggi apabila terukur dua standar deviasi (SD) di atas TIO rata-rata pada populasi normal atau di atas 21 mmhg. Tekanan intraokular normal pada populasi adalah mmhg (American Academy of Ophthalmology, ). The European Glaucoma Society (EGS) menyebutkan bahwa penatalaksanaan awal dari glaukoma adalah menurunkan tekanan intraokular dengan terapi farmakologikal. Terdapat dua mekanisme primer untuk menurunkan tekanan intraokular. Pertama adalah menurunkan produksi humor akuos dengan beta bloker (timolol, betaxolol, carteolol, metipranolol) dan karbonik anhidrase 1
2 2 inhibitor (brinzolamid, dorzolamid). Kedua adalah meningkatkan aliran keluar humor akuos melalui jalur trabekular dan uveoskleral menggunakan derivat prostaglandin (latanoprost, travoprost), obat-obatan simpatomimetik dan kolinergik/parasimpatomimetik (pilokarpin) (Sitompul, dkk., 2011). Suatu penelitian jangka panjang menunjukkan pemakaian latanoprost 0,005% satu kali sehari menurunkan tekanan intraokular yang sama efektifnya dengan β-adrenergik antagonis. Latanoprost dapat ditoleransi dengan baik secara lokal serta memiliki efek samping minimal secara sistemik dibandingkan dengan timolol. Penelitian lain terdahulu memberikan hasil pemakaian latanoprost 0,005% satu kali sehari pada malam hari secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan lebih efektif dibandingkan dengan pemakaian timolol 0,5% dua kali sehari dalam menurunkan tekanan intraokular diurnal setelah 6 minggu terapi dan kemudian sama efektifnya setelah pemakaian setelah 12 minggu (Aquino, et al., 1999 ; Darhad, et al.,2007). Efek samping yang pernah dikeluhkan pada pemakaian latanoprost adalah hiperemi konjungtiva ringan dan pada pemakaian jangka panjang dapat terjadi hiperpigmentasi iris akibat peningkatan produksi melanin dalam melanosit (Aquino, et al., 1999). Latanoprost mengandung bahan pengawet benzalkonium klorida (BAK). Benzalkonium klorida adalah bahan pengawet yang banyak digunakan pada obat anti glaukoma topikal. Benzalkonium klorida berperan penting dalam menimbulkan efek samping seperti hiperemi konjungtiva, mengurangi pergantian air mata, mengurangi break-up time (BUT) lapisan air mata dan infiltrasi pada
3 3 kornea akibat sel inflamasi (Russo, et al., 2008). Pemakaian BAK jangka panjang dapat menyebabkan efek toksik secara langsung dan tidak langsung pada permukaan okular, antara lain ketidakstabilan lapisan air mata, metaplasia skuamosa konjungtiva, apoptosis, kerusakan barier epitel kornea, dan hilangnya sel goblet konjungtiva. Hilangnya sel goblet mengakibatkan berkurangnya sekresi musin yang dapat memicu ketidakstabilan lapisan air mata, berkurangnya nutrisi pada sel epitel konjungtiva superfisial, sehingga menghasilkan peningkatan kerusakan mekanis pada konjungtiva dan sel permukaan kornea dan mengurangi kemampuan rata-rata dalam mendistribusikan lapisan air mata pada permukaan okuli. Hal ini dapat mengakibatkan manifestasi berupa penurunan visus, sensasi benda asing atau rasa tidak nyaman dan bahkan memicu gangguan permukaan okular atau ocular surface disease (OSD) (Kahook, et al.,2008 ; Mastropasqua, et al., 2013). Sitologi impresi konjungtiva merupakan teknik non invasif pengambilan sampel konjungtiva dan epitel kornea yang memiliki sensitivitas dan spesivisitas tinggi, dapat mendeteksi perubahan awal yang tidak terdeteksi oleh tes fungsi air mata rutin, banyak peneliti mengatakan bahwa sitologi impresi dapat menjadi pemeriksaan lini pertama untuk diagnosis mata kering (Bhargava, et al., 2014). Penelitian oleh Costa et al. (2003) menunjukkan pasien glaukoma merupakan kelompok terbesar yang membutuhkan air mata buatan dibandingkan dengan kelompok lainnya. Terapi dengan golongan prostaglandin analog adalah yang tersering membutuhkan air mata buatan dibandingkan obat-obatan anti glaukoma lainnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis kelamin
4 4 perempuan serta pemakaian obat anti glaukoma jangka panjang dengan dua atau lebih terapi kombinasi meningkatkan kebutuhan terhadap air mata buatan (Costa, et al.,2013). Air mata buatan merupakan terapi lini pertama pada dry eye syndrome dan disukai karena non invasif serta riwayat efek samping rendah. Mekanisme kerja air mata buatan dapat dengan menambah volume air mata, menstabilkan lapisan air mata, memelihara kelembaban permukaan refraksi, mengurangi osmolaritas air mata, dan melindungi permukaan okular dengan mengurangi gesekan antara kelopak mata dan kornea (Tong, et al., 2012). Preparat air mata buatan membentuk lapisan yang menutup permukaan kornea untuk melembabkan dan melindungi dari kekeringan. Bahan aktif yang terkandung dalam air mata buatan antara lain polyvinyl alcohol, selulosa, metilselulosa dan derivatnya (hydroxypropyl cellulose, hyroxyethylcellulose, hydroxypropyl methyl-cellulose/hpmc, dan carboxymethylcellulose). Bahan lain yang juga sering digunakan seperti gliserin, polysorbate 80, polyethylene glycol (PEG)-400, dextran 70, povidone, dan propylene glycol (American Academy of Ophthalmology, ). Penelitian oleh Demiryay, et al., menunjukkan terjadi peningkatan sel goblet konjungtiva pada pasien yang diterapi dengan air mata buatan topikal (pada penelitian tersebut menggunakan kombinasi HPMC dan Dextran 70). Hydroxypropyl methyl-cellulose dikatakan mampu melapisi dan melindungi permukaan epitel serta mengembalikan fungsi proteksi dari musin. Efek samping
5 5 dapat berupa gangguan kenyamanan ringan, rasa terbakar, dan sensasi benda asing (Pflugfelder, et al., 2007 ; Demiryay, et al., 2013). Penelitian kepadatan sel goblet konjungtiva pasca pemberian terapi tetes mata anti glaukoma topikal sudah cukup banyak dilakukan, namun sejauh pengamatan penulis, penelitian yang membandingkan perubahan kepadatan sel goblet konjungtiva pasca pemberian terapi kombinasi tetes mata latanoprost dan air mata buatan dengan tetes mata latanoprost tanpa air mata buatan belum pernah dilaporkan, dimana sebagian besar pasien glaukoma mengeluhkan rasa tidak nyaman selama pemakaian obat tetes mata anti glaukoma jangka panjang. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian mengenai pengaruh air mata buatan terhadap kepadatan sel goblet konjungtiva pada pasien glaukoma dengan terapi latanoprost dipandang penting untuk kepentingan klinis dan pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Apakah terdapat pengaruh air mata buatan terhadap kepadatan sel goblet konjungtiva pada pasien glaukoma dengan terapi latanoprost? 1.3 Tujuan Mengetahui pengaruh air mata buatan terhadap kepadatan sel goblet konjungtiva pada pasien glaukoma dengan terapi latanoprost.
6 6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini sebagai berikut a. Dapat diketahui teknik sitologi impresi untuk pemeriksaan kepadatan sel goblet konjungtiva. b. Dapat diketahui pengaruh air mata buatan terhadap kepadatan sel goblet konjungtiva. c. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini sebagai berikut a. Memberikan informasi mengenai pengaruh air mata buatan terhadap kepadatan sel goblet konjungtiva pada pasien glaukoma dengan terapi latanoprost. b. Sebagai bahan pertimbangan pemberian air mata buatan pada pasien glaukoma dengan terapi latanoprost.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Permukaan mata terdiri dari kornea, konjungtiva dan lapisan air mata yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Permukaan Okular Permukaan mata terdiri dari kornea, konjungtiva dan lapisan air mata yang membentuk suatu unit fungsional. Konjungtiva adalah membran mukosa transparan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling efisien dan ekonomis untuk negara-negara berkembang seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Small Incision Cataract Surgery (SICS) merupakan teknik operasi katarak yang paling efisien dan ekonomis untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Insisi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasien datang berobat ke dokter mata. Penyebab mata berair adalah gangguan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata berair merupakan salah satu gejala yang banyak dikeluhkan dan membuat pasien datang berobat ke dokter mata. Penyebab mata berair adalah gangguan stabilitas lapisan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pesatnya Perkembangan teknologi dan industri sejalan dengan meningkatnya
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya Perkembangan teknologi dan industri sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Pencemaran merupakan dampak yang tidak diharapkan dari pesatnya perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkembang. Laser-Assisted insitu Keratomileusis (LASIK) adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedah refraksi merupakan teknik manajemen miopia yang sangat berkembang. Laser-Assisted insitu Keratomileusis (LASIK) adalah salah satu teknik bedah yang lebih banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensibilitas Kornea 2.1.1 Kornea Kornea merupakan suatu jaringan yang tidak berwarna, transparan, dan avaskuler. Secara histologis kornea memiliki 5 lapisan, dari anterior
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi ringan atau akut adalah respons awal dan cepat terhadap kerusakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi ringan atau akut adalah respons awal dan cepat terhadap kerusakan sel yang bertujuan untuk mengeradikasi bahan atau mikroorganisme. Pada umumnya proses ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Dorland, 2010). Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata rata sekitar 15 mm
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam mata terdapat tekanan, yang disebut dengan tekanan intraokular (Dorland, 2010). Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata rata sekitar 15 mm
Lebih terperinciPERUBAHAN TEAR FILM SETELAH PEMBERIAN SERUM AUTOLOGUS TETES MATA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS
PERUBAHAN TEAR FILM SETELAH PEMBERIAN SERUM AUTOLOGUS TETES MATA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Dokter Spesialis Mata Oleh : LINDA
Lebih terperinciThe Effectof Long Term Topical Medications Usage on Dry Eye Syndrome. Pengaruh Pemakaian Obat Topikal Mata Dalam Jangka Panjang Terhadap Sindrom Mata
The Effectof Long Term Topical Medications Usage on Dry Eye Syndrome Pengaruh Pemakaian Obat Topikal Mata Dalam Jangka Panjang Terhadap Sindrom Mata Kering 1 Juniati Agma, 2 Nur Shani Meida 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata. atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata. Agar mata terasa nyaman dan penglihatan baik, sel-sel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebutaan baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut World Health. (10,2%), age-macular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%),
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Mata merupakan salah satu indera manusia yang berfungsi untuk memberikan informasi visual ke otak. Apabila terjadi glaukoma pada mata, maka informasi visual ke otak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang pandangan, walaupun kenaikan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencekungan cupping diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. GLAUKOMA Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai dengan pencekungan cupping diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang disertai dengan peningkatan tekanan
Lebih terperinciGLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA
GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. 1 Terdapat
Lebih terperinciNama Jurnal : European Journal of Ophthalmology / Vol. 19 no. 1, 2009 / pp. 1-9
Judul Jurnal : Efektifitas Penggunaan Levofloxacin Yang di Berikan Tiga Kali Sehari Untuk Pengobatan Konjungtivitis Bakterial Ditinjau Secara Klinis dan Mikrobiologis Nama Jurnal : European Journal of
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Achmad Mustofa 1,Ninik Mas Ulfa 2*), Mercyska Suryandari 3
Artikel Penelitian Profil Peresepan Penyakit Mata Glaukoma pada Pasien BPJS Rawat Jalan (Studi dilaksanakan di RS Mata Masyarakat JawaTimur Periode Januari - Desember 2015) Achmad Mustofa 1,Ninik Mas Ulfa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah suatu neuropati optik multifaktorial dengan karakteristik hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat kelemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imunitas, gangguan sensasi kornea, riwayat operasi kornea, abnormalitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata Kering (MK) merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan mata untuk mempertahankan jumlah air mata yang cukup pada permukaan bola mata. MK
Lebih terperinciLAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK
LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK NAMA PEMBIMBING : dr. BAMBANG RIANTO, Sp.M DISUSUN OLEH Linda Ayu Permatasari (1102008139) BAGIAN KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG SUBANG 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. al., 2009). Lebih dari 60 juta penduduk di dunia mengalami Glaukoma (Wong et
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glaukoma adalah kelainan mata yang ditandai dengan neuropati optik Glaukomatosa serta hilangnya lapang pandang yang khas, disertai peningkatan tekanan intraokuler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermotor, pembangkit tenaga listrik, dan industri. Upaya pemerintah Indonesia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang bersih adalah kebutuhan dasar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Namun, polusi udara masih menjadi ancaman nyata bagi kesehatan di seluruh dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluhan rasa tidak nyaman pada mata merupakan keluhan yang paling sering
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluhan rasa tidak nyaman pada mata merupakan keluhan yang paling sering dirasakan karena keluhan tersebut sering mengganggu aktivitas sehari-hari. Disfungsi Kelenjar
Lebih terperinciGlaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?
Glaukoma Glaukoma dikenal sebagai "Pencuri Penglihatan" karena tidak ada gejala yang jelas pada tahap awal terjadinya penyakit ini. Penyakit ini mencuri penglihatan Anda secara diam-diam sebelum Anda menyadarinya.
Lebih terperinciANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Intraokuler 2.1.1 Definisi Peningkatan tekanan intraokuler merupakan salah satu faktor resiko penting dalam berkembangnya kerusakan saraf optik pada penyakit glaukoma.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempati ruang anterior dan posterior dalam mata. Humor akuos
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Humor Akuos a. Anatomi Fungsional Humor Akuos Humor akuos merupakan cairan jernih bersifat alkaline yang menempati ruang anterior dan posterior dalam mata.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tidak berpasangan dengan pendekatan cross sectional yang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan observasional analitik numerik (kategoriknumerik) tidak berpasangan dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata dalam keadaan tidak berakomodasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai bulan Agustus 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit
Lebih terperinciACUTE GLAUCOMA ON RIGHT EYE
[ LAPORAN KASUS ] ACUTE GLAUCOMA ON RIGHT EYE Laras Maranatha Tobing Faculty of Medicine, Universitas Lampung Abstract Acute glaucoma or primary angle closure glaucoma is a medical emergency case that
Lebih terperinciGLAUKOMA DEFINISI, KLASIFIKASI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, DAN FAKTOR RISIKO
GLAUKOMA DEFINISI, KLASIFIKASI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, DAN FAKTOR RISIKO LTM Pemicu 2 Modul Penginderaan Komang Shary Karismaputri NPM 1206238633 Kelompok Diskusi 16 Outline Pendahuluan Definisi Kesimpulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan rancangan penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu dilakukan tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab kebutaan utama di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pembedahan masih merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. staff, 2010). Berdasarkan survey kesehatan mata yang dilakukan oleh. penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia (Depkes, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glaukoma adalah kelainan optik neuropati disertai kelainan lapang pandang yang karakteristik dan peningkatan tekanan intraokular (TIO) merupakan faktor resiko
Lebih terperinciPerbandingan keberhasilan monoterapi dengan multiterapi pada pasien glaukoma di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013
Perbandingan keberhasilan monoterapi dengan multiterapi pada pasien glaukoma di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013 Ranum Anggun Nastiti 1, Yunani Setyandriana 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia. Perkiraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat tidak terbentuknya insulin oleh sel-β pankreas atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Glaukoma umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan setelah katarak di dunia. Penyakit ini mengenai hampir 90 juta populasi dunia dan merupakan penyebab utama kebutaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2002 menyebutkan angka kebutaan diseluruh dunia sekitar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. beristirahat (tanpa akomodasi), semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda
PENDAHULUAN Hipermetropi merupakan kelainan refraksi, dimana dalam keadaan mata beristirahat (tanpa akomodasi), semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda pada jarak tak terhingga, dibiaskan dibelakang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang pandangan. Walaupun kenaikan
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GLAUKOMA DI SALAH SATU RUMAH SAKIT DI BANDUNG. * ABSTRAK
KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GLAUKOMA DI SALAH SATU RUMAH SAKIT DI BANDUNG Ani Anggriani 1,*, Pujani Utami 1, Ida Lisni 2 1 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung (STFB) 2 Rumah Sakit di Bandung *Email
Lebih terperinciOCULAR PHARMACOTHERAPY IN GLAUCOMA. Oleh: Rova Virgana
OCULAR PHARMACOTHERAPY IN GLAUCOMA Oleh: Rova Virgana Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Unpad Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung 2007 I. Pendahuluan Glaukoma merupakan suatu sindroma neropati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lensa kontak adalah salah satu terapi refraksi yang lazim digunakan selain kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah struktur wajah dan
Lebih terperinciObat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius
Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius Konsumsi Obat Diabetes Melitus Memperingan Resiko Komplikasi Mata Anda mungkin pernah mendengar bahwa diabetes menyebabkan masalah mata dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang sering terjadi. dan dapat menyebabkan kebutaan yang irreversibel jika tidak segera
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang sering terjadi dan dapat menyebabkan kebutaan yang irreversibel jika tidak segera ditangani. Glaukoma sering disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup. seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan dengan kematian akan tetapi tanpa penglihatan
Lebih terperinciAQUEOUS HUMOR. Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM NIP :
AQUEOUS HUMOR Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM NIP : 19760417 200501 2 002 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN 2009 DAFTAR ISI HAL I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciEvidence-based Treatment Of Acute Infective Conjunctivitis Breaking the cycle of antibiotic prescribing
Evidence-based Treatment Of Acute Infective Conjunctivitis Breaking the cycle of antibiotic prescribing Oleh : Rizana Tsalats (09171113) Pembimbing : Dr. Hj. Arlina Yunita Marsida, Sp.M Konjungtivitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi sebagai lapisan pelindung bola mata dan media refraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, sehingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suspek glaukoma diartikan sebagai suatu keadaan pada orang. dewasa yang mempunyai minimal 1 dari tanda-tanda berikut ini pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Suspek glaukoma diartikan sebagai suatu keadaan pada orang dewasa yang mempunyai minimal 1 dari tanda-tanda berikut ini pada mata: Defek nerve fiber layer atau nervus
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat ringan, sedang-berat dengan rerata usia subyek 26,6 ± 9,2 tahun, umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk
Lebih terperinciPengkajian Sistem Penglihatan Mula Tarigan, SKp. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Pengkajian Sistem Penglihatan Mula Tarigan, SKp. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Apa yang dikaji? RIWAYAT KESEHATAN PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Lebih terperinciAgia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ
Agia Dwi Nugraha 2007730005 Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ Fisiologi lensa : Fungsi utama memfokuskan berkas cahaya ke retina. Kerjasama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode observasional analitik-numerik dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dan dilakukan dengan menggunakan metode observasional analitik-numerik dengan rancangan penelitian
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN GLAUKOMA AKUT
PENATALAKSANAAN GLAUKOMA AKUT OLEH : ARYANI ATIYATUL AMRA NIP. 131 996 177 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENATALAKSANAAN GLAUKOMA AKUT PENDAHULUAN Glaukoma akut merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau topeng kehamilan) berasal dari bahasa Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya mikroorganisme yang normal pada konjungtiva manusia telah diketahui keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan populasi mikroorganisme
Lebih terperinciFORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan
: : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan : infeksi jamur subkutan adalah infeksi jamur yang secara langsung masuk ke dalam dermis atau jaringan subkutan melalui suatu trauma.
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA. Jurnal Media Medika Muda
PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA Jurnal Media Medika Muda Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciGambar 2.1. Struktur interna dari mata manusia (Junqueria, 2007)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aqeuous Humour 2.1.1. Anatomi dan Histologi Struktur dasar mata yang berhubungan dengan aqueous humour adalah korpus siliriaris, sudut kamera okuli anterior dan sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa adanya neuropati optik glaukomatosa bersamaan dengan defek atau gangguan penyempitan lapang pandangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SWT seperti yang tercantum pada QS. An-Nahl (16:78) yang berbunyi :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata merupakan salah satu indera yang penting yang di ciptakan Allah SWT seperti yang tercantum pada QS. An-Nahl (16:78) yang berbunyi : Artinya : Dan Allah
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. (66,6%), limfosit terdapat di 4 subyek (44,4%) dan monosit terdapat di 3 subyek
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan 9 pasien dengan derajat ringan dengan eosinofil terdapat di 3 subyek (33,3%), neutrofil terdapat di 6 subyek (66,6%), limfosit terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan
Lebih terperinci1 Andrea Lalita 2 Yamin Tongku 2 J. S. M. Saerang. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Pencapaian tekanan intraokular pasca pemberian timolol maleat 0,5% pada glaukoma sudut terbuka primer di Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2012 2014 1 Andrea Lalita 2 Yamin Tongku
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv ABSTRAK...v ABSTRACT...vi RINGKASAN...vii SUMMARY...ix KATA PENGANTAR...xi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Struktur
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA I. Pengertian Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Sedang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan produksi humor aquous, tahanan terhadap aliran keluarnya humor
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan intraokuler 2.1.1. Definisi TIO merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit glaukoma saat ini dan merupakan satu-satunya faktor risiko yang dapat diterapi.
Lebih terperinciBAB I LAPORAN KASUS. ANAMNESIS Keluhan utama : Pasien mengeluh penglihatan mata kanan dan kiri buram sejak 4 hari lalu.
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS Nama Umur Jenis kelamin Bangsa Agama Pekerjaan Alamat : Tn. S : 45 tahun : Laki-laki : Indonesia : Islam : Buruh : Teluk Betung II. ANAMNESIS Keluhan utama : Pasien mengeluh
Lebih terperinciKMN Klinik Mata Nusantara
Lensa kontak adalah lensa plastik tipis yang dipakai menempel pada kornea mata. Lensa kontak memiliki fungsi yang sama dengan kacamata, yaitu mengoreksi kelainan refraksi, kelainan akomodasi, terapi dan
Lebih terperinciPengukuran Tekanan Intraokular pada Mata Normal Dibandingkan dengan Mata Penderita Miop sebagai Faktor Risiko Glaukoma
ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Vol. 11 No. 3: 189-194, September 2011 Pengukuran Tekanan Intraokular pada Mata Normal Dibandingkan dengan Mata Penderita Miop sebagai Faktor Risiko Glaukoma Measurement
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberikan informasi secara visual. Mata memiliki peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata adalah salah satu indra yang dimiliki oleh manusia yang berfungsi untuk memberikan informasi secara visual. Mata memiliki peran yang penting dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Mata Kering (MK) Mata Kering (MK) merupakan penyakit multifaktorial air mata dan permukaan okular yang ditandai dengan penglihatan tidak nyaman, penglihatan kabur dan instabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. total kebutaan di dunia, disebabkan oleh glaukoma. 1 Sedangkan di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Glaukoma merupakan penyakit mata dimana terjadi kerusakan saraf optik (neuropati optik) diikuti oleh kelainan lapangan pandang dengan kenaikan tekanan intraokuler
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor rongga hidung dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal adalah tumor yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal di sekitar hidung.
Lebih terperinciSOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.
SPO Tanggal Terbit 1 dari 7 Ditetapkan Oleh Direktur PENGERTIAN ANAMNENIS Dr. H. Zainoel Arifin, M. Kes Nip. 19591104 198511 1 001 Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata
Lebih terperinciMembran amnion terdiri dari satu lapisan sel epitel kuboid, membran basement tebal dan stroma matriks avascular, longgar melekat pada korion.
Transplantasi membran amnion dalam oftalmologi Membran amnion, amnion atau, terdiri dari lapisan paling dalam dari plasenta. Transplantasi membran amnion (AMT) telah digunakan dalam berbagai jenis surgery1
Lebih terperinciBerdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:
MIOPIA A. Definisi Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki m ata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Mata. 4.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di unit rawat jalan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciAnita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani
Glaukoma Penyakit glaukoma disebabkan oleh saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan kemudian menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk memperbaiki maloklusi sebelum seluruh gigi permanen erupsi sehingga perawatan orthodonti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan
Lebih terperinciPERBANDINGAN EFEK TIMOLOL DENGAN KOMBINASI TIMOLOL + ASETAZOLAMID PADA TERAPI INSIAL GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH.
PERBANDINGAN EFEK TIMOLOL DENGAN KOMBINASI TIMOLOL + ASETAZOLAMID PADA TERAPI INSIAL GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glaukoma 2.1.1. Definisi Glaukoma Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik yang ditandai oleh pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapang pandang dengan
Lebih terperinciGLAUKOMA ABSOLUT POST TRABEKULEKTOMI DAN GLAUKOMA POST PERIFER IRIDEKTOMI
LaporanKasus GLAUKOMA ABSOLUT POST TRABEKULEKTOMI DAN GLAUKOMA POST PERIFER IRIDEKTOMI Pembimbing : dr. Djoko Heru, sp.m Disusunoleh : Irene Dwiyanti 406117046 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Glaukoma adalah suatu neuropati kronik di dapat yang ditandai oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glaukoma adalah suatu neuropati kronik di dapat yang ditandai oleh pencengkungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang biasanya disertai dengan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pterigium merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan jaringan fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang menginvasi bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis
Lebih terperinci