BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang"

Transkripsi

1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang pandangan. Walaupun kenaikan Tekanan Intra Okuli (TIO) adalah salah satu dari faktor resiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit.( Kansky, 2007) 2.2. Fisiologi produksi akuos humor (Skuta et al, 2009.) Akuos humor dihasilkan oleh korpus siliari dengan - Aktif sekresi - Pasif sekresi melalui cara ultrafiltrasi dan difusi. Fisiologi aliran keluar akuos humor : Akuos humor mengalir dari kamera okuli posterior (KOP) masuk ke kamera okuli anterior (KOA) melewati pupil dan dialirkan keluar melalui trabekular ( a ), uveoskleral ( b ) dan iris (c )

2 7 Gambar 1.(sumber : Kansky, JJ. 2007) Aliran akuous humor Prosesus siliaris Bilik mata belakang ( melalui pupil ) Bilik mata depan Jalinan trabekula Badan siliar Kanalis schlemm Vena episklera Sirkulasi vena badan siliar Koroid dan sklera Jalur trabekular Jalur Uveosklera

3 8 Faktor yang mempengaruhi aliran keluar akuos humor 1. Jalur trabekular meshwork 2. Jalur uveosklera Anatomi trabekular meshwork Trabekular meshwork terdiri dari 3 bagian : 1. Uvea meshwork 2. Korneoskleral meshwork 3. Juxtakanalikular ( endothelial ) meshwork Gambaran sudut bilik mata Gambar 2. (sumber : Kansky J.J. 2007) Anatomi saraf optik Saraf Optik terdiri dari lebih dari 1 juta akson yang dimulai dari lapisan sel ganglion retina dan memanjang ke arah cortex occipital. Saraf optik bervariasi panjangnya dari 35 sampai 55 mm dan rata-rata 40 mm.( Gambar 3)

4 9 Gambar 3.tampak potongan melintang optik disk (sumber : Skuta. et al. 2009) Saraf Optik dibagi ke dalam daerah topografik berikut:(skuta et al, 2009; Peeters, 2007) - bagian intraokular - bagian intraorbital (berlokasi di dalam kerucut otot) - bagian intrakanalikular (berlokasi di dalam kanal optik) - bagian intrakranial (berakhir di chiasm optik).

5 10 Intraokular Permukaan anterior saraf optik dapat dilihat secara oftalmoskopik sebagai optic nerve head atau optic disc. Optic nerve head berbentuk oval dan berukuran kira-kira 1,5 mm secara horizontal dan 1,75 mm secara vertikal dengan terdapat bagian depresi berbentuk cup, dimana cup fisiologik secara umum berlokasi sedikit ke arah temporal terhadap titik pusat geometriknya. Gambar 4. optic nerve head atau optic disc. (sumber : Kansky J.J. 2007). Optic nerve head terbagi menjadi : - superficial nerve fiber layer - prelaminar - laminar - retrolaminar Bagian dari optic nerve head yang termasuk kedalam bagian intra okular, diantaranya adalah superficial nerve fiber layer; prelaminar; dan laminar serta diperdarahi oleh arteri siliaris posterior dan arteriole retinal

6 Patofisiologi Terdapat tiga faktor penting yang menentukan tekanan bola mata, yaitu Jumlah produksi akuos oleh badan siliar Tahanan aliran akuos humor yang melalui sistem trabekular meshwork-kanalis Schlem Level dari tekanan vena episklera. Umumnya peningkatan TIO disebabkan peningkatan tahanan aliran akuos humor. Akuos humor dibentuk oleh badan siliar, dimana masing-masing badan siliar ini disusun oleh lapisan epitel ganda, dihasilkan 2-2,5 ul/menit, mengalir dari kamera okuli posterior, lalu melalui pupil mengalir ke kamera okuli anterior. Sebagian besar akan melalui sistem vena, yang terdiri dari jaringan trabekulum, jukstakanalikuler, kanal Schlem dan selanjutnya melalui saluran pengumpul. Aliran akuos humor akan melewati jaringan trabekulum sekitar 90%. Sebagian kecil akan melalui struktur lain pada segmen anterior hingga mencapai ruangan supra koroid, untuk selanjutnya akan keluar melalui sklera yang intak atau serabut saraf maupun pembuluh darah yang memasukinya. Jalur ini disebut juga jalur uvoesklera (10-15%). TIO yang umum dianggap normal adalah mmhg. Pada banyak kasus peningkatan TIO dapat disebabkan oleh peningkatan resistensi aliran akuos humor. Beberapa faktor resiko dapat menyertai perkembangan suatu glaukoma termasuk riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, ras, genetik, variasi diurnal, olahraga, obat-obatan.

7 12 Proses kerusakan papil saraf optik akibat TIO yang tinggi atau gangguan vaskular ini akan bertambah luas seiring dengan terus berlangsungnya kerusakan jaringan sehingga skotoma pada lapang pandangan makin bertambah luas. Pada akhirnya terjadi penyempitan lapang pandangan dari ringan sampai berat. Glaukomatous optik neuropati adalah tanda dari semua bentuk glaukoma. Kerusakan papil saraf optik glaukomatosa awal terdiri dari hilangnya akson-akson, pembuluh darah, dan sel glia. Perkembangan glaukomatous optik neuropati merupakan hasil dari berbagai variasi faktor, baik instrinsik maupun ekstrinsik. Kenaikan TIO memegang peranan utama terhadap perkembangan glaukomatous optik neuropati. Terdapat dua hipotesa yang menjelaskan perkembangan glaukomatous optik neuropati, teori mekanik dan iskemik. Teori mekanik menekankan pentingnya kompresi langsung serat-serat akson dan struktur pendukung nervus optikus anterior, dengan distorsi lempeng lamina kribrosa, dan interupsi aliran aksoplasmik, yang berakibat pada kematian sel ganglion retina. Menurut teori mekanis, TIO yang tinggi berperan menyebabkan kerusakan langsung pada nervus optikus dan akan mengubah struktur jaringan. Kenaikan TIO akan menghasilkan dorongan dari dalam ke luar (inside-outside push) yang akan menekan lapisan laminar ke arah luar dan meningkatkan regangan laminar serta meningkatkan regangan dinding sklera (Lewis et al, 1993). Teori iskemik fokus pada perkembangan potensial iskemik intraneural akibat penurunan perfusi saraf optik. Perfusi ini bisa akibat dari penekanan TIO pada suplai darah untuk saraf atau proses instrinsik pada saraf optik.

8 13 Atau dengan kata lain turunnya aliran darah di dalam lamina kribrosa akan menyebabkan iskemia dan tidak tercukupinya energi yang diperlukan untuk transport aksonal. Iskemik dan transport aksonal akan memacu terjadinya apoptosis Gangguan autoregulasi pembuluh darah mungkin menurunkan perfusi dan mengakibatkan gangguan saraf. Pembuluh darah darah optik secara normal meningkat atau menurunkan tekanannya memelihara aliran darah konstan, tidak tergantung TIO dan variasi tekanan darah. Pemikiran terbaru tentang glaukomatous optik neuropati mengatakan bahwa kedua faktor mekanik dan pembuluh darah mungkin berperan terhadap kerusakan Klasifikasi Menurut American Academy of Ophthalmology (AAO), glaukoma dibagi atas : Glaukoma Sudut Terbuka Penyebabnya secara umum adalah sebagai suatu ketidaknormalan pada matriks ekstraselular trabekular meshwork dan pada sel trabekular pada daerah jukstakanalikuler, meskipun juga ada di tempat lain. Sel trabekular dan matriks ekstraselular disekitarnya diketahui ada pada tempat agak sedikit spesifik Glaukoma sudut terbuka primer (POAG) Tidak terdapat penyakit mata lain atau penyakit sistemik yang menyebabkan peningkatan hambatan terhadap aliran akuos atau kerusakan terhadap saraf optik, biasanya disertai dengan peningkatan TIO. POAG merupakan jenis glaukoma terbanyak dan umumnya

9 14 mengenai umur 40 tahun ke atas. POAG dikarakteristikkan sebagai suatu yang kronik, progresif lambat, optik neuropati dengan pola karakteristik kerusakan saraf optik dan hilangnya lapang pandangan.(okeke NC; Friedman, S.D. et al, 2007). POAG didiagnosa dengan suatu kombinasi penemuan termasuk peningkatan TIO, gambaran diskus optikus, dan menyempitnya lapang pandangan. Peningkatan TIO merupakan faktor resiko penting walaupun beberapa keadaan lain dapat menjadi faktor yang berpengaruh seperti riwayat keluarga, ras, miopia, diabetes mellitus dan lain-lain.(olver J, 2005 ; Ming SLA dan Sehu WK, 2005). Mayoritas pasien dengan POAG tidak menjelaskan gejala subjek dalam beberapa tahun. meskipun ditemukan angka yg kecil berupa gejala yang tidak spesifik, diantaranya sakit kepala, sensasi panas pada mata, kabur atau penurunan tajam penglihatan pada pasien yang menggunakan kacamata dengan ukuran yang salah.(lang G, 2007) Patogenesis meningkatnya TIO pada POAG disebabkan oleh karena naiknya tahanan aliran akuos humor di trabekular meshwork. Kematian sel ganglion retina timbul terutama melalui apoptosis (program kematian sel) daripada nekrosis. Banyak faktor yang mempengaruhi kematian sel, tetapi pendapat terbaru masih dipertentangkan adalah kerusakan akibat iskemik dan mekanik.

10 Prinsip dasar pengobatan POAG: - Identifikasi target pressure untuk memperkirakan parahnya kerusakan, level TIO, umur, dan keadaan umum pasien. - Terapi obat tunggal, dimulai dengan topikal. Jika obat awal yang dipilih tidak efektif atau intoleransi, maka obat tersebut harus diganti dengan obat pilihan kedua. - Terapi kombinasi, jika obat pertama tidak cukup untuk mengontrol tekanan intra okuli maka diberikan terapi kombinasi dengan dua atau lebih obat - Memantau terapi, perubahan disk, lapang pandangan, dan tonometri secara teratur.(khurana, 2007) Terapi obat tunggal Β-adrenergic antagonists (beta-blockers) topikal, direkomendasikan sebagai obat pilihan pertama untuk terapi POAG. - Timolol maleat (0,25 %, 0,5 %) Penggunaan timolol telah dimulai sejak Timolol digunakan pertama kali sebagai B adrenergik antagonis topikal di Amerika Serikat untuk pengobatan pada penderita glaukoma dengan tekanan intra okuli yang sangat tinggi (becker Shaefer, 1999; Gabi, S et al, 2012) Timolol maleat merupakan B adrenergik bloker reseptor yang bersifat non selektif. Timolol maleat ini berwarna putih, berbentuk tepung kristal dengan berat molekul 432,50 dan larut dalam air, methanol, dan alkohol. Timolol maleat ini biasanya stabil dalam temperatur ruangan struktur kimia dari timolol maleat

11 16 S N N OH CH 3 O N OCH 2 C CH 2 NHC CH 3 Gambar 1. Struktur kimia timolol maleat H CH 3 Formula empiris dari timolol maleat adalah C3H24NO3S*C4H4O4 dengan nama kimianya (-)-1-(tert-butylamino)- 3-{(4-morpholino-1,2,5-thiadiazol-3-yl)-2-propanol maleate(1:1)(salt)}. Timolol maleat mempunyai ph 7,0 dan osmolaritasnya sebesar mosm. Timolol menghambat aktifitas B1 dan B2 adrenergik dan mempunyai sedikit aktifitas membran stabilisasi yang signifikan dan mempunyai sedikit aksi simpatomimetik. Timolol maleat ini dapat menurunkan tekanan intra okuli menurunkan produksi akuos humor. Timolol maleat ini dapat diberikan dengan atau tanpa glaukoma dan tanpa adanya perubahan dari tajam penglihatan, akomodasi, dan ukuran pupil. Sediaan timolol maleat ini ada beberapa formula, ada dalam bentuk solution yang biasanya konsentrasinya 0,25% dan 0,5% (timolol maleat 0,25% dan timolol maleat 0,5%), ada dalam bentuk gel forming solution (timolol maleat XE 0,25% dan timolol maleat XE 0,5%), dan dalam bentuk tablet (blocadren) 5 mg, 10 mg, dan 20 mg. Yang selalu

12 17 digunakan dalam bentuk solution (Ritch R,1996; Hatanaka M et al, 2010) Timolol maleat ini sangat efektif baik pada penderita kulit hitam maupun kulit putih jika diberikan pada konsentrasi yang sama. Penetrasi timolol maleat ke dalam mata sangat cepat, dimana efek awalnya terlihat dalam waktu 30 menit 60 menit dan efek maksimalnya terlihat 2 jam setelah pemberian obat dan akan kembali ke batas normal 24 jam 48 jam. Timolol maleat ini umumnya diberikan 2 kali sehari walaupun ada juga yang diberikan 1 kali sehari (Ritch R,1996) Timolol maleat ini didespensasi dalam botol 30UI dan oleh karena timolol maleat diabsorbsi secara sistemik maka penetesan pada 1 mata dapat menurunkan sedikit tekanan intraokuli pada mata sebelahnya, walaupun ada beberapa studi yang mengatakan bahwa timolol maleat ini tidak memberikan efek pada mata yang kontralateral (Ritch R, 1996) Dikatakan bahwa pemberian timolol maleat XE 0,5% ataupun timolol ophthalmic gel sekali sebanding dengan pemberian timolol maleat 0,5% yang diberikan 2 kali sehari. Pemberian timolol maleat XE baik pagi maupun sore mempunyai hasil yang sama. Timolol maleat umumnya merupakan first line agent pada pasien-pasien glaukoma sudut terbuka dan pada penderita dengan tekanan intraokuli yang meningkat yang beresiko untuk terjadi kerusakan dari saraf optik. Timolol maleat ini juga dapat diberikan pada glaukoma kongenital dan glaukoma juvenilis, tetapi pada anak-anak

13 18 yang lebih muda harus diawasi karena pernah dilaporkan terjadi apnoe pada neonatus (Becker Shaefer, 1999) Walaupun beberapa penelitian telah mengatakan bahwa pemakaian timolol maleat ini aman akan tetapi ada beberapa efek samping akibat pemakaian timolol ini, baik efek lokal maupun efek sistemik. Efek samping lokal yang biasa ditemukan antara lain hyperemia pada konjungtiva, keratopaty superfisial, dan dry eye syndrome. Pada beberapa pasien dikatakan bahwa timolol maleat ini dapat menyebabkan alergik bleparokonjungtivitis (Lisegang TJ et al, 2009; Jin,WC et al, 2012). Efek samping sistemik yang ditemukan selalu berhubungan dengan paru-paru dan CNS. Efek samping CNS ini berhubungan dengan kemampuan obat dalam mencapai blood brain barrier dan menghambat B reseptor sentral. Efek samping CNS ini juga mempengaruhi kemampuan B bloker untuk menghambat serotonin atau 5 hydroxytriptamine reseptor dalam CNS(Ritch R, 1996) Efek samping lainnya antara lain depresi, cemas, emosi yang labil, lelah, lemah, dan gangguan tidur. Sedangkan pada penderita asma bronkial dan COPD, timolol maleat ini dapat menyebabkan bronkospasme dan obstruksi saluran nafas (Ritch R, 1996) Pemberian timolol dapat dikombinasikan dengan obat-obat ocular hypertensive lainnya seperti pilokarpin, karbonik anhidrase inhibitor, epinefrin, dan juga prostaglandin analog. Dilaporkan bahwa Stewart et al pada tahun 2000 menggabungkan kombinasi antara timolol maleat dan prostaglandin analog (latanoprost) dapat

14 19 menurunkan tekanan intraokuli sebesar 32%, dibandingkan dengan kombinasi timolol maleat dan brimodine yang hanya menurunkan tekanan intraokuli sebesar 20%, dan juga Diestelhorst et al pada tahun 2006, menggabungkan kombinasi timolol maleat dengan prostaglandin analog (latanoprost) dapat menurunkan tekanan intraokuli sebesar 24%, dibandingkan dengan kombinasi timolol maleat dan pilokarpin yang menurunkan tekanan intraokuli sebesar 21% (Becker Shaefer, 1999) - Levobunolol hydrochloride (Betagan) (0,25 %, 0,5 % :1-2 kali/hari), nonselective beta-blockers. Cara kerja : menurunkan TIO sebanyak 20%-30% selama 24 jam dengan mengurangi produksi akuous pada beta reseptor di dalam proses siliaris. Onset : 1 jam, waktu puncak 2-6 jam, bertahan selama 24 jam. Aktivitas obat ini lebih panjang daripada timolol. - Carteolol hydrochloride (Ocupress) (1 % : 1-2 kali/hari), nonselective beta-lockers Cara kerja : menurunkan TIO sebanyak 20% - 30% selama 24 jam dengan mengurangi produksi akuous pada beta reseptor di dalam proses siliari. Onset : 1 jam, waktu puncak 4 jam, bertahan selama 12 jam. - Betaxolol hydrochloride (Betoptic (Solution)) (0,25 % : 2 kali/hari), selektive beta-1 blockers. Lebih disukai sebagai terapi awal pada pasien dengan masalah cardiopulmonary.

15 20 Cara kerja : menurunkan tio sebanyak 15% - 20% selama 24 jam dengan mengurangi produksi akuous pada beta reseptor di dalam proses siliari. Waktu puncak 2-3 jam Pilocarpine (1%, 2%, 4% : 3-4 kali/hari), cholinergic agonists (direct acting). Cara kerja : menurunkan TIO sebanyak 15 % - 25 %, dengan menstimulasi secara langsung reseptor muskarinik, menyebabkan konstriksi otot siliaris sehingga trabekular meshwork terbuka penuh meningkatkan aliran trabekular. Waktu puncak 1 ½ - 2 jam Latanoprost Konsep dari prostaglandin menurunkan tekanan intraokuli berasal dari observasi bahwa hipotoni kronik selalu berhubungan dengan inflamasi intraokuli. Berdasarkan beberapa observasi experimental bahwa pemberian prostaglandin topikal pada mulanya akan terjadi fase peningkatan tekanan intraokuli selama 1 jam yang kemudian akan terjadi penurunan yang berarti dari tekanan intraokuli selama 12 jam dan karena inflamasi intraokuli selalu berhubungan dengan tekanan intraokuli yang rendah, maka dipikirkan penggunaan prostaglandin pada penderita glaukoma. Dari satu studi pada kelinci pada tahun 1977, pemberian topikal prostaglandin dosis rendah dapat menurunkan tekanan intraokuli sebesar 7 mmhg selama 20 jam. Menurut Camras dan Bito, pemberian topikal prostaglandin dosis tinggi pada monyet dapat menurunkan tekanan intraokuli yang diamati pada 3 hari. Penurunan ini kelihatannya disebabkan adanya peningkatan dari outflow facity tanpa efek dari pembentukan akuos, trabekular

16 21 outflow, dan tekanan vena episklera. PGF2 dan prostaglandin analog lainnya dapat menghasilkan respon hipotensive dalam menurunkan tekanan intraokuli yang telah dicoba pada monyet tanpa adanya fase hipertensive dan tanpa efek dari kelainan refraksi maupun ukuran pupil (Ritch R,1996 dan Becker Shaefer, 1999) Salah satu golongan prostaglandin analog yang dipakai untuk pengobatan glaukoma adalah latanoprost. Latanoprost merupakan obat menurunkan tekanan intraokuli yang paling efektif dan yang paling sering digunakan sekarang. Dikatakan bahwa latanoprost 0,005% ini dapat menurunkan tekanan intraokuli sebesar 25% - 35% dosis tunggal (Ritch R, 1996; Yadaf KA, 2013). Latanoprost adalah prodrug ester isopropyl yang tidak aktif dan menjadi aktif secara biologis setelah terhidrolisis dengan asam dari latanoprost. Obat ini diabsorbsi dengan baik di kornea. Pada satu studi dikatakan bahwa konsentrasi maksimum pada akuos humor kira-kira 15-30mg/ml yang akan dicapai 2 jam setelah pemberian secara topikal. Asam dari latanoprost ini mempunyai plasma clearance sebesar 0,40 L/h/kg dan volume distribusinya 0,16 L.kg. ketersediaan hayati (bioavaibility) dari asam latanoprost ini 45% dengan plasma protein binding 87% (Ritch R,1996. Hejkal WT. Camras BC.,2007) Formula empiris dari latanoprost ini C26H40O5 dengan nama kimia isopropyl(z)-{(1r,2r,3r,5s)3,5 dihydroxy-2-[(3r)-3-hydroxy-5- phenylpentyl]-5-heptenoate.

17 22 HO COOCH(CH 3 ) 2 HO OH Gambar 2. Struktur kimia latanoprost Cara kerja latanoprost dalam menurunkan tekanan intraokuli mirip dengan kerja prostaglandin pada tubuh. Pada mata, latanoprost meningkatkan pengeluaran akuos humor melalui uveoskleral. Adanya peningkatan dari pengeluaran akuos humor maka akan menurunkan tekanan pada mata. Dari beberapa studi dikatakan bahwa latanoprost ini meningkatkan pengeluaran akuos melalui serabut-serabut muskulus ciliaris dengan menurunkan densitas dari kolagen muskulus ciliaris dan molekul extracelular lainnya, sehingga akan menyebabkan penurunan resistensi hydraulik dan peningkatan pengeluaran akuos melalui uveoskleral (Ritch R, 1996) Latanoprost akan menurunkan tekanan intraokuli dan meningkatkan pengeluaran akuos melalui uveoskleral selama 24 jam. Latanoprost sebaiknya diberikan dosis tunggal pada sore/malam hari. Beberapa studi menyatakan bahwa latanoprost tidak mempunyai efek pada blood akuos barrier. Oleh karena latanoprost bekerja dengan cara meningkatkan pengeluaran akuos melalui uveoskleral maka sebaiknya dikombinasi dengan agen yang menurunkan produksi akuos humor. Pada beberapa studi dikatakan bahwa kombinasi latanoprost dengan timolol maleat dapat menurunkan tekanan intraokuli sebesar 28%-32% selama 3 bulan. Latanoprost juga dapat dikombinasi dengan

18 23 karbonik anhidrase inhibitor, dimana pada double-masked studi dikatakan bahwa gabungan prostaglandin dengan acetazolamide 250 mg dapat menurunkan tekanan intraokuli sebesar 21%. Latanoprost juga dapat dikombinasikan dengan adrenergik agonist topikal, sedangkan kombinasi antara latanoprost dengan alpha adrenergik agonist belum pernah dilaporkan, akan tetapi para peneliti meyakinkan bahwa mereka dapat digabungkan. Latanoprost juga dapat digabungkan dengan pilokarpin, dimana berdasarkan beberapa studi kombinasi antara latanoprost dengan pilokarpin 2% dapat menurunkan tekanan intraokuli antara 1,5 mmhg 3,3 mmhg (Becker Shaefer, 1999) Efek samping dari pemakaian latanoprost biasanya ringan dan tidak selalu terjadi. Efek samping yang selalu terlihat adalah hiperpigmentasi dari iris atau terjadi perubahan warna iris sekitar 2% - 9% dalam waktu pemakaian 6 bulan. Efek samping lainnya berupa hyperemia konjungtiva, superficial punctate keratopathy, penambahan dari ukuran bulu mata, juga dijumpai cystoid makular edema (CME) terutama pada aphakia maupun pseudophakia. Pada satu studi retrospektif dikatakan bahwa terjadinya CME akibat penggunaan latanoprost sebesar 2,1% (Makoto I; Takeshi Y, 2009; Lisegang TJ et al, 2009, ) Latanoprost merupakan agen okular hipotensi yang sangat efektif yang dapat digunakan pada glaukoma primer maupun glaukoma sekunder. Latanoprost ini juga selalu digunakan pada penderita

19 24 glaukoma yang mengalami residual setelah dilakukan iridotomi pada glaukoma sudut tertutup (Ritch R, 1996; Sari DM, 2010) Penelitian selama dua tahun oleh Watson PG, Teus MA et al, bebas dari efek samping sistemik, efek samping okular yang paling bermakna adalah peningkatan pigmentasi iris, tetapi ini hanya terjadi pada penderita dengan warna iris campuran. Pada penderita glaukoma dan hipertensi okuli, Latanoprost 0,005% lebih efektif dibandingkan dengan timolol 0,5%. Penurunan Tekanan Intra Okuli pada pemakaian Latanoprost 0,005% sehari sekali pada sore hari dapat mencapai 41%. Cara kerja : menurunkan TIO sebanyak 25 % - 32 % dengan meningkatkan aliran uveoskleral dari akuous. Waktu puncak jam. Maksimum efek penurunan TIO sampai 6 minggu Acetazolamide /carbonic anhydrase inhibitors (CAI) Acetazolamide pertama kali digunakan sebagai diuretik pada tahun 1953, dan baru dipublikasikan secara farmakologi pada tahun Pada tahun yang sama penggunaan acetazolamide secara oral telah diperkenalkan untuk menurunkan tekanan intraokuli bagi penderita glaukoma. Acetazolamide termasuk kedalam obat-obatan yang disebut karbonik anhidrase inhibitor. Karbonik anhidrase adalah suatu kimia dalam tubuh yang berperan menghasilkan dan mengurai asam karbonat yang salah satu hasilnya adalah bikarbonat. Bikarbonat memegang peranan penting dalam produksi cairan yang mengisi bagian belakang bola mata (akuos humor). Acetazolamide mempunyai aksi menghambat kerja enzim karbonik anhidrase yang pada akhirnya

20 25 menurunkan produksi bikarbonat. Dengan menurunkan produksi bikarbonat, acetazolamide menurunkan jumlah akuos humor yang di produksi oleh mata. Hal ini berakibat turunnya tekanan intraokuli seperti pada keadaan glaukoma. Acetazolamide juga dipakai sebagai pengobatan kejang epilepsi, hipertensi intrakranial benigna, mountain sickness, cystinuria, dan dural ectasia. Acetazolamide adalah 2-acetamido-1,3,4-thiadiazol-5- sulfonamide, N-(5-sulfamyl-1,3,4-thiadiazol-2-yl) acetamide, dengan nama molekulc 4 H 6 N 4 O 3 S 2, berat molekul 222,24 dengan waktu paruh 3-9 jam. Ini merupakan asam lemah dengan nilai peruraian konstan (pka) 7,2, sangat sedikit larut dalam air (0,72mg/mL), sangat sedikit larut dalam alkohol (3,93 mg/ml), dan aseton, hampir tidak dapat larut dalam karbon tetraklorida, kloroform, dan ether. H 2 NO 2 S S NHCOCH 3 N N Gambar 3. Struktur kimia acetazolamide Acetazolamide berwarna putih kekuning-kuningan, berbutir, berbentuk tepung yang tidak berbau. Setiap tablet terdiri dari 125 mg atau 250 mg dan komposisi inaktifnya berupa croscarmellose sodium, magnesium stearate, micro crystalline cellulose, pregelatinize starch, sodium lauryl sulfate.

21 26 Acetazolamide juga tersedia dalam bentuk 500 mg SR (sustained release) tablet mempunyai aksi yang lebih lama untuk menghambat pengeluaran akuos humor selama jam setelah pemberian dimana pada tablet biasa hanya selama 8 `12 jam. Konsentrasi acetazolamide dalam darah paling tinggi terjadi antara 3 6 jam setelah pemberian sustained release, sedangkan tablet biasa 1 4 jam setelah pemberian. Tablet 250 mg diberikan 4 kali sehari dapat menurunkan tekanan intraokuli hampir sama dengan pemberian 500 mg SR 2 kali sehari (pagi dan sore). Total dosis yang dianjurkan perhari adalah 8 30 mg/kg dalam dosis terbagi. Meskipun ada penderita yang respon pada dosis rendah, kisaran optimumnya dari mg per hari. Pemberian dosis lebih dari 1000 mg/hari tidak memberikan efek yang bermanfaat.(zubaidah, 2008). Acetazolamide membentuk ikatan yang kuat dengan karbonik anhidrase dan konsentrasi tertinggi dijumpai pada jaringan-jaringan yang mengandung enzim tersebut, khususnya sel darah merah dan korteks ginjal. Efek samping dari obat ini berupa pusing khususnya pada harihari pertama konsumsi, pandangan kabur dan transien miopia pernah dilaporkan, kehilangan nafsu makan, gatal-gatal, mual, muntah, telinga berdengung, sakit kepala dan lemas juga dapat dirasakan. Efek lain yang ditimbulkan tetapi jarang adalah kejang otot, sakit pada kerongkongan, kulit memerah, perdarahan yang tidak biasa, tangan atau kaki bergetar, reaksi alergi.( Sari DM, 2010).

22 27 Pemberian obat ini tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat penyakit kadar sodium atau potasium yang rendah, penderita yang alergi terhadap obat sulfa, penyakit ginjal, gangguan kelenjar adrenal, penyakit paru, diabetes, alergi serta dapat meningkatkan pembentukan batu ginjal kalsium oksalat dan kalsium fosfat, juga kontra indikasi pada pasien dengan sirosis dikarenakan resiko terjadinya hepatik ensefalopati. Penderita akan mengalami sering buang air kecil sehingga dianjurkan untuk minum banyak cairan untuk menghindari dehidrasi dan sakit kepala Terapi topikal kombinasi Jika satu obat tidak efektif, maka diberikan kombinasi dua obat. Pengobatan yang dikombinasikan ditempatkan di dalam suatu botol yang mempunyai manfaat memperbaiki keefektifan, memberi kemudahan/kenyamanan, dan juga mengurangi biaya. Obat pertama untuk menurunkan produksi akuous dan obat lainnya untuk meningkatkan aliran akuous, seperti : - Timolol + Dorzolamide (Cosopt (Timoptic/Trusopt)) solusion 1,5 %, 2 % : 2 kali sehari, - Timolol + Latanoprost (Xalcom) Solusion 0,5 % atau suspensi 0,005 % : sekali sehari), - Timolol + Brimonidine tartrate (Combigan) solusion 0,5%, 0,2 % : 2 kali sehari, - Timolol + Pilokarpin (TimPilo) 2 kali sehari.

23 Glaukoma dengan Tensi Normal Kondisi ini adalah bilateral dan progresif, dengan TIO dalam batas normal. Banyak ahli mempunyai dugaan bahwa faktor pembuluh darah lokal mempunyai peranan penting pada perkembangan penyakit. Merupakan bagian dari glaukoma sudut terbuka primer, tanpa disertai peningkatan TIO. Pada umumnya glaukoma sering ditemukan pada populasi Caucasian dan Afro-Caribean. Mekanisme pada patogenesis nya belum diketahui, tetapi beberapa faktor berimplikasi pada kenaikan Tekanan Intra Okuli dan pengaliran darah ke nervus optikus.(olver J, 2005) Glaukoma Suspek Glaukoma sudut terbuka sekunder Glaukoma Sudut Tertutup Glaukoma Sudut Tertutup Primer dengan Blok Pupil Relatif Glaukoma Sudut Tertutup Akut Glaukoma Sudut Tertutup Subakut (Intermiten) Glaukoma Sudut Tertutup Kronik Glaukoma Sudut Tertutup Sekunder dengan Blok Pupil Glaukoma Sudut Tertutup tanpa Blok Pupil Sindrom Iris Plateau Glaukoma pada Anak Glaukoma Kongenital Primer Glaukoma disertai dengan Kelainan Kongenital Glaukoma Sekunder pada bayi dan anak

24 Evaluasi Klinis Nervus Optikus Nervus optikus mengandung jaringan neuroglial, matriks ekstraselular serta pembuluh darah. Nervus optik manusia mengandung kira-kira 1,2-1,5 juta akson dari sel ganglion retina. Papil nervus optikus atau diskus optikus dibagi atas 4 lapisan yaitu : lapisan serabut saraf dapat dilihat langsung dengan oftalmoskop. Lapisan ini diperdarahi oleh arteri retina sentral. Lapisan kedua atau prelaminar region secara klinis dapat dievaluasi adalah area sentral papil optik. Daerah ini diperdarahi oleh arteri siliaris posterior. Pada nervus optikus dapat diperiksa dengan oftalmoskop direk, oftalmoskop indirek atau slit lamp yang menggunakan posterior pole lens. Optic nerve head atau diskus optik, biasanya bulat atau sedikit oval dan mempunyai suatu cup sentral. Jaringan antara cup dan pinggir diskus disebut neural rim atau neuroretinal rim. Pada orang normal, rim ini mempunyai kedalaman yang relatif seragam dan warna yang bervariasi dari oranye sampai merah muda. Ukuran cup fisiologis dapat sedikit meningkat sesuai umur. Orang kulit hitam yang bukan glaukoma rata-rata mempunyai diskus yang lebih lebar dan perbandingan diskus dan cup lebih besar dibanding emetropia dan hiperopia. Perbandingan diskus dan cup saja tidak adekuat menentukan bahwa diskus optik mengalami kerusakan glaukomatosa.( Demirel S, 2009). Penting untuk membandingkan mata yang satu dengan sebelahnya karena asimetri diskus tidak biasa pada orang normal. Perbandingan diskus dan cup vertikal secara normal antara 0,1-0,4

25 30 walaupun sekitar 5 % orang normal mempunyai perbandingan diskus dan cup yang lebih besar dari 0,6. Asimetri perbandingan diskus dan cup lebih dari 0,2 terdapat pada kurang dari 1 % orang normal Evaluasi Gonioskopi Gonioskopi : Sudut iridokorneal terbuka Berdasarkan Von Herrick, penilaian sudut terbagi atas: (Khurana, 2007) - Grade 4 : Perbandingan antara celah akuos dan kornea > ½ : 1 - Grade 3 : Perbandingan antara celah akuos dan kornea ½ - ¼ : 1 - Grade 2 : Perbandingan antara celah akuos dan kornea ¼ : 1 - Grade 1 : Perbandingan antara celah akuos dan kornea <¼ : 1 - Grade 0 : Perbandingan antara celah akuos dan kornea 0 (nol) Berdasarkan sistem Shaffer, penilaian sudut terbagi atas : (Skuta et al, 2010; Lang GK, 2000.) - Grade 4 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 45 - Grade 3 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork > 20, tetapi < 45 - Grade 2 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 20 - Grade 1 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 10. Kemungkinan sudut tertutup terjadi setiap waktu.

26 31 - Slit : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork <10, sangat mungkin terjadi sudut tertutup - Grade 0 : Iris dan trabekular meshwork sudut tertutup Penatalaksanaan Pengobatan terhadap glaukoma adalah dengan cara medikamentosa dan operasi.

27 Kerangka Konsep POAG Acetazolamide + Timolol Maleat Acetazolamide + Latanoprost TIO 2.9 Hipotesis Penelitian Bahwa pemberian acetazolamide dan latanoprost ini lebih efektif dibandingkan pemberian acetazolamide dan timolol maleat dalam menurunkan TIO pada penderita glaukoma sudut terbuka primer.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki efek yang kuat dalam menurunkan tekanan intraokular (TIO)

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki efek yang kuat dalam menurunkan tekanan intraokular (TIO) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latanoprost merupakan salah satu obat anti glaukoma terkait prostaglandin yang memiliki efek yang kuat dalam menurunkan tekanan intraokular (TIO) dengan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapangan pandang. Walaupun kenaikan tekanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencekungan cupping diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencekungan cupping diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. GLAUKOMA Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai dengan pencekungan cupping diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang disertai dengan peningkatan tekanan

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suspek glaukoma diartikan sebagai suatu keadaan pada orang. dewasa yang mempunyai minimal 1 dari tanda-tanda berikut ini pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suspek glaukoma diartikan sebagai suatu keadaan pada orang. dewasa yang mempunyai minimal 1 dari tanda-tanda berikut ini pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Suspek glaukoma diartikan sebagai suatu keadaan pada orang dewasa yang mempunyai minimal 1 dari tanda-tanda berikut ini pada mata: Defek nerve fiber layer atau nervus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Glaukoma sudut terbuka primer (Primary Open Angle Glaucoma / POAG), adalah glaukoma yang paling sering, dengan karakteristik kronis/serangan perlahan-lahan, neuropati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang pandangan, walaupun kenaikan

Lebih terperinci

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. 1 Terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensibilitas Kornea 2.1.1 Kornea Kornea merupakan suatu jaringan yang tidak berwarna, transparan, dan avaskuler. Secara histologis kornea memiliki 5 lapisan, dari anterior

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempati ruang anterior dan posterior dalam mata. Humor akuos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempati ruang anterior dan posterior dalam mata. Humor akuos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Humor Akuos a. Anatomi Fungsional Humor Akuos Humor akuos merupakan cairan jernih bersifat alkaline yang menempati ruang anterior dan posterior dalam mata.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Intraokuler 2.1.1 Definisi Peningkatan tekanan intraokuler merupakan salah satu faktor resiko penting dalam berkembangnya kerusakan saraf optik pada penyakit glaukoma.

Lebih terperinci

GLAUKOMA DEFINISI, KLASIFIKASI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, DAN FAKTOR RISIKO

GLAUKOMA DEFINISI, KLASIFIKASI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, DAN FAKTOR RISIKO GLAUKOMA DEFINISI, KLASIFIKASI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, DAN FAKTOR RISIKO LTM Pemicu 2 Modul Penginderaan Komang Shary Karismaputri NPM 1206238633 Kelompok Diskusi 16 Outline Pendahuluan Definisi Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Dorland, 2010). Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata rata sekitar 15 mm

BAB I PENDAHULUAN. (Dorland, 2010). Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata rata sekitar 15 mm 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam mata terdapat tekanan, yang disebut dengan tekanan intraokular (Dorland, 2010). Dalam keadaan normal, tekanan intraokular rata rata sekitar 15 mm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan produksi humor aquous, tahanan terhadap aliran keluarnya humor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan produksi humor aquous, tahanan terhadap aliran keluarnya humor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tekanan intraokuler 2.1.1. Definisi TIO merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit glaukoma saat ini dan merupakan satu-satunya faktor risiko yang dapat diterapi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glaukoma 2.1.1. Definisi Glaukoma Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik yang ditandai oleh pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapang pandang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang sering terjadi. dan dapat menyebabkan kebutaan yang irreversibel jika tidak segera

BAB I PENDAHULUAN. Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang sering terjadi. dan dapat menyebabkan kebutaan yang irreversibel jika tidak segera BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang sering terjadi dan dapat menyebabkan kebutaan yang irreversibel jika tidak segera ditangani. Glaukoma sering disebut

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Struktur interna dari mata manusia (Junqueria, 2007)

Gambar 2.1. Struktur interna dari mata manusia (Junqueria, 2007) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aqeuous Humour 2.1.1. Anatomi dan Histologi Struktur dasar mata yang berhubungan dengan aqueous humour adalah korpus siliriaris, sudut kamera okuli anterior dan sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutaan baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut World Health. (10,2%), age-macular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%),

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutaan baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut World Health. (10,2%), age-macular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Mata merupakan salah satu indera manusia yang berfungsi untuk memberikan informasi visual ke otak. Apabila terjadi glaukoma pada mata, maka informasi visual ke otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah suatu neuropati optik multifaktorial dengan karakteristik hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat kelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Glaukoma umumnya

BAB I PENDAHULUAN. utama kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Glaukoma umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Glaukoma merupakan penyebab utama kebutaan setelah katarak di dunia. Penyakit ini mengenai hampir 90 juta populasi dunia dan merupakan penyebab utama kebutaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian ke perifer menuju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa kristalin mata merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di indonesia maupun di dunia. Perkiraan

Lebih terperinci

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma? Glaukoma Glaukoma dikenal sebagai "Pencuri Penglihatan" karena tidak ada gejala yang jelas pada tahap awal terjadinya penyakit ini. Penyakit ini mencuri penglihatan Anda secara diam-diam sebelum Anda menyadarinya.

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Achmad Mustofa 1,Ninik Mas Ulfa 2*), Mercyska Suryandari 3

Artikel Penelitian. Achmad Mustofa 1,Ninik Mas Ulfa 2*), Mercyska Suryandari 3 Artikel Penelitian Profil Peresepan Penyakit Mata Glaukoma pada Pasien BPJS Rawat Jalan (Studi dilaksanakan di RS Mata Masyarakat JawaTimur Periode Januari - Desember 2015) Achmad Mustofa 1,Ninik Mas Ulfa

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK

LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK NAMA PEMBIMBING : dr. BAMBANG RIANTO, Sp.M DISUSUN OLEH Linda Ayu Permatasari (1102008139) BAGIAN KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG SUBANG 2014

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

Ketebalan retina kira-kira 0,1 mm pada ora serata dan 0,56 mm pada kutub posterior. Di

Ketebalan retina kira-kira 0,1 mm pada ora serata dan 0,56 mm pada kutub posterior. Di Anatomi Retina Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang ke anterior hampir sejauh korpus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Pada saat lahir mata bayi normal cukup bulan berukuran kira-kira 2/3 ukuran mata orang dewasa. Pertumbuhan

Lebih terperinci

AQUEOUS HUMOR. Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM NIP :

AQUEOUS HUMOR. Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM NIP : AQUEOUS HUMOR Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM NIP : 19760417 200501 2 002 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN 2009 DAFTAR ISI HAL I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius Konsumsi Obat Diabetes Melitus Memperingan Resiko Komplikasi Mata Anda mungkin pernah mendengar bahwa diabetes menyebabkan masalah mata dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serabut-serabut nervus opticus, berkas cahaya ini dialihkan ke pusat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serabut-serabut nervus opticus, berkas cahaya ini dialihkan ke pusat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. MATA a. Anatomi Mata Mata adalah indra penglihatan. Mata memiliki bentuk seperti bola dengan panjang maksimal 24 mm. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan

Lebih terperinci

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ Agia Dwi Nugraha 2007730005 Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ Fisiologi lensa : Fungsi utama memfokuskan berkas cahaya ke retina. Kerjasama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Anatomi Mata Gambar 1. Penampang bola mata Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Responden penelitian ini adalah 35 orang pria yang berusia 20 40 tahun. Responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi kafein. Penelitian ini dilakukan di Asri Medical Center

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1) Aqueous Humor a. Definisi Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi sebagai lapisan pelindung bola mata dan media refraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi se telah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa

BAB I PENDAHULUAN. Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah sekumpulan gejala dengan tanda karakteristik berupa adanya neuropati optik glaukomatosa bersamaan dengan defek atau gangguan penyempitan lapang pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. staff, 2010). Berdasarkan survey kesehatan mata yang dilakukan oleh. penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia (Depkes, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. staff, 2010). Berdasarkan survey kesehatan mata yang dilakukan oleh. penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia (Depkes, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glaukoma adalah kelainan optik neuropati disertai kelainan lapang pandang yang karakteristik dan peningkatan tekanan intraokular (TIO) merupakan faktor resiko

Lebih terperinci

KELAINAN REFRAKSI YANG MENYEBABKAN GLAUKOMA

KELAINAN REFRAKSI YANG MENYEBABKAN GLAUKOMA KELAINAN REFRAKSI YANG MENYEBABKAN GLAUKOMA NURCHALIZA HAZARIA SIREGAR NIP.19700908 200003 2 001 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani Glaukoma Penyakit glaukoma disebabkan oleh saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan kemudian menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya

Lebih terperinci

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg

5/30/2013. dr. Annisa Fitria. Hipertensi. 140 mmhg / 90 mmhg dr. Annisa Fitria Hipertensi 140 mmhg / 90 mmhg 1 Hipertensi Primer sekunder Faktor risiko : genetik obesitas merokok alkoholisme aktivitas

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata 2.1.1 Anatomi mata Gambar. 1 Anatomi mata 54 Mata mempunyai 3 lapisan dinding yaitu sklera, koroid, dan retina. Sklera berfungsi untuk melindung bola mata dari gangguan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti tulang frontal, sphenoid, maxilla, zygomatic, greater wing of. sphenoid, lacrimal, dan ethmoid (Rizzo, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti tulang frontal, sphenoid, maxilla, zygomatic, greater wing of. sphenoid, lacrimal, dan ethmoid (Rizzo, 2001). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi mata manusia Mata merupakan organ penglihatan yang dimiliki manusia. Mata dilindungi oleh area orbit tengkorak yang disusun oleh berbagai tulang seperti

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis 2 BAB 1 PENDAHULUAN Pada umumnya kebanyakan orang dewasa dan lanjut usia sering mengalami penyakit darah tinggi (hipertensi). Hal ini tidak lagi hanya terjadi pada orang-orang dewasa atau lanjut usia saja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anatomi bola mata Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, 2011). Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2002 menyebutkan angka kebutaan diseluruh dunia sekitar

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

ACUTE GLAUCOMA ON RIGHT EYE

ACUTE GLAUCOMA ON RIGHT EYE [ LAPORAN KASUS ] ACUTE GLAUCOMA ON RIGHT EYE Laras Maranatha Tobing Faculty of Medicine, Universitas Lampung Abstract Acute glaucoma or primary angle closure glaucoma is a medical emergency case that

Lebih terperinci

sehingga mebutuhkan frekuensi pemberian dosis yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Chien (1989) mengenai perbandingan antara nilai

sehingga mebutuhkan frekuensi pemberian dosis yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Chien (1989) mengenai perbandingan antara nilai BAB I PENDAHULUAN Pada saat ini, penggunaan obat melalui rute transdermal banyak digunakan dan menjadi salah satu cara yang paling nyaman dan inovatif dalam sistem penghantaran obat ke dalam tubuh. Penghantaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Glaukoma adalah suatu neuropati kronik di dapat yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Glaukoma adalah suatu neuropati kronik di dapat yang ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glaukoma adalah suatu neuropati kronik di dapat yang ditandai oleh pencengkungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang biasanya disertai dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB II ANATOMI. Sebelum memahami lebih dalam tentang jenis-jenis trauma yang dapat terjadi pada mata,

BAB II ANATOMI. Sebelum memahami lebih dalam tentang jenis-jenis trauma yang dapat terjadi pada mata, BAB II ANATOMI Sebelum memahami lebih dalam tentang jenis-jenis trauma yang dapat terjadi pada mata, sebaiknya terlebih dahulu dipahami tentang anatomi mata dan anatomi operasinya. Dibawah ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

PREVALENSI KEBUTAAN AKIBAT GLAUKOMA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TESIS

PREVALENSI KEBUTAAN AKIBAT GLAUKOMA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TESIS PREVALENSI KEBUTAAN AKIBAT GLAUKOMA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TESIS Oleh : HERMAN PEMBIMBING : Dr. MASHITA DEWI S, SpM Dr. H. AZMAN TANJUNG, SpM Prof. Dr. H. ASLIM D. SIHOTANG, SpMK Drs. H. ABDUL DJALIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Katarak adalah kekeruhan lensa mata yang dapat menghambat cahaya masuk ke mata. Menurut WHO, kebanyakan katarak terkait dengan masalah penuaan, meskipun kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. al., 2009). Lebih dari 60 juta penduduk di dunia mengalami Glaukoma (Wong et

BAB I PENDAHULUAN. al., 2009). Lebih dari 60 juta penduduk di dunia mengalami Glaukoma (Wong et 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glaukoma adalah kelainan mata yang ditandai dengan neuropati optik Glaukomatosa serta hilangnya lapang pandang yang khas, disertai peningkatan tekanan intraokuler

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Trabecular Meshwork dan Dinamika Humor Aqueous. proses penting dalam mempertahankan tekanan intraokuli dalam batas normal

BAB II KAJIAN PUSTAKA Trabecular Meshwork dan Dinamika Humor Aqueous. proses penting dalam mempertahankan tekanan intraokuli dalam batas normal BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Trabecular Meshwork dan Dinamika Humor Aqueous Sekresi dan regulasi outflow humor aqueous secara fisiologis merupakan proses penting dalam mempertahankan tekanan intraokuli dalam

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal. dari sel-sel ganglion retina menuju khiasma nervus

BAB I. Pendahuluan. Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal. dari sel-sel ganglion retina menuju khiasma nervus BAB I Pendahuluan I.1 Latar belakang Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal dari sel-sel ganglion retina menuju khiasma nervus optikus dan berakhir di korpus genikulatum lateral (Hartono, 1994).

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ACETAZOLAMIDE TABLET DENGAN TETES MATA BETAXOLOL HCl DALAM MENURUNKAN TEKANAN INTRA-OKULI PADA PRE-OPERASI KATARAK

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ACETAZOLAMIDE TABLET DENGAN TETES MATA BETAXOLOL HCl DALAM MENURUNKAN TEKANAN INTRA-OKULI PADA PRE-OPERASI KATARAK PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ACETAZOLAMIDE TABLET DENGAN TETES MATA BETAXOLOL HCl DALAM MENURUNKAN TEKANAN INTRA-OKULI PADA PRE-OPERASI KATARAK T E S I S O L E H : T. SITI HARILZA ZUBAIDAH DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990).

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah yang dalam keadaan istirahat melebihi nilai normal, nilai normal tiap orang berbeda beda disini terdapat variasi yang amat besar umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab kebutaan utama di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pembedahan masih merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN GLAUKOMA AKUT

PENATALAKSANAAN GLAUKOMA AKUT PENATALAKSANAAN GLAUKOMA AKUT OLEH : ARYANI ATIYATUL AMRA NIP. 131 996 177 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENATALAKSANAAN GLAUKOMA AKUT PENDAHULUAN Glaukoma akut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1Anatomi Mata Gambar 2.1. Anatomi Mata Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan dan pengambilan

Lebih terperinci

Pengkajian Sistem Penglihatan Mula Tarigan, SKp. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Pengkajian Sistem Penglihatan Mula Tarigan, SKp. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pengkajian Sistem Penglihatan Mula Tarigan, SKp. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Apa yang dikaji? RIWAYAT KESEHATAN PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Miopia 2.1.1 Definisi Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anatomi dan Fisiologi Aqueous humor Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi bilik mata anterior dan posterior. Aqueous

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi dan Fisiologi Mata Mata adalah organ yang berbentuk bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari bagian paling luar hingga paling dalam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 KERANGKA TEORI II.1.1 DEFINISI Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan

Lebih terperinci

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: FARMAKOKINETIK Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: Absorpsi (diserap ke dalam darah) Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh) Metabolisme (diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tubuh manusia, mineral berperan dalam proses fisiologis. Dalam sistem fisiologis manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang

BAB I PENDAHULUAN. fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pterigium merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan jaringan fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang menginvasi bagian

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2015

Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2015 PRAKTIKUM FARMAKOLOGI OBAT MIOTIKUM DAN MIDRIATIKUM ILMU PENYAKIT MATA LAPORAN PRAKTIKUM Oleh Latifatu Choirunisa NIM 132010101013 Cahya Kusumawardani NIM 132010101030 Ngurah Agung Reza Satria Nugraha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai bulan Agustus 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Permukaan mata terdiri dari kornea, konjungtiva dan lapisan air mata yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Permukaan mata terdiri dari kornea, konjungtiva dan lapisan air mata yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Permukaan Okular Permukaan mata terdiri dari kornea, konjungtiva dan lapisan air mata yang membentuk suatu unit fungsional. Konjungtiva adalah membran mukosa transparan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. GLAUKOMA 2.1.1. Defenisi Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapangan pandang. Walaupun

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Perbandingan keberhasilan monoterapi dengan multiterapi pada pasien glaukoma di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013

Perbandingan keberhasilan monoterapi dengan multiterapi pada pasien glaukoma di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013 Perbandingan keberhasilan monoterapi dengan multiterapi pada pasien glaukoma di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013 Ranum Anggun Nastiti 1, Yunani Setyandriana 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM FARMAKOTERAPI ASMA H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM Pendahuluan Etiologi: asma ekstrinsik diinduksi alergi asma intrinsik Patofisiologi: Bronkokontriksi akut Hipersekresi mukus yang tebal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Migren adalah sindroma neurovaskular yang dikarakteristikkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Migren adalah sindroma neurovaskular yang dikarakteristikkan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI 2.1.1. Definisi Migren Migren adalah sindroma neurovaskular yang dikarakteristikkan dengan nyeri kepala yang berdenyut, unilateral, intensitas sedang hingga berat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Katarak Katarak berasal dari bahasa Yunani, Katarrhakies yang berarti air terjun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan

Lebih terperinci

GLAUKOMA ABSOLUT POST TRABEKULEKTOMI DAN GLAUKOMA POST PERIFER IRIDEKTOMI

GLAUKOMA ABSOLUT POST TRABEKULEKTOMI DAN GLAUKOMA POST PERIFER IRIDEKTOMI LaporanKasus GLAUKOMA ABSOLUT POST TRABEKULEKTOMI DAN GLAUKOMA POST PERIFER IRIDEKTOMI Pembimbing : dr. Djoko Heru, sp.m Disusunoleh : Irene Dwiyanti 406117046 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1..1Latar Belakang Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit diturunkan secara maternal yang menyebabkan penderitanya mengalami degenerasi pada serabut saraf retina

Lebih terperinci

Definisi Diabetes Melitus

Definisi Diabetes Melitus Definisi Diabetes Melitus Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit menahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup. seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup. seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata adalah organ tubuh yang menentukan kualitas hidup seseorang, walaupun kerusakan pada mata tidak langsung berhubungan dengan kematian akan tetapi tanpa penglihatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

HIPERTENSI OKULI NURCHALIZA HAZARIA SIREGAR NIP

HIPERTENSI OKULI NURCHALIZA HAZARIA SIREGAR NIP HIPERTENSI OKULI NURCHALIZA HAZARIA SIREGAR NIP.19700908 200003 2 001 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 DAFTAR ISI PENDAHULUAN...1 DEFINISI...2 PATHOPHYSIOLOGY...3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Stroke atau yang sering disebut juga dengan CVA (Cerebrovascular Accident) merupakan gangguan fungsi otak yang diakibatkan gangguan peredaran darah otak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi organ penglihatan Gambar 2.1. Anatomi bola mata Mata merupakan sebuah bola yang berisi cairan dengan diameter kurang lebih 24 mm. 8 Secara garis besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuos Humor 2.1.1 Anatomi dan Histologi Akuos Humor Akuos humor adalah cairan jernih yang dihasilkan oleh korpus sliaris, setelah diproduksi akuos humor disekresikan ke COA

Lebih terperinci